
کمالوندی
Pembawa Panji Jihad Palestina itu Telah Pergi
Mantan sekjen Jihad Islam Palestina, hari Sabtu (6/6/2020) mengembuskan nafas terakhir pada usia 62 tahun setelah setahun berjuang melawan sakit yang dideritanya.
Figur-figur pejuang unggul tidak pernah kurang dalam sejarah Palestina. Salah satunya adalah Dr. Ramadan Abdullah Shalah, pejuang yang sepanjang hidupnya gigih melawan pendudukan dan penjajahan rezim Zionis Israel atas Palestina.
Dr. Ramadan Shalah adalah seorang akademisi, politisi sekaligus pejuang Palestina yang dipercaya untuk memimpin Jihad Islam pasca gugurnya Fathi Shaqaqi karena teror Israel pada tahun 1995. Ia menjadi sekjen Jihad Islam hingga tahun 2018, kurang lebih selama 23 tahun.
Gerakan Jihad Islam berubah menjadi sebuah organisasi perlawanan yang lebih sempurna dari sebelumnya di masa Ramadan Shalah. Semasa hidupnya ia selalu menekankan perjuangan bersenjata melawan penindasan Israel, dan menolak segala bentuk rekonsiliasi serta perundingan dengan penjajah.
Oleh karena itu di masa Ramadan Shalah, Jihad Islam tidak berpartisipasi dalam dua pemilu yaitu tahun 1996 dan 2006, untuk membuktikan bahwa bukan saja mereka menentang rekonsiliasi dengan Israel, bahkan menolak bekerjasama dengan semua kelompok yang setuju dengan rekonsiliasi.
Sekalipun Ramadan Shalah tidak meraih kesyahidan, namun dia selama hidupnya selalu menjadi target utama serangan dan teror Israel dan Amerika Serikat.
Tidak lama setelah diangkat sebagai Sekjen Jihad Islam pada 27 November 1995, pemerintah Amerika memasukkan nama Ramadan Shalah ke dalam daftar hitam, dan atas keputusan pengadilan di Florida, ia didakwa melakukan 53 kejahatan di antaranya terlibat dalam aksi teror, melawan Israel, memimpin kelompok jihad Palestina, melakukan aktivitas gerilya, dan pemboman.
Pada tahun 1998, pemerintah Amerika menetapkan hadiah 5 juta dolar bagi siapapun yang bisa menangkap Ramadan Shalah, dan sejak saat itu ia dikenal sebagai pria 5 juta dolar. Selain itu karena peran efektifnya mendukung perjuangan rakyat Palestina, Ramadan Shalah menjadi buron Biro Investigasi Federal Amerika, FBI.
Semua langkah yang dilakukan pemerintah Amerika terhadap Ramadan Shalah lebih dari yang lainnya telah membuktikan bahwa mantan sekjen Jihad Islam itu memainkan peran kunci dalam pembentukan, dan penyempurnaan perlawanan Palestina terhadap Israel.
Poin penting lainnya, Ramadan Shalah selalu memposisikan dirinya dalam perjuangan Palestina sebagai seorang nasionalis, bahkan tokoh lintas negara dalam poros perlawanan, bukan sebagai seorang politisi yang merupakan bagian dari Jihad Islam, semata.
Menyusul kepergian Ramadan Shalah, bukan hanya Jihad Islam dan Hamas, bahkan Fatah, Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas, dan Hizbullah Lebanon secara terpisah menyampaikan belasungkawa, dan menyebut kepergiannya sebagai kerugian nasional.
Hamas menyebut Ramadan Shalah sebagai pahlawan besar Palestina, dan merupakan salah satu pemimpin jihad dan perlawanan Palestina. Hamas menegaskan bahwa Ramadan Shalah adalah teladan kesabaran dan ketabahan, ia adalah legenda jihad dan kerja keras bagi Islam dan Palestina.
Pemimpin Otorita Ramallah Palestina, Mahmoud Abbas menyebut meninggalnya Ramadan Shalah sebagai sebuah kehilangan salah satu pilar kokoh nasional Palestina.
Maka tanpa diragukan, kepergian Ramadan Shalah menjadi kerugian bagi bangsa Palestina, namun perjuangannya dapat dipastikan akan terus mengalir dan dilanjutkan oleh tokoh-tokoh besar Palestina yang lain termasuk Sekjen Jihad Islam sekarang Ziad Al Nakhale.
Para Petinggi Lebanon Kecam Upaya Menyulut Konflik Sektarian
Presiden Lebanon Michel Aoun, menyatakan setiap upaya untuk memicu konflik sektarian dan serangan terhadap simbol agama setiap mazhab adalah serangan terhadap seluruh Lebanon.
Sekelompok orang yang dicurigai pada Sabtu kemarin, berniat melakukan aksi kerusuhan dan kekacauan, mereka turun ke jalan-jalan di kota Beirut. Mereka meneriakkan kata-kata berbau kebencian mazhab dan kelompok, lalu terlibat bentrokan dengan aparat keamanan Lebanon.
Aoun dalam pidatonya hari Ahad (7/6/2020), mengatakan insiden yang terjadi kemarin di Beirut merupakan sebuah alarm tanda bahaya bagi semua orang Lebanon.
"Kita tidak boleh terjebak dalam perangkap fitnah dan perang saudara," imbuhnya.
Dia mencatat bahwa kekuatan Lebanon terletak pada persatuan nasional dan para pejabat harus mengakhiri perseteruan politik.
Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri dalam mereaksi peristiwa di Beirut mengatakan, siapa pun yang merusak persatuan Lebanon, ia telah menjalankan misi Zionis.
Gerakan Hizbullah dan Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab mengecam tindakan para pengobar fitnah dan orang-orang yang menginginkan pecahnya konflik sektarian di Lebanon.
OKI akan Bersidang Membahas Aneksasi Tepi Barat ke Wilayah Pendudukan
Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengumumkan pada hari Minggu (07/06/2020) malam bahwa mereka mengadakan pertemuan luar biasa di tingkat menteri luar negeri negara-negara anggota untuk menanggapi ancaman dari pemerintah Zionis pendudukan untuk menganeksasi daerah-daerah Tepi Barat ke Palestina pendudukan.
Menurut laporan IRNA, OKI dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs internetnya pada Minggu malam menambahkan, "Sidang ini akan diselenggarakan lewat konferensi video dan dari jarak jauh."
Sebelumnya pada Jumat malam, Liga Arab mengeluarkan pernyataan pada peringatan 50 tahun pendudukan Tepi Barat, al-Quds Timur, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan Suriah, menyebut aneksasi sebagian Tepi Barat ke wilayah pendudukan oleh rezim Zionis sebagai kejahatan perang.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel baru-baru ini mengumumkan bahwa rencana aneksasi sebagian dari Tepi Barat ke wilayah pendudukan rezim ini akan diimplementasikan dalam bulan-bulan mendatang.
Masalah ini merupakan salah satu klausul dari Kesepakatan Abad yang diresmikan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat pada 28 Juli 2020.
Kesepakatan Abad adalah rencana baru dari pemerintah AS yang isinya untuk memusnahkan hak-hak rakyat Palestina dan rencana ini disiapkan lewat kerja sama dan kesepakatan sebagian negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi.
Banyak negara, tokoh dan para pejabat politik dan tokoh agama di seluruh dunia, khususnya umat Islam yang mengutuk rencana ini.
Peran Efektif Mantan Sekjen Jihad Islam Menghadapi Rezim Zionis
Gerakan Pendukung Pemuda Revolusi 14 Februari Bahrain mengumumkan bahwa Dr. Ramadan Abdullah Shalah, mantan Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina, telah memainkan peran penting dalam melawan rezim Zionis.
Menurut laporan IRNA, Gerakan Pendukung Pemuda Revolusi 14 Februari pada hari Minggu (07/06/2020) menjelaskan bahwa Ramadan Abdullah Shalah adalah salah satu komandan kelompok-kelompok Perlawanan Islam Palestina yang paling berpengalaman yang memainkan peran penting dalam pengembangan gerakan Jihad Islam dan kesiapan tempurnya melawan rezim Zionis.
Dr. Ramadan Abdullah Shalah, mantan Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina
Gerakan 14 Februari Bahrain menambahkan bahwa rakyat Bahrain dan semua kelompok revolusioner perlawanan selalu berdiri di depan rakyat Palestina dan akan menentang konspirasi Zionis, Saudi, Emirat dan membebaskan al-Quds dari pendudukan rezim Zionis.
Gerakan Bahrain ini menekankan bahwa umat Islam dan Arab harus tahu bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan Palestina dengan menggulingkan rezim kabilah di kawasan yang telah menjual rakyat Palestina dan kelompok-kelompok perlawanan kepada para pendukung Amerika Serikat dan rezim Zionis.
Ramadan Abdullah Shalah meninggal hari Sabtu (06/06/2020) setelah setahun berjuang melawan sakit yang dideritanya.
Dr. Ramadan Shalah adalah seorang akademisi, politisi sekaligus pejuang Palestina yang dipercaya untuk memimpin Jihad Islam pasca gugurnya Fathi Shaqaqi karena teror Israel pada tahun 1995. Ia menjadi sekjen Jihad Islam hingga tahun 2018, kurang lebih selama 23 tahun.
Puluhan Warga Palestina Ditangkap Tentara Israel
Militer rezim Zionis Israel menyerbu berbagai wilayah Tepi barat dan menangkap 27 penduduk Palestina.
Seperti dilaporkan Tasnim News, militer Israel Senin (8/5/2020) dini hari menyerang sejumlah wilayah di kota Quds dan melakukan penangkapan besar-besaran anggota Fatah di Quds.
Zionis untuk meraih ambisi arogannya setiap hari menyerbu berbagai wilayah Palestina dan melukai serta menangkapi warga tertindas ini dengan alasan palsu.
Sampai saat ini terdapat sekitar 4.800 tawanan Palestina di penjara-penjara rezim Zionis dan di antara mereka terhadap 170 anak-anak dan 30 perempuan serta puluhan manula.
Jihad Islam Palestina Kecam Upaya Normalisasi Hubungan dengan Zionis
Gerakan Jihad Islam Palestina menganggap normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel sebagai sebuah goresan bagi raga perjuangan rakyat Palestina dan hak-hak mereka.
Hal itu disampaikan dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Perang Enam Hari 1967 ke-53 yang jatuh pada Jumat kemarin (5/6/2020). Rakyat Palestina mengenang Hari Naksa sebagai hari kehilangan tanah airnya.
Jihad Islam Palestina, seperti dikutip situs al-Ahed, menekankan bahwa upaya untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis bertentangan dengan tuntutan dan konsensus masyarakat negara-negara Arab dan Islam.
"Perang Enam Hari adalah Hari Nakbah lain yang membuat jantung Arab dan kaum Muslim kembali terpukul karena kelemahan negara-negara Arab. Ini menyebabkan pendudukan penuh Quds dan banyak daerah lain di Palestina dan tanah negara-negara Arab," ungkapnya.
Menurut statemen Jihad Islam, isu Palestina berada pada fase yang berbahaya. Israel memanfaatkan kelemahan, normalisasi, dan kehinaan beberapa negara Arab untuk mengejar program-programnya.
Jihad Islam Palestina menegaskan bahwa Quds akan tetap mempertahankan identitas Arab dan Islam-nya di tengah semua konspirasi, goresan, dan perselisihan.
"Tekad warga Quds untuk melanjutkan aksi unjuk rasa di sekitar Masjid al-Aqsa dan melawan tindakan rezim Zionis merupakan bukti yang jelas tentang perlunya pemenuhan hak-hak mereka," tandasnya.
Perilaku Polisi Israel Tak Jauh Beda dengan Polisi AS
Polisi Amerika Serikat sering menggunakan kekerasan dan bahkan berakhir dengan pembunuhan sadis ketika berurusan dengan warga kulit hitam. George Floyd adalah korban rasisme terbaru di Amerika. Sebelum Floyd, banyak warga kulit hitam yang bernasib serupa dengannya
George Floyd, 46 tahun, tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi Minneapolis yang menahannya atas tuduhan melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$ 20 pada Senin (25/5/2020).
Penangkapan George yang terekam dalam sebuah video yang menjadi viral tersebut memperlihatkan Chauvin menekan leher George, yang saat itu dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan, selama kurang lebih tujuh menit.
Dalam video itu terlihat George berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas. Ia bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas. "Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas...," kata Floyd diiringi dengan rintihan sebelum tewas.
Beberapa masyarakat yang berada di lokasi kejadian meminta Chauvin untuk melepaskan lututnya dari leher Floyd, namun permintaan tersebut tidak diindahkan. Bahkan Chauvin terlihat santai sembari memasukkan tangannya ke saku.
Saat Floyd tidak lagi bergerak dan merintih, ia langsung dibawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan. Sesampainya di rumah sakit Hennepin County Medical Center, George dinyatakan meninggal dunia.
Kekerasan yang dialami warga kulit hitam di Amerika juga dialami oleh warga Palestina. Banyak yang senasib dengan Floyd di Palestina. Polisi dan pasukan rezim Zionis Israel mengadopsi langkah yang sama untuk menumpas warga Palestina.
Kekerasan, penahanan, pemenjaraan dan bahkan pembunuhan adalah kebijakan yang diambil aparat keamanan Israel untuk memadamkan perlawanan rakyat Palestina dalam meraih hak-haknya yang telah dirampas.
Dalam sebuah laporan pada Hari Internasional Perlindungan Anak, Kementerian Informasi Palestina mendokumentasikan pembunuhan hingga 3.090 anak-anak Palestina oleh tentara Zionis sejak Intifada Kedua pada tahun 2000.
Seperti dilaporkan Palestine al-Yawm, Selasa (2/6/2020), sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan Quds sebagai ibukota rezim Zionis pada 6 Desember 2017 dan hingga akhir 2019, Israel telah membunuh 114 anak-anak Palestina, melukai ribuan lainnya, dan menahan lebih dari 17.000 anak.
Selama satu setengah tahun terakhir, militer Zionis menangkap 745 anak-anak Palestina di bawah usia 18 tahun. Israel menahan 264 anak-anak Palestina pada kuartal pertama tahun 2020.
Sekitar 95 persen anak-anak Palestina disiksa dan dilecehkan oleh pasukan Zionis selama penangkapan mereka yang biasanya dilakukan di tengah malam. Pasukan pendudukan menangkap setiap tahun hampir 700-1000 anak-anak Palestina dalam operasi di seluruh kota-kota Palestina.
Sejak awal Oktober 2015, pasukan Zionis telah mengintensifkan penangkapan terhadap anak-anak Palestina dan menahan sekitar 2.000 anak pada November 2016.
Hingga saat ini, ribuan warga Palestina ditahan di berbagai penjara rezim Zionis dalam kondisi memprihatinkan.
Rahbar: Muqawama, Solusi Tunggal untuk Palestina
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ai Khamenei mengatakan, masalah asli adalah rezim Zionis, masalah utama adalah masalah al-Quds dan masalah pokok adalah Kiblat Pertama Umat Islam, Masjid al-Aqsa.
"Ini adalah masalah utama," kata Ayatullah Khamenei dalam sebuah pidato ketika menyinggung solusi untuk menyelesaikan krisis di Palestina dan mengakhiri penjajahan rezim Zionis.
Rahbar menambahkan, rezim buas yang memiliki sifat serigala ini menerapkan kebijakan tangan besi dan menindak masyarakat Palestina dengan kejam dan brutal, di mana pembantaian orang-orang dan anak-anak dan perusakan bukan hal yang penting bagi mereka, bahkan mereka tidak mengingkari perbuatan itu, oleh karena itu tidak ada solusi (penyembuhan) atas rezim ini kecuali kehancuran dan pemusnahan.
"Selama belum hancur, apa solusinya? Solusinya adalah Muqawama (perlawanan) tegas dan bersenjata dalam menghadapi rezim ini. Ini adalah solusinya," tegas Rahbar.
Perjuangan rakyat Palestina untuk terbebas dari penjajahan rezim Zionis Israel berlanjut dan terus mengalami perubahan dan kemajuan. Rakyat Palestina tak mengenal lelah untuk menuntut dan merebut kembali hak-hak mereka yang telah dirampas oleh para penjajah.
Dukungan umat Islam dan penuntut kebebasan dunia juga tak pernah pudar. Republik Islam Iran adalah pendukung utama perjuangan rakyat Palestina. Iran bersumpah akan terus mendukung perjuangan bangsa Palestina hingga mencapai kemerdekaannya.
Dalam dukungan tersebut, Iran tidak memandang mazhab dan agama. Negara ini selalu memberikan dukungan kepada bangsa-bangsa tertindas. Dukungan seperti ini juga sering ditegaskan oleh para pejabat tinggi Iran, terutama Rahbar dalam banyak pidatonya.
Penetapan hari Jumat terakhir setiap bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia oleh Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra adalah salah satu bentuk dukungan berkelanjutan dan tanpa henti Iran kepada Palestina. (
Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (10)
Di abad ke-20, dalam penelitian Barat modern, al-Quran dipelajari sebagai teks agama yang penting, dan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh ilahi.
Pada saat dunia diliputi oleh ketidaktahuan, kegelapan dan kemunduran intelektual, seorang manusia besar muncul dan membawa agama baru untuk umat manusia. Nabi Muhammad Saw menyampaikan ajaran yang didasarkan pada akal dan kebijaksanaan dan menghadapi ketidaktahuan dan takhayul. Nabi sendiri adalah manusia yang tak tergantikan dalam hal bicara, perilaku dan karakter. Setiap orang yang mendengar kata-katanya menemukan cintanya di dalam hatinya dan cenderung kepadanya. Muhammad Saw di kegelapan mutlak tampil bak mentari yang bersinar.
Al-Quran dalam memperkenalkan beliau mengatakan, "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu'ah: 2)
Kami telah mengatakan bahwa permusuhan dan kesalahan pandangan Islam dan arsitek besarnya, Nabi Muhammad Saw , yang lahir dari kefanatikan dan ketidaktahuan, selalu membayangi buaian peradaban Eropa dan terus berlanjut dengan intensitas. Sedemikian rupa sehingga hantu tak menyenangkan dari propaganda buruk yang telah dilakukan sejak lama tidak memberi peneliti kesempatan untuk berkenalan dengan budaya Islam yang kaya dan cara hidup umat Islam.
Karenanya, kedengkian dan permusuhan telah mengambil wajah khusus di setiap zaman, dan telah menunjukkan sifat aslinya, Islamofobia. Pada abad kedua puluh, penyebaran materi yang tidak realistis dan penerbitan buku-buku seperti Ayat-ayat Setan memperluas gelombang serangan terhadap Islam dan Nabi. Selain itu, citra kehidupan dan karakter Nabi Muhammad Saw telah disertai dengan berbagai penghormatan dan pemuliaan dari para peneliti.
Pada abad kedua puluh, dalam konteks ilmiah bebas yang berlaku, karena ada lingkungan yang lebih baik untuk menerima informasi nyata tentang Islam, studi orientalis tentang Nabi dan penelitian al-Quran, terutama pada paruh kedua abad kedua puluh, menjadi berbeda secara fundamental. Dalam penelitian Barat modern, al-Quran telah dipelajari sebagai teks agama yang penting, dan Nabi Saw sebagai tokoh ilahi.
Ivan Alekseyevich Bunin, penulis dan penyair kontemporer Rusia dan pemenang pertama hadian Nobel Sastra dari Rusia pada tahun 1933. Ia adalah salah satu penulis yang paling memperhatikan Timur Islam. Dalam penelitiannya, Bunin memusatkan perhatian pada ajaran dan budaya Islam. Minatnya terhadap Timur sedemikian rupa sehingga ia melakukan perjalanan ke dunia Islam dan mengunjungi negara-negara seperti Mesir, Palestina, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Aljazair.
Kehadirannya di negara-negara Islam dan pengenalannya dengan al-Quran, budaya dan sejarah Islam membuatnya menulis puisi di bawah pengaruh perjalanan ini, yang saat ini merupakan barang yang kaya dan abadi untuk literatur Rusia dan dunia. Dia telah menulis puisi yang diilhami oleh ayat-ayat al-Quran dan konsep-konsep Timur, dan tema-tema dari puisi-puisi ini menunjukkan rasa hormatnya yang khusus untuk Islam, Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.
Karya Bunin membahas berbagai topik seperti kehidupan Nabi Muhammad, ritual keagamaan, ibadah haji, dan tempat-tempat suci. Dalam puisi-puisi ini, Bunin menyerukan umat Islam untuk berperang melawan diri sendiri dan musuh asing, dan meminta mereka untuk tidak menyerah pada pihak-pihak asing yang tidak memiliki keunggulan atas diri mereka sendiri sambil mempertahankan kesempurnaan manusiawi mereka.
Ivan Alekseyevich Bunin
Orientalis Rusia ini, dalam memperhatikan kehidupan para nabi ilahi, menceritakan kisah Nabi Ibrahim as dalam bentuk puisi dan menunjukkan bahwa ia layak menerima segala sesuatu yang hilang seperti bulan, bintang dan matahari, tidak layak untuk disembah tidak percaya pada tuhan palsu.
Pada tahun 1903, dalam sebuah puisi berjudul "Mohammed in Exile", ia menggambarkan hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekah. Bunin menunjukkan kekhawatiran dan penderitaan yang telah muncul untuk Nabi di jalan dakwah Islam, dan menggunakan ayat 40 dan 41 dari surat al-Taubah, ia menyatakan bahwa ia dibantu dan dihibur oleh para malaikat dengan cara ini. Dalam bagian puisinya, dinyatakan:
Ia
Terduduk di atas kerikil
Dengan kaki telanjang
Dengan dada telanjang
Dan dengan irama sedih
Ia berbicara:
Ke penampilan gurun dan dataran
Aku memandang
Dari semua aku terpisah
Dari semua orang yang aku cintai
Dan para ruh berkata:
Nabi tidak layak
Untuk lelah dan ringkih
Dan nabi
Dengan kesedihan dan ketenangan
Menjawab:
Saya membawa pengaduanku ke batu
Menurut Bunin, hanya alam yang membawa kebahagiaan bagi kehidupan manusia. Dalam puisinya, pemandangan alam yang indah digambarkan dengan sangat bagus dan artistik. Dalam kisah "Bayangan Homa", ia menggunakan ayat-ayat al-Quran untuk mengekspresikan pemikiran dan idenya tentang alam semesta, dan terinspirasi oleh puisi Saadi, penyair besar Iran, ia meminta orang untuk berpikir tentang misteri penciptaan.
Bunin mampu mengungkapkan pandangan dan pendapat baru yang tidak bisa dilakukan oleh para pendahulunya. Selain itu, tidak ada penyair Rusia yang menulis sebanyak puisi Islam-Timur seperti Ivan Bunin. Mendampingi dan membaca al-Quran adalah kebutuhan baginya. Ia menemani terjemahan al-Quran oleh A. Nikolaev di semua perjalanannya. "Islam sudah berurat berakar dalam dirinya," istri Bonin menulis dalam buku hariannya tentang minat suaminya pada Islam.
Ivan Buni dan istrinya
Salah satu karya Bunie yang paling terkenal adalah Kisah Kematian Nabi. Ini adalah kisah yang bijak, filosofis, dan mistis, dan dimulai dengan "Bismillah ar-Rahman ar-Rahim." Bunin berusaha dalam buku ini untuk mendorong pembaca bukunya kepada mengenal Allah dan menemukan hakikat kehidupan. Ia menjelaskan, "Jauh dari Allah, tidak dapat meraba Zat Allah adalah kesalahan manusia" dan mengatakan, "Kita tidak melihat Tuhan dan kami tidak menyaksikan Tuhan, tetapi matahari tidak dapat disalahkan jika mata kelelawar tidak melihat."
Bahkan, dalam karya-karyanya untuk Tuhan, Bunin menggunakan seluruh frasa dengan "Bismillah ar-Rahman ar-Rahim" atau atribut dari Rahman dan Rahim. Seperti dalam kisah Kematian Nabi, Bismillah ar-Rahman ar-Rahim telah diulangi dua kali dan kata Rahman dan Rahim telah diulang dua kali, dengan kata sifat Tuhan disebutkan empat kali secara total.
Kesadaran Bonin tentang kesucian dan tradisi umat Islam juga penting. Dalam puisinya, ia merujuk pada kesucian warna hijau di mata umat Islam. Dalam puisi "The Nation of the Prophet", ia berbicara kepada umat Muslim, yang mereka yakini adalah warna hijau, sebuah simbol Nabi dan anak-anaknya, sebagai berpakaian hijau dan berkata, "Ucapkan salam, tetapi ingat, Anda mengenakan pakaian berwarna hijau. Dalam puisinya Darafsh Sabz, ia juga merujuk pada bendera hijau, yang merupakan simbol agama Muhammad.
Kewajiban shalat umat Muslim, yang diumumkan oleh Nabi, juga merupakan salah satu masalah yang menarik perhatian Bunin. Ia berbicara dengan heran tentang kesederhanaan dan kemurnian para penyembah. Ia menyanyikan sebuah puisi:
Mentari tenggelam
Dan apinya yang terikat
Di belakang gurun abu-abu dan biru tua
Ia mengalami depresi
Dan pergi tidur
Dan kepala para korban membungkuk
Waktunya telah tiba
Kami mengubur mentari
Sepatu kami
Lepaskan dari kaki
Kami melaksanakan shalat
Di bawah langit yang pengasih
Biru dan gelap
... dan dengan doa
Kami terjatuh ke atas tanah
Bak gelombang
Di sisi laut
Dalam berbagai karyanya, Ivan Bunin selalu menunjukkan bahwa ia prihatin dengan nasib manusia dan kepercayaannya, jadi ia telah mengundang para pengikut berbagai agama untuk bersatu dan mempertahankan prinsip dan standar agama dan moral. Terlepas dari jaraknya dari tanah kelahirannya dan kondisi kehidupan yang sulit di pengasingan, ia tidak melepaskan agama dan kesempurnaan manusianya dan mematuhinya hingga saat-saat terakhir hidupnya.
Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (9)
Kemunculan Islam dan Nabi Muhammad Saw sebagai nabi pamungkas membuka babak baru dalam hubungan antara manusia dan ideologi dunia.
Dengan mengirimkan pribadi langit dan surgawi Nabi Muhammad Saw, Allah melimpahkan rahmat kepada manusia dan memperpendek ruang lingkup penindasan dan ketidaktahuan melalui dia. Dengan pengutusan Rasulullah dan upayanya yang tak kenal lelah, takhayul dihapuskan dan kebiasaan yang tidak manusiawi dan jauh dari alasan dicerabut dan mengubah dunia barbarisme dan tirani.
Munculnya Islam dan pamungkas para nabi, Muhammad Saw membuka babak baru dalam hubungan manusia dan ideologi di dunia. Nabi Muhammad Saw dengan kitab suci al-Quran yang komprehensif dengan ajaran ilmiah dan praktis serta mukjizat abadi, menarik perhatian publik terhadap berbagai program bagi ratusan juta pengikutnya. Ajaran dan pedoman pewahyuannya untuk menciptakan masyarakat yang transenden menuntun orang-orang dari lembah-lembah dan endapan malapetaka dan kesengsaraan ke Jalan Raya Kebahagiaan Abadi. Tetapi sejak tanggal itu sampai sekarang, dengan fenomena yang muncul ini, telah terjadi pertentangan intelektual antara Islam dan para naabinya dengan agama dan sekte lain, di mana ratusan buku telah diterbitkan.
Sejarawan dan peneliti sejak awal Islam hingga kini mengumpulkan secara detil risalah Nabi Muhammad Saw dalam karya dan tulisan mereka yang memberikan sumber yang sangat kaya dan tak ternilai bagi para peneliti untuk mengaksesnya. Dalam hal ini, posisi spiritual dan pribadi Nabi Saw bak bintang yang terang di langit kenabian dan sampai sekarang semakin terang. Bukti terbaik terkait keagungan Nabi Saw adalah al-Quran yang menyebut Allah Sang Pencipta menyampaikan salam terbaik kepadanya dan memuji Rasul-Nya dengan sifat manusia terbaik. Allah dalam ayat 113 surat al-Nisa berfirman, "Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu."
Tidak diragukan lagi keagungan dan posisi Nabi Muhammad Saw yang tinggi tidak membutuhkan pengakuan para ahli dan cendekiawan Barat dan Timur. Karena untungnya, dengan berlalunya waktu dan kemajuan ilmu pengetahuan, bukti dan temuan dari mereka yang memiliki kesalahpahaman tentang Nabi muncul dan para peneliti menemukan lebih banyak dan lebih baik pengetahuan tentang kepribadian Nabi, karakteristik uniknya, dan legitimasi ilmiahnya.
Pada akhir abad kesembilan belas, penulis Muslim mulai menulis buku-buku Islam dalam bahasa Eropa dan berhasil menghilangkan distorsi serta menghilangkan debu dari wajah Islam. Selama periode ini, perasaan lama tentang makrifat Islam sebagai musuh yang menakutkan bagi orang Barat lainnya menghilang dan memberi jalan kepada keinginan yang mendalam untuk mengetahui dunia Timur yang tidak dikenal dan aneh. Yang membuka jalan bagi pemahaman yang lebih besar tentang Timur dan pemikiran Timur. Aspek pertama dari Orientalisme ini adalah dalam tulisan-tulisan orientalis Eropa, yang jumlahnya meningkat pada abad ini dan terkait erat dengan kehidupan keagamaan masyarakat Timur dan agama serta ajaran mereka. Mereka kagum pada berapa banyak fakta dan distorsi yang terjadi dan menggambarkannya secara romantis sehingga tidak terpikirkan. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa era retorika bermusuhan terhadap Islam dan Nabi sudah berakhir.
Washington Irving adalah peneliti Amerika. Dalam biografinya tentang Muhammad Saw dan para pengikutnya pada tahun 1849, ia mencoba menggambarkan wajah sebenarnya Nabi Islam di antara orang-orang Eropa dan Amerika Serikat. Sepuluh tahun sebelum penerbitan buku itu, penulis Amerika itu menerbitkan sekumpulan cerita yang menuduh orang-orang Kristen melakukan kebiadaban terhadap budaya superior Mauritius.
Washington Irving
Sebagai hasil dari membaca lima puluh dua buku, Washington Irving juga menulis sebuah buku berjudul Muhammad dan Khulafa, dan dengan bahasa yang lugas, ia menerbitkan fakta-fakta tentang agama Islam di Eropa dan Amerika Serikat. Tidak seperti pengkhotbah Kristen, ia mengesampingkan kefanatikan dan tidak hanya menolak untuk mengkritik, memfitnah, atau salah menggambarkan Nabi, tetapi juga memuji agamanya. Dia berkomentar atas seruan Nabi Saw, "Jika seruan Nabi untuk mendapatkan ketenaran, ia tidak hanya dikenal di kota kelahirannya sebagai pemimpin dan memiliki firasat pikiran, tetapi ia tak tertandingi, dan pada saat itu suku-suku Arab yang paling terkenal adalah sukunya sendiri, suku Quraisy. Jika ajakannya meraih kekuasaan dan kekuatan, maka penjaga Ka'bah dan otoritas kota Mekah, diturunkan dari generasi ke generasi berada di tangan keluarganya, dan semua orang di kota itu memiliki harapan untuk keluarga ini. Lebih jauh, dia tahu betul bahwa setelah menyangkal agama nenek moyangnya, semua manfaat sosial ini akan diambil darinya, dan dia akan menghadapi permusuhan suku, kemarahan penduduk kota, dan kebencian semua penyembah berhala Ka'bah. Meskipun demikian, dia tidak takut, karena untuk waktu yang lama, dia memuliakan tanah kelahirannya dan siapa pun yang berada di Mekah berpaling darinya."
Sastra Amerika mengenal Irving sebagai "bapak cerita pendek". Ia dilahirkan dalam keluarga pedagang yang kaya, dan sejak usia dini, dengan bantuan dan dorongan saudara-saudaranya yang lebih tua, ia mulai mengembangkan bakat sastranya. Setelah lulus dari bidang hukum, ia dengan cepat menjadi lelah sebagai pengacara dan mulai menulis artikel untuk berbagai publikasi pada saat itu.
Irving adalah salah satu pemimpin gaya sastra "Romantisisme" dan banyak penulis seperti "Victor Hugo" dan "Alexander Dumas (Ayah)" menirunya. Peneliti Amerika ini mengatakan, "Muhammad Saw tidak mencari dunia dengan cara apa pun, dan sedemikian rupa ia mendapat cemoohan dan hinaan dari lawan-lawannya, sehingga ia dipaksa meninggalkan tanah airnya dan ia tidak menginginkan apa pun dari semua upayanya selain stabilitas dan kelanggengan agamanya. Ketika Amina melahirkan Muhammad Saw, cahaya dari langit bersinar di sekitar Mekah dan Muhammad Saw mengangkat kepalanya ke langit dan berbicara dengan fasih, "Allah Maha Besar dari segala sesuatu dan selain-Nya tidak ada tuhan dan saya adalah utusan Allah."
Washington Irving dalam buku "Mahomet and His Successors" yang dicetak di London pada 1909 menulis, "Ia adil dalam perilaku khusus dan pribadi. Perilakunya tidak membedakan antara teman dan orang asing, kaya dan miskin dan dengan orang kuat atau lemah. Semua mencintainya lewat kasih sayang dan kelembutannya dan bagaimana ia mendengar segala keluh kesah masyarakat. Nabi pamungkas, Muhammad Saw memiliki akhlak mulia, hidup yang sederhana, pandangan transenden dan pemikiran yang dalam. Ucapannya pendek dan indah yang mengandung makna besar dan mendalam. Karenanya, ia pasti orang suci dan bermartabat.