کمالوندی

کمالوندی

Dikabarkan kepada Rasulullah Saw bahwa para lelaki kaum Azhfan bersiap-siap menyerang Madinah. Rasulullah Saw mengirim pasukannya sebanyak 450 ribu orang untuk mengahadapi musuh. Mendengar berita ini, pasukan musuh merasa ketakutan dan bersembunyi di balik gunung-gunung sekitar Madinah.

Seketika itu juga hujan deras turun dan basahlah pakaian Rasulullah Saw. Rasulullah menjauh dari pasukannya dan menuju ke sebuah pohon. Untuk mengeringkan pakaiannya, beliau mendekati sebuah pohon, kemudian melepaskan pakaiannya dan menghamparkannya di atas pohon dan beristirahat di bawahnya.

Dari atas gunung musuh mengintai perilaku Rasulullah Saw. Salah satu dari pasukan musuh turun pelan-pelan dari gunung. Ia berdiri mendekati Rasululah Saw yang sedang beristirahat di bawah pohon dan berteriak, "Sekarang siapakah yang akan menjaga kamu dari pedangku?!"

Dengan suara keras dan penuh keyakinan Rasulullah menjawab, "Allah!"

Kata-kata ini diucapkan begitu tegas sehingga membuat musuh gemetaran dan tanpa sadar pedangnya jatuh.

Seketika itu juga Rasulullah Saw mengambil pedang dan berkata, "Siapakah yang akan menjaga kamu dari pedangku?"

Lelaki yang sedang gemetaran karena ketakutan itu menjawab, "Ti...ti...tidak seorangpun!"

Rasulullah Saw berkata, "Kalau begitu terimalah ajakanku dan berada di bawah bendera orang yang menjagamu dari segala musibah!"

Akhirnya lelaki itu memeluk Islam karena tertarik oleh kejujuran dan keberanian Rasulullah Saw. Selanjutnya ia membuktikan kesetiaannya kepada Rasulullah dan keberaniaannya di jalan Islam. Ia menerima Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat bukan karena untuk menyelamatkan jiwanya, tapi karena pengaruh ucapan Rasulullah Saw yang betul-betul mengena.

Setelah lelaki itu masuk Islam, Rasulullah Saw mengembalikan pedang itu kepadanya. Namun ia memberikan pedang itu kepada Rasulullah Saw dan berkata, "Anda adalah pemimpin laskar Islam, Andalah yang lebih layak untuk memiliki pedang ini!"

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Alkisah di sebuah rumah dekat hutan hidup tiga ekor kambing, Si Putih, Si Coklat dan Si Hitam. Sepanjang hari mereka selalu bersama. Mereka keluar bermain bersama, makan bersama dan melakukan semua pekerjaan bersama-sama. Sampai pada suatu hari salah satu dari mereka memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya. Hari itu seperti biasa mereka pergi keluar bersama-sama untuk makan. Si Putih membuka pembicaraan. "Aku jenuh dengan gaya hidup kita. Aku ingin membangun rumah sendiri dan hidup terpisah," ujarnya.

Si Coklat memikirkan kata-kata temannya itu. Dalam hati ia berkata, "Pikiran yang baik. Tak ada salahku aku mencobanya." Diapun lalu mengatakan niatnya meniru langkah Si Putih membangun rumah dan hidup terpisah.

Si Hitam yang lebih bijak dibanding kedua temannya angkat bicara dan mengatakan, "Lebih baik urungkan niat kalian itu. Selama ini kita hidup bersama dan baik-baik saja. Kita sehat dan hidup nyaman. Mengapa kalian harus meninggalkan rumah kita yang bagus ini. Ketika bersama, kita bisa bantu membantu menyelesaikan setiap kesulitan yang kita hadapi. Dengan bersama-sama kekuatan kita untuk bisa melindungi diri dari serangan musuh juga lebih besar. Tidak demikian halnya jika kita hidup terpisah dan sendiri-sendiri."

Kata-kata Si Hitam tak mampu membuat Si Putih dan Si Coklat mengurungkan niat mereka untuk hidup terpisah. Ketika masih asyik memakan rumput dan bercakap-cakap, sepintas seseorang yang membawa keranjang besar berisi jerami berlalu di depan mata mereka.

Si Putih berkata, "Aku ingin membuat rumah dari jerami. Akan kubuat rumahku nyaman, indah dan penuh kedamaian." Ia segera mendekati orang itu dan membeli semua jerami yang ada di keranjangnya. Dengan jerami itu, Si Putih mulai mewujudkan impiannya dan membangun sebuah rumah yang indah untuk dirinya. Setelah selesai, ia memandang rumahnya dan berkata, "Hmmm… Indah sekali rumahku. Apalagi aku akan hidup sendiri di rumah ini." Ia pun berpamitan dari kedua sahabatnya dan masuk ke rumahnya yang baru untuk beristirahat. Ia merasa nyaman hidup sendiri.

Si Coklat yang melihat semua itu, memutuskan untuk mengikuti langkah Si Putih. Mendadak matanya tertuju kepada seseorang yang membawa sejumlah kayu di atas punggung untanya. Dalam hati dia berkata, "Aku ingin membangun rumah dari kayu. Tentu akan menjadi rumah yang indah." Iapun mendatangi orang itu dan membeli semua kayunya. Dengan kayu-kayu itu ia mulai bekerja membangun rumah idaman. Setelah selesai ia merasa senang dengan rumahnya yang indah itu. Iapun berpamitan dengan Si Hitam dan masuk ke rumahnya untuk beristirahat. Ia mulai menikmati kesendiriannya di rumah yang baru.

Si Hitam hanya bisa mengelus dada. Ia harus membiasakan diri hidup tanpa kedua sahabatnya. Saat berjalan sendiri, ia berpapasan dengan seseorang yang membawa batubata dalam jumlah yang lumayan banyak. Melihat itu ia memutuskan untuk membangun rumah yang kokoh dari batubata. Ia mendatangi orang itu dan membeli batubata secukupnya. Iapun mulai bekerja sampai rumah yang diinginkannya terbangun. Sejenak ia merasa senang dan puas dengan rumah yang dibangunnya itu. Rumah yang indah dan kokoh. Tapi sayang, katanya dalam hati. Aku hidup sendiri di rumah ini.

Roda waktu terus berputar. Ketiga sahabat itu hidup secara terpisah. Sampai suatu saat seekor serigala buas berbadan besar datang ke tempat itu. Ia melihat tiga rumah yang berdekatan, satu rumah dari jerami, satu dari kayu dan satu lagi dari batubata. Dari balik jendela rumah jerami, ia melihat seekor kambing berwarna putih. "Kambing yang putih dan cantik ini adalah santapanku malam ini," katanya dalam hati.

Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing putih yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"

Si Putih menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Jeramipun beterbangan terkena tiupannya. Rumah Si Putih rusak, dan ia terpaksa lari ke hutan menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing putih itu tak ia temukan.

Serigala mendatangi rumah kedua yang terbuat dari kayu. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna coklat. "Ini dia makananku malam ini," katanya dalam hati.

Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing coklat yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"

Si Coklat menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Serigala yang sudah kesal berkata, "Baiklah. Akan kurusak rumah ini." Iapun mulai merusak rumah Si Coklat. Rumah itupun roboh dan Si Coklat terpaksa lari ke hutan untuk menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing coklat itu tak ia temukan.

Serigala mendatangi rumah ketiga yang terbuat dari batubata. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna hitam. "Nah ini dia makananku yang lezat, kambing hitam yang menawan," katanya dalam hati.

Dia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing hitam yang berbulu bagus. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?" Si Hitam menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Dengan sekuat tenaga serigala berusaha merusak rumah itu. Tapi usahanya sia-sia. Rumah ini terlalu kokoh untuknya.

Serigala yang sangat geram berkata, "Baiklah. Aku akan masuk dari lubang angin." Binatang buas itu naik ke atap rumah Si Hitam. Kambing yang cerdik itu segera mengambil bejana besar dan meletakkannya di bawah lubang angin rumahnya lalu mengisinya dengan air. Kemudian dia menyalakan api untuk memanaskan air itu. Tak lama kemudian air panas sudah tersedia.

Sambil tersenyum, Si Hitam berkata dengan suara keras. "Hai Serigala, silakan turun. Aku menunggumu di bawah lubang angin ini."

Serigala masuk lewat lubang angin dan terjatuh di bejana berisi air panas. Ia menjerit kesakitan dan melolong minta tolong. Si Hitam tertawa lalu menutup bejana itu. Dia kemudian pergi ke hutan mencari kedua temannya. Setelah menemukan Si Putih dan Si Coklat, ia membawa mereka ke rumahnya. Mereka pun kembali hidup bersama di rumah yang kokoh itu.(

Jumat, 18 Januari 2013 21:22

Kurma dari Langit!

Salman al-Farisi termasuk seorang sahabat yang paling dekat dan paling loyal terhadap Rasulullah Saw. Pasca meninggalnya Rasulullah Saw, untuk beberapa waktu Salman hanya di rumaا dan tidak ada seorangpun yang melihatnya. Setelah hari kesepuluh, Salman keluar dari rumahnya.

Ketika melihat Salman, Imam Ali as berkata kepadanya, "Wahai Salman! Pasca wafatnya Rasulullah Saw engkau tidak lagi memperhatikan kami..."

Salman menjawab, "Junjunganku, bukan aku tidak memperhatikan, tapi kesedihan akibat kepergian Rasulullah Saw telah membuatku menyendiri di rumah."

Imam Ali as berkata, "Baiklah, tapi Fathimah as ingin bertemu denganmu. Pergilah ke rumah kami dan ambil hadiah yang telah disimpan untukmu!

Salman al-Farisi kemudian pergi ke rumah Ali dan Fathimah as. Ketika Sayidah Fathimah as melihat Salman, beliau langsung berkata, "Wahai Salman! Engkau sudah tidak memperhatikan kami. Pasca wafatnya Nabi Saw engkau sudah tidak lagi menanyakan keadaan kami."

Salman menjawab, "Wahai kenangan Rasulullah! Demi Allah, tidak demikian."

Sayidah Zahra as berkata, "Sekarang duduklah! Saya akan membawakan hadiah buatmu yang berasal dari surga."

Salman bertanya, "Apakah setelah wafatnya Rasulullah Saw masih ada sesuatu dari surga yang datang kepada Anda?"

Sayidah Zahra as berkata, "Ini baru datang kemarin."

Setelah itu beliau menjelaskan:

"Kemarin kami sedang duduk di rumah dan pintu terkunci. Waktu itu saya tengah berpikir, bagaimana wahyu bisa terputus dan mengapa malaikat sudah tidak datang lagi ke rumah ini. Pada waktu itu tiba-tiba pintu terbuka dan tiga orang perempuan cantik masuk. Saya tidak pernah melihat perempuan secantik mereka sebelum ini.

Saya kemudian bertanya kepada mereka, "Kalian berasal dari Anshar atau Muhajirin?"

Mereka menjawab, "Kami bukan dari Anshar dan bukan pula dari Muhajirin, bahkan bukan penduduk bumi. Kami adalah penduduk langit dan dari golongan malaikat. Allah Swt mengirim kami kepadamu dan kebetulan kami sudah lama rindu ingin bertemu denganmu."

Setelah itu mereka memperkenalkan dirinya dan diketahui bahwa mereka di surga adalah istri Miqdad, Abu Dzar dan engkau (Salman).

Pada waktu itu, Sayidah Zahra as membawakan kurma untuk Salman. Kurma itu lebih putih dari salju dan lebih wangi dari minyak misik. Setelah itu Sayidah Fathimah as berkata, "Berbuka puasalah dengan kurma ini. Keesokan hari bila engkau datang ke sini, tolong bawakan aku bijinya.!"

Salman sungguh takjub dan tentu saja sangat senang. Ia lalu mengambil kurma itu dan keluar dari rumah. Setiap orang yang berpapasan dengannya terpengaruh bau wangi kurma dan bertanya kepadanya, "Apakah engkau punya minyak misik? Betapa wanginya misik milikmu."

Salman berbuka puasa dengan kurma itu, tapi ia tidak melihat bijinya. Keesokan harinya ia pergi menemui Sayidah Fathimah as dan ketika bertemu ia berkata, "Wahai kecintaan Rasulullah Saw! Saya telah memakan kurma itu. Sungguh lezat dan sangat wangi. Tapi tidak ada bijinya, sehingga aku dapat membawanya ke sini."

Sayidah Fathimah as berkata, "Kurma ini tidak memiliki biji. Karena ia tumbuh dari pohon kurma yang tumbuh di Dar as-Salam, sebuah tempat di surga. Bijinya adalah sesuatu yang aku pelajari dari ayahku. Aku setiap hari dan malam pasti mengulanginya."

Salman berkata, "Apakah itu juga akan Anda ajarkan kepadaku?"

Sayidah Fathimah as kemudian mengajarkan doa Nur kepada Salman.

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as.

Berikut ini doa Nur:

 

بِسْمِ اللّهِ النُّورِ بِسْمِ اللّهِ نُورِ النُّورِ بِسْمِ اللّهِ نُورٌ عَلى نُورٍ بِسْمِ اللّهِ الَّذى هُوَ مُدَبِّرُ الاْمُورِ بِسْمِ اللّهِ الَّذى خَلَقَ النُّورَ مِنَالنُّورِ اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذى خَلَقَ النُّورَ مِنَ النُّورِ وَاَنْزَلَ النُّورَ عَلىَ الطُّورِ فى كِتابٍ مَسْطُورٍ فى رَقٍّ مَنْشُورٍ بِقَدَرٍ مَقْدُورٍ عَلى نَبِي مَحْبُورٍ اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذى هُوَ بِالْعِزِّ مَذْكُورٌ وَبِالْفَخْرِ مَشْهُورٌ وَعَلَى السَّرّاَّءِ وَالضَّرّاَّءِ مَشْكُورٌ وَصَلَّى اللّهُ عَلى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ الطّاهِرينَ

Jumat, 18 Januari 2013 21:20

Adab Berdoa Berdasarkan Hadis

Ketika manusia menghadap Allah Swt dengan segala keagungan dan kekuasaan-Nya, ketika manusia menghadapi kesulitan dan kemiskinan, dan ingin mengetuk pintu rahmat Allah memohon nikmat-Nya yang tak terhingga, maka ia harus menghias dirinya dengan tata krama khusus. Hal ini disebut dengan adab berdoa.

 

Ada berdoa dalam hadis dapat dikelompokkan dalam tiga bagian:

1. Adab sebelum berdoa

2. Adab ketika berdoa

3. Adab setelah berdoa

 

Dengan memanfaatkan ayat al-Quran dan hadis kita mengulas lebih jauh tentang tiga adab berdoa ini.

 

Adab sebelum berdoa

Sebelum berdoa ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh manusia:

 

1. Menjauhi makanan haram

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Barangsiapa yang selama 40 hari memakan barang halal, Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya."

Dalam hadis yang lain Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang ingin doanya dikabulkan oleh Allah, maka makanan dan pekerjaannya harus halal."

 

2. Berbaik sangka kepada Allah

Banyak ayat al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menyandarkan dirinya hanya kepada Allah seperti , "... Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ..." (QS. at-Talaq: 3)

Dengan kepercayaan penuh kepada Allah Swt inilah Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau berdoa, maka harus menganggap bahwa hajatmu bakal dikabulkan."

 

3. Memberi sedekah

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sedekah yang diberikan seorang mukmin belum sampai ke tangan peminta, tapi sedekah ini telah sampai di tangan Allah Swt." Setelah itu Rasulullah Saw membaca ayat ini, "Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (QS. at-Taubah: 104)

Dalam al-Quran Allah Swt memerintahkan orang-orang yang beriman di zaman Nabi Muhammad Saw untuk mengeluarkan sedekah sebelum berbicara dengan Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Mujadilah: 12)

4. Memakai wangi-wangian

5. Pergi ke masjid atau menghadapi kiblat

Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as ketika ingin berdoa di waktu Zuhur, pertama beliau memberikan sedekah dan memakai wangi-wangian dan pergi ke masjid dan berdoa di sana.

 

6. Berwudhu

Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang berwudhu dengan baik, melakukan shalat dua rakaat dengan ruku dan sujud yang benar lalu mengucapkan salam dan setelah itu berdoa dengan terlebih dahulu mengucapkan shalat kepada Rasulullah Saw dan keluarganya ..."

 

Ada ketika berdoa

1. Mengucapkan Bismillah di awal doa

2. Mendahulukan pujian kepada Allah sebelum berdoa

3. Mendahulukan shalawat sebelum berdoa

4. Mengakui dosa yang dilakukan

5. Meminta ampun atas dosa yang dilakukan

6. Bertawasul kepada Maksumin

7. Perhatian akan doa yang dibaca

8. Khusyu dan rendah hati dalam berdoa

9. Menyebutkan hajat dalam berdoa

10. Berdoa di tempat sepi

11. Doa bersifat umum

12. Berdoa bersama-sama

13. Mendahulukan orang lain dari diri sendiri

14. Mengangkat tangan ketika berdoa

15. Berdoa dalam sujud

16. Ngotot saat berdoa

17. Perlahan-lahan dalam berdoa

18. Mendoakan orang yang tidak ada

19. Menangis

Hendaknya umat Islam dengan mengikuti al-Quran, Nabi Muhammad Saw, Maksumin as dan ulama dalam segala perbuatan, tidak terkecuali dalam berdoa. Kesibukan manusia mengurusi kehidupan setiap hari terkadang membuat manusia melupakan Allah Swt. Kenyataan ini tanpa disadari manusia melupakan keberadaannya sendiri. Oleh karenanya, memulai pekerjaan dengan Bismillahirrahmanirrahim dapat menumbuhkan dan melindungi pemikiran tauhid dalam diri manusia.

Imam Shadiq as berkata, "Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan Bismillah tidak akan sampai pada kebaikan."

Nabi Saw bersabda, "Doa yang tidak dimulai dengan Bismillah akan tertolak."

Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau ingin berdoa, hal pertama yang harus engkau lakukan adalah memuji keagungan Allah dan bertasbih kepada-Nya, setelah itu mengucapkan shalawat kepada Muhammad Saw dan keluarganya dan pada waktu itu sampaikan hajatmua kepada Allah Swt."

Ketahuilah bahwa sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa sudah selayaknya orang yang berdoa ketika memuji Allah Swt hendaknya menyebut Asma al-Husna.

Dalam al-Quran disebutkan, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab: 56) Sesuai dengan ayat ini, setiap Muslim punya kewajiban untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Imam Shadiq as berkata, "Berusahalah mengucapkan pujian kepada Allah Swt sebelum menyampaikan hajat baik dunia dan akhirat. Setelah itu menyampaikan shalawat kepada Nabi Saw dan keluarganya, kemudian mengakui dosa yang dilakukan baru mulai memohon hajatmua kepada Allah Swt.

Jumat, 18 Januari 2013 21:18

Doa Imam Ali as untuk Hasan dan Husein as

Almarhum Ayatullah Mojtaba Tehrani dalam sebuah ceramahnya tentang doa menyinggung tentang doa Imam Ali as untuk Hasan dan Husein as.

Imam Ali as untuk Hasan as berdoa:

اسْتَوْدِعِ اللَّهَ دِینَکَ وَ دُنْیَاکَ وَ اسْأَلْهُ خَیْرَ الْقَضَاءِ لَکَ فِی الْعَاجِلَةِ وَ الْآجِلَةِ وَ الدُّنْیَا وَ الْآخِرَة (1)

Aku menyerahkan agama dan duniamu kepada Allah Swt. Aku memohon Qadha Ilahi yang terbaik untumu buat sekarang dan akan datang serta untuk dunia dan akhirat.

Dan doa untuk Imam Husein as:

وَ اعْلَمْ أَیْ بُنَیَّ أَنَّهُ مَنْ لَانَتْ کَلِمَتُهُ وَجَبَتْ مَحَبَّتُهُ وَفَّقَکَ اللَّهُ لِرُشْدِهِ وَ جَعَلَکَ مِنْ أَهْلِ طَاعَتِهِ بِقُدْرَتِهِ إِنَّهُ جَوَادٌ کَرِیم (2)

Ketahuilah anakku! Barangsiapa yang ucapannya lembut, maka ia akan mendapat teman. Semoga Allah menyukseskan engkau di jalan yang benar. Semoga Allah menjadikanmu orang-orang yang taat dengan kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Mulia."

Sekaitan dengan doa Imam Ali as kepada Imam Husein as tentang ucapan yang lembut, hal itu menunjukkan pengaruh ucapan lembut di hati orang yang mendengarnya.

Yang pertama doa khusus untuk Imam Hasan dan yang kedua doa khusus untuk Imam Husein as.

Kini tentang doa Imam Ali as kepada keduanya. Beliau berdoa:

اللهم احفظ حسنا و حسینا و لا تمکن فجرة قریش منهما ما دمت حیا فإذا توفیتنی فأنت الرقیب علیهم و أنت على کل شی‏ء شهید (3)

Ya Allah! Lindungi Hasan dan Husein. Selagi saya hidup, jangan biarkan orang-orang jahat Quraisy menguasai keduanya. Ketika aku meninggal, maka Engkau yang menjaga keduanya. Karena Engkau menjadi saksi atas segala sesuatu.

Dalam doanya Imam Ali as memberi syarat "selagi saya hidup", jangan biarkan orang-orang jahat Quraisy menguasai keduanya. Ini seakan-akan menunjukkan bahwa Imam Ali as telah mengetahi apa yang akan dilakukan orang-orang jahat sepeninggalnya terhadap kedua anaknya. Itulah mengapa ketika di hari-hari mendekati ajal dan berada di tempat tidur beliau mengabarkan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang jahat ini. Beliau bahkan berbicara langsung kepada Imam Husein as tentang masalah Asyura.

Saya ingin mengatakan bahwa ungkapan dalam doa ini yang menyebutkan "selagi saya masih hidup", artinya, Ya Allah, ketika saya masih hidup jangan munculkan peristiwa itu. Jangan biarkan saya menyaksikan tragedi itu. Dengan alasan itu beliau memberitahukan Imam Husein as apa yang terjadi padanya di hari Asyura. Imam Ali as mengetahui apa yang akan terjadi terhadap anak-anaknya. Bahkan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap keturunan dari anak-anaknya...

Kemuliaan dalam Takwa

Imam Husein as berkata:

"Kemuliaan dan kebesaran hati ada pada takwa ilahi." (A'lam ad-Din, hal 298)

Takwa berarti menjaga dan dalam istilah maknanya melindungi diri dari penentangan atas perintah ilahi dan melaksanakan perintah Allah Swt serta meraih keridhaan-Nya.

Ketika tujuan dari penciptaan manusia adalah menjadi hamba Allah Swt, maka takwa ilahi menjadi manifestasi paling indah dari penghambaan ini. Perhatian manusia kepada prinsip takwa membuat mereka semakin dekat dengan tujuan penciptaan. Inilah kesempurnaan hakiki, kemuliaan dan kemurahan hati manusia.

Allah Swt dalam al-Quran berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa."

Satu dari penyakit hati yang buruk dan sangat berbahaya adalah hasut. Banyak orang yang mengidap penyakit hasut, tapi tidak menyadarinya. Hasut sangat berbahaya tidak hanya bagi setiap individu, tapi bagi masyarakat.

Ulama akhlak menggolongkan penyakit hasut dalam kategori sifat paling tercela. Karena hasut memiliki dua dampak merusak; merugikan orang yang hasut dan orang yang dihasuti dalam bahaya akan dihancurkan. Kebanyakan masyarakat berada di antara dua kondisi ini.

Hasut menyerang siapa saja dan dari kalangan manapun. Penyakit hasut tidak menyerang satu kalangan tertentu. Penyakit ini dapat menyerang orang dari kalangan atas, atau kalangan miskin. Jangan membayangkan bahwa mereka yang berasal dari kalangan atas dan kaya, tidak terkena penyakit hasut, hanya dikarenakan hidupnya secara material berkecukupan. Karena orang-orang kaya yang terkena penyakit ini juga banyak.

 

Hasut membakar iman

Dalam buku Wasail Syiah diriwayatkan dari Imam Shadiq as, "Hasut membakar keimanan seperti api membakar kayu."

Hal ini dikarenakan tahapan paling ringan dari hasut adalah berbicara buruk dan gibah. Dalam ilmu akhlak, gibah adalah menampakkan titik hitam dan kelemahan orang lain. Gibah tergolong dosa besar dalam Islam. Bila seorang yang hasut tidak mampu meraih tujuannya lewat gibah dan menyebarkan kelemahan orang, maka pada waktu itu orang tersebut akan melangkah lebih jauh dan melemparkan tuduhan. Ia akan menuduh orang yang dihasuti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Ia akan menyebarkan kabar bohong tentang orang yang dihasuti.

Orang yang hasut senantiasa tersiksa dan terbakar dengan sengatan dari dalam dirinya sendiri. Ia berperang dengan semua orang, hingga maut menjemputnya. Oleh karenanya, hasut dalam seluruh tahapannya adalah dosa. Setiap hari berlalu, sifat hasutnya bertambah besar dan dosanya bertambah banyak, sementara imannya semakin sedikit. Benar, hasut membakar keimanan seseorang, sebagaimana api melahap kayu bakar.

Terkadang hasut sedemikian besarnya sehingga membuat orang yang hasut melakukan bunuh diri, seperti peribahasa yang menyebutkan keledai menghendaki kematian agar dapat menyakiti tuannya! Kebodohan keledai membuatnya harus melakukan bunuh diri agar dapat membuat tuannya merasa rugi. Sebuah transaksi yang sangat aneh! Karena seratus persen perbuatan ini merugikan dirinya sendiri dan mungkin hanya satu persen yang merugikan orang lain. Hasut seperti ini. Karena mereka yang mengidap penyakit ini akan menutup mata dan telinganya.

Orang yang hasut telah memusnahkan perasaannya dan merusak inderanya. Ia tidak dapat berpikir dengan benar serta memilih dan memilah dengan benar. Oleh karenanya, dirinya yang paling pertama terbakar sebelum berusaha membakar orang lain. Tapi anehnya, orang yang hasut ternyata merasa gembira dan itu akibat dari kerusakan indera yang terjadi pada dirinya. Karena akal sehat tidak bekerja dengan baik dalam dirinya. Itulah mengapa orang yang terkena penyakit hasut merupakan bentuk lain dari orang gila.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berkali-kali menemui pertanyaan seperti ini, mengapa Allah Swt tidak mengabulkan doaku? Atau terkadang manusia bertanya-tanya mengapa dirinya masih hidup dalam kemiskinan, padahal ia telah berdoa agar mendapat rezeki dari Allah Swt.

Coba kita melihat ungkapan di atas secara jujur. Apakah Allah Swt tidak mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan? Bukankah Allah Swt telah berjanji akan mengijabahi permintaan setiap orang yang memohon kepada-Nya? Lalu mengapa sebagian doa tidak dikabulkan?

Pengaduan seperti ini biasanya lebih sering datang dari mereka yang menggantungkan hatinya kepada Allah Swt dan menyampaikan permohonan lewat lisannya. Karena ada beberapa faktor berikut yang membuat mereka biasanya menyampaikan pengaduan sepert ini:

Pertama, mereka mengetahui bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berdoa, sekaligus berjanji akan mengabulkannya. Sesuai dengan firman Allah Swt, "... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..." (QS. Ghafir: 60)

Kedua, mereka juga mengetahui bahwa Allah Swt jujur saat berjanji dan pasti melaksanakan janjinya. Karena Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 9)

Ketiga, mereka memahami satu kenyataan dalam diri mereka bahwa hanya Allah Swt yang layak menjadi tempat memohon. Karena mereka mengetahui bahwa Allah sebagai sumber segala sesuatu dan kembalinya segala sesuatu kepada-Nya. Allah Swt Maha Pemurah dan Pemberi yang tiada bandingannya. Itulah mengapa mereka hanya merujuk kepada-Nya.

Bila mencermati kembali pengaduan manusia ini, kita akan mendapati ungkapan sebagian doa mereka, dan bukan seluruhnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka pada tiga penjelasan sebelumnya. Tapi sayangnya manusia dengan semua indera dan kessadaran yang dimiliki ternyata masih sering lalai akan banyak hal. Lewat kelalaian dan kebodohan inilah mereka bertanya kepada dirinya atau orang lain mengapa sebagian doanya tidak dikabulkan oleh Allah Swt.

Mereka harus tahu bahwa:

1. Ketika kita meyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa dan kita memohon bantuan lewat kekuasaan-Nya, maka pada saat yang sama kita harus meyakini juga bahwa Allah Swt Maha Bijaksana.

Kebijakan Allah Swt terkait dengan segala urusan dan pemahaman manusia pada awalnya sulit memahami hal ini. Seorang anak pada awalnya benci dengan adanya pekerjaan rumah. Ia lupa bahwa bila kesulitan seperti ini tidak ada, ia tidak bisa lebih dari yang ada saat ini. Anak kecil melihat pekerjaan rumah sebagai sesuatu yang buruk dan memandang waktu kosong sebagai kebaikan. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 216 menyebutkan, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Dengan demikian, seharusnya kita memperhatikan satu masalah ini juga. Karena sebagian dari doa yang tidak diijabahi oleh Allah Swt pada dasarnya itu sudah merupakan ijabah doa itu sendiri.

2. Doa juga bermakna meminta dan diminta.

3. Tidak baik bersikap tergesa-gesa. Sebagian dari permohonan kita membutuhkan waktu dan sekalipun Allah Swt telah mengijabahi doa itu, tapi dalam realisasinya membutuhkan waktu.

Ishaq bin Ammar mengatakan, "Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Mungkinkan doa seseorang diijabi, tapi realisasinya terlambat dan dampak dari terkabulkannya doa itu muncul di suatu waktu?' Imam Shadiq as menjawab, ‘Benar, boleh jadi doa itu terealisasi satu hingga 20 tahun kemudian."

Dengan mencermati riwayat seperti ini dapat dipahami bahwa ijabah atau terkabulkannya sebuah doa itu berbeda dengan terealisasinya. Oleh karenanya, betapa banyak doa sudah terijabahi, tapi realisasinya masih membutuhkan waktu.

Makna kehidupan merupakan satu pembahasan penting filsafat. Sebelumnya masalah ini dikaji dengan tema "tujuan kehidupan". Pertanyaan seperti apa makna kehidupan, mengapa manusia diciptakan dan mengapa manusia harus menanggung segala kesulitan, merupakan pertanyaan penting dan mendasar yang senantiasa disampaikan manusia.

Sekaitan dengan hal ini akan dibahas pendapat Allamah Thabathabai, mufassir dan filsuf kontemporer yang banyak mempengaruhi para pemikir setelahnya. Poin baru dalam pandangan beliau adalah kehidupan menemukan maknanya dalam ilmu dan kesadaran, komitmen terhadap akhlak dan perilaku manusiawi, bertanggung jawab dalam ajaran agama dan dalam keyakinan akan Tuhan dan semangat tauhid. Kehidupan menjadi tidak bermakna dalam melupakan diri, pemikiran materialistik, tidak memahami posisi manusia, jauh dari keyakinan akan Allah dan meyakini manusia sebagai pusat segala sesuatu. Semua ini merupakan hasil dari peradaban Barat.

 

Lupa diri, kosong dan nihilisme

Kebermaknaan berarti adanya aktivitas dan gerakan dimana suluknya berdasarkan tujuan khusus. Dengan demikian, sesuai dengan kaidah "mengetahui sesuatu dari kebalikannya", maka adanya tujuan adalah bermaknanya kehidupan dan kebingungan adalah tidak bermaknanya kehidupan.

Apakah dalam kehidupan manusia, perbuatan dan gerakan Afaqi dan Anfasi, kehendak dan tidak berkehendak memiliki tujuan atau dilakukan tanpa diketahui dan ambigu?

Harus dikatakan bahwa seluruh gerakan telah diarahkan pada satu tujuan khusus. Tidak dapat dikatakan bahwa gerakan dan aktivitas manusia ini seperti sebuah kebingungan yang mengarah pada tujuan yang tidak diketahui. Dengan demikian, tidak akan ada pembenaran dan analisa logis untuknya. Ketidakbermaknaan dengan artian kebetulan (sudfah) dan nihilisme tidak ada dalam pandangan Allamah Thabathabai. Pada hakikatnya, di alam ini tidak ada tempat bagi ketidakbermaknaan yang berarti tidak memiliki tujuan dan nihil.

 

Tujuan penciptaan

Satu masalah yang begitu ingin diraih oleh manusia adalah menjawab pertanyaan tentang apa motivasi Allah Swt menciptakan dunia. Apakah di dunia ini, manusia memiliki kewajiban atau tidak?

Sumber dari pertanyaan ini kembali pada manusia yang setiap waktu menyaksikan segala perbuatan dan gerakannya memiliki tujuan. Bila manusia atau setiap makhluk yang memiliki perasaan tidak akan melakukan perbuatan tanpa sebab, maka dalam perbuatan yang memiliki nilai-nilai ilahi pasti ada tujuan tersembunyi di sana. Adanya tujuan merupakan aturan universal yang berlaku di setiap bagian alam. Tidak mungkin dapat dibayangkan ada satu geraka yang tidak mengarah pada satu tujuan.

Allamah Thabathabai mengajukan pertanyaan ini dan ketika menjawabnya beliau berkata, "Bila ditanyakan apa tujuan dari perbuatan Allah Swt dan apa tujuannya, maka jawabannya adalah tujuan dari alam yang tidak sempurna ini adalah menjadi alam yang sempurna. Bila ada yang bertanya bahwa apa yang hendak dihilangkan dari diri-Nya lewat penciptaan ini, apa keuntungan dan kesempurnaan yang ingin diraih-Nya, maka pertanyaan seperti ini adalah salah dan jawabannya negatif!"

Jawaban tentang tujuan penciptaan disampaikan lewat bahasa agama. Tujuan Allah Swt menciptakan alam ini untuk menyampaikan manfaat kepada yang lain bukan untuk diri-Nya. Tujuan dari perbuatan pada hakikatnya adalah kesempurnaan perbuatan dan tujuan dari pelaku adalah kesempurnaan pelaku. Bila pelakunya sudah sempurna, maka dalam kondisi ini, pelaku dan tujuan. Dari sini, tujuan Allah Swt menciptakan alam adalah Zat-Nya, bukan yang lain.

Penggagas ilmu baru seperti Galileo Galilei, Kepler dan Newton merupakan manusia beragama yang tidak punya keraguan mengenai adanya tujuan dalam penciptaan Allah. Tapi para ilmuan pasca Galileo melihat dunia ini benar-benar tidak memiliki tujuan dan tidak bermakna. Mereka meninggalkan ajaran agama lalu menggantikannya dengan pemikiran khurafat. Pemikiran tentang alam yang tidak memiliki tujuan berujung pada keyakinan mengenai tidak bermaknanya kehidupan manusia.

Fyodor Dostoyevsky dan Kierkegaard bergabung dengan para pemikir ini. Mereka meminggirkan pemikiran agama dan menguasai pemikiran ilmu-ilmu empiris membuat cara pandang mereka akan dunia menjadi berubah. Dunia yang hidup dan cemerlang berubah menjadi dunia yang mati dan kelam. Akhirnya banyak yang mulai berpikir untuk bagaimana membuat kehidupan menjadi bermakna. Di masa inilah para uskup Katolik Amerika mengeluarkan pernyataan bahwa kebingungan manusia di dunia modern berasal dari ketiadaan iman dan meninggalkan Allah dan agama.

Sementara Allamah Thathabai, sambil menegaskan adanya tujuan dalam penciptaaan dunia, tujuan itu bersifat universal disertai supremasi hukum kausalitas, beliau juga meyakini bahwa masalah ini merupakan tema paling sulit dalam pembahasan filsafat. Beliau juga menambahkan bahwa masalah makna dunia merupakan pembahasan filsafat yang sangat detil disertai argumentasi pasti dan logika yang tidak ada keraguannya. Pada hakikatnya tema ini sesuai dengan masalah Ma'ad (Hari Kebangkitan) yang didapatkan para wali Allah Swt lewat wahyu.

Dengan mencermati prinsip pemikiran manusia modern dapat dikatakan bahwa penguasaan Allamah Thabathabai akan ilmu-ilmu rasional dan wahyu maka sangat diharapkan beliau menyampaikan pandangannya tentang makna kehidupan manusia. Jelas, sebuah dunia yang tidak memiliki tujuan akan menciptakan kehidupan yang tidak bermakna. Di sini, lewat pendapat Allamah Thabathabai, manusia dapat menyaksikan bagaimana agama memberikan makna bagi kehidupan masyarakat.

Jumat, 18 Januari 2013 21:10

100 Keutamaan Rasulullah Saw

Imam Shadiq as berkata, "Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw."

Tanggal 28 Shafar adalah hari wafatnya Rasulullah Saw. Dalam rangka memperingati hari duka wafatnya teladan akhlak ini, akan disebutkan beberapa keutamaan akhlak beliau yang tak terhitung dan masing-masing dari keutamaan itu bisa menjadi bekal hidup kita, antara lain:

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.

2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.

3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.

4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya... tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.

5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.

6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.

7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.

8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.

9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.

10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.

11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.

12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.

13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.

14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.

15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.

16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.

17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.

18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.

19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.

20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.

21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.

22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.

23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.

24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.

25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?"

26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.

27. Menerima undangan para abdi dan budak.

28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.

29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.

30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.

31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.

32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, "Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir."

33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.

34. Tidak pernah merendahkan seseorang.

35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.

36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.

37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.

38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.

39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.

40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.

41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.

42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.

43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.

44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.

45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.

46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.

47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.

48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.

49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.

50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.

51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.

52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, "Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!"

53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.

54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.

55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.

56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.

57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.

58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.

59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.

60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.

61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.

62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.

63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.

64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.

65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.

66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.

67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.

68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.

69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.

70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.

71. Duduk dan makan di atas tanah.

72. Tidur di atas tanah.

73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.

74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.

75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.

76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abanya sendiri.

77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.

78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumny pasti diberikan kepada fakir miskin.

79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.

80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.

81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.

82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.

83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.

84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.

85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.

86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.

87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.

88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.

89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.

90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.

91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.

92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.

93. Tidak pernah makan dua model makanan.

94. Ketika makan tidak pernah sendawa.

95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.

96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.

97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.

98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.

99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.

100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.