کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 20 November 2012 13:52

Sair Suluk Asyura: Makna Taawun

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, kita kita membahas makna taawun. Taawun adalah kata pertama yang mengandung makna itsbat dan penafian dalam ayat taawun. Dalam bab taawun ada dua gambaran yang perlu diperhatikan. Gambaran pertamanya adalah dua orang yang saling membantu mengerjakan satu hal, yang secara literatur berdimensi tafaa'ul yang menuntut partisipasi dua orang. Misalnya ketika mengangkat sesuatu yang berat, maka mengangkatnya tidak bisa sendirian dan diperlukan dua orang. Sebagian pihak yang tidak terlalu teliti menilai aksi tersebut sebagai taawun, yang menurut definisinya adalah ‘bekerjasama dalam mengerjakan sesuatu'.

Adapun gambaran kedua adalah seseorang sebagi pelaku utama sebuah aksi namun ada pihak lain yang menyediakan kondisi atau sarana aksi tersebut. Misalnya ketika ada orang ingin membunuh seseorang dan Anda memberinya pisau. Benar bahwa dia yang membunuh orang itu, akan tetapi Anda yang memberinya pisau dan menyediakan sarana untuk kejahatan tersebut. Ini yang dinamakan dengan I'anah (pertolongan).

Lalu yang mana makna taawun di antara dua opsi tersebut? Apakah bekerjasama dalam mengerjakan sesuatu, atau menyediakan kondisi dan sarana dalam sebuah aksi?

Jawaban: Mereka yang teliti dalam mencari makna kata taawun baik dari sisi definisi dalam kamus maupun dari pemahaman umum, maka mereka akan memilih makna yang kedua. Merujuk pada kamus al-Munjid atau kamus bahasa Arab lain, maka makna kata aun adalah menolong dan membantu. Yakni membantu sebuah amal atau aksi yang dilakukan oleh orang lain.

Makna yang dimaksud dalam surat berkenaan dengan taawun juga makna tersebut. Audiens ayat tersebut adalah orang-orang mukmin:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

Dan kemudian Allah Swt berfirman:

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚوَاتَّقُوا اللَّـهَ ۖإِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Jika taawun di sini adalah makna pertama, maka berarti semua orang mukmin berkumpul dan bersama-sama mengerjakan sebuah amal. Misalnya, mereka semua berkumpul untuk mengangkat batu berat itu bersama-sama. Padahal maknanya sama sekali tidak demikian.

Ayat tersebut bermakna agar setiap mukmin saling membantu dalam mengerjakan kebaikan dan ketakwaan. Bantulah mukmin lain dalam melaksanakan kebajikan, sediakan sarana untuknya, karena dia tidak dapat melaksanakannya sendirian. Dia juga harus menolongmu dan menyiapkan sarana agar kau dapat melaksanakan kebajikan. Yakni, kalian semua melaksanakan amal masing-masing dan mukmin yang lain akan membantu kalian dalam menyiapkan kondisi atau sarana baik dari sisi materi maupun spiritual.

Dengan demikian, yang dimaksud adalah ianah atau menolong dan membantu. Benar bahwa mungkin dalam susunan kalimat, maknanya dapat berubah, akan tetapi akar dan makna utamanya tidak boleh dilupakan. Semua orang memerlukan bantuan, akan tetapi bantuan tersebut tidak bersifat mutlak.

Sekarang saya akan sebutkan beberapa riwayat. Ada satu riwayat panjang dalam kitab Bihar al-Anwar (jilid satu, halaman 322) tentang permintaan seorang mukmin kepada Imam Ja'far as-Sadiq as;

وَاللّه فِی عَونِ المُؤمِنِ مَا کَانَ المُؤمِنُ فِی عَونِ أخِیهِ

Allah Swt akan menolong seorang mukmin hanya ketika dia (mukmin itu) menolong saudara mukminnya.

Riwayat berikutnya adalah dari Rasulullah Saw:

خَیرُ إخوَانِکَ مَن أعَانَکَ عَلَی طَاعَةِ الله وَ صَدَّک عَن مَعَاصِیهِ وَأمَرَکَ بِرِضَاهُ

Saudara terbaik adalah yang membantumu dalam menaati perintah Allah Swt. Apakah ini berarti bersama-sama shalat atau berpuasa? Makna taawun tidak seperti itu. Baik taawun atau ianah, keduanya memiliki makna yang sama yaitu membantu atau menolong.

Riwayat selanjutnya adalah dari Imam Ali as yang berkata:

خَیرَالأموَالِ مَا أعَانَ عَلَی المَکَرِم

Atau riwayat lain:

خَیرُ الإخوَانِ المُسَاعِدُ عَلَی أعمَالِ الآخِرَةِ

Yakni bahwa saudara terbaik adalah yang menolongmu beramal saleh. Ada banyak riwayat seperti ini.Taawun yang ada dalam ayat tersebut merupakan hukum dan prinsip dalam Islam serta menjadi landasan utama dalam hubungan sosial masyarakat Islam. Ayat itu juga telah menjelaskan mekanisme taawun tersebut.

Dia adalah Antoine Bara, seorang cendikiawan, pemikir, dan tokoh terkemuka Kristen. Bukunya berjudul ‘Imam Hussein in Christian Ideology' telah menuai kontroversi luas. Pasalnya, sang penulis berpendapat bahwa Jesus (Nabi Isa as) telah memberitahukan munculnya Imam Husein as.

Bara menyatakan bahwa Imam Hussein as tidak khusus untuk Syiah atau Muslim saja, tetapi milik seluruh dunia karena menurutnya beliau adalah "hati nurani agama". Bara juga tidak pernah menyebut nama Imam Husein tanpa alaihissalam (peace be upon him).

Bara mengklaim dirinya sebagai Syiah dan menilai menjadi Syiah adalah "tingkat cinta tertinggi kepada Allah Swt." Menurutnya semua orang dapat menjadi Syiah meskipun agamanya berbeda, tergantung pada interpretasinya.

Tahun 2008 dia diwawancarai oleh situs Tebyan berkenaan dengan buku kontroversialnya itu.

Menjelaskan kisah di balik penulisan buku Imam Hussein in Christian Ideology Bara mengatakan: "Pada awalnya, saya tidak tahu tentang insiden brutal di Karbala, kecuali garis-garis besarnya saja bahwa Imam Husein as bangkit melawan Yazid dan terbunuhnya beliau di Karbala. Ini karena selama pendidikan kami, insiden ini hanya disinggug tanpa menyebutkan detail. Ketika saya bertemu dengan Imam al-Shirazi di Kuwait, lebih dari 40 tahun lalu, dia memberi saja beberapa buku tentang Imam Husein as. Saya membaca buku-buku tersebut dan saya mengungkap bahwa buku-buku itu menyimpan kisah unik heroik."

"Saya juga terkejut bahwa kisah ini tidak mengundang perhatian para cendikiawan Muslim. Seorang Muslim non-Syiah berbicara tentang kejadian tersebut seoalah hanya sebuah peristiwa sejarah biasa. Ini disebabkan karena pandangan yang berlaku dalam masyarakat tempat dia hidup tidak mengijinkannya untuk melawan lingkungan dan budaya yang ada. Di sisi lain, peristiwa ini (Karbala) memiliki sisi afeksi yang sangat penting bagi Muslim Syiah."

"Adapun para orientalis, tulisan-tulisan mereka hanya mempersembahkan pandangan-pandangan materialistik saja dan mengenyampingkan dimensi spiritual dan sosial dari revolusi tersebut. Ini semua memotivasi saya untuk mencatat pendapat tentang revolusi ini dan tentang sosok Imam Husein as."

"Pandangan saya mungkin yang paling netral dan obyektif dibanding berbagai pertimbangan agama dan emosional. Saya seorang penulis Kristen dan peneliti yang tinggal di negara Muslim serta mengenal budaya Muslim dari sumber yang sama yang membuat identitas sosial dan kultural saya menjadi seperti Muslim meski saya adalah Kristen. Ini yang menyempurnakan kesadaran dan pemahaman saya tentang Imam Husein as. Yang jelas, saya tidak punya kepentingan apapun untuk menulis topik ini."

"Meski demikian, saya sering mengunjungi Imam al-Shirazi di Kuwait bersama teman saya Azhar al-Khafagi. Dalam sebuah percakapan, saya mengatakan bahwa menyusul kebiasaan jurnalistik saya, sudah banyak catatan saya tentang Imam Husein as. Imam al-Shirazi berkata kepada saya, "mengapa kau tidak mengumpulkan catatan-catatan tersebut dalam sebuah buku?" "saya akan mempertimbangkannya," jawab saya."

"Ide itu mengendap di otak saya, lalu saya pergi ke kantor saya dan mengumpulkan catatan yang telah saya tulis, yang sekarang tampak sangat banyak dan saya memulai melakukan penelitian lebih mendalam. Seperti yang Anda ketahui, ketika seorang peneliti memulai meneliti, maka dia tidak akan merasa selesai. Ketika saya semakin dalam, penelitian semakin sulit dan saya menemukan diri saya terjebak di medan ranjau sensitivitas. Anda mengadopsi sebuah opini yang akan menyenangkan sebagian kelompok akan tetapi tidak untuk sebagian lain, fakta ini saja bahwa sebagai seorang Kristen seharusnya saya melepaskan penelitian seperti ini yang sepenuhnya adalah milik Muslim."

"Meski demikian, saya tetap melanjutkan penelitian saya seperti yang saya pikir bahwa kami, sebagai Kristen, harus memiliki pandangan yang imbang ketimbang Muslim, berkaitan dengan Imam Husein as. Saya tidak menyimpan rahasia bahwa selama proses penulisan, saya merasa adalah inspirasi moral spesial yang mendorong saya untuk terus meneliti, mengedit, dan menulis, sesulit apapun itu berdasarkan berbagai macam pertimbangan. Saya berusaha meliput semua aspek melalui banyak penjelasan dan analisa dari berbagai sisi dan dimensi."

Saya juga mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan revolusi dan sosok Imam Husein as: mengapa pertempuran ini terjadi dan apakah untuk tujuan duniawi? Mengapa Imam Husein as mencari kesyahidan? Apa rahasia di balik ucapan dan seruan beliau? Mengapa dia membawa serta perempuan adan anak-anak bersamanya? Ini memperpajang masa penulisan sampai lebih dari lima tahun, dua tahun di antaranya sepenuhnya untuk proses penulisan. Meski kala itu saya belum menikah, penulisan buku tersebut memakan waktu sedemikian lama. Buat saya ini sangat lama karena tidak ada karya lain saya yang memakan waktu lebih dari dua tahun untuk merampungkannya.

"Segera setelah saya merampungkan buku itu, yang sudah saya ubah dan revisi kembali, saya mengirimnya kepada Imam al-Shirazi. Dia membacanya dan menyukainya dan dia mengatakan ini, "Cetak langsung!" Saya katakan kepadanya bahwa saya akan segera melakukanya jika dia bersedia menulis kata pengantar dan dia pun setuju. Saya menghubungi Baqir Khureibit, editor majalah Sawt al-Khaleej, tempat saya bekerja, dan dia setuju untuk mencetak buku itu; dengan demikian buku tersebut dicetak."

Berbicara reaksi dan tanggapan setelah pencetakan bukunya itu, Bara mengatakan, "Tentu ini menuai berbagai reaksi; lebih dari yang Anda dapat bayangkan. Benar bahwa Syiah khususnya dan umat Muslim secara umum menerima buku itu dan saya tahu banyak orang yang mempertimbangkannya sebagai buku terbaik yang pernah ditulis tentang Imam Husein as, akan tetapi sebagian Muslim dan Kristen menolaknya."

"Sebagai contoh mereka mengatakan, ‘dia adalah seorang Kristen, bagaimana dia bisa menjadi seorang pendukung keluarga Nabi Muhammad Saw?' Saya ingat ada seorang di Beirut yang mencetak buku untuk menjawab buku saya. Namun sandaran buku tersebut sangat lemah dan dangkal. Sang penulis berusaha membuktikan bahwa masalah Imam Husein as hanya sebuah insiden sejarah yang berkaitan dengan perebutan kekuasaan. Di sisi lain, adalah sebuah thesis doktoral yang ditulis tentang buku saya dan diajukan ke salah satu universitas di Lebanon. Ada juga seseorang dari Universitas Lahore Pakistan bernama Mushtaq Assad, meminta ijin dari saya untuk menerjemahkan buku itu ke bahasa Urdu. Saya langsung menyetujuinya. Dia terkejut karena saya tidak meminta bagian keuntungan. Saya berkata "saya tidak menulis buku itu demi profit, melainkan karena keyakinan saya kepada Imam Husein as."

"Juga seorang doktor keturunan Irak bernama Ridha Rasheed, yang datag dari Austria meminta ijin menerjemahkan buku itu ke bahasa Austria dan Rusia. Saya juga menyetujuinya. Syukur kepada Tuhan, buku itu telah diterjemahkan ke 17 bahasa dunia. Ini semua berkat kebesaran Imam Husein as."

Sepuluh tahun setelah publikasi buku tersebut, saya terkejut dipanggil ke Kuwait, tempat saya dulu bekerja, untuk diinvestigasi. Saya dituding telah menentang Khalifah Muslim! Ketika hadir di pengadilan, saya mengetahui bahwa gugatan itu diajukan oleh pemerintah Kuwait. Mereka keberatan pada bagian dalam buku itu yang menilai pemerintahan Khalifah Utsman bin Afan korup dan bahwa politik tersebut yang memberi kesempatan kepada Bani Umayyah berkuasa. Saya membela diri dengan menjelaskan bahwa saya mengutipnya dari buku-buku Muslim. Saya juga menyebutkan nama buku-buku tersebut yang banyak beredar dan dapat dijangkau di perpustakaan publik."

"Kepada hakim saya berkata, 'anda melupakan 499 halaman yang memuji tokoh Islam mulai dari Nabi Muhammad Saw, Ali as, Fatimah sa, Hasan dan Husein as, serta hanya mengandalkan satu halaman yang Anda mengklaimnya menentang Utsman!' Singkat kata, hakim mendenda saya 50 dinar Kuwait serta menyita dan melarang buku yang telah dicetak lebih dari tiga kali dalam katalog elektronik pada pameran buku, dan seperti yang Anda tahu, buku tersebut telah dibaca luas sebelum pelarangannya."

Ketika Antoine Bara ditanya apakah penulisan buku tersebut merupakan sebuah interpretasi keinginan khusus yang dimilikinya atau murni riset, dia mengatakan, "Kedua-duanya. Pada awalnya, menulis buku bertujuan ilmiah akan tetapi ketika saya semakin menyelam lebih dalam dan lebih luas tentang topik sejarah ini, tumbuh sebuah perasaan kebesaran Imam Husein as pada diri saya. Manusia ini telah mengorbankan dirinya untuk agama, prinsip-prinsip, dan menyelamatkan Muslim dari penyimpangan dari jalan Islam guna memastikan berlanjutnya pesan dan penyampaiannya dari satu generasi ke generasi lain."

"Jika dia [Imam Husein as] tidak mengorbankan dirinya pada dimensi emosional tingkat tinggi itu, maka pengaruh dari pemeliharaan agama Islam, tidak sebesar yang dirasakan masyarakat saat ini. Buktinya adalah apa yang terjadi ketika para tahanan perang kembali ke Damaskus; orang-orang Sunni, Syiah, dan Kristen melempari serdadu [Yazid] dengan batu karena mereka semua merasa terpengaruh [atas peristiwa Karbala]. Peristiwa yang sama juga terjadi di Homs ketika masyarakat memukuli para serdadu dan tidak memberi mereka air, karena mereka telah mengharamkan air untuk keluarga Nabi Muhammad Saw."

"Pada hakikatnya, prinsip-prinsip kemanusiaan dibangkitkan dalam revolusi Asyura. Ini yang mendorong saya terus untuk menulis buku yang telah melelahkan dan menimbulkan masalah buat saya, tanpa ada keuntungan pribadi lain bagi saya kecuali berkah dari Imam Husein as. Berkah yang saya maksud di sini adalah fakta bahwa buku tersebut telah diceak lebih dari 20 kali, tiga di antaranya oleh saya. Banyak pihak yang telah mencetak buku tersebut tanpa ijin akan tetapi saya tidak mempermasalahkannya, karena saya tidak menilai buku itu sebagai milik pribadi, sebaliknya buku itu adalah milik seluruh umat manusia sama seperti Imam Husein as adalah milik seluruh umat manusia."

(IRIB Indonesia/Muiz Sulistiono)

Revolusi Asyura merupakan salah satu kebangkitan yang paling berpengaruh dan abadi dalam lembaran sejarah dunia. Di tengah berbagai gejolak dunia, jarang sekali ada peristiwa yang terekam secara detail dan rinci dalam buku-buku sejarah, namun kebangkitan Asyura meski telah lebih dari 14 abad silam tetap dikenang dan diperingati setiap tahun pada bulan Muharram dan bahkan lebih megah dari tahun-tahun sebelumnya. Cucu baginda Rasul Saw, Sayidina Husein as melakukan revolusi ketika hakikat Islam telah diselewengkan, ajaran dan muatan syariat telah disimpangkan, dan kekhalifahan Rasulullah Saw telah dijadikan barang warisan oleh Bani Umayyah.

Keagungan revolusi Asyura sejak awal telah menyita perhatian dari sebagian besar ulama dan pemikir untuk mengupas dan mengulas peristiwa tersebut. Kesyahidan Sayidina Husein as dengan cara yang paling tragis membawa banyak dampak negatif bagi pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Oleh sebab itu, penguasa terpaksa mendistorsi kebenaran dan memproduksi cerita-cerita picisan untuk menutupi dosanya. Pada masa itu, para perawi dan sejarawan istana adalah orang-orang yang mampu mengarang cerita demi memenuhi ambisi Yazid.

Mereka menggulirkan sebuah isu di tengah masyarakat demi membenarkan tindakan Yazid yaitu, "Yazid adalah khalifah umat Islam dan setiap Muslim wajib berbaiat dengannya dan barang siapa yang tidak setia kepadanya, maka dia telah keluar dari Islam dan darahnya halal untuk ditumpahkan. Oleh karena itu, pembantaian Husein oleh Yazid adalah sebuah tindakan yang benar." Namun, para pemikir Muslim termasuk sebagian besar ulama Sunni menolak pembenaran itu. Mereka selain membenarkan kebangkitan Sayidina Husein as, juga menganggap Yazid telah keluar dari agama dan kafir.

Salah seorang ulama besar Sunni, Abu al-Faraj ibn al-Jawzi mengutuk keras Yazid dan membela Sayidina Husein as. Ibn Jawzi mengenai laknat terhadap Yazid mengatakan, "Kitab suci al-Quran melaknat dan mengecam orang-orang serta menganggap mereka sebagai penghuni neraka dimana memiliki dosa lebih ringan dari Yazid. Perlu diketahui bahwa dosa Yazid jauh lebih besar dari mereka." Ibn Jawzi menambahkan, "Jika kita melihat sejarah, kita akan paham bahwa Yazid sama sekali bukan khalifah dan masyarakat terpaksa berbaiat dengannya. Dia sama sekali tidak menjauhi pekerjaan kotor dan katakanlah jika kita membenarkan baiat itu, pekerjaan-pekerjaan menyimpang yang dia lakukan dengan sendirinya akan merusak baiat."

Marji' dan Mufti Besar Sunni Irak, Allamah Syahabuddin Mahmud al-Alusi juga menyodorkan dukumen otentik tentang melaknat Yazid. Beliau dalam kitabnya Tafsir Ruh al-Ma'ani ketika menafsirkan ayat 22 dan 23 surat Muhammad, mengatakan "Jika kalian berpaling dari Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada hal lain yang akan terjadi kecuali kalian menyebarkan fitnah dan melakukan kerusakan di muka bumi serta memutus tali persaudaraan hanya karena harta dunia. Mereka adalah orang-orang yang dilaknat oleh Tuhan serta hati, telinga, dan mata mereka telah dibutakan."

Al-Alusi kemudian menukil penjelasan dari Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya oleh putranya tentang hukum melaknat Yazid. Imam Hanbali menjawab, "Bagaimana tidak melaknat orang yang telah dilaknat oleh Tuhan dalam kitabnya?" Abdullah, putra Imam Hanbali menimpali, "Aku membaca kitab Allah, tapi tidak menemukan laknat atas Yazid?" Imam Hanbali menjawab, "Dosa yang dilakukan Yazid lebih besar dari kerusakan dan pemutusan tali persaudaraan."

Seorang teolog besar Sunni pada abad kedelapan, Mas'ud ibn Umar Taftazani dalam bukunya Sharh al-Maqasid, menyinggung ketertindasan Ahlu Bait Nabi as dan mengatakan, "Mereka telah menzalimi keluarga Nabi dan ini tidak bisa ditutup-tutupi. Kezaliman itu sampai membuat apa yang ada di bumi dan langit meneteskan air mata dan tidak bisa hilang dengan berlalunya waktu. Laknat Tuhan kepada orang yang telah terlibat dalam kezaliman itu atau rela dengan itu." Sementara itu, Ibnu khaldun seorang sejarawan dan politikus abad kedelapan dalam buku fenomenalnya ‘Muqaddimah' menulis, "Yazid karena seorang fasik, maka wajib untuk menentangnya. Kerusakan Yazid diketahui oleh semua masyarakat Islam, oleh karena itu Sayidina Husein as telah berbuat benar dan tindakan beliau adalah perbuatan baik."

Salah satu pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah mengapa Sayidina Husein as tetap bersikeras pergi ke Karbala meski beliau mengetahui akan terbunuh di sana? Seorang ulama Sunni terkenal dari Mesir, Taufiq Abu ‘Ilm menganalisa revolusi Asyura dan kebangkitan Sayidina Husein as. Mengenai pertanyaan itu, beliau menulis "Sayidina Husein as berangkat ke Karbala dari satu sisi untuk melakukan kebangkitan dan dari sisi lain untuk menolak berbaiat dengan Yazid. Tentu saja, Sayidina Husein as mengetahui bahwa kedua perbuatan itu akan mendatangkan kematiannya, sebab jika beliau berbaiat kepada Yazid, ini adalah sebuah pembenaran atas perubahan-perubahan mendasar yang akan dilakukan Yazid dalam agama dan menciptakan banyak bid'ah. Oleh sebab itu, Husein mengorbankan diri, keluarga dan anak-anaknya demi kakeknya Rasulullah Saw dan pilar-pilar Dinasti Bani Umayyah juga tidak akan runtuh kecuali dengan terbunuhnya Husein. Beliau tidak bangkit untuk mencari dunia dan kedudukan, tapi ingin menegakkan hukum-hukum Tuhan."

Seorang pemikir dan penulis Sunni Lebanon, Syeikh Abdullah Alayli seraya menganalisa kondisi di masa kekuasaan Yazid, menilai haram sikap diam dalam keadaan seperti itu bagi orang Muslim dan orang-orang merdeka. Beliau meyakini bahwa pribadi yang paling layak dan memikul tanggung jawab besar untuk memperbaiki kebrobrokan umat pada masa itu adalah Sayidina Husein as. Kebangkitan Husein merupakan tuntutan seluruh umat Islam. Gerakan itu membawa perubahan besar hingga mengguncang Dinasti Bani Umayyah dan pada akhirnya menumbangkan kerajaan mereka.

Ulama besar ini menulis, "Semua pemikir Muslim pada masa itu menyadari bahwa Yazid tidak layak untuk memimpin masyarakat Islam. Siapa pun tidak dibenarkan untuk diam dalam kondisi seperti itu dan tugas mereka adalah menentang dan memprotes penguasa. Kebangkitan Husein as bukan untuk mendeklarasikan dirinya sebagai kandidat penguasa, tapi untuk memprotes pemerintahan Yazid." Syeikh Alayli lebih lanjut mengatakan, "Setiap individu menghadapi dua kejadian, hari kehidupan dan hari kematian. Akan tetapi, engkau wahai Husein as hanya menghadapi satu kejadian yaitu hari kehidupan, sebab engkau tidak pernah mati dan engkau telah mempertaruhkan jiwamu untuk membela keyakinan yang suci dan untuk tujuan besar serta cita-cita muliamu. Oleh karena itu, selama kebenaran, hakikat, dan Islam hidup, engkau juga hidup wahai Husein as."

Sementara itu, pemikir besar Mesir, Sayyid Qutb terkait kebangkitan Sayidina Husein as, menulis "Buah dari gerakan Husein dalam skala kecil adalah sebuah kekalahan, tapi pada realitanya dan dalam skala luas, seluruhnya adalah kemenangan. Tidak ada syahid di seluruh dunia seperti Husein as yang menyedot emosional dan hati semua orang serta mendorong semua generasi untuk hidup mulia dan berani berkorban. Ada banyak orang bahkan jika hidup seribu tahun, tidak bisa menyebarluaskan keyakinan dan dakwahnya, tapi Husein mampu melakukan itu dengan kesyahidannya. Tidak ada pidato yang bisa menarik jutaan hati, kecuali pidato terakhir Sayidina Husein yang telah menciptakan gerakan dan perubahan masyarakat dalam lembaran panjang sejarah."

Peristiwa Karbala telah menembus semua jiwa dan hati, dimana banyak pembesar Sunni yang melukiskan dukanya dalam bait-bait syair. Imam Syafi'I dalam baitnya berkata, "Husein dibunuh tanpa dosa, bajunya telah berlumur darah. Sungguh aneh bagi kita sebagai masyarakat di satu sisi mengirimkan shalawat kepada keluarga Nabi, dan di sisi lain menyakiti dan membunuh anak-anak beliau! Duhai alangkah anehnya! Jika aku dianggap berdosa karena mencintai keluarga Muhammad, maka aku tidak akan bertaubat dari dosaku. Ahlul Bait Nabi akan menjadi pemberi syafaat kepadaku di hari kiamat, dan jika aku memusuhi mereka, ini adalah dosa yang tak terampuni.

Ubaidillah bin Ziyad Mobilisasi Warga Kufah Lawan Imam Husein as

Di masjid Kufah, Abdullah bin Ziyad berkata kepada warga yang hadir, "Wahai warga Kufah! Kalian telah menguji keturunan Abu Sufyan, dan telah menemukan mereka sebagaimana yang kalian inginkan! Kalian mengenal Yazid yang berakhlak dan berperilaku baik pada para bawahannya. Seluruh pemberian-pemberiannya berada pada tempatnya yang tepat. Demikian juga dengan ayahnya. Kini Yazid memerintahkanku untuk membagi-bagikan uang kepada kalian dan mengirimkan kalian untuk melawan musuhnya, Husein."

Setelah itu, ia memerintahkan untuk mengumumkan kepada seluruh warga dan mempersiapkan rakyat untuk bergerak menuju medan laga.

Syimr bin Dzil Jausyan bersama empat ribu pasukan; Yazid bin Rakab, dua ribu, Husein bin Namir, empat ribu; Mazhayir bin Rahinah, tiga ribu, dan Nashr bin Harsyah dengan dua ribu pasukan. Keseluruhannya menyatakan diri siap berperang melawan Imam Husein as.

Dan perjalanan menuju Karbala segera dimulai.

Dalam menjawab Qais bin Asy'ab yang menyarankannya untuk berbaiat pada Yazid, Imam Husein bin Ali as berkata, "Tidak, demi Allah! Aku tidak akan meletakkan tanganku dengan hina di atas tangan mereka, dan juga tidak akan melarikan diri dari medan laga sebagaimana para budak."

 

Abul Qasim Muhammad Baghdadi Meninggal

Tanggal 4 Muharam 485 Hijriah, Abul Qasim Muhammad Baghdadi, yang terkenal dengan nama Ibnu Naqiya, seorang penyair dan penulis terkenal dari Bagdad, meninggal dunia. Abul Qasim Baghdadi dikenal karena syair-syairnya yang indah, penuh hikmah, dan menggunakan bahasa yang sederhana, yang dimuat dalam buku kumpulan syairnya yang berjudul Maqamaat. Dalam buku ini, Ibnu Naqiya mengkritik kerusakan-kerusakan sosial dalam bentuk hikayat dan humor.

Ibnu Naqiya juga menulis buku lain berjudul "al-Jaman fi Tashbihaatil Quran" yang berisi penafsiran terhadap 226 ayat Al-Quran.

 

Abu Abdullah Muhammad Imrawi meninggal dunia

Tanggal 4 Muharam 1264 Hijriah, Abu Abdullah Muhammad Imrawi Fasi yang terkenal dengan gelar Ibn Idris, seorang menteri, penulis dan penyair muslim Maroko meninggal dunia. Ia memulai pelajarannya dengan menghafal Al Quran, lalu mempelajari ilmu nahwu dan sastra Arab. Sebelumnya, Ibn Idris bekerja sebagai petugas perpustakaan, kemudian bekerja sebagai juru tulis. Ia juga pernah bekerja sebagai juru tulis para sejarawan terkenal di zamannya. Dengan cara ini ia mendapat pengetahuan yang luas di bidang menulis kasidah dan serangan Perancis ke Aljazair sebanyak 111 bait seraya menyeru umat Islam untuk berjihad.

Tidak lama kemudian, karena konspirasi musuh, Ibnu Idris dipenjara dan disiksa oleh Sultan Maroko, lantaran dituduh sebagai pengerak utama pemberontakan. Selepas bebas dari penjara, Ibn Idris mengasingkan diri dan menumpukan perhatiannya dengan menulis syair. Kebanyakan syair-syairnya berisi pujian atas keagungan Rasulullah Saw dan keindahan alam semesta

Selasa, 20 November 2012 13:43

Rahasia Keabadian Revolusi Imam Husein as

Imam Husain as adalah simbol manusia sempurna yang berjuang di medan laga hingga meraih kesyahidan. Revolusi beliau adalah sebuah gerakan perlawanan yang didasari oleh kehendak dan ikhtiyar melawan keinginan dan kecendrungan hawa nafsu. Hal ini menjadi sebuah teladan baik bagi setiap manusia, bahwa mereka bisa mengalahkan keinginan hawa nafsunya dan berjuang di jalan Allah Swt walaupun harus menerima kematian demi kemuliaan dan menolak hidup hina.

Meski peristiwa Asyura telah lama berlalu, namun pesonanya hingga kini masih menyita perhatian umat Islam dan orang-orang merdeka di dunia. Sepanjang sejarah umat manusia, berbagai peristiwa terjadi dan kebanyakan dari kejadian itu hilang ditelan masa, tapi tragedi Karbala menjadi satu-satunya peristiwa yang selalu dikenang dan diperingati sepanjang sejarah. Pada hari kesepuluh tahun 61 Hijriyah, seruan Imam Husein as dan para sahabatnya untuk menegakkan kebenaran tidak didengar oleh umat, tapi kini jeritan itu disambut hangat di seluruh penjuru dunia dan manusia modern haus akan nilai-nilai perjuangan beliau.

Agama Islam dibangun di landasan fitrah yang suci dan fitrah itu juga tertanam dalam diri semua manusia dengan kadar yang sama. Oleh karena itu, manusia secara esensial akan mengembara mencari Tuhan, keadilan, keindahan, kebebasan, dan keabadian. Akan tetapi, terkadang kelalaian dan dosa atau perubahan dan kondisi sosial, ekonomi, dan politik di sebuah masyarakat akan menjauhkan manusia dari pesan-pesan fitrah dan mereka mengabaikan seruannya. Tak heran bahwa misi utama para nabi dan pemuka agama adalah menyadarkan manusia akan pesan-pesan fitrah dan mengingatkan nikmat-nikmat Allah Swt yang telah dilupakan.

Dapat dikatakan bahwa misi utama Imam Husein as juga membimbing manusia kepada kebenaran, kejujuran, dan akhlak mulia kemanusiaan yang memang serasi dengan tabiat manusia. Beliau ingin menghapus rintangan-rintangan yang menutupi jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Hambatan terbesar yang dihadapi Imam Husein as adalah kekuasaan tiran Dinasti Umayyah, yang merampas hak-hak masyarakat untuk memberi jawaban positif pada seruan fitrah mereka.

Syahid Murtadha Mutahhari mengatakan, "Sepanjang sejarah, kebenaran dan kebatilan selalu berperang. Dan Al-Quran menjanjikan kemenangan kebenaran atas kebatilan. Kebenaran menjadi lestari dan abadi karena ia adalah sebuah gerakan alami dan relevan dengan fitrah manusia. Setiap perkara yang berlawanan dengan fitrah manusia pasti tak akan bertahan lama dan segera lenyap. Lantaran revolusi Imam Husein as adalah sebuah gerakan yang serasi dengan fitrah manusia, maka ia akan abadi."

Pada era Dinasti Umayyah, masyarakat mengambil jarak dari tuntutan menegakkan kebenaran, kebebasan, moralitas, dan keadilan. Kondisi pada masa itu membuat masyarakat menjauhi nilai-nilai agama dan kemanusiaannya dan lebih condong pada kerusakan dan kezaliman. Menyaksikan kondisi yang demikian, Imam Husein as terpanggil untuk mengembalikan mereka kepada ajaran murni agama dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Dimensi perlawanan Imam Husein as merupakan sebuah dimensi global dan kemanusiaan serta terkait dengan semua umat manusia. Mungkin atas dasar ini pula, pemimpin kemerdekaan India, Mahatma Gandhi berkata, "Saya telah belajar dari Husein bagaimana menjadi tertindas yang menang." Pada kesempatan lain, ia mengatakan, "Aku tidak membawa sesuatu yang baru untuk rakyat India, aku hanya membawa hasil dari perenungan, kajian, dan penelitianku terhadap sejarah kehidupan para pahlawan Karbala untuk mengangkat harkat bangsa India. Jika kita ingin menyelamatkan bangsa ini, maka kita wajib melakukan apa yang telah dilakukan oleh Husein."

Banyak dari penulis terkenal dunia seperti, Kurt Frischler yang menulis buku tentang keagungan jiwa dan kepribadian istimewa Imam Husein as. Sebab, kebangkitan Imam Husein as merupakan sebuah gerakan untuk menyadarkan dan mengembalikan manusia pada nilai-nilai sejati kemanusiaan. Seruan ini milik semua orang dan akan abadi. Beliau memulai perjuangannya untuk memisahkan antara hak dan batil. Imam Husein as mengetahui bahwa kekuasaan Yazid bin Muawiyah terbentuk dengan menunggangi kebatilan dan jika terus dibiarkan, maka semua kerja keras para nabi untuk menegakkan keadilan dan kebenaran akan sia-sia. Oleh sebab itu, beliau dalam berbagai kesempatan telah memperkenalkan wajah sejati kebenaran dan kebatilan.

Menurut Imam Husein as, kebatilan adalah kekuatan lahiriyah yang mengabaikan ketentuan dan ketetapan Tuhan serta menjadikan manusia sebagai budak sehingga mereka tak berdaya membela hak-haknya. Perang antara hak dan batil telah ada sejak awal penciptaan Nabi Adam as dan kebanyakan perang umat manusia pecah untuk memperjuangkan itu. Imam Husein as berada pada masa yang sangat sensitif untuk menegakkan panji kebenaran dan melawan Yazid yang mengusung panji kebatilan. Beliau as telah mengorbankan diri dan keluarganya untuk menghidupkan ajaran-ajaran kakeknya, Rasulullah Saw.

Asyura merupakan manifestasi perang abadi antara hak dan batil serta nilai-nilai luhur melawan kemerosotan. Peristiwa Asyura tidak hanya abadi dalam lembaran sejarah, tapi juga terekam dalam benak para penyembah Tuhan dan orang-orang merdeka di dunia. Mereka menganggap perjuangan itu sebagai teladan sepanjang masa untuk melawan penindasan dan kerusakan.

Salah satu faktor lain keabadian revolusi Karbala adalah transparansi gerakan itu bagi setiap generasi. Pada saat Imam Husein as memulai gerakannya, beliau terlebih dulu menjelaskan esensi revolusinya dan menegaskan bahwa ia ingin melawan simbol kezaliman dan kerusakan. Beliau juga menjelaskan misinya untuk menghidupkan Islam dan menyelamatkan masyarakat dari kejahatan Yazid. Imam Husein as bahkan memaparkan taktik kebangkitan dan metode yang akan digunakan untuk menegakkan kebenaran. Oleh karena itu, revolusi Karbala sama sekali tidak diliputi kekaburan sehingga orang-orang nantinya mempertanyakan aksi Imam Husein as.

Imam Husein as dalam pesannya kepada Muhammad Hanafiah, menyebut tujuan kebangkitannya untuk menghidupkan syiar-syiar agama dan menghancurkan pemerintahan kotor Yazid. Ketika Imam Husein as harus keluar dari Madinah karena tekanan dari penguasa tiran, dalam sebuah surat beliau menjelaskan tujuan revolusinya. Ia berkata, "Aku tidak keluar atas dasar kepentingan pribadi dan ingin berfoya-foya atau dengan tujuan ingin merusak dan berbuat kezaliman. Aku keluar dengan tujuan untuk melakukan perbaikan di tubuh umat kakekku. Aku ingin melaksanakan kewajiban amar maaruf dan nahi munkar dan demi menegakkan sirah kakek dan ayahku, Ali bin Abi Thalib as."

Pada kesempatan lain, Imam Husein as pernah berkata, "Ya Allah! Engkau mengetahui bahwa apa yang kami lakukan ini bukan untuk memperebutkan kekuasaan dan mencari harta dunia. Kami lakukan itu demi menghidupkan kembali agama-Mu, memperbaiki segala kebejatan yang telah merajalela di negeri-Mu, supaya orang-orang lemah hidup nyaman dan semua hukum-hukum-Mu dapat dilaksanakan." Atas dasar ini, tujuan utama revolusi Imam Husein as adalah menegakkan kebenaran secara sempurna.

Keistimewaan lain revolusi Asyura adalah kebangkitan itu merupakan sebuah gerakan moral. Dalam banyak peristiwa di sepanjang sejarah, akhlak selalu menjadi korban politik dan perang. Namun, akhlak dalam revolusi Imam Husein as justru menjadi poros perjuangan. Oleh sebab itu, perilaku dan sikap Imam Husein as dengan musuh patut menjadi perhatian semua pihak. Di Padang Karbala, Imam Husein as sama sekali tidak melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai moralitas Islam.

Saat bertemu pasukan Hurr ibn Yazid al-Riyahi di Nainawa, sahabat Imam Husein as, Zuhair bin Qain berkata kepada beliau, "Izinkan aku berperang melawan pasukan ini, karena sebelum pasukan tambahan datang, berperang dengannya merupakan sebuah persoalan yang mudah bagi kita." Akan tetapi, Imam berkata, "Aku memegang sebuah prinsip moral yaitu tidak memulai perang. Kita tidak akan memulai peperangan dengan mereka."

Selasa, 20 November 2012 13:40

Apa Urusanku dengan Dunia!

Suatu hari Rasulullah Saw tidur di atas tikar. Pada saat itu salah satu sahabatnya mendatangi beliau karena ada urusan. Ketika Nabi Saw terbangun, ia melihat bekas tikar ada pada badan beliau.

Pria itu merasa kasihan kepada Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah! Izinkan saya menghamparkan kain atau kulit di atas tikar agar badan anda tidak merasa tersiksa."

Rasulullah Saw tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada pria itu.

Nabi kemudian berkata, "Tidak perlu. Apa urusanku dengan dunia? Kondisiku dengan kondisi dunia seperti seorang pengendara yang beristirahat sejenak di bawah naungan sebuah pohon, kemudian bangun dan meninggalkan pohon untuk meneruskan perjalanannya." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Nama saya ada Jon Dean.

Kisah saya bermula pada tahun 2008-2009, ketika itu saya berpindah ke Riyadh.

Saya bekerja di sana. Saya bekerja di bagian industri kesehatan dalam bidang olahraga dan makanan. Arab Saudi adalah sebuah negara yang memerlukan orang seperti saya dan membantu mereka untuk bergerak. Masih terdapat industri besar yang masih berkembang di sini, segera, dan mereka merupakan orang-orang kaya. Anda tahu bahwa di sini memang banyak uang. Makanya saya datang ke sini.

Sebenarnya saya tidak punya ide tentang Islam, memang nihil. Selain sekadar mendapat informasi dari gambar-gambar yang ditayangkan di televisi, saya berpendapat bahwa demikianlah realita Arab Saudi dan begitu juga dengan sebagian besar negara Timur Tengah yang dilanda perang. Manakala rakyatnya melakukan pengeboman di sana dan di sini. Saya tidak punya ide dan gambaran ini membuat saya agak sedikit bimbang untuk datang ke sini.

Hal ini juga memberikan gambaran kepada saya bahwa Islam adalah agama yang keras. Andai anda meletakkan kaki di luar garis yang telah ditetapkan, anda akan dipenjara dan dipotong tangan. Anda akan dapat mendengar berbagai cerita seperti ini.

Maka hal pertama untuk saya adalah memahami Islam secara benar untuk memastikan diri saya tidak berakhir dalam penjara. Di situlah mengapa saya mulai mengenal Islam. Saya ingin menjalani hidup normal semungkin bisa dibandingkan dengan apa yang biasa saya lakukan di rumah saya. Saya tidak ingin ditangkap karena melakukan sesuatu yang tidak benar sehingga menyebabkan saya diseret ke penjara atau dalam keadaan buruk. Saya tidak tahu apa bentuknya.

Maka sayapun mulai membaca sedikit berkaitan Islam. Saya tinggal bersama berbagai macam ragam orang dan dari berbagai negara. Saya tinggal bersama dengan Hindu, Budha, Kristen dan Katolik. Saya juga punya teman dari Yahudi dan ateis, orang-orang spiritual yang mengamalkan berbagai macam praktik spiritual, perkara-perkara yang tidak agamis tetapi mereka percaya bahwa adanya Pencipta. Mereka tidak mempercayai Injil atau Quran atau teks-teks lain yang kita berikan.

 

Dahaga ilmu pengetahuan

Saya senantiasa mengetahui bahwa ada yang lebih besar dari apa yang dapat saya lihat. Saya tidak pernah menjadi seorang ateis, tidak pernah, dan saya tidak pernah menyakini terjadinya sebuah kejadian besar dan kehidupan ini tidak punya tujuan, bahwa tidak ada hubungan dengan sesuatu, tidak ada yang lebih besar dari saya, demikianlah saya, saya bisa melakukan apa saja, saya tidak pernah berkeyakinan seperti itu, dan ia merupakan dasar kukuh yang saya pegang. Saya juga berminat untuk mengetahui lebih. Saya senantiasa dahaga ilmu pengetahuan, kepada sesuatu yang tidak dapat saya lihat. Saya pernah membaca banyak buku, mengenali tokoh-tokoh seperti Bruce Lee, Mohammad Ali. Saya berminat dengan seni pertahanan diri dan boxing. Saya pernah menyukai sisi spiritual tokoh-tokoh seperti ini, dimana menjadi sumber kekuatan mereka, kepercayaan mereka, dan keberanian mereka untuk terus berjuang. Inilah yang membuat saya tertarik.

 

Di Arab Saudi

Ketika saya tiba di Arab Saudi, sebuah negara dimana anda akan menjadi terkejut, mayoritas wanita mereka menutup seluruh diri, semua lelaki mereka mengenakan pakaian tradisional. Begitu berbeda dengan tempat saya tinggal. Dan Saudi bukanlah sebuah negara yang ramah. Anda keluar rumah dan orang tidak memberikan senyuman kepada anda di jalanan.

Apa yang saya perhatikan ialah semakin saya bercakap dengan orang di sini, semakin mereka menjadi ramah. Dan saya terus berpikir "sebentar, saya pasti bahwa orang-orang disini seharusnya bersikap keras dan tidak ingin membantu" dan ini merupakan kesalahpahaman yang terdapat dalam otak saya. Sebenarnya orang-orang Arab secara umum adalah orang yang paling ramah dan rajin membantu di atas muka bumi ini. Selain itu, ia merupakan tempat yang paling aman yang pernah saya temui dalam hidup saya.

Saya tidak perlu melihat belakang saya. Anda bisa melewati sekelompok orang yang berusia 17-18 tahun pada jam dua pagi yang berdiri di luar pasaraya atau toko kopi. Anda bisa melewati mereka dan anda tidak akan merasa bimbang. Mereka biasanya adalah orang yang baik dan berkata, "Hey, apa khabar anda? Bagaimana Manchester United?" Perkara seperti ini.

Orang-orang di sini ramah, baikdan mudah memberi.Sikap ini membuat saya terkejut dan saya mulai berpikir "Andai orang ini tidak seperti yang digambarkan oleh televisi, anda tahu, tidak ada tentara yang berjalan di jalan, tidak ada perang yang kononnya sedang berlaku, tidak ada yang meledakkan diri mereka. Jika ini tidak berlaku seperti apa yang saya percaya, maka sudah pasti agamanya tidaklah kasar dan keras serta seperti berada dalam penjara."

Saya mula bercakap dengan rekan-rekan saya tentang agama seperti bagaimana anda melaluinya. "Anda seorang yang cool, bagaimana anda melewati kehidupan ini tanpa melakukan ini, dan ini dan ini?" Dan orang lain juga mengemukakan hal yang sama kepada saya. Mereka sering bercakap tentang Nabi Muhammad Saw, kehidupannya dan apa yang beliau lakukan dan bagaimana produktifnya dia. Bagaimana dia melewati kehidupan yang seimbang dan betapa baik dan dermawannya beliau serta perkara-perkara seperti ini.

Saya berpikir, tokoh ini benar-benar menakjubkan dan menarik. Saya mula berpikir lebih banyak mengenai Nabi Muhammad dan nabi-nabi lain dalam Islam. Berbagai pikiran terus membanjiri diri saya, informasi ini dan bagaimana kisah-kisah ini dari Injil yang pernah saya pelajari di sekolah juga terdapat dalam Quran, dan bagaimana kedua agama ini saling berkaitan. Sebenarnya terdapat tiga agama, agama Ibrahim seperti agama Yahudi, Kristen dan Islam, dan bagaimana ketiga agama ini saling berkaitan antara satu dengan lain. Ini memberikan kesadaran kepada saya. Saya kira saya pernah mendengar cerita ini. Saya pernah melihatnya dan saya mula mendapatkan informasi yang lebih banyak.

 

Transparan

Sebagai seorang saintis, perkara ini amat penting, ketika anda mula mempelajari Quran atau hadis atau teks-teks yang mengitari agama ini, terdapat banyak bukti yang transparan. Anda hanya perlu duduk dan melihatnya seraya mengatakan bahwa anda bisa melihat sumber informasi, anda bisa melihat sejarah di mana ia datang. Dan tidak seperti teks-teks agama lain, ia sebenarnya amat mudah. Ia transparan. Anda hanya perlu menyakini wujudnya Tuhan. Yang lain akan dapat anda dapati, dan secara perlahan ia meresap dalam kehidupan anda. Jika anda mempercayai kewujudan Tuhan dan anda menyakini bahwa terdapat sebaris para nabi yang diutus untuk menyampaikan risalah mereka untuk membantu anda, maka itulah Islam.

Pada mulanya ketika saya mendengar dari seorang pria mengatakan hal ini, saya merasa terkejut. Saya bertanya kepadanya, "Bagaimana sesuatu tampak begitu mudah? Sepertinya saya tidak perlu melakukan ini atau melakukan itu setiap hari?" Dia memberikan jawaban bahwa cara agama ini dilaksanakan da ini seperti panduan untuk menjalani kehidupan. Jika anda mempercayai bahwa ada yang menciptakan semuanya, ya, sang pencipta, maka kita, alam dan segala ciptaan-Nya. Ia bukanlah satu kebetulan. Jika anda menyakininya maka anda adalah seorang muslim. Anda menyakini keesaan Pencipta yang menguasai alam ini.

Maka tugas anda ialah untuk terus menyelidiki jalan ini. Apa yang menariknya tentang Islam, Islam mengajak anda untuk mengujinya, memberi tantangan padanya, membaca, mempelajarinya terutamanya sejarah Islam, umat Islam sering menceritakan tentang kemajuan Islam. Kemajuan yang Islam lakukan ke atas dunia ini amat menakjubkan. Dan saya tidak akan menceritakan di sini. Memang benar, sungguh menakjubkan, sejarah dan sains Islam, saya dapati bahwa ramai orang yang tidak mengetahuinya dan ia juga tidak diajar di sekolah.

Seperti orang ingin berselancar, tidak ramai dari kawan saya yang bisa berselancar atau bermain snowboard. Mereka semuanya diperlihatkan di televisi, sebagian mereka kelihatan amat baik dan sebagian kelihatan gila dan membahayakan. Tetapi sehingga anda sendiri yang memulainya, sehingga anda mulai merasainya, anda tidak akan pernah memahaminya. Dan begitulah juga dengan Islam. Anda harus mula membaca mengenainya dari sumber yang benar dan orang yang baik.

Saya mengenalbanyak orang bijak yang bisa anda mendengar tentang Islam. Mereka pada dasarnya dapat membuka mata saya dan memberikan kesadaran bahwa apa yang saya tahu selama ini adalah salah dan ketika saya mula membaca mengenainya, ia ternyata begitu mudah, transparan dan logik.

Perkara seperti shalat, saya pernah melakukan meditasi dahulu. Saya ikut serta dalam kelas-kelas yoga. Saya dapat merasakan sebenarnya, mengambil satu waktu dalam sehari untuk mengucapkan kesyukuran dan memikirkan apa yang lebih tinggi dari diri anda dan memikirkan orang yang anda kasihi. Perkara-perkara seperti ini amat membantu. Jika anda melakukan dengan satu kelompok seramai ribuan orang, anda akan merasa tenaganya, percayalah anda seperti diisi ulang.

Saya dengan mudah dapat menunaikan shalat. Sebaik saja anda meletakkan kepala anda ke lantai, sesuatu di dalam badan anda memberitahu akal anda, jiwa anda, ruh anda dan apa saja, bahwa anda benar-benar dalam keadaan pasrah dan inilah Islam. Anda sebenarnya sedang sujud, dan anda mengatakan "Ya, ada sesuatu yang lebih besar dari diri saya." Dan saya ingin mempelajari lebih mendalam berkaitan hal ini. Saya ingin membina perasaan yang kita panggil iman dan untuk melakukannya saya perlu melakukannya berulang kali. Saya akan membinanya secara perlahan dan saya akan menikmatinya.

 

Bersedia untuk syahadah

Anda harus mengetahui apa yang orang pikirkan dan apa yang mereka rasakan. Satu hari saya setelah semua informasi berada dalam kepala saya, yang saya dapati dari membaca dan belajar, kami makan siang di rumah sakit, salah seorang teman saya berkata, "Saya berharap satu hari anda Insya….. akan menjadi seorang muslim!".

Saya berkata: "Saya kira saya sudah bersedia."

Dia bertanya: "Anda sudah bersedia?".

Saya berkata: "Ya, saya sudah bersedia. Saya ingin melakukannya. Saya ingin memeluk agama Islam."

Saya telah mempelajarinya. Saya telah menyelidikinya. Seperti seorang saintis yang tertarik. Saya menyakininya. Dan seperi ada sesuatu yang menarik saya. Seperti ada yang perlu saya lakukan. Saya harus mengikutinya. Saya akan mengambil peluang ini.

Saya keluar dari kawasan rumah sakit bersama dua orang teman saya. Jika anda ingin memeluk agama Islam anda perlukan dua orang saksi bersama anda dan anda hanya perlu memberikan kesaksian bahwa anda mempercayai Tuhan dan anda menyakini bahwa Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah yang terakhir. Semua orang dilahirkan Muslim dan anda mengikuti jalan anda dan kemudian anda kembali semula ke pangkuan Islam. Dan anda hanya mempercayai keesaan Tuhan. Pria ini membantu saya untuk menyebutnya dalam bahasa Arab dan saya ingat bahwa saya menurutinya. Saya tidak merasakan apa-apa saat itu, saya hanya mengikutinya dan kemudian kami menyebutnya dalam bahasa Inggris dan kemudian dalam bahasa Arab. Kemudian kedua teman saya memeluk saya dengan senyuman lebar.

Adalah menarik pada ketika itu, saya masih ingat saya berjalan pulang ke rumah sakit dan ketika saya menaiki tangga, bunyi di sekitar saya agak aneh, tetapi itu hanya jelas sekali di dalam kepala saya. Saya masih ingat saya sedang berjalan ketika orang-orang ini mengucapkan selamat kepada saya dan rekan sekerja menyalami saya. Saya seperti tidak dapat mendengar mereka. Suara mereka seperti telah di kecilkan. Sungguh aneh. Tetapi volume dalam diri saya sepertinya telah dibesarkan. Seperti ada seseorang yang mencampur adukkan kualitas bunyi antara dalam dan luar diri saya. Saya sedang bercakap tetapi suara tersebut seperti menjadi kuat sekali.

Saya menjadi bimbang, saya seolah-olah tidak merasa sedih, tidak merasa senang, tidak seperti dulu. Maka saya meninggalkan mereka dan pergi ke kamar mandi. Saya menguncikan pintu dan berdiri di hadapan cermin, suara tersebut terasa semakin kuat dan perasaan juga menjadi kuat. Macam ceret yang sedang mendidih dan anda tahu seperti ada yang akan meledak. Saya berada berdekatan dengan tempat cuci piring, menyiram wajah saya dengan air dan saya berpikir, "Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Apa yang saya ingat ialah saya terus saja menangis."

Saya menangis terus-terusan dan ketika saya melihat ke cermin, saya masih menangis dan menangis kuat sehingga saya tertawa karena saya tidak paham mengapa harus saya menangis. Saya mula tertawa dan menangis pada masa yang sama. Andai saja ada orang yang melihat saya ketika ini? Macam ada satu ledakan besar keluar dari dalam diri saya. Kemudian ia berhenti. Saya melihat dan merenung diri saya. "Apa sudah terjadi barusan?" Pada ketika itu terasa sebuah kedamaian menyapa diri. Itulah caranya saya menjelaskan kedamaian di mana-mana dan seperti tidak benar. Saya tidak pernah merasakannya.

Dan tidak pernah lagi saya merasa kedamaian sedemikian rupa. Tetapi ia tetap bersama saya. Sejak hari itu saya merasakan perasaan ini bahwa ia merupakan perasaan yang lain buat saya. Sejak hari itu kehidupan saya berubah. Dan saya tidak pernah menoleh ke belakang.

Saya masih merasa aneh bercerita mengenainya. Tetapi ia merupakan sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan. Inilah yang saya senangi tentang detik-detik spiritual. Tidak ada seorang saintis pun yang bisa mengukurnya. Ada sesuatu antara anda dan Tuhan dan jika orang mempercayainya, mereka akan mempercayainya. Jika tidak, mereka tidak akan menyakininya. Jika mereka mengalaminya, itu sudah menakjubkan. Itulah yang saya ingini.

1000 Pasukan Berkuda Bergabung dengan Umar bin Saad

Akhirnya secara bertahap, pasukan yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Saad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rub'i telah bergerak ke arah Karbala dengan seribu pasukan berkuda.

Ubaidillah memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menujuke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang keluar dari Kufah untuk membantu Imam Husein as.

Karena sekelompok warga mengetahui bahwa perang melawan Imam Husein as berada dalam hukum perang menentang-Nya dan menentang rasul-Nya, maka di pertengahan jalan mereka memisahkan diri dari pasukan musuh dan melarikan diri.

Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan seribu pasukan, begitu sampai di Karbala, pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.

Penggalan dari pidato Imam Husein as yang ditujukan pada pasukan musuh, "Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, Rasul-Nya dan Mukminin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami. Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria."(

Wakil Sekjen Jihad Islam mengatakan bahwa semua senjata yang ada di Jalur Gaza, mulai dari peluru sampai rudal buatan dan milik Iran.

Menurut laporan televisi al-Alam, Wakil Sekjen Jihad Islam Ziyad Nakhalah kepada televisi al-Manar menjelaskan kenyataan ini dan menegaskan juga bahwa senjata yang dipakai Hamas menyerang Israel juga buatan Iran.

Saat menganalisa realita yang perkembangan terbaru perang Gaza, Ziyad Nakhalah mengatakan, "Israel sudah meminta gencatan senjata. Karena mereka tidak ingin terlibat perang darat dan mengeluarkan biaya lebih besar dalam perang ini. Kami tahu benar kemampuan militer Israel untuk menyerang Gaza. Oleh karenanya mereka boleh saja menyerang dan mencari pengalaman. Sementara kami juga tidak takut dan para pemuda muqawama telah memiliki kesiapan lebih dari yang lalu."

Nakhalah menilai berlanjutnya serangan darat hanya ancaman Israel. Menurutnya, sekalipun mereka telah melakukan serangan di Gaza, tapi musuh tidak berhasil meraih targetnya. Ia mengatakan, "Muqawama berhasil mendapatkan buruan tak ternilai dan sampai ke jantung Israel, sampai-sampai perdana menteri dan para komandan perang Israel harus berlindung ke bunker.

Sekaitan dengan pandangan Jihad Islam soal gencatan senjata, wakil Sekjen Jihad Islam ini mengatakan, "Mesir dan Hamas memang meminta kami untuk melakukan gencatan senjata. Alasannya mereka menginginkan adanya ketenangan. Kami juga menginginkan gencatan senjata. Tapi gencatan senjata yang menghormati kemuliaan bangsa Palestina. Gencatan senjata yang mengikuti prinsip-prinsip dan bukan syarat-syarat biasa. Puncak dari prinsip itu adalah membatalkan blokade Gaza, membuka jalur penyeberangan Rafah, menghina warga Palestina seperti di bandara Kairo mereka menangkap warga tanpa alasan dan lain-lain."

Di akhir wawancaranya dengan al-Manar, Ziyad Nakhalah menjawab tuduhan media-media dan kalangan politik bahwa serangan muqawama ke Israel itu sebagai proyek menerapkan skenario Iran. Sambil menyinggung media-media Arab, Ziyad Nakhalah mengatakan, "Apakah Iran yang memerintah Israel agar meneror Ahmad al-Jabari? Siapa yang menciptakan ketegangan semakin meningkat dan pemicu perang? Senjata yang dipakai oleh muqawama, bahkan senjata yang dimiliki Hamas, mulai dari peluru biasa hingga rudal semua buatan Iran. Pabrik lokal yang ada saja buatan Iran."

Hajar pergi bersama Ibrahim dan anaknya. Hajar tenggelam dalam khayalan indah akan masa depan anaknya. Ketika kendaraan Ibrahim berhenti, Hajar tersentak sadar dan berkata, "Mengapa Engkau berhenti di padang sahara ini?"

Ibrahim berkata, "Aku bertugas untuk menempatkan kalian di tempat ini!"

Hajar berkata, "Tapi di sini tidak ada tanda-tanda kesuburan. Bagaimana kami bisa merasakan keamanan dari panasnya terik matahari dan serangan binatang?"

Ibrahim sejenak memandang istrinya. Seketika itu juga Hajar mengalihkan wajahnya yang diliputi kekhawatiran ke arah anaknya yang berada dalam dekapannya. Kemudian dengan suaranya yang menggetarkan hati suaminya, ia berkata, "Sekarang kami punya sedikit makanan. Namun hati kami senantiasa akan tetap berharap pada pertolongan Allah."

Ketika Ibrahim hendak meninggalkan istri dan anaknya di tempat tersebut, ia mengangkat tangan seraya berdoa:

"Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan Kami! Yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)

Suara tangisan anak Hajar memecahkan keheningan padang sahara. Tangisannya membuat Hajar panik. Ia memeluk dan mengayun anaknya. Dengan perasaan tidak karuan ia memandang ke arah bukit yang ada di depannya. Menurutnya ada air jernih di atas bukit itu.

Hajar meletakkan anaknya dan segera berlari mendekati air itu. Namun begitu ia tiba di sana, ia tidak mendapati air. Dengan kecewa dan putus asa ia duduk di atas bukit.

Saat itu di kejauhan sana ia melihat ada air jernih di atas bukit. Tanpa memikirkan kondisinya ia berlari menuju bukit itu. Namun ia tidak mendapati air melainkan hanya fatamorgana.

Akan tetapi ia kembali lagi melihat ada air di bukit yang pertama dan berlari mendekatinya.

Dengan usahanya ia berlari sebanyak tujuh kali dari bukit yang satu ke bukit yang lain.

Namun Hajar tidak merasa putus asa akan pertolongan Allah. Setelah lelah berlari bolak balik sebanyak tujuh kali tanpa hasil, ia kembali mendatangi anaknya.

Anaknya tidak lagi mengeluarkan suara tangisan. Anaknya hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Tiba-tiba Hajar melihat tanah di bawah kaki anaknya menjadi lembab. Ia tidak percaya. Ia menekan kedua matanya dan berpikir bahwa ini pasti fatamorgana.

Ternyata sebuah mukjizat besar sedang terjadi. Dengan jari-jarinya, Hajar terus menggali dan melebarkan tanah itu, hingga air jernih keluar dari dalam tanah. Ia membasahi bibir anaknya dengan sumber mata air itu. Ismail kembali segar.

Melihat hasil kesabaran dan keteguhan serta tawakalnya kepada Allah, Hajar bersujud dan mengucapkan puji syukur kepada Allah. Kemudian ia kembali meminum air itu dan merasa segar.

Tiba-tiba orang-orang kabilah Jurhum keluar dari perkemahannya saat mendengar suara hentakan kaki kuda yang menuju ke kabilah lainnya. Seorang laki-laki memakai topeng turun dari kudanya mendekati tenda kepala kabilah dan berkata, "Aku yakin. Aku tidak salah melihat burung-burung sedang beterbangan di balik pegunungan bagian utara kabilah kita. Aku sedikit menelusuri jalan dengan kuda dan melihat burung-burung berkelompok-kelompok turun di sebuah tempat dan kembali terbang lagi. Sepertinya mereka meminum air."

Kepala suku berkata, "Apakah kau melihat air itu dengan mata kepalamu sendiri?"

"Tidak. Keingintahuanku akan keberadaan air mendorongku untuk ke sini memberitahukannya padamu," katanya.

Kepala suku memerintahkan lima orang dari kabilahnya pergi bersama laki-laki ini untuk memastikan akan keberadaan air.

Ketika mereka sampai di sana, mereka melihat mata air yang jernih sedang mengalir di antara gundukan pasir dan anak yang sangat tampan sedang bermain pasir basah. Agak jauh lagi Hajar berdiri memandang mereka.

Salah satu dari mereka berkata, "Kami berasal dari kabilah Jurhum. Selama bertahun-tahun kami hidup di lereng gunung yang ada didepan sana. Air yang kami perlukan kami ambil dari dua sumur yang tidak seberapa banyak airnya. Karena melihat burung-burung terbang ke sini, akhirnya kami juga datang ke sini. Tapi aneh, sejak kapan mata air ini memancar?

Hajar berkata, "Sumber mata air ini merupakan pertolongan Allah kepada kita. Kemudian Hajar menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Dengan gembira orang-orang itu berkata, "Kalau begitu, tempat ini adalah tempat yang penuh berkah. Apakah anda menginzinkan kabilah kami untuk pindah ke sini?

Hajar mengizinkan dan tidak berapa lama, tempat itu menjadi tempat yang ramai. Hajar dan anaknya hidup berdampingan dengan kabilah Jurhum.

Dengan demikian Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim as.

Sekarang jerih payah Hajar antara Safa dan Marwa ditetapkan sebagai bagian dari manasik haji yang disebut dengan sa'i. Dengan mengamalkan manasik haji ini, para jamaah haji akan merasakan bagaimana saat itu Hajar tetap menjaga keteguhannya dan berharap serta bertawakal kepada Allah. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)