کمالوندی

کمالوندی

Hari ini, Selasa, 13 Mei 2014, warga Iran bersuka cita merayakan "Hari Ayah".

 

Perayaan nasional ini mengambil momentum kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib tanggal 13 Rajab.

 

Setiap tahun, warga Iran memperingati "Hari Ayah" dengan berbagai acara. Selain acara keagamaan yang digelar di masjid, di rumah masing-masing anggota keluarga berkumpul dan memberikan selamat kepada kepala keluarga mereka.

 

Istri memberikan kado kepada suami, dan anak mempersembahkan hadiah kepada ayahnya.

 

Di Iran, "Hari Ayah" termasuk hari libur nasional yang dirayakan setiap tahun.(

Menjelang putaran terbaru perundingan nuklir Iran dengan kelompok 5+1 (Amerika, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman), delegasi Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada hari Senin (12/5) melakukan pertemuan selama tiga jam. Pertemuan Iran dan IAEA sehari menjelang dimulainya putaran keempat perundingan Iran dan kelompok 5+1 dilakukan di Wina, Austria. Pertemuan ini sesuai dengan kesepakatan 7 butir dengan IAEA dalam kerangka rencana langkah bersama, sekaligus jawaban atas beberapa pertanyaan pendahuluan IAEA demi menuntaskan sejumlah keambiguan yang ada selama ini.

 

Mark Fitzpatrick, Direktur program larangan perluasan senjata nuklir di Institut Internasional Kajian Strategis meyakini kerjasama ini dari pihak Iran dan jawaban yang diberikan dapat mengakhiri segala klaim tentang aktivitas nuklir Iran.

 

Menyusul penandatanganan nota kesepakatan sementara bulan November, Iran dan kelompok 5+1  berusaha mencapai kesepakatan puncak hingga akhir bulan Juli. Sementara perundingan nuklir sejak hari Selasa di Wina akan memasuki babak baru dan kedua pihak akan memulai menyusun kesepakatan puncak itu. Tapi bersamaan dengan dimulainya babak baru perundingan ini, Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Perancis menyebut perundingan program nuklir Iran sangat sulit dan Perancis tetap bersikeras dengan pendapatnya.

 

Fabius yang tengah melakukan lawatan resmi ke Amerika, pada hari Senin dalam sebuah pidato di lembaga Yahudi Amerika di Washington mengulangi kembali pendapatnya. Ia mengatakan, "Sikap kami yang ada hubungannya dengan Iran sangat transparan. Boleh bagi energi nuklir untuk tujuan damai dan sama sekali tidak dengan bom atom." Perancis pada bulan November 2013 dengan sikap provokatif semacam ini mempersulit jalur kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. Mencerti sikap Menteri Luar Negeri Perancis, pernyataan terbarunya juga dapat dipahami sama seperti yang lalu. Ia menekankan bahwa Paris bersikeras agar Iran melaksanakan isi kesepakatan nuklir yang telah ditandatangani bersama.

 

Sekalipun upaya mencapai kesepakatan puncak hingga 20 Juli masih tetap dimungkinkan, tapi dalam perundingan akan berlangsung sulit dan alot, terlebih lagi dengan mencermati perilaku Barat.

 

Delegasi perunding Republik Islam Iran yang dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zariv telah menuju Wina dan akan melakukan perundingan selama tiga hari dengan kelompok 5+1. Catherine Asthon, Penangung Jawab Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa bersama para wakilnya hadir di Kedutaan Besar Iran di Wina dalam undangan makan malam. Perundingan pendahuluan itu bermaksud untuk melakukan koordinasi terakhir sebelum dimulainya perundingan untuk menyusus draf kesepakatan puncak.

 

Mohammad Javad Zarif baru-baru ini mengatakan perundingan ini mengalami kemajuan yang tidak diprediksikan sebelumnya. Bila pihak Barat punya keinginan untuk menyelesaikan program nuklir Iran, mencapai kesepakatan puncak bukan satu hal yang sulit. Tapi sampai saat ini masih ada sebagian masalah yang belum diselesaikan dan perundingan Iran dan kelompok 5+1 di Wina dapat menjadi ujian untuk mengukur seberapa kemajuan yang telah diraih untuk mencapai kesepakatan puncak.

Menjelang putaran terbaru perundingan nuklir Iran dengan kelompok 5+1 (Amerika, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman), delegasi Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada hari Senin (12/5) melakukan pertemuan selama tiga jam. Pertemuan Iran dan IAEA sehari menjelang dimulainya putaran keempat perundingan Iran dan kelompok 5+1 dilakukan di Wina, Austria. Pertemuan ini sesuai dengan kesepakatan 7 butir dengan IAEA dalam kerangka rencana langkah bersama, sekaligus jawaban atas beberapa pertanyaan pendahuluan IAEA demi menuntaskan sejumlah keambiguan yang ada selama ini.

 

Mark Fitzpatrick, Direktur program larangan perluasan senjata nuklir di Institut Internasional Kajian Strategis meyakini kerjasama ini dari pihak Iran dan jawaban yang diberikan dapat mengakhiri segala klaim tentang aktivitas nuklir Iran.

 

Menyusul penandatanganan nota kesepakatan sementara bulan November, Iran dan kelompok 5+1  berusaha mencapai kesepakatan puncak hingga akhir bulan Juli. Sementara perundingan nuklir sejak hari Selasa di Wina akan memasuki babak baru dan kedua pihak akan memulai menyusun kesepakatan puncak itu. Tapi bersamaan dengan dimulainya babak baru perundingan ini, Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Perancis menyebut perundingan program nuklir Iran sangat sulit dan Perancis tetap bersikeras dengan pendapatnya.

 

Fabius yang tengah melakukan lawatan resmi ke Amerika, pada hari Senin dalam sebuah pidato di lembaga Yahudi Amerika di Washington mengulangi kembali pendapatnya. Ia mengatakan, "Sikap kami yang ada hubungannya dengan Iran sangat transparan. Boleh bagi energi nuklir untuk tujuan damai dan sama sekali tidak dengan bom atom." Perancis pada bulan November 2013 dengan sikap provokatif semacam ini mempersulit jalur kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. Mencerti sikap Menteri Luar Negeri Perancis, pernyataan terbarunya juga dapat dipahami sama seperti yang lalu. Ia menekankan bahwa Paris bersikeras agar Iran melaksanakan isi kesepakatan nuklir yang telah ditandatangani bersama.

 

Sekalipun upaya mencapai kesepakatan puncak hingga 20 Juli masih tetap dimungkinkan, tapi dalam perundingan akan berlangsung sulit dan alot, terlebih lagi dengan mencermati perilaku Barat.

 

Delegasi perunding Republik Islam Iran yang dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zariv telah menuju Wina dan akan melakukan perundingan selama tiga hari dengan kelompok 5+1. Catherine Asthon, Penangung Jawab Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa bersama para wakilnya hadir di Kedutaan Besar Iran di Wina dalam undangan makan malam. Perundingan pendahuluan itu bermaksud untuk melakukan koordinasi terakhir sebelum dimulainya perundingan untuk menyusus draf kesepakatan puncak.

 

Mohammad Javad Zarif baru-baru ini mengatakan perundingan ini mengalami kemajuan yang tidak diprediksikan sebelumnya. Bila pihak Barat punya keinginan untuk menyelesaikan program nuklir Iran, mencapai kesepakatan puncak bukan satu hal yang sulit. Tapi sampai saat ini masih ada sebagian masalah yang belum diselesaikan dan perundingan Iran dan kelompok 5+1 di Wina dapat menjadi ujian untuk mengukur seberapa kemajuan yang telah diraih untuk mencapai kesepakatan puncak.

Normalisasi hubungan Turki dan Zionis Israel telah menjadi pembahasan terpenting di kalangan politik, media dan opini publik Turki sendiri. Surat kabar Milliyet, Turki menulis, Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki dalam sebuah konferensi pers mengumumkan banyak masalah yang mengganjal hubungan Turki dan Israel selama ini telah berhasil diselesaikan dan hubungan Turki-Israel dengan segera menjadi normal kembali. Ia juga mengkonfirmasikan kemungkinan penandatanganan nota kesepakatan antara Turki dan Israel serta penentuan duta besar masing-masing.

 

Sebagaimana diketahui, menyusul serangan mematikan para komando rezim Zionis Israel terhadap kapal Mavi Marmara pada 2010 lalu yang mengakibatkan sejumlah warga Turki tewas dan luka-luka, hubungan diplomatik Turki dan Israel berada pada titik terendahnya. Sejak saat itu hingga kini, Turki mengajukan tiga syarat bila hubungan keduanya ingin kembali seperti semula; rezim Zionis Israel harus meminta maaf secara resmi terhadap Turki, membayar ganti rugi kepada keluarga korban peristiwa kapal Mavi Marmara dan yang ketiga adalah pembatalan blokade Gaza.

 

Tapi dengan mencermati sejumlah faktor regional seperti transformasi Suria dan sejumlah kesamaan kepentingan antara Turki dan Zionis Israel, upaya keduanya untuk saling mendekati sudah dapat diprediksi. Zionis Israel selama ini berusaha untuk menghancurkan lingkaran muqawama dan harapan Turki untuk "menghapus" Bashar Assad dari kekuasaan mungkin merupakan dua faktor terpenting yang membuat Turki dan Zionis Israel menjadi semakin dekat.

 

Terlebih lagi ketika faktor ini semakin diperkuat oleh Amerika sebagai kekuatan transnasional yang membutuhkan partisipasi aktif sekutu regionalnya seperti Zionis Israel dan Turki dalam kancah politik Timur Tengah. Pemerintah Washington berkali-kali mengirim Menteri Luar Negeri John Kerry ke Turki dan Zionis Israel untuk mengingatkan peran mereka ini.

 

Selain itu, Amerika berharap perbaikan hubungan Turki dan rezim Zionis Israel akan menjadi awal bagi upaya menghancurkan isolasi politik terhadap rezim ini di tingkat regional, khususnya opini umat Islam. Rezim Zionis Israel sendiri menginginkan perbaikan hubungan dengan Turki dengan melihat pengaruh strategis Turki di kawasan dan pada saat yang sama, Turki juga membutuhkan dukungan finansial dan politik warga Yahudi dan pengaruh lobi-lobi Yahudi di lembaga-lembaga politik, keuangan dan perdagangan internasional.

 

Tapi masih ada faktor psikologi yang menjadi penghalang upaya pemerintah Ankara untuk memperbaiki hubungannya dengan rezim Zionis Israel. Faktor adalah kehendak opini publik dan masyarakat muslim Turki yang masih bersikeras pada satu syarat yang belum dipenuhi, yaitu membatalkan blokade Gaza. Hingga saat ini, pemerintah Ankara dengan syarat ini berusaha meraih posisi lebih tinggi dari kaum Muslimin Timur Tengah. Sekalipun sejak pernyataan Menlu Davutoglu, media-media Turki meragukan pemerintahnya akan tetap pada pendiriannya.

Ghazanfar Roknabadi, duta besar Republik Islam Iran untuk Beirut menekankan dukungan Tehran terhadap stabilitas dan keamanan Lebanon.

 

Menurut laporan IRNA, Roknabadi Jumat (9/5) saat bertemu dengan Nabih Berri, ketua parlemen Lebanon di Beirut menandaskan, dukungan terhadap stabilitas keamanan dan solidaritas nasional di negara-negara regional termasuk Lebanon merupakan sikap tegas dan permanen kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.

 

Berri dalam kesempatan tersebut menilai pengokohan kesepahaman dan meningkatkan kerjasama antar negara kawasan khususnya dalam kondisi saat ini adalah hal penting dan menguntungkan.

 

Berri dan Roknabadi dalam pertemuan ini juga membicarakan kerjasama antarparlemen Iran dan Lebanon serta negara-negara kawasan khususnya dalam koridor kerjasama antarparlemen Asia dan parlemen negara anggota OKI.

Para pengacara dan penasehat hukum Iran sedang menguji kanal-kanal untuk melawan sanksi Barat terhadap Republik Islam, demikian kata seorang Wakil Presiden Iran.

 

Dalam wawancara pada Jumat (9/5), Wakil Presiden Iran urusan hukum dan parlemen, Elham Aminzadeh menyinggung sanksi "keji" Barat terhadap Tehran dan mengatakan, "Sedang dipertimbangkan solusi hukum untuk melawan sanksi yang diberlakukan terhadap Republik Islam."

 

Pemerintah Presiden Hassan Rouhani telah menggelar pertemuan dengan akademisi dari seluruh universitas Iran, para pengacara internasional dan penasehat hukum dari Bank Sentral, Organisasi Energi Atom Iran,dan kementerian terkait dalam hal ini.

 

Dalam pertemuan itu, para pakar hukum mengajukan berbagai solusi untuk meningkatkan ekonomi dan menyelesaikan berbagai masalah yang ditimbulkan akibat sanksi, kata Aminzadeh seraya menambahkan bahwa konsultasi akan berlanjut dalam kerangka kerja komite ahli.

 

Awal tahun 2012, Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan sejumlah sanksi baru terhadap sektor minyak dan finansial Iran dalam upaya mencegah negara-negara dunia membeli minyak atau bertransaksi dengan Bank Sentral Republik Islam.

 

Sanksi tersebut berdasarkan tuduhan bahwa Iran sedang mengacu tujuan non-sipil dalam program energi nuklirnya. Republik Islam menentang tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai termasuk untuk memproduksi listrik dan obat-obatan.

Panglima Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengabarkan tentang dibukanya pangkalan pesawat-pesawat tanpa awak miliknya di Timur, Utara dan Barat Selat Hormuz. Menurutnya penerbangan pesawat-pesawat nirawak IRGC selain di Selat Hormuz juga terus dilakukan di Utara Teluk Persia.


Laksamana Ali Fadavi kepada Fars News (10/5) mengatakan, "Angkatan Laut IRGC bertanggung jawab atas pengelolaan pesawat-pesawat tanpa awak secara mandiri, terpisah dari Departemen Antariksa dan menggunakan berbagai tipe pesawat tanpa awak yang diprioritaskan untuk menjaga, mengidentifikasi dan menjalankan operasi."

 

Ia menambahkan, "Sekarang kami di Timur, Utara dan Barat Selat Hormuz mendirikan pangkalan pesawat tanpa awak dan secara rutin melakukan penerbangan di sana. Di wilayah Utara Teluk Persia proses ini juga berjalan."

 

Menurut pengakuan Fadavi, pesawat-pesawat tanpa awak operasi NEDSA (pusat riset Angkatan Laut) bertugas menentukan target bagi rudal-rudal yang dipasang di atas kapal-kapal atau di pantai.

 

Sehubungan dengan pesawat-pesawat tanpa awak bunuh diri, Fadavi menjelaskan, "Ketika anda menguasai teknologi pesawat tanpa awak, metode penggunaannya adalah sebuah taktik bukan strategi. Taktik ditentukan oleh seseorang dalam operasi militer dengan memperhatikan situasi yang ada, sebagai contoh, sebuah drone dapat beroperasi layaknya rudal."

 

Rudal-rudal Cruz yang akan dipasang di drone-drone ini, katanya, adalah rudal dalam negeri yang dipasang di kapal-kapal atau di pantai Iran.

 

"Sekarang kami memiliki rudal-rudal anti-kapal laut yang dipasang di kapal, pantai dan helikopter-helikopter. Oleh karena itu rudal-rudal dengan daya jangkau menengah, yang hampir semuanya dapat memenuhi kebutuhan kami, juga dipasang di pesawat-pesawat tanpa awak dan proses ini sedang berjalan," tandasnya.

Imam Muhammad Taqi Al-Jawad as Lahir

 

Tanggal 10 Rajab 195 Hijriah,  Imam Muhammad Taqi as, keturunan Rasulullah generasi ke-8 terlahir ke dunia di kota Madinah. Setelah ayah beliau, yaitu Imam Ridha as wafat, beliau mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin kaum muslimin dan menjadi Imam ke-9. Beliau sangat dicintai oleh kaum muslimin dan terkenal karena kedermawanannya, sampai-sampai beliau dijuluki "Jawad" yang bermakna dermawan. Rumah Imam Jawad adalah tempat tujuan orang-orang  yang sengsara dan butuh pertolongan.

 

Dalam periode keimamahan Imam Jawad, lslam menyebar ke berbagai kawasan secara luas. Kondisi ini telah menyebabkan terbukanya peluang perpindahan pemikiran dari luar ke dalam kalangan umat Islam. Pada zaman itu juga terjadi berkali-kali dialog antara pemikir Islam dan non-Islam.

 

Imam Jawad memainkan peranan yang sangat penting pada saat itu. Ia berhasil membimbing umat sekaligus mencegah terjadinya infiltrasi pemikiran-pemikiran luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Salah satu hadis dari beliau adalah,  "Berpegang teguh kepada Tuhan adalah sebuah tangga untuk menuju derajat yang tinggi. Siapapun yang berpegang teguh kepada Tuhan, Tuhan pasti akan  membebaskannya dari segala keburukan sekaligus menjaganya dari ancaman-ancaman musuh."a

Militer Suriah melancarkan operasi besar terhadap para militan dukungan asing di pinggiran ibukota, Damaskus.

 

Para militan tewas atau terluka dalam serangan massif di Jobar, sebuah wilayah pinggiran Damaskus yang dikuasai oleh militan.

 

Kawasan tersebut telah menyaksikan bentrokan sengit antara militer dan militan dukungan asing dalam beberapa hari terakhir.

 

Di medan pertempuran di Aleppo, militer Suriah kembali bentrok dengan militan yang mengalami kerugian besar.

 

Militer Suriah terus bergerak maju dalam berbagai operasinya mengusir para kelompok bersenjata asing dari wilayah-wilayah pemukiman di seluruh penjuru negeri.

 

Operasi terbaru dilancarkan setelah militana mengevakuasi kota kuno di Homs dan meninggalkan pangkalan mereka di kota tersebut.

Rabu, 07 Mei 2014 19:23

Teluk "Selamanya" Persia

Setiap tahun, tanggal 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April diperingati di Iran sebagai Hari Teluk Persia. Perairan strategis ini membentang menghubungkan Teluk Oman di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama Arvand Rood yang membawa air dari Karun, Eufrat dan Tigris. Teluk penting itu memiliki luas wilayah 241.000 km┬▓ dengan panjang mencapai 989 kilometer.

 

Sejak dahulu kala, para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan Muslim menyebut nama Teluk Persia dalam karya besar mereka. Hecataeus, Herodotus dan Xenophon menyebut nama Laut Pars. Ptolemeus mennggunakan nama Teluk Persia sebagai dengan nama "Sinus Persicus" dalam "Geografi Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin. Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada tahun 326 SM, dan berlayar di Teluk Persia.

 

Berdasarkan dokumen Iran kuno, nama Teluk Persia telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh berbagai imperium besar dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid tahun 518-505 SM disebutkan istilah Laut Persia. Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut "Parsa Darya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan Achaemenid.

 

Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan Teluk Persia. Pemikir Muslim seperti Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow, al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Persia.

 

Meskipun begitu banyak bukti sejarah yang terpercaya menjelaskan penamaan Teluk Persia, tapi dalam beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab yang melancarkan propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab.

 

Padahal PBB sendiri berulangkali menyatakan bahwa nama perairan strategis di kawasan Teluk Persia ini adalah "Persian Gulf" atau "Teluk Persia". Sekretariat PBB dalam dokumen tertanggal 5 Maret 1971 meyakinkan pemerintah Iran mengenai penamaan Teluk Persia berdasarkan berbagai dokumen terpercaya. Dokumen PBB lainnya tertanggal 10 Agustus 1984, kembali menunjukkan pengakuan dunia terhadap nama "Teluk Persia" yang juga ditandatangani oleh seluruh negara Arab yang berjumlah 22 negara.

 

Berbagai fakta sejarah tersebut menjadi bukti kuat bahwa nama perairan stategis di Timur Tengah itu adalah "Teluk Persia" Dan kini, setiap tanggal 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April ditetapkan sebagai "Hari Nasional Teluk Persia" oleh rakyat dan pemerintah Iran.

 

Kehadiran angkatan laut Republik Islam Iran di hari nasional Teluk Persia bertugas menjaga keamanan dan perdamaian di perairan strategis itu. Lebih dari itu, menunjukkan pentingnya jalur laut tersebut bagi bangsa Iran, dan seruan untuk mengibarkan "Teluk Persia" yang tidak akan bisa diubah oleh siapapun.(