کمالوندی

کمالوندی

Eric Hensel adalah warga Amerika yang melakukan kerja sukarela di Tunisia, Oman, Bahrain, UAE, dan Mesir untuk membantu orang miskin. Dia tidak hanya melakukan pengembaraan di tempat-tempat yang dia kunjungi, tetapi juga melakukan pengembaraan spiritual.

Ketika saya masih anak-anak dan tumbuh besar di Amerika, saya mendapat didikan Kristen dengan baik. Ibu, ayah, adik-adik dan bahkan tetangga saya, semua mendapat didikan kristen yang baik.

Dengan berlalunya waktu, semua anggota keluarga saya secara perlahan-lahan memisahkan diri dari Gereja. Bukannya kami berhenti dari percaya pada Tuhan atau Kristen, hanya kami dapati bahwa ada sesuatu pada Gereja yang tidak dapat kami terima. Pada saat itulah saya pergi mengembara.

Saya mula mencari berbagai agama termasuk Judaisme, Kristen dan Islam.

 

Bekerja di Tunisia

Saya begitu tertarik untuk pergi ke utara Afrika dan ditawari bekerja di Tunisia. Bukanlah mudah untuk saya beradaptasi.Apalagi banyak teman-teman saya berkata tentang utara Afrika atau mengenai kawasan kesukuan negara-negara Arab. Saya tidak mengindahkan; saya tetap pergi.

Di Tunisia, saya dapati orang-orang di sini tidak begitu banyak bercerita tentang Islam. Tunisia bukanlah sebuah tempat dimana seorang asing bisa datang dan belajar banyak tentang agama. Namun, saya menemui orang-orang yang begitu baik dan memperlihatkan keikhlasan mereka yang hanya saya temui di bagian negara ini. Bukan bermaksud hal ini tidak berlaku di tempat lain, tetapi untuk beberapa alasan, orang-orang Tunisia memperlihatkan ada sesuatu yang terdapat jauh dikedalaman budaya mereka, sesuatu yang begitu tersusun dan itu diperlukan oleh semua orang.

Saya tinggal di sebuah negara Muslim yang mengamalkan ajaran Islam. Saya melihat banyak sekali nilai-nilai Islam yang menembusi budayanegara.

Kali pertama saya mendengar lantunan azan, ketika itu saya sedang berjalan di sebuah lorong, tiba-tiba saja kedengaran laungan Allahu Akbar dari speaker.

Saya bertanya dalam bahasa Perancis 'Qui chante?' yang artinya 'Siapa sedang menyanyi?'

Saya tidak tahu bahwa itu merupakan laungan azan. Saya fikir ada seseorang yang sedang menyanyi lewat speaker, seperti yang selalu saya dengar di Tunisia dan semua orang akan menyanyi, maka ia merupakan sesuatu yang mengejutkan bagi saya.

Ketika berada di universitas, saya belajar sedikit mengenai Islam dan saya merasakan Islam adalah sesuatu yang suci tetapi berbeda. Saya tidak pernah punya pikiran jahat berkaitan agama maupun penganutnya. Hanya saya merasakan ia begitu asing bagi saya. Saya pikir ia akan dipandang rendah oleh masyarakat saya, dan sudah pasti terjadi perubahan besar dalam gaya hidup. Hal itu lebih ketat dari kehidupan bebas dan longgar yang saya amalkan.

 

Sebuah Sejarah Ringkas Berkaitan Hampir Semuanya

Saya banyak belajar berkaitan Islam di universitas dan saya juga berinteraksi dengan Muslim di universitas, kemudian juga di Tunisia, di Dubai, di Bahrain, Oman, dan hampir semua negara Teluk. Tetapi tidak ada yang begitu menarik perhatian saya sehingga saya membaca buku dari seorang lelaki Iowa, Amerika. Saya percaya dia tinggal di Inggris, dia menulis sebuah buku berjudul 'Sebuah Sejarah Ringkas Berkaitan Hampir Semuanya' (A Short History of Nearly Everything).

Ia merupakan sebuah buku saintifik yang menjelaskan secara dasar apa yang kita tahu, dan selepas melihatnya saya berkata 'wow! buku ini sungguh menakjubkan, manusia memang mengetahui banyak informasi.' Pada akhir sebuah bagian, dia menulis; 'Ini hanyalah kurang dari 5 persen dari informasi dari apa yang sebenarnya berada di luar sana.'

Buku tersebut mengandungi lebih kurang 800 halaman, dan ia menyebut seluruh sejarah dunia. Ia juga menyentuh semua topik yang dikatakan sebagai ciptaan Tuhan atau seorang saintis berusaha untuk mencari apa maksudnya.

Saya terus-terusan tiba ke satu titik yang sama: Tuhan telah melakukan semuanya untuk kita karena kita tidak dapat membalas atau belajar apa yang Dia berikan dalam satu penjelasan. Satu bagian dari buku itu menarik hati saya, dia menulis kita bisa pergi ke Amazon di Amerika Selatan dan menggoyang pohon apa saja dan setelah menggoyang dengan keras, sesuatu akan terjatuh dari atasnya. Sesuatu yang tidak pernah kita dengar sebelum ini, tidak pernah direkam sebelum keberadaann manusia.

Saya punya banyak teman yang tinggal di Dubai.Saya sering bertanya mereka pertanyaan sehingga mereka akan berkata 'berhenti dari bertanya karena anda akan berhenti mengambil langkah seterusnya dalam hidup anda. Jika anda bertanya mengapa wanita harus menutupi diri mereka, ia merupakan pertanyaan negatif tentang agama, sebaiknya anda berkata: Mengapa wanita tidak menutupi diri mereka dengan cara demikian? Atau, mengapa wanita kelihatan alami seperti ini? Lihatlah gambar secara keseluruhan bagi semua hal dalam kehidupan. Jangan asyik bertanya pertanyaan-pertanyaan yang aneh tentang Islam, dan anda terus saja bertanya berkali-kali.'

 

Mencari Kebenaran Berlanjut

Saya mulai belajar sendiri. Saya menyadari bahwa diri saya yang bertanya kepada orang lain hanya memberikan dampak bahwa orang tersebut mengetahuinya. Dan mungkin apa yang mereka lihat hal itu bermanfaat kepada saya tetapi agama bukan saja tentang diri anda atau orang lain. Ia adalah berkaitan dengan anda dan apa yang anda cari menerusi hati anda apa yang memberi makna dan apa yang akan membuat kehidupan anda menjadi lebih baik.

Sebaiknya saya memulai kisahnya. Saya hampir saja menggigil, berpeluh, bukan detik itu, tetapi ketika saya mula belajar sendiri dan mulaimenyendiri dalam kamar. Saya merasakan tekanan yang kuat; masyarakat tidak pernah mendatangkan tekananseperti ini. Saya adalah seorang yang independen maka saya tidak pernah merasakan tekanan dari masyarakat, tetapi tiba-tiba saya merasakan seperti ditekan, saya sendiri tidak dapat memahaminya.

Saya beli sehelai sajadah.Saya tinggal di Timur Tengah.Saya mencari beberapa buku yang memberi rujukan bahasa Inggris; mulai mencari informasi lewat internet seperti membuka situs Wikipedia dan lain-lain, sehingga saya merasakan bahwa saya tidak dapat mempelajari semuanya, tidak ada cara untuk mempelajari semuanya.

Anda mempunyai satu detik; dan pada saat yang sama anda merebut peluang itu, atau anda terlepas dari mendapatkannya. Kemudian baru anda sadar keesokkan harinya anda akan mati, saya mungkin melepaskan peluang tersebut dan tidak lagi dapat menilai diri, kini saya tahu bahwa itu adalah dunia atau akhirat, dan saya sedang melihat kepada dunia dengan penuh penyesalan seolah-olah saya akan kehilangannya.

Perkara-perkara kecil yang tidak saya peduli, seperti minum alkohol atau makan babi, perkara-perkara kecil yang tidak membawa arti memenuhi pemikiran seseorang dan mereka tidak ingin meninggalkannya, tetapi anda merasa tertekan untuk melakukan sesuatu yang lebih penting.

Saya pikir selama seminggu dan saya hanya berkata 'saya tidak akan memberi risiko terhadap apa yang saya percayai dan ini merupakan satu yang baru, tetapi bukan sesuatu yang berbeda. Ia seperti lahir kembali, sama seperti saya lahir dengannya; tidak ada yang berbeda sama sekali. Sayapun mengucapkan dua kalimah syahadah, sendirian, dalam kamar saya, terasing. Saya berusaha untuk shalat sebaik mungkin tanpa mengetahui apa-apa.

Pada detik itu, saya ingin melepaskan semuanya, itulah masanya saya menyerah, ketika saya mengatakan bahwa semuanya tidak berarti dalam kehidupan.Karena mungkin saja esok akan berakhir dan andainya saya bersedia untuk menghadapi apa yang akan terjadi….sebelumnya hidup saya tidak berarti; hanya saya hidup tanpa tujuan.

Karena saya banyak melakukan perjalanan, saya tidak pernah berada di satu tempat dalam jangka waktu yang lama, maka saya tidak punya siapapun; saya merasa kehilangan. Keluarga saya tinggal di Amerika. Mereka merupakan keluarga yang baik dan senantiasa memberi dukungan kepada saya. Tetapi mempunyai keluarga Islam yang memberi dukungan kepada anda merupakan satu hal penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Saya diberikan tempat yang tepat untuk belajar bahasa Arab dan Islam.

Saya bekerja sebagai sukarelawan. Bersama sukarelawan lain, saya pergi ke Emirat dan membantu keluarga yang memerlukan. Kami mulai dengan mendapatkan informasi berkaitan keluarga tersebut, memastikan bahwa mereka memang layak menerima bantuan. Mencari keluarga dari jaringan dan tetangga serta bantuan, kemudian kami akan mengunjungi mereka dan mengakses apakah keperluan mereka secara detil.

Sebenarnya saya telah melakukan kerja ini semasa usia saya lebih muda; saya melakukannya di Amerika dengan membantu rakyat Detroit di berbagai daerah, tetapi sebagian besar kerja saya lakukan selepas saya datang ke Timur Tengah. Kami banyak sekali melakukan kerja-kerja pembangunan pemuda, secara pribadi saya melihatnyaianya merupakan jalan terbaik buat saya, hal ini lebih memuaskan dari bidang bisnis atau mendapat kerja untuk meraih keuntungan. Selama bertahun-tahun saya bekerja secara sukarela dan non profit.

Surat al-Baqarah ayat 197menyebutkan, "Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."

Mempelajari atau membaca Quran atau mempelajari bahasa Arab atau mempelajari ajaran fundamental Islam, sebagai seorang yang baru memeluk Islam ia merupakan upaya dan usaha yang terbesar. Banyak yang datang dan pergi. Sebagian memberikan bantuan sedikit, semua ingin membantu tetapi mungkin saja mereka bukan orang yang sebenarnya yang dapat membantu anda.

Bagaimanapun, saya memaksa diri saya untuk belajar dan mempraktikkan bahasa Arab klasik bukan sekadar bahasa yang anda dengar di tepi jalan. Semuanya telah diberikan kepada saya, saya sungguh beruntung! Saya tidak perlu menderita hanya karena saya memilih jalan lain untuk kehidupan saja atau sesuatu yang harus saya pelajari demi menjalani kehidupan yang lebih baik.

Sedikit demi sedikit, saya merasa bertambah kuat dan tidak lagi perlu bergantung pada yang lain untuk membimbing saya. Ada baiknya dan ada juga buruknya, karena hal ini lebih banyak mengambarkan persepsi saya dan pengalaman saya dalam komunitas Islam. Bagaimanapun, ia mengambarkan bagaimana anda harus menjawab sendiri pada Hari Kiamat nanti dan setiap hari dalam kehidupan anda. Bukan orang lain, tetapi andalah sendiri yang harus memberikan jawabannya.

Selasa, 21 Agustus 2012 06:31

KTT GNB di Tehran akan Kurangi Pengaruh AS

 

Seorang anggota parlemen Republik Islam Iran mengatakan, Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (GNB) ke-16di Tehran akan mengurangi pengaruh Amerika Serikat di tingkat internasionalmenyusul gelombang Kebangkitan Islamyang menyapu kawasan.

Gholam Ali Haddad Adel kepada IRNA, Senin (20/8), mengatakan, tampaknya gerakan Islam di kawasan akan meningkat danKTT GNB dalam krisis global ini dapat memainkan peran menentukan bagi seluruh dunia.

 

Ia menambahkan, GNB telah mengurangi pengaruh AS di tingkat global dengan cara mempromosikan penghormatan terhadap integritas teritorial dan kedaulatan negara lain, kesetaraan dan kepentingan bersama, hidup berdampingan secara damai dan tidak ada intervensi dalam urusan internal negara-negara lain.

Amerika, kata Gholam Ali, terus berusaha menabur perselisihandiantara negara-negara anggota GNB untuk meningkatkan pengaruhnya dalamorganisasi ini. (IRIB Indonesia/RA)

KTT GNB di Tehran akan Kurangi Pengaruh AS

Selasa, 21 Agustus 2012 05:14

3 Syawal, Perang Hunain Dimulai

Perang Hunain Dimulai

Tanggal 3 Syawal 8 Hijriah, menurut sebagian sejarawan muslim, dimulailah Perang Hunain. Perang ini terjadi lima belas hari setelah penaklukan Mekah dan berlangsung di kawasan antara Mekah dan Thaif. Dua kabilah Arab yang belum masuk Islam, yaitu Hawazan dan Tsaqif, bersatu untuk melawan kaum Muslimin dan mereka memasang jebakan untuk mengalahkan pasukan Muslim.

Pasukan Muslimin yang baru saja memperoleh kemenangan dalam penaklukan Mekah, sempat lengah dalam perang ini dan terpaksa mundur. Namun, atas pertolongan Allah Swt dan kepemimpinan Rasulullah, pasukan Muslim kembali bangkit dan berjuang sampai akhirnya meraih kemenangan.

Peristiwa ini diabadikan di al-Quran dalam surat at-Taubah ayat 25, yang artinya, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di medan peperangan yang banyak, dan peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah , maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai." (IRIB Indonesia)

Pesan Imam Khomeini Menyusul Pembakaran Bioskop Rex

Pasca terjadinya kejahatan biadab pembakaran bioskop Rex, Abadan oleh anasir Shah Pahlevi, Imam Khomeini ra dalam sebuah pesan dari Najaf, Irak kepada rakyat Abadan beliau mengingatkan bahaya yang sama di kota-kota lain yang akan dilakukan oleh rezim Pahlevi. Untuk itu Imam meminta kepada para orator dan siapa saja untuk memberikan pencerahan dan informasi kepada rakyat Iran.

Di bagian dari pesan penting Imam Khomeini ra terkait kejahatan bioskop Rex disebutkan:

"Saya tidak percaya ada seorang muslim atau manusia yang akan melakukan kebiadaban seperti ini, kecuali orang-orang yang biasa melakukan kejahatan yang sama. Pernyataan Shah yang menyebutkan para demonstran yang menentang saya akan merasakan "ketakutan besar" dan mengulangi pernyataannya setelah peristiwa bioskop Rex, yang merupakan janji sebelumnya, adalah bukti konspirasi. Musibah besar ini bagi Shah sebuah pekerjaan besar untuk melakukan propaganda di dalam dan luar negeri dan memberikan tanda dan perintah kepada media-media di dalam dan luar negeri untuk menipu masyarakat dengan menyebutkan kejahatan ini dilakukan oleh rakyat tertindas Iran. Dengan demikian mereka ingin memperkenalkan kepada negara-negara internasional bahwa rakyat Iran yang menuntut hak dan kebenaran merupakan masyarakat yang tidak mengenal kemanusiaan dan Islam."

Rezim Pahlevi pada 28 Mordad 1357 Hs membakar bioskop Rex di Abadan yang mengakibatkan 377 orang meninggal dunia. (IRIB Indonesia)

Jaringan televisi Arab Saudi, Alarabiya, terus berupaya mendistorsi fakta di Suriah dan memprovokasi opini publik supaya anti-pemerintah Damaskus dengan cara menyebarkan berita bohong.

Alarabiya baru-baru ini mempublikasikan salah satu gambar tragis dan menyanyat hati dari korban gempa bumi di Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, sebagai kejahatan di wilayah Azaz, Suriah. Demikian televisi al-Alam melaporkan, Sabtu (18/8).

Jaringan tersebut mengkhayal bahwa dengan gambar itu dapat memojokkan dan merusak nama baik pemerintah Suriah. Namun tak lama kemudian, foto tersebut dihapus dari situs beritanya. (IRIB Indonesia/RA)

Rusia menentang gagasan untuk memaksakan pemberlakukan zona larangan terbang bagi Suriah yang digulirkan Amerika Serikat baru-baru ini.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam wawancaranya dengan Sky News Arabia pada Sabtu (18/8), mengatakan, sejumlah negara menggunakan krisis kemanusiaan di Suriah sebagai alasan untuk menerapkan zona larangan terbang.

"Jika Anda mencoba untuk menerapkan zona larangan terbang dan zona keamanan untuk tujuan militer dalam kontek penyebutan krisis internasional, maka hal ini tidak dapat diterima," tandasnya.

Menurut Lavrov, ide pelarangan terbang itu juga melanggar kedaulatan Suriah.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengunjungi Turki dan membahas kemungkinan diberlakukannya zona larangan terbang di sejumlah wilayah Suriah. (IRIB Indonesia/RA)

Sabtu, 18 Agustus 2012 18:13

Reaksi Suriah Atas Keputusan Sidang Mekah

Menlu Suriah Walid al-Moallem mengatakan, Amerika Serikat adalah pelopor dari konspirasi terhadap negaranya, sementara Qatar, Arab Saudi dan Turki hanyalah alat. Dalam wawancara dengan televisi pemerintah, al-Moallem mengatakan Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bersekongkol untuk membekukan keanggotaan Suriah di OKI. Ditambahkannya, mereka bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Suriah.

Al-Moallem menganggap langkah terbaru OKI sebagai pelanggaran terhadap piagam organisasi itu. Dia menyebut beberapa anggota OKI adalah munafik. Negara-negara peserta sidang luar biasa OKI di Mekah menangguhkan keanggotaan Suriah di saat sejumlah negara anggota lainnya termasuk Republik Islam Iran dan Aljazair menolak keputusan tersebut.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sepakat untuk membekukan keanggotaan Suriah di dalam organisasi tersebut. Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan menteri luar negeri negara-negara anggota OKI di Jeddah, Arab Saudi, Senin (13/8).

Pembekuan Suriah itu akan disahkan para kepala negara OKI dalam KTT Darurat yang dimulai kemarin (Selasa, 14/8). Pembekuan itu merupakan respons badan yang terdiri atas 56 negara ditambah Otoritas Palestina tersebut terhadap meningkatkan kekerasan oleh rezim Presiden Bashar al-Assad dalam 17 bulan terakhir. Suriah masuk menjadi bagian dari keanggotaan OKI sejak 1972.

"Sesi (pertemuan) telah berakhir. Para menteri telah mengadopsi berbagai resolusi, termasuk membekukan Suriah," ujar seorang diplomat OKI seperti dikutip Reuters.

Sebelum pertemuan tingkat menlu, Menlu Iran Ali Akbar Salehi mengecam rencana pembekuan keanggotaan Suriah dalam OKI tersebut. Selama ini, Iran dikenal sebagai negara yang mendukung Suriah, terutama rezim Presiden Al-Assad.

"Dengan membekukan keanggotaan (Suriah), bukan berarti Anda telah bergerak ke arah penyelesaian persoalan ini. Ini berarti Anda berupaya menghapus isu. Kami ingin agar isu ini betul-betul diselesaikan," tegas Salehi.

Secara terpisah, Menlu RI Marty Natalegawa menyatakan Indonesia mendorong OKI untuk bersatu menghentikan kekerasan terhadap rakyat sipil di Suriah terus meluas. Oleh karena itu, kata Marty, OKI harus menyampaikan kesatuan pesan kepada Dewan Keamanan PBB agar segera bertindak. "Jika perlu, menggunakan Pasal 7 Piagam PBB," kata Marty melalui rilis persnya, kemarin.

Transisi politik di Suriah bukanlah hal yang mendesak dan dapat dilakukan setelah perdamaian dapat tercipta. Hal yang paling utama dan pertama bagi OKI, tegas Marty, ialah menghentikan kekerasan terhadap rakyat sipil.

Lebih lanjut, Marty menyatakan OKI harus lebih konkret dan menetapkan agenda untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi umat Islam saat ini. "Mengutuk berbagai persoalan yang dihadapi umat bukanlah sebuah kebijakan, OKI harus melakukan langkah nyata dan konstruktif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan umat," ujar Marty.

OKI yang dibentuk dengan dasar filsafat memerangi rezim Zionis Israel dapat melakukan tindakan tak rasional dengan menangguhkan keanggotaan Suriah yang dikenal sebagai front terdepan muqawama anti Israel. Tak diragukan lagi bahwa keputusan ini sebuah konspirasi untuk menekan lebih berat pemerintah Damaskus. Kepala dari konspirasi ini tak diragukan lagi adalah Amerika Serikat yang menyaksikan Israel semakin terkucil karena gelombang Kebangkitan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Maka tak heran jika Amerika kemudian menerapkan strategi pengobaran kerusuhan di Suriah guna menciptakan krisis keamanan dan politik serius di negara pro muqawama anti Israel ini. Sementara Arab Saudi dan Qatar dengan melupakan identitas Arab dan Islamnya bersedia menjadi pelaksana kebijakan Amerika Serikat ini. (IRIB Indonesia/MF/RA)

Sikap Partai Konservatif Inggris yang mendukung pernikahan sesama jenis menyebabkan berkurangnya dukungan publik terhadap partai ini.

Fars News mengutip Daily Telegraph, Sabtu (18/8) melaporkan, jajak pendapat terbaru di Inggris menunjukkan bahwa sekitar enam orang dari 10 orang di Inggris menyatakan kemungkinan besar tidak akan memberikan suaranya kepada Partai Konservatif dalam pemilu mendatang.

Partai Konservatif yang dipimpin oleh David Cameron saat ini berkuasa di Inggris dan selalu membentuk kabinet koalisi dengan Partai Liberal Demokrat.

Sementara itu, sepertiga warga Ingris menyatakan tidak akan memilih Partai Konservatif di pemilu mendatang.

Berdasarkan polling tersebut, sikap kedua partai terkait perkawinan sesama jenis telah mencoreng nama baik kedua partai itu di kalangan masyarakat religius Inggris seperti dari pihak gereja. Dalam hal ini, Partai Konservatif yang paling merugi, karena partai ini sudah tidak memiliki pamor lagi di kalangan religius.

Sebelumnya, Partai Konservatif selalu mendapat dukungan signifikan dari kalangan religius, tetapi sikap partai ini yang mendukung perkawinan sesama jenis menyebabkan merosotnya dukungan mereka. (IRIB Indonesia/RA)

Sabtu, 18 Agustus 2012 18:08

Idul Fitri dan Nilai Ekonomi

Lebaran Idul Fitri bukan sekedar perayaan hari suci keagamaan. Perayaan umat Islam sedunia itu menciptakan tradisi turun temurun di Indonesia. Yakni tradisi mudik atau pulang kampung, yang menggulirkan dampak ekonomi luar biasa.

Ya, tradisi mudik bukan saja sekadar migrasi massal giga komunal, yang melibatkan sekitar 10% penduduk dalam rentang waktu 2 minggu. Tidak juga sekadar ritual sibuk semata atau menjalankan amanah agama dalam menjalankan silaturahmi dan merekatkan kekerabatan. Mudik membawa dampak redistribusi ekonomi kota ke desa, yang luar biasa besar.

Dikatakan oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Poempida Hidayatulloh, pada saat musim mudik, terjadi perputaran uang yang sangat besar. "Orang-orang punya uang, transportasi menjadi laku, konsumsi BBM meningkat, serta harga barang naik, tetapi orang tidak berebut," ungkapnya.

Politisi Partai Golkar ini berpendapat, kalau mudik dikelola secara baik, berpotensi menyerap tenaga kerja, bahkab dimulai dari persiapan mudik. "Contohnya, dulu pengusaha parcel ramai pada saat lebaran. Orang-orang itu bekerja untuk satu tahun penuh," katanya kepada Iwan Setiawan dari Gatranews.

Contoh lain, lanjut Poempida, pengusaha konveksi baju muslim di Tanah Abang kerja 1 tahun penuh hanya untuk memenuhi kebutuhan lebaran. "Intinya, peluang ekonomi sesaat yang luar biasa. Ini harus dapat dikelola agar menjadi potensi penyerapan tenaga kerja, tentunya penyerapan tenaga kerja yang permanen," tutur Poempida.

Menurut prakiraan berbagai pihak, lebaran menciptakan redistribusi ekonomi ke kampung halaman dalam porsi yang amat besar. Data ad interm Bank Indonesia, misalnya, jumlah penukaran uang tunai-receh untuk keperluan tahunan ini saja sekitar Rp77 trilliun.

Belum lagi "capital expenditure" dan biaya ‘show room' lainnya atas displai keberhasilan di kampung. Perkiraan redistribusi income saat mudik lebaran mencapai sekitar 10% dari APBN atau sekitar Rp100 trillun.

Nah, redistribusi ekonomi itu berjalan setiap tahun, hanya dalam rentang 2 minggu. Sepanjang jeda waktu itu, kita menyaksikan kekuatan dan parade adidaya spirit rohani berpadu dengan semangat ekonomi dan gaya hidup.

Spirit itu, bisa jadi, akan menggetarkan siapapun. Arus kontainer dan truk akan berhenti memberikan tanda hormat. Armada kapal perang pun bisa dikerahkan sebagai tanda salut untuk mengangkut sebuah kehendak yang tidak mengenal kompromi.

Kalau satu aspek mental dalam hiruk pikuk mudik saat lebaran Idul Fitri bisa diterapkan setiap saat di negeri ini, maka Indonesia tidak pernah kekurangan perwira wirausaha.

 

Kisah Para Pembantu Infal

Lebaran tidak hanya menjadi eforia pulang kampung. Tapi juga membuka kesempatan bagi sebagian orang untuk mengais rejeki ke kota metropolitan. Mereka justru sengaja datang dari kampung ke kota di saat sebagian besar warga kota mudik ke kampung. Beberapa orang itu memilih untuk mendapatkan pemasukan lebih, sebagai pembantu rumah musiman (infal).

Sebut saja Ati, perempuan asal Lampung yang sehari-hari menjadi pekerja kebun. Menjelang lebaran kali ini, Ia memilih untuk pergi ke Jakarta untuk menjadi pembantu rumah tangga infal karena ingin mendapat pemasukan lebih.

"Saya memilih kerja begini (pembantu infal) karena pendapatannya lebih tinggi, lumayan untuk kebutuhan keluarga di kampung," kata wanita umur 30 tahun itu.

Ati, yang sudah tiga kali bekerja sebagai pembantu infal itu bisa mengantongi pendapatan lebih dari Rp 1 juta untuk dibawa pulang usai Lebaran. "Alhamdulillah bisa buat anak-anak saya sekolah dan bantu suami yang bertani," ujarnya.

Sementara Sumarsih, perempuan berusia 35 tahun asal Sragen, Jawa Tengah, rela meninggalkan keluarga saat Lebaran untuk menjadi pembantu infal karena ingin mendapatkan pemasukan lebih. "Saya memang lagi butuh uang untuk keluarga di rumah," ujarnya saat ditemui di Yayasan Ibu Hadi, Depok.

Asih, demikian ia akrab disapa, mengaku baru kali ini menjajal sebagai pembantu infal. Ia diajak temannya yang sudah berkali-kali menjadi asisten Rumah Tangga musiman ini. Ditanya mengenai anaknya yang baru berusia 4 tahun, Asih tidak merasa khawatir meninggalkannya di kampung, karena sudah menitipkan kepada suami dan orangtuanya. "Kerja ginian kan nggak lama. Cuma dua minggu kok mas," katanya.

Gaji yang ditawarkan bagi pembantu infal memang cukup besar, dengan waktu kerja yang singkat, tidak sampai satu bulan. Jika di hari biasa mereka mendapat Rp 25 ribu-Rp 30 ribu sehari, saat Lebaran, pemasukan mereka naik hingga tiga kali lipat, yaitu antara Rp 80 ribu-Rp 100 ribu per hari.

Dani, pemilik Yayasan Dwi Asih mengaku, pada musim lebaran kali ini, pihaknya masih kekurangan pembantu infal untuk pelanggan di Jakarta. Sebab, kebanyakan pembantu infal yang berasal dari Lampung, kali ini memang memilih untuk menjadi buruh kebun. Ini karena Lampung sedang musim panen lada dan merica.

"Tidak heran, kalau tahun ini mengalami penurunan tenaga, karena di daerah asal mereka banyak yang memilih jadi buruh kebun," kata Dani.

Permintaan pembantu infal atau pembantu rumah tangga (PRT) musiman pada lebaran tahun ini masih membludak. Namun, penyedia jasa ini mengaku mulai kekurangan tenaga kerja. "Memang untuk tahun ini terjadi peningkatan permintaan tenaga pembantu rumah tangga, hampir di atas 50%. Hanya sayangnya, tenaga kerja yang dibutuhkan kurang," kata Dani.

Untuk mengantisipasi tingginya permintaan, Yayasan Dwi Asih pun terpaksa bekerja sama mencari suplai tenaga kerja dari yayasan lain. "Kalau di sini tidak ada (pembantu infal) dan masih ada majikan yang membutuhkan jasa PRT, ya kita upayakan dengan tempat (yayasan) lain untuk mensuplai tenaga kerja," ujarnya.

Ruminah, pemilik Yayasan Cendana Raya di Cipete, Jakarta Selatan, juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan tenaga PRT infal. Menurutnya, untuk Lebaran kali ini, ketersediaan pembantu infalnya berkurang. "Mereka memilih untuk mudik," ujarnya.

Padahal, ia menargetkan tahun ini bisa menyalurkan lebih dari 600 pembantu infal. Untuk tahun ini kita menargetkan lebih dari 600 orang. Tapi rasanya hal itu agak sulit karena kebanyakan tenaga pembantu infalnya juga memilih untuk mudik dibandingkan bekerja saat Lebaran," ujarnya.

Adapun asisten rumah tangga infal Ruminah kebanyakan berasal dari daerah-daerah yang dekat dengan Jakarta. "Tenaga pembantu infal saya kebanyakan berasal dari daerah Bandung dan Pandeglang. Jarang dari yang Jawa Timur atau Jawa Tengah," katanya.

Ketua Asosiasi Pelatihan dan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Seluruh Indonesia (APPSI), Farikin mengatakan, sebenarnya jumlah pembantu infal dan permintaan, saat ini relatif stabil. Meski Ia mengakui, ada kebutuhan di daerah asal atau keperluan pribadi para tenaga kerja tersebut. Menurutnya, pembantu rumah tangga musiman ini terkesan berkurang karena penyebaran penyalur atau yayasan pembantu rumah tangga di kawasan Jakarta.

"Dulu, sekitar empat tahun lalu, tempat penyalur pembantu rumah tangga itu terpusat di Selatan Jakarta saja. Kini, seiring orang mengerti akan peluang tenaga musiman, penyalur-penyalur itu mulai menyebar ke pusat, utara dan barat Jakarta," katanya Farikin, yang juga memimpin Lembaga Jasa Penyalur pembantu rumah tangga Jasa Gria di Jatipadang, Jaksel.

Tentu kalau dilihat dari penyebaran ini, jumlah tenaga dan permintaan atau kebutuhan itu stabil, karena orang-orang yang membutuhkan jasa PRT musiman tersebut bisa menjumpai tidak hanya di Jakarta Selatan.

"Tenaga dan kebutuhan permintaan bisa dikatakan stabil, apalagi seiring dari menyebarnya orang kelas menengah ke atas ke pusat kota dan pengangguran yang ingin mencari kerja," jelas Farikin. Siklus seperti ini menurutnya akan terjadi setiap tahun di musim lebaran sesuai hukum permintaan. (IRIB Indonesia/Gatra)

Sabtu, 18 Agustus 2012 05:49

Masjid Al-Aqsa

Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha (bahasa Arab:المسجد الاقصى, Tentang suara ini Al-Masjid Al-Aqsha, arti harfiah: "masjid terjauh") adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di dalamnya juga termasuk Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (bahasa Ibrani: הַר הַבַּיִת, Har haBáyit, bahasa Inggris: Temple Mount), suatu tempat paling suci dalam agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait Kedua dahulu pernah berdiri.

Masjid Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam. Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-Aqsa dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat salat adalah Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang. Pengertian Masjid Al-Aqsa pada peristiwa Isra' Mi'raj dalam Al-Qur'an (Surah Al-Isra' ayat 1) meliputi seluruh kawasan Al-Haram Asy-Syarif.

Masjid Al-Aqsa pada awalnya adalah rumah ibadah kecil yang didirikan oleh Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, tetapi telah diperbaiki dan dibangun kembali oleh khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walid pada tahun 705 Masehi. Setelah gempa bumi tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Al-Aqsa pada tahun 1033, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini. Dalam berbagai renovasi berkala yang dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid dan kawasan sekitarnya, antara lain pada bagian kubah, fasad, mimbar, menara, dan interior bangunan. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu. Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, Majelis Tinggi Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di bawah pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga wakaf Islam pimpinan orang Palestina.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar baru yang dikerjakan di Yordania, meskipun ada pula yang menyatakan bahwa mimbar buatan Jepara digunakan di masjid ini.

 

Etimologi :

Nama Masjid al-Aqsa bila diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka ia berarti "masjid terjauh". Nama ini berasal dari keterangan dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Isra' ayat 1 mengenai Isra Mi'raj. Isra Mi'raj adalah perjalanan yang dilakukan Muhammad dari Masjid Al-Haram menuju Masjid Al-Aqsa, dan kemudian naik ke surga. Dalam kitab Shahih Bukhari dijelaskan bahwa Muhammad dalam perjalanan tersebut mengendarai Al-Buraq.[12] Istilah "terjauh" dalam hal ini digunakan dalam konteks yang berarti "terjauh dari Mekkah".

Selama berabad-abad yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsa sesungguhnya tidak hanya masjid saja, melainkan juga area di sekitar bangunan itu yang dianggap sebagai suatu tempat yang suci. Perubahan penyebutan kemudian terjadi pada masa pemerintahan kesultanan Utsmaniyah (kira-kira abad ke-16 sampai awal 1918), dimana area kompleks di sekitar masjid disebut sebagai Al-Haram Asy-Syarif, sedangkan bangunan masjid yang didirikan oleh Umar bin Khattab disebut sebagai Jami' Al-Aqsa atau Masjid Al-Aqsa.

 

Sejarah :

Pra konstruksi:

Area masjid ini dahulu adalah bagian perluasan pembangunan bukit oleh Raja Herodes Agung, yang dimulai pada tahun 20 SM. Herodes memerintahkan tukang batu untuk memotong permukaan batu di sisi timur dan selatan bukit, dan melapisinya. Sisa-sisa pembangunan tersebut saat ini masih dapat ditemukan di beberapa lokasi. Ketika Bait Kedua masih berdiri, situs tempat masjid saat ini berdiri disebut dengan nama Serambi Salomo, dan pada tiap sisinya terdapat gudang kuil yang dinamakan chanuyot, yang memanjang sampai ke sisi selatan bukit. Konstruksi tiang-tiang kolom besar persegi di bagian utara masjid serta tembok-temboknya, baru-baru ini ditetapkan memiliki usia jauh lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu (berdasarkan tulisan para saksi mata dari masa itu), yaitu bahwa konstruksi tersebut berasal dari masa kekuasaan Romawi. Tembok-tembok tersebut dibangun kembali atau diperkuat tidak lama setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi. Struktur bawah tanah bangunan ini berasal dari masa kembalinya orang Yahudi dari pembuangan Babilonia mereka, yaitu 2.300 tahun yang lalu. Situasi politik telah menyebabkan penggalian lebih lanjut di area tersebut tidak memungkinkan. Pada saat gempa bumi tahun 1930-an merusak masjid ini, penanggalan atas beberapa bagian yang terbuat dari kayu sempat dilakukan, yang menunjukkan kurun 900 SM. Kayu-kayu tersebut adalah cypress (sejenis cemara) dan akasia. Jenis yang disebut terakhir menurut Alkitab digunakan oleh Raja Salomo dalam konstruksi bangunan-bangunannya di bukit tersebut pada sekitar 900 SM. Bersama dengan Bait Suci, chanuyot yang ada ikut hancur oleh serangan Kaisar Romawi Titus (saat itu masih jenderal) pada tahun 70. Kaisar Yustinianus membangun sebuah gereja Kristen di situs ini pada tahun 530-an, yang dipersembahkan bagi Perawan Maria dan dinamakan "Gereja Bunda Kita". Gereja ini belakangan dihancurkan oleh Kaisar Sassania Khosrau II pada awal abad ke-7, hingga tersisa sebagai reruntuhan.

 

Konstruksi Umayyah :

Tidak diketahui secara tepat kapan Masjid Al-Aqsa pertama kali dibangun dan siapa yang memerintahkan pembangunannya, namun dapat dipastikan bahwa pembangunannya dilakukan pada masa awal pemerintahan Umayyah di Palestina. Berdasarkan kesaksian Arculf, seorang biarawan Galia yang berziarah ke Palestina pada 679-82, sejarawan arsitektur Sir Archibal Creswell berpendapat bahwa Umar bin Khattab mungkin adalah orang yang pertama kali mendirikan bangunan persegi empat primitif berkapasitas 3.000 jamaah di suatu tempat di Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci). Bagaimanapun juga, Arculf mengunjungi Palestina pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dengan demikian, adalah mungkin bahwa Muawiyah lah yang memerintahkan pembangunan dan bukan Umar. Pendapat terakhir ini didukung oleh tulisan dari ulama Yerusalem awal Al-Mutahhar bin Tahir Al-Maqdisi. Analisis atas panel dan balok kayu yang diambil dari bangunan ini selama renovasi pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut adalah cedar Libanon dan cypress. Penanggalan radiokarbon menunjukkan berbagai macam usia, beberapa bahkan setua abad ke-9 SM, yang menunjukkan bahwa beberapa dari kayu tersebut sebelumnya telah digunakan pada bangunan-bangunan yang lebih tua.

Menurut beberapa ulama Islam, antara lain Mujiruddin Al-Ulaimi, Jalaluddin As-Suyuthi, dan Syamsuddin Al-Maqdisi, masjid ini dibangun kembali dan diperluas oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada 690 bersama dengan Kubah Batu. Guy le Strange mengklaim bahwa Abdul Malik menggunakan bahan-bahan dari Gereja Bunda Kita yang hancur untuk membangun masjid dan menunjukkan bukti bahwa kemungkinan substruktur di sudut tenggara masjid adalah sisa-sisa gereja tersebut. Dalam merencanakan proyek megahnya di Bukit Bait Suci, yang pada akhirnya akan mengubah keseluruhan kompleks itu menjadi Al-Haram Asy-Syarif ("tanah suci yang mulia"), Abdul Malik ingin mengubah bangunan primitif sebagaimana digambarkan oleh Arculf menjadi struktur yang lebih terlindung yang melingkupi kiblat, suatu faktor penting dalam skema lengkap rancangannya. Namun demikian, seluruh Al-Haram Asy-Syarif itu dimaksudkan untuk melambangkan masjid. Seberapa banyak perubahan yang ia lakukan pada aspek bangunan sebelumnya tidak diketahui, tetapi panjang bangunan baru ditunjukkan dengan adanya bekas jembatan yang mengarah ke istana Umayyah, yang terletak di sebelah selatan dari bagian barat kompleks. Jembatan kemungkinan dahulunya membentang dari jalan di luar tembok selatan Al-Haram Asy-Syarif, sebagai akses langsung menuju masjid. Adanya akses langsung dari istana ke masjid adalah sebuah ciri khas yang terkenal pada masa Umayyah, sebagaimana terdapat pada situs-situs awal lainnya. Abdul Malik menggeser poros tengah masjid sekitar 40 meter ke arah barat, sesuai dengan rencana lengkapnya atas Al-Haram Asy-Syarif. Poros bangunan sebelumnya yang berbentuk sebuah ceruk, saat ini masih dikenal dengan sebutan "Mihrab Umar". Karena memperhatikan benar posisi Kubah Batu, Abdul Malik meminta arsiteknya menyejajarkan Masjid Al-Aqsa yang baru dengan posisi batu Ash-Shakhrah, sehingga sumbu utama utara-selatan Bukit Bait Suci yang sebelumnya, yaitu garis yang melalui Kubah Silsilah dan Mihrab Umar, menjadi bergeser.

Creswell, yang merujuk pada Papyri Aphrodito, sebaliknya mengklaim bahwa Al-Walid bin Abdul Malik adalah yang membangun kembali Masjid Al-Aqsa selama periode enam bulan sampai satu tahun, dengan para pekerja dari Damaskus. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa rekonstruksi masjid dimulai oleh Abdul Malik, namun Al-Walid lah yang mengawasinya hingga selesai. Dalam tahun 713-714, serangkaian gempa bumi telah merusak Yerusalem dan menghancurkan bagian timur masjid, yang akhirnya dibangun kembali pada masa pemerintahan Al-Walid tersebut. Untuk membiayai rekonstruksi ini, Al-Walid memerintahkan emas dari Kubah Ash-Shakhrah dicetak sebagai sebagai uang logam untuk membeli bahan-bahan bangunan. Masjid Al-Aqsa yang dibangun Umayyah kemungkinan besar berukuran 112 x 39 meter.

 

Gempa Bumi dan Pembangunan Kembali :

Pada tahun 746, Masjid Al-Aqsa rusak akibat gempa bumi, yaitu empat tahun sebelum Abul Abbas As-Saffah menggulingkan Ummayah dan mendirikan kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah Abbasiyah yang kedua Abu Jafar Al-Mansur pada tahun 753 menyatakan niatnya untuk memperbaiki masjid itu. Ia memerintahkan agar lempengan emas dan perak yang menutupi gerbang masjid dilepaskan dan dicetak menjadi uang dinar dan dirham untuk membiayai kegiatan rekonstruksi, yang diselesaikan pada tahun 771. Gempa kedua yang terjadi pada tahun 774 kemudian merusak sebagian besar perbaikan Al-Mansur itu, kecuali perbaikan pada bagian selatan masjid. Pada tahun 780, khalifah selanjutnya Muhammad Al-Mahdi membangunnya kembali, tapi ia mengurangi panjangnya serta memperbesar lebarnya. Renovasi Al-Mahdi adalah renovasi pertama yang diketahui memiliki catatan tertulis yang menjelaskan hal itu. Pada tahun 985, seorang ahli geografi Arab kelahiran Yerusalem bernama Al-Maqdisi mencatat bahwa masjid hasil renovasi memiliki "lima belas lengkungan dan lima belas gerbang".

Pada tahun 1033 terjadi lagi sebuah gempa bumi, yang sangat merusak masjid. Antara tahun 1034 dan 1036, khalifah Fatimiyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali dan merenovasi masjid secara menyeluruh. Jumlah lengkungan secara drastis dikurangi dari lima belas menjadi tujuh. Azh-Zhahir membangun empat buah arkade untuk aula tengah dan lorong, yang saat ini berfungsi sebagai fondasi masjid. Aula tengah diperbesar dua kali lipat dari lebar lorong lainnya, dan memiliki ujung atap besar yang di atasnya dibangun sebuah kubah dari kayu.

Yerusalem direbut oleh Tentara Salib pada tahun 1099, selama Perang Salib Pertama. Alih-alih menghancurkan masjid, yang mereka sebut "Bait Salomo", Tentara Salib menggunakannya sebagai istana kerajaan dan kandang kuda. Pada tahun 1119, tempat ini berubah menjadi markas para Ksatria Templar. Selama periode ini, mesjid mengalami beberapa perubahan struktural, termasuk perluasan serambi utara, penambahan apse, dan sebuah dinding pembatas. Sebuah kloster baru dan sebuah gereja juga dibangun di situs tersebut, bersama dengan beberapa struktur bangunan lainnya. Para Ksatria Templar membangun pavilyun berkubah di sisi barat dan timur bangunan. Pavilyun barat saat ini berfungsi sebagai masjid untuk kaum wanita dan pavilyun timur berfungsi sebagai Museum Islam.

Setelah Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil memimpin Ayyubiyah merebut kembali Yerusalem melalui pengepungan pada tahun 1187, beberapa perbaikan dilakukan atas Masjid Al-Aqsa. Nuruddin Zengi yang menjadi sultan sebelum Shalahuddin, sebelumnya telah menugaskan pembangunan mimbar baru yang terbuat dari gading dan kayu pada tahun 1168-1169, namun mimbar itu baru selesai setelah ia wafat. Mimbar Nuruddin telah ditambahkan oleh Shalahuddin ke masjid pada bulan November 1187. Penguasa Ayyubiyah di Damaskus, Sultan Al-Muazzam, pada tahun 1218 membangun serambi utara masjid dengan tiga buah gerbang. Pada tahun 1345, penguasa Mamluk di bawah pemerintahan Al-Kamil Shaban menambahkan dua lengkungan dan dua gerbang pada bagian timur masjid.

Setelah Utsmaniyah merebut kekuasaan pada 1517, mereka tidak melakukan renovasi atau perbaikan besar atas masjid itu, namun mereka melakukan perbaikan pada Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci) secara keseluruhan. Hal ini termasuk antara lain pembangunan Air Mancur Qasim Pasha (1527), perbaikan kembali Kolam Raranj, serta pembangunan tiga kubah yang berdiri bebas. Kubah yang paling terkenal ialah Kubah Nabi, dibangun pada tahun 1538. Semua pembangunan adalah atas perintah para gubernur Utsmaniyah di Yerusalem dan bukan atas perintah para sultan. Walaupun demikian, para sultan melakukan penambahan pada menara-menara yang telah ada.

Masa Modern:

Renovasi pertama pada abad ke-20 dilakukan pada tahun 1922, yaitu setelah Majelis Tinggi Islam Yerusalem di bawah pimpinan Amin Al-Husseini mempekerjakan Ahmet Kemalettin Bey, seorang arsitek berkebangsaan Turki, untuk merestorasi Masjid al-Aqsa dan monumen-monumen di sekitarnya. Dewan tersebut juga menugaskan arsitek-arsitek Inggris, ahli-ahli Mesir, dan para pejabat lokal untuk ikut berpartisipasi dan mengawasi perbaikan yang dilakukan pada tahun 1924–25 di bawah pengawasan Kemalettin. Renovasi meliputi penguatan fondasi kuno masjid Umayyah, perbaikan tiang-tiang kolom interior, penggantian balok-balok, pendirian perancah, perawatan lengkungan dan bagian dalam kubah, pendirian kembali dinding selatan, serta penggantian tiang kayu di ruangan tengah dengan tiang beton. Renovasi tersebut juga menampilkan kembali mosaik era Fatimiyah dan kaligrafi di lengkungan-lengkungan interior yang sebelumnya tertutupi oleh lapisan pelapis. Lengkungan-lengkungan dihiasi dengan gipsum berwarna hijau dan emas dan balok kayu landasannya digantikan dengan tembaga. Seperempat dari jendela kaca patri juga diperbaharui dengan hati-hati agar dapat melestarikan desain asli Abbasiyah dan Fatimiyahnya. Kerusakan hebat telah terjadi karena gempa bumi tahun 1927 dan 1937, namun masjid itu diperbaiki kembali pada tahun 1938 dan 1942.

Pada tanggal 21 Agustus 1969, terjadi kebakaran di dalam Masjid Al-Aqsa, yang memusnahkan bangunan bagian tenggara masjid. Mimbar Salahuddin adalah termasuk di antara barang-barang yang rusak terbakar. Orang-orang Palestina awalnya menyalahkan otoritas Israel atas kebakaran tersebut, dan beberapa orang Israel menyalahkan Fatah dan menganggap bahwa mereka yang menyulut sendiri apinya, agar dapat menyalahkan Israel dan memancing permusuhan. Namun kemudian terbukti bahwa kebakaran itu bukan disebabkan oleh Fatah maupun Israel, melainkan oleh seorang turis Australia bernama Denis Michael Rohan. Rohan adalah anggota dari sekte evangelis Kristen Worldwide Church of God. Ia berharap bahwa dengan membakar Masjid Al-Aqsa, ia dapat mempercepat Kedatangan Kedua Yesus, dengan cara mempermudah dibangunnya kembali Bait Suci Yahudi di Bukit Bait Suci. Rohan dirawat di lembaga perawatan mental, didiagnosa mengalami gangguan kejiwaan, dan akhirnya dideportasi. Serangan terhadap Al-Aqsa disebut-sebut sebagai salah satu penyebab dibentuknya Organisasi Konferensi Islam pada tahun 1971, yang merupakan organisasi dari 57 negara yang banyak berpenduduk Islam.

 

Pada tahun 1980-an, Ben Shoshan dan Yehuda Etzion, keduanya anggota kelompok bawah tanah Gush Emunim, merencanakan untuk meledakkan Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu. Etzion berpendapat bahwa meledakkan dua bangunan tersebut akan menyebabkan kebangkitan spiritual Israel, dan menyelesaikan semua permasalahan orang Yahudi. Mereka juga berharap bahwa Bait Suci Ketiga di Yerusalem dapat didirikan di atas lokasi tersebut. Rencana mereka mengalami kegagalan karena lebih dahulu diketahui pihak kepolisian. Pada tanggal 15 Januari 1988, yaitu saat berlangsungnya Intifadah Pertama, pasukan Israel menembakkan peluru karet dan gas air mata kepada para demonstran di luar masjid, mengakibatkan 40 orang jemaah luka-luka. Pada tanggal 8 Oktober 1990, dalam suatu kerusuhan 22 orang warga Palestina terbunuh dan lebih dari 100 lainnya luka-luka karena tindakan keras Polisi Perbatasan Israel. Kerusuhan dipicu oleh pengumuman dari Gerakan Setia Bait Suci, suatu kelompok Yahudi Ortodoks, yang menyatakan bahwa mereka akan meletakkan batu pertama untuk pembangunan Bait Suci Ketiga.

 

Arsitektur:

Bangunan Masjid Al-Aqsa berbentuk persegi, dan luasnya beserta area di sekitarnya adalah 144.000 m2, sehingga dapat menampung sampai dengan 400.000 jamaah. Panjang bangunan masjid adalah 272 kaki (83 m), dan lebarnya 184 kaki (56 m), dan dapat menampung sampai 5.000 jamaah.

 

Kubah:

Kubah berwarna perak yang tersusun dari lapisan timah.Berbeda dengan Kubah Batu yang mencerminkan arsitektur Byzantium klasik, kubah Masjid Al-Aqsa menunjukkan ciri arsitektur Islam awal. Kubah yang asli dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan, namun sekarang sudah tidak ada lagi sisanya. Bentuk kubah seperti yang ada saat ini awalnya dibangun oleh Ali Azh-Zhahir dan terbuat dari kayu yang disepuh dengan lapisan enamel timah. Pada tahun 1969, kubah dibangun kembali dengan menggunakan beton dan dilapisi dengan aluminium yang dianodisasi sebagai ganti dari bentuk aslinya yaitu lapisan enamel timah yang berusuk. Pada tahun 1983, aluminium yang menutupi bagian luar diganti lagi dengan timah untuk menyesuaikan dengan desain asli Azh-Zhahir.

Kubah Al-Aqsa adalah salah satu dari sedikit masjid dengan kubah yang dibangun di depan mihrab selama periode Umayyah dan Abbasiyah, contoh lainnya adalah Masjid Umayyah di Damaskus (715) dan Masjid Besar Sousse (850). Interior kubah dicat menurut dekorasi era abad ke-14. Pada kabakaran tahun 1969, cat dekoratif itu rusak dan sempat dianggap sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Namun dengan menggunakan teknik trateggio, yaitu sebuah metode yang menggunakan garis-garis vertikal halus untuk membedakan daerah yang direkonstruksi dengan daerah yang asli, akhirnya dapat diperbaiki kembali dengan sempurna.

 

Menara masjid

Masjid ini memiliki empat menara di sisi selatan, utara, dan barat. Menara pertama, dikenal sebagai Al-Fakhariyyah, dibangun pada tahun 1278 di bagian barat daya masjid atas perintah sultan Mamluk, Lajin. Menara ini dibangun dalam gaya tradisional Suriah, dengan landasan dan poros bangunan berbentuk persegi, serta dibagi menjadi tiga lantai dengan cetakan hias. Pada bagian atasnya terdapat dua deret muqarnas (ceruk hias) sebagai dekorasi untuk balkon muazzin. Ceruk hias ini dilingkupi oleh suatu bilik persegi, yang pada bagian atasnya terdapat kubah batu berlapis timah

Menara kedua, yang dikenal dengan nama Al-Ghawanimah, dibangun di sisi barat laut Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci) pada tahun 1297–98 oleh arsitek Qadi Sharafuddin Al-Khalili, atas perintah Sultan Lajin. Menara ini memiliki tinggi 37 meter dan hampir seluruhnya terbuat dari batu, selain dari kanopi kayu yang terletak di atas balkon muazzin. Karena struktur bangunannya yang kokoh, menara Al-Ghawanimah hampir tidak terpengaruh oleh berbagai gempa bumi yang terjadi. Menara ini dibagi menjadi beberapa tingkat oleh cetakan batu dan galeri-galeri dengan bentuk hiasan menyerupai stalaktit. Dua tingkat pertama berukuran lebih luas dan menjadi landasan menara. Keempat tingkat selanjutnya dilingkupi oleh ruangan berbentuk silinder dan sebuah kubah bulat. Tangga untuk dua lantai pertama terletak di luar bangunan, tetapi kemundian menjadi tangga dalam berbentuk spiral sejak dari lantai tiga sampai mencapai balkon muazzin.

Tankiz, gubernur Mamluk di Suriah, pada tahun 1329 memerintahkan pembangunan menara ketiga yang dikenal sebagai Bab Al-Silsilah. Menara ini terletak di sisi barat Masjid Al-Aqsa. Menara ini, yang mungkin dibangun untuk menggantikan menara Umayyah sebelumnya, dibangun berbentuk persegi menurut gaya tradisional Suriah dan seluruhnya terbuat dari batu. Berdasarkan tradisi lama Muslim setempat muazzin terbaik melakukan azan dari menara ini, karena seruan azan pertama untuk setiap awal salat lima waktu selalu dikumandangkan dari sini.

Menara terakhir dan yang paling terkenal adalah Bab Al-Asbat. Menara ini dibangun pada tahun 1367. Menara ini berupa poros batu silinder (dibangun kemudian pada masa Utsmaniyah), yang berdiri di atas landasan berbentuk persegi panjang dari masa Mamluk, dan di terdapat formasi transisi yang berbentuk segitiga. Poros bangunan menyempit pada bagian balkon muazzin, dilengkapi beberapa jendela melingkar, serta pada bagian atasnya terdapat kubah berbentuk bulat. Kubah ini dibangun kembali setelah terjadinya gempa bumi Lembah Yordan 1927.

Di bagian timur masjid tidak terdapat menara karena dalam sejarah dahulu sangat sedikit penduduk di sisi tersebut, sehingga tidak diperlukan menara tambahan untuk menyerukan azan.[39] Namun, Raja Abdullah II dari Yordania pada tahun 2006 mengumumkan keinginannya untuk membangun menara kelima yang menghadap ke Bukit Zaitun. Menara Raja Hussein ini nantinya direncanakan menjadi struktur bangunan tertinggi di Kota Tua Yerusalem.

 

Fasad dan Serambi

Bagian depan (fasad) masjid ini dibangun pada 1065 Masehi atas perintah khalifah Fatimiyah Al-Mustanshir. Di bagian muka terdapat bangunan pagar langkan (balustrade) berupa lorong-lorong beratap (arkade) dengan tiang-tiang kolom kecil. Tentara Salib merusak fasad ini ketika mereka memerintah Palestina, namun Ayyubiyah memperbaiki dan membangunnya kembali. Fasad juga mengalami penambahan berupa penempelan ubin pada dindingnya. Bahan bekas pakai yang digunakan untuk membangun lengkungan fasad antara lain termasuk bahan hias pahatan yang diambil dari bangunan-bangunan Tentara Salib di Yerusalem. Terdapat empat belas lengkungan batu di sepanjang fasad, sebagian besar bergaya Romantik. Mamluk menambahkan lengkungan-lengkungan terluar, yang dibangun dengan mengikuti desain yang sama. Pintu masuk ke masjid adalah dengan melalui lengkungan tengah pada fasad tersebut.

Sebuah bangunan serambi (bilik) terletak di bagian atas fasad ini. Bagian tengah serambi dibangun oleh Ksatria Templar pada masa Perang Salib Pertama, namun Al-Muazzam kemenakan Shalahuddin adalah yang memerintahkan dibangunnya bangunan serambi itu sendiri pada tahun 1217.

 

Interior:

Masjid Al-Aqsa memiliki tujuh buah lorong dengan ruang yang ditunjang oleh tiang-tiang melengkung (hypostyle nave), serta beberapa ruang kecil tambahan di sisi sebelah barat dan timur pada bangunan masjid bagian selatan. Terdapat pula 121 jendela kaca patri dari era Abbasiyah dan Fatimiyah, dimana seperempatnya telah selesai direstorasi pada tahun 1924.

Ruangan dalam masjid memiliki 45 tiang kolom, 33 diantaranya terbuat dari marmer putih dan 12 lainnya dari batu. Barisan tiang kolom pada lorong-lorong tengah berbentuk kokoh dan kerdil, dengan ukuran lingkar 30,6 cm dan tinggi 54 cm, akan tetapi empat barisan tiang kolom lainnya memiliki ukuran yang lebih lebih proporsional. Terdapat empat jenis desain yang berbeda untuk bagian kepala tiang kolom. Kepala tiang di lorong tengah berbentuk kokoh dan berdesain primitif, sedangkan kepala tiang yang di bawah kubah berdesain gaya Korintus dan terbuat dari marmer putih Italia. Kepala tiang di lorong timur memiliki desain berbentuk keranjang yang besar, sementara kepala tiang di sebelah timur dan barat kubah juga berbentuk keranjang tetapi berukuran lebih kecil dan lebih proporsional. Terdapat palang penghubung antara tiang kolom dan tembok penyangga yang satu dengan yang lainnya, yang terbuat dari balok kayu yang dipotong sederhana dan berlapis selubung kayu dengan ukiran seadanya.

Banyak bagian masjid yang hanya dilabur kapur putih, tetapi bagian dalam kubah dan dinding-dinding yang tepat di bawahnya penuh dengan dekorasi mozaik dan marmer. Beberapa karya lukisan yang tidak begitu baik dari seorang seniman Italia pernah diletakkan di sana ketika perbaikan sedang dilakukan pada masjid, setelah gempa bumi tahun 1927. Bagian langit-langit masjid juga dicat dengan pendanaan dari Raja Farouk dari Mesir.

Mimbar masjid dibuat oleh seorang pengrajin bernama Akhtarini yang berasal dari Aleppo atas perintah Sultan Nuruddin Zengi. Mimbar tersebut dimaksudkan sebagai hadiah untuk masjid ketika Nuruddin membebaskan Yerusalem, dan pengerjaannya memakan waktu selama enam tahun (1168-1174). Ternyata Nuruddin meninggal ketika Tentara Salib masih memegang kendali atas Yerusalem, namun ketika Shalahuddin berhasil merebut kota itu pada tahun 1187, mimbar tersebut lalu dipasang. Struktur mimbar terbuat dari gading dan kayu yang dipahat secara hati-hati. Kaligrafi Arab dan desain-desain berbentuk geometris dan bunga terukir pada bagian-bagian kayu mimbar tersebut. Setelah hancur karena perbuatan Rohan pada tahun 1969, mimbar itu digantikan oleh mimbar lain yang dekorasinya jauh lebih sederhana. Adnan Al-Hussaini, kepala lembaga wakaf Islam yang bertanggung jawab atas Al-Aqsa, pada bulan Januari 2007 menyatakan bahwa akan dibuat sebuah mimbar baru, dan pada bulan Februari 2007 mimbar baru tersebut telah selesai dipasang. Desain mimbar baru ini dibuat oleh Jamil Badran berdasarkan replika yang seksama dari mimbar Shalahuddin, dan pengerjaannya diselesaikan oleh Badran dalam waktu lima tahun. Mimbar itu dikerjakan di Yordania selama empat tahun, dan para pengrajin menggunakan "metode kuno dalam pengukiran kayu, menggabungkan potongan-potongan dengan pasak dan bukan paku, namun menggunakan pencitraan komputer untuk desain mimbarnya."


Air mancur tempat wudhu:

Air mancur tempat wudhu utama, yang bernama al-Kas ("mangkuk"), terletak di bagian utara yaitu antara masjid dan Kubah Batu. Para jamaah menggunakannya untuk wudhu, yaitu ritual pencucian wajah, lengan, rambut, telinga, dan kaki yang dilakukan umat Islam sebelum beribadah, termasuk di masjid. Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 709 pada masa pemerintahan Umayyah, tetapi antara tahun 1327-1328 Gubernur Tankiz memperbesarnya untuk dapat melayani lebih banyak jamaah. Meskipun pada awalnya air berasal dari Kolam Salomo yang ada di dekat Betlehem, saat ini air berasal dari pipa yang terhubung ke sumber air kota Yerusalem. Renovasi al-Kas pada abad ke-20 telah menambahkannya dengan keran air dan tempat duduk batu.

Air Mancur Qasim Pasha dibangun pada masa pemerintahan Utsmaniyah tahun 1526 dan terletak di sebelah utara masjid, yaitu pada serambi Kubah Batu. Air mancur ini sebelumnya juga pernah digunakan oleh para jamaah untuk wudhu dan minum sampai dengan tahun 1940-an, namun saat ini hanya berfungsi sebagai monumen saja.

 

Arti penting dalam agama Islam:

Istilah "Masjid al-Aqsa" dalam Islam tidaklah terbatas pada masjid saja, melainkan meliputi seluruh Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci).[56] Masjid ini dikenal sebagai rumah ibadah kedua yang dibangun setelah Masjid Al-Haram di Mekkah. Imam Muslim menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari:

Saya bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai masjid yang mula-mula dibangun di atas bumi ini. Rasulullah saw. menjawab: "Masjid Al-Haram". Saya bertanya: "Kemudian masjid mana?" Rasulullah saw. menjawab: "Masjid Al-Aqsa". Saya bertanya: "Berapa jarak waktu antara keduanya?" Rasulullah saw. menjawab: "Empat puluh tahun. Kemudian seluruh bumi Allah adalah tempat sujud bagimu. Maka di manapun kamu mendapati waktu salat, maka salatlah".

Selama perjalanan malamnya menuju Baitul Maqdis (Yerusalem), Muhammad mengendarai Al-Buraq dan setibanya di sana ia salat dua rakaat di Bukit Bait Suci. Setelah selesai salat, malaikat Jibril membawanya naik ke surga, di mana ia bertemu dengan beberapa nabi lainnya, dan kemudian menerima perintah dari Allah yang menetapkan kewajiban bagi umat Islam agar menjalankan salat lima waktu setiap harinya. Ia kemudian kembali ke Mekkah.

Masjid Al-Aqsa dikenal sebagai "masjid terjauh" dalam Surah Al-Isra pada Al-Qur'an. Lokasinya menurut tradisi umat Islam ditafsirkan sebagai situs Al-Haram Asy-Syarif di Yerusalem, di mana masjid dengan nama ini sekarang telah berdiri. Berdasarkan tradisi ini, istilah masjid yang dalam bahasa Arab secara harfiah berarti "tempat sujud", juga dapat merujuk kepada tempat-tempat ibadah monoteistik lainnya seperti Haikal Sulaiman, yang dalam Al-Qur'an juga disebut dengan istilah "masjid". Para sejarawan Barat Heribert Busse dan Neal Robinson berpendapat bahwa itulah penafsiran yang diinginkan.

Maimunah binti Sa’ad dalam hadits tentang berziarah ke Masjid Al-Aqsa menyebutkan: "Ya Nabi Allah, berikan fatwa kepadaku tentang Baitul Maqdis". Nabi berkata, "Tempat dikumpulkannya dan disebarkannya (manusia). Maka datangilah ia dan salat di dalamnya. Karena salat di dalamnya seperti salat 1.000 rakaat di selainnya". Maimunah berkata lagi: "Bagaimana jika aku tidak bisa". "Maka berikanlah minyak untuk penerangannya. Barang siapa yang memberikannya maka seolah ia telah mendatanginya."

 

Kiblat pertama

Sejarah penting Masjid Al-Aqsa dalam Islam juga mendapatkan penekanan lebih lanjut, karena umat Islam ketika salat pernah berkiblat ke arah Al-Aqsa selama empat belas atau tujuh belas bulan setelah peristiwa hijrah mereka ke Madinah tahun 624. Menurut Allamah Thabathaba'i, Allah menyiapkan umat Islam untuk perpindahan kiblat tersebut, pertama-tama dengan mengungkapkan kisah tentang Ibrahim dan anaknya Ismail, doa-doa mereka untuk Ka'bah dan Mekkah, upaya mereka membangun Baitullah (Ka'bah), serta perintah membersihkannya untuk digunakan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Kemudian diturunkanlah ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke arah Masjid Al-Haram dalam salat mereka.

Perubahan arah kiblat adalah alasan mengapa Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, tidak salat menghadap batu Ash-Shakhrah di Bukit Bait Suci ataupun membangun bangunan di sekitarnya; meskipun ketika Umar tiba di sana pada tahun 638, ia mengenali batu tersebut yang diyakini sebagai tempat Muhammad memulai perjalanannya naik ke surga. Hal ini karena berdasarkan yurisprudensi Islam, setelah arah kiblat berpindah, maka Kab'ah di Mekkah telah menjadi lebih penting daripada tempat batu Ash-Shakhrah di Bukit Bait Suci tersebut.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang umum dikenal dalam tradisi Islam, Umar memasuki Yerusalem setelah penaklukannya pada tahun 638. Ia diceritakan bercakap-cakap dengan Ka'ab Al-Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam dan ikut datang bersamanya dari Madinah, mengenai tempat terbaik untuk membangun sebuah masjid. Al-Ahbar menyarankan agar masjid dibangun di belakang batu Ash-Shakhrah "... maka seluruh Al-Quds (berada) di depan Anda". Umar menjawab, "Ka'ab, Anda sudah meniru ajaran Yahudi". Namun demikian, segera setelah percakapan ini Umar dengan jubahnya mulai membersihkan tempat yang telah dipenuhi dengan sampah dan puing-puing tersebut. Demikian pula kaum Muslim pengikutnya turut serta membersihkan tempat itu. Umar kemudian mendirikan salat di tempat yang diyakini sebagai tempat salat Muhammad pada saat Isra Mi'raj, dan Umar di tempat itu membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dari Surah Sad. Oleh karenanya, berdasarkan riwayat tersebut maka Umar dianggap telah menyucikan kembali situs tersebut sebagai masjid.

Mengingat kesucian Bukit Bait Suci, sebagai tempat yang dipercayai pernah digunakan untuk berdoa oleh Ibrahim, Daud, dan Sulaiman, maka Umar mendirikan sebuah rumah ibadah kecil di sudut sebelah selatan area tersebut. Ia secara berhati-hati menghindarkan agar batu Ash-Shakhrah tidak terletak di antara masjid itu dan Ka'bah, sehingga umat Islam hanya akan menghadap ke arah Mekkah saja ketika mereka salat.

 

Status Religius:

Yerusalem oleh banyak kalangan umat Islam dianggap sebagai tempat yang suci, sesuai penafsiran mereka atas ayat-ayat suci Al-Qur'an dan berbagai hadist. Abdallah El-Khatib berpendapat bahwa kira-kira terdapat tujuh puluh tempat di dalam Al-Qur'an di mana Yerusalem disebutkan secara tersirat. Yerusalem juga sering disebut-sebut di dalam kitab-kitab hadist. Beberapa akademisi berpendapat bahwa status kesucian Yerusalem mungkin dipengaruhi oleh meningkatnya penyebarnya sejenis genre sastra tertentu, yaitu Al-Fadhail (sejarah kota-kota); sehingga kaum Muslim yang terinspirasi, khususnya selama periode Umayyah, mengangkat status kesucian kota itu melebihi statusnya menurut kitab suci. Akademisi-akademisi lainnya mempertanyakan keberadaan motif-motif politik Dinasti Umayyah, sehingga Yerusalem kemudian dianggap suci bagi umat Islam.

Naskah-naskah abad pertengahan, sebagaimana pula tulisan-tulisan politis era moderen ini, cenderung menempatkan Masjid Al-Aqsa sebagai tempat suci ketiga bagi umat Islam. Sebagai contoh, kitab Sahih Bukhari mengutip Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, yang mengatakan: "Janganlah perjalanan itu memberatkan (kamu) kecuali ke tiga masjid yaitu Masjid Al-Haram, Masjid Rasulullah SAW, dan Masjid Al-Aqsa". Selain itu, Organisasi Konferensi Islam (yang alasan pendiriannya adalah "untuk membebaskan Al-Aqsa dari pendudukan Zionis [Israel]") menyebut Masjid Al-Aqsa dalam sebuah resolusi yang mengutuk tindakan-tindakan Israel pada kota itu, sebagai tempat tersuci ketiga bagi umat Islam