
کمالوندی
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (20-Habis)
Penelitan yang dilakukan menunjukkan krisis yang berkaitan dengan perempuan memiliki hubungan langsung dengan sistem nilai serta beragam model yang trend di tengah masyarakat.
Menurut keyakinan para psikolog, pola yang salah atau pilihan yang diberikan kepada perempuan mengarah pada absurdisme, konsumerisme, suka pamer dan persaingan dengan para pria, sehingga peran kemanusiaan dan pendidikan mereka tidak lagi diperhatikan. Di sisi lain, mengenal pola dan teladan yang berpengaruh dalam menentukan nasib manusia menjadi faktor efektif dalam proses pergerakan perempuan. Pilihan positif akan memberikan martabat dan kemuliaan kepada perempuan dan menjadikan usaha mereka di bidang sosial menjadi lebih bertujuan dan efektif.
Saat ini, Barat menganggap perlakuan mereka terhadap perempuan sebagai panutan bagi seluruh dunia, dan di mana perilaku ini tidak diterima, mereka menganggapnya sebagai kekejaman terhadap perempuan. Mereka membawa bendera perlindungan perempuan di seluruh dunia, sementara tidak ada peradaban seperti Barat yang menghancurkan martabat perempuan, sehingga dalam budaya Barat tidak ada rasa kesucian dan rasa malu.
Namun, menurut penelitian terbaru, banyak wanita di Eropa memeluk Islam. Meskipun tidak ada statistik resmi tentang jumlah mualaf di Eropa, lembaga-lembaga yang memantau populasi Muslim Eropa telah memperkirakan bahwa jumlah wanita Eropa yang masuk Islam meningkat setiap tahun. Para ahli mengatakan bahwa dalam tiga puluh tahun terakhir, agama Islam telah tumbuh secara dramatis di Eropa. Jadi, setelah Kekristenan, agama kedua Eropa sekarang adalah agama Islam.
Meskipun dunia modern telah membuat beberapa kemajuan dalam kesejahteraan dan mata pencaharian perempuan, namun Barat sebenarnya telah mengabaikan status manusia yang sebenarnya dari perempuan. Perempuan menginginkan masyarakat yang bebas dari kerusakan, kejahatan, mencari kebenaran, keselamatan diri dan meraih spiritual termasuk kebutuhan yang sangat penting. Inilah yang hilang di Eropa dan Barat. Faktanya adalah bahwa Islam adalah cara hidup yang layak dan berkelanjutan yang muncul sebagai keinginan alami dalam tubuh manusia dan menawarkan solusi yang tepat untuk beragam kebutuhan manusia. Islam tidak memaksakan pemikirannya pada orang lain. Pada saat yang sama, siapa pun yang mempelajari Islam tanpa prasangka, menerimanya dengan tangan terbuka, dan ini adalah ciri khas agama yang hidup dan dinamis.
Gagasan luhur Islam, dengan memperkenalkan pola-pola al-Quran, mencegah perempuan dari sikap ekstrem kiri dan kanan. Islam tidak melihat perempuan sebagai alat dan itu tidak layak bagi perempuan. Karena wanita adalah faktor penentu dalam pendidikan generasi manusia dengan kasih sayang danemosi yang besar. Pada saat yang sama, keadaan fisik dan emosional wanita semakin meningkatkan kerentanan mereka.
Mempertimbangkan fakta-fakta ini, perhatian pada sifat alami dan karakteristik perempuan menempatkan kepribadian mereka pada tingkat yang seimbang dan berkontribusi pada kemajuan dan kesuksesan mereka. Dalam program "Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran" kami telah menyebutkan model-model perempuan yang disebutkan dalam al-Quran. Apakah mereka yang dikenang karena perbuatan baik mereka dalam al-Quran dan mereka yang akhirnya menjadi contoh yang bersinar bagi orang lain.
Dari sisi meraih posisi tinggi manusia, satu-satunya parameter yang diperkenalkan al-Quran sebagai tolok ukur keutamaan manusia baik itu perempuan atau laki-laki adalah "iman dan perbuatan baik" yang berupaya mencapai "kehidupan yang baik" itu sendiri, yang mengarah pada perwujudan masyarakat yang saleh dan bebasdari dosa dan mengikuti hawa nafsu, kezaliman, kekejaman dankesombongan.
Oleh karena itu, jika dalam kitab suci kami Muslim, Nabi Muhammad Saw dan Ibrahim al-Khalil as bersama para sahabatnya ditetapkan sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang berharap akan rahmat Allah dan Hari Kiamat; mulai dari Asiah, istri Firauh dan Maryam putri Imran secara transparan telah diperkenalkan sebagai teladan bagi masyarakat mukmin dan perempuan lainnya yang dipuji oleh al-Quran, semuanya memiliki dua ciri khas "iman dan perbuatan baik" dan dapat menjadi teladan bagi semua manusia. Masalah ini dengan sendirinya menunjukkan agama Islam memberikan perhatian khusua bagi derajat perempuan dan peran khususnya di tengah masyarakat manusia dan di jalur keberuntungan di akhirat.
Setiap teladan yang memiliki keutamaan Qurani adalah contoh bagi semua manusia yang haus kesempurnaan, baik pria maupun perempuan. Pada hakikatnya, agama Islam menawarkan pola yang melambangkan manusia yang sempurna. Sayidah Fathimah as, putri Rasulullah Saw adalah contoh terkenal dari jenis manusia ini. Prospek hidupnya bukan hanya kisah sederhana seorang perempuan. Apa yang diwujudkan dalam kehidupan manusia transenden ini dalam menghadapi peristiwa luar biasa, yang seklipun terjadi berabad-abad sebelum zaman kita, tetapi sepanjang sejarah, bahkan di zaman kita, kejadian itu terjadi di seluruh dunia. Karenanya tetap segar dan memberi banyak pelajaran.
Tokoh-tokoh hebat memiliki gagasan yang luas dan konstruktif seiring berjalannya waktu merefleksikan gagasan ini. Saat ini, banyak orang yang percaya pada Islam mencari identitas sejati seorang perempuan pada Fathimah dan menjadikannya sebagai panutan baginya dengan cinta, iman dan keyakinan.
Fatima Anastasia Yezhova adalah seorang Muslim Rusia baru dengan dua nama. Anastasia dipilih oleh orang tua ortodoksnya, dan dia sendiri menambahkan Fatima. Setelah berkenalan dengan agama Islam, ia memilih kerudung dengan bijak dan penuh cinta. Dia menganggap Zahra sebagai panutannya dan semua perempuan.
Ia mengatakan, "Panutan Sayidah Fathimah al-Zahra berlaku untuk perempuan di segala usia, karakteristik mereka merupakan karakteristik dasar perempuan sejati, seperti menjadi istri yang penuh kasih dan baik yang selalu menarik suaminya dan ibu yang luar biasa yang mampu mendidik pahlawan dan manusia revolusioner. Di sisi lain, ada fitur seperti perhatian pada politik, keadilan dan kehidupan umat. Karena seorang perempuan yang minatnya terbatas pada masalah keluarga dan rumahnya tidak dapat membesarkan seorang putra seperti Husein. Jelas bahwa semangat kepahlawanan dan kemartiran ada di hati Sayidah Zahra as dan dia memberikan sinar cahaya kepada anak-anaknya."
Fatima menambahkan, "Model Sayidah Zahra juga dapat berguna dalam masyarakat non-Muslim saat ini. Pertama-tama kita harus berurusan dengan penyakit feminisme yang memandang laki-laki sebagai musuh perempuan. Ini sama merusaknya dengan ideologinya, yang mempromosikan pelecehan terhadap perempuan atas nama patriarki dan tidak ada hubungannya dengan Islam murni dan Syariah. Pria itu bukan musuh perempuan itu dan bukan lawannya. Pria itu bukanlah seseorang yang harus diatasi atau dinetralkan olehperempuan itu, tetapi pria itu adalah seorang teman, seorang istri dan seorang pemandu yang mendukung perempuan itu dan menjamin pemulihan hak-haknya, kepuasan hasrat alamiahnya, dan pengembangan bakat potensialnya. Ini adalah model yang ditetapkan oleh hukum Islam. Keluarga Sayidah Zahra as dan Imam Ali as adalah model cinta sejati, rasa hormat, pengertian dan persahabatan antara suami dan istri, sedangkan jalan Sayidah Zahra as menunjukkan kepada kita bahwa menjadi seorang istri dan ibu, menjadi penting dalam perjuangan untuk keadilan dan memainkan peran keadilan. Masyarakat dunia saat ini harus tahu bahwa sisi keperempuanan tidak menghina seorang perempuan. Kesucian dan martabat di depan umum tidak mempermalukan seorang perempuan. Memasak untuk menyenangkan keluarga perempuan itu tidak mempermalukan perempuan itu, dan ini adalah logika dan tantangan kita terhadap feminisme."
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (19)
Sebelumnya, kita telah membahas tentang kelahiran penuh kebahagiaan dan berkah Sayidah Fathimah Zahra as, ketika dimulai dari surat al-Kautsar yang berarti kebaikan yang banyak yang dianugerahkan Nabi Muhammad Saw. Pada kesempatan ini akan disampaikan ayat-ayat lain dari al-Quran yang berbicara tentang Sayidah Fathimah Zahra as.
Al-Quran dalam ayat 33 surat al-Ahzab yang dikenal dengan ayat "Tathir" mengatakan kepada Nabi Saw bahwa Ahlul Bait telah disucikan dari segala dosa dan kesalahan dan dengan demikian telah ditekankan derajat keterjagaan (Ishmah) dan kesucian mereka termasuk Sayidah Fathimah as. "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Sahabat Nabi Saw, pengikut dan cendekiawan Islam semua sepakat bahwa ayat Tathir telah diturunkan kepada lima orang, bahkan Ummu Salamah dan Aisyah yang telah menyaksikan wahyu dari ayat tersebut dan berharap untuk dimasukkan di dalamnya mengatakan bahwa ayat ini merujuk pada Nabi, Imam Ali, Sayidah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein.
Dikutip dari Ummu Salamah, istri Nabi, "Suatu hari Fathimah as memasak makanan dan membawanya kepada Nabi Saw. Hari itu Nabi di rumah saya. Karena Fathimah telah membawa makanan, Nabi berkata, 'Wahai cahaya mataku! Ajak Ali dan dua anakmu untuk makan bersama aku. Karena mereka sudah datang, semua memakan hidangan itu. Setelah itu Nabi melepaskan pakaian penutup gamisnya dan melebarkannya untuk diduduki mereka lalu berkata, 'Ya Allah! Mereka ini semua Ahlul Baitku. Karenanya, jauhkan mereka dari kekejian dan kekotoran lalu sucikan mereka.' Pada waktu itu ayat 33 surat al-Ahzab diturunkan. Setelah itu saya berkata, 'Wahai Rasulullah! Apakah saya juga bersama kalian?' Nabi berkata, 'Engkau tidak memiliki derajat Ahlul Baitku, tetapi engkau perempuan yang berpeilaku baik dan memiliki sifat yang baik."
Pada hakikatnya, ayat ini menggambarkan hakikat manusia sempurna yang telah melewati segala faktor materi dan mencapai derajat kesucian dan kesempurnaan yang tinggi. Mereka berhasil menarik kegembiraan Allah dan memanifestasikan inti kemanusiaan dalam dirinya. Mereka adalah penafsir hakiki wahyu Allah dan Ahlul Bait Nabi as. Imam Muhammad Baqir as berkata, "Ayat ini diturunkan tentang Rasulullah Saw, Ali as, Fathimah as, Hasan as dan Husein as." Dalam buku Ihqaq al-Haq telah menyinggung lebih dari 70 hadis dari sumber-sumber Ahli Sunnah tentang kekhususan ayat ini kepada lima orang, yakni Nabi, Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as. Sementara dalam buku Syawahid al-Tanzil menyebutkan lebih dari 130 hadis.
Dalam riwayat disebutkan bahwa setelah ayat Tathir diturunkan, Rasulullah untuk beberapa waktu ketika akan menunaikan shalat Subuh berdiri di depan pintu rumah Fathimah al-Zahra as dan meletakkan kedua tangannya di dua sisi bingkai pintu dan berkata, "Wahai Ahlul Bait! Semoga salam, rahmat dan berkah Allah kepada kalian. Bangkitlah untuk shalat. Saya memerangi orang yang memerangi kalian dan berdamai dengan mereka yang berdamai dengan kalian."
Satu lagi dari ayat-ayat al-Quran yang menyampaikan sisi spiritual, kesucian dan keagungan Fathimah as adalah ayat Mubahalah. Nabi Muhammad Saw dalam menjelaskan risalahnya dan menyampaikan pesan ilahi telah banyak menulis surat kepada raja-raja dan negara-negara atau mengirim utusan ke sana, sehingga suara kebenaran dan tauhid sampai ke seluruh dunia. Najran dengan 70 desa yang dimilikinya berada di perbatasan dengan Hijaz dan Yaman. Di awal munculnya Islam, daerah ini satu-satunya daerah di Hijaz yang ditinggali orang-orang Kristen. Warga daerah ini dulunya penyembah berhala dan kemudian memeluk agama Kristen.
Nabi Saw pada tahun 10 Hijrah menulis surat kepada Uskup Najran Abu Haritsah untuk mengajak kelompok ini memeluk agama Islam. Pada tahun 9 Hijrah, menyusul ajakan Nabi agar memeluk Islam, delegasi dari Kristen Najran mendatangi Najran dan berdebat dan berdialog dengan Nabi. Setiap kali Rasulullah memberikan jawaban yang tidak dapat dibantah, mereka tetap tidak mau beriman. Pada waktu itu, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk melakukan mubahalah dengan mereka. Yakni, kedua pihak membawa keluarga mereka dan dengan memohon kepada Allah agar siapa yang berbohong akan binasa.
Proses mubahalah termasuk kejadian sensitif dan penting dalam sejarah Islam. Hadir dalam peristiwa ini membutuhkan iman dan keyakinan khusus. Dalam doa dan permohonan ini, hak dan batil hanya akan menjadi jelas ketika mereka yang benar meyakini dengan kuat kebenaran dirinya dan tidak sedikitpun ada keraguan. Orang Kristen Najran menerima mubahalah. Tetapi ulama mereka memperingatkan bahwa bila Muhammad datang bersama kaumnya untuk bermubahalah, maka lakukan mubahalah dengannya, tetapi bila hanya keluarganya yang bersamanya, jangan bermubahalah dengannya. Karena ia tidak akan membahayakan Ahlul Baitnya, keculai nabi yang benar dan jujur.
Zamakhsyari, penulis tafsir al-Kassyaf menyebut ayat mubahalah sebagai ayat terkuat dalam mengargumentasikan keutamaan Ahlul Bait Nabi as dan mengomentarinya bahwa hari yang telah disepakati, ketika orang-orang Kristen menyaksikan Nabi dengan tenang dan teguh berjalan menuju mereka, sementara putrinya Fathimah yang merupakan bagian jiwanya, Ali, Hasan dan Husein as mengiringinya, segera mereka memahami kebenarannya dan membatalkan mubahalah.
Rasulullah memilih Fathimah dari sekian perempuan muslim dan menjadikannya bukti kebenaran dirinya dengan sendirinya menjadi bukti derajat Fathimah. Padahal Nabi dapat memilih perempuan lainnya untuk bersamanya. Di sisi lain, Sayidah Fathimah as menjadi teladan bagi seluruh perempuan jujur dan pencari kebenaran dalam sebuah peristiwa penting akidah-sosial, dimana mengikuti perempuan berani dan mulia ini dalam membela kebenaran dan hakikat menjadi kehadiran yang konstruktif.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang menyebabkan al-Quran memposisikan Fathimah dengan derajat tinggi ini, karena semua sifat mulia dan inti kemanusiaan termanifestasikan dalam dirinya. Disebutkan bahwa ketika Fathimah as berdiri melaksanakan shalat, di sekelilingnya ada cahaya dan ketika berbicara, ucapannya penuh dengan ilmu dan makrifat. Ketika Rasulullah Saw melaksanakan risalahnya, Fathimah selalu menyertainya bersama suaminya, Ali dan dengan kehadiran konstruktifnya mampu membuat hangat keluarga dan memperkokohnya. Fathimah pendidik anak-anak yang bebas, membangun sejarah dan pada saat yang sama, perempuan yang bertanggung jawab akan nasib masyarakatnya.
Fathimah adalah teladan tinggi seorang perempuan yang transenden, yang tidak mengorbankan satu dari dimensi kepribadiannya dan menunjukkan betapa perempuan memiliki kapasitas yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan. Fathimah adalah manusia sempurna dan tidak boleh menutup satu dari dimensi sosial-politik atau kemanusiaannya. Fathimah al-Zahra as berada di puncak keagunan manusia dan takwa, welas asih kepada semua perempuan di dunia dan mengajak mereka untuk melewati jalan dan gaya hidup ini.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (18)
Al-Quran sangat menganjurkan manusia untuk memperhatikan warisan sejarah kaum terdahulu dan dalam hal ini, membahas pribadi-pribadi menonjol lalu memperkenalkan mereka sesuai dengan bidangnya.
Artikel sebelum ini telah membawa kita mengenal sejumlah perempuan dalam al-Quran sebagai teladan qurani dan berhasil memperkenalkan kelebihan yang mereka miliki. Kita menghormati Maryam karena kesuciannya, takwa dan ibadahnya. Balqis, Ratu Saba' sebagai perempuan yang dikenal dengan kemampuan manajerial dan rasionalitasnya. Kami juga telah memperkenalkan beberapa perempuan yang semasa dengan Nabi Musa as di saat-saat yang sangat menentukan. Masih ingat akan keberanian Sarah mengikuti suaminya serta kesabaran dan istiqamah Hajar di hadapan kehendak ilahi.
Pada kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang seorang perempuan yang keagungannya dikarenakan memiliki semua sifat menonjol kemanusiaan. Dengan kata lain, kepribadiannya patut dipuji dan transenden di semua dimensi hidupnya. Sekalipun nama perempuan ini secara eksplisit tidak disebutkan dalam al-Quran, tetapi menurut pendapat mayoritas ahli tafsir dan ulama Islam, ada beberapa ayat al-Quran yang diturunkan mengenai dirinya. Usianya tidak panjang dan terbatas, tetapi sejarah kehidupannya memberikan poin baru, setiap kali kita mengkajinya. Perempuan ini adalah Fathimah as, putri suci dan mulia Rasulullah Saw.
Muhammad dan Khadijah adalah dua manusia teladan. Khadijah adalan perempuan yang benar-benar mengorbankan segalanya demi penyebaran tauhid dan agama Islam. Ia membantu Muhammad lewat hartanya dan membantu apa saja yang bisa dilakukannya untuk suaminya. Hasil dari pernikahan suci ini adalah dua putra bernama Abdullah dan Qasim dan empat putri; Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah dan Fathimah. Namun tidak berapa lama, dua putra Rasulullah meninggal dunia. Kehilangan dua putranya ini sangat membuat Muhammad dan Khadijah sedih dan menggembirakan musuh-musuh mereka. Karena menurut mereka, keturunan Nabi Saw telah terputus.
Setelah pengutusan Muhammad sebagai Rasulullah, beliau kembali kepada Khadijah setelah melewati ibadah selama 40 hari dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa Jibril memberi berita gembira bahwa Allah akan menganugerahkan seorang putri, dimana keturunannya penuh berkah dan suci. Allah Swt dengan segera akan menganugerahkan keturunanku lewat keberadaannya dan darinya akan muncul generasi yang menjadi Imam dan Khalifah Allah setelah terputusnya wahyu. Ketika Khadijah hamil, sejak itu pula ia merasa akrab dengan Fathimah yang berada dalam perutnya. Suatu hari Rasulullah memasuki kamar dan mendengar Khadijah sedang berbicara dengan seseorang. Beliau bertanya, "Wahai Khadijah! Engkau sedang berbicara dengan siapa?" Khadijah menjawab, "Anak yang berada dalam perutku berbicara denganku dan mengakrabiku serta membuatku merasa tenang."
Hari berlalu dan masa kelahiran anak yang dinanti ini semakin dekat. Waktu itu tidak ada perempuan Mekah yang akan membantu persalinan. Khadijah sangat sedih, tetapi tiba-tiba ada empat perempuan dengan tubuh tinggi memasuki ruangan. Ketika melihat mereka, Khadijah merasa takut. Seseorang dari mereka berkata, "Wahai Khadijah! Jangan bersedih. Kami diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu. Kami adalau saudarimu. Saya adalah Sarah. Perempuan yang duduk bersamamu di surga adalah Asiah binti Muzahim. Sementara yang satu ini adalah Maryam putri Imran dan yang itu adalah Kultsum, saudari Musa bin Imran. Allah mengutus kami kepadamu untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan di waktu seperti ini."
Ketika Fathimah lahir ke dunia, muncul cahaya terang benderang di langit yang tidak pernah disaksikan sebelum ini oleh para malaikat. Empat perempuan itu mengatakan, "Khadijah ambil anakmu yang berada dalam keadaan suci, disucikan dan penuh berkah dan Allah menjadikannya dan keturunannya berkah."
Berita kelahiran putri Nabi Muhammad Saw sampai ke semua tempat. 'Ash bin Wail yang merupakan musuh lama Nabi Saw yang menurut pandangan Jahiliah, menilai anak perempuan sebagai kehinaan, menyebut Muhammad sebagai Abtar yang berarti keturunannya terputus.
Pada waktu itu Allah menurunkan surat al-Kautsar dan Allah memberikan kabar gembira kepada utusan-Nya seperti ini, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."
Sejatinya, Allah menurunkan surat ini kepada Nabi Muhammad Saw sebagai hiburan kepada beliau, sekaligus menjelaskan satu hakikat bagi beliau dan bagi umat Islam. Karenanya Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak." Itu adalah hakikat agung, banyak dan terus bertambah.
Sebelum munculnya Islam, sejarah ditulis khusus untuk laki-laki dan pria menutupi kehidupan perempuan serta tidak memberi kesempatan kepada perempuan untuk memainkan peran. Keberadaan anak laki-laki dan pria dalam sebuah keluarga termasuk nilai dan memberi kebesaran tersendiri bagi keluarga tersebut. Laki-laki tidak memberi kesempatan kepada perempuan agar dapat mengaktualisasikan energinya yang tersimpan dan tersembunyi dalam dirinya. Di masa itu, perempuan hanya menjadi pemain peran pinggiran dan bagian dari laki-laki. Dalam perjalanan waktu, perempuan dipengaruhi masalah ini dan perlahan-lahan mereka tidak percara dirinya merupakan seorang perempuan yang independen.
Dengan kemunculan Islam dan keberadaan Sayidah Fathimah as serta peran yang dimainkannya dalam keluarga dan masyarakat berhasil menghancurkan kebiasaan ini. Sejak masih kecil, Fathimah telah menghapus pemikiran Jahiliah dan selalu bersama Nabi Saw dan menjadi pendukungnya ketika risalah dan tugas Nabi sedang sulit. Ia berhasil menunjukkan perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan dirinya dan peran keduanya berbeda sesuai dengan pribadi dalam dirinya dan elemen yang diperlukan dalam pertumbuhan dan kesempurnaan keduanya. Keduanya merupakan bagian dari penciptaan manusia dan tidak ada kelebihan satu dari keduanya. Karena keutamaan manusia bergerak pada makna akal, jiwa dan gerakannya, bukan pada jenis kelaminnya. Sekalipun Fathimah as tidak berusia panjang, tetapi berhasil menunjukkan hakikat ini dengan baik.
Sekaitan dengan tafsir surat al-Kautsar, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Berbeda dengan yang dibayangkan musuh yang suka menyalahkan, putri Nabi Saw penuh berkah dan wujud yang dermawan, menjadi sumber tetapnya nama, memori, agama dan ajaran Nabi Saw, sehingga tidak pernah ada anak yang menonjol dan agung seperti ini. Pertama, keturunannya ada sebelas Imam dan sebelas mentari penuh cahaya yang menyebarkan ajaran Islam ke dalam hati setiap manusia, menghidupkan kembali Islam, menjelaskan al-Quran, menyebarkan ajaran Islam, menghapus perubahan dan tahfir dari Islam dan menutup jalan untuk menyalahgunakan Islam.
Salah satu dari sebelas Imam ini adalah Husein bin ali as yang sesuai dengan riwayat dari Nabi Saw, 'Saya berasal dari Husein dan Husein adalah bahtera penyelamat dan cahaya hidayah.' Semua warisan penuh berkah yang ada dalam pribadi tersebut memunculkan syahadah dan kebangkitan dalam sejarah Islam, ia adalah satu dari keturunan Fathimah Zahra as. Bukan hanya ajaran Syiah yang menjadi imam terkenal Ahli Sunnah, baik lewat perantara atau langsung telah memanfaatkan limpahan ilmu mereka.
Kautsar atau kebaikan yang banyak ini setiap hari semakin terang dan menyebarkan keturunan Nabi Saw di seluruh dunia Islam. Sekarang ribuan, bahkan ratusan ribu keluarga turunan Nabi yang telah dikenal jelas yang berada di pelbagai dunia Islam menunjukkan keturunan beliau tetap bertahan bak ribuan peliat di dunia yang menjadi bukti keberadaan spiritual ajaran dan pribadi sucinya. Kautsar ini adalah Fathimah Zahra as. Salam Allah kepadanya, salam seluruh para nabi dan wali, malaikat dan segala ciptaan Allah kepadanya hingga Hari Kiamat."
Al-Quran dengan diturunkannya surat al-Kautsar tentang pribadi Sayidah Fathimah Zahra as berhasil memperkenalkan teladan kebaikan kepada dunia dan Fathimah sebagai anugerah yang tiada akhir pewaris keutamaan dan kebaikan akhlak Nabi Saw. Dalam surat ini, telah diperintahkan kepada Nabi Saw agar mengucapkan syukur kepada Allah karena diberikan Kautsar ilahi yang abadi ini. Di sisi lain, Allah Swt dengan perubahan ini berhasil mengeluarkan perempuan dari penghinaan, khurafat dan penyimpangan. Di balik kebaikan banyak Fathimah as, Ahlul Bait Rasulullah Saw bak mutiara yang dihormati manusia dan menjadi jalan, hidayah dan pembimbing mereka menuju kebahagiaan.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (17)
Salah satu perempuan penuh pengorbanan yang menyerahkan hidupnya demi melindungi dan mempromosikan nilai-nilai ilahi adalah istri Nabi Ayyub as.
Perempuan bagian dari penciptaan Allah yang luar biasa, sama seperti pria yang harus melewati jalur transenden dan kesempurnaan. Menurut pandangan Islam, perempuan yang berada di setiap masyarakat manusia yang sehat, memiliki kemampuan yang dibutuhkan dan mereka harus diberi kesempatan untuk bertanggung jawab dalam kemajuan sains, sosial, pembangunan dan mengelola dunia ini. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Tujuan penciptaan setiap manusia, baik itu perempuan atau laki-laki adalah sampai pada kesempurnaan insani dan memanfaatkan kebajikan lebih banyak demi menghiasi dirinya.
Kita mengetahui bahwa al-Quran, ketika membuat contoh dari manusia yang baik dan buruk, keduanya dipilih dari perempan. Karena Islam ingin menentang segala bentuk pemahaman yang salah dan tidak benar sepanjang sejarah tentang perempuan dan memperkenalkan posisi insani seorang perempuan. Islam ingin pertumbuhan pemikiran, ilmu, sosial, politik dan lebih dari semua itu pertumbuhan keutamaan dan spiritual perempuan mencapai batas tertinggi dan keberadaan perempuan bagi keluarga dan masyarakat insani sebagai satu anggota memiliki manfaat dan hasil terbaik.
Salah satu perempuan yang penuh pengorbanan yang berkorban dalam keluarga demi mempertahankan dan meninggikan nilai-nilai ilahi adalan Rahmah, istri Nabi Ayyub, putri dari Nabi Syu'aib. Ia menghadapi kondisi dan peristiwa paling sulit dalam hidupnya. Nabi Ayyub as salah satu nabi Allah yang mendapat ujian sulit. Beliau kehilangan semua orang-orang terdekat dan kekayaannya dan hanya dengan badan yang lemah dan sakit-sakitan dan istri yang suci dari keluarga nabi. Kesabaran menghadapi segala kesulitan dan kebersamaannya menjaga suaminya menjadi teladan kebaikan bagi semua manusia sepanjang sejarah.
Setiap kali suara munajat dan ucapan syukur Ayyub terdengar di telinga para malaikat, mereka memujinya dan mengingatnya sebagai hamba Allah terbaik. Setan tidak dapat melihat begitu saja keagungan seorang manusia dan segera menghadap Allah dan mengatakan, "Ya Allah! Syukur Ayyub menunjukkan ia tidak membutuhkan dan tidak ada yang dipikirkannya. Ia memiliki semua nikmat, juga seorang nabi dan memiliki harta dan kekayaan yang cukup, begitu pula anak-anak yang banyak dan istri yang penyayang. Bila Engkau menghilangkan nikmat-nikmatnya dan biarkan ia dalam cobaan yang berat, Engkau akan melihat betapa ia tidak akan mensyukuri-Mu seperti ini."
Terdengar suara, "Kami lebih mengetahui hamba Kami, tetapi Kami memberimu kesempatan, sehingga Ayyub teruji."
Hari itu, anak-anak Ayyub mendekati ayahnya dengan penuh kekhawatiran dan berkata, "Sepertinya ada api yang menyala di atas kehidupan ini. Semua menjadi musnah, bahkan untuk menyediakan makanan sehari-hari kita berada dalam kesulitan." Tanpa berkata apa-apa Ayyub dengan wajah yang tenah mengusap kepada mereka dan berkata, "Ya Allah, apa yang aku miliki hanyalah amanat dari-Mu dan saya akan tetap mensyukuri-Mu dalam segala keadaan. Bagaimana saya menjadi pensyukur nikmat-nikmat-Mu yang tidak ada batasnya, Apakah Engkau masih ragu?"
Setan yang kalan dalam ujian ini kembali berkata, "Ya Allah, beri kekuatan kepadaku untuk menguasasi anak-anak Ayyub, sehingga aku dapat membuktikan bahwa Ayyub bukan orang yang sabar." Beberapa hari berlalu, dua orang anaknya mendatangi Ayyub dengan perasaan tidak enak dan cemas. Ayyub bertanya, "Apa yang terjadi?" Apakah kalian ada kebutuhan?" Mereka menangis dan tidak bagaimana harus memulai pembicaraan. Pada akhirnya satu di antara mereka berkata, "Di kebun yang temboknya runtuh, semua anakmu meninggal." Ayyub meneteskan air mata, tetapi tidak berkata apapun. Setelah itu ia mengangkat kepalanya dengan sedih, tetapi penuh keikhlasan berkata, "Wahai yang Maha Pengasih, anak-anakku semuanya adalah nikmat-nikmat Engkau yang menjadi amanah dan diserahkan kepadaku. Ini kehendak-Mu yang mengambilnya sekaligus. Saya mensyukuri-Mu, karena saya tidak mampu mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang tidak terbatas."
Keikhlasan dan penghambaan Ayyub bagaikan palu godam yang menghantam kepala setan, tetapi ia telah bersumpah tidak akan meninggalkan walau sekejap pun untuk menggoda dan menipu manusia. Karenanya ia berusaha sekali dan berkata, "Ya Allah! Ayyub masih tetap bersyukur kepadamu karena menginginkan harta dan anaknya dikembalikan. Bila Engkau mengambil nikmat kesehatan dari Ayyub dan badannya menderita sakit yang sulit sembuh, Engkau akan melihat Ayyub tidak lagi bersyukur kepada-Mu."
Al-Quran
Ayub jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur dengan seluruh tubuhnya ada luka. Orang-orang mengira ia telah kehilangan status kedekatan ilahi dan memutuskan hubungan dengannya. Setan berpikir sudah mendekati tujuannya. Dia begitu gembira dan seperti lupa, tetapi dia mendengar suara Ayub yang samar dan lemah mengucapkan syukur kepada Allah, "Ya Tuhanku! Hamba Anda yang malang ini sebelumnya memiliki berkat kesehatan. Jika Anda mengambilnya kembali, saya mematuhi perintah Anda dengan jiwa saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih atas berkat hidup dan berkat iman yang telah Anda berikan kepada saya!"
Beberapa hari, bulan dan tahun berlalu, Ayub masih di tempat tidur sampai tubuhnya melemah dan wajahnya menjadi kurus dan kuning. Karena penyakitnya terus berlangsung, para sahabat dan temanya kemudian meninggalkannya. Hanya istri Ayyub yang setia tetap bersamanya dan merawatnya sampai nafas terakhir serta menjaga cahaya hidupnya tetap menyala. Rahmah dengan hati penuh kasih menjaganya dan memperkuat harapan dalam dirinya serta bersama suaminya dalam memuji dan bersyukur kepada Allah. Rahmah dengan segala peristiwa pahit yang dialaminya tetap mempertahankan imannya.
Pada saat ini, setan benar-benar marah dan tidak berdaya, lalu memanggil bantuan. Para sahabat setan berkata, "Sampai saat ini istri Ayub masih menjadi teman setianya. Apakah kalian dapat membuat Ayyub bertekuk lutut lewat istrinya?" Setan senang dan dirinya berubah menjadi seorang pria. Ia pergi ke istri Ayub dan, dengan kata-kata menipu, ia menyalakan api kesedihan yang tersimpan dan membuatnya putus asa dari belas kasihan Tuhan. Istri Ayub mendatangi suaminya dan berkata, "Berapa lama lagi Tuhan akan mengazabmu? Mengapa Dia tidak menghilangkan kesedihanmu? Kekayaan, anak-anak, masa muda dan martabatmu telah pergi ke mana?"
Ayyub menjawab, "Sesungguhnya setan telah menipumu."
Dengan marah istrinya berkata, "Mengapa engkau tidak mau memohon kepada Allah agar menghilangkan kesedihanmu dan memusnahkan cobaanmu?"
Ayyub berkata, "Berapa lama engkau hidup dalam nikmat dan hidup dengan penuh kejayaan?"
Ia menjawab, "80 tahun."
Ayyub bertanya, "Sekarang bertapa tahun engkau hidup dalam kesulitan?"
Rahmah, "Tujuh tahun."
Nabi Ayyub kemudian berkata, "Saya malu memohon kepada Allah agar menjauhkan kesulitan dari diriku, sementara masa nikmat dan kesulitan yang aku alami sangat jauh jaraknya. Bila aku dapat bangkit dari tempat tidur dan mendapatkan kembali kekuatanku, aku akan mencambukmu seratus kali."
Ayub ditinggalkan sendirian dan penyakitnya semakin memburuk. Suatu hari dengan berseru kepada Tuhan untuk meminta bantuan ia berkata, "Ya Tuhan, setan telah menyiksaku dengan azab, tetapi Engkau paling pengasih dari yang mengasihi." Dengan mengadukan setan, Ayyub meminta kepada Allah agar menghilangkan kejahatannya. Hal ini disampaikank etika Ayyub berhasil melewati ujiannya dengan hasil bagus dan menunjukkan mampu menghadapi godaan setan dengan sabar dan menanggung semua ujian dengan baik. Karenanya Allah mengabulkan doa Ayyub dan mewahyukan kepadanya, "Ayyub, hentakkan kakimu ke atas tanah. Mata air yang jernih akan muncul dan dengan air itu engkau dapat minum dan mandi. Kesehatan akan kembali dan begitu juga engkau akan menjadi muda."
Meskipun Ayub memerintahkan istrinya untuk meninggalkannya, tetapi istrinya tidak merasa terancam oleh kemarahan Ayub dan tidak melepaskan bayang-bayang kasih sayangnya dari diri suaminya serta memutuskan untuk merawatnya. Ketika kehancuran yang menimpa Ayyub kembali baik semua, ia benar-benar terkejut mendapati Ayyub sebagai seorang pemuda yang segar, sehat dan aktif sedang berada di kebun yang menghijau. Pada awalnya ia tidak mengenal Ayyub. Ia mulai menangis dan pemuda itu kemudian bertanya mengapa ia menangis. Rahmah menjawab, "Segalanya di sini sudah rusak dan hancur, dimana ada seorang pria yang terbaring sakit. Sekarang saya tidak tahu apa yang terjadi padanya. Pemuda itu berkata, "Saya adalah Ayyub yang berdoa kepada Allah dan Allah mengembalikan semua nikmat-nikmat kita."
Rahmah begitu gembira mendengar itu dan bersyukur kepada Allah. Tetapi Ayyub telah bersumpah akan menghukumnya. Waktu itu Allah berfirman, "Ambil kayu yang sangat tipis dan tumpukkan menjadi seratus dan sekali engkau pukulkan kepada istrimu dengan perlahan, sehingga janjimu tetap dilakukan. Dalam ayat 43 dan 44 surat Shad disebutkan, "Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)."
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (16)
Dalam artikel sebelumnya, kita telah membicarakan tentang pribadi Sayidah Khadijah as dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. Pada kesempatan kali ini, kita akan memasuki pembahasan tentang istri-istri Nabi Saw. Mereka yang disebutkan dalam al-Quran bahwa mereka tidak seperti perempuan lain dan memiliki kondisi dan hukum yang khusus. Tentu harus diingat bawa Nabi Saw tidak melakukan perbuatan ekstrim kiri dan kanan atau penyimpangan. Pernikahan yang dilakukannya atas perintah Allah.
Setelah kematian istrinya yang terhormat dan penuh pengorbanan, Sayidah Khadijah, Nabi Saw kemudian menikahi Saudah. Saudah pertama kali menikah dengan sepupunya, Sakran, dan bepergian bersamanya bersama dengan Muslim lainnya yang bermigrasi ke Habasyah untuk kedua kalinya. Sakran meninggal setelah kembali dari Habasyah di Mekah, meninggalkan Saudah yang sendirian dan tidak memiliki rumah. Setelah Sayidah Khadijah wafat, Rasulullah Saw kemudian menikahi Saudah. Saat itu, sesuai yang disebutkan dalam riwayat, Saudah berusia 50 tahun dan ia lebih banyak mengurusi anak-anak Nabi Muhammad Saw, sekalian mengurusi rumah.
Al-Quran
Salah satu istri Nabi Saw yang lain adalah Zainab, putri Jahsy. Kebiasaan pada waktu itu adalah bahwa para bangsawan dan pejabat tidak akan menikahi orang-orang yang "budak" atau "dibebaskan". Zainab adalah anak bibi atau sepupu Nabi Saw dan cucu Abdul Mutthalib. Gadis-gadis seperti itu adalah bangsawan, dan Zaid bin Harithah adalah budak yang telah dibebaskan dan putra angkat Nabi. Adat istiadat pada waktu itu tidak mengizinkan pemuda seperti itu untuk menikah.
Misi utama Nabi adalah untuk membimbing orang-orang ke jalan Tuhan dan untuk menghapus tradisi dan adat istiadat Jahiliah pada waktu itu. Nabi Muhammad secara pribadi pergi ke rumah putri bibinya dan memintanya untuk menikahi Zaid. Ketika Nabi menyampaikan masalah lamaran, pada mulanya Zainab dan saudara lelakinya berpikir bahwa Nabi menginginkannya sendiri dan mereka berdua puas, tetapi ketika mereka mengetahui bahwa beliau sedang meminta untuk Zaid bin Harithah, mereka dengan setuju dengan tidak suka hanya untuk tidak menolak upaya Nabi Saw yang berusaha menengahi pernikahan ini.
Dengan demikian, salah satu tradisi Jahiliah dan batil pada masa itu dibantah oleh pernikahan ini, dan orang-orang menyadari bahwa tidaklah salah bagi Islam untuk seorang bangsawan menikah dengan budak yang telah dibebaskan. Namun pernikahan itu tidak berlangsung lama dan berujung perceraian. Nabi Saw berulang kali melarang Zaid untuk menceraikan istrinya, tetapi keduanya gagal hidup bersama dan akhirnya berpisah. Perpisahan ini sangat berat bagi putri bibi Nabi karena lelaki yang diceraikannya itu tampaknya adalah budak yang dibebaskan, bukan lelaki yang mulia, meskipun secara spiritual Zaid memiliki derajat yang tinggi, tetapi secara lahiriah ia tampaknya adalah budak yang dibebaskan.
Di sisi lain, salah satu tradisi yang masih diwarisi dari masa Jahiliah adalah bahwa tidak ada yang berhak menikahi perempuan yang pernah menjadi istri dari putra angkatnya. Mereka menganggap anak angkat sama seperti putra asli. Sekarang Nabi Muhammad Saw harus menghapuskan kebiasaan ini juga. Beliau ditugaskan oleh Allah untuk membawa Zainab, sepupunya, dan istri yang telah diceraikan oleh putra angkatnya untuk menghapus kebiasaan palsu itu. Dengan perintah Allah, Nabi Saw kemudian menikahi Zainab dan dengan demikian kebiasaan itu untuk selamanya dibatalkan.
Al-Quran dalam surat al-Ahzab ayat 37 menyebutkan, "Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya."
Istri-istri Nabi diberi status khusus setelah menikah dengan utusan Allah, sehingga ketika Allah memberi kabar gembira bahwa masing-masing dari mereka yang tunduk kepada Tuhan dan utusan-Nya serta berbuat baik, ia akan menerima ganjaran ganda dan setiap orang yang melakukan tindakan buruk akan mendapat hukuman dua kali lipat juga. Al-Quran dalam ayat-ayat surat al-Tahrim menyebutkan para istri Nabi Saw dan menyalahkan dua dari mereka karena mengungkapkan rahasia yang telah dibagikan Nabi kepada mereka. Dalam ayat-ayat ini mengetengahkan pentingnya kerahasiaan dengan pasangan dan menjelaskan sifat-sifat yang layak dimiliki seorang perempuan muslim.
Nabi memperlakukan keluarga dan istri-istrinya sedemikian rupa sehingga mereka kadang-kadang berani terhadap beliau dan begitu congkak, sehingga mengungkapkan rahasia batinnya. Karena alasan ini, ayat-ayat al-Quran diturunkan dalam mengancam dan menegur mereka. (Surat al-Tahrim ayat 3 sampai 5) Setelah perang dengan suku Bani Quraizhah, dimana pasukan Islam mendapat banyak harta rampasan perang, Hafshah dan dan Aisyah mengolah gagasan kehidupan aristokrat dan mewah dan menuntut perhiasan dari Nabi.
Nabi Saw menolak dan berkata, "Saya adalah pemimpin Islam dan Muslimin. Hidup saya sangat sederhana dan biasa sehingga orang miskin dan orang yang tidak memiliki apa-apa tidak merasa rendah diri." Tetapi keduanya bersikeras pada keinginan mereka dan membuat Nabi memikirkan masalah ini. Nabi Saw menahan diri untuk tidak merespons dengan keras. Umar bin Khattab, ayah Hafshah dan Abu Bakar, ayah Aisyah, dengan keras mencela putri mereka.
Nabi tidak senang dengan perilaku ayah mereka dan meninggalkan tempat pertemuan. Setelah beberapa saat, Allah mewahyukan kepada Nabi Saw dalam ayat 28 dan 29 dari surat al-Ahzab, "
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar."
Dalam pandangan Nabi, keluarga adalah lembaga suci yang memberi empati pada pasangan. Dalam wahyunya, Nabi meminta laki-laki dan perempuan untuk berbuat seperti pakaian dan saling menutupi ketidaksempurnaan yang lain. Rasulullah juga merupakan contoh yang baik dalam tingkah lakunya dalam hal ini. Nabi, dengan keyakinan pada istrinya, mengungkapkan rahasia kepada salah satu dari mereka. Tetapi dengan terungkapnya rahasia itu lewat kerja sama dengan salah satu istri beliau yang lain, perbuatan itu sangat mengganggu jiwa Nabi.
Peristiwa ini memiliki efek negatif pada hati Nabi Saw) dan semangatnya yang besar bahwa Allah membelanya dan, meskipun cukup dalam kekuatannya, perlu ada pernyataan dukungan dari Jibril dan orang-orang beriman yang saleh serta para malaikat lainnya. Ceritanya adalah bahwa Nabi Saw mengatakan rahasia kepada salah satu istrinya (Hafshah) dan memerintahkan dia untuk tidak memberi tahu siapa pun. Tetapi Hafshah, bertentangan dengan perintah Nabi, mengatakan rahasia itu kepada yang lain dan mengungkapkan sebagian darinya.
"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"." (QS. Al-Tahrim: 3)
Pada ayat selanjutnya Allah berfirman, "Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula."
Menjaga rahasia bukan hanya salah satu sifat dari orang mukmin sejati, dimana setiap orang dengan kepribadian harus menjaga rahasia. Ini bahkan lebih penting dalam kehidupan keluarga, karena pasangan adalah pendukung pasangan lainnya dalam semua tahap kehidupan mereka, dan kepercayaan satu sama lain dapat menyelamatkan kapal kehidupan yang ramai hingga selamat ke pantai.
Namun, kedua perempuan itu mengabaikan status Nabi yang tinggi dan keagungan spiritualnya. Allah meminta mereka untuk bertobat dan mereka diingatkan bahwa jika mereka mau, mereka dapat dipisahkan dari utusan Tuhan. Karena sangat layak dalam privadi suci dan spiritual Nabi ada istri-istri yang memiliki keutamaan. Istri yang diperkenalkan Allah sebagai perempuan muslim, mukmin, taat, bertaubat, ahli ibadah dan berpuasa.
Bahkan, pada hakikatnya Allah di sini menggambarkan sifat-sifat perempuan yang layak agar perempuan dapat menghiasi dirinya dengan keutamaan-keutamaan ini, sehingga meraih kebahagiaan dan keselamatan.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (15)
Sayidah Khadijah as adalah seorang perempuan yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pribadi penuh pengorbanan. Mengkaji sejarah kehidupan Sayidah Khadijah as menunjukkan dirinya baik dalam periode Jahiliah dan setelah pengutusan nabi telah memiliki keutamaan akhlak dan kesempurnaan spiritual. Sekalipun namanya tidak disebutkan langsung dalam al-Quran, tapi banyak ayat al-Quran yang menyinggung dirinya.
Sayidah Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan Quraisy dan keluarga besar, memiliki martabat keluarga yang unik pada zamannya, dengan pemikiran panjang dan wawasan mendalam. Dia adalah wanita paling mulia dan terkaya di Quraisy, sehingga ketika karavan bisnisnya pergi ke kota Syam, biasanya seluruh karavan berbagai keluarga Quraisy sama banyak jumlahnya dengan yang dimiliki Sayidah Khadijah.
Karena itu, semua lelaki suku Quraisy ingin menikah dengannya, dan jika Khadijah menerimanya, ia akan memiliki kekayaan yang luar biasa. Tetapi ketika ia berkenalan dengan Muhammad al-Amin Saw bisnisnya dan melihat kualitasnya sangat berbeda dari orang-orang lain, ia pun melamarnya. Khadijah yang menolak para aristokrat dan para tokoh Hijaz, justru menyatakan keinginannya yang besar untuk menikahi Muhammad dan berkata, "Wahai Muhammad! Saya tertarik dengan Anda karena kemuliaan, amanah, akhlak yang baik dan kejujuranmu." Khadijah setelah menikah dengan Nabi Muhammad Saw menyerahkan seluruh harta dan budak-budaknya kepada beliau, sehingga dapat digunakan sesuai keinginannya.
Khadijah as adalah perempuan pertama yang menerima ajakan Nabi untuk menyembah Tuhan Yang Esa dan membenarkan ucapan dan perilaku sang pembawa pesan kebenaran dan hakikat dengan mengorbankan jiwa dan harta benda. Afif, seorang pengusaha terkenal mengatakan, "Ketika saya pergi ke Masjidul Haram, saya dikejutkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Saya melihat tiga orang membungkuk dan berdiri. Saya bertanya kepada Abbas tentang mereka. Ia mengatakan, 'Orang pertama adalah sepupu saya yang mengakui kenabian. Pria yang berada di belakangnya adalah Ali, anak pamannya dan perempuan itu adalah istri Muhammad, yakni Khadijah.' Selain mereka saya tidak tahu kalau ada yang memeluk agama ini." Ali as mendeskripsikan hari-hari itu, "Di hari-hari itu selain Rasulullah Saw dan Khadijah as, tidak ada yang memeluk Islam dan saya adalah orang ketiga. Saya menyaksikan cahaya wahyu dan merasakan aroma kenabian dengan penciuman batin."
Dalam kondisi paling sensitif dari kehidupan Nabi, Khadijah selalu berada di sisinya, baik ketika kehadirannya berada menjelang diturunkan wahyu atau ketika telah menjadi seorang Nabi, ia selalu bersamanya. Perempuan penuh pengorbanan ini mengetahui keagungan risalah Nabi, sehingga seluruh kemampuannya digunakan untuk mengkonsolidasikan dan memperluas Islam. Sejauh yang dikatakan Nabi Saw dalam konteks ini, "Islam tidak tegak kecuali dengan pedang Ali dan kekayaan Khadijah." Terlepas dari status sosial yang istimewa dan kekayaannya yang luar biasa, Khadijah tidak menunjukkan sikap sekecil apa pun terhadap Nabi, yang merupakan tanda keunggulan.
Sayidah Khadijah as adalah manifestasi dari kebaikan, kesucian dan kesempurnaan seorang wanita Muslim. Dia menunjukkan bahwa bahkan dalam lingkungan yang dekaden dan bodoh, seseorang dapat hidup dengan suci dan hidup sehat dan dapat menyibak tirai takhayul dan kebodohan. Pesan Khadijah adalah bahwa untuk mencapai kebahagiaan dan keberuntungan, seseorang harus memikirkan tujuan-tujuan penting dan menanggung kesulitan jalan. Ia menghangatkan kehidupan Rasul Allah dan menemaninya dalam kesulitan. Sayidah Khadijah telah bersama Nabi selama 25 tahun dalam periode paling kritis dari Islam dan memberikan semua miliknya kepada Nabi.
Menurut tradisi Islam, Nabi Saw menggunakan harta Khadijah untuk membantu membebaskan para pengutang, anak yatim dan orang miskin. Kedermawanan Khadijah begitu besar dan tulus sehingga Tuhan menghormatinya, dan menyebutkan pekerjaan Khadijah yang luar biasa ini menyebutnyadalam barisan nikmat-nikmat besar-Nya yang diberikan kepada hamba pilihannya, Muhammad. Dalam ayat 8 surat al-Dhuha Allah Swt berfirman, "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan." Yakni, harta Khadijah as adalah milik Allah dan pekerjaan Khadijah diterima di sisi Allah.
Wanita itu tidak hanya dirampas hak-haknya di hari-hari Jahiliah dan sebelum pengutusan Nabi, tetapi hidup dalam kondisi yang paling menyedihkan. Di beberapa suku mereka dikubur hidup-hidup sebagai aib. Khadijah, pada waktu itu, dengan menganut agama Islam, membuktikan bahwa seorang wanita tidak hanya memiliki hak untuk hidup dan harus mengklaim hak-haknya, tetapi ia dapat mencapai tahap yang dapat dilakukan oleh Nabi Saw dengan kebajikan dan usaha. Sayidah Khadijah termasuk salah satu dari empat wanita terpilih di alam semesta dan Tuhan telah berulang kali memberikan salam dan penekanan khusus lewat malaikat Jibril as.
Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw, "Malam ketika aku melakukan Mikraj dan ketika akan kembali, Jibril kembali menemuiku. Kepadanya aku berkata, "Wahai Jibril! Apakah engkau ada keperluan?" Jibril menjawab, "Keperluan saya untuk menyampaikan salam dari Allah kepada Khadijah as yang harus engkau sampaikan kepadanya. Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Jibril kepada Khadijah, dengan segera Khadijah menjawab, "Demikianlah Allah adalah Salam, dan Salam adalah keselamatan berasal dari-Nya dan Salam menuju kepada-Nya dan Salam kepada Jibril."
Keutamaan lain dari Sayidah Khadijah adalah posisi di surga yang dijanjikan kepadanya oleh Tuhan. Nabi Saw juga telah berulang kali memberi kabar gembira kepada Khadijah as dan mengatakan, "Di surga, Anda memiliki rumah di mana Anda tidak akan melihat penderitaan." Khadijah as dalam komunitasnya menjadi teladan perempuan yang unggul dan memiliki dampak signifikan pada pengembangan sifat-sifat manusia yang baik. Kedermawanan, martabat, pengorbanan, ketekunan, tinjauan ke masa depan, kebijaksanaan, perhatian pada yang membutuhkan, kasih sayang, dan ketekunan adalah di antara kebajikan-kebajikan baik yang menghiasi sejarah hidup wanita yang terkasih ini. Karena itulah, dia adalah mitra yang paling cocok untuk Nabi Muhammad. Tentu saja, Sayidah Khadijah memiliki peran penting dalam kehidupan Nabi Saw.
Pernikahan adalah perjanjian sakral dan sarana pertumbuhan dan transenden. Islam menekankan pembentukan lembaga yang berharga ini dan Nabi Saw tidak menemukan dasar yang lebih menguntungkan bagi Allah daripada pernikahan. Sambil mendesak orang untuk menikah, memberikan rasa aman kepada masyarakat dan berkontribusi pada kelangsungan hidup generasi yang bersih, ia menekankan mempertahankan dan memperkuat pusat keluarga.
Rasulullah Saw merekomendasikan agar pasangan menjaga lingkungan hidup yang hangat dan akrab. Karena keluarga adalah sekolah pertama yang membesarkan anak-anak yang sehat dan kompeten, salah satu keutamaan Khadijah adalah bahwa dia adalah ibu dari perempuan yang mulia dan terhormat seperti Fathimah. Kedua perempuan besar ini sangat dekat satu sama lain. Sebelum kelahirannya, Fathimah berbicara kepada ibunya dan ketika semua wanita Quraisy meninggalkan Khadijah sendirian, dia menghibur hatinya dan menghiburnya dalam kesulitan. Khadijah juga mencintai Fathimah karena dia sadar akan status putrinya.
Khadijah selalu mencintai Nabi dan tidak menyesal bahkan menikahi Muhammad Saw, bahkan selama masa-masa paling sulit (selama di Syi'ib Abi Talib). Nabi juga selalu setia kepada Khadijah, sehingga dia banyak menangis setelah kematian Khadijah. Sampai saat-saat terakhir hidupnya, dia selalu mengingat Khadijah dan selalu mengingat pengorbanannya untuk dirinya sendiri.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (14)
Salah satu pribadi perempuan yang berpengaruh dalam kehidupan Nabi Musa as adalah Shafura, putri Nabi Syu'aib as. Pada kesempatan ini kita akan mengulas kisah kehidupan Shafura, istri Nabi Musa as.
Nabi Musa as setelah pertumbuhan dan kedewasaan fisik, ia menjadi pria yang kuat. Suatu hari, tiba-tiba, ia mendengar seseorang berteriak minta tolong. Ia kemudian pergi mencari sumber suara dan melihat salah satu petugas Firaun sedang mengintimidasi manusia yang tidak punya tempat berlindung. Musa terlibat konflik ketika berusaha mendukung orang yang tertindas dengan petugas tiran itu dan memukul dengan tinjunya. Terkena pukulan Musa, orang itu mati seketika.
Nabi Musa as masih kecil (ilustrasi)
Setelah kejadian tersebut, banyak peristiwa yang terjadi pada Musa. Seperti ada seseorang dari titik terjauh dari kota mendatanginya dengan tergesa-tesa dan berkata bahwa kepala-kepala suku sedang bermusyawarah dan mereka ingin membunuhmu. Karenanya, engkau harus segera keluar dari kota. Musa yang menanti bakal terjadi hal yang seperti ini, merasa khawatir dan takut, sehingga ia terpaksa meninggal Mesir lalu pergi ke arah Madyan yang terletak di barat laut Arab Saudi.
Ketika Musa melihat bayangan kota dan pemandangan sekitar kota tersebut, ia mulai berharap dengan pertolongan Allah dapat menyiapkan kehidupan yang lebih aman buat dirinya. Al-Quran surat al-Qashash ayat 22 menyebutkan, "Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi), "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar."
Di sekitar kota, ada sebuah sumur atau sumber air, dimana beberapa gembala tengah sibum memberi minum kepada domba mereka, sementara di sisi lain, ia melihat dua anak perempuan gembala sedang menunggu sampai sumur itu sepi dari para gembala. Musa menemui keduanya dan dalam percakapan singkat ia memahami bahwa mereka adalah putri seorang tua bernama Syu'aib yang harus menunggu gembala terakhir menyelesaikan pekerjaannya karena ketidaktahuan mereka atau rasa malu pada gembala lainnya. Mendengar situasi yang dihadapi kedua gadis itu, Musa membawa kawanan domba mereka ke sumur dan membantu mereka memberi air domba mereka tanpa takut diganggu oleh para lelaki. Pekerjaan memberi minum kawanan domba telah selesai dan para gadis kembali ke rumah dengan gembira, sementara Musa beristirahat di bawah naungan pohon.
Al-Quran dalam ayat 23-24 surat al-Qashash menjelaskan peristiwa itu demikian, "Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya." Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."
Ketika ayah melihat dua anak gadisnya dengan penuh takjub bertanya, "Mengapa hari ini kalian cepat kembali?" Mereka menjawab, "Ada pria baik di dekat sumur yang membantu kami memberi minum domba-domba." Syu'aib as segera meminta Shafura, salah satu putrinya untuk pergi menemui Musa dan mengajaknya ke rumah. Allah dalam ayat 25 surat al-Qashash menjelaskan kejadian ini, "Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata, "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."
Nabi Musa as ditemukan (ilustrasi)
Waktu itu, seorang dari anak gadisnya (Shafura) berkata, "Wahai ayah! Pekerjakan orang ini untuk pekerjaan Anda karena dia adalah orang terbaik yang dapat Anda pilih untuk melakukan pekerjaan ini. Karena ia adalah orang yang cakap dan dapat dipercaya." Syu'aib kemudian berkata kepada Musa, "Saya ingin menikahkan kamu dengan salah satu dari dua putri saya, asalkan Anda bekerja untuk saya selama delapan tahun, dan jika Anda memperpanjang waktu itu menjadi sepuluh tahun, itu menunjukkan kebaikan Anda. Saya tidak ingin menyusahkan Anda."
Musa akhirnya menerima tawaran tersebut dan hidup dalam lingkungan spiritual yang sederhana dan penuh dengan spiritual sekaligu menjadi menantu Nabi Syu'aibas. Bukan saja ia memiliki seorang istri yang setia, dimana tetap bersama utusan Allah, ia juga belajar banyak hal dari Nabi Syu'aib as. Shafura bersama Musa ketika memutuskan untuk kembali ke Mesir dan sampai diangkat sebagai nabi. Ia selalu membantu suarinya dalam kondisi paling sulit sekalipun dan berhasil membuktikan perannya sebagai perempuan teladan dan sangat berperan.
Kisah ini menggambarkan kehadiran wanita yang berguna di luar rumah dan dalam konteks menjaga kehormatan dan berhijab. Para cendekiawan dan psikolog berpendapat bahwa sepanjang sejarah -seorang perempuan berdasarkan inspirasi bawaan untuk mempertahankan posisinya- ia telah berusaha menjauhkan diri dari jangkauan pria. Jilbab dan rasa malu, yang merupakan salah satu ciri alami perempuan telah menjadi cara penciptaan untuk melindungi esensi batin perempuan dan untuk mempertahankan statusnya dihadapan pria. Seorang perempuan terhormat dan bermartabat tidak akan memperlihatkan anggota tubuhnya kepada orang lain demi meningkatkan penghormatan kepadanya.
Pada prinsipnya, kesucian dan kehormatan adalah instrumen yang selalu digunakan oleh perempuan untuk mempertahankan status dan nilai mereka di depan pria. Jenis perilaku dan cara bersikap antara perempuan dan laki-laki di tengah masyarakat sangat penting. Rasa malu dalam berucap merupakan penekanan oleh Allah kepada istri-sitri Nabi Muhammad Saw, ketika berfirman, "... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik."
Meskipun yang disebutkan langsung oleh ayat ini adalah istri Nabi, itu tidak bisa dikatakan eksklusif bagi mereka, tetapi untuk semua perempuan Muslim. Rasa malu menuntut agar kualitas bicara sedemikian rupa sehingga tidak merangsang pria yang bukan muhrim. Oleh karena itu, para ahli hukum dan otoritas agama tidak mengizinkan perempuan berbicara kepada non muhrim atau menyampaikan suaranya sehingga merangsang non muhrim.
Nabi Musa as (ilustrasi)
Di sisi lain, perilaku dua putri Syu'aib menunjukkan bahwa interaksi sosial antara anak laki dan perempuan, perilaku, cara pandang, berpakaian dan percakapan mereka harus berlandaskan "rasa malu". Sebagaimana Allah ketika mendeskripsikan cara berjalan putri Syu'aib bagaimana ia berjalan dengan penuh martabat dan rasa malu. Karena cara bergerak, berbicara dan bagaimana berpakaian memiliki pesannya sendiri-sendiri. Dengan menjadikan kisah ini sebagai teladan, anak gadis hendaknya dalam berinteraksi dengan jenis kelamin berbeda, bila ia kemudian merasa menyukainya, hendaknya menyampaikannya kepada orang tuanya atau kepada konsultan yang dapat dipercaya, sehingga dapat memanfaatkan pengalaman ilmiah dan nyata mereka. Dengan begitu, sebelum melangkah ia dapat mengambil keputusan yang rasional.
Jika anak laki-laki dan perempuan mengajukan masalah ini dengan orang-orang yang berpengalaman, keluarga atau konsultan, dapat diharapkan untuk menghindari banyak hubungan yang tidak sehat. Poin lain adalah bahwa dalam hubungan dengan lawan jenis seseorang harus menghindari mata keranjang yang diungkapan dalam al-Quran dengan "Ghadd al-Bashar" yang berarti menundukkan pandangan.
Teladan yang disampaikan oleh al-Quran adalah anak laki-laki dan perempuan tidak memandang dengan cara pandang mata keranjang, penuh syahwat dan tidak terkontrol. Sebagaimana Nabi Musa as ketika bergerak menuju rumah Nabi Syu'aib berkata kepada putri Syu'aib, "Saya berjalan di depan dan engkau berjalan di belakang sambil memberi petunjuk." Shafura, putri Nabi Syu'aib yang kemudian menjadi istri Nabi Musa as menjadi teladan rasa malu dan bagaimana memilih suami yang baik. Al-Quran dalam kisah itu juga menyinggung tentang rasa malu. Pada hakikatnya, rasa malu dan menjaga kehormatan, khususnya bagi perempuan merupakan tanda iman, kesempurnaan dan kezaliman semangat menyembah Allah.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (13)
Ayat-ayat al-Quran yang indah memberikan pandangan yang jelas tentang laki-laki dan perempuan dan membatalkan semua kesalahpahaman. demi menjaga kesucian dan spiritualitas ini. Dalam hal ini, al-Quran menceritakan kisah-kisah indah dan nyata tentang perempuan.
Pada artikel sebelumnya, kita mengetahui bahwa ayat-ayat al-Quran menjelaskan wajah perempuan dan laki-laki tercerahkan dan transparan lalu membatalkan segala bentuk anggapan yang tidak benar. Perempuan dalam al-Quran adalah manusia pembuat sejarah dan manusia yang memiliki kepribadian penuh nilai spiritual dan suci serta dirinya sendiri ada pembela kesucian dan spiritual. Sekaitan dengan hal ini, al-Quran menjelaskan kisah-kisah indah dan nyata dari para perempuan agar manusia mengambil pelajaran dari mereka.
Kali ini kami bermaksud memperkenalkan beberapa perempuan yang mendapat teguran dan kecaman. Ummu Jamil, seorang dari perempuan ini. Ketika ada dakwah menuju kebenaran dan kebaikan, ia menyebarkan fitnah dan bekerja sama dengan suaminya di jalan kebatilan. Apa yang ingin dikaji dalam hal ini bukan kepribadiannya, tetapi ia menjadi simbol manusia yang rusak. Ia bangkit melawan kebenaran dan di akhir nasibnya ia harus menerima apa yang telah dilakukan selama ini. Menurut al-Quran, perempuan seperti laki-laki harus memanfaatkan substansi fitrahnya di jalan transenden dan mengaktualisasikan inovasi. Sekalipun ia memiliki kemandirian, pemikiran dan memilih nasibnya sendiri, tapi apa yang dihadapinya harus diterima oleh akal sehat dan rasio serta dapat membawanya pada kebahagiaan.
Nabi Muhammad Saw ketika berdakwah kepada masyarakat untuk memeluk Islam menghadapi segala kesulitan dan masalah. Segala peristiwa yang tidak diinginkan mengitarinya. Musyrikin dan para penyembah berhala tidak berdiam diri dan selalu berusaha untuk mengganggunya dan umat Islam. Dengan penuh kesabaran dan meminta bantuan Allah, beliau menanggung semua kesulitan ini, tetapi pada saat yang sama tidak meninggalkan sedikitpun kewajibannya mengemban risalah ilahi. Allah kemudian memerintahkan beliau untuk memulai dakwah secara terang-terangan kepada masyarakat.
Kewajiban itu membuat tanggung jawab Nabi Muhammad Saw menjadi lebih berat. Atmosfer kota Mekah sedemikian rupa bila seseorang menolak pemikiran buruk dan syirik orang-orang kafir, maka dengan segera masyarakat dimobilisasi dan diprovokasi untuk membencinya. Apalagi seseorang ingin berbicara secara terbuka tentang tauhid dan meninggalkan penyembahan berhala. Tetapi Nabi Muhammad tidak takut akan rintangan ini. Untuk tujuan ini, Gunung Saba, yang menghadap kota Mekah, dipilih karena undangan surgawi dan mengundang orang-orang ke tempat itu.
Dia kemudian menyatakan bahwa siapa pun yang ingin diselamatkan akan mengatakan bahwa Tuhan itu satu dan tidak ada Tuhan lain selain Dia. Kerumunan bertambah, dengan semua orang menyatakan ketidaksetujuan mereka. Para pemimpin penyembah berhala, termasuk Abu Lahab, paman Nabi, paling marah dan meremehkan serta mencemooh Nabi. Abu Lahab berbicara kepada Nabi dengan kalimat yang menjijikkan, "Semoga engkau mati. Berita penting apa yang membuat Anda mengumpulkan kami untuk mendengarnya? Bagaimana Anda membiarkan diri Anda menghina sesembahan kita? Kami mengenal Anda sebagai "Amin," tetapi lebih baik memanggil Anda "gila."
Sejumlah orang membuat pernyataan untuk mengecam persetujuan mereka dengan Abu Lahab dan menolak tindakan Nabi. Beberapa diam dan memprovokasi pikirannya lalu merujuk pada kebenaran di dalam hati mereka. Mereka membenarkan kata-kata Nabi, tetapi mereka tidak berani untuk mengambil tindakan.
Ummu Jamil, istri Abu Lahab, paman Nabi Muhammad Saw. Dia, bersama dengan suaminya dan bahkan lebih intens menentang Nabi. Sebenarnya, suami-istri ini adalah salah satu musuh paling keras dan ganas terhadap Nabi dan terus-menerus memancing orang lain untuk bermusuhan dengannya. Rumah mereka bersebelahan dengan Nabi. Setiap berita yang dia dengar tentang Nabi Muhammad, keponakan suaminya, ia akan memberi tahu orang-orang musyrik.
Ummu Jamil selanjutnya mendesak suaminya untuk lebih lanjut melecehkan Nabi. Dia bahkan telah mengubah nama Nabi dan ketika dia melihat Nabi, dia langsung berkata buruk dan menghina Nabi. Ummu Jamil biasa mengumpulkan banyak duri dari di padang pasir untuk mengganggu Nabi dan umat Islam lainnya, dan untuk mengangkut kayu bakar ke kota, ia mengikat mereka dengan pelepah kurma dan menggantungkannya di lehernya dan melemparkan duri di jalan Nabi agar kakinya terluka. Dia terus melakukannya sampai dia dikenal sebagai pembawa kayu.
Abu Lahab juga berkali-kali ketika melihat Nabi, melemparkan tanah dan kerikil padanya. Dia akan muncul di setiap tempat di mana Utusan Allah akan menyampaikan pesannya dan dengan bahasa kasar dan gerakan tidak sopan untuk mempengaruhi orang yang hadir, sehingga tidak ada yang akan mendengar pembicaraan beliau dan tidak hinggap di hati pendengar, seakan-akan mereka pasangan suami istri yang tidak punya target lain dalam kehidupannya.
Ummu Jamil menganggap dirinya sebagai keluarga bangsawan dan tidak menerima kesetaraan manusia yang disuarakan Islam. Karena penolakannya akan kebenaran dan berjuang serius untuk melawannya, ia akhirnya dikutuk secara abadi, sehingga namanya kotor dan selalu disalahkan karena bersimpati kepada iblis dan mematuhi hawa nafsu, sehingga Allah mencatatnya dalam surat al-Masad bersama suaminya, "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut."
Istri Abu Lahab bisa saja menerima kebenaran dan memainkan peran yang efektif dalam mengurangi kebencian Abu Lahab menghadapi kebenaran. Tetapi dia sendiri menjadi korban dari ketidaktahuan dan kesombongannya sendiri, dan pada hari kebangkitan dia akan masuk neraka seperti yang dia lakukan di dunia. Karena dia mencegah misi Nabi dengan mengumpulkan duri dan kayu bakar serta menganiaya Nabi dan menyulut kebencian orang lain. Benar, dia akan memasuki api yang telah dipersiapkannya sendiri.
Tidak diragukan lagi, merasa diri sebagai pusat yang paling penting bakal berakhir demikian. Al-Quran telah menyebutkan msalah ini terkait istri Luth dan Nuh. Meskipun mereka adalah istri dari nabi-nabi sejati, mereka gagal untuk memahami kebenaran dan spiritual suami mereka dan untuk mengejar jalan keselamatan sendiri.
Sangat penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan perempuan dari sudut pandang al-Quran. Karena al-Quran bukan hanya merujuk pada kisah dan cerita serta menjelaskan sejarah, tapi berusaha untuk menunjukkan cara hidup yang benar atau tidak perempuan setiap masyarakat dalam bentuk kisah sehingga perempuan dapat belajar dari pengalaman pendahulu mereka dan juga membangun karir mereka sendiri.
Karenanya, al-Quran menawarkan contoh-contoh untuk memajukan talenta perempuan sehingga mereka dapat berjalan di jalan kebahagiaan dengan keyakinan. Kitab Samawi ini untuk membimbing dan mendidik perempuan, dengan menceritakan kisah pahit dan manis perempuan dalam sejarah yang akrab dan di samping memberikan pujian pada aspek-aspek positif, juga mengecam penampakan negatif dari perilaku mereka, lalu meminta wanita untuk mengikuti pola yang baik dan mencontohkan mereka agar dapat mencegah mereka melewati jalan yang tidak benar.
Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (12)
Kesucian adalah salah satu kebajikan moral paling berharga dari manusia mana pun dan terutama representasi dari kebesaran moral dan pribadi perempuan. Namun, salah satu masalah umat manusia yang belum terpecahkan saat ini adalah adanya distorsi moral yang membahayakan kesehatan masyarakat dan pada saat yang sama mengabaikan pentingnya mereka. Nabi Muhammad Saw bersabda, "Perempuan kalian terbaik adalah perempuan yang suci."
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Perempuan kalian terbaik adalah perempuan yang suci." Dalam proses baiat Nabi dengan para perempuan Mekah, salah satu butir perjanjian itu adalah mereka harus menjaga kesucian dan kehormatan. Dapat dikatakan bahwa penekanan Nabi Saw kepada perempuan dikarenakan mereka memiliki kasih sayang dan emosi yang banyak serta badan yang lembut. Allah telah menciptakan mereka dengan emosi dan perasaan agar markas keluarga menjadi pangkalan yang kokoh. Karenanya, penting untuk memanfaatkan sumber yang suci dan utama ini di jalur yang benar dan berada di bawah kekuatan rasional.
Al-Quran menempatkan kehormatan dan kesucian pada keselamatan dan kesehatan masyarakat dan dalam urgensinya itu menceritakan kisah Nabi Yusuf as. Dalam cerita ini, seorang perempuan tertawan hawa nafsunya sendiri dan melintasi jalan batil, tetapi akibat diperlakukan dengan benar dan terukuroleh Nabi Yusuf as, ia tidak mencapai tujuannya.
Tentu saja, apa yang kami maksudkan dalam tulisan ini tidak semua yang dikatakan al-Quran tentang perempuan. Dalam al-Quran, posisi perempuan baik sama dengan posisi pria baik, tinggi dan transenden. Tetapi kitab ini menceritakan tentang orang berdosa, baik pria maupun perempuan, dengan cara yang berbeda sehingga setiap orang dapat belajar dan tidak tersesat.
Kisah teladan Zulaikha bersama dengan tata krama indah yang ditunjukkan dengan perilaku Nabi Yusuf as dituangkan dalam surat Yusuf yang disebut "kisah terbaik" atau "Ahsan al-Qashas".
Yusuf adalah anak Nabi Ya'qub as yang memiliki sifat-sifat akhlak, berwibawa dan beriman serta dicintai ayahnya. Tapi saudara-saudaranya iri kepadanya. Mereka mencari alasan ingin bermain dengannya dan kemudian melemparkannya ke sumur. Dengan demikian mereka berusaha menjauhkan ingatan ayahnya kepadanya. Karavan melewati sumur tempat Yusuf dimasukkan. Ketika mereka berusaha mengambil air dengan timba, Yusuf memegang tali timba dan ikut ke atas dan berhasil keluarg. Yusuf lalu dijual ke pasar sebagai budak. Gubernur Mesir yang tidak memiliki anak membelinya. Ia menyerahkan Yusuf kepada istrinya, Zulaikha. Yusuf tumbuh menjadi remaja di rumahnya dan Allah menganugerahkan ilmu dan hikmah kepadanya.
Zulaikha, istri gubernur Mesir menerima Yusuf sebagai anaknya dan mendidiknya, tapi ketika Yusuf melewati masa remaja dan mencapai usia balig, ia tampil dengan segala kesempurnaan seorang pria yang membuat Zulaikha menyukainya. Tubuh yang tinggi, dada yang bidang, wajah berseri dan tampan, malu dan menjaga kehormatannya, merupakan sebagian dari ciri-ciri Yusuf yang membuatnya tampil sebagai pria ideal bagi setiap perempuan. Zulaikha melihat ada permata mahal di dekatnya.
Awalnya, ia berusaha menarik perhatian Yusuf, tapi hati Yusuf hanya tertarik kepada Allah, sehingga tidak tempat bagi yang lain, apalagi kasih sayang Zulaikha. Pada akhirnya Zulaikha lelah menghadapi kondisi seperti ini dan suatu hari ia mengajak Yusuf ke tempat sepi dan dengan menutup pintu, sehingga tidak ada yang tahu bagaimana ia akan melaksanakan keinginan setan, tapi yang dihadapi adalah jawaban tegas Yusuf, sehingga segala harapannya putus dan segalanya pupus.
Ibadah paling utama adalah menjaga kehormatan
Ketika istri gubernur Mesir, Zulaikha telah menyiapkan semua kondisi bagi Yusuf untuk dapat menyeretnya ke arah dosa dan ketergelinciran dan tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri, Yusuf hanya mencukupkan dirinya dengan ucapan ini, "Ma'adzallah" saya berlindung kepada Allah! Dengan demikian, bantuan Allah dan keimanannya berhasil menolak keingingan tidak benar Zulaikha dan memahamkan kepadanya bahwa dirinya tidak akan menyerah dihadapan keinginan Zulaikha. Yusuf berhasil mengajarkan kepada semua bahwa dalam kondisi sulit dan krisis hanya ada satu jalan keselamatan dengan berlindung kepada Allah dari gangguan setan dan mereka yang bersifat setan, sehingga tidak ada beda baginya antara berada di keramaian atau kesunyian dan tidak ada satu pun yang dapat melawan kehendaknya.
Yusuf adalah seorang nabi Allah. Sekalipun ia telah melewati periode masa mudanya, tapi cahaya iman telah membuatnya sibuk dengan Allah dan wujudnya penuh dengan kecintaan kepada Allah. Tetapi Zulaikha tetap memaksakan jalannya.
Ayat 25-29 surat Yusuf menjelaskan peristiwa larinya Yusuf dan bagaimana ia dikejar Zulaikha berikut ini:
"Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?" Yusuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)", dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar". Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar".
Setelah mengkaji argumentasi dan bukti-bukti, pada akhirnya gubernur Mesir memahami pengkhianatan dan kebohongan ucapan istrinya. Tetapi ia masih khawatir jangan sampai kejadian ini diketahui orang banyak dan kehormatannya akan hilang. Karenanya ia melihat lebih maslahat bila peristiwa ini ditutupi. Ia mengatakan kepada Yusuf agar Tidak perlu memperpanjang masalah ini dan jangan mengatakan masalah ini kepada orang lain. Ia juga mengatakan kepada istrinya agar meminta ampun atas dosa yang dilakukannya, karena ia telah berbuat salah. Tapi sebaliknya dari yang diharapkan mereka yang tinggal di istana, masalah ini ternyata keluar dari istana dan seperti yang disebutkandalam ayat, "Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata".
Istri gubernur Mesir yang akhirnya mengetahui kalau para wanita Mesir tahu akan masalah yang terjadi, mulai mencari jalan keluar dan mengundang mereka dalam sebuah acara. Ia mempersiapkan tempat yang sesuai bagi mereka dan mengundang mereka untuk makan buah. Untuk itu ia mempersiapkan pisau buat setiap orang untuk mengupas buah. Setelah itu ia memerintahkan Yusuf untuk memasuki ruangan agar para wanita pejabat menyaksikan ketampanan Yusuf dan tidak lagi meledeknya.
Tapi para perempuan Mesir ketika memandang wajah Yusuf yang tampan begitu terkejut dan melihatnya sangat luar biasa dan tanpa sadar mereka bukannya mengupas buah, tapi memotong jarinya. Mereka mengatakan Allah Maha Suci dan ia bukan manusia, tapi malaikat! Istri gubernur Mesir akhirnya berhasil menunjukkan mengapa ia melakukan perbuatannya terhadap Yusuf kepada mereka. Di acara itu juga, Zulaikha mengungkap tabir yang terjadi selama ini dan mengakui perbuatannya. Ia berkata bahwa benar saya yang mengajaknya, tapi ia menahan diri dan menolak. Tanpa merasa malu ia menyatakan bahwa bila Yusuf tidak melakukan apa yang diperintahkannya, maka sudah pasti ia akan dijebloskan ke penjara dan selama di penjara ia akan terhina.
Ketika kondisi tidak menguntungkan Yusuf dari segala sisi, ia dengan penuh keberanian mengambil keputusan dan tanpa duduk bersama para wanita dan berbicara dengan mereka, ia menghadapi kepada Allah sambil bermunajat, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh".
Allah kemudian mengabulkan doa Yusuf dan mengembalikan makar dan tipuan para wanita itu kepada mereka dan akhirnya kesucian Yusuf terbukti dihadapan ketidaksucian istri gubernur Mesir.
Di sela-sela kisah ini banyak poin penting yang disampaikan dimana setiap poin tersebut memiliki pelajaran tersendiri. Tetapi apa yang harus menjadi perhatian adalah manusia dapat memilih untuk melangkah di jalur iman dan takwa, sehingga dapat mengontrol hawa nafsunya kemudian menata dan melewati kehidupannya seperti yang dilakukan Nabi Yusuf.
Kecenderungan dan hawa nafsu manusia bila tidak dikontrol dengan batasan-batasan, maka sebesar itu tidak dibatasi, maka sebesar itu pula dimensi kehewanan manusia menguat, sehingga manusia melupakan dimensi kemanusiaannya. Zulaikha pada awalnya seorang wanita yang kokoh dan kuat, tapi bukannya memikirkan nilai-nilai hakiki dan kemanusiaannya lalu mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengantarkannya ke jalan kesesatan. Tetapi kehendak Allah di akhir hidup Zulaikha berujung pada satu hal yang lain. Sesuai dengan catatan sejarah, Zulaikha setelah kematian suaminya dan Yusuf dipilih menduduki jabatannya, perlahan-lahan menjadi miskin dan perlahan-lahan kehilangan kecantikannya. Ia benar-benar tersiksa karena berpisah dari Yusuf dan berusaha mengisi hidupnya dengan kebaikan menutupi kesalahannya dan akhirnya menyembah Allah yang Esa.
Mengenal Satu Lagi Warisan Budaya Tak-Benda Iran, Dutar
21 Azar 1398 Hs bertepatan dengan 12 Desember 2019 Ketrampilan Pembuatan dan Memetik Dutar Iran, selama sidang ke-14 UNESCO di Kolombia dicatat sebagai warisan dunia. Berkas ini dua tahun silam juga telah dicatat di warisan budaya nasional Iran.
Nilai warisan budaya tak benda bukan saja tidak dibawah warisan budaya benda, bahkan warisan bentuk ini disebut sebagai faktor pencipta dan pemberi identitas budaya. Dengan demikian warisan ini sangat dibutuhkan untuk dilestarikan dan dijaga.
Warisan budaya takbenda (Intangible cultural heritage disingkat ICH) adalah praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, atau keterampilan, serta instrumen, objek, artefak, dan ruang budaya yang dianggap oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya suatu tempat. Warisan budaya tak-benda dianggap oleh Negara Anggota UNESCO dalam kaitannya dengan Warisan Dunia berwujud yang berfokus pada aspek-aspek budaya takbenda.
Dutar
Pada tahun 2001, UNESCO membuat survei antara Negara dan LSM untuk mencoba menyepakati definisi, dan Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda dirancang pada tahun 2003 untuk perlindungan dan promosinya.
Warisan budaya pada umumnya terdiri dari produk dan proses budaya yang dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa warisan itu mengambil bentuk kekayaan budaya, dibentuk oleh artefak berwujud seperti bangunan atau karya seni. Namun, banyak bagian budaya tidak berwujud, termasuk lagu, musik, tarian, drama, keterampilan, masakan, kerajinan tangan dan festival. Mereka adalah bentuk budaya yang dapat direkam tetapi tidak dapat disentuh atau disimpan dalam bentuk fisik, seperti di museum, tetapi hanya dialami melalui kendaraan yang mengekspresikannya. Kendaraan budaya ini disebut "Harta Manusia" oleh PBB .
Menurut Konvensi 2003 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, warisan budaya takbenda (ICH) atau warisan hidup adalah sumber utama keanekaragaman budaya umat manusia dan pemeliharaannya merupakan jaminan untuk kreativitas yang berkelanjutan. Ini didefinisikan sebagai berikut:
Warisan Budaya Takbenda berarti praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan - serta instrumen, objek, artefak, dan ruang budaya yang terkait dengannya - yang oleh masyarakat, kelompok, dan, dalam beberapa kasus, individu diakui sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Warisan budaya takbenda ini, ditransmisikan dari generasi ke generasi, terus-menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok sebagai tanggapan terhadap lingkungan mereka, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberi mereka rasa identitas dan kontinuitas, sehingga mendorong penghormatan terhadap keanekaragaman budaya dan kreativitas manusia. Untuk tujuan Konvensi ini, pertimbangan akan diberikan semata-mata pada warisan budaya takbenda yang kompatibel dengan instrumen hak asasi manusia internasional yang ada, serta dengan persyaratan saling menghormati di antara masyarakat, kelompok dan individu, dan pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, warisan budaya tak benda etnis Iran meski beragam dan berbeda di luarnya, namun seluruhnya memiliki akar bersama dan mendorong pertalian budaya di antara seluruh etnis di negara ini. Hal ini menjadi salah satu faktor bagi solidaritas rakyat negara ini sepanjang sejarah.
Salah satu warisan tak benda Iran adalah seni musik yang selama bertahun-tahun merefleksikan kekhawatiran, kesedihan dan kegembiraan, tuntutan dan harapan masyarakat. Sementara itu, para budayawan menjadi salah satu pelantun dan penyampai keinginan masyarakat. Apa yang tersisa dari warisan budaya tak benda bukan saja warisan besar nasional, tapi juga bagian yang bernilai tinggi bagi warisan budaya tak benda umat manusia.
Salah satu warisan budaya Iran yang baru saja dicatat sebagai warisan dunia UNESCO adalah dutar dan seni memetik dan pembuatannya. Dutar atau kecapi asia adalah salah satu alat musik Iran. Dari namanya dutar, alat ini memiliki dua senar. Permainan alat ini dengan memetik bukan dipukul.
Dutar memiliki sejarah panjang dan dapat disebut sebagai cikal bakal tanbor dan sitar. Di prasasti Ashkenian (Kekaisaran Parthia) ada gambar tanbor dan mengingat Ashkenian menyukai alat musik ini, dokumen ini membuktikan adanya dutar atau tanbor di era tersebut, yakni era milenium ketiga sebelum masehi hingga abad ketiga masehi.
Saat ini kisaran seni memetik dutar di Iran berada di utara Khorasan dan kota-kota seperti Quchan, Shirvan, Bojnurd, Esfarāyen, Dargaz dan Ashkhaneh. Sementara di selatan dan utara Khorasan mulai dari kota Torbat-e-Jam, Taybad, Neyshabur, Ferdows, Birjand, Bajestan, Bardaskan, Ghayen, Kashmar, Bakharz, Khaf, Sarakhs, Gonabad dan Sabzevar.
Sementara itu, gaya memetik dan permainan dutar etnis Turkman di timur laut termasuk Provinsi Golestan dan sebagian wilayah Aliabad-e-Katul serta sebagian wilayah Provinsi Mazandaran memiliki sedikit perbedaan dengan wilayah lain. Mengingat jenis dutar di wilayah geografi Iran dibagi menjadi dutar Khorasan, dutar Turkman dan dutar Mazandaran, maka cara memetik dan permainan alat musik ini juga memiliki gaya yang berbeda.
Dutar sebagai alat musik penting di budaya musik utara Khorasan senantiasa menjadi perhatian dan misi utama seni ini adalah menceritakan kisah dan nasehat dari generasi ke generasi. Penggunaan alat musik ini untuk mengiringi pembacaan kisah dan legenda sebuah pilihan cerdas oleh warga setempat, karena masyarakat selain mempertahankan seni ini juga dengan mudah memahami kisah dan nasehat yang ada.
Pembawa cerita dan kisah disebut Bakhshy. Di wilayah ini para pembawa kisah berbahas Turki sangat banyak dan ini karena bahasa serta logat warga setempat di Khorasan utara adalah Turki.
Salah satu bagian yang paling menarik dari instrumen ini, yang umum di sebagian besar bagian timur dan timur laut dari dataran tinggi Iran, adalah nada yang berbeda sesuai dengan selera instrumen tersebut. Sebagai contoh, setiap musisi memiliki kesempatan untuk memainkan lagu mereka sendiri pada instrumen dengan menggunakan nada khususnya.
Selama beberapa dekade terakhir dutar utara Khorasan memainkan peran penting dalam mengenalkan budaya kuno Iran kepada negara lain. Haj Ghorban Soleimani, salah satu musisi dan pemetik dutar yang selama hidupnya aktif mengenalkan budaya kuno ini ke dunia di berbagai festival internasional.
Soleimani dilahirkan pada tahun 1920 dari orang tua Turki di desa Aliabad (علیآباد) di bagian utara Qouchan di Iran timur laut. Ayahnya, Karbalaii Ramezan, seorang musisi ulung mengajarinya dotar sejak usia muda. Setelah kematian ayahnya, ia terus mempelajari dotar dan mencari pelajaran menyanyi dari penyanyi seperti Avaz Bakhshi, Gholamhossein Bakhshi Jafarabadi dan Mohammad Qeitaqi.
Pada awal usia dua puluhan, ia telah menguasai instrumen tradisional Iran, dotar, dan pada usia 21 ia menerima gelar 'Bakhshi' yang didambakan, yang diberikan kepada orang-orang dengan keunggulan musik di provinsi Khorasan.
Soleimani pernah berbicara tentang penghargaan; "Di wilayah Khorasan, 'Bakhshi' adalah gelar yang diberikan kepada seorang musisi yang sempurna. Dia harus bisa mengarang, menyanyi, bermain, membuat alat musik dan bahkan mengetahui cerita dan menceritakan kisah. Orang sulit menemukan seniman semacam itu akhir-akhir ini. "Soleimani bernyanyi dalam tiga bahasa yang digunakan di provinsi Khorasan, yaitu Persia, Turki.
Dutar memiliki banyak jenis dan variasi dalam konstruksi mereka. Dutar tidak memiliki ukuran yang tetap untuk menentukan rasio mangkuk dengan panjang bets. Untuk mempertahankan keasliannya, dobel harus dibuat tangan tanpa menggunakan alat khusus industri. Meskipun ini banyak pekerjaan, itu mempengaruhi kualitas suara pembicara. Dibutuhkan setidaknya tiga atau empat bulan dari awal membuat karya utama ke tangan seniman utama hingga mencapai suara aslinya dan dipercayakan kepada para musisi. Perpanjangan waktu disebabkan oleh kenyataan bahwa pada setiap langkah, kayu harus benar-benar kering sehingga tidak kehilangan bentuknya setelah pembuatan.
Sebelumnya Republik Islam Iran dengan 13 warisan budaya takbenda yang dicatat UNESCO menempati posisi ketujuh dunia dan empat Asia. Dan kini dengan diakuinya seni dutar di lembaga PBB ini, Iran memiliki 14 karya warisan budaya takbenda .