
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 214-218
Ayat ke 214
Artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah." Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan peran keimanan kepada Allah dalam menyampaikan kepada kesejahteraan dan kebahagian serta menjauhkan perselisihan, ayat ini menjelaskan, "Iman tadi dengan sendirinya tidak cukup, melainkan harus dibuktikan dalam praktek. Di saat tertimpa peristiwa-peristiwa pahit, seorang Mukmin harus tetap memelihara keimanannya dengan bertawakal dan dalam liku-liku kehidupan, ia tidak menyeleweng dari jalan Allah. Karena semua kejadian merupakan ujian dan derajat keimanan seseorang diuji atau ditimbang dalam ujian-ujian tadi.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berharap masuk surga tanpa menempuh kepahitan adalah harapan yang salah.
2. Ujian merupakan salah satu sunnah Allah bagi semua manusia agar setiap manusia dapat menemukan dan menunjukkan jati dirinya.
Ayat ke-215:
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan, hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya."
Di antara sekian tanda orang Mukmin yang banyak kali disinggung oleh al-Quran adalah suka membantu orang-orang tertindas dan mau mendengar keluh kesah mereka. Kaum Muslimin di permulaan kedatangan Islam pernah bertanya kepada Rasul Saw, berapa besar dan benda apakah yang sebaiknya kita infakkan?
Dikarenakan jenis dan jumlah infak bukanlah merupakan perkara tetap dan jelas, dan bergantung kepada fasilitas kita serta keperluan pihak yang akan menerima infak, maka al-Quran dalam menjawab pertanyaan tadi menyatakan, dalam infak, yang penting adalah benda yang kita infakkan itu berfaedah, apapun saja, dan tak terbatas jumlahnya. Dalam hal ini hendaknya seorang Mukmin peduli terhadap semua orang yang ada di sekitarnya, terutama ayah, ibu yang sangat memerlukannya, demikian juga kepada kerabat miskin serta berbagai lapisan masyarakat yang memerlukan uluran bantuannya.
Bagian akhir ayat menyatakan, "Bukan hanya infak, akan tetapi setiap perbuatan baik yang anda kerjakan untuk orang lain, Allah Maha Mengetahui. Maka janganlah anda berobsesi, agar semua orang mengetahui amal baik anda, akan tetapi berusahalah berinfak dengan cara rahasia yang mana hal itu lebih dekat dengan budi pekerti mulia."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam infak, kedua orang tua dan kerabat yang memerlukan harus didahulukan dari orang lain.
2. Amal baik seseorang tidak akan sia-sia, baik orang lain mengetahuinya, atau pun tidak mengetahuinya, terbuka ataupun rahasia.
Ayat ke 216
Artinya:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal perang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Untuk memelihara dan membela agama, Allah Swt mewajibkan jihad kepada orang-orang Mukmin. Namun secara fitrah, manusia cenderung kepada kesenangan dan kebebasan, dan tidak menyukai perang yang melahirkan luka, kematian dan kerugian. Ayat ini menjelaskan bahwa kendati perang dengan musuh itu sulit dan tidak menyenangkan, namun kebahagiaan dunia dan akhirat kalian bergantung kepadanya.
Maka di hadapan perintah-perintah Allah, janganlah kalian mendefinisikan baik dan buruk sesuai dengan hawa nafsu dan insting jiwa. Seperti anak kecil yang lari dari suntikan, padahal kesehatan dan kehidupannya bergantung kepada suntikan tadi. Sebaliknya, ia menyukai makan lezat, padahal makanan itu merugikan dan berbahaya buatnya, ketika ia sedang sakit. Maka kesimpulannya adalah bukan semua kesenangan itu baik dan bukannya segala yang sulit dan pahit itu buruk.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kriteria baik dan buruk bukanlah diukur dengan insting manusia, melainkan diukur dengan perintah-perintah Allah yang telah ditetapkan berdasarkan maslahat dan menjamin serta membawanya kepada kesejahteraan.
2. Ilmu manusia terbatas dan ilmu Allah tidak terbatas. Maka haruslah pasrah dan tunduk kepada perintah-perintah Allah, kendati kita tidak dapat memahami maslahat sebagian dari perintahNya, ataupun pelaksanaan itu berat dan sulit bagi kita.
Ayat ke 217-218
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi orang masuk Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar dosanya di sisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar dosanya dari pada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu kepada kekafiran, seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebelum ini, pernah kami sebutkan bahwa di kalangan bangsa Arab semenjak masa Nabi Ibrahim AS, sudah menjadi hal yang umum, di dalam empat bulan dalam setahun perang adalah dilarang. Islam menerima tradisi dan kebiasaan baik itu dan melarang perang dalam empat bulan hijriyah qamariyah yaitu bulan Rajab, Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Adapun mengenai ayat ini, dalam sejarah disebutkan bahwa sebelum perang Badar, Rasul Saw mengirim satu kelompok berjumlah delapan orang dari Muslimin untuk pergi ke Mekah guna mencari-cari informasi tentang keadaan musuh. Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan kafilah Quraisy yang mana salah seorang dari mereka adalah pemuka kafir. Para delegasi Rasul tadi tanpa mempedulikan bahwa mereka sedang berada dalam bulan haram, langsung menyerang orang-orang kafir tersebut dan membunuh si pemuka kafir tadi. Kedelapan orang tadi membawa pampasan perang dan sejumlah tawanan ke sisi Rasul.
Rasul Saw sangat marah dengan tindakan mereka itu dan bersabda, "Aku tidak memerintahkan kalian untuk menyerang mereka, karena ini bulan haram. Oleh karena itu, Rasul tidak mau menerima pampasan perang dan tawanan yang mereka bawa. Dan Muslimin yang lainpun mencela tindakan mereka. Pihak musuh mengambil manfaat dari peluang ini dan berkata bahwa Nabi Muhammad menghalalkan perang dan penumpahan darah serta penawanan di bulan-bulan haram dan mendukung Muslimin untuk melakukan tindakan ini.
Di balik propaganda musuh, ayat ini diturunkan, dan mengingatkan poin penting ini, bahwa kendati perang di bulan haram adalah perbuatan terlarang dan dosa. Namun tindakan itu berlangsung tanpa seijin Rasul dan bukanlah disengaja oleh pemimpin Muslimin, sementara gangguan dan siksaan terhadap Muslimin oleh orang-orang Kafir dan pengusiran mereka dari rumah serta penutupan rumah Allah terhadap kaum Muslimin bukan saja beberapa bulan melainkan sepanjang tahun.
Selanjutnya, ayat tadi mengingatkan Muslimin agar berwaspada dan janganlah kalian berpikir bahwa mereka akan melepaskan kalian, melainkan mereka itu terus berupaya untuk menjauhkan kalian dari agama kalian. Maka ketahuilah bahwa barang siapa yang melepaskan imannya, maka kehidupannya di dunia akan binasa, demikian juga di akhirat nanti, akan berada di barisan orang-orang Jahannam.
Di sisi lain, karena orang-orang Muslim yang menyerang kafilah tadi adalah dengan tulus untuk Allah dan mereka hijrah dan berjihad juga untuk-Nya, bukan untuk tujuan duniawi, maka Allah Swt mengampuni dosa-dosa mereka dan turunlah ayat 218 yang menyatakan bahwa mereka itu telah dimaafkan.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hendaknya kita senantiasa mewaspadai tindak-tanduk kita, supaya musuh tidak dapat memanfaatkan kesalahan kita sebagai alasan.
2. Dalam menghukumi, kita harus realistis, bukannya melihat persoalan dari sisi lahiriahnya saja, kita harus melihat akar persoalan, bukannya ranting dan daunnya. Seorang yang berniat melakukan tindakan makar dan fitnah, pada zahirnya, ia tidak membunuh seseorang, akan tetapi, fitnahnya tadi seringkali membangkitkan pertikaian berdarah dan akhirnya konflik berdarah antar kelompok. Oleh karena itulah, al-Quran menyatakan bahwa bahaya fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 210-213
Ayat ke 210
Artinya:
Tiada yang mereka nanti-nantikan pada hari kiamat, melainkan datangnya siksa Allah dalam naungan awan dan Malaikat dan diputuskanlah perkaranya, dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.
Banyak sekali orang yang berharap untuk mendapat melihat Allah dan Malaikat serta mendengarkan ucapan mereka sehingga beriman. Padahal harapan semacam ini adalah mustahil. Karena Allah serta Malaikat bukanlah berbentuk fisik sehingga dapat dilihat dengan mata lahiriah. Apalagi, Allah Swt telah memberikan kepada manusia akal dan wahyu serta telah menunaikan secara sempurna tugas pemberian petunjuk dan tidak perlu menuruti permintaan-permintaan tidak logis seperti itu.
Dari ayat ini kita dapat petik pelajaran bahwa angan-angan untuk melihat Allah dengan indera adalah angan-angan yang tak masuk akal dan tidak pada tempatnya. Keimanan kepada Allah akan bernilai jika berlandaskan kepada akal dan logika serta fitrah.
Ayat ke 211
Artinya:
Tanyakanlah kepada Bani Israel: "Berapa banyaknya tanda-tanda kebenaran yang nyata, yang telah kami berikan kepada mereka." Dan barang siapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksaNya.
Sejarah adalah sebaik-baiknya modal ibrah (pelajaran). Allah Swt telah memberikan nikmat-nikmat materi dan maknawi yang begitu melimpah. Allah telah menganugerahkan seorang pemimpin seperti Nabi Musa yang menyelamatkan mereka dari cengkeraman Firaun dan memberikan fasilitas-fasilitas ilahi tadi di jalan yang menyeleweng dan dosa serta kezaliman. Sepatutnya, mereka menyembah Allah yang Maha Esa, malah mereka menyembah anak sapi. Sepatutnya mereka belajar dari Musa, mereka malah berguru kepada Samiri.
Akhirnya, mereka mendapat kemurkaan Allah dan mengalami nasib yang sangat pedih gara-gara perbuatan mereka sendiri di dunia. Dewasa ini, meskipun di dunia industri, masyarakat manusia telah memiliki berbagai kenikmatan dan fasilitas yang tak terhitung jumlahnya. Namun sayangnya, dikarenakan jauh dari ajaran-ajaran samawi para Nabi, semua nikmat dan fasilitas tadi digunakan pada jalan dosa, kezaliman dan kebinasaan sosial.
Ayat ke 212
Artinya:
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas.
Kehidupan dunia begitu mempesona dan menggiurkan di mata orang kafir, sehingga mereka mabuk dan sombong. Sementara orang-orang Mukmin yang tidak peduli dengan gebyar lampu dunia, disebut bodoh dan jahil dan senantiasa diolok-olok. Padahal, tolak ukur atau kriteria keunggulan manusia adalah terletak pada nilai-nilai spiritual dan ilahi. Karena keimanan dan takwalah yang nanti pada hari kiamat akan menyelamatkan dan meninggikan manusia, bukan harta dan jabatan serta status duniawi.
Dari ayat ini kita dapat memetik beberapa pelajaran bahwa kecintaan kepada dunia menyebabkan kesombongan diri dan mengecilkan atau menghina orang-orang lain. Sebaliknya, ketakwaan merupakan modal bagi kebahagiaan dunia dan akhirat serta anugerah-anugerah ilahi yang melimpah.
Ayat ke-213:
Artinya:
Manusia itu adalah ummat yang satu. Setelah timbul perselisihan, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus.
Ayat ini menyingung soal peran penting agama dan undang-undang Tuhan dalam mengatur masyarakat manusia dan menyatakan bahwa pada permulaannya, manusia menjalani kehidupan dengan sangat sederhana dan terbatas. Namun dengan semakin meluasnya manusia dan lahirnya masyarakat-masyarakat secara alamiah, muncullah perselisihan antara rakyat dan memerlukan peraturan dan penguasa yang jelas. Di sinilah para nabi ditugasi untuk menyelamat dan membimbing manusia dan mengadili serta memerintah berlandaskan kepada kitab-kitab samawi.
Kendati para nabi telah banyak menguras tenaga dan usaha untuk menciptakan keamanan dan kestabilan sosial, namun tak sedikit orang yang menentang dan tidak bersedia menerima kebenaran atas dasar hawa nafsu, fanatisme dan iri hati. Di tengah-tengah ini, hanya orang-orang Mukmin yang dapat mencapai persatuan dan kedamaian di bawah naungan iman kepada Allah dan kitab samawi-Nya serta meniti jalan kebenaran dan petunjuk. Akan tetapi orang-orang kafir masih tetap tinggal dalam perselisihan dan konflik karena harta benda yang menjadi sumber kesesatan mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masyarakat memerlukan undang-undang dan penguasa, dan sebaik-baik undang-undang adalah kitab-kitab samawi, dan sebaik-baik penguasa adalah para nabi dan para pemimpin agama.
2. Cara yang terbaik bagi menyelesaikan perselisihan antara manusia di dalam berbagai persoalan keluarga dan sosial, adalah pasrah di hadapan undang-undang Allah.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 204-209
Ayat ke-204:
Artinya:
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan persaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.
Ayat ini menyinggung kemunafikan sekelompok Munafikin dan menjelaskan bahwa sebagian masyarakat menyatakan keimanan dengan ucapan dan mereka berbicara tentang kehidupan dunia sedemikian rupa, sehingga orang-orang Mukmin terkesan dan hormat dengan ucapan-ucapan mereka. Al-Quran mengingatkan soal bahayanya orang-orang Munafik tadi dan menganjurkan Muslimin agar waspada dan tidak mempercayai mereka itu. Mereka tidak memiliki iman di dalam hati, melainkan mereka bermusuhan terhadap Muslimin, namun mereka menyembunyikan permusuhan tersebut.
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa jangan kita termakan tipuan ucapan-ucapan indah dan propaganda-propaganda menarik. Kita harus lihat apakah mendasari motif pembicara tadi dan apa tujuannya, adakah pembicaraannya tersebut memperkuat sifat materialisme di dalam diri kita, atau sebaliknya mengingatkan kita kepada Allah Swt.
Ayat ke-205:
Artinya:
Dan apabila ia berpaling dari kamu, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Orang-orang yang berbicara dengan ucapan-ucapan yang indah dan berjanji, jika mereka sampai pada kursi kekuasaan, maka akan meluaskan kesejahteraan dan keamanan di dalam masyarakat, ketika mereka benar-benar berhasil menduduki kursi kekuasaan, guna memiliki harta yang banyak, mereka mengelabukan dan membuat rakyat menderita.
Selain ekonomi masyarakat yang mereka hancurkan, dan juga generasi muda tersesatkan karena ulah mereka.
Al-Quran di dalam ayat-ayat lain menyatakan, setiap kali orang-orang shalih mendapat kekuasaan, mereka berpikir untuk memperbaiki agama dan dunia rakyatnya, selain memperkokohkan shalat yang merupakan refleksi terbaik hubungan makhluk dengan Allah, juga menguatkan masyarakat dengan mengeluarkan zakat, yaitu hubungan dengan rakyat dan orang-orang tertindas.
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam menghadapi orang lain, jangan memperhatikan ucapan mereka saja, melainkan kita harus melihat, bagaimana tindak-tanduk mereka. Adakah mereka bekerja untuk kebaikan masyarakat ataupun menyebabkan luasnya kefasadan di tengah rakyat.
Ayat ke-206-207:
Artinya:
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa, maka cukuplah balasannya neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha penyantun kepada hamba-hambaNya.
Melanjuti ayat-ayat sebelumnya berkaitan dengan kezaliman dan kefasadan Munafikin yang ahli dalam menipu. Ayat 206 menyingung tentang kesombongan mereka dan menyatakan bahwa sekiranya ada orang yang menasehati dan mencegah orang Munafik tadi agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Di sini, bukan saja ia tidak mau mendengar nasehat, malah semakin jadi melakukan perbuatan-perbutan fasad dan tak segan-segan melakukan segala tindakan. Namun, di balik manusia-manusia sombong dan mabuk dunia ini, ada orang-orang yang berjiwa suci dan pasrah serta taat kepada perintah Allah dan bersedia berkorban jiwa di jalan keridhaan Allah.
Di dalam kitab tafsir, disebutkan bahwa orang-orang Musyrik memutuskan untuk melakukan serangan terhadap rumah Rasul pada malam hari dengan tujuan membunuh beliau. Rasul mengetahui niat keji itu melalui wahyu dan berniat untuk segera keluar dari Mekkah. Namun agar para musuh tidak mencium kepergian beliau, Ali bin Abi Talib tidur di pembaringan Rasul dan berkorban jiwa untuk utusan Allah. Maka turunlah ayat 207 dan malam bersejarah itu dinamakan "Laylatul-Mabit"
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu dari penyebab terulangnya dosa adalah kesombongan dan fanatisme serta keangkuhan terhadap kebenaran yang sepatutnya bertaubat dan menyesali, malah menambah tumpukan dosa.
2. Orang Mukmin adalah ahli berbuat. Ia melakukan transaksi dengan Allah dengan mencari keridhaan Allah, akan tetapi orang munafik bertransaksi dengan uang dan harta dunia, dan motifasinya adalah memperoleh keridhaan makhluk.
Ayat ke-208-209:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang dari jalan Allah, sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.
Ayat ini menyeru orang-orang Mukmin kepada perdamaian dan ketenangan supaya masyarakat Islam menjadi seubah masyarakat yang akrab dan kompak serta membuang jauh-jauh perselisihan yang merupakan pedang setan guna menciptakan kebencian dan perpecahan. Pada umumnya, hal-hal seperti keturunan, bahasa dan kekayaan serta perbedaan-perbedaan lahiriyah dan materi menjadi sebab dan rangsangan bagi menuntut superioritas dan keunggulan dan hanya keimanan kepada Allah jualah yang dapat melahirkan kesatuan jiwa dan menjamin perdamaian yang sejati.
Dengan alasan itulah, dengan bersandar kepada argumentasi-argumentasi yang jelas dari sumber akal dan wahyu mengenai pentingnya menjauhi langkah-langkah syaitan, maka setiap perbuatan yang menghancurkan keharmonisan, kedamaian dan ketenangan sosial Islam, merupakan penyelewengan dari iman dan orang semacam ini harus tahu bahwa di hadapannya ada Allah yang Maha kuasa dan bijaksana.
Dari dua ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:
1. Kedamaian dan ketenangan hanya mungkin diwujudkan di bawah naungan keimanan yang sejati, dan tanpa iman serta bergantung kepada peraturan-peraturan buatan manusia, maka perang dan ketidakamanan tidak akan dapat disirnakan di muka bumi.
2. Setan adalah musuh persatuan dan setiap seruan yang bersifat memecah belah, adalah keluar dari tenggorokan syaitan.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 197-203
Ayat ke 197
Artinya:
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasi dan berbantah-bantahan di dalm masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaku hari orang-orang yang berakal.
Upacara-upacara haji setiap tahunnya, hanya sekali, itupun pada zaman tertentu dan setiap orang yang pergi ke haji, maka sejak awal, maka ia harus menyiapkan kebersihan kesucian, dan takwa sebagai bekal perjalanan spiritual dan disusul dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi dosa.
Mekah adalah basis keamanan, persatuan dan ibadah. Maka di hari-hari Haji, lingkungan ini harus disucikan dari pertikaian dan konflik atau perbuatan dosa ataupun melakukan hubungan seksual agar pintu untuk pendekatan diri kepada Allah terbuka.
Ayat ke 198-199
Artinya:
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram dan berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkannya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat-ayat tadi dinyatakan bahwa melakukan perbuatan-perbuatan yang membahayakan keamanan dan persatuan Muslimin, adalah dilarang, namun ayat ini berbeda dengan keyakinan Arab Jahiliyah yang memandang setiap bentuk transaksi adalah dosa di hari-hari Haji. Al-Quran menyatakan bahwa pelaksanaan urusan ekonomi dan transaksi yang merupakan tuntutan pelaksanaan acara ini bukan saja boleh, bahkan diperlukan.
Dalam pada itu, ayat al-Quran menjelaskan salah satu lagi dari hukum haji yaitu bergerak dari Arafah menuju Masy'aril Haram dan Allah berfirman bahwa pertama dalam perjalanan ini harus senantiasa mengingat Allah sehingga Allah dapat menyelamatkan kalian dari kesesatan dan diberi petunjuk ke jalan Allah. Kedua, secara berkelompok dan bersama-sama dan janganlah kalian merasa berhak mendapat superioritas dari orang lain.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Islam adalah agama sempurna dan di samping ibadah ritual seperti Haji, ia juga memperhatikan sisi kehidupan material, pencarian nafkah masyarakat.
2. Di dalam perjalanan, kita harus mengambil manfaat dari nikmat-nikmat material, namun jangan sampai kita melupakan Allah.
3. Di dalam Haji, pangkat atau status pribadi disingkirkan, dan semua harus seperti lainnya dan bersama-sama merampungkan upacara tadi.
Ayat ke 200-202
Artinya:
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek-moyangmu atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka diantara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia", dan tiadalah baginya bagian yang menyenangkan di akhirat.
Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat tepat perhitunganNya.
Di dalam sejarah disebutkan bahwa orang-orang Arab pra-Islam setelah usai menunaikan upacara-upacara haji, mereka berkumpul di suatu tempat dan masing-masing dari mereka membangga-banggakan kaum dan kabilah serta nenek-moyangnya. Al-Quran menyatakan: "Sebagai ganti berbangga-bangga dengan nenek-moyang, ingatlah Allah; syukurilah nikmat-nikmat terdahulu dan mohonlah masa depanmu kepadaNya."
Selanjutnya al-Quran menambahkan bahwa masyarakat terbagi dua kelompok, satu kelompok yang setelah rampung menunaikan amalan-amalan haji, mereka hanya memikirkan soal duniawi dan kebutuhan-kebutuhan materi dan tidak memohon kepada Allah sesuatu selain itu. Sudah sewajarnya, jika kelompok ini nanti pada hari kiamat dikala manusia memerlukan segala sesuatu, berada dalam keadaan tangan kosong.
Namun kelompok kedua di dalam doa-doanya, selain peduli terhadap dunia yang merupakan sarana untuk sampai kepada kesempurnaan, juga meminta kepada Allah pada hari kiamat nanti terselamatkan dari siksa neraka dan mendapat nasib khusnul khatimah.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di dalam berdoa kepada Allah, janganlah kita berpikiran pendek dan hanya melihat apa yang ada di depan kaki dan kehidupan beberapa hari di dunia.
2. Islam adalah agama pertengahan atau dalam istilah al-Quran umat Islam disebut dengan "ummatan washato". Islam adalah agama yang memperhatikan dua sisi kehidupan dunia maupun akhirat, sehingga orang Muslim harus memikirkan juga tentang kemajuan dan kesejahteraan material dirinya dan juga masyarakat.
3. Kita memohon kepada Allah kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan, bukannya kita menentukan perkara-perkara parsial dalam doa kita kepada Allah, karena kita tidak mengetahui masa depan kita sendiri dan apa yang menjadi kebaikan untuk kita.
Ayat ke 203
Artinya:
Dan berdzikirlah dengan menyebut Allah dalam beberapa hari yang berbilang, barang siapa yang ingin menangguhkan keberangkatannya dari dua hari itu, maka tiada dosa baginya, dan barang siapa yang ingin menangguhkan keberangkatannya dari dua hari itu, maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan kepadaNya.
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyatakan sebagai ganti berbangga-bangga dengan nenek-moyang di dalam upacara haji, maka ingatlah Allah, ayat ini menjelaskan momentnya.
Setelah upacara Idul Qurban pada hari kesepuluh bulan Dzulhijjah, hari kesebelas, kedua belas dan ketiga belas, para Hujjaj berada di padang Mina. Tempat itu merupakan kesempatan dan peluang yang sangat baik untuk bertafakkur dan tadabbur di alam semesta serta beribadafh dan bermunajat dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Ayat ini mengingatkan dari pada menyebut-nyebut kecemerlangan dan kebanggaan-kebanggaan nenek-moyang dan keunggulan kaum atau kabilah, maka sebaiknya mereka mengingat Allah dan nikmat-nikmatNya.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jjika manusia ahli takwa dan kesucian, maka Allah tidak akan mempersulit urusannya.
2. Pekerjaan ahli takwa meskipun sedikit, akan diterima oleh Allah dan menutupi kekurangan dan kelemahan-kelemahan perbuatannya.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 194-196
Ayat ke 194
Artinya:
Bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum Qishaash. Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Dalam Islam perang diharamkan dalam 4 bulan. Bulan-bulan tersebut adalah Rajab, Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Orang-orang Musyrikin ingin menyalahgunakan hukum ilahi ini dan hendak memperdayakan Muslimin dengan menyerang mereka secara mendadak. Mereka tahu bahwa dalam bulan-bulan tadi, Muslimin tidak diijinkan berperang, namun mereka lalai bahwa kehormatan darah Muslimin lebih dari kehormatan bulan-bulan tadi dan siapa saja yang memecah kehormatan itu, maka harus diqishash dan dibalas dengan serupa.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pihak musuh senantiasa menanti kesempatan. Maka kita tidak boleh membiarkan mereka menyalahgunakan kesempatan.
2. Perjanjian-perjanjian dan kontrak sosial, harus dipelihara selagi pihak lain konsekuen dengan perjanjian itu, bukannya bermaksud menyalahgunakannya.
3. Dalam menghadapi musuh sekalipun, kita harus menjaga keadilan dan obyektif serta tidak melanggar batas-batas ilahi.
Ayat ke 195
Artinya:
Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah, menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Ayat sebelumnya mengeluarkan perintah jihad dan menyikapi musuh dengan perbuatan serupa, namun jelas sekali, setiap perang tidak akan memungkinkan tanpa dukungan uang dan jika Muslimin tidak bersedia melepaskan harta dan jiwanya di jalan Allah, maka akan mengalami kekalahan dan binasa.
Di dalam keadaan aman dan damai sekalipun, jika orang-orang kaya tidak peduli dengan orang-orang tertindas dan lemah, dan tidak membayar khumus, zakat dan infak, maka sewajarnyalah bila kesenjangan sosial akan semakin melebar dan akan tercipta pelbgai bentuk ketidakamanan dan ketidakadilan dalam masyarakat.
Oleh yang demikian, infak dan ihsan kepada orang lain akan melahirkan keseimbangan kekayaan, atau bisa disebut dengan pemelihara kekayaan dan modal. Ali bin Abi Talib AS berkata, "Peliharalah harta kekayaan kalian dengan memberikan zakat".
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setiap kali kebatilan telah menguasai, maka kehidupan dan kemuliaan masyarakat berada dalam ancaman bahaya dan kebinasaan.
2. Setiap pekerjaan yang membahayakan jiwa manusia, identik dengan sumber kebinasaan.
Ayat ke-196:
Artinya:
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang) oleh musuh atau karena sakit, maka sembelihlah korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah merasa aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji di dalam bulan haji, wajiblah ia menyembelih korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Demikian itu kewajiban membayar fidyah bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada di sekitar Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah), dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaannya.
Sebagaimana yang telah diketahui, pengasas ibadah haji adalah Nabi Ibrahim as dan di tengah-tengah bangsa Arab, sejak zaman beliaulah, ibadah haji mulai membudaya. Islam juga mendukung tradisi tadi, maka dari itulah, wajib bagi setiap Muslim sekiranya mampu sekali dalam umurnya, pergi menunaikan ibadah haji.
Namun, umrah yang artinya ziarah, hanya wajib bagi orang yang masuk ke Mekah dan ia diwajibkan melakukan beberapa perbuatan ringan termasuk melakukan tawaf mengelilingi rumah Allah dan melaksanakan solat.
Melanjuti perintah pelaksanaan haji dan umrah, berangkat dari masalah ada kemungkinan di sepanjang perjalanan ibadah ini, pihak yang terkait mengalami kesulitan, ayat tersebut menjelaskan sebagian dari hukum untuk mereka agar jelas bahwa kewajiban-kewajiban Allah adalah di dalam batas kemampuan manusia dan Allah Swt tidak menginginkan dari hambanya sesuatu yagn ada di luar kemampuannya.
Islam tidak mengenal jalan buntu dan memiliki berbagai hukum yang sesuai dengan berbagai kondisi dan keadaan. Seseorang yang berhalangan melanjutkan amalan-amalan haji, maka sebagai gantinya, ia dapat melakukan puasa atau memberikan sedekah atau mengenyangkan fakir miskin dengan cara menyembelih kambing.
Tafsir al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 188-193
Ayat ke 188
Artinya:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Ayat ini berbicara tentang dosa besar penyebab ketidakadilan dan ketidakamanahan dalam ekonomi masyarakat. Dan kaum Muslimin sangat dilarang melakukan; satu, perlakuan yang tidak pantas terhadap harta milik orang lain. Dua, menyuap hakim supaya dapat menguasai harta orang lain.
Al-Quran menyebutnya dengan istilah "batil" dan "dosa". Perbuatan yang menurut akal tidak patut dan menurut syariat dosa dan haram. Ada sebagian orang demi supaya perbuatan itu tidak dianggap buruk, memberi nama "suap" dengan hadiah. Disebutkan dalam sejarah ada seorang "Tawwabi" datang ke rumah Ali as membawa sesuatu atas nama hadiah agar nanti di pengadilan hukum yang dijatuhkan bermanfaat bagi dirinya. Imam Ali mengatakan: "Demi Allah, seandainya diberikan langit kepadaku agar aku mengambil sebutir gandum dari mulut semut, sama sekali aku tidak akan melakukannya."
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Islam sangat menghormati harta milik pribadi dan tidak mengizinkan menguasai harta orang lain.
2. Kepemilikan harus didapatkan dengan jalan yang halal. Menguasai harta orang lain dengan jalan tidak benar, sekalipun ada hukum hakim tetap tidak menjadi miliknya.
3. Menyuap dan disuap adalah haram, dengan nama apapun baik, hadiah, maupun upah.
Ayat ke 189
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Salat satu keistimewaan Islam adalah hukum-hukum dan peraturannya diatur berdasarkan hukum alami dan universal. Waktu shalat diatur berdasarkan terbit, terbenam dan bergesernya mataharidi tengah hari. Waktu bulan puasa Ramadhan, atau ibadah haji bulan Dzulhijjah, ditetapkan berdasarkan hilal, yaitu penanggalan bulan yang menyeluruh. Demikian pula manusia sangat memerlukan penanggalan hari-hari dan tahun dalam kehidupan pribadinya. Tibanya hilal, bulan baru merupakan acuan tanggalan bagi urusan dunia dan sekaligus sebagai saran untuk menentukan urusan-urusan ibadah mereka.
Sisi lain yang dipaparkan bersama dengan penentuan waktu-waktu haji, yaitu amalan-amalan khurafat kaum Musyrik sebelum Islam yaitu dikarenakan mereka mengira pakaian ihram adalah simbol pelepasan semua kebiasaan hidup, maka dalam suasana ihram, mereka tidak masuk rumah lewat jalan biasa, dan mereka menganggap itu sebagai perbuatan luhur.
Al-Quran menanggapi bahwa itu perbuatan khurafat yang kamu masukkan dalam urusan ibadat. Kalau kamu benar-benar mencari kebajikan, maka bertakwalah dan lakukanlah segala sesuatu dengan jalannya.
Seperti halnya untuk menentukan waktu dan tibanya musim haji kita memanfaatkan hilal bulan, demikian juga untuk melaksanakan peraturan-peraturan Tuhan, kita harus merujuk kepada para ulama, karena mereka adalah pintu-pintu pengenalan kebenaran dari kebatilan dan pintu rahmat Allah, dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu dan selera pribadi, karena kebahagiaan dan kesejahteraan terletak dalam menjauhi perintah hawa nafsu.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia harus menyusun program usianya berdasarkan waktu, sebagaimana Allah membagi masa dalam urusan ibadah manusia.
2. Perbuatan baik adalah perbuatan yang diperintahkan oleh akal dan syariat dan berdasarkan takwa, bukannya berlandaskan tradisi dan kebiasaan nenek moyang.
3. Perbuatan khurafat tidak boleh kita anggap sebagai perbuatan baik.
Ayat ke 190
Artinya:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Membela diri di hadapan musuh merupakan hak utama manusia. Al-Quran selain menekankan untuk menghadapi segala bentuk arogansi, menyeru Muslimin sebelum peperangan agar mengajak musuh untuk memeluk Islam dan Muslimin tidak diperbolehkan memulai perang. Di dalam perang, Muslimin tidak boleh melukai anak-anak, wanita dan orang tua yang tidak terlibat langsung dalam peperangan dengan Muslimin. Mereka diwajibkan untuk menjaga perasaan dan kehormatan manusia.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jihad harus di jalan Allah dan untuk Allah bukan untuk perluasan negarajajahan, ataupun berdasarkan pertikaian etnis.
2. Bahkan dalam perang, pemeliharaan keadilan tetap diperlukan dan tidak boleh melampaui batasan-batasan ilahi.
Ayat ke 191-192
Artinya:
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat tadi memerintahkan kepada Muslimin agar memperlakukan orang-orang Musyrik Mekah sebagaimana Musyrikin tersebut memperlakukan Muslimin. Sebelum itu kaum Musyrikin Mekah telah mengusir Muslimin dari kota dan tanah arinya, serta memerangi Muslimin dengan begitu kejam dan dengan ungkapan al-Quran lebih buruk dari pembunuhan.
Namun demikian, guna menjaga kehormatan Masjidul Haram, Allah Swt tidak mengijinkan perang di sana, kecuali Musyrikin yang memulai perang di tempat suci tersebut, dan Muslimin diwajibkan membela diri di manapun tempatnya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Muslimin harus melawan dan membela diri terhadap pihak-pihak yang ingin memukul Islam dalam berbagai peluang , dan janganlah kalian ijinkan mereka membuat segala makar dan konspirasi.
2. Kendati rumah Allah adalah terhormat, namun penghormatan orang Muslimin adalah lebih besar dan diperlukan penjagaannya.
3. Menghadapi dengan serupa adalah salah satu dasar Islam yang penting dalam kaitan dengan menghadapi musuh-musuh agama.
Ayat ke 193
Artinya:
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Tujuan perang dan Jihad dalam Islam bukanlah penjajahan, pengkultusan kaum ataupun untuk memperoleh pampasan perang. Akan tetapi sebaliknya, tujuannya adalah menghapus kezaliman dan ekspansi serta menafikan simbol-simbol kekafiran, syirik dan khurafat supaya perwujudan keadilan dan pengarahan rakyat menuju Allah Swt dapat dicapai dan diwujudkan.
Oleh yang demikian, kita hanya akan berjihad melawan orang-orang yang bertujuan memerangi Islam dan melakukan gangguan terhadap Muslimin, sekiranya mereka tidak lagi mengganggu Muslimin, maka kita tidak akan memulai perang dan pada dasarnya, seseorang tidak akan mendapat gangguan semata-mata memiliki akidah selain Islam.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk mendudukkan agama Allah di bumi, Muslimin harus berjihad melawan para penguasa zalim yang menyebarkan akidah batil.
2. Jalan taubat tidaklah tertutup bagi siapapun dan dalam kondisi apapun. Bahkan musuh kafir sekalipun, jika di tengah-tengah peperangan, ia bertaubat, maka Allah Swt akan memaafkannya.
Jihad Islam: Terimakasih Republik Islam Iran
Brigade al-Quds berterimakasih kepada Republik Islam Iran, karena negara ini tidak pernah menutup mata atas ketertindasan bangsa Palestina, dan karena Republik Islam gerakan perlawanan Islam Palestina mampu meluluhlantakkan jaringan komunikasi Tel Aviv.
Sayap militer Jihad Islam itu dalam konferensi persnya mengatakan, "Kemenangan yang diraih gerakan perlawanan Islam Palestina hari ini, pada kenyataannya adalah kemenangan para syuhada dan bangsa tegar berdiri mendukung gerakan perlawanan." Al-Alam (22/11) melaporkan.
"Tel Aviv hari ini sudah bukan benteng perkasa lagi bagi warga Zionis, akan tetapi sudah seperti mainan anak-anak di tangan gerakan perlawanan. Brigade Quds melesakkan 620 rudal dan roket ke distrik-distrik Israel dan mampu menghancurkan jaringan komunikasi kota itu."
"Kami berterimakasih kepada Republik Islam Iran karena dukungan finansial dan persenjataannya untuk gerakan perlawanan di Gaza. Iran tidak pernah menutup mata atas ketertindasan bangsa Palestina dalam membela tanah airnya," tegas al-Quds.
Kemenangan ini tercapai karena persatuan seluruh elemen perlawanan Palestina dalam menghadapi musuh. 10 pejuang terbaik Brigade AL-Quds gugur syahid. (IRIB Indonesia/HS)
Iran Catat Enam Kategori Pemain Terbaik Asia
Persepakbolaan Iran memiliki wakil di enam kategori nominasi pemain terbaik Asia 2012.
Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengumumkan nama-nama kandidat pemain terbaik Asia dan Iran memiliki wakil di enam kategori. Demikian dilaporkan Fars News.
Di kategori anggota terbaik AFC, federasi sepak bola Iran akan bersaing dengan federasi sepak bola Jepang, Korea Selatan dan Qatar untuk memperebutkan gelar federasi Asia terbaik tahun 2012.
Di kategori permainan sportif, federasi sepak bola Iran bersama federasi sepak bola Australita dan Uzbekistan menjadi kandidat utama.
Alireza Faghani termasuk tiga kandidat peraih hadiah wasit terbaik tahun 2012 dan akan bersaing dengan Ravshan Sayfiddinovich Irmatov dari Uzbekistan dan Yuichi Nishimura dari Jepang.
Adapun timnas Futsal Iran bersama Jepang dan Thailand masuk sebagai nominasi peraih hadiah timas terbaik Asia 2012. Muhammad Keshavarz, pemain futsal Iran akan bersaing dengan Katsutoshi Rafael Henmi dari Jepang dan Suphawut Thueanklang dari Thailand.
Sebelumnya Ali Karimi dilaporkan masuk nominasi peraih hadiah pemain terbaik Asia tahun ini bersaing bersama Zheng Zhi dari China dan Lee Keun-ho dari Korea Selatan.
Pemain terbaik Asia tahun 2012 akan diumumkan Kamis depan (29/11) di Kuala Lumpur, Malaysia. (IRIB Indonesia/MF)
Pemerintah Perancis Khawatirkan Warganya yang Diculik di Mali
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui nasib seorang warga Perancis yang diculik oleh sekelompok teroris di barat Mali.
Menurut situs koran Le Journal du Dimanche, Fabius dalam wawancara dengan sebuah jaringan televisi pada Kamis (22/11) menyatakan bahwaGilberto Rodriguez, 61 tahun, masih hidup, tetapi ia mengaku tidak mengetahui kelompok mana yang menculiknya.
Ia menambahkan, ada kemungkinan Rodriguez diserahkan kepada milisi yang berkuasa di utara Mali.
Rodriguez diculik oleh enam orang bersenjata pada Selasa di dekat perbatasan Sinegal di Mali. Dengan demikian, jumlah warga Perancis yang diculik di kawasan ini mencapai tujuh orang.
Milisi bersenjata mengancam pemerintah Perancis akan membunuh semua sandra jika Paris melanjutkan dukungannya kepada operasi militer negara-negara Afrika di utara Mali. (IRIB Indonesia/RA)
Maliki Peringatkan Erdogan Jangan Intervensi Urusan Dalam Negerinya
Nouri Maliki, Perdana Menteri Irak menegur PM Turki, Recep Tayyip Erdogan lebih baik mengurusi masalah negaranya yang semakin menumpuk daripada ikut campur urusan dalam negeri Irak.
Maliki mengatakan, "Kondisi dalam negeri Turki dari hari ke hari semakin buruk, hak-hak minoritas dilanggar di negara itu, dan untuk menutupi krisis dalam negeri yang mengarah ke perang saudara itu, Erdogan menuduh Irak."
Ia juga meminta pemerintah Ankara menjauhi urusan yang tidak menguntungkan pihaknya, karena masyarakat Turki berharap perubahan politik di negara itu.
"Di Irak baru, fitnah mazhab tidak akan pernah ada lagi, dan minyak negara ini yang diklaim Erdogan berubah menjadi senjata dalam perang saudara adalah milik seluruh rakyat Irak," tegas Maliki.
Menurut Maliki, Turki lebih baik mengurus masalah dalam negerinya sendiri daripada mengintervensi perang saudara di dalam negaranya.
Kemarin Rabu (21/11) Erdogan menuduh pemerintahan Maliki telah berperan meningkatkan fitnah mazhab dan etnis di Irak.
Dibentuknya badan-badan operasi di sejumlah wilayah utara Irak yang berdekatan dengan wilayah Kurdi, kata Erdogan justru akan menambah masalah bagi negara itu. (IRIB Indonesia/HS)