کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 01 Oktober 2013 11:18

Imam Mahdi as Dalam Al-Quran

Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.

Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Surah al-Qashash (28) : 5

وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ

“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”

Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.

Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah, Imam Ali as berkata:

لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا

“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”

Ibnu Abil Hadid berkata: “Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”

Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]

b. Surah an-Nûr (24) : 56

وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”

Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:

Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.

Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.

Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.

Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.

Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata: “Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2] (Bersambung)


[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.

[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.

 

Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang mahdi as telah tertera di pelbagai sumber dan kitab-kitab Islami. Rasul saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali as dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulangnya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru Negara Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.

Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci al-Quran? Jawaban tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini benih-benihnya telah terdapat di dalamnya.

Al-Quran sebatas singgungan atau secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman seperti kemenangan kaum mukmin terhadap kaum non-mukmin. Ayat-ayat semacam ini, telah ditafsirkan oleh para mufasir-dengan mengacu pada riwayat dan poin-poin tafisiri-berkaitan dengan pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman.

Al-hasil para mufasir mutaakhir menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau as, jumlah sensaionalpun mereka dapatkan yaitu sekitar 350 ayat. Tahqiq ini dilakukan oleh Yayasan Intidhare Nur. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut adalah umum mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat yang para mufasir dengan suatu hal dalam tafsiran ayat tersebut membawakan riwayat atau pembahasan Mahdawiyah.

Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 10 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.

Ayat pertama

وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( ‏انبيا 105)

Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh”.

Imam Muhammad Baqir as bersabda:”hamba-hamba tuhan yang akan menjadi pewaris bumi-yang tersebut dalam ayat-adalah para sahabat Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman.”

Syekh Thabarsi setelah menukil riwayat ini mengatakan: sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlusunnah menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam baqir as di atas, hadis tersebut mengatakan ‘jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman”’. Imam Abu bakar Ahmad bin Husain Baihaqi dalam buku “al-Ba’tsu wa Nutsur” telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini [1] .

Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan: Kami telah menulis di Zabur setelah zikr … semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Zikr. Dan maksud dari bahwa dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah (Mahdi) Qaim as dan para pengikutnya [2] .

Ayat kedua

وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ (قصص 5)

Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas, dan akan Kami jadikan para pemimpin dan pewaris dunia.

Ayat ini sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali as di dalam Nahjul balagah serta sabda para imam yang lain berkaitan dengan Mahdawiyah, dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman. Sebagaimana Syekh Shaduq dalam kitab Amali menukil sabda Imam Ali as yang berkata:”ayat ini berkaitan dengan kita”.

Ayat Ketiga

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ (ما ئده 54)

Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa dari kalian berpaling (murtad) dari agamanya maka Allah SWT akan memunculkan sekelompok kaum yang Dia cinta mereka dan mereka juga mencintaiNya,

Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Qaim dan para penguikutnya merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekalim tidak takut akan apapun”.

Ayat Keempat

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى‏ لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ ( نور 56)

Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.

Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin as bahwa beliau membaca ayat tersebut setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi (pembimbing) umat ini. Dialah yang rasul saw bersabda tentangnya:”jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir as dan imam Ja’far Shadiq as”.

Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentan ayat ini dengan penjelasan berikut ini:”mengingat penyebarluasan agama ke seluruh penjuru dunia dan belum betul-betul global, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi”. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.

Ayat Kelima

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى‏ وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah Zat yang yang telah mengutus rasulNya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.

Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar, disebutkan:

Rasul dalam ayt tersebut adalah baginda nabi Muhammad saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memangkan agama (Islam)ini, atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pad suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun untuk menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluaerganya yang telah meninggal dunia kembali lagi dan merasakan kehidupan yang sedang mereka rasakan.


[1] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.

[2] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Rabu (28/8) pagi dalam pertemuan dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani dan kabinet periode kesebelas mengapresiasi kerjasama parlemen yang membantu pemerintah dalam mempercepat proses pembentukan kabinet yang baru. Beliau menyebut Hassan Rouhani sebagai sosok presiden yang ideal, terpercaya dan memiliki masa lalu perjuangan revolusi yang jelas.

Seraya menjelaskan sejumlah parameter yang penting bagi pemerintahan ideal, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Prioritaskan masalah ekonomi dan sains. Dengan mengatasi inflasi, memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak, memarakkan sektor produksi, memacu laju ekonomi, dan menciptakan ketenangan di sektor ekonomi, harapan rakyat akan masa depan harus kalian pertahankan dan tingkatkan."

Menyinggung perkembangan di kawasan, beliau menyebut ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah sebagai tragedi yang tak terelakkan bagi kawasan.

"Intervensi militer pasti akan merugikan para pemicunya sendiri," kata beliau.

Dalam pertemuan itu, kepada para pejabat tinggi negara dan pemerintahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengucapkan selamat atas peringatan ‘Pekan Pemerintah' seraya mengingatkan, "Pekan pemerintah dihiasi dengan nama dua Syahid Cendekiawan yaitu Syahid Rajai dan Syahid Bahonar. Langkah semua pemerintahan selama ini dalam mengedepankan kedua syahid itu sebagai teladan tentu sangat berarti."

Beliau menambahkan, "Tak diragukan bahwa tampilnya Bapak Rouhani dengan pengalaman perjuangan dan revolusinya yang jelas serta sikap-sikapnya yang baik dalam tiga dekade ini di pucuk lembaga eksekutif adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemerintahan yang baru ini."

Menyinggung tekad Presiden untuk mengatasi semua problem dan kesulitan, Rahbar berharap optimis pemerintah dapat menyelesaikan kesulitan yang ada dengan mengandalkan tekad yang kuat.

Lebih lanjut beliau menjelaskan sejumlah parameter penting untuk sebuah pemerintahan Islam yang ideal. Parameter pertama adalah akidah atau keyakinan yang benar dan etika yang lurus. Beliau mengungkapkan, "Aqidah dan pandangan yang tepat akan realitas di tengah masyarakat ini akan membuahkan tindakan yang benar oleh pemerintah."

Mengenai hal ini Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut rangkaian pidato dan arahan dari Imam Khomeini (ra) sebagai tolok ukur paling penting. Beliau menandaskan, "Nilai-nilai dan prinsip revolusi teraplikasikan dalam bentuk kata-kata dan arahan yang disampaikan oleh Imam Khomeini, yang jika kita komitmen dengannya dan merujuk kepadanya di saat-saat kebingungan, tentu apa yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang cemerlang untuk masa depan dan kita akan terus bergerak maju."

Masih tentang aqidah yang benar, beliau menyatakan bahwa kepercayaan yang benar akan membuahkan keyakinan akan kebenaran janji-janji Ilahi. Beliau mengatakan, "Dalam banyak kasus seperti kemenangan revolusi Islam, Perang Pertahanan Suci, dan keberhasilan meredakan gejolak pemberontakan berbau etnis di awal-awal revolusi, rakyat dan para petinggi negara ini sudah merasakan sendiri kebenaran janji-janji Ilahi. Hal itulah yang menambah keyakinan akan datangnya pertolongan dan bantuan Allah."

Menyinggung pembicaraan Presiden Rouhani, Rahbar menegaskan, "Kepercayaan kepada Allah serta pandangan yang benar, logis dan bijak adalah kunci mengurai permasalahan yang ada."

Parameter kedua bagi pemerintahan Islami yang ideal adalah pengabdian kepada masyarakat. Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa filosofi keberadaan para pejabat adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Karena itu, masalah apapun jangan sampai melalaikan para pejabat dari tugas pengabdian.

Kepada kabinet baru, beliau mengingatkan bahwa kesempatan mengabdi bakal berlalu dengan cepat. "Kepada semua kabinet saya selalu mengingatkan bahwa masa pengabdian 4 atau 8 tahun akan berlalu dengan cepat. Meski demikian, masa yang singkat ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan pengabdian yang tak berkesudahan kepada rakyat. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja."

Mengenai pengabdian kepada rakyat, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk memandangnya sebagai salah satu bentuk jihad. Namun, kata beliau, kerja dengan semangat jihad bukan berarti mengesampingkan aturan.

Parameter berikutnya bagi pemerintahan Islami yang ideal menurut beliau adalah keadilan. Beliau menegaskan, "Sudah berulang kali dikatakan bahwa kita menghendaki apa yang disebut dengan kemajuan. Tapi yang pasti kemajuan ini harus seiring dengan keadilan. Jika tidak, kita akan menjadi seperti negara-negara Barat yang dililit oleh isu kesenjangan sosial, diskriminasi dan ketidakpuasan rakyat."

Parameter keempat bagi pemerintahan ideal adalah ekonomi yang sehat dan pemberantasan korupsi. Rahbar mengingatkan bahwa jabatan di pemerintahan adalah posisi yang menggiurkan untuk berkuasa dan memperkaya diri. "Kalian harus bertindak laksana mata yang mengawasi dengan tatapan yang tajam dan terus menerus, supaya instansi yang Anda pimpin aman dari korupsi," imbuh beliau.

"Korupsi," lanjut beliau, "tak ubahnya bagai rayap. Kalian harus tegas dan bijak dalam mencegah munculnya praktik korupsi, kolusi, nepotisme, suap dan pemborosan. Dengan begitu, kalian tidak lagi menantikan campur tangan lembaga-lembaga yang bertugas sebagai pengawas di lingkungan instansi yang Anda pimpin."

Seraya menyebut para pejabat negara sebagai orang-orang yang baik dan bersih, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sedikit oknum bermasalah yang, ibarat kuman, merusak reputasi keseluruhan lembaga negara. "Ini harus dicegah," kata beliau.

Parameter berikutnya adalah kepatuhan kepada hukum dan undang-undang. "Undang-undang ibarat jalur gerak bagi pemerintah. Keluar dari jalur -dengan alasan apapun- akan merugikan negara dan rakyat," imbuh beliau.

Seraya mengakui kemungkinan adanya kekurangan dan ketidaktepatan dalam undang-undang, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Meski demikian, tidak menjalankan undang-undang itu akan lebih membahayakan dibanding pelaksanaannya. Karena itu, kalian harus mengupayakan agar budaya patuh hukum mengakar kuat di lembaga pemerintahan."

Salah satu bentuk dari budaya patuh hukum adalah dengan melaksanakan kebijakan makro negara dan dokumen Prospek 20 Tahun.

Parameter keenam untuk pemerintahan Islam yang ideal yang dijelaskan dalam pertemuan itu adalah kebijaksanaan dan kearifan. Karena itu, beliau mengimbau untuk memanfaatkan maksimal kapasitas para ahli yang ada di negara ini di berbagai bidang. Beliau mengingatkan, sebelum mengambil tindakan atau keputusan apapun harus ada telaah yang semestinya. Sebab, kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak matang akan sangat besar.

Parameter selanjutnya, menurut Rahbar, adalah mengandalkan kemampuan dan potensi dalam negeri secara arif. Beliau menggarisbawahi, "Mengandalkan potensi dalam negeri bukan berarti menolak apa yang datang dari luar. Poin intinya adalah jangan sampai kita mengandalkan apa yang dimiliki orang lain dan menaruh kepercayaan penuh kepadanya."

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau pemerintahan baru untuk memprioritaskan penanganan masalah ekonomi dan pengembangan sains. Seraya menekankan masalah ekonomi beliau mengatakan, "Tidak ada satupun orang yang bersikap fair yang menuntut penanganan problem ekonomi dengan cepat. Yang diharapkan adalah memulai langkah ini dengan bijak dan cerdas."

Mengenai kemajuan pesat sains di Iran dalam 10 tahun terakhir, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kemajuan ini jangan sampai berhenti."

Di bagian lain pembicaraannya, beliau menyinggung kondisi kawasan yang rawan dan panas saat ini seraya mengatakan, "Kita sama sekali tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Mesir. Tapi kita juga tak bisa menutup mata menyaksikan pembantaian yang terjadi di sana."

Beliau menambahkan, "Kami mengutuk dengan keras pembunuhan rakyat yang tidak bersenjata di Mesir. Republik Islam Iran mengecam siapapun pelakunya."

Rahbar menegaskan, "Perang saudara di Mesir harus dihindarkan. Sebab, perang saudara ini akan menciptakan tragedi bagi Dunia Islam dan bagi kawasan."

Menurut beliau, solusi bagi Mesir adalah kembali kepada aturan demokrasi dan suara rakyat. "Setelah bertahun-tahun hidup di bawah tekanan rezim otoriter, berkat kebangkitan Islam, rakyat Mesir berhasil menggelar pemilihan umum yang bersih dan proses demokrasi ini tak akan terhenti."

Berkenaan dengan perkembangan di Suriah, seraya menyebut ancaman dan kemungkinan intervensi militer AS sebagai tragedi bagi kawasan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Jika itu terjadi, AS pasti akan mengalami kerugian yang sama dengan apa yang dialaminya saat intervensi di Irak dan Afghanistan."

Beliau menambahkan, "Intervensi kekuatan asing dan lintas kawasan di suatu negara hanya akan menyulut perang dan akan semakin menambah kebencian rakyat di sana kepada mereka."

Dalam kesempatan itu, Presiden Hassan Rouhani menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam karena dukungannya kepada pemerintahan baru yang dipimpinnya. Seraya menjelaskan kebijakan kabinet periode kesebelas, Rouhani menyatakan akan memanfaatkan pengalaman pemerintahan-pemerintahan periode yang lalu.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis (5/9) siang dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majles-e Khebregan-e Rahbari) mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada di negara ini secara komprehensif. Beliau dalam kesempatan itu juga membahas perkembangan terkini di kawasan.

Menurut beliau, memandang permasalahan secara menyeluruh adalah hal yang harus dilakukan termasuk diantaranya dalam menganalisa terjadinya revolusi Islam di Iran di tengah badai yang bertiup kencang di dunia. Munculnya revolusi bernafaskan Islam di kawasan yang sangat strategis dan sarat dengan gejolak ini lebih mirip dengan mukjizat.

Seraya menyinggung kebencian musuh-musuh revolusi Islam sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Penyebab utama permusuhan ini adalah keislaman yang dibawa oleh revolusi."

Mengenai gejolak yang terjadi di kawasan Asia Barat yang notabene selama ini dikuasai oleh negara-negara Barat, beliau menuturkan, "Munculnya kesadaran dan kebangkitan Islam di kawasan bertolak belakang dengan apa yang dimaukan oleh kubu arogansi."

Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menandaskan, "Salah besar jika ada yang beranggapan bahwa kebangkitan Islam sudah redup. Sebab, kebangkitan Islam bukanlah satu peristiwa politik semata yang lenyap dengan tumbangnya kekuasaan satu pihak tertentu. Tapi kebangkitan Islam adalah keterjagaan dan kesadaran yang semakin meluas di tengah masyarakat Islam untuk percaya diri dan bersandar pada ajaran Islam."

Beliau menambahkan, "Yang kita saksikan di kawasan saat ini adalah reaksi kubu arogansi terutama Amerika Serikat (AS) terhadap fenomena kebangkitan Islam."

Menyinggung sikap kubu arogansi untuk menangani masalah-masalah dunia sesuai dengan kepentingan mereka, Rahbar mengatakan, "Kubu arogansi hadir di kawasan dengan segala kecongkakan dan ambisinya. Mereka hendak memadamkan gelora moqawamah dan perlawanan tapi selalu gagal dan tak akan pernah berhasil."

Menurut beliau, yang diinginkan kubu arogansi adalah kekuasaan Zionisme atas kawasan. Terkait isu Suriah, mereka mengangkat masalah senjata kimia untuk mengelabuhi opini umum dan mengesankan bahwa mereka punya jiwa kemanusiaan.

"Padahal, yang sebenarnya paling tidak penting di mata mereka adalah masalah kemanusiaan. Para petinggi AS berkoar soal kemanusiaan sementara mereka adalah pihak yang paling bertanggung jawab terkait penjara Guantanamo dan Abu Ghraib, dan merekalah yang bersikap bungkam saat Saddam menggunakan senjata kimia di Halabja dan sejumlah kota di Iran dan mereka pula yang melakukan pembantaian warga sipil di Afghanistan, Pakistan dan Irak," kata beliau.

Karena itu, lanjut beliau, tak ada yang mempercayai klaim kemanusiaan mereka di dunia ini.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Kami meyakini bahwa saat ini AS sedang melakukan kesalahan besar di Suriah. Karena itu, AS pasti akan merasakan pukulan yang bakal menimpanya di sana."

Mengenai kondisi di Iran, beliau menegaskan bahwa di saat musuh kian melemah, Republik Islam justeru semakin kuat dan solid meski menghadapi berbagai macam gangguan selama 34 tahun.

Beliau juga mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada secara menyeluruh. "Jangan hanya melihat fenomena pahit saja. Sebab, di tengah masyarakat ini ada pemikiran-pemikiran yang menonjol, tenaga-tenaga yang aktif dan kreatif, ketaatan beragama di tengah kaum muda, dan langgengnya slogan-slogan agama kita di negara ini dan di dunia. Realitas yang manis ini harus menjadi landasan untuk menyingkirkan kegetiran yang ada," lanjut beliau.

Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengingatkan kembali pemikiran dan perilaku Imam Khomeini (ra) pada dekade pertama kemenangan revolusi Islam. Imam Khomeini tidak menutup mata dari realita yang ada dan tidak pernah mundur dari prinsip yang diperjuangkannya.

Beliau mengatakan, "Imam Khomeini adalah orang yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai kanker ganas yang harus dihilangkan. Dalam masalah ini beliau tidak mengenal kata taqiyah. Dalam menghadapi AS, Imam juga tak gentar menyebut AS Setan Besar karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya di dunia. Beliau pula yang menyebut pendudukan atas kedutaan besar AS di Tehran sebagai revolusi kedua yang lebih besar dari revolusi pertama."

Rahbar menaandaskan, "Resistensi Imam inilah yang membuat pilar-pilar pemerintahan Islam semakin kokoh."

Beliau mengingatkan apa yang terjadi pada negara-negara yang rela meninggalkan prinsip demi menarik hati kubu arogansi.

"Jika di Mesir, mereka tidak meninggalkan slogan perlawanan anti Israel demi menyenangkan hati AS, tentu diktator yang telah menistakan rakyatnya tak akan bisa keluar dan bebas dari penjara sementara orang-orang yang dipilih rakyat justeru dijebloskan ke sel tahanan. Jika prinsip dipegang teguh, orang-orang yang menentang para wakil dan pilihan rakyat akan ikut bergabung dan mendukung," kata beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan satu masalah penting, yaitu bahwa musuh selalu berupaya menebar perselisihan di tengah umat untuk menyulut api fitnah. "Salah satu caranya adalah dengan menyusupkan orang-orang bayaran di tengah dua kubu yang berkonflik. Misalnya, dengan menyusupkan anasir sebagai Sunni takfiri di salah satu pihak dan dengan mengatasnamakan Syiah di pihak lain. Siapapun yang termakan oleh tipudaya besar ini berarti dia melakukan tindakan yang merugikan gerakan Islam," tegas beliau.

Untuk itu beliau menyeru ulama Syiah dan Sunni untuk tidak membiarkan perbedaan keyakinan dan madzhab menjadi pemicu pertikaian di tengah umat.

Di awal pertemuan, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani menjelaskan proses berlangsungnya sidang tahun Dewan dan menyatakan bahwa Dewan ini akan membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (9/9) dalam pertemuan dengan para Imam Shalat Jum'at dari seluruh penjuru negeri menyebut ibadah shalat Jum'at sebagai satu jaringan keagamaan, kerakyatan dan pemerintahan yang sangat urgen dan bernilai.

Seraya menekankan keharusan untuk memiliki pandangan yang komprehensif dan menyeluruh terhadap permasalahan-permasalahan negara, kawasan dan dunia beliau mengatakan, "Pemerintah, para pejabat negara, para politikus, para diplomat dan rakyat hendaknya menganalisa semua gerak-gerik dan perilaku sistematis Barat dan Amerika Serikat serta kesan-kesan yang sengaja mereka tonjolkan dalam masalah hak asasi manusia secara benar dan realistis. Hal ini juga harus dianalisa dalam kerangka konflik yang mendalam dan substansial antara Barat dan Islam. Sebab jika tidak, kita akan salah dalam membedakan taktik-taktik dan strategi lawan bahkan salah dalam mengenal lawan itu sendiri."

Menjelaskan pentingnya memiliki pandangan yang komprehensif dan realistis dalam menganalisa permasalahan negara dan dunia, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung konflik yang mendasar antara Barat dan Islam dalam beberapa abad terakhir seraya menandaskan, "Di masa penjajahan, Barat melebarkan kekuasaan dan hegemoni ekonomi, politik dan budayanya di wilayah Timur termasuk di Dunia Islam. Berbekal kemajuan sains dan teknologi, Barat meyakinkan dunia bahwa panutan dan poros dari seluruh perhitungan di dunia ini adalah Dunia Barat."

Beliau menambahkan, "Bahkan terkait pembagian wilayah geografis, Barat juga membuat pemetaan yang menunjukkan keunggulannya dengan menciptakan istilah-istilah yang tidak benar seperti Timur Dekat, Timur Tengah dan Timur Jauh."

Mengenai hegemoni mutlak Barat di masa penjajahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Di masa ketika negara-negara kawasan termasuk Iran berada di bawah hegemoni Barat dan Dunia materialis, gerakan revolusi Islam yang dilandasi oleh semangat kemerdekaan penuh serta loyalitas kepada Islam dan ajaran al-Qur'an mencapai kemenangannya dan ini merupakan pukulan yang telak terhadap apa yang dibangun Barat sejak lama."

Menurut beliau, revolusi Islam Iran berpengaruh sangat besar di kawasan dan Dunia Islam dalam mengembalikan jatidiri keislaman dan keagamaan. "Dengan semakin meluasnya pemikiran revolusi Islam Iran secara bertahap, Barat dicekam kekhawatiran yang sangat. Seiring dengan kian mendalamnya pemikiran ini, Barat menyusun strategi dan program-program secara lebih sistematis dan mendalam," tandas beliau.

Rahbar mengatakan, "Saat ini kondisi di kawasan dan di Dunia Islam telah membuat Barat berpikir bahwa mereka telah tertinggal dari cepatnya gerakan arus pemikiran revolusi Islam. Untuk itu, dengan segenap kemampuan mereka hendak mengejar ketertinggalan ini."

Beliau menambahkan, "Dalam kondisi seperti ini, kawasan menyaksikan gelombang gerakan kebangkitan Islam. Sebagai pihak merasa ketinggalan dari gerakan revolusi Islam, Barat dengan kepanikannya masuk ke tengah medan untuk melawan arus kebangkitan Islam."

Karena itu beliau mengimbau pemerintah Iran serta para pejabat, politikus dan seluruh masyarakat untuk memiliki pandangan yang benar dan komprehensif terkait permasalahan yang ada di kawasan. Sebab, jika tidak demikian realitas yang sebenarnya tak akan terlihat dengan baik. "Itu akan mengecoh dan merugikan kita," imbuh beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut Republik Islam Iran sebagai pihak yang memenangi pertarungan dunia materialis melawan Islam. Kemenangan ini akan langgeng dan tak bisa diguncang dengan cara memupuk persatuan nasional yang lebih kokoh dan komitmen seluruh instansi negara yang lebih kuat terhadap nilia-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi.

Beliau mengatakan, "Dalam menghadapi Dunia Barat kita harus kuat. Sebab, mereka telah membuktikan bahwa mereka tak menaruh belas kasihan kepada siapapun. Tidak seperti yang mereka klaim dan kesankan dalam masalah hak asasi manusia, ternyata hati mereka tidak merasa iba menyaksikan tewasnya jutaan orang."

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa para politikus Barat biasa membohongi opini dunia. "Sebenarnya, para politikus Barat itu tidak pernah merasa iba dan sedih menyaksikan pembunuhan massal di Hiroshima atau terbunuhnya jutaan orang dalam Perang Dunia I dan II, juga pembantaian rakyat yang tak berdosa di Pakistan, Afghanistan dan Irak. Dan di masa mendatangpun, jika diperlukan mereka tak akan segan untuk membantai manusia-manusia tak berdosa di manapun juga. Karena itu, kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan diri secara politik, pemerintahan, kesejahteraan hidup dan kerakyatan."

Di bagian lain pembicaraannya Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut shalat Jum'at sebagai ibadah yang menghadirkan masyarakat untuk tetap berhubungan dengan pemerintahan Islam. Mengenai hubungan shalat Jum'at dengan pemerintahan Islam, beliau menjelaskan, "Tidak seperti anggapan sebagian kalangan yang memandang tugas pemerintahan hanya berhubungan dengan kesejahteraan hidup serta kebebasan berpolitik rakyatnya, pemerintahan Islam punya kewajiban untuk memikirkan kondisi keagamaan dan keimanan rakyat."

Namun demikian beliau menggarisbawahi, bahwa meskipun shalat Jum'at merupakan jaringan keagamaan dan kerakyatan yang terhubung kepada pemerintahan, tapi forum shalat Jum'at tidak masuk dalam pemetaan kubu politik di dalam negeri.

Dalam kesempatan itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau para khatib Jum'at untuk menyampaikan khutbah yang singkat namun padat yang disertai dengan nasehat dan bimbingan. "Upayakan agar khutbah Jum'at bisa menjawab tuntutan hidup dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak jamaah, khususnya kaum muda dalam masalah aqidah, perilaku dan cara pandang berpolitik," kata beliau.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (11/9) pagi dalam pertemuan dengan para pengurus haji tahun ini menyebut haji sebagai sumber kekuatan politik, budaya dan spiritual bagi masyarakat Muslim. Menyinggung kondisi Dunia Islam dan kawasan saat ini, langkah musuh-musuh Islam untuk menyulut konflik di tengah kaum muslimin dengan memanfaatkan isu-isu perselisihan madzhab dan ancaman kubu hegemoni untuk menyulut perang, beliau mengatakan, "Kita berharap sikap baru yang ditunjukkan Amerika Serikat dalam masalah Suriah benar-benar serius dan jauh dari tipu muslihat. Semoga AS benar-benar mengakhiri sikap arogan dan keliru yang ditunjukkannya dalam beberapa pekan terakhir."

Beliau mengingatkan bahwa salah satu kelaziman hakiki dalam menjalankan ibadah haji adalah berperilaku ramah dengan saudara seagama dalam melaksanakan kewajiban yang agung ini. "Tidak berbantah-bantahan selama menjalankan ibadah haji yang telah ditekankan oleh Allah Swt dalam al-Qur'an berarti bahwa kaum muslimin jangan berbantah-bantahan dengan saudara sesama muslim, dan ini meliputi perdebatan lisan dan permusuhan di hati," tandas beliau.

Beliau menyayangkan kesalahpahaman sebagian orang yang mengartikan larangan berbantah-bantahan secara keliru. Dengan penafsiran yang salah itu mereka menolak untuk menyertai ritual berlepas tangan (bara'ah) dari kaum musyrikin. Padahal, berbantah-bantahan dengan kaum kafir dan musyrik adalah salah satu ajaran utama dalam agama Islam.

Seraya menyeru kaum muslimin untuk pandai-pandai membaca konspirasi musuh yang berusaha menyulut pertikaian bernuansa madzhab di tengah umat Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Musuh-musuh umat Islam menyadari dengan baik bahwa pertikaian madzhab di tengah umat Islam akan menguntungkan Rezim Zionis Israel. Karena itu mereka membentuk kelompok-kelompok ekstrem takfiri di satu sisi, dan di sisi lain mereka membangun media-media massa yang secara lahiriyah menggunakan nama Islam bahkan Syiah. Itu dimaksudkan untuk menyulut pertikaian di tengah umat Islam."

Beliau menambahkan, "Para tokoh dan ulama besar di kalangan Syiah seperti Imam Khomeini (ra) dan yang lain selalu menekankan persatuan umat. Karena itu, Syiah yang hendak dikenalkan oleh media-media yang disiarkan dari London dan AS dengan tujuan memicu perselisihan umat, tidak sejalan dengan ajaran Syiah yang hakiki."

Berbicara tentang ibadah haji, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa haji adalah kesempatan untuk saling bertukar budaya di antara sesama muslim dan mengenal kondisi saudara-saudara seiman di berbagai penjuru dunia.

"Melihat banyaknya media massa yang memusuhi pemerintahan Islam, maka salah satu tugas jamaah haji Iran adalah mengenalkan ajaran Islam dan madzhab Syiah yang hakiki serta mengenalkan kemajuan-kemajuan yang berhasil dicapai pemerintahan Islam, baik secara lisan maupun tindakan," kata beliau.

Rahbar menambahkan bahwa salah satu hal terpenting dari pelaksanakan ibadah haji yang hakiki adalah menguatkan sisi spiritual. "Keimanan yang kuat, tawakkal kepada Allah dan berbaik sangka dengan janji-janji Ilahi yang diperlukan untuk melewati jalan-jalan sulit dan supaya tidak gentar menghadapi kekuatan lahiriyah kubu-kubu adidaya, semua itu didapatkan lewat haji," jelas beliau.

Menyinggung perang yang disulut musuh-musuh umat Islam di Pakistan, Afghanistan, Irak, Suriah dan Bahrain dengan mengobarkan isu Syiah dan Sunni sehingga menewaskan banyak manusia yang tak berdosa, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Kubu hegemoni dan adidaya terutama AS tak pernah segan untuk menghancurkan suatu negara atau menumpahkan darah umat manusia demi kepentingannya yang ilegal."

Terkait konflik Suriah dan ancaman perang dari AS dalam beberapa pekan terakhir, beliau menegaskan, "Demi kepentingan Zionis dan kapitalis, mereka siap melakukan apa saja termasuk mengobarkan perang dan menistakan kepentingan bangsa dan negara-negara lain."

Menanggapi adanya perubahan sikap dari AS dalam masalah Suriah, beliau berharap perubahan sikap ini serius dan bukan tipu muslihat belaka.

"Republik Islam Iran terus memantau dengan seksama dan cermat setiap perkembangan yang terjadi di kawasan," kata Rahbar.

Beliau menambahkan, "Sebagai bangsa yang besar di kawasan vital ini, kita harus bisa mengenalkan kepada semua orang tujuan luhur dan cita-cita insani kita yang berlandaskan Islam dengan menampilkan kekuatan Islam. Kita harus mengajak umat manusia untuk ikut memanfaatkan apa yang dihasilkan ketika kita melangkah berlandaskan Islam."

Di awal pertemuan, Wakil Wali Faqih dan Pimpinan Hujjaj Iran, Hojjatul Islam wal Muslimin Qazi Asgar menjelaskan program pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (17/9) pagi dalam pertemuan dengan para perwira tinggi Pasukan Garda Revolusi Islam (Sepah-e Pasdaran-e Enqelab-e Islami) menyatakan bahwa prestasi gemilang yang telah dibukukan Pasdaran selama ini menunjukkan jatidiri dan pengalaman sebuah bangsa yang mengakar dalam. Menjelaskan makna kepengawalan revolusi Islam beliau mengatakan, "Pesan revolusi Islam yang paling inti dan menarik adalah menolak kezaliman dan pantang dizalimi. Dan, seluruh tindakan serta ucapan kubu arogansi harus dianalisa dan ditafsirkan dalam kerangka konfrontasi sistem hegemoni dunia melawan pesan ini."

Seraya menyampaikan ucapan selamat atas peringatan milad Imam Ali bin Musa ar-Ridha (as), Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan bahwa kedudukan maknawiyah para Imam Maksum (as) lebih tinggi dari kemampuan akal untuk mencernanya atau lisan untuk menyifatinya. Namun kehidupan mereka adalah pelajaran nyata dan abadi bagi umat manusia.

Menyinggung 55 tahun usia Imam Ridha dan 20 tahun masa imamah beliau, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Dalam masa yang relatif singkat itu dan di bawah tekanan yang hebat dari Harun ar-Rasyid, dengan pandangan yang jauh ke depan Imam Ali bin Musa ar-Ridha (as) memperluas dan memperkokoh pemahaman akan hakikat Islam, pemikiran kepemimpinan dan ajaran Ahlul Bait sedemikian rupa sehingga rezim penguasa yang despotik saat itu tak kuasa menghadapinya. Mereka terpaksa mengambil tindakan di luar rencana awal dengan membunuh sang Imam."

Di bagian lain pembicaraannya beliau mengingatkan prestasi gemilang yang diraih Pasdaran, seraya menandaskan, "Pasdaran masuk ke tengah medan perjuangan dan perlawanan dengan iman dan keyakinan yang mendalam. Seiring dengan keberhasilannya mencetak para komandan dan pakar strategi militer yang paling cerdas dan kuat, di medan non militer pun Pasdaran melahirkan para pemimpin dan manajer yang terbaik untuk diterjunkan ke berbagai instansi negara."

Menurut beliau, salah satu fenomena menarik yang ada pada Pasdaran adalah semboyan 'hidup sebagai insan revolusioner' dan 'selalu berkomitmen'. "Lembaga dengan pondasinya yang kokoh ini tak pernah menyimpang dari jalannya yang benar hanya karena terjadinya hal-hal seperti munculnya perubahan di dunia atau kelaziman untuk melakukan perombakan di dalam," ungkap beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa tidak ada keharusan bagi Pasdaran untuk terlibat dalam masalah politik. Namun demikian, sebagai lembaga yang bertugas mengawal revolusi, Pasdaran perlu memiliki pemahaman yang cermat akan realita yang terjadi dan tak bisa menutup mata dari munculnya aliran-aliran yang menyimpang.

Seraya mengingatkan supaya isu-isu parsial jangan sampai berujung pada konflik antar kubu atau pribadi, beliau menandaskan, "Masalah paling utama adalah konflik melawan kubu hegemoni dengan mengangkat pesan revolusi Islam yang menarik yaitu menolak kezaliman dan pantang dizalimi."

Beliau menambahkan, "Sistem hegemoni telah membagi dunia ke dalam dua kelompok, kelompok penindas dan kelompok tertindas. Akan tetapi revolusi Islam mengusung logika yang menentang penindasan dan menolak ditindas. Logika ini telah membuat pesan revolusi Islam tidak hanya terbatas oleh garis wilayah geografis tapi disambut secara luas oleh berbagai bangsa di dunia."

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan tentang kebijakan rezim-rezim otoriter dan yang bersekutu dengan sistem hegemoni dunia, seraya mengatakan, "Kubu hegemoni dan kaki tangannya menjalankan tiga kebijakan utama yaitu 'menyulut perang', 'menciptakan kemiskinan' dan 'menyebarkan kebejatan'. Sementara, Islam menolak ketiga hal itu. Penolakan itu menjadi faktor utama yang memicu permusuhan dengan revolusi Islam."

Untuk itu, beliau mengimbau supaya dalam menganalisa dan menafsirkan konspirasi musuh dalam 34 tahun terakhir, soal faktor pemicu permusuhan itu mesti dicermati dengan baik. "Isu nuklir juga harus dicermati dari kacamata ini," imbuh beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan bahwa kebijakan untuk tidak membuat senjata nuklir berakar dari keyakinan beragama yang dijunjung tinggi oleh Republik Islam Iran bukan untuk memuaskan hati Amerika Serikat (AS).

"Tentunya, segelintir negara ini tidak menginginkan berakhirnya monopoli mereka atas energi nuklir. Meski demikian, isu ini tidak menjadi alasan bagi mereka untuk mempermasalahkannya. Dalam isu nuklir, yang mesti dicermati dari sepak terjang AS, Barat dan kaki tangannya adalah masalah konfrontasi yang mengakar dalam antara kubu hegemoni dan revolusi Islam," kata beliau.

Menjelaskan dalamnya permusuhan kubu arogansi terhadap revolusi Islam, Rahbar mengungkapkan, "Keagungan Imam Khomeini (ra) telah memaksa musuh untuk menghormati beliau. Akan tetapi di mata musuh, tak ada orang yang lebih mereka benci dari Imam Khomeini. Dengan kearifannya yang sempurna, Imam Khomeini bisa membaca apa yang diinginkan oleh musuh, dan beliaupun dengan kokoh berdiri menghadapi mereka."

Beliau menambahkan, "Sekarangpun seperti itu. Siapa saja yang komitmen dengan pesan utama yang diusung revolusi Islam dan menafsirkan semua konspirasi dan perilaku musuh dalam kerangka konfrontasi kubu hegemoni melawan revolusi Islam, maka dia akan menjadi orang yang paling dibenci dan dimusuhi kubu arogan."

Mengenai kebijakan luar negeri, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan dukungannya kepada apa yang disebut dengan kebijakan lunak tapi tangguh. Namun kebijakan ini harus diiringi dengan satu syarat yaitu mengenal dengan baik apa tujuan yang ingin dicapai. Menurut beliau, terkadang seorang pegulat menunjukkan teknik yang lunak tapi dia tak pernah lupa apa tujuannya dan siapa lawan yang dihadapinya.

Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan kondisi negara saat ini yang sangat mengagumkan dan berbeda dengan kondisi di masa lalu. Kemajuan sains, militer, manajemen, ekonomi dan berbagai bidang lainnya berhasil dicapai di saat Republik Islam Iran berada dalam himpitan embargo dan sanksi serta menjadi bulan-bulanan berbagai konspirasi musuh. Menurut beliau, hal ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa masa depan yang cemerlang tengah menanti Iran.

Rahbar disela-sela penjelasannya menyayangkan kondisi yang dialami oleh Dunia Islam terkait perkembangan di kawasan akhir-akhir ini, karena sebagian orang tidak mengenal jalan dengan baik. Tapi menurut beliau, kondisi ini tak akan bertahan lama. Sebab, kebangkitan Islam akan terus bergulir.

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa bukti kedua akan cerahnya masa depan bagi Iran adalah logika dan perhitungan ilmiah yang diusung oleh revolusi Islam. Revolusi Islam yang berjalan berlandaskan logika dan perhitungan ilmiah terus bergerak maju sementara musuh yang diliputi dengan kontradiksi di dalam semakin melemah.

Namun demikian, beliau mengingatkan bahwa cepat atau lambatnya pencapaian masa depan yang cerah bagi Republik Islam Iran itu sangat bergantung pada tindakan dan perilaku pemerintah dan para pejabat negara. "Jika kita bersatu, kompak dan bertekad kuat, maka masa depan itu akan dicapai dengan lebih cepat. Tapi jika kita bermalas-malasan, bersikap egois dan terjebak dalam berbagai masalah lainnya, maka kita akan terlambat untuk mencapai tujuan itu," kata beliau.

Di awal pertemuan Wakil Wali Fakih di Sepah-e Pasdaran Hojjatul Islam wal Muslimin Saidi menjelaskan program-program terpenting yang dijalankan kantor perwakilan Wali Fakih di korps Pasdaran.

Sementara itu, Panglima Tertinggi Pasukan Garda Revolusi Islam Mayor Jenderal Ja'fari dalam kata sambutannya melaporkan berbagai keberhasilan yang dicapai Pasdaran dalam beberapa waktu terakhir.
Selasa, 17 September 2013 17:42

Hadis Akhlak Ushul Kafi: Mencium

Mencium

1. Imam Shadiq as berkata, "Jangan mencium kepala atau tangan seseorang, kecuali Rasulullah Saw atau seperti beliau." (Menurut sebuah pendapat adalah para Imam Maksum as, para sayid dan ulama serta pada saat yang sama tidak ada yang mengharamkan masalah mencium tangan atau kepala orang lain)

2. Imam Musa Kazhim as berkata, "Tidak masalah bagi seseorang yang mencium orang lain dikarenakan hubungan keluarga. Ciuman saudara pada pipinya dan mencium Imam as di antara dua matanya."

3. Imam Shadiq as berkata, "Tidak boleh mencium bibir, kecuali kepada istri atau anak kecil."

 

Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.


Selasa, 17 September 2013 17:35

Hadis Akhlak Ushul Kafi: Buhtan

Buhtan

1. Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa memfitnah pria dan wanita mukmin dengan aib yang tidak ada pada mereka, niscaya Allah Swt membangkitkannya dalam kondisi Tinah Khibal, sehingga keluar darinya apa yang dikatakannya."

Ibnu Abi Ya'fur bertanya, "Apa yang dimaksud dengan Tinah Khibal?"

Imam Shadiq as menjawab, "Nanah yang keluar dari kemaluan perempuan pezina."

2. Imam Shadiq as berkata, "Buhtan adalah engkau mengatakan sesuatu yang tidak ada padanya." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Selasa, 17 September 2013 17:31

Bagaimana Membebaskan Diri Dari Himpitan Kubur

Ada beberapa petunjuk bagi umat Islam untuk membebaskan dirinya dari siksa himpitan kubur di malam pertama setelah seseorang dikuburkan:

 

1. Menjauhi sebagian dosa seperti;

 

- Mengadu domba, tidak mensucikan diri setelah buang air kecil dan menjauhi istri.

 

Terkait masalah ini Imam Ali as berkata, "Siksa kubur terjadi karena seseorang suka mengadu domba, tidak mensucikan diri dari buang air kecil dan seorang lelaki yang menjauhi istrinya." (Ilal as-Syara'i, hal 309)

 

- Menghambur-hamburkan nikmat.

 

Rasulullah Saw bersabda, "Tekanan kubur bagi seorang mukmin itu sebagai kaffarah (penebusan dosa) perbuatannya yang menghambur-hamburkan nikmat." (Ilal as-Syara'i, hal 309)

 

- Berakhlak buruk terhadap keluarga.

 

Berdasarkan riwayat yang ada, siksa berupa tekanan kubur yang dialami oleh Saad bin Maadz, seorang sahabat Rasulullah Saw adalah dikarenakan akhlaknya yang buruk terhadap keluarganya. (Al-Kafi, jilid 3, hal 235)

 

2. Melakukan ruku yang lama dan sempurna saat shalat.

 

3. Senantiasa membaca surat az-Zukhruf.

 

4. Membaca surat an-Nisa setiap hari Jumat.

 

5. Menunaikan shalat tahajud.

 

6. Membaca surat at-Taktsur ketika mau tidur.

 

7. Meletakkan dua kayu yang masih basah di sisi mayit di dalam kubur.

 

8. Puasa selama empat hari di bulan Rajab dan dua belas hari di bulan Syaban. (Artikel "Azab Qabr, Mohammad Reza Kashefi)

Selasa, 17 September 2013 17:23

Daras Akhlak: Kaya dan Miskin

Kaya dan Miskin

Rasulullah Saw bersabda, "Ketika Allah Swt menganugerahi nikmat kepada seorang hamba, Dia senang menyaksikan pengaruh nikmat ini padanya dan Allah benci kemiskinan dan bergaya miskin."

Dalam Islam banyak riwayat yang mencela kemiskinan dan banyak juga yang memujinya. Tapi perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat ini tidak saling bertentangan. Karena riwayat yang memuji kemiskinan mengacu pada kebutuhan manusia kepada Allah seperti ayat "Hai manusia, kalian yang membutuhkan Allah sementara Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji."

Sesuai dengan ayat ini, seluruh keberadaan manusia di sepanjang usianya membutuhkan Allah Swt atau ayat ini mengacu pada kemiskinan dengan arti kehidupan yang sederhana. Karena kemiskinan itu sendiri menjadi sumber dari beragam khurafat, keburukan dan kefasadan.

 

Kemiskinan dalam Pandangan Islam

Dalam ucapan Maksumin as disebutkan, "Kemiskinan merupakan wajah hitam di dunia dan akhirat."

Rasulullah Saw bersabda, "Seandainya tidak ada rahmat Allah kepada orang-orang miskin dari umatku, maka kemiskinan mereka lebih dekat pada kekafiran."

Kemiskinan merupakan masalah terbesar setiap bangsa. Karena kemiskinan memunculkan kebergantungan kepada negara lain dan yang lebih buruk lagi bangsa yang miskin terpaksa menerima budaya dan nilai-nilai negara lain. Itulah mengapa Rasulullah Saw bersabda, "Ketika Allah Swt menganugerahi nikmat kepada seorang hamba, Dia senang menyaksikan pengaruh nikmat ini padanya ..." Yakni, jangan menyembunyikan nikmat dengan bergaya seperti orang miskin. Karena miskin dan bergaya miskin sama buruknya. Dalam hadis ini kata Bu's dan Taba'us maknanya miskin dan bergaya miskin. Di hadis lain Rasulullah Saw bersabda, "Orang yang bergaya miskin, maka ia membutuhkan."

Ketika seseorang menampakkan nikmat yang didapatnya, itu sebenarnya bentuk lain dari rasa syukur. Manfaat yang lain dari menampakkan nikmat yang diterima adalah membantu orang lain yang membutuhkan dan berbuat baik.

Nikmat ini jangan ditafsirkan sederhana, tapi bermakna luas mencakup ilmu, pengarus sosial, harta dan lain-lain. Di sini, manusia harus memanfaatkan nikmat yang diterimanya, bukan memamerkannya kepada orang lain, sehingga terperosok pada sikap hidup yang berlebih-lebihan.

Sebagian riwayat menjelaskan kaya dan tidak butuh yang hakiki adalah jiwa yang kaya. Rasulullah Saw bersabda, "Orang kaya itu bukan yang memiliki banyak harta, tapi orang kaya adalah orang yang hatinya tidak membutuhkan."

Dalam hadis ini, ada kata ‘Aradh yang dipakai untuk harta dunia dikarenakan benar-benar sesuatu yang menempel dan tidak langgeng. Hal ini juga sesuai dengan sabda Nabi Saw bahwa kekayaan tidak didapatkan dengan harta, tapi kekayaan yang hakiki itu adalah jiwa yang kaya.

Ini masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena kita menyaksikan orang yang memiliki kekayaan, tapi ia masih saja rakus untuk mengumpulkan harta. Ia berusaha siang dan malam, tapi bukan saja ia tidak dapat memanfaatkan hartanya dalam kehidupannya, tidak juga orang lain dapat memanfaatkannya. Apa saja yang telah diraihnya, tapi tetap merasa tidak cukup. Sebaliknya, ada orang yang tidak memiliki harta duniawi, tapi tidak pernah menunjukkan dirinya miskin.

Dengan demikian, hanya kekayaan jiwa yang membuat manusia itu orang kaya atau miskin. Sebaliknya, yang membuat manusia itu senantiasa merasa miskin ada pada jiwanya. Benar, jiwanya miskin dan oleh karenanya ia senantiasa merasa miskin dan membutuhkan.

Dinukil bahwa Buhlul pergi menemui Khalifah Harun ar-Rasyid. Ia kemudian meletakkan sebuah uang logam berwarna hitam di telapak tangan Harun. Melihat itu, Harun berkata, "Apa ini?" Buhlul menjawab, "Saya telah bernazar bila masalahku terselesaikan, maka aku akan bersedekah kepada seorang miskin. Setelah masalahku selesai dan bagaimanapun aku berpikir, aku tidak mendapatkan orang yang lebih miskin darimu."

Orang-orang seperti ini hanya tampak lahiriahnya yang kaya, tapi batinnya lebih miskin dari orang sedunia. Sebaliknya, ada orang miskin, tapi batinnya kaya.

 

Akar Kemiskinan Spiritual

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kemiskinan spiritual:

1. Harapan yang terlalu jauh yang membuat dirinya selalu membutuhkan.

2. Bergantung kepada dunia yang menstimulai manusia agar senantiasa lapar. Ini kebalikan dari zuhud, jiwa yang kaya.

3. Melupakan akhirat dan hanya membayangkan segala yang ada ini hanya berhenti di dunia.

4. Menilai uang adalah sesuatu yang paling bernilai. Padahal kebesaran jiwa, kehormatan dan ketenangan jiwa lebih mulia dari uang. Tapi dalam kenyataan banyak yang mengorbankan kehormatannya demi uang. Imam Ali as dalam khutbah Hammam berkata, "Orang bertakwa adalah orang yang menilai Allah itu agung dan memandang kecil selain-Nya."

Mereka yang mengenal Allah, maka selain-Nya akan dianggap tidak bernilai. Setetes air akan bernilai bagi seseorang yang tidak pernah melihat laut atau cahaya pelita dianggap bernilai bagi orang yang tidak pernah melihat cahaya matahari.

Mereka yang mengenal Allah juga memiliki jiwa yang kaya dan orang yang seperti ini tidak akan pernah menjual agama, kehormatan dan dirinya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Makarem Shirazi, Naser, Goftare Masoumeen (1): Dars-e Akhlak Ayatollah Makarem Shirazi, Tadvin: Mohammad Abdollah Zadeh, 1388 Hs, Qom, Entesharate Emam Ali bin Abi Thalib as.