کمالوندی

کمالوندی

Juru Bicara Badan Energi Atom Iran mengabarkan penyusunan akurat kontrak pertukaran uranium antara Iran dan Rusia.

Mehr News (25/10) melaporkan, Behrouz Kamalvandi, Jubir Badan Energi Atom Iran menegaskan bahwa pertukaran uranium dengan Rusia berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemimpin Revolusi Islam Iran atau Rahbar.

Ia menuturkan, “Terkait bahan pengayaan uranium yang diberikan Iran kepada Rusia, dan sebaliknya bahan yang diterima Iran, dapat dipastikan sesuai dengan isi kontrak yang disepakati.”

Kamalvandi menjelaskan, “Sudah diupayakan agar kontrak-kontrak antara Iran dan Rusia ditandatangani sedemikian rupa sehingga menutup kemungkinan munculnya masalah dan kesalahpahaman.”

Ayatullah Khamenei, Rahbar, baru-baru ini dalam suratnya untuk Presiden Iran mengumumkan syarat-syarat pelaksanaan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Dalam surat Rahbar disebutkan, langkah-langkah modernisasi pabrik-pabrik di Arak dengan menjaga identitas air beratnya, hanya bisa dimulai jika kontrak pasti dan dapat dipercaya terkait program alternatif serta jaminan yang cukup untuk melaksanakannya, ditandatangani.

Dalam surat tersebut juga dijelaskan, transaksi uranium terkayakan untuk ditukar “kue kuning” (Yellowcake) atau urania dengan negara asing, dapat dimulai jika kontrak dapat dipercaya dalam masalah ini, ditandatangani dengan jaminan yang cukup.

Senin, 26 Oktober 2015 09:47

Pesan Haji Rahbar 1436 H

بِسم الله الرحمن الرحیم

والحمد لله رب العالمین و الصلاه و السلام علی سید الخلق اجمعین محمد و آله الطاهرین و صحبه المنتجبین و علی التابعین لهم باحسان الی یوم الدین
 

Dan salam sejahtera untuk Ka’bah yang mulia, poros tauhid dan pusat tawaf orang-orang Mukmin, serta tempat turunnya para malaikat, dan salam sejahtera untuk Masjidul Haram, Arafah, Mash’ar dan Mina, dan salam sejahtera untuk kalbu-kalbu khusyu’, lidah-lidah yang berzikir, mata-mata yang terbuka menuju keinsafan, benak-benak yang telah memahami pelajaran masa lalu; dan salam untuk kalian para hujjaj berbahagia yang berkesempatan mengucap Labbaik menjawab seruan Allah dan duduk di  jamuan penuh nikmat ini.

Tugas pertama adalah perenungan dalam "labbaik" global, historis dan konstan ini.

 

إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ  لَبَّيْكَ

Segala puja dan puji adalah milik-Nya, semua nikmat dari-Nya, dan seluruh kekuasaan dan kekuatan adalah milik-Nya. Inilah perspektif yang diberikan kepada pelaksana haji pada langkah pertama kewajiban penuh bobot dan makna ini, dan kelanjutan manasik ini, terbentuk seirama dengannya, dan kemudian diletakkan di hadapannya bak pendidikan yang kekal dan pelajaran yang tidak mungkin terlupakan, dan dia akan dituntut untuk menyusun program hidup berasaskan hal itu. Menimba pelajaran besar ini dan pengamalannya, bagaikan sumber penuh berkah yang dapat memberikan kesegaran, kegairahan dan dinamika dalam hidup umat Muslim serta membebaskan mereka dari berbagai kesulitan yang menjerat—sekarang dan di setiap periode.

Berhala keegoisan, kesombongan, hawa nafsu, berhala hegemoni dan kepatuhan pada hegemoni, berhala imperialisme global, berhala kemalasan dan ketidakbertanggungjawaban serta semua berhala yang menghinakan jiwa mulia manusia, akan termusnahkan dengan seruan Ibrahim ini, jika muncul dari lubuk hati yang terdalam dan menjadi program hidup, seta kebebasan, kemuliaan dan keselamatan akan menggeser ketergantungan, kesulitan dan penderitaan.

Saudara dan saudari pelaksana haji, dari bangsa dan negara manapun, hendaknya merenungkan kalimat penuh hikmah ilahi ini dan dengan pandangan teliti terhadap berbagai masalah dunia Islam khususnya di Asia Barat dan Afrika Utara, hendaknya mereka merenungkan tugas dan tanggung jawab untuk diri mereka berdasarkan kapasitas, fasilitas individu dan lingkungan, serta sungguh-sungguh mengupayakannya.

Dewasa ini, politik jahat Amerika Serikat di wilayah ini yang menjadi penyebab perang, pertumpahan darah, kerusakan, pengungsian, dan juga kemiskinan, keterbelakangan serta perselisihan etnis dan mazhab di satu sisi, dan kejahatan rezim Zionis yang telah menyampaikan perilaku penjajahan di negara Palestina hingga ke puncak kebuasan dan kekejian, penistaan repetitif atas wilayah suci Masjid al-Aqsa, serta pemusnahan nyawa dan harta warga tertindas Palestina di sisi lain, masalah  utama kalian semua umat Islam adalah harus memikirkannya dan mengetahui tugas-tugas islami kalian di hadapan itu semua. Dan para ulama agama serta para elit politik dan budaya memiliki tugas lebih berat yang sayangnya kerap mereka abaikan. Para ulama alih-alih mengobarkan api perpecahan mazhab, dan para politisi daripada pasif di hadapan musuh, serta para elit budaya ketimbang sibuk pada isu-isu marginal, hendaknya mengidentifikasi penderitaan besar dunia Islam serta menerima dan melaksanakan tugas  yang akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan keadilan Allah Swt. Berbagai peristiwa memilukan di kawasan, di Irak, Suriah, Yaman, Bahrain, Tepi Barat Sungai Jordan, Jalur Gaza, dan sejumlah wilayah lain di negara-negara Asia dan Afrika, adalah masalah besar umat Islam yang harus disaksikan pada  ujung jari propaganda imperialisme global dan dipikirkan solusinya. Bangsa-bangsa harus menuntut hal itu dari pemerintah-pemerintah mereka dan pemerintah juga harus berkomitmen dalam melaksanakan tugas beratnya.

Dan haji serta konsentrasi agungnya, merupakan panggung terpenting kemunculan dan pertukaran tugas-tugas bersejarah ini. Dan kesempatan Bara’ah (lepas tangan dari kaum musyrik dan taghut) yang harus dimanfaatkan dengan partisipasi semua hujjaj dari semua tempat, merupakan salah satu manasik politis paling jelas dalam kewajiban komprehensif ini.

Tahun ini peristiwa pahit dan merugikan Masjidul Haram membuat pahit lidah para hujjaj dan bangsa mereka. Benar bahwa para korban peristiwa itu sedang shalat, bertawaf dan beribadah, ketika menyambut pertemuan dengan Sang Haq, menggapai kebahagiaan besar dan insyaallah bersemayam dalam wilayah aman, terjaga dan rahmat ilahi, ini merupakan duka besar bagi para keluarga korban, akan tetapi ini tidak akan mengurangi besarnya tanggung jawab pihak-pihak yang berkomitmen atas keamanan para tamu Sang Maha Pengasih. Pengamalan komitmen dan pelaksanaan tugas ini merupakan tuntutan tegas kami.

 

Wassalamu alaa ibadillahis salihin

Sayyid Ali Khamenei

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menilai berbagai masalah yang dihadapi umat Islam adalah produk propaganda imperialisme global yang harus diupayakan solusinya.

Hal itu disampaikan Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pesan haji beliau bersamaan dengan pelaksanaan manasik doa Arafah. Pesan beliau dibacakan oleh Hujjaul Islam Sayyid Ali Qazi Asgar, wakil Rahbar dalam urusan haji dan ziarah Iran.

Dalam pesan tersebut, Rahbar menyinggung politik jahat Amerika Serikat di kawasan dan menilainya sebagai faktor peperangan, pertumpahan darah, kerusakan, pengungsian, keterbelakangan serta perselisihan etnis dan mazhab.

Menurut Ayatullah Khamenei, setiap Muslim memiliki tanggung jawab berat di hadapan perilaku rezim penjajah Zionis yang telah menyampaikan kejahatannya di negara Palestina hingga pada puncak kebuasan dan kekejian, berulangkali menistakan sakralitas wilayah suci Masjid al-Aqsa serta memusnahkan nyawa dan harta warga tertindas Palestina.

Beliau juga menekankan kembali besarnya tugas dan tanggung jawab para ulama serta elit politik-budaya, yang sayangnya kerap terlupakan.

“Para ulama agama serta para elit politik dan budaya memiliki tugas lebih berat yang sayangnya kerap mereka abaikan. Para ulama alih-alih mengobarkan api perpecahan mazhab, dan para politisi daripada pasif di hadapan musuh, serta para elit budaya ketimbang sibuk pada isu-isu marginal, hendaknya mengidentifikasi penderitaan besar dunia Islam serta menerima dan melaksanakan tugas  yang akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan keadilan Allah Swt,” demikian disebutkan dalam pesan Rahbar.  

Beliau juga menyinggung aspek politik haji dan menjelaskan, haji dan konsentrasi agungnya, merupakan panggung terpenting kemunculan dan pertukaran tugas-tugas bersejarah ini. Dan kesempatan Bara’ah (lepas tangan dari kaum musyrik dan taghut) yang harus dimanfaatkan dengan partisipasi semua hujjaj dari semua tempat, merupakan salah satu manasik politis paling jelas dalam kewajiban komprehensif ini.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Rabu (30/9/2015), hadir dalam acara lulusan, penyematan pangkat untuk para taruna Akademi Militer Republik Islam Iran di Akademi Ilmu Maritim Imam Khomeini, Noushahr.

Pada acara itu, Ayatullah Khamenei menyinggung musibah memilukan dan berdarah Mina, serta menyebutnya sebagai duka dan musibah nyata bagi bangsa Iran mengingat meninggalnya ribuan hujjaj khususnya ratusan hujjaj Iran.

 

Iran Masih Menjaga Etika Islami dan Persaudaraan Dunia Islam

Beliau menekankan pentingnya pembentukan komite pencari fakta yang melibatkan negara-negara Islam termasuk Iran, Rahbar mengatakan, “Pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya dalam merelokasi jenazah-jenazah suci para korban dan Republik Islam juga hingga kini tetap menjaga kesabaran, etika islami, kehormatan persaudaran dalam dunia Islam, akan tetapi mereka harus tahu bahwa pelecehan terhadap puluhan ribu hujjaj Iran di Mekkah dan Madinah serta tidak komitmen dalam melaksanakan tugas merelokasi jenazah-jenazah suci itu, akan menimbulkan reaksi yang tegas dan kasar dari Iran.”

Menyinggung meninggalnya para hujjaj mazlum dengan bibir kehausan pada musibah Mina serta duka para keluarga yang tidak sabar menanti kepulangan para kekasih mereka, Rahbar mengatakan, “Hingga kini jumlah pasti korban Iran dalam musibah tersebut masih belum jelas dan ada kemungkinan peningkatan jumlah korban hingga ratusan orang. Dan peristiwa ini merupakan musibah sangat besar bagi bangsa Iran.”

Ayatullah Khamenei menyebutkan sejumlah laporan bahwa jumlah korban musibah Mina mencapai lebih dari 5.000 orang, seraya mengatakan, “Ketika al-Quran menyebut Rumah Allah sebagai lokasi aman dan haji sebagai tempat keamanan, akan tetapi sekarang harus ditanya; apakah ini keamanan itu?”

Menyinggung pentingnya pembentukan komite pencari fakta dengan melibatkan negara-negara Islam termasuk Iran, Rahbar menegaskan, “Untuk sementara kami tidak akan mengutarakan pendapat tergesa-gesa soal penyebab musibah ini, akan tetapi kami berpendapat bahwa pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya di hadapan para korban luka musibah Mina dan membiarkan mereka dalam kondisi putus asa dan kehausan.”

 

Reaksi Keras Iran Menanti Saudi

Terkait berbagai masalah yang dihadapi dalam relokasi jenazah-jenazah korban Mina dan penanganan para pejabat negara, Rahbar menekankan urgensi penindaklanjutan oleh para pejabat. “Dalam hal ini, pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya dan pada sebagian kasus melakukan interferensi,”  tegas Rahbar.

“Republik Islam Iran hingga kini menunjukkan kesabaran, menjaga etika islami dan kehormatan persaudaraan di dunia Islam, akan tetapi mereka harus tahu bahwa kekuatan Iran di atas banyak pihak dan memiliki fasilitas lebih banyak dan jika diperlukan akan menunjukkan reaksi di hadapan anasir-anasir pengganggu dan pengusik. Kondisi mereka akan buruk dan mereka tidak akan bisa sebanding dalam setiap konfrontasi.”

Seraya menekankan bahwa reaksi Iran akan tegas dan keras, Rahbar mengatakan, “Pada era Perang Pertahanan Suci selama delapan tahun, [semua] kekuatan Timur-Barat dan negara-negara regional mendukung satu elemen buas dan keji, akan tetapi pada akhirnya mereka semua tertampar dan oleh karena itu mereka telah mengenal Iran, dan jika seandainya mereka belum mengenal, sekarang waktunya untuk mengenal [Iran].”

Menyinggung puluhan ribu hujjaj Iran di Mekkah dan Madinah, Rahbar memperingatkan, “Sedikit saja [terjadi] pelecehan terhadap hujjaj Iran dan jika pemerintah Arab Saudi tidak melaksanakan tugasnya menyangkut jenazah-jenazah suci [hujjaj], maka itu akan memancing reaksi Iran.”

“Republik Islam Iran bukan pihak zalim, akan tetapi tidak menerima kezaliman dan kejahatan siapa pun. Oleh karena itu, [Iran] tidak akan mengusik hak-hak manusia dan bangsa-bangsa baik itu Muslim atau non-Muslim, namun jika ada pihak yang mengusik hak rakyat dan negara Iran, dia akan disikapi tegas dan berkat pertolongan Allah, kemampuan untuk menunjukkan sikap itu ada, serta bangsa Iran kokoh dan kuat.”(

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan, angkatan bersenjata Republik Islam Iran harus meningkatkan kekuatannya dengan cepat dan memperkuat persiapannya sehingga musuh tidak berani berpikir untuk menyerang.

Ayatullah Khamenei Kamis (1/10) dalam pertemuannya dengan pajabat dan komandan militer Republik Islam Iran di Nowshahr, Iran utara menyebut resistensi bangsa Iran, presisi dan pantang menyerah terhadap kebijakan kubu arogan sebagai faktor permusuhan terhadap Revolusi Islam.

Rahbar mengingatkan bahwa resistensi dan perjuangan bangsa Iran di era delapan tahun perang pertahanan suci sebuah pengalaman penting. “Pemerintah Republik Islam sebuah pemerintahan independen dan sejak awal revolusi menerapkan kebijakannya dengan transparan serta tidak pernah takut terhadap kekuatan apa pun,” jelas Ayatullah Khamenei.

Ayatullah Khamenei di kesempatan tersebut mengisyaratkan permusuhan serius dan berat yang menghadang pergerakan independen dan memukau bangsa Iran. “Musuh mengharapkan pemerintah Republik Islam menyerah dan berdamai dengan musuh tidak akan meredakan permusuhan mereka,” papar Rahbar.

Rahbar menambahkan, “Tampilnya sebuah bangsa independen yang menentang kekuatan arogan dan antek-anteknya tidak dapat diterima oleh kubu imperialis. Oleh karena itu, mereka memusuhi bangsa ini dan ucapan seperti ini “Jika kita tidak berbicara atau berbuat sesuatu serta memperhatikan musuh, maka permusuhan akan mereda” adalah sebuah anggapan keliru.”

Rahbar seraya mengisyaratkan sambutan bangsa serta sejumlah pemerintah yang tidak mengekor pada kekuatan arogan atas gerakan independen Iran, menjelaskan, “Berbagai bangsa bersuka cita menyaksikan kemajuan dan pembelaan nyata bangsa Iran terhadap kepentingannya di hadapan kekuatan arogan dan lawatan  ke laur negeri pejabat Iran ke setiap negara yang pemerintahnya mengijinkan rakyatnya mengungkapkan simpatinya terhadap Iran pasti mendapat sambutan luar biasa.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyerukan lembaga-lembaga pemerintah, non-pemerintah (LSM) dan masyarakat Iran untuk meningkatkan upaya dalam menanggulangi serangan budaya yang dilancarkan musuh dan asing.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyerukan hal itu dalam pertemuan dengan anggota-anggota Staf Kongres Syuhada Provinsi Chaharmahal dan Bakhtiari dua hari lalu, namun baru dipublikasikan pada Rabu (7/10/2015).

"Di Republik Islam Iran telah diambil langkah-langkah yang bagus untuk menghadapi serangan budaya dan ideologi musuh, namun upaya-upaya ini harus ditingkatkan," tegas Ayatulah Khamenei.

Rahbar lebih lanjut menekankan pentingnya untuk menghidupkan kembali konsep kesyahidan dan nilai-nilainya.

Musuh, kata Ayatullah Khamenei, telah mengerahkan seluruh fasilitasnya untuk melancarkan invasi budaya dan politik dan untuk melemahkan keyakinan agama dan politik bangsa Iran.

"Musuh telah bertindak untuk meningkatkan ketidakpuasan di antara para pemuda Iran dan menarik mereka ke dalam kerangka tujuan-tujuan imperalis, di mana hal ini harus ditangani," pungkasnya.

Senin, 26 Oktober 2015 09:42

Rahbar: Negosiasi dengan AS Dilarang

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menegaskan, Amerika Serikat sedang mencari celah untuk menginfiltrasi dan memaksakan kehendak-kehendaknya terhadap bangsa Iran.

Ayatullah Khamenei, Rabu (7/10) dalam pertemuannya dengan para komandan dan personil Angkatan Laut, Pasukan Garda Revolusi Islam, IRGC, menyinggung peran AL, IRGC dalam menjaga keamanan Iran.

Rahbar menuturkan, “Musuh ingin merubah perhitungan para pejabat dan opini publik Iran, terutama kaum muda. Semua harus waspada dan siaga.”

Menurut Ayatullah Khamenei, rakyat Iran menentang perundingan dengan Amerika Serikat.

Ia menerangkan, “Perundingan dengan Amerika, karena risiko yang tidak terhitung, dilarang dan tidak bermanfaat, pasalnya Amerika berusaha membuka jalan untuk menginfiltrasi Iran lewat perundingan, namun Iran sepenuhnya memahami masalah ini.”  

Rahbar menegaskan bahwa Iran tidak pernah menjadi pihak pertama yang memulai perang.

“Karena agresi dan infiltrasi adalah sifat dari musuh, maka kemampuan-kemampuan sains dan perlengkapan dalam kerangka inovasi, dari hari ke hari harus mengalami peningkatan,” ujarnya.

Terkait proyek-proyek berbahaya kubu imperialis dunia di kawasan, Rahbar menjelaskan, “Kubu imperialis tidak ragu untuk menggunakan perlengkapan sangat berbahaya dan cara-cara anti-kemanusiaan untuk membunuh manusia.”

Klaim-klaim mendukung Hak Asasi Manusia dan hak warga negara mereka, kata Rahbar, bertentangan dengan realitas dan sepenuhnya absurd serta sia-sia.  

Ayatullah Khamenei menilai penyerangan terhadap rumah sakit di Afghanistan dan pembunuhan atas rakyat di Suriah, Irak, Yaman, Palestina dan Bahrain, adalah contoh-contoh kejahatan kubu imperialis dunia.

Ia menambahkan, “Hari ini, bahaya terbesar yang mengancam dunia adalah dusta, hipokrit dan kebohongan para pengklaim pembela HAM.”

Rahbar juga menyinggung soal peran Iran dalam mencegah terealisasinya rencana-rencana musuh.

“Kegagalan-kegagalan musuh di dalam negeri dan kawasan adalah berkat kewaspadaan, kesiapan dan kekuatan Iran. Oleh karena itu, permusuhan terbesar imperialis ditumpahkan pada Iran, dan program perundingan juga dalam kerangka kebijakan imperialis untuk menginfiltrasi,” paparnya.

Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa Iran pada dasarnya tidak menentang perundingan dengan seluruh negara, baik Eropa maupun non-Eropa.

Ia menjelaskan, “Akan tetapi terkait Amerika, masalahnya berbeda, karena menurut mereka, perundingan dengan Iran berarti permainan untuk menginfiltrasi di bidang ekonomi, budaya, politik dan keamanan negara.”

Rahbar menegaskan, “Hari ini bangsa Iran dengan kekuatan spiritualnya, berhasil mengusir musuh dari arena pertempuran dan akan mengalahkan para pembenci pemerintahan Islam dalam proyek-proyek keamanan, militer, ekonomi dan budaya.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pesannya, menyampaikan selamat dan belasungkawa atas kesyahidan Brigjen Syahid Hossein Hamedani.

Dalam pesan belasungkawa yang disampaikan Rahbar, Ayatullah Khamenei, Sabtu (10/10) disebutkan, “Kami menyampaikan selamat dan belasungkawa atas kesyahidan Brigjen Syahid Hossein Hamedani kepada keluarga, famili, sahabat, kawan seperjuangan dan seluruh Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, IRGC.”

Rahbar menegaskan, “Pejuang senior, bersahabat dan pekerja keras ini, adalah seorang pemuda suci dan taat beragama. Ia mengabdikan dirinya di arena kemuliaan dan kehormatan dalam membela negara dan pemerintahan Republik Islam.”

Syahid Hamedani, tambah Rahbar, mendonorkan sisa umur penuh berkah dan muka bercahayanya dalam melindungi tempat suci Ahlul Bait as dari para penjahat Takfiri anti-Islam. Di medan ini ia berhasil meraih cita-citanya yaitu mengorbankan jiwa di jalan Tuhan, dengan jihad fi sabilillah dan semoga rahmat Ilahi tercurah untuk dirinya.

Brigjen Hossein Hamedani, salah satu komandan IRGC dan penasihat senior militer Iran di Suriah, Kamis (8/10) gugur syahid di negara Arab itu.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menilai Lembaga Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB) sebagai markas terdepan dan aktif dalam menghadapi perang lunak.

Ayatullah Khamenei, Senin (12/10) dalam pertemuannya dengan jajaran pimpinan dan direksi IRIB menjelaskan tujuan “Perang Lunak tergorganisir dan luas kubu imperialis anti-Iran”. Menurutnya merubah keyakinan masyarakat adalah tujuan terpenting perang rumit ini.

Ia juga menegaskan peran luar biasa IRIB dalam pertarungan serius ini.

Rahbar menyinggung urgensi IRIB dalam pemerintahan Republik Islam Iran dan pertarungan yang tidak diinginkan serta tanpa pilihan IRIB dengan segala kerumitan dan bahaya, perang lunak.

“Perang lunak, berbeda dengan perang fisik, tidak kentara, tidak dipahami dan tidak terasa, bahkan di sebagian kasus pihak lawan melepaskan pukulan, tapi masyarakat sebagai targetnya, mengantuk dan tidak merasa diserang,” paparnya.

Rahbar menyebut upaya membangun keyakinan tidak riil di tengah para pemuda tentang dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, serta menggambarkannya sebagai negara maju, nyaman, aman dan tanpa masalah, sebagai bagian dari perang lunak.

Ia menjelaskan, “Tujuan utama dan final perang lunak yang sudah dirancang, adalah mengosongkan dimensi internal dan mengubah muatan Republik Islam dengan cara merubah keyakinan dan melemahkan iman masyarakat khususnya para pemuda.”

Rahbar menegaskan, “Dalam kerangka tujuan perang lunak musuh, terpeliharanya nama Republik Islam dan bahkan kehadiran seorang ulama sebagai pemimpinnya, tidak penting, yang penting adalah Iran bisa menjaga kepentingan Amerika, Zionis dan jaringan kekuatan global.”

Ayatullah Khamenei menyebut perencanaan, kerja dan upaya terpadu, sebagai karakteristik para perancang dan eksekutor perang lunak.

“Di seluruh produk audio, visual dan karya tulis kubu anti-Iran, target dan tujuan-tujuan perang lunak, tapi biasanya secara tidak langsung, dapat dilacak,” ujarnya.

Rahbar juga menganggap IRIB sebagai media nasional dan Revolusi Islam. Ia menuturkan, “Pimpinan dan pegawai IRIB, adalah komandan dan parjurit perang lunak,” kata Rahbar.

Menurut Rahbar, pekerjaan terpenting untuk merealisasikan tujuan media nasional dalam menghadapi perang lunak musuh, akses atas analisa fundamental, benar dan realistis, terkait situasi dalam negeri, kawasan dan dunia.

“Analisa semacam ini, dapat menata pemikiran dan visi di setiap level manajemen dan tubuh IRIB, serta menjadi landasan seluruh aktivitasnya,” pungkas Rahbar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, menimbulkan pesimisme terhadap para pemuda terkait masa depan mereka merupakan pengkhiatan terhadap bangsa Iran.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam pidatonya di depan para mahasiswa dan tokoh-tokoh muda berprestasi Iran, Rabu (14/10/2015).

Dalam pidatonya, Rahbar menilai masa depan Iran sebagai masa depan yang cerah dan disertai dengan kemajuan dan kekuatan, di mana pengaruh spiritual negara ini akan meningkat di kawasan dan dunia.

Masa depan cerah ini, kata Ayatullah Khamenei, berkat tujuan-tujuan, slogan dan gerakan revolusi masyarakat serta partisipasi luas para remaja beprestasi.

Menurutnya, musuh sangat marah dengan dihidupkannya kembali tujuan-tujuan dan slogan-logan revolusi.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut pencapaian peringkat akademik yang luar biasa di antara 200 negara dunia sebagai salah satu buah dari Revolusi Islam Iran.

Rahbar menjelaskan, Iran saat ini mencapai peringkat akademik yang tinggi ketika selama tiga dekade lalu, negara ini menghadapi Perang pertahanan Suci (perang yang dipaksakan rezim Saddam terhadap Iran selama delapan tahun) dan tekanan-tekanan politik serta sanksi ekonomi.

Menurutnya, pusat-pusat riset yang menentukan indikator kemajuan ilmiah adalah saksi atas kemajuan Iran, di mana sebagian pihak di forum resmi dan tidak resmi mengingkari kemajuan-kemajuan ini dan menganggapnya sebagai ilusi.

"Kalian mencapai posisi tinggi ilmiah ini berkat keamanan Iran, oleh karena itu kalian harus berterimakasih kepada orang-orang yang telah menjaga keamanan khususnya para syuhada seperti Brigadir Jenderal Hossein Hamedani," tuturnya.

Ayatullah Khamenei menilai prosesi pemakaman Syahid Hamedani yang dihadiri oleh ribuan warga Iran khususnya di kota Hamedan sebagai tanda terimakasih bangsa negara ini kepada para penjamin keamanan.

"Jika tidak ada keamanan, maka riset, universitas dan kemajuan ilmiah juga tidak akan ada," tegasnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menegaskan bahwa berpartisipasi dalam camping-camping jihad  merupakan salah satu cara untuk memperkuat "semangat jihad."

Berpartisipasi dalam camping-camping jihad, lanjut Ayatullah Khamenei, akan mendorong untuk akrab dengan masyarakat dan persoalan yang dihadapi mereka.

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menegaskan kepada para pemuda untuk tidak merasa takut dan minder atas kemajuan Barat.

Meskipun Barat telah mencapai kemajuan di bidang ilmu pengatahuan dan teknologi, kata Ayatullah Khamenei, kita tidak boleh takut dan minder, sebab potensi kemampuan para pemuda Iran sangat tinggi dan generasi muda sekarang mampu menorehkan kebanggaan atas kemajuan-kemajuan dan tahap-tahap besar ilmiah dan memperkuat dasar kemandirian ilmiah dengan penuh wibawa.

"Selama gerakan dan pemikiran revolusioner tetap ada di Iran, maka kemajuan dan pengaruh negara ini akan meningkat dan dominasi spiritual di tingkat regional dan internasional akan meningkat," pungkasnya.