کمالوندی

کمالوندی

 

Para demonstran anti-rasis di kota Portland, negara bagian Oregon, Amerika Serikat menumbangkan patung presiden pertama Amerika, George Washington pada hari Kamis (18/6/2020) malam.

CBS News (19/6/2020) melaporkan, para demonstran anti-rasis di kota Portland, Oregon menjatuhkan patung presiden pertama Amerika itu karena disebut pernah memiliki budak.

Sejumlah demonstran membungkus kepala patung George Washington dengan bendera Amerika kemudian membakarnya.

Satu jam kemudian jumlah demonstran semakin bertambah banyak, dan akhirnya mereka menumbangkan patung tersebut bersama-sama.

Salah seorang koresponden CBS News menyaksikan posisi patung George Washington terlihat jatuh menghadap ke bawah dengan penuh coretan. 

Anggota kongres Amerika Serikat dari partai Demokrat ditengarai telah melayangkan surat kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait isu pencaplokan Tepi Barat. Mereka memperingatkan Netanyahu terkait konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi apabila rezim Zionis melanjutkan proyek aneksasi ilegal terhadap wilayah teritorial Palestina.

“Aneksasi sepihak agaknya akan membahayakan progres signikan Israel dalam normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab,” terang surat tersebut. Selain itu, aneksasi ini juga akan beresiko mengakibatkan ketidakamanan di Yordania yang bisa jadi akan berujung pada berakhirnya dukungan negara pimpinan Raja Abdullah II tersebut kepada Israel.

Baca juga: PM Israel: Implementasi Aneksasi Tepi Barat Mungkin Bertahap

Proyek pencaplokan ini bahkan juga beresiko akan menciptakan masalah yang besar antara Israel dengan sekutu-sekutunya di Eropa dan di berbagai belahan dunia yang lain. Tercatat, 28 dari 47 perwakilan partai Demokrat di Kongres AS menolak proyek ini.

Meski tak mendukung program aneksasi, mereka mengaku sebagai ‘pendukung lama’ Israel dan lebih memperjuangkan solusi damai untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina. Mereka tetap teguh dengan solusi dua-negara. Namun solusi ini semakin jauh dari kemungkinan berhasil akibat Israel yang terus membangun pemukiman ilegal sepanjang wilayah pendudukan.

Kamis, 18 Juni 2020 18:11

Amerika Ancam Boikot Emirat

 

Utusan Amerika Serikat khusus untuk urusan Suriah mengancam Emirat; jika berusaha menjalin hubungan dengan Damaskus, AS akan memboikot UEA.

Setelah AS memboikot ekonomi Suriah di bawah aturan bernama Caesar, Washington juga mengancam negara-negara lain yang berniat menjalin hubungan dengan Damaskus.

James Jeffrey, Rabu malam (17/6), mengatakan, “Emirat tahu bahwa AS sangat menentang hubungan diplomatik pihak lain dengan Suriah.”

Selain boikot atas Suriah, menurut James Jeffrey, aturan Caesar juga mencakup aktifitas ekonomi setiap pihak di Emirat ataupun negara-negara lainnya yang berkaitan dengan Damaskus.

Rabu kemarin, 17/6, Mike Pompeo mengumumkan boikot atas 39 sosok dan organisasi Suriah di bawah aturan Caesar.

Dalam hal ini, salah satu Jubir Kedubes AS di Timteng menganca

 

Tanggal 3 Juni 2020, bertepatan dengan peringatan 31 tahun pemilihan Ayatullah Khamenei sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran. Peristiwa besar ini menjadi momentum yang tepat untuk mengkaji pemikiran beliau, termasuk dampaknya terhadap tatanan keamanan Asia Barat.

Pemikiran Ayatullah Khamenei di bidang kebijakan luar negeri didasarkan pada tiga prinsip utama yaitu: martabat, kebijaksanaan dan kemaslahatan. Martabat bermakna tidak menyerah kepada musuh, sedangkan kebijaksanaan adalah berperilaku bijaksana, dan kemasalahan mempertimbangkan kepentingan nasional dalam kebijakan luar negerinya.

Prinsip pertama, tidak menyerah terhadap musuh di berbagai bidang, terutama di bidang pertahanan. Oleh karena itu, Rahbar selalu menekankan masalah penguatan pertahanan nasional. Meskipun demikian, beliau menganggap kekuatan pertahanan memiliki dimensi defensif dan menyatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan pernah memulai perang, tetapi dengan tegas akan mempertahankan diri terhadap segala bentuk agresi.

Contoh jelas dari pernyataan ini adalah aksi pemerintah teroris AS membunuh Letjen Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020, yang memicu reaksi keras dari Iran dengan melancarkan serangan terhadap pangkalan militer Ain al-Assad pada 8 Januari 2020. Pasca Perang Dunia II, tidak ada negara yang berani mengambil tindakan militer terhadap Amerika Serikat. Langkah yang disebut oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam sebagai "Pembalasan Keras" ini menunjukkan bahwa Republik Islam Iran tidak akan menyerah kepada musuh, bahkan di bawah sanksi berat AS.

Memperkuat Sumbu Perlawanan di kawasan Asia Barat adalah pandangan penting lain dari Ayatullah Khamenei dalam masalah regional. Selama ini Iran selalu menjadi salah satu pembela Sumbu Perlawanan di kawasan, dan  memainkan peran penting dalam memperkuat poros ini dalam dimensi operasionalnya.

Pada awal krisis Suriah meletus, beberapa anggota Hamas keliru memahami perkembangan di Suriah dan mengadopsi pendekatan yang bertentangan dengan kepentingan Damaskus. Tapi sebagian besar tetap memusatkan dukungan Hamas terhadap pendekatan Iran. Dalam kondisi demikian, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan dukungannya terhadap gerakan perlawanan Palestina, termasuk Hamas, dan menilai kesalahan beberapa orang tidak bisa menjadikan Hamas sebagai pihak yang keliru secara keseluruhan. Hasil dari pendekatan itu, gerakan Hamas hingga kini memiliki hubungan erat dengan Republik Islam Iran.

Di sisi lain, ketika beberapa pihak di dalam dan di luar Iran mengklaim dukungan Tehran terhadap Damaskus dalam memerangi kelompok-kelompok teroris di Suriah dan pendukungnya bukan kepentingan Iran; Rahbar dengan tegas menekankan urgensi mendukung Suriah dalam memerangi kelompok-kelompok teroris. Dampaknya, tidak hanya pemerintah berdaulat Suriah yang tetap berdiri, integritas teritorialnya juga tetap terjaga. Bahkan para penentang Republik Islam Iran menuding Tehran menggunakan krisis Suriah sebagai peluang untuk membuktikan kekuatannya di Asia Barat. 

Mitra Iran di Lebanon, Irak, dan Yaman tampil unggul. Kini, Hizbullah di Lebanon menjadi aktor berpengaruh tidak hanya di negaranya saja, tetapi juga di kawasan Asia Barat. Kelompok-kelompok perlawanan Irak telah memainkan peran penting dalam pembangunan negaranya, termasuk dengan memaksa pemerintah teroris AS menutup beberapa pangkalan militer kecilnya di Irak, dan hari ini slogan pengusiran pasukan AS telah menjadi tuntutan nasional di Irak.

Kelompok-kelompok perlawanan di Yaman bukan hanya tidak menyerah menghadapi koalisi agresor yang dipimpin Saudi, bahkan hari ini Pemerintah Penyelamat Nasional Yaman memegang kendali dalam perang tersebut. Sementara itu, koalisi agresor pimpinan rezim Al Saud berada dalam posisi yang semakin melemah. 

Pada Juni tahun lalu, delegasi Yaman dipimpin oleh Juru Bicara Ansarullah Yaman, Mohammad Abdul Salam melakukan perjalanan ke Tehran dan menyerahkan surat Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerakan Ansarullah kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran. Ayatullah Khamenei membuka dan membaca surat ini langsung di hadapan delegasi Yaman, padahal beliau bisa membuka dan membacanya setelah pertemuan tersebut. Langkah simbolis ini diambil Rahbar, yang berbeda dengan peristiwa dua bulan setelahnya ketika Perdana Menteri Jepang, Abe Shinzo mengirim pesan dari Presiden AS Donald Trump kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, yang ditolak oleh beliau. 

Pada 3 Juni 2019, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Hari ini di kawasan kita, Asia Barat, kalimat bersama bangsanya adalah perlawanan; Semua orang menerima kehadiran gerakan perlawanan ... Kegagalan yang sama yang dialami Amerika di Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, dan lainnya selama beberapa tahun terakhir adalah hasil dari aksi kelompok-kelompok perlawanan. Front Perlawanan adalah gerakan yang kuat hari ini,".

Salah satu landasan teoretis terpenting dari pemikiran Ayatullah Khamenei adalah perlawanan terhadap imperialisme dan Zionisme. Sebagaimana pandangan Imam Khomeini, pendiri Revolusi Islam Iran yang menekankan dua masalah penting ini, Ayatullah Khamenei menyatakan berlanjutnya perlawanan menghadapi imperialisme global dan Zionisme, sekaligus melumpuhkan proyek-proyek destruktif kekuatan Barat di kawasan Asia Barat.

Pada pertemuan dengan para pejabat Republik Islam dan duta besar negara-negara Muslim yang berlangsung Juni 2018, Rahbar mengatakan, "Hari ini, kebijakan kekuatan arogan global adalah menciptakan keretakan antara negara-negara Muslim, bahkan di dalam bangsa-bangsanya sendiri, antarindividu masyarakat dari negara-negara ini; Itulah kebijakan mereka saat ini. Inilah plot yang dirancang oleh konspirator kriminal Amerika dan Zionis Amerika untuk kawasan kami, yang merupakan salah satu kawasan Islam yang paling penting, dan Anda dapat melihat tanda-tandanya seperti peristiwa tragedi Yaman, peristiwa di Suriah, Irak dan negara-negara Muslim lainnya. Kini jalan keluarnya adalah negara-negara Muslim harus menemukan titik utamanya. Masalah utamanya, perlawanan masyarakat Muslim dan umat Islam terhadap kekuatan arogan. Berdiri melawan kebijakan arogan menjadi tugas pemerintah, itu adalah tugas para pejabat politik, juga para pemimpin agama, budaya dan politik di seluruh dunia Islam. Dan poin mendasar lainnya adalah masalah rezim Zionis, yang pada dasarnya diciptakan di jantung dunia Islam untuk menyulut perselisihan, penjinakkan, menciptakan masalah."

Kini, Iran bukan hanya tidak bergantung pada kekuatan asing di berbagai bidang, terutama di bidang pertahanan,  bahkan menjadi kekuatan kompetitor penting, bahkan Amerika Serikat berpikir ribuan kali untuk melancarkan agresi militer terhadap Republik Islam Iran.

Donald Trump mengklaim akan melancarkan pembalasan dendam setelah jatuhnya pesawat tak berawak AS pada Juni 2019, tetapi mengurungkan niatnya setelah menyadari kekuatan militer Iran. Bahkan selanjunta pemerintah AS tidak berkutik ketika Iran mengirim kapal tanker minyaknya ke Venezuela yang berada di bawah sanksi ketat Washington. 

Pemikiran Ayatullah Khamenei tentang tatanan keamanan di Asia Barat menjadikan Republik Islam Iran sebagai kekuatan regional yang paling penting di Asia Barat, yang berani  menantang tatanan yang diciptakan oleh kekuatan Barat, terutama Amerika Serikat.

Rahbar dalam sebuah pernyataan  mengenai langkah kedua Revolusi Islam yang disampaikan pada Februari 2019, menyatakan, "Iran yang berdaulat hari ini, sebagaimana awal Revolusi menjadi tantangan bagi Amerika Serikat, tapi memiliki perbedaan signifikan. Jika tantangan saat itu dengan AS mengenai pemutusan tangan agen asing, atau  penutupan kedutaan Israel di Tehran, maupun terbongkarnya sarang mata-mata [di kedutaan AS], tapi kini tantangan mereka mengenai kehadiran Iran yang kuat di perbatasan rezim Zionis, dan melemahnya pengaruh ilegal AS di Asia Barat. Dukungan Republik Islam terhadap gerakan perjuangan Mujahidin Palestina di jantung wilayah yang diduduki rezim Zionis, dan pembelaan terhadap bendera yang diusung Hizbullah dan gerakan perlawanan di seluruh kawasan."

 

Media adalah alat yang kuat untuk mentransmisikan data dan makna. Media memiliki potensi besar dalam membentuk benak dan pikiran khalayak mereka.

Media visual dan sinema, dengan kekuatan luar biasa, dapat menunjukkan fakta dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan esensi kenyataan. Tetapi sudah tiba saatnya bagi kita untuk percaya bahwa media massa modern tidak memungkinkan manusia menghadapi esensi suatu peristiwa. Hiburan dapat diperoleh dari media massa, tetapi kebenaran tidak dan keberadaan rasisme adalah fakta.

Karikatur diskriminasi AS dan Barat
Banyak yang percaya bahwa Amerika Serikat menggunakan propaganda dan media untuk menutupi rasisme. Sebagai contoh, Jared Ball, profesor di negara bagian Morgan Amerika mengatakan, sekitar 50 tahun yang lalu, Malcom X mengatakan bahwa Amerika Serikat dapat menggunakan kekuatan media dan iklan untuk menunjukkan negaranya dan negara-negara lain kepada dunia sesuka hati. Kita sekarang melihat bahwa aparat propaganda Amerika telah bertindak sedemikian rupa sehingga hak-hak orang kulit hitam di negara ini tidak tercakup, dan media menggambarkan orang kulit hitam sebagai hal yang mengganggu di benak masyarakat.

Dalam satu penelitian, studi terhadap 90 laporan berita di media Amerika yang populer menunjukkan bahwa media menggunakan empat pendekatan utama untuk mewujudkan rasisme terhadap orang kulit hitam di negara mereka, termasuk menjadikan teladan kulit, gerakan anti-rasis untuk tujuan rasis, sajikan gambar stereotip tentang ras kulit hitam, tanpa warna.

Faktanya adalah bahwa kekuatan representasi dunia dalam bentuk-bentuk yang didefinisikan adalah sesuatu yang menjadi tanggung jawab media, dan ada banyak cara berbeda dan kontradiktif di mana makna tentang dunia dapat dibangun. Jadi masalah "representasi" sangat tergantung pada siapa dan bagaimana representasi itu. Siapa dan bagaimana secara teratur dan permanen dikeluarkan dan bagaimana benda, orang, peristiwa, dan hubungan diwakili. Pemahaman kita tentang masyarakat tergantung pada bagaimana hal itu diwakili, dan representasi ini, sebaliknya, memberikan pengetahuan yang memberi tahu kita tentang apa yang kita lakukan dan kebijakan yang dapat kita terima.

Media, dan terutama sinema adalah alat yang ampuh untuk mentransmisikan data dan makna, dan mereka memiliki potensi tinggi dalam membentuk pikiran dan pikiran khalayak mereka. Mari kita tinjau perilaku media terhadap rasisme dan petualangan AS baru-baru ini.

Protes yang sedang berlangsung di seluruh Amerika Serikat atas pembunuhan George Floyd oleh seorang perwira polisi telah mendorong tokoh-tokoh Hollywood terkemuka untuk keluar dan membuat pernyataan serupa di Twitter dan Instagram. Selain itu, perusahaan dan perusahaan film mengomentari masalah ini. Misalnya, Netflix menulis di Twitter, "Diam berarti keterlibatan. Kehidupan orang kulit hitam itu penting. Kami memiliki platform dan kami memiliki tugas untuk mendukung anggota, staf, pencipta, dan bakat hitam kami." Dengan pernyataan ini, tagar "Kehidupan hitam itu penting" dibagikan di Twitter. Amazon Studios menulis di Twitter dan Instagram, "Kami berdiri bersama dengan komunitas kulit hitam. Kolega, artis, penulis, pendongeng, produser, penonton, dan kita semua bersatu dalam perang melawan rasisme dan ketidakadilan."

"Kami berdiri bersama menentang ketidakadilan," tulis QB, jaringan pengembangan aplikasi seluler. Hulu yang dimiliki Disney menulis di Twitter dan Instagram, "Kami mendukung kehidupan orang kulit hitam. Hari ini dan setiap hari. Anda telah melihat, Anda telah mendengar. Kami bersamamu."

Marvel Entertainment, perusahaan yang berafiliasi dengan Disney, juga mentweet, "Menolak rasisme."

Tetapi sebelum kejadian baru-baru ini, bagaimana media sebenarnya menangani rasisme?

Tema perbudakan dan rasisme telah ada dalam film-film Hollywood sejak awal film-film Amerika. Dalam film "Birth of a Nation" (1915) oleh David W. Griffith (dijuluki Father of Cinema), anggota kultus rasis Cocleus the Great adalah protagonis film dan orang kulit hitam digambarkan sebagai orang jahat. Bertahun-tahun kemudian

Hollywood
Pada tahun 1936, Margaret Mitchell, seorang jurnalis Amerika, menerbitkan sebuah novel berjudul "Gone with the Wind". Sebuah buku yang dianggap sebagai karya rasis di dunia sastra saat ini. Kisah kehancuran terjadi selama Perang Saudara Amerika. Dalam perang ini, Amerika Serikat dibagi menjadi dua wilayah; Utara, negara-negara yang menolak perbudakan, dan Selatan, yang merupakan pembela perbudakan yang setia. Bersamaan dengan kisah cinta, novel ini memiliki pandangan yang sangat rasis tentang kulit hitam, karena penerbitannya kemudian dilarang di beberapa negara karena pandangan rasisnya! Namun, film yang diadaptasi dari mana ia dibuat dikenal sebagai salah satu idola sejarah sinema, dan di sebagian besar daftar, film ini termasuk dalam 100 karya hebat sejarah sinema.

Terlepas dari sejarah rasisme Hollywood yang jelas, film telah dibuat tentang era perbudakan, di mana penindasan terhadap orang kulit hitam kadang-kadang ditampilkan. Film seperti "12 Years of Slavery" atau "The Help". Namun sayangnya, dalam film-film ini, rasisme yang sama dari film "Gone with the Wind" dan "Birth of a Nation" dengan warna dan glasir anti-rasis dapat dilihat. Dalam film-film ini, selalu ada orang kulit hitam, orang-orang tak kenal takut dan pengecut, dan manusia kelas dua, dan orang kulit putihlah yang harus diberi informasi dan diselamatkan dari hak-hak mereka. Dalam film-film ini, formula "putih tuan dan hitam budak" terus memainkan peran kunci.

Sementara itu, film-film yang benar-benar anti-rasis seringkali tidak dimasukkan dalam sistem distribusi Hollywood yang berkuasa dan memiliki rilis yang sangat terbatas atau dikirim ke jaringan video. Pembuat film berkulit hitam Amerika, Spike Lee berbicara tentang kebohongan yang disampaikan media kepada orang-orang, dan mereka bahkan telah mengubah sejarah Amerika Serikat. Menurutnya, "Kami tidak pernah diajari bahwa George Washington, Presiden Pertama Amerika Serikat, memiliki 123 budak. Masalah ini ditinggalkan di media, itu juga disengaja."

Kita tahu bahwa orang Indian dan penduduk asli hidup sebagai pemilik utama Amerika Serikat sebelum suku-suku lain, tetapi sekarang, setelah banyak perjuangan dan kekalahan, mereka hampir punah di Amerika Utara. Orang-orang pribumi di Hollywood telah lama digambarkan sebagai buas, haus darah, dan tidak terkendali. Para pencipta dan mereka yang terlibat dalam sinema ini menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk berurusan dengan orang-orang ini adalah dengan menghancurkan mereka sepenuhnya.

Untuk lebih tepatnya, tentang orang Indian, banyak film Hollywood yang langsung, seperti "Stagecoach" (dibuat oleh John Ford: 1939) dan "Union Pacific" (dibuat oleh Cecil. B. Domille: 1939) atau dalam bentuk kiasan yang kompleks. Seperti "Dances with Wolves" (oleh Kevin Costner: 1990), ia menggambarkan orang Indian sebagai penjajah semi-biadab dan mematikan.

Tetapi ada banyak penelitian dalam komunitas ilmiah tentang representasi orang kulit hitam Amerika di film-film Hollywood, seperti Richard Dyer yang berjudul "White". Dalam studi ini, ia meneliti bagaimana orang kulit putih digambarkan di bioskop Hollywood dan memeriksa beberapa contoh film yang dibuat dalam periode sejarah yang berbeda di Hollywood. Dyer percaya bahwa film-film ini mewakili kulit putih dalam berbagai cara, tetapi tidak ada keraguan bahwa mereka bekerja untuk memperkuat stereotip yang dibuat tentang kelompok berpenghasilan rendah. Stereotip tidak pernah disajikan dalam bentuk murni, tetapi merupakan bagian dari proses di mana stereotipe dinaturalisasi dan dijamin.

Berdasarkan hal ini, "Dyer" mengkategorikan klise yang dibuat dalam film-film ini dan menulis film-film ini memiliki pandangan di mana orang kulit putih adalah orang biasa, rasional, dan rajin berbeda dengan orang kulit hitam (sebagai orang yang tidak disiplin, irasional dan tidak terkendali).

Pada 2013 dan 2014, "Django Unchained" dan "12 Years of Slavery," berdasarkan penindasan orang kulit hitam selama era perbudakan Amerika, secara kritis diakui di Academy Awards. Tetapi beberapa ahli, seperti Stuart Hall dalam The Interpretive History of Blacks in America, percaya bahwa terlepas dari evolusi sikap terhadap orang kulit hitam di Hollywood karena tekanan dari berbagai lembaga dan media, prinsip penting masih dalam bentuk stereotip dan naturalisasi media. Itu bertahan dalam karya-karya ini. Dia menyebut prinsip ini sebagai "representasi lain" dan mempromosikannya untuk memisahkan orang kulit hitam dari masyarakat Amerika secara keseluruhan.

Bintang kulit hitam di sinema Hollywood
Selain itu, sebuah laporan baru yang dirilis oleh organisasi nirlaba Color of Change menemukan bahwa sebagian besar film Netflix, NBC, dan ABC dari 2017 hingga 2018 memiliki kesalahan tertinggi kulit berwarna. Ini memiliki dampak negatif yang serius pada citra masyarakat umum orang kulit berwarna. Dalam studi ini, "kelakuan buruk" sebagai 23 tindakan dari Timur, mulai dari berbohong dan mengganggu dan mengancam hingga mengintimidasi, telah didefinisikan untuk menunjukkan rasisme, yang semuanya dilakukan oleh orang kulit berwarna.

"Apa yang membuat laporan ini menjadi kenyataan adalah bagaimana mencapai akar Trumpism. Anda dapat melakukan hal yang salah dengan menyesatkan masyarakat umum dan membuatnya tampak normal dan tidak adil! Itulah yang dilakukan Trump," kata Rashad Robinson, direktur penelitian.

Sudah sekitar 80 tahun sejak film "Gone with the Wind" dibuat. Selama bertahun-tahun, pandangan rasis film ini, meskipun dikutuk oleh beberapa kalangan sinematik, tidak pernah memiliki pandangan seperti itu sehingga menghentikan berbagai pemutaran film. Beberapa hari yang lalu, film ini dihapus dari daftar pemutaran film online Amerika karena rasisme. Tetapi yang mengejutkan kami, kami tiba-tiba menemukan diri kami berada di puncak film terlaris Amazon.

Beberapa melihatnya sebagai respons yang aneh terhadap sebuah film yang memuji rasisme, tetapi gagasan yang dipromosikan dalam film tersebut tampaknya masih memiliki banyak pengikut di masyarakat Amerika, terutama di media. "Gone with the Wind" sebenarnya mencerminkan semangat dan dominasi yang telah menaungi struktur politik dan budaya Amerika Serikat, terlepas dari penghapusan perbudakan. Simbol keberadaan sejati rasisme dalam masyarakat dan penolakannya di media. Gambaran kemunafikan dan kebohongan yang jelas dan tak terbantahkan.

Kamis, 18 Juni 2020 18:06

Imam Shadiq, Pelita Kecemerlangan

 

Imam Jakfar Shadiq as dilahirkan pada hari Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H di kota Madinah, dan beliau syahid pada 25 Syawal 148 H. Ayah Imam Shadiq adalah Imam Muhammad al-Baqir as.

Lembaran sejarah kehidupan beliau merupakan periode yang dipenuhi berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perebutan kekuasaan antara Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiah memicu beragam problematika sosial dan politik di tengah masyarakat.

Di luar gejolak politik yang panas, ketika itu berbagai pemikiran merasuki masyarakat Islam. Umat Islampun menyambut berbagai gelombang pemikiran dan budaya asing yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Bersamaan dengan berkembangannya pengajaran berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti kedokteran, astronomi, fisika, matematika dan disiplin ilmu lainnya, umat Islampun menyerap berbagai ideologi pemikiran dari luar, termasuk yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam situasi dan kondisi demikian, Imam Shadiq tampil meluruskan keyakinan umat Islam yang telah menyimpang melalui berbagai kajian ilmiah seperti diskusi dan debat ilmiah. Beliau menunjukkan kelebihan Islam dibandingkan berbagai aliran pemikiran dengan argumentasi dan logika yang kokoh.

Ketidaklayakan para khalifah Bani Abbasiah dan rendahnya komitmen mereka terhadap Islam, serta ketidakpeduliannya terhadap kepentingan rakyat, menimbulkan kekacauan di kalangan masyarakat Islam. Saat itu, pemikiran ateisme tersebar luas di tengah masyarakat, sementara para mubaligh pun kebanyakan hanya menjadi juru bicara pemerintah. Khalifah Bani Abbasiah yang tidak berbeda dengan bani Umayah, hanya memanfaatkan agama untuk mencapai tujuannya. Dengan gerakan yang jelas dan terarah, Imam Shadiq as memurnikan keyakinan dan pemikiran Islam dari penyimpangan yang berkembang di masyarakat kala itu. Beliau menjawab berbagai keraguan masyarakat tentang agama dan menjelaskan pokok-pokok penting pengetahuan agama dan ilmu-ilmu al-Quran dengan metode ilmiah.

Imam Shadiq as mendidik murid-murid besar di antaranya Hisyam bin Hakam, Muhammad bin Muslim dan Jabir bin Hayan. Sejarah menyebutkan bahwa murid-murid Imam Shadiq as mencapai 4000 orang. Sebagian dari mereka memiliki berbagai karya ilmiah yang tiada tara di zamannya. Misalnya Hisyam bin Hakam menulis 31 buku. Jabir bin Hayan menulis lebih dari 200 buku dan pada abad pertengahan, karya tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa. Mufadhal juga merupakan salah satu murid terkemuka Imam Shadiq as yang menulis buku "Tauhid Mufadhal".

Imam Shadiq memainkan peran penting dalam gerakan pemikiran dan budaya al-Quran. Beliau juga mengajarkan dengan baik kedudukan Ahlul Bait Rasulullah sebagai imam umat Islam. Imam mengajak manusia untuk merenungi ayat al-Quran. Terkait hal ini, Imam Shadiq berkata, "Quran merupakan cahaya petunjuk seperti pelita di malam hari. Maka orang-orang yang berpikir harus mengkajinya dengan teliti." 

Ketika al-Quran berada di tangannya, Imam Shadiq dalam sebuah munajat dan doa memohon kepada Allah swt, "Ya Allah aku bersaksi bahwa al-Quran adalah dari-Mu yang turun kepada Rasulullah. Al-Quran adalah kalam-Mu yang disampaikan Rasulullah. Ya Allah, jadikanlah memandang Quran sebagai ibadah, dan terimalah bacaanku dan tafakurku. Engkau Maha Rahman dan Rahim." (Bihar al-Anwar jilid 82 hal, 207)

Imam Shadiq menegaskan peran Ahlul Bait Rasulullah dalam pemahaman dan penafsiran al-Quran. Beliau juga menyerukan umat Islam untuk menyelami lautan penegetahuan yang terkandung dalam al-Quran. Imam menjelaskan makna dan tafsir yang jelas mengenai imamah dan mengajak manusia untuk mengenal imam zamannya.

Khalifah Abbasiah melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan kedudukan Imam Shadiq di mata masyarakat. Dengan beragam cara liciknya mereka berusaha mendekati Imam Shadiq as. Suatu hari penguasa Abbasiah Mansur Dawaniqi dalan surat yang dilayangkan kepada Imam Shadiq menulis, "Mengapa tidak mengunjungi majlis kami seperti kebanyakan orang lain ?" Imam Shadiq menjawab, "Kami tidak mengkhawatirkan kehilangan dalam urusan duniawi sehingga kami harus takut kepadamu. Dalam urusan spiritual tidak ada yang bisa aku harapkan darimu."

Mansur dalam surat balasannya menulis, "Kemarilah, nasihatilah kami !" Imam Shadiq yang mengetahui motif busuk Mansur memjawab, "Pencinta dunia yang takut kehilangan dunianya tidak akan menasehatimu, dan orang yang mengharapkan akhirat tidak akan mendatangi orang sepertimu." (Ushul Kafi jilid 1)

Imam menggunakan lisan dan tulisan dalam perlawanan menghadapi penguasa lalim. Sejarah membuktikan, jika beliau memiliki pasukan yang kuat dan pemberani, tentu saja manusia mulia itu akan mengangkat senjata menghancurkan rezim lalim di zamannya.

Setiap kali ada kesempatan, Imam Shadiq as selalu melakukan perlawanan terhadap pemimpin zalim dengan senjata ilmu dan penanya. Imam berkata, "Barang siapa yang memuji pemimpin zalim dan tunduk di hadapannya agar mendapatkan keuntungan dari pemimpin tersebut, maka ia akan berada dalam kobaran api neraka bersama pemimpin zalim itu". Di luar itu, Imam Shadiq melihat lemahnya pemikiran dan budaya umat Islam sebagai prioritas perjuangannya. Untuk itulah beliau memfokuskan dakwahnya untuk memperkuat keyakinan keagamaan umat Islam.

Abu Hanifah, pemimpin mazhab Hanafi mengungkapkan kalimat indah tentang keagungan Imam Shadiq as. Abu Hanifah sendiri merupakan cendekiawan yang terkenal di masa itu. Suatu hari Khalifah Mansur yang begitu dengki dengan keagungan Imam Shadiq as mengusulkan kepada Abu Hanifah untuk menggelar ajang debat dengan Imam Shadiq. Khalifah meminta Abu Hanifah merancang pertanyaan yang sulit sehingga dengan cara itu pamor Imam Shadiq as diharapkan akan turun ketika tak bisa menjawabnya.

Abu Hanifah mengatakan, "Aku telah siapkan 40 pertanyaan yang sulit kemudian aku menemui Mansur. Saat itu Imam Shadiq as juga berada dalam pertemuan tersebut. Ketika melihatnya aku begitu terpesona hingga aku tidak bisa menjelaskan perasaanku di waktu itu. 40 masalah aku tanyakan kepada Jakfar bin Muhammad. Beliau menjelaskan masalah tersebut tidak hanya dari pandangannya sendiri namun ia mengungkapkan pandangan berbagai mazhab. Di sebagian masalah ada yang sepakat dengan kami dan sebagian bertentangan. Terkadang beliau menjelaskan pula pandangan yang ketiga. Ia menjawab 40 soal yang aku tanyakan dengan baik dan terlihat sangat menguasainya hingga aku sendiri terpesona oleh jawabannya. Harus kuakui, tidak pernah kulihat orang yang lebih faqih dan lebih pandai selain Jakfar bin Muhammad. Selama dua tahun aku berguru padanya. Jika dua tahun ini tidak ada, tentu aku celaka".

Khalifah Mansur pun merasakan posisinya makin terancam. Lalu, ia meracuni Imam Shadiq as hingga akhirnya beliau gugur syahid pada 25 Syawal 148 H. Di akhir tulisan ini, kita mengambil berkah dari petuah mulia Imam Shadiq. Beliau berkata, "Muslim yang mengenal kami (Ahlul Bait) adalah orang yang ilmunya bertambah setiap hari, dan selalu melakukan introspeksi dirinya. Ketika melihat kebaikan, ia selalu meningkatnya. Namun ketika melihat dosa ia memohon ampunan supaya terjaga di hari kiamat."

 

Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu mempresentasikan empat skenario untuk menganeksasi Tepi Barat, Palestina.

Dia mempresentasikan skenario itu dalam pertemuan Rabu (17/6/2020) malam, dengan Ketua Knesset Yariv Levin, Menteri Peperangan Israel Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi. Demikian dilaporkan Channel 13 Israel.

Menurut keterangan seorang pejabat Tel Aviv, skenario itu mencakup perampasan 30 persen dari wilayah Tepi Barat sampai aneksasi simbolis terhadap sebagian kecil wilayah.

Pertemuan berakhir tanpa keputusan atau kemajuan berarti, tetapi diskusi lebih lanjut antara Netanyahu dan Gantz akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

Israel telah mengumumkan rencananya untuk mencaplok beberapa bagian di Tepi Barat dengan dukungan pemerintahan Donald Trump. Langkah ini merupakan bagian dari prakarsa yang diperkenalkan oleh AS, Kesepakatan Abad.

Di antara butir penting Kesepakatan Abad adalah menetapkan Quds sebagai ibukota rezim Zionis, menyerahkan 30 persen dari wilayah Tepi Barat kepada Israel, menghapus hak kepulangan pengungsi Palestina, dan melucuti senjata kelompok perlawanan.

 

Sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) Sayid Hasan Nasrullah menilai instabilitas terbaru di Lebanon dan slogan yang melanggar norma sebagai sebuah konspirasi.

Lebanon selama beberapa hari terakhir dilanda aksi demo dan kerusuhan yang mengakibatkan puluhan orang terluka. Sayid Hasan Nasrullah menilai instabilitas ini sebuah konspirasi Amerika dengan memanfaatkan arus dalam negeri Lebanon. Konspirasi Amerika dilakukan di sejumlah bidang.

Poin pertama adalah penurunan nilai mata uang Lira Lebanon (LBP) merupakan pemicu utama aksi demo terbaru di negara ini. Sayid Hasan Nasrullah meyakini Amerika memainkan peran utama di kenaikan valuta asing dan penurunan nilai mata uang nasional Lebanon.

Sekjen Hizbullah ini mengatakan, "Pemerinah Amerika mencegah pengiriman dolar ke Lebanon dan menekan Bank Sentral Lebanon dengan dalih dolar yang terkumpul di Lebanon dikirim ke Suriah." Hal ini telah diakui oleh Gubernur Bank Sentral Lebanon, Riad Salameh yang berafiliasi dengan Gerakan 14 Maret dan dibawah dukungan AS pada April lalu. Sayid Hasan Nasrullah menilai fluktuasi terbaru di pasar valuta Lebanon sebuah konspirasi pemerintah AS terhadap Beirut serta menandaskan, "Harus ditanyakan kepada Riad Salameh, kemana perginya uang ini dan bagaimana keluar dari Lebanon."

Poin kedua adalah Kedubes AS di Beirut memainkan peran signifikan di pembentukan aksi protes dan mengarahkannya ke arah slogan anti agama serta anti Hizbullah. Tujuan utama Amerika adalah menindaklanjuti angan-angannya untuk melucuti senjata Hizbullah Lebanon.

Dengan demikian, di aksi demo Lebanon juga disuarakan slogan-slogan pelucutan senjata Hizbullah. Sejatinya slogan dan tujuan ini merupakan bagian tak tertulis kesepakatan abad, karena di rencana rasis ini ditekankan pelucutan senjata muqawama Palestina. Namun demikian, tujuan tersembunyi kesepakatan ini tidak terbatas pada pelucutan senjata muqawama Palestina, tapi pelucutan senjata seluruh kubu muqawama di kawasan Asia Barat termasuk Hizbullah Lebanon.

Hal ini mengindikasikan bahwa aksi demo di Lebanon selaras dengan kepentingan rezim Zionis dan arus dalam negeri pro instabilitas secara praktis bergerak selaras dengan Amerika dan demi kepentingan Tel Aviv. Sayid Hasan Nasrullah sekaitan dengan ini mengatakan, "Senjata muqawama bagi lingkungan perlawanan Lebanon bagian dari budaya dan keyakinan strategis serta sangat mengakar lebih dari apa yang dibayangkan sejumlah pihak."

Poin ketiga adalah demonstran Lebanon menyebarkan desas desus anti Hizbullah dan Sayid Hasan Nasrullah meyakini desas desus ini juga dirancang oleh Kedubes Amerika Serikat di Beirut.

Di antara desas desus tersebut adalah permintaan Hizbullah kepada kabinet Hassan Diab untuk mengundurkan diri. Sayid Hasan Nasrullah terkait hal ini seraya menjelaskan bahwa "Mereka sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah saat ini adalah pemerintahan Hizbullah" menegaskan, kepentingan Lebanon mengharuskan pemerintahan Hassan Diab melanjutkan kinerjanya sehingga mampu berusaha melakukan perubahan positif dan menunjukkan upayanya. 

 

Gerakan Jihad Islam Palestina mengutuk sanksi Amerika Serikat terhadap Suriah.

Seperti dilaporkan Farsnews, Jihad Islam Palestina dalam sebuah statemen pada Rabu (17/6/2020) menyatakan sanksi AS terhadap Suriah merupakan kelanjutan dari permusuhan negara itu terhadap umat Islam dan tujuan sanksi ini adalah untuk memecah keutuhan negara-negara Arab, termasuk Suriah.

"Amerika berusaha memaksakan tuntutannya kepada Suriah melalui sanksi dan tekanan ekonomi," tegasnya.

Sanksi baru Amerika terhadap Suriah efektif berlaku mulai Rabu kemarin. Sanksi baru ini menargetkan negara, individu atau entitas yang memberikan dukungan kepada pemerintah Suriah.

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa 39 individu dan entitas yang terkait dengan Suriah telah disanksi.

Uni Eropa pada 28 Mei 2020 juga memperpanjang sanksinya terhadap Suriah selama satu tahun.

 

Menteri Pertanian rezim Zionis, Alon Schuster mengatakan rencana aneksasi Tepi Barat akan memiliki implikasi yang berat terutama menyangkut hubungan Israel dengan negara-negara regional.

Schuster, seperti dikutip Pusat Informasi Palestina, Rabu (17/6/2020) menambahkan bahwa ia akan menentang pelaksanaan aneksasi Tepi Barat seperti yang direncanakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Netanyahu dan Ketua Partai Biru dan Putih Israel, Benny Gantz mencapai kesepakatan pada April lalu untuk merampas bagian-bagian lain dari Tepi Barat, Palestina.

Netanyahu menekankan pelaksanaan penuh rencana tersebut, tetapi tekanan internasional dan domestik membuatnya sedikit mengubah posisinya. Dalam komentar terbaru, Netanyahu mengatakan rencana aneksasi akan dilakukan secara bertahap mulai Juli 2020.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…