
کمالوندی
Imam Ridha, Pribadi Mulia Panutan Umat
Imam Ali bin Musa ar-Ridha as dilahirkan di Madinah pada tanggal 11 Dzulqadah tahun 148 Hijriah. Ayahnya adalah Imam Musa al-Kazhim as dan ibunya adalah Najmah Khatun. Setelah Imam Kazhim as syahid, ia dalam usia 35 tahun mulai memegang tali kepemimpinan umat, menegakkan ajaran-ajaran agama dan membimbing umat manusia. Masa keimamahan Imam Ridha as adalah dua puluh tahun. Sepuluh tahun pertama masa kepemimpinan beliau bertepatan dengan masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Setelah masa tersebut, Imam Ridha as memimpin umat selama lima tahun di masa pemerintahan Amin, putra Harun. Sementara lima tahun kedua, kepemimpinan beliau bertepatan dengan masa pemerintahan Makmun al-Abasi, saudara Amin.
Dalam setiap fase kepemimpinan tersebut, Imam Ridha as berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam meskipun beliau harus berhadapan dengan kebijakan konfrontatif penguasa masa itu dan juga kepincangan-kepincangan sosial yang menimpa masyarakat. Imam Ridha as pada tiga tahun terakhir hidupnya banyak menguras tenaga untuk menyadarkan masyarakat luas dan memfokuskan perhatian mereka pada permasalahan-permasalahan pokok umat.
Imam Ridha as syahid pada tahun 203 Hijriah dalam usia 55 tahun di sebuah desa yang bernama Senabad Nuqan dan sekarang desa itu menjadi salah satu bagian dari kota Mashad. Beliau syahid karena diracun oleh Makmun, khalifah yang berkuasa pada saat itu. Menurut Imam Ridha as, Dinasti Abbasiah bertolak belakang dengan ajaran Ilahi. Karena penentangan beliau, Khalifah Makmun merasa terancam sehingga memaksa Imam Ridha as meninggalkan kota Madinah menuju Ibukota Dinasti Abbasiah saat itu, Khorasan. Namun untuk menghilangkan kecurigaan dan kepekaan umat, Makmun melakukannya dengan bermacam tipu muslihat.
Hari ini suasana di kota Mashad, Iran, tempat di mana Imam Ridha as dimakamkan terasa begitu istimewa dan berbeda dari hari-hari biasanya. Makam suci Imam Ridha as dipenuhi oleh lautan peziarah dan pecinta Ahlul Bait as dari seluruh penjuru dunia. Rasulullah Saw pernah bersabda, "Belahan jiwaku akan dikebumikan di Khorasan. Siapapun yang mengalami kesulitan dan berziarah kepadanya, niscaya Allah Swt akan menghapus kesedihannya dan setiap pendosa yang berziarah kepadanya, Allah Swt pun akan mengampuni dosa-dosanya."
Pada masa hidupnya, Imam Ridha as mengetahui dengan baik perkembangan ilmiah dan percaturan politik kala itu. Beliau tak pernah henti berjuang untuk menghidupkan ajaran Islam murni dan membimbing manusia pada kebenaran. Tugas utama Imam Ridha pada masa itu adalah mencegah masyarakat dari penyimpangan perilaku dan pemikiran serta mengenalkan mereka kepada hakikat kebenaran. Pada dasarnya, Imam Ridha as merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya dan menyirami jiwa-jiwa mereka dengan pengetahuan luhur Islam.
Imam Ridha as senantiasa mengajak manusia untuk berpikir dan merenung dalam agamanya. Beliau berkata, "Ibadah bukan berarti memperbanyak shalat dan puasa, tapi ibadah hakiki adalah banyak berpikir tentang Sang Pencipta." Kesucian hati, ketajaman visi, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan siapapun, mulai dari kalangan orang-orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, para pecinta beliau maupun musuh-musuhnya.
Pada masa kekuasaannya, Makmun kadang mengumpulkan para ilmuwan dari berbagai penjuru untuk menggelar forum diskusi ilmiah sekaligus meningkatkan popularitasnya di tengah masyarakat. Suatu hari, Makmun bercerita kepada Imam Ridha as tentang kemenangan pasukannya di sejumlah medan perang. Dia terkesan bangga dengan keberhasilan itu. Setelah cukup mendengar cerita Makmun, Imam Ridha as kemudian berkata, "Apakah engkau gembira karena berhasil menguasai sebuah desa?" Makmun balik bertanya, "Bukankah ini layak dibanggakan?" Imam menjawab, "Takutlah engkau kepada Allah akan nasib umat Muhammad dan kekuasaan yang ada di tanganmu. Engkau telah merusak urusan umat Islam dan menyerahkannya kepada orang-orang yang tidak mengadili dengan hukum Allah. Kaum tertindas semakin menderita dan untuk kehidupan mereka tidak memiliki apa-apa. Tak ada tempat bagi mereka mengadu. Tahukah engkau bahwa pemimpin dalam Islam harus memainkan peran layaknya tiang kemah, dan siapa saja bisa menjumpainya dengan mudah."
Dalam percakapan itu, Imam Ridha as memberondong Makmun dengan kritik deras seraya mengingatkan bahwa pemimpin Islam mesti menjauhi kemewahan dan segala protokoler yang menjauhkannya dari rakyat. Pemimpin mesti bekerja untuk rakyat bukan mengunci diri dan berfoya-foya di istana-istana yang megah. Imam dalam riwayat lain menegaskan, "Hukum Ilahi tidak akan tegak kecuali jika dijalankan oleh seorang yang kuat, mumpuni dan kredibel yang menegakkan urusan ini dan mencegah pelecehan hak-hak masyarakat."
Imam Ridha as menerangkan panjang lebar tentang kriteria pemimpin yang saleh dan cakap. Pemimpin harus menjalankan pemerintahan dengan baik, cerdas dan semangat mengabdi dengan demikian ia akan terhindar dari ambisi dan kediktatoran. Kepemimpinan seperti ini tidak akan terwujud kecuali seseorang memandang kekuasaan sebagai amanat Ilahi. Imam Ridha as menyatakan bahwa penguasa adalah orang yang memegang amanat dari rakyat, karena itu kekuasaan harus digunakan untuk mencegah kezaliman dan pelanggaran hak orang lain. Beliau berkata, "Setiap kali penguasa melakukan kezaliman maka kekuasaannya akan melemah."
Ajaran Islam menjelaskan berbagai makanan halal dan sehat untuk dikonsumsi oleh manusia. Berbagai hadis Rasulullah Saw dan para imam maksum as menjelaskan pembahasan khusus mengenai gizi dan kesehatan. Sejumlah buku panduan medis seperti Tib al-Nabi, Tib al-Sadiq, dan Tib al-Ridha (Risalah Dzahabiyah)merupakan buku berharga yang menjelaskan petunjuk dari Rasulullah Saw, Imam Jakfar Shadiq dan Imam Ridha as mengenai dunia medis, gizi dan kesehatan. Sumber berharga ini bukan hanya bermanfaat di masanya, bahkan kini menjadi perhatian para ahli medis dan peneliti muslim maupun non-muslim.
Islam sebagai agama yang komprehensif memberikan berbagai panduan bagi pemeluknya. Agama samawi ini dengan gamblang mengungkapkan berbagai metode dan pedoman hidup sehat dan bahagia bagi manusia. Imam Ridha as dalam sebuah ucapannya di kitab Risalah Dzahabiyahberkata, "Jika masyarakat merasa cukup dengan makan sedikit, maka kondisi tubuh mereka akan stabil." Beliau memandang tubuh manusia seperti tanah yang suci dan menulis, "Tubuh manusia ibarat tanah yang suci dan siap ditanami, pengolahan dan pengairannya tidak boleh melebihi dari kebutuhan tanah itu sehingga ia tergenangi, dan juga tidak boleh kurang dari kebutuhannya sehingga ia kehausan dan gersang."
Risalah Dzahabiyahmerupakan salah satu panduan medis yang sangat bernilai dan warisan peradaban Islam di bidang kedokteran. Buku itu memuat berbagai cabang ilmu kedokteran seperti ilmu bedah, fisiologi, kesehatan umum, dan teknik-teknik pencegahan agar tidak terserang penyakit tertentu. Risalah Dzahabiyahjuga menjelaskan seputar ilmu kimia, gizi, dan cabang-cabang ilmu lain yang ada kaitannya dengan dunia medis. Panduan medis Imam Ridha as akan mengarahkan seseorang untuk hidup sehat sebagai sebuah anugerah dari Allah Swt yang patut disyukuri. Pada dasarnya, Imam Ridha tidak hanya menaruh perhatian pada keselamatan jiwa manusia, tapi juga pada kesehatan raga mereka.
Ketinggian iman, ilmu, dan akhlak Imam Ridha as telah menimbulkan pengaruh besar di kalangan masyarakat Khorasan dan mereka menjadi sadar akan kebenaran Ahlul Bait Nabi as. Untuk menghancurkan popularitas Imam Ridha as di tengah masyarakat, Makmun bahkan mengundang pemuka berbagai agama untuk berdebat dengan beliau. Namun, ketinggian ilmu Imam Ridha malah membuat para pemuka agama itu mengakui kebenaran dan ketokohan Imam Ridha as. Akhirnya, Makmun mengambil keputusan untuk membunuh Imam Ridha as dengan cara meracuni beliau pada tahun 203 Hijriah.
Imam Ridha as berkata, "Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki sepuluh karakter berikut: (1) Kebaikannya selalu diharapkan orang, (2) Orang lain merasa aman dari kejahatannya, (3) Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit, (4) Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain, (5) Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya, (6) Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya, (7) Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan, (8) Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya, (9) Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran." Kemudian sahabat beliau bertanya, "Lalu, apakah yang kesepuluh?" Beliau menjawab, "Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya); Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa." (IRIB Indonesia)
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009,
IMAM ALI DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM NAHJUL BALÂGHAH TINJAUAN TAFSIR AL-QURÂN
DRS. KH MUCHTAR ADAM
Di Uhud, ketika pasukan kafir Quraisy berhasil membuat barisan muslimin kocar-kacir, bahkan banyak yang melarikan diri, Ali tetap menyertai Nabi dan berperang dengan gigih di sisi orang yang ia cintai itu. Di tangan Ali-lah pasukan Quraisy yang mengepung dan berusaha membunuh Nabi, berhasil dipukul mundur. Di medan yang penuh hiruk pikuk itu, luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya, tidak membuat kendur semangat ‘Ali bin Abi Thalib untuk berkorban dan membela Rasulullah Saww. Di Uhud inilah terdengar suara Jibril yang memuji ‘Ali dengan mengatakan, “Tidak ada pahlawan seperti ‘Ali dan tidak ada pedang seperti Dzul Fiqar.”
Di sisi lain, di pojok sebuah mesjid sederhana, Imam Ali ‘a.s. biasa menangis tersedu-sedu di hadapan Sang Khalik meneteskan air mata sampai membasahi janggut dan tanahnya sambil bermunajat, “Allahumma, Ya Allah, Engkaulah yang paling dekat menghibur para wali-Mu, yang paling menjamin kecukupan bagi siapa saja yang bertawakkal kepada-Mu. Engkau melihat sampai ke lubuk hati mereka, menembus jauh dalam nurani mereka dan mengetahui kedalaman perasaan mereka. Semua rahasia mereka terbuka di hadapan-Mu, semua bisikan hati mereka mendamba rnengharap dari-Mu. Bila menderita keterasingan, mereka segera terhibur dengan sebutan-Mu. Dan bila tercurah atas mereka aneka ragam musibah, mereka pun berlindung kepada-Mu. Mereka benar-benar menyadari bahwa kendali segalanya berada di tangan-Mu sebagaimana kemunculannya berasal dari ketentuan-Mu.”
Itulah Imam ‘Ali k.w., hadiah bagi peradaban manusia. Ia bukan hanya anak zaman awal lahirnya Islam dan bukan juga hanya milik satu bangsa atau satu agama. Imam ‘Ali adalah anak setiap zaman, anak masa depan, dan milik semua bangsa dan semua agama, milik semua masa dan tempat, milik semua umat manusia. Pikiran, ide dan petuahnya, seakan-akan hidup di tengah kita semua. Semua karya, pemikiran, dan ucapannya adalah Madrasah bagi seluruh generasi.
Dalam Nahjul Balaghah, kumpulan khutbah, surat dan petuah-petuah Imam ‘Ali memberi perhatian yang besar pada persoalan-persoalan tauhid, ibadah, suluk, kemasyarakatan, hubungan individu dan sosial, hubungan antara penguasa dan rakyat, persoalan keadilan dan hak asasi manusia. Syaikh Muhammad Abduh, salah seorang komentator Kitab Nahjul Balâghah mengatakan : “Di masyarakat Arab, tidak ada seorangpun yang tidak berkeyakinan bahwa ucapan ‘Ali ‘a.s. adalah ucapan paling mulia, paling fasih, paling dalam maknanya dan paling lengkap sesudah al-Qur ân dan al-Hadits Nabi.”[2] Abduh juga berkata, “Dalam kalimat-kalimat Imam Ali terlihat hakikat mukjizat. Tokoh besar ini, dengan kalimat-kalimatnya ada kalanya mengantar manusia ke alam supernatural dan ada kalanya pula ia menggiring perhatian manusia kepada suasana alam dunia. Keberanian dan keteguhan telah beliau kristalkan, dan ketika beliau mensifatinya, seorang yang pemberani pun akan bergetar, dan jika ia menjelaskan mengenai cinta dan kasih sayang, orang yang keras hati pun akan tersentuh.”
Di antara tema pemikiran Imam Ali dan pandangannya dalam Nahjul Balaghah yang sangat relevan hingga saat ini untuk dikaji adalah mengenai hak-hak asasi manusia. Hak-hak asasi yang terkandung didalam al-Qur ân, terpancar dan merasuk dalam jiwanya, mulai dari Hak Hidup - Hak Milik - Hak atas Penghargaan - Hak Kemerdekaan - Hak Memperoleh Ilmu Pengetahuan,yang berujung pada pangkalnya yaitu KEADILAN.
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia.
Dalam sejarah peradaban Islam, Imam ‘Ali pernah memangku jabatan tertinggi dalam komunitas Islam yaitu khalifah. Dengan posisi dan jabatan itu, demi keadilan Imam ‘Ali tidak segan duduk bersama satu bangku dengan pencuri baju perangnya. Imam ‘Ali menunggu keputusan hakim yang menangani kasus tersebut. Berikut ini sekilas tentang hak-hak asasi manusia dalam Nahjul Balaghah tinjauan al-Qur ân dengan perspektif tafsir Imam Ali k.w.
1. Keadilan
Keadilan adalah salah satu prinsip agama Ilahi. Keadilan dalam pandangan Imam Ali ialah bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama. Allah Swt banyak mengungkapkan masalah ini dalam al-Qurân di antaranya surah al-Nahl [16]: 90 ;
Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan kebaikan dan pemberian perhatian kepada kaum kerabat. Dan Dia melarang hal-hal yang keji dan jahat. Dan memberi kamu sekalian petunjuk agar kamu merenungkan.
Dalam memahami makna ayat ini, Imam Ali berkata dalam Nahjul Balaghah, no. 421
Imam ‘Ali ‘a.s. ditanya, manakah yang lebih utama antara keadilan dan al-jữd (kedermawanan)? Jika pertanyaan ini dijawab dengan kriteria moralitas individu maka al-jữd lebih utama daripada keadilan. Namun Imam ‘Ali k.w. menjawab sebaliknya. Beliau lebih mengutamakan keadilan daripada al-jữd dengan dua alasan :
Pertama, keadilan secara terminologi adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, sementara al-jữd tidak demikian. Maksudnya keadilan adalah memperhatikan hak-hak secara kongkrit dan memberikan orang lain sesuai dengan amal dan kapasitasnya.
Kedua, keadilan adalah sebuah kendali yang bersifat umum, sementara al-jữd atau kedermawanan itu bersifat spesifik. Keadilan bisa dijadikan undang-undang bersifat umum, mengatur seluruh urusan masyarakat dimana seseorang harus komitmen kepadanya, sementara al-jữd adalah kondisi yang bersifat eksklusif dan tidak bisa dijadikan undang-undang umum.
Keadilan yang dimaksud Imam ‘Ali k.w. ialah bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, antara yang miskin dan kaya, antara yang besar dan kecil. Seseorang dalam pandangan Imam ‘Ali k.w. harus bekerja dalam lingkungan dan masyarakatnya, diberi imbalan sesuai dengan kenerjanya secara proporsional. Seseorang tidak boleh diberi lebih dari apa yang dilakukannya, meskipun orang itu memiliki kedudukan dan posisi tinggi dalam masyarakat.
Imam ‘Ali telah meletakkan dasar hubungan yang adil antara penguasa dengan rakyat dan antara sesama manusia itu sendiri, jauh sebelum Eropa menyerukan konsep hak asasi manusianya. Imam ‘Ali k.w. berkata : “Sungai adalah untuk yang memanfatkannya, bukan untuk yang menguasainya.” Perkataanya yang lain : “Aku tidak pernah melihat adanya kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali di sana ada hak yang terabaikan. Tiap kenikmatan yang dirasakan orang kaya adalah kelaparan yang diderita orang miskin.”
Imam ‘Ali bin Abi Thâlib menganggap keadilan sebagai kewajiban dari Allah Swt, karena itu beliau tidak membenarkan seorang Muslim berpangku tangan menyaksikan norma-norma keadilan ditinggalkan masyarakat, sehingga terbentuk pengkotakan dan kelas-kelas dalam masyarakat. Imam ‘Ali bin Abi Thâlib, sempat menasehati para hakim, bahwa, ” ketika kebenaran tiba, mereka harus menyampaikan penilaiannya tanpa rasa takut, tidak memihak atau berprasangka.” [3] Sama halnya, ketika Imam ‘Ali menekankan suatu lembaga peradilan yang berada di atas setiap jenis tekanan pengaruh atau campur tangan eksekutif, bebas dari rasa takut dan pamrih, intrik dan penyelewengan.[4] Inilah salah satu deklarasi tertua dalam sejarah oleh seorang pemimpin negara mengenai pentingnya lembaga peradilan yang bebas.
Dalam surah al-Nisa [4] : 135 ;
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Dan surah al-Maidah [5] : 8 ;
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,
Adalah konsep Islam yang sangat jelas dalam membumikan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan persamaan, egaliter pada masyarakat sehingga malampaui sekat-sekat mazhab, ras, dan keagamaan. Konsep itu harus tetap ditegakkan sampai dengan orang yang berbeda pendapat atau berlainan keyakinan sekalipun.
Dalam penegasan Imam ‘Ali, pemerintah dan pembela hak-hak maysarakat, haruslah berpegang teguh kepada konsep-konsep keadilan, jika tidak, maka hendaknya tampuk pemerintahan harus diserahkan kepada orang lain. Logika ini dipetik dari ajaran-ajaran al-Qurân yang tersurat dalam beberapa ayat, antara lain dalam surah al-Nisa’ [4] : 58 ;
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Ada beberapa pendapat dalam penafsiran ayat ini.
Dalam memahami intepretasi ayat ini, kita bisa melihat surat-surat Imam ‘Ali yang sebagian dirangkum dalam kitab Nahjul Balaghah. Dalam surat yang ditujukan kepada para pejabat, Imam Ali berkata:
“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa kekuasaan yang telah diserahkan kepadamu itu adalah hasil buruan yang jatuh ke tanganmu. Itu adalah amanat yang diletakkan ke pundakmu. Pihak yang diatasmu mengharapkan engkau dapat menjaga dan melindungi hak-hak rakyat. Maka janganlah engkau berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat.”
Imam ‘Ali k.w. ketika menjabat sebagai khalifah pernah berpesan kepada gubernur Malik al-Asytar: “Pikirlah baik-baik terlebih dahulu untuk memilih seseorang sebagai penanggung jawab. Angkatlah dia setelah dia siap untuk bekerja dan janganlah kau angkat mereka hanya dengan kemauanmu sendiri tanpa bermusyawarah dengannya, karena ini adalah perbuatan khianat.”
Ibnu Abil Hadid, seorang ulama terkenal mengomentari pesan Imam ‘Ali dalam Kitab Nahjul Balaghah sebagai berikut : “Maksud dari kalimat Imam ‘Ali ini ialah memilih seseorang tanpa berdasarkan seleksi yang semestinya adalah perbuatan khianat dan zalim. Kezaliman disini terjadi karena seorang pemimpin tidak menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang berhak dan malah menyerahkannya kepada orang yang tidak patut. Kezaliman ini menimpa orang yang layak menerima tanggung jawab. “Adapun khianat disini, terjadi karena amanat menuntut penyerahan tugas kepada orang yang layak dan siapapun yang berbuat sebaliknya, berarti dia telah berkhianat kepada Allah dan umat.”
Imam ‘Ali k.w. yang hidup dan besar dalam tarbiyah al-Rasữl dan wahyu telah menempatkan program-program utamanya untuk penentangan terhadap kezaliman. “Imam ‘Ali bin Abi Thâlib, sebagai murid utama ajaran Islam, sangat sensitif terhadap kezaliman. Di banyak bagian dalam kitab Nahjul Balaghah, masalah ini sangat jelas. Antara lain beliau berkata: “Andaikan aku ditidurkan di atas duri padang pasir tanpa pakaian, atau seandainya aku dibelenggu rantai dan diseret di atas tanah, demi Allah aku bersumpah bahwa itu lebih baik daripada seandainya aku berjumpa Allah dan Rasul di hari kiamat sementara aku pernah menzalimi makhluk Allah atau aku merampas urusan-urusan duniawi.”
Imam ‘Ali k.w. juga pernah berkata kepada anak-anak dan generasinya : “Jadilah kamu musuh orang zalim dan sahabat orang tertindas. “ Menurut Imam Ali, seorang Muslim bukan saja harus menjauhi kezaliman, tapi juga harus menjadi kawan dan merasa senasib dengan seorang yang tertindas. Jadi menurut beliau, Islam tidak membenarkan umatnya diam tak bergeming menyaksikan seseorang menjadi obyek kezaliman dan penindasan.
Kezaliman sangat dicela oleh Islam. Berkenaan berbagai kezaliman, Hujjatul Islam Bahman Pur mengatakan : “Menurut Imam ‘Ali, kezaliman ada tiga bentuk yaitu :
Pertama, perbuatan syirik kepada Allah Swt. Kezaliman ini sama sekali tidak akan mendapat pintu ampunan Allah, sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qurân.
Kedua, kezaliman yang dapat diampuni oleh Allah Swt yaitu berbuat dosa atau ada kekurangan dalam mengerjakan perintah Allah.
Ketiga, kezaliman yang harus dibalas atau diqisas, baik di dunia maupun di akhirat. Kezaliman dalam kategori ini adalah tindakan aniaya yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Imam ‘Ali k.w. pernah menuturkan bahwa balasan Allah sangat keras kepada orang yang berbuat zalim. Manusia yang paling sempurna dan guru Imam ‘Ali, yaitu Nabi besar Muhammad Saww, menegaskan: “Hari dimana seorang yang teraniaya membalas si zalim, jauh lebih pedih ketimbang hari dimana si zalim menganiaya si tertindas.” Imam ‘Ali bertutur kepada putra-putri dan generasinya. “Jadilah kalian sahabat orang yang tertindas dan musuh orang zalim.”
Wasiat Imam ‘Ali ini bukan hanya datang dari seseorang yang berstatus pemimpin ummat, tapi juga dari orang yang berhasil meraih kesempurnaan insani yang tak lupa berusaha menyirami naluri atau fitrah manusia dengan pesan ini. Kita berharap masyarakat penghuni dunia ini benar-benar meresapi dan kembali kepada fitrah mereka demi menjauhi fanatisme agama, golongan, bangsa dan etnis untuk kembali kemudian menyadari apa tugas mereka terhadap orang-orang tertindas yang dilanggar haknya tanpa ada perlawanan.
‘Ali bin Abi Thalib banyak berwasiat dan memberikan wawasan yang luas betapa pentingnya menegakan keadilan, sebagaimana beliau ungkapkan : “Keadilan itu adalah dasar dan landasan untuk membangun dunia ini.”
Tanpa keadilan, keamanan dan kesejahteraan dunia tidak akan terwujud. Terjadinya kekacauan dunia saat ini termasuk di Indonesia disebabkan karena merosotnya keadilan, baik dari segi hukum maupun keadilan dalam sosial ekonomi.
Imam ‘Ali mewasiatkan, keadilan adalah benteng tegaknya negara-negara itu dan iman yang ada dalam diri seseorang itu akan hancur ketika keadilan tersingkir karena keadilan itu inti dari keimanan dan hiasan iman.
Hal ini mengacu kepada ayat al-Qurân surah al-An’am [6] : 82 ;
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman , mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
2.Imam ‘Ali pengusung mazhab cinta .
Landasan kedua dalam menjalankan hak asasi manusia yang dilakukan oleh Imam ‘Ali adalah landasan kecintaan pada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dalam suratnya kepada Malik Asytar,gubernur Mesir Imam mengatakan, “insafkan hatimu agar selalu memperlakukan rakyatmu dengan kasih sayang, cinta dan kelembutan hati. Jangan kau jadikan dirimu laksana binatang buas lalu menjadikan mereka sebagai mangsamu. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua : saudaramu dalam agama atau makhluk Tuhan sepertimu.”
Ibnu Abil Hadid menjelaskan, “Jadikan kasih sayang sebagai syiarmu, yaitu satu karakter yang menonjol pada dirimu, karena rakyatmu adalah saudaramu dalam agama atau manusia sepertimu yang butuh akan kelembutan dan kasih sayang” Hal ini dijiwai oleh al-Qur ân surah al-Mâidah [5] : 32 ;“
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa : barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Tentu saja kecintaan bukan hanya berarti kelembutan dan menyerah pada kesalahan. Imam ‘Ali berkata, “Jika kecintaan dan kelembutan hanya mengakibatkan timbulnya kekerasan maka kekerasan adalah suatu bentuk kelembutan hati.”
Ungkapan beliau yang paling populer ialah :
اِجْعَلْ نَفْسَكَ مِيْزَانًا فِيْمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ غَيْرِكَ ،وَأَحِبَّ لِغَيْرِكَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، وَاِكْرَهْ لَهُ مَا تَكْرَهُ لَهَا، لاَ تَظْلِمْ كَمَا لاَ تُحِبُّ أَنْ تُظْلَمَ، وَأَحْسِنْ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُحْسَنَ إِلَيْكَ، وَاسْتَقْبِحْ لِنَفْسِكَ مَا تَسْتَقْبِحْهُ مِنْ غَيْرِكَ، وَاِرْض مِنَ النَّاسِ مَا تَرْضٰى لَهُمْ مِنْكَ.
Jadikanlah dirimu sebagai timbangan dalam hubunganmu dengan orang lain, dan cintailah orang lain itu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, dan bencilah orang lain sebagaimana kamu benci dirimu sendiri, janganlah engkau menganiaya sebagimana engkau tidak senang dianiaya, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana engkau senang orang lain berbuat baik kepadamu, dan pandang jeleklah terhadap dirimu sebagaimana orang lain memandang jelek, dan tumpahkan relamu kepada manusia sebgaimana engkau rela jika orang lain rela kepadamu.
(Nahjul Balaghah 31)
Imam ‘Ali k.w. adalah diantara sedikit manusia yang bisa memadukan dua sifat yang sangat susah dipadukan yaitu keadilan dan kecintaan. Akhirnya sebagai pencinta Ahlul Bait Nabi, mari kita aktualisasikan dan realisasikan hak-hak asasi manusia yang telah dibangun pondasinya oleh Imam Ali k.w. dari seluruh aspek kehidupan kita. Mudah-mudahan kita diberi berkah untuk dapat menjadi pengikutnya. Wallahu a’alam
Ciburial Indah, 7 Rajab 1430 H
Rusia-NATO; Interaksi Berbalut Kompetisi
Hubungan Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai aliansi militer terbesar dunia pasca Perang Dingin, merupakan isu utama keamanan yang selalu mewarnai panggung politik Barat. Oleh karena itu pada tahun 2002, dibentuk sebuah dewan untuk membahas isu-isu yang menjadi fokus kedua pihak.
Dewan tersebut sampai sekarang masih menjadi mimbar untuk mendiskusikan sejumlah isu keamanan dan militer antara Rusia dan NATO serta membangun koordinasi di berbagai bidang di antara keduanya.
Para pejabat Moskow senantiasa mencurigai misi NATO baik di tingkat Eropa maupun di kancah global, terutama ekspansi aliansi itu ke wilayah Eropa Timur, upaya penempatan perisai rudal di Eropa dengan melibatkan Amerika Serikat, intervensi NATO di Libya, dan juga kemungkinan terulangnya skenario Libya di negara-negara lain di dunia.
Sejalan dengan itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov pada Rabu (16/1) mengabarkan kesiapan negaranya untuk melanjutkan perundingan dengan NATO terkait program perisai rudal Eropa. Namun, dia mengingatkan bahwa kekhawatiran Moskow dalam masalah itu masih berlanjut.
Jenderal Gerasimov mengatakan meski tidak ada kemajuan dalam perundingan-perundingan sebelumnya, namun kami siap melakukan penjajakan ulang dalam kerangka Dewan Kerjasama Rusia-NATO mengenai ketentuan umum kerjasama kedua pihak untuk membangun sistem pertahanan rudal Eropa.
Seraya menegaskan kekhawatiran Moskow dalam masalah tersebut, Jenderal Gerasimov menambahkan bahwa Rusia tidak punya niat untuk mempersempit gerak NATO dalam membangun sistem pertahanan untuk negara-negara Eropa terhadap potensi ancaman rudal dari wilayah Timur Tengah. Akan tetapi, langkah tersebut tidak boleh membahayakan keamanan Rusia.
Berkenaan dengan isu itu, Jenderal Garasimov menandaskan bahwa jika kemampuan pertahanan strategis Rusia terancam oleh sistem perisai rudal NATO, maka akan sangat sulit untuk membangun kepercayaan dalam interaksi keamanan kedua belah pihak.
Pembangunan sistem pertahanan misil NATO di Eropa telah menimbulkan ketegangan antara NATO-Rusia. Rusia menuding sistem pertahanan misil menimbulkan ancaman nyata terhadap keamanan nasionalnya. Namun, NATO menegaskan bahwa perisai rudal di Eropa tidak ditujukan untuk mengancam Rusia.
Meski adanya reaksi negatif terhadap manuver-manuver NATO di "halaman belakang" Rusia, namun kedua pihak aktif melakukan dialog terkait berbagai isu dan membahas peluang peningkatan kerjasama kolektif.
Menurut sumber-sumber Rusia, Moskow dan NATO memiliki kerjasama di berbagai bidang militer seperti, perang melawan perompak laut, kontra-terorisme internasional, dan dokter militer. Jenderal Gerasimov juga menjelaskan bahwa Rusia bersama NATO akan menggelar latihan bersama pada tahun ini.
Hubungan Rusia dan NATO sama seperti sebuah puzzle yang terdiri dari potongan-potongan kecil dan rumit. Interaksi kedua pihak dibungkus dengan sikap saling curiga dan kerap menjadi penghalang untuk membangun sebuah hubungan mesra di bidang keamanan dan militer.
Jelas bahwa Rusia dan NATO memiliki banyak perbedaan menyangkut isu-isu global dan sepertinya ketegangan di antara mereka sulit dicairkan.
Mali, Proyek Neo-Imperialisme Barat di Afrika
Perancis dilaporkan sudah menempatkan 1.400 prajurit di Mali, lebih dari separuh dari total 2.500 yang akan dikirim ke negara bekas jajahannya itu. Pasukan Perancis dikirim ke negara Afrika Barat tersebut sebagai bagian dari operasi yang diklaim untuk menumpas kelompok-kelompok garis keras.
Jumlah prajurit itu meningkat cepat sejak pasukan pertama Perancis tiba pada 11 Januari lalu untuk menanggapi laju kelompok militan yang menguasai kota Konna, Mali tengah.
Pesawat tempur dikerahkan dari Perancis dan juga dilaporkan dari Chad. Pemerintah Perancis mengklaim bahwa mereka telah memperoleh izin untuk menggunakan wilayah udara Aljazair. Kedua negara Afrika itu juga bekas jajahan Perancis.
Selain itu, Perancis juga menerima dukungan cepat dari negara-negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat. Inggris telah mengirim pesawat kargo RAF CI7 dari pangkalan di East England ke Paris dalam rangka membantu logistik tempur militer Perancis.
AS juga membantu pasukan Perancis dengan pesawat-pesawat pengangkut. Washington juga menyetujui peningkatan kerjasama intelijen untuk membantu Paris, termasuk informasi dan pesawat pengintai tanpa awak serta satelit mata-mata. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengatakan, "Kami mendukung operasi Perancis di Mali dengan informasi intelijen dan pesawat transpor."
Secara resmi, Paris, London dan Washington melakukan intervensi militer di Mali untuk membantu pemerintah Bamako menumpas pemberontakan separatis di bagian utara negara itu.
Mali mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure. Pemberontak telah berhasil mengkonsolidasikan kontrol mereka atas wilayah yang luas dan sebagian besar gurun di sekitar kota utama Timbuktu.
Ada aroma neokolonial dalam penyebaran pasukan secara besar-besaran ke wilayah Afrika. Perancis dan sekutu Baratnya aktif mengangkat isu ancaman keamanan internasional yang diduga ditimbulkan oleh pemberontak di Mali. Presiden Francois Hollande berulang kali memperingatkan bahwa keamanan Perancis dan Eropa terancam jika pemberontak di Mali memperkuat kontrol mereka.
Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kedua pemimpin [Cameron dan Hollande] setuju bahwa situasi di Mali menimbulkan ancaman nyata terhadap keamanan internasional mengingat kegiatan teroris di sana.
Para politisi Amerika, pemimpin militer dan media-media Barat telah lama mengesankan Mali sebagai poros baru teror di dunia dan menegaskan bahwa pemerintah Barat harus bertindak tegas untuk mengatasi ancaman.
Namun, esensi "ancaman Islam" dari Mali tidak pernah dibuktikan. Masyarakat dunia dipaksa menerima begitu saja sabda dari Paris, London dan Washington, kumpulan negara "nakal" yang telah dan sedang melakukan perang ilegal di Afghanistan, Irak, Libya dan Suriah.
Pemberontakan warga melawan pemerintahan kolonialis Barat di Mali mungkin merupakan tujuan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, Perancis dan sekutu Baratnya mengobarkan konflik internal di Mali dan kemudian memutar episode baru cerita "perang melawan teror." Dengan cara ini, mereka akan mendapat mandat dunia untuk kembali memimpin perang melawan terorisme.
Kali ini, Perancis ingin memimpin petualangan neo-imperialis di wilayah-wilayah strategis dunia. Mali memiliki kekayaan alam yang melimpah berupa logam dan mineral. Negara itu juga menyimpan sumber utama emas, uranium, serta bijih besi, tembaga, timah dan mangan, dan juga bahan-bahan tambang lain seperti fosfat, garam dan kapur.
Selain itu, wilayah Afrika Barat juga memiliki potensi mengagumkan untuk pertanian dan minyak.
Intervensi militer Perancis dan negara-negara Barat lainnya di Mali - di bawah kedok "mengalahkan terorisme" – adalah upaya mambuka pintu bagi perusahaan-perusahaan Barat guna mengeruk kekayaan di Mali dan bahkan di seluruh benua Afrika.
Pada tahun 2011, pemboman Perancis dan NATO di Libya menandai awal baru dari neo-imperialisme Barat di Afrika. (IRIB Indonesia/RM)
Jerman Kirim Pesawat Militer ke Mali
Jerman telah mengirim dua pesawat angkut militer dengan 14 awaknya ke Mali di tengah bentrokan intensif di negara Afrika itu.
Pesawat yang dikirim Kamis malam (17/1) itu yang seharusnya untuk transportasi ke tentara Mali. Pesawat pertama akan mengangkut bahan medis dan kemudian terbang ke ibukota Mali Bamako.
Menurut angkatan udara Jerman, pesawat ketiga akan dikirim pada hari Jumat dari negara bagian selatan Bavaria untuk digunakan jika diperlukan.
Pada tanggal 16 Januari, Berlin menyatakan setuju untuk mengirimkan pesawat militernya mereaksi permintaan dari Paris.
Perancis memulai intervensi militernya sejak 11 Januari lalu melalui serangan udara dengan dalih untuk menghentikan gerakan maju kelompok milisi.
Sementara itu, para menteri luar negeri Uni Eropa sepakat mendukung Perancis dalam operasinya di Mali dengan menggulirkan misi militer untuk melatih tentara di negara yang berkecamuk itu.(IRIB Indonesia/MZ)
6 Rabiul Awal, Kelahiran Maulawi Jalaluddin Ar-Rumi
Kelahiran Maulawi Jalaluddin Ar-Rumi
Jalaluddin Mohammad bin Baha ad-Din Mohammad lahir di kota Balkh pada 6 Rabiul Awal 604 Hq. Ia pergi ke Turki bertepatan dengan serangan tentara Mongol dan tinggal di kota Konya.
Rumi belajar kepada ayahnya dan untuk beberapa waktu ia sempat belajar di Syam. Ketika kembali ke Konya, Jalaluddin Rumi menyibukkan dirinya mengajar ilmu-ilmu agama, sehingga suatu hari ia bertemu dengan seorang arif besar bernama Syamsuddin Mohammad bin Ali Tabrizi di kota itu juga. Pertemuan itu membuat hati Rumi membara hingga akhir hayatnya. Jalaluddin Rumi tidak pernah berhenti mencari hakikat ilahi.
Jalaluddin Rumi menghabiskan 30 tahun dari usianya untuk mencari hakikat di akhir umurnya. Di masa itu pula Rumi meninggal banyakkarya. Matsnawi Maulawi adalah karya monumentalnya yang ditulis dalam 26 ribu bait syair. Ia juga menulis Diwan Ghazal Syams, Rubaiyat yang terkenal, Majalis Sab'ah dan Fihi Ma Fihi.
Jerman Minta Inggris tidak Menggertak Eropa
Seorang pejabat senior Jerman dan sekutu dekat Kanselir Angela Merkel, memperingatkan Perdana Menteri Inggris David Cameron agar tidak menggertak Uni Eropa dengan menggelar referendum terkait keanggotaan di blok itu.
Ketua Komisi Urusan Eropa di Jerman, Gunther Krichbaum, yang memimpin sebuah delegasi tingkat tinggi parlemen dalam kunjungan ke London, memperingatkan bahwa opsi referendum dapat membahayakan Eropa dan membawa bencana ekonomi ke Inggris.
"Tentu saja ada risiko bahwa [referendum] bisa melumpuhkan upaya Eropa yang lebih baik dan integrasi yang lebih kuat. Inggris akan mengadapi risiko terisolasi dan ini tidak akan menguntungkan London," katanya.
"Anda tidak bisa menciptakan masa depan politik jika Anda menggertak negara-negara lain. Itu tidak akan membantu Inggris. Negara itu membutuhkan Eropa yang stabil dan pasar yang aktif," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schauble pada Desember 2012 menyatakan bahwa setiap upaya untuk menekan Jerman dengan ancaman keluar dari Uni Eropa, tidak akan ditolerir.
Cameron menghadapi tekanan dari parlemen untuk memberi kesempatan kepada publik Inggris terkait referendum keanggotaan negara itu di Eropa sebelum pemilu nasional pada 2015.
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh The Observer menemukan bahwa 56 persen warga Inggris akan memilih keluar dari Uni Eropa jika referendum digelar.
Pengurangan Bujet Pentagon dan Kecemasan Panetta
Masalah pengurangan anggaran militer Amerika dan dampaknya menimbulkan kecemasan luas di kementerian pertahanan AS (Pentagon), khususnya di sektor industri militer. Sekalipun demikian, dengan mencermati kesepakatan Gedung Putih dengan Kongres AS di tahun 2011, pengurangan bujet pemerintah federal, termasuk anggaran pertahanan merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Sekaitan dengan hal ini, Leon Panetta, Menteri Pertahanan AS hari Kamis (10/1) mengatakan, "Bila Kongres tidak mampu mencegah pengurangan bujet Pentagon hingga dua bulan ke depan, Pentagon harus mempersiapkan diri menghadap masalah ini." Dalam sebuah konferensi pers di Pentagon, Panetta mengatakan bahwa terlepas dari keputusan yang akan diambil oleh Kongres, kementerian pertahanan telah mempersiapkan diri menghadapi masalah ini.
Disebutkan bahwa kementerian pertahanan AS telah mengambil langkah-langkah antisipasi dengan mengurangi kontrak perbaikan dan penjagaan segala instalasi yang ada, begitu juga telah menghentikan perekrutan personel sipil dan mengundurkan tender-tender. Panetta mengatakan, "Tujuan dari program yang diterapkan ini untuk mengantisipasi pengurangan bujet Pentagon." Pengurangan anggaran militer Pentagon secara otomatis telah dimasukkan dalam UU Kontrol Bujet 2011 yang mencakup pengurangan 500 miliard dolar biaya pertahanan selama satu periode 10 tahun.
Selama Panetta menjadi orang nomor satu di kementerian pertahanan AS, ia berkali-kali memperingatkan soal pengurangan bujet militer AS. Menurutnya, pengurangan bujet yang dilakukan ini bakal menciptakan pengurangan tiba-tiba dan cepat anggaran militer AS. Padahal, Amerika di satu sisi tengah berperang di Afghanistan dan di sisi lain tengah memerangi apa yang disebut mereka dengan terorisme. Para pejabat Pentagon juga mengklaim bahwa pengurangan bujet militer AS akan menambah satu persen dari angka pengangguran di Amerika.
Menurut Pentagon, pengurangan ini tidak hanya merugikan sektor militer saja, tapi juga lapangan kerja di sektor swasta. Bagi Pentagon, masalah ini akan menyoal segala bentuk inovasi, kreasi dan kemampuan militer Amerika. Bagaimanapun juga, mereka yang menyusun program Pentagon mengkhawatirkan dampak serius dari pengurangan bujet militer dan melihat masalah ini sebagai satu hal yang lebih besar dari musuh.
Sementara itu, Robert Gates, mantan Menhan AS sebelum ini telah mereaksi soal pengurangan bujet Pentagon. Gates menyatakan bahwa pengurangan biaya kementerian pertahanan bakal menyoal peran Amerika sebagai polisi dunia. Tidak boleh dilupakan juga bahwa pengurangan bujet Pentagon dapat berakibat dihentikannya proyek-proyek besar militer Amerika. Itulah mengapa kalangan industri militer Amerika begitu aktif melobi kubu Republik di Kongres untuk mencegah pengurangan anggaran ini. Karena bila pengurangan bujet ini jadi diterapkan, maka gairah industri militer AS akan berkurang yang berujung pada semakin memburuknya perekonomian negara ini.
Krisis ekonomi yang melanda Amerika membuat para pejabat negara ini realistis melihat masa depan. Oleh karenanya, pengurangan anggaran militer menjadi satu hal yang tidak dapat dihindari. Masalah ini membuat Panetta memperingatkan jajarannya untuk mempersiapkan diri menerapkan kebijakan ini, selain tetap menyatakan ketidakpuasannya terkait pengurangan bujet Pentagon ini.
Thailand Deportasi Ratusan Imigran Rohingya

Indonesia Berharap Sengketa Diaoyu Diselesaikan Damai
Indonesia berharap China dan Jepang dapat menyelesaikan sengketa teritorial maritimnya di gugusan Kepulauan Diaoyu, Laut China Timur. Kepulauan itu disengketakan dengan Jepang, yang menyebutnya sebagai Kepulauan Senkaku.
"Kami berharap sengketa itu dapat diselesaikan secara bilateral dengan jalan damai sehingga tidak menganggu stabilitas kawasan," kata Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Jumat.
Hal itu disampaikannya saat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fan Chang Long.
Indonesia sebelumnya juga telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam rangka mendorong penyelesaian damai di Asia Timur terkait sengketa teritorial di gugusan Kepulauan Diaoyu atau yang dikenal di Jepang sebagai Senkaku.
"Indonesia berharap sengketa di Diaoyu dapat diselesaikan damai secara bilateral. Jangan sampai sengketa itu justru menjadi konflik yang makin berkembang dan menganggu stabilitas kawasan," kata Sjafrie menegaskan.
Pemerintah China kembali mengirimkan empat kapal pengintai ke Pulau Diaoyu yang disengketakan dengan Jepang sebagai upaya menjaga wilayah maritimnya, yaitu Haijian 51, Haijian 26, Haijian 66, dan Haijian 13.
China mengklaim pengiriman keempat kapal perang pengintai itu untuk mengamankan teritorial maritim China di Pulau Diaoyu atau yang di Jepang dikenal sebagai Senkaku.
Sementara itu, dari Jepang dilaporkan pihak penjaga pantai setempat mengatakan bahwa keempat kapal laut pengintai itu terlihat bergerak di 12 mil laut dari kepulauan.
Itu kali pertama sejak 31 Desember dan ke-21 kali sejak Jepang menasionalisasi kepulauan pulau itu pada bulan September. Otoritas Jepang juga mencatat satu pesawat jet tempur milik China melintasi wilayah udara di atas pulau-pulau tersebut pada awal bulan lalu.
Tokyo menanggapi kejadian itu dengan mengirimkan jet tempur dan mengatakan itu adalah kali pertamanya Beijing melanggar wilayah udaranya setidaknya sejak 1958.
Pada hari Sabtu, pesawat lain milik China mendekati pulau-pulau itu tanpa memasuki wilayah udara, dan mendorong lagi pengiriman jet-jet tempur Jepang ke wilayah itu.
Di sisi lain, China secara terang-terangan mengklaim sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Klaim sepihak itu berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan, karena Brunei Darussalam, Filipina, Viet Nahm, dan Malaysia terganggu kepentingannya