
کمالوندی
Jejak-jejak Asing di Kerusuhan terbaru di Iran
Kerusuhan terbaru di Iran dengan alasan kematian Mahsa Amini, kembali menjadi peluang musuh asing untuk mengintervensi urusan internal Tehran dan memprovokasi lebih besar kerusuhan.
Sejatinya di kerusuhan terbaru, para pemimpin politik AS dan sejumlah Eropa, media mereka dan juga media berbahasa Persia anti-pemerintah Tehran dukungan Barat, menyalahgunakan sebuah peristiwa menyedihkan yang tengah diselidiki. Dengan slogan membela hak asai manusia bangsa Iran, mereka melemparkan batu untuk mendukung para perusuh dan merusak keamanan bangsa Iran. Tapi musuh masih mengabaikan atau meremehkan kehadiran jutaan warga di jalan-jalan dan bundaran Iran dalam mendukung pemerintah dan negaranya serta penentangan tegasnya terhadap para perusuh dan kerusuhan.
Selain itu, kelompok-kelompok anti-revolusi seperti kelompok MKO, royalis dan juga kelompok separatis seperti Komala dan demokrat juga melakukan upaya sia-sia untuk mengeksploitasi masalah ini sesuai dengan tujuan anti-Iran mereka. Menteri Dalam Negeri, Ahmad Vahidi seraya menjelaskan bahwa pemerintah Republik Islam Iran melewati konspirasi besar dengan kuat, mengatakan, musuh telah salah perhitungan dengan mendukung para perusuh.
Di antara musuh Iran ini adalah Amerika yang berada di puncaknya. Amerika dengan mengiming-imingi janji pencabutan sanksi dunia maya dan internet serta memilih sikap intervensif untuk mengobarkan kerusuhan, tapi ternyata gagal total. Sekaitan dengan ini, dua petinggi pemerintahan Joe Biden di statemen intervensifnya menguak langkah-langkah Washington untuk melanjutkan provokasi instabilitas di Iran.
Robert Malley, utusan khusus AS untuk urusan Iran dan Wendy Sherman, deputi menlu AS di statemennya mengakuibahwa Washington sedang mencoba untuk ikut campur dalam bidang komunikasi di Iran. Sebelumnya AS mencabut sejumlah sanksi komunikasi Iran. AS yang menyanksi Iran selama 40 tahun dan sejak kepresidenan Donald Trump dalam koridor kampanye represi maksimum, menjatuhkan sanksi paling keras dan zalim terhadap rakyat Iran, tapi kini mengklaim mengasihi rakyat Iran dan berbicara mengenai pencabutan sejumlah sanksi. Klaim ini bahkan menjadi bahan tertawaan para pakar Amerika sendiri. Glenn Greenwald, jurnalis terkenal AS mengatakan, "Siapa pun yang memiliki akal sehat yang menganggap serius pernyataan dari Washington tentang kekhawatiran atau kemarahan atas penindasan atau pembelaan hak politik orang-orang di negara lain, maka ia sangat naif."
Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Nasser Kanani Chafi saat merespon tindakan pemerintah AS terkait sejumlah sanksi dibidang komunikasi di Tweetnya menulis, Amerika senantiasa berusaha melemahkan keamanan dan stabilitas Iran, tapi tentunya gagal. Dengan mengurangi beratnya beberapa sanksi komunikasi dan pada saat yang sama mempertahankan tekanan maksimum, Amerika secara munafik mengejar tujuannya melawan Iran.
Lebih lanjut Kanani menambahkan, tak diragukan lagi perang kognitif dan hibrida musuh terhadap bangsa Iran, kali ini akan sama nasibnya dengan ratusan berkas gagal mereka, tercatat di sejarah. Poin penting adalah Washington meski sebelumnya gagal di fitnah tahun 1388 Hs (2009) setelah pemilu presiden Iran, tapi tetap kembali di kerusuhan terbaru selain menyatakan sikap resminya mendukung kerusuhan dan anasirnya yang menimbulkan kerusakan materi dan jiwa melalui aksi-aksi brutalnya, berjanji bahwa mereka akan memberi dukungan termasuk di bidang pencabutan sanksi terkait internet.
Siamak Bagheri, seorang dosen saat menjawab pertanyaan terlepas dari pengalaman gagal mereka dalam mendukung para penghasut di Iran dan rakyat tidak menerima taktik ini, bagaimana Amerika berharap untuk mendukung para perusuh lagi? mengatakan: meskipun Amerika telah mengalami masalah ini berkali-kali, mereka masih belum memiliki pemahaman yang benar tentang rakyat Iran.
Isu yang muncul kembali terkait kerusuhan yang terjadi belakangan ini adalah dukungan seluruh Barat, termasuk Uni Eropa atas kerusuhan tersebut dan dorongan untuk ekspansinya. Dalam hal ini, setelah campur tangan berulang kali otoritas Barat dalam urusan internal Iran dan penggunaan gangguan dan kerusuhan baru-baru ini untuk menargetkan Republik Islam Iran di arena dunia, Uni Eropa mengumumkan tindakan anti-Tehran.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengklaim, organisasi ini akan menunjukkan respon atas langkah legal dan sah keamanan Iran terhadap para perusuh dan perusak keamanan publik. Borrell dalam sebuah statemennya seolah-olah mendukung rakyat Iran dan juga membela secara nyata para perusuh mengatakan, Uni Eropa tengah mengkaji berbagai opsi untuk merespon peristiwa di Iran. Ia mengklaim, menjelang sidang dewan menteri luar negeri, Uni Eropa akan melanjutkan pembahasan mengenai opsi yang dimilikinya untuk merespon kematian Mahsa Amini dan juga mekanisme tanggapan aparat keamanan Iran terhadap demonstran.
Sebelumnya, Peter Stano, juru bicara Uni Eropa, menjawab pertanyaan wartawan, bahwa Komisi Eropa masih belum mengetahui apakah sanksi baru organisas ini akan diterapkan terhadap Iran atau tidak. Dengan demikian Eropa untuk menarik simpati Washington, ketimbang berusaha memulihkan hubungan dengan Iran, memilih menunjukkan sikap mengancam dan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Tehran. Carlos Latuff, kartunis terkenal Brasil, menulis dalam menanggapi kerusuhan Iran: "Jangan tertipu!" Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa orang Barat khawatir tentang jilbab wanita Iran? Apa yang diinginkan Washington dan sekutunya adalah untuk mengacaukan Iran.
Aktor asing lain yang terlibat dalam kerusuhan baru-baru ini di Iran adalah rezim Zionis, yang mencoba memancing di air keruh dan, menurut pendapatnya, mengundang rakyat Iran untuk membuat kerusuhan dan kekacauan dengan dalih kematian Mehsa Amini. Sementara rezim ini adalah pelanggar hak asasi manusia terbesar yang diakui oleh forum internasional dan telah dikritik oleh semua orang di dunia selama bertahun-tahun karena pembunuhan bayi dan pembunuhan brutal terhadap orang-orang tak berdaya di wilayah pendudukan dan Gaza, rezim ini mendukung kerusuhan baru-baru ini di Iran atas nama kebebasan.
Israel sebagai pendiri penjara terbesar sepanjang sejarah di Gaza dan pembantaian rakyat Palestina, distatemennya mengklaim bahwa rezim ini mendukung rakyat Iran dan meminta komunitas internasional untuk mengutuk "penumpasan rakyat tak berdosa Iran". Namun, sejarah permusuhan dan kebencian rezim Zionis dengan Republik Islam Iran dan warga Iran bukanlah sesuatu yang disembunyikan dari siapa pun. Israel secara terbuka menentang setiap kemajuan Iran dan telah menunjukkan bahwa ia adalah musuh rakyat Iran dengan membunuh ilmuwan nuklir dan berusaha untuk menghancurkan fasilitas nuklir. Oleh karena itu, dukungan rezim ini terhadap para perusuh sejatinya langkah lain Israel untuk menyerang Iran Islami.
Di samping musuh asing, kelompok anti-revolusioner bersama dukungan kepada semua jenis media berbahasa Persia, seperti Iran International, yang terus eksis dengan dukungan keuangan dari Arab Saudi, selama beberapa hari terakhir berusaha merampas "protes di Iran" demi keuntungannya dan mengobarkan kerusuhan. Mohammad Sadegh Koshki, seorang pakar politik, mengatakan, saluran TV asing, dan TV Internasional Iran sebagai pemimpinnya, melakukan upaya serius dan terorganisir untuk mendorong masyarakat, terutama generasi muda, menuju konflik.
Di antara kelompok-kelompok anti-revolusioner, Maryam Rajavi, pemimpin kelompok teroris kaum munafik (MKO), termasuk yang pertama mengeluarkan pernyataan untuk mendukung kerusuhan jalanan baru-baru ini di Iran dan mencoba menghubungkannya sebagai dukungan terhadap kelompok ini. Menurut sumber yang terpercaya, pemimpin kelompok munafik itu menyeret orang-orang yang rawan kerusuhan ke jalan dengan dalih mencari suaka. Sementara seluruh rakyat Iran sangat membenci dengan kelompok teroris ini karena catatan kejahatannya dan kerja samanya dengan rezim Saddam dan ingin kehancuran kelompok teroris ini. Hassan Rezania, wakil politik dan keamanan gubernur Hamedan, mengatakan, "Orang-orang munafik (MKO) yang didukung oleh dinas intelijen Inggris, Amerika, Ibrani, dan Arab tidak dapat berbuat apa-apa di aksi kerusuhan ini."
Kelompok-kelompok royalis yang gagal yang dipimpin oleh Reza Pahlavi, yang tidak memiliki reputasi di kalangan rakyat Iran, bahkan tidak dianggap oleh pemerintah Barat, juga mencoba mengambil sikap dan mengadakan pertemuan, termasuk di Washington, DC, ibu kota Amerika untuk menarik perhatian elit politik negara ini dan dengan cara ini mereka dapat menampilkan diri sebagai oposisi penting. Namun, karena kebencian rakyat Iran terhadap sistem monarki, kaum royalis tidak memiliki tempat di Iran.
Kelompok separatis Kurdi seperti Komala dan Demokrat berusaha untuk menyalahgunakan situasi dan melakukan upaya maksimal mereka untuk menghasut dan memulai kekacauan di wilayah Kurdi, tetapi tentu saja, upaya mereka tidak berhasil. Dalam hal ini kelompok separatis tersebut mendukung para perusuh di sekitar kota provinsi Azerbaijan Barat dan Kurdistan. Beberapa agitator menggunakan simbol kelompok separatis dalam pertemuan di kota-kota selatan Azerbaijan Barat dan beberapa kota Kurdistan.
Sebuah sumber terpercaya melaporkan penangkapan sejumlah anasir Komala dan Demokrat dalam protes yang tersebar di selatan provinsi Azarbaijan Barat dan menekankan bahwa penyusup ini bertanggung jawab untuk melancarkan kerusuhan dan selama aksi kerusuhan mereka ditangkap oleh badan keamanan dan intelijen. Poin pentingnya adalah bahwa Ebrahim Alizadeh, pemimpin kelompok Komala, di sebuah klip video telah mengaku mengorganisir tindakan provokatif dan sebelumnya merencanakan pelaksanaan kerusuhan baru-baru ini di Iran.
Poin terakhir adalah meskipun beberapa dekade upaya dan konspirasi Barat dipimpin oleh Amerika Serikat, serta tindakan kriminal dan subversif dari kelompok anti-revolusioner, terutama kelompok teroris orang-orang munafik (MKO) dan upaya habis-habisan mereka untuk menghasut kerusuhan dan kekacauan di Iran, tetapi Iran Islami selalu mempertahankan kekuatan dan otoritasnya, dan rakyat Iran, sambil menyatakan dukungan mereka untuk Republik Islam Iran dalam situasi sulit, menekankan untuk melawan setiap kerusuhan dan kekacauan, dan mereka juga berperan aktif dalam hal ini. Selain itu, mengenai alasan kerusuhan terbaru, yakni kematian Mahsa Amini, para pejabat terkait seraya menindaklanjuti kembali kasus ini secara serius, juga berjanji akan mengumumkan hasilnya dan berbagai dimensinya kepada rakyat Iran.
Ini Tujuan Musuh Menurut Rahbar
Acara mengenang dan peringatan terhadap veteran dan pejuang era perang Pertahanan Suci digelar di Husseiniyah Imam Khomeini pada 21 September 2022 dengan dihadiri Rahbar dan sejumlah veteran serta komandan Pertahanan Suci.
Selama acara tersebut, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei seraya memuji pada komandan Pertahanan Suci di perang yang dipaksakan rezim Baath Irak kepada Iran pada tahun 1979, menyebut menghargai para pejuang dan veteran perang ini adalah kewajiban semua orang.
Rahbar mengatakan, "Pertahanan suci –era yang penuh semangat, penuh peristiwa, bermakna dan banyak manfaat- termasuk peristiwa yang memiliki dampak bagi masa lalu, sekarang dan mendatang kita; Oleh karena itu, para veteran di peristiwa ini, di mement penting ini, pastinya harus diperhatikan dan dihormati." Rahbar menyebut para veteran dan mereka yang aktif di bidang jihad dan membela negara adalah bukti nyata dari ayat اَلسّابِقونَ الاَوَّلون (At-taubah: 100) dan وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (al-Waqi'a: 10), serta beliau kembali mengucapkan terima kasih dan memuji para veteran ini.
Di pertemuan ini Rahbar menilai Pertahanan Suci sebagai hasil dari kebijakan strategis imperialis dan sistem hegemonik dalam memusuhi Republik Islamd an bangsa Iran. Mengingat bahwa esensi dari sistem hegemonik adalah dominasi, merampok kekayaan berbagai bangsa dan mempengaruhi sistem politik negara lain, tapi seiring dengan munculnya Revolusi Islam di Iran dan tumbangnya pemerintahan boneka Pahlevi, tangan dan pengaruh kubu arogan terpotong, dan mereka bekerja keras melawan bangsa Iran untuk mengkompensasi kerugiannya tersebut.
Ayatullah Khamenei terkait hal ini mengatakan, "Sebuah bangsa yang tidak takut terhadap Amerika dan kekuatan militer serta politik dan ekonomi yang mendominasi dunia saat itu, sangat tidak dapat diterima oleh mereka. Apalagi pemerintahan ini dibentuk di titik harapan, sandaran dan lokasi yang ditatap AS secara tamak. Oleh karena itu, mereka ingin membalas dendam dan memberi pukulan telak. Pukulan yang dilakukan dengan berbagai cara mulai dari kudeta, serangan udara di Tabas dan memprovokasi berbagai etnis, tapi mereka gagal. Dengan demikian harus ada perang yang dikobarkan dari negara tetangga."
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung tujuan musuh mengobarkan perang Pertahanan Suci. Menurut perspektif Rahbar tujuan utama kubu arogan di perang ini adalah disintegrasi, menumbangkan Pemerintahan Isalm, menumpas dan mengakhiri perlawanan (muqawama). Rahbar terkait hal ini mengatakan, "Harus dilihat apa tujuan serangan Saddam tersebut ? Pertama-tama tujuan Saddam adalah memecah-belah Iran, dan memisahkan Khuzestan dari Iran. Tapi sangat baik, warga Khuzestan memberikan perlawanan dan pembelaan diri yang sangat baik. Benar, seluruh rakyat dari seluruh wilayah negara ini menuju Khuzestan, tapi warga Khuzestan sendiri juga berjuang keras dan ada tokoh pejuang terkenal dari daerah ini seperti Ali Hashemi.
Tujuan berikutnya musuh menurut Rahbar adalah untuk membuat rakyat Iran menyerah. Musuh ingin menumbangkan pemeritahan Republik Islam Iran dan mengubah nasib Iran. Mereka ingin membungkam suara rakyat Iran; Bangsa Iran memiliki ucapan baru bagi dunia. Mereka ingin mencegah pesan ini; Pesan muqawama dan resistensi serta tidak tunduk terhadap arogansi dan diskriminasi internasional. Musuh ingin bangsa lain mengambil pelajaran bahwa jika ada yang melawan Amerika seperti bangsa Iran, maka mereka akan ditumpas, dan tujuan terakhir dan mendasar musuh adalah menutup pintu muqawama. jawaban bangsa Iran adalah menjinakkan seluruh tujuan tersebut, dan yang terjadi benar-benar di luar tujuan musuh.
Menurut perspektif Rahbar, meski Saddam Hussein yang ambisius dan gila itu mendapat dukungan total dari kekuatan-kekuatan dunia, akan tetapi perang, di bawah tiga unsur yaitu kekuatan revolusi yang meluap, kepemimpinan yang sangat efektif dari Imam Khomeini, dan karakteristik unggul serta membanggakan rakyat Iran, telah berubah dari sebuah ancaman nyata dan besar, menjadi sebuah peluang besar, dan kini narasi yang benar dan detail terkait masa penuh semangat dari sejarah Iran kepada generasi muda dan remaja, akan menjamin keberlangsungan prestasi revolusi.
Dari sudut pandang Rahbar, perang meski sebuah peristiwa pahit dan menyakitkan, tapi Perang Pertahanan Suci telah mengubah ancaman menjadi peluang dan menjadi pelajaran bagi generasi mendatang, dan mereka harus mengetahui hal ini. Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu sisi indah dari perang ini adalah resistensi warga Selatan dalam melawan pasukan Baath. Meski mereka adalah etnis Arab, tapi mereka tidak mengesampingkan identitas Iran mereka dan melawan kerakusan dan dengan segenap jiwa dan raganya, mereka membela negara.
Sisi spiritualitas dan moral bangsa Iran di perang pertahanan suci, termasuk manifestasi lain dari keindahan perang. Rahbar terkait hal ini mengatakan, "Perang Pertahanan Suci adalah medan manifestasi keyakinan agama dan moralitas bangsa Iran...mulai dari pengorbanan diri, perjuangan, keyakinan agama; ... pelepasan anak-anak muda ke medan jihad oleh ayah dan ibu mereka, istri yang siap berkorban....dan seluruh negara menjadi kedalaman pertahanan garis depan ... semuanya dimaksudkan untuk layanan perang; Untuk pertahanan, untuk melayani revolusi; Pertahanan suci telah menyatukan semua orang."
Menurut perspektif Rahbar, salah satu capaian perang Pertahanan Suci adalah isu kekuatan militer Iran. Meski militer selama revolusi mengalami pukulan telak, dan Sepah Pasdaran sampai saat itu belum mengakar, Pertahanan Suci dari satu sisi mampu menjadi ujian bagi kesetiaan militer Republik Islam kepada pemerintah, dan membawa kemampuannya ke medan. Di sisi lain, Sepah Pasdaran muncul sebagai salah satu hakikat yang bersinar.
Rahbar menekankan, "Berkat rahmat ilahi, hari ini Iran telah mencapai level pencegahan dalam hal pertahanan, dan tidak ada kekhawatiran dalam hal ancaman eksternal, dan musuh mengetahui hal ini dengan sangat baik."
Menurut Rahbar salah satu capaian penting lain perang Pertahanan Suci bagi bangsa dan pemerintah Iran adalah membuktikan prinsip ini bahwa menjaga negara dari serangan dan sabotase musuh hanya dapat diraih melalui muqawama, dan bukannya dengan menyerah. Terkait hal ini Ayatullah Khamenei menjelaskan, "Di era Perang Pertahanan Suci terbukti bahwa negara hanya akan terlindungi dari ancaman-ancaman musuh lewat jalan perlawanan. Inilah yang dicapai dan dipahami bangsa Iran; Ini menjadi sebuah prinsip bagi kami. Kami menggunakan prinsip ini di berbagai isu politik, ekonomi, budaya dan lainnya, dan kami tetap akan memanfaatkannya. Sikap negara di banyak masalah adalah prinsip resistensi, sikap untuk bertindak, maju, dan bukannya menyerah dan mundur."
Rahbar mengingatkan bahwa kita dengan spirit ini mampu mengalahkan berbagai skenario penting musuh. Rahbar mengatakan, musuh membawa rencana Timur Tengahbaru ke lapangan, dan mereka gagal. Musuh mulai melanggar perbatasan kita dari udara dan laut, tapi gagal, drone mereka ditembak jatuh, penyusup lautnya di tangkap, ini adalah kepercayaan diri nasional; Ini bersumber mempelajari prinsip tersebut di perang Pertahanan Suci, di mana muqawama adalah solusi untuk melindungi negara.
Salah satu kekhawatiran Rahbar, khususnya dalam beberapa tahun terakhir yang kerap beliau ungkapkan adalah masalah "Jihad Penjelasan". Rahbar meyakini bahwa pemuda dan generasi baru harus mendapat pengetahuan yang benar dari fakta Revolusi Islam, perang Pertahanan Suci dan hasilnya. Jika kita tidak memberi penjelasan yang benar kepada generasi muda, maka musuh akan mendistorsi fakta.
Terkait hal ini, Rahbar menekankan, " Upaya musuh adalah untuk menyangkal pasang surut; ...mereka melakukan pekerjaan budaya, pekerjaan propaganda dan aktivitas media dengan intensitas; Mereka mencoba menunjukkan kekaguman dan kesombongan di wajah anak muda dengan iklan dan aktivitas media; menunjukkan kemegahan mereka di mata mereka; menyembunyikan kepahitan dan kegelapan mereka dan, di sisi lain, menyembunyikan ketinggian, kepentingan, dan keanggunan yang dihasilkan dari pertahanan suci dan isu-isu di sekitarnya; Mereka ingin membuat orang takut pada mereka... Itulah mengapa karya narasi ini sangat penting."
"Upaya harus dilakukan untuk menjawab narasi yang menyimpang, salah dan palsu tentang pertahanan suci, dan juga untuk menjawab narasi semacam itu tentang prinsip revolusi, dan mereka yang benar-benar bekerja, orang-orang berpikir, profesional, harus bisa melakukan sesuatu, insya Allah," ungkap Rahbar.
Epik Perempuan di Perang Pertahanan Suci
Seiring dengan meletusnya perang yang dipaksakan pada 31 Shahrivar 1359 Hs (22 September 1980), kaum perempuan sebagai bagian penting di masyarakat Iran, menciptakan epik bersejarah dengan keberanian yang tak terlukiskan di wilayah perbatasan termasuk di Khorramshahr, Susangerd, Ahvaz, Mehran dan...
Kaum wanita ini sejatinya prajurit tak dikenal yang membawa beban berat logistik front perang dan beberapa tugas lainnya. Serangan musuh yang tiba-tiba di daerah perbatasan dan juga pemboman udara di kota-kota mengharuskan perempuan untuk hadir langsung di medan perang.
Faktor penggerak dan gerakan perempuan dalam menjalankan kewajiban sosial mengambil teladan dari para wanita di awal Islam dan perempuan di zaman Rasulullah Saw, khususnya Sayidah Fatimah Az-Zahra dan Sayidah Zainab as yang aktif berpartisipasi di kegiatan sosial berdasarkan ideologi Islam dan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data list syuhada perang pertahanan suci, sebanyak 6.428 perempuan Iran gugur sepanjang perang ini, dan mayoritas dari mereka gugur dalam pemboman dan serangan rudal ke berbagai kota di negara ini. 500 di antara syuhada perempuan tersebut adalah pejuang di medan tempur. Mayoritas syuhada perempuan ini adalah gadis dan 2500 di antaranya berusia antara 10-30 tahun.
Selain itu, selama delapan tahun perang yang dipaksakan (Iran-Irak) yang berlangsung 8 tahun, sebanyak 22.802 tim penyelamat dan 2.276 dokter perempuan dikirim ke medan perang. Menurut data Yayasan Veteran dan Urusan Veteran Cacat yang dirilis tahun 2002, jumlah veteran perempuan yang mengalami cacat sebanyak 5.735 orang dan di antara mereka 3.075 mengalami cacat di atas 25 persen.
Sementara itu, tidak ada data yang jelas mengenai jumlah tawanan perempuan Iran selama perang Iran-Irak, tapi di sejumlah sumber disebutkan terdapat sekitar 171 tawanan perempuan selama perang delapan tahun ini.
Selama delapan tahun perang yang dipaksakan, meskipun sebagian besar pendapatan negara dihabiskan untuk melengkapi zona tempur, karena luasnya medan perang, durasi konflik yang panjang, blokade ekonomi dan situasi ekonomi domestik yang tidak menguntungkan, pemerintah tidak dapat menanggung semua biaya untuk mendukung medang perang.Intervensi kekuatan rakyat sangat diperlukan dalam mendukung perang.
Sementara itu, perempuan memainkan peran penting dalam bidang ini dengan berpartisipasi aktif di pusat dukungan logistik dan perang. Wanita tidak hanya membantu pria dengan menggali parit dan menyiapkan makanan untuk tentara dan melindungi amunisi, tetapi juga bertempur di garis depan melawan musuh rezim Baath dengan pelatihan militer yang telah mereka jalani di tingkat dasar. Beberapa kegiatan perempuan untuk mendukung garis depan antara lain membuat markas pengumpulan bantuan umum di masjid dan sekolah, memilah dan mengirim segala macam kebutuhan pejuang, memperbaiki peralatan, merenovasi peralatan dan menyediakan makanan, pakaian, dan pakaian hangat.
Esmat Ahmadian, ibu dari dua syahid dan veteran Perang Pertahanan Suci, yang pergi ke medan perang sebagai pengemudi van selama bertahun-tahun dan mendukung para pejuang selama delapan tahun Pertahanan Suci di Ahvaz. Dari mencuci pakaian hingga menyiapkan sarapan untuk para pejuang, ini hanyalah sebagian dari pekerjaan yang dilakukan wanita jihadis ini pada tahun-tahun itu. Memasuki bidang konstruksi membuatnya menjadi seorang pengusaha. Dia mengatakan: "Perang adalah fenomena yang buruk. Tapi medan perang dan orang-orangnya menyenangkan, dan pertahanan adalah hal yang suci."
Fatima Navab Safavi, cucu dari Syahd Nawab Safavi adalah salah satu wanita pemberani yang pergi ke Bahman Shir sebagai pengintai selama perang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak terhadap Republik Islam Iran. Dengan informasi yang efektif dan berguna yang dia berikan tentang posisi musuh, dia memainkan peran yang menentukan dalam keberhasilan operasi. Dalam pertemuan terakhir, ia terlihat membawa jenazah seorang syahid. Ternyata dia kembali dari operasi gerilya yang sukses.
Majideh Naghravi, selama operasi pembebasan Susangerd pada 26 Aban 1359 Hs (17 November 1980) berhasil melucuti senjata enam prajurit dan perwira musuh serta menawan mereka. Ia mengatakan, "Ketika tentara Irak kalah di Hamidiyeh, serdadu musuh secara membabi buta menembaki warga karena takut dan berusaha melarikan diri, tapi mereka tidak mengetahui jalan menuju perbatasan. Ketika enam serdadu musuh mendekati rumah kami, saya mengatakan kepada mereka, jika kalian maju kedepan, maka kalian akan dikepung warga dan pasukan Sepah Pasdaran (IRGC) dan kalian akan terbunuh. Segera kalian masuk ke rumah dan duduklah di ruang tamu serta serahkan senjata kalian supaya aku sembunyikan. Mereka menuruti kata-kataku. Ketika mereka telah dilucuti senjatanya, saya kunci ruang tersebut dan saya memanggil warga. Dengan senjata rampasan tersebut, saya giring enam prajurit Irak ke masjid.
Dengan berani dapat dikatakan bahwa dukungan dan daya tahan yang muncul dari para wanita Iran selama perang yang dipaksakan belum pernah terjadi sebelumnya kapan saja dan di wilayah mana pun di dunia. Menurut ungkapan pemimpin tinggi Revolusi Islam atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei: "Jika perempuan tidak menyanyikan epos perang dan tidak menganggap perang sebagai nilai di rumah mereka, laki-laki tidak akan menemukan keinginan dan motivasi untuk berperang, dan sejumlah besar pejuang Basij tidak akan pergi ke medan perang."
Pada hari-hari awal perang, Dr. Masouma Abad bekerja sebagai anggota Bulan Sabit Merah dan perwakilan gubernur dalam sistem rumah kota. Dalam salah satu misi, dia ditangkap oleh pasukan Irak bersama tiga wanita lainnya. Dia dipenjarakan di kamp-kamp Irak selama empat puluh bulan dan dibebaskan pada tahun 1362 Hs (1983). Dari sudut pandangnya: "Tertawannya tubuh tidak seberapa di bandingkan dengan tawanan jiwa. Mereka yang berdiri teguh dan memiliki kehormatan dan martabat yang baik dengan kesabaran dan ketabahan tahu bahwa tawanan yang sebenarnya adalah mereka yang menjual jiwanya dengan harga murah untuk memelihara tubuh yang hina dan tidak berarti tanpa jiwa manusia."
Dr. Abad mengatakan tentang aktivitas perempuan di Republik Islam: "Dalam cara berpikir Islam, perempuan tidak pernah terpisah dari masyarakat umum dan kegiatan sosial. Sistem Islam menganggap setiap kemajuan dalam masyarakat bergantung pada kehadiran aktif dan bersemangat dari kelas besar ini bersama dengan yang lain. Di antara layanan terpenting yang dihasilkan dari pemikiran ini, kita dapat menyebutkan pemulihan identitas dan rasa percaya diri kepada perempuan dan anak perempuan masyarakat saat ini, yang dapat kita lihat membuahkan hasil baik di arena nasional maupun internasional.
Peran budaya perempuan selama perang juga berdampak besar, yang diwujudkan dalam kasus-kasus seperti: propaganda, memuji dan menghormati para syuhada, menghadapi orang-orang munafik dan desas-desus anti-revolusioner, mengubur jenazah para syuhada dan memperingatinya. Menulis, meliput, menulis cerita, menulis puisi dengan topik perang dan pertahanan suci, dan melakukan kegiatan jurnalistik dan media diamati.
Karena kehadiran mereka yang efektif dalam pertahanan suci, kaum perempuan ini telah menjadi narator yang baik pada zaman itu dan telah memainkan peran dalam literatur keberlanjutan dan literatur pertahanan suci. Kenangan hidup perempuan sebagai tawanan dan veteran, narasi manis dan sekaligus menyakitkan dari para ibu, istri dan anak-anak para syuhada yang menggambarkan keindahan kehidupan para martir mereka, serta kenangan para penyelamat dan dokter perempuan dari era itu, telah menghiasi sejarah perlawanan dan pengorbanan di negara kita.
Zahra Hosseini, narator di buku One Woman's War: Da (Mother) termasuk salah satu perempuan yang aktif terlibat dalam proses pengkafanan dan pemakaman para syuhada. Saat itu, ia baru berusia 17 tahun dan dengan tangannya sendiri ia meletakkan ayah dan saudaranya yang syahid di liang lahat. Ia terluka selama membela Khorramshahr dan pecahan peluru bersarang di sumsum tulang belakangnya, yang selalu bersamanya setelah itu dan dia harus menanggung rasa sakit. Meski demikian, ia tidak duduk diam dan senantiasa berusaha memberi pelayanan untuk medan perang dan rakyat. Laporan Hosseini terkait perang sangat menakjubkan, serta tidak menyerupai berbagai buku yang ditulis baik oleh orang Iran lainnya atau asing terkait perang. Di bukunya, tampak dengan jelas pengorbanan dan semangat keimanan yang membuat hati manusia bergetar.
Pada tahun-tahun awal Revolusi Islam, Imam Khomeini menyampaikan khutbah pernikahan "Fahima Babaianpour" dan syahid "Gholamreza Sadeghzadeh". Ketika Imam Khomeini meminta kuasa Fahima untuk mengucapkan akad nikah, Fahima mengatakan kepada Imam dengan suara yang jelas: "Jawaban positif saya bersyarat!" Orang-orang di sekitar bertanya dengan heran: Bagaimana kondisinya? Fahima berkata kepada imam: "Dengan syarat doa Anda untuk kesyahidan kami berdua di dunia ini dan penerimaan syafaat kami di akhirat." Semangat mencari kesyahidan ini membuat Imam Khomeini yakin akan kemenangan dan dia berkata: “Setiap kali saya melihat wanita terhormat yang siap untuk tujuan kami menjalani kesulitan dan bahkan kesyahidan dengan tekad yang kuat, saya yakin bahwa jalan ini akan berakhir pada kemenangan.
Dan begitulah yang terjadi. Dengan kesadaran dan pengorbanan diri mereka, para wanita bergegas membantu para pejuang pemberani untuk melestarikan sistem suci Republik Islam, dan dengan keberanian dan dedikasi mereka yang tak terlukiskan, mereka menorehkan lembaran emas ke dalam sejarah keberanian di negara ini. Imam Khomeini berkata: “Saya bangga dengan kelas besar ini yang, dengan kehadiran mereka yang berharga dan berani di arena pertahanan, telah membawa kemenangan bagi tanah air Islam, Al-Qur’an dan revolusi, dan sekarang mereka aktif di depan dan di belakang garis depan dan siap berkorban."
Imam Ridha as dan Kepemimpinan Yang Saleh
Gerakan revolusi Islam yang mencapai kemenangan dengan tergulingnya rezim korup, diktator dan thaghut tahun 1979 dilandasi oleh keimanan akan Islam dan semangat untuk mengikuti jejak kaki Rasulullah dan Ahlul Bait. Yang mendorong rakyat Iran bangkit melawan rezim Shah Pahlevi adalah kebijakan rezim despotik itu yang memerangi pemikiran Islam dan ajaran Ahlul Bait as. Hari ini kita memperingati Shahidnya Imam Ali ar-Ridha as, imam kedelapan dari silsilah 12 Imam Ahlul Bait.
Beliau adalah imam yang beberapa abad lalu menjejakkan kakinya yang suci di negeri Iran. Beliau wafat di negeri ini dan dimakamkan di Khorasan, tepatnya di kota yang saat ini dikenal dengan nama Masyhad. Makam Imam Ridha setiap saat dipenuhi oleh peziarah yang dengan luapan cinta berziarah ke sana. Di makam inilah sinar maknawiyah dan makrifat memancar.
Imam Ali bin Musa ar-Ridha as lahir di kota Madinah pada tahun 148 hijriyah. Sepeninggal ayahnya, Imam Musa al-Kadzim, beliau memangku imamah atau kepemimpinan ilahi atas umat. Di kota Madinah, beliau mengajarkan ilmu-ilmu tentang agama Islam dan mendidik banyak murid. Dengan argumentasi yang kuat beliau menyatakan penentangan terhadap kekuasaan bani Abbas, sebab kekuasaan ini bertolak belakang dengan ajaran ilahi. Akibatnya, Khalifah Ma'mun merasa terancam sehingga memaksa Imam Ridha as meninggalkan kota Madinah dan berhijrah ke ibukota pemerintahan Abbasiah di Khorasan. Namun untuk menghilangkan kecurigaan dan sensitivitas umat, Khalifah melakukannya dengan bermacam tipu muslihat.
Dengan memaksa Imam Ridha meninggalkan Madinah berarti Khalifah menjauhkan beliau dari tanah suci, tempat turunnya wahyu ilahi, dan kedua, dengan menawarkan posisi sebagai putra mahkota, Ma'mun ingin menjebak Imam dalam sebuah kondisi yang bisa dikesankan sebagai legalisasi kekuasaan bani Abbas. Imam sudah bisa membaca tipu muslihat dan permainan Khalifah dengan jeli. Beliaupun dengan sangat bijak melawan konspirasi Khalifah Ma'mun diantara dengan menyampaikan hadis Silsilah az-Dzahab yang terkenal di Neishabur.
Saat melintas kota Neishabur beliau disambut dengan suka cita oleh lautan manusia yang ingin mendengar hadis dan wejangan dari Imam Ahlul Bait ini. Setelah mengucapkan hamdalah dan menyampaikan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw, Imam Ridha berkata, "Aku mendengar dari ayahku, dari ayahnya dari kakeknya dan terus bersambung hingga Rasulullah Saw dari Jibril bahwa Allah Swt berfirman: ?Kalimat Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah) adalah bentengKu yang kokoh. Barang siapa masuk ke bentengKu ia akan selamat dari siksaKu." Setelah berkata demikian, beliau berlalu. Beberapa langkah kemudian beliau mengarahkan pandangan kepada lautan massa itu dan mengatakan, "Tentunya, dengan syarat-syaratnya, dan aku adalah salah satu syaratnya."
Dengan penjelasan ini, Imam Ridha as menegaskan bahwa tauhid adalah asas dari semua akidah dan sendi kehidupan. Sementara keberadaan seorang imam dan pemimpin atas umat yang di zaman itu adalah beliau sendiri, adalah bagian dari syarat tauhid. Imam hendak menegaskan bahwa imamah adalah kedudukan yang mesti dilandasi oleh ajaran ilahi dan kosmologi tauhid.
Tak syak bahwa masyarakat memerlukan kepemimpinan sosial demi tegaknya kedamaian dan stabilitas. Keharusan berdirinya sebuah pemerintahan juga sudah secara tak langsung disinggung di dalam al-Quran dan teks-teks rujukan agama Islam. Selain itu, ide pembentukan pemerintahan juga teraplikasi dalam sirah kehidupan Nabi Saw dan Ahlul Bait as, termasuk Imam Ali Ridha as. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat dan tak terpisahkan antara agama dan politik dalam arti pemerintahan. Imam menjelaskan bahwa masyarakat harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang adil dan saleh. Pemimpin inilah yang bisa mencegah kezaliman dan pengkhianatan terhadap rakyat.
Imam Ridha as memandang masalah pemerintahan dan kepemimpinan secara lebih mendalam dan mengatakan, "Salah satu faktor yang mengharuskan keberadaan pemimpin adalah bahwa tidak ada satupun bangsa di dunia yang bisa lestari dan bisa bertahan hidup kecuali dengan adanya seorang yang menjaga menegakkan stabilitas dan hukum. Sebab, masyarakat manusia tak mungkin bisa lepas dari keberadaan pemerintahan untuk urusan spiritual dan materinya."
Mengenai kedudukan pemimpin pemerintahan dalam Islam kepada Abdul Aziz bin Muslim beliau berkata, "Imamah dan kepemimpinan atas umat Islam termasuk salah satu masalah prinsipal dan penyempurna agama. Allah Swt tidak membawa Nabi Saw ke alam lain kecuali setelah menyempurnakan agamaNya, menurunkan al-Quran dan menjelaskan semua hukum halal dan haram serta hukum-hukum lainnya.
Dunia belum pernah menyaksikan dan tidak pernah menyukai kitab tanpa mufassir, agama tanpa pengajar, dan agenda kerja tanpa pelaksana. Apalagi, jika agama itu adalah syariat yang menjamin kebahagiaan manusia di dua alam. Karena itu, Nabi Saw tidak wafat kecuali setelah mengajarkan kepada umatnya semua jalan yang bisa membawa mereka kepada kebenaran dalam beragama."
Selanjutnya Imam Ridha as menyinggung tentang Imam Ali as yang ditunjuk oleh Nabi Saw untuk menjadi pemimpin atas umat.
Beliau menyebut kepemimpinan figur-figur saleh sebagai pilar tegaknya sebuah masyarakat. Menurut Imam, pemimpin yang saleh akan bekerja untuk kebaikan masyarakat, memperbaiki perekonomian, pertahanan dan politik serta memberi perhatian yang penuh kepada kepentingan masyarakat. Pemimpin yang demikian akan berjalan mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw dalam menerapkan hukum al-Quran untuk kebaikan masyarakat.
Dalam pesannya, Imam Ridha as menjelaskan pula bahwa imamah dan kepemimpinan dalam Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan unsur maknawiyah seiring dengan terpenuhinya kebutuhan materi. Beliau berkata, "Imam adalah pemimpin agama dan pemnegak sistem kemasyarakatan kaum muslimin. Kebaikan dunia bagi kaum mukmin dan kemuliaan mereka adalah tugas yang diemban oleh imam. Sesungguhnya Imam adalah pilar Islam dan cabangnya yang rindang. Dialah yang menjalankan hukum Allah yang adil, dan dia pula yang mengarahkan masyarakat kepada jalan kebenaran dan hakikat dengan nasehat dan burhan yang kokoh."
Diriwayatkan bahwa suatu hari Khalifah Ma'mun Abbasi di hadapan Imam Ridha as berbicara tentang kemenangan yang diraih pasukannya di sejumlah medan pertempuran. Khalifah terkesan bangga dengan keberhasilan itu. Imam yang mendengar pembicaraan Khalifah berkata, "Apakah engkau bergembira karena berhasil menguasai sebuah desa?" Ma'mun balik bertanya, "Bukankah ini layak dibanggakan?"
Imam Ridha as menjawab, "Takutlah engkau kepada Allah terkait dengan umat Muhammad dan kekuasaan yang ada di tanganmu. Engkau telah merusak urusan umat Islam dan telah menyerahkan urusan kepada orang-orang yang tidak menghukumi dengan hukum Allah. Kaum tertindas semakin menderita dan untuk kehidupan mereka tidak memiliki apa-apa. Tak ada tempat bagi mereka mengadu. Tahukah engkau bahwa pemimpin dalam Islam harus memainkan peran layaknya tiang kemah, dan siapa saja harus bisa menjumpainya dengan mudah."
Dalam percakapan itu, Imam memberondong Khalifah dengan kritik deras seraya mengingatkan bahwa pemimpin Islam mesti menjauhi kemewahan dan segala acara aturan yang menjauhkannya dari rakyat. Pemimpin mesti bekerja untuk rakyat bukan mengunci diri dan berfoya-foya di istana-istana yang megah. Imam dalam riwayat lain menegaskan, "Hukum ilahi tidak akan tegak kecuali jika dijalankan oleh seorang yang kuat, mumpuni dan terpercaya yang menegakkan urusan ini dan mencegah pelecehan hak-hak masyarakat."
Imam Ridha as menerangkan panjang lebar tentang kriteria pemimpin yang saleh dan cakap. Pemimpin harus menjalankan pemerintahan dengan baik, cerdas dan semangat mengabdi dengan demikian ia akan terhindari dari ambisi dan kediktatoran. Kepemimpinan seperti ini tidak akan terwujud kecuali pemimpin memandang kekuasaan sebagai amanat ilahi. Imam Ridha as menyatakan bahwa penguasa adalah orang yang memegang amanat dari rakyat, karena itu kekuasaan harus digunakan untuk mencegah kezaliman dan pelanggaran hak orang lain. Beliau berkata, "Setiap kali penguasa melakukan kezaliman maka kekuasaannya akan melemah."
Imam Ridha melewatkan dua tahun terakhir masa hidupnya di kota Marv yang saat itu menjadi ibukota kekuasaan Bani Abbas. Beliau dipaksa oleh Khalifah Makmun untuk tinggal di kota ini dengan posisi sebagai putra mahkota. Namun demikian beliau telah mensyaratkan untuk tidak terlibat sama sekali dalam urusan pemerintahan. Ma'mun yang gagal mencapai maksudnya, akhirnya berpikir untuk mengakhiri permainan dengan membunuh Imam Ridha. Di akhir bulan Shafar tahun 203 hijriyah, Imam meneguk cawan Shahadah dari racun yang diberikan oleh Khalifah Ma'mun kepada beliau.
Hamas Keluarkan Seruan Intifada di Quds dan Tepi Barat
Anggota senior Hamas menyerukan orang-orang Palestina untuk bangkit menghadapi Zionis dan mengumumkan dimulainya intifada dengan perjuangan bersenjata di Tepi Barat dan Al Quds.
Pada Jumat malam, ribuan orang dari Gaza mendeklarasikan solidaritasnya dengan penduduk Palestina di al Quds yang mendapat serangan dan tekanan dari pasukan rezim Zionis, dengan menggelar dua demonstrasi terpisah di kamp Khan Yunis dan Jabalia.
Moshir Al Masri, anggota senior Hamas hari Jumat (14/10/2022) mengatakan bahwa perjuangan bersenjata adalah pilihan kolektif rakyat Palestina.
"Orang-orang Gaza berdiri di samping saudaranya di Quds dan siap untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsa dari gangguan penjajah dan penistaan para pemukim Zionis," Al Mashri.
Sejak Sabtu malam pekan lalu, pasukan Zionis telah memberlakukan pembatasan ketat dengan dalih mencari seorang Palestina, sehingga Al Quds dan berbagai daerah yang memicu eskalasi ketegangan.
Pada hari Rabu, pusat-pusat komersial mogok dan institusi pendidikan ditutup di seluruh Quds dalam solidaritas terhadap kamp Shuafat, Anata, Ras Khamis, Ras Shahadeh dan daerah Dahiya al-Salam, yang menghadapi pembatasan lalu lintas yang parah sejak pekan lalu.
Rahbar: Salah Besar Berpikir dapat Mencerabut Pohon Kokoh Republik Islam
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa sistem Republik Islam tidak menyerah di depan kekuatan dan menekankan, Sistem Republik Islam kini telah menjadi pohon kokoh yang bahkan membayangkan mencerabutnya saja tidak bisa.
Menurut laporan situs pusat informasi Kantor Pemimpin Besar Revolusi, bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Awal, peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Shadiq as, Ayatullah Khamenei melakukan pertemuan dengan para pejabat negara dan tamu asing yang berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36.
Dalam pertemuan ini, Ayatullah Khamenei dalam pidatonya menyampaikan pertanyaan, "Apakah mungkin persatuan Muslim dan memiliki posisi tinggi di dunia yang sedang mengalami perubahan?"
Rahbar mengatakan, "Ya, persatuan antara bangsa-bangsa Islam adalah mungkin, tetapi membutuhkan usaha dan tindakan dan berdiri menghadapi segala tekanan dan kesulitan."
Pemimpin besar Revolusi Islam menekankan bahwa dalam konteks ini, harapan terbesar terletak pada karakter dunia Islam serta pemuda yang tercerahkan dan peran mereka dalam membimbing opini publik.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
"Contoh kemungkinan terealisasinya pengaruh adalah Republik Islam Iran, yang merupakan bibit kecil di bawah bimbingan Imam Khomeini ra berdiri melawan dua negara adidaya saat itu dan pohon muda itu sekarang telah berubah menjadi pohon kokoh, di mana salah besar bagi siapa pun yang berpikir untuk mencerabutnya," tambah Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut normalisasi hubungan beberapa negara Islam dengan rezim Zionis sebagai salah satu pengkhianatan terbesar.
Menurutnya, Beberapa mungkin mengatakan bahwa realisasi persatuan tidak mungkin dalam situasi saat ini dengan kehadiran beberapa kepala negara-negara Islam, tetapi para intelektual, ulama, orang bijak dan elit dunia Islam dapat membuat suasana berbeda dari kehendak musuh, di mana dalam hal ini akan lebih mudah untuk mencapai persatuan.
Ayatullah Khamenei menyatakan penyesalannya atas kejahatan Daesh (ISIS) di Irak, Suriah dan terutama pembunuhan siswa di Afghanistan.
"Ada ekstremis di sisi Syiah dan Sunni yang tidak ada hubungannya dengan Syiah dan Sunni, dan para ekstremis ini tidak boleh menjadi dasar untuk menuduh prinsip-prinsip mazhab, dan mereka yang atas nama mendukung satu agama, memprovokasi perasaan pihak lain, harus ditangani dengan serius," jelas Ayatullah Khamenei.
Ayatullah Khamenei: Musuh Terpaksa Bertindak Bodoh dan Dalangi Kerusuhan
Rahbar menilai meningkatnya kesulitan, tekanan dan pembunuhan di Palestina dan bagian lain dari dunia Islam sebagai hasil dari "perpecahan Umat Islam".
Merujuk pada banyak kesamaan umat Islam, Rahbar mengatakan, Republik Islam Iran telah begitu jauh menggunakan segala dayanya untuk mencapai realisasi praktis persatuan Islam, di mana salah satu contoh nyata adalah dukungan menyeluruh untuk saudara-saudara Sunni di Palestina, yang akan terus berlanjut setelah ini dengan sekuat tenaga.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa front perlawanan yang dibentuk di dunia Islam didukung oleh Republik Islam.
"Kami percaya pada rahmat dan pertolongan Allah dan harapan untuk realisasi praktis dari harapan besar persatuan Islam," pungkas Ayatullah Khamenei.
Raisi: Kemajuan Menakjubkan Bangsa Iran Sebab Permusuhan
Presiden Republik Islam Iran dalam pertemuan para pejabat pemerintah dan tamu asing yang berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 dengan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, menilai penyebab kedengkian musuh terhadap bangsa Iran dikarenakan kemajuan yang menakjubkan dan di segala bidang.
Menurut laporan situs pusat informasi kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam, Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi di awal pertemuan ini mengatakan bahwa selama kunjungannya baru-baru ini ke New York, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta maaf dalam pertemuan pribadi dan mengatakan, Meskipun banyak upaya, saya tidak dapat membatalkan sanksi terkait virus Corona terhadap Iran.
Saya menjawab, Rakyat Iran selalu mengubah ancaman dan sanksi menjadi peluang.
Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi
"Dalam kasus Corona, Iran menjadi eksportir dengan mengaktifkan enam pusat produksi vaksin, dan saat ini termasuk negara teratas di dunia dalam menangani penyakit ini," ungkap Presiden Raisi.
Mengacu pada statistik kemajuan ilmu pengetahuan, pertumbuhan ekonomi, pengurangan inflasi dan peningkatan kerja sama perdagangan dan internasional negara, presiden Republik Islam Iran mengucapkan terima kasih kepada rakyat atas kerja sama yang tulus dengan pemerintah, terutama dalam pelaksanaan reformasi ekonomi.
Menurutnya, Para musuh Iran juga berusaha menimbulkan masalah dalam kerusuhan baru-baru ini, tetapi masyarakat menggagalkannya dengan kesabaran dan ketekunan seperti di masa lalu.
Raisi menilai upaya menyembunyikan fakta dan menyebarkan kebodohan modern adalah salah satu trik saat ini dari mereka yang menginginkkan keburukan dunia Islam.
"Cara untuk mengatasi trik ini adalah dengan menyebarkan kesadaran pada poros persatuan Islam dan menghindari perpecahan," jelas Raisi.
Presiden Republik Islam Iran menyebut Nabi Agung sebagai penyeru terbaik bagi umat manusia untuk keadilan, rasionalitas, spiritualitas dan moralitas.
Seraya menyebutkan upaya musuh untuk membunuh karakter dan kepribadian Nabi, Raisi menambahkan bahwa hari ini juga barisan anti-Islam melawan para pengikut Nabi dengan melakukan upaya yang sama sedang dilakukan dalam bentuk terorisme budaya dan ekonomi, tetapi sebagaimana mereka pada waktu itu tidak mampu menghentikan globalisasi gerakan Nabi, mereka tidak akan dapat menghentikan bangsa yang berpegang pada nilai-nilai Nabi.
Khatib Jumat Tehran: Tujuan Musuh Menghancurkan Persatuan Bangsa Iran
Merujuk pada kerusuhan yang terjadi di Iran baru-baru ini, khatib shalat Jumat Tehran mengatakan, Tujuan musuh adalah menghancurkan solidaritas dan persatuan bangsa Iran.
Kerusuhan baru-baru ini di Iran dengan dalih kematian Mahsa Amini sekali lagi menyebabkan musuh asing Republik Islam Iran menggunakannya sebagai kesempatan untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran dan memicu lebih banyak kerusuhan.
Dalam kerusuhan baru-baru ini, para pemimpin politik AS dan kadang-kadang Eropa, media mereka serta media berbahasa Persia yang didukung oleh Barat, menyalahgunakan insiden tragis yang sedang diselidiki dan mendukung para pembuat onar dan pengganggu keamanan dengan slogan mendukung hak bangsa Iran.
Menurut laporan IRNA, Hujjatul Islam Sayid Mohammad Hassan Abou Torabifard mengatakan dalam khotbah shalat Jumat minggu ini di Tehran, Peristiwa hari-hari ini tidak diragukan lagi bagi sebuah sistem politik yang dinamis, kuat dan efisien yang berusaha memahami tantangan keamanan, politik dan ekonomi yang berada di depannya adalah jalan untuk menciptakan kekuatan bagi bangsa Iran.
Khatib shalat Jumat Tehran menilai budaya, agama, dan identitas nasional sebagai kunci solidaritas bangsa Iran.
Menurutnya, Ruang para ahli teori dari dinas intelijen Pentagon menargetkan pilar-pilar ini dan elemen utama persatuan nasional.
Hujjatul Islam Sayid Mohammad Hassan Abou Torabifard menambahkan, Peristiwa beberapa hari terakhir akan membuka jalan untuk mendapatkan pengalaman yang menentukan dan meningkatkan status bangsa Iran dan pemuda Iran menjadi bangsa yang tak terkalahkan.
"Musuh-musuh Islam harus tahu bahwa mereka telah membuka jalan untuk meningkatkan prestise politik Iran," pungkasnya.(sl)
Ayatullah Khamenei Menekankan Urgensi Persatuan Umat Islam
Bertepatan dengan tangga 17 Rabiul Awal yang merupakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan Imam Shadiq as, Pemimpin Besar Revolusi Islam, hari Jumat (14/10/2022) dalam pertemuan dengan para pejabat pemerintah dan tamu asing yang berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam Ke-36 menilai kebutuhan terpenting umat Islam untuk berperan dan mencapai posisi tinggi kekuatan baru adalah dengan persatuan dan koherensi.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung posisi sangat penting para tokoh dan pemuda yang tercerahkan di dunia Islam untuk merealisasikan tugas ini. Menurutnya, Persatuan Islam dan kehadiran yang berpengaruh di dunia baru adalah mungkin dengan syarat usaha praktis dan berdiri menghadapi kesulitan dan tekanan. Contoh yang jelas adalah sistem Republik Islam, yang tidak menyerah dan berdiri melawan kekuatan yang ada, dan sekarang telah menjadi pohon kokoh yang bahkan tidak bisa dibayangkan untuk "dicerabut".
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam
Pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam ini menunjukkan fakta bahwa keberhasilan dan status tinggi umat Islam dalam masyarakat saat ini, yang berada di bawah serangan habis-habisan arogansi global, tergantung perhatian pada solidaritas dan persatuan Islam.
Republik Islam Iran merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran kekuatan arogan setelah kemenangan Revolusi Islam. Namun kemenangan revolusi ini, yang diwujudkan dalam bayang-bayang persatuan dan integrasi, mengangkat model Islam di dunia dan menunjukkan kepada umat Islam dan bangsa-bangsa yang didominasi di dunia bahwa mungkin untuk menjadi kekuatan besar tanpa mengandalkan arogansi global.
Model ini juga telah membuktikan bahwa terlepas dari tekanan politik, ekonomi, dan bahkan militer musuh yang paling keras, Iran terus maju dan berkembang, yang tidak diragukan lagi tidak mungkin tanpa persatuan dan perlawanan rakyat dan sistem Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menekankan bahwa poin penting dan mendasar dalam aksi bersama adalah untuk mencapai pemahaman bersama tentang perubahan geometri politik di dunia.
Menurut Rahbar, Peta politik dunia sedang berubah dan sistem unipolar bergerak menuju penolakan. Dominasi arogansi global juga semakin hari semakin kehilangan legitimasinya dibandingkan masa lalu, sehingga terbentuklah dunia baru dan pertanyaan yang sangat penting adalah, di manakah tempat dunia Islam dan umat Islam di dunia baru ini?
Selama bertahun-tahun, persatuan dunia Islam adalah salah satu masalah utama dan mendasar yang selalu ditekankan oleh Ayatullah Khamenei dalam pidato dan pesannya dengan menasihati para ulama, intelektual, pemimpin politik dan setiap umat Islam tentang perlunya membentuk persatuan masyarakat dan negara-negara Islam.
Hal ini menjadi lebih penting karena kondisi sistem internasional yang berubah dan perkembangan seperti Revolusi Islam Iran dan dampaknya yang besar terhadap penyebaran kebangkitan Islam dan budaya perlawanan di kalangan umat Islam dan di masyarakat yang didominasi akan semakin melemahkan arogansi global dan telah memberikan proses perubahan dari sistem unipolar ke sistem multipolar di dunia.
Jelas bahwa salah satu faktor kemajuan dan kemenangan bangsa-bangsa Muslim adalah koneksi dan persatuan, dan untuk alasan ini, musuh berusaha mencapai tujuan kolonial mereka dalam masyarakat Islam dengan menciptakan perpecahan dan mencegah persatuan umat Islam.
Padahal, lebih dari satu setengah miliar umat Islam di dunia, yang juga memiliki sumber daya alam yang sangat besar, dapat bergerak menuju peradaban Islam baru dengan menjaga persatuan dan terus melawan musuh.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam
Ayatullah Khamenei juga mengajukan pertanyaan, "Apakah mungkin untuk menciptakan persatuan Muslim dan memiliki posisi tinggi di dunia yang berubah?". Beliau menjawab, Ya, persatuan di antara bangsa-bangsa Islam adalah mungkin, tetapi membutuhkan usaha, tindakan dan perlawanan menghadapi segala tekanan dan kesulitan.
Pusat Riset Zionis: Drone Iran Ancaman Paling Bahaya bagi Israel
Pusat penelitian keamanan Rezim Zionis Israel mengungkapkan kekhawatiran mereka atas kemampuan drone Iran, dan mereka menganggap drone-drone Iran, sebagai ancaman paling berbahaya bagi Israel.
Dikutip kantor berita Sama, Rabu (12/10/2022), Pusat Riset Keamanan Israel merilis laporan terkait jangkauan penggunaan drone di level global, dan ketakutan Rezim Zionis atas kemampuan drone Republik Islam Iran, dan poros perlawanan.
Pusat Riset Keamanan Israel menilai drone-drone Republik Islam Iran, sebagai ancaman potensial yang paling berbahaya bagi Israel.
"Bahaya drone-drone yang dikendalikan dari jarak jauh atau memiliki kekuatan kontrol mandiri, lebih berbahaya dari ancaman rudal dan bom, dan bahaya itu terus bertambah," ujarnya.
Sebagian besar pengamat keamanan Israel mengakui bahwa tidak ada sistem pertahanan terpercaya yang dapat memberikan perlindungan sempurna di seluruh kota Zionis.