
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 36-38
Ayat ke 36
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä ┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ▒┘ÄÏ¡┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ¡┘ÆÏ▓┘ÄϺϿ┘É ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Å┘å┘Æ┘â┘ÉÏ▒┘Å Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘Ä┘ç┘Å ┘é┘Å┘ä┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘à┘ÉÏ▒┘ÆÏ¬┘Å Ïú┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ïú┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïú┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÄÏó┘ÄÏ¿┘É (36)
 
Artinya:
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".(13: 36)
 
Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Wahai Rasul! Janganlah engkau berharap semua orang akan mengikuti ajakanmu dan tunduk kepada ajaran ilahi! Sebagian orang akan beriman dan sebagian lagi akan mengingkarinya. Namun jangan sampai engkau berputus asa karena keingkaran mereka atau menjadi kehilangan semangat karena kekafiran mereka. Jika pun semua orang kafir dan mengingkari ajaranmu jangan sampai engkau melepaskan misimu ini. Sampaikan dengan suara yang lantang bahwa aku hanya menyembah Allah semata dan aku adalah hamba-Nya. Sebab kepada-Nya lah aku akan kembali. Katakan, aku tidak mengajak kalian untuk kepentingan diriku dan menantikan pujaan kalian. Aku hanya mengajak kalian ke jalan Allah dan tidak mengharapkan apa-apa untuk diriku sendiri."
 
Dengan menyampaikan perintah Allah ini dan menjelaskan misi kenabiannya, pastilah di antara kaum Ahlul Kitab ada yang menerima seruan Nabi Sawdan beriman kepada Islam, risalah beliau dan al-Quran diturunkan bersama beliau. Ada pula kelompok dari Ahlul Kitab yang menolak risalah ini dan tidak bersedia tunduk kepada al-Quran.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita harus berhati-hati jangan sampai keterikatan pada sebuah golongan membuat kita harus berhadapan dengan kebenaran. Kebenaran harus didahulukan di atas keterikatan pada golongan dan kelompok.
2. Keimanan hanya sempurna jika meliputi semua ajaran agama. Pengingkaran terhadap sebagian ajaran dan hukum ilahi sama dengan pengingkaran terhadap seluruh ajaran agama.
 
Ayat ke 37
 
┘ê┘Ä┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å Ï¡┘Å┘â┘Æ┘à┘ïϺ Ï╣┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘É ÏºÏ¬┘æ┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ¬┘Ä Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ê┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Ä┘à┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘É┘ä┘Æ┘à┘É ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘É┘è┘æ┘ì ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘ê┘ÄϺ┘é┘ì (37)
 
Artinya:
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.(13: 37)
 
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan sikap sebagian orang yang menentang al-Quran, ayat ini mengingatkan Nabi Saw dan kaum Mukminin agar mereka tidak ragu kepada kebenaran karena keingkaran orang-orang kafir. Al-Quran adalah kitab yang secara jelas membedakan antara kebenaran dan kebatilan serta jelas dalam menerangkan hukum dan hikmah ilahi. Jika semangat kalian sedikit mengendur dalam mengajak mereka kepada kebenaran, berarti kalian telah menarik murka Allah kepada kalian. Jika itu terjadi, tidak ada yang dapat menolong dan membela kalian dari murka Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Ada perbuatan yang lebih hina dari mengumbar hawa nasfu, yaitu menuruti hawa nafsu orang lain.
2. Mungkin banyak orang yang berilmu namun selalu mengumbar hawa nafsunya.
 
Ayat ke 38
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘ÄÏ▓┘Æ┘ê┘ÄϺϼ┘ïϺ ┘ê┘ÄÏ░┘ÅÏ▒┘æ┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ä┘ÉÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ì Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘î (38)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).(13: 38)
 
Menjawab tuntutan para penentang yang mengira bahwa para nabi harus memiliki kehidupan yang khusus dan berbeda dengan kebanyakan orang serta mampu menunjukkan mukjizat apa saja yang diminta, ayat ini menjelaskan bahwa para nabi adalah manusia seperti manusia-manusia lainnya. Mereka lahir dari ibu dan bapak. Lalu setelah dewasa menikah dan membangun keluarga dan Allah memberikan kepada mereka keturunan. Mukjizat yang ditunjukkan oleh para nabi adalah karena kehendak Allah bukan karena tuntutan umat mereka.
 
Keinginan atau tuntutan manusia tidak akan pernah habis. Setiap orang pasti memiliki keinginan yang sebagian bertentangan dengan hukum alam. Jika orang memang mencari kebenaran, tentunya ia akan mempercayai risalah seorang nabi dengan menyaksikan mukjizat yang dibawa olehnya. Sedangkan orang pendurhaka tidak akan pernah beriman meski melihat puluhan mukjizat.
 
Di akhir ayat ini Allah Swt menyinggung bahwa setiap masa selalu ada ketentuan dan hukum atau syariat yang dikhususkan untuk masa itu. Dengan datangnya nabi berikutnya, risalah dan ketentuan itu akan terhapuskan dan digantikan dengan hukum yang baru.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Mengenai para nabi, jangan sampai kita terjebak dalam sikap ekstrim. Sebagian orang seperti kaum kafir memandang para nabi sebagai para penyair dan orang gila. Sebagian orang mengagungkan dan memuja para nabi hingga menyejajarkan mereka dengan Tuhan.
2. Mukjizat yang diawab oleh para nabi sama seperti ajaran mereka yang datang bukan dari diri mereka tetapi dari Allah Swt. Para nabi hanyalah perantara bagi mukjizat itu.
Sejenak Bersama Al-Quran: Abu Dzar dan Ayat Kanz
Abu Dzar dan Ayat Kanz
 
Allah Swt berfirman:
 
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. at-Taubah: 34)
 
Abu Dzar merupakan seorang sahabat terdekat Nabi Muhammad Saw dan dalam upayanya memrotes sikap Khalifah Utsman dan Muawiyah serta para pejabat mereka yang mengumpulkan harta, setiap pagi dan malam ia membaca ayat 34 surat Taubah ini dengan suara lantang dihadapan Muawiyah dan setelah itu ia berkata kepada Utsman, "Ayat ini tidak khusus untuk orang yang tidak mau membayar zakat dan mencakup segala bentuk upaya mengumpulkan harta."
 
Dalam Tafsir al-Mizan disebutkan bahwa sikap Abu Dzar terhadap Utsman, Muawiyah dan Ka'ab al-Ahbar menunjukkan bahwa mengumpulkan di tengah masyarakat yang miskin termasuk haram hukumnya, sekalipun dari cara yang halal dan telah dikeluarkan zakatnya. Sebagian ahli tafsir menyebut apa yang dilakukan Abu Dzar ini kembali pada ijtihad pribadinya, tapi ia pribadi mengatakan, "Maa Qultu Lahum Illa Maa Sami'tu Min Nabiyyihim... Saya tidak mengatakan sesuatu kepada mereka, kecuali apa yang saya dengarkan dari Nabi mereka." Di sisi lain, sikap Abu Dzar yang transparan dan terbuka itu telah diakui oleh Nabi Muhammad Saw.
 
Menelisik kembali kehidupan Abu Dzar, sikap Amar Makruf dan Nahi Mungkarnya terkait hukum agama punya hubungan dengan ekonomi. Sikapnya bersitegang dengan Utsman tidak ada kaitannya dengan harta dan kedudukan, tapi sebuah protes menyaksikan adanya kemungkaran sosial.
 
Akhirnya, Khalifah Utsman mengasingkan sahabat Nabi yang tegar dan revolusioner ini ke daerah Syam dan dari Syam ia dikembalikan ke Madinah dalam kondisi mengenaskan lalu terakhir diasingkan lagi ke Rabadzah dan di daerah ini sahabat Nabi ini meninggal dunia. Ini satu noktah hitam dalam periode kekhalifan Utsman bin Affan.
 
Banyak ulama yang berusaha menyebut Utsman tidak bersalah dan menuding Abu Dzar punya pemikiran sosialis dan menentang kepemilikan pribadi. Tapi Allamah Amini dalam bukunya al-Ghadir menolak tuduhan itu dan membahasnya secara luas dan terperinci.[1]
 
Pengasingan Abu Dzar yang dilakukan berulang-ulang diakibatkan aksi protesnya terhadap pemerintah dan teriakannya menentang pengumpulan kekayaan yang dilakukan Utsman, Muawiyah dan Ka'ab al-Ahbar yang berusaha membenarkan perbuatan keduanya tercatat dengan rapih dalam buku-buku sejarah baik Syiah maupun Ahli Sunnah.[2] Sekalipun tetap saja ada yang berusaha menjustifikasi kondisi itu dengan menyebut kesempatan Abu Dzar meneriakkan protes disebabkan kebebasan berpendapat yang diberikan Utsman kepada masyarakat. Sementara terkait pengasingan Abu Dzar, mereka mencoba mencarikan alasan dengan kaidah "Menjauhkan keburukan lebih penting dari mengambil untung". Oleh karenanya, mereka menilai kehadiran Abu Dzar di Madinah dan Syam sebagai keburukan dan pengasingannya termasuk upaya melindungi maslahat.[3] Namun tetap saja perilaku memalukan yang dilakukan terhadap sahabat Nabi Saw yang jujur dan bertakwa tidak dapat dibenarkan. Apalagi kejujuran dan protesnya itu berangkat dari upaya mengubah kondisi yang telah menyimpang dari ajaran Islam.
 
Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.
 
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 32-35
Ayat ke 32
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘É ÏºÏ│┘ÆÏ¬┘Å┘ç┘ÆÏ▓┘ÉϪ┘Ä Ï¿┘ÉÏ▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘ì ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ┘ü┘ÄÏú┘Ä┘à┘Æ┘ä┘Ä┘è┘ÆÏ¬┘Å ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ïú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘ÆÏ¬┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘â┘Ä┘è┘Æ┘ü┘Ä ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘É┘é┘ÄϺϿ┘É (32)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!(13: 32)
 
Melanjutkan bahasan ayat sebelumnya, yang menyinggung masalah sikap keras kepala dan penentangan orang-orang kafir terhadap kebenaran, dalam ayat 32 ini, al-Quran menunjukkan salah satu cara penentangan orang-orang kafir terhadap kebenaran. Kepada Rasulullah, al-Quran menjelaskan, jangan engkau pikir orang-orang musyrik hanya menghina ajaranmu. Sebelum ini pun, berapa banyak para nabi yang mereka hina. Meski Allah telah memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali pada jalan yang benar dan beriman. Namun orang-orang musyrik tersebut menyia-nyiakan kesempatan itu, hingga akhirnya mereka mendapat azab yang hebat.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Mengenal dan mempelajari sejarah nabi-nabi terdahulu, dan beragam cobaan yang mereka alami, merupakan faktor yang bisa memperkuat kesabaran orang-orang mukmin terhadap pelbagai cobaan dan kesulitan.
2. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk bertaubat. Karena murka Allah bisa datang sekali waktu tanpa pernah kita duga.
 
Ayat ke 33-34
 
Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘é┘ÄϺϪ┘É┘à┘î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ│┘ÄÏ¿┘ÄϬ┘Æ ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘êϺ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘ÅÏ▒┘Ä┘â┘ÄϺÏí┘Ä ┘é┘Å┘ä┘Æ Ï│┘Ä┘à┘æ┘Å┘ê┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘à┘Æ Ï¬┘Å┘å┘ÄÏ¿┘æ┘ÉϪ┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ïú┘Ä┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ©┘ÄϺ┘ç┘ÉÏ▒┘ì ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘É Ï¿┘Ä┘ä┘Æ Ï▓┘Å┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘à┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘å┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÅÏÂ┘Æ┘ä┘É┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ü┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ ┘ç┘ÄϺϻ┘ì (33) ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘É Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É Ïú┘ÄÏ┤┘Ä┘é┘æ┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄϺ┘é┘ì (34)
 
Artinya:
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu". Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.(13: 33)
 
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah. (13: 34)
 
Dua ayat ini merupakan jawaban al-Quran atas pernyataan batil orang-orang musyrik yang meyakini bahwa berhala-berhala yang mereka sembah adalah sekutu Allah dalam mengatur alam semesta, seperti dalam menurunkan hujan atau musim kemarau. Al-Quran menegaskan, Allah adalah Zat yang Maha Kuasa, yang menguasai dan mengatur seluruh alam semesta, termasuk manusia dan segala urusannya. Lantas apa perlunya Allah dengan berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik?
 
Selanjutnya, ayat 33 surat ar-Ra'd mengungkap akar keyakinan batil orang-orang musyrik tersebut dan menyatakan, kebatilan di mata orang-orang musyrik tampak menjadi indah. Karena itu mereka mengejarnya dan terhalang menuju jalan kebenaran. Tentu saja mereka yang tidak ingin mendapatkan hidayah dari Allah, niscaya tak ada sesuatu atau siapapun yang bisa memberikan petunjuk kepada mereka dan mengantarkannya kepada kebahagiaan hakiki.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt mengutarakan pertanyaan kepada manusia, supaya akal dan fitrahnya bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah dan bisa menerima kebenaran.
2.Segala upaya dan rongrongan untuk menentang kehendak Allah hanya akan menghantarkan manusia kepada kehancuran. Cahaya Allah dan agamanya tidak akan pernah bisa dipadamkan oleh musuh-musuhnya.
 
Ayat ke 35
 
┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¼┘Ä┘å┘æ┘ÄÏ®┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄϬ┘É┘è ┘ê┘ÅÏ╣┘ÉÏ»┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘æ┘Ä┘é┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¬┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è ┘à┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘ÆÏ¬┘É┘ç┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺÏ▒┘Å Ïú┘Å┘â┘Å┘ä┘Å┘ç┘ÄϺ Ï»┘ÄϺϪ┘É┘à┘î ┘ê┘ÄÏ©┘É┘ä┘æ┘Å┘ç┘ÄϺ Ϭ┘É┘ä┘Æ┘â┘Ä Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ¬┘æ┘Ä┘é┘Ä┘ê┘ÆÏº ┘ê┘ÄÏ╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å (35)
 
Artinya:
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(13: 35)
 
Setelah menegaskan akibat buruk yang diterima orang-orang musyrik di akhirat kelak, al-Quran dalam ayat 35, surat ar-Ra'd ini lantas menggambarkan keadaan orang-orang mukmin di Hari Kiamat. Al-Quran menyatakan bahwa apa yang dijanjikan Allah Swt kepada orang-orang bertakwa adalah surga. Sebuah tempat indah bagaikan taman hijau yang dipenuhi beragam buah dan makanan yang lezat. Tentu saja taman surga dengan taman dunia memiliki perbedaan yang amat jauh. Karena itu al-Quran menggunakan ungkapan perumpamaan. Dengan kata lain bila kita ingin mengetahui keindahan surga. Maka keindahan surga setidaknya seperti seindah-indahnya taman yang pernah ada di dunia.
 
Satu hal yang menarik lainnya adalah al-Quran menggunakan istilah orang-orang bertakwa atau mutaqqin di hadapan orang-orang musyrik atau musyrikin. Padahal seharusnya, lawan musyrikin adalah mukminin atau orang-orang beriman. Namun tampaknya, al-Quran sengaja memakai istilah tersebut, sebagai penjelas bahwa iman dan takwa adalah dua hal yang senantiasa beriringan. Hal ini semakin memperjelas bahwa klaim iman tanpa takwa dan amal saleh merupakan klaim yang tak berarti.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Balasan orang-orang yang bertakwa adalah kebahagiaan abadi di surga.
2. Akhir perbuatan manusia adalah hal yang penting. Meski orang-orang bertakwa mengalami beragam cobaan sewaktu di dunia, namun di akhirat kelak mereka akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Sebaliknya orang-orang kafir yang hanya mengejar kesenangan fana di dunia, niscaya di akhirat nanti memperoleh azab neraka.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 29-31
Ayat ke 29
 
Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ÄϺϬ┘É ÏÀ┘Å┘êÏ¿┘Ä┘ë ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ¡┘ÅÏ│┘Æ┘å┘Å ┘à┘ÄÏó┘ÄÏ¿┘ì (29)
 
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.(13: 29)
 
Dalam penjelasan sebelumnya, al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa zikir dan mengingat Allah bisa menentramkan kalbu orang-orang mukmin. Adapun dalam ayat yang baru kita dengar bacaannya tadi, menyatakan, bahwa orang-orang mukmin yang beramal saleh, akan selalu mendapat karunia dari Allah swt baik di dunia, maupun di akhirat, dan mereka akan memperoleh kebahagiaan dan akhir yang baik.
 
Umumnya, al-Quran kerap menyandingkan iman dengan amal saleh, sebagai dua hal yang tak boleh terpisah. Orang-orang mukmin berbeda dengan orang-orang fasik dan munafik. Mungkin saja seorang yang fasik menyimpan iman di hatinya, namun dalam prakteknya, mereka melakukan tindakan maksiat dan dosa. Sementara orang yang munafik, secara lahir mereka berprilaku baik, namun hatinya tidak beriman.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Kebahagiaan hidup di dunia hanya bisa terwujud di bawah pancaran iman dan amal saleh. Karena itu, mereka yang berbuat kejelekan tidak akan bisa juga menikmati kebahagiaan sejati hidup di dunia.
2.Kebahagiaan materi para pemuja dunia, hanya bersifat sementara dan fana. Sementara kebahagiaan orang-orang beriman, tidak hanya di dunia semata, tapi abadi hingga di akhirat kelak.
 
Ayat ke 30
 
┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Ä ┘ü┘É┘è Ïú┘Å┘à┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘é┘ÄÏ»┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘ÄϬ┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘ÄϺ Ïú┘Å┘à┘Ä┘à┘î ┘ä┘ÉϬ┘ÄϬ┘Æ┘ä┘Å┘ê┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ïú┘Ä┘ê┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘äÏ▒┘æ┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘Ä┘å┘É ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è ┘ä┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ï¬┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘ÆÏ¬┘Å ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÄϬ┘ÄϺϿ┘É (30)
 
Artinya:
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".(13: 30)
 
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa risalah dan bimbingan ilahi selalu berjalan berkelanjutan di antara umat-umat terdahulu. Dalam ayat ini, Allah Swt juga berbicara kepada kaum musyrik Mekah yang mengingkari misi nubuwah Nabi Muhammad Saw. Ayat ini menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi yang pertama kali diutus di tengah-tengah mereka dan diragukan misinya. Sebelum ini pun Allah telah berkali-kali mengutus para nabinya pada umat-umat terdahulu. Seluruh utusan Allah itu menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah kepada umatnya, dan bukan sesuatu yang muncul dari dirinya sendiri, lantas dinisbahkan kepada Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Menelaah dan mengkaji sejarah umat-umat terdahulu amat berpengaruh terhadap pengenalan dan penerimaan kita atas hakikat dan ajaran agama ilahi.
2.Dengan berbekal tawakal kepada Allah Swt, kita bisa memperoleh kekuatan untuk tetap berjuang dan berdiri teguh di hadapan perlawanan dan permusuhan orang-orang kafir.
 
Ayat ke 31
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ê┘Æ Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘ïϺ Ï│┘Å┘è┘æ┘ÉÏ▒┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¼┘ÉÏ¿┘ÄϺ┘ä┘Å Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘é┘ÅÏÀ┘æ┘ÉÏ╣┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Å Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É┘à┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ê┘ÆÏ¬┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘ä┘Æ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Šϼ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘Ä┘è┘ÆÏª┘ÄÏ│┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘ç┘ÄÏ»┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ▓┘ÄϺ┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ϭ┘ÅÏÁ┘É┘èÏ¿┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ÏÁ┘Ä┘å┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘é┘ÄϺÏ▒┘ÉÏ╣┘ÄÏ®┘î Ïú┘Ä┘ê┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘Å┘ä┘æ┘Å ┘é┘ÄÏ▒┘É┘èÏ¿┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘ÄϺÏ▒┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï¡┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ë ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ«┘Æ┘ä┘É┘ü┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘É┘èÏ╣┘ÄϺϻ┘Ä (31)
 
Artinya:
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.(13: 31)
 
Menyambung bahasan ayat sebelumnya, yang menyinggung masalah penentangan orang-orang kafir terhadap risalah Nabi Muhammad. Dalam ayat ini, al-Quran memperingatkan kepada mereka, bahwa kekufuran dan pengingkaran mereka bukan berarti akan melepaskannya dari kekuasaan Allah dan bisa bebas hidup sesuka hatinya. Karena Allah Swt, akan membalas kejahatan orang-orang kafir yang berbuat keterlaluan tidak hanya di akhirat saja, tapi juga di dunia.
 
Dengan mengkaji ayat tersebut, kita akan bisa menemukan dua kelompok orang kafir. Pertama, kelompok kafir yang mengetahui kebenaran namun mengingkarinya. Sedang kelompok kedua adalah orang-orang kafir yang tidak mengenal kebenaran. Tentu saja, orang-orang kafir yang dimaksud dalam ayat ini, adalah kelompok pertama. Mereka tidak hanya mengingkari kebenaran, tapi bahkan berupaya memerangi dan menghancurkan kebenaran. Sebegitu ingkarnya mereka, hingga kalaupun muncul mukjizat yang bisa meluluhlantakkan gunung-gunung dan menghidupkan kembali orang-orang mati, niscaya mereka tetap ingkar dan tidak akan beriman.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt menciptakan manusia dan melengkapinya dengan ikhtiar. Sehingga ia bisa bebas memilih jalan hidupnya, apakah menjadi mukmin ataukah kafir. Karena itu, orang-orang beriman jangan berharap bahwa seluruh manusia akan menjadi mukmin.
2.Allah Swt menghendaki manusia bebas memilih keyakinannya. Karena jika tidak demikian, niscaya Allah mampu memaksa seluruh manusia beriman kepada-Nya.
3.Munculnya beragam musibah dan bencana adalah akibat ulah manusia.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd ayat 27-28
Ayat ke 27
 
┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É ┘é┘Å┘ä┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘è┘ÅÏÂ┘É┘ä┘æ┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÄϺϿ┘Ä (27)
 
Artinya:
Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya". (13: 27)
 
Jelas bahwa siapa saja yang mengaku diri sebagai nabi dan utusan Allah,ia pasti akan membawa bukti yang menguatkan pengakuannya yang disebut dengan mukjizat. Dengan mukjizat itu dia dapat membuktikan kebenaran pengakuannya sebagai nabi dan bahwa semua yang ia sampaikan berasal dari Allah. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa para nabi harus menuruti setiap permintaan dan tuntutan kaumnya. Sebab sebagian orang datang meminta Nabi Muhammad Saw dan mengatakan bahwa dirinya hanya akan beriman jika beliaumenunjukkan perkara yang aneh dan ajaib kepadanya. Jika Nabi Saw harus memenuhi setiap permintaan kaumnya yang seperti ini, maka kekacauanlah yang akan terjadi.
 
Orang yang berakal dan mencari kebenaran, akan langsung meyakini pengakuan para nabi yang datang dengan membawa mukjizat, dan tidak akan pernah mengajukan permintaan yang aneh-aneh. Sementara mereka yang ingkar dan hanya bermain-main akan mengumbar tuntutan agar nabi menunjukkan puluhan mukjizat, meski demikian, mereka tidak akan pernah beriman.
 
Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Kitab suci ini adalah mukjizat abadi Nabi Muhammad Sawyang mengandung ajaran dan hikmah yang sangat tinggi. Hal itu cukup menjadi petunjuk bahwa al-Quran bukan buatan manusia, tetapi wahyu yang turun dari Allah Swt. Sayangnya, masih banyak yang mengingkari kebenaran mukjizat ini. Sikap keras kepala mereka dan keengganan menerima kandungan kitab suci ini telah menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan yang nyata.
 
Mereka yang tidak menggunakan akal dan logika sehat telah terkena penyakit kejiwaan yang parah, sehingga merasa terganggu karena mendengar bacaan ayat-ayat suci al-Quran. Keadaan mereka tak jauh berbeda dengan bangkai yang bau busuknya semakin menyengat ketika terkena siraman air hujan. Padahal jika air hujan itu mengenai tanah yang subur, maka tumbuhan dan aneka buah-buahanlah yang bakal dihasilkannya. Wahyu ilahi dan ajaran nabi ibarat air hujan yang datang membawa rahmat dan berkah bagi bumi.
 
Ungkapan yang menyebutkan bahwa Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki tidak berarti Allah ingin menyengsarakan manusia dengan menyesatkannya. Kesesatan itu terjadi karena orang-orang sesat itu menolak kebenaran dan menentang bimbingan yang diberikan Allah lewat para nabi-Nya. Akibat penentangan itu, mereka tidak mendapatkan hidayah ilahi. Ayat tadi menjelaskan pula adanya kelompok lain yang memperoleh rahmat dan kasih Allah karena mereka bertaubat dan kembali kepadaNya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Masalah terpenting berkaitan dengan hidayah seseorang dan kesesatannya ada pada sikap orang itu dalam menghadapi kebenaran, bukan pada jumlah mukjizat yang disaksikannya.
2. Sudah menjadi sunnatullah bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada semua hamba-Nya. Akan tetapi orang-orang yang memilih jalan menyimpang, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dari Allah dan akan jauh dari kebenaran.
 
Ayat ke 28
 
Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄϬ┘ÄÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘Å ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ░┘É┘â┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïú┘Ä┘ä┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏ░┘É┘â┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¬┘ÄÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘Å (28)
 
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(13: 28)
 
Ayat ini masih melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka yang mencari kebenaran. Pada ayat ke-28 ini, Allah Swt berfirman bahwa para pencari kebenaran yang akan memperoleh hidayah adalah mereka yang setelah keimanan memperoleh ketenangan dan ketenteraman jiwa. Sebab mengingat Allah membuat hati tenteram. Ketenangan mengingat Allah adalah ketenangan hakiki yang tidak ada tandingannya.
 
Mengingat Allah yang dimaksudkan dalam ayat tadi selain menyebutnya lewat lisan dalam shalat dan doa, juga mengingat-Nya dalam semua kondisi dan keadaan, khususnya kala seseorang menghadapi masalah atau berhadapan dengan perbuatan dosa. Mengingat kenikmatan dan anugerah Allah akan membuat orang bersyukur. Sedangkan mengingat kekuatan, kemurahan, dan pengampunan Allah akan membuat kita optimis dan memberikan kekuatan dalam menghadapi setiap masalah.
 
Satu hal yang perlu dicatat bahwa mereka yang memperoleh ketentraman dengan mengingat Allah adalah orang-orang yang kala mendengar nama Allah merasakan getaran ketundukan di hatinya. Getaran itu muncul karena ia menyadari dengan benar keagungan dan kebesaran Allah yang tak terbatas. Dalam suratal-Anfal Allah Swt berfirman,"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah yang jika disebut nama Allah bergetar hati mereka."
 
Orang-orang dengan sifat seperti itu ibarat anak-anak yang saleh dan merasa tentram saat berharap kepada kedua orang tuanya. Mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah kehidupan. Meski demikian, mereka tetap menaruh penghormatan besar kepada kedua orang tua dan tidak akan mendurhakai mereka. Imam Ali Zainal Abidin as dalam salah satu doa bulan Ramadhan menyebut zikir sebagai penenang jiwa. Beliau berkata, "Ya Allah, setiap kali aku mengingat kemurahan dan kemuliaan-Mu, aku merasa optimis dan tenang."
 
Di dunia saat ini, manusia menghadapi masalah depresi dan kegundahan jiwa. Kondisi ini muncul karena jauh dari Allah dan zikir. Masalah kejiwaan seperti ini jarang ditemukan di masyarakat yang menjunjung tinggi keimanan dan spiritualitas.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Mengingat Allah tidak hanya dilakukan lewat lisan. Ketenangan hati diperlukan untuk memperoleh keimanan yang kuat.
2. Manusia saat ini lebih mengagungkan kekayaan dan kekuatan. Akibatnya, ia kehilangan ketenangan dan ketentraman jiwa. Hanya zikrullah yang dapat memberikan ketenteraman jiwa kepada manusia.(
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 23-26
Ayat ke 23-24
 
ϼ┘Ä┘å┘æ┘ÄϺϬ┘Å Ï╣┘ÄÏ»┘Æ┘å┘ì ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ«┘Å┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ÏÁ┘Ä┘ä┘ÄÏ¡┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘ÄÏ¿┘ÄϺϪ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ▓┘Æ┘ê┘ÄϺϼ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ░┘ÅÏ▒┘æ┘É┘è┘æ┘ÄϺϬ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ä┘ÄϺϪ┘É┘â┘ÄÏ®┘Å ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ«┘Å┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ï¿┘ÄϺϿ┘ì (23) Ï│┘Ä┘ä┘ÄϺ┘à┘î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ÏÁ┘ÄÏ¿┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘Ä Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (24)
 
Artinya:
(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (13: 23)
 
(sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.(13: 24)
 
Dalam pertemuan sebelumnya, telah dibahas karakteristik orang mukmin yang sejati. Salah satunya adalah sikap sabar mereka, baik dalam beribadah maupun dalam mengatasi persoalan masyarakat, khususnya kalangan fakir miskin. Orang mukmin yang sejati adalah manusia yang teguh dan tabah dalam menghadapi segala bentuk kesulitan dan cobaan. Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa mereka yang sabar melangkah di jalan kebenaran akan masuk surga dan mendapat penghormatan dari para malaikat.
 
Tentu saja, orang-orang mulia seperti mereka lahir dan dibesarkan dari lingkungan keluarga yang suci dan islami. Selain itu, mereka juga amat bijaksana dalam memilih calon pasangan hidupnya yang layak. Mereka memilih calon pasangannya sesuai dengan tolak ukur yang diajarkan oleh agama. Begitu juga dengan anak-anak yang mereka lahirkan. Mereka senantiasa berusaha mendidik anak-anaknya menjadi insan mukmin dan bertakwa. Karena itu, wajar bila di Hari Kiamat kelak mereka sekeluarga sama-sama masuk surga. Tentu saja dengan catatan, bahwa semua anggota keluarga tergolong orang-orang yang saleh.
 
Di samping itu, menerima dan menaati pemimpin yang saleh merupakan juga salah satu persyaratan untuk bisa mencapai derajatmukmin. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya, "Menaati Imam Ali dan para iman sesudahnya, bisa melapangkan jalan menuju surga."
 
Seperti yang diisyaratkan dalam ayat di atas, para malaikat tidak hanya mendoakan dan beristighfar bagi orang-orang mukmin di dunia saja, tapi kelak di hari kiamat, mereka juga akan menyambut dan melayani orang-orang mukmin.
 
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Keluarga surga adalah keluarga yang seluruh anggotanya melangkah di jalan Allah. Mereka adalah keluarga yang rukun, hangat dan harmonis.
2.Sabar adalah sumber segala kesempurnaan. Sabar dalam menghadapi maksiat, sabar dalam mengamalkan ibadah, dan sabar dalam menghadapi musibah.
3.Mengucapkan salam saat hendak memasuki suatu ruangan atau pertemuan merupakan tradisi para malaikat.
 
Ayat ke 25
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘Ä┘å┘Æ┘é┘ÅÏÂ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É ┘à┘É┘èϽ┘ÄϺ┘é┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘ÆÏÀ┘ÄÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘à┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Å┘êÏÁ┘Ä┘ä┘Ä ┘ê┘Ä┘è┘Å┘ü┘ÆÏ│┘ÉÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘ÄÏ╣┘Æ┘å┘ÄÏ®┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï│┘Å┘êÏí┘ŠϺ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (25)
 
Artinya:
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).(13: 25)
 
Dalam ayat-ayat sebelumnya, al-Quran memberitakan tentang ciri-ciri orang mukmin dan saleh. Namun di ayat 25 ini, al-Quran menuturkan tentang sekelompok manusia yang melanggar janji Ilahi. Mereka memutus hubungan dengan orang-orang yang saleh dan suci, lantas menjalin hubungan dengan orang-orang yang dibenci oleh Allah. Orang-orang hina semacam itu, niscaya telah menjauhkan diri dari Tuhannya dan telah kehilangan esensi kemanusiaannya. Karena itu, mereka melakukan segala tindakan yang menyebabkan munculnya kerusakan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat manusia. Mereka sejatinya telah menjauhkan dirinya dari rahmat Ilahi baik di dunia maupun di akhirat.
 
Berdasarkan penegasan hadis-hadis Rasulullah Saw, menjaga hubungan dan mengatasi persoalan keluarga dan sanak saudara merupakan salah satu perkara yang senantiasa dianjurkan oleh Allah Swt. Umumnya, mereka yang tidak peduli dengan ajaran agama, mereka juga abai terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Jalan kebenaran dan kebatilan akan makin mudah dikenali dengan cara membandingkan akibat yang diterima oleh orang-orang mukmin dan orang-orang yang durhaka.
2.Memisahkan diri dari Allah dan agama-Nya, merupakan titik awal segala bentuk penyimpangan dan kemaksiatan.
 
Ayat ke 26
 
Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ│┘ÅÏÀ┘ŠϺ┘äÏ▒┘æ┘ÉÏ▓┘Æ┘é┘Ä ┘ä┘É┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘ÆÏ»┘ÉÏ▒┘Å ┘ê┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÉÏ¡┘Å┘êϺ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘É Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘ŠϺ┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘à┘ÄϬ┘ÄϺÏ╣┘î (26)
 
Artinya:
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).(13: 26)
 
Melanjutkan penjelasan mengenai akibat yang diterima oleh orang-orang saleh dan orang-orang yang durhaka, ayat ini menegaskan bahwa balasan yang diterima dua kelompok manusia tersebut baik di dunia maupun akhirat kelak, berdasarkan perhitungan ilahi yang tepat dan sempurna. Allah Swt berdasarkan aturan hukum ilahi, akan memberi atau mencabut rezeki-Nya. Tentu saja rezeki yang diterima oleh orang-orang kafir di dunia tidak ada artinya dibanding rezeki orang-orang mukmin di akhirat. Karena itu, jangan pernah membandingkan apa yang diterima di dunia oleh kedua golongan ini. Karena segala nikmat dan musibah di dunia ini hanya bersifat sementara dan fana.
 
Dengan demikian, jangan pernah kita merasa puas dan gembira secara berlebihan saat rezeki datang melimpah. Sebalinya, di saat duka dan kekurangan rezeki, jangan pernah merasa putus asa dan terlarut dalam kesusahan. Ketahuilah bahwa Allah Swt Maha Bijaksana. Dunia hanyalah ranah ujian dan cobaan. Sedang Akhirat adalah ranah balasan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Rezeki ada di tangan Allah Swt. Rezeki tidak diperoleh lewat cara-cara batil seperti melanggar janji, kikir, dan tamak.
2.Dunia adalah alam yang fana dan sementara. Betapa banyak manusia yang tertipu dengan keindahan lahir dunia. Karena itu, kita mesti waspadadengan godaan di dunia ini.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 20-22
Ayat ke 20-21
 
Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘Å┘ê┘ü┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉÏ╣┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘å┘Æ┘é┘ÅÏÂ┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘É┘èϽ┘ÄϺ┘é┘Ä (20) ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏÁ┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘à┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Å┘êÏÁ┘Ä┘ä┘Ä ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ«┘ÆÏ┤┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ü┘Å┘ê┘å┘Ä Ï│┘Å┘êÏí┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘É (21)
 
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. (13: 20)
 
Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (13: 21)
 
Dalam pembahasan yang lalu telah kita katakan bahwa al-Quran menyerupakan orang mukmin sebagai orang yang melihat, dan orang yang kafir sebagai orang yang buta, dan menyebut pula orang-orang beriman sebagai orang-orang yang berakal. Dalam melanjutkan ayat yang telah lalu, ayat ini masih berbicara tentang sifat orang-orang beriman dengan mengatakan bahwa memenuhi janji, itupan janji kepad Allah Swt, adalah sifat terpenting orang-orang berakal. Mereka tidak pernah melanggar perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah Swt, baik perjanjian-perjanjian yang bersifat teoritis, seperti penerimaan kebenaran dan penegakan keadilan, maupun perjanjian-perjanjian logis seperti keyakinan kepada asal dan hari akhir (ma'ad), demikian pula perjanjian-perjanjian syar'i, seperti penjagaan masalah halal dan haram.
 
Salah satu perjanjian terpenting dengan Allah Swt ialah penentangan kepada para penguasa yang tak layak, sebaliknya mendukung dan mentaati para pemimpin suci dan pilihan Ilahi. Allah Swt menekankan bahwa kepemimpinan adalah hak orang-orang yang suci dan cinta keadilan. Allah juga memperingatkan bahwa hendaknya mereka tidak memberi peluang kepada orang-orang zalim untuk berkuasa. Berkenaan dengan hal ini Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 124 yang artinya bahwa "Janji-ku ini tidak akan berlaku bagi orang-orang yang zalim".
 
Ciri-ciri lain orang-orang beriman dan berakal ialah menjaga ikatan keluarga dan persaudaraan seagama, dimana Allah Swt telah memberikan penekanan yang sangat tegas dalam hal ini. Di antaranya ialah penjagaan hubungan yang baik dengan sesama mukmin di tengah masyarakat yang disebut oleh al-Quran sebagai saudara-saudara seiman, juga penjagaan tali hubungan kekeluargaan atau silaturahmi, yang memberikan semacam hubungan emosional dan ekonomi untuk membantu mengatasi keperluan-keperluan mereka.
 
Satu lagi ciri-ciri orang-orang beriman ialah takut kepada perhitungan amal dan Allah Swt. Rasa takut kepada Allah Swt muncul di dalam hati, yang timbul dari keyakinan mendalam orang yang berilmu dan berpengetahuan serta yakin akan keagungan dan kebesaran Allah Swt.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Penghormatan kepada perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan sosial, merupakan salah satu ciri manusia beriman dan berakal.
2. Penjagaan keberlangsungan hubungan kekeluargaan atau silaturahmi, dan pemberian bantuan kepada mereka untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, adalah sesuatu yang sangat ditekankan dalam agama Islam.
 
Ayat ke 22
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏÁ┘ÄÏ¿┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ϺϿ┘ÆÏ¬┘ÉÏ║┘ÄϺÏí┘Ä ┘ê┘Äϼ┘Æ┘ç┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘é┘ÄϺ┘à┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘Ä┘ä┘ÄϺϮ┘Ä ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘Ä┘é┘Å┘êϺ ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ▓┘Ä┘é┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï│┘ÉÏ▒┘æ┘ïϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘ÄϺ┘å┘É┘è┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ▒┘ÄÏí┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ│┘Ä┘å┘ÄÏ®┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘è┘æ┘ÉϪ┘ÄÏ®┘Ä Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (22)
 
Artinya:
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (13: 22)
 
Di antara ciri-ciri orang-orang beriman dan berakal ialah sabar dan teguh dalam menghadapi kesulitan dan dalam melaksanakan perintah serta taklif Ilahi. Dalam kesabaran tersebut mereka hanya mengharapkan keridhaan dan inayah Allah Swt. Tentu saja sabar di atas jalan Allah Swt, tidak akan terjadi tanpa keteguhan dalam pelaksanaan ibadah, terutama salat. Untuk itu, di tempat lain, al-Quran mengatakan, ( ┘ê┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ╣┘É┘è┘å┘Å┘êϺ┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘äÏÁ┘æ┘ÄÏ¿┘ÆÏ▒┘É ┘ê┘ÄϺ┘äÏÁ┘æ┘Ä┘äϺ┘ÄÏ®┘É) "Mintalah pertolongan dengan bersabar dan melaksanakan shalat."
 
Membantu kaum miskin dengan bantuan-bantuan yang sesuai dengan kesulitan yang mereka hadapi juga merupakan sifat mulia seorang mukmin, yang melakukan semua itu baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Sifat lain yang disebut pula dalam ayat ini dan dari segi moral dan sosial memiliki posisi penting dan berpengaruh ialah menghapus kejahatan dengan kebaikan. Yang dimaksud dengan menghapus kejahatan dengan kebaikan ialah jika seorang mukmin berbuat sesuatu yang tidak baik kepada kita, maka kita mengabaikannya bahkan hendaknya kita memaafkan dan tidak membalas dendam. Sedangkan berkenaan dengan orang zalim dan jahat, maka kita harus bersikap tegas dan serius. Jika tidak demikian, maka mereka akan semakin berani melakukan kejahatan dan akan mengulangi lagi perbuatannya itu.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, yang memperhatikan berbagai dimensi kehidupan individu, sosial, emosional, moral dan masalah-masalah politik.
2. Agama Islam menekankan kepada para pengikutnya untuk memperhatikan hubungannya dengan Allah, akan tetapi harus pula dengan memperhatikan hubungan baik dengan sesama manusia. Jika tidak demikian, maka agama seseorang tidak akan sempurna.
3. Kehidupan yang baik di dunia dan akherat adalah untuk orang-orang beriman.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 17-19
Ayat ke 17
 
Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺÏí┘É ┘à┘ÄϺÏí┘ï ┘ü┘ÄÏ│┘ÄϺ┘ä┘ÄϬ┘Æ Ïú┘Ä┘ê┘ÆÏ»┘É┘è┘ÄÏ®┘î Ï¿┘É┘é┘ÄÏ»┘ÄÏ▒┘É┘ç┘ÄϺ ┘ü┘ÄϺϡ┘ÆÏ¬┘Ä┘à┘Ä┘ä┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘Å Ï▓┘ÄÏ¿┘ÄÏ»┘ïϺ Ï▒┘ÄϺϿ┘É┘è┘ïϺ ┘ê┘Ä┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ ┘è┘Å┘ê┘é┘ÉÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘É ÏºÏ¿┘ÆÏ¬┘ÉÏ║┘ÄϺÏí┘Ä Ï¡┘É┘ä┘Æ┘è┘ÄÏ®┘ì Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘à┘ÄϬ┘ÄϺÏ╣┘ì Ï▓┘ÄÏ¿┘ÄÏ»┘î ┘à┘ÉϽ┘Æ┘ä┘Å┘ç┘Å ┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘è┘ÄÏÂ┘ÆÏ▒┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄϺÏÀ┘É┘ä┘Ä ┘ü┘ÄÏú┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ Ϻ┘äÏ▓┘æ┘ÄÏ¿┘ÄÏ»┘Å ┘ü┘Ä┘è┘ÄÏ░┘Æ┘ç┘ÄÏ¿┘Šϼ┘Å┘ü┘ÄϺÏí┘ï ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘à┘ÄϺ ┘è┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÄÏ╣┘ŠϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä ┘ü┘Ä┘è┘Ä┘à┘Æ┘â┘ÅϽ┘Å ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘è┘ÄÏÂ┘ÆÏ▒┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ½┘ÄϺ┘ä┘Ä (17)
 
Artinya:
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(13: 17)
 
Sebagaimana ditegaskan di akhir ayat ini, dalam rangka menjelaskan kebenaran dan kebatilan, Allah Swt menggunakan hal-hal yang dikenal oleh umat manusia dan yang biasa mereka saksikan atau bahkan mereka alami, sebagai perumpamaan. Dalam ayat ini, Allah Swt mengumpamakan kebenaran sebagai air, sedangkan kebatilan sebagai buih. Air adalah salah satu sumber kehidupan yang sangat penting bagi manusia yang Allah turunkan dari langit berupa hujan. Ketika hujan turun ke bumi dan mengalir di lembah-lembah membentuk sungai, seringkali muncul buih di permukaan air tersebut. Buih ini tidak akan tahan lama, dan akan segera hilang, dan airlah yang akan tetap berada di bumi.
 
Demikian pula di pabrik-pabrik peleburan besi, ketika besi telah melebur dan mencair, maka akan muncul buih-buih di permukaannya. Akan tetapi buih ini pun akan segera hilang dan yang tinggal adalah cairan besi murni. Demikianlah, dengan contoh-contoh yang diberikan dalam ayat ini, Allah Swt menjelaskan bahwa kebatilan bagaikan buih, yang muncul di permukaan, akan tetapi ia tidak akan kekal.Karena memang ia tidak ada harganya sama sekali. Buih akan muncul ketika air atau cairan tembaga masih mengelegak. Akan tetapi ketika semuanya telah berada dalam kondisi tenang, semua buih itu akan segera musnah tanpa bekas.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Rahmat dan inayah Allah Swt selalu tercurahkan kepada umat manusia, dan semuanya akan memperoleh rahmat tersebut sesuai dengan kapasitas dan potensinya.
2.Dalam peristiwa-peristiwa pahit dan manis di dunia ini, semua yang tidak murni akan diketahui, dan haq dan bathil akan terpisah, satu dari yang lain.
 
Ayat ke 18
 
┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ│┘ÆÏ¬┘Äϼ┘ÄϺϿ┘Å┘êϺ ┘ä┘ÉÏ▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÅÏ│┘Æ┘å┘Ä┘ë ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Äϼ┘É┘èÏ¿┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘ê┘Æ Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘à┘ÉϽ┘Æ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄÏ╣┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘ÄϺ┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ»┘Ä┘ê┘ÆÏº Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï│┘Å┘êÏí┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄÏú┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¼┘Ä┘ç┘Ä┘å┘æ┘Ä┘à┘Å ┘ê┘ÄÏ¿┘ÉϪ┘ÆÏ│┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘É┘ç┘ÄϺϻ┘Å (18)
 
Artinya:
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.(13: 18)
 
Ayat ini berbicara tentang nasib orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Dikatakan dalam ayat ini bahwa mereka yang memenuhi seruan Allah untuk beriman dan mentaati ajaran-ajaran-Nya, akan menerima ganjaran yang baik dan menguntungkan. Sebaliknya mereka yang tidak bersedia memenuhi seruan tersebut akan meneirma nasib akhir yang sedemikian menyengsarakan, sehingga digambarkan jika mereka memiliki dua kali lipat dari semua apa yang ada di bumi ini. Mereka akan bersedia menebus nasib buruk mereka itu dengan semua kekayaan tersebut. Akan tetapi, kalaupun mereka benar-benar memiliki kekayaan tersebut, maka semua itu tidak akan dapat menolongnya dari kesengsaraan di akhirat.
 
Ayat ini juga menegaskan bahwa hisab atau perhitungan amal orang-orang tak beriman di hari kiamat akan berjalan dengan susah dan berat. Sebagaimana dijelaskan pula dalam berbagai riwayat, mereka yang memperlakukan orang lain dengan zalim, dan menciptakan kesusahan bagi orang lain, maka di hari kiamat akan menghadapi hari perhitungan yang sangat berat dan sulit. Sebaliknya mereka yang selalu berbuat baik kepada orang lain, pemaaf dan suka membantu kesusahan orang, maka ia akan menghadapi hari perhitungan amalnya dengan mudah, karena Allah Swt akan memperlakukannya dengan kebaikan dan maaf serta rahmat-Nya yang Maha luas.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Orang-orang mukmin memiliki masa depan yang sangat baik di akhirat. Sebaliknya orang-orang kafir, memiliki masa depan yang sangat menyedihkan di akherat.
2.Jika kita berharap Allah Swt akan mengabulkan dan memenuhi doa-doa kita, maka hendaknya kita pun mengabulkan dan memenuhi seruan Allah, serta menjadi hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.
 
Ayat ke 19
 
Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘Å ┘â┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘Ä┘ë ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄϬ┘ÄÏ░┘Ä┘â┘æ┘ÄÏ▒┘Å Ïú┘Å┘ê┘ä┘Å┘ê Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘ä┘ÆÏ¿┘ÄϺϿ┘É (19)
 
Artinya:
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (13: 19)
 
Melanjutkan perbandingan antara kondisi kaum beriman dan kaum kafir yang dibicarakan oleh ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan bahwa mereka yang hatinya memiliki tempat bagi kebenaran adalah orang-orang yang memiliki akal dan kemampuan berpikir yang sesungguhnya. Untuk itulah mereka menyaksikan kebenaran dan memahaminya. Sedangkan mereka yang tidak menerima kebenaran, tidak ada bedanya dengan orang yang buta, meskipun mereka memiliki indera penglihatan. Akan tetapi akal dan fitrah manusia memiliki inti dan benih, dimana kebiasaan dan adat istiadat yang keliru, demikian pula khurafat dan fanatisme yang tidak pada tempatnya, akan menutupinya, sehingga tidak lagi mengijinkan seseorang untuk menyaksikan kebenaran. Sedangkan orang-orang yang berakal dan memelihara fitrahnya dengan baik, akan dengan mudah menerima dan meyakini kebenaran.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Indera penglihatan memang penting bagi seseorang untuk dapat menyaksikan segala sesuatu di sekitarnya. Akan tetapi untuk menyaksikan kebenaran dan hakekat, bukan mata kepala yang diperlukan, tapi mata hati.
2.Akal dan daya pikir seseorang yang tidak mampu menghantarkan manusia kepada hakikat ajaran-ajaran Ilahi, bukanlah akal dan daya pikir yang sesungguhnya.
3.Peringatan adalah penting untuk selalu diberikan, guna menyingkirkan kelalaian yang akan menjauhkan manusia dari kebenaran.
AS yang Harus Bertanggung Jawab atas Transformasi Terbaru Irak
Wakil Perdana Menteri Irak menuding Amerika Serikat bertanggung jawab dalam transformasi terbaru di utara Irak.
 
Saleh al-Mutlaq dalam wawancaranya Jum'at (13/6), menyinggung putaran baru gejolak dan instabilitas di provinsi al-Anbar di Barat, serta Nainawa dan Salahuddin di utara Irak, seraya mengatakan, "Karena mundur dari Irak tanpa menyelesaikan masalah-masalah yang ada, Amerika Serikat adalah yang bertanggung jawab atas kondisi sekarang di negara ini."
 
Al-Mutlaq menjelaskan bahwa sejumlah pihak di Mosul (Irak utara), yang mengklaim telah termarginalkan, bergabung dengan kelompok teroris Daulah Islam fi Iraq wa Syam (DIIS). Oleh karena itu, menurutnya, perlu dilakukan perubahan dalam proses politik di Irak.
 
Wakil PM Irak ini juga menepis intervensi regional di Irak dan menambahkan, intervensi langsung maupun tidak langsung setiap negara tetangga Irak akan memperkeruh kondisi saat ini.
 
Televisi BBC Arab dalam laporan terbarunya menyebutkan, meski kondisi buruknya keamanan dan kekhawatiran atas transformasi di utara Irak, namun rakyat negara ini menentang campur tangan AS dalam menyelesaikan krisis.
Hizbullah Siap Jaga Lebanon dari Terorisme DIIS
Anggota Fraksi Muqawama di parlemen Lebanon menyatakan kesiapan Hizbullah untuk menjaga Lebanon di hadapan plot terorisme.
 
Menurut laporan kantor berita al-Ahd Lebanon, Hussein al-Musawi, anggota Fraksi Muqawama di parlemen lebanon pada Jumat (13/6) merilis statemen menyatakan bahwa para teroris yang berafiliasi dengan Daulah Islam Iraq wa Syam (DIIS) dengan strategi sektarian, telah menarget keamanan Irak, Suriah dan Lebanon.
 
Dalam pernyataan itu, anggota Fraksi Muqawama itu menjelaskan bahwa mekanisme terbaik bagi Irak dalam pemberantasan terorisme DIIS adalah penentuan strategi nasional dan Hizbullah siap menjaga Lebanon dari aksi-aksi DIIS.
 
Seorang anggota lain dari Fraksi Muqawama di parlemen Lebanon mengatakan, "Semua harus mewaspadai gerakan kelompok-kelompok DIIS, dan Hizbullah siap untuk memainkan perannya dalam mencegah terulangnya skenario yang telah terjadi di Irak."