کمالوندی

کمالوندی

Turki yang bukan anggota Gerakan Non-Blok (NAM) menyatakan bahwa partisipasinya pada KTT NAM di Tehran tidak akan di tingkat presiden atau menteri kabinet.

Fars News (25/8) melaporkan, sejumlah pejabat Turki menyatakan bahwa Ankara tidak akan menghadiri KTT NAM di Tehran.

Seorang pejabat di kantor kepresidenan Turki yang menolak menyebutkan namanya mengatakan, "Presiden Turki (Abdullah Gul) tidak berencana menghadiri KTT NAM meski Presiden Iran telah mengundangnya."

Pejabat Turki ini mengatakan, "Sejak awal Turki tidak berencana menghadiri KTT NAM mengingat bukan termasuk di antara anggota 120 negara anggota lembaga tersebut. Akan tetapi meski Turki memutuskan untuk menghadirinya, akan muncul berbagai faktor yang menghalanginya."

Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Turki secara anonim mengatakan, "Menlu (Ahmet Davutoglu) tidak akan hadir karena sibuk, namun jika Turki memutuskan untuk hadir, belum jelas tingkat partisipasinya."(IRIB Indonesia/MZ/RM)

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi memuji kemenangan muqawama Suriah dan menilainya sebagai pelajaran penting bagi negara-negara Arab dan Muslim.

Dikatakan Firouzabadi Jumat (24/8) bahwa kemenangan resistensi di Suriah merupakan pelajaran penting bagi negara-negara Arab dan Muslim dalam memahami nilai dan kedudukan muqawama Islam.

Ditambahkannya bahwa negara-negara Arab dan Muslim harus menjadikan Iran dan Suriah sebagai contoh dalam melawan arogansi dan dalam mempertahankan independensi dan kebudayaan nasional-islaminya.

Pejabat militer Iran ini juga menyampaikan optimismenya bahwa Kebangkitan Islam di kawasan akan menjamin independensi dan kepentingan nasional negara-negara Arab dan Muslim, serta mencegah aksi penjarahan aset dunia Islam oleh kekuatan imperialis.(IRIB Indonesia/MZ/RM)

Ayat ke 34

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, sujudlah kamu ‎kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggandan takabbur ‎dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.‎

Sebagai kelanjutan dari ayat-ayat terdahulu yang berbicara tentang ‎nikmat materi dan maknawi yang Allah berikan kepada manusia, juga khilafah ‎ilahi yang menunjukkan kemuliaan manusia, maka ayat ini memaparkan satu ‎lagi yang menunjukkan kemuliaan manusia, yaitu sujudnya para malaikat ‎kepada Nabi Adam as. Sebagaimana terdapat di dalam beberapa ayat surat ‎al-Hijr dan Shaad, Allah Swt ketika menciptakan manusia, berbicara kepada ‎para malaikat yang artinya, "Maka jika Aku telah menyempurnakannya dan ‎telah Kutiupkan ruh-Ku ke dalamnya, maka sujudlah kalian kepadanya."

Dengan demikian, sujud ini dilakukan karena penciptaan manusia, bukan ‎karena pengangkatannya sebagai khalifah. Karena persoalan khilafah serta ‎pengujian terhadap para Malaikat terjadi setelah tahap ini. Pada ‎dasarnya, jika perintah sujud dikeluarkan setelah kejelasan kedudukan ‎khilafah yang dicapai oleh Adam as, maka sujudnya para Malaikat itu tak akan ‎sedemikian bernilai. Karena sudah bukan lagi berdasarkan pada ta'abbud dan ‎penyerahan diri sepenuhnya kepada perintah ilahi, namun sujud itu dilakukan ‎karena kedudukan Adam as.‎

Sementara itu, Iblis, yang menurut ayat 50 surat al-Kahfi termasuk dari ‎golongan Jin yang mencapai kedudukan setingkat dengan para malaikat ‎berkat ibadahnya yang sangat tinggi, tidak bersedia melaksanakan perintah ‎ilahi itu. Dengan menyombongkan diri ia menyangka bahwa dari segi ‎ciptaan ia lebih tinggi dari pada Adam. Menurutnya, Adamlah yang seharusnya ‎bersujud kepadanya, bukan ia yang sujud terhadap Adam. Kemaksiatan dan ‎dosa Iblis bukan hanya di dalam perbuatan; tetapi dari segi keyakinan ‎Iblis juga telah menunjukkan kemaksiatannya. Karena ia menyakini bahwa perintah ‎Allah itu tidak adil dan bijaksana.

Dengan demikian maka Iblis telah kafir, tak beragama dan melepaskan ‎imannya. Sujudnya para malaikat kepada Adam bukan berarti menyembah ‎Adam.Sebab menyembah selain Allah tidak diperbolehkan. Mereka bersujud ‎kepada Adam atas dasar perintah ilahi sebagai penghormatan, yang pada ‎hakikatnya bersujud kepada Allah, namun karena penciptaan wujud mulia ini ‎yang bernama manusia.

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎ ‎
‎1. Hakikat ibadah adalah manusia melakukan perbuatan karena perintah ‎Allah, bukannya ia memilih dan mengamalkan perintah-perintah sesuai ‎dengan keinginannya. Selama berabad-abad Iblis bersedia sujud di hadapan ‎Allah, namun ia tidak mau bersujud sesaatpun kepada Adam. ‎
‎2. Jauh dari keadilan, apabila semua malaikat bersujud kepada manusia, ‎namun manusia tidak bersedia bersujud kepada Allah. ‎
‎3. Sombong dan takabbur di hadapan kebenaran, menarik manusia kepada ‎kekufuran dan ketidakberagamaan. ‎
‎4. Sujud dan tunduk di hadapan selain Allah apabila berdasarkan perintah ‎Allah, maka tidak hanya perbuatan non-syirik, bahkan ia merupakan tauhid ‎dan ubudiyyah itu sendiri. ‎
‎5. Kelayakan lebih penting dari pada umur dan keterdahuluan. Malaikat yang ‎telah diciptakan terlebih dahulu harus bersujud kepada Adam yang baru ‎diciptakan.‎
‎6. Sujud kepada Adam bukan hanya kepada dirinya, bahkan karena ‎keturunannya dan generasi manusia. Oleh karenanya Allah berfirman dalam ‎Surah al-A'raf ayat 11, "Wahai manusia, Kami ciptakan kalian, lalu kami ‎bentuk kalian, kemudian kami katakan kepada Malaikat: Bersujudlah kepada ‎Adam!"‎


Ayat ke 35

Artinya:

Dan Kami berfirman, "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini ‎dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja ‎yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan ‎kamu termasuk orang-orang yang zalim.‎

Allah yang menciptakan manusia dari tanah liat. Untuk menjadi khalifah di ‎muka bumi, mula-‎mula menciptakan seorang isteri dari jenisnya sehingga menjadi pendamping ‎dan penghiburnya dan menjadi sumber kelestarian keturunannya. Semua itu demi menyediakan sarana kehidupannya di bumi. Kemudian ‎Allah menyediakan taman bak surga untuk mereka berdua di bumi yang ‎merupakan tempat tinggal dan sumber makanan mereka. Dengan tindakan ‎ini, Allah menyempurnakan nikmat kepada Adam dan menyediakan isteri, ‎tempat tinggal dan makanan, sehingga sarana kesejahteraan dan ‎ketenteraman mereka terpenuhi dan hendaklah mereka mempelajari cara-‎cara pemanfaatan bumi dan hasil-hasilnya yang luas dari pengalaman.


Akan tetapi bukan berarti setiap yang di makan bermanfaat dan perlu untuk ‎badan. Oleh karena itu, Allah melarang mereka memakan buah dari pohon ‎tertentu, sebab memakan buah pohon itu menyebabkan gangguan pada ‎tubuh dan menganiaya jiwanya, yang diikuti dengan keluarnya mereka dari ‎Surga dunia. Dari hal-hal yang telah kami katakan jelaslah, bahwa Surga yang ‎dijadikan tempat tinggal untuk Adam bukanlah Surga yang dijanjikan pada ‎hari kiamat, sebab:‎

‎1. Surga tersebut sebagai imbalan pahala. Sedangkan Adam hingga saat itu ‎belum melakukan perbuatan baik yang menyebabkannya berhak ‎mendapatkan pahala. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 142 surat Ali ‎Imran yang berbunyi, "Apakah kamu mengira akan masuk Surga, padahal ‎belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad dari kamu." ‎
‎2. Orang-orang yang telah dimasukkan ke dalam Surga yang telah dijanjikan, ‎tidak lagi akan keluar darinya. Sebagaimana ayat 48 surat al-Hijr ‎menyatakan, "Dan tidaklah mereka akan dikeluarkan."‎

‎3. Di dalam Surga yang dijanjikan tidak terdapat pohon yang terlarang, ‎sehingga Allah melarang memakannya, bahkan segalanya halal dan ‎diperbolehkan. Dari sisi lain, Allah juga menyebut taman-taman yang subur di ‎dunia dengan sebutan jannah pula, dan kata ini tidak dikhususkan untuk ‎surga yang dijanjikan seperti tersebut dalam ayat 17 surat al-Qalam, "Wahai ‎Nabi, Kami akan menguji mereka (orang-orang kaya yang takabbur dan ‎musyrik) sebagaimana Kami uji para pemilik kebun."
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Isteri, tempat tinggal dan makanan adalah kenikmatan-kenikmatan yang ‎dianugerahkan Allah untuk kesejahteraan dan ketenteraman manusia di muka ‎bumi. ‎
‎2. Perempuan di rumah mengikuti lelaki. Pada masalah-masalah lain, ayat-‎ayat ini membicarakan Adam dan isterinya, dengan firman-Nya, ‎‎(taqrabaa, kalian berdua mendekati,

syi'tumaa, kalian berdua kehendaki, ‎kulaa, makanlah kalian berdua), namun pada masalah tempat tinggal hanya ‎Adam yang dijadikan subyek pembicaraan, sedangkan isterinya disebutkan ‎mengikutinya sebagaimana firman Allah, "Tinggallah kamu dengan isterimu di ‎jannah (taman)."
‎3. Sebelum melarang sesuatu, pada awalny pintu-pintu yang menuju ke jalan ‎yang benar untuk mengatasi keperluan itu harus dibuka. Manusia ‎memerlukan makanan, lantaran itu mula-mula Allah menetapkan makanan-‎makanan yang diperbolehkan, baru kemudian melarang memakan tumbuhan ‎tertentu.‎
‎4. Dosa sedemikian berbahaya, hingga tidak boleh mendekatinya, apalagi jika ‎dilakukan. Oleh karena itu, Allah tidak mengatakan "la ‎tak kulaa", janganlah memakan tumbuhan ini, tetapi Allah berfirman, "la ‎taqrabaa", janganlah kamu mendekatinya. ‎
‎5. Perbuatan yang dilarang Allah, akibat buruknya akan sampai kepada ‎manusia, bukan kepada Allah. Melanggar perintah-perintah ilahi adalah ‎menzalimi diri sendiri dan menjauhkan manusia dari nikmat-nikmat ilahi. ‎
‎6. Manusia dalam makan tidak boleh seperti hewan yang tunduk pada perut, ‎dimana segala yang ia inginkan dimakan. Namun manusia harus menaati ‎Allah. Segala hal yang dipandang baik oleh Allah bagi dirinya, ia makan dan ‎yang dilarang ia tinggalkan.‎

 

Ayat ke 36


Artinya:

Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari ‎keadaan semula dan Kami berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu ‎menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi ‎dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."‎

Sebelum ini telah dijelaskan mengenai peristiwa penciptaan dan khilafah ‎Adam, dan sampai pada pembahasan tentang ditempatkannya Adam dan ‎isterinya oleh Allah pada suatu taman surga dan disediakan segala jenis ‎makanan untuk mereka.Namun Allah melarang tumbuhan khusus, yang ‎apabila dimakan akan menyebabkan kerugian dan mengakibatkan kezaliman ‎terhadap diri sendiri.

Adapun setan yang terusir dari rahmat ilahi lantaran berpaling dari perintah ‎untuk bersujud kepada Adam, senantiasa berusaha mengeluarkan Adam dari tempat ketenangan, kesejahteraan dan ketenteraman, guna ‎melampiaskan dendamnya kepada Adam. ‎Karena itu, setan berusaha keras membujuk Adam agar memakan tumbuhan ‎terlarang dengan berbagai godaan dan berpura-pura berniat baik dengan ‎menyebutkan berbagai manfaat buah dari pohon tersebut.‎

Akhirnya, Adam dan isterinya memakan buah pohon itu. Mereka tidak ‎mempunyai niat untuk melanggar perintah Allah, sama halnya seperti seorang ‎anak kecil yang tidak memiliki pengalaman berdusta dan menipu, yang ‎menganggap selainnya jujur seperti dirinya.

Sewaktu setan bersumpah kepada mereka bahwa yang dikatakannya ‎mengenai manfaat-manfaat tumbuhan itu adalah benar dan jujur, maka Adam ‎mempercayainya dan akhirnya tertipu. Akibat pelanggaran terhadap perintah ‎ilahi ini adalah Adam dan isterinya dikeluarkan dari surga, selanjutnya turun ‎perintah dari sisi Allah, keluarlah kalian dari wilayah kedekatan ilahi dan telah ‎pecah benih dendam dan permusuhan antara kalian dan setan. Dan kalian ‎akan berada di bumi hingga saat yang ditentukan.

Tujuan pokok penciptaan ‎Adam adalah kekhilafahannya di muka bumi, maka Adam harus tinggal di ‎bumi. Namun pada mulanya Allah telah menyiapkan sebuah lingkungan yang ‎tenang dan jauh dari berbagai kesulitan, hingga dalam masa persiapan ini ‎Adam akan mengenal kondisi kehidupan di bumi, juga mengenal musuh ‎sebenarnya, yaitu setan.

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Menuruti ajakan setan tidak hanya menjauhkan manusia dari rahmat ilahi, ‎tetapi juga merampas kesejahteraan yang terjadi pada Adam dan isterinya ‎yang dikeluarkan dari surga yang penuh rahmat menuju ke bumi yang serba ‎susah. ‎
‎2. Permusuhan setan dengan manusia adalah permusuhan lama, dimulai ‎sejak awal penciptaan manusia hingga saat ini.‎
‎3. Bumi adalah tempat sementara kehidupan manusia dan pemanfaatan ‎manusia atasnya terbatas dan sementara. Hendaknya kita pikirkan persiapan ‎tempat yang abadi kita di surga. ‎
‎4. Sesungguhnya setiap manusia adalah penghuni surga lantaran potensi-‎potensi dan kelayakan-kelayakan yang diciptakan oleh Allah padanya, tetapi ‎pelanggaran-pelanggaran yang ia lakukan menyebabkannya jatuh dan ‎terjerumus ke dalam jurang kesusahan. ‎
‎5. Tidak seorang manusia pun terjaga dari bahaya dosa dan penyimpangan, ‎kecuali Allah menjaganya. Adam yang merupakan khalifah Allah di muka bumi ‎dan menjadi sosok manusia mulia sehingga malaikat bersujud kepadanya, ‎kelalaian sesaat saja mengeluarkannya dari sisi-Nya. Namun kesalahan ‎Adam sebelum ia mencapai tingkat kenabian. ‎(IRIB Indonesia)

Ayat ke31

Artinya:‎

Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, ‎kemudian mengemukakannya kepda para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah ‎kepada-Ku nama benda-beda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.‎

Untuk membuktikan kelayakan manusia kepada para malaikat, Allah Swt menguji ‎kedua pihak. Mula-mula Allah mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu pengetahuan, ‎lalu Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka. Al-Quran sama sekali ‎tidak menjelaskan ilmu pengetahuan apa yang diajarkan kepada mereka itu.

Namun mayoritas mufassirin meyakini bahwa Allah mengenalkan kepada manusia ‎alam yang ada pada awal penciptaan dan mengajarkan nama-nama semua itu. ‎Itulah potensi dan kemampuan berpikir untuk mengenali segala sesuatu ‎yang Allah ciptakan di dalam diri kita umat manusia. Oleh karena para malaikat ‎mengira bahwa berkat ibadah yang mereka lakukan dan itu artinya mereka lebih ‎unggul dari pada manusia, maka mula-mula Allah menguji mereka, dan berfirman, ‎‎"Jika dugaan kalian itu benar, maka sebutkanlah nama hakikat-hakikat itu, yang ‎telah Aku ajarkan kepada kalian". ‎

Akan tetapi para malaikat menyadari kekeliruan mereka, dan mereka baru ‎mengetahui bahwa ibadah dan tasbih saja, bukan ukuran pilihan Allah, dan khalifah ‎ilahi harus memiliki posisi dan kedudukan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dalam ‎menjawab pertanyaan Allah, para Malaikat berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Suci ‎dari segala perbuatan yang tanpa alasan dan tanpa kebijaksanaan. Kami yakin ‎bahwa dalam penciptaan dan khilafah keturunan manusia di bumi, terkandung ‎hikmah dan maslahat yang amat besar yang lebih tinggi dari pada kejahatan yang ‎ada pada sebagian manusia. Berdasarkan maslahat itulah maka Engkau ‎menciptakan Adam. Ya Allah, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, ‎maka kami tidak mengetahui apa-apa; dan pertanyaan kami timbul dari ‎ketidaktahuan kami akan persoalan ini, yaitu bahwa ternyata manusia memiliki ‎kelebihan dan memiliki potensi serta kekuatan sedemikian besar. Ya Allah ‎Engkaulah yang mengetahui segala sesuatu dan selalu berbuat sesuatu ‎berdasarkan hikmah kebijaksanaan.‎

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Guru pertama yang mengajar manusia ialah Allah yang memberi kekuatan ‎berpikir dan memahami hakikat kepada manusia. Kekuatan yang semua ‎pengetahuan manusia berkat potensi ilahi tersebut.
‎2. Manusia memiliki potensi dan kelayakan untuk menerima seluruh ilmu ‎pengetahuan dan membuka hakikat alam kehidupan, meskipun kini ‎manusia masih berada di awal perjalanan sementara hal-hal yang tidak diketahui ‎masih banyak.
‎3. Kelebihan manusia di atas segala makhluk, termasuk Malaikat terletak di dalam ‎ilmu pengetahuan dan kemampuannya berpikir, yang hal itu sendiri merupakan ‎ibadah terbesar.
‎4. Khalifah ilahi dan pemimpin Islam, lebih dari ibadah dan tasbih, memerlukan ilmu ‎dan pengetahuan. Oleh sebab itu, untuk membuktikan keinggian manusia, ‎Allah mengajukan ilmu pengetahuan manusia.
‎5. Pengajar sesungguhnya ialah Allah Swt. Sedangkan guru dan kitab adalah alat ‎belajar mengajar.‎

 

Ayat ke32-33

Artinya:

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari ‎apa yang telah Engkau ajarkankepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang ‎Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.‎

Allah berfirman: Hai Adam. Beritahukanlah kepada mereka dengan nama-nama ‎benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, ‎Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya ‎Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumi ‎dan mengetahui apa yagn kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?‎

Di dalam ujian tersebut Adam as sesuai dengan ajaran ilahi, berhasil mengetahui nama-nama dan rahasia kehidupan lalu diterangkannya kepada para Malaikat. Hal itu membuat mereka menyadari hakikat bahwa Allah Swt telah ‎memberi potensi dan kemampuan belajar kepada manusia, dimana hal itulah yang ‎tidak mereka miliki.

Setelah ujian ini, Allah berbicara kepada para malaikat dan mengatakan, "Kalian ‎mengira bahwa kalian lebih pantas dari siapa pun untuk memangku jabatan ‎sebagai khalifatullah. Akan tetapi kalian menyembunyikan hal tersebut dan tidak ‎menjelaskannya dengan tegas.‎

Akan tetapi ketahuilah bahwa sebagaimana Allah mengetahui segala yang kalian ‎lahirkan, Dia juga mengetahui hal-hal yang kalian sembunyikan di dalam hati ‎kalian. Demikian pula Allah mengetahui batin dan rahasia seluruh alam. Tak ‎ada suatu apa pun yang terlepas dari pengetahuan-Nya.‎

Penekanan ayat ini akan pengetahuan Allah berkenaan dengan lahir dan batin ‎manusia juga segala sesuatu, karena sesungguhnya ayat ini ingin ‎mengatakan bahwa kalian, para malaikat (dan siapa saja selain Allah) yang tidak ‎mengetahui rahasia-rahasia alam, dan hanya melihat lahir segala sesuatu, jangan ‎sekali-kali mencampuri perbuatan Allah yang mengetahui segala sesuatu dan ‎menciptakan semua ini berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan. Jika dalam ‎ciptaan Allah ini kalian melihat seakan terdapat kekurangan dan ketimpangan, ‎maka hal itu tak lain adalah karena ketidaktahuan kalian. Bukannya terdapat ‎kekurangan di dalam perbuatan Allah.‎

Dari dua ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Permintaan maaf yang dilakukan dengan segera, karena mengatakan sesuatu ‎tidak pada tempatnya, merupakan sopan santun malakuti. Saat para Malaikat ‎menyadari kekeliruan mereka, dengan segera meminta maaf ‎kepada Allah dengan mengucapkan,Subhaanak: Maha Suci Engkau ya Allah".‎
‎2. Janganlah kita merasa malu mengatakan tidak tahu, kalau memang kita tidak ‎tahu. Para Malaikat dengan tegas mengakui ketidaktahuan mereka dan ‎mengatakan,Laa ilma lanaa.‎
‎3. Permintaan maaf dan taubat, sumber keselamatan. Para Malaikat yang mengira ‎bahwa ibadah dan tasbih yang ia lakukan terus menerus itu, sebagai alasan ‎kelebihan mereka terhadap manusia, ketika kenyataan sebenarnya sudah jelas ‎bagi mereka, mereka langsung meminta maafdan diterima oleh Allah. Akan ‎tetapi, setan yang diciptakan dari api, dan menganggap hal itu sebagai ‎kelebihannya terhadap manusia yang diciptakan dari tanah, lalu ia bersikeras ‎dengan anggapan kelirunya itu, maka Allah mengusirnya dari surga dan ‎menjauhkannya dari rahmat-Nya yang Maha Luas.‎
‎4. Manusia memiliki keunggulan dari Malaikat dari sisi ilmu pengetahuan dan potensi mengembangkan pengetahuan.
‎5. Untuk membuktikan kelayakan dan kelebihan, perlu diadakan tes dan ujian. ‎Meskipun Allah mengetahui kelebihan Adam terhadap para Malaikat, namun untuk ‎membuktikan kepada selain-Nya, Allah mengadakan tes dan ujian.
‎6. Para Malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib dari dirinya ‎sendiri. Akan tetapi mereka mengetahui hal-hal yang gaib sekedar yang diizinkan ‎dan diberitahukan oleh Allah swt. Di dalam beberapa ayat sebelumnya Allah Swt ‎berfirman, "Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. Dan ayat ini ‎mengatakan, "Aku mengetahui kegaiban di langit dan di bumi."
‎7. Kesempatanharus diberikan demi perkembangan dan pengaktifan potensi. Dengan mengadakan sebuah ujian, Allah Swt telah memunculkan potensi yang dimiliki oleh Adam, sehingga manusia menyadari akan ‎kelayakan dirinya.Demikian pula selain manusia agar mengetahui adanya ‎kelebihan tersebut. ‎(IRIB Indonesia)

Ayat ke 29‎

Artinya:

Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian ia ‎berkehendak pula menciptakan langit, maka Dia menjadikannya tujuh lapis. ‎Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan bebagai fasilitas ‎kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan langit ‎beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia. Karena manusia adalah ‎makhluk termulia di antara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan ‎segala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit, ‎semua diciptakan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, dalam ayat ‎ini dikatakan, Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian.

Pada ayat 13 surat al-Jaatsiyah, dikatakan, "Dia menciptakan bagi ‎kalian segala yang ada di langit dan di bumi." ‎

Jadi bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala isinya, Allah ciptakan untuk ‎kepentingan manusia. Satu lagi diantara tanda-tanda tauhid atau keesaan ‎Allah ialah sistem yang amat rumit namun sangat teliti. Sistem ini mengatur langit ‎dan segala isinya, dimana para ilmuwan di zaman teknologi moderen dan ‎serba canggih ini mengakui kelemahan mereka menghadapi kehebatan alam ‎raya ini. Bola bumi yang merupakan sumber kehidupan dan macam-macam ‎nikmat bagi kita, tak lebih hanyalah sebuah benda langit yang sangat kecil ‎dibanding benda-benda langit yang lain.

Al-Quran pun menyebutnya dengan satu kata bentuk tunggal, yaitu al-Ardh. ‎Sedangkan tentang langit, di dalam banyak ayat, al-Quran menyebutnya ‎‎"Sab'a Samawat" berarti bahwa Allah membentangkan langit yang berlapis ‎tujuh. Ketujuh langit itu diciptakan berdasarkan pengelolaan dan pengaturan yang sangat cermat, yang ‎Dia ciptakan untuk kepentingan manusia. Tujuh langit, yang berdasarkan ‎ayat-ayat lain, langit yang dapat disaksikan oleh mata manusia ini disebut ‎sebagai Sama' udunya, artinya langit yang terendah. Sedangkan langit yang ‎enam lapis lainnya berada di luar jangkauan penglihatan dan pengetahuan ‎manusia.

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Manusia lebih mulia dibanding seluruh yang ada di bumi dan langit, bahkan ‎ia merupakan tujuan penciptaan semua itu. ‎
‎2. Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu, hendaklah kita ‎menempatkan diri kita hanya untuk Allah semata. ‎
‎3. Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia, karena ia diciptakan ‎untuk suatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia itu sendiri masih ‎belum mengetahui letak kepentingan tersebut. ‎
‎4. Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia diciptakan ‎untuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan. ‎
‎5. Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal bagi ‎manusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal maupun syariat yang ‎mengharamkannya. ‎

 

Ayat ke 30

Artinya:

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: "Aku akan ‎menciptakan seorang khalifah di bumi". Para Malaikat berkata: "Apakah ‎Engkau akan menciptakan orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya ‎dan mengalirkan darah, sementara kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu ‎serta mengagungkan-Mu. Allah berkata: "Aku mengetahui apa yang tidak ‎kalian ketahui.‎

Pada ayat-ayat sebelumnya Allah berbicara tentang nikmat-nikmat materi-‎Nya yang tak terhitung jumlahnya bagi para penghuni bumi. Sedangkan ayat ‎ini menjelaskan posisi dan kedudukan maknawi manusia, yang membuatnya ‎pantas menerima segala nikmat itu. Setelah menciptakan manusia, Allah Swt ‎menyodorkan permasalahan ini kepada para Malaikat dan berusaha memahamkan mereka bahwa Adam ‎memiliki kelayakan dan kepantasan sedemikian besar. Dengan alasan itu Allah ‎menetapkannya sebagai wakil-Nya di bumi, dan mencapai pangkat ‎khalifatullah.

Akan tetapi para Malaikat menyatakan kekhawatiran mereka dan mengatakan ‎bagaimana mungkin seseorang yang keturunannya bakal membuat ‎kerusakan dan pertumpahan darah diangkat sebagai khalifatullah di bumi?‎

Para Malaikat berpikir bahwa jika Allah ingin mengangkat wakil di bumi , maka ‎wakil tersebut haruslah jauh dari segala macam dosa dan kejahatan, serta ‎sepenuhnya menaati Allah. Dengan pengetahuan yang mereka miliki ‎tentang alam dan watak manusia membuat mereka merasa heran. Lalu muncul pertanyaan, apa ‎sebabnya Allah Swt memberikan kedudukan mulia itu kepada Adam. Padahal mereka, para Malaikat selalu berada dalam ibadah dan ketaatan ‎kepada-Nya.

Dalam menjawab pertanyaan para Malaikat, Allah Swt mengatakan bahwa kalian ‎hanya melihat titik kelemahan manusia. Sedangkan kalian tidak mengetahui ‎sisi positifnya yang sangat berharga. Akan tetapi Aku mengetahui ‎sesuatu yang kalian tidak mengetahuinya. Jika kalian menganggap bahwa ‎tasbih dan tahmid yang selalu kalian lakukan itu sebagai alasan kelebihan ‎kalian terhadap manusia dalam mencapai kedudukan sebagai khalifatullah, ‎maka ketahuilah bahwa diantara umat manusia terdapat banyak orang yang ‎lebih unggul dari pada kalian dan memiliki kelayakan untuk menduduki ‎pangkat mulia ini.

Tentu saja perlu ditegaskan bahwa bukan semua manusia merupakan ‎khalifatullah di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah Allah di ‎bumi adalah Allah telah menciptakan manusia "fi ahsanit taqwim" ‎dengan sebaik-baik penciptaan, dan telah meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuh ‎manusia. Oleh karenanya, hendaklah manusia memelihara sebaik-baiknya semua ‎potensi yang telah Allah berikan itu, sehingga mampu berperan sebagai ‎khalifah Allah di bumi.‎

Contoh dari orang-orang yang demikian itu, yang telah terpilih sebagai ‎khalifatullah di bumi, ialah para Nabi, para Imam, mukminin dan solihin serta ‎para syuhada. Ketika manusia tidak mampu memelihara potensi-potensi ilahi ‎itu dan merusaknya, jadilah mereka sama seperti hewan bahkan keadaan ‎mereka lebih buruk lagi, sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran, "Ulaa ‎ika kal an'am bal hum adhal" yang artinya, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan ‎lebih sesat lagi.

Jelas sekali bahwa ditunjuknya manusia sebagai wakil untuk ‎mengelola bumi, sama sekali tidak menunjukkan kelemahan Allah dalam ‎mengatur bumi. Tetapi menunjukkan kemuliaan dan keutamaan kedudukan ‎manusia yang memperoleh kelayakan untuk menduduki jabatan khalifatullah. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa sistem penciptaan dan pengaturan alam ini berjalan di atas ‎dasar kausalitas.‎

Artinya, meskipun Allah Swt mampu secara langsung mengatur dan ‎mengelola alam jagat raya ini, namun untuk menjalankan segala urusan Allah ‎menciptakan perantara-perantara dan sebab-sebab. Hal sama yang dibebankan kepada Malaikat. Allah Swt berfirman, "Dan demi para Malaikat ‎yang mengatur urusan alam." Maksud dari ayat ini, Allah Swt juga menyerahkan sebagian ‎urusan alam ini kepada para Malaikat. Meskipun pengatur yang sebenarnya ‎segala urusan alam ini ialah Allah sendiri sebagaimana yang Dia firmankan, ‎‎"Yudab birul Amr", Dia-lah yang mengatur segenap urusan. ‎

Dari ayat tadi terdapat delapan poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Posisi dan kedudukan manusia di alam ini sangat tinggi, sebagaimana yang ‎Allah paparkan masalah tersebut di hadapan para Malaikat-Nya.‎
‎2. Pengangkatan wakil dan pemimpin ilahi, ada di tangan Allah. ‎
‎3. Penjelasan topik-topik penting yang menimbulkan pertanyaan, dan ‎pemberian jawaban bagi soal-soal serta hal-hal yang belum jelas, adalah ‎perbuatan yang sangat berharga. Seperti yang Allah lakukan terkait dengan penciptaan manusia, sehingga hilanglah ketidakjelasan dan keraguan ‎para Malaikat.‎
‎4. Pemimpin dan khalifah Allah haruslah seorang yang adil bijaksana, bukan ‎orang yang fasik dan pembuat kerusakan. Oleh karena itu, para Malaikat ‎bertanya, bagaimana mungkin manusia yang suka menumpahkan darah ‎berperan sebagai wakil Allah di bumi?‎
‎5. Dalam membandingkan diri kita dengan orang lain, hendaknya kita tidak ‎melihat hanya segi-segi negatif dan titik-titik kelemahan orang lain, dan ‎melihat diri kita sendiri hanya dari segi-segi positif, lalu kita tergesa-gesa ‎mengambil kesimpulan.‎
‎6. Ukuran kemuliaan dan keutamaan bukan hanya ibadah. Akan tetapi ‎diperlukan hal-hal lain. Meskipun para Malaikat memiliki kelebihan dibanding ‎dengan manusia dalam hal ibadah kepada Allah, namun mereka tidak dipilih ‎oleh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.‎
‎7. Penyimpangan dan kesesatan sejumlah manusia, tidak menghalangi ‎perkembangan dan kesempurnaan manusia-manusia yang lain. Meskipun ‎Allah mengetahui bahwa sekelompok manusia akan memilih jalan kesesatan, ‎namun Allah tidak mencegah penciptaan dan pengangkatan manusia sebagai ‎khalifah-Nya.‎
‎8. Mengajukan pertanyaan dengan tujuan menambah pengetahuan dan ‎menyingkirkan ketidakjelasan, sama sekali tidak terlarang, bahkan merupakan ‎kebaikan. Pertanyaan para Malaikat bukan untuk memprotes perbuatan dan ‎rencana Allah, tetapi untuk menghapus ketidakjelasan yang ada pada ‎mereka.‎ (IRIB Indonesia)

Ayat ke 26

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan nyamuk ‎atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka ‎mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi yang ‎kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk ‎perumpamaan?‎‏ ‏Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan ‎Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberinya ‎petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang ‎fasik.

Orang-orang yang menentang Islam tidak mampu membuatkitab tandingan al-Quran. Mereka tidak memiliki kekuatan logika seperti logika al-Quran. ‎ُSeluruh perumpamaan al-Quran bagi mereka dipandang sangat rendah dan ‎berkata, Ya Allah perumpamaan yang kau bikin seperti perbuatan manusia ‎bukan perbuatan Tuhan. Sebagai Tuhan sungguh sangat jelek membikin ‎perumpamaan seperti laba-laba atau lalat. Perumpamaan seperti ini sungguh ‎tidak sesuai dengan kedudukan sebagai Tuhan. Para penentang Islam yang ‎pada dasarnya tidak mengakui keberadaan Tuhan, ucapan tersebut tidak ‎memiliki tujuan selain berupaya meragukan dan menggoncang umat Islam ‎akan kebenaran al-Quran dan Nabi serta Iman mereka.

Pada dasarnya tidak semua perumpamaan al-Quran demikian, sebab pada ‎ayat sebelumnya Allah telah mengibaratkan orang-orang munafik dengan ‎seorang musafir dalam sebuah jalan yang penuh dengan berbagai bahaya, ‎baik bumi maupun langit. Sementara untuk melanjutkan perjalanannya ia tidak ‎memiliki penerang sama sekali.‎

 

Ayat ke27

Artinya:

Yaitu orang-orang yang melanggar janji Allah setelah ia ditetapkan, dan ‎memutus apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyambungnya, dan ‎membuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang merugi.‎

Setelah ayat sebelumnya berbicara tentang kesesatan orang-orang fasik, ‎maka ayat ini menjelaskan tiga ciri-ciri mereka itu.‎‎

Pertama, mereka adalah orang-orang yang suka menginjak-injak perjanjian ‎dengan Allah dan hanya mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsu mereka. ‎Yang dimaksud dengan perjanjian Allah di dalam ayat ini ialah suatu bentuk ‎perjanjian takwini (penciptaan) bukan tasyri'i (pensyariatan). Yaitu, Allah Swt ‎telah menciptakan fitrah di dalam diri setiap manusia, dimana melalui hidayah ‎fitrah tersebut, manusia dapat mengenali kebaikan dan keburukan, kebenaran ‎dan kebatilan. Dengan fitrah itu pula setiap orang memiliki kesiapan untuk ‎menerima seruan para Rasul yang diutus oleh Allah kepada mereka. ‎

Kedua, Ketika Allah Swt memerintahkan agar mereka menjalin hubungan ‎yang baik, termasuk hubungan keagamaan dengan para pemimpin ilahi, juga ‎hubungan sosial dengan orang-orang mukmin, serta hubungan kekeluargaan ‎dengan kaum kerabat dan sanak keluarga; orang-orang fasik justru memutus ‎dan merusak hubungan-hubungan tersebut. ‎

Ketiga, mereka menyebarkan kerusakan dan kekejian di muka bumi ini ‎dengan kefasikan dan perbuatan-perbuatan dosa mereka. Mungkin mereka ‎mengira bahwa perbuatan dosa adalah perkara pribadi dan dampak-‎dampaknya berkaitan dengan dirinya sendiri. Padahal segala bentuk ‎pengaruh sosial dari perbuatan dosa tidak lebih kecil dari pada pengaruh-‎pengaruh pribadi karena perbuatan-perbuatan dosa tersebut secara perlahan ‎dan bertahap akan menyeret masyarakat kepada kerusakan.‎

Jelas sekali bahwa seseorang yang tidak mempedulikan perjanjian-perjanjian ‎ilahi dan hubungan-hubungan sosial akan berbuat sekehendak hatinya. Oorang ini pasti akan menimpakan kerugian bagi dirinya sendiri. Dengan ‎melepaskan seluruh modal materi dan maknawinya, maka tak ada hal lain ‎yang ia dapatkan kecuali kesengsaraan, kerugian dan kebinasaan.

Dari dua ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Pelanggaran perjanjian tidak sejalan dengan ketaatan beragama. Seorang ‎mukmin tidak akan pernah melanggar perjanjiannya walaupun dengan orang-‎orang kafir. Lalu bagaimana ia menginjak-injak perjanjian dengan Allah.‎
‎2. Menentang seruan fitrah, membuka jalan bagi perbuatan dosa dan pada ‎akhirnya menciptakan kerusakan di muka bumi. ‎
‎3. Kerugian yang sesungguhnya ialah musnahnya modal usia dan pikiran, ‎akibat pelanggaran-pelanggaran terhadap panggilan fitrah dan syariat. ‎
‎4. Sesuai dengan ayat 124 Surah al-Baqarah disebutkan, ".... maka ‎kepemimpinan ilahi merupakan janji Allah dan menurut ayat ini pula, ‎pelanggaran terhadap janji Allah tersebut merupakan ciri-ciri munafik."
‎5. Islam menganjurkan manusia menjalin hubungan dengan sesama, bukan ‎pemutusan hubungan. Oleh sebab itu, silaturrahmi dan saling kunjung antar ‎keluarga dan kerabat, terutama kedua orang tua, selalu mendapat perhatian ‎dan penekanan di dalam Islam. ‎
‎6. Islam menentang sikap atau perbuatan mengucilkan diri dan menjauh dari ‎masyarakat. Islam selalu menganjurkan kepada para pengikutnya untuk aktif ‎hadir di tengah-tengah masyarakat, melaksanakan shalat berjamaah ‎termasuk shalat Jumat, menjenguk orang sakit, menyantuni orang fakir dan ‎miskin, serta memperhatikan keadaan para tetangga. Di dalam berbagai ‎riwayat Islam, banyak terdapat anjuran-anjuran untuk silaturrahmi. Berikut ini ‎disebutkan sebagiannya secara singkat.

‎"Kunjungilah sanak keluarga kalian, karena hal itu akan menjauhkan kefakiran dari kalian, memperluas rezeki dan memberkahi usia kalian."

‎"Peliharalah silaturrahmi meskipun dengan orang-orang yang tidak peduli terhadap kalian atau dengan orang-orang yang meskipun orang tersebut ‎bukan orang yang baik."

‎"Peliharalah silaturrahmi meskipun kalian terpaksa berjalan selama setahun ‎atau kalian hanya mempunyai peluang sekedar memberi salam atau waktu yang sedikit sekedar meneguk air."

‎"Silaturrahmi meringankan kematian dan perhitungan di hari kiamat dan menyebabkan seseorang memperoleh kedudukan istimewa di surga." ‎‎ ‎ ‎

 

Ayat ke28

Artinya:

Bagaimana mungkin kalian mengingkari wujud Allah sedangkan sebelum ini ‎kalian mati lalu Dia menghidupkan kalian kemudian kembali Dia akan ‎mematikan kalian, lalu kalian akan dikembalikan kepada-Nya.‎

Sebaik-baik cara mengenal Allah ialah berpikir dan memperhatikan ‎penciptaan manusia dan alam semesta. Merenungi dua fenomena, kehidupan ‎dan kematian membuat manusia menyadari akan hakikat ini yaitu, jika ‎kehidupan ini datang dari diriku sendiri, tentu aku akan hidup selamanya. ‎Padahal sebelum ini aku tiada, lalu ada, kemudian kehidupan ini akan ‎terenggut dariku. Sebelum ini sama seperti batu, kayu dan benda-benda mati ‎lain, kita adalah makhluk-makhluk tak bernyawa. Angin kehidupan yang Allah ‎tiupkan, memberi jiwa dan ruh kepada kita dan kita pun diberi kemampuan ‎memahami dan berpikir tentang segala sesuatu. Oleh karena itu nikmat ilahi ‎yang terbesar ialah kehidupan yang Dia berikan kepada kita ini. ‎‎

Dengan itulah maka manusia dapat mencapai berbagai kemajuan ilmu ‎pengetahuan, akan tetapi tetap saja manusia tak mampu menangkap rahasia-‎rahasia alam ciptaan Allah yang amat luas dan hebat ini. Bukan ‎hanya kelahiran dan kehidupan berada di tangan Allah, tapi kematian kita pun ‎berada di tangan-Nya. Kita tidak datang ke dunia ini dengan kehendak kita ‎sendiri sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan kehendak kita ‎sendiri pula. Dia-lah yang menghidupkan dan Dia-lah yang mematikan. ‎Diantara yang demikian itu, hanya amal perbuatan kitalah yang berada di ‎bawah kehendak kita.‎

Dengan demikian,bagaimana mungkin kita mengingkari wujud Allah yang ‎awal dan akhir hidup kita berada di tangan-Nya? Bagaimana mungkin pula ‎kita mengingkari kehidupan kembali setelah mati, dan mengatakan bahwa ‎yang demikian itu tak mungkin terjadi karena manusia sudah musnah di telan ‎bumi? Karena sesungguhnya pemberian kehidupan yang kedua kalinya, kalau ‎kita pikir tentulah mudah bagi Allah dibanding pemberian kehidupan yang ‎pertama, atau minimal sama saja. Bagaimana mungkin, Allah yang telah ‎memberi kehidupan kepada kita yang berada di dalam ketiadaan sebelumnya ‎tidak mampu memberikan kehidupan untuk yang kedua kalinya?

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Di antara cara-cara pemberian bimbingan dan petunjuk al-Quran ialah ‎pengajuan pertanyaan kepada akal dan fitrah manusia sehingga dengan ‎berpikir dan merenung, manusia akan memahami hakikat dan ‎menerimanya bukan hanya karena taklid buta.‎
‎2. Fenomena kehidupan merupakan bukti keberadaan Allah dan fenomena ‎kematian merupakan bukti adanya hari kebangkitan.‎
‎3. Pengenalan diri merupakan pengantar bagi pengenalan Allah. Jika ‎seseorang mengenali hakikat dirinya, maka ia pun akan mengetahui ‎keberadaan Allah. Karena dengan demikian ia akan memahami bahwa dirinya ‎tidak memiliki apa-apa, dan segala sesuatu ini datangnya dari Dia yang Maha ‎Kuasa.‎
‎4. Akhir perjalanan kesempurnaan manusia ialah pertemuan dengan Allah ‎dan kembali kepada sumber kehidupan serta pusat segala nikmat.‎
‎5. Kematian bukanlah akhir kehidupan, bahkan ia adalah awal kehidupan ‎yang sesungguhnya, dan gerak menuju ke arah Allah.‎
‎6. Orang-orang kafir yang tidak memiliki bukti untuk menolak adanya hari ‎kebangkitan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan ‎kehidupan setelah kematian dengan tujuan menciptakan keragu-raguan. Akan ‎tetapi, dengan mengajukan pertanyaan yaitu,dari manakah awal kehidupan ‎kalian? Al-Quran mematahkan segala argumentasi mereka itu. ‎(IRIB Indonesia)

Ayat ke 23

Artinya:‎
Dan jika kalian merasa ragu pada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami ‎maka buatlah sebuah surah yang menyerupainya, dan ajaklah saksi-saksi kalian ‎selain Allah, jika kalian benar.‎

Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, maka setiap Nabi harus menunjukkan ‎mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh oran lain. Mukjizat Rasul Allah Saw ‎adalah al-Quran. Karena manusia tidak mampu menciptakan sebuah kitab yang ‎menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun kehebatan isinya. ‎Berkali-kali Allah Swt mengajak para penentang Islam dan menantang mereka ‎dengan mengatakan bahwa jika kalian tidak mau menerima bahwa Kitab ini datang ‎dari sisi Allah Swt dan menganggapnya sebagai ciptaan manusia, maka buatlah ‎sebuah kitab yang menyerupainya.Bilakalian berhasil mendatangkan kitab ‎yang seperti itu,maka agama Islam akan musnah dengan sendirinya. ‎‎

Yang menarik dari masalah ini, al-Quran berkali-kali memberikan keringanan ‎kepada pihak musuh. Sekali al-Quran mengatakan, buatlah kitab yang ‎menyerupainya. Di tempat lain ia mengatakan, buatlah sepuluh surat yang ‎menyerupainya. Sedangkan di dalam ayat ini al-Quran mengatakan, minimal buatlah ‎sebuah surat yang menyerupainya salah satu diantara surat-surat al-Quran. Dari sisi ‎lain, al-Quran juga mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan ini dan ‎mengatakan, ajaklah pembantu-pembantu kalian dari segala penjuru dunia, dan ‎saling tolonglah kalian untuk melakukan itu, tetapi ketahuilah bahwa kalian tak akan ‎pernah mampu melakukannya. Meskipun semua Nabi memiliki mukjizat, namun ‎mukjizat Rasul Allah Saw yaitu al-Quran memiliki berbagai keistimewaan. ‎

Dalam kesempatan ini kami akan menguraikan secara singkat empat hal dari ‎keistimewaan al-Quran ini.

Pertama, Kekuatan al-Quran. Mukjizat para nabi lain tidak memiliki lidah untuk ‎menyatakan dirinya. Sehingga para nabi tersebut harus menyertai mukjizat mereka ‎dan menyatakan bahwa yang mereka perbuat itu adalah mukjizat. Sedangkan al-‎Quran tidak memerlukan seseorang untuk memperkenalkannya sebagai mukjizat. ‎Karena ia sendiri menyeru para penentangnya untuk bertanding sekaligus ‎mengalahkan mereka. Al-Quran selain merupakan undang-undang juga dokumen ‎undang-undang.

Kedua, Kekekalan al-Quran. Mukjizat-mukjizat selain al-Quran terjadi dan berlaku ‎pada zaman tertentu dan hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau ‎mendengarnya. Sedangkan al-Quran tidak terbatas hanya untuk masa Rasul Allah Ssaw. Ia berlaku sepanjang sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya ‎tidak menggoyahkan al-Quran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan ‎yang‏ ‏terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti kebenarannya.

Ketiga, Universalitas al-Quran. Sebagaimana al-Quran tidak terbatas pada zaman ‎tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran tidak ‎terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. ‎Sasaran al-Quran bukan hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh ‎bangsa dari setiap kaum dan etnis di dunia ini diseru oleh al-Quran. Oleh karena itu, aAl-Quran sama sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal ‎Arab, umpamanya. Yang ada di dalam al-Quran justru seruan-seruan umum kepada ‎seluruh manusia, seperti Yaa ayyuhan naas, dan sebagainya.

Keempat, Non Materi. Biasanya nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi ‎dan jasmani yang membuat kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan al-‎Quran adalah ucapan dan kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabetbiasa. ‎Tetapi ia mampu merasuk ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua ‎orang terpaksa mengagungkannya dan menguasai hati manusia.

Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Keistimewaan terpenting yang membuat para Nabi memperoleh kelayakan ‎untuk menerima wahyu ialah mereka menghambakan diri hanya kepada Allah ‎dan berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, di dalam ‎banyak ayat al-Quran menyebut para Nabi sebagai "ibaadinaa" yang artinya: ‎hamba-hamba Kami. Di dalam ayat ini al-Quran mengatakan "Nazzalnaa alaa ‎abdinaa" artinya: Kami telah menurunkan (al-Quran) kepada hamba Kami.‎
‎2. Al-Quran adalah kitab pemberi argumentasi dan tidak membiarkan keraguan dan ‎was-was. Oleh karena itu,al-Quran mengatakan: Jika kalian merasa ragu, maka ‎datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya.‎
‎3. Al-Quran adalah mukjizat ilahi yang bersifat kekal abadi yang terus menantang ‎setiap manusia di setiap zaman dan masa. ‎
‎4. Islam adalah agama yang kekal dan universal. Oleh karena itu, mukjizatnya, yaitu ‎al-Quran, juga bersifat kekal dan tidak terbatas pada masa dan generasi tertentu.‎
‎5. Kita tak boleh membiarkan segala bentuk keraguan dan kebimbangan ada di ‎dalam hati kita sehubungan dengan dasar-dasar agama. Jika muncul keraguan di ‎dalam hati kita, maka kita harus segera berusaha menghapusnya, sehingga tidak ‎akan mengguncang sendi-sendi agama kita.‎
‎6. Sebaik-baik hakim adalah hati dan akal kita sendiri. Ayat ini mengatakan,jika para ‎pembantu kalian memberikan kesaksian bahwa sesuatu yang kalian lakukan ‎‎(ciptakan) itu sama dengan al-Quran, maka kami akan menerima. Artinya,kami akan ‎menempatkan kalian sebagai juri penilai.‎
‎7. Kebenaran al-Quran sedemikian meyakinkan sehingga para penentang tidak ‎mampu mendatangkan sebuah surat yang menyamai al-Quran.‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎

 

Ayat ke 24‎

Artinya:

Jika kalian tidak melakukannya dan kalian tidak akan mampu melakukannya, maka ‎berhati-hatilah kalian akan neraka yang berbahan bakar manusia dan batu, yang ‎disediakan bagi orang-orang yang kafir.‎

Setelah ayat sebelumnya menantang orang-orang kafir agar mendatangkan sebuah ‎surat yang menyamainya, ayat ini menegaskan bahwa kalian, orang-orang kafir, tak ‎akan mampu melakukannya. Kalian yang hidup pada zaman Rasul Allah Saw dan ‎mengenali dengan baik bahasa dan kalimat-kalimat al-Quran tak akan mampu, tidak ‎juga siapa pun manusia-manusia di masa mendatang, akan mampu melakukannya. ‎Karena Kalamullah, sama dengan Allah itu sendiri tak mungkin dibandingkan ‎dengan manusia dan ucapan manusia. ‎‎

Kemudian al-Quran mengancam musuh-musuh dengan api jahanam dan ‎menyebutkan, bahan bakar jahanam adalah tubuh para pembuat dosa dan ‎pengingkar. Yang dimaksud dengan batu-batu di dalam ayat ini ialah semacam batu ‎bara yang menyalakan api neraka, atau batu-batu yang dipakai untuk membuat ‎patung-patung batu yang disembah oleh musuh-musuh nabi Muhammad Saw.Sebagai ‎bukti kesesatan mereka, Allah akan menghadirkan patung-patung tersebut sebagai ‎bukti bagi kesesatan mereka, sehingga para penyembah berhala itu tak mampu ‎mengingkari kesesatan diri mereka. Sebagaimana di dalam ayat 98 surat al-Anbiya, al-Quran berkata,"Innakum wa maa ta'buduuna min duunillaahi hashobu ‎jahannam", artinya, "Kalian dan sembahan kalian akan menjadi bahan bakar ‎neraka".

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Berbicaralah dengan tegas kepada musuh-musuh agama kita berkenaan ‎dengan kebenaran agama Islam. Akan tetapi kita sendiri hendaklah memiliki ‎iman yang benar dan kokoh. Ayat ini berbicara kepada para penentang ‎dengan mengatakan,"lam taf'aluu wa lan taf'aluu; artinya, kalian tak mampu ‎melakukan dan tak akan pernah mampu melakukannya. ‎
‎2. Oleh karena kufur maka manusia sampai ke suatu tempat yang setingkat dengan ‎batu-batu dengan benda-benda mati lain.‎
‎3. Hati yang sudah keras membatu dan tak mungkin ditembus oleh ajaran-ajaran ‎kebenaran, di akhirat kelak akan dikumpulkan dengan bebatuan pula.‎
‎4. Kemukjizatan al-Quran tidak terbatas hanya pada masa nabi Muhammad Sawsaja. Ia adalah ‎mukjizat di segala zaman. Oleh sebab itu al-Quran mengatakan, "Lan taf'alu", yang ‎artinya: "kalian tak akan pernah mampu menciptakan sesuatu yang sama dengan al-‎Quran".‎
‎5. Api neraka sedemikian keras dan hebat membakar sehingga bebatuan bagaikan ‎kayu kering menyala mengobarkan api. ‎‎

 

Ayat ke 25‎

Artinya:

Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, ‎bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai di dalamnya. ‎Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan: Inilah ‎yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang ‎serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di ‎dalamnya.‎

Jika ayat sebelumnya menceritakan orang-orang kafir yang diancam siksaan api ‎neraka, maka dalam ayat ini menjelaskan nasib orang-orang yang beriman sehingga ‎dengan memperbandingkan nasib dua kelompok tersebut hakikatnya akan lebih ‎jelas. Pada dasarnya iman tanpa dibarengi dengan amal saleh tidak akan berguna. ‎Iman maupun amal apabila berdiri sendiri tidak akan menjamin kebahagiaan ‎manusia. Iman ibarat akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang ‎manis adalah bukti dan kesuburan pohon, dan pohon yang kuat menyebabkan ‎terawatnya buah yang baik.

‎‎

Orang-orang yang tidak beriman kadang-kadang melakukan amal baik, akan tetapi ‎karena iman tidak tertanam dan tidak berakar pada jiwanya maka amal baik tersebut ‎tidak akan pernah abadi. Tempat orang-orang beriman di hari kiamat adalah surga ‎yang kebun-kebunnya selalu hijau penuh dengan buah dan air yang mengalir di ‎bawah pohon-pohonnya. Meskipun buah-buahan surga bentuknya mirip dengan ‎buah-buahan dunia sehingga penduduk surga merasa tidak menyukainya, namun ‎dari rasa dan baunya sungguh jauh berbeda. ‎

Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan tentang nikmat-nikmat ‎surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan istri, namun di balik itu banyak ‎ayat lain juga mengisaratkan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk maknawi. ‎Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah menyebutkan nikmat-nikmat surga ‎secara materi, juga mengatakan,"... Dan kerelaan Allah jauh lebih besar".Artinya, ‎kerelaan Allah jauh lebih besar dari lainnya. ‎

Dalam surah al-Bayyinah ayat 8 juga dikatakan,"... Allah rela kepada mereka dan ‎mereka juga rela kepada-Nya." Nampaknya hal-hal yang berkaitan dengan nikmat ‎surga yang dijelaskan dalam al-Quran, seperti tempat tinggal penduduk surga, pada ‎dasarnya hal itu bukan sebagai balasan sempurna bagi mereka. Akan tetapi ‎keberadaan mereka di tengah-tengah para nabi dan wali-wali Allah, orang-orang ‎suci dan orang-orang saleh adalah bagian dari keuntungan maknawi dan kelezatan ‎bagi penduduk surga.

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Untuk menciptakan pendidikan yang benar, di samping ancaman juga ‎harus diiringi dorongan. Selain berisi ancaman neraka bagi orang-orang kafir, ‎ayat ini juga berisi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. ‎
‎2. Bukti adanya iman berada pada amal saleh. Oleh karena itu al-Quran selalu ‎menggandengkan dua hal tersebut dan berkata, "Orang-orang yang beriman dan ‎melakukan amal saleh".‎
‎3. Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas ‎hanya untuk Allah. Oleh karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada ‎Allah. ‎
‎4. Penderitaan yang dirasakan orang-orang beriman di dunia dalam menjaga halal ‎haram, di akhirat kelak mendapat balasan surga.‎
‎5. Semua nikmat dunia bisa hilang dan berakhir, oleh karena itu mereka gelisah dan ‎sedih akan kehilangan hal tersebut. Adapun nikmat akhirat bersifat abadi dan ‎selamanya oleh karena itu mereka tidak akan pernah sedih. Dalam sebuah ayat ‎dikatakan, "Mereka tinggal di surga selama-lamanya". Penduduk surga selalu dalam ‎keabadian. ‎
‎6. Istri yang ideal adalah istri yang bersih dari berbagai segi, baik dari segi ruh dan ‎hati, juga dari segi tubuh dan badan. Oleh karena itu, berkaitan dengan istri bagi ‎penduduk surga, ayat ini berkata, "istri-istri yang suci".‎ (IRIB Indonesia)

Selasa, 21 Agustus 2012 06:39

Ketegangan di Yaman dan Peran Asing

Yaman selatan, khususnya kota Aden dalam beberapa hari ini kian dilanda kerusuhan. Serangan milisi bersenjata ke gedung dinas keamanan serta komplek televisi kota Aden menjadi tanda bahaya bagi Yaman. Khususnya ketika shalat Idul Fitri di sebuah masjid di Yaman selatan yang menewaskan tujuh orang dan menciderai 11 lainnya.

Peristiwa pahit ini mengindikasikan kemungkinan munculnya ketegangan baru yang akan memperburuk kondisi Yaman. Saat ini pasukan keamanan Yaman disiagakan penuh untuk menanggulangi kerusuhan di Yaman selatan. Kota Aden, ad-Dali' dan Abyan menjadi pusat kerusuhan dan instabilitas di negara ini dalam beberapa hari lalu.

 

Serangan ke Abyan

Seorang pembom bunuh diri Al Qaida menewaskan seorang kepala suku terkemuka pro-pemerintah dan melukai enam orang lain dalam pertemuan para anggota suku di Provinsi Abyan, Yaman selatan, Minggu (10/8) pagi. Pembom bunuh diri meledakkan bahan peledaknya di antara puluhan orang suku pro-pemerintah di kota Mudiyah, Provinsi Abyan, menewaskan dirinya bersama dengan pemimpin suku terkemuka dan melukai enam orang lain di lokasi kejadian.

Orang-orang suku bergabung dengan pertempuran bersama pasukan tentara dalam serangan terhadap Al Qaida awal tahun ini. menurut keterangan warga setempat, "Seorang pembom mobil bunuh diri pertama mendekati pertemuan pejuang suku pro-tentara dan kemudian meledakkan dirinya di antara mereka."

Bagian dari satu bangunan perumahan di dekatnya yang adalah milik pemimpin suku yang meninggal, yang memimpin kelompok milisi anti-Al Qaida, rusak setelah ledakan besar. Seorang petugas medis di rumah sakit setempat mengonfirmasikan bahwa fasilitasnya telah menerima mayat seorang pemimpin suku dan enam orang terluka.

Saksi mata mengatakan tentara mengepung daerah itu, mencegah orang mendekati tempat kejadian pengeboman. Pasukan pemerintah Yaman menyatakan kemenangan atas cabang Al Qaida setelah serangan selama sebulan yang berhasil mengusir ratusan gerilyawan dari wilayah yang telah mereka kendalikan untuk sekitar satu tahun.

Pada 20 Juni, para pejabat militer Yaman mengumumkan telah merebut benteng terakhir Al Qaida di bagian selatan negara itu yang bermasalah menyusul serangan militer yang didukung oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Namun, para ahli militer dan anti-terorisme lokal mengatakan Al Qaida yang bermarkas di Yaman masih merupakan ancaman besar bagi negara Arab miskin itu, meskipun mereka telah diusir dari benteng utamanya di selatan oleh serangan yang didukung militer.

Serangkaian pembunuhan dan pemboman bunuh diri telah menyerang wilayah Yaman selatan selama dua bulan terakhir, menunjukkan bahwa Al Qaida mempertahankan kapasitasnya untuk menyerang.

 

Indikasi Campur Tangan Asing di Yaman

Mayoritas pengamat menilai, pergerakan terbaru al-Qaida di Yaman selatan tak mungkin dilakukan tanpa dukungan baik dari dalam maupun asing. Khususnya saat berlangsungnya Kebangkitan Rakyat, Ali Abdullah Saleh, diktator terguling Yaman telah mempersiapkan aktivitas terbaru bagi al-Qaeda dengan membebaskan sejumlah besar anggota milisi ini dari penjara pemerintah.

Mengingat masalah ini maka tak menutup kemungkinan jika al-Qaeda berulah di Yaman selatan dengan provokasi anasir rezim terguling khususnya Saleh dan keluarganya. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah iklim internal Yaman guna mempersiapkan kembalinya rezim terguling ke puncak pemerintahan Sanaa.

Hal lain yang menguatkan asumsi ini adalah ambisi besar Amerika Serikat terkait masalah ini. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan jika AS juga menjadi dalang dari instabilitas di Yaman selatan, karena al-Qaeda tak lain adalah anak asuh Washington.

Kini juga beredar isu pemisahan Yaman. Jika hal ini benar maka tak dapat dipungkiri bahwa berlanjutnya aksi kekerasan di Yaman selatan merupakan ancaman bagi persatuan negara ini. Oleh karena itu, mayoritas kelompok revolusi Yaman selain menyeru warga menjaga persatuan, juga menekankan sikap tegas dalam menghadapi anasir perusak. (IRIB Indonesia/MF)

Selasa, 21 Agustus 2012 06:38

Bola Panas hubungan Turki-Israel

Di tengah gencarnya propaganda anti Israel yang digulirkan para pemimpin partai Keadilan dan Pembangunan Turki (PKK), media massa Zionis melaporkan lawatan diam-diam sebuah delegasi Israel ke Ankara. Koran Yediot Aharonot Ahad (19/8) melaporkan bahwa delegasi Israel itu dipimpin oleh Yizhak Cohen, deputi Menteri keuangan rezim Zionis guna mengkaji pemulihan hubungan bilateral Tel Aviv-Ankara. Dalam lawatan pekan lalu tersebut delegasi Tel Aviv bertemu dan berdialog dengan sejumlah pemuka partai Keadilan dan Pembangunan.

Yediot Aharonot mengungkapkan bahwa pemerintahan Ankara mendesak pemulihan hubungan bilateral Israel-Turki, dan segera mengakhiri friksi kedua sekutu itu. Dilaporkan pula lawatan delegasi Israel itu berlangsung atas persetujuan kantor perdana menteri rezim Zionis.

Delegasi Israel juga bertemu dengan berbagai pemimpin partai politik Turki. Yediot Aharonot memberitakan bahwa rezim Zionis dalam lawatan itu menegaskan sikapnya yang tidak akan meminta maaf kepada Ankara terkait penyerangan terhadap kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara pada Mei 2010 lalu. Tapi delegasi Tel Aviv itu menyatakan siap menyampaikan belasungkawa dan bersedia membayar ganti rugi kepada pihak keluarga korban serangan anti kemanusiaan itu.

Kantor Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu baru-baru ini mengeluarkan statemen yang mendesak pemulihan hubungan bilateral dengan Turki sebagai sekutunya. Hubungan Tel Aviv-Ankara renggang pasca serangan militer Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan Gaza, Freedom Flotilla. Erdogan menegaskan bahwa pemulihan hubungan bilateral itu hanya bisa dilakukan jika Israel secara resmi meminta maaf dan membayar ganti rugi kepada pihak keluarga korban insiden anti kemanusiaan itu.

Sebelumnya, Tel Aviv menegaskan tidak akan meminta maaf dan tidak bersedia membayar ganti rugi kepada Turki. Ketegangan adu mulut antara para pemimpin Israel dan Turki dimulai pada Forum Ekonomi Dunia Davos, Swiss tahun 2008. Meski demikian ternyata hubungan militer antara Ankara dan Tel Aviv masih terjalin mesra yang menunjukkan bahwa perang retorika keduanya yang mencuat ke permukaan hanya kebohongan belaka. Tampaknya retorika anti-Israel itu disemburkan Ankara untuk menipu publik internasional terutama dunia Islam, juga publik dalam negeri Turki yang selama ini menentang keras pemulihan hubungan dengan Israel.

Konstelasi terbaru Timur Tengah semakin menegaskan fakta tersebut. Ankara menjadi mitra Israel dan AS dalam menggulingkan pemerintahan Assad yang selama ini konsisten mendukung muqawama Palestina.

Tampaknya, AS dan Israel mengalami kebuntuan menghadapi gerakan kebangkitan Islam bangsa-bangsa kawasan Timur Tengah. Washington dan Tel Aviv memanfaatkan Ankara sebagai sekutu dalam menumbangkan rezim Assad.

Turki sendiri menyambut tawaran itu dengan imbalan finansial dan peningkatan posisi politik di tingkat regional dan internasional meski harus mengobarkan api perang dengan Suriah sebagai tetangganya sendiri.

Para analisis menilai permainan baru yang disulut AS dan Israel di Suriah kali ini akan berujung kekalahan Washington dan Tel Aviv. Tampaknya, Turki tidak belajar dari kegagalan AS di Irak dan Afghanistan. Semakin besar intervensi Ankara dalam urusan internal Suriah, maka negara itu kian terseret di pusaran krisis yang akan menikam dirinya sendiri. Mengapa Turki tidak belajar dari Kuwait yang membantu Saddam ketika menyerang Iran, tapi kemudian menjadi sasaran serangan boneka AS itu.(IRIB Indonesia/PH/MF)

Selasa, 21 Agustus 2012 06:36

Hari Raya Idul Fitri dan Spiritualitas

Hari Raya Idul Fitri telah tiba sebagai hadiah dari Allah Swt atas ibadah dan penghambaan selama sebulan penuh. Manusia kembali kepada fitrahnya dan menikmati kemenangan besar yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Idul Fitri adalah hari raya kesucian dan kebersihan jiwa manusia. Pada hari ini, Allah Swt memberikan kabar gembira tentang penerimaan ibadah, taubat, dan doa sebagai pelita meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Perayaan hari kemenangan ini merupakan sangat penting khusus bagi orang beriman, setelah menjalankan ibadah satu bulan lamanya pada bulan suci Ramadhan. Untuk menjadi suci, seluruh egosentrisme dan kesombongan manusia diredam demi menjaga hubungan baik dengan seluruh umat manusia, lingkungan, alam, dan segala sesuatu di luar diri dan pribadinya.

Seiring datangnya bulan Syawal, umat Islam kembali ke fitrah dan menyambut seruan Allah Swt dengan mengangungkan dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh-Nya. Puji dan syukur hanya untuk-Nya dan Dialah yang telah membimbing umat manusia menuju kecucian dan kebaikan.

Idul Fitri adalah hari kegembiraan umat Islam dan detik-detik limpahan rahmat Ilahi atas jiwa dan raga manusia. Pada hari ini, satu bulan penuh ujian besar Ilahi telah berakhir dan beruntunglah bagi mereka yang mampu menahan hawa nafsu dalam segala urusan duniawi.

Malam Idul Fitri merupakan sebuah kesempatan untuk menghapus dosa karena malam itu sarat dengan keutamaan. Dan sungguh bahagia bagi mereka yang memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbanyak amal kebaikannya dan mengikat janji untuk memelihara apa yang telah didapatkannya selama bulan puasa.

Pada pagi harinya, umat Islam berbondong-bondong pergi menunaikah shalat seraya melantunkan zikir, takbir, dan tahmid. Hari Raya Idul Fitri adalah hari mengingat Allah, memuji dan mensyukuri karunia-Nya. Shalat Idul Fitri merupakan acara utama pada hari itu. Dengan kata lain, hari raya Idul Fitri adalah hari paling indah dan paling agung.

Keagungan takbir yang berkumandang ketika memasuki tempat shalat mengubah hati dan mewujudkan atmosfir spiritual dalam diri manusia. Orang-orang mukmin berdiri dalam barisan yang teratur rapi untuk menghadap Allah Swt.

Imam Ali as menyamakan Idul Fitri dengan hari kiamat dan berkata, "Wahai masyarakat! Hari kalian ini adalah sebuah hari dimana orang-orang baik akan mendapat balasan dan orang-orang jahat akan berputus asa di dalamnya. Dunia adalah arena kompetisi dan akhirat adalah waktu untuk menuai pahala, sementara surga adalah hadiah perlombaan itu dan neraka adalah tempat bagi mereka yang kalah. Idul Fitri adalah hari yang paling mirip dengan hari kiamat. Pada hari kiamat, orang-orang yang merugi akan menyesal dan murka, sementara orang-orang yang beruntung akan memperoleh kemenangan dan tenggelam dalam nikmat Ilahi."

Idul Fitri adalah hari kepulangan seseorang kepada fitrah yang suci dan hari terwujudnya kembali persatuan umat Islam. Selamat menyambut hari kemenangan, mohon maaf lahir dan batin.