کمالوندی

کمالوندی

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menekankan bahwa berlanjutnya sanksi sepihak Amerika Serikat terhadap Iran akan merusak hubungan antara Moskow dan Washington.

Fars News (13/8) mengutip Russia Today menyebutkan, Lavrov mengatakan bahwa hubungan AS dan Rusia akan melemah jika sanksi sepihak Gedung Putih terhadap Republik Islam Iran berlanjut.

Lavrov menambahkan, Amerika Serikat harus menyadari bahwa jika lembaga-lembaga finansial Rusia menderita kerugian dalam hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan Iran, maka akan mempengaruhi hubungan bilateral Moskow dengan Washington.

Akhir Jumat pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menandatangani draf baru anti-Iran dengan tujuan menghukum sektor asuransi, finansial, minyak, petrokimia dan perkapalan Republik Islam.

Sebelumnya, Amerika Serikat telah memberlakukan undang-undang baru untuk merusak ekspor dan perdagangan asing dengan bank sentral Iran.

Rusia telah selama bertahun-tahun menjalin kerjasama dengan Iran di berbagai proyek termasuk pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr.(IRIB Indonesia/MZ/PH)

Sekelompok teroris Suriah menculik reporter televisi Alalam dan al-Ikhbariya Suriah dan hingga kini nasib mereka tidak diketahui.

Menurut laporan reporter Fars News (13/8) dari Damaskus, sekelompok teroris menculik Ahmad Sutuf, reporter Alalam dan al-Ikhbariya di kota Homs.

Ahad (12/8) Sutuf diculik ketika sedang pulang menuju rumahnya pada pukul 11 malam.

Beberapa hari sebelumnya, serangan terhadap para reporter dan stasiun televisi dan media meningkat.

Jum'at pekan lalu, satu tim beranggotakan empat orang kru televisi al-Ikhbariya diculik di Damaskus. Pihak penculik mempublikasikan rekaman video dan mengklaim bahwa seorang di antara kru tersebut telah tewas.

Pekan lalu, Ali Abbas, direktur warta dalam negeri kantor berita Suriah SANA diteror.

Reporter Fars di Damaskus menambahkan bahwa seluruh isi kantor Ahmad Sutuf di jalan al-Ahram di Homs, raib dan hingga kini tidak diketahui nasibnya.

Dalam beberapa hari terakhir, gedung televisi al-Ikhbariya dan gedung radio-televisi Aleppo, serta televisi Suriah di Damaskus menjadi sasaran sejumlah serangan.

Sebelumnya, para teroris menculik seorang juru kamera televisi al-Ikhbariya.

Di kancah politik, telah dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan siaran televisi Suriah di satelit Nilesat dan Arabsat.

Senin (13/8) para teroris yang berafiliasi dengan Pasukan Bebas Suriah merilis pengumuman agar seluruh personilnya menangkap reporter televisi Alalam dan Press TV serta dua juru kameranya. Mereka menyebut empat kru televisi Alalam dan Press TV itu sebagai "kaki tangan" rezim Suriah yang harus dibunuh.(IRIB Indonesia/MZ)

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Ali Akbar Salehi menyatakan bahwa Tehran menentang penggantungan keanggotaan negara mana pun di Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Fars News melaporkan, Salehi mengemukakan hal itu Senin (13/8) di Jeddah, Arab Saudi dan menambahkan, "Saya secara tegas menentang penggantungan keanggotaan negara-negara anggota OKI.

Salehi menambahkan, "Penggantungan keanggotaan itu bukan berarti Anda sedang bergerak maju dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi Anda sedang melenyapkan masalah."

Salehi menegaskan bahwa setiap negara khususnya anggota OKI harus bersama-sama berusaha menyelesaikan masalah ini yang pada akhirnya akan mewujudkan stabilitas dan keamanan di kawasan.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ehsanoglu, kepada AFP mengatakan bahwa Suriah tidak akan menghadiri KTT OKI di Jeddah dan para menteri luar negeri anggota OKI Senin (13/8) bersidang mengusulkan penggantungan keanggotaan Suriah di organisasi ini.(IRIB Indonesia/MZ/PH)

Islam telah menunjukkan semua jalan yang dapat ditempuh manusia untuk menggapai kebahagiaan. Demi mengantarkan manusia pada perkembangan materi dan maknawi, serta penekanan terhadap masalah ketepatan waktu, Islam melatih manusia untuk teratur dalam menyusun prioritas dalam rutinitas dan kehidupan. Ini juga berlaku dalam ibadah. Dalam surat an-Nisa ayat 103, Allah Swt berfirman:

«إِنَّ الصَّلاةَ کانَتْ عَلَی الْمُؤْمِنینَ کِتابًا مَوْقُوتًا»

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Keutamaan shalat akan terkikis jika tidak dilaksanakan tepat waktu dan peran shalat sebagai ruh hubungan antara manusia dengan Allah Swt, juga tidak akan berpengaruh.

Imam Ja'far as-Shadiq as berkata:

«الصلوةُ تستحبُّ فی اَوَّلِ الأَوقاتِ»

Shalat memiliki pahala mustahab di awal waktu.

(بحارالانوار، جلد 80، صفحه 13)

Dalam riwayat lain imam juga mengatakan bahwa untuk setiap shalat lima waktu telah ditetakan dua waktu, pertama di awal dan kedua di akhir, menunaikan shalat di awal waktu lebih afdol.

Diriwayatkan pula dari Imam Hasan al-Askari, "Allah berbicara kepada Nabi Musa. Nabi Musa bertanya, ya Allah! Apa pahala orang yang menunaikan shalatnya di awal waktu? Allah Swt menjawa; Aku akan mengabulkan hajat dan permintaannya dan Aku akan me-mubah-kan (menghalalkan) sorga-Ku untuknya."

Rasulullah dalam sebuah hadis bersabda: "Tidak ada hamba yang memperhatikan waktu shalat dan posisi matahari, kecuali aku telah menjamin untuknya tiga hal, masalah dan kesedihannya terselesaikan, merasakan ketenagnan dan kebahagiaan ketika meninggal dunia, dan terselamatkan dari api neraka."

(سفینه البحار،جلد 2، صفحه 42)

Dalam hadis lain disebutkan bawa ketika Zuhur, pintu-pintu langit terbuka dan gerbang-gerbang sorga juga terbuka dan doa akan terkabulkan, maka berbahagialah orang-orang yang amal salehnya terangkat.(IRIB Indonesia/MZ)

Abdul Aziz al-Musa seorang penyair Tunisia dalam syairnya menjelang peringatan Hari Quds Sedunia, menekankan sisi kolektif dan tujuan dua bangsa Muslim Tunisia dan Iran, khususnya dalam upaya menghancurkan rezim penjajah Zionis Israel.

Abdul Aziz al-Musa mengatakan bahwa syair-syairnya yang terinspirasi dari perspektif Revolusi Islam dan Imam Khomeini ra, ditujukan kepada seluruh insan bebas di dunia tentang pembebasan Baitul Maqdis dari cengkeraman musuh Israel.

Dalam pertemuannya dengan Sadeq Ramazan Gol-afzani, deputi budaya Republik Islam Iran di Tunisia, al-Musa mengatakan bahwa ketika dia melantunkan syairnya, para budayawan dan penyair Muslim Tunisia, setuju dengan perspektif Imam Khomeini ra dan mereka semua berharap Baitul Maqdis segera terbebaskan.

Penyair Tunisia ini menyatakan bahwa jika bukan karena revolusi yang diperjuangkan Imam Khomeini, maka tidak akan terjadi gerakan revolusi baru di negara-negara Islam dan Arab.(IRIB Indonesia/MZ)

رُوِيَ عَن الصّادِقِ عَلَيهِ السَّلامُ قالَ:

لاتَکُونُ مُؤمِناً حَتّي تَکُونَ خَائِفاً رَاجِياً وَ لاتَکُونُ خَائِفاً رَاجِياً حَتّي تَکُونَ عامِلاً لِما تَخافُ وَ تَرجُوا

 

Diriwayatkan Imam Ja'far as-Shadiq as berkata: "Kalian bukan mukmin kecuali kalian takut dan mengharap dan kalian tidak takut dan mengharap kecuali kalian beramal atas apa yang kalian takutkan dan harapkan."

 

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis tersebut, "Dalam bab hakikat iman, ada banyak riwayat yang menjelaskannya. Akan tetapi dalam riwayat ini dijelaskan kriteria seorang mukmin. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut, maka dia bukan orang Mukmin. Pertama adalah rasa takut dan kedua adalah harapan. Jika hanya memiliki rasa takut tanpa harapan atau harapan saja tanpa rasa takut, maka orang tersebut belum mencapai keimanan hakiki."

 

Takut dan harapan adalah dua sifat batin. Muncul pertanyaan, takut dari apa dan mengharapkan apa? Takut akan azab dan siksa Allah serta berharap atas pahala- Allah Swt. Dua sifat batin ini harus terefleksikan dalam lahiriyah seseorang, yang berarti bahwa seseorang harus takut akan azab dan neraka jahanam dan tidak melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Swt. Di sisi lain, mengharapkan pahala dan sorga dengan mengerjakan seluruh perintah dan kewajiban yang ditentukan oleh Allah."

 

Akan tetapi orang yang mukmin, setelah meninggalkan haram dan melaksanakan kewajiban, di tahap yang lebih tinggi, dia akan meninggalkan yang makruh dan menunaikan mustahab. Jika seseorang melihat kembali pada amal-amalnya, maka dia tidak akan menemukan kesulitan sama sekali apakah dia benar-benar telah beriman atau hanya menyandang nama mukmin."(IRIB Indonesia/MZ)

[1]بحار الانوار، جلد 75، صفحه 253

Senin, 13 Agustus 2012 06:19

24 Ramadhan, Quthbuddin Shirazi Wafat

Quthbuddin Shirazi Wafat

Tanggal 24 Ramadhan 710 Hijriah, Quthbuddin Shirazi, dokter, ahli matematika, fisikawan, astronom, dan filsuf besar Iran, meninggal dunia di kota Tabriz. Dia adalah salah satu murid Nashiruddin Thusi, ulama terkemuka pada zaman itu. Quthbuddin adalah orang pertama yang meneliti fenomena pembentukan pelangi dan berhasil menemukan penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut.

Quthbuddin Shirazi juga aktif sebagai dokter dan bertahun-tahun bekerja di rumah sakit Shiraz, Iran selatan. Dia banyak menulis buku di bidang kedokteran, hikmah, matematika, dan astronomi . Di antara karya-karyanya adalah buku berjudul Penjelasan Atas Buku "Qaanun" Ibnu Sina dan Observasi Akhir dalam Astronomi.

Roger Garaudy dalam bukunya The Founding Myths of Israeli Politics juga menuliskan fakta serupa, yaitu bahwa segala kisah tentang pembunuhan kaum Yahudi oleh Nazi dalam jumlah besar, yaitu enam juta orang, adalah isapan jempol belaka dan bahkan Yahudi dan Nazi bekerja sama untuk menciptakan kisah tragedi bangsa Yahudi untuk menarik simpati dunia agar menyetujui dibentuknya negara Israel.

Namun, sebagai catatan di sini, Roger Garaudy tidak menolak dan membantah bahwa memang ada orang-orang Yahudi terbunuh, dengan terlebih dahulu mengalami penyiksaan. Dengan berpijak kepada dokumen-dokumen dan hasil berbagai kajian dan riset, Garaudy sampai pada kesimpulan bahwa jumlah orang-orang Yahudi yang terbunuh jauh lebih sedikit daripada jumlah yang diumumkan oleh rezim Zionis.

Garaudy dalam pidatonya yang belum lama ini disampaikan di kantor pengkajian politik internasional Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan, "Dalam buku saya, dengan berlandaskan pada tulisan-tulisan sejumlah besar cendikiawan dunia, termasuk penulis Rusia dan bahkan Yahudi, saya berhasil membuktikan bahwa jumlah orang Yahudi yang terbunuh dalam Perang Dunia II oleh tentara Nazi, kira-kira satu setengah hingga dua juta orang. Sedang pernyataan bahwa enam juta yang terbunuh, adalah tidak lebih dari membesar-besarkan saja, malahan boleh disebut sebagai tindakan Apartheid atau rasialis."

Di sepanjang sejarah Perang Dunia II, puluhan juta orang terbunuh di seantero dunia, namun dewasa ini yang dibicarakan hanyalah korban Yahudi, itupun dengan membesar-besarkan jumlah mereka. Cendekiawan ePrancis ini memandang penulisan sejarah yang berlebihan dan jauh dari kebenaran, berkaitan dengan kekejian Hitler terhadap orang-orang Yahudi semata-mata untuk melegitimasi pendirian rezim Zionis.

Atas bukunya itu, Garaudy dipenjara dan dijatuhi denda 40.000 dolar oleh pengadilan Paris. Roger Garaudy diadili berdasarkan undang-undang "Gayssot-Fabius Law" yang melindungi orang-orang Yahudi. Berdasarkan undang-undang ini, setiap tindakan yang mengecilkan kekejian tentara Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi, dikatagorikan sebagai kekejian anti kemanusiaan.

Jelas sekali, peran orang-orang Zionis dalam lahirnya UU semacam ini di negara Prancis tak dapat dipungkiri. Seorang dosen Universitas Perancis dalam wawancara dengan IRIB berkenaan dengan UU ini mengatakan, "Fabius adalah Ketua Parlemen Rakyat Perancis yang merupakan pencetus pengesahan undang-undang "Gayssot-Fabius". Peraturan ini akan menekan orang-orang yang berusaha meragukan jumlah orang Yahudi yang terkorbankan dalam Perang Dunia II. Lantaran dukungannya terhadap orang-orang Zionis, Fabius terkenal dan menjadi tokoh kenamaan. Dan kendati ada larangan bagi kegiatan kelompok-kelompok bersenjata di Perancis, akan tetapi pasukan bersenjata zionis yang dijuluki kelompok Tabar, memperoleh ijin melakukan kegiatan. Saya sendiri pada tahun 1998 menyaksikan kegiatan kelompok ini di sidang pengadilan Roger Garaudy. Orang-orang Zionis dalam sidang ini, melakukan kekerasan berupa pemukulan terhadap orang-orang Iran."

Di Perancis, selain Roger Garaudy, Jean Marie Le Pen, Ketua Partai Nasionalis Perancis juga merupakan di antara orang-orang yang menjadi korban lobi Zionis dalam birokrasi pengadilan negara ini. Le Pen dalam sebuah pidatonya di kota Munich, menyatakan bahwa kisah mengenai kamar-kamar gas di era pemerintahan Nazi yang menyebabkan terbunuhnya hampir 6 juta orang Yahudi hanyalah sebuah bagian kecil dalam sejarah Perang Dunia Kedua. Akibat pernyataannya ini, Le Pen dijatuhi hukuman oleh pengadilan Munich dengan tuduhan melakukan provokasi rasialis dan dikenakan hukuman berupa denda sebesar satu setengah juta Frank. Sebelum itu, Le Pen juga pernah dijatuhi hukuman karena mengeluarkan pendapat tentang masyarakat Yahudi di Perancis.

Tindakan keras yang ditunjukkan oleh Zionis itu menunjukkan betapa dalamnya kekhawatiran mereka atas terungkapnya hasil-hasil kajian mengenai tragedi pembantaian orang-orang Yahudi dalam PD II. Dengan berbagai upaya yang luas di berbagai negara, mereka berusaha untuk menghalangi dan mencegah terungkapnya kenyataan yang sesungguhnya mengenai pembantaian enam juta orang Yahudi di kamar-kamar gas Nazi. Bila tidak demikian, kemungkinan akan semakin banyak lagi kebohongan Zionis yang akan terungkap dan opini umum masyarakat dunia akan lebih keras mengutuk kekejian anti kemanusiaan yang dilakukan rezim ini di Bumi Pendudukan Palestina. (IRIB Indonesia)

Presiden Mesir Muhammad Mursi dalam membenarkan keputusannya mencopot Hussein Tantawi dari jabatannya sebagai menteri pertahanan, mengatakan, "Keputusan saya tidak dalam rangka menyerang individu-individu atau menyudutkan instansi-instansi negara."

IRNA (12/8) melaporkan, dalam pidatonya yang disampaikan Ahad malam di al-Azhar, Mursi menyatakan keputusannya tersebut adalah dalam rangka melakukan perubahan fundamental di Mesir dan ini demi kemaslahatan negara.

Menyinggung aksi teror beberapa waktu lalu di gurun Sinai yang mengakibatkan tewasnya 16 pasukan penjaga perbatasan, Mursi mengatakan, "Dalam hal ini militer telah menangkap sejumlah orang terkait insiden tersebut."

Menurutnya, pemerintah Mesir akan menindak tegas teroris dan semua pihak yang terlibat dalam upaya destabilisasi negara ini.

Ribuan warga Mesir berkonsentrasi di Bundaran Tahrir Kairo untuk mendukung keputusan Mursi.

Amerika Serikat terus meningkatkan kebijakan anti-Republik Islam dengan menekan ekonomi negara itu. Setelah mengembargo perusahaan-perusahaan Eropa dan Asia yang bertransaksi dengan Tehran, kini giliran perusahaan minyak pemerintah Suriah, Sytrol, disanksi Washington karena menjalin hubungan dagang dengan Iran.

Keputusan tersebut diambil ketika Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri AS berkunjung ke Turki dalam rangka mengintensifkan kebijakan anti-Iran dan Suriah.

Usai pertemuan dengan mitranya dari Turki Ahmet Davutoglu di Istanbul, Clinton dalam konferensi pers bersama Davutoglu mengatakan, pemberlakuan berbagai sanksi anti-Suriah bertujuan mengganggu hubungan antara Tehran, Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) dan Damaskus. Hubungan yang menurut Menlu AS sebagai penyebab berlanjutnya pemerintahan Bashar al-Assad, Presiden Suriah.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Timothy Geithner mengatakan, Hizbullah dimasukkan ke dalam daftar hitam organisasi-organisasi yang termasuk ke dalam sanksi anti-Suriah karena memiliki hubungan dekat dengan Iran dan negara Arab itu.

Pemberlakuan sanksi anti-Tehran oleh Washington bukan hal yang baru. Oleh karena itu, pernyataan Clinton dapat disimpulkan sebagai kekhawatiran Gedung Putih atas berlanjutnya perlawanan Iran dan Suriah terhadap tekanan yang dilancarkan oleh Amerika, Barat dan sekutu regional mereka termasuk Turki, Qatar dan Arab Saudi.

Peningkatan langkah-langkah anti-Iran oleh Amerika khususnya selama sebulan terakhir ini, yang berbarengan dengan krisis di Suriah bertujuan melemahkan Tehran. Langkah Washington yang memasukkan Suriah dan Hizbullah ke dalam daftar sanksi tak lebih hanya sebuah "lelucon"apabila dibandingkan dengan kebijakan makro Amerika terhadap poros Muqawama yang melawan rezim Zionis Israel. Meskipun, mungkin dari satu sisi, sikap tersebut menguntungkan Barack Obama, Presiden AS dalam persaingan pemilu presiden mendatang.

Sebenarnya, keputusan tersebut terpaksa diambil Amerika karena kekhawatiran Gedung Putih atas kegagalan semua rencana dan ambisi mereka di Timur Tengah. Kekhawatiran itu muncul akibat resistensi Iran, Suriah dan Hizbullah dalam menghadapi tekanan Amerika dan rezim Zionis.

Pada dasarnya, AS tidak ingin krisis di Suriah berakhir. Kemarahan Washington juga semakin memuncak ketika Tehran menggelar pertemuan konsultatif di tingkat internasional untuk membantu menyelesaikan krisis di Suriah. Pernyataan yang dirilis di akhir pertemuan tersebut menegaskan penyelesaian krisis Suriah harus berdasarkan standar internasional, tanpa intervensi dari pihak asing dan menghormati hak kedaulatan nasional dan teritorial negara itu.

Tak diragukan lagi, statemen itu membuat pejabat-pejabat Washington geram karena berdasarkan agenda Gedung Putih, pemerintah Damaskus harus digulingkan dengan cara apa pun.Tujuan lawatan Menlu AS ke Turki tak lain dalam rangka menjatuhkan pemerintahan Assad yang didukung rakyatnya dengan cara mendukung secara terbuka kepada teroris bersenjata di Suriah dan bekerjasama dengan sejumlah negara Arab di kawasan.

Dengan demikian, amat jelas bahwa langkah Amerika yang memasukkan Suriah dan Hizbullah ke dalam sanksi minyak Iran hanya sebuah permainan politik dan propaganda untuk mempengaruhi opini publik bahwa AS adalah sebuah kekuatan dunia yang menginginkan demokrasi dan mendukung rakyat di kawasan. Amerika seakan-akan bersikap membela rakyat Suriah padahal Washington berambisi menebarkan dominasinya di kawasan.

Sebenarnya, AS adalah sumber utama masalah di kawasan. Bukti menunjukkan bahwa Washington sebelum bulan September berupaya mengintervensi militer di Suriah dan krisis yang disulut oleh musuh-musuh Damaskus merupakan ancaman bagi keamanan regional dan internasional.

Dalam kondisi saat ini, negara-negara di kawasan diharapkan bersikap bijak dalam menghadapi krisis Suriah. Sebab, jika krisis tersebut terus berlanjut, maka instabilitas akan menjalar ke negara-negara tetangga dan pada akhirnya akan menjadi masalah bagi semua pihak. (IRIB Indonesia/RA/NA)