
کمالوندی
Puluhan Ribu Demonstran Portugal Tuntut Pengunduran Diri Pemerintah
Puluhan ribu warga Portugal menggelar demonstrasi anti-penghematan ekonomi di dua kota terpadat di negara itu, dan menuntut pengunduran diri pemerintah.
Puluhan ribu pendemo pada Sabtu (19/10) turun ke jalan-jalan diLisbon, ibukota Portugal memprotes gaji baru dan pemotongan pensiun yang direncanakan dalam anggaran negara tahun 2014.
Menurut panitiaunjuk rasa, sekitar 70.000 orang berpartisipasi dalam protes akbar tersebut. Para demonstran menyerukan Presiden Anibal Cavaco Silva menolak RUU anggaran 2014 dan mengirimkannya ke Mahkamah Konstitusi untuk dibatalkan.
RUU yang meliputi pemangkasan anggaran itu disetujui sebagai syaratuntuk menerapkan paketbantuaninternasional.
Presiden Cavaco Silva memiliki wewengan untuk mengirim anggaran ke Mahkamah Konstitusi dan masyarakat Portugal juga dapat memohon mahkamah untuk memeriksa apakah anggaran itu sesuai dengan konstitusi.
Selama setengah tahun terakhir, pengadilan telah menolak beberapa langkah-langkah penghematan pemerintahdanmemaksanya untuk mencari alternatif lain.
Sejarah Cemerlang Imam Hadi as
Hari ini kita memperingati kelahiran Imam Hadi as, manusia suci keturunan Rasulullah Saw. Pada tahun 212 Hijriah, Imam Ali bin Muhammad yang dikenal dengan Imam Hadi terlahir kedunia. Sejarah kehidupan manusia suci ini sangat cemerlang dan upayanya yang gigih dalam membimbing umat beliau diberi gelar al-Hadi atau pembimbing. Tak diragukan lagi mengenal dan mendekatkan diri kepada manusia yang menjadi manifestasi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, akan membantu kita mencapai kebahagiaan. Bukalah hati kita untuk menerima petuah-petuah tinggi beliau dan jadikan diri kita sebagai pecintanya yang hakiki.
Imam Hadi dilahirkan di sebuah desa di dekat kota Madinah pada tahun 212 Hijriah. Ibunya bernama Samanah yang lebih dikenal dengan sebutan Sayyidah. Setelah gugurnya sang ayah (Imam Jawad as), Imam Hadi as menerima tanggung jawab besar dalam memimpin serta membimbing umat Islam. Tugas suci ini diemban Imam Hadi selama 33 tahun. Selama masa keimamahannya, Imam Hadi selain aktif menyebarkan prinsip-prinsip agama, juga sangat memperhatikan kondisi politik dan sosial umat Islam.
Selama periode kehidupannya, Imam Hadi mengalami pemerintahan sejumlah pemimpin zalim Bani Abbasiyah. Kezaliman dan egoisme para khalifa Abbasiyah telah membuka peluang ketidakpuasan umat Islam sehingga sendi-sendi pemerintahan mereka semakin keropos. Sejak periode kehidupan Imam Jawad as, para khalifa Bani Abbasiyah semakin meningkatkan represi politiknya kepada Ahlul Bait Nabi. Dalam koridor strategi ini pula, khalifa Bani Abbasiyah memindahkan dengan paksa Imam Hadi as dari pusat ilmu yakni Madinah ke kota Samarra di Irak.
Sepuluh tahun terakhir usianya dihabiskan Imam Hadi as di kota Samarra. Kondisi umat Islam saat periode keimamahan Imam Hadi as sangat tertekan. Represi besar politik dan maraknya syubhah ideologi (ideologi menyimpang), dua fenomena kental yang dapat disaksikan di kehidupan Imam Hadi as. Atmosfir mencekik, khususnya di era pemerintahan Mutawakkil membuat warga kesulitan untuk menjalin hubungan dan akses kepada Imam Hadi. Di sisi lain, maraknya berbagai pendapat yang menyebar di tengah masyarakat terkait isu ideologi dan keyakinan berujung pada terbentuknya kelompok dan mazhab. Sejatinya munculnya kendala ini kian memahamkan kita akan urgensitas keberadaan para imam maksum dan Ahlul Bait Nabi untuk menjaga sendi-sendi agama.
Salah satu misi besar Imam Hadi adalah membangun masyarakat yang kokoh. Imam kemudian memulai konfrontasi tak langsung dengan pemimpin Bani Abbasiyah melalui program terencana khususnya di bidang pencerahan, budaya dan pendidikan umat. Beliau memanfaatkan peluang yang tepat dengan mengenalkan kepada umat bahwa khilafah Bani Abbasiyah adalah pemerintahan ilegal guna memperingatkan umat Islam untuk tidak bekerjasama dengan pemerintahan zalim ini.
Imam Hadi juga memberi optimisme kepada masyarakat bahwa kezaliman akan terhapus. Sementara itu, interaksi antara Imam dan masyarakat adalah hubungan berdasarkan kasih sayang. Di sisi lain, masyarakat yang menyaksikan upaya tak kenal lelah Imam dalam memperjuangkan hak dan kebaikan umat, maka mereka pun dengan semangat tinggi mengikuti manusia suci ini dan memanfaatkan keberadaan beliau dengan sebaik-baiknya.
Imam Hadi senantiasa mencari orang-orang yang berpotensi dan menarik guna dididik dengan ilmu-ilmu Ahlul Bait Nabi. Meski akibat represi kuat penguasa terhadap Imam sehingga masyarakat tidak mendapat akses kepada beliau dan sulit menggali ilmu-ilmunya, namun kelompok didikan Imam merupakan orang-orang yang berhasil memanfaatkan lautan ilmu beliau dalam kondisi sulit tersebut. Jumlah murid Imam tercatat mencapai 185 orang, di mana setiap dari mereka tercatat sebagai pakar dari berbagai disiplin ilmu di zamannya.
Suatu hari di majelis Imam Hadi as pada sahabat beliau membicarakan keberadaan seorang pemuda yang pandai di mana dalam sebuah diskusi ilmiah dengan argumentasi kuat ia berhasil menundukkan orang-orang yang menolak Islam. Setelah mendengar berita tersebut, Imam ingin bertemu dengan pemuda pandai tersebut. Dalam suatu kesempatan ketika tokoh besar dan pembesar berkumpul dengan Imam Hadi, beliau mendengar kedatangan pemuda pandai ini. Ketika pemuda tersebut tiba, Imam menyambutnya dengan penuh penghormatan dan mendudukkannya di sisi beliau.
Para pembesar yang menyaksikan penghormatan besar yang diberikan Imam kepada pemuda tersebut tersinggung. Imam Hadi dalam menjawab ketidakpuasan mereka berkata, "Apakah kalian siap menjadi juri ketika al-Quran berada di tengah-tengah kita? Mereka pun diam membisu. Saat itu, Imam berkata, "Dalam al-Quran disebutkan bahwa Allah Swt meninggikan derajat orang-orang beriman dan mereka yang berilmu akan memiliki derajat yang lebih tinggi lagi. Ketahuilah argumentasi kuat pemuda ini dihadapan orang-orang kafir menunjukkan keutamaan dan kebijaksanaannya yang lebih unggul dari kemuliaan setiap suku."
Rahasia daya tarik Imam Hadi as adalah hubungannya yang mendalam dengan Allah dan sifat mulia yang dimiliki keturunan Nabi ini. Suara beliau saat membaca al-Quran sangat merdu, siapa saja yang mendengarkan lantunan ayat-ayat suci dari mulut Imam Hadi pasti sangat terpengaruh. Imam Hadi menyebut perbuatan terbaik adalah melayani masyarakat, oleh karena itu hubungan antara Imam dan umat tidak seperti hubungan para pemimpin zalim Bani Abbasiyah dengan rakyat. Hubungan Imam dengan umat didasari oleh kasih sayang. Umat sendiri ketika menyaksikan perbuatan Imam yang beliau kerjakan semata-mata demi kepentingan mereka, dengan sendirinya kecintaan mereka kepada Imam semakin tebal.
Suatu hari Mutawakkil mendapat laporan bahwa Imam Hadi as mendapat bantuan besar dari berbagai penjuru dunia dan di antara hadiah yang dikirim terdapat senjata. Mutawakkil yang mendengar laporan tersebut langsung mengutus Said Hajib untuk menyerbu dan menggeledah rumah Imam serta menginstruksikan untuk menyita apa saja yang ditemukan di dalam rumah baik itu senjata atau harta.
Said Hajib saat menceritakan misinya berkata, "Di saat warga terlelap tidur, aku bersama sejumlah pasukan menyerbu rumah Imam Hadi di Samarra. Ketika tiba di rumah Imam, dengan bantuan tangga kami melompati tembok rumah Imam dan tanpa meminta ijin langsung menyerbu ke dalam. Kemudian kamimulai memeriksa setiap jengkal rumah Imam, Imam Hadi sendiri meski mengetahui kedatangan serta ulah kami, namun beliau mengabaikannya dan sibuk beribadah kepada Allah. Dalam operasi penggerebekan tersebut kami menemukan dua kantong uang dinar yang salah satunya masih tersegel..."
Ia menambahkan, "...Aku membawa harta rampasan tersebut kepada Mutawakkil. Sang khalifah heran menyaksikan kedua kantong uang yang aku bawa. Mutawakkil kemudian mengambil salah satu kantong uang yang masih tersegel dan memperhatikannya dengan teliti. Mutawakkil kemudian menyadari bahwa kantong uang yang masih tersegel tersebut terukir segel ibunya. Ia berkata, ini segel ibuku. Artinya ibunya Mutawakkil juga membantu Imam Hadi as?
Kemudian Mutawakkil menghadap ibunya dan memintanya menceritakan apa sebenarnya yang terjadi sehingga ia memberi uang kepada Imam Hadi. Menjawab pertanyaan Mutawakkil, sang ibu berkata, "Benar ini adalah kantong uang dinar yang aku kirim kepada Ali bin Muhammad (Imam Hadi). Aku memiliki sebuah hajat dan bernazar kepada Allah. Jika hajatku tersebut dikabulkan maka aku akan memberikan uang kepada Abul Hasan Ali bin Muhammad sebesar sepuluh ribu dinar."
Hajib menambahkan, "Mutawakkil yang takjub pengaruh Imam Hadi pun sampai menembus orang-orang dekatnya memerintahkan diriku untuk mengembalikan kedua kantong uang tersebut ke rumah Imam. Aku pun kemudian membawanya ke rumah Imam dan mengembalikan kepada beliau. Tak lupa aku juga meminta maaf kepada Imam atas apa yang terjadi. Imam dalam menjawab permintaan maafku membacakan ayat 227 surat al-Syuara ...Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali."
KEIMANAN ABU TALIB TELAH DIKETAHUI UMUM PADA MASA HAYAT NABI
Tajuk perbincangan kita bukanlah ini, tetapi saya mahu menghilangkan keraguan kamu mengenai apa yang telah diketahui secara umum dimasa hidupnya nabi, boleh dilenyapkan melalui pemalsuan hadith. Begitu juga tidak ada pengesahan di dalam bantahan kamu mengenai keimanan Abu Talib. Kepercayaan dia semasa hidupnya nabi juga telah diketahui umum dan dipandangan dengan hormat. Tetapi dengan memalsukan hadith, sebahagian manusia telah menyebarkan sesuatu yang bertentangan. Manusia yang jahil dengan membuta tuli telah mengikuti orang yang terdahulu dengan menerima hadith yang palsu itu.
Secara ringkas apa yang saya telah katakan membuktikan bahawa Ali termasuk di dalam kekeluargaan yang gemilang yang tiada siapa dari kalangan sahabat yang terkenal boleh menandinginya.
TEMPAT LAHIR ALI ADALAH KABAH.
Satu lagi petunjuk khas pada kemuliaan Ali adalah tempat lahirnya. Tidak ada siapa dari Adam seterusnya melalui semua nabi, yang mempunyai kelebihan yang demikian. Dari semua makhluk, Ali sahaja telah dilahirkan di dalam kawaan kabah. Disaat kelahiran Isa, ibu dia yang suci telah disuruh meninggalkan kabah. Suatu suara berkata kepadanya, ‘Wahai Mariam! Tinggalkan Baitul-Muqaddas, oleh kerana ianya adalah tempat beribadah bukan tempat melahirkan anak.’
Tetapi apabila waktu kalahiran Ali tiba, ibunya, Fatima bint Asad, telah disuruh memasukki Kabah. Dan ini bukan kejadian secara tidak langsung, seumpama seorang wanita yang berada dimasjid dan kemudiannya dia telah melahirkan anak. Dia telah disuruh untuk memasukki Kabah, yang mana pintunya terkunci. Sebahagian dari orang yang tidak mengerti memikirkan bahawa Fatima bint Asad berada dimasjid apabila dia merasa sakit untuk melahirkan, tidak dapat keluar, dan terus malahirkan anak. Fakta yang sebenar adalah yang sebaliknya. Itu adalah bulan kelahiran bagi Fatima bint Asad. Dia pergi ke Masjidul-Haram, di mana dia merasa sakit untuk melahirkan. Dia berdoa kepada Allah di dalam kawasan Kabah, berkata, ‘Wahai Allah! Saya berdoa kepada Mu dengan nama kehormatan Mu dan maha besar, permudahkan aku pada kalahiran ini.’ Pada ketika itu tembuk Kabah yang tertutup, terbuka.
Laporan yang lain mengatakan bahawa satu suara terdengar berkata, ‘Wahai Fatima masuklah kedalam Rumah.’ Fatima masuk kedalam Rumah Allah di hadapan manusia ramai yang duduk disitu, dan tembuknya tertutup kembali seperti sedia kala. Manusia semua menjadi hairan. Abbas juga ada disana. Apabila dia melihat apa yang terjadi, dia terus memberitahu Abu Talib, kerana dia mempunyai kunci pada pintu Kabah. Dia terus bergegas kesana dan mencuba sedaya upaya untuk membuka pintu tersebut, tetapi gagal pintu tidak boleh dibuka. Selama 3 hari Fatima bint Asad berada di dalam Kabah, tanpa sebarang makanan apa juga. Kejadian aneh itu menjadi buah mulut orang tempatan. Akhirnya pada hari ketiga, laluan yang mana dia masuk terbuka semula, dan Fatima keluar. Manusia melihat pada tangannya ada seorang bayi yang comel. Kedua golongan sependapat bahawa tidak ada siapa mempunyai kemuliaan sedemikian.
Hakim di dalam Mustadrak dan Nuru’d-din Bin Sabbagh Maliki di dalam Fusulu’l- Muhimma, Fasl I, ms 14, berkata, ‘Tidak ada sesiapa sebelum Ali yang dilahirkan di dalam Kabah. Ini adalah kemuliaan yang diberkan kepada Ali pada menunjukkan tingginya darjat dan kehormatan beliau.
ASAL NAMA ALI ADA DI DALAM ALAM GHAIB.
Satu lagi petunjuk terhadap kemuliaan khas Ali adalah namanya berasal dari alam ghaib.
Sheikh: Kamu telah mengatakan sesuatu terpuji. Itu bermakna Abu Talib adalah nabi yang telah namakan Ali melalui ilham ilahi. Kenyataan kamu adalah sesuatu yang direka oleh shia di dalam melampaunya cinta terhadap Ali. Tetapi adalah ganjil untuk mengatakan bahawa Allah mengarahkan bahawa kanak-kanak itu diberikan nama Ali. Ali adalah nama yang biasa yang mana kedua ibu bapa, dengan kehendak mereka telah cadangkan. Ianya tidak ada kena mengena dengan dunia ghaib.
Shirazi: Apa yang saya katakan tidak ada kepujian padanya. Keanehan kamu adalah disebabkan oleh kurang pengetahuan mengenai kemuliaan wilaya [wazir]
Pertama, kamu fikir bahawa bayi itu telah diberkan nama setelah kelahirannya, walaupun yang sebenarnya tidaklah begitu. Di dalam semua kitab Allah, nama Muhammad dan Ali telah disebutkan. Allah yang maha berkuasa telah menamakan mereka ribuan tahun sebelum mereka dijadikan. Nama itu telah dituliskan dilangit, pada pintu syurga dan pada arsh [syurga tertinggi]. Ia tidak ada kena mengena dengan masa Abu Talib.
Sheikh: Pastinya kenyataan ini adalah sebagai contoh terhadap cinta yang melampau untuk Ali. Kamu telah meninggikannya terlampau tinggi bahawa kamu katakan namanya telah ditulis lama sebelum kejadian alam. Keputusan dari kenyataan ini adalah ahli perundangan kamu menyuruh nama Ali disebutkan selepas nama Muhammad di dalam azan.
Shirazi: Tidak begitu tuan; kenyataan saya tidak ada kene mengena dengan cinta yang meluap-luap. Dan bukan saya yang telah menulis nama itu dusyurga. Allah perintahkan nama Ali ditulis bersama namaNya dan juga nama nabi.
Sheikh: Silakan tuan beri rujukan pada mana-mana hadith.
PENYAMPAIAN PAPAN TULIS KEPADA ABU TALIB
Mir Seyyed Ali Hamadani Faqih Shafi’i, di dalam Mawaddatu’l-Qurba, Mawadda VIII, dari kenyataan Abbas Ibn Abdu’l-Muttalib, yang mana Sulayman Balkhi Hanafi juga menyebut di dalam Yanabiu’l-Mawadda, bab 56, dan Muhammad Bin Yusuf Ganji Shafi’i di dalam Kifayatu’t-Talib menyampaikan dengan seidkit perbezaan pada perkataan, bahawa apabila Ali telah dilahirkan, ibunya Fatima bint Asad menamakan dia mengikuti bapanya, Asad. Abu Talib tidak bersetuju dengannya dan berkata, ‘Wahai Fatima! Marilah kita pergi kepada bukit Qubais dan berdoa kepada Allah [sebahagian penyampai mengatakan bahawa dia berkata mereka harus pergi ke Masjidil-Haram] Dia mungkin memberitahu kita nama anak ini.’ Dikala itu malam hari apabila mereka sampai kebukit Qubais [atau masjidil-Haram] dan mulakan doa mereka. Abu Talib berdoa: Wahai pencipta bagi malam yang gelap ini dan bulan yang terang, berilah tahu kami kehendak Engkau akan nama bayi ini.’
Pada masa itu satu suara datang dari langit, apabila Abu Talib mengangkat kepalanya, dia melihat papan tulis seperti permata hijau, dengan empat baris padanya. Dia mengambil papan tulis itu dan mendakapnya. Apabila dia membacanya ayat yang ditulis padanya: Aku telah anugerahkan kehormatan yang khusus bagi kamu berdua dengan memberikan anak yang suci. Dia telah diberikan nama Ali dari pihak tuhannya. Ianya dipetik dari ‘Ala’ [yang tinggi]
Ganji Shafi’i menulis di dalam Kifayatu’t-Talib bahawa satu suara datang sebagai jawapan kepada Abu Talib yang membacakan dua rangkap ini: Wahai manusia dari rumah nabi yang ditinggikan! Aku telah anugerahkan kepada kamu anak yang suci. Sesungguhnya dia telah diberikan nama Ali dari pihak tuhannya. Nama ini telah dipetik dari nama Allah sendiri Al-Ali.’
Abu Talib amat gembira dan tunduk sujud kepada Allah. Sebagai tanda syukur diatas kejadian yang agung itu, dia korbankan 10 unta. Dia gantungkan papan tulis itu pada Masjidul-Haram. Dengannya Bani Hashim akan menunjukkan kebanggaan mereka dihadapan Quraish. Papan itu tinggal tergantung disitu sehingga ianya hilang pada masa peperangan diantara Abdullah bin Zubair dan Hajjaj.
Kenyataan ini juga menyokong hadith yang telah dikatakan dahulu yang mana telah mengatakan bahawa Abu Talib semenjak mula lagi telah beriman. Dia meminta kepada tuhan maha besar untuk menamakan anaknya. Apabila dia melihat pemberian Allah yang melimpah, dia tunduk sujud dihadapan Nya. Adakah ini perbuatan orang kafir?
NAMA ALI BUKAN DARI SEBAHAGIAN AZAN ATAU IQAMA.
Kamu telah katakan bahawa ahli fiqh shia menekankan nama Ali dianggap perlu di dalam azan dan iqama. Yang sebenarnya tidak terdapat seorang pun ahli perundangan shia yang mengatakan bahawa nama Ali adalah sebahagian dari azan atau iqama. Di dalam semua buku fiqh shia, perkataan yang mengatakan bahawa naik saksi wazirnya Amirul-Mukminin bukan sebahagian dari azan atau iqama. Untuk mengatakan itu di dalam azan dan iqama dengan sengaja adalah haram. Jika pada permulaan solat, niatnya pada nama Imam yang suci adalah sebahagian dari solat, perbuatannya adalah salah. Tetapi menyebutnya setelah menyebut nama nabi, pada menyebut nama Ali, tanpa tujuan yang tertentu, tetapi hanya sekadar menghormatinya adalah digalakkan. Allah telah menyebutkan namanya disetiap tempat selepas nama nabi sebagaimana saya telah katakan terdahulu.
Sekarang kita samapai kepada tujuan kita yang utama: tidak seorang pun dari sahabat yang terkenal mempunyai jalinan keturunan yang suci seperti Ali.
WARA’NYA ALI.
Wara’nya Ali, tidak ada siapa yang boleh dibandingkan dengannya. Keduanya musuh dan kawan bersetuju mengenainya, selepas nabi tidak ada siapa yang sewara’ Ali.
Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharh-e-Nahju’l-Balagha dan Muhammad Ibn Talha Shafi’i di dalam Matalibu’s-Su’ul, mengatakan dari Umar Ibn Abdu’l-Aziz bahawa Imam yang suci yang lebih utama di dalam wara dari segala makhluk. Dia berkata, ‘Kami tidak tahu sesiapa dari ummah selepas nabi yang lebih alim dan wara dari Ali Ibn Abi Talib.’
Mullah Ali Qushachi, dari segala sikap fanatiknya, menulis bahawa makhluk umpama hilang pedoman untuk memahami akan mulianya Ali. Di dalam Sharh-e-Tajrid dia berkata, ‘Manusia amat kagum apabila mereka mendengar amalan di dalam hidup Ali.’
KENYATAAN ABDULLAH BIN RAFII.
Abdullah bin Rafii berkata bahawa pada masa bulan puasa, dia pergi kepada Amirul-Mukminin. Dia lihat beg yang tertutup dibawakan kepadanya. Apabila Ali membukanya, di dalamnya terdapat tepung yang tidak ditapis. Imam mengambil genggam penuh dari tepung itu, memaknnya, minum sedikit air, dan mengucapkan kesyukuran kepada Allah. Abdullah bin Rafii berkata, ‘Wahai Abul-Hasan! Mengapa kamu tutup mulut beg tersebut? Imam menjawab, ‘Supaya anak saya yang cinta kepada saya, tidak mencampurkan minyak zaitun atau gula dengan tepung tersebut, yang akan membuat diri Ali selesa dengan rasa tersebut.’
Maka Ali biasa menjauhkan dirinya dari makanan yang sedap dan lazat supaya dia tidak terpengaruh dengannya. Sulayman Balkhi Hanafi telah juga menyebutkan hadith ini di dalam Yanabiu’l-Mawadda, bab 51, dari Ahnaf bin Qais.
ADAKAH PENGETAHUAN PADA YANG GHAIB TERHAD KEPADA ALLAH?

Shirazi: Boleh kamu bacakan ayat yang bertentangan dengan kenyataan saya?
Sheikh: Terdapat banyak ayat al-Quran yang menyokong pandangan saya. Sebagai contoh, al-Quran berkata: ‘Dan bersamaNya adalah kunci khazanah ghaib – tiada siapa yang tahu melainkan Dia; dan Dia mengetahui apa yang ada dibumi dan dilaut; dan tidak jatuh sehelai daun melainkan Dia mengetahuinya, dan begitu juga bijian didalam gelap perut bumi, tidak juga yang hijau dan yang kering tetapi [semuanya terdapat] di dalam buku yang jelas.’ [6:59]
Ini adalah bukti yang paling jelas bahawa tidak ada siapa melainkan Allah sahaja yang mempunyai pengetahuan pada yang ghaib. Jika sesiapa percaya pada sesaorang yang mempunyai pengetahuan pada yang ghaib, dia telah menjadikan makhlukNya sekutu di dalam sifat Allah.
Kamu mengatakan bahawa Ali tahu akan yang ghaib. Ini bererti, selain dari kamu menjadikan dia sekutu di dalam sifat Allah, kamu telah membuat kedudukan dia lebih tinggi dari nabi sendiri. Nabi berulang kali mengatakan: ‘Saya adalah manusia seperti kamu. Allah sahaja yang mengetahui perkara ghaib.’ Nabi dengan jelas menerangkan kurang pengetahuannya pada yang ghaib.
Adakah kamu baca ayat al-Quran, yang berkata: ‘Katakan: Saya hanyalah manusia seperti kamu; telah diwahyukan kepada saya bahawa tuhan kamu adalah tuhan yang satu.’ [18:110]
Iaitu, perbezaannya diantara kamu dan saya adalah wahyu disampaikan dari Allah kepada saya.
Ditempat yang lain Allah berkata: ‘Katakan, Saya tidak mengawal sebarang faedah atau melarat untuk jiwa saya melainkan sebagaimana yang Allah ridhai; dan jika saya tahu yang ghaib saya akan mendapati banyak kebaikkan dan tidak ada kejahatan yang dapat menyentuh saya; saya tidak lain hanya memberi peringatan dan pembawa berita baik kepada mereka yang beriman.’ [7:188]
Dan lagi: ‘Dan saya tidak katakan kepada kamu bahawa bersama saya ada khazanah Allah dan saya tidak tahu pada yang ghaib.’ [11:31]
Dan Allah berkata lagi: ‘Katakan ‘Tidak ada siapa yang dilangit atau yang dibumi mengetahui yang ghaib melainkan Allah: Dan mereka tidak tahu bila mereka akan dibangkitkan.’ [2:65]
Nabi sendiri mengaku bahawa dia tidak tahu yang ghaib dan bahawa pengetahuan itu khusus untuk Allah. Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa Ali mempunyai pengetahuan yang sedemikian?
Kepercayaan kamu adalah cuba untuk meninggikan keutamaan Ali dari nabi. Tidakkah al-Quran telah berkata: ‘Tidak juga Allah akan menjadikan kamu tahu pada yang ghaib…’ [3:179] Atas dasar apa yang kamu percaya bahawa sesaorang selain Allah punyai pengetahuan pada yang ghaib?
Shirazi: Pendahuluan bagi kenyataan kamu adalah betul. Tetapi rumusan yang kamu dapati daripadanya adalah salah. Kamu telah katakan bahawa yang mengetahui pada perkara yang ghaib adalah Allah, bahawa kunci pada yang ghaib adalah bersama Allah; dan menurut dari ayat terakhir surah al-Kahfi, nabi terakhir, semua para nabi yang lain, para wazir, dan para Imam yang suci adalah sama dengan manusia yang lain. Di dalam bentuk fisikal, mereka telah dijadikan sama seperti yang lain. Kesemua perkara itu adalah benar, dan golongan shia menerima semuanya. Dan juga ayat yang kamu telah bacakan adalah benar dalam kontek yang asal.
Tetapi perkataan ‘nabi’ dari surah Hud merujuk kepada nabi Nuh. Ayat 50 surah al-An’am merujuk kepada nabi kita yang mulia. Apabila musyirik bertanya kepada baginda mengapa tidak terdapat tanda yang dia memilikki harta ilahi atau pengetahuan yang ghaib, ayat itu telah diwahyukan: ‘Katakan, ‘saya tidak mengatakan kepada kamu ‘Saya ada mempunyai khazanah tuhan tidak juga pengetahuan yang ghaib, tidak juga saya mengatakan saya adalah malaikat; saya tidak mengikuti selain dari apa yang diwahyukan kepada saya.’ [6:50]
Ayat ini adalah jawapan terhadap anggapan yang jahil bahawa tindakkan nabi telah dipengaruhi oleh pertimbangan keduniaan. Bagi pengetahuan pada yang ghaib, kami percaya bahawa para nabi dan wazir mereka mempunyai pengetahuan itu. Saya tidak sekutukan mereka dengan sifat ketuhanan. Tetapi pemberian itu adalah sebahagian dari wahyu dan ilham yang akan menghilangkan tirai kejahilan dari pandangan mereka dan menampakkan kepada mereka kebenaran yang sebenar. Saya akan terangkan ini dengan lebih jelas lagi.
PENGETAHUAN ADA DUA JENIS DHATI [TERSENDIRI] DAN ARZI [YANG DIPEROLEHI]
Kami shia Imami mempercayai bahawa pengetahuan ada dua jenis: Dhati dan Arzi.
Dhati, atau pengetahuan yang tersendiri, adalah khusus bagi Allah. Kita boleh mengesahkan tetapi tidak dapat memahami kebenaran sebenarnya. Dalam bagaimana cara sekalipun kami akan cuba untuk menerangkannya, pengetahuan tersendiri adalah diluar kefahaman manusia.
Arzi, pengetahuan yang diperolehi, adalah yang terdapat pada diri manusia, sama ada dia nabi atau tidak. Dia akan mendapat faedah darinya kemudian. Pengetahuan ini juga ada dua jenis: Tahsili dan Ladunni. Tahsili adalah pengetahuan yang didapati dari belajar dan pengalaman. Jika seorang pelajar mengikuti norma yang sama pada pembelajaran, sebagai contoh, dia pergi kesekolah dan belajar dari seorang guru. Jika Allah hajati, dia akan mendapat ilmu menurut dari hasil usahanya dan juga pada masa yang dia habiskan untuk belajar.
Ladunni merujuk kepada pengetahuan yang manusia terima terus dari Allah. Dia tidak mempelajari melalui huruf dan perkataan tetapi menerima terus dari yang maha kaya. Allah kata di dalam al-Quran: ‘Dan mereka yang Kami telah ajari pengetahuan dari Diri Kami.’ [18:65]
Shia tidak mengatakan bahawa pengetahuan yang ghaib telah ada pada diri nabi atau Imam yang suci atau bahawa mereka memahami yang ghaib seperti mana yang diketahui Allah. Apa yang kami katakan adalah Allah tidak menghadkan. Dia boleh memberikan pengetahuan dan kuasa kepada siapa sahaja yang dua ridhai. Kadang kala dia memberikan pengetahuan kepada sesaorang melalui guru dan ada masanya terus dari diriNya. Pengetahuan yang diberikan secara terus inilah yang dikatakan pengetahuan yang ghaib.
Sheikh: Kenyataan kamu yang pertama adalah betul, tetapi kehendak ilahi tidak akan membenarkan kepada perkara yang diluar kebiasaan seperti memberikan manusia pengetahuan ghaib secara terus, iaitu, tanpa berguru.
Shirazi: Tidak, kamu dan sahabat kamu telah silap. Yang sebenarnya, kamu kerap, dengan tanpa disedari kamu telah bertentangan dengan kebanyakkan dari ulama kamu yang terkenal. Allah telah menganugerahkan keatas semua para nabiNya dan juga pengganti nabi pengetahuan yang ghaib. Apa sahaja yang diperlukan untuk mereka pada melaksanakan missi mereka.
Sheikh: Dihadapan ayat-ayat al-Quran ini, yang dengan jelas telah menolak pendapat bahawa manusia punya pengetahuan pada yang ghaib, apakah bukti yang kamu ada pada menyokong pendapat kamu?
Shirazi: Kami tidak menentang ayat al-Quran. Setiap ayat al-Quran telah diwahyukan untuk tujuan yang tertentu, iaitu, menurut kepada keadaan kadang kala positif dan kadang kala negatif. Maka itulah sebabnya dikatakan bahawa diantara ayat al-Quran satu ayat memperkukuhkan ayat yang lain. Oleh kerana musyirik meminta keajaipan dari nabi, ayat negatif yang diatas telah diwahyukan. Di dalam membuktikan objek yang sebenar, ayat positif telah juga diwahyukan supaya kedudukan yang sebenar menjadi jelas.
Rahbar: Kami Percaya Kepada Para Pejabat Pemerintahan Islam, Tapi Tidak Mempercayai AS

Dalam acara apel bersama yang diadakan Akademi Keperwiraan Angkatan Udara Syahid Sattari itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kami menaruh kepercyaaan kepada para pejabat kami dan meminta mereka untuk mengambil setiap langkah dengan mantap dengan memerhatikan semua sisi secara seksama dan jangan pernah melupakan kepentingan nasional."
Seraya menekankan untuk memperkokoh struktur pemerintahan Islam dari dalam, beliau menambahkan, "Unsur-unsur yang sejak hari pertama kemenangan revolusi Islam selalu menjaga revolusi ini, mengawal bangsa Iran dan membawa kepada kemajuan adalah kepedulian kepada cita-cita tinggi pemerintahan Islam dan kepedulian kepada harga diri bangsa. Karena itu, tugas para pejabat negara dan seluruh bangsa adalah membela kehormatan dan jatidiri bangsa."
Mengenai ketidakpercayaan dan pandangan buruk pemerintahan Islam Iran terhadap AS, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa pemerintah AS dikendalikan oleh orang-orang Zionis. Beliau menambahkan, "Pemerintah AS melangkah sejalan dengan kepentingan orang-orang Zionis. AS memeras bangsa-bangsa lain di dunia dan siap memberikan apa saja kepada Rezim Zionis."
Rahbar mengungkapkan, meskipun bangsa Iran tak pernah mengancam bangsa dan negara lain tapi bangsa ini merasa harus memperkuat angkatan bersenjatanya sebagai salah satu unsur paling penting dalam menjaga keamanan pemerintahan Islam. Beliau menandaskan, "Angkatan bersenjata yang meliputi Tentara, Pasukan Garda Revolusi, Basij dan Kepolisian harus menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi konspirasi-konspirasi musuh."
Menyinggung ancaman yang sering diumbar oleh musuh-musuh Republik Islam Iran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Mereka yang terbiasa mengumbar ancaman terhadap Iran harus menyadari bahwa setiap gangguan yang mengancam bangsa Iran akan kami balas dengan balasan yang telak."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran telah menunjukkan kegigihannya dalam membela cita-cita dan kepentingannya sebagaimana juga serius dalam mengupayakan keamanan dan perdamaian. Sebab kedua hal ini harus selalu berdampingan."
Di bagian akhir pembicaraannya, Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata memuji perjuangan heroik Tentara Republik Islam Iran dalam Perang Pertahanan Suci, termasuk korps angkatan udaranya. Beliau juga mengenang jasa para syuhada yang mulia termasuk Syahid Sattari dan Syahid Babai.
Rahbar: Majunya Iran adalah Mimpi Buruk bagi Barat yang Jadi Kenyataan

Dalam pertemuan Rabu (9/10) pagi yang dihadiri oleh para peserta Kongres Nasional Para Pemuda Berprestasi Ke-7 itu, seraya menekankan bahwa kebijakan mendukung kemajuan pesat sains dan keilmuan sebagai kebijakan utama pemerintahan Islam di Iran, beliau mengatakan, "Para pemikir di negara ini sudah sampai pada kesimpulan, bahwa jika untuk melewati semua kesulitan dan tempat-tempat terjal dan berbahaya diperlukan beberapa hal yang sangat mendasar, pasti salah satunya adalah kemajuan dalam sains dan keilmuan."
Menyinggung potensi besar yang ada di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Para pemuda berprestasi di Iran mampu membawa negara dan bangsa ini ke puncak kemajuan di semua bidang."
Beliau menambahkan, "Para pemuda berprestasi itu mempunyai bakat dan potensi besar yang bisa membuat mereka mampu mencapai puncak keilmuan dan teknologi yang infrastrukturnya tersedia di negara ini."
Ayatollah al-Udzma mengungkapkan bahwa di tengah bangsa ini, masalah ‘kemajuan sains' sudah menjadi pembicaraan umum. Sebab, kemajuan yang hakiki tak mungkin dicapai tanpa kemajuan sains dan teknologi.
Beliau menggarisbawahi bahwa kemajuan sains dan keilmuan harus muncul dari dalam dengan mengandalkan potensi yang ada. Karena, gerakan, lompatan dan kemajuan sains dari dalam akan menghasilkan kredebilitas, nilai, kehormatan dan wibawa bangsa dan negara. Kemajuan ini, akan membuka jalan untuk melakukan kerjasama secara terhormat dan adil di bidang ilmu dan teknologi dengan negara-negara lain.
Rahbar mengingatkan, "Para pemuda berprestasi dan semua pejabat negara serta rakyat Iran harus menyadari bahwa fokus utama perhatian kubu yang saat ini berhadap-hadapan dengan pemerintahan Islam adalah upaya untuk mencegah Iran menjadi negara yang kuat dalam sains dan teknologi."
Beliau menambahkan, "Dalam menganalisa seluruh peristiwa dan transformasi politik dan ekonomi di tingkat regional maupun internasional, perspektif yang sesuai dengan realitas dan menyeluruh ini harus menjadi acuan utama, bahwa ada kubu adidaya di dunia yang tidak ingin Iran yang Islami ini menjadi negara dan bangsa yang kuat di berbagai bidang terutama di bidang keilmuan dan teknologi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyinggung sejumlah makalah yang ditulis oleh beberapa cendekiawan dan pakar dari Amerika Serikat (AS) dan Dunia Barat di awal kemenangan revolusi Islam, seraya mengatakan, "Dalam makalah-makalah itu mereka memperingatkan pemerintah di negara-negara Barat bahwa revolusi Islam di Iran jangan diartikan hanya sekedar perubahan rezim penguasa saja, tetapi kemenangan revolusi Islam ini berarti munculnya satu kekuatan baru di kawasan Asia Barat yang mungkin akan mengeluarkan kawasan yang vital dan kaya ini dari genggaman kekuasan Barat atau mengguncang hegemoninya, dan pada tahap berikutnya juga akan mengancam Barat dari sisi teknologi dan sains."
Kini, lanjut beliau, setelah berlalunya tiga dekade dari kemenangan revolusi Islam, mimpi buruk bagi Dunia Barat dan AS itu menjadi kenyataan. Iran sudah menjelma menjadi satu kekuatan yang besar di kawasan yang tak bisa digoyahkan oleh berbagai macam tekanan politik, ekonomi, keamanan dan propaganda. Kekuatan besar ini bahkan sangat berpengaruh bagi bangsa-bangsa di kawasan untuk kembali kepada jatidiri mereka sebagai bangsa Muslim.
Mengenai transformasi di kawasan Timur Tengah dan Utara Afrika dalam dua tahun terakhir serta reaksi dari AS dan Barat terhadapnya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kebangkitan bangsa-bangsa di kawasan dan aksi penentangan mereka dengan tangan kosong melawan penistaan yang dilakukan Barat dan AS terhadap mereka adalah satu peristiwa besar. Tidak seperti yang dibayangkan oleh AS dan Barat, gerakan ini belum berakhir."
Menurut beliau, rangkaian peristiwa ini tak ubahnya bagai satu lintasan sejarah yang sedang dilalui oleh kawasan ini dengan hasil yang belum final, dan Barat menatapnya dengan penuh kecemasan. Ditambahkannya bahwa transformasi ini terjadi berkat revolusi Islam yang sejak awal telah memberi kabar gembira akan munculnya satu kekuatan nasional yang mengakar dalam, penuh keimanan, lestari, berpotensi dan terus berkembang.
Menjelaskan faktor-faktor yang mendukung kesinambungan kekuatan nasional ini, Rahbar menekankan bahwa mempertahankan kepesatan aktivitas keilmuan di negara ini adalah satu keharusan yang paling utama.
"Misi bersejarah yang diemban oleh revolusi Islam ini menuntut untuk tidak membiarkan gerak pesat kemajuan ilmu ini mengalami kemandekan, stagnansi atau diwarnai dengan kemalasan dan keragu-raguan," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyebut inovasi sains sebagai satu hal yang sangat berpengaruh pada proses kemajuan pesat keilmuan di Iran. Karena itu beliau mengimbau semua pihak yang terkait untuk serius dalam mensosialisasikan inovasi keilmuan.
Meski menyebut kemajuan sains dan keilmuan di Iran sangat pesat dibanding dengan rata-rata kemajuan yang ada di kawasan dan di dunia, namun Rahbar menegaskan, "Ini bukan berarti kita sudah sampai ke titik target atau sudah mendekatinya. Sebab, di masa lalu kita ibarat bangsa yang tertinggal jauh dari kafilah ilmu dunia, sementara semua negara di dunia terus bergerak maju."
Dari penjelasan yang diberikan tentang kemajuan sains di Iran, beliau menyimpulkan, "Dengan tetap mempertahankan gerak laju ini, kita harus terus melangkah untuk menjadi yang terdepan dalam gerakan keilmuan dunia, dan kelak dengan bantuan Allah Swt dan berkat tekad kuat para pemuda yang berbakat dan aktif di negara ini, dalam waktu empat atau lima dekade mendatang negara ini akan menjadi poros keilmuan dunia."
Beliau menambahkan, "Kita harus selalu memikirkan masa depan cerah yang bisa digapai. Jika Iran menjadi poros keilmuan dunia, maka kelak siapa saja yang hendak mempelajari penemuan-penemuan ilmu yang baru harus belajar bahasa Persia."
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan kritik atas belum tercapainya penetrasi sains dan teknologi. "Meski sudah ada tuntutan yang luas dan adanya kebutuhan dua arah antara perguruan tinggi dan pusat-pusat industri, namun sayangnya hubungan yang sempurna dan logis antara pusat-pusat penelitian dan industri belum tercipta," kata beliau.
Menurut beliau, jika setiap tahunnya di perguruan tinggi ada ratusan proyek penelitian dalam negeri yang dibutuhkan oleh pusat-pusat industri maka akan tercipta kemajuan sains dan teknologi.
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan satu kelemahan penting yang ada, yaitu bahwa banyak pusat riset di perguruan tinggi Iran yang menggarap penelitian yang dipesan oleh proyek-proyek pihak asing. Beliau mengatakan, "Kami tidak melarang adanya riset ilmiah yang bisa memenuhi kebutuhan pihak asing. Tapi akan lebih baik jika pekerjaan ilmiah dan riset disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan yang ada dan memenuhi kebutuhan dalam negeri."
Di akhir pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan pesan kepada kalangan berbakat dan berprestasi untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperhatikan masalah spiritual.
"Hati yang bersih dan bersinar yang dimiliki oleh para pemuda yang berprestasi akan mendatangkan rahmat Ilahi dan memudahkan jalan menuju kemajuan dan ketinggian sains," pesan beliau.
Pesan Pemimpin Besar Revolusi Islam untuk Hujjaj Baitullah Pada Musim Haji 1434 H
و الحمد لله رب العالمین و الصلاة و السلام علی سید الأنبیاء و المرسلین و علی آله الطیبین و صحبه المنتجبین
Tibanya musim haji harus dipandang sebagai hari besar bagi umat Islam. Kesempatan emas yang ada pada hari-hari yang sangat berharga ini setiap tahunnya adalah sarana menakjubkan bagi umat Islam yang jika dikenal dengan baik dan dimafaatkan dengan semestinya akan mampu mengatasi banyak masalah yang ada di Dunia Islam.
Haji adalah mata air anugerah Ilahi yang memancar. Masing-masing dari Anda semua, para hujjaj yang berbahagia, saat ini memperoleh keberuntungan yang besar untuk membersihkan hati dan jiwa sebaik mungkin dengan amalan-amalan dan manasik yang penuh kesucian dan maknawiyah. Raihlah bekal untuk seluruh kehidupan Anda dari sumber rahmat, kemuliaan dan kekuatan ini. Di medan pendidikan dan pelatihan Ilahi ini kalian bisa mempelajari kekhusyukan dan penyerahan diri di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih; kepeduliaan untuk melaksanakan kewajiban yang dipikulkan di pundak seorang Muslim; semangat, gerak dan tindakan dalam melakukan pekerjaan untuk agama dan dunia; kasih sayang dan sifat memaafkan dalam pergaulan dengan saudara; keberanian dan percaya diri menghadapi peristiwa-peristiwa yang sulit; harapan kepada bantuan dan inayah Allah di semua tempat dan dalam segala hal; dan singkatnya Anda bisa belajar untuk menjadi insan Muslim yang sejati. Lalu, kalian akan pulang membawa oleh-oleh diri yang terhiasi dengan semua hiasan itu dan membawa kekayaan spiritual haji untuk negara serta bangsa kalian dan akhirnya untuk umat Islam.
Hari ini, umat Islam sangat memerlukan keberadaan manusia-manusia yang bisa menggandengkan pemikiran dan tindakan seiring dengan keimanan, kemurnian hati dan keikhlasan, dan yang mampu memadukan perlawanan terhadap musuh-musuh yang pendendam dengan penempaan diri, spiritualitas dan keruhanian. Inilah satu-satunya jalan keselamatan bagi masyarakat besar Muslim dari segala musibah dan derita yang dialaminya sejak zaman dahulu, baik yang secara jelas dilakukan oleh musuh maupun yang terjadi karena lemahnya tekad, iman dan kearifan.
Tak diragukan bahwa era saat ini adalah era kebangkitan dan penemuan jatidiri umat Islam. Hakikat ini dapat disaksikan dengan jelas melalui tantangan-tantangan yang tengah dihadapi oleh negara-negara Islam. Tepat dalam kondisi seperti ini, tekad dan kemauan yang bersandarkan pada keimanan, tawakkal, kearifan dan kebijaksanaan bisa menghantarkan bangsa-bangsa Muslim kepada kemenangan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dan membawanya kepada kemuliaan, sehingga kehidupan mereka akan diwarnai dengan harga diri dan kehormatan. Kubu di depan sana yang tak kuasa menyaksikan kebangkitan dan kehormatan umat Islam telah terjun ke tengah medan dengan segenap kekuatannya. Kubu itu mengerahkan seluruh sarana dan fasilitas keamanan, urat saraf, militer, ekonomi dan corong media untuk membuat umat Islam pasif, untuk menumpas mereka dan membuat mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Dengan mencermati kondisi negara-negara Asia Barat mulai dari Pakistan dan Afghanistan hingga Suriah, Irak, Palestina dan negara-negara kawasan Teluk Persia juga negara-negara di utara Afrika dari Libya, Mesir dan Tunisia sampai Sudan dan sejumlah negara lainnya akan terkuak banyak fakta yang sebenarnya. Perang saudara; fanatisme buta bernuansa agama dan madzhab; instabilitas politik; merebaknya terorisme yang keji; munculnya kelompok-kelompok dan aliran-aliran ekstrim yang bertindak layaknya suku-suku yang kebuasannya terekam dalam sejarah saat dengan mudah membelah dada manusia dan mencabik-cabik hatinya; kelompok-kelompok bersenjata yang membantai anak-anak dan perempuan, memenggal kepala para pria dan dan menodai kehormatan; bahkan dalam sejumlah kasus mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang memalukan dan menjijikkan itu dengan nama dan dengan mengusung bendera agama; semua itu adalah produk konspirasi setan yang dibuat oleh kubu arogansi, dinas-dinas keamanan asing, dan antek-antek rezim pemerintahan yang menjadi kaki tangan mereka di kawasan ini. Kondisi dalam negeri sejumlah negara membuat konspirasi itu berpotensi untuk terjadi, menenggelamkan bangsa-bangsa ini ke dalam kekelaman dan menuangkan kegetiran pada kehidupan mereka. Dalam situasi dan kondisi seperti ini bisa dipastikan bahwa negara-negara Muslim tidak bisa diharapkan mampu mengisi kekosongan material dan spiritual mereka dan tak akan mampu mencapai kemakmuran, kemajuan sains dan wibawa internasional yang mestinya diperoleh berkat kebangkitan dan penemuan jatidiri. Kondisi yang memprihatinkan ini bisa membuat mandul kebangkitan Islam, meredupkan kesiapan mental yang sudah muncul di tengah Dunia Islam, menyeret bangsa-bangsa Muslim kembali kepada stagnansi, keterasingan dan dekandensi untuk masa yang lama, dan membuat isu-isu utama dan urgen bagi mereka seperti penyelamatan Palestina dan pembebasan bangsa-bangsa Muslim dari cengkeraman Amerika Serikat (AS) dan zionisme terlupakan.
Penanganan secara mendasar bagi semua itu bisa diringkas dalam dua kalimat kunci yang keduanya merupakan pelajaran paling menonjol dari haji, yaitu:
Pertama, persatuan dan persaudaraan umat Islam di bawah panji tauhid.
Dan kedua, mengenal musuh dan melawan konspirasi-konspirasi serta modus-modus yang digunakannya.
Memperkuat spirit persaudaraan dan solidaritas adalah pelajaran besar yang didapat dari haji. Di sini, bahkan dilarang berdebat dan berbantah-bantahan dengan orang lain. Pakaian yang sama, amalan yang sama, gerakan yang sama dan perilaku yang ramah di sini berarti kesamaan dan persaudaraan semua orang yang meyakini dan mencintai poros tauhid ini. Inilah jawaban Islam yang jelas kepada pemikiran, keyakinan dan ajakan yang menganggap sekelompok dari umat Islam yang meyakini Ka'bah dan tauhid berada di luar Islam. Anasir takfiri yang sekarang ini dipermainkan oleh kebijakan zionisme yang licik dan para pelindungnya di Barat, kelompok yang melakukan berbagai macam kejahatan besar, menumpahkan darah umat Islam dan orang-orang yang tak berdosa, juga mereka yang mengaku beragama dan mengenakan pakaian ulama namun terus menerus meniupkan api perselisihan Syiah, Sunni dan lainnya, mereka semua harus menyadari bahwa pelaksanaan manasik haji membuktikan kebatilan apa yang mereka klaim. Sungguh mengherankan, mereka yang menganggap ritual berlepas tangan (bara'ah) dari musyrikin sebagai perdebatan yang dilarang -padahal ritual ini berakar pada amalan yang dilakukan Nabi Besar Saw-, tapi justeru merekalah orang-orang yang sangat berperan dalam menciptakan konflik berdarah di tengah umat Islam.
Saya, seperti juga banyak ulama Islam yang lain dan mereka yang punya kepedulian kepada umat Islam, kembali mengumumkan bahwa setiap ucapan dan tindakan yang bisa mengobarkan api perselisihan di tengah umat Islam, demikian juga pelecehan terhadap apa yang dianggap sakral oleh setiap kelompok Muslim atau aksi pengkafiran salah satu madzhab Islam, semua itu adalah perbuatan yang melayani kubu kekafiran dan syirik, dan pengkhianatan terhadap Islam yang diharamkan dalam syariat.
Mengenal musuh dan modus-modusnya adalah pondasi kedua. Pertama, keberadaan musuh-yang menyimpan dendam jangan sampai dilalaikan dan dilupakan. Ritual melempar jumrah yang dilakukan beberapa kali dalam manasik haji adalah ritual simbolik untuk menunjukkan kesiagaan selalu. Kedua, jangan sampai salah dalam mengenal musuh utama yang hari ini adalah kubu arogansi dunia dan jaringan zionisme durjana. Ketiga, modus-modus yang digunakan oleh musuh untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam, menyebarkan kebejatan politik dan akhlak, ancaman dan bujukan terhadap kalangan elit, tekanan ekonomi terhadap bangsa-bangsa, menciptakan keragu-raguan terhadap keyakinan-keyakinan yang ada dalam Islam harus dianalisa dengan baik. Seiring dengan itu, orang-orang yang secara sadar atau tidak menjadi kaki tangan mereka juga harus dikenali dengan cara ini.
Negara-negara arogansi terutama AS dengan memanfaatkan sarana-sarana media massa yang luas dan canggih sengaja menutupi wajah mereka yang sebenarnya. Dengan mengklaim diri sebagai pihak yang membela hak asasi manusia dan demokrasi mereka melakukan tindakan penipuan opini umum bangsa-bangsa di dunia. Di saat mereka mengaku membela hak bangsa-bangsa di dunia, dengan jiwa dan raga bangsa-bangsa Muslim hari demi hari semakin merasakan percikan api fitnah yang mereka kobarkan. Dengan pandangan sekilas terhadap bangsa Palestina yang tertindas yang setiap hari selama puluhan tahun menjadi korban kebiadaban rezim Zionis Israel dan para pembelanya; pandangan sekilas tehadap negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan dan Irak yang kehidupan rakyatnya terasa getir akibat terorisme yang lahir dari rahim kebijakan kubu arogansi dan kaki tangannya di kawasan; pandangan sekilas terhadap Suriah yang menjadi bulan-bulanan aksi dendam kubu hegemoni internasional dan antek-anteknya di kawasan dan kini tenggalam dalam perang saudara yang berdarah-darah hanya karena negara itu membela muqawamah dan perlawanan terhadap zionisme; pandangan sekilas terhadap Bahrain atau Myanmar yang masing-masing dalam bentuknya tersendiri saat orang-orang Muslim yang menderita di sana terlupakan sementara musuh-musuh mereka dilindungi; pandangan sekilas terhadap bangsa-bangsa lain yang bertubi-tubi menjadi sasaran ancaman agresi militer, embargo ekonomi atau aksi pengacauan keamanan oleh AS dan sekutu-sekutunya, semua itu menunjukkan kepada semua orang wajah para pemimpin sistem hegemoni yang sebenarnya.
Kalangan elit politik, budaya dan agama di seluruh wilayah di Dunia Islam harus merasa berkewajiban untuk membongkar fakta-fakta ini. Ini adalah kewajiban normatif dan agama bagi kita semua. Negara-negara di utara Afrika yang, sayangnya, saat ini terancam konflik internal yang mendalam punya kewajiban yang lebih besar untuk peduli akan tanggung jawab besar ini, yaitu mengenal musuh beserta modus dan taktik-taktiknya. Berlanjutnya konflik di antara kelompok-kelompok kebangsaan dan kelalaian akan ancaman perang saudara di negara-negara ini adalah bahaya besar yang kerugiannya bagi umat Islam tidak bisa diatasi dalam masa yang singkat.
Tentunya, kita tidak meragukan bahwa bangsa-bangsa yang sudah bangkit di kawasan yang telah melahirkan kebangkitan Islam, dengan izin Allah tak akan membiarkan jarum sejarah berputar balik ke masa lalu dan era kekuasaan para pemimpin yang bejat, dependen dan diktator kembali terulang. Akan tetapi kelalaian akan konspirasi kekuatan-kekuatan arogansi dalam menebar fitnah dan melakukan intervensi yang destruktif akan menyulitkan mereka dan akan menunda lahirnya era kemuliaan, keamanan dan kemakmuran sampai beberapa tahun kemudian. Dari lubuk hati yang dalam kami percaya akan kemampuan rakyat dan kekuatan tekad, keimanan dan kearifan rakyat yang telah diberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana. Kenyataan inilah yang kami saksikan dengan mata kepala sendiri dan telah kami rasakan selama tiga dekade di Republik Islam Iran. Tekad kami adalah mengajak bangsa-bangsa Muslim untuk meneladani pengalaman saudara-saudara mereka di negara yang berwibawa dan tak mengenal kata lelah ini.
Kepada Allah Swt saya memohon kebaikan untuk kondisi umat Islam dan tertolaknya tipu daya musuh. Kepada Allah saya memohon terkabulnya haji, kesehatan fisik dan jiwa serta kekayaan besar spiritual untuk Anda semua, para hujjaj Baitullah.
Wassalamu'alaikum wa rahmatullah
Sayyid Ali Khamenei
5 Dzul Hijjah 1434 H/ 19 Mehr 1392 HS
(11 Oktober 2013)
Khatib Jumat Tehran: Pemerintah AS Munafik!
Khatib shalat Jumat Tehran menyebut pemerintah Amerika Serikat sebagai pemerintah yang tidak bisa dipercaya dan munafik dalam berhadapan dengan Republik Islam Iran.
Ayatullah Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah Jumat, yang dipusatkan di Universitas Tehran, mengulas panjang lebar tentang kebijakan standar ganda AS terhadap Iran.
"Para pejabat Washington menyatakan menyambut perundingan dengan Tehran, sementara Presiden Obama dalam pertemuannya dengan PM Israel baru-baru ini, mengklaim bahwa penerapan sanksi telah memaksa Iran ke meja perundingan," kata Ayatullah Khatami.
Menanggapi pernyataan Obama bahwa semua opsi ada di atas meja termasuk opsi militer terhadap Iran, Ayatullah Khatami menandaskan, bangsa Iran juga meletakkan semua opsi di atas meja dalam menghadapi AS dan Barat.
Menurutnya, jejak AS tampak jelas dalam berbagai konspirasi terhadap bangsa Iran sejak kemenangan Revolusi Islam hingga sekarang. "Slogan 'mampus Amerika' adalah simbol resistensi bangsa Iran. Slogan ini akan dilestarikan selama kenakalan AS terus berlanjut dan kebencian bangsa Iran terhadap AS tidak akan sirna," ujarnya.
Ayatullah Khatami menuturkan, persatuan nasional merupakan senjata paling tangguh dalam menghadapi musuh dan melalui senjata itu, Iran akan selalu mampu melawan konspirasi mereka.
Dampak Shutdown, Kedubes AS di Jakarta Tutup
Amerika Serikat menutup kantor kedutaan besarnya di Jakarta untuk sementara waktu. Penutupan kantor kedutaan tersebut diumumkan melalui media sosial Twitter.
"Kami akan segera kembali setelah kesepakatan anggaran tercapai!," cuit akun Twitter resmi kedutaan besar Amerika Serikat, @usembassyjkt pada Jumat, 11 Oktober 2013.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah AS akhirnya menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah. Langkah itu menyusul serangkaian perdebatan panjang dan manuver politik dari Parlemen, Senat, dan Gedung Putih, yang akhirnya gagal mencapai kata sepakat atas persoalan kebuntuan anggaran negara itu.
Shutdown ini merupakan yang pertama kalinya selama hampir dua dekade. Seperti dilansir New York Times, dampak dari shutdown ini adalah sebanyak 800 ribu pegawai negara federal dirumahkan untuk sementara dan jutaan orang lainnya akan diminta bekerja tanpa dibayar.
Kantor Pengelolaan Anggaran Amerika meminta agar lembaga-lembaga pemerintah harus mulai merencanakan shutdown sekarang karena tidak ada alokasi anggarannya. Perihal tersebut karena Kongres gagal mencapai kesepakatan.