
کمالوندی
Sejarah Nabi: Seorang Yang Miskin Menjadi Kaya Raya
Suatu ketika salah satu sahabat Nabi saw -dari sisi harta- sedang begitu sangat kekurangan. Istrinya berkata kepadanya, “Seandainya engkau pergi ke sisi Nabi saw dan engkau meminta sesuatu dari beliau.”
Sahabat tersebut pergi ke sisi Nabi saw dan ketika ia melihat beliau, Nabi saw bersabda, “Siapa saja yang meminta sesuatu dari kami, kami akan memberikannya. Dan barang siapa yang memenuhi kebutuhannya (sendiri) maka Allah swt akan membuatnya kaya.”
Sahabat tersebut dalam hatinya berkata, “Maksud dari perkataan Nabi ini tidak ada yang lain lagi selain itu adalah aku.” Ia pun akhirnya kembali ke istrinya dan menceritakan sabda Nabi ini.
Sang istri berkata, “Nabi itu hanya manusia (menurutnya yakni beliau tidak tahu akan keadaanmu), cepatlah kembali pada Nabi dan ceritakan keadaanmu.”
Sahabat tersebut pun kembali menghadap Nabi saw dan hal sebelumnya terulang kembali. Ketika ia melihat Nabi saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang meminta kepada kami maka kami akan memberinya dan siapa saja yang pergi berusaha maka Allah akan membuatnya kaya.”
Hal ini yakni pulang-pergi kembalinya sahabat terjadi sebanyak tiga kali. Pada akhirnya sahabat tersebut berencana untuk mencari pekerjaan. Ia keluar dari rumahnya, lalu ia meminjam sebuah sekop dan pergi ke gunung. Sahabat tersebut mengumpulkan sejumlah kayu bakar dan pergi ke Madinah lalu menukarnya dengan lima kantong tepung. Lalu ia kembali ke rumah, membuat roti setelah itu memakannya.
Esok harinya, ia kembali ke pegunungan dan kembali untuk mengumpulkan kayu bakar lebih banyak setelah itu membawanya ke kota dan menjualnya. Sedikit demi sedikit ia bisa menabung dan hasilnya ia bisa membeli sekop baru. Ia pun mencari pekerjaan (dengan sekopnya). Lambat laun, ia bisa membeli dua unta dan satu budak sehingga akhirnya ia pun menjadi kaya.
Ketika ia datang ke sisi Nabi saw, ia bercerita tentang apa yang telah ia kerjakan dan ia dapatkan. Tak lupa juga ia mengisahkan pulang pergi dirinya ke sisi Nabi saw sebanyak tiga kali pada waktu itu. Setlah itu Nabi saw bersabda, “Aku dari dulu berkata padamu bahwasanya siapa saja yang meminta kepada kami, kami akan memberinya dan siapa saja yang berusaha keras dan berupaya (menutupi kebutuhannya) maka Allah akan membuatnya kaya.”
Kisah Abu Nawas; Menghitung Bulu
Suatu hari, ada tiga orang bijak dan pandai pergi berkeliling negeri mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka, ketiga orang tersebut sangat terkenal pintar akan tetapi juga licik. Sampailah mereka di desa Abu Nawas tinggal. Orang-orang desa tersebut dibuat kewalahan menghadapi mereka. Akhirnya para penduduk bersepakat untuk menyerahkan permasalahan tersebut pada Abu Nawas untuk menghadapi kepintaran dan kelicikan ketiga orang tersebut.
Kali ini kepandaian Abu Nawas diuji oleh tiga orang bijak. Mereka menentang Abu Nawas menjawab pertanyaan yang mereka ajukan dengan benar. Mereka sepakat menentukan hari untuk menggelar tantangan tersebut di sebuah lapangan dan ditonton oleh seluruh penduduk desa.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, penduduk desa berbondong-bondong menuju lapangan untuk menyaksikan kepandaian Abu Nawas menghadapi tiga orang bijak yang menantangnya.
Acara sudah dimulai. Sebagai tamu, ketiga orang bijak itu diberi kehormatan untuk mengutarakan pendapatnya kepada Abu Nawas,
“Sebagai rasa hormat kami, maka kalian bertiga terlebih dahulu diberi kesempatan untuk mengutarakan pertanyaan kepada Abu Nawas.” Kata kepala desa.
Mendapat kesempatan tersebut, ketiga orang itu merasa sangat senang. Orang bijak pertama bertanya kepada Abu Nawas.
“Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas yang tolol?” Tanyanya dengan sombong melecehkan Abu Nawas.
“Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman.” Jawab Abu Nawas merendah diri.
Orang bijak kedua tidak terima dengan jawaban Abu Nawas. Ia langsung berkata dengan keras,
“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”
“Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri!” Jawab Abu Nawas.
Tampaknya jawaban tersebut membuat orang bijak pertama tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa. Untuk itu, orang bijak kedua mengajukan pertanyaannya kepada Abu Nawas.
“Berapa banyak jumlah bintang di langit?”.
“Sama dengan jumlah rambut yang tumbuh di keledaiku ini, saudaraku!” Jawab Abu Nawas kembali dengan santai.
Jawaban tersebut tidak memuaskannya, ia kembali bertanya,
“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?? Tanyanya.
“Nah, kalau saudara tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di tubuh keledai ini, nanti saudara akan tahu berapa jumlahnya.” Jawab Abu Nawas.
“Itu hal bodoh, akal-akalanmu saja. Bagaimana bisa orang menghitung bulu keledai?” Sanggah orang bijak kedua itu.
“Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?” Kata Abu Nawas.
Baca Juga : Kisah Abu Nawas; Merayu Tuhan
Mendengar jawaban Abu Nawas, si bijak kedua merasa sangat kesal, tetapi ia tidak bisa memberi alasan lagi untuk menyanggah. Sekarang giliran orang bijak ketiga yang merupakan paling bijak diantara yang lain. Ia tidak terlalu menyombongkan diri, berkata pada Abu Nawas,
“Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu?” Tanyanya pada Abu Nawas.
“Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut saudara.” Jawab Abu Nawas dengan santai.
“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?” Tanya si bijak ketiga mulai tersinggung.
“Oh itu mudah sekali !!! Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru !!” Jawab Abu Nawas.
Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tak mau menerima cara menghitung tersebut dengan mengorbankan janggutnya. Dengan terpaksa, ketiga orang bijak yang sombong tersebut harus mengakui Abu Nawas sebagai orang yang paling bijak dari mereka. Dengan perasaan malu ketiga orang itu kemudian berlalu meninggalkan desa.
Percakapan Abul Hasan Dan Wanita Cantik
Pada saat menjalankan ibadah thawaf, Abul Hasan sempat melihat di antara orang yang sedang thawaf terdapat seorang wanita yang wajahnya bersinar terang mengagumkan. Keelokan wajahnya memaksa Abul Hasan menjadi terheran-heran.
Ia sampai melontarkan perkataan, “Demi Allah seumur-umur saya belum pernah melihat wajah wanita begitu bersinar melebihi wanita ini. Saya yakin, orang seperti demikian pasti tidak punya pikulan beban pikiran berat dalam hidupnya.”
Entah dengan sebab apa, wanita super cantik yang dikagumi tersebut bercerita atas kejadian yang menimpa pribadinya. “Demi Allah, sebenarnya saya adalah orang yang mempunyai pikulan beban pikiran sungguh berat. Hatiku kalut. Jiwa saya penuh dengan kesusahan. Tidak ada seorang pun yang dapat ikut merasakan beban beratku ini,” kata wanita ini memulai curhatnya.
Kisahnya, pada saat hari raya Idul Adha tiba, kami berkurban. Suamiku bertindak sebagai penyembelih kambing yang telah kami persiapkan sebelumnya. Salah seorang anakku menyaksikan proses penyembelihan.
Setelah melihat, anakku yang besar tersebut bertanya kepada adiknya, “Mau nggak saya kasih tahu bagaimana ayah tadi menyembelih hewan kambing kurban?” Karena mereka masing-masing masih kecil, adiknya yang masih kecil itupun juga mengiyakan begitu saja.
Saat itu, saya sedang di dapur untuk memasakkan keluarga kecilku tersebut. Anak saya yang paling kecil masih minum air susu sembari saya gendong. Mereka bercakap-cakap dan kemudian bermain seolah sang kakak bertindak sebagai ayahnya. Sedangkan adiknya menjadi seekor kambingnya.
Saat mereka main sembelih-sembelihan kurban, mereka tidak menggunakan pisau mainan, namun pisau asli. Pada akhirnya anakku yang besar bermain menyembelih kambing yang digantikan adiknya dengan pisau asli. Dan kemudian si adik benar-benar wafat.
Karena ketakutan, sang kakak melarikan diri dari rumah. Ia lari ke hutan. Namun apa daya. Ia diterkam singa hingga tamatlah riwayatnya. Yang lebih tragis. Ayahnya anak-anak masih mencoba mencarinya barang kali anak saya masih selamat. Namun sayang, suami saya malah tidak segera kembali pulang.
Saya susul di hutan. Anakku yang tadinya saya gendong saya lepaskan. Saya mencoba ingin tahu bagaimana keadaan suamiku. Ternyata suamiku mati kehausan. Satu-satunya anak yang masih saya gendong tadi, karena belum bisa berjalan, ia mencoba meraih apa saja yang ada di dapur.
Namun apa yang terjadi, ia meraih kuali yang masih panas di atas bara api. Airnya tumpah. Tubuh anak saya yang kecil itu melepuh bahkan sampai tulang-tulangnya. Ia pun menyusul mati kemudian.
Anakku tinggal satu, yaitu wanita yang sudah menikah. Cerita masih berlanjut. Anakku wanita yang sudah menikah tersebut, setelah mendengar kisah yang kami alami, karena tidak kuat, ia pun akhirnya terjun ke jurang, bunuh diri. Sepanjang masa itu saya menjadi hidup sebatang kara.
Mendengar kisah demikian, Abul Hasan kemudian bertanya kepada wanita tersebut. “Lalu bagaimana cara kesabaranmu menghadapi masalah yang kamu hadapi?”
Wanita itu menjawab “Tidak ada seorang pun baik yang bersabar maupun mengeluh kecuali memang di antara mereka terdapat perbedaan yang signifikan. Orang yang sabar, bersikap baik secara lahiriyahnya, ia akan mendapatkan kebaikan-kebaikan yang terpuji di kemudian hari. Adapun orang yang cemas dan mengeluh, ia tidak akan mendapatkan ganti rugi.”
Aku mulai meninggalkan wanita itu, kata Abul Hasan. Sang wanita menutup perkataannya dengan kalimat “Saya bersabar, sebab sabar adalah ratapan terbaik. Aku bersabar terhadap satu hal jika engkau merasakan sebagian saja akan membuahkan deraian air mata sampai engkau mampu mengusapnya.”
Sayidina Ali Membantu Seorang Pengikut Masehi
Suatu hari di masa pemerintahannya, Sayidina Ali berjalan mengelilingi kota. Tiba-tiba beliau melihat seorang yang sedang meminta-minta. Lalu beliau bertanya pada para sahabatnya.
“Siapa laki-laki tersebut, mengapa dia menjulurkan tangannya untuk meminta-minta?” tanya Sayidina Ali.
“Lelaki tua itu adalah mantan seorang kuli dan juga seorang pengikut Masehi!” jawab mereka.
Setelah mendengar hal ini, Sayidina Ali bin Abi Thalib kwz menegur dan menasihati para sahabatnya.
“Mengapa kalian menelantarkannya. Kalian menggunakan tenaganya ketika ia masih muda kemudian menelantarkannya ketika ia sudah tua. Cepat, berikan padanya bantuan dari Baitul Mal!” Tegur Sayidina Ali.
Saudara-saudaraku, inilah perwujudan Islam yang sebenarnya. Islam hadir di alam semesta ini untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang seutuhnya. Jika Islam yang ada sekarang adalah Islam yang radikal maka niscayanya dia bukanlah Islam. Tapi pemikiran sebuah kelompok yang dibalut dengan Islam.
Kisah Abu Nawas; Mengajari Keledai Membaca
Rasa iri seorang Mentri Raja pada Abu Nawas membuat dirinya memberikan sebuah keledai pada Abu Nawas yang mana keledai tersebut diharapkan bisa memasukan Abu Nawas pada penjara. Penasaran bagaimana akhir kisahnya, mari kita baca bersama!
“Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali kemari, kita lihat akhirnya,” ujar sang menteri pada Abu Nawas.
Tanpa mikir panjang dan melontarkan pertanyaan, Abu Nawas menerima keledai pemberian menteri. Padahal dalam hatinya, Abu Nawas merasa cemas, apakah dia bisa menuruti kemauan sang menteri atau tidak. Ia juga penasaran dengan maksud dan tujuan si menteri yang tiba-tiba memberikannya keledai.
“Apakah ini satu di antara tipu dayanya buat menghancurkan nama baikku?” tanya Abu Nawas dalam hati.
Meski merasa cemas, Abu Nawas tetap berusaha tenang. Dua minggu kemudian, Abu Nawas kembali ke istana dan bertemu dengan menteri. Tanpa banyak bicara, sang menteri kemudian mengajak Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid.
“Baginda, saya akan perlihatkan siapa sesungguhnya diriku ini,” kata menteri tersebut.
“Hai menteri, ada apa dengan dirimu?” tanya Raja Harun Al Rasyid dengan suara tinggi.
“Tenang Baginda, hari ini Baginda akan tahu kecerdasan akalku sesungguhnya, mengungguli kecerdasan Abu Nawas,” ucap menteri itu dengan angkuh.
Mendengar pernyataan menteri tersebut, Abu Nawas merasa heran dan penasaran dengan maksud omongan sang menteri.
“Apa yang akan dibuat oleh menteri ini?” gumam Abu Nawas dalam hati.
“Baiklah, bila satu di antara kalian menang, maka ia memiliki hak memperoleh satu kantung dinar ini, namun untuk yang kalah akan dihukum tiga bulan di penjara,” tutur Raja Harun.
Tak bisa mengelak, Abu Nawas terpaksa menyanggupi permainan yang ia anggap aneh ini. Belum selesai ia menerka-nerka maksud permainan ini, tiba-tiba menteri itu menunjuk pada satu buku besar.
“Coba tunjukkan bila keledai itu dapat membaca, tidakkah engkau cerdas dalam semua hal?” Pinta menteri pada Abu Nawas.
Tanpa berpikir lama, Abu Nawas lalu menggiring keledainya ke buku itu. Sampul dibuka. Kemudian di keledai memandang buku itu. Selang beberapa saat, keledai mulai membalik halaman demi halaman dengan lidahnya.
Keledai itu terus membalik lembar demi lembar, hingga halaman paling terakhir buku itu. Setelah tak ada lagi lembaran yang harus dibuka, keledai tersebut memandang Abu Nawas.
“Demikian, keledaiku dapat membaca,” kata Abu Nawas. Mendengar kata-kata Abu Nawas, sang menteri kembali angkat bicara.
“Bagaimana caramu mengajari dia membaca?” tanya sang menteri mulai merasa panik.
“Sesampainya di rumah, saya siapkan lembaran-lembaran besar serupa buku serta saya sisipkan biji-biji gandum di dalamnya,” jawab Abu Nawas.
“Keledai itu harus belajar membalik halaman agar bisa memakan biji-biji gandum itu, hingga ia terlatih benar untuk bisa membalik halaman buku,” lanjut Abu Nawas.
“Namun bukankah dia tak tahu apa yang dibacanya?” bantah sang menteri.
“Memang demikian cara keledai membaca, dia cuma membalik-balik halaman tanpa tahu isinya,” jawab Abu Nawas enteng.
“Bila kita membuka-buka buku tanpa tahu isinya, kita disebut setolol keledai bukan?” kata Abu Nawas lagi.
Jawaban cerdik Abu Nawas tersebut mendapat anggukan setuju dari Baginda Raja Al Rasyid. Raja tahu, sepintar-pintarnya hewan, tak ada yang bisa sesempurna manusia. Hanya manusia bodoh saja yang tidak mau memakai akalnya buat berpikir.
Mendengar penjelasan Abu Nawas, sang menteri tersebut merasa kesal. Raja akhirnya memberikan hadiah berupa sekantung dinar kepada Abu Nawas, sedangkan menteri masuk penjara sesuai perjanjian yang sudah disepakati.
Edisi Maulid; Rahasia Besar Bershalawat Sebelum Berdoa
Tahukah Anda bahwa membaca shalawat sebelum berdoa pada Allah swt dapat mempengaruhi doa Anda? Dan tahukah Anda bahwa dengan bershalawat, kebutuhan dunia dan akhirat Anda akan terpenuhi? Mari kita simak kisah nyata di bawah ini!
Seorang laki-laki datang menghampiri Rasulullah saw kemudian ia berkata:
“Sepertiga shalawatku, aku berikan untukmu. Tidak hanya itu, setengah dari shalawatku, akanku berikan untukmu. Lebih dari itu, seluruh shalawatku, aku persembahkan untukmu.”
Rasulullah saw bersabda, “Jikalau begitu kebutuhan dunia dan akhiratmu telah terjamin.”
Abu Bashir bertanya, “Apa maksud dari kalimat ‘seluruh shalawatku, aku berikan untukmu’?”
“Yakni sebelum kamu berdoa pada Allah swt, engkau memulainya dengan bershalawat atas nabi. Serta sama sekali kamu tidak memohon apapun kepada Allah kecuali kamu harus bershalawat sebelumnya lalu setelah itu meminta sesuatu dari Allah.”
Dari sini kita mengetahui sebuah rahasia yang datang Baginda Nabi saw yang lebih tepatnya rahasia dari bershalawat.
Yang pertama adalah dengan bershalawat pada Baginda Nabi Muhammad saw, kebutuhan dunia dan akhiratmu akan terjamin.
Bukankah hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. kebutuhan dunia dan akirat kita akan dijamin oleh Allah swt. Dan hal ini bisa diraih ketika kita memulai doa dengan shalawat,
Allahumma shali ala Muhammad wa ali Muhammad.
Indonsia Tolak Langkah AS Legalkan Pemukiman Zionis di Tepi Barat
Indonesia menolak langkah Amerika Serikat untuk melegalkan pemukiman rezim Zionis di Tepi Barat Palestina. Dalam penolakan ini, Indonesia berhasil menggalang dukungan Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK-PBB).
Wakil Tetap dan Duta Besar Indonesia untuk PBB, Triansyah Djani mengatakan keberhasilan menggalang dukungan di DK PBB untuk mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali status ilegal permukiman Israel.
Dukungan DK PBB ini menjadi yang pertama kali setelah sekian lama Presiden DK PBB gagal diberikan mandat untuk berbicara terkait isu Palestina.
Menurut Triansyah,Indonesia juga berhasil mendorong dikeluarkannya pernyataan bersama dari sepuluh anggota tidak tetap DK PBB.
Dalam pernyataan tersebut Israel diminta menghentikan segala bentuk aktivitas pembangunan permukiman ilegal yang bertentangan dengan hukum internasional, terutama resolusi DK PBB no. 2334.
Mendarat di Irak Tanpa Izin, Wapres AS Dapat Balasan Pedas
Mike Pence, Wakil Presiden AS, mengadakan kunjungan ke Irak. Kunjungan tersebut dilaksanakan tanpa ada pemberitaan sebelumnya.
Jadwal serta cara kunjungan ini tentu tidak sesuai dengan tata etika diplomasi. Berkunjung tanpa undangan, lalu menemui pasukan di Ayn al-Assad Airbase tanpa menghormati kedaulatan serta petinggi pemerintahan Irak. Tak bisa dipungkiri lagi, etika Wakil Presiden AS ini mendapatkan protes dan kritik dari banyak pihak.
Salah satu jurnalis AS di radio nasional Amerika mengutip pernyataan petinggi AS yang memohon kepada Mike Pence agar menghentikan etika buruknya atas PM Irak. “Mike Pence meminta PM Abdul-Mahdi untuk menemuinya di Ayn al-Assad”, jelasnya.
Petinggi Washington menyatakan bahwa permohonan ini ditolak oleh PM Irak. “Warga Irak adalah warga yang penuh harkat dan martabat”, kata petinggi AS tersebut seraya menjelaskan kunjungan berbahaya Wapres.
Kunjungan tak biasa seperti ini bukan hanya dilakukan kali ini saja. Pemimpin Gedung Putih, Donald Trump, pernah melakukan hal yang sama, tepatnya di saat Natal.
Para Demonstran Libanon Menolak Intervensi Amerika
Sejumlah pengunjuk rasa di Libanon membakar bendera Israel dan Amerika sebagai protes terhadap campur tangan urusan dalam negara mereka.
Menurut “Badan Informasi Nasional” di Sidon, para pengunjuk rasa di alun-alun Elia, membakar bendera ‘Israel’ dan Amerika. Para pengunjuk rasa meneriakkan menolak “intervensi Amerika”
Solusi Persatuan dalam Perspektif Imam Shadiq as
Tanggal 17 Rabiul Awal bertepatan dengan kelahiran Imam Jakfar Shadiq as. Selain menyampaikan ucapan selamat atas hari penuh berkah ini yang juga bertepatan dengan kelahiran utusan Allah terakhir Nabi Muhammad Saw, kami mengajak Anda untuk menelah bersama solusi persatuan dalam perspektif Imam Shadiq as.
Hari ini tanggal 17 Rabiul Awal (15 November) bertepatan dengan kelahiran penuh berkah pamungkas para nabi, utusan cahaya dan hidayah, Muhammad al-Mushtafa Saw. Selain itu, hari ini juga bersamaan dengan kelahiran Jakfar bin Muhammad as yang lebih dikenal dengan Imam Shadiq as, Imam Keenam Syiah. Imam Shadiq as sepanjang masa keimamahannya selama 34 tahun berusaha keras untuk menghidupkan kembali agama kakeknya, Nabi Muhammad Saw dengan menyampaikan pesan ilahi, memberi hidayah dan membersihkan masyarakat. Seperti ayah dan leluhurnya yagn suci fokus pada kewajiban paling penting tentang al-Quran dan Sunnah Nabi, persatuan dan solidaritas di antara umat Islam . Karena tujuan asli dan penting Islam adalah membentuk umat yang satu, kuat seiring dengan menebar perdamaian, persahabatan, ketenangan dan keamanan.
Persatuan Islam berdasarkan ajaran dan perintah agama Islam tidak terbatas pada periode masa tertentu. Semua umat Islam dalam tauhid, hari kebangkitan dan kenabian memiliki akidah yang sama. Hukum-hukum seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad dan lain-lain termasuk kesamaan yang pasti di antara mereka. Karenanya, dengan mudah dapat membentuk satu barisan bernama Umat yang Satu menghadapi musuh dalam negeri dan asing, para perusak dan sesat seperti kelompok Takfiri dan Daesh (ISIS).
Terwujudnya persatuan Umat yang Satu hanya mungkin terjadi dengan prinsip dan poros bersama, dimana poros pertamanya untuk mencapai satu persatuan rasional dan logis di antara mazhab-mazhab Islam adalah al-Quran. Allah Swt dalam ayat 103 surat Ali Imran memperkenalkan al-Quran sebagai pembimbing dan poros, dan untuk mencegah perpecahan, menyeru umat Islam agar berpegangan dengan kitab suci ini dan menyebutkan, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai."
Imam Shadiq as dengan mengikuti Nabi Muhammad Saw dan para wali Allah yang lain untuk menciptakan persatuan, satu hati dan keharmonisan antara umat Islam serta jauh dari perselisihan dan perpecahan, menyeru semua umat Islam untuk menaati perintah dan ajaran al-Quran. Sebagaimana beliau berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjelaskan semua dalam al-Quran dan demi Allah bahwa Allah tidak menutup mata dari apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya, sehingga hamba-Nya dapat mengatakan bila hal ini telah diturunkan dalam al-Quran, pasti Allah menurunkannya dalam al-Quran." Imam Shadiq as di tempat lain mengatakan, "Tidak ada sesuatu yang diperselisihkan dua orang, selain prinsipnya telah disebutkan dalam al-Quran, tetapi akal manusia tidak sampai ke sana."
Allah Swt dalam al-Quran memuji Nabi Muhammad Saw dan pada ayat 21 surat al-Ahzab memperkenalkannya sebagai teladan sempurna bagi manusia dan berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik." Dari sini, setelah al-Quran, Sunnah Nabi Saw menjadi poros penting yang memberikan persatuan di antara semua mazhab Islam. Semua umat Islam melihat dirinya komitmen dengan Sunnah Rasulullah Saw dan dalam pemikirannya di berbagai isu bersandar pada Sirah dan Sunnah Nabi Saw.
Imam Shadiq as sebagai pemimpin mazhab Ja'fari juga mengajak umat Islam untuk mengamalkan dan memperhatikan Sunnah Nabi Saw dan berkata, "Tidak ada perintah, selain di sana ada tanda-tanda dalam Kitab dan Sunnah." Beliau juga mengutip dari Nabi Saw dan mengatakan bahwa setiap orang yang merujuk pada Sunnah Nabi Saw ketika perselisihan umat, pahalanya sama dengan 100 syahid."
Prinsip dan ajara bersama agama termasuk poros lain yang dapat menciptakan persatuan. Prinsip-prinsip ini mencakup iman kepada Allah (Tauhid), risalah para nabi (Kenabian), Ma'ad (Hari Kebangkitan) dan diturunkannya wahyu. Pada hakikatnya, tauhid, kenabian dan Ma'ad termasuk kesamaan akidah bagi semua agama ilahi. Di samping kesamaan keyakinan, ada juga kesamaan fikih. Hukum-hukum fikih seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad, amar makruf dan nahi mungkar dan lain-lain yang semuan termasuk ajaran pasti agama Islam. Tentu saja harus diperhatikan di balik ajaran yang pasti, ada sebagian detil ajaran yang menjadi tempat perbedaan pendapat antara para ulama dan ahli fikih mazhab-mazhab Islam.
Di sini, sebagian membesar-besar perselisihan, perpecahan dan pemisahan umat Islam. Para musuh Islam juga membesar-besarkan perselisihan ini, sehingga satu kelompok mengkafirkan dan mengeluarkan kelompok yang lain dari Islam. Sebagaiman hari ini, par pengikut Wahabi menilai muslimin yang lain berada di luar Islam dan dengan alasan ini, para pengikut kelompok teroris Daesh (ISIS), karena tidak memiliki pengetahuan yang benar akan batasan kufur dan iman, dengan tenang melakukan pembunuhan, bahkan genosida terhadap umat Islam yang lain dan bangga dengan apa yang mereka lakukan. Padahal, parameter iman dan keislaman seseorang telah dijelaskan adalah keyakinan kepada Allah, Hari Kiamat dan melaksnakan kewajiban seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad dan lain-lain. Seorang muslim tidak berhak menuding saudara agamanya sebagai kafir, karena itu pemicu dan sarang bagi perang dan konflik.
Imam Shadiq as dalam hal ini mengatakan, "Ketika seorang mukmin berkata kepada saudaranya, 'Ah', mereka akan terpisah dan berkata 'engkau kafir', satu dari mereka akan menjadi kafir dan bila menuduhnya, 'Islam dalam hatinya akan mencair seperti garam berada di air." Di tempat lain beliau juga berkata, "Terlakna dan terlaknat, seseorang yang menuduh seorang muslim lain sebagai kafir dan seseorang yang melakukan hal ini seperti ia membunuhnya."
Salah satu solusi yang baik dan sangat tepat untuk menciptakan dan mempertahankan persatuan adalah berpartisipasi dalam pertemuan ibadah dan politik seperti shalat jamaah dan Jumat. Begitu juga dalam melaksanakan kewajiban haji termasuk perintah Nabi Saw sejak awal pengutusannya. Dari Nabi Saw dinukil tentang pentingnya shalat berjamaah, dimana beliau bersabda, "Jibril sedemikian rupa berpesan kepadaku tentang shalat berjamaah, sehingga aku beranggapan shalat tanpa berjamaah tidak sah dan tidak diterima." Nabi Saw juga berbicara tentang hadir di masjid dan perkumpulan umat Islam, "Setan adalah serigala bagi manusia. Sebagaimana serigala akan memakan kambing yang berada sendiri dan jauh dari yang lain, maka berhati-hatilah dari keterpisahan dan kalian harus hadir di perkumpulan umat Islam dan bersama mereka pergi ke masjid."
Imam Shadiq as memberi pesan kepada pengikutnya untuk menjaga persatuan agar ikut dalam shalat berjamaah dengan Ahli Sunnah. Beliau berkata, "Seseorang yang berada di shaf pertama melakukan shalat dengan mereka, sama seperti mereka yang berada di shaf pertama shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw." Seorang pengikut Imam Shadiq as bertanya kepada beliau, "Imam jamaah kami penentang mazhab dan memusuhi orang-orang Syiah. Apa yang harus kami lakukan?" Imam as menjawab, "Jangan diambil hati apa yang diucapkannya. Demi Allah! Bila engkau adalah orang yang jujur, engkau lebih layak ke masjid ketimbang orang itu. Karenanya, jadilah orang pertama yang memasuki masjid dan orang terakhir yang keluar darinya. Perbaiki akhlak dan perilakumu dengan mereka dan berbicara dengan cara yang baik."
Dalam sebuah riwayat, ada yang bertanya kepada Imam Shadiq as, "Apakah sah pernikahan dan melaksanakan shalat berjamaah dengan penentang mazhab atau tidak?" Imam menjawab, "Sekalipun perbuatan ini sangat sulit bagi kalian, tetapi ketahuilah bahwa Nabi Saw menikah dengan orang yang tidak kalian terima dan Imam Ali juga shalat di belakang para khalifah."
Semua riwayat ini menunjukkan hal ini bahwa Imam Shadiq as seperti para Imam yang lain ikut shalat dalam shalat berjamaah Ahli sunnah dan kehadiran mereka bukan karena takut atau taqiyah politik serta hal ini tidak terbatas pada waktu tertentu, tetapi jalan dan metode yang pasti demi menciptakan persatuan, persahabatan dan sehati antara umat Islam.
Imam Shadiq as sepanjang hidupnya selalu berusaha untuk menjelaskan berbagai ajaran agama dan menyelamatkan umat Islam dari kejatuhan dalam kesesatan. Hari ini, khazanah tak ternilai ilmu dan ajarran beliau telah diserahkan kepada umat Islam, dimana dengan merujuk dan mengamalkannya, banyak masalah dunia Islam yang menjadi kendala terbesar bagi terwujudnya persatuan umat Islam dapat terselesaikan.
Sekali lagi kami mengucapan selamat atas kelahiran Imam Shadiq as dan akan mengakhiri makal ini dengan ucapan beliau.
Imam Shadiq as berkata, "Bagi setiap muslim yang mengenal kami, perlu untuk setiap hari dan malam bagi dirinya untuk melihat perbuatannya dan menimbang jiwanya. Bila menemukan perbuatan baik di sana, hendaknya ia menambahkannya dan bila menemukan perbuatan buruk, hendaknya meminta ampunan, agar tidak malu nantinya di Hari Kiamat."