
کمالوندی
Rahbar: Persatuan adalah Syiar yang Suci dan Pesan Terpenting Risalah Nabi SAW

Hizbullah Sampaikan Dukungan Penuhnya untuk Suriah
Gerakan perlawan Islam Lebanon, Hizbullah menyampaikan solidaritasnya terhadap pemerintah, rakyat dan militer Suriah dan menilai tujuan serangan rezim Zionis Israel ke negara itu adalah menghancurkan kekuatan militer negara-negara Arab.
Reuters sebagaimana dikutip Fars News, Kamis (31/1) melaporkan, Hizbullah mengutuk serangan yang dilakukan rezim Israel ke sebuah pusat penelitian militer di sekitar Damaskus.
Selanjutnya Hizbullah menegaskan dukungan penuhnya atas pemerintah dan rakyat Suriah.
Kemarin, Rabu (30/1), jet-jet tempur Israel dengan melanggar zona terbang Suriah, menyerang sebuah pusat penelitian militer di dekat ibukota negara itu.
Pemberontak bersenjata Suriah dalam beberapa bulan terakhir berupaya mengambil alih control pusat penelitian militer tersebut namun selalu gagal.
Dalam serangan udara Israel ke pusat penelitian militer Suriah itu dikabarkan dua orang tewas.
Di sisi lain, pusat analisa Stratford mengklaim, serangan Israel ke Suriah itu adalah tanda yang menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya untuk dilakukan invasi militer ke negara yang dilanda konflik berdarah sejak 23 bulan lalu itu. (IRIB Indonesia/HS)
Teroris Rampok Persediaan Makanan Warga Suriah
Teroris bersenjata Suriah menyerang gudang penyimpanan bahan makanan di timur laut Suriah dan merampok sejumlah besar persediaan makanan yang disimpan di gudang tersebut kemudian membawanya ke Turki.
Sebagaimana dilaporkan Fars News, Kamis (31/1), kelompok teroris bersenjata menyerang gudang penyimpanan biji-bijian Al Mashirfah di kota Ain Issa, wilayah Al Riqa di timur laut Suriah dan merampok seluruh isinya.
Sementara itu, bentrokan yang terjadi di Ras Al Ayn, Al Hasakah serta beberapa kota lain di timur laut Suriah dikabarkan berhenti dan sejumlah besar teroris terpaksa meninggalkan kota-kota itu. Militer Suriah berhasil mengepung sekelompok teroris yang bersembunyi di salah satu rumah sakit pemerintah di kota Ras Al Ayn.
Warga kota Ras Al Ayn menegaskan, pasukan pemerintah berhasil menyita dua unit ambulan yang salah satunya memiliki plat nomor Turki dan Perancis yang diduga masuk ke Suriah dari perbatasan Turki. (IRIB Indonesia/HS)
Uni Eropa dan Bumerang Sanksi Anti-Iran
Sebuah pengadilan Eropa mencabut vonis sanksi terhadap Bank Mellat, salah satu bank nasional Iran. Vonis itu dicabut setelah pihak Uni Eropa tidak mampu menunjukkan bukti yang memadai mengenai hubungan Bank Mellat dan program nuklir Iran yang diklaim Barat mengarah pada kepentingan militer.
Pada tahun 2010 lalu, Uni Eropa menjatuhkan sanksi finansial terhadap Bank Mellat dengan alasan bank nasional Iran itu memberikan kredit pembiayaan dan bantuan finansial bagi perusahaan-perusahaan dan institusi yang terlibat dalam program nuklir Iran. Berdasarkan keputusan tersebut, aktivitas ekonomi dan perdagangan Bank Mellat di Eropa dibekukan.
Akibat vonis sepihak tersebut, Uni Eropa membekukan asset bank nasional Iran di bidang perdagangan internasional. Namun, di pengadilan Uni Eropa tidak mampu menunjukkan argumentasi memasukkan bank Mellat dalam list sanksi.
Pengacara hukum Bank Mellat dalam statemennya menyatakan Bank Mellat bisa memulai kembali aktivitas finansial internasionalnya.Tidak hanya itu, Uni Eropa harus membayar ganti rugi akibat sanksi yang telah dijatuhkan selama tiga tahun. Konsultan hukum Zaiwalla mengungkapkan bahwa Bank Mellat hendak mengajukan gugatan ganti rugi terhadap negara-negara Uni Eropa yang telah memboikot bank Iran itu.
Analis politik dan hukum Eropa menilai kemenangan Bank Mellat dalam gugatan perkara di pengadilan menghadapi Uni Eropa akan melemahkan sanksi terhadap Tehran.
Sebelumnya, Dewan Kehakiman Eropa Agustus 2012 lalu setelah melakukan kajian memutuskan bahwa sanksi Uni Eropa terhadap lima orang pejabat perbankan Iran ilegal dan tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
Hingga kini Uni Eropa melancarkan sanksi terhadap Iran di bawah bayang-bayang Washington. Sasaran utama sanksi Uni Eropa adalah larangan penjualan minyak Iran terhadap 27 negara Eropa dan larangan bagi aktivitas cabang Bank Mellat di negara-negara Eropa.
Barat mengira sanksi itu bisa membuat Iran bertekuk lutut dan menghentikan program nuklirnya. Namun Tehran justru melawan sanksi itu dengan caranya sendiri. Uni Eropa yang mengekor dikte Washington melancarkan sanksi sepihak terhadap Iran dan kini Eropalah yang harus menanggung bumerang dari aksinya itu. Selain kehilangan begitu banyak peluang ekonomi, Eropa juga akan menghadapi masalah hukum dan terpaksa harus membayar ganti rugi akibat tindakan tergesa-gesa yang dilakukannya tanpa pertimbangan matang sekedar mengekor kepentingan AS.(IRIB Indonesia/PH)
Etnis Alawi Terus Jadi Korban Pelanggaran HAM di Turki
Lembaga-lembaga perhimpunan kaum Alawi Turki, Rabu (30/1) merilis laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap kelompok etnis Alawi di Turki selama tahun 2012.
Surat kabar Turki, Todays Zaman sebagaimana dikutip Mehr News, (31/1) menulis, lembaga-lembaga perhimpunan etnis Alawi Turki itu berada di bawah pengawasan perhimpunan budaya Alawi Hubyar Sultan.
Laporan tersebut disampaikan pada sebuah konferensi pers yang digelar hari ini, Kamis (31/1). Dalam konferensi pers yang dihadiri oleh perwakilan etnis Alawi Turki disampaikan masalah-masalah etnis Alawi terkait pusat-pusat ibadah mereka, pusat-pusat ibadah yang tidak pernah mendapat pengakuan resmi pemerintah Ankara.
Selain itu mereka juga melaporkan tentang upaya-upaya propaganda yang dilakukan untuk menyudutkan etnis Alawi dan membuat mereka dibenci oleh masyarakat Turki yang lain.
Selama tahun 2012, sikap rasis dan serangan terhadap etnis Alawi Turki mengalami peningkatan tajam. Tercatat 60 kasus serangan menimpa warga Alawi di Turki.
Perhimpunan etnis Alawi Turki berharap di undang-undang baru negara itu tidak ada lagi prasangka buruk terhadap minoritas agama manapun, dan pemerintah juga tidak boleh berat sebelah terhadap salah satu mazhab tertentu atau pengikutnya.
Mereka juga mendesak agar pengajaran-pengajaran agama boleh dilakukan di tempat-tempat keagamaan, dan terkait masalah penghinaan atas mazhab serta etnis seseorang harus dilakukan pencegahan. (IRIB Indonesia/HS)
Koran New York Times diserang Peretas Cina
Surat kabar Amerika Serikat, New York times hari ini, Kamis (31/1) mengaku mendapat serangan dari peretas-peretas Cina.
Sebagaimana dilaporkan Mehr News (31/1), New York times menulis, "Sejak empat bulan lalu secara teratur hacker-hakcer Cina menyerang sistem-sistem komputer surat kabar New York Times."
Serangan-serangan cyber tersebut menyebabkan munculnya masalah di komputer-komputer surat kabar AS itu, bahkan password-password wartawan dan reporter New York Times mengalami perubahan.
Ini bukan pertama kalinya AS menuduh Cina melakukan kejahatan cyber terhadap dirinya, beberapa tahun lalu Washington juga kerap mengeluarkan tuduhan-tuduhan yang sama.
Tahun 2012 sebuah laporan yang dikeluarkan Komisi Urusan Ekonomi dan Keamanan Cina-AS di Kongres mengklaim bahwa militer Cina mencurahkan perhatian lebih atas informasi di dunia internet.
Laporan itu juga mengatakan bahwa Cina saat ini mengalami kemajuan pesat di bidang produksi perangkat keras komputer dan perlengkapan komunikasi. Poin yang perlu diperhatikan adalah, laporan setebal 136 halaman tersebut mengatakan, sebagian perusahaan ekonomi Cina bekerjasama dengan sejumlah negara lain sedang sibuk memberikan pelayanan teknologi dan riset bagi Pasukan Pembebasan Rakyat Cina (PLA). (IRIB Indonesia/HS)
Seminars On Islamic Human Rights: Hipokrasi HAM Barat
Islam mempunyai ajaran tentang HAM yang original dan bersifat universal. Islam juga menganjurkan umatnya untuk toleran terhadap umat lain dalam rangka tercapainya keadilan bersama. Umat Islam diwajibkan memenuhi dan menghormati hak asasi manusia. Ironisnya banyak pelanggaran HAM terjadi di dunia Muslim dilakukan oleh Barat, tetapi umat Islam di tuntut untuk memenuhi piagam HAM yang berasal dari Barat. Saat penyusunan piagam HAM umat Islam tidak diminta pendapatnya, bagaimana mungkin sifat universal HAM bisa diterapkan dalam dunia Islam.
Kita didekte oleh media Barat untuk menghormati hak kekayaan seperti karya musik dan film dalam CD, tetapi hak hidup dan martabat orang Islam tidak pernah dihormati. Karena intruksi Obama lebih dari 3000 korban drone AS di Afganistan dan Pakistan terus terjadi. Kita tidak diberi tahu identitas para korban, karena mereka langsung dibunuh di tempat tanpa proes peradilan. Pertanyaan ini diajukan Dr. Massoed Sadjareh (Dir. Islamic Human Right Commission, London) dalam seminar di Sucofindo Building (Jl. Raya Pasar Minggu-Pancoran) pada sesi pertama dengan tema "Human Rights on Muslim World" Ahad, 13/1.
Pembicara lain dari Islamic Center Washington, Dr. Imam Muhammad Asi mengatakan kesalahan umat Islam adalah melihat kerangka ajaran Islam yang luas dengan kaca mata Barat. Konsekuensinya, banyak makna tereduksi, seperti insan diterjemahkan hanya human being. Banyak kalangan Islam tidak peduli dengan ketertindasan umat Islam lain karena lamanya umat Islam dijajah secara fisik dan mental, membuat umat Islam menjadi tidak percaya diri pada kasanah Islam yang kaya. "Allah akan mengujimu dengan rasa takut yang proporsional, ini bukan rasa takut yang mencekam yang terjadi saat rasa takut secara psikologis, hingga tak mampu menyampaikan kebenaran." Muhammad Asi memberi contoh tentang Nabi Musa as yang pernah merasa takut terhadap Firaun. Namun kemudian datang wahyu dari Allah, kepada Musa dan saudaranya Harun, "Kalian jangan takut!"
Memetik hikmah dari cerita Nabi Musa itu menurut Al Asi, "Disini kita umat Islam Jangan takut, kebenaran itu harus diungkapkan," ujarnya memberi semangat hadirin. "Apalagi persoalan kini, menurut Al Asi, para konspirator dibantu media ingin memberi paradigma palsu bahwa Islam itu identik dengan teroris." "Kita diharapkan untuk percaya bahwa karena Orang Islam itu sesungguhnya yakin dengan kebenaran, dengan keadilan dengan cara cara barbarian, dengan kekerasan,"ujarnya .
"Umat Islam, menurut Al Asi, tidak mempunyai kemampuan untuk meluruskan dan mengcounter pendapat yang salah itu." "Kita diberi stempel sebagai Frankenstein tokoh jahat dalam cerita fiksi. Diberikan gambaran bahwa contohnya Muslim Iran telah menginvasi dan melakukan kekerasan," ujarnya.
Semua gambaran buruk Muslim, misalnya di Iran melakukan hal-hal yang zalim di seluruh dunia, menurut Al Asi, tentunya semua orang tahu, " ini bukan hal yang benar." Karena sungguhnya negara adidaya yang melakukan pembunuhan di Pakistan, di Afghanistan atas nama melawan teroris. "Negara adidaya terutama Amerika Serikat dan Inggris, melakukan tindakan genocide terhadap orang-orang Palestina. Mereka memberikan Israel akses terhadap perkembangan persenjataan yang memungkinkan ini semua terjadi," ujarnya.
Amerika Serikat, menurut Al Asi mempunyai perusahaan transnasional di seluruh dunia. Mencuri akses sumber daya alam dari tangan orang-orang Muslim. "Sehingga dunia Islam dirampas sumberdayanya. Populasi kita menjadi pengungsi," katanya. Karena itulah, menurut Al Asi umat Islam jangan takut ntuk menyuarakan kebenaran. "Kita ini semua mampu menyampaikan kebenaran. Namun kita telah terbelenggu, sehingga tidak berani mengungkapkan kebenaran. Mana suara kita menyuarakan kebenaran!
Al Asi, 62 tahun adalah Imam terpilih Pusat Islam di Washington (Islamic Centre of Washington), Amerika Serikat. Pria kelahiran Grand Rapids, Maryland ini selama 30 tahun dicegah masuk ke Suriah karena menentang rezim Assad. Sejak 2001 juga ditangkal pergi Haji ke Mekah oleh Pemerintah Saudi Arabia, karena kritiknya kepada Kerajaan Saudi Arabia yang mendukung Amerika Serikat. Belakangan Inggris juga melarang pria ini masuk negeri Uncle Jack, karena ceramah dan tulisannya yang pedas dan dianggap anti Yahudi. "Saya juga diperiksa beberapa jam bila masuk kembali ke Amerika Serikat dari luar negeri," ujarnya usai seminar.
Pada usia 11 tahun dia pindah ke Lebanon, sekolah dan belajar Bahasa Arab di University of Lebanon. Pada tahun 1973 dia kembali ke Amerika Serikat masuk University of Marylan dan meraih sarjana Politik dan Pemerintahan pada 1979. Di Washington dia mengajarkan isi Quran dan menulis tafsir dalam bahasa Inggris. Pada 1981 terpilih menjadi Imam masjid di Washington, namun pada 1983 dia diusir dari Islamic Centre Washington atas desakan pemerintah Saudi Arabia. Tetapi dia tetap mengajar dan salat Jumat berjamaah di jalanan di depan Islamic Centre Washington bersama pengikutnya.
Al Asi datang bersama rombongan yang tergabung dalam Universal Justice Network (UJN) ke Indonesia sejak sepekan lalu untuk kegiatan dan kampanye hak asasi manusia. Dia sempat bertemu dengan para pengungsi Sampang di Madura, Jawa Timur, serta ulama dan pemerintah setempat. Di Jakarta tim itu bertemu dengan Dewan Pertimbangan Presiden, dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat pegiat hak asasi manusia.
Pembicara pada sesi pertama lainya Dr. Rifai Hasan (Paramadina) dan dari PP Muhammadiyah. Pada sesi kedua dengan tema "Human Rights Cases in Muslim World and Strengthening Cooperation Among NGOs" disampaikan oleh pembicara lain, dr. Jose Rizal Jurnalis (MERC), mengatakan umat Islam harus mempelajari undang-undang Internasional dan waspada konspirasi gobal zionis, mereka membangun mind control, kita juga membangun mind control, dan yang terpenting kita tidak boleh terjebak pada masalah-masalah kecil dan melupakan masalah yang besar.
Seminar iini diselenggarakan dengan kerjasama PP Muhammadiyah, MERC, Universal Justice Network (UJN), PAHAM, Universalia Legal Aid, Voice of Palestine (VOP), Citizen International, IHRC (Islamic Human Right Commission). Sekitar 200 peserta datang dari berbagai kalangan.
Mengenal Cendekiawan Kontemporer Iran, AyatullahJavadi Amoli
Ayatullah Abdollah Javadi Amoli lahir pada tahun 1933 di sebuah kota yang indah dan subur bernama Amol, di kawasan utara Iran. Ayahnya adalah Mirza Abul Hasan dan kakeknya adalah Mulla Fathullah Amoli, ulama yang dikenal sebagai mubalig di kota itu. Ayah dan kakek ulama besar ini aktif bertablig di tengah masyarakat di zaman rezim Reza Khan yang dikenal anti agama. Mengikuti jejak ayah dan kakeknya, Abdollah juga terjun menggeluti ilmu agama. Setelah merampungkan jenjang pendidikan dasar, pada tahun 1946, Abdollah masuk ke sekolah agama hauzah ilmiah di kota Amol. Dia berguru kepada sejumlah ulama termasuk ayahandanya sendiri, Hujjatul Islam Mirza Abul Hasan Javadi Amoli, dan sejumlah ulama lainnya. Sang ayah yang meyakini bahwa belajar tanpa penyucian jiwa tidak ada gunanya, menitipkan Abdollah kepada seorang ulama yang dikenal takwa dan zuhudnya. Mengenang gurunya ini, Ayatullah Javadi Amoli bercerita, "Manusia ilahi itu telah membuatku mengecap lezatnya ilmu-ilmu Ilahi. Sejak awal jenjang pendidikan beliau mengajarkan kepadaku makrifat Allah."
Tahun 1950, Abdollah muda meninggalkan kota kelahirannya dan pergi ke Tehran untuk melanjutkan pendidikan agama di hauzah ilmiah Marvi di kota itu. Di hauzah yang baru, dia mempelajari fiqih, ushul, tafsir, filsafat, kalam dan mantiq dengan tekun. Pendidikan tinggi hauzah untuk mata pelajaran fiqih dan ushul didapatkannya dengan mengikuti kuliah Ayatullah Mohammad Taqi Amoli. Tahun 1955, setelah lima tahun berada di hauzah Tehran, Javadi Amoli hijrah ke kota Qom. Di sana dia menimba ilmu dari para ulama besar seperti Ayatullah al-Udzma Boroujerdi, Ayatullah Sayid Mohammad Mohaqqeq Damad, Imam Khomeini dan Allamah Thabathabai. Di madrasah Hojjatiyeh di kota Qom, dia berkenalan dan akrab dengan Imam Musa Sadr yang kelak menjadi tokoh besar dalam perjuangan rakyat di Lebanon.
Kecerdasan yang mengagumkan dalam memahami ilmu-ilmu logika dan filsafat membuat Javadi Amoli nampak menonjol di antara murid-murid Allamah Thabathabai, filsuf besar Muslim kontemporer. Sampai sang guru meninggal dunia, Javadi Amoli selama 25 tahun dengan setia menyertainya dan menimba ilmu darinya. Tapi dari sekian banyak guru yang berjasa baginya, Imam Khomeini punya keistimewaan tersendiri. Mengenai pelajaran yang disampaikan Imam Khomeini, Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, "Setelah meninggalkan Tehran dan ketika tiba di Qom, mata kuliah ushul yang disampaikan Imam Khomeini banyak diminati oleh para santri. Beliau menyampaikan materi ushul fiqih secara argumentatif layaknya ilmu filsafat. Kata-kata seseorang tentu mewakili pemikirannya. Kata-kata yang argumentatif menunjukkan bahwa pembicaranya adalah orang yang bijak. Dalam mengajar Imam Khomeini memberikan kebebasan kepada murid untuk independen, dan beliau sendiri adalah contoh dari seorang manusia yang bebas dan independen. Murid tidak hanya kagum kepada ilmu Imam Khomeini saja tetapi juga terkesan dengan kekuatan berpikir, kebebasan, jiwa yang tinggi dan kebijaksanaan beliau."
Setelah merampungkan jenjang pendidikan tingkat tinggi Ayatullah Javadi Amoli memfokuskan diri untuk mengajar dan menulis materi-materi ilmu agama. Beliau mengajarkan ilmu-ilmu logika dan filsafat dari jenjang dasar sampai jenjang tertinggi. Selain itu, beliau juga mengajar tafsir al-Quran, ushul fiqih, dan irfan. Tak hanya mengajar dan menulis, Ayatullah Javadi dikenal sebagai ulama dengan ketakwaan yang tinggi. Beliau selalu berpesan kepada semua orang terutama anak didiknya untuk tekun dan serius dalam mensucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya, niat ikhlas dalam bertablig ibarat senjata yang sangat diperlukan oleh seorang santri dan ulama. Beliau berpesan kepada kita untuk selalu akrab dengan kitab suci al-Quran dan hadis. Sampai saat ini, sudah lebih dari 60 tahun beliau mengajar ilmu agama, mulai dari saat berada di hauzah Tehran hingga kedatangannya ke kota Qom.
Selain aktivitasnya di dunia ilmu dan pendidikan, Ayatullah Javadi Amoli juga terlibat dalam perjuangan politik dan sosial. Beliau termasuk salah satu tokoh perjuangan melawan rezim Pahlevi. Bersama dengan rekan-rekan seperjuangan, beliau menyebarkan pemikiran Imam Khomeini akan Islam dan kebebasan ke tengah masyarakat. Akibatnya, berkali-kali beliau dilarang memberikan ceramah dan kuliah.
Setelah kemenangan revolusi Islam tahun1979, Javadi Amoli mendapat instruksi dari Imam Khomeini untuk duduk sebagai hakim. Selain itu, beliau juga diangkat menjadi salah satu anggota Dewan Tinggi Peradilan. Ayatullah Javadi Amoli dipercaya warga Mazandaran untuk mewakili mereka di Dewan Pakar Kepemimpinan periode I dan II. Pasca revolusi, Ayatullah Javadi melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri seperti Amerika, Italia, Perancis, Inggris, Jerman, Swiss, Austria, Uni Soviet, Suriah dan Lebanon dalam misi tablig.
Misi paling penting adalah saat beliau membawa surat Imam Khomeini kepada Presiden terakhir Uni Soviet Mikhail Gorbachev tahun 1988. Dalam surat itu, Imam Khomeini mengingatkan pemimpin blok Timur itu bahwa tak lama lagi komunisme akan tumbang. Tahun 2000 Ayatullah Javadi membawa misi dari Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Khamenei ke pertemuan agama di New York.
Tak ada yang meragukan keluasan dan kedalaman ilmu Ayatullah Javadi Amoli. Kebebasan berpikir, keluasan ilmu, kelapangan dada dan kerendahan hatinya dikagumi banyak orang. Meski menguasai berbagai disiplin ilmu, beliau pantang membatasi diri dengan satu pandangan. Sebab untuk mencapai kesimpulan yang baik orang perlu mendengarkan pendapat yang lain lalu menganalisanya. Saat ini Ayatullah Javadi Amoli juga menerima rujukan umat dalam masalah syariat sebagai seorang marji taqlid.
Ayatullah Javadi Amoli banyak mengkritisi karya-karya dan pandangan keilmuan para ulama dan cendekiawan masa lalu maupun masa sekarang. Tulisan-tulisannya sangat halus dan sopan, meski dalam posisi mengkritisi pandangan orang lain. Kesopanan dan perangainya yang santun itu dikenal oleh semua orang. Sampai saat ini karya-karya Ayatullah Javadi Amoli yang sudah terbit tercatat lebih dari 90 judul buku dalam lebih dari 130 jilid. Diantara karya beliau adalah Tasnim, yaitu kitab tafsir al-Quran yang dicetak dalam 23 jilid. Karya ini masih berlanjut dan diperkirakan akan selesai sampai 80 jilid. Buku lainnya yang terkenal Rahiq-e Makhtum, syarah kitab Asfar dalam ilmu filsafat, dan kitab Zan dar Aiyeneh-e Jalal va Jamal.
Para ilmuan biasanya mengenalkan buah pemikiran lewat karya-karya yang mereka tulis. Ayatullah Javadi Amoli adalah salah seorang ulama besar yang punya keahlian dalam menuliskan pemikirannya untuk dimanfaatkan para pencinta ilmu. Dengan menilik karya-karyanya kita akan mendapatkan bahwa filsuf besar ini sangat peduli untuk mengajak manusia mengenal jatidiri masing-masing. Sebab manusia adalah makhluk yang hakikatnya mempunyai berbagai dimensi yang agung.
Dalam satu hadis Nabawi disebutkan bahwa orang yang mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Para ulama mengatakan bahwa untuk mengenal manusia, semua kulit luar yang ada harus disingkirkan sehingga hakikatnya akan nampak di depan mata. Dengan persepsi yang demikian, Ayatullah Javadi berusaha mengenalkan hakikat manusia lewat karya-karyanya untuk para pembaca.
Perempuan adalah wujud yang ciptaan sangat agung. Berbagai agama, madzhab dan ideologi punya pandangan masing-masing terkait hakikat wujud perempuan. Sebagian memandangnya dengan sinis dan menganggapnya sebagai makhluk kerdil yang jauh lebih rendah dibanding kaum pria. Sebagian membawanya kepada jalan yang menyimpang dan tanpa tujuan. Untuk menunjukkan keagungan wanita dalam pandangan Islam, Ayatullah Javadi memberikan judul yang indah untuk bukunya yang membahas tentang perempuan. Judul buku itu adalah, Zan dar Aineye Jalal va Jamal' yang artinya, ‘Keindahan dan Keagungan Perempuan'.
Di bagian awal buku ini, sang penulis menjelaskan kedudukan dan peran wanita seperti yang dijelaskan oleh al-Quran al-Karim. Beliau menyatakan bahwa asal penciptaan laki-laki dan perempuan adalah satu. Secara esensial, tak ada yang melebihkan laki-laki di atas perempuan. Artinya, jika sebagai manusia, laki-laki bisa mencapai puncak kesempurnaan insani tertinggi, perempuanpun punya potensi yang sama. Ayatullah Javadi menegaskan, "Para Nabi menyeru manusia kepada tiga asas, mengenal asal penciptaan, mengenal hari akhir, dan mengenal nabi. Mereka tidak menujukan seruan dan ajakan hanya kepada kaum pria, tapi sebaliknya mereka juga menyerukan hal yang sama kepada kaum perempuan. Di ayat 108 surat Yusuf, Al-Quran al-Karim lewat lisan Nabi Saw menyatakan, ‘Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru umat manusia kepada Allah'. Seruan ini meliputi semua orang dan tidak dikhususkan hanya kepada kaum laki-laki."
Di bagian lain buku tersebut, Ayatullah Javadi menyinggung ayat 10-12 surat al-Tahrim yang menyebutkan beberapa perempuan sebagai permisalan. Perempuan agung dalam sejarah seperti Maryam putri Imran, Asiah istri Firaun dan lainnya disebut sebagai teladan yang baik untuk ketuhanan. Menurut beliau, keteladanan ini bukan diperuntukkan hanya untuk kaum perempuan tapi juga kaum pria juga diseru untuk meneladani mereka.
Ayatullah Javadi Amoli bukan saja ulama dengan pengetahuan agama yang luas, tapi beliau juga seorang arif dan sufi yang punya mata hati. Menurut beliau, irfan dan sufisme tidak mengajak manusia untuk mengucilkan diri dari masyarakat. Tapi irfan yang benar justeru mengajak manusia untuk terlibat dalam kehidupan sosial dan membimbing orang lain di jalan ini. Untuk menjelaskan masalah ini Ayatullah Javadi menulis buku berjudul ‘Hamaseh va Erfan' yang berarti gelora dan irfan. Dalam buku ini beliau menjelaskan bahwa irfan dan semangat perjuangan adalah dua hal yang berhubungan sangat erat. Diantara yang dibahas dalam buku ini adalah kisah perjuangan Imam Husein di hari Asyura di Karbala. Menurut beliau peristiwa Asyura yang berlangsung kurang dari satu hari dan terjadi di sebuah lokasi kecil telah menjadi peristiwa yang abadi. Sebab, para pelaku kisah ini adalah orang-orang suci yang mengkombinasikan perjuangan heroik dengan irfan yang murni.
Dalam buku lainnya yang membahas tentang perjuangan Imam Husein as, Ayatullah Javadi menyebut peristiwa Asyura sebagai buah dari cara berpikir Imam Husein yang logis dan matang. Dengan berbekal pada prinsip bahwa setiap revolusi mementaskan cara pandang dan pemikiran para pemimpinnya, Ayatullah Javadi menyatakan bahwa pemikiran Imam Husein sebagai pemimpin kebangkitan Asyura bisa dilihat dari perilaku dan kata-kata beliau sepanjang perjalanan ke Kufah atau doa-doa beliau.
Diantara yang menjadi perhatian Ayatullah Javadi adalah masalah pengenalan agama Islam kepada umat manusia sebagai agama yang menjamin kebahagiaan hakiki manusia. Untuk itu beliau menulis buku berjudul Entezare Bashar az Din atau ‘apa yang diharap manusia dari agama'. Di buku ini Ayatullah Javadi menjelaskan bahwa agama Ilahi adalah kumpulan dari hukum Allah, akidah dan ketentuan yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia supaya bisa mengekang hawa nafsu dan memperoleh kebebasannya…
Mengenai akal manusia yang tidak sempurna, Ayatullah Javadi mengatakan, "Akal tidak cukup mampu untuk membimbing manusia kepada kebahagiaan. Untuk berkembang dan mengenal sejumlah hakikat, akal memerlukan bantuan agama. Sebab akal tidak mampu mencerna banyak hal, dan akal juga kesulitan membedakan mana yang hakdan mana yang batil. Agamalah yang membantu akal menafsirkan makna kehidupan, mengenal dunia, mengenal asal penciptaan dan hari akhir."
Ayatullah Javadi meyakini bahwa agama memberikan makna kepada kehidupan manusia. Dengan agama, kehidupan akan keluar dari kenihilan dan kesia-siaan. Secara naluriah, manusia memiliki sederet pertanyaan di benaknya yang memerlukan jawaban. Dari manakah aku datang? Untuk apa aku berada di dunia ini? Ke manakah aku akan pergi? Agama menjawab pertanyaan-pernyataan seperti ini. Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, "Secara jujur harus dikatakan bahwa akal manusia tidak bisa memberikan jawaban yang benar akan pertanyaan-pertanyaan ini. Karena itu, pertanyaan-pertanyaan ini masih ada dan manusia tidak pernah bisa memahami makna kehidupan dengan baik." Dengan menjelaskan awal penciptaan dan filosofis penciptaan manusia, agama memberikan makna kepada kehidupan.
Ayatullah Javadi dalam kitab Entezare Bashar az Din menjelaskan bahwa kehidupan sosial manusia harus diatur dengan hukum agama dan Ilahi. Sebagai makhluk sosial yang cenderung hidup bermasyarakat, manusia memerlukan kehadiran undang-undang yang mengatur kehidupan sosial. Undang-undang itulah yang mencegah terjadinya kekacauan dan semua orang harus tunduk dan mentaatinya. Tentunya, undang-undang dan aturan akan sempurna jika pembuat aturan itu mengenal segala seluk beluk manusia dan kehidupannya. Sementara, kepatuhan kepada undang-undang dan aturan itu akan terjamin ketika manusia menyadari bahwa pembuatnya adalah wajib ditaati. Untuk itulah para nabi ke tengah umat manusia sebagai pembawa pesan dan undang-undang Ilahi serta mengajak mereka untuk mematuhi Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Susan Carland: Islam Begitu Damai, Begitu Egaliter!
Sebelum memeluk agama Islam, saya kira saya hanyalah seorang anak muda biasa. Saya keluar bersama teman-teman, dan saya melakukan seperti apa yang dilakukan oleh kebanyakkan remaja sebaya saya. Saya senang sekali pergi ke konser. Saya pergi ke sekolah tinggi, saya hanyalah orang biasa. Semua terjadi biasa saja sehingga saya melangkah kaki ke universitas dan di sini saya mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam.
Mengapa Islam?
Ketika berusia 17 tahun, saya mulai mempertanyakan diri saya; mengapa saya mempercayai apa yang saya yakini saat ini. Adakah saya mempercayainya karena dibesarkan untuk mempercayai seperti itu, atau karena saya memikirkan bahwa memang keyakinan itu sebagai kebenaran?
Saya akhirnya memutuskan untuk melihat agama-agama lain. Keinginan ini muncul pada tahun baru. Saya ingin melihat Judaisme, dan hal-hal yang sama. Saya tidak berminat langsung untuk memeluk agama Islam. Ketika saya membaca hal-hal berkaitan dengan Islam, saya menyadari bahwa Islam sangat berbeda dengan apa yang saya pikirkan selama ini. Islam terasa begitu damai, begitu egaliter, dengan penekanan terhadap layanan yang sama kepada wanita, dan sikap yang kuat terhadap keadilan sosial. Saya pikir bahwa Islam merupakan agama para intelektual, malah juga amat spiritual. Islam begitu menarik hati saya.
Beberapa tahun berlalu dan saya mulai melihat agama ini dan mengkajinya secara serius. Pada usia 19 tahun, saya menyadari bahwa inilah agama yang harus saya percayai.
Kehidupan sehari-hari saya tidak berubah sama sekali. Dengan kata lain, keseharian saya berubah secara mendatar saja. Apa yang berbeda ialah saya melakukan shalat lima waktu sehari semalam. Saya menunaikan shalat dengan dedikasi, shalat subuh sebelum matahari terbit dan shalat-shalat lain sepanjang hari. Itulah yang berubah. Saya juga mengenakan kerudung seperti Muslimah lain.
Dengan kata lain, saya tidak merasa saya melakukan perubahan besar. Saya masih orang yang sama. Saya masih menyenangi hal-hal yang sama. Saya masih memiliki teman-teman yang sama seperti dulu, saya juga mempunyai teman-teman baru yang saya dapati selepas memeluk agama Islam, ada yang muslim dan ada yang tidak.
Hijab
Kami tinggal dalam masyarakat dimana wanita seringkali dijadikan objek. Berapa kali kita membuka televisi atau melewati papan iklan dimana wanita setengah telanjang dijadikan objek untuk menjual spaghetti,sikat gigi,permadani atau apa saja. Dengan mengenakan hijab, wanita-wanita ini menyuarakan bahwa mereka bukan bagian dari lingkaran itu dan saya ingin dipandang karena pikiran saya bukan karena dada atau berapa panjang kaki saya atau jenis rambut apa yang saya miliki, atau yang semisalnya. Tuhan telah memilih wanita dalam masyarakat ini untuk menjadi pembawa bendera atau duta untuk Islam, dan saya mendapati hal ini begitu menarik sekali karena Tuhan telah memilih wanita untuk peran itu bukan lelaki.
Datang bersama-sama
Saya pikir ada stereotip bagi umat Islam. Kebanyakan orang akan berasumsi bahwa saya tertindas/teraniaya atau saya tidak bisa berbahasa Inggris atau mereka menyangka suami saya teroris, atau yang seperti itu. Seandainya terdapat stereotip negatif berkaitan Muslim di luar sana, mereka akan menyalahkan umat Islam. Mereka sudah tentu tidak akan memikirkan atau mengaitkan perkara-perkara buruk terhadap kita andai saja umat Islam tidak melakukan perkara yang salah.
Muslim haruslah memiliki pikiran yang terbuka dan mengikuti dialog-dialog yang tidak mengancam, serta menyambut non Muslim di masjid-masjid dan mengenalkan mereka kepada Islam. Karena selagi terdapat pikiran tertutup maka keadaan akan terus seperti yang ada.
Hanya suatu hal sederhana seperti bertegur sapa dengan tetangga, atau orang yang duduk bersisian dengan anda di tempat kerja atau dengan wanita yang duduk dengan anda di dalam bus, anda hanya perlu beraksi normal dan ramah. Melakukan hal-hal sederhana sedemikian bisa mengubah anggapan orang terhadap Islam.
Bagaimana Perilaku Rasulullah Saw Terhadap Penganut Agama Lain?
Akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Saw masih belum banyak diketahui oleh para pengikutnya. Jujur saja, dengan kadar ketidaktahuan kita tentang akhlak beliau, sejauh mana perilaku kita sehingga layak disebut sebagai seorang muslim sejati?
Menurut laporan Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA), Pusat Studi dan Konsultasi Agama memberikan teks tanya jawab tentang pribadi Rasulullah Saw kepada situs ini sebagai berikut:
Pertanyaan: Bagaimana sikap dan perilaku Rasulullah Saw terhadap para penganut agama Kristen, Yahudi dan lain-lainnya?
Jawab: Rasulullah Saw penuh dengan rasa kasih sayang dan kelembutan. Sehingga beliau dijuluki oleh Allah dengan "Rahmatan Lil Alamin". Kasih sayang beliau ini tidak khusus hanya untuk kaum Muslimin saja. Sebagaimana beliau benar-benar berusaha membimbing dan mengarahkan penduduk Mekah dan penyembah berhala, beliau juga melakukannya untuk para Ahli Kitab. Di dalam al-Quran disebutkan, "beliau sangat menginginkan untuk mengarahkan dan membimbing masyarakat" dan hal ini merupakan satu di antara kasih sayang beliau yang sangat menonjol bagi penduduk dunia.
Sikap manusiawi dan kasih sayangnya kepada orang lain telah mendahului yang lainnya. Perilaku baik dan santun Rasulullah Saw kepada orang-orang Kafir ini bahkan diakui juga oleh para musuh-musuhnya. Namun sebagian ahli sejarah Eropa dan ahli sejarah Timur pendengki mengklaim bahwa sikap manusiawi Rasulullah terkait pada masa ketika Islam masih lemah dan tidak punya cara lain selain berdamai dan bersikap lembut.
Sebagai contoh, akan kami sebutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa ketika Islam mampu mengalahkan kekuatan musuh dan dengan kekuatan penuh Rasulullah Saw mampu menguasai keadaan.
1. Menyikapi orang kafir dan musyrik
a. Imam Shadiq as berkata, "Dalam perang ‘Dzat ar-Riqa' Rasulullah Saw berada di tepi lembah berhenti di bawah sebuah pohon. Seketika itu datang banjir dan memisahkan beliau dari para sahabatnya.
Seorang musyrik tahu bahwa para sahabat Rasulullah Saw berada jauh dari beliau dan menunggu sampai banjir reda. Musyrik ini kepada teman-temannya berkata, "Aku akan membunuh Muhammad. Ia mendatangi Rasulullah dan mengangkat pedangnya seraya berkata:
"Hai Muhammad! Siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari cengkeramanku?"
Rasulullah Saw menjawab:
"Allah, Tuhanku dan Tuhanmu!"
Pada saat itu malaikat Jibril melemparkan sang musyrik ini dari atas kudanya dan ia jatuh terlentang ke tanah. Rasulullah berdiri mengambil pedang itu dan duduk di atas dadanya dan berkata:
"Siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?"
Ia menjawab:
"Ampunan dan kemuliaanmu, wahai Muhammad!"
Rasulullah Saw melepaskannya. Laki-laki musyrik ini bangun berdiri seraya berkata:
"Demi Allah! Engkau lebih baik dan lebih mulia dari aku." (Hamid Reza Sheikhi, Payambare Islam Az Negahe Quran Wa Ahli Bait, Qom Darul Hadits, cetakan ke-3, 1386 Hs, hal 171)
b. Pembebasan Kota Mekah (Fathu Makkah) terjadi pada tahun 8 Hq. Ketika perintah Allah untuk mengokohkan agama Islam dan pendidikan kaum Muslimin terwujud dan Allah telah menguji ketakwaan hati mereka dan di sisi lain kezaliman dan kejahatan kaum Quraisy telah mencapai puncaknya dan tidak segan-segan melakukan segala cara untuk mengingkari kebenaran Islam, dengan kehendak-Nya Allah memberikan kegembiraan kepada nabi-Nya Muhammad Saw dan para sahabatnya berupa pembebasan kota Mekah dan membersihkan Ka'bah dari berhala dan kemusyrikan serta mengembalikan Mekah pada kondisi aslinya.
Hari pembebasan kota Mekah merupakan sebaik-baiknya kesempatan bagi Rasulullah untuk membalas dendam. Karena pada suatu masa Rasulullah Saw bersama para sahabatnya menahan pelbagai macam kedengkian musuh-musuhnya. Kaum Quraisy mencaci maki beliau, mengancam dan meletakkan duri-duri di tengah jalan tempat beliau lewat, mereka menjuluki beliau dengan sebutan-sebutan yang buruk bahkan menyebutnya sebagai tukang sihir, kadang menyebutnya sebagai orang gila kadang sebagai penyair. Namun ketika hari pembebasan kota Mekah Rasulullah Saw menghadap mereka seraya berkata:
"Wahai orang-orang Quraisy! Bagaimana pendapat kalian? Apa yang harus aku lakukan untuk kalian?"
Dalam kondisi takjub dan ketakutan, orang-orang Quraisy menjawab:
"Kami mengharap kebaikan dari Anda. Karena Anda adalah saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia!"
Rasulullah Saw berkata:
"Sesungguhnya aku akan berkata kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, hari ini tidak ada cacian dan celaan buat kalian, pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan!" (Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, Beirut Dar as- Shadir, tanpa tahun, jilid 2, hal 60. Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh, Beirut, Daru shadir-Daru Beirut, 1965, jilid 2, hal 243)
2. Menyikapi Orang Yahudi dan Nasrani
a. Sikap manusiawi dan perilaku santun Rasulullah Saw tidak berbeda baik kepada Kafir maupun Muslim, teman maupun musuh, diri sendiri maupun orang lain. Kasih sayang beliau bak awan yang menghujani sahara dan padang rumput secara sama. Namun Yahudi benar-benar membenci beliau. Setiap peristiwa sampai ketika terjadinya perang Khaibar satu persatu sebagai saksi akan perkara ini.
Contohnya, di sebuah pasar seorang Yahudi berkata:
"Demi Zat yang telah memberikan kelebihan kepada Musa atas semua nabi!"
Salah satu sahabat Rasulullah Saw mendengarnya dan tidak bisa menahan perasaannya. Akhirnya kepada sang Yahudi itu ia bertanya:
"Apakah ia juga lebih tinggi kedudukannya dari Muhammad?"
Yahudi menjawab, "Iya."
Karena saking marahnya, sahabat itu menampar sang Yahudi.
Mengingat musuh juga mempercayai keadilan dan kemuliaan akhlak Rasulullah, Yahudi ini langsung pergi menemui Rasulullah Saw mengadukan sahabat tersebut. Rasulullah saw memarahi dan menyalahkan sahabat tersebut. (Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan pertama, 1418 Hq, jilid 4, hal 164)
b. Putra salah seorang Yahudi menderita sakit. Rasulullah Saw menjenguknya dan mengajaknya untuk memeluk Islam. Ia memandang ayahnya sepertinya meminta izin dari ayahnya. ayahnya berkata:
"Terimalah apa yang dikatakan oleh beliau kepadamu!"
Akhirnya ia masuk Islam.
Banyak riwayat tentang masalah ini bahkan Rasulullah menganjurkan untuk menyambangi orang Yahudi dan beliau sendiri juga senantiasa melakukannya. (Mohammad Taqi Falsafi, (al-hadis, riwayat pendidikan), Tehran, Daftar-e Nashr-e farhang-e Islami, 1368 Hs, jilid 2, hal 338. Syeikh Hasan Thabarsi, Makarim al-Akhlak, Qom, Nashir Sharif Razi, cetakan ke-4, 1370 Hs, hal 359)
3. Sikap damai Rasulullah terhadap Munafikin
Keberadaan orang-orang Munafik di Madinah pada hakikatnya lebih memberatkan kaum Muslimin daripada keberadaan orang-orang Musyrik dan Yahudi di Mekah. Namun sikap mulia Rasulullah kepada Munafikin sama seperti sikap beliau kepada yang lainnya. Sebagai contoh, sikap Rasulullah di hadapan pelbagai pengkhianatan dan penghinaan yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubai bin Sallul, gembong Munafikin. Salah satu penghinaan yang dilakukannya terhadap Rasulullah adalah di perang Bani Mushthaliq.
Kisahnya begini, pada bulan Rajab tahun 6 Hq dikabarkan kepada Rasulullah Saw bahwa orang-orang Bani Mushthaliq dari suku Khaza'ah sedang bersiap-siap akan memerangi kaum Muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah bersama pasukannya memasuki sebuah daerah bernama Muraisi'. Setelah bertempur dengan Bani Mushthaliq dan 10 orang dari mereka terbunuh, akhirnya mereka menyerah. Dalam perang ini, ikut serta Abdullah bin Ubai dan Munafikin lainnya. Orang-orang Munafikin ini ingin melakukan adudomba dan perpecahan di tengah-tengah pasukan Rasulullah Saw.
Dua orang sahabat Rasulullah, yang satu Muhajir bernama Jahjah bin Said budak Umar bin Khattab dan satunya lagi dari Anshar bernama Sanan Jahni sedang bercakap-cakap ketika menimba air dari sumur. Tiba-tiba seorang muhajir ini kehilangan kontrol dirinya dan menampar seorang anshar dengan keras. Sesuai adat istiadat Jahiliah, masing-masing memanggil sanak kerabatnya. Tiba-tiba pertengkaran mereka berubah menjadi pertengkaran dua kelompok antara Muhajir dan Anshar. Masing-masing kelompok dengan pedang ditangan siap melakukan pertumpahan darah dan perang saudara. Pada saat itu Rasulullah melerai dan menyelesaikan pertengkaran itu.
Gembong Munafikin Abdullah bin Ubai menggunakan kesempatan itu. Ia berbicara di depan kaum Anshar dengan semangat anti kaum Muhajirin dan Rasulullah Saw seraya berkata:
"Orang-orang Muhajir telah menguasai kita. Kita menjadi sahabatnya Muhammad supaya mendapat tamparan? Sepertinya balasan kebaikan adalah kejelekan. Bila kita sudah kembali ke Madinah, akan kita hinakan orang yang mulia..."
Pada saat itu seorang pemuda bernama Zaid bin Arqam marah karena mendengar penghinaan ini. Akhirnya ia bertengkar dengan Abdullah dan berkata, "Kaulah yang terhina, bukan Muhammad Saw. Beliaulah yang mulia..."
Abdullah membentak Zaid dan Zaid pun pergi menemui Rasulullah Saw dan menceritakan fitnah yang dikobarkan oleh Abdullah bin Ubai.
Karena demi kemaslahatan, Rasulullah Saw tidak mengiyakan kata-kata Zaid. Umar bin Khattab mengajukan usul kepada Rasulullah Saw untuk memberangus Abdullah dengan perantara tangan seorang Anshar. Namun Rasulullah tidak menerima dan berkata:
"Pada saat seperti ini, para penyebar isu-isu akan mengatakan bahwa Muhammad membunuh sahabatnya sendiri."
Rasulullah Saw mengklarifikasi kejadian itu kepada Abdullah dan ia tidak mengaku serta mendustakan laporan Zaid.
Rasulullah Saw memerintahkan untuk bergerak. Usaid bin Hadhir pemuka kaum Khazraj menemui beliau dan berkata:
"Anda tidak seperti biasanya mengeluarkan perintah dalam kondisi cuaca sangat panas."
Rasulullah Saw bersabda:
"Apakah kamu tidak mendengar ucapan Abdullah? Apa yang dikatakannya?"
Saat itu pasukan muslim belum sampai di Madinah atau menurut sebuah riwayat, baru saja tiba di Madinah, turunlah wahyu Allah membenarkan ucapan Zaid bin Arqam dan mempermalukan Abdullah. Turunlah surat "Munafiqun" dan benar-benar menyerang gerakan orang-orang Munafik dan membongkar kedok Abdullah. (Thabarsi, Majma' al-Bayan Fi Tafsir al-Quran, Tehran, Nasir Khosrou, cetakan ke-3, 1372 Hs, jilid 10, hal 442. Diyar Bakri, Tarikh al-Khamis Fi Ahwali Anfusinnafis, Beirut, Daru Shadir, tanpa disebutkan tahunnya, jilid 1, hal 470)
Ayat-ayat Munafikin yang turun terkait masalah ini antaralain:
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Munafiqun: 1-2)
"Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." (QS. Munafiqun: 7-8)
Dengan turunnya ayat-ayat ini maka terbongkarlah kedok Munafikin khususnya gembong mereka yatitu Abdullah bin Ubai. Sejumlah orang kepadanya berkata, "Pergilah menemui Rasulullah dan mintalah maaf supaya beliau mendoakan dan memaafkanmu!"
Dengan marah ia menjawab, "Kalian katakan, jadilah seorang muslim! Aku sudah menjadi seorang muslim. Kalian katakan, bayarlah zakat! Aku sudah telah membayar zakat. Sekarang kalian mengatakan hendaknya saya bersujud di hadapannya! Aku tidak akan melakukannya!"
Al-Quran terkait masalah ini berkata, "Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri." (QS. Munafiqun: 5)
4. Mengasihi para budak
Akhlak dan perilaku Rasulullah Saw terhadap para budak sama seperti akhlak dan perilaku beliau kepada orang-orang merdeka. Berkali-kali terjadi para budak yang mengabdi kepada beliau dan berperang bersama beliau telah dibebaskan oleh Rasulullah. Namun mereka sendiri tidak mau menjauh dari jamuan rahmat dan kasih sayang Rasulullah. Oleh karena itu mereka meninggalkan ayah, ibu dan keluarganya dan selama seumur hidupnya mereka mengabdi kepada Rasulullah Saw.
Sebagai contoh, Zaid bin Haritsah seorang budak yang telah dibebaskan oleh Rasulullah Saw. Ayahnya datang untuk membawanya pulang. Namun Zaid lebih memilih naungan kasih sayang penyelamat umat manusia daripada naungan kasih sayang ayahnya sendiri.
Rasulullah Saw senantiasa mengajurkan untuk berbuat baik kepada para budak dan berkata:
"Berilah makan mereka sebagaimana yang kalian makan dan berilah mereka pakaian sebagaimana yang kalian pakai dan jangan menyiksa hamba Allah." (Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, Beirut, Muassasah al-Wafa' 1404 Hq, jilij 71, hal 140)
5. Kasih sayang Rasulullah Saw kepada hewan
Meskipun Rasulullah terkenal sebagai pemberani yang tidak ada tandingannya, namun beliau sangat lembut dan menyayangi hewan-hewan. Beliau mudah menangis. Beliau telah menghapus kekerasan dan kezaliman terhadap hewan-hewan yang telah lama menjadi kebiasaan bangsa Arab. Beliau menghapus adat buruk bangsa Arab yang selama ini memasang kalung di leher onta menghapus kebiasaan jahiliah makan daging hewan yang masih hidup tanpa disembelih. (Muslim, Shahih Muslim, Beirut Darulfikr, tanpa disebutkan tahunnya, bab Zinat, jilid 6, hal 135)
Syadad bin Aus berkata, "Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat baik pada segala sesuatu. Oleh karena itu, bila kalian menyembelih hewan, maka sembelihlah dengan cara Islam bahkan tajamkan pisaunya supaya tidak menyiksa hewan korban." (Muslim, Shahih Muslim, Beirut Dar al-Fikr, tanpa tahuna, bab al-Amr Ihsan ad-Dzibh, jilid 6, hal 77)
Ini adalah sebagian kecil dari sisi kesabaran dan ampunan Rasulullah Saw. Beliau adalah sumber kasih sayang yang sama bagi teman maupun musuh, Kafir maupun Muslim, laki-laki maupun perempuan , merdeka maupun budak, manusia maupun hewan.
Suatu hari seseorang menemui Rasulullah Saw dan minta agar beliau berdoa buruk. Karena permintaan ini tidak sesuai dengan akhlak dan karakter Rasulullah, maka beliau berkata:
"Aku tidak datang ke dunia untuk mengutuk tapi aku ditetapkan dan diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Rasulullah mengumumkan pesan kepada semua penghuni alam:
"Janganlah membenci dan mendeki dengan sesama. Janganlah hasud dengan sesama. Janganlah mengkhianati sesama. Kalian semua adalah hamba Allah dan bersikaplah sebagai saudara satu sama yang lainnya." (Bukhari, lama, bab al-Hijrah, jilid 4, hal 252)