کمالوندی

کمالوندی

Sabtu, 18 Agustus 2012 05:45

Rahbar dan Hari Quds Sedunia

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut al-Quds sebagai masalah utama Dunia Islam dewasa ini. Rahbar menilai pendudukan Palestina dan penempatan warga Yahudi di bumi Islam ini merupakan akar dari seluruh kesulitan dan masalah regional.

Rabu sore (15/8) saat bertatap muka dengan ratusan veteran perang Irak-Iran di Tehran, Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa partisipasi luas di Hari Quds Sedunia akan memberikan jawaban yang menghancurkan terhadap musuh-musuh Islam dan Palestina. Rahbar menggambarkan pendudukan di wilayah Palestina dan pembentukan rezim Zionis Israel sebagai akar kejahatan di Timur Tengah.

Rahbar juga menyerukan partisipasi luas warga dalam demonstrasi menandai Hari Quds Sedunia. Di pertemuan tersebut Rahbar mengingatkan bahwa Israel dan pendukungnya berusaha keras menghapus isu Palestina dari opini publik. Oleh karena itu, masyarakat dunia harus melawan konspirasi busuk ini.

Sejak terbentuknya rezim ilegal Israel di Timur Tengah, perampasan wilayah dan pengusiran rakyat Palestina, Tel Aviv beserta pendukungnya senantiasa mencegah opini publik internasional khususnya Dunia Islam untuk fokus terhadap isu Palestina. Namun dengan kemenangan Revolusi Islam Iran dan atas prakarsa pendiri Republik Islam, Ayatullah Khomeini, hari Jum'at terakhir di bulan Ramadhan ditetapkan sebagai hari Quds sedunia sehingga Palestina selalu dikenang dan dijadikan agenda utama Dunia Islam. Isu ini pun kemudian berkembang skalanya dan menjadi isu internasional. Ini terbukti dengan peringatan hari Quds sedunia yang tahun akan dirayakan oleh lebih dari 70 negara Islam dan non Islam.

Partisipasi luas rakyat Iran di pawai akbar hari Quds sedunia dan dukungan kuat mereka terhadap rakyat yang terzalimi khususnya bangsa Palestina menjadi pemicu bagi bangsa-bangsa lain di dunia untuk aktif di pawai akbar hari Quds sedunia. Dengan demikian dukungan bagi rakyat Palestina semakin besar. Tahun ini suasana peringatan hari Quds sedunia lain dari biasanya, karena bertepatan dengan gelombang Kebangkitan Islam di Timur Tengah.

Seperti yang ditekankan Rahbar, kemenangan Revolusi Islam Iran telah mengganjal upaya imperialis dunia untuk membuat masyarakat internasional melupakan isu Palestina. Saat ini Rezim Zionis Israel semakin terkucil dari sebelumnya. Hari Quds sedunia adalah mobilisasi umum bangsa-bangsa khususnya Dunia Islam untuk mendukung Palestina. Hari Quds sedunia mengingatkan sejarah bahwa tempat yang diduduki Israel saat ini adalah milik bangsa Palestina. Tidak ada konspirasi musuh yang akan mampu menghapus isu Palestina dari opini publik karena rakyat kawasan telah waspada penuh.

Rahbar mengecam skema musuh untuk menciptakan konflik sektarian antara Syiah dan Sunni. Menurutnya, langkah itu sebagai bagian dari siasat musuh agar publik tidak menaruh perhatian terhadap kebungkaman Barat atas pendudukan Palestina selama puluhan tahun.

Ayatullah Khamenei mencatat bahwa membebaskan Palestina dari cengkraman Israel dan sekutunya adalah kewajiban agama bagi semua umat Islam di seluruh dunia. (IRIB Indonesia/MF)

Sabtu, 18 Agustus 2012 05:43

Mengenang Enam Dekade Pendudukan Al-Quds

Kota Yerusalem (Selanjutnya disebut dengan kota Al-Quds) termasuk kota paling tua di dunia. Para sejarahwan tidak bisa memastikan kapan kota tersebut dibangun. Namun awal keberadaan kota ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan Masjid Al-Aqsha yang dibangun 40 tahun setelah pembangunan Ka'bah. Beberapa sumber historis menyebutkan bahwa sejak awal pembangunannya, kota ini adalah gurun tidak berlembah dan tidak tampak bebukitan.

Periode Islam di Al-Quds dimulai saat Rasulullah SAW melakukan Isra' dan Mi'raj dari Mekkah ke Palestina. Kemudian diteruskan oleh Khalifah Umar bin Khatab, saat masuk ke Al-Quds tahun 15 H/ 636 M (638 M menurut beberapa sumber lainnya). Masuknya Umar ini, setelah pasukan Islam dibawah komandan Abu Ubaedah bin Jarrah menang melawan pasukan Romawi. Namun penguasa Al-Quds saat itu, Patriarch Sophronius, meminta agar Umar sendiri yang menerima kunci kota secara langsung. Kemudian Umar membuat aturan yang disebut dengan " Konvensi Umar (al-Uhdah al-Omariah)". Nama kota saat itu masih bernama Elia, hingga akhirnya dirubah di masa Khilafah Abbasiah dengan nama Al-Quds.

Pada 9/12/1917-1918, Al-Quds jatuh ke tangan militer Inggris setelah jendral Edmund Allenby mengumumkan bahwa Palestina dibawah mandat Inggris dari Liga Bangsa-Bangsa. Al-Quds kemudian menjadi ibukota Palestina dibawah mandat Inggris (1920-1948). Inggris mengumumkan menarik mundur dari Palestina pada tanggal 14/5/1948, dan pada tanggal itu juga dideklarasikan entitas negara Israel.

Setelah deklarasi itu, pasukan Arab membantu rakyat Palestina memerangi Israel di barat Al-Quds. Namun Arab dan Palestina kalah, sehingga kota-kota lain di Palestina, diluar barat Al-Quds, jatuh ke tangan Israel. 7/6/1967 semua wilayah Al-Quds, barat dan timur, jatuh ke tangan militer Israel. Setelah perjanjian Oslo (1994) mandul, Al-Quds dan Al-Aqsha menjadi simbul perlawanan rakyat Palestina. Saat mantan PM Israel, Ariel Sharon, masuk ke pelataran Masjid Al-Aqsha pada 28/9/2000, rakyat Palestina marah, dan meletuslah Intifadah Al-Aqsha.

 

Penjajahan Israel atas al-Quds Dimulai

Seperti dijelaskan di atas bahwa di tahun 1948 setelah Inggris mundur dari Palestina, wilayah ini kemudian diserahkan kepada kepada rezim ilegal Israel. Sejak saat itulah pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka dimulai. Perang tahun1967 membuat rezim ilegal ini kian buas dan mereka semakin gencar mengusir warga Palestina. Di tahun ini pula, al-Quds jatuh ke tangan rezim Zionis ini.

Dari tahun 1967 hingga kini Israel berusaha keras mengubah demografi al-Quds dan menjadikannya kota Yahudi. Pengusiran dan perusakan rumah warga Palestina serta pembangunan distrik Zionis pun terus digalakkan. Mulai dari tahun 1967 ini pulalah Israel aktif melakukan penggalian di sekitar Masjid al-Aqsha dengan alasan mencari barang-barang peninggalan kuno. Untuk melaksanaan ambisinya ini, rumah-rumah warga Palestina banyak dihancurkan dan mereka di usir dari tempat tinggalnya.

Menyaksikan kebuasan rezim Zionis bangkitlah warga Palestina melawan rezim penjajah ini dan perjuangan mereka hingga kini telah menyumbangkan ribuan syuhada. Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyaksikan perseteruan antara warga Palestina dan Israel akhirnya menetapkan al-Quds sebagai kawasan internasional dan dikelola oleh dewan mandataris PBB. Dewan ini juga bertanggung jawab menjaga peninggalan bersejarah di Baitul Maqdis.

Sementara itu, Israel sendiri tidak mengindahkan keputusan PBB yang menjadikan al-Quds sebagai kawasan internasional. Rezim ilegal ini selama enam dekade terus melakukan penyerbuan, pengusiran dan pembantaian warga Palestina, pembangunan distrik Zionis, penggalian terowongan di sekitar dan di bawah Masjid al-Aqsa.

Menyaksikan brutalitas Israel, negara-negara Islam bangkit memberikan dukungannya terhadap perjuangan bangsa Palestina. Republik Islam Iran pun tak ketinggalan dalam hal ini. Pendiri Republik Islam, Ayatullah Khomeini memberikan terobosan besar dengan menjadikan hari Jum'at terakhir di bulan suci Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia. Keputusan Imam Khomeini ini memberi sumbangsih besar bagi hidupnya isu Palestina dan al-Quds sepanjang sejarah.

Israel sendiri bukannya tak sadar akan hal ini. Rezim penjajah ini telah melakukan usaha besar-besaran untuk menghapus isu Palestina dari opini publik internasional. Karena saat ini, masalah Palestina bukan sekedar isu bagi umat Islam, namun telah menyebar menjadi isu dunia internasional. Para pecinta kebebasan pun ramai-ramai mengecam Israel sehingga Tel Aviv saat ini semakin terkucil.

 

Transformasi al-Quds Pasca Pendudukan Israel

22 Juli 1946

Hotel King David di Yerusalem dibom oleh kelompok teroris Zionis Irgun. Kelompok teroris Zionis ini meletakkan sekitar 350 kg bahan peledak di hotel dan membunuh sekitar 200 orang.

 

29 November 1947

PBB meratifikasi pembangian wilayah Palestina menjadi dua bagian, wilayah bagi Israel dan Palestina. Adapun al-Quds ditetapkan sebagai zona internasional. Keputusan PBB ini telah membangkitkan kemarahan umat Islam sedunia.

 

9 April tahun 1948

Israel melakukan pembantaian besar-besaran di kawasan pedesaan Deir Yasin, yang terletak di barat Baitul Maqdis. Saat itu, lebih dari 270 warga sipil Palestina yang tinggal di desa itu dibantai secara sadis oleh organisasi teroris Irgun. Organisasi Irgun adalah sebuah milisi di bawah pimpinan Menachem Begin, seorang tokoh fundamentalis Zionis yang kelak menjadi Perdana Menteri Israel. Akibat aksi teror menakutkan terus-menerus yang dilakukan tentara Zionis, sejumlah besar warga Palestina mengungsi ke kawasan-kawasan sekitar Palestina.

 

13 Mei 1948

Inggris menarik diri dari al-Quds dan Palestina serta menyerahkan negara ini kepada Israel sehingga terbentuklah rezim ilegal Israel.

 

28 Oktober 1948

Pada era Perang Arab-Israel Pertama, tentara Zionis membunuh massal warga desa Ad-Dawaimah di kawasan pendudukan Palestina. Tentara Zionis menyerang masjid di desa ini dan membunuh 75 kaum muslim Palestina yang sedang sholat di sana. Kemudian, mereka membunuh 35 keluarga yang tengah bersembunyi di sebuah gua di luar desa. Setelah membunuh seluruh warga desa itu, tentara Zionis kemudian meratakan desa tersebut dengan tanah. Pada tahun 1984, ketika para pejabat PBB meminta penjelasan dari wakil Israel di PBB mengenai pembunuhan massal di desa itu, para wakil Israel tersebut mengingkari keberadaan desa dengan nama Ad-Dawaimah untuk menutup-nutupi kekejaman yang telah mereka lakukan.

 

23 Januari 1950

Parlemen Israel (Knesset) untuk pertama kalinya menyatakan al-Quds sebagai ibukota Israel. Keputusan ini telah membangkitkan kemarahan umat Islam. Namun usaha keras Israel untuk menarik simpati berbagai negara guna mengakui al-Quds sebagai ibukotanya tidak membuahkan hasil.

 

14 Oktober 1953

Pembantaian Qibya, yang terjadi pada 13 Oktober 1953, meliputi penghancuran 40 rumah dan pembunuhan 96 orang sipil, sebagian besar di antara mereka wanita dan anak-anak. Unit "101" ini dipimpin oleh Ariel Sharon, yang kelak menjadi Perdana Menteri Israel. Sekitar 600 tentaranya mengepung desa itu dan memutuskan hubungannya dengan seluruh desa Arab lainnya. Begitu memasukinya pada pukul 4 pagi, para teroris Zionis mulai secara terencana memusnahkan rumah-rumah dan membunuh penduduk-penduduknya. Sharon yang kalem namun sadis ini dan yang langsung memimpin serangan tersebut, mengumumkan pernyataan berikut setelah pembantaian: "Perintah telah dilaksanakan dengan sempurna: Qibya akan menjadi contoh untuk semua orang."

 

29 Oktober 1956

Zionis melakukan pembunuhan massal terhadap penduduk desa Kafar Ghasem, Palestina. Pada hari itu, bersamaan dengan serangan Israel ke Mesir, sebagian tentara rezim penjajah ini mengumumkan pemerintahan militer di desa Kafar Ghasem, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Minimalnya 49 warga, laki-laki, perempuan, dan anak-anak dibunuh dan puluhan lainnya luka-luka. Beberapa bulan kemudian, rakyat Palestina melakukan demonstrasi atas pembunuhan massal ini. Akibatnya, rezim ini terpaksa mengadili beberapa pelaku pembunuhan tersebut di depan umum. Namun, pada tahun 1960, para pelaku pembunuhan tersebut diampuni.

 

5 Juni1967

Perang besar ketiga antara tentara Zionis yang dibantu oleh AS dan Inggris melawan negara-negara Arab dimulai. Pada hari itu, angkatan udara Israel melakukan serangan tiba-tiba terhadap posisi-posisi tentara Arab. Pesawat-pesawat tempur Isarel mampu melintasi kawasan Mesir, Jordania, dan Suriah. Selama dua jam, posisi-posisi angkatan udara ketiga negara Arab itu diserang habis-habisan hingga bisa dikatakan hancur lebur. Setelah kawasan udara dikuasai, tentara Israel menyerang kawasan darat ketiga negara selama enam hari. Akibat serangan tersebut, sejumlah kawasan penting Arab seperti Gurun Sinai dan pinggiran timur Terusan Suez di Mesir serta Dataran Tinggi Golan di Suriah, direbut tentara Israel. Kemudian, setelah Sungai Jordan dan Baitul Maqdis berhasil diduduki, tentara Israel menyetujui gencatan senjata.

Enam tahun berikutnya, yaitu Tahun 1973, tentara Suriah dan Mesir secara bersamaan melakukan operasi serangan balasan terhadap posisi-posisi tentara Israel. Dalam serangan yang dikenal dengan nama "Perang Oktober" itu, tentara Suriah dan Mesir berhasil melintasi Terusen Suez dan menewaskan sejumlah besar tentara Israel.

 

7 Juni 1967

Tentara Zionis menutup pintu masuk Bab al-Magharibah dan melarang lalu lalang umat Islam ke Masjid al-Aqsa. Kemudian rezim ini menguasai kota Baitul Maqdis.

 

21 Agustus 1969

Masjid Al-Aqsa yang merupakan kiblat pertama kaum muslimin, dibakar oleh rezim Zionis. Akibat kebakaran ini, Masjid Al-Aqsa mengalami kerusakan berat. Rezim Zionis menyatakan bahwa pelaku pembakaran itu seorang turis asal Autralia yang kemudian ditangkap dan diadili. Namun, pengadilan sandiwara yang dilaksanakan di Tel Aviv memutuskan bahwa turis tersebut mengalami gangguan jiwa dan karena itu dia dibebaskan. Menanggapi kejadian pembakaran ini, rakyat muslim di berbagai penjuru dunia melakukan demonstrasi. Selain itu, pembakaran masjid Al-Aqsa ini mendorong pemerintah negara-negara muslim mendirikan Organisasi Konferensi Islam dengan tujuan untuk mengadapi bahaya yang mengancam dunia dan kesucian Islam. (IRIB Indonesia/MF)

Bersamaan dengan tibanya Hari Quds Sedunia, masyarakat internasional di pelbagai negara memperingati hari ini dengan melakukan pawai akbar menuntut kemerdekaan Palestina dan kehancuran rezim penjajah Israel. Dalam kerangka ini, jutaan orang di seluruh dunia pada hari Jumat (17/8) turun ke jalan-jalan memperingati hari yang ditetapkan oleh Imam Khomeini ra.

Penyelenggaraan Hari Quds Sedunia di segala penjuru dunia semakin membuktikan inovasi Imam Khomeini ra mampu meniupkan harapan di hati bangsa Palestina dan praktis telah mengakhiri tahun-tahun terisolasinya Palestina dari masyarakat internasional. Pernyataan Imam Khomeini menyebut hari Jumat terakhir dari bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia di awal bulan Agustus 1979, mampu mengajak seluruh rakyat dari pelbagai lapisan masyarakat di penjuru dunia untuk membebaskan tanah Palestina dari penjajahan rezim Zionis.

Seruan lembaga-lembaga non pemerintah dan sipil di seluruh penjuru dunia agar rakyat mengikuti peringatan Hari Quds Sedunia ternyata diikuti dengan animo luar biasa. Hal ini menjadikan peringatan Hari Quds Sedunia tahun ini diselenggarakan lebih semarak dan ramai ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Proses penyelenggaraan Hari Quds Sedunia membuktikan setiap tahunnya lebih semarak ketimbang tahun sebelumnya.

Menurut data yang telah dipublikasikan, lebih dari 700 lembaga di lebih dari 70 negara menyelenggarakan peringatan Hari Quds Sedunia dalam rangka mendukung bangsa Palestina. Sementara lebih dari 400 tokoh internasional ikut dalam pawai akbar ini. Setiap tahun di Hari Quds Sedunia, masyarakat internasional menyaksikan pawai akbar tidak hanya di pelbagai negara Islam, tapi di kota-kota besar Eropa dan Amerika. Semua turun ke jalan melakukan pawai menunjukkan solidaritasnya terhadap nasib rakyat Palestina.

Hari Quds Sedunia kini telah berubah menjadi pemersatu pemeluk agama di dunia untuk meneriakkan dukungannya terhadap rakyat Palestina dan perjuangannya melawan rezim penjajah Zionis Israel dan para pendukungnya. Inovasi yang dilakukan oleh Imam Khomeini ra menyebabkan seluruh dunia semakin memahami kebejatan dan kejahatan rezim Zionis Israel. Lebih penting dari itu adalah bahaya Zionis bagi masyarakat dunia.

Sekali lagi, inisiatif Imam Khomeini ra menamakan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia praktis menjadi pemicu dimulainya Intifada Global mendukung rakyat Palestina. Masalah ini dengan sendirinya membuat rezim Zionis Israel semakin terisolasi di kancah internasional dan di opini publik.

Di sisi lain, Hari Quds Sedunia telah membangkitan kembali semangat perjuangan bangsa Palestina menghadapi rezim Zionis Israel. Dimulainya Intifada rakyat Palestina pada 1987 dan Intifada Quds pada 2000 menunjukkan bertambahnya semangat rakyat palestina setelah pernyataan solidaritas masyarakat internasional dalam mendukung rakyat Palestina di Hari Quds Sedunia.

Hari Quds Sedunia menjadi titik tolak sejarah penolakan global terhadap rezim Zionis Israel dan upaya dunia internasional mendukung rakyat Palestina. Bangsa Palestina dan umat Islam sedunia menilai peringatan Hari Quds Sedunia sebagai peringatan paling berpengaruh dalam hubungan internasional terkait dukungan terhadap rakyat Palestina. (IRIB Indonesia / SL)

LEBARAN – PEPERANGAN

 

Inilah lebaran diwaktu perang yang kedua, sejak pecahnya peperangan saat ini.

Insyafkah kita benar-benar akan arti lebaran yang sekarang ini?

Peperangan makin memuncak! Kita menghadapi klimaksnya (memuncaknya) peperangan sekarang ini!

Insyafkah kita akan arti lebaran kita itu?

Di dalam pidato radio saya pada tanggal 15 September, saya anjurkan supaya kita semua tahan menderita di dalam peperangan ini. Saya katakan, bahwa tiada satu bangsa yang tidak menderita dimasa perang, dan bahwa tiada bangsa dapat mencapai kemenangan, kalau tiada tahan menderita. "Inna maal usri yusro" – kebahagiaan sesudah kesusahan!

Kita harus merayakan lebaran sekarang ini di dalam semangat tahan menderita itulah!

Satu bulan lamanya kita berpuasa! Melatih diri tahan menderita!

Marilah kita hadapi ‘tahun yang baru' ini sebagai satu bangsa, yang benar-benar telah terlatih tahan menderita di dalam bulan ramadan.

Latihan telah kita kerjakan, marilah kita pakai hasil latihan itu seterusnya!

Maka kemenangan akhir pasti di pihak kita!

Jakarta, Lebaran 1362 H

Soekarno

 

 

Seruan Lebaran dari Bung Karno di Majalah M.I.A.I/ Madjalah Islam 01 Oktober 1943. (IRIB Indonesia)

Rezim Zionis Israel menuntut Mesir untuk menarik senjata-senjata beratnya dari wilayah gurun Sinai.

Radio-radio rezim Zionis mengutip sumber-sumber yang dekat dengan para pejabat senior Tel Aviv melaporkan bahwa Israel terus memantau tindakan Mesir di wilayah Sinai dengan penuh kekhawatiran. Demikian televisi al-Alam melaporkan, Jumat (17/8).

Redio Zionis juga menyinggung tentang tetap terbukanya kanal-kanal hubungan antara Mesir dan rezim Zionis di tingkat militer dan politik.

Menurut radio Israel, berbagai pertemuan antara pejabat senior Departemen Luar Negeri Mesir dan diplomat rezim Zionis telah digelar di Kairo.

Koran Zionis Haarezt pada Jumat menulis, sekelompok pasukan militer Mesir masuk ke wilayah Sinai dengan persetujuan Israel, namun pengerahan sejumlah pasukan lainnya ke wilayah tersebut tanpa kesepakatan dengan Tel Aviv.

Koran itu menambahkan, berdasarkan perjanjian damai Camp David, Kairo tidak diperbolehkan mengirim tank ke sejumlah wilayah Sinai dan el-Arish, namun pada prakteknya beberapa hari lalu, Mesir telah mengerahkan puluhan tank ke wilayah itu. Bahkan Kairo menuntut untuk tetap menempatkan pasukannya di Sinai hingga operasi militer di wilayah tersebut selesai.

Pasca tewasnya 16 pasukan penjaga perbatasan Mesir di Sinai, Kairo mengerahkan pasukannya ke wilayah itu untuk menumpas milisi bersenjata.

Banyak pakar politik Mesir menilai Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyerangan di perbatasan itu dan menegaskan bahwa Tel Aviv dengan langkah tersebut tengah berupaya mencegah berlanjutnya hubungan antar Mesir dan Palestina. Dengan demikian, Israel dapat melanjutkan blokadenya atas Jalur Gaza. (IRIB Indonesia/RA)

Masalah pembebasan Baitul Maqdis dan Palestina, menjadi topik kolektif para khatib shalat Jumat Lebanon. Mereka juga menekankan upaya musuh menciptakan permusuhan di antara umat Islam untuk mengalihkan perhatian mereka dari masalah Palestina.

Dikatakannya, "Jika proses ini terus berlanjut, maka negara-negara Arab dan Islam di kawasan akan menjadi pihak yang kalah."

IRNA (16/80 melaporkan, Syeikh Muhammad Yazbik, Ketua Dewan Agama Hizbullah dalam khutbah Jumatnya di wilayah Baalbak, Lebanon timur mengatakan bahwa dengan tibanya peringatan Hari Quds Sedunia, dia mengatakan, "Di Hari Quds Sedunia, kita semua telah memperbarui janji dan komimen kita dengan masalah utama umat Islam yakni Palestina dan Baitul Maqdis."

Ditambahkannya, "Musuh umat Islam berniat menghapus nama Palestina dan Baitul Maqdis dari benak dan ingatan masyarakat dunia, akan tetapi munculnya peringatan Hari Quds Sedunia yang ditetapkan oleh Imam Khomeini ra telah membuyarkan seluruh rencana mereka, dan saat ini masalah Baitul Maqdis dan Palestina telah memiliki tempat dalam benak dan hati masyarakat dunia."

Lebih lanjut dijelaskannya, "Selama kita tidak bersatu dan menepikan perselisihan, kita tidak akan mampu mengembalikan Baitul Maqdis dan Palestina ke pangkuan dunia Islam."(IRIB Indonesia/MZ)

Militer Amerika Serikat melatih pasukan khusus Yordania untuk dikirim ke Suriah.

Koran Financial Times menulis, Yordania menentang intervensi militer di Suriah. Meski demikian, para diplomat Yordania dan para pakar Barat meyakini bahwa angkatan bersenjata Yordania siap untuk masuk ke Suriah. Demikian televisi al-Alam melaporkan, Jumat (17/8).

Koran tersebut menegaskan, sikap Yordania anti-Suriah meningkat, bahkan baru-baru ini terjadi baku tembak antara pasukan kedua negara di wilayah perbatasan.

Financial Times mengutip seorang diplomat penting Barat di Amman, ibukota Yordania, menulis, saat ini ada kekhawatiran bahwa bentrokan di perbatasan akan lepas kontrol.

Koran itu menambahkan, hubungan antara Yordania dan Suriah hingga kini tidak putus sepenuhnya dan kedutaan besar kedua negara masih aktif.

Suriah tetap dianggap menjadi jalur perdagangan penting bagi perusahaan-perusahaanYordaniadan sebagai timbal baliknya, Amman mencegah penyelundupan senjata bagi teroris di Suriah. (IRIB Indonesia/RA)

Sabtu, 18 Agustus 2012 05:31

17 Agustus: Merdeka Tapi Tidak Independen

Oleh: Dina Y. Sulaeman*

 

Tepat tanggal 17 Agustus, 67 tahun yang lalu, Ir. Sukarno memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak itu pula, Indonesia menjadi sebuah negara merdeka, yang tidak lagi berada di bawah penjajahan negara manapun. Sepuluh tahun kemudian, saat membuka Konferensi Asia Afrika di Bandung (tahun 1955), Presiden Sukarno mengingatkan bangsa-bangsa Asia Afrika yang saat itu baru lepas dari penjajahan, bahwa penjajahan kini telah berubah bentuk.

"Saya harap Anda tidak memikirkan kolonialisma dalam bentuk klasik sebagaimana yang diketahui baik oleh kami bangsa Indonesia, maupun oleh saudara-saudara kami dari berbagai bagian Asia dan Afrika. Kolonialisme juga memiliki penampilan yang modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan juga kontrol fisik yang dilakukan sekelompok kecil orang asing dalam sebuah bangsa. Kolonialisme adalah musuh yang sangat pintar dan ambisius, dan dia muncul dalam berbagai kedok. Kolonialisme tidak menyerahkan (bangsa) jarahannya dengan begitu saja. Kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun kolonialisme itu menampilkan dirinya, dia tetaplah sesuatu yang jahat, dan dia harus dimusnahkan dari muka bumi ini."

Kini, setelah 57 tahun berlalu sejak Sukarno menyampaikan pidato yang heroik itu, bangsa Indonesia tak kunjung lepas, bahkan semakin dalam berada dalam cengkeraman, dari kolonialisme modern. Kolonialisme modern itu kini muncul dengan istilah-istilah yang terasa keren, seperti Structural Adjustment Programme, soft loan, foreign investment, atau liberalisme pasar.

Kolonialisme modern itu muncul dalam bentuk ratifikasi UU yang tunduk pada penjajahan organisasi internasional. Misalnya, Indonesia sejak tahun 1994 telah menjadi anggota WTO dan diratifikasi dengan UU no. 7 tahun 1994. Namun, meskipun WTO mengklaim bahwa tujuan organisasi ini adalah "to improve the welfare of the peoples of the member countries" (untuk meningkatkan kemakmuran bangsa-bangsa negara anggota), kenyataannya, 18 tahun setelah begabung dengan WTO, Indonesia semakin lama justru semakin bergantung pada produk pangan impor. Negeri yang subur serta memiliki curah hujan tinggi dan banyak sumber daya manusia ini, setiap tahunnya harus menganggarkan dana sebesar 50 trilyun rupiah untuk mengimpor kedelai, gandum, daging sapi, susu, gula, bahkan garam. Indonesia, negara dengan garis pantai terpanjang di dunia; negara yang seharusnya kaya garam, justru per tahunnya mengimpor garam senilai 900 milyar rupiah.

Lalu, kemana para petani kita? Mengapa negeri yang subur ini harus mengimpor bahan pangan? Sebabnya, karena Indonesia tunduk pada Perjanjian Pertanian (AOA, Agreement on Agriculture). Melalui AOA, WTO mewajibkan negara-negara anggotanya untuk membuka pasar domestik untuk barang-barang impor dan sebaliknya, negara-negara anggota juga berhak melakukan ekspor ke negara manapun. Secara garis besar, ada tiga bidang yang diatur oleh AOA, yaitu:

market acces(mewajibkan negara-negara menurunkan tarif dasar impor pertanian), domestic support (mewajibkan dibatasinya subsidi dan proteksi pemerintah terhadap sektor pertanian dalam negeri), dan export subsidy (mewajibkan dibatasi atau bahkan dihapuskannya subsidi ekspor produk pertanian).

Dua eksportir utama pertanian dunia, yakni AS dan Uni Eropa sangat diuntungkan oleh perjanjian seperti ini. Karena tarif dasar impor diturunkan, mereka bisa menjual produk mereka dengan harga murah di negara-negara berkembang. Sebelum adanya aturan AOA, umumnya produk impor dikenai pajak tinggi, sehingga harganya lebih tinggi dari produk dalam negeri. Dengan demikian, konsumen harus memilih: membeli produk impor yang berharga mahal namun berkualitas tinggi, atau produk lokal dengan harga murah meski kualitasnya tak sebagus produk impor. Namun, adanya penurunan tarif impor membuat harga barang impor seringkali malah lebih murah dari produk lokal. Akibatnya, produsen pertanian dalam negeri mengalami kerugian dan kemunduran.

Selain itu, larangan subsidi dan proteksi terhadap pertanian membuat para petani menjadi rentan. Harga produk mereka fluktuatif, ketersediaan benih dan pupuk juga tidak terjamin dan harganya tidak stabil. Petani Indonesia juga tidak mendapatkan subsidi ekspor sehingga jika mereka mengekspor produk, harganya akan mahal sehingga sulit bersaing dengan produk dari AS atau Uni Eropa. Apalagi, petani-petani Indonesia umumnya miskin, memiliki lahan yang sempit, tidak terorganisasi, dan lemah. Sebaliknya, AS dan Uni Eropa justru melakukan pelanggaran terhadap AOA dengan tetap mensubsidi petani. Selain itu, mereka juga memiliki teknologi pertanian yang maju, modal yang besar, dan struktur organisasi yang kuat. Karena itulah mereka berhasil membanjiri negara-negara berkembang dengan produk-produk pertanian mereka, yang harganya lebih murah dari produk lokal.

Dalam persaingan pasar bebas seperti ini, jelas petani Indonesia semakin tersingkir. Pemerintah yang seharusnya melindungi mereka, malah lebih tunduk kepada penjajah yang berkedok organisasi internasional.

Kolonialisme modern hari ini juga muncul dalam kedok pakar-pakar ekonomi yang telah dididik puluhan tahun di negara-negara Barat, lalu mereka mendidik ekonom-ekonom di Indonesia dengan tesis-tesis yang menyesatkan. Mereka menjadi pejabat, peneliti, dan dosen, yang berkoar-koar bahwa kemajuan ekonomi akan bisa dicapai bila para pelaku pasar dibiarkan bebas tanpa intervensi pemerintah. Faktanya, para pelaku ekonomi yang kuat, melakukan berbagai intervensi kepada pemerintah Indonesia bahkan sejak pembuatan undang-undang. Mereka membiayai pembuatan UU di Indonesia, dengan imbalan hutang. Dalam posisi bargaining yang lemah ini, kalaupun pemerintah berniat intervensi demi membela rakyatnya sendiri, juga tetap akan kalah.

Rizal Ramli (2012) menuliskan contoh-contoh kasus pembuatan UU yang dibiayai oleh hutang luar negeri. Asian Development Bank menawarkan pinjaman U$300.000.000,00 dengan syarat Pemerintah Indonesia membuat Undang- Undang Privatisasi BUMN. Bank Dunia memberikan pinjaman U$400.000.000 dengan syarat Indonesia membuat Undang-Undang Privatisasi Air. Melalui UU ini, air yang seharusnya dikuasai oleh negara untuk kepentingan rakyat (berdasarkan UUD 1945) malah diswastanisasi. Begitu pula Undang-Undang Migas. Ketika undang-undang dalam negeri dibiayai asing (itupun dalam bentuk hutang yang harus dibayar berikut bunganya), hampir pasti isinya akan berpihak kepada asing, bukan kepada rakyat. Sungguh ini sebuah penjajahan yang terang-terangan, namun entah mengapa tak disadari oleh para pakar ekonomi itu.

Ketika UU persaingan bisnis sudah ‘diatur', dimanakah letak keadilan dalam ‘kebebasan pasar'? Tak heran bila Stiglitz (2002) mengumpamakan kebebasan pasar ini sebagai berikut, "Negara-negara berkembang dan miskin bagaikan kapal layar kecil yang langsung disuruh berlayar di lautan buas, padahal lubang-lubang di kapal itu belum ditambal, kaptennya belum di-training, dan pelampung/alat pengaman belum dipasang di kapal kecil itu."

Penjajahan hari ini, tidak lagi dilakukan oleh tentara asing, melainkan muncul dalam bentuk perusahaan multinasional. Mereka merangsek pasar Indonesia. Pengusaha domestik tersingkir karena tak kuat bersaing. Mulai dari penghapus pensil dan serutan pensil, hingga air mineral, teh, gula, rokok, sabun, pasta gigi, komputer, dan handphone, semua disediakan oleh perusahaan-perusahaan asing (atau perusahaan lokal yang dimiliki asing). Indonesia hanya menjadi pasar dan penyedia sumber daya murah bagi perusahaan multinasional itu.

Yang lebih jahatnya, perusahaan-perusahaan multinasional itu lebih suka menguasai modal, bukan properti. Dengan cara ini, mereka lebih leluasa memindahkan modalnya kemanapun yang lebih menguntungkan. Ngaire Woods (2001) menyebutnya, footloose modern bussiness, dimana pemodal dengan mudah keluar dari sebuah negara bila pemerintah negara itu tidak memberlakukan kebijakan liberal yang menguntungkan mereka. Hari ini pemodal bisa buka pabrik di negara A, namun bila esok hari negara B yang menawarkan upah buruh lebih rendah, dia akan menutup pabrik di A dan buka pabrik di negara B. Sama sekali tidak dipedulikan bagaimana nasib para buruh yang secara mendadak menjadi penganggur.

Bahkan, untuk menghindarkan diri dari kewajiban UU Tenaga Kerja, para pemilik modal memberlakukan sistem outsourcing dan sistem kontrak. Misalnya, untuk tenaga kebersihan, perusahaan A tidak langsung mempekerjakan pegawai, melainkan memakai jasa perusahaan kebersihan. Perusahaan kebersihan ini yang merekrut pegawai untuk kemudian bekerja di perusahaan A. Para pegawai itu mendapat gaji dari perusahaan kebersihan, bukan dari perusahaan A. Perusahaan kebersihan pun umumnya menggunakan sistem kontrak, per-3 bulan, atau bahkan per bulan, sehingga si pegawai sewaktu-waktu bisa kehilangan pekerjaan tanpa mendapat pesangon. Sistem ini tak lebih dari perbudakan abad modern.

Bila uraian ini dilanjutkan lagi, saya rasa, saya tak sanggup menahan air mata. Jadi, mari kita kembali kepada pidato Sukarno di depan Konferensi Asia Afrika. Lima puluh dua tahun yang lalu, Sukarno telah memperingatkan bahwa kekuatan kolonial tidak akan begitu saja melepaskan bangsa jarahannya. Mereka sepakat untuk menarik mundur pasukan bersenjata mereka. Namun, penjajahan puluhan tahun telah berhasil menginternalisasi nilai-nilai penjajahan kepada kaum pribumi. Inilah yang dianalisis Fanon dalam bukunya "Black Skin, White Mask". Kolonialisme justru diinternalisasi oleh bangsa terjajah sehingga mereka justru punya mentalitas penjajah, dan bahkan ingin untuk menjadi mirip (menyamai) penjajah. Mereka silau dan kagum pada penjajah dan memandang apa-apa yang datang dari penjajah (=Barat) adalah sesuatu yang hebat dan benar.

Pada perayaan 17 Agustus di tahun 2012 ini, kita perlu menyadari, bahwa kita sudah merdeka dari penjajahan bersenjata, tapi belum independen. Kita masih bergantung kepada para penjajah, masih mengagumi mereka, dan bahkan masih menjadi budak mereka. Lalu apa yang harus kita lakukan? Agaknya, kesadaran diri, kebangkitan harga diri, dan kemauan untuk melepaskan diri dari hegemoni pemikiran kaum penjajah adalah kuncinya. Ingatlah kata Sukarno, "Kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun kolonialisme itu menampilkan dirinya, dia tetaplah sesuatu yang jahat, dan dia harus dimusnahkan dari muka bumi ini." (IRIB Indonesia)

*magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate Global Future Institute

Militer rezim Zionis Israel melemparkan bom-bom asap ke arah tim media televisi al-Alam dan warga Lebanon yang tengah pulang dari acara peringatan Hari Quds Internasional.

Jaringan televisi al-Manar mengutip Hadi al-Assal, fotografer televisi al-Alam pada Jumat (17/8) melaporkan, rezim Zionis kembali melanggar resolusi PBB nomor 1701. Militer rezim itu melemparkan bom asap ke arah rombongan iring-iringan mobil yang kembali dari demonstrasi Hari Quds Internasional di jalan perbatasan yang terletak di desa Kfar Kila, Lebanon Selatan.

Fotografer al-Alam menegaskan, sejak awal pasukan Israel dikerahkan di perbatasan dan berada di balik kawat berduri di sepanjang perbatasan itu.

Berdasarkan laporan tersebut, tim media televisi al-Alam dengan tiga mobilnya menjadi sasaran bom-bom asap itu.

Menurut Hadi, serangan tersebut memaksa rombongan berhenti dan segera keluar dari mobil-mobil mereka karena kesulitan bernafas. (IRIB Indonesia/RA)

Ayat ke21‎

Artinya:

Hai Manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan ‎orang-orang yang sebelum kalian, supaya kalian bertakwa.‎
‎ ‎
Dalam dua puluh ayat sebelumnya, Allah menjelaskan keadaan dan ‎karakteristik tiga kelompok manusia yaitu orang-orang bertakwa, kafir dan ‎munafik. Setelah membandingkan pikiran, kepercayaan, perbuatan dan kata-‎kata tiga kelompok ini, ayat ke 21 ini lalu menjelaskan jalan menuju ‎kebahagian dan keselamatan. Untuk bergabung dengan kelompok pertama ‎dan mencapai derajat takwa, hanya ada satu jalan yaitu membebaskan diri ‎dari yang lain dan hanya menambatkan batin kepada Allah yang telah ‎menciptakan kalian. Yakni mengabdilah hanya kepada Allah supaya kalian ‎terbebas dari perbudakan orang lain.‎

Sebagian besar umat manusia mengakui Allah sebagai pencipta dirinya dan ‎alam semesta. Tetapi, dalam program dan aturan hidupnya, mereka ‎mengambil cara orang-orang lain. Jadi, seakan-akan mereka ini diciptakan ‎begitu saja, lalu dilepaskan dan bebas berbuat apa saja yang mereka ‎kehendaki.

Ayat ini mengatakan bahwa Pencipta kalian juga merupakan zat yang ‎merawat dan mengayomi kalian, dan demi pertumbuhan dan perkembangan ‎kalian, Allah telah menentukan program dan kewajiban-kewajiban kalian. ‎Allah telah menetapkan undang-undang. Ingatlah bahwamembuat undang-‎undang dan peraturan hanyalah hak Allah yang telah menciptakan kalian. ‎Dengan demikian taatlah kepada-Nya. Hanya perintah-Nya-lah yang patut ‎kalian junjung tinggi dan keuntungannya akan kembali kepada kalian sendiri. ‎Jauhilah noda dan kejelekan serta dekatilah kebaikan dan kesucian.

Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Semua para nabi bersifat umum dan tidak terbatas pada sekelompok orang ‎tertentu. Karena itu, sekitar 20 kali pernyataan al-Quran ditujukan kepada ‎semua orang yaitu dengan kata-kata "Ya ayyuhan-Naas" yang artinya "Hai ‎manusia". ‎
‎2. Salah satu sebab dan falsafah ibadah kepada Allah ialah untuk ‎menyatakan rasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga ‎kepada kita dan kepada orang tua kita. Karena itu Allah berfirman,‎‎"Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian."‎
‎3. Nikmat penciptaan adalah nikmat yang paling utama dan terbesar yang ‎telah diberikan Allah kepada kita. Nikmat ini menuntut ketaatan kita kepada ‎seluruh perintah ilahi.‎
‎4. Ibadah adalah faktor ketakwaan dan kesucian. Jika ibadah tidak ‎menambah spirit ketakwaan dalam diri kita, maka itu bukan ibadah. ‎
‎5. Kita harus ingat dan waspada supaya jangan sampai membuat dan ‎membiarkan adat dan tradisi orang-orang tua kita bertentangan dengan ‎perintah ilahi.Sebab mereka juga merupakan makhluk-makhluk Allah. Jangan ‎sampai ketaatan kepada mereka itu menghalangi ketaatan kita kepada ‎perintah-perintah Allah.‎
‎6. Allah tidak memerlukan ibadah dan penyembahan kita. Shalat dan munajat ‎kita tidak akan menambah kekuasaan dan keagungan Allah. Sesuatu yang ada ‎pada Allah juga tidak akan berkurang jika kita meninggalkan ibadah. Kitalah ‎yang memerlukan Allah demi perkembangan dan kesempurnaan kita. Kita ‎harus pasrah mutlak kepada aturan dan ketentuan Allah. ‎
‎7. Kita jangan sombong dengan ibadah kita sebab ujub yaitu rasa takjub ‎kepada diri sendiri serta sifat riya akan mencegah kita untuk sampai kepada ‎takwa. Betapa banyaknya ibadah kita yang tidak menyampaikan kita kepada ‎derajat takwa.‎‎

 

Ayat ke21

Artinya:

Dan Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit ‎sebagai atap dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan ‎dengan air itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, karena itu ‎janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu ‎mengetahui.‎

Dalam ayat ini, Allah menyinggung berbagai nikmat Allah yang masing-‎masing adalah sumber nikmat-nikmat yang lain. Allah menjadikan bumi ini ‎sebagai hamparan bagi kehidupan manusia di bumi ini. Gunung dan ‎saharanya, air dan tanahnya, mineral yang tersimpan di dalam tanah dan di ‎bawah gunung-gunung, semuanya merupakan lingkungan yang cocok untuk ‎kelestarian dan kehidupan manusia.‎‎

Kerjasama antara‏ ‏langit dan bumi telah mendatangkan hujan dan ‎menambahkan tanaman serta memenuhi rezeki dan makanan manusia. ‎Semua ini berlangsung dan terjadi sesuai dengan peraturan Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terhingga. Dengan demikian, bagaimana mungkin orang-‎orang atau makhluk-makhluk lain yang memerlukan Allah, dapat dijadikan ‎sebagai sekutu‏-‏Nya dan bukannya perintah Allah, tetapi perintah merekalah ‎yang diikuti?!

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah merupakan cara terbaik untuk ‎mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Oleh sebab itu ayat ini ‎menjelaskan nikmat-nikmat ilahi kepada manusia setelah ayat sebelumnya ‎memerintahkan supaya kita menyembah Allah.‎
‎2. Adanya ekosistem dan kerjasama antara langit dan bumi merupakan bukti ‎terbaik mengenai adanya Zat Pencipta alam semesta yang Maha Perkasa.‎
‎3. Dari dua kalimat "Ja'alla lakum" dan "Rizqan lakum" bisa kita pahami ‎bahwa Allah menciptakan alam ini untuk manusia, dan tujuan terakhir dari ‎diciptakannya makhluk-makhluk lain ialah supaya dimanfaatkan oleh manusia.‎
‎4. Keteraturan dan kerjasama antara anggota alam semesta ini merupakan ‎bukti yang paling jelas mengenai adanya perhatian Allah serta ke-Esaan-Nya. ‎Maka kita harus menyembah Tuhan Yang Esa dan jangan menjadikan ‎sekutu-sekutu bagi Allah dalam soal penciptaan.‎
‎5. Mengenal dan menyembah Allah adalah masalah yang sesuai dengan ‎tuntutan fitrah. Naluri semua manusia mengalami hal ini. Karena itu Allah ‎berfirman, "Sedangkan kalian mengetahui".‎
‎6. Air dan tanah adalah perantara, tetapi tumbuhnya tanaman ada di tangan ‎Allah. Karena itu Allah berfirman: "Maka Dia menghasilkan dengan air itu ‎buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian." ‎(IRIB Indonesia)