کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 22 Oktober 2013 18:36

Dam Jemaah Indonesia Capai Rp 300 Miliar

Ketua Dewan Masjid Indonesia M Jusuf Kalla menuturkan bahwa dam atau kurban para jemaah haji bisa mencapai nilai Rp 300 miliar setiap tahunnya. Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah melalui Majelis Ulama Indonesia bisa mengkaji kemungkinan pembayaran ini dilakukan di Tanah Air.

Dilansir laman Antara, kemarin Kalla mengingatkan nilai dam atau kurban yang dibayarkan jemaah haji bisa mencapai Rp 300 miliar dengan asumsi harga kambing Rp 1,5 juta/ekor. Jadi, jika jemaah mencapai 200 ribu orang, maka total uang yang disumbangkan mencapai Rp 300 miliar.

Jumlah kambing sebanyak itu tentu bisa dialokasikan ke Tanah Air ketimbang harus dibagikan di Arab Saudi yang masyarakatnya lebih sejahtera. "Selama ini pembayaran dam atau kurban dilakukan di Mekah. Padahal, bukan tidak mungkin hal ini bisa dilakukan di Indonesia karena salah satu esensi penyaluran kurban adalah untuk orang miskin," ujar Kalla dalam siaran pers di Jakarta.

Pembayaran dam merupakan nilai ibadah yang harus dibayar oleh jemaah haji karena melakukan pelanggaran selama pelaksanaannya. Rata-rata jemaah haji membayar 1 ekor kambing karena melakukan pelanggaran melakukan umrah sebelum haji. Namun demikian, itu bukan berarti dam diserahkan dalam bentuk hewan hidup, melainkan daging ternak yang sudah disembelih.

"Kalau hewan dari dam itu disembelih di luar Mekah jelas melanggar, tapi jika dagingnya dibawa ke luar setelah hewan hasil dam tersebut disembelih, baru bisa," kata Faisal Ali, yang juga Ketua PWNU Aceh.

Selasa, 22 Oktober 2013 18:32

Wapres: Kemiskinan, Tantangan Negara OKI

Wakil Presiden Boediono menyebutkan persoalan kemiskinan di negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) adalah persoalan utama yang menjadi tantangan terbesar. Wapres pun mengingatkan banyak dari negara OKI yang belum mencapai tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs).

"Kita menyadari adanya induk segala masalah, yang menjadi sumber dari banyak masalah pembangunan di negara-negara berkembang, yaitu masalah kemiskinan. Ini semua merupakan tantangan besar bagi kita para anggota OKI," kata Wapres Boediono ketika membuka Konferensi Tingkat Menteri Kesehatan Organisasi Kerja Sama Islam di Istana Wakil Presiden, Selasa (22/10).

Boediono menerangkan, dengan adanya persoalan kemiskinan maka merembet ke persoalan lain, terutama dalam bidang kesehatan yang menjadi target MDGs. Diingatkan Boediono, negara-negara Islam yang tergabung di OKI masih banyak yang belum mencapai target tersebut.

"Berdasarkan Millenium Development Goals score-card yang dikeluarkan oleh the Islamic Development Bank tahun 2011, banyak anggota OKI yang belum berhasil mencapai tiga tujuan utama MDGs yang terkait dengan bidang kesehatan," kata Boediono.

Wapres kemudian menguraikan tiga target MDGs yang belum terlaksana di negara-negara OKI, yakni menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan Ibu dan terakhir memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Wapres khawatir jika tidak segera ditangani, akan memperburuk pembangunan manusia dinegara-negara tersebut.

"Bahkan di sementara negara indikator-indikator bagi ketiga tujuan itu, akhir-akhir ini, justru menunjukkan trend yang memburuk. Tantangan ini harus dijawab oleh para Menteri Kesehatan OKI dan oleh kita semua," ucap Boediono.

Tak hanya target MDGs yang belum tercapai, Wapres juga menyebutkan banyak negara masih menghadapi masalah-masalah kesehatan lain, seperti masalah gizi buruk, berbagai penyakit menular lain dan di tidak sedikit negara, penyakit-penyakit tidak menular yang cenderung meningkat cepat. Ia berharap konferensi Menkes OKI dapat mengatasi persoalan tersebut.

"Ini semua merupakan tantangan besar bagi kita para anggota OKI. Kita tidak boleh melewatkan peluang apapun. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan konferensi ini dapat menghasilkan langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan kerjasama di antara kita anggota OKI. Forum ini merupakan forum yang baik untuk bertukar informasi, bertukar pengalaman dan mencari peluang-peluang kerja sama di antara kita," papar Boediono.

Menteri Kesehatan yang juga menjabat sebagai ketua Islamic Conference on Health Minister (ICHM) keempat, Nafsiah Mboi mengakui tantangan kemiskinan di negara-negara OKI. Ia pun menyebutkan di beberapa anggota OKI masih banyak angka kematian ibu dan anak yang lebih tinggi.

Selain itu, Menkes juga menyampaikan masalah besar negara OKI lainnya adalah tinggi mortalitas dan morbiditas pada perempuan di usia produktif sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan untuk kehamilan dan persalinan.

"Berdasarkan data WHO, ada 287 ribu perempuan didunia mati akibat komplikasi kehamilan atau persalinan di tahun 2010," kata Nafsiah.

ICHM tahun ini merupakan yang keempat dilaksanakan. Adapun 11 menteri kesehatan anggota OKI hadir dalam pertemuan tersebut sedangkan 40 negara lainnya diwakilkan oleh delegasinya.

Wapres Boediono berharap seusai penyelenggaraan ICHM OKI akan didapat kesepakatan untuk mengatasi masalah OKI yang disebutkan sebelumnya.

"Saya mendengar bahwa konferensi sedang merumuskan sebuah langkah kongkrit, yaitu menyepakati suatu OIC Strategic Health Program of Action 2014-2023. Saya menyambut baik langkah ini," tutup Boediono.

Pemerintah Romania telah meningkatkan keamanan di tengah aksi protes besar-besaran terhadap proyek tambang emas Kanada yang kontroversial di sebuah kota di negara itu.

Pemerintah Bucharestpada Senin (21/10) mendesak aparat keamanan Romania untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan di seluruh negeri untuk menghadapi demonstrasi yang menentang rencana perusahaan Kanada, Gabriel Resources untuk menambang emas di desa Rosia Montana di wilayah Transylvania.

Pada hari yang sama, Menteri Dalam Negeri Romania Radu Stroe memperingatkan bahwa para penyelenggara protes perlu memahami bahwa mereka harus mentaati hukum.

Pada Ahad malam, warga Romania menggelar demonstrasi di dekat Bundaran Universitas di Bukares sebagai protes lanjutan terhadap penambangan emas di Montana.

Demonstrasi itu meletus pada 1 September setelah pemerintah Romania menyetujui rancangan undang-undang yang memberikan status kepentingan nasional untuk proyek Gabriel Resources.


Sosiolog Mircea Kivu kepada AFP mengatakan, "… Mereka akan terus protes sampai proyek Montana Rosia ditarik dan hukum yang melarang proyek pertambangan yang merugikan lingkungan diadopsi."

Para kritikus memperingatkan bahwa proyek tersebut akan merusak lingkungan karena perusahaan Kanada berencana menghancurkan empat puncak gunung dan melenyapkan tiga desa terpencil di daerah itu.

Proyek ini juga akan menggunakan rata-rata 12.000 ton zat sianida pertahun untuk menambang, di mana jumlah tersebut 12 kali lebih banyak dari jumlah yang digunakan di industri pertambangan di seluruh Uni Eropa.

Menurut para ahli, wilayah Montana Rosia mengandung sekitar 314 ton emas dan 1.500 ton perak.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:15

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 70-72

Ayat ke 70

Artinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu." Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (8: 70)

 

Dalam perang Badr, sebagian dari tokoh dan pembesar Mekah, di antaranya Abbas, paman Nabi, ditawan oleh barisan kaum Muslimin. Sebagian orang mengatakan, "Pembebasan Abbas tidak perlu menggunakan fidyah," Akan tetapi Nabi Saw tidak menyetujui hal ini, dan beliau bersabda, "Dia juga harus diperlakukan seperti tawanan lainnya, apabila dia telah membayar fidyah, barulah dia dibebaskan."

 

Ayat ke-70 dari surat al-Anfal menyatakan, "Kepada mereka yang menjadi tawanan kalian dan telah membayar sejumlah uang (fidyah), katakan kepada mereka, "Apabila kalian beriman dan menjadi muslim, maka pintu rahmat Allah akan terbuka bagi kalian dan kalian akan mendapatkan kenikmatan yang lebih besar daripada fidyah yang kalian keluarkan, yaitu ampunan dan rahmat Allah Swt."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam medan jihad atau peperangan, pasukan Islam harus bersikap baik terhadap para tawanan, supaya para tawanan itu mengenal hakikat Islam dan terbuka peluang bagi mereka untuk menerima kebenaran Islam.

2. Kita harus selalu membuka pintu bagi orang-orang yang sesat untuk kembali ke jalan yang benar. Sejarah Islam mengajarkan bahwa orang-orang yang memerangi Nabi pun berkesempatan untuk bertaubat dan mendapatkan ampunan Allah Swt.

 

Ayat ke 71

 

Artinya:

Akan tetapi jika mereka bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikanmu berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (8: 71)

 

Setelah ayat sebelumnya menyinggung tentang cara pembebasan para tawanan, ayat ini mengatakan, "Kalian tidak perlu takut atas pengkhianatan musuh dan menjadikannya alasan untuk bersikap kejam terhadap mereka. Sebaliknya, kalian harus bersikap baik kepada para tawanan itu agar mereka tergerak untuk memeluk Islam. Apabila kalian bersikap baik dan lembut terhadap musuh yang kalian tawan, maka mereka tidak akan berpikir lagi berperang melawan kalian. Kekhawatiran akan adanya pengkhianatan dari mereka tidak boleh menghalangi kalian dari pelaksanaan tugas-tugas kalian."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Jika kita telah melaksanakan tugas-tugas kita, urusan selanjutnya adalah di tangan Allah Swt. Dialah yang akan membela orang-orang mukmin di hadapan rancangan makar musuh-musuh.

2. Selain pengkhianatan, tidak ada lagi yang bisa kita harapkan dari seorang musuh. Namun demikian, orang mukmin harus senantiasa bersikap baik terhadap musuh sekalipun, dengan harapan dia akan menerima kebenaran dan berbalik menjadi kawan.

 

Ayat ke 72

 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan, mereka itu satu sama lain melindungi. Dan orang-oramg beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (8: 72)

 

Berbagai bentuk serangan, konspirasi, dan kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah telah menyebabkan Nabi dan sejumlah besar kaum Muslimin hijrah meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka di Mekah menuju ke Madinah. Kelompok tersebut dalam sejarah Islam disebut dengan kaum Muhajirin. Sebagian warga Madinah yang telah beriman kepada Nabi Saw dan menerima kedatangan kaum Muhajirin disebut kaum Anshar. Guna menguatkan hubungan persaudaraan di antara kedua kelompok ini, Nabi Muhammad Saw menciptakan suatu perjanjian ikatan persaudaraan di antara meraka.

 

Ayat ini menyinggung ikatan perjanjian tersebut, yang telah menciptakan ikatan persahabatan yang kuat antara kaum Anshar dan Muhajirin. Ayat ini mengatakan, "Mereka yang tidak melakukan hijrah, dan lebih memilih tetap bertahan di Mekah untuk menjaga rumah dan keluarga mereka, tidak termasuk dalam perjanjian ikatan persaudaraan ini. Namun, sebagian dari mereka tidak bisa ikut berhijrah karena ditekan dan dihalangi oleh kaumnya. Apabila orang-orang ini meminta pertolongan kepadamu, engkau harus memberi pertolongan kepada mereka. Namun, jika orang-orang itu hidup di tengah-tengah kaum kafir yang telah menjalin perjanjian denganmu untuk tidak bermusuhan, engkau harus komitmen terhadap perjanjian itu."

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berhijrah dari lingkungan kufur, syirik, dan dosa untuk menjaga agama dan melaksanakan tugas-tugas agama merupakan suatu perkara yang diharuskan.

2. Perjanjian dan perbatasan antara negara tidaklah menghalangi seorang muslim untuk melakukan tugas-tugas agamanya. Jika ada seorang muslim yang berada di negara lain dalam kondisi teraniaya dan meminta pertolongan kepada kita, kita sebagai saudara sesama muslim harus memberikan pertolongan kepadanya.

3. Berpegang teguh pada perjanjian yang telah dijalin, termasuk dengan kaum Kafir sekalipun, adalah sebuah keharusan, selama pihak lain juga komitmen terhadap janji mereka.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:13

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 65-69

Ayat ke 65

Artinya:

Hai Nabi, korbankanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya meraka dapat mengalahkan seribu orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (8: 65)

 

Pada pelajaran lalu, kami telah membahas bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw dan kaum mukminin agar menerima perjanjian damai yang diusulkan kaum kafir, dengan mengatakan, "Apabila musuh mengusulkan suatu perjanjian damai, maka hendaknya kamu menerima, dan sekali-kali janganlah kamu khawatir akan akibat dari perjanjian damai tersebut, karena Allah Swt akan membantu dan menolongmu." Namun, apabila pihak musuh tidak menepati janji, dan melakukan berbagai konspirasi untuk menggulingkan pemerintahan Islam, kaum Mukminin harus bangkit dan berjihad melawan orang-orang kafir itu.

 

Ayat ke-65 mengatakan kepada kaum Mukminin, "Meskipun jumlah pasukan kalian hanya sedikit, janganlah kalian gentar dan takut, karena Allah Swt telah berjanji untuk membantu kalian. Jika kalian sabar dan teguh, setiap orang dari kalian akan mengalahkan 10 orang musuh." Kekuatan untuk mengalahkan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat kuat seperti yang dimiliki kaum Mukmin karana mereka tidak memiliki keimanan pada Allah.

 

Sejarah Islam menunjukkan bukti dari ayat ini. Dalam Perang Badr, 313 orang pasukan Muslim berhasil mengalahkan 1.000 orang musuh. Dalam Perang Uhud 700 kaum Muslimin berhadapan dengan 3.000 orang kafir. Begitu juga dalam Perang Khandaq, 3.000 pasukan Islam menghadapi 10.000 personil musuh. Sementara itu, pada peperangan Mu'tah, 10.000 orang pasukan Islam menghadapi 100.000 personil musuh. Berkat keteguhan iman dan kesabaran, kaum Muslimin berhasil mengalahkan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Unsur yang paling menentukan di medan perang adalah iman kepada Allah Swt dan kesabaran, dan sama sekali tidak bergantung pada jumlah personil atau jumlah peralatan perang.

2. Pemimpin umat Islam harus bisa menjaga kesiap-sigaan kaum Muslimin untuk berjihad melawan musuh.

 

Ayat ke 66

 

Artinya:

Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir, dan jika di antaramu ada seribu orang, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (8: 66)

 

Berdasarkan ayat sebelumnya, ketentuan hukum jihad ditetapkan Allah ketika jumlah kaum Mukmin sepersepuluh dari jumlah pasukan musuh. Saat itu Allah berjanji menolong kaum Mukmin, sehingga setiap satu orang Islam dapat menghadapi 10 orang musuh. Akan tetapi, sayangnya, lambat laun semangat dan keimanan mereka menurun sehingga Allah memberi keringanan kepada mereka, yaitu setiap satu orang Islam diperintahkan hanya menghadapi 2 orang musuh. Hal ini membuktikan bahwa jika keimanan dan kesabaran kaum Muslimin melemah, kemampuan mereka pun menyusut menjadi seperlimanya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam mengurus dan mengatur masyarakat, terkadang perubahan situasi dan kondisi mengharuskan seorang pemimpin untuk mengubah atau meringankan peraturan. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang baik harus memahami kondisi masyarakatnya.

2- Unsur utama kekalahan biasanya datangnya dari dalam, bukan dari luar. Dengan kata lain, bila iman dan kesabaran mengalami degradasi, akan terbuka pintu bagi musuh untuk mengalahkan kaum Muslimin.

 

Ayat ke 67

 

Artinya:

Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki akhirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (8: 67)

 

Setelah ayat-ayat sebelumnya berbicara mengenai cara berperang melawan musuh, ayat ini mengatakan, "Dalam perang, hanya Allah Swt yang bisa memenangkan agama-Nya di hadapan orang-orang Kafir dan Syirik. Oleh kerana itu kalian janganlah memikirkan pengumpulan rampasan perang dan tawanan. Semua itu semua adalah perhiasan dunia fana yang tidak ada artinya, sementara Allah Swt telah menjanjikan kepada kalian kenikmatan di akhirat yang tiada taranya. Selama kemenangan pasukan Islam terhadap musuh belum terealisasi, kalian tidak berhak mengambil tawanan dan kalian harus tetap melakukan perjuangan."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Cinta dunia adalah bahaya yang selalu mengancam orang-orang Mukmin. Akibat cinta dunia, kaum Mukmin bisa terseret pada kekalahan dan kehinaan. Oleh karena itu, kaum Mukmin harus selalu waspada agar tidak terjebak dalam nafsu cinta dunia.

2. Tujuan jihad dalam Islam adalah melaksanakan tugas agama guna mencapai kebahagian di akhirat, dan bukan untuk memperoleh rampasan perang dan mengambil tawanan guna kepentingan duniawi.

 

Ayat ke 68-69

 

Artinya:

Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. (8: 68)

 

Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (8: 69)

 

Kedua ayat ini mengatakan, "Jika saja Allah menjatuhkan azab kepada manusia sebelum dia menjelaskan hukum-hukum-Nya, sudah pasti kalian kini akan mendapatkan azab yang pedih. Karena telah menawan musuh di saat perang masih berlangsung. Jika bukan karena Allah Swt memang berkehendak memenangkan kalian dalam perang Badr, pasti perilaku kalian yang menawan musuh di saat perang akan memberikan pukulan berat kepada pasukan Muslim. Namun, Allah berkehendak untuk memenangkan kalian dan Allah Swt tidak menjatuhkan azab-Nya kepada kalian demi memuliakan Nabi-Nya yang berada di tengah-tengah kalian."

 

Selanjutnya, ayat ini mengatakan, "Segala sesuatu yang kalian peroleh sebagai rampasan perang, setelah dipotong khumus yang merupakan hak pemerintah Islam, akan menjadi hak kalian. Allah menjadikan harta itu halal dan baik pada kalian. Bertakwalah kalian dalam segala hal agar Allah Swt mengampuni segala kesalahan kalian."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menawan musuh di saat perang masih berlangsung akan diikuti oleh kegagalan duniawi dan azab akhirat. Oleh karena itu, dalam berjihad kaum Mukmin harus mematuhi perintah dan aturan yang ditetapkan Allah, serta berniat semata-mata untuk membela agama Allah, bukan untuk mencari harta.

2. Di antara manifestasi rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-hamba Allah ialah pengampunan terhadap kesalahan dan dosa mereka, atau mereka akan dicegah dari perbuatan dosa dan kesalahan, atau ketika mereka berada dalam kesulitan kemudian bertaubat dan memohon ampunan, Allah akan menurunkan rahmat dan anugerah-Nya.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:13

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 60-64

Ayat ke 60

 

Artinya:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berpegang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya. (8: 60)

 

Dalam tafsir sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Yahudi telah melanggar perjanjian yang telah mereka jalin dengan Nabi di Madinah. Mereka malah bergabung dengan orang-orang Musyrik Mekah untuk merancang konspirasi terhadap kaum Muslimin. Dalam ayat sebelumnya disebutkan bahwa bila pihak lain tidak setia terhadap perjanjian, kaum Muslimin diperbolehkan mengabaikan perjanjian itu. Kini, pada ayat ke-60, Allah berfirman kepada kaum Muslimin agar mempersiapkan pasukan mereka sebaik-baiknya.

 

Ayat ini mengatakan, "Pasukan militer muslim harus kuat agar musuh merasa ketakutan dan tidak jadi melakukan penyerangan terhadap kaum Muslim. Dalam rangka memperkuat pasukan ini, kaum Muslimin harus menyumbangkan apa saja yang mereka mampu, demi terbentuknya pasukan Islam yang tangguh. Sumbangan itu bisa berupa senjata, fasilitas perang, atau kuda dan hewan tunggangan lain. Atas sumbangan dan peran serta kaum muslimin dalam pembentukan pasukan Muslim, Allah Swt akan memberi pahala yang setimpal.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita tidak boleh bersikap pasif, yaitu menunggu dulu sampai ada serangan musuh, baru setelah itu bersiap-siap. Sebaliknya, kaum Muslimin harus selalu waspada dan mempersiapkan pasukan yang tangguh dan selalu siap siaga. Kesiapsiagaan pasukan muslim akan membuat musuh-musuh Islam gentar dan tidak akan menyerang kaum musuh.

2. Kehadiran di medan jihad dan pasrtisipasi dalam menyiapkan pasukan Muslim merupakan sebuah tugas agama bagi setiap orang muslim.

 

Ayat ke 61-62

 

Artinya:

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (8: 61)

 

Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin. (8: 62)

 

Setelah ayat sebelumnya berbicara mengenai perlunya kesiagaan kaum Muslimin dalam menghadapi segala bentuk konspirasi musuh, ayat ini mengatakan bahwa persiapan itu bukan untuk mengajak kaum Musyrik berperang. Kesiapsiagaan pasukan muslimin hanyalah untuk membela diri, bukan untuk menyerang. Sebaliknya, bila kaum Musyrik ingin berdamai dan mengajak kaum Muslimin untuk mengikat perjanjian damai itu dan bertakwa kepada Allah.

 

Namun demikian, kaum Muslimin juga harus bersikap cerdas dan teliti. Artinya setiap usulan damai yang diajukan oleh kaum Musyrikin harus kita pelajari dengan baik. Jangan sampai kita termakan tipu muslihat kaum Musyrik yang berkedok perjanjian damai. Setelah benar-benar meneliti dan menyelidik usulan perdamaian itu, barulah kita bertawakal kepada Allah Swt, karena Dialah penolong orang-orang mukmin yang hakiki. Bila kaum Musyrikin melakukan penipuan terhadap kaum Muslimin, maka kaum Muslimin harus bersikap tegas dan tidak boleh merasa gentar sedikit pun, karena Allah akan selalu melindungi mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kaum Muslimin harus secara maksimal melakukan pertahanan dan pembelaan, sehingga musuh-musuh gentar dan akhirnya memilih untuk berdamai dengan kaum Muslimin.

2. Islam bukanlah agama eskpansif dan tidak akan melakukan penyerangan terlebih dulu. Sebaliknya, Islam mengajarkan umatnya agar jangan berdiam diri bila ditindas dan dijajah. Selain itu, dalam Islam juga dianjurkan menerima perdamaian selama pihak lawan tidak berusaha menipu.

 

Ayat ke 63-64

 

Artinya:

Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (8: 63)

 

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. (6: 64)

 

Ayat ini berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Kaum Muslimin yang saat ini berada di sisimu, sebelum mereka memeluk Islam sesungguhnya adalah kaum yang di antara mereka selalu timbul permusuhan dan dendam. Bila saat itu engkau menghabiskan semua kekayaan yang ada di bumi, engkau tetap tidak akan mampu mempersatukan hati mereka. Namun kini setelah mereka masuk Islam, Allah telah menciptakan perdamaian di hati mereka dan mereka pun hidup dengan damai dan bersaudara."

 

Selanjutnya ayat ini berpesan kepada Nabi Muhammad, "Wahai Rasulullah, janganlah sekalipun engkau takut pada tipu daya musuh, kerana Allah Swt selalu membantu dan melindungi. Allah juga telah mempersatukan hati kaum mukminin dan mereka akan teguh memebelamu, sehingga musuh menjadi gentar dalam menghadapimu."

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt senantiasa melindungi orang-orang yang beriman, mempersatukan hati mereka, dan menjauhkan rasa dendam di tengah mereka.

2. Kasih sayang, persatuan, dan solidaritas merupakan nikmat-nikmat Allah Swt, dan ini semua merupakan tanda-tanda orang-orang mukmin.

3. Umat Islam harus saling mendukung dan melindungi pemimpin Islam, agar musuh-musuh merasa gentar dan segan dalam menghadapi mereka.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:12

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 38-41

Ayat ke 38

Artinya:

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu". (8: 38)

 

Salah satu karuniah besar Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yaitu terbukanya pintu dan jalan taubat, sehingga manusia setiap saat dapat merevisi dan kembali ke jalan yang lurus meninggalkan dosa. Bukan saja orang-orang Mukmin yang berdosa, akan tetapi orang-orang Kafir yang tak beriman juga setiap saat dapat bertaubat dan berhenti dari perbuatan jahat dan dosa, dari berbagai penyimpangan pemikiran. Mereka juga mendapat anugerah dan kasih sayang Allah dengan mendapatkan ampunan-Nya.

 

Orang-orang Kafir setelah bertaubat dan beriman kepada Allah Swt tidak perlu lagi menutupi perbuatan shalat yang dulunya belum pernah dilakukan, sama juga dengan amal ibadah lainnya. Lanjutan dari ayat ini mengatakan, namun apabila mantan orang-orang Kafir itu kembali melakukan perbuatan yang tidak benar dan berdosa, seperti tidak mau melakukan shalat, puasa dan lain sebagainya, maka Allah Swt akan mencatatnya dan kelak akan memberinya balasan dan siksaan yang pedih.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam menentukan penilaian terhadap manusia, tolok ukurnya adalah kondisi orang itu saat ini, dan bukan kondisi mereka pada masa lalu.

2. Islam bukan agama ekspansif, akan tetapi agama yang bertujuan memperbaiki dan membimbing orang-orang Kafir dari penyimpangan.

 

Ayat ke 39

 

Artinya:

Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (8: 39)

 

Ayat sebelumnya menjelaskan tentang seruan dan dakwah kepada orang-orang Kafir agar memeluk Islam dan terbukanya jalan taubat bagi mereka untuk kembali kepada jalan yang lurus. Ayat ini mengatakan, apabila mereka tidak mau sadar terhadap jalan yang telah mereka tempuh selama ini, kemudian mereka malah melakukan konspirasi untuk mempermainkan kalian, maka kalian harus menghadapi mereka sehingga fitnah mereka dapat kalian padamkan dan kebenaran tetap berdiri kokoh.

 

Pada dasarnya tujuan jihad dalam Islam bukan ekspansi teritorial, tetapi dengn tujuan mencabut dan memusnahkan kezaliman dan kejahatan di dunia. Setelah itu menegakkan keadilan dan keamanan, sehingga dengan demikian hukum-hukum Allah dapat dilaksanakan dengan baik. Harapan ini hingga saat ini belum terealisasi. Akan tetapi berdasarkan riwayat-riwayat yang pasti dan kuat dari Nabi Saw, bahwa keadilan akan tegak di tangan seorang lelaki dari keturunan beliau yaitu al-Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Beliau adalah juru selamat yang akan merealisasikan kedilan tersebut dan kebenaran benar-benar akan berkuasa di muka bumi ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pengobar peperangan di dunia adalah orang-orang Musyrik dan Kafir yang dalam rangka melestarikan perwujudan mereka di dunia ini, mereka tidak segan-segan melakukan konspirasi dan fitnah.

2. Selama musuh-musuh terus melancarkan fitnah, maka perintah untuk berjuang tetap ada, dan kita tidak boleh mengalah.

 

Ayat ke 40

 

Artinya:

Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (8: 40)

 

Salah satu bahaya yang mengancam setiap manusia adalah ketidaktenangan dalam berpikir, berakidah dan beramal. Sekalipun sebagian orang setiap hari mencari sebuah kelompok atau partai yang dianggap dapat menyelamatkan dan memenuhi aspirasinya, namun tidak jarang mereka keluar dari kelompok dan partai tersebut. Kemudian mereka pergi kepada kelompok dan partai lain atau dengan ungkapan lain; saat ini menjadi mukmin, namun besok menjadi kafir. Hari ini menjadi orang yang melakukan kebaikan, namun besok menjadi orang yang melakukan kejelekan dan keburukan.

 

Allah Swt dalam ayat ini berbicara kepada orang-orang Mukmin yang sebenarnya, dengan mengatakan, kelemahan dan kegoncangan akidah semacam ini dapat kita saksikan dalam masyarakat. Tetapi hal ini jangan sampai menjadi suatu hal yang dapat meragukan pemikiranmu dan jalan kebenaranmu. Semestinya kamu harus tetap kuat dan kokoh di jalan kebenaran ini. Ketahuilah bahwa Allah Swt adalah pemimpin kamu, dan Dia akan membantu dan menolongmu. Karena itu janganlah kamu merasa cemas dan kecil hati, Allah senantiasa bersama kamu.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sandarkan dirimu hanya kepada Allah, karena betapa banyak orang-orang yang saat ini berada di pihakmu, namun besok mereka akan meninggalkanmu.

2. Allah Swt adalah pemimpin terbaik yang tidak menyerahkan dan mempercayakan kami kepada orang lain. Bahkan Dia tidak pernah melupakan kami dan tidak pula Dia berkeinginan kepada kita guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya, serta tidak pula segala jerih payah kita Dia tidak membalas dan memberi kita pahala.

 

Ayat ke 41

 

Artinya:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (8: 41)

 

Setelah menyinggung hukum jihad dalam ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, sesuatu yang kalian peroleh dalam peperangan yang disebut sebagai ghanimah, maka seperlima daripadanya telah ditentukan oleh Allah Swt dan sisanya boleh kalian gunakan. Apabila kalian berperang di jalan Allah, maka berdasarkan hukum dan ketentuan Allah kalian harus melakukannya. Karena mereka berperang untuk Allah dan mereka telah siap mengorbankan jiwa raga mereka di jalan Allah Swt.

 

Tetapi sayangnya urusan materi dan harta ghanimah telah memperdaya mereka, bahkan orang-orang Mukmin yang mujahid juga dapat dimungkinkan terkena godaan dalam urusan ini. Hati mereka menjadi goncang dalam menghadapi harta ghanimah ini, sehingga mereka tidak mau mengeluarkan seperlima (khumus) yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk Rasulullah guna mengurus pemerintahan Islam, anak-anak yatim yang tidak mampu dan musafir yang kehabisan bekal di perjalanan. Karena itu ayat ini mengatakan:

 

"Apabila kalian beriman, syarat iman selain berlapang dada, juga tidak tergoda kepada harta benda. Kata ghanimah dari segi bahasa selain bermakna harta rampasan perang juga mencakup segala sesuatu yang diperoleh dari suatu keuntungan. Karena itulah berdasarkan riwayat Ahlul Bayt Nabi as, seorang mukmin wajib mengeluarkan seperlima (khumus) di jalan Allah dari keuntungan yang dia peroleh, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat ini. Meski ayat ini asbab nuzulnya berhubungan dengan ghanimah atau rampasan perang, namun hukumnya umum dan komprehensif. Khususnya di saat Nabi sudah tidak ada dan Imam zamanpun dalam ghaib, maka khumus tersebut harus kita serahkan kepada para ahli fiqih yang adil yang kedudukannya sebagai pengganti Nabi dan Imam makshum di zaman kita ini. Mereka akan menentukan dan menggunakannya sebagai anggaran di jalan Allah."

 

Ayat ini memberikan contoh mereka yang berhak mendapat khumus ini seperti anak yatim dan seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan. Sementara kata Dzi al-Qurba adalah Ahlul Bait Nabi atau para imam. Oleh karenanya, saham Allah, Rasul dan Imam berhubungan dengan pengurusan pemerintahan Islam, dan uang itu bukan milik pribadi Nabi dan para Imam.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Masyarakat yang miskin juga harus diurus dan mendapatkan kebutuhannya dari orang-orang kaya.

2. Perang dan jihad merupakan medan ujian Allah bagi manusia, untuk membedakan siapa gerangan yang mengaku sebagai mumin yang sesungguhnya atau yang bohong dalam pengakuannya.

3. Perang Badar merupakan salah satu contoh adanya bantuan dan pertolongan Allah untuk kemenangan kaum Muslimin.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:11

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 34-37

Ayat ke 34

Artinya:

Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (8: 34)

 

Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan bahwa selama Nabi Muhammad Saw berada di tengah-tengah masyarakat, Allah Swt tidak akan menurunkan azab kepada kaum dan masyarakat tersebut. Hal ini merupakan berkah dari keberadaan para nabi yaitu mencegah turunnya azab dan siksaan Allah. Selanjutnya ayat ini menyatakan, meski mereka layak mendapatkan siksa, namun karena kedudukan tempat yang mulia membuat siksa dan azab tidak pantas terjadi di tempat tersebut. Masjidil Haram adalah rumah Allah dan dengan sendirinya Allah dengan kasih sayang-Nya menangguhkan kemurkaan-Nya, bukan dikarenakan perbuatan yang dilakukan kaum Musyrikin. Kelak pada Haki Kiamat Dia akan memberikan balasan dan siksa kepada mereka, sedang di dunia Allah akan menurunkan sebagian bencna berupa timbulnya peperangan dan penawanan atas mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Meskipun mereka dengan segala bentuk dan cara untuk mencegah masuknya kaum Mukminin ke Mekah, pada hakikatnya mereka tengah menunggu azab dan siksaan Allah. Rezim penjajah Zionis juga demikian, dengan menduduki Masjidul Aqsha, mereka sebenarnya juga tengah menanti bencana dan siksa Allah.

2. Pengelolaan dan pengurusan masjid harus di tangan orang-orang yang suci dan layak, bukan di tangan orang-orang yang tidak layak dan bodoh.

 

Ayat ke 35

 

Artinya:

Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (8: 35)

 

Sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya, ayat ini juga menjelaskan berbagai alasan tentang ketidakbecusan orang-orang yang mengurus Masjidil Haram pada zaman Nabi Saw. Ayat ini mengatakan, mereka menyangka bahwa dirinya adalah orang-orang yang ahli doa dan munajat. Tapi pada kenyataannya, apa yang mereka sukai ternyata berbeda dan bukan yang diinginkan oleh Allah Swt. Karena mereka sering melakukan tindakan yang tidak patut seperti melompat-lompat dan bertepuk tangan sambil bersiul di sisi rumah Allah. Dewasa ini, tempat yang biasa dipakai untuk berkumpul oleh sebagian umat Islam diduga sebagai tempat berdoa dan munajat, tapi pada kenyataanya tidak demikian. Tempat pertemuan mereka dipakai untuk hal-hal yang tidak berdasar agama

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Telah terjadi pelbagai penyimpangan dalam upacara keagamaan sepanjanga sejarah.

2. Menistakan kesucian agama akan berakibat siksa dan balasan Allah yang sangat pedih.

 

Ayat ke 36

 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan. (8: 36)

 

Ayat ini menyinggung banyaknya anggaran yang telah dikeluarkan oleh orang-orang Kafir Mekah untuk menggagalkan program Nabi Muhammad Saw. Ayat ini mengatakan, orang-orang Kafir yang tidak mampu mematahkan logika argumentatif yang diketengahkan oleh Nabi Saw, akhirnya menggunakan uang untuk memperdaya masyarakat agar jangan menerima seruan Nabi Saw. Terkadang dengan uang ini mereka menyulut api peperangan atau dengan tujuan membunuh Nabi dan menghancurkan agama Islam. Tapi dalam waktu yang relatif singkat mereka akan menanggung kerugian. Karena mereka melihat bahwa sudah sedemikian besar anggaran mereka keluarkan, tapi tidak memperoleh sesuatu dan gagal. Al-Quran mengatakan, kerugian dan kegagalan ini sebagai akibat dari pekerjaan mereka yang bersifat duniawi, sementara mereka masih harus menanti siksa yang sangat pedih di Kari Kiamat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Janganlah menyangka bahwa musuh kalian duduk berpangku tangan. Bila secara lahiriah mereka tidak melakukan apapun terhadap kalian, tapi pada batinnya mereka mengeluarkan dana besar untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.

2. Orang-orang Mukmin berharap akan masa depan mereka. Karena itu orang-orang Kafir dengan segala kekuasaan dan kekayaan akan menderita kegagalan dan kehancuran.

 

Ayat ke 37

 

Artinya:

Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (8: 37)

 

Setelah menjelaskan program musuh-musuh Islam dalam ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, menerima kebenaran dan kebatilan tergantung pada manusia sendiri. Pilihan ini merupakan tempat ujian bagi manusia, agar dapat diketahui nantinya siapa yang benar-benar suci, jujur dan mukmin dan siapa yang jahat, kotor dan kafir. Dengan demikian dapat dibedakan di antara mereka. Sayangnya, orang-orang jahat tidak mengetahui hal ini, bahkan meyakini orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia akan menemui kegagalan dan kekecewaan. Sementara di akhirat, mereka semua akan terhina dan diusir sama seperti yang dilakukan terhadap orang-orang jahat. Mereka dijadikan satu dan dilemparkan ke api neraka. Ini merupakan kerugian yang harus mereka tanggung di dunia dan di akhirat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pemisahan antara kelompok yang hak dan batil merupakan sunnatullah, guna membedakan inti keyakinan manusia.

2. Ciri khas neraka adalah tempat yang sempit sehingga penghuninya tidak betah.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:09

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 30-33

Ayat ke 30

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (8: 30)

 

Dengan berlalunya 13 tahun dari pengangkatan Nabi besar Muhammad Saw di Mekkah serta pengaruh beliau yang sangat besar hari demi hari di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan para pemuda. Para pembesar kota Mekah melakukan rapat gabungan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan Islam. Dalam rapat tersebut telah diketengahkan tiga rencana; pertama menjebloskan Nabi kedalam penjara. Kedua, mengucilkan Nabi jauh dari kota Mekah dan ketiga, membunuh Nabi. Akhirnya dipilih rencana ketiga untuk membunuh Nabi. Demi menyukseskan rencananya, orang-orang Musyrik memutuskan bahwa setiap kabilah mengirimkan seorang wakilnya. Setelah itu mereka secara ramai-ramai menyerang Nabi, sehingga kerabat dan kabilah Nabi tidak bisa menuntut balas terhadap kelompok penyerang yang terdiri dari kabilah-kabilah itu.

 

Kemudian Nabi Muhammad Saw diberitahu oleh Jibril, malaikat wahyu tentang konspirasi ini dan akhirnya beliau memutuskan untuk meninggalkan Mekah di malam hari, sebelum mereka sempat menjalankan misinya. Pada malam itu Imam Ali bin Abi Thalib as tidur di tempat tidur Nabi, sehingga para musuh terkecoh dan menyangka Nabi masih di dalam rumah. Dengan cara itu, Nabi berkesempatan untuk menjauhkan diri dari Mekah. Ayat tadi menyinggung adanya konspirasi kaum Musyrikin, serta antisipasi Tuhan semesta alam untuk menyelamatkan Nabi-Nya dengan mengatakan, orang-orang Kafir itu tidak akan mampu berbangga diri. Mereka menyangka telah berhasil mengepung Nabi dan blokade mereka lebih ketat dan ampuh daripada kekuasaan Allah. Begitu juga orang-orang Mumin tidak akan dihinggapi keputus asaan, sehingga mereka menyangka bahwa Tuhan Swt telah membiarkan kaum Muminin.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Logika para penentang hanyalah penjara, teror dan pengucilan. Sedang cara yang dilakukan para nabi adalah mengajar, membina, dan membersihkan jiwa.

2. Allah Swt senantiasa melindungi para pengikut jalan kebenaran. Karena itu, barangsiapa yang melakukan konspirasi terhadap mereka kaum Mukminin, maka berarti akan berhadapan dengan Allah.

 

Ayat ke 31

 

Artinya:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (8: 31)

 

Pada ayat sebelumnya, telah disinggung rencana teror terhadap Nabi Muhammad Saw. Pada ayat ini telah dijelaskan pula masalah teror terhadap mental beliau, bahkan ucapan-ucapan mereka berbau penghinaan atau menganggap remeh firman Allah, sehingga para penentang al-Quran itu menganggap isi kitab suci itu sebagai remeh, mitos, dan cerita-cerita takhayul. Padahal, pertama kali bagian terpenting al-Quran mengkisahkan sejarah berbagai kaum terdahulu meski bukan semuanya. Kedua, sebagaimana telah disebutkan dalam al-Quran mengenai kisah para nabi itu diambil dari kejadian nyata. Sebagian besar dari kisah-kisah tersebut dapat dibuktikan melalui berbagai dokumen dan catatan-catatan sejarah serta geografi yang telah disebarkan oleh para ilmuwan dan sejarawan. Maka dari itu bacaan ayat-ayat al-Quran yang dianggapnya sebagai mitos itu, tidak lebih dari suatu tipudaya yang menyesatkan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para penentang Islam, justru mendakwakan bahwa al-Quran itu bukanlah suatu kitab yang penting. Mereka bahkan bersumbar bahwa kami juga bisa mendatangkan seperti al-Quran. Akan tetapi kenyataannya dakwaan mereka tidak bisa direalisasikan.

2. Tuduhan dan meremehkan terhadap kaum Mukminin dan kitab suci al-Quran, merupakan lagu lama dan cara-cara terkuno.

 

Ayat ke 32

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (8: 32)

 

Ayat ini menunjukkan puncak sikap keras kepala para penentang Nabi Saw. Mereka tidak mau bersabar mendengarkan seruan dan nasehat Nabi Muhammad, bahkan mereka mengatakan, apabila engkau benar dan berbicara jujur, bahwa engkau diutus dari sisi Tuhan dan kami melakukan penentangan terhadapnya, maka kamipun bersedia menerima azab yang pedih. Karena itu katakanlah, sehingga Tuhanmu menurunkan azab yang sangat pedih terhadap kami, atau hujanilah kami dengan batu-batu dari langit. Sikap semacam ini dari para penentang masih dimungkinkan menjadi tipuan bagi masyarakat awam yang sederhana, sehingga masyarakat akan mengatakan, untuk hal ini semua, mereka berani mempertaruhkan jiwa raganya, berarti mereka itu berada di pihak yang benar. Untuk itulah kita perlu tahu dan memahami hal tersebut, agar jangan sampai kita tidak tahu.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kadang-kadang sikap keras kepala dan hasud membuat manusia itu melewati batas dan berani mempertaruhkan kredibilitas kehancuran jiwa dan raganya.

2. Sebagian penentang Nabi Saw adalah Ahlul Kitab yang juga memiliki keyakinan kepada Allah Swt.

 

Ayat ke 33

 

Artinya:

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (8: 33)

 

Ayat ini menyinggung nikmat berupa keberadaan Nabi, dengan mengatakan, Allah Swt menurunkan berkah dengan wujudnya Nabi Muhammad Saw, sehingga azab secara umum dapat dicegah dari kaum Muslimin. Meskipun dalam berbagai peristiwa turunnya azab terhadap kaum Nabi Luth as, Allah Swt meminta kepada Nabi-Nya agar beliau dapat membawa kaumnya keluar dari kota. Dalam berbagai riwayat juga ditekankan poin ini, yaitu Allah Swt akan mencegah turunnya azab secara umum dikarenakan wujudnya orang-orang yang suci dan jiwa-jiwa yang bersih.

 

Intinya, periode kehidupan Nabi serta tempat kehidupan beliau sangat terbatas dan pendek, itulah yang menjadi penyebab tercegahnya azab diseluruh tempat dan waktu dengan bertaubat dan beristighfar. Pada ayat ini telah ditekankan bahwa, Imam Ali bin Abi Thalib as setelah wafatnya Rasulullah mengatakan, "Salah satu dari dua hal yang dapat mengamankan manusia yaitu berpegang teguh dengan kami, sedang yang lainnya yaitu senantiasa membiasakan membaca istighfar."

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Keberadaan wali Allah dapat mengalihkan bencana dan mencegah azab. Perwujudan mereka dapat memuliakan kedudukan manusia dan menjadi kesempatan bagi kita meraihnya.

2. Bertaubat dan beristighfar tidak hanya bisa menghilangkan siksaan ukhrawi, tetapi juga azab dunia, karena itu kita tidak boleh melupakannya.

Minggu, 20 Oktober 2013 20:05

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 26-29

Ayat ke 26

Artinya:

Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (8: 26)

 

Nabi Muhammad Saw sebelum hijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Muslimin senantiasa diganggu dan disakiti oleh kaum Musyrikin. Karena itu dengan petunjuk dan pesan Rasulullah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke berbagai kawasan. Satu kelompok berhijrah ke Habasyah, sebagian ke Yaman dan Thaif. Ketika tiba waktunya berhijrah ke Madinah, mereka tidak memiliki tempat tinggal, sehingga mereka benar-benar mengalami kesulitan. Ayat ini menyinggung kondisi sulit kaum Muslimin generasi awal Islam, kepada mereka diingatkan bahwa Allah Swt akan memberikan ketabahan dan kekuatan. Namun setelah masa-masa itu mereka lalui, mereka mendapatkan kenikmatan yang besar dibawah naungan Islam, karena itulah mereka patut bersyukur dan berterima kasih.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berpegang teguh di Jalan yang lurus, kita tidak boleh gentar dan takut dengan sedikitnya personil dan minimnya fasilitas yang kita miliki. Hendaknya kita jangan menyimpang dari jalan lurus tersebut, karena Allah Swt akan memberikan balasan.

2. Namun kalian jangan melupakan segala kesulitan dan problema masa lalu hingga sampai waktu kalian mendapatkan kemudahan dan kesenangan, sehingga kalian akan bertemia kasih.

 

Ayat ke 27

 

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (8: 27)

 

Setelah ayat sebelumnya menyinggung masa-masa kejayaan kaum Muslimin di Madinah, ayat ini menyatakan, kalian harus berhati-hati. Karena kepentingan harta dan duniawi dapat menjerumuskan kalian mengkhianati agama Allah, Nabi Muhammad Saw dan umat Islam. Pada waktu itu kalian tidak segan-segan berkhianat dan berusaha menghancurkan Islam dari belakang. Berdasarkan beberapa riwayat sejarah, dalam berbagai bentrokan yang terjadi antara kaum Muslimin dengan sebagian etnis Yahudi ataupun Musyrikin Mekah, salah seorang Muslim telah memberitahu musuh tentang strategi pasukan Islam. Akan tetapi seorang Muslim tersebut menyesali perbuatannya dan bertaubat dan taubatnya diterima.

 

Dalam budaya Islam, amanat itu memiliki pengertian luas dan komprehensif yang mencakup semua nikmat materi dan maknawi yang di anugerahkan Allah kepada manusia. Bahkan jiwa dan raga manusia merupakan sebuah amanat dari sisi Allah Swt, sehingga manusia tidak akan mampu berlepas diri dari segala bentuk amanat tersebut. Hukum-hukum agama dan syariat Islam menekankan agar berusaha menjaga dan melaksanakan amanat tersebut.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Komitmen terhadap iman menjadikan seseorang komitmen dalam menjaga amanat. karena iman tidak akan bisa bergabung dengan pengkhianatan.

2. Berkhianat merupakan perilaku buruk dan kotor. Karena itu, barangsiapa yang melakukan pengkhianatan dengan sadar, maka balasan dan siksanya sangat pedih.

 

Ayat ke 28

 

Artinya:

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (8: 28)

 

Dalam lanjutan ayat sebelumnya yang memperingati umat Islam dari berkhianat, ayat ini menyinggung dua hal terpenting terjadinya pengkhianatan dan mengatakan, kalian tidak segan-segan berkhianat disebabkan melindungi harta dan kesenangan. Padahal harta dan kesenangan itu milik orang lain.

 

Begitu banyak para pelaku dosa yang berkhianat di bidang ekonomi dan sosial seperti mengurangi timbangan, menjual dengan harga tinggi, menimbun barang, enggan membayar khumus dan zakat, sumpah palsu, lari dari medan perang dan jihad serta cinta kepada harta dan anak-anak. Karena itu al-Quran mengatakan, dua hal ini merupakan unsur yang bisa menggerogoti komitmen manusia. Oleh sebab itu kita hendakanya selalu menjaga diri kita agar kita tidak melakukan khianat kepad orang lain. Dalam hal ini Allah Swt akan memberikan pahala yang besar dan bantuan kepada manusia. Dalam 5 ayat al-Quran disebutkan, harta dan anak-anak itu saling terkait, karena keduanya sebagai unsur dominan yang dapat merongrong kehidupan manusia.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta dan anak-anak mengakibatkan manusia melakukan pengkhianatan. Namun jika kecintaan tersebut dalam batas wajar terhadap anak-anak mereka, maka hal ini adalah suatu perkara alami dan tidak sampai mengakibatkan manusia itu berkhianat.

2. Harta dan anak-anak memiliki gaya tariknya masing-masing, bila dibandingkan dengan kelembutan dan anugerah Allah tidak ada apa-apanya. Karena itulah kita tidak boleh menjauhkan diri dari Allah Swt karena mereka.

 

Ayat ke 29

 

Artinya:

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (8: 29)

 

Ayat ini menyebut dan menyinggung jalan keberhasilan dalam ujian Allah Swt, yaitu kebersihan jiwa dan takwa. Ayat ini mengatakan, orang-orang Mukmin dengan menjaga hak Allah dan perintah-perintah-Nya selalu mendapatkan anugerah Allah yang sangat banyak. Allah Swt selalu memberi hikmah dan memandang mereka dengan pandangan rahmah, sehingga mereka bisa dengan tepat menentukan hak dan batil dan pada gilirannya mereka tidak kebingungan dan tersesat.

 

Begitu juga apabila mereka dalam melaksanakan suatu perbuatan ternyata salah, dikarenakan mereka berjalan menuju jalan kebenaran, maka Allah Swt mengampuni mereka bahkan perbuatan jelek mereka ditutupi oleh Allah Swt. Dan semua kelembutan dan anugerah ini diberikan oleh Allah dalam rangka tersebut, dimana Allah dengan kemuliaan-Nya selalu memperlakukan hamba-hamba yang saleh dengan baik. Mereka selalu mendapatkan kemuliaan dan ampunan yang besar daripa da Allah Swt.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Amal perbuatan manusia memiliki pengaruh besar pada pemikiran dan pandangan mereka. Karena itu meski pikiran memberi pengaruh dalam perbuatan manusia, namun takwa dalam beramal, akan memberi hati nurani kepada manusia dalam berpikir.

2. Takwa juga dapat melindungi manusia dari kesalahan dan khilaf, sekaligus dapat menjaga jiwa raga manusia dari api neraka.