کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 20 Juni 2021 20:16

Surat al-Syura ayat 7-10

 

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7)

Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam. (42: 7)

Pada pembahasan sebelumnya telah dikaji mengenai wahyu yang disampaikan Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw dan para Nabi sebelumnya sepanjang sejarah. Ayat ini menjelaskan posisi al-Quran sebagai wahyu Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa Arab untuk peringatan kepada penduduk Mekah dan negeri sekitarnya. Oleh karena itu, prioritas dakwah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw adalah penduduk Mekah supaya mereka mendapatkan hidayah. Selanjutnya, dakwah kepada negeri-negeri sekitarnya.

Kelanjutan ayat ini mengenai peringatan tentang datangnya hari Kiamat serta adanya Surga dan Neraka sebagai balasan seluruh perbuatan manusia selama di dunia. Orang-orang yang berbuat baik selama di dunia akan mendapatkan ganjaran Surga, sedangkan sebaliknya yang melakukan perbuatan dosa dan kesesatan akan dibawa ke Neraka.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, tapi tidak dikhususkan untuk orang-orang Arab saja. Sebab ayat-ayat al-Quran sendiri tidak pernah menyebutkan kalimat 'wahai orang-orang Arab', tapi mengajak manusia secara keseluruhan.

2. Seruan dakwah harus memperhatikan tingkat kebutuhan orang yang dihadapi, dan prioritasnya.

3. Salah satu kelebihan al-Quran adalah penggunaan huruf dan lafadz sebagai sarana wahyu yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang tidak pernah mengelami distorsi dan penyimpangan sepanjang.

4. Tidak ada alasan logis yang bisa membantah keberadaan hari Kiamat. Oleh karena itu, kita harus berbuat baik, dan sebaliknya tidak berbuat jahat maupun kerusakan selama di dunia ini supaya selamat di akhirat kelak.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (8) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ وَهُوَ يُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (9)

Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong. (42: 8)

Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (42: 9)

Di akhir ayat sebelumnya dijelaskan bahwa pada hari Kiamat nanti, manusia akan terbagi dalam dua kelompok; yang masuk ke Surga dan Neraka. Di dunia juga manusia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu orang-orang yang melakukan perbuatan baik, dan orang-orang yang berbuat jahat maupun kerusakan.

Lalu, muncul pertanyaan mengapa Allah swt tidak menjadikan seluruh manusia berbuat baik, sehingga di akhirat kelak seluruhnya masuk surga? Ayat ini memberikan jawabannya. Bisa saja Allah swt menjadikan seluruh manusia menerima dakwah para Nabi dengan cara paksa, tapi hal itu tidak dilakukan. Sebab keimanan adalah ikhtiar yang tidak bisa dipaksa, dan setiap orang memiliki kebebasan untuk memilihnya.

Berdasarkan Sunatullah, manusia memilih beriman dilakukan dengan pilihannya sendiri, bukan paksaan, sebab kesempurnaan manusia terjadi karena pilihan, bukan paksaan terhadap sesuatu yang ditentukannya sendiri.

Salah satu karunia terbesar manusia dari Allah swt adalah kebebasan yang dipergunakan untuk menyempurnakan diri dengan mengikuti ajaran ilahi. Oleh karena itu, perbedaan setiap manusia berasal dari pilihannya masing-masing. Meskipun demikian, Allah Yang Maha Adil dan Pengasih tidak akan membebani manusia di luar dari kemampuannya.

Orang yang menolak beriman kepada Allah swt dan tidak menerima aturan ilahi akan mempertanggungjawabkan perilakunya tersebut. Kelanjutan ayat ini menceritakan tentang orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai pelindung, padahal sebaik-baiknya pelindung sejati hanya Allah swt. Sebab hanya Allah yang Maha Kuasa, dan memiliki kemampuan untuk menghidupkan orang-orang yang mati. Oleh karena itu, jadikanlah Allah sebagai tempat bergantung dan pelindung sejati yang layak disembah dan ditaati.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia memiliki ikhtiar untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Berdasarkan Sunnatullah tidak boleh ada orang yang bisa menghilangkan hak ikhtiar orang lain.

2. Orang-orang Kafir dan Musyrik sebenarnya telah menzalimi dirinya sendiri sebelum mereka menzalimi agama Allah dan para Nabi-Nya.

3. Allah swt sebagai pelindung sejati manusia, karena Dia-lah yang menentukan hidup dan mati seluruh manusia.

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ (10)

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nya-lah aku kembali. (42: 10)

Tetapi amat disayangkan, sebagian orang justru memilih jalan lain dengan bertumpu pada hawa nafsunya sendiri. Padahal setiap orang memiliki kecenderungan tertentu yang ditentukan oleh kepentingan individu maupun kelompoknya masing-masing.

Salah satu tanda keimanan adalah keyakinan terhadap aturan Allah swt dalam menyelesaikan perselisihan mengenai berbagai masalah dari pemikiran, sosial, politik, ekonomi hukum dan lainnya. Dengan kata lain, menjadikan al-Quran dan Sunah Rasulullah Saw serta Ahlul Baitnya sebagai pedoman akan membimbing manusia dari kesalahan dan kesesatan.

Tentu saja berpegang teguh kepada aturan Allah swt dan Rasul-Nya memiliki konsekuensi seperti penentangan dari keluarga maupun masyarakat. Meskipun demikian, tawakal kepada Allah swt dalam menghadapi berbagai rintangan menunjukkan tanda keimanan.  

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Selain berisi masalah keyakinan dan akhlak, agama juga menjawab seluruh kebutuhan umat manusia seperti masalah ekonomi, politik dan keluarga. Oleh karena itu, agama memberikan tuntunan hidup secara komprehensif bagi umat manusia.

2. Daripada berlindung dan bergantung kepada kekuatan yang lemah dan rapuh, lebih baik kita bertawakal kepada Allah swt ketika menghadapi masalah dan kesulitan yang menghadang.

Minggu, 20 Juni 2021 20:15

Surat al-Syura ayat 1-6

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

حم (1) عسق (2) كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (4)

Haa Miim. (42: 1)

'Ain Siin Qaaf. (42: 2)

Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu. (3)

Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (42: 4)

Surat Ash-Shura sebagaimana 28 surat al-Quran lainnya dimulai dengan huruf muqathaah. Tampaknya, Allah swt di surat ini ingin menjelaskan bahwa al-Quran dimulai dari huruf yang tersusun rapih dan indah sebagai ijaz al-Quran. Meskipun tersusun dari huruf-huruf hijaiyah yang biasa dipergunakan, tapi mampu membentuk susunan yang luar biasa dan tidak ada yang bisa menandinginya.

Setelah pembuka ayat yang terdiri dari huruf-huruf muqathaah, Allah swt mewahyukan al-Quran kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana sebelumnya wahyu juga disampaikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu. Oleh karena itu, sumber wahyu satu, dan isi secara keseluruhan wahyu yang diterima para Nabi dari Allah swt juga sama. Tapi hikmah Allah swt menjadikan wahyu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan umat masing-masing.

Penjelasan ayat selanjutnya mengenai segala sesuatu yang berada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah swt. Selain pencipta alam dan seluruh isinya, termasuk manusia, Allah swt memberikan kitab suci dan pembawa risalah-Nya sebagai petunjuk umat manusia. Oleh karena itu, sumber syariat dan alam sama, sehingga tidak ada yang perlu dipertentangkan antara aspek tasyri dan takwin.  

Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Seluruh para Nabi dan Rasul terhubung dengan sumber yang sama dalam mendapatkan wahyu. Dengan demikian, prinsip dakwah seluruhnya sama dan tidak ada perbedaan antara Nabi pertama dan terakhir.

2. Wahyu datang dari Allah yang Maha Perkasa lagi Bijaksana, dan pengamalan wahyu dalam bentuk syariah menyebabkan kemuliaan manusia.

3. Hanya Allah swt sebagai pencipta alam dan isinya yang berhak untuk mengatur kehidupan manusia melalui syariat yang dibawa para Nabi dan Rasul-Nya.

تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (5) وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءَ اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (6)

Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (42: 5)

Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. (42: 6)

Ayat sebelumnya mengenai wahyu dari Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw yang juga telah diberikan para Nabi sebelumnya. Melanjutkan pembahasan tersebut, ayat ini menyebutkan keagungan wahyu dan kalam ilahi yang membuat langit bisa terbelah, atau gunung akan pecah jika menerima wahyu, karena takut kepada Allah swt, sebagaimana dijelaskan surat Al-Hashr ayat 21.

Para malaikat bertasbih karena Allah swt telah menyampaikan wahyu kepada Nabi. Mereka juga memuji Allah swt dan memohon ampunan kepada-Nya atas kegala kesalahan yang dilakukan umat manusia di bumi. Para Malaikat meyakini Allah Maha pengampun dan Penyayang.  

Tentu saja, yang diampuni adalah dosa orang-orang yangdilakukan tidak sengaja, bukan yang melakukan dosa secara sengaja, apalagi dengan kesombongan. Oleh karena itu, ampunan ini tidak termasuk orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya.

Kelanjutan ayat ini mengenai sekelompok manusia yang tidak mau menaati Allah swt dan Rasul-Nya. Orang-orang Kafir maupun Musyrik tidak mau menerima seruan dakwah Rasulullah Saw. Allah swt berfirman bahwa Rasullah Saw tidak bertanggung jawab atas perilaku mereka yang mengingkari kebenaran, setelah seruan dakwah disampaikan.  

Ayat ini menghibur Rasulullah Saw yang merasa sedih karena penolakan orang-orang Kafir dan Musyrik atas seruan dakwahnya. Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw mengatakan jangan bersedih, karena engkau bukan orang yang harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, tapi orang-orang Kafir dan Musyrik sendirilah yang bertanggungjawab. Sebab Allah swt memberikan kebebasan kepada manusia akan beriman ataukah kafir.

Setiap orang akan bertanggungjawab atas pilihan yang ditentukannya. Allah swt sebagai pencipta alam semesta ini mengawasi seluruh perbuatan manusia. Di akhirat kelak, mereka harus mempertanggungjwabkan setiap perbuatannya selama di dunia.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hati sebagian manusia lebih keras dari batu. Jika al-Quran diturunkan kepada langit, maka akan terbelah karena takut kepada Allah swt. Tapi manusia yang sombong dan ingkar tidak mau menerima seruan kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

2. Kita berdoa untuk seluruh penghuni bumi dan memohon ampunan dari Allah swt, sebagaimana dilakukan Malaikat yang mendoakan penghuni bumi.

3. Beriman kepada Allah swt berarti menolak penyembahan kepada selain-Nya.

4. Para Nabi diberi wahyu oleh Allah swt untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran.

Minggu, 20 Juni 2021 20:14

Surat Fusshilat ayat 49-54

 

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (49)

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (41: 49)

Manusia yang tidak beriman atau lemah imannya memiliki pandangan yang sempit dan seringkali putus harapan. Kehidupan mereka disibukkan dengan mencari harta dan menumpuknya. Mereka tidak pernah puas dalam mencari harta di dunia ini. Ketika ditimpa musibah, mereka putus asa seolah dunia akan berakhir. Namun ketika ditimpa kelapangan, mereka takabur dan sombong. Manusia seperti ini tumbuh dari lingkungan yang memuja materialism, dan segalanya diukur dengan uang maupun materi.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia secara alamiah memiliki sifat tamak dan rakus serta tidak pernah puas, sehingga ingin mendapatkan sesuatu yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri. Tapi ajaran para Nabi dan Rasul menjadikan manusia sebagai makhluk yang sosial yang membantu orang dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri saja.

2. Rasa putus asa dan kebuntuan dalam hidup menunjukkan seseorang tidak beriman atau lemah imannya, sebab seorang Mukmin sejati tidak pernah putus asa.

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ (50) وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ (51)

Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (41: 50)

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (41: 51)

Ayat sebelumnya menjelaskan salah satu karakteristik orang yang tidak beriman atau lemah imannya, yaitu putus asa. Ayat ini melanjutkan pembahasan tersebut dengan menjelaskan orang-orang yang sombong dan takabur tidak pernah mencoba untuk menyaksikan peran Tuhan dalam kehidupannya.

Mereka mengira apa saja yang diterimanya bukan karunia dari Allah swt, tapi hasil jerih payahnya sendiri. Oleh karena itu, alih-alih bersyukur atas karunia Allah yang telah diberikan kepadanya, mereka menyatakan bahwa semua itu merupakan haknya dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Tuhan.

Kesombongan ini menyebabkan manusia mengingkari hari akhir. Sebab, orang-orang yang mengingkari Kiamat juga dengan bangga mengatakan, "Kiamat tidak ada. Tapi jika Kiamat ada, maka kebenaran bersamaku dan kondisiku di sana akan baik-baik saja, dan menikmati ketenangan." Tapi Allah swt akan membalas perbuatan mereka hingga merasakan akibat dari kesombongannya di dunia pada hari Kiamat kelak.

Kelanjutan ayat ini menerangkan tentang orang-orang yang tidak beriman dengan menceritakan kehidupan mereka ketika berada dalam kelapangan hidup dengan melupakan Tuhan. Orang-orang yang takabur meyakini tidak ada peran Tuhan sama sekali dalam kehidupannya.Tapi ketika musibah dan malapetaka menimpanya, mereka memohon pertolongan dari Allah swt dan terus-menerus berdoa memohon diselesaikan masalah yang menimpanya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang-orang yang tidak beriman dan tersesat cenderung memiliki sifat sombong. Ketika mereka berada dalam kelapangan hidup bersikap sombong dan tidak mau mensyukuri karunia Allah swt yang dilimpahkan kepadanya. Dia hanya melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah tersebut sebagai hasil dari jerih payahnya saja.

2. Karunia ilahi diturunkan karena kasih sayang Allah swt kepada makhluk-Nya, bukan karena kelayakan atau kekhususan orang yang menerimanya. Sebab Tuhan tidak pernah berhutang kepada kita, tapi sebaliknya kitalah yang berutang kepada Allah swt. Oleh karena itu semua nikmat yang telah dianugerahkan harus selalu disyukuri.

3. Kekuatan, kekuasaan maupun kekayaan dan berbagai fasilitas dunia lainnya bukan ukuran yang menentukan manusia dekat dengan Allah swt. Oleh karena itu, ketika diakhirat kelak mereka jangan berharap memiliki kondisi yang sama ketika hidup di dunia.

4. Berhati-hatilah dalam kehidupan ini. Ketika berada dalam kelapangan hidup jangan takabur dan melupakan bersyukur kepada Allah swt, Jangan sampai nikmat berubah menjadi malapetaka bagi kita sendiri.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (52) سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (53) أَلَا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ (54)

Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?” (41: 52)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (41: 53)

Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (41: 54)

Melanjutkan ayat sebelumnya mengenai orang-orang Musyrik dan Kafir, ayat ini menjelaskan mengenai penentangan mereka terhadap al-Quran yang datang dari Allah swt. Jika kitab suci ini benar datang dari Tuhan, dan isinya mengenai surga dan neraka benar adanya, maka apa yang akan kalian lakukan ? Oleh karena itu, sadarlah dan jangan fanatik buta mengikuti tradisi salah nenek moyang mereka yang jauh dari jalan kebenaran.

Kemudian ayat selanjutnya menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam semesta ini dan dalam diri manusia sendiri mengenai kebenaran Al-Quran. Jika masih ragu dengan kitab suci Al-Quran, apakah kalian juga masih ragu dengan kitab alam semesta ini yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta.

Ayat ilahi di alam dari matahari hingga bulan dan bintang dengan susunan yang sangat teratur, juga benda dan makhluk hidup dari tumbuhan hingga hewan dengan berbagai kelebihan dan keunikannya masing-masing, hingga kini masih menjadi rahasia yang belum terungkap seluruhnya oleh para ilmuwan dunia.

Ayat ilahi juga berada dalam diri manusia dengan susunan badan yang begitu kompeks tapi teratur dan tersusun rapi; dari sistem pernapasan, pencernaan, jantung hingga otak yang menakjubkan seperti buku hidup yang menunjukkan kemahaagungan penciptanya. Semakin tinggi ilmu pengetahuan menggali kekayaan alam ini, semakin terkuat keajaiban di dalamnya yang menunjukkan kekuasaan Allah swt sebagai Sang Maha Pencipta.

Tapi amat disayangkan, orang-orang yang takabur meragukan adanya awal penciptaan alam dan akhirnya. Keraguan mereka tidak alamiah, karena bukan berpijak dari penyelidikan, tapi karena prasangka buruk dan kesombongannya. Mereka berbuat sesukanya di dunia dengan melakukan perbuatan buruk dan tercela karena lupa akan bertemu dengan Tuhannya pada hari Kiamat kelak. Tapi ketahuilah bahwa Allah swt mengetahui seluruh perkara, dan semua perbuatan manusia selama di dunia akan dipertanggungjawabkan di pengadilan akhirat nanti.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia yang berakal, jika mempertimbangkan kerugian maupun ancaman besar yang akan menimpanya, maka akan berhati-hati dan menjauhi kemungkinan yang terburuk. Oleh karena itu, kemungkinan adanya Kiamat secara logis akan menjadikan manusia menjaga perbuatannya di dunia supaya terhindar dari dosa dan kesesatan.

2. Seluruh alam semesta sebagai pelajaran mengenai ketuhanan dari kehidupan manusia hingga keberadaan makhluk lain seperti tumbuhan dan hewan, juga tata surya dari matahari hingga bulan dan bintang yang bersinar di angkasa malam hari.

3. Keimanan terhadap awal dan akhir penciptaan alam semesta serta akhirat tidak bisa dipisahkan. Sebab awal dan akhir dunia diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa.

Minggu, 20 Juni 2021 20:06

Surat Fusshilat ayat 45-48

 

وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (45)

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan. (41: 45)

Pada pembahasan sebelumnya, orang-orang Musyrik Mekah menolak al-Quran sebagai mukjizat dengan mengatakan,"Karena Al-Quran-mu berbahasa Arab, maka bukan mukjizat. Jika bisa datangkan kitab dengan bahasa lain sebagai mukjizat,".

Menanggapi pernyataan mereka, Rasulullah Saw bersabda, "Pada masa Nabi Musa, kaum Bani Israel menyampaikan alasan serupa yang mempersoalkan kebenaran kitab Taurat. Tapi Allah swt tidak segera mengazab mereka, karena ketergesa-gesaan dalam memberikan hukuman tidak sesuai dengan rahmat-Nya. Jika bukan karena Rahmat Allah swt, maka orang-orang Kafir di dunia ini akan segera diazab.

Keraguan orang-orang Musyrik yang dijelaskan dalam al-Quran bukan keraguan yang bersifat alamiah karena penyelidikan untuk mencari kebenaran.Tapi keraguan yang dilandasi prasangka buruk. Mereka setiap hari memberikan alasan bermacam-macam untuk menentang seruan dakwah para Nabi dan Rasul, serta menghalangi orang lain beriman.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Rahmat ilahi memberikan kesempatan kepada orang-orang yang berdosa dan Kafir untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Jika tidak, maka siapapun yang melakukan dosa maupun kesesatan, maka akan segera diazab dan berakhir usianya.

2. Keraguan adalah jalan menuju hakikat. Keraguan sebagai pintu pembuka untuk menyingkap kebenaran, bukan sebagai alat untuk menolak kebenaran dan prasangka buruk.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (46)

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. (41: 46)

Melanjutkan ayat sebelumnya mengenai Sunatullah tentang orang-orang Kafir, ayat ini juga menyinggung hukum universal mengenai perbuatan manusia bahwa siapapun yang melakukan perbuatan baik, maka manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, perbuatan buruk juga akan kembali kepada orang yang melakukannya. Dengan kata lain, pahala dan hukuman disesuaikan dengan perbuatannya masing-masing. Sebab, Allah swt tidak pernah zalim kepada hambanya.

Selain itu, sistem ganjaran dan hukuman dalam tatanan masyarakat di dunia disesuaikan dengan kesepakatan dan perjanjian yang dicapai pihak tertentu. Tapi ganjaran dan hukuman ilahi bukan jenis kesepakatan, namun berdasarkan hubungan antara amal dan balasannya dengan ukuran yang seadil-adilnya.

Sebagai contoh, jika seseorang secara sadar mengkonsumsi makanan yang rusak atau beracun, maka ia akan menderita penyakit tertentu dan merasakan akibat tindakannya tersebut. Rasa sakit tersebut tentu saja hanya dialami oleh pelakunya saja, bukan orang lain yang tidak melakukannya.

Dosa dan kufur seperti makanan beracun yang merusak mental dan spiritual manusia. Dampaknya di dunia ini dalam berbagai bentuk yang dialami oleh pelakunya. Di akhirat kelak, mereka juga akan menghadapi siksaan neraka jahanan.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketika kita memiliki ikhtiar untuk melakukan sebuah perbuatan, maka perbuatan tersebut dan dampaknya hanya kita yang merasakan serta mempertanggungjawabkanya sendiri.

2. Ketika musibah dan peristiwa yang tidak menyenangkan menimpa kita, maka kita tidak bisa menyalahkan Tuhan, sebab musibah tersebut buah dari perbuatan kita sendiri dan Tuhan tidak pernah zalim kepada hambanya.

إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي قَالُوا آَذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ (47) وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (48)

Kepada-Nya-lah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka, “Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?”, mereka menjawab, “Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian (bahwa Engkau punya sekutu).” (41: 47)

Dan hilang lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka sembah dahulu, dan mereka yakin bahwa tidak ada bagi mereka satu jalan keluarpun. (41: 48)

Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah swt memberikan ganjaran dan hukuman sesuai perbuatan yang dilakukan manusia sendiri, sebab Allah swt tidak pernah zalim terhadap hambanya.

Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan waktunya terjadi Kiamat, karena yang mengetahuinya hanya Allah swt. Meskipun Allah swt mengabarkan berita tentang Kiamat kepada utusan-Nya yang diteruskan kepada umat manusia, tapi rahasia kepastian terjadinya masih tertutup dan tidak ada seorangpun yang tahu.

Kelanjutan ayat menjelaskan bahwa tidak hanya rahasia Kiamat yang masih jadi misteri, tapi kematian kitapun masih jadi rahasia yang hanya diketahui oleh Allah swt. Ilmu Allah swt meliputi semua rahasia yang ada di alam semesta ini, dari pohon yang akan berbuah, perempuan yang akan melahirkan dan lainnya, hingga akhir kehidupan ini, serta terjadinya Kiamat.

Ayat di atas juga menjelaskan mengenai orang-orang Musyrik yang mengingkari Kiamat dan nasib mereka ketika hari Kiamat tiba. Di pengadilan Kiamat mereka ditanya, "Sesuatu yang dijadikan sekutu Tuhan olehmu di mana sekarang, mengapa tidak bisa menyelamatkanmu?". Mereka menjawab,"Kami tidak memiliki bukti atas perbuatan ini. Hari ini kami paham apa yang telah kami katakan sepenuhnya keliru dan batil,". Mereka menangis dan menyesali perbuatannya yang menjadikan sekutu bagi Allah swt, dan yang dijadikan sandarannya itu tidak bisa membantunya sama sekali. Ketika itu, mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa dijadikan sandaran kecuali Allah swt. 

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tidak diketahuinya waktu terjadi Kiamat bukan alasan untuk menolaknya. Sebab dalam kehidupan ini kita sendiri tidak mengetahui banyak hal, padahal peristiwa itu pasti terjadi seperti datangnya kematian.

2. Ilmu Allah swt tidak hanya berkaitan dengan keseluruhan alam semesta saja, tapi juga menjangkau hal-hal yang paling partikular, karena tidak ada yang tersembunyi sama sekali bagi Allah swt.

3. Jangan melakukan perbuatan di dunia yang tidak akan membantu kita di akhirat kelak. Orang-orang Musyrik di Akhirat tidak berdaya dan sembahannya selama di dunia yang dijadikan sebagai sekutu Allah swt oleh mereka tidak bisa berbuata apa-apa untuk membantuknya.

4. Pada hari Kiamat, kebenaran akan tampak jelas. Ketika itu terbukti kebatilan semua berhala yang disembah dan dijadikan sandaran oleh orang-orang Musyrik.

Minggu, 20 Juni 2021 20:04

Surat Fusshilat ayat 41-44

 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ (42)

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. (41: 41)

Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (41: 42)

Dalam program sebelumnya, ada orang yang dengan ucapan menipu dan dengan menyimpangkan agama berusaha untuk menyeret manusia pada kesesatan dan menyiapkan sarana untuk masyarakat menyingkir dari agama dan al-Quran. Ayat ini mengatakan, “Al-Quran ini diturunkan untuk mengingatkan orang agar bangun dari tidur kelalaiannya dan kembali ke fitrah mereka yang suci.”

Sayangnya, beberapa orang tidak mempercayainya dan menyangkal kebenaran agama, sementara dengan pengingkarannya, mereka tidak dapat mengurangi nilai kitab samawi. Sementara kitab Allah abadi dan tak terkalahkan, kitab yang logikanya jelas, yang argumennya kuat, dan yang ajarannya berakar.

Dalam menggambarkan keagungan al-Quran, ayat-ayat mengatakan bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah, dan bahwa semua perbuatan-Nya didasarkan pada kebijaksanaan dan di puncak kesempurnaan dan kebenaran. Wajar jika sebuah kitab diturunkan dari Allah yang Bijaksana dan Terpuji, tidak memiliki kata yang salah di depan atau di belakangnya.

Tidak ada kontradiksi dalam ayat-ayatnya, aturan dan ajarannya tanpa kesalahan, dan tangan mereka yang menyimpangkannya tidak mampu melakukan apa-apa. Selain itu, tidak ada yang bisa menyangkal fakta-faktanya, di masa depan, penemuan dan kemajuan ilmiah manusia tidak akan dapat menyalahkan dan merusaknya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Untuk menghindari kesesatan dan kelalaian di dunia yang penuh ketegangan saat ini, mari kita membaca al-Quran, yang merupakan pengingat akan kebenaran.

2. Al-Quran mengabarkan tentang masa depan, bahwa tidak ada yang dapat merusaknya, tidak dapat ditahrif dan kebatilan tidak dapat memasukinya.

3. Berbagai konspirasi menentang al-Quran tidak berhasil. Karena itu, tidak peduli seberapa keras musuh-musuh al-Quran mencoba, mereka tidak dapat memarginalkannya dari masyarakat.

4. Karena ayat-ayat al-Quraan adalah manifestasi dari pengetahuan dan kebijaksanaan ilahi, ia benar dan bijaksana serta menjadi fondasi yang kuat untuk agama Islam.

مَا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ (43) وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آَذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ (44)

Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih. (41: 43)

Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, "Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (41: 44)

Mengikuti ayat-ayat sebelumnya, yang merujuk pada penolakan para penentang agama, ayat-ayat ini mengatakan, “Mereka bukan hanya berperang melawan al-Quran, tetapi juga memberi Nabi Islam nisbat yang tidak baik dan memanggilnya tukang sihir, penyair dan orang gila.” Allah berkata kepada Nabi Saw, “Para nabi sebelumnya juga menghadapi penisbatan buruk seperti ini dan terjebak dengan orang-orang seperti itu. Jadi abaikan kata-kata mereka dan ikuti misi Anda dengan sabar.”

Wajar jika Allah memaafkan orang-orang bodoh dan tidak bersalah, tetapi mereka yang dengan sengaja memfitnah dan berperang dengan al-Quran dan Nabi Allah akan dihukum berat.

Salah satu alasan yang diajukan oleh beberapa penentang Nabi Islam adalah mengapa kitab Anda dalam bahasa kita? Jika Anda seorang nabi, mukjizatnya adalah Anda akan mengirimkan kepada kami sebuah buku selain bahasa Arab sehingga kami dapat memahami bahwa Anda adalah Utusan Allah.

Menanggapi alasan-alasan kelompok itu, Allah berfirman, “Jika Kami menurunkan al-Quran dalam bahasa non-Arab, maka Anda akan menggunakan alasan bahwa kita adalah penutur bahasa Arab, ayat-ayat kitab ini tidak jelas dan dapat dimengerti dan kami tidak memahaminya. Sekarang karena sudah berbahasa Arab dan Anda mengerti isinya, Anda mencegah orang untuk mendengarkannya dengan membuat ungkapan sia-sia dan kontroversi.

Dalam kelanjutan dari ayat-ayat ini, dinyatakan, “Al-Quran adalah sumber bimbingan dan penyembuhan bagi mereka yang beriman. Tujuannya adalah untuk membimbing Anda menuju kehidupan yang bersih dan murni di dunia ini dan di akhirat. Al-Quran ingin menyembuhkan hati Anda dan membersihkan kotoran moral Anda untuk mencapai kesempurnaan manusia. Tetapi sayangnya, beberapa orang tidak ingin melihat kebenaran dan tidak suka mendengarnya, seolah-olah mereka tidak memiliki penglihatan dan pendengaran dan buta dan tuli. Jika mereka mendatangi al-Quran dengan semangat iman dan kebenaran, mereka akan dibimbing dalam terang ayat-ayat al-Quran, dan penyakit spiritual dan moral mereka akan disembuhkan. Tapi mereka kelihatannya buta dan tuli, saat ada suara memanggil mereka dari kejauhan, mereka tidak mendengar suara.”

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Para pemimpin agama dan mubalig harus sabar menanggung hinaan dari penentang dan ucapan buruk mereka.

2. Pengampunan dan hukuman ilahi didasarkan pada kebijaksanaan, dan masing-masing mendorong orang yang saleh dan menghukum orang jahat, meskipun kemurahan Allah mendahului kemurkaan-Nya.

3. Alasan musuh tidak akan berakhir. Apapun yang dilakukan muslimin akan dicari kesalahan dan keburukannya untuk menyerang.

4. Al-Quran adalah kitab hidayah. Al-Quran adalah obat untuk penyakit mental, moral, sosial dan lainnya. Tentu saja, bagi mereka yang ingin memanfaatkan cahaya penuntun ini dan tidak menutup mata dan telinga mereka terhadapnya.

Minggu, 20 Juni 2021 20:02

Surat Fusshilat ayat 37-40

 

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (37) فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ (38)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (41: 37)

Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. (41: 38)

Sebelumnya, telah dibicarakan tentang dakwah kepada orang lain menuju penyembahan kepada Allah. Ayat-ayat ini menyinggung satu dari contoh syirik sepanjang sejarah dan berkata, “Matahari dan bulan merupakan ciptaan Allah, tetapi bagaimana sebagian manusia bukannya menyembah Allah yang menciptakan matahari dan bulan, justru menyembah keduanya ini!?”

Pada hakikatnya, malam, siang, matahari dan bulan, semuanya termasuk ayat dan tanda-tanda Allah penguasa alam semesta, yang menjadi sumber ketenangan, siang yang bercahaya dan menjadi alat untuk bergerak. Keduanya ini menciptakan siklus kehidupan manusia secara bergantian dan tertib. Bila malam atau siang salah satu atau keduanya terjadi selamanya atau waktunya lebih lama, maka kehidupan makhluk hidup di bumi akan musnah dan bumi tidak layak untuk ditempati.

Matahari sumber dari semua berkah materi yang ada di sistem tata surya. Tidak diragukanlagi bahwa kehidupan di planet bumi berutang pada keberadaan matahari. Cahaya, panas, gerakan angin, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, buah menjadi matang dan bahkan warna-warna indah bunga semua karena sinar matahari. Bila matahari tidak ada, semua makhluk hidup tidak akan muncul di permukaan bumi. Bulan juga memiliki gerakan yang stabil dan tertib di berbagai tempat dan menerangi bagian malam yang gelap serta menjadi pelita yang menuntun karavan atau mereka yang hilang di padang pasir.

Semua fenomena alam ini ciptaan Allah dan tanda-tanda nyata akan keberadaan-Nya. Tetapi sekelompok manusia, karena banyaknya berkah dari matahari dan bulan, bersujud kepada dua benda langit yang bercahaya ini dan menyembahnya. Harus dilihat, akal sehat manakah yang dapat menerima matahari dan bulan tercipta dengan sendirinya?! Kalian harus menyembah Zat yang menciptakan bulan dan matahari, di mana semua nikmat bersumber dari-Nya.

Menyembah bulan dan matahari sama seperti manusia melihat pigura yang berisikan lukisan yang sangat indah dan alih-alih memuji pelukis hebat dengan karyanya ini, justru mengagungkan pigura!?

Kelanjutan ayat mengatakan, “Di hadapan ajakan kepada penyembahan Allah, sekelompok manusia yang mencari kebenaran tidak menerima penyembahan bulan dan matahari dan memilih penyembahan kepada Allah, tetapi sebagian lain karena arogan dan fanatik kepada keyakinan leluhur mengambil sikap menentang kebenaran dan tidak mau berpikir.”

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Datang dan perginya malam dan siang serta manfaatnya yang banyak bagi manusia dan semua makhluk hidup termasuk tanda-tanda kekuasaan dan kebijksanaan Allah.

2. Mengenal alam dan unsur penting kehidupan jalan terbaik untuk mengenal Allah, tentu saja bagi mereka yang mengenal sumber penciptaan.

3. Prinsip penyembahan merupakan sesuatu yang fitri, tetapi banyak manusia salah dalam mengenal siapa yang harus disembah. Para nabi diutus untuk membimbing tuntutan fitrah manusia ini ke jalan yang lurus.

4. Sombong termasuk penghalang untuk mengenal hakikat dan menerimanya.

5. Allah tidak membutuhkan penyembahan hamba-Nya. Bila semua manusia melupakan Allah, malaikat berserah diri pada-Nya dan setiap hari tanpa mengenal lelah mengucapkan tasbih dan memuji-Nya.

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)

Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (41: 39)

Setelah membicarakan matahari dan bulan, ayat ini berbicara tentang bumi dan daerah yang kering yang kemudian bergerak lagi dengan turunnya tetesan hujan yang memberikan kehidupan, lalu mengubah tempat itu menjadi daerah yang hijau dan penuh dengan bunga dan tumbuh-tumbuhan.

Tanah kering dan mati, di mana tidak ada produk yang dihasilkan kecuali tanah liat, batu bata, tembikar dan keramik, ketika air mengalir di permukaan bumi mengungkapkan efek kehidupan dan berbagai dampaknya. Dengan hujan, tanah menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai tanaman dan pohon, dan kehidupan dan gerakan muncul di lembahnya.

Apa kekuatan sebenarnya yang, dengan mengirimkan tetesan hujan, menampakkan semua jejak kehidupan dari dalam tanah? Tidak diragukan lagi, ini adalah tanda dari pengetahuan dan kekuatan Allah yang tak terbatas. Tidak bisakah Tuhan seperti itu, yang tanda-tanda kekuasaan-Nya terlihat di mana-mana, membangkitkan orang mati pada Hari Kebangkitan? Apakah Anda meragukan kekuatannya dan Anda menganggapnya mustahil?

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manifestasi alam, seperti angin, hujan, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, semuanya adalah tanda-tanda kuasa Allah yang tak terbatas. Jadi, kapan pun kita meragukan kekuatan-Nya, mari kita lihat fenomena alam semacam itu.

2. Keraguan dalam kuasa Allah adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang menyangkal kebangkitan, bukan karena mereka memiliki alasan rasional yang kuat untuk menolak kebangkitan.

إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آَيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آَمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (40)

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (41: 40)

Di hadapan para nabi dan orang-orang beriman yang mengajak manusia kepada Allah dan memberi tahu mereka tanda-tanda kebesaran-Nya, tetap saja ada manusia yang menyesatkan orang lain. Mereka berusaha membuat orang lain terlihat seperti diri mereka sendiri dan menjauhkan diri dari Allah dan para nabi.

Dengan pernyataan menipu dan tampaknya benar, kelompok ini mencoba menafsirkan kalam ilahi dan ajaran para nabi dengan cara yang membuatnya tidak konsisten dengan akal dan kebijaksanaan, yang menyebabkan orang lari dari kitab Allah. Seperti saat ini, ada aliran dan arus yang mencoba mengalihkan bangsa-bangsa dari memercayai agama dan kebangkitan dengan berbagai alat, terutama media.

Wajar jika hukuman bagi orang-orang yang, dengan menciptakan keraguan, mengembalikan orang-orang ke jalan kebenaran, adalah api neraka yang hebat pada Hari Kiamat. Berbeda dengan mereka yang, mengetahui kebenaran dan menerimanya, berada dalam bayang-bayang ilahi yang aman dan akhirnya hidup dalam keamanan dan kedamaian di surga.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jika Allah memberi tenggat waktu kepada orang yang sesat, itu bukan petanda kelalaian atau ketidaktahuannya, tetapi Sunnatullah adalah untuk memberi kelonggaran sehingga kehendak manusia terjaga dan ada kemungkinan untuk taubat dan kembali bagi mereka.

2. Di akhirat juga, nikmat terpenting bagi umat manusia adalah keamanan tubuh dan jiwa serta kedamaian pikiran.

3. Memiliki ikhtiar tidak berarti Anda diizinkan melakukan apa pun.

Minggu, 20 Juni 2021 20:01

Surat Fusshilat ayat 31-36

 

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (41: 31)

Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (41: 32)

Di ayat sebelumnya dijelaskan mengenai malaikat yang turun ke hati orang-orang mukmin dan mengabarkan berita gembira kepada mereka. Di akhirat kelak, orang-orang mukmin dijamu di Surga oleh Allah swt. Mereka bisa menikmati apa saja yang diinginkannya di Surga dari kenikmatan yang bersifat material hingga spiritual.

Di dunia, orang-orang mukmin berkewajiban untuk menjaga dan menahan hawa nafsunya dari berbagai godaan dan ajakan yang menyesatkan. Tapi di akhirat kelak, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas semua yang dilakukan orang-orang Mukmin dan menjamunya dengan hidangan Surga.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun orang-orang Mukmin tidak memiliki banyak teman selama di dunia, tapi para malaikat langit akan menjadi teman sejati mereka di dunia dan akhirat dan menjadi penolongnya.

2. Kenikmatan di surga tidak hanya terbatas kelezatan materi yang ada di dunia saja, tapi segala sesuatu yang diinginkan manusia akan disediakan. Pastinya kelezatan di Surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan di dunia yang terbatas.

3. Allah swt menjamu para penghuni Surga berdasarkan rahmat dan maghfirah-Nya, yang menunjukkan kasih sayang-Nya yang tanpa batas.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (41: 33)

Menghadapi orang-orang yang tidak mau mendengarkan seruan Rasulullah Saw dan ayat al-Quran maupun yang tidak bersedia mengikuti kebenaran, ayat ini menjelaskan adanya orang-orang Mukmin yang mengajak manusia menuju jalan Allah swt dengan perkataan dan perilakunya. Mereka menyatakan bahwa dirinya adalah Muslim dan bangga dengan kemuslimannya.

Berdasarkan ayat ini, tidak ada seruan yang lebih baik dari mengajak menuju Tuhan dan tauhid yang disampaikan dengan perkataan dan perilaku yang baik. Tentu saja hanya mengetahui kebenaran saja tidak cukup, namun lebih dari itu harus mengamalkannya. Kemudian mengajak orang lain menuju jalan kebenaran dengan mengikuti perintah dan menaati larangan Allah swt dalam kehidupan.

Dalam hal ini, sebagian orang secara khusus mempelajari agama dan menjadi pendakwah untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Mereka adalah para ulama dan mubaligh yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan agama dari penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat.

Di luar dari peran khusus mereka sebagai mubaligh, setiap orang memiliki tanggung jawab sesuai kemampuan yang dimilikinya untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Perkatan terbaik adalah mengajak manusia menuju jalan Allah swt dan lebih efektif disampaikan dalam amal perbuatan.

2. Mengumandangkan azan merupakan salah satu cara yang paling mudah dan sederhana untuk mengajak orang menuju Tuhan.

3. Sebagai Muslim dan orang yang berserah diri kepada Allah kita harus bangga, dan tidak merasa lemah menghadapi hinaan maupun cacian dari orang yang menghina keyakinan kita.

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (41: 34)

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (41: 35)

Para penentang kebenaran melakukan berbagai cara dari cacian, hinaan hingga ancaman terhadap orang-orang mukmin yang menyampaikan dakwah menuju jalan kebenaran. Tapi mereka harus dihadapi dengan sabar dan cara yang baik.

Di ayat ini Allah swt berfirman bahwa orang-orang yang menyampaikan kebenaran tidak boleh membalas keburukan dengan keburukan, tapi tunjukkan kebaikan kepada mereka. Kebenaran disampaikan dengan kasih sayang dan lemah lembut. Niat dan perbuatan yang baik akan mengubah perilaku buruk menjadi baik.

Jalan kehidupan para Nabi dan Rasulullah Saw serta Ahlul Baitnya berdasarkan ajaran al-Quran. Akhlak mulia mereka senantiasa menjadikan para penentangnya malu atas perilaku buruknya. Sebagaimana peristiwa Futuh Mekah, ketika sebagian Muslim menyerukan aksi balas dendam terhadap orang-orang kafir, Rasullah Saw justru mengampuni mereka. Perilaku mulia Rasulullah Saw ini menjadi magnet yang menarik hari semua orang.

Tentu saja cara-cara menghadapi para penentang kebenaran seperti ini bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan kelapangan dada dan kesabaran yang tinggi. Sejatinya orang-orang Mukmin yang sudah mencapai kesempurnaan akhlaknya akan menghilangkan sifat balas dendam dalam dirinya dan menggantikannya dengan pemaaf.    

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu contoh perbuatan baik dalam berdakwah adalah tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi digantikan dengan kebaikan.

2. Dalam perang menghadapi musuh, pembalasan merupakan tindakan yang bisa diterima. Tapi dalam hubungan sosial, pembalasan atau aksi balas dendam bukan tanda kesabaran dan kemuliaan. Sebab aksi balas dendam justru akan meningkatkan konflik di tengah masyarakat.

3. Kesabaran menghadapi perkataan dan perbuatan tercela orang lain membutuhkan keimanan yang kuat dan ketinggian akhlak.

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36)

Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (41: 36)

Setan membisikkan dan menggoda manusia dengan berbagai cara. Salah satu sifat setan adalah menciptakan perselisihan di tengah manusia, dan tidak menyukai upaya untuk mewujudkan perdamaian dan persahabatan. Setan membisikkan kedengkian, dendam dan permusuhan dalam diri manusia yang akan menjauhkan dari kebenaran.

Al-Quran di ayat ini menyampaikan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang Mukmin bahwa setiap kali datang godaan setan, mohonlah perlindungan dari Allah swt, karena Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kedengkian dan dendam merupakan salah satu godaan setan. Salah satu seruan ilahi adalah membalas perbuatan buruk orang lain dengan kebaikan, dan kebenaran disampaikan dengan lemah lembut dan cara yang baik.

2. Siapapun yang membisikkan kepada manusia keburukan dan kesesatan, maka termasuk setan, meskipun bentuknya manusia.

3. Kita harus senantiasa berlindung kepada Allah swt supaya selamat dari bisikkan dan godaan setan yang mengajak ke jalan kesesatan.

Minggu, 20 Juni 2021 20:00

Surat Fusshilat ayat 29-30

 

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الْأَسْفَلِينَ (29)

Dan orang-orang kafir berkata, “Ya Rabb kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina.” (41: 29)

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa sebagian dari orang kafir menghalangi orang lain untuk mendengarkan ayat al-Quran. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang tersesat karena mereka, maka di hari kiamat akan menggugatnya.

Orang-orang yang disesatkan ini akan meminta kepada Allah swt supaya siapa saja yang telah menyesatkannya ditempatkan di tempat yang terburuk di neraka jahanam. Selain itu, di hari Kiamat kelak mereka juga meminta kepada Allah supaya orang-orang yang menyesatkan mereka dengan kekuasaanya selama di dunia dihinakan sehina-hinanya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang-orang Kafir pada hari Kiamat kelak akan diadukan akibat perbuatannya di dunia oleh orang-orang yang telah disesatkan jalannya dari kebenaran.

2. Faktor penyebab kesesatan manusia sangat banyak, salah satunya karena adanya orang-orang yang menggoda dan mengajak yang lain menuju jalan kesesatan.

3. Para pengikut pemimpin-pemimpin kafir dan sesat, yang telah menyesatkan orang lain dengan kekuasaannya selama di dunia mengharapkan orang-orang yang telah menyesatkannya berada dalam kehinaan.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (41: 30)

Meskipun orang-orang kafir dan sesat mengajak orang lain menempuh jalan kesesatan dan sebagian orang mengikutinya, tapi ada juga oran-orang yang tetap teguh di jalan kebenaran. Mereka hanya beriman kepada Allah swt dan tidak memperhatikan seruan dari orang-orang yang berusaha meyesatkannya. Mereka mengatakan,"Tuhan kami ialah Allah".

Dengan prinsip yang dipegang teguh ini, mereka tetap berada di jalan kebenaran dan tidak tergoda untuk mengikuti seruan orang-orang yang ingin menyesatkannya. Keimanan terhadap Kiamat dan janji Ilahi menyebabkan pendirian mereka teguh menghadapi setiap godaan dan ajakan duniawi yang melalaikannya. Oleh karena itu, tidak ada faktor yang bisa melemahkan keimanan dan keteguhannya dalam menjalankan kewajiban agama.

Banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah swt, tapi dalam praktiknya hanya sedikit yang tetap teguh dalam keimanannya. Sebab sebagian orang tidak kuat menahan godaan hawa nafsu dunia, ataupun ketika kepentingannya terganggu,l maka imannya melemah. Oleh karena itu, orang-orang yang keimanannya kuat menghadapi setiap godaan dan ajakan yang melemahkan keimanannya hanya sedikit saja. Selain itu, tidak banyak yang kuat menjaga keimanannya menghadapi ancaman musuh.

Allah swt menolong mukmin sejati. Salah satu pertolongan ilahi adalah menurunkan malaikat yang membisikan kekuatan dalam hati mereka akan datangnya pertolongan dari Allah swt, sehingga tidak pernah takut menghadapi setiap ancaman musuh maupun kegelisahan dalam dirinya. Malaikat mengabarkan surga kepada mukmin sejati.

Tidak diragukan lagi, berita gembira dari malaikat yang disampaikan ke dalam diri orang-orang mukmin akan memperkuat keimanan mereka menghadapi setiap godaan, ajakan dan ancama musuh. Oleh karena itu, salah satu kewajiban seorang mukmin di dunia adalah mengendalikan dirinya supaya tidak mengikuti hawa nafsu yang menyeretnya menuju kesesatan.

Di akhirat kelak, Allah swt akan membalas setiap orang atas pengabdian dan penjagaan dirinya selama di dunia. Di Surga mereka akan dilayani dengan baik. Mereka menjadi tamu Allah di surga yang abadi. Mereka akan dijamu oleh tuan rumah yang Maha Pengasih dan Penyayang di akhirat kelak.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun Mukmin yang teguh menjaga keimanannya hanya memiliki sedikit teman di dunia, tapi para malaikat akan menjadi teman langit mereka di dunia dan akhirat. Para malaikat akan membantu dan menolong mereka.

2. Segala sesuatu yang nikmat bagi manusia, akan disediakan di Surga kelak. Pastinya kelezatan di Surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan di dunia yang terbatas.

3. Allah swt menjamu para penghuni Surga berdasarkan rahmat dan maghfirah-Nya, yang menunjukkan kasih sayang-Nya yang tanpa batas.

Minggu, 20 Juni 2021 20:00

Surat Fusshilat ayat 24-28

 

فَإِنْ يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَا هُمْ مِنَ الْمُعْتَبِينَ (24) وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُمْ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (25)

Jika mereka bersabar (menderita azab) maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. (41: 24)

Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (41: 25)

Taubat tidak diterima lagi di hari kiamat, karena ini dilakukan akibat rasa takut terhadap api neraka, bukan karena kesadaran. Pada hari itu, keadaan mereka tidak akan berubah baik bersabar atau mencari-cari pembenaran. Meskipun mereka memohon ampunan, tetap tidak akan menyelamatkannya dan mereka menjadi penghuni neraka.

Menurut ayat ini, azab ini dikarenakan salah pergaulan selama di dunia. Saat seseorang berbuat dosa, teman yang buruk justru mendorongnya untuk meneruskan perbuatan dosa, bukannya memberikan teguran dan nasihat. Ia mengesankan perbuatan dosa sebagai keindahan dan terpuji.

Teman yang buruk ini akan mendominasi individu lain dan meracuni pikirannya sehingga ia tidak bisa membedakan antara perbuatan baik dan buruk. Kebaikan tampak buruk di matanya, sementara dosa terlihat indah. Jadi, seseorang bisa terperosok dalam dosa karena salah pergaulan.

Jika ini terjadi, individu tersebut telah menghancurkan masa depannya dan menutup jalan keselamatan bagi dirinya. Banyak orang terjebak di jalan ini dan mereka tidak sampai ke tempat tujuan selain gerbang neraka.

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kesempatan bertaubat hanya ada di dunia, dan pintu taubat telah tertutup rapat di akhirat.

2. Manusia harus selalu waspada agar tidak salah bergaul, karena orang jahat akan menggunakan banyak trik untuk merusak pikiran dan kepribadian kita, dan akhirnya menggiring kita ke neraka.

3. Orang yang memuji perbuatan buruk kita, ia bukanlah teman kita, melainkan syaitan dalam wujud manusia. Ia bersikap seperti syaitan yang memandang dosa sebagai keindahan.

4. Kehancuran manusia terjadi secara bertahap. Teman yang jahat pertama-tama mengesankan dosa sebagai keindahan dan orang lain tanpa sadar mulai menyukai perbuatan dosa dan larut di dalamnya. Di sini, ia telah menjadi orang-orang yang merugi.

5. Teman jahat tidak akan menambah sesuatu bagi kita, tetapi justru menjadikan kita binasa di dunia dan akhirat.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآَنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ (26) فَلَنُذِيقَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا عَذَابًا شَدِيدًا وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ (27) ذَلِكَ جَزَاءُ أَعْدَاءِ اللَّهِ النَّارُ لَهُمْ فِيهَا دَارُ الْخُلْدِ جَزَاءً بِمَا كَانُوا بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (28)

Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (41: 26)

Maka sesungguhnya Kami akan merasakan azab yang keras kepada orang-orang kafir dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (41: 27)

Demikianlah balasan terhadap musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai balasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami. (41: 28)

Ayat ini berbicara tentang salah satu perbuatan buruk yang dilakukan kaum musyrik Makkah terhadap Rasulullah Saw. Setiap kali Rasul membacakan ayat-ayat al-Quran kepada penduduk Makkah, mereka bersorak-sorai atau bersyair dengan suara keras sehingga bacaan Rasulullah tidak sampai ke masyarakat.

Cara seperti ini masih ditemukan di masa sekarang. Kaum kafir mengetahui bahwa ketika orang-orang memahami kebenaran al-Quran, maka banyak dari mereka akan mengimaninya. Oleh sebab itu, musuh menggunakan propaganda media dan membuat kegaduhan agar kebenaran al-Quran dan Islam tidak sampai ke telingan penduduk dunia.

Kaum kafir menggunakan metode langsung dan tidak langsung untuk mencapai tujuannya. Mereka melecehkan ajaran Islam lewat berbagai sarana seperti film, teater, lukisan, karikatur, dan buku. Mereka menyebarkan hoaks tentang Islam dan membuat fitnah untuk mencoreng citra Islam sehingga masyarakat dunia membencinya.

Musuh mengira bahwa cara itu dapat mencegah penyebaran Islam. Tidak diragukan lagi, ciri khas kebenaran adalah mematahkan setiap rintangan dan membuka jalannya. Inilah yang menjadi alasan mengapa al-Quran terus disambut di dunia.

Azab yang pedih tentu akan menanti orang-orang yang menghalangi masyarakat dari mendengarkan ayat-ayat al-Quran, dan juga ingin menjadikan orang lain seperti dirinya berada dalam kesesatan.

Orang yang selalu mengingkari ayat-ayat al-Quran, sebenarnya mereka-lah musuh Tuhan dan agama. Tentu saja mereka akan memperoleh siksa yang pedih dan tidak ada jalan lari dari azab neraka.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang yang tidak punya argumentasi rasional biasanya menggunakan berbagai cara untuk menghalangi masyarakat mendengarkan ucapan rasional orang lain.

2. Al-Quran punya daya tarik dan pengaruh yang menakjubkan, sehingga lantunan ayat-ayatnya mampu membuat orang lain beriman. Oleh sebab itu, musuh berusaha mencegah hal ini terjadi.

3. Musuh memanfaatkan berbagai sarana agar kebenaran al-Quran dan Islam tidak sampai ke penduduk dunia.

4. Neraka akan menjadi rumah abadi bagi mereka yang secara sadar dan sengaja memerangi kebenaran, dan ini adalah sebuah balasan yang adil.

Minggu, 20 Juni 2021 19:59

Surat Fusshilat ayat 19-23

 

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (19) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (20)

Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. (41: 19)

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (41: 20)

Ayat sebelumnya berbicara tentang siksa yang diterima oleh orang-orang zalim di dunia, sementara dua ayat tersebut mengenai azab hari akhirat. Orang-orang yang melawan para nabi dan menentang ajaran yang dibawanya, mereka adalah musuh-musuh Allah Swt dan sedang menentang perintah Tuhan.

Di hari kiamat, mereka dibelenggu seperti para pelaku kriminal dan digiring menuju ke dalam neraka. Ketika melihat api neraka, mereka mengingkari dosanya dan mengaku tidak bersalah.

Namun, anggota badan mereka yaitu pendengaran, penglihatan, dan kulit akan menjadi saksi dan memberikan kesaksian terhadap pemiliknya. Kesaksian ini tidak dapat dibantah, karena diberikan oleh anggota badannya sendiri.

Anggota badan setiap individu selalu hadir bersamanya dan menyaksikan segala hal, dan sekarang memberikan kesaksiannya. Kesaksian ukhrawi ini menunjukkan bahwa semua ucapan dan perbuatan manusia selama di dunia telah direkam dan rekamannya tersimpan di anggota badan mereka.

Jadi, hari kiamat adalah hari terbongkarnya semua skandal, hari di mana seluruh wujud manusia memberikan kesaksian dan membongkar seluruh rahasia pemiliknya. Para pendosa tentu saja diliputi ketakutan yang luar biasa.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Syirik dan kekufuran memiliki beberapa fase, dan manusia kadang tidak hanya mengingkari Tuhan, tetapi juga bangkit memusuhi-Nya. Karena kedengkian dan permusuhannya terhadap kebenaran, mereka menyusun rencana jahat dan aksi nyata terhadap kitab Allah dan ajaran para nabi.

2. Kesaksian anggota badan menunjukkan bahwa mereka mengetahui semua perbuatan manusia dan apa yang dilihatnya di dunia, akan diungkapkan di akhirat.

وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (21) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". (41: 21)

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (41: 22)

Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (41: 23)

Para pendosa terkejut dan memprotes kesaksian yang disampaikan anggota badan terhadap pemiliknya. Sebab, seluruh anggota badan ini telah menemani manusia selama bertahun-tahun dan mereka juga menjaga anggota tubuhnya dengan baik. Lalu, mengapa sekarang anggota badan "berkhianat?"

Ternyata anggota badan juga punya jawaban yang tegas. Mereka berkata, "Kami tidak berbicara atas kehendak kami sendiri, tetapi Allah yang telah menciptakan kalian di dunia dan membangkitkan kalian setelah kematian, Dia membuat segala sesuatu dapat berbicara dan kehendak Tuhan juga meliputi diri kami."

Ketika di dunia disampaikan kepada kalian bahwa Allah Swt itu ada dan menyaksikan semua perbuatan kalian serta tidak ada yang luput dari-Nya, kalian justru mengingkari-Nya. Kalian mengira Tuhan tidak tahu atas banyak perbuatan yang kalian lakukan.

Seluruh anggota badan berkata, "Kalian tidak mengira bahwa kami juga menjadi saksi atas ucapan dan perbuatan manusia, suatu hari kami akan berbicara dan memberikan kesaksian terhadap kalian. Kalian berbuat dosa di tempat sepi dan kalian lupa bahwa Allah mengetahui seluruh rahasia kalian. Para pencatat amal juga hadir bersama kalian dan mengawasi perbuatan manusia. Kami anggota badan juga menyaksikan perbuatan kalian. Keyakinan batil kalian tentang Allah telah menyebabkan kalian binasa dan termasuk orang-orang yang merugi."

Perlu dicatat bahwa kemampuan berbicara di hari kiamat tidak hanya dimiliki oleh anggota badan manusia, tapi al-Quran juga menjelaskan bumi, langit, dan neraka berbicara pada hari kiamat.

Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hakikat manusia terletak pada ruhnya, sementara jasad hanya sebuah sarana. Oleh sebab itu, anggota badan dapat memberikan kesaksian terhadap hakikat manusia di hari kiamat.

2. Para saksi hari kiamat memberikan kesaksian dengan akurat sehingga tidak dapat dibantah.

3. Semua benda di sekitar kita dan anggota badan kita, dapat berbicara dan memberikan kesaksian atas apa yang mereka lihat jika Allah berkehendak.

4. Para pendosa melalaikan peran anggota badannya sehingga berani melakukan dosa. Padahal jika manusia selalu merasa diawasi oleh Tuhan, mereka tidak akan pernah berbuat dosa baik di tempat sepi atau keramaian.

5. Keyakinan batil tentang Tuhan merupakan sumber dari kehancuran dan kesengsaraan manusia.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…