
کمالوندی
Perkenalan Dengan Mazhab Shia
Bismillahir Rohmanir Rohim
Islam agama paling sempurna yang diturunkan dari sisi Allah Swt kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad Saw dan jalan utama bagi keselamatan serta kebahagiaan dunia dan akirat mereka.
Sepeninggal Rasulullah Saw dan sebagaimana beliau ramalkan sebelumnya, Muslimin akan bercabang menjadi banyak kelompok dan mazhab; terutama, Mazhab Maliki, Hanafi, Syafii, Hanbali dan Syiah Imamiyah.
Meskipun mazhab-mazhab ini mempunyai banyak kesamaan dalam prinsip dan hukum, tapi dalam beberapa hal mereka berbeda.
Walau demikian, sayang sekali sebagian musuh dan orang berhati busuk telah menuduhkan kebohongan-kebohongan besar kepada Syiah, apa pun semangat dan target di balik tuduhan itu yang pasti hasilnya hanyalah perpecahan Muslimin.
Berapa waktu lalu, sebuah pamflet anti Syiah tersebar di negara-negara Islam seperti Indonesia, isinya tidak keluar dari kebohongan dan tuduhan besar terhadap Syiah.
Karena tuduhan dan kebohongan itu banyak yang sudah terungkap, maka dalam tulisan ini kami cukupkan dengan tanggapan singkat, dilanjutkan dengan pengenalan yang juga singkat mengenai Syiah.
Bila dirasa perlu, dengan inayah Allah Swt kami akan menyajikan tanggapan dan pengenalan yang terperinci.
***
Sejarah Singkat Mazhab Syiah
Syiah dan Islam punya satu sejarah. Kenyataannya, Syiah adalah Islam itu sendiri yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Ajarannya antara lain kontinuitas kepemimpinan atau imamah oleh seorang yang dilantik oleh Allah Swt melalui Nabi-Nya Saw. Prinsip dasar inilah yang menjamin kelestarian Islam dan membentuk identitas kesyiahan.
Rasulullah Saw menyampaikan prinsip itu pada masa hidupnya, dan sejak itu pula sebagian sahabat beliau menerimanya, bahkan sepeninggal beliau pun mereka konsisten terhadapnya. Merekalah perintis Mazhab Syiah pada masa hidup Nabi Saw, dan sepeninggal beliau pun mereka tetap pada janji itu. Di saat yang sama, sebagian orang mengabaikan prinsip ini dan mereka menyerahkan pemilihan pemimpin kepada massa.
Penamaan pengikut Amirul Mukminin Ali as dengan Syiah sudah dimulai pada masa hidup Rasulullah Saw, banyak sekali hadis yang meriwayatkan bahwa beliau sendiri yang menetapkan nama itu untuk para pengikut Ali as. Para ahli hadis dan tafsir meriwayatkan ketika ayat 7 surat 98 (al-Bayyinah) turun:
ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ÄϺϬ┘É Ïú┘Å┘ê┘Æ┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï«┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘É
(Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik manusia.)
Beliau Saw sambil menghadap ke arah Ali as bersabda:
┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘ê┘ÄÏ┤┘èÏ╣┘ÄϬ┘Å┘â┘Ä ┘è┘Ä┘ê┘à┘Ä Ïº┘ä┘é┘É┘èϺ┘à┘ÄÏ®┘É Ï▒ϺÏÂ┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘ÄÏ▒ÏÂ┘è┘æ┘è┘å┘Ä
(Artinya: Maksudnya adalah kamu dan Syiahmu yang pada Hari Kiamat merupakan orang-orang yang rida dan diridai.)
Di hadis lain, beliau Saw bersabda:
Ïú┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘ê┘ÄÏ┤┘É┘èÏ╣┘ÄϬ┘Å┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘êÏ╣┘ÉÏ»┘ë ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘êÏ╣┘ÉÏ»┘Å┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘êÏÂ┘ÅÏî ÏÑÏ░Ϻ ϼ┘ÄϺÏí┘ÄϬ┘É Ïº┘äÏú┘Å┘à┘Ä┘à┘Å ┘ä┘É┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘É Ï¬┘ÅÏ»Ï╣┘Ä┘ê┘å┘Ä Ï║┘ÅÏ▒┘æÏº┘ï ┘à┘ÅÏ¡┘Äϼ┘æ┘Ä┘ä┘É┘è┘å┘Ä
(Artinya: Engkau dan Syiahmu, janjiku dan kalian di Hari Kiamat adalah di sisi Telaga ÔÇôKausar-, ketika umat-umat datang untuk Hisab kalian dipanggil sementara cahaya memancar dari wajah kalian.)
Hadis bahwa ayat ini berkenaan dengan pengikut Ali as dan sesungguhnya Nabi Saw yang memberi mereka nama Syiah, tersebar di berbagai kitab rujukan. Sebagai contoh, kitab Al-Dur Al-Mantsûr, jld. 6, hal. 589; Al-Showâʻiq Al-Muhriqoh, hal. 161; Nihâyah Ibn Atsîr, kata qomh, jld. 4, hal. 106; Manâqib Ibn Maghôzili, hal. 293, dan lain-lain. Perlu diketahui, Suyuthi menukil hadis-hadis itu di dalam kitab Al-Dur Al-Mantsûr dari Tafsîr Thabari dan Târîkh Ibnu Asakir.
Berdasarkan keterangan di atas, yang memberi nama Syiah kepada pengikut Amirul Mukminin Ali as adalah Rasulullah Saw. Dan kenyataan ini sendiri merupakan dasar untuk menentukan pola pemerintahan sepeninggal Nabi Muhammad Saw.
 
Imamah Lahir Bersama Kenabian
Tentu saja posisi imamah berbeda dengan posisi kenabian; nabi penerima wahyu dan pendiri agama, sedangkan imam bukan penerima wahyu kenabian bukan pula pendiri agama, melainkan dia menanggung tugas-tugas yang sebelumnya ditanggung nabi dalam ranah penjelasan hukum dan penerapannya. Imam adalah rujukan dalam penjelasan hukum dan keyakinan Islam serta pengatur urusan negara. Berdasarkan prinsip ini dan sebagaimana tertera jelas dalam banyak hadis, ketika Rasulullah Saw menyatakan kenabiannya kepada Bani Hasyim beliau juga mengumumkan suksesi Ali as atas dirinya dan kepemimpinan dia setelah beliau. Kenyataan ini membuktikan bahwa kenabian dan imamah lahir bersamaan, di samping itu dua kedudukan tersebut ditentukan oleh Allah Swt melalui wahyu-Nya. Kenyataan ini tersurat dalam buku-buku referensi sejarah, dimana Rasulullah Saw bersabda:
ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘çÏ░Ϻ ÏúÏ«┘É┘è ┘ê ┘ê┘ÄÏÁ┘É┘è┘è ┘ê┘Ä Ï«┘Ä┘ä┘è┘ü┘ÄϬ┘É┘è ┘ü┘É┘è┌®┘Å┘à ┘ü┘ÄϺÏ│┘à┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ê ÏúÏÀ┘É┘èÏ╣┘Å┘êϺ
(Târîkh Thabari, jld. 2, hal. 319-321, terbitan Dar Al-Ma'arif, Mesir; Târikh Kâmil Ibnu Atsir, jld. 2, hal. 62-63, terbitan Daru Shadir, Beirut; Sîroh Halabi, jld. 71, hal. 311, terbitan Al Bahiyah, Mesir; Târîkh Ibnu Asakir, jld. 1, hal. 65, hadis 139-140-141, terbitan Beirut; Tafsîr Khôzin, Alaudin Syafii, jld. 3, hal. 371, terbitan Mesir, dan lain-lain.)
(Artinya: Sesungguhnya ini (Ali) saudaraku, washiku dan khalifahku pada kalian, maka simaklah dia dan taatilah.)
 
Hadis Manzilah
Hadis Manzilah termasuk hadis populer yang dinukil para muhadis dan sejarawan. Ringkas hadis itu: ketika Nabi Muhammad Saw bergerak menuju Tabuk untuk berperang melawan pasukan Romawi, beliau tidak mengajak Ali as, karena keberadaan dia di Madinah sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya fitnah dari orang-orang munafik. Meski demikian halnya, musuh-musuh menyebarkan isu ketegangan relasi Nabi Saw dengan Ali as, karena itu beliau tidak mengajaknya perang. Seketika itu pula Ali as menyusul pasukan Islam dan melaporkan isu tersebut kepada Nabi Saw, maka beliau bersabda:
┘â┘ÄÏ░┘ÄÏ¿┘Å┘êϺ ┘ê┘Ä┘ä┘â┘É┘å┘æ┘ë Ï«┘Ä┘ä┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘Å┘â┘Ä ┘ä┘àϺ Ϭ┘ÄÏ▒┘É┘âϬ┘Å ┘ê┘ÄÏ▒ϺϪ┘ëÏî ┘ü┘ÄϺÏ▒ϼ┘ÉÏ╣ ┘ê┘ÄϺϫ┘Æ┘ä┘Å┘ü┘Æ ┘ü┘ë Ïú┘ç┘Æ┘ä┘ë ┘ê┘ÄÏú┘ç┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä. Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘äϺ Ϭ┘ÄÏ▒ÏÂ█î ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘É┘ë┘æ┘Å Ïú┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘Ä┘â┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘æ┘ë Ï¿┘É┘à┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘ÄÏ®┘É ┘çϺÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘à┘Å┘êÏ│█î ÏÑ┘É┘ä┘æÏº Ïú┘Ä┘å┘æ┘ç┘Å ┘äϺ ┘å┘ÄÏ¿┘É┘ë┘æ┘Ä Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ë
(Shohîh Bukhari, Perang Tabuk, jld. 6, hal. 3, terbitan tahun 1314; Shohîh Muslim, Bab Keutamaan Ali, jld. 7, hal. 120; Sunan Ibnu Majjah, Bab Keutamaan Sahabat Nabi Saw, jld. 1, hal. 55; Sîroh Ibnu Hisyam, jld. 2, hal. 519-520).
(Artinya: Mereka bohong, aku menjadikanmu sebagai khalifahku atas apa yang kutinggalkan di sana, maka kembalilah dan jadilah khalifahku (penggantiku) di tengah keluargaku dan keluargamu, tidakkah engkau rida wahai Ali berkedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku.)
Terang sekali hadis ini menjelaskan bahwa Ali as mempunyai seluruh kedudukan dan wewenang Nabi Harun as selain kenabian. Dan salah satu kedudukan Nabi Harun as adalah kementerian dia bagi Nabi Musa as, hal itu sebagaimana dilansir Al-Qur'an pada surat 20 (Thaha), ayat 29-30:
┘ê┘ÄϺϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä ┘ä┘æ┘É┘è ┘ê┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▒┘ïϺ ┘à┘æ┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘É┘è ┬á┘ç┘ÄϺÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘ÄÏ«┘É┘è
(Artinya: Dan jadikanlah bagiku seorang menteri (yang membantu) dari keluargaku. (yaitu) Harun, saudaraku.)
Terkecualinya kenabian dalam sabda Nabi Muhammad Saw menunjukkan bahwa semua tanggungjawab Nabi Harun as dimiliki juga oleh Ali as, sehingga suksesi ini tidak terbatas pada masa Perang Tabuk, melainkan sebuah pedoman umum yang meliputi semua tempat dan waktu, termasuk pada masa Perang Tabuk. Seandainya yang ingin disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw hanya suksesi pada waktu Perang Tabuk, maka tidak perlu beliau menyabdakannya dalam bentuk pedoman umum lalu mengecualikan kenabian dari pedoman umum tersebut.
 
Empat Sumber Utama Syiah
Salah satu bahasan penting untuk mengenal Syiah adalah bahasan mengenai keyakinan dan pandangan Syiah serta kesamaan dan perbedaannya dengan mazhab-mazhab Islam yang lain. Syiah Imamiyah memperoleh pokok keyakinan agama Islam dan cabangnya dari empat sumber; yaitu Al-Qur'an, sunnah Nabi Saw, sunnah Ahli Bait as, dan akal.
1. Al-Qur'an
Al-Qur'an diterima semua mazhab Islam dan tergolong sumber yang sama di antara mereka. Pun begitu, ada perbedaan dalam pola penggunaan dan metode pemahaman konsep-konsep serta ajarannya. Bagaimana pun juga, Syiah tidak pernah meyakini Tahrif atau perubahan Al-Qur'an, sejak dulu kala sampai sekarang. Sebaliknya, Syiah senantiasa meyakini Al-Qur'an terjaga dari segala macam perubahan.
2-3. Sunnah Nabi Muhammad Saw dan Ahli Bait as
Sumber utama kedua bagi Mazhab Syiah untuk memperoleh pokok agama Islam dan cabangnya adalah Sunnah Nabi Saw. Sunnah di sini berarti sabda, tindakan dan sikap diam (yang bermakna persetujuan) beliau. Sumber ini juga diterima oleh semua mazhab Islam, walau pun mereka berbeda pendapat dalam syarat perawi hadis Nabi dan cara pengambilan sunnah beliau.
Dengan demikian, setiap kali hadis berisi sabda, tindakan dan atau sikap diam Nabi Muhammad Saw diriwayatkan melalui jalur yang valid maka itu hujah atau bukti.
Menurut Syiah Imamiyah, jalur paling valid untuk mencapai sunnah Nabi Muhammad Saw adalah para imam Ahli Bait Nabi as. Apa pun yang dijelaskan oleh Ahli Bait as pada hakikatnya sunnah Nabi Saw. Dan yang dimaksud dengan Ahli Bait Nabi as adalah dua belas Imam Suci as ditambah Sayidah Fatimah Zahra as puteri Nabi Saw. Prihal perkataan, tindakan dan sikap diam Ahli Bait as adalah hujah atau bukti, banyak sekali bukti yang menyatakannya, antara lain Hadis Tsaqalain dan Hadis Safinah yang diriwayatkan baik dalam kitab-kitab hadis Ahli Sunnah mupun dalam kitab-kitab hadis Syiah.
4. Akal
Ulama Syiah, berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan sunnah, meyakini kedudukan tinggi bagi akal dalam memperoleh ajaran agama Islam. Dari satu sisi mereka menerima asas baik dan buruk rasional serta membuktikan keadilan Ilahi atas dasar itu, di sisi lain fukaha Syiah Imamiyah mempercayai akal sebagai sumber hukum syariat bersama Al-Qur'an dan Sunnah, mereka juga meyakini asas kelaziman antara hukum akal dan syariat. Di samping itu, peran akal sebagai alat untuk memahami Al-Qur'an dan sunnah juga mereka terima, dimana indikator rasional dan penilaian akal dapat membantu mufasir dalam menafsirkan Al-Qur'an dan mujtahid dalam menyimpulkan hukum dari Al-Qur'an serta sunnah.
Dengan demikian maka jelas jawaban atas pertanyaan di atas, karena Syiah dan Ahli Sunnah punya perbedaan terkait sumber-sumber tersebut (Al-Qur'an, Sunnah Nabi Saw dan Ahli Bait as, serta akal), dengan sendirinya mereka pun punya perbedaan dalam keyakinan dan fatwa.
Terkait sunnah, Syiah hanya menerima sunnah Nabi Muhammad Saw dan Ahli Bait as sebagai hujah dan bukti, adapun perkataan dan tindakan sahabat Nabi Saw tidak mereka pandang sebagai hujah karena bukan manusia suci. Tidak demikian halnya dengan Ahli Sunnah, mereka menerima sunnah sahabat Nabi Saw sebagai hujah dan bukti.
 
Sahabat Nabi Swt Menurut Al-Qur'an dan Syiah
Dalam perspektif wahyu, ada dua kelompok orang yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Saw dan menyertai beliau:
Kelompok pertama adalah orang-orang yang dipuji oleh ayat-ayat Al-Qur'an dan disebutnya sebagai pendiri istana kemuliaan dan benteng Islam:
- Para pendahulu yang pertama
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 9 (al-Taubah), ayat 200 berfirman:
┘ê┘ÄϺ┘äÏ│┘æ┘ÄϺϿ┘É┘é┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘äÏú┘Ä┘ê┘æ┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘Å┘ç┘ÄϺϼ┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘äÏú┘Ä┘åÏÁ┘ÄϺÏ▒┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ¬┘æ┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘Å┘ê┘ç┘Å┘à Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ¡┘ÆÏ│┘ÄϺ┘å┘ì Ï▒┘æ┘ÄÏÂ┘É┘è┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏÂ┘Å┘êϺ┘Æ Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘ç┘Å ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¼┘Ä┘å┘æ┘ÄϺϬ┘ì Ϭ┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è Ϭ┘ÄÏ¡┘ÆÏ¬┘Ä┘ç┘ÄϺ Ϻ┘äÏú┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺÏ▒┘Å Ï«┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ»┘É┘è┘å┘Ä ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ¿┘ÄÏ»┘ïϺ Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘ü┘Ä┘ê┘ÆÏ▓┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘Å
(Artinya: Para pendahulu yang pertama ÔÇômasuk Islam- dari Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.)
- Para pembaiat di bawah pohon
Allah Swt dalam Al-Qur'an, surat 48 (al-Fath), ayat 18 berfirman:
┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ï▒┘ÄÏÂ┘É┘è┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘å┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä ÏÑ┘ÉÏ░┘Æ ┘è┘ÅÏ¿┘ÄϺ┘è┘ÉÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä┘â┘Ä Ï¬┘ÄÏ¡┘ÆÏ¬┘Ä Ïº┘äÏ┤┘æ┘Äϼ┘ÄÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ü┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘É┘à┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘ÄÏú┘Ä┘åÏ▓┘Ä┘ä┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘â┘É┘è┘å┘ÄÏ®┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘ÄϽ┘ÄϺϿ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘ÄϬ┘ÆÏ¡┘ïϺ ┘é┘ÄÏ▒┘É┘èÏ¿┘ïϺ
(Artinya: Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia (baiat) kepadamu di bawah pohon, lalu Allah mengetahui isi hati mereka, lalu Dia menurunkan ketenangan kepada mereka dan memberi mereka kemenangan yang dekat.)
- Para penghijrah
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 59 (al-Hasyr), ayat 8 berfirman:
┘ä┘É┘ä┘Æ┘ü┘Å┘é┘ÄÏ▒┘ÄϺÏí Ϻ┘ä┘Æ┘à┘Å┘ç┘ÄϺϼ┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïú┘ÅÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Å┘êϺ ┘à┘É┘å Ï»┘É┘èϺÏ▒┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘à┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ¬┘ÄÏ║┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ü┘ÄÏÂ┘Æ┘ä┘ïϺ ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄÏ▒┘ÉÏÂ┘Æ┘ê┘ÄϺ┘å┘ïϺ ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘åÏÁ┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘Ä┘ç┘Å Ïú┘Å┘ê┘Æ┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺϻ┘É┘é┘Å┘ê┘å┘Ä
(Artinya: Bagi para fakir penghijrah yang diusir dari negeri mereka dan harta mereka ÔÇôdemi- mencari karunia dari Allah dan keridaan, dan mereka menolong Allah serta rasul-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar.)
- Para pemenang
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 48 (al-Fath), ayat 29 berfirman:
┘à┘æ┘ÅÏ¡┘Ä┘à┘æ┘ÄÏ»┘î Ï▒┘æ┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘ÄÏ╣┘Ä┘ç┘Å Ïú┘ÄÏ┤┘ÉÏ»┘æ┘ÄϺÏí Ï╣┘Ä┘ä┘Ä█î Ϻ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘æ┘ÄϺÏ▒┘É Ï▒┘ÅÏ¡┘Ä┘à┘ÄϺÏí Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï▒┘Å┘â┘æ┘ÄÏ╣┘ïϺ Ï│┘Åϼ┘æ┘ÄÏ»┘ïϺ ┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ¬┘ÄÏ║┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ü┘ÄÏÂ┘Æ┘ä┘ïϺ ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄÏ▒┘ÉÏÂ┘Æ┘ê┘ÄϺ┘å┘ïϺ Ï│┘É┘è┘à┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è ┘ê┘Åϼ┘Å┘ê┘ç┘É┘ç┘É┘à ┘à┘æ┘É┘å┘Æ Ïú┘ÄϽ┘ÄÏ▒┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘Åϼ┘Å┘êÏ»┘É Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äϬ┘æ┘Ä┘ê┘ÆÏ▒┘ÄϺϮ┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏÑ┘É┘åϼ┘É┘è┘ä┘É ┘â┘ÄÏ▓┘ÄÏ▒┘ÆÏ╣┘ì Ïú┘ÄÏ«┘ÆÏ▒┘Äϼ┘Ä Ï┤┘ÄÏÀ┘ÆÏú┘Ä┘ç┘Å ┘ü┘ÄÏóÏ▓┘ÄÏ▒┘Ä┘ç┘Å ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ║┘Æ┘ä┘ÄÏ©┘Ä ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘ê┘Ä█î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä█î Ï│┘Å┘ê┘é┘É┘ç┘É ┘è┘ÅÏ╣┘ÆÏ¼┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘äÏ▓┘æ┘ÅÏ▒┘æ┘ÄϺÏ╣┘Ä ┘ä┘É┘è┘ÄÏ║┘É┘èÏ©┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘æ┘ÄϺÏ▒┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ÄϺϬ┘É ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å┘à ┘à┘æ┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘ÄÏú┘Äϼ┘ÆÏ▒┘ïϺ Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘ïϺ
(Artinya: Muhammad utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap kasih sayang terhadap sesama. Engkau lihat mereka rukuk dan sujud mengharapkan karunia dari Allah dan keridaan, tanda-tanda mereka ada di wajah mereka tampak bekas sujud. Demikian perumpamaan mereka di dalam Taurat; sedang perumpamaannya di dalam Injil adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu bertambah kuat dan bertambah besar, tegak lurus pada batangnya, menakjubkan orang-orang yang menanamnya, menjadikan orang-orang marah kepada mereka. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari mereka ampunan dan pahala yang besar.)
Kelompok kedua dari orang-orang yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Saw dan menyertai beliau adalah orang-orang bermuka dua dan berhati sakit. Al-Qur'anlah yang membongkar jati diri mereka dan memperingatkan beliau akan bahaya keberadaan mereka. Mereka antara lain:
- Orang-orang munafik (bermuka dua) yang dikenal
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 63 (al-Munafiqun), ayat pertama sampai akhir berfirman:
ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘â┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘Å┘å┘ÄϺ┘ü┘É┘é┘Å┘ê┘å┘Ä ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ┘å┘ÄÏ┤┘Æ┘ç┘ÄÏ»┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘Å┘ç┘Å ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ┤┘Æ┘ç┘ÄÏ»┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘Å┘å┘ÄϺ┘ü┘É┘é┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘â┘ÄϺÏ░┘ÉÏ¿┘Å┘ê┘å┘Ä ...
(Artinya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami bersaksi susungguhnya engkau betul-betul utusan Allah." dan Allah mengetahui sesungguhnya engkau betul-betul utusan-Nya. dan Allah menyaksikan sesungguhnya orang-orang munafik itu betul-betul pendusta. ...)
- Orang-orang munafik yang tak dikenal
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 9 (al-Taubah), ayat 101 berfirman:
┘ê┘Ä┘à┘É┘à┘æ┘Ä┘å┘Æ Ï¡┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏú┘ÄÏ╣┘ÆÏ▒┘ÄϺϿ┘É ┘à┘Å┘å┘ÄϺ┘ü┘É┘é┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ»┘É┘è┘å┘ÄÏ®┘É ┘à┘ÄÏ▒┘ÄÏ»┘Å┘êϺ┘Æ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä█î Ϻ┘ä┘å┘æ┘É┘ü┘ÄϺ┘é┘É ┘äϺ┘Ä Ï¬┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘å┘ÄÏ¡┘Æ┘å┘Å ┘å┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï│┘Ä┘å┘ÅÏ╣┘ÄÏ░┘æ┘ÉÏ¿┘Å┘ç┘Å┘à ┘à┘æ┘ÄÏ▒┘æ┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘É Ï½┘Å┘à┘æ┘Ä ┘è┘ÅÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä█î Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘ì Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘ì
(Artinya: Dan di antara orang-orang Arab (Badui) di sekeliling kalian orang-orang munafik dan dari penduduk Madinah mereka tetap dalam kemunafikan, kamu tidak mengetahui mereka, Kami mengetahui mereka, akan Kami siksa mereka dua kali, kemudian mereka dikembalikan ke siksa yang agung.)
- Orang-orang berhati sakit
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 33 (al-Ahzab), ayat 12 berfirman:
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ ┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘Å┘å┘ÄϺ┘ü┘É┘é┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ü┘É┘è ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘É┘ç┘É┘à ┘à┘æ┘ÄÏ▒┘ÄÏÂ┘î ┘à┘æ┘ÄϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘Ä┘å┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘Å┘ç┘Å ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï║┘ÅÏ▒┘Å┘êÏ▒┘ïϺ
(Artinya: Dan ketika orang-orang munafik serta orang-orang yang di dalam hatinya penyakit berkata, "Allah dan rasul-Nya tidak menjanjikan kami kecuali tipu daya.")
- Para pendosa
Allah Swt di dalam Al-Qur'an, surat 9 (al-Taubah), ayat 102 berfirman:
┘ê┘ÄÏóÏ«┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä ÏºÏ╣┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘Ä┘ü┘Å┘êϺ┘Æ Ï¿┘ÉÏ░┘Å┘å┘Å┘êÏ¿┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘ÄÏÀ┘Å┘êϺ┘Æ Ï╣┘Ä┘à┘Ä┘äϺ┘ï ÏÁ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ïϺ ┘ê┘ÄÏóÏ«┘ÄÏ▒┘Ä Ï│┘Ä┘è┘æ┘ÉϪ┘ïϺ Ï╣┘ÄÏ│┘Ä█î Ϻ┘ä┘ä┘æ┘ç┘Å Ïú┘Ä┘å ┘è┘ÄϬ┘Å┘êÏ¿┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘ç┘Ä Ï║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘æ┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î
(Artinya: Dan yang lain mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurkan amal saleh dan lainnya buruk, mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.)
Pandangan Syiah mengenai sahabat Nabi Muhammad Saw sesuai dengan Al-Qur'an, mereka menghormati sahabat sejati dan pada saat yang sama mereka melarang penistaan terhadap sahabat yang dihormati mazhab lain.
Terkait penistaan terhadap sahabat Nabi Muhammad Saw, Pimpinan Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah Uzma Ali Khamenehi memfatwakan:
Penistaan terhadap simbol dan tokoh Islami saudara Ahli Sunnah kita hukumnya haram. Dan lebih dari itu, segala sesuatu yang menyebabkan cela dalam kemuliaan, serta segala macam tuduhan terhadap istri Nabi Muhammad Saw hukumnya haram.
Kedudukan Nabi Muhammad Saw dan Imam-imam Syiah As.
Sebagian orang Wahabi menyebarkan seolah-olah Syiah meyakini para imam as lebih utama daripada nabi, bahkan Nabi Muhammad Saw. Tentu saja menurut Syiah, keluarga suci Nabi Saw atau Ahli Bait as mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, dan keutamaan mereka sebagaimana tertera di berbagai ayat Al-Qur'an dan hadis mutawatir tidak terhitung jumlahnya. Namun menurut Syiah, kedudukan Nabi Muhammad Saw lebih tinggi dan lebih utama daripada kedudukan para imam as.
Keyakinan ini tertera dalam buku-buku akidah Syiah, antara lain kitab Al-Kalim Al-Thoyyib menyebutkan keutamaan Nabi Muhammad Saw sebagai berikut:
Salah satu keistimewaan Nabi Muhammad Saw adalah beliau merupakan keberadaan yang paling utama dibandingkan semua nabi, bahkan lebih utama daripada malaikat dan semua makhluk. Di alam semesta, tidak ada makhluk yang lebih utama, lebih sempurna dan lebih tinggi daripada beliau.
Terbukti, ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis valid menunjukkan keistimewaan Nabi Muhammad Saw tersebut. Termasuk:
Ayat pertama, Allah Swt berfirman:
 
┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘à┘ÅÏ¡┘Ä┘à┘æ┘ÄÏ»┘î Ïú┘ÄÏ¿┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ¡┘ÄÏ»┘ì ┘à┘æ┘É┘å Ï▒┘æ┘Éϼ┘ÄϺ┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å Ï▒┘æ┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄÏ«┘ÄϺϬ┘Ä┘à┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì Ï╣┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘ïϺ
 
(Artinya: Tiadalah Muhammad bapak salah seorang dari laki-laki kalian, melainkan utusan Allah dan penutup para nabi, dan adalah Allah Mahatahu atas segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab (33): 40).
 
Adapun penjelasan bukti ini seperti keterangan yang ada dalam buku-buku akidah bab kepenutupan Nabi Muhammad Saw atas semua nabi yang lain.
Ayat kedua, Allah Swt berfirman:
 
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ïú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘ç┘Å ┘à┘É┘èϽ┘ÄϺ┘é┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘É┘è┘Æ┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘à┘ÄϺ ÏóϬ┘Ä┘è┘ÆÏ¬┘Å┘â┘Å┘à ┘à┘æ┘É┘å ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘ì ┘ê┘ÄÏ¡┘É┘â┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ì Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï¼┘ÄϺÏí┘â┘Å┘à┘Æ Ï▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘î ┘à┘æ┘ÅÏÁ┘ÄÏ»┘æ┘É┘é┘î ┘ä┘æ┘É┘à┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϬ┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘å┘æ┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϬ┘Ä┘åÏÁ┘ÅÏ▒┘Å┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïú┘ÄÏú┘Ä┘é┘ÆÏ▒┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏÁ┘ÆÏ▒┘É┘è ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ┘Æ Ïú┘Ä┘é┘ÆÏ▒┘ÄÏ▒┘Æ┘å┘ÄϺ ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ü┘ÄϺÏ┤┘Æ┘ç┘ÄÏ»┘Å┘êϺ┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘ÄϺ┘Æ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä┘â┘Å┘à ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ┤┘æ┘ÄϺ┘ç┘ÉÏ»┘É┘è┘å┘Ä
 
(Artinya: Dan ÔÇôingatlah- ketika Allah mengambil janji para nabi, 'Sungguh, apa yang Kuberikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, -hendaklah- kalian sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya'. Allah berfirman, 'Apakah kalian mengakui dan menerma pernjanjian-Ku atas yang demikian itu.' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.' Allah berfirman, 'Jika demikian, maka saksikanlah dan Aku menjadi saksi bersama kalian.' (QS. Ali Imran (3): 81).
 
Ayat ini secara tegas menunjukkan bahwa Allah Swt mengambil janji dari semua nabi untuk mengakui kenabian Nabi Muhammad Saw dan membela beliau. Dan seandainya beliau tidak punya keutamaan atas semua nabi yang lain, niscaya pengambilan janji itu buruk, karena termasuk pengutamaan tanpa alasan, sementara jelas pengutamaan tanpa alasan itu buruk.
Ayat ketiga, Allah Swt berfirman:
 
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ïú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘èϽ┘ÄϺ┘é┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘É┘å ┘å┘æ┘Å┘êÏ¡┘ì ┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ¿┘ÆÏ▒┘ÄϺ┘ç┘É┘è┘à┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ┘ê┘ÄÏ╣┘É┘èÏ│┘Ä┘ë ϺϿ┘Æ┘å┘É ┘à┘ÄÏ▒┘Æ┘è┘Ä┘à┘Ä ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å┘à ┘à┘æ┘É┘èϽ┘ÄϺ┘é┘ïϺ Ï║┘Ä┘ä┘É┘èÏ©┘ïϺ
 
(Artinya: Dan ÔÇôingatlah- ketika Kami mengambil janji dari nabi-nabi dan dari engkau (Muhammad), dan dari Nuh, Ibrahim, Musa, serta Isa putera Maryam. Dan Kami telah mengambil dari mereka janji yang teguh. (QS. Al-Ahzab (33): 7).
 
Dalam ayat ini, Allah Swt mendahulukan Nabi Muhammad Saw atas para nabi yang lain, padahal secara waktu beliau paling akhir daripada yang lain.
 
Al-Qur'an Menurut Syiah Imamiyah
Ucapan bahwa "Menurut keyakinan Syiah, Al-Qur'an yang asli dikumpulkan oleh Ali dan sekarang ada pada Mahdi, sedangkan Al-Qur'an yang kini populer telah mengalami distorsi." tidak lebih dari tuduhan tanpa alasan dan murni kebohongan.
Al-Qur'an yang diyakini orang-orang Syiah adalah Al-Qur'an yang sekarang diyakini semua orang muslim di seluruh dunia, tidak ada sedikit pun perbedaan antara Syiah dan non Syiah dalam hal Al-Qur'an. Apa yang diyakini Syiah mengenai Al-Qur'an yang dikumpulkan Amirul Mukminin Ali as adalah selain teks Al-Qur'an, di sana juga dicantumkan secara terpisah sya'nun nuzul, tafsir, rahasia, takwil, dan batin ayat-ayatnya. Jelas ini berbeda dengan bahasan distorsi atau perubahan terhadap Al-Qur'an.
Bisa juga diterangkan demikian bahwa bukan hanya Al-Qur'an, melainkan banyak sekali ilmu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw tersimpan dalam hati penuh berkah Amirul Mukminin Ali as, dan pengumpulan Al-Qur'an dalam satu bundel juga beliau lakukan berdasarkan pesan Nabi Saw, di samping pula untuk menegakkan Tsaqalain atau dua pusaka Nabi Saw. Tentu saja, tak seorang pun yang layak untuk itu seperti Amirul Mukminin Ali as; karena beliaulah pintu ilmu Nabi Muhammad Saw, tidak ada seorang pun dari masa lalu sampai masa akan datang yang melebihi beliau dari sisi keilmuan.
Pun demikian, mungkin saja dalam sejarah ada segelintir orang atau ulama tidak lebih dari jumlah jari tangan yang salah berpendapat atau berucap, sehingga menimbulkan kesan distorsi Al-Qur'an menurut Syiah, tapi perlu ditegaskan bahwa cukup sekelumit pengetahuan tentang ajaran Syiah dan mayoritas ulamanya bagi seseorang untuk percaya sesungguhnya mayoritas mutlak Syiah berkeyakinan Al-Qur'an adalah mukjizat Nabi  Muhammad Saw dan Allah Swt senantiasa menjaganya dari segala perubahan.
Syahid Murtadha Muthahhari
Syahid Murtadha Muthahhari adalah cendekiawan Islam yang cemerlang, yang pemikiran-pemikirannya terus relevan dengan masa kini. Ia dilahirkan pada tanggal 2 Februari 1919 di Khurasan, Iran. Ayahnya, Muhammad Husain Muthahhari adalah seorang ulama yang terhormat. Awalnya Syahid Muthahhari menuntut ilmu agama di hauzah ilmiah di kota Qom dan menjadi murid dari Ayatullah Burujerdi dan Ayatullah Al-Imam Khomeini.
 
Sejak masih pelajar di Qom, ia sudah menunjukkan minatnya pada filsafat dan ilmu pengetahuan modern. Pada usia relatif muda, Muthahhari sudah mengajar logika, filsafat, dan fiqih di Fakultas Teologi Universitas Teheran. Kepada mahasiswanya, Muthahhari mengajarkan pemahaman Islam yang benar dan konsekuensi ketauhidan, yaitu penentangan terhadap thagut atau pemerintah yang zalim. Ia aktif dalam politik dan berjuang bersama Imam Khomeini dalam menentang rezim Shah Pahlevi yang despotik.
 
Pada tahun 1963, Muthahhari dipenjara bersama Imam Khomeini. Setelah Imam Khomeini dibuang ke Turki, ia mengambil alih kepemimpinan gerakan revolusi Islam dan menggerakkan para ulama mujahid untuk meneruskan semangat perjuangan sang Imam. Pada bulan Februari tahun 1979, perjuangan inipun mencapai hasilnya dengan kemenangan revolusi Islam Iran. Namun beberapa bulan kemudian, tanggal 2 Mei 1979, beliau ditembak oleh kelompok teroris dan gugur syahid.
 
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam salah satu khutbah beliau menyatakan bahwa Syahid Muthahhari adalah salah satu tiang pendiri Republik Islam Iran, salah satu pembawa bendera pandangan Islam modern, kunci pembuka gudang harta karun budaya Islam, dan murid yang dicintai Imam Khomeini. Syahid Muthahhari selalu mengingatkan kita pada kehidupan revolusi, alam berpikir, dan filsafat ketauhidan.
 
Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu poin penting dari karya-karya dan pemikiran Syahid Muthahhari adalah bahwa ia mengenali topik dan masalah yang dibutuhkan oleh masyarakat, lalu dengan teliti dan mendalam, ia menganalisis masalah-masalah tersebut serta mencari jawabannya. Pidato-pidato Syahid Muthahhari penuh dengan puluhan topik yang semuanya merupakan bagian dari topik-topik pemikiran yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan mengandung nilai-nilai yang sangat berharga.
 
Ayatullah Khamenei selanjutnya menilai bahwa salah satu sisi terpenting dari kepribadian Syahid Muthahhari adalah bahwa ijtihad atau pengambilan kesimpulan yang beliau lakukan selalu berdasarkan kepada sumber-sumber Islam yang asli dan valid. Hal ini jelas berlawanan dengan sebagian pemikir dan cendikiawan di masa lalu dan masa kini yang gemar mengambil ijtihad yang tidak berdasar. Syahid Muthahhari sangat menentang ijtihad yang didasarkan pada istihsan atau ijtihad yang didasarkan pada perbandingan hukum dengan mazhab atau agama-agama lain, atau ijtihad yang didasarkan pada kejumudan dan penyelewengan.
 
Sementara itu, Ayatullah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, bertepatan dengan gugur syahidnya Allamah Muthahhari mengatakan, "Saya telah kehilangan anak yang paling kusayangi yang merupakan buah dan didikan seumur hidupku. Islam telah kehilangan ulama dan cendikiawan besar ini dan tidak ada yang dapat menggantikannya."
 
Ucapan Imam Khomeini yang memuji murid kesayangannya ini bukannya tanpa sebab. Kapasitas keilmuan dan kepribadian besar yang ditunjukkan Allamah Muthahhari membuatnya unggul di antara yang lain. Karya-karya besar pemikir Islam ini seperti Ketauhidan, Keadilan Ilahi, Kenabian, Manusia Sempurna, Hak-hak Perempuan dalam Islam serta yang lainnya terus menyedot perhatian mereka yang haus ilmu dan pencerahan.
 
Karakteristik unggul Allamah Muthahhari adalah sensitifitasnya terhadap isu-isu sosial dan gerakan pemikiran, khususnya keraguan (syubhat) pemikiran generasi muda. Pemikir besar Islam ini terkenal sangat sensitif terhadap penyelewengan pemikiran dan menilainya sebagai faktor kemunduran masyarakat Islam. Oleh karena itu, Syahid Muthahhari menghabiskan usianya untuk menyadarkan masyarakat Islam dari penyelewengan pemikiran.
 
Syahid Muthahhari berkata, "Manusia memiliki perasaan yang terkadang menurut hayalannya ingin tunduk lebih besar terhadap agama, maka saat ini ia akan terjerumus pada ketundukan yang berlebihan terhadap agama, padahal agama sendiri melarangnya. Artinya saat itu, manusia meninggalkan akalnya dan pada akhirnya ia sendiri tersesat serta semakin jauh dari agama."
 
Berbagai ayat al-Quran dan hadis nabi juga menunjukkan bahwa berpikir dan menggunakan akal memiliki posisi yang sangat tinggi. Dalam sebuah riwayat dari Nabi disebutkan, "Satu jam berpikir, lebih baik dari ibadah selama 70 tahun." Riwayat ini sama sekali tidak meremehkan nilai dari ibadah, karena berdasarkan ayat al-Quran, sebab penciptaan manusia adalah ibadah serta penghambaan. Tujuan dari sabda Nabi tersebut adalah penekanan terhadap urgensitas ibadah dan penghambaan yang sadar dan berpikir serta merenungkan ajaran agama. Nabi dengan sabdanya ini juga ingin memperjelas bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan berpikir, kritik dan dialog.
 
Seruan berpikir ini meliputi berbagai dimensi seperti memikirkan filsafat penciptaan manusia, ayat-ayat al-Quran, langit dan sifat-sifat Ilahi, riwayat, sunnah Nabi dan Ahlul Bait serta berbagai dimensi lain. Dengan demikian kebodohan, kejumudan akal dan menerima sesuatu yang zahir ditolak oleh Islam. Syahid Muthahhari menilai kebodohan dan kejumudan (kekolotan) akal sebagai dua penyakit berbahaya bagi manusia. Dua penyakit ini juga menghalangi manusia untuk mencapai kemajuan dan pada akhirnya akan menyeretnya pada penyelewengan serta kehancuran.
 
Syahid Muthahhari meyakini kebodohan akan membuat seseorang menyeleweng karena secara tidak sadar ia terlena dengan kehidupan non-agamis dan meninggalkan nilai-nilai sejati agama dengan alasan pembaharuan. Selain itu, kebodohan juga akan menyeret seseorang pada kejumudan akal dan menilai sesuatu yang baru pasti anti-agama. Faktor dan penyulut dari ideologi kaku dan fanatisme yang tidak pada tempatnya adalah kebodohan.
 
Syahid Muthahhari mengingatkan cikal bakal munculnya kelompok Khawarij di abad permulaan Islam untuk menjelaskan ancaman dan bahaya kejumudan akal serta kebodohan. Di perang Siffin, ketika tentara Imam Ali as hampir berhasil mengalahkan pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan, Amr bin Ash, komandan pasukan Muawiyah mulai tampildan dengan kecerdikannya ia mulai menebar makarnya. Ia memerintahkan pasukannya meletakkan al-Quran di ujung tombak dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
 
Mayoritas tentara Imam Ali as tertipu karena kejumudan pemikiran dan kebodohan mereka. Mereka ramai-ramai meneriakkan slogan La Hukma Illa Allah dan pada akhirnya mereka menolak kepemimpinan Imam Ali as. Mereka ini sejatinya terjebak pada penafsiran zahir pada surat al-Anaam ayat 57, "...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah..." Mereka menyangka bahwa masyarakat Islam tidak membutuhkan pemimpin, padahal tanpa adanya pemimpin, hukum Allah juga tidak dapat terealiasasi dengan sempurna.
 
Kebodohan tersebut akhirnya melahirkan kelompok Khawarij yang menyangka dirinya sebagai satu-satunya pewaris ajaran murni Islam dan menilai orang lain, bahkanImam Ali as telah keliru dalam memahami Islam. Kelompok ini meyakini, mereka yang telah berbuat dosa besar telah keluar dari Islam dan kafir. Ideologi ini kemudian mengakibatkan kerusakan berat di Dunia Islam. Mereka yang mengaku sebagai wakil dari Islam dengan semena-mena mengkafirkan umat muslim lain yang tidak seakidah dan sepemikiran dengan mereka. Tak hanya itu, mereka juga menghalalkan darah umat Muslim yang tidak sealiran dengan mereka. Salah satu contohnya adalah peristiwa tragis yang menimpa sahabat Nabi, Abdullah bin Khabab yang dibantai secara sadis oleh Khawarij beserta istrinya yang tengah hamil gara-gara berkata kepada mereka bahwa Ali bin Abi Thalib as lebih pandai dalam urusan agama dari pada kalian (Khawarij).
 
Ideologi Khawarij yang menjauhi akal telah bersemi dalam masyarakat Islam sepanjang sejarah dalam bentuknya yang beragam. Syahid Muthahhari berkata, "Sejarah Khawarij menakjubkan dan patut menjadi pelajaran. Apa yang bakal terjadi ketika ajaran agama dipahami dengan kebodohan dan dibarengi dengan fanatisme. Khawarij adalah sekelompok orang yang dahi dan lututnya menghitam karena beribadah serta siap mengorbankan jiwanya demi Islam, namun dikarenakan mereka tidak menggunakan akalnya maka pemikiran mereka sangat picik dan merusak Islam. Kelompok ini juga telah menebar trauma dan ketakutan, sampai-sampai setiap orang yang mendengar kalimat La Hukma Illa Allah dari mulut mereka, langsung ketakutan."
 
Untuk membuktikan kebatilan ideologi Khawarij, Syahid Muthahhari bersandar pada perkataan Imam Ali as dan berkata, "Sayidina Ali saat menepis klaim dan keyakinan Khawarij bersabda, Rasulullah mengukum mati para penjahat dan kemudian menshalati jenazah mereka. Jika pelaku dosa besar dianggap kafir maka Rasullullah tidak boleh menshalati jenazah mereka, karena berdasarkan al-Quran, shalat jenazah terhadap orang kafir tidak diperkenankan. Begitu pula orang yang suka bermabuk-mabukan layak mendapat hukuman cambuk, namun saham mereka dari Baitul Mal tidak diputus."
 
Sementara itu, kondisi saat ini juga membutuhkan kesadaran umat Islam seperti yang telah diupayakan oleh Syahid Muthahhari sebelumnya guna menyadarkan masyarakat Islam. Munculnya fenomena takfiri baik secara perilaku maupun ideologi persis seperti yang telah terjadi di awal abad Islam ketika kelompok Khawarij terbentuk. Saat itu, kejumudan akal dan kebodohan menimpa sejumlah umat Islam. Mereka ini tak ubahnya seperti Khawarij menganggap dirinya sebagai pengikut ajaran murni Islam. Siapa saja yang berbeda dan menentang mereka, pasti dibantai dengan cara yang sangat sadis.
 
Salah satu bahaya laten dari kejumudan akal bagi umat Muslim adalah rakyat yang kurang tercerahkan akan mengalami keraguan dalam membedakan antara front kebenaran dan kebatilan. Syahid Muthahhari seraya mengisyaratkan bahwa gerakan pemikiran menyimpang seperti ini harus secepatnya dibongkar, juga menjelaskan strategi Imam Ali as dalam menghadapi kelompok Khawarij. Syahid Muthahhari berkata, "Salah satu keunikan sejarah hidup Imam Ali as adalah langkah berani beliau dalam memerangi kelompok yang menganggap dirinya suci, bodoh dan fanatik buta. Ali as memerangi mereka dan menyamakan kondisi kelompok ini seperti penyakit rabies (anjing gila). Seperti anjing gila yang tidak bisa diapa-apakan dan suka menyerang orang serta menyebar penyakitnya, ideologi menyimpang dan jumud ini sedikit demi sedikit merusak umat Islam dan menghancurkan sendi-sendi agama Samawi ini. Rasulullah Saw bersabda, "Dua kelompok yang merusak pinggangku (jerih payahku), pertama orang bodoh yang fanatik dan kedua ulama yang tidak peduli."
Manuver Pemerintah Interim Mesir Menjelang Pilpres
Mesir saat ini akan segera menyongsong pemilu presiden. Hamdeen Sabahi, Ketua Gerakan Rakyat Mesir dan Abdel Fatah ElSisi, mantan Menteri Pertahanan Mesir adalah dua tokoh yang akan bersaing dalam pemilu presiden mendatang. Namun di mata sebagian partai dan kelompok politik di Negeri Piramida itu, pemilu presiden mendatang dianggap sebagai pemilu yang sudah direkayasa.
 
Saat ini slogan-slogan kampanye dua kandidat tersebut telah memenuhi di hampir semua jalan di Mesir, bahkan aktivitas kampanye El Sisi dan Sabahi kian hari meningkat. Slogan pemilu yang diusung oleh Sabahi adalah "Kita akan membangun kembali Mesir."
 
Para pejabat pemerintah interim Mesir mengerahkan segenap upaya untuk melaksanakan semua peran yang sejalan dengan pandangannya. Mereka berusaha mengarahkan perkembangan di Mesir sesuai dengan kepentingannya dan mensukseskan kandidat yang mereka dukung. Oleh sebab itu, untuk mencapai ambisi tersebut, mereka berusaha menyingkirkan rival-rival dan oposisinya.
 
Selama beberapa bulan terakhir pasca penggulingan Muhammad Mursi, Presiden Mesir yang dipilih langsung oleh rakyat, pemerintah interim menganggap Ikhwanul Muslimin sebagai musuh dan rival utamanya, sehingga mereka berusaha menyingkirkan kelompok tersebut dari kancah politik dan semaksimal mungkin membatasi aktivitas Ikhwanul Muslimin.
 
Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah interim untuk menghapus para penentang mereka adalah memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar kelompok teroris dan melarang aktivitas kelompok tersebut. Penangkapan massal terhadap anggota Ikhwanul Muslimin dan vonis mati terhadap lebih dari 680 anggota dan pendukung Ikhwanul Muslimin termasuk Mohamed Badie, pemimpin kelompok tersebut, adalah bagian dari langkah pemerintah interim untuk menciptakan ketakutan di antara para pendukung mereka.
 
Pada Rabu (30/4), pengadilan Mesir juga melanjutkan sidangnya ke-7 untuk mengadili Mursi dan sejumlah pemimpin senior Ikhwanul Muslimin. Mantan presiden Mesir pilihan rakyat tersebut diadili atas tuduhan melarikan diri dari penjara Wadi ElNatrounketika meletus revolusi 25 Januari 2011.
 
Di masa revolusi Mesir, semua penjara dibuka dan semua tahanan politik di era rezim Hosni Mubarak melarikan diri. Namun saat ini hanya Mursi yang diadili atas tuduhan melarikan diri dari penjara, sehingga hal itu memunculkan banyak pertanyaan. Oleh sebab itu, dakwaan dan pengadilan terhadap Mursi pada dasarnya terkesan dibuat-buat dan pengadilan atasnya sangat dipertanyakan. Tuduhan terhadap Mursi hanyalah dalih untuk menghantam Ikhwanul Muslimin dan mencoreng wajah kelompok tersebut menjelang pemilu presiden mendatang.
 
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin memboikot pemilu dan menuntut rakyat Mesir untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu presiden yang akan digelar pada bulan ini. Boikot tersebut tampaknya telah membuat khawatir para pejabat pemerintah interim, sebab pemilu kali ini akan dijadikan landasan untuk legitimasi pemerintah Mesir mendatang.
 
Untuk mengantisipasi hal itu, sejak awal pemerintah interim yang didukung militer telah melancarkan berbagai manuver anti-Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya. Di antara langkah anti-Ikhwanul Muslimin yang telah dilancarkan adalah menuding mereka dengan pelanggaran keamanan nasional dan pembunuhan warga dalam insiden pembangkangan sipil sebelum terjadi kudeta terhadap Mursi.
 
Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk menghantam oposisi dan sekaligus strategi awal untuk menghapus sepenuhnya Ikhwanul Muslimin dari kancah politik dan sosial di Mesir.
 
Mesir saat ini perlahan-lahan semakin jauh dari tujuan-tujuan revolusi, bahkan bergerak kembali ke masa pemerintahan rezim Mubarak. Negeri Seribu Menara tersebut di ambang cengkeraman para jenderal dan jika hal itu terjadi maka revolusi akan berakhir dan terbentuklah Mubarakisme lain di Mesir.
Parlemen Iran: Kemerdekaan Ekonomi Dicapai dengan Kerja Keras Buruh
Anggota Komisi Pembangunan Majelis Syura Islam Iran mengatakan, para buruh adalah urat nadi perekonomian dan kemerdekaan ekonomi dapat dicapai dengan bersandar kepada kerja keras dari lapisan masyarakat ini.
Yonathan Betkolia, Kamis (1/5) kepada IRNA mengatakan, "Pada kondisi seperti sekarang ini lapisan masyarakat yang bisa memutar roda perekonomian negara dan menghasilkan produk-produk berkualitas adalah para buruh."
 
Wakil masyarakat Kristen Asyiria di Parlemen Iran itu menambahkan, "Hari ini dalam perang ekonomi dan era sanksi, perekonomian negara adalah target para buruh yang dengan inovasi-inovasinya menciptakan kreatifitas besar dan nama Iran berjaya di dunia."
Menurutnya, hasil kerja tanpa kenal lelah para buruh dapat dilihat dengan jelas di sektor pertanian, industri dan jasa juga di bidang-bidang lainnya.
 
Anggota Komisi Pembangunan Parlemen Iran menuturkan, "Dukungan terhadap para buruh dan memberikan asuransi khusus pada mereka merupakan langkah tepat untuk menyejahterakan kelas sosial ini."
"Hari ini tujuan besar Pemimpin Revolusi Islam Iran dan pemerintah adalah mencapai kemerdekaan ekonomi, itu dapat dicapai ketika para buruh di berbagai industri bekerja dengan cepat dan menghasilkan produk-produk berkualitas," pungkasnya.
SHIA MENYIMPAN SEKEPING TANAH UNTUK SUJUD DIWAKTU SOLAT
Shirazi: Sujud pada bumi yang bersih adalah wajib. Solat wajib biasanya dilakukan di dalam rumah yang telah dihiasi dengan perabot dan karpet. Walaupun jika karpet dialihkan, simen dibawahnya mengandung bahan galian yang mana sujud diatasnya tidak dibolehkan.
Sheikh: Apa yang kami nampak adalah semua shia mempunyai sekeping tanah dari karbala dan menganggap sujud diatasnya sebagai wajib.
SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN.
Jika kamu boleh menunjukkan kepada kami satu ulasan hadith atau kenyataan yang menunjukkan sujud pada tanah Karbala adalah wajib, kami kan terima semua kenyataan kamu sebagai betul. Yang sebenarnya, di dalam semua buku amalan agama kami, terdapat petunjuk yang jelas, menurut pada arahan al-Quran, sujud hendaklah dilakukan pada bumi yang bersih. Ini termasuk tanah, batu, pasir, rumput, pastikan ianya bukan mineral. Lebih lagi sujud boleh dilakukan pada benda yang tumbuh dari bumi, melainkan ianya tidak digunakan sebagai makanan atau pakaian.
Sheikh: Jadi mengapa kamu setiasa menyimpan seketul tanah dari Karbala bersama kamu dan melakukan sujud diatasnya pada waktu solat?
SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN.
SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN.
Keputusan dari ahli fiqh shia, mengikuti Imam yang suci, adalah dengan jelas mematuhi arahan al-Quran. Sebagai contoh, ulama kamu menganggap bulu, kapas, sutera dan alas lantai yang lain sama dengan bumi. Tetapi dengan jelas benda itu bukan bumi. Tetapi shia, di dalam mematuhi Imam mereka dari ahli bayt nabi yang berkata, ÔÇÿSujud adalah haram diatas yang lain, selain bumi atau apa-apa yang tumbuh dari bumi dan tidak digunakan untuk makan atau pakai.ÔÇÖ Atas sebab ini kamu katakan mereka kafir. Sebaliknya kamu tidak mengatakan sujud pada najis kering kafir. Dan amat jelas sujud pada bumi [sebagaimana diarahkan oleh Allah] dan sujud pada alas lantai adalah berbeza.
Sheikh: Kamu melakukan sujud pada sekeping tanah yang diambil dari Karbala. Kamu menyimpan tanah kecil itu. Ianya adalah seripa berhala, dan kamu menganggap sujud diatasnya wajib. Yang pastinya amalan yang sedimian adalah bertentangan dengan amalan muslim lainnya.
Shirazi: Telah menjadi tabiat kamu yang kedua mengikuti mereka yang terdahulu dengan secara buta, walaupun ianya tidak sesuai bagi manusia yang adil seperti kamu untuk mengatakan tanah suci dari karbala adalah seperti berhala.
Tuan yang dihormati! Kritikan terhadap mana-mana kepercayaan hendaklah berdasarkan pada pembuktian. Jika kamu merujuk pada buku-buku perundangan agama shia, kamu akan dapat jawapan dari kritikan kamu, dan kamu tidak akan diselewengkan oleh saudara sunni dengan bantahan palsu.
MENURUT ULAMA SUNNI SUJUD PADA NAJIS DAN KOTORAN YANG KERING DIBOLEHKAN.
MENURUT ULAMA SUNNI SUJUD PADA NAJIS DAN KOTORAN YANG KERING DIBOLEHKAN.
Ramai ulama sunni menerima penterjemahan perundangan yang bertentangan dengan arahan yang jelas dari al-Quran, dan bahkan mereka berikan terjemahan yang lemah pada perundangan yang jelas. Ahli perundangan kami berikan pendapat yang sebaliknya. Kamu masih tidak mengatakan amalan mereka sebagai kafir. Tetapi pada amalan kami pada sujud, kami melaungkan bantahan, dengan mengatakan shia menyembah berhala, sedang kamu abaikan kenyataan ulama kamu bahawa sujud pada najis yang kering dibolehkan.
Sebagian Keutamaan dan Karamah Sy. Fatimah Az-Zahra as. (2)
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) buah surga
Allah swt berfirman:
Ï│Ï¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘ë Ïú┘ÄÏ│Ï▒┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏ╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ä┘Ä┘è┘Æ┘äϺ┘ï ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│ϼ┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘à┘É ÏÑ┘É┘ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│ϼ┘ÉÏ»┘É Ïº┘äÏú┘Ä┘é┘ÆÏÁϺ Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘ë Ï¿┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¡┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘É┘åÏ▒┘É┘è┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïí┘ÄϺ┘è┘ÄϬ┘É┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘äÏ│┘à┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘Å
ÔÇ£Maha suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.ÔÇØ (Al-IsraÔÇÖ: 1).
Dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur ketika menafsirkan ayat ini, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan bahwa Aisyah isteri Nabi saw menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
ÔÇ£Ketika aku diisraÔÇÖkan (diperjalankan) ke langit, aku diperintahkan masuk ke surga, lalu aku berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon di surga. Aku melihat pohon itu yang paling indah dari semua pohon, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Selanjutnya setiap aku merindukan bau surga aku mencium bau Fatimah.ÔÇØ
Hadis Nabi saw tersebut dan yang semakna dengannya terdapat dalam kitab:
1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3 halaman 156, kitab maÔÇÖrifah Ash-Shahabah, Manaqib Fathimah.
2. Dzakhair Al-ÔÇÿUqba, halaman 36 dan 44, bab Fadhail Fathimah.
3. Tarikh Baghdad, Khathib Al-Baghdadi, jilid 5 halaman 87; jilid 12 halaman 331, hadis ke 6772.
4. Ash-ShawaÔÇÖiq Al-Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 96. Ibnu Hajar mengatakan bahwa An-NasaÔÇÖi juga meriwayatkan hadis ini.
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) berbicara dalam kandungan Ibunya
Dalam kitab Dzakhair Al-ÔÇÿUqba, halaman 44 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah.ÔÇØ Khadijah berkata: Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy agar membatuku untuk melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Ketika itulah datang empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu HawaÔÇÖ; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kultsum saudara Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah janinku dalam kedaan sujud dan dengan jari-jarinya terangkat (seperti orang berdoa).
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) menyerupai Nabi saw
Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 319, bab keutamaan Fathimah:
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah binti Rasulillah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya
Pernyataan Siti Aisyah ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947.
2. Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah.
3. Fathul Bari Al-Asqalani, jilid 9 halaman 200, kitab Al-Maghazi, bab maradh An-Nabiyyi saw.
4. Sunan Abu Dawud, jilid 33, halaman 223, hadis ke 5217.
5. Mustadrak Shahihayn Al-Hakim, jilid 4 halaman 272, kitab Adab.
6. Mustadrak Ash-Shahihayn, jilid 3 halaman 154.
7. Al-IstiÔÇÖab, jilid 2 halaman 751, kitab An-NisaÔÇÖ.
8. Sunan Al-Kubra, jilid 7 halaman 101, kitab nikah, hadis ke 13578.
9. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 164, hadis ke 12263; jilid 6 halaman 282, hadis ke 25874.
10. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37729.
11. Faidh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 5 halaman 176, hadis ke 6847.
12. Usdul Ghabah Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
13. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 8 halaman 42, kitab Adab, bab mencium anak.
14. Dzakhir Al-Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 36.
Nabi saw memberikan tanah Fadak kepada Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa)
Allah swt berfirman:
┘ê┘ÄÏóϬ┘É Ï░┘ÄϺ Ϻ┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ï¡┘Ä┘é┘æ┘Ä┘ç┘Å
ÔÇ£Berikan kepada keluarga terdekat haknya.ÔÇØ (Al-IsraÔÇÖ: 26)
Dalam Ad-Durrul Mantsur, ketika menafsirkan ayat ini Jalaluddin As-Suyuthi berkata: Al-Bazzar, Abu YaÔÇÖla, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan bahwa Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika ayat ini turun Rasulullah saw memanggil Fatimah (sa) kemudian memberikan tanah Fadak kepadanya.
Pernyataan ini juga terdapat dalam kitab:
1. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 7 halaman 49, tentang tafsir ayat ini.
2. Mizan Al-IÔÇÖtidal, Adz-Dzahabi, jilid 2 halaman 228, hadis ke 5872.
3. Kanzul Ummal, jilid 2 halaman 158, hadis ke 8696.
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) penghulu semua perempuan
Dalam Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam:
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: ÔÇ£Selamat datang duhai puteriku.ÔÇØ Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: ÔÇ£Mengapa kamu menangis?ÔÇØ Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab: Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku): ÔÇ£Jibril berbisik kepadaku, Al-QurÔÇÖan akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.ÔÇØ Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman? Kemudian Fatimah tertawa.
Hadis ini, dan perkataan Fatimah dan Aisyah tersebut serta yang semakna dengannya terdapat dalam kitab:
1. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 6 halaman 282, hadis ke 25874. Dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Sayyidatu nis├ói hadzihil ummah aw nis├óil muÔÇÖmin├«nÔÇØ (Penghulu semua perempuan ummat ini, atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman). Juga dalam jilid 5 halaman 391, hadis 22818.
2. Ath-Thabaqat, Ibnu SaÔÇÖd, jilid 2 halaman 40. dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Sayyidatu nis├ói hadzihil ummah aw nis├óil ÔÇÿalamin (penghulu semua perempuan alam semesta).
3. Usdul Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
4. Al-Khashaish An-NasaÔÇÖi, halaman 34.
5. Hilyatul AwliyaÔÇÖ, Abu NaÔÇÖim, jilid 1 halaman 29.
6. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 306, hadis ke 3781.
7. Mustadrak Shahihayn, Al-hakim, jilid 3 halaman 151.
8. Kanzul Ummal, jilid 6 halaman 221, hadis ke 37732. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Nujjar dari Abu Hurairah.
9. Dzakair Al-Uqba, halaman 44.
10. Ad-Durrul Mantsur, tentang tafsir surat Ali-Imran: 42.
11. Usdul Ghabah, jilid 5 halaman 437, hadis ke 6867.
12. Al-Ishabah, Ibnu hajar, jilid 8 halaman 158, hadis ke 830.
13. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid, jilid 9 halaman 223.
14. Fathul Bari, jilid 7 halaman 258, bersumber dari Abu Hurairah. Halaman 282 bersumber dari Abu Said Al-Khudri. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Perempuan ahli surga yang paling utama adalah Khadijah, Fatimah, Maryam dan Asiyah.ÔÇØ
15. Al-IstÔÇÖab, Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2 halaman 720 dan 750 (catatan pinggir Al-Ishabah: kitab An-NisaÔÇÖ).
16. Tarikh Al-Khathib Al-baghdadi, jilid 4 halaman 391, hadis ke 3636 dan 5008.
17. Faidh Al-Qadhir Al-Mannawi, jilid 3 halaman 432, hadis ke 3883.
18. Tafsir Ath-Thabari, jilid 3 halaman 180
Sebagian Keutamaan dan Karomah Sy. Fatimah Az-Zahra as. (1)
Pada masa Imam Kesebelas, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As musim kemarau melanda kota Baghdad. Orang-orang sangat risau dan kuatir terhadap keadaan ini. Mereka berdoa untuk turunnya hujan, akan tetapi hujan tidak kunjung turun.
Lalu terjadilah sebuah kejadian yang aneh dan asing. Seorang pendeta Nasrani datang ke tempat itu dan berkata kepada kaum Muslimin bahwa ia mampu membuat hujan turun. Ia menengadahkan tangannya ke atas langit untuk berdoa, dan berkat doanya hujan turun dengan lebatnya. Pada hari berikutnya, ia melakukan hal yang sama. Pendeta Nasrani itu kemudian berkata kepada orang-orang untuk mengikutinya dan meninggalkan Islam.
Banyak orang berpikir bahwa apabila ia dengan kekuatan seperti ini, barangkali agamanya adalah agama yang benar. Kaum Muslimin menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Mereka datang kepada Imam Hasan az-Zaki al-Askari As untuk meminta nasihat darinya. Imam Hasan al-Askari berkata kepada mereka bahwa pada kesempatan berikutnya apabila pendeta Nasrani itu mengumpulkan orang-orang, ia akan datang dan menolong mereka.
Pada pertemuan selanjutnya, Imam Hasan As meminta kepada pendeta Nasrani itu untuk berdoa supaya turun hujan. Ketika pendeta Nasrani itu menengadahkan tangannya ke atas untuk berdoa hujan mulai turun.
Imam Hasan As meminta bahwa apa saja yang ada di tangan si pendeta itu harus diambil dan kemudian memintanya untuk berdoa supaya hujan turun lagi.
Si pendeta itu mencoba dan mencoba akan tetapi ia tidak dapat membuat hujan turun. Ia merasa malu karena ketidakmampuan ini.
Imam Hasan al-Askari kemudian menunjukkan kepada setiap orang apa yang telah dipegang oleh si pendeta di tangannya. Dalam genggaman si pendeta terdapat sepotong tulang kecil.
Imam Hasan al-Askari As memberi tahu kepada orang-orang bahwa tulang tersebut merupakan tulang salah seorang dari anbiya (para nabi) Allah. Salah satu keistimewaan tulang seperti ini adalah apabila ditengahdahkan ke langit, maka akan selalu menjadi sebab turunnya hujan.
Kaum Muslimin menjadi sadar bahwa si pendeta Nasrani itu telah berupaya untuk mengelabui mereka.
Lalu, Imam Hasan al-Askari berdoa untuk turunnya hujan dan turunlah hujan dengan lebat hingga musim kemarau berlalu.
 
Sumber Rujukan:
Ibn Hajar, Shawaiq al-Muhriqa
 
Mutiara Hadis dari Imam Hasan al-Askari As:
ÔÇ£Janganlah berperilaku yang engkau tidak inginkan orang lain memperlakukanmu demikianÔÇØ
Biharul Anwar, vol. 78, hal. 377