
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 39-43
Ayat ke 39-40
Artinya:
Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan". (7: 39)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (7: 40)
Sebelumnya telah disinggung sat sisi dari pembicaraan di antara para penghuni neraka. Sementara itu, al-Quran dalam dua ayat ini mengatakan, sekalipun para pengikut kesesatan berusaha menyandarkan kesalahan dan dosa mereka kepada para pemimpin dan pembesar mereka, namun kenyataanya para pembesar dan pemimpin itu telah lebih dahulu masuk neraka. Dalam menjawab pernyataan orang-orang itu ayat ini mengatakan, kalian tidak memiliki kelebihan sedikitpun dari kami, sehingga siksaan kalian lebih ringan dari kami. Kalian juga seperti kami telah melakukan kejahatan dan dosa, karena itu harus merasakan azab dan siksaan ini.
Allah Swt dalam menghadapi pernyataan semacam ini mengatakan, tidak satupun dari kedua kelompok ini yang dapat selamat dari azab dan siksaan, sekalipun mengajukan berbagai alasan. Karena tidak ada jalan bagi mereka untuk melarikan diri dari api neraka. Mereka telah bersikap keras kepala dan takabur sehingga mengacuhkan kebenaran dan mendustakan kebenaran Allah. Di sini Allah Swt mengetengahkan sebuah perumpamaan, kalian dapat selamat bila seekor unta dapat masuk dan melewati lobang jarum. Namun hal itu tidak mungkin! Sehingga mereka harus menerima azab neraka yang sangat pedih, sedang kesempatan untuk memperoleh rahmat Allah sudah tertutup bagi mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nasib manusia di dunia dan akhirat ditentukan oleh amal perbuatannya sendiri. Kesalahan dan dosa besar orang-orang lain tidak bisa menghapuskan kesalahan kecil para pengikut orang-orang sesat itu.
2. Dosa manusia dapat menutup pintu-pintu rahmat Allah, sehingga manusia itu terjauhkan dari anugerah khusus kelembutan Allah Swt.
3. Akar kekufuran adalah membohongkan ayat-ayat samawi, dengan terus menunjukkan sikap takabbur dan berbangga diri dan bukan menunjukkan lemahnya dalil-dalil ajaran Allah.
Ayat ke 41
Artinya:
Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (7: 41)
Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya yang menyinggung balasan dan siksa sangat pedih yang dialami oleh orang-orang Kafir pada hari Kiamat, maka ayat ini mengatakan, mereka mempunyai alas tidur dari api neraka, bahkan mereka juga mempunyai selimut dari api neraka yang membungkus tubuh mereka, sehingga tidak ada tempat bagi mereka untuk bisa bernapas dengan lega. Dalam ayat 41 ini Allah Swt kepada orang-orang Kafir, kadang-kadang dengan ungkapan mujrim (penjahat) bahkan terkadang pula menyebut dengan ungkapan zhalim (zalim), karena Kufur telah menyiapkan lahan untuk berbuat kejahatan dan kezaliman.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bagi mereka yang di dunia hanya enak-enak saja, maka kelak di Hari Kiamat tempat ketenangan dan santai mereka adalah neraka jahanam yang tiada lain hanyalah api yang menyala-nyala, sedang jiwa kotor mereka yang lain tidak bisa tenang.
2. Neraka jahanam akan menjadi tempat abadi bagi perwujudan orang-orang Kafir dan zalim, sedang api neraka akan mengepung mereka dari segala arah.
Ayat ke 42
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (7: 42)
Metode yang diketengahkan oleh al-Quran selain menjelaskan balasan, siksa dan pahala juga dijelaskan untuk orang-orang yang beramal saleh. Pada ayat sebelumnya telah disinggung siksaan yang amat pedih bagi penghuni neraka. Ayat ini mengatakan, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka akan masuk kedalam surga dan akan abadi di dalamnya. Karena selama bisa dan mampu, mereka selalu mengerjakan perbuatan yang baik, dan hal ini bagi Kami adalah cukup. Kami tidak menunggu dan membebankan sesuatu perbuatan, kecuali sekedar kemampuan yang mereka miliki.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keterikatan antara iman dan amal saleh merupakan suatu produksi yang memberikan keuntungan, dimana pada Hari Kiamat hal tersebut akan menjadi abadi dengan masuk ke dalam surga bersama orang-orang yang suci dan saleh.
2. Dalam Islam tidak ada kwajiban yang melebihi kemampuan seseorang, karena itu setiap orang bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya sebatas kemampuannya.
Ayat ke 43
Artinya:
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (7: 43)
Salah satu nikmat yang dianugerahkan kepada penghuni surga adalah kedamaian dan keakraban yang mereka rasakan terhadap penghuni surga yang lain. Karena sebelum masuk ke dalam surga, Allah Swt telah melenyapkan segala bentuk sakit hati dan dendam dari hati mereka. Akibatnya, lingkungan surga benar-benar bersih, damai dan tentram jauh dari segala bentuk hiruk pikuk dan pertentangan. Meski surga itu bertingkat-tingkat, tetapi tak seorang pun mendengki penghuni surga lainnya. Dendam kesumat dan pertengkaran benar-benar telah terhapus dari mereka.
Para penghuni surga juga senantiasa mengingat Allah dan berbagai nikmat surga tidak akan bisa menjadi unsur yang melupakan mereka dari mengingat Tuhan. Bahkan Allah Swt selanjutnya mengatakan, "Dengan diutusnya para nabi yang membawa kitab-kitab samawi, Allah telah menyiapkan jalan petunjuk mereka di dunia. Dengan itu berarti mereka telah ditunjuki jalan menuju surga. Yaitu, jalan yang ditempuh dengan iman kepada Allah dengan melaksanakan semua perintah dan larangan-Nya. Jalan ini tidak lain dalah amal saleh yang akan menghantarkan mereka masuk ke dalam surga".
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hidup yang jauh dari hasud dan dendam adalah kehidupan di surga.
2. Penghuni surga tidak membanggakan amal perbuatan mereka, karena mereka menyebut surga adalah hasil dari petunjuk Allah dan segala jerih payah para nabi.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 34-38
Ayat ke 34
Artinya:
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (7: 34)
Satu hal penting yang sering dilupakan oleh manusia pada umumnya adalah kematian dan akhir kehidupan dunia. Kematian dan kemusnahan bukan hanya bagi orang-perorang, akan tetapi berdasarkan ayat ini dan ayat-ayat lain al-Quran al-Karim, manusia dalam bentuk umat dan kaum serta peradabannya juga ikut musnah dan binasa. Betapa banyak peradaban besar dan luas yang muncul di sepanjang sejarah mengalami kemusnahan dan kebinasaan akibat kezaliman dan kehidupan duniawi yang serba bergelimang kenikmatan. Pada umumnya, para pemegang kekuasaan dan pemilik kekayaan mengira bahwa mereka akan selalu jaya dan kekuataan mereka tak akan punah. Akan tetapi ayat ini mengatakan, bahwa jika Allah menghendaki, maka mereka akan binasa tepat pada waktunya, tidak maju dan tidak mundur sedetik pun.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbagai kesempatan dan fasilitas yang dimiliki, bersifat sementara dan akan habis suatu saat. Hendaknya kita manfaatkan semua itu sebanyak dan sebaik mungkin.
2. Para penjahat dan orang-orang yang zalim tidak merasa bahwa kesempatan yang mereka miliki adalah tanda kemurahan Allah. Batas waktunya yang telah ditentukan akan tiba dan mereka harus mempertanggungjawabkannya.
Ayat ke 35-36
Artinya:
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (7: 35)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (7: 36)
Sebelumnya, telah dijelaskan sebagian pesan dan anjuran Allah Swt kepada generasi umat manusia dan anak-anak Adam as. Sedangkan Ayat-Ayat di atas menyinggung tentang perbedaan umat manusia dalam menerima atau menolak hidayah Allah Swt dan mengatakan, Allah Swt selalu mengutus para nabi yang dipilih dari kalangan manusia sendiri dan mereka menyeru masyarakat kepada kebaikan dan ketakwaan. Akan tetapi manusia terpecah menjadi dua golongan dalam menanggapi seruan tersebut;
Golongan pertama adalah orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan yang memperoleh kesejahteraan dan kebaikan di dunia dan akhirat. Karena mengikat transaksi dengan Allah, mereka pun tidak akan mengalami kerugian dan penyesalan. Karena transaksi dengan Allah tidak akan membawa penyesalan dan kerugian apa pun. Mereka bahkan tidak pernah merasa takut dan khawatir. Karena seseorang yang bersandar kepada Allah Swt, maka ia tidak akan pernah takut kepada berbagai kekuatan manusia apapun, dan tidak pula takut kepada api neraka di Hari Kiamat.
Golongan kedua adalah mereka yang oleh karena sikap keras kepala dan menolak seruan para nabi Allah, bahkan mereka menyebut para utusan sebagai pembohong. Mereka menolak seruan para nabi ini dengan harapan dapat hidup di dunia dengan bebas dan leluasa. Sesungguhnya orang-orang ini lebih memilih kebebasan hidup duniawi dari pada kebahagiaannya, sementara di akherat pun mereka akan terjerumus ke dalam neraka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takwa menuntut upaya pembenahan masyarakat dan para individunya, bukan pengasingan diri dan menjadi pertapa yang menjauhi kehidupan bermasyarakat.
2. Ketenangan yang hakiki berada di dalam kebersihan dan kebaikan, yang akan menjauhkan manusia dari kesedihan dan ketakutan.
Ayat ke 37
Artinya:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: "Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?" Orang-orang musyrik itu menjawab: "Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami," dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (7: 37)
Ayat ini menjelaskan kondisi orang-orang kafir pada hari Qiyamat, dengan mengatakan, bahwa bertentangan dengan yang dikatakan oleh orang-orang kafir bahwa para Nabi adalah pembohong, mereka sendirilah yang pembohong. Karena mereka sebenarnya telah memahami hakikat, namun mereka medustakannya. Memang orang-orang semacam ini tidak dijauhkan dari anugerah Allah di dunia, dan Allah Swt tidak mengurangi rejeki mereka di dunia. Akan tetapi pada saat kematian, ketika malaikat maut mencabut nyawa mereka, saat itulah mereka menyadari kesesatan dan penyimpangan mereka.Pada waktu itu mereka mengatakan, "Kami telah mengingkari berbagai nikmat Allah, dan mendustakan ayat-ayat ilahi."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kufur dan mengingkari kebenaran merupakan perbuatan aniaya terbesar terhadap diri sendiri.
2. Setiap orang memiliki bagian dan rezeki tertentu di dunia ini yang telah ditetapkan kadarnya oleh Allah Swt.
3. Hakim pertama pada Hari Kiamat adalah hati nurani manusia itu sendiri yang akan memberikan kesaksian terhadap manusia itu sendiri.
Ayat ke 38
Artinya:
Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui". (7: 38)
Ayat ini menyinggung percakapan di antara para penghuni neraka, khususnya dengan para pembesar yang telah menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka jahanam. Ayat ini mengatakan bahwa setelah menjalani penghitungan amal, kelompok demi kelompok mereka dimasukkan ke dalam neraka. Setiap kelompok mengkutuk dan melaknat kelompok yang lain. Mereka terbagi-bagi kepada kelompok-kelompok dari manusia dan kelompk-kelompok dari bangsa jin. Di saat-saat seperti itulah mereka yang dulu mengikuti para pemimpin sesat, berkata kepada para pemimpin mereka, "Kalianlah yang menyebabkan kami tersesat, karena itu kalian berhak mendapatkan siksaan berlipat ganda. Siksaan karena kesesatan kalian sendiri, dan siksaan karena kalian telah menyesatkan kami."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Surga adalah tempat yang penuh dengan kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan. Sedangkan neraka adalah tempat yang penuh dengan kutukan, laknat dan siksaan. Para penghuni sorga adalah orang-orang yang memiliki persahabatan yang kekal dan abadi. Sedangkan watak para penghuni neraka adalah bersahabat jika berhadap-hadapan, tetapi saling mengutuk di belakang.
2. Bangsa jin, sebagaimana manusia, juga menerima taklif dan kewajiban mentaati ajaran agama. Para pendosa dari kedua bangsa ini akan mendapatkan akibat dan balasan yang sama, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang sama.
3. Para pendosa dan penjahat, pada Hari Kiamat, berusaha menimpakan dosa dan perbuatan jahat mereka kepada orang lain, atau setidaknya mereka ingin mendapatkan teman dalam kejahatan dan dosa mereka.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 31-33
Ayat ke 31
Artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (7: 31)
Pada beberapa penjelasan tafsir yang lalu, kita telah memahami pesan-pesan Allah Swt kepada anak-anak Adam as, dimana Allah telah menjelaskan berbagai ayat-Nya sebagai berikut, wahai anak Adam, pakaian yang menutup dan menghiasi tubuh kalian sewaktu kalian melakukan tawaf di Masjidl Haram hendaknya tetap kalian kenakan. Namun janganlah kalian bertawaf tanpa pakaian dan busana seperti para nenek moyang kalian di zaman Jahiliyah. Bahkan tidak saja di saat kalian masuk ke dalam Masjidil Haram, tetapi juga ketika kalian memasuki setiap masjid manapun. Kalian tetap harus menjaga kain penutup dan busana yang menghiasi tubuh kalian, juga dengan menjunjung tata krama dan menghormati tempat suci ini.
Dalam berbagai riwayat Islam justru ditekankan ketika seseorang hendak memasuki masjid untuk menunaikan shalat memakai pakaian yang bagus, bersih dan mengenakan minyak wangi. Karena para pemuka dan ulama Islam sedemikian rupa menjaga sopan santun dan tata krama di tempat-tempat suci. Dalam lanjutan ayat di atas telah disinggung mengenai masalah makan dan minum. Ayat ini mengatakan, "Makanlah dan minumlah dari berbagai nikmat Allah yang telah dianugerahkan pada kalian, namun janganlah berlebih-lebihan".
Sebagaimana yang telah diketahui, pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa adalah memakan buah pohon terlarang yang mengakibatkan mereka berdua diusir dari tamansurga. Ayat ini menasehatkan kepada kita semua anak cucu Adam dan Hawa agar senantiasa berhati-hati dan waspada supaya kita tidak terkena siksa dan balasan. Terkait mengkonsumsi pelbagai nikmat ilahi, Allah Swt mengajak manusia agar menjaga segala bentuk perintah-Nya. Yakni, agar kita tidak berlebih-lebihan sehingga kita melanggar ketentuan kebenaran.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masjid adalah rumah Allah dan sebuah tempat berkumpulnya hamba-hamba Allah. Karena itu, hendaknya kita selalu menjaga kesopanan, bahkan kalau bisa kita harus memberikan kabaikan yaitu dengan memakai pakain yang bagus dan bersih juga wangi-wangian.
2. Makanan ruh hendaknya kita dahulukan dari pada makanan tubuh kita, yaitu pertama shalat, baru kemudian makan!
3. Pemanfaatan manusia dari anugerah alam hanya dibenarkan sampai pada batas kebutuhan dan darurat, dan hal itu bukan berarti hak untuk israf dan tabdzir yakni berlebih-lebihan.
Ayat ke 32
Artinya:
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (7: 32)
Pada ayat sebelumnya Allah Swt telah menyampaikan pesan dan perintah soal memanfaatkan pelbagai anugerah dan nikmat ilahi. Ayat ini menegaskan dengan nada celaan kepada orang-orang yang mengatakan haram terhadap penggunaan berbagai pakaian yang merupakan anugerah dan nikmat Allah untuk keindahan dan menutup tubuh. Padahal Allah Swt sendirilah yang menciptakan dan menganugerahkan berbagai kenikmatan dan keindahan ini, sehingga hamba-hamba Allah yang saleh dengan imannya yang tulus dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Bahkan pemanfaatan atas berbagai nikmat tersebut bagi orang kafir pun tidak dilarang.
Pada Hari Kiamat orang-orang Kafir tidak akan bisa memanfaatkan anugerah Allah tersebut, nikmat-nikmat itu hanya sepenuhnya diberikan kepada orang-orang Mukmin. Namun dalam hal ini, dapat mengakibatkan manusia-manusia menjadi berlebih-lebihan atau kurang dalam berbuat (ekstrim kanan dan kiri). Meskipun dapat mengakibatkan penggunaan sebagian fasilitas dan nikmat yang dianugrahkan oleh Allah Swt, sedang kelompok lain memilih jalan kependetaan yakni segala keperluan yang dibutuhkan oleh naluri dan instink manusia diacuhkan. Al-Quran al-Karim pada ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menyinggung adanya pergolakan di antara dua kelompok ini. kepada kelompok pertama dikatakan, kenapa berlebih-lebihan? Sedang kepada kelompok kedua dikatakan, kenapa kalian tidak mau memanfaatkan dengan baik atas nikmat-nikmat Allah yang halal ini !
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana tidak diperbolehkan menghalalkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah Swt, mengharamkan hal-hal yang telah dihalalkan juga tidak dibenarkan.
2. Allah Swt justru mendorong orang-orang Mukmin untuk memanfaatkan segala bentuk keindahan yang dihalalkan dalam rangka mensyiarkan norma-norma agama.
3. Pemanfaatan atas segala nikmat duniawi tidak ada bedanya antara orang-orang Mukmin dan Kafir. Namun pada Hari Kiamat anugerah nikmat Allah akan dikhususkan kepada orang-orang Mukmin saja.
Ayat ke 33
Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (7: 33)
Sebagian orang-orang Mukmin memang sederhana dalam memandang sesuatu. Mereka bahkan menyangka bahwa jalan mendekatkan diri kepada Allah adalah ibadah dan menyendiri (uzlah). Yakni menjauhkan diri dari masyarakat, zuhud dan menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Mereka bahkan menyangka bahwa takwa itu menjauhkan diri dari dosa dan tidak suka kepada dunia, sedang segala upaya untuk memperoleh dunia disebutnya sebagai suatu yang jelek dan tidak mengenakkan. Ayat ini merupakan jawaban dari pemikiran yang tidak pada tempatnya itu.
Ayat ini mengatakan, Allah Swt justru menganggap perbuatan-perbuatan semacam itu adalah haram dan tidak patut. Segala perbuatan yang masih berada pada norma-norma Islam dan dianggap wajar itu dibolehkan. Allah Swt mengharamkan segala perbuatan yang mengganggu orang-orang lain, dosa dan kekejian, terhadap segala perbuatan jelek dan aniaya, syirik, riyak, bid'ah dan segala bentuk penyelewengan. Karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan di atas. Sedang segala sesuatu yang kalian inginkan, kalian bisa memanfaatkan dari segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sesuatu yang dihalalkan sangat banyak sekali, sedang yang diharamkan sedikit sekali. karena Allah Swt memberikan keleluasaan kepada umat manusia dan hanya sedikit sekali Dia membatasi dan melarang beberapa hal.
2. Allah Swt hanya mengharamkan hal-hal yang jelek, dosa, jahat dan yang menjadikan jiwa raga manusia teracuni, padahal hal-hal yang jelek itu telah dipahami oleh fitrah manusia.
3. Dosa adalah dosa. Sedang kejelekan baik dipahami oleh masyarakat ataupun tidak, kejelekan itu berhubungan dengan orang tersebut. Karena itu kita tidak bisa mengatakan apabila masyarakat menganggapnya jelek menjadi jelek, ataupun apabila mereka tidak mengatakannya lalu hal itu tidak jelek.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 28-30
Ayat ke 28
Artinya:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (7: 28)
Pada kajian tafsir sebelumnya telah dijelaskan bahwa setan telah menipu manusia yang akhirnya menyebabkan terbukanya kain penutup aurat Adam dan Hawa. Karena itu Allah Swt berpesan kepada kita umat manusia, anak keturunan Nabi Adam dan Hawa agar senantiasa waspada dan hati-hati supaya tidak tertipu dan hanyut terhadap bisik rayu setan. Kita harus waspada untuk tetap menjaga kain penutup kita supaya jangan terekspos dan aib serta cela kita jangan terbuka terang-terangan. Ayat ini menyinggung salah satu contoh tersingkapnya kain penutup di zaman jahiliyah. Sebagaimana di dalam berbagai tafsir disebutkan, orang-orang Musyrik Mekah melaksanakan manasik haji setiap tahunnya berdasarkan sunnah Nabi Ibrahim. Mereka yakin bahwa pakaian yang dipakai untuk bertawaf harus suci dan mubah serta bukan berasal dari harta curian dan ghasab (memakai barang orang lain tanpa izin).
Karena itu, apabila seseorang merasa ragu tentang bersih tidaknya pakaian mereka atau apakah baju tersebut sepenuhnya halal atau ghasab, sewaktu mereka melakukan tawaf, maka mereka harus menjauhkan diri dari rumah Allah, Kabah. Karena mereka menganggap perbuatan ini adalah ibadah. Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan mereka tersebut sangat jelek. Disebutkan dalam ayat ini, orang-orang Musyrik dalam rangka menjustifikasi pekerjaan mereka ini mengatakan, "orang-orang tua dan nenek moyang kami telah melakukan hal semacam ini, dan ini merupakan sunnah dari nenek moyang kami. Selain itu sebagai ibadah kepada Tuhan, Allah Swt telah memerintahkan kami untuk mengerjakan pekerjaan semacam ini."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sumber dari segala penyelewengan dalam masyarakat adalah taklid buta terhadap nenek moyang. Padahal menjaga warisan para nenek moyang bukan berarti mengetepikan pikiran dan kreasi mereka.
2. Dalam berbagai ibadah kepada Allah Swt, kita harus menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. Jika tidak kita bisa terjerumus kedalam hal-hal yang bersifat khurafat dan menyimpang.
Ayat ke 29
Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". (7: 29)
Dalam menghadapi pernyataan orang-orang Musyrik yang telah menisbatkan pekerjaan buruk kepada Allah Swt, bahkan melalui ini mereka merasa tidak berdosa, ayat ini mengatakan, Allah Swt senantiasa menyerukan kepada kebaikan dan kebersihan, kejujuran dan kelurusan. Dia meminta kepada kalian semua, sewaktu kalian masuk ke berbagai masjid khususnya Masjidil Haram dan sewaktu kalian hendak melakukan shalat dan bertawaf, kalian hendaknya perhatian kepada Allah Swt dan amal perbuatan kalian. Hal itu harus dilakukan agar kalian terjauhkan dari segala bentuk penyelewengan, sekalipun keyakinan kalian bersih dari segala bentuk syirik. Ketahuilah bahwa kalian akan meninggal dan kembali kepda Allah Swt sebagai pencipta alam semesta ini. Kemudian Allah akan membangkitkan kalian semua, sama seperti kalian diciptakan pertama kali.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tegas dan adil merupakan inti dari ajarah-ajaran Allah Swt, bahkan ini merupakan pesan Allah yang terpenting kepada manusia.
2. Hamba Allah yang mukhlis merupakan lahan yang kondusif bagi kelestarian dan terlaksananya ketegasan dan keadilan tersebut.
Ayat ke 30
Artinya:
Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. (7: 30)
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan bahwa Allah Swt menetapkan dasar ibadah dan kehidupan ini pada tolok ukur keadilan, ayat ini mengatakan, sekelompok orang menerima dan mendapat petunjuk dari pesan-pesan Ilahi ini. Tetapi ada juga sekelompok orang yang mengikuti setan akibat ketidakpatuhannya kepada allah Swt dan akhirnya mereka tersesat, sekalipun mereka menyangka telah mendapatkan petunjuk dan memperoleh kebahagiaan. Mereka mengancam umat manusia dengan berbagai bahaya, tapi itu nasihat batil dan menyesatkan, sehinggam, sehingga manusia dibiarkan berputar dalam sebuah sumur, tapi menyangka itu adalah jalan yang benar. Padahal ia sebenarnya menuju ke jurang nestapa, meski sebelumnya mereka menyangka bahwa perjalanannya menuju kepada kebahagiaan. Ini merupakan jerat dan tipuan setan yang mula-mula mengesankan kepada umat manusia bahwa batil itu sebagai kebenaran dan mengajak manusia.
Al-Quran al-Karim dalam ayat-ayatnya yang lainnya menyebut bahwa orang-orang ini adalah manusia yang paling merugi dan mengatakan, mereka yang telah berbuat kejelekan menganggap perbuatannya itu adalah baik. Seluruh amal perbuatan mereka di dunia ini terhapus dan hilang, sehingga kembali ke dunia yang lainnya dengan tangan hampa.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memberi petunjuk adalah pekerjaan Allah Swt dan dari pada-Nya, tetapi kesesatan berasal dari kita, karena kita tidak tepat dalam memilih.
2. Menjauh dan melarikan diri daripada Allah menjadi penyebab jatuhnya kita ke dalam jaring dan tipuan setan, sehingga kita menerima dominasinya, yang semestinya manusia sebagai auliya Allah menjadi auliya setan.
3. Kita harus berhati-hati terhadap siapapun, apalagi terhadap mereka-mereka yang menyangka bahwa mereka berada di jalan yang benar, namun amal perbuatan mereka adalah batil.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 24-27
Artinya:
Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (7: 24)
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (7: 25)
Sebagaimana pada ayat-ayat yang lainnya disebutkan bahwa Allah Swt menerima taubatnya Adam dan Hawa as, tetapi sisa dan kesan dari perbuatan melanggar atau dosa itu tetap negatif. Hal itu dampak dari mengkonsumsi buah pohon terlarang itu serta ketidakpatuhan Adam dan Hawa terhadap perintah Allah Swt. Akhirnya keduanya dikeluarkan dari taman surga dan keduanya ditempatkan di bumi dan menjadi manusia pertama yang menempatinya.
Karena itu, ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah Swt berfirman kepada Adam dan Hawa agar keluar dari taman surga ini dan tinggal di muka bumi. Karena bumi adalah tempat bagi kalian dan selama Allah melihat ia merupakan masalahat bagi kalian, maka di bumi kalian tetap tinggal dan hidup. Setelah itu kalian akan meninggalkan dunia untuk selanjutnya pergi ke alam akhirat untuk melakukan hisab, Yakni penghitungan terhadap semua amal perbuatan kalian. Ayat-ayat tadi menyinggung permusuhan di kalangan individu manusia juga permusuhan antara setan dan manusia. Ayat ini mengatakan, kehidupan di muka bumi diwarnai dengan dendam dan permusuhan, berbeda dengan kehidupan di surga yang jauh dari berbagai masalah tersebut
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memang terkadang perbuatan kedua orang tua dapat memberi pengaruh pada genarasi berikutnya. Ketidakpatuhan Nabi Adam dan Hawa mengakibatkan diturunkannya generasi manusia di muka bumi ini.
2. Dunia adalah tempat perselisihan, pertengkaran dan saling balas dendam, berebut kepentingan dan manfaat merupakan pemuas instink manusia, dan menjadi unsur permusuhan dan bentrokan.
Ayat ke 26
Artinya:
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (7: 26)
Sebagaimana pada ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa dengan godaan setan yang menyesatkan, Adam dan Istrinya Hawa telah memakan buah pohon terlarang itu. Dampak pertama yang terlihat adalah terbukanya aurat kedua manusia pertama ini, sehingga terpaksa mereka berdua berusaha untuk menutupinya dengan daun-daun pohon yang ada disekitarnya. Allah Swt pada ayat ini mengatakan, setelah ditempatkannya Nabi Adam dan Hawa di muka bumi dan awal dari tinggalnya manusia pertama di planet kecil ini, maka Allah menyediakan bahan untuk persiapan pembuatan baju bagi mereka. Bulu-bulu domba dan kulit berbagai binatang dapat digunakan sebagai alat penutup aurat, sehingga tubuh manusia dapat tertutupi, juga ia adalah sejenis keindahan.
Masalah ini terus berlanjut hingga saat ini, dimana generasi manusia setelah perjalanan zaman beribu-ribu tahun, Allah Swt tetap menyediakan melalui nikmat-nikmat-Nya yang banyak sekali untuk membuat pakaian-pakaian yang terbaik guna menutup aurat kita. Di sini al-Quran mengatakan, pakaian penutup ini adalah baju yang menutupi badan kita, tetapi pakaian yang terbaik adalah takwa. Yaitu, pakaian yang tidak mengijinkan manusia melakukan perbuatan yang jelek dan jahat. Pakaian takwa adalah pakaian yang dapat menyebabkan bersihnya baju dan jiwa kita, serta senantiasa mencari kemuliaan hidup. Pakaian yang dapat memerdekakan spiritual manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setan selalu mencari-cari kesempatan agar manusia mau membuka baju dan kain penutup tubuhnya. Namun Allah Swt selalu menyiapkan sebab-sebab terbikinnya alat penutup bagi manusia.
2. Meski keindahan dan kelayakan baju termasuk sesuatu yang diminta dan dicintai oleh Allah Swt dan mengenakan pakaian yang indah dan bagus tidak dilarang selama itu tidak diharamkan.
3. Pakaian manusia yang terbuat dari kapas atau bulu-bulu domba atau kulit binatang yang halal, semua itu diciptakan oleh Allah Swt, dan dengan memperhatikan itu semua harus dapat menjadikan manusia sadar dan waspada dari kekhilafan dan lupa.
Ayat ke 27
Artinya:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (7: 27)
Dari sana permusuhan setan tidak hanya terhadap Adam dan Hawa, tetapi setan tetap menjadikan permusuhannya dengan generasi manusia. Karena itu Allah Swt dalam ayat ini berpesan kepada anak-anak Adam agar berhati-hati dan waspada. Karena orang-orang tua kalian umat manusia telah tertipu oleh setan, dan setan pun akan berusaha untuk menipu kalian. Setan telah berhasil dengan bisikan dan rayuannya menyesatkan Adam dan Hawa, akhirnya mereka berdua dikeluarkan dari taman surga Allah dan pakaian mereka terlepas dari tubu-tubu mereka, sehingga dengan demikian kejelekan dan malu mereka tersingkap. Setan dan anak turun mereka dapat dengan segala cara melihat kalian umat manusia, tetapi kalian manusia tidak bisa melihat setan. Tetapi dengan kondisi seperti inipun setan tidak bisa menguasai kalian. Mereka tidak bisa memaksa kalian untuk melakukan perbuatan yang melanggar, perbuatan setan hanyalah berbisik dan merayu. Sedang bisikan dan rayuan inilah yang bisa menyebabkan manusia hanyut dan melakukan perbuatan yang melanggar tersebut, sehingga manusia itu tidak beriman kepada Allah dan Hari Kiamat.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bahaya senantiasa tersembunyi dan mengintai. Karena itu kita harus bisa menjaga diri dan waspada agar dapat terjauhkan dari penyelewengan. Adam yang disujudi para malaikat saja dapat tertipu rayuan dan bisikan setan yang menyesatkan, sehingga dikeluarkan dari taman surga.
2. Telanjang dan membuka aurat merupakan suatu unsur yang dapat mengeluarkan kita dari rahmat dan anugerah Allah Swt, Karena setiap acara yang membuka aurat akan ditunggangi oleh setan.
3. Bukan hanya setan yang dapat menyesatkan umat manusia, tetapi juga kelompok-kelompok lainnya baik dari bangsa jin ataupun manusia.
4. Iman yang sebenarnya kepada Allah Swt akan menjadi pencegah yang ampuh dari dominasi setan terhadap manusia.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 20-23
Ayat ke 20-21
Artinya:
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (7: 20)
Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (7: 21)
Meskipun pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa setelah terusirnya setan dari sisi Allah Swt, lalu dia bersumpah untuk melakukan balas dendam mengenai perkara ini kepada Adam. Karena itu, hal inilah yang menyebabkan setan terusir dari sisi Allah Swt. Dalam ayat ini disinggung awal mula bisikan dan godaan setan dan mengatakan, melalui bujukan dan bisikan setan yang menyesatkan, akhirnya Adam dan Hawa memakan buah dari pohon terlarang itu.
Yaitu, setan dengan menampakkan bentuk lahirnya, lalu berkata kepada keduanya, "Sesungguhnya Tuhan telah melarang kalian berdua untuk mendekat dan memakan pohon ini, dikarenakan apabila kalian memakannya, pastilah kalian akan seperti malaikat yang bisa abadi dalam umurnya. Adam dan Hawa yang sebelumnya tidak pernah mendengar kebohongan seseorang, bahkan sebuah pengalaman pun mengenai itu tidak pernah mereka alami, maka mereka berdua termakan oleh tipuan dan bujuk rayu setan, sehingga mereka berdua lupa terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Tujuan utama setan mengekspos malu Adam dan Hawa dengan menyingkap kain penutup mereka, sehingga dengan tanpa busana apapun akan menjadi perantara bagi keduanya untuk melakukan pelanggaran dan dosa-dosa berikutnya."
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setan tidak mampu memaksa seseorang pun. Setan hanya mampu membisiki, merayu, meragukan dan menyesatkan, tapi kita sendiri yang menentukan pilihan.
2. Terbukanya kain penutup dan telanjang merupakan tujuan setan. Karena itu berhati-hatilah kita jangan melakukan pekerjaan apapun di saat kain penutup kita terbuka.
3. Setan memiliki kesempatan menipu manusia melalui jalur angan-angan yang panjang, seperti kesejahteraan, santai dan ketenangan abadi.
4. Kita tidak boleh percaya terhadap setiap sumpah setia, dimana setan juga disebutkan melakukan sumpah.
Ayat ke 22
Artinya:
Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (7: 22)
Setan telah berhasil membentangkan perangkapnya, sedang Adam dan Hawa kini telah memakan buah pohon terlarang itu, sehingga aurat keduanya terbuka dengan jelas dan masing-masing dapat saling pandang. Oleh karena itu, keduanya terpaksa berusaha menutupinya dengan dedaunan yang ada disekitar kebun surga itu. Maka pada waktu itulah terdengar suara seruan Tuhana yang mengatakan, "Kenapa kalian telah melupakan perintah dan larangan Tuhan dan mengikuti tipu daya setan? Tidakkah kalian mengetahui bahwa setan telah kecewa dan terluka hatinya, dia bertekad untuk menuntut balas kepada kalian, karena itu setan adalah musuh kalian yang nyata ?"
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum wanita dan lelaki, keduanya masuk dalam sebuah timbangan yang sama dalam bisikan dan rayuan setan. Karena tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam melakukan dosa dan pelanggaran.
2. Telanjang dan melucuti pakaian merupakan sejenis siksaan Allah Swt. Itu bukan menujukkan kesempurnaan dan peradaban, tapi pengabaian terhadap firman-firman Allah. Memakan makanan yang haram akan memudahkan jalan terbukanya aib dan aurat yang memalukan.
3. Memakai kain penutup aurat merupakan perkara fitrah. Karena semua manusia sejak usia kanak-kanak selalu mencari kain penutup aurat, sekalipun dengan menggunakan kain yang sangat sederhana sekali
4. Kita harus mengenal musuh pribadi yang sebenarnya. Karena itu janganlah kita lupa dan lengah terhadap musuh tersebut. Untuk menghadapi musuh kita harus siap dan jangan lengah ataupun lupa.
Ayat ke 23
Artinya:
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (7: 23)
Sekalipun Nabi Adam dan Istrinya termakan tipuan dan bujuk rayu setan, namun beliau dengan cepat sadar atas kesalahan dan kekhilafan tersebut. Dengan penuh penyesalan beliau berdoa ke hadirat Allah Swt memohon ampunan, "Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami sendiri, karena itu ampunilah segala kesalahan dan kekhilafan kami". Meski setan dan Adam masing-masing telah melanggar dan tidak patuh terhadap perintah Allah Swt, namun Adam as di samping memohon ampunan kepada Allah, beliau juga bertaubat, menyadari atas ketidak patuhannya terhadap keadilan dan hikmah Tuhannya. Nabi Adam dan Ibu Hawa terus berusaha menebus kesalahan dan kekhilafan mereka tersebut dengan taubat dan mohon ampunan. Sedang setan diusir dari sisi Allah dan terkena kutukan Tuhan. Lalu Nabi Adam dan Istrinya Hawa mendapatkan ampunan dan rahmat Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ketidakpatuhan kepada Tuhan merupakan perbuatan aniaya kepada diri sendiri, dan bukan Allah yang zalim dan menyiksa. Dosa manusia tidak membahayakan Allah Swt, tetapi justru akan merusak reputasi kami.
2. Adam dan Hawa, meski keduanya sama-sama berbuat dosa, namun dalam melakukan taubat dan memohon ampunan baik wanita maupun laki-laki tidak ada bedanya. Karena pada dasarnya seseorang yang ingin memperoleh kesempurnaan atau kehinaan akhlak, jenis kelamin tidak ada bedanya.
3. Hanya di sisi Allah Swt saja kita memiliki hak untuk mengaku terhadap dosa, sedang pengakuan semacam ini merupakan pengantar dari pemberian ampunan.
4. Dosa adalah nilai kerugian manusia dan semata-mata dengan taubatlah nilai rugi dan dosa tersebut dapat ditebus.
Jejak Israel di Balik Krisis Suriah dan Mesir
Rezim Zionis Israel terus menyulut konflik dan menebarkan fitnah dan konspirasi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Dukungan Israel terhadap teroris di Suriah bukan rahasia lagi. Puluhan teroris di Suriah yang terluka dalam bentrokan dengan militer negara Arab itu dengan mudah masuk ke Palestina pendudukan (Israel) untuk berobat di rumah sakit Israel. Dalam beberapa pekan terakhir tercatat 66 teroris yang berobat ke rumah sakit Israel. Baru-baru ini sejumlah teroris yang terluka juga dikirim ke Israel untuk mendapat perawatan medis.
Berobatnya teroris di Suriah ke Israel bukan satu-satunya bukti yang menunjukkan hubungan antara mereka dan rezim Zionis, namun masih banyak bukti lainnya yang menunjukkan hubungan erat antara kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Israel. Militer Israel dalam operasinya selama ini telah sering menemukan senjata-senjata buatan Israel yang dipakai oleh militan.
Sejak bulan Maret 2011, kelompok-kelompok bersenjata dan terorisdi Suriah dengan dukungan dari berbagai pihak asing termasuk Qatar, Arab Saudi, Israel, Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat, telah membuat kekacauan dan menebar kejahatan di berbagai wilayah di negara itu. Mereka membantai warga sipil dan pasukan keamanan, dan menyiapkan ruang untuk intervensi militer asing sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintahan legal Presiden Suriah Bashar al-Assad. Hal itu dilakukan mengingat Suriah selama ini menjadi penghalang utama bagi kebijakan ekspansionis Israel.
Kini tidak hanya Suriah yang menjadi sasaran konspirasi Israel. Rezim Zionis saat ini tengah memfokuskan langkah-langkahnya di Mesir. Bersamaan dengan meningkatnya ketegangan di Negeri Piramida itu, rezim anak haram Barat tersebut juga menuntut Barat untuk mendukung militer Mesir.
Koran Zionis, Jerusalem Post mengutip seorang pejabat teras Tel Aviv menulis, pasca kerusuhan baru-baru ini di Mesir dan di wilayah Sinai, dukungan Israel dan Barat kepada militer Mesir menjadi sangat penting dan harus dilakukan. Pejabat tinggi Israel itu menambahkan, jika AS dan Uni Eropa tidak menghalangi militer Mesir untuk menggunakan fasilitas dan peralatan mereka serta tidak menekan militer negara Afrika Utara itu maka hal itu telah sangat membantu militer Mesir.
Pasca Presiden Mesir Muhammad Mursi digulingkan dalam kudeta militer pada tanggal 3 Juli, berbagai wilayah di negara itu dilanda kerusuhan, bahkan sejak awal pekan lalu hingga sekarang ribuan orang tewas dan terluka dalam bentrokan dengan aparat keamanan Mesir. Baru-baru ini 24 polisi Mesir juga tewas dalam serangan militan di Sinai.
Menurut media-media Zionis, Israel telah mengizinkan militer Mesir untuk menggunakan helikopter-helikopter Apache dan mengirim sebuahbatalyoninfanteribaru ke Semenanjung Sinai untuk menghadapi para militan di wilayah itu. Sebenarnya, Israel sangat khawatir dengan meningkatnya operasi anti-Zionis di Sinai dan pemberian izin tersebut sebagai salah satu bukti kekhawatiran itu dan sekaligus sebagai upaya untuk memberantas militan.
Rupanya Israel tidak sendiri dalam campur tangannya di Mesir. Sumber-sumber terpercaya di Bandara Internasional Kairo melaporkan tentang gerakan intervensi AS dalam urusan Mesir. Menurut sumber itu, pasukan AS yang terdiri dari 23 perwira yang dipimpin oleh Mayor Jenderal John Harrell akan datang ke Mesir dengan sebuah pesawat maskapai penerbangan nasional negara itu.
Sikap intervensif Israel terhadap Suriah dan Mesir menunjukkan peran rezim Zionis dalam menciptakan krisis di negara-negara Arab untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Campur tangan itu bertujuan supaya Suriah dan Mesir sibuk dengan urusan internal masing-masing dan pada akhirnya akan menjadi negara-negara yang lemah dan tidak akan mampu lagi untuk membantu Palestina. Dengan jalan itu, Israel akan dengan mudah memajukan kebijakan ekspansionisnya di Timur Tengah.
Melihat kondisi tersebut, rakyat Suriah dan Mesir serta negara-negara regional lainnya harus meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap konspirasi Israel supaya tidak terjebak dalam perangkap musuh umat Islam ini.
Menelisik Konflik Mesir Minus Oposisi Biner
Konflik Mesir dewasa ini tidak lagi menjadi perseteruan nasional, tapi merembes menjadi isu internasional dengan keterlibatan negara-negara asing. Betapa tidak, sejumlah negara regional seperti Arab Saudi terang-terangan mendukung aksi militer. Di sisi lain, di jalur yang berseberangan, pemerintah Turki menyatakan dukungan penuh terhadap Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Pemerintah Ankara dalam statemennya menolak aksi militer Mesir dan menunjukkan sikapnya sampai pada titik menarik Dubes Turki dari Kairo.
Krisis internal Mesir juga tidak luput dari perhatian Indonesia. Berbagai opini pun merebak, yang terbagi ke dalam dua narasi besar, pendukung militer Mesir yang berarti menolak Ikhwanul Muslimin, dan opini yang mendukung Ikhwanul Muslimin yang berarti menolak Militer. Kedua opini tersebut terbentuk setidaknya dipengaruhi tiga faktor penting.
Pertama,terjadinya pertarungan sengit dua kubu antara loyalis dan oposan militer-Ikhwanul Muslimin yang sangat kuat, sehingga secara realitas mempengaruhi tanda dan makna pada benak manusia.
Kedua, peran media dalam pembentukan opini publik. Tampaknya, pemberitaan media global saat ini juga didominasi masalah konflik Mesir dari dua kubu, baik dari media Arab dan yang mendukung aksi militer seperti Al-Arabia, maupun media dari pendukung ikhwanul muslimin seperti aljazeera. Peran media mainstream Barat juga menyumbang kontribusi sangat besar dalam menyebarluaskan dukungan dan kecaman terhadap para pelaku konflik Mesir.
Ketiga, rembesan konflik internal Mesir ke Indonesia juga tak luput dari ideologi Ikhwanul Muslimin, yang diadopsi di Indonesia dari gerakan mahasiswa hingga partai politik. Di sisi lain, muncul sejumlah kalangan di Indonesia yang menentang keras masuk dan berkembangnya ideologi Ikhwanul Muslimin ke Tanah Air. Kini, perseteruan itu semakin mengental, bahkan membatu.
Tampaknya, konflik Mesir telah mengubah perbedaan penafsiran konotasi menjadi pertarungan ideologi. Melihat fenomena Mesir, opini kitapun terbelah menjadi menjadi dua bagian: antara Militer-Ikhwanul Muslimin atau Militer-Pendukung Mursi, bahkan Militer-Rakyat. Di sini telah terjadi oposisi biner, dimana istilah yang satu dianggap lebih superior dari yang lainnya.
Saya tidak membahas apakah memang benar gerakan di Mesir saat ini murni gerakan rakyat atau bukan. Tapi yang jelas dalam memandang konflik Mesir harus terjadi pergeseran dari isu politik menjadi isu kemanusiaan. Sebab dari berbagai sumber sudah menyebabkan banyak korban jiwa.
Mungkin sudah saatnya kita tidak tidak terjebak pada kedua pertentangan friksi kepentingan politik yaitu Militer-Ikhwanul Muslimin, yang tampaknya tidak sepenuhnya mewakili rakyat Mesir secara keseluruhan.
Sejatinya oposisi biner yang terjadi dalam konflik Mesir harus mengalami dekonstruksi, yaitu metode analisis yang membongkar struktur tanda, terutama oposisi biner menjadi satu "permainan" tanda. Sehingga, dalam memandang konflik Mesir kita tidak lagi terjebak pada keberpihakan antara Militer-Ikhwanul Muslimin, namun rakyat Mesir secara keseluruhan. Karenanya, ada beberapa solusi yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan konflik itu.
Pertama, penghentian aksi kekerasan, baik oleh militer maupun faksi garis keras Ikhwanul Muslimin, yang dimediasi oleh pihak ketiga yang netral.
Kedua, dibentuknya pemerintah darurat sementara yg melibatkan segenap pihak kepentingan di Mesir, sekaligus berperan mengawasi transisi politik di Mesir, dan percepatan pemilu agar mampu menciptakan pemerintahan yang legitimate dan stabil.
Ketiga, publik internasional harus mempercayakan segenap perubahan di Mesir kepada rakyat Mesir sendiri, karena intervensi langsung, (kecuali bantuan kesehatan, pendidikan, pangan, dan lain-lain) apalagi militer asing, hanya memperparah kondisi Mesir yang bisa berujung "perang saudara", seperti yang terjadi di Suriah saat ini.
Tantangan Merekonstruksi Hubungan AS-Iran
Salah satu ujian berat para politisi adalah bahwa mereka tidak hanya bertanggung jawab atas keputusan dan perilaku mereka sendiri, tetapi juga harus mempertanggung jawabkan keputusan para pendahulu mereka.
Berdasarkan prinsip itu, hukum internasional menganggap semua perjanjian internasional akan mengikat meskipun adanya pergantian pemerintah.
Kekuasaan di Amerika Serikat juga selalu berpindah tangan dengan mewarisi segudang beban dari pemerintahan sebelumnya, warisan yang pada dasarnya, dalam hal kebijakan luar negeri, penuh dengan perang, kudeta dan intervensi dalam urusan internal negara lain.
Dengan kata lain, AS adalah sebuah negara, di mana kebijakan domestik dan luar negeri selain tidak saling melengkapi, tapi juga mewakili dua wajah kontradiktif.
Meskipun AS di dalam negeri mendukung demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan sipil – beberapa pengamat mungkin menentang pandangan ini – namun rekam jejak Washington dalam kebijakan luar negeri secara praktis – dan bukan slogan – dipenuhi dengan tindakan menentang demokrasi dan HAM serta pengekangan kebebasan sipil di negara-negara lain.
Intervensi CIA dalam urusan internal Iran pada tahun 1953 untuk mendukung front dogmatis dan otoriter dan melawan gerakan demokratis dan progresif adalah sebuah contoh kasus. Dari sudut pandang rakyat Iran, intervensi itu telah menunda proses demokrasi, nasionalisme, dan pembangunan selama tiga dekade.
Dalam budaya Iran, faktor utama di balik ketertinggalan ini adalah, pertama, kebijakan konfrontatif AS terhadap bangsa Iran dan kedua permusuhan dan konspirasi pemerintah Inggris.
Pengakuan AS atas perannya dalam kudeta anti-demokrasi di Iran setelah 60 tahun tentu saja merupakan kabar usang bagi Iran, sebab sejak awal, semua orang menyadari peran Washington-London mendepak pemerintah Perdana Menteri Iran Mohammad Mosaddeq.
Demikian pula, rakyat Iran mengetahui peran penting Washington di banyak insiden tragis dalam sejarah kontemporer Iran, termasuk pembentukan SAVAK (badan intelijen era Syah Pahlevi) untuk meredam protes masyarakat, invasi Irak ke Iran pada tahun 1980, dan pengenaan sanksi yang tidak manusiawi untuk mengisolasi Iran. Tentu saja Tehran tidak perlu menunggu pengakuan Washington untuk membuat penilaian dalam kasus-kasus tersebut.
Washington tampaknya telah gagal untuk mempertimbangkan kembali kebijakan bermusuhan terhadap Tehran dalam beberapa dekade terakhir dan bahkan telah melangkah maju dengan kebijakan yang lebih keras, tanpa memperhatikan konsekuensinya. Selain itu, Washington selalu menemukan alasan untuk menyesatkan opini publik AS dan masyarakat internasional.
Namun, AS belum berhasil untuk menjustifikasi kebijakan-kebijakannya meskipun menguasai media-media dunia.
Tuduhan-tuduhan seperti, mensponsori terorisme, berusaha untuk mengembangkan senjata nuklir, pelanggaran hak asasi manusia dan perlawanan terhadap demokrasi, kemungkinan akan diterima dalam jangka pendek, tetapi tudingan tak berdasar ini akan kehilangan esensinya dalam jangka panjang. Selain itu, tuduhan tak berdasar telah merugikan kredibilitas Amerika sendiri.
Saat ini, banyak pemerintah dan negara menganggap pemerintah Washington tersandera oleh lobi Zionis, dan mereka menyeru rakyat Amerika untuk waspada terhadap ancaman nyata demokrasi di AS.
AS menunda untuk mempertimbangkan kembali kebijakannya terhadap Iran, perilaku yang dikenal sebagai semangat arogansi dalam literatur revolusioner. Ketidakefektifan kebijakan tersebut tampak jelas bagi kalangan intelektual Amerika dan bahkan bagi politisi dan pemikir pragmatis. Dalam kondisi seperti itu, melanjutkan kebijakan tersebut selain tidak efektif, tapi bahkan tidak layak didukung.
Sekarang di Iran, sebuah pemerintahan rakyat telah lahir dari pemilu demokratis. Pemerintahan ini didukung oleh rakyat, bahkan mereka yang tidak memilih Presiden Hassan Rohani. Pemerintahan ini dikenal dengan tiga fitur kebijaksanaan, moderasi, dan harapan, dan siap untuk menyelesaikan masalah kebijakan luar negeri yang ada melalui dialog dan diplomasi.
AS menghadapi dua pilihan yang menentukan. Opsi pertama adalah melanjutkan kebijakan arogan dan tidak fleksibel seperti di masa lalu. Dalam hal ini, semua harapan yang dinantikan dari Washington untuk perubahan akan sirna dan rakyat Iran dapat membuktikan kepada dunia bahwa permusuhan AS tidak terbatas pada Republik Islam, tapi juga menargetkan bangsa Iran, sejarah, dan identitas mereka.
Adapun opsi kedua menuntut tekad kuat Washington untuk mengubah kebijakan bermusuhan terhadap Tehran, dimulai dengan permintaan maaf kepada bangsa Iran atas perilaku masa lalu dan janji untuk sebuah awal baru dalam interaksi dengan Iran.
Pilihan kedua ini dapat membantu memperbaiki citra gelap AS di benak rakyat Iran. Dalam jangka panjang, juga dapat melayani kepentingan regional AS, sebagai kekuatan utama, berdasarkan pada win-win model, tapi sejauh tidak melanggar hak-hak bangsa lain.
Banyak pengamat politik, khususnya di Iran dan Timur Tengah, sedang menanti untuk melihat opsi mana yang akan dipilih oleh AS sebagai kebijakan masa depannya.
Dokumen yang mengungkapkan peran penting AS dalam kudeta 1953 terhadap pemerintah Mosaddeq telah memberikan secercah harapan kepada para pendukung opsi kedua.
Kita harus menunggu dan melihat apakah pengakuan itu hanya sebuah kebetulan belaka atau awal dari proses baru, sebuah proses yang harus mengarah pada permintaan maaf resmi kepada bangsa Iran sebagai langkah pertama dan mengakhiri kebijakan yang tidak manusiawi terhadap sebuah bangsa besar, yang menginginkan independensi dan kebebasan.
Tahan Imigran, Australia dituding PBB telah Melanggar HAM
Komite Hak Asasi Manusia PBB mengumumkan, pemerintah Australia telah melanggar HAM dengan menahan 46 imigran asal Srilangka, Myanmar dan Kuwait lebih dari dua tahun dan menolak untuk memberikan visa kepada mereka.
Kantor berita Associated Press seperti dikutip IRNA (22/8) melaporkan, Komite HAM PBB mengatakan, statemen ini didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap pengaduan 46 imigran asal Srilangka, Myanmar dan Kuwait yang tidak mampu membela dirinya dari penahanan yang dilakukan pemerintah Australia.
Lembaga yang bermarkas di Jenewa itu, Kamis (22/8) mengumumkan, 46 imigran asal Srilangka, Myanmar dan Kuwait diperlakukan tidak manusiawi serta ditahan tanpa ada dasar hukumnya.
Petinggi Australia telah membebaskan tujuh imigran tersebut, namun tetap menganggap mereka sebagai ancaman keamanan.
Komite HAM PBB meminta Australia untuk membebaskan 39 imigran lainnya yang sampai saat ini terpaksa mendekam di tahanan selama lebih dari 2,5 tahun.