
کمالوندی
Mayjen Mousavi: Musuh Bisa Coba Kecanggihan Alat Militer Iran
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran mengatakan, kami tidak mengundang musuh, tapi jika mereka ingin mengetahui canggih atau tidaknya peralatan kami, mereka bisa mencobanya, sepertinya mereka juga sudah mengujinya dan menerima pukulan dari Iran.
Fars News (15/12/2019) melaporkan, Mayjen Abdolrahim Mousavi menuturkan, instrumen militer Iran menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dunia. Masyarakat Iran harus menilai sendiri apakah instrumen militer kita usang atau tidak.
Ia menambahkan, kami tidak mengundang musuh tapi jika mereka ingin menyadari kecanggihan peralatan Iran, mereka bisa mengujinya. Sepertinya beberapa kali sudah mencobanya dan menyesal.
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran menerangkan, kami tidak akan pernah membuang modal yang sudah dimiliki, karena modal ini milik rakyat.
"Kami sangat menghargai sekecil apapun uang rakyat, kami bukan negara yang menerima uang rakyat lalu membuangnya. Sebagian negara menghabiskan uang rakyatnya ratusan juta dolar untuk membeli peralatan militer, tapi tidak bisa menggunakannya, mengeluarkan miliaran dolar untuk menjaga zona udaranya tapi semua bisa menerobosnya," pungkas Mousavi.
Kisah Para Penghafal Alquran yang tak Tersentuh Tsunami
Umbul Tanjung Resort tampak sepi. Tak nampak seorang pun di pos penjagaan. Daun-daun yang berguguran juga belum disapu.
Di bagian tengah, Adi (35 tahun), penjaga penginapan itu, terlihat sedang menyapu halaman di sekitar kolam. Dia adalah salah satu saksi mata ketika tsunami tak menerjang penginapan yang dijaganya di pesisir Pantai Anyer, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten.
Menurut dia, saat kejadian sama sekali tak ada tanda-tanda berupa gempa bumi maupun surutnya air laut. Malam itu, Sabtu (22/12), rombongan siswa dari Nurul Fikri Boarding School yang telah sekitar dua pekan menginap di tempat itu, sedang menghafal Alquran.
Tak ada yang menyadari akan datangnya gelombang tsunami malam itu. “Anak-anak masih pada hafalan. Lalu banyak orang di luar teriak ‘tsunami’,” kata Adi saat ditemui Republika.co.id di lokasi kejadian, Rabu (26/12).
Kata teriakan orang-orang itulah yang membuat seluruh tamu penginapan itu siaga. Bukan keluar penginapan, mereka justru melihat air di pagar belakang penginapan.
Menurut dia, air hanya sampai depan pagar. Tak sedikit pun tsunami menyentuh halaman penginapan. Berdasarkan pantauan, H+4 pascatsunami, kondisi halaman belakang tak sedikit pun terlihat kerusakan. Gerbang yang terbuat dari besi pun utuh tak tersentuh air. Padahal, di luar pagar terdapat gubuk kayu yang hancur sisa terpaan tsunami.
Republika.co.id juga melihat kondisi 10 bangunan yang berada di penginapan itu. Tak ada satu pun bangunan yang mengalami kerusakan di lahan seluas 0,5 haktare tersebut.
Adi masih tetap membersihkan halaman kolam penginapan. Sambil membersihkan, ia bercerita bahwa ketika malam tsunami, anak-anak dari Nurul Fikri sudah lebih dari dua pekan menginap di tepat itu.
Dari awal kedatangannya, kegiatan anak-anak itu hanya membaca Alquran. Siang dan malam. Mereka menempati enam bangunan di penginapan itu, sementara satu bangunan diisi oleh satu keluarga di luar rombongan Nurul Fikri.
“Mereka (anak-anak Nurul Fikri) pagi, siang, malam, mengaji terus. Paling istirahat sebentar makan dan keliling halaman penginapan,” kata dia.
Sementara, salah seorang guru Nurul Fikri yang ada di lokasi saat itu, Ai Nuraeni menjelaskan, pada saat kejadian tsunami, ada 55 santri menyaksikan kedahsyatan air yang meluluhlantakkan hotel dan rumah warga di sekitar pantai. Di saat kejadian tersebut ia dan anak didiknya menyaksikan kuasa Allah SWT yang luar biasa.
Ai menceritakan, pada saat kejadian di malam hari, melalui lantai dua villa yang mereka tempati, terlihat anak Gunung Krakatau mengeluarkan api dan laharnya. Walaupun sempat khawatir, mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa.
Namun, suara gemuruh tiba dan membuat dirinya bertanya-tanya. “Baru selesai hafalan setoran tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Awalnya dipikir hujan tapi ternyata enggak ada airnya, tiba-tiba dari belakang yang dekat ke pantai itu santri putra lari-lari (teriak) itu air, itu ada air. Kita sempat panik itu air apa,” kata Ai menjelaskan.
Tak lama kemudian, air tersebut surut begitu saja dan hanya menghantam pagar pembatas belakang villa. Rombongan pun memutuskan untuk berkumpul di mushala villa. Ia mendapat kabar bahwa pengelola pantai menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menanyakan apa yang terjadi. Ternyata, menurut BMKG saat itu hanya air pasang biasa. Mereka pun merasa sedikit tenang.
“Tapi ada sedikit khawatir juga sih dari para pembina. Akhirnya kita kumpulkan saja semuanya di mushala. Kita instruksikan mereka untuk menggunakan pakaian lengkap, minimal kita siap lari,” kenang Ai.
Pada saat itu, suasana kembali hening. Suara yang terdengar hanyalah para santri yang tengah mengaji dan melanjutkan tilawah yang sempat tertunda karena air pasang tiba-tiba tadi. Ai juga mengenang, saat itu para santri begitu tenang. Ada beberapa yang wudhu dan shalat taubat, semua begitu tenang dan tidak panik.
“Sesauatu yang mengharukan saya, terutama sikap anak-anak ketika terjadi bencana seperti itu, kita instruksikan, kita sekarang evakuasi, silakan bawa barang yang dianggap penting. Dan mereka langsung yang tercetus itu ya Alquran,” kata Ai.
Pada saat itu, pengelola hotel mengabarkan bahwa ada masyarakat yang mengungsi. Pembina pun musyawarah perlu atau tidaknya untuk ikut mengungsi. Ai menceritakan, setelah mereka berdiskusi, dua orang ustaz keluar untuk melihat kondisi sekitar. Kedua ustaz tersebut pun kaget karena lingkungan di sekitar villa telah hancur. Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut mengungsi.
“Pengungsian waktu itu kata pengurus villa ada di daerah Cipanas, pokoknya dari villa ke arah kiri. Setelah belokan evakuasi itu, akan ada dari jembatan itu sudah tidak bisa dilalui kendaraan itu. Ya itu batas amannya,” kata dia.
Berharap usai
Sementara, yang menjaga penginapan itu, merasa sangat bersyukur atas keajaiban itu. Padahal di sekitar penginapan yang dijaganya, banyak bangunan dan warung yang tertimpa taunami.
Namun, Adi bersama rekan-rekannya harus tetap menjaga penginapan itu. Bahkan, H+1 pascatsunami, ia secara bergantian memaksakan diri berjaga malam. “Masih banyak barang soalnya,” kata dia.
Suara gemuruh Gunung Anak Krakatau terus terdengar hampir setiap menit. Suara angin bercampur ombak juga jelas terdengar. Meski menurut Adi suara itu sudah biasa, tapi tetap saja ia khawatir. Karena itu, ia mengaku selalu waspada, kalau-kalau tsunami datang lagi.
Saat masih menyapu, tiba-tiba ia mengeluh. Pasalnya, banyak debu yang terbawa oleh sapunya. Padahal, saat itu hujan ringan baru saja mengguyur sekitaran Anyer.
“Lihat tuh, Mas. Debunya banyak. Mungkin itu dari Krakatau,” kata dia.
Adi yakin sekali akan hal itu. Pasalnya, selama ini tak biasa penginapan itu banyak debu. Saat dilihat, debu itu berwarna hitam.
Ia berharap, bencana ini cepat selesai. Dengan begitu, Pantai Anyar akan kembali ramai dan penginapan yang dibaderol dengan harga Rp 1,5 juta per malam untuk akhir pekan itu bisa kembali kedatangan banyak tamu.
Kisah Sahabat Nabi yang Menjadi Penduduk Surga
Anas bin Malik, salah satu sahabat Rasulullah yang juga pernah menjadi pembantunya, mengisahkan, kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bersabda, “Sebentar lagi, akan muncul di hadapan kalian, seorang penduduk surga”.
Baru saja Rasulullah diam dari sabdanya, tampak seorang sahabat Ansor datang, jenggotnya masih basah terkena bekas air wudlu, terlihat tangan kirinya sedang menenteng kedua sandal yang ia punya.
Baca juga: Menggali Hikmah Dari Kisah Nabi Zakaria Dalam Al-Quran (Part 2)
Esok harinya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali mengatakan satu hal yang sama persis dengan yang kemarin. Dan muncul kembali orang dan ciri-ciri yang sama seperti kemarin. Hal yang sama persis seperti ini kembali berulang hingga pada hari yang ketiga.
Pada hari ketiga tersebut, usai Rasulullah berdiri, meninggalkan majlis, salah seorang sahabat, Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash membuntuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, “Aku sedang punya masalah dengan ayahku. Dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Bolehkah aku menginap di rumahmu sampai tiga hari ?
“Oh, silahkan”. Jawab lelaki yang dipastikan Rasulullah akan masuk surga ini.
Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash kemudian menginap di rumah lelaki tersebut selama tiga malam. Ia sama sekali tidak melihat sang tuan rumah mengerjakan salat malam. Hanya saja, jika ia sedang terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur, maka ia hanya tampak berdzikir kepada Allah dan bertakbir sampai ia bangun untuk untuk menjalankan ibadah salat subuh.
Baca juga: Kisah Hikmah Antara Seorang Ahli Ibadah dengan Seekor Anjing
Dalam kisah yang disampaikan Abdullah, ia menyebutkan “Tidak ada yang istimewa dari lelaki tadi. Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya mengatakan apapun kecuali dengan ucapan yang baik”
Dan saat berlalu tiga hari, kenang Abdullah, hampir saja aku meremehkan kegiatan yang dilakukan seorang Ansor tadi. Maka akupun terus terang berkata kepadanya :
Wahai hamba Allah (fulan), sesungguhnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah, apalagi hingga boikot, tidak sama sekali. Tapi aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata hingga sebanyak tiga kali “Akan muncul di hadapan kalian seorang penduduk surga”, lantas engkaulah yang tiba-tiba datang. Hal itu mendorong aku untuk menginap bersamamu supaya aku bisa melihat apa saja amalanmu. Dengan begitu, aku aku bisa menirunya. Namun aku justru tidak melihat dirimu melakukan banyak beramal.
Sebenarnya amalan apa yang mengantarkanmu, hingga pada derajat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, (bahwa kamu min ahlil jannah)?”.
Lelaki ini menjawab “Tidak ada yang istimewa kecuali amalanku yang sebagaiman telah kamu lihat”
Baca juga: Jika Aku Tua Nanti
Dalam hadis tersebut, Anas bin Malik melanjutkan riwayatnya, Abdullah lalu mengatakan “Saat aku beranjak pergi maka iapun memanggilku dan berkata “Amalanku hanyalah yang engkau lihat, hanya saja aku tidak menemukan perasaan dengki (jengkel) dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan yang Allah berikan kepadanya”
Mendapat jawaban memuaskan ini, Abdullah menimpali “Nah, inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, red). Dan inilah yang kami tidak mampu”. (HR Ahmad : 12236)
Ada beberapa hadis yang menjelaskan keistimewaan orang yang bisa mengolah hatinya dengan baik.
قِيْلَ : أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: كُلُّ مَخْمُوْمُ الْقَلْبِ، صَدُوْقُ اللِّسَانِ، قَالُوْا: صَدُوْقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُوْمُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيْهِ وَلاَ بَغْيَ، وَلاَ غِلَّ، وَلاَ حَسَدَ (رواه ابن ماجه: 4216)
Artinya : Ada yang bertanya kepada Rasulullah, manusia model bagaimana yang paling utama? Lalu dijawab oleh Rasulullah, setiap makhmumul qalb dan shaduqul lisan (mulut yang selalu berkata jujur). Sahabat kembali bertanya, “Kalau shaduqul lisan (mulut yang selalu berkata jujur) kita semua sudah tahu. Tapi apa itu makhmumul qalb?. Rasul menjawab “Itu adalah ornag yang bertakwa, hatinya bersih, tidak pernah berbuat dosa, tidak pernah memberontak, dendam/benci dan iri kepada orang lain sama sekali. (HR. Ibnu Majah : 4316)
Baca juga: Kisah Motivasi; Batu, Kerikil dan Pasir
Hadis ini menjadi semacam penguat dengan kisah yang terjadi pada sahabat di atas. Sehingga, hanya orang yang hatinya bersihlah yang berhak masuk surga. Dalam Al Qur’an disebut
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89) [الشعراء/89]
Artinya : …. kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (QS Asy Syu’ara’ : 89)
Oleh Ibnu Sirin, qalbul salim dalam ayat ini berarti orang yang hatinya tidak punya iri dengki dengan orang lain. Orang itulah yang akan masuk surga.
Begitu pula pada ayat lain, ciri-ciri ahli surga adalah mereka yang telah diangkat sifat iri dan benci dari hati mereka. Allah Ta’ala bersabda
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ (47) [الحجر/47][
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara”
Oleh karena itu, barangsiapa ingin menduduki surga, sejak di dunia perlu melakukan sifat-sifat yang dimiliki oleh ahli surga.
Perbedaan Antara Nasihat Orang Bijak dan Orang Gila
Suatu hari seorang pedagang dari Baghdad bertanya kepada Bahlul: “Tuan bahlul yang terhormat, saya membeli apa supaya saya mendapatkan keuntungan yang banyak?” Bahlul menjawab: “Besi dan kapas.” Pria itupun lantas pergi dan membeli beberapa besi dan kapas dan menyimpannya. Kebetulan, setelah beberapa bulan mereka menjualnya dan menghasilkan banyak keuntungan. Suatu hari dia bertemu lagi dengan Bahlul.
Kali ini dia berkata: “Hai orang gila! apa yang harus saya beli untuk mendapatkan keuntungan?” kali ini Bahlul berkata, “Belilah bawang dan semangka.” Pedagang itu pergi dan seluruh modalnya dibelikan bawang dan semangka dan menyimpannya. Setelah beberapa waktu, semua bawang dan semangkanya membusuk dan hancur dan menyebabkan kerugian besar.
Segera dia pergi ke Bahlul dan berkata kepadanya: “Pertama kali saya berkonsultasi dengan Anda, Anda berkata belilah besi dan kapas, saya mendapatkan keuntungan. Tapi yang kedua kalinya, saran macam apa ini? Semua modal saya habis!”
Bahlul menjawab orang itu dengan berkata, “Pada hari pertama, Anda memanggil saya dengan sebutan tuan Bahlul, dan ketika Anda memanggil saya sebagai orang bijak, jadi saya juga memerintahkan Anda sebagaimana saya orang yang bijak.
Tapi untuk kedua kalinya Anda memanggil saya gila, jadi saya memerintahkan Anda sebagaimana saya orang yang gila!” Pria tersebut malu dengan apa yang dikatakan pada perkataannya yang kedua dan meminta maaf kemudian pergi.
Kisah Seorang Hamba yang Dikalahkan Iblis Gara-gara Harta
Alkisah, ada seorang ahli ibadah (abid) yang hidup diantara bani Israil. Suatu hari dia mendengar orang sedang ramai membicarakan tentang sebuah pohon yang ada di suatu tempat yang disembah oleh sebuah kaum.
Mendengar hal itu dia pun naik pitam, lalu dia bangkit dan mengambil kapak dan segera pergi untuk menebang pohon tersebut.
Iblis pun muncul dengan berwujudkan orang tua dan berkata: “Hai abid, kembalilah dan sibukkanlah dirimu dengan ibadah”
Abid berkata: “Tidak, memotong pohon itu lebih wajib bagiku.”
Perdebatanpun semakin memanas hingga terjadilah perkelahian. Akhirnya abid mampu mengalahkan iblis dan membantingnya ke tanah serta mendudukinya.
Baca juga: Perbedaan Antara Nasihat Orang Bijak dan Orang Gila
Dalam keadaan seperti ini iblis berkata: “Lepaskanlah aku sehingga aku bisa berbicara, Anda bukan seorang Nabi dan Tuhanpun tidak memerintahkan Anda untuk melakukan hal ini, kembalilah ke rumahmu maka aku akan mengirimkan dua dinar dibawah bantalmu setiap harinya, satu dinar Anda bisa membelanjakannya dan satu dinar lagi bisa Anda sedekahkan, dan ini lebih baik dan lebih berpahala daripada menebang pohon.”
Abid pun mulai ragu dan berbicara pada dirinya sendiri: “Benar apa katanya, satu dinar bisa saya belanjakan dan satunya lagi disedekahkan.” Akhirnya dia pun pergi dan tidak jadi melaksanakan tujuan intinya untuk menebang pohon.
Baca juga: Nasihat Ustadz Arifin Ilham Ini Bikin Netizen Menangis
Pada kemudian hari, setelah dia tidak menemukan dinar lagi di bawah bantalnya, dia pun bertekad lagi untuk kembali ke pohon tersebut untuk menebangnya. Sekali lagi di tempat yang sama, iblis muncul dan berkata: “Mau kemana kamu?!”
Abid berkata: “Aku ingin pergi menebang pohon itu.”
Iblis berkata: “Jangan bermimpi, kamu tidak akan bisa.”
Iblis dan Abid itu pun berkelahi lagi, dan kali ini iblis mengalahkan Abid dan membantingnya.
Abid berkata: “Lepaskanlah aku dan aku akan kembali, tapi katakan padaku sebelumnya, kenapa sebelumnya aku bisa mengalahkanmu, namun sekarang aku tak berdaya di hadapanmu.”
Iblis berkata: “Saat itu Anda marah karena Tuhan, karena itu Tuhan menyerahkanku kepadamu, dan barangsiapa melakukan sesuatu karena Tuhan, aku tidak akan mampu mengalahkannya, tapi kali ini Anda marah karena dunia dan dinar, sehingga saya bisa mengalahkan Anda.”
Kisah Hikmah Seorang Hamba yang Sejati
Pada zaman dahulu dikisahkan ada seorang yang baik hati pergi ke pasar untuk membeli seorang budak. Para penjual pun menawarkan beberapa budak kepadanya.
Dia pun bertanya kepada salah satu budak yang ditawarkan kepadanya: “Siapa namamu?” si budak menjawab: “Fulan”, kemudian orang baik hati itu berkata kepada penjual: “Saya tidak menyukai budak ini, carikan Saya budak lainnya” ketika dibawakan budak kepadanya, orang baik itu bertanya kepada budak: “Siapa namamu?”, si budak menjawab: “Nama apapun yang Anda suka”,
Kemudian orang baik itu bertanya: “Kamu makan apa?”, Budak menjawab: “Apapun yang Anda berikan”, kemudian dia bertanya lagi kepada si budak: “Baju apa yang kamu pakai?”, budak menjawab: “Baju apapun yang Anda berikan”, Selanjutnya dia bertanya lagi:”Apa yang bisa kamu kerjakan? “Budak menjawab:”Apapun yang Anda perintahkan”, orang itu bertanya lebih lanjut: “Kewenangan apa yang kamu miliki?” Budak menjawab: “Saya seorang hamba sahaya, hamba sahaya tidak punya kewenangan apa-apa” Calon tuan bagi si budak itu berkata: “Inilah hamba sahaya sejati, budak ini harus saya beli.”
Dari cerita diatas, dapat kita ambil hikmah bahwa hendaknya kita harus seperti budak ini ketika kita berhadapan dengan Tuhan Pencipta kita dan seluruh semesta alam ini.
Muliakanlah Tamumu, Maka Kemuliaan Akan Menghampirimu
Dikisahkan, ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah karena perilaku suaminya.
Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kelelahan.
Lalu wanita tersebut keluar meninggalkan Rasulullah dan tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasul saw.
Setelah beberapa waktu, Rasulullah pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasulullah bersabda kepada sang suami : “Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini.”
Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasulullah tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah.
Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat.
Dia lakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya.
Ketika Rasulullah akan pergi dari rumahnya setelah beliau mendapatkan kemuliaan dan merasa bahagia dengan keridhoan pasangan itu.
Rasulullah bersabda kepada suaminya :
“Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar.”
Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah.
Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya.
Maka Rasulullah bersabda : “Seperti itulah yang terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala’, bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu.”
“Maka inilah hikmah memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya.”
Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai ALLAH.
Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa.
Rumah yang di dalamnya turun rahmat dan berbagai keberkahan dari langit.
Rasulullah bersabda : “Jika ALLAH menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka ALLAH akan memberikan hadiah kepada mereka.
Para sahabat bertanya : “Hadiah apakah itu, ya Rasulullah……………?.”
Rasulullah bersabda : “Tamu akan menyebabkan turunnya rezeki untuk pemilik rumah dan menghapus dosa-dosau penghuni rumah.”
Rasulullah bersabda : “Rumah yang tidak dimasuki tamu (tidak ada tamu), maka Malaikat Rahmat tidak akan masuk ke dalamnya.”
Rasulullah bersabda : “Tamu adalah penunjuk jalan menuju Surga.”
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”
Marilah kita semua rela untuk menyediakan diri, menyediakan kasih sayang dengan cara saling berkunjung, bersilaturahmi menguatkan tali ukhuwah islamiyah antara sesama saudara muslim.
Edisi Maulid; Rahasia Besar Bershalawat Sebelum Berdoa
Tahukah Anda bahwa membaca shalawat sebelum berdoa pada Allah swt dapat mempengaruhi doa Anda? Dan tahukah Anda bahwa dengan bershalawat, kebutuhan dunia dan akhirat Anda akan terpenuhi? Mari kita simak kisah nyata di bawah ini!
Seorang laki-laki datang menghampiri Rasulullah saw kemudian ia berkata:
“Sepertiga shalawatku, aku berikan untukmu. Tidak hanya itu, setengah dari shalawatku, akanku berikan untukmu. Lebih dari itu, seluruh shalawatku, aku persembahkan untukmu.”
Rasulullah saw bersabda, “Jikalau begitu kebutuhan dunia dan akhiratmu telah terjamin.”
Abu Bashir bertanya, “Apa maksud dari kalimat ‘seluruh shalawatku, aku berikan untukmu’?”
“Yakni sebelum kamu berdoa pada Allah swt, engkau memulainya dengan bershalawat atas nabi. Serta sama sekali kamu tidak memohon apapun kepada Allah kecuali kamu harus bershalawat sebelumnya lalu setelah itu meminta sesuatu dari Allah.”
Dari sini kita mengetahui sebuah rahasia yang datang Baginda Nabi saw yang lebih tepatnya rahasia dari bershalawat.
Yang pertama adalah dengan bershalawat pada Baginda Nabi Muhammad saw, kebutuhan dunia dan akhiratmu akan terjamin.
Bukankah hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. kebutuhan dunia dan akirat kita akan dijamin oleh Allah swt. Dan hal ini bisa diraih ketika kita memulai doa dengan shalawat,
Allahumma shali ala Muhammad wa ali Muhammad.
Obrolan Rasulullah Dengan Petani Saleh
Suatu hari Rasulullah saw berjalan melewati sebuah ladang kebun . Lalu Nabi melihat seorang petani sedang bercocok tanam di kebun miliknya.
Rasulullah saw menghampirinya dan bersabda, “Wahai petani, apakah engkau ingin aku berikan kabar tentang menanam sebuah pohon yang akarnya kuat, buahnya banyak juga segar?”
“Silahkan wahai Rasulullah. Aku ingin mengetahui pohon tersebut” Jawab petani.
Rasulullah saw bersabda, “ketika subuh dan malam bacalah subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah wallahu akbar”
سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ
“Jika engkau membaca dzikir ini (dengan syarat-syaratnya dan hati ikhlas) maka untuk setiap dzikirnya, Allah swt menanam sebuah pohon yang mempunyai buah yang bermacam-macam dan pohon tersebut merupakan baqiyyatus solihat untuk dirimu.” Tambah Rasulullah.
Penjelasan Nabi saw masuk ke dalam hati sang petani dan ia menjadi begitu mencintai pahala ukhrawi kemudian berkata kepada Nabi,
“Aku bersumpah kepadamu, wahai Rasulullah! Aku akan mewakafkan kebunku ini untuk para faqir miskin dari muslimin.”
Dan Allah menurunkan ayat al-Quran untuknya;
فَأَمَّا مَنْ أَعْطى وَ اتَّقى (5) وَ صَدَّقَ بِالْحُسْنى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرى (7)[1]
“Maka barang siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).” (Surah Al-Lail, ayat 5-7)
[1] Terdapat riwayat juga yang menyatakan bahwa ada asbabun nuzul yang lain untuk ayat ini.
Hikmah; Pesan Sang Ayah Jelang Sakratul Maut
Menjelang sakratul maut, ada seorang ayah yang meminta anak-anaknya untuk berkumpul di sisinya. Sang ayah pun telah menyiapkan seikat ranting-ranting.
Kemudian sang ayah berkata pada anak yang paling tua, “Bisakah kamu mematahkan seikat ranting-ranting ini?”
Lalu sang anak pun mencoba mematahkannya akan tetapi ia tidak bisa. Setelah itu, sang ayah meminta anak-anaknya yang lain untuk mematahkannya. Namun mereka pun tidak mampu untuk mematahkan seikat ranting tersebut.
Setelah itu sang ayah membuka ikat ranting dan memberikan setiap anaknya satu ranting. Kemudian sang ayah meminta mereka mematahkan ranting tersebut. Pada akhirnya mereka mampu mematahkannya.
Kemudian sang ayah berpesan, “Wahai anak-anakku! Begitulah persatuan. Jika kalian Bersatu maka kalian akan menjadi kuat dan jika kalian bercerai berai maka kalian akan menjadi lemah dan mudah dipatahkan. Janganlah berpecah belah dan bersatulah!”