کمالوندی

کمالوندی

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, terhapusnya Israel berarti terhapusnya rezim buatan Zionis, dan berkuasanya pemerintahan terpilih para pemilik asli Palestina baik dari Islam, Kristen maupun Yahudi.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Jumat (15/11/2019) saat bertemu pajabat pemerintah Iran, para tamu peserta Konferensi Persatuan Islam, duta besar negara Muslim dan berbagai lapisan masyarakat menuturkan, musuh Islam, yang dipimpin Amerika Serikat menentang prinsip agama Islam dan semua negara Muslim.
 
Rahbar menambahkan, senjata utama mereka di kawasan adalah infiltrasi di pusat-pusat sensitif dan pusat pengambilan keputusan, menciptakan perpecahan di antara bangsa-bangsa, dan mengajukan opsi menyerah di hadapan Amerika sebagai solusi masalah. Jalan keluar untuk menghadapi konspirasi ini adalah penyadaran dan perlawanan di jalan kebenaran.
 
Ayatullah Khamenei menjelaskan tahapan-tahapan persatuan, tahap paling rendah dan paling awal dalam menyatukan Dunia Islam adalah menghindari saling serang dan saling pukul di antara masyarakat, pemerintah, kaum dan mazhab Islam, dan bersatu melawan musuh bersama.
 
Ia menerangkan, pada tahap yang lebih tinggi, negara-negara Muslim harus bersinergi di bidang ilmu pengetahuan, kekayaan, keamanan dan kekuatan politik demi mencapai peradaban baru Islam, dan tujuan Iran juga sama yaitu mencapai peradaban baru Islam.
 
Menurut Rahbar, musibah-musibah yang menimpa Dunia Islam termasuk pendudukan Palestina dan perang berdarah di Yaman, Asia Barat dan Afrika Utara diakibatkan oleh tidak adanya komitmen atas prinsip menghindari konflik, dan tidak adanya persatuan melawan musuh bersama.
 
"Hari ini musibah terbesar Dunia Islam adalah pendudukan Palestina, sebuah bangsa yang terasing dari rumah dan tanah airnya sendiri," imbuhnya.
 
Terkait upaya musuh menyimpangkan makna penegasan Imam Khomeini dan pejabat pemerintah Islam tentang penghapusan Israel, Rahbar mengatakan, kami adalah pendukung Palestina, kemerdekaan dan keselamatannya, penghapusan Israel bukan berarti penghapusan rakyat Yahudi, karena kami tidak mempermasalahkan mereka, di negara kamipun tinggal sekelompok warga Yahudi dalam keamanan penuh.
 
Ayatullah Khamenei menegaskan, rakyat Palestina baik Muslim, Kristen maupun Yahudi yang merupakan pemilik asli tanah air mereka, harus bisa memilih pemerintahannya sendiri, dan pihak asing, perusuh serta pengacau seperti Benjamin Netanyahu harus diusir, sehingga bangsa Palestina bisa mengelola negaranya sendiri, dan ini akan segera terwujud.
 
Rahbar menilai tanggung jawab para intelektual dan ulama Dunia Islam sangat penting dan mengatakan, kalian harus membela kebenaran dengan segenap kekuatan, jangan takut musuh, ketahuilah Dunia Islam dengan bantuan Ilahi tidak lama lagi akan menyaksikan cita-citanya terwujud. 

Jumat, 08 November 2019 19:29

Cara Al-Quran Mengajak Manusia Berbuat Baik

 

Sebenarnya perbuatan buruk itu dilakukan karena banyak waktu luang. Jika kita sibuk untuk berbuat baik, tidak ada waktu tersisa untuk melakukan hal-hal yang tercela.

Kualitas manusia dinilai dari perbuatannya. Wajah yang elok, kekayaan yang berlimpah dan jabatan tinggi tidak sedikitpun menambah kemuliaan seseorang di mata Allah. Ketenangan hati seseorang juga bergantung pada amal perbuatannya. Karena itu, Allah memberi perhatian lebih pada perintah untuk berbuat baik. Bahkan, Allah mempunyai cara yang indah untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik. Sampai tak ada lagi alasan seseorang untuk tidak berbuat baik.

Bagaimana cara Allah mengajak manusia berbuat baik?

Sebenarnya perbuatan buruk itu dilakukan karena banyak waktu luang. Jika kita sibuk untuk berbuat baik, tidak ada waktu tersisa untuk melakukan hal-hal yang tercela. Munculnya fitnah, mencari kesalahan orang lain, saling menjatuhkan satu sama lainnya, serta berbagai konflik yang terjadi adalah karena tidak ada motivasi untuk berbuat baik. Mari kita lihat, bagaimana cara Al-Qur’an sebagai Kitab Motivasi terbaik mengajak kita untuk selalu berbuat baik.

1. Ingat kebaikan yang kita terima dari Allah!

وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu” 

(Al-Qashas: 77)

Cara pertama, Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat, bahwa setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita.

Sejak mata ini terbuka di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar, kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian yang mustahil dapat kita hitung.

“Jika tidak ada perintah atau larangan dari Allah, kita tetap wajib untuk menyembahnya sebagai rasa syukur atas apa yang telah Allah berikan, begitulah kata mutiara dari Imam Ali bin Abi tholib.”

اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ

“Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku Berikan kepadamu” (Al-Baqarah: 122)

Sayangnya, manusia sering melupakan kebaikan yang selalu Allah berikan padanya dan benar-benar mengingkari atas segala kenikmatan yang ia dapati secara gratis. Dalam Hadist Qudsi, Allah berfirman:

“Aku yang Menciptakan tapi kau menyembah selain-Ku. Aku yang selalu meberi (kebaikan) kepadamu namun kau berterima kasih pada selain-Ku. Kebaikan-Ku selalu turun kepadamu, sementara keburukanmu selalu naik kepada-Ku.”

Cara efektif untuk mencegah diri dari perbuatan buruk adalah dengan banyak bersyukur dan mengingat kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita renungkan berapa banyak kebaikan yang telah kita terima setiap hari. Kita ingat satu demi satu nikmat yang takkan mampu kita syukuri selamanya.

Coba bayangkan, di saat membuka mata esok hari, tiba-tiba pemberian Allah telah dicabut. Mata kita tak bisa melihat lagi, ingatan seketika hilang dan tubuh pun tak dapat digerakkan.

Jika kita sering merenungkan kenikmatan ini, masihkah kita bernafsu untuk menyakiti orang lain? Bukankah kita sering melihat seorang yang sehat di sore harinya tiba-tiba lumpuh pada keesokan harinya?

2. Kebaikan itu berada dengan keburukan

Cara kedua, Allah menekankan bahwa kebaikan itu jauh berbeda dengan keburukan. Sekecil apapun kebaikan itu, tetaplah jauh di atas keburukan. Seperti dalam Firman-Nya:

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik” (Fussilat: 34)

Walau terkadang keburukan itu tampak indah di mata, begitu menarik hati, tetaplah kebaikan jauh lebih baik. Bahkan kebaikan sekecil apapun tetaplah kebaikan dan keburukan sebanyak apapun tetaplah buruk.

قُل لاَّ يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu” (Al-Ma’idah: 100)

3. Allah menjanjikan balasan yang lebih besar

Cara ketiga, Kita tidak hanya disuruh untuk mengingat kebaikan Allah dan meyakini: bahwa kebaikan tidak sama dengan keburukan tapi Allah juga menjanjikan sesuatu untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Qashas: 84)

Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan kalimat “lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu membayangkannya.

4. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda!

Suatu hari ketika turun firman Allah,

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” (Al-Qashas: 84)

Rasulullah berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.

Rasul meminta tambahan untuk umatnya agar mendapat balasan yang lebih banyak ketika berbuat kebaikan. Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan firman-Nya:

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Al-An’am: 160)

Rasulullah berdoa kembali, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.

Allah mengabulkannya lagi dengan firman-Nya,

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً

“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah Melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.” (Al-Baqarah: 245)

Mendengar ayat ini Rasulullah merasa cukup dan berkomentar bahwa “banyak” di sisi Allah tidak terbatas dan tidak dapat dihitung lagi.

5. Orang yang berbuat baik adalah kekasih Allah!

Cara kelima, jika balasan yang berlipat itu belum cukup, Allah punya janji lain yang lebih agung dari balasan kebaikan yang berlipat ganda. Seorang yang mau berbuat baik, Allah akan jadikan dia kekasih-Nya. Sesuai firman-Nya,

وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah: 195)

Budak mana yang tidak ingin dicintai oleh Tuhannya? Hamba mana yang tidak ingin menjadi kekasih Tuhan-Nya?

Layaknya seorang kekasih, pasti dia akan menyayangi, melindungi dan membahagiakan kekasihnya. Maha Suci Allah dari segala contoh. Namun kali ini kita tidak lagi membicarakan tentang bilangan ganjaran Allah atas perbuatan baik menusia. Lebih dari itu, perbuatan baik kita lakukan bisa mengantarkan kita menuju maqamkekasih-Nya.

6. Allah bersama orang-orang yang berbuat baik!

Cara keenam, kekasih mungkin tak selalu bersama. Bagi seorang yang mau berbuat baik, Allah menjanjikan posisi yang lebih tinggi dari seorang kekasih. Allah berjanji kepada seorang yang selalu berbuat baik bahwa Allah selalu menyertainya. Allah selalu bersamanya.

وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-Ankabut: 69)

Selalu bersama Allah adalah posisi yang amat agung di atas orang yang dicintai Allah. Lihatlah ketika Musa diperintahkan untuk pergi menghadapi Fir’aun. Nabi Musa merasa khawatir saat akan menghadapi Fir’aun karena dia adalah raja yang terkenal dengan kebengisannya.

Musa sangat mengetahui kejahatan dan kebengisan Fir’aun karena dia tinggal bersamanya sejak kecil. Namun kekhawatiran itu segera sirna karena Allah berjanji akan selalu bersama Musa. Fir’aun yang kejam itu tampak lebih kecil  jika Allah menyertai hamba-Nya.

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Dia (Allah) Berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku Mendengar dan Melihat.”(Thaha: 46)

Sama halnya ketika Bani Israil takut pasukan Fir’aun dapat menyusul mereka ketika telah sampai di depan lautan.

Nabi Musa menenangkan mereka dengan berkata,

قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhan-ku bersamaku, Dia akan Memberi petunjuk kepadaku.” (As-Syuara: 62)

Bersama Allah adalah posisi yang amat tinggi. Bukankah ketika Rasulullah saw berada di gua dalam keadaan genting, beliau selalu tenang karena Allah selalu bersamanya?

لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

“Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (At-Taubah: 40)

7. Allah menjanjikan kabar gembira!

Cara ketujuh, pada puncaknya Allah swt memberikan kebar gembira kepada mereka yang selalu berbuat baik. Jika kita telah menerima kabar baik dari Allah, Tidak ada lagi yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan.

وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Hajj: 37)

Orang semacam ini sudah berada di surga sebelum mereka memasuki surga. Karena hati mereka selalu gembira, tak pernah gelisah dan takut. Karena hati itu selalu dipenuhi dengan kabar gembira dari Allah swt.

Apakah semua janji Allah ini hanya untuk di Alam Akhirat?

Islam tidak datang hanya untuk menjanjikan balasan di akhirat. Islam datang untuk menata kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang berbuat baik akan dibalas oleh Allah di dunia sebelum nanti di akhirat.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Di dalam ayat itu Allah jelas menjanjikan balasan di dunia dengan kehidupan yang baik di dunia sebelum balasan yang lebih besar di akhirat. Memang kita selalu menghitung kebaikan Allah dengan hitungan materi. Padahal banyak pemberian Allah yang lebih mahal dari itu.

Ada seorang selama 40 tahun selalu berdoa untuk diberi kekayaan namun tidak juga terkabul. Sebenarnya bukan karena Allah tidak ingin mengabulkan sesuatu yang baik untuk hambanya. Seperti seorang ibu yang tidak memberi makanan tertentu pada anaknya yang sedang sakit, bukan karena tidak sayang namun karena ibunya tau makanan itu akan membuat anaknya semakin sakit.

Saat kita berdoa meminta sesuatu seperti harta dari Allah, kita merasa doa itu tidak terkabul karena harta yang kita minta tak kunjung datang. Padahal, bisa saja doa itu Allah kabulkan dengan kebaikan-kebaikan lainnya seperti menghindarkan bahaya dari kita.

Andai Allah memberikan apa yang kita minta sementara bencana itu tetap datang, maka semua harta yang kita miliki akan habis tak bersisa. Bahkan kita bisa lebih sengsara karena bencana tersebut.

Berbagai bencana yang Allah hindarkan ini tidak pernah masuk dalam logika materi kita. Padahal itu lebih mahal dari sekedar harta.

Padahal yang kita dapat di dunia adalah berupa kemudahan dalam setiap urusan, kesehatan, harta dan hal-hal yang mungkin tak pernah kita sadari bahwa itu adalah hasil dari kebaikan kita.

8. Kebaikan itu untuk diri kita sendiri

Cara kedelapan, ini adalah cara terakhir yang membuat seseorang tidak bisa mencari alasan lagi untuk tidak berbuat baik.

Seorang yang berakal pasti mencintai dirinya. Seorang yang mencintai dirinya pasti ingin selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain juga akan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Kebaikan yang kita berikan akan kembali pada diri kita sendiri.

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS.Al-Isra’: 7)

Untuk mengakhiri kajian ini, ada hal yang unik di dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas. Dalam ayat-ayat itu Allah selalu menyebutkan “siapa yang datang dengan membawa kebaikan maka..”, seperti ayat berikut,

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (al-An’am: 160)

Ayat-ayat itu sering menggunakan kata (مَنْ جَاءَ) “siapa yang datang” bukan “siapa yang melakukan kebaikan..”.Mengapa demikian?

Karena kebaikan yang kita lakukan bisa saja habis sebelum kita bertemu dengan Allah swt. Berapa banyak kebaikan yang kita lakukan terbakar sia-sia oleh dosa-dosa?

Siapa yang datang membawa kebaikan adalah siapa yang bisa menjaga kebaikannya agar tidak hangus terbakar oleh dosa-dosa selama di dunia, maka dia layak mendapat ganjarannya di dunia maupun di akhirat kelak.

Sering kita membangun surga dengan dzikir, beramal, berpuasa ataupun bersedekah. Namun semua itu kita hancurkan dalam sekejap dengan mengungkit-ngungkit atau menyakiti hati orang yang menerima. Oleh karenanya, jagalah kebaikan itu agar tetap hidup hingga kita datang kepada Allah swt dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kebaikan-kebaikan benih yang kita tanam. Kita tidak cukup hanya menabur benih dan menunggu hasilnya. Benih itu perlu disiram, dijaga dan diberi pupuk agar tumbuh dan berubah. Begitu pula perbuatan baik. Tak cukup hanya beramal, kita harus menjaga perbuatan itu dimulai dari,

Niatnya
Cara melakukannya (sesuai dengan ketentuan Allah)
Menjaganya dari Riya’, ujub, mengungkit-ungkit atau menyakiti orang lain.
Jangan sampai amal yang kita lakukan habis tak bersisa seperti firman Allah swt,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” (al-Baqarah: 264)

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang bertentangan.” (al-Furqan: 23).

Sumber: Buku “25 Hidangan dari Al-Quran”

Jumat, 08 November 2019 19:28

3 Tips Al-Qur’an agar Doa Cepat Terkabul

 

Dalam Surat Al-Anbiya’, kita akan temukan beberapa doa para nabi yang dikabulkan oleh Allah swt. Dan pada bagian akhir nanti, kita akan menyimak apa rahasia doa mereka cepat dikabulkan.

Berikut ini adalah doa-doa para nabi yang dikabulkan dalam Surat Al-Anbiya’:

1. Doa Nabi Ayyub as

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ – فَاسْتَجَبْنَا لَهُ

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “(Ya Tuhan-ku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” Maka Kami Kabulkan (doa)nya…” (QS.al-Anbiya’:83-84)

2. Doa Nabi Yunus as

وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ – فَاسْتَجَبْنَا لَهُ

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap “Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami Kabulkan (doa)nya. (QS.al-Anbiya’:87-88)  

3. Doa Nabi Zakaria as

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ – فَاسْتَجَبْنَا لَهُ

Dan (ingatlah kisah) Zakariyya, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “Ya Tuhan-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah Ahli waris yang terbaik.” Maka Kami Kabulkan (doa)nya… (QS.al-Anbiya’:89-90)  

Setelah menyebutkan doa-doa nabi yang dikabulkan, Allah menceritakan rahasia dikabulkannya doa mereka. Allah berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS.al-Anbiya’:90)

Ada 3 rahasia agar doa cepat dikabulkan, yaitu :

1. Bersegera dalam mengerjakan kebaikan.

2. Berdoa dengan penuh harap dan cemas.

3. Dan khusyuk ketika menghadap Allah swt.

Jika kita ingin doa-doa kita dikabulkan, maka lakukan 3 tips Al-Qur’an diatas. Semoga bermanfaat !

Jumat, 08 November 2019 19:28

Makna dari Ucapan "Insya Allah"

 

“Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki.” (Qs A’la [87]: 6)

Makna frase insya Allah adalah jika Allah menghendaki. Seseorang yang mengucapkan kalimat ini meyakini bahwa terdapat iradah di atas iradahnya sendiri artinya, jika Ia tidak menghendaki sesuatu maka tidak ada sesuatu yang bisa terjadi.

Dalam sebagian perkara, kalimat “Insya Allah” merupakan bentuk mengambil berkah dan orang-orang selalu mengucapkan “Insya Allah’ dan “Masya Allah”.

Al-Quran berdasarkan ayat

«لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرامَ إِنْ شاءَ اللهُ آمِنِینَ»


“Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman” (Qs Al-Fath [48]: 27)

Pada ayat lain, Allah Swt berfirman:

«سَنُقْرِئُکَ فَلا تَنْسى‏ إِلَّا ما شاءَ اللهُ»

“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapaknya dan berkata, “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah kamu dalam keadaan aman.” (Qs Yusuf [12]: 99)

«سَنُقْرِئُکَ فَلا تَنْسى‏ إِلَّا ما شاءَ اللهُ»

“Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki.” (Qs A’la [87]: 6)

Dalam perkara-perkara ini frase insya Allah dinyatakan sebagai bentuk tabarruk (mengambil berkah) dan menyinggung tentang keagungan dan kekuasaan Allah Swt.

Atas dasar itu, di kalangan Arab bahkan pekerjaan yang telah selesai dilakukan sekalipun maka mereka menyandarkannya kepada kehendak dan iradah Allah Swt dengan berkata Hajajjtu insya Allah (Aku akan pergi haji insya Allah) dan “zurtu insya Allah” (Aku akan pergi berziarah insya Allah).

Dalam riwayat dari Imam Shadiq As disebutkan bersbada “Awali hari kalian dengan berbuat kebaikan dan diktekan kepada malaikat yang mencatat amal kebaikan pada awal dan akhir hari sehingga insya allah apa-apa yang menimpa kalian di antara awal dan akhir hari akan mendapatkan pengampunan Ilahi.”

Frase Insya Allah disebutkan dalam akhir hadis untuk bertabaruk/mengambil berkah dan tayamun atau untuk menghindari manusia dari kesombongan.

 

Ayat-ayat suci Alquran, tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki keterikatan dan keterkaitan satu sama lain. Allamah Thabathabai penulis Tafsir Almizan, ulama bermazhab Syiah berkebangsaan Iran menyebut, penafsir terbaik dari Alquran adalah Alquran itu sendiri.

Seorang pendakwah bernama Evie Effendi (selanjutnya disingkat EE) dalam salah satu video ceramahnya menafsirkan وجدك ضالا فهدى yang terdapat dalam surah Ad-Dhuha ayat 7 dengan "Ketika Allah mendapatimu dalam keadaan sesat, kemudian Allah memberikan petunjuk." Sesat yang dimaksudnya adalah sesat aqidahnya, sebab dipertegas dengan kalimat selanjutnya, bahwa Maulid Nabi itu menurutnya, adalah memperingati kesesatan Muhammad. 

Sontak pernyataan kontroversial yang disampaikan didepan generasi muda Islam yang sedang bertumbuh tersebut mendapat kecaman dan protes keras. Tidak lama setelah video tersebut menjadi viral dan menjadi bahan pembicaraan netizen, EE pun merilis video yang menampilkan dirinya meminta maaf kepada ulama dan ummat Islam atas pernyataan yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad saw tersebut. 

Apa yang dilakukan EE dengan menerjemahkan ضال dengan sesat, bukan sesuatu yang salah, sebab memang salah satu artinya adalah sesat. Namun ketika itu dikaitkan dengan tafsir Alquran yang dari tafsir tersebut umat Islam membangun aqidahnya, maka yang dilakukan EE adalah penyimpangan. Yang dilakukan EE dalam hal ini adalah berpikir parsial, sepenggal-sepenggal, sepotong-sepotong tanpa melihat konteks keseluruhan Alquran dari ayat yang ditafsirkan sehingga kesimpulan yang diambil pun menjadi rancu dan salah. Setengah kebenaran bukanlah kebenaran.

Ayat-ayat suci Alquran, tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki keterikatan dan keterkaitan satu sama lain. Allamah Thabathabai penulis Tafsir Almizan, ulama bermazhab Syiah berkebangsaan Iran menyebut, penafsir terbaik dari Alquran adalah Alquran itu sendiri. Ia memperkenalkan metode tafsir Alquran bil Quran yang digalinya dari hadis-hadis Nabi, bahwa yang pertama kali menafsirkan Alquran dengan Alquran, yaitu menafsirkan satu ayat dengan berpedoman pada ayat lainnya, adalah Nabi Muhammad saw sendiri. 

Bagaimana Allamah Thabathabai menafsirkan وجدك ضالا فهدى? 

Allamah Thabathabai menyebut ضالا dalam kalimat tersebut bukan bermakna sesat namun bermakna ketidaan hidayah dan maksud dari ketiadaan hidayah adalah terlepas dari bimbingan Ilahi. Dengan kata lain, yang hendak disampaikan ayat tersebut adalah, jika hidayah Ilahi tidak ada, maka kamu (Muhammad) dan begitu juga yang lain, tidak ada seorang pun yang akan mendapat hidayah, kecuali Allah swt yang memberikannya. Sehingga, Rasulullah saw sendiripun membutuhkan hidayah yang tanpa itu akan tersesat dan tanpa tujuan. Dan penyampaian itu bukan bermaksud Rasulullah saw pernah berada dalam kesesatan melainkan ketiadaan ilmu. Ini bisa dilihat pada surah Asy-Syura ayat 52 ما كنت تدرى ما الكتاب و لا الايمان (sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu). Demikian pula dalam kisah Nabi Musa as yang termaktub dalam surah Asy-Syu'ara' ayat 20 قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ yang dimaksud disini bukan kesesatan, melainkan ketiadaan petunjuk. Sebagaimana diayat selanjutnya disebutkan, "…kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul."

Dalam kitab Tafsir Almizannya, lebih lanjut Allamah Thabathabai menjelaskan tafsir lainnya, bahwa yang dimaksud dhalalah adalah kehilangan ilmu atau lupa, sebagaimana dalam surah Albaqarah ayat 282 ان تضل احديهما فتذكر احديهما الاخرى (supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya). Selanjutnya Allamah Thabathabai juga menukil pendapat mufassir lainnya yang menyebut bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut, adalah bahwa Allah swt menjadikan Nabi Muhammad saw ibarat sesuatu yang hilang di tengah-tengah masyarakat yang karena itu Nabi Muhammad saw tidak dikenali demikian pula maqam dan kedudukannya tidak diketahui orang-orang sampai kemudian orang-orang tersebut diberi petunjuk oleh Allah swt untuk mengenali maqam dan kedudukan Nabi Muhammad saw. 

Sekarang bagaimana dengan pandangan ulama Syiah lainnya?.

Dalam Tafsir al-Amtsal, Ayatullah Makarim Shirazi menyebut makna dari ضلالت dalam ayat 7 surah Ad-Dhuha bukanlah penolakan atas iman dan tauhid atau ketiadaan kesucian dan ketakwaan, melainkan ketidaktahuan atas rahasia-rahasia kenabian, aturan-aturan Islam dan ketidak tahuan atas hikmah-hikmah dan rahasia dibaliknya yang kemudian dengan petunjuk Allah swt semua urusan-urusan itu diketahui hakikatnya secara sempurna oleh Rasulullah saw.  

Ayatullah Makarim Shirazi juga dengan berpedoman pada surah Albaqarah ayat 282 mengenai falsafah dibalik perintah menuliskan perjanjian saat muamalah dan harus disertai dengan kehadiran saksi menunjukkan bahwa ضلالت tidak melulu berarti sesat melainkan juga dapat memiliki arti lupa. 

Tafsir lain dari ayat tersebut, adalah Nabi Muhammad saw sebelumnya adalah seseorang yang tidak dikenal dan bukan siapa-siapa yang kemudian Allah swt memberikan kepadanya anugerah yang luar biasa sampai kemudian dikenal dimana-mana. 

Tafsir lainnya, bahwa Nabi Muhammad saw telah berkali-kali tersesat dan tidak tahu arah pulang (pertama kali di Mekah, saat berada dalam asuhan kakeknya Abdul Muthalib. Kedua saat berada dibawah pengasuhan Halimatu Sa'diyah, ia sempat hilang di perjalanan dan ketiga, saat bersama dengan pamannya Abu Thalib yang membawanya turut serta berdagang ke arah Syam, dan pada satu malam yang gelap gulita ia tertinggal dan tersesat. Pada semua peristiwa tersebut, Allah swt lah yang memberikan petunjuk kepadanya, sampai ia berhasil kembali berada dalam pelukan orang-orang yang mengasihinya).

 

Ayatullah Makarim Shirazi menyebutkan kata Dhal (ضال) secara bahasa memiliki dua arti: yang hilang dan tersesat. Misalnya dikatakan الحكمة ضالة المؤ من artinya Alhikmah adalah barang hilang milik orang beriman. 

 

Dalam surah Sajadah ayat 10, kata ضال yang memiliki pengertian sama dengan hilang adalah lenyap dan hancur أَإِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَإِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ(Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?)

 

Jika dalam ayat yang jadi bahasan (yaitu surah Ad-Dhuha ayat 7) kata ضال diartikan sesuatu yang hilang, maka kita tidak akan menemukan ada masalah. Begitupun ketika kata ضال diartikan dengan kondisi Nabi Muhammad saw sebelum Bitsah (diangkatnya menjadi Nabi dan Rasul) belum mengetahui kitab, iman dan syariat Islam yang kemudian setelah mendapat petunjuk dari Allah swt, Nabi Muhammad saw mengetahui semua itu, maka juga kita tidak menemukan ada masalah dari penafsiran yang demikian. 

 

Namun ketika kata ضال diartikan dengan sesat yang memiliki pengertian sesat aqidahnya, maka penafsiran yang demikian bukan hanya salah namun bisa terjatuh pada keyakinan yang melecehkan Rasulullah saw. Dalam hadis Nabi Muhammad saw disebutkan: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ (Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani). Pertanyaannya, siapakah yang menjadikan Muhammad sesat?. Beliau sejak lahir berada dalam pengasuhan ibunya, Halimatu Sa'diyah, Abdul Muthalib dan Abu Talib dan tidak seorang dari mereka yang mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengimani dan menyembah berhala, sebab sejarah mencatat pengasuh-pengasuh Muhammad kecil dan remaja adalah orang-orang yang beragama hanif dan mengikuti tradisi leluhurnya, Nabi Ibrahim as. Dan faktanya, tidak satupun riwayat dan catatan sejarah yang menuliskan bahwa Nabi Muhammad saw pernah menyembah berhala dan melakukan hal-hal yang keji. 

 

Jika EE meyakini Nabi Muhammad saw pernah sesat sebelum diangkat menjadi Nabi, apa bentuk kesesatannya?.

 

Ismail Amin

Jumat, 08 November 2019 19:22

Tiba Masa Imamah Sang Penyelamat Manusia

 

Hari ini, keberadaan Imam Mahdi af di antara manusia di muka bumi menjadi sumber berkah, ilmu, cahaya, keindahan dan semua kebaikan. Mata kita yang tidak siap dan gelap tidak dapat melihat wajah malakutinya dari dekat, tetapi beliau seperti mentari yang terang.

Imam Hasan al-Askari pada tanggal 8 Rabiul Awal tahun 260 HQ gugur syahid di usia 28 tahun di kota Samarra. Syahadah Imam Hasan Askari as, Imam ke sebelas dari keturunan Rasulullah Saw membuat gembira mereka yang menentang jalan kebenaran. Mereka membayangkan sudah tidak ada Imam lagi di atas bumi yang memberi petunjuk kepada masyarakat. Menurut mereka, tidak ada lagi penyelamat dari keturunan Rasulullah Saw, dimana masyarakat dapat merujuk pada fitrah ilahinya dan mengajak hati manusia menuju kebenaran.

Sementara bumi tidak akan pernah ada tanpa petunjuk ilahi. Benar, Imam Mahdi af adalah putra Imam Hasan al-Askari, dari keturunan suci Rasulullah Saw yang akan tetap ada, sehingga dengan kemunculannya, jalan ke langit akan terbuka bagi bumi. Ia akan muncul untuk menciptakan keadilan bagi semua manusia, dimana orang-orang miskin dan lemah menjadi pewaris bumi. Kami mengucapkan selamat atas dimulainya hari keimamahan Imam Mahdi af, Sang Penyelamat alam kepada Anda semua pecinta kebaikan.


Pemerintahan Abbasi sejak lama sesuai dengan ucapan Rasulullah Saw dan  para Imam Maksum as tentang Mahdi yang dijanjikan adalah putra Imam Hasan al-Askari, membuat mereka selalu mengawasi Imam Askari as. Mereka menjaganya agar tidak ada anak yang ditinggalkan, tetapi Imam Askari as dengan menyembunyikan berita kelahiran anaknya, berhasil menggagalkan rencana busuk mereka. Satu-satunya sahabat dekat Imam Hasan Askari as yang mengetahui akan keberadaan anak beliau, yaitu Mahdi.

Setelah syahadah Imam Hasan Askari as, perlahan-lahan tersebar berita anak beliau bernama Mahdi af. Imam Mahdi af waktu itu berusia lima tahun, ketika melaksanakan shalat jenazah ayahnya dan semuanya untuk pertama kalinya menyaksikan wajah bercahayanya. Berita ini sampai ke telinga para penguasa Abbasi dan mereka benar-benar tenggelam dalam kebingungan. Upaya mati-matian yang dilakukan oleh kekhalifahan Abbasiah untuk menemukan Imam Mahdi af dan membunuhnya berakhir sia-sia. Demi melindungi jiwanya, Imam af diperintahkan Allah untuk selalu menghindari manusia dan menjalin hubungan dengan mereka lewat perantara. Sejak itulah, umat Islam untuk pertama kali merasakan kepahitan dan kesakitan akan kegaiban Imam.

Dimulainya kegaiban kecil (shugra) bertepatan dengan awal keimamahan Mahdi af dan masa ini berlangsung selama 69 tahun, setelah itu dimulainya yang disebut kegaiban besar (kubra). Dalam periode kegaiban kecil, ada empat wakil khusus yang bertanggung jawab menjadi perantara antara Imam af dengan umat Islam. Mereka mengambil hukum agama dari Imam Mahdi af dan kemudian menyebarkannya kepada pengikut Ahlul Bait. Masyarakat yang punya permasalahan menulis atau menyampaikan secara lisan kepada para wakil khusus Imam dan mereka menyampaikannya dengan bertemu Imam, lalu jawaban yang diberikan itu disampaikan kepada umat Islam dan pengikut Ahlul Bait.

Pemberian umat Islam seperti khumus, zakat dan lain-lain dilakukan juga melalui para wakil Imam dan kemudian mereka menyerahkannya kepada Imam. Wakil khusus Imam yang berjumlah empat orang ini telah diakui ketakwaan dan keadilan mereka sejak masa Imam Hasan al-Askari as dan diperkenalkan kepada masyarakat. Mereka memiliki keilmuan, amanah, kepercayaan, pemahaman dan ketokohan.

Kegaiban adalah salah satu Sunnatullah yang pernah terjadi juga dalam kehidupan para nabi seperti Idris, Nuh, Saleh, Yusuf, Musa, Sulaiman, Danial dan Isa as. Setiap dari mereka adalah utusan Allah dan sesuai dengan kondisi, selama beberapa tahun berada dalam kegaiban. Sementara kegaiban Mahdi af bertahun-tahun sebelumnya telah disampaikan lewat lisan Nabi Muhammad Saw dan para Imam dari keturunannya. Ketika seorang pengikut Syiah bertanya kepada Imam Shadiq as tentang sebab kegaiban Mahdi af, Imam menjawab, "Kegaiban disebabkan sesuatu yang tidak diperbolehkan menjelaskannya kepada Anda. Kegaiban adalah rahasia dari rahasia ilahi dan karena kami mengetahui bahwa Allah Maha Besar dan Bijak, kami menerimanya, sekalipun sebabnya tidak kami ketahui."

Sekarang, muncul pertanyaan ini bahwa Mahdi af yang menjadi penyelamat manusia di akhir zaman, kapan waktunya akan muncul? Dan kapan kegaibannya akan berakhir?

Sekaitan dengan pertanyaan ini, ada ucapan penting dari Nabi Muhammad Saw dan Imam Maksum as. Mereka berbicara tentang waktu, dimana itu seperti masa Jahiliah, ketika manusia menjadi hamba syahwatnya. Fanatisme dan kedengkian semakin meluas, sementara manusia semakin menjauh dari ajaran para nabi ilahi yang menyelamatkan manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Saya diutus di antara dua Jahiliah dan di masa Jahiliah kedua, lebih sulit dan lebih musibahnya dari Jahiliah pertama."

Ucapan Nabi Muhammad Saw menunjukkan adanya Jahiliah yang lain di akhira zaman yang dikenal dengan Jahiliah kedua. Mahdi yang dijanjikan akan menyelamatkan manusia dari Jahiliah yang berbahaya ini dan menyampaikan manusia pada kebahagiaan dan keberuntungan. Dalam riwayat disebutkan bahwa ajakan Imam Mahdi af sama dengan dakwah kakeknya Muhammad Saw, dikarenakan terpaksa sebelum kemunculannya ada satu periode Jahiliah lain yang sama seperti periode Jahiliah pertama, dan bahkan kesesatan di masa itu lebih besar.

Termasuk ciri khas periode Jahiliah sebelum munculnya Islam dapat disebutkan seperti menghamba syahwat, membunuh anak-anak, memanfaatkan wanita dan tidak mengakui hak-hak mereka, menjauhnya masyarakat dari moral, banyak masyarakat yang tersesat, meyakini khurafat, bangga akan harta dan anak, wanita suka menunjukkan perhiasannya dan jauhnya wanita dari rasa malu dan kehormatan.


Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengenai periode Jahiliah sebelum munculnya Islam mengatakan, "Di satu sisi impuls sensual tidak dikontrol, nafsu seksual dan sejenisnya - sekarang Anda melihat lingkungan Jazirah al-Arab, lingkungan sisanya pun sama; secara tidak dapat dikontrol tenggelam dalam syahwat dan setiap orang dapat melakukan syahwatnya - di sisi lain, semua manusia mengikuti nafsunya, dalam posisi kekejaman, kehancuran dan pertumpahan darah, bahkan mereka sampai pada akhir batas yang bisa dibayangkan, yakni membunuh anak mereka sendiri. 'Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui' (QS. Al-An'am: 140). Mereka melakukannya karena kebodohan. Inilah yang disebut Jahiliah. Kekejaman sampai di sini, jangankan anak orang, anak tidak berdosa orang lain, mereka bahkan tidak sayang sama anaknya sendiri! Inilah Jahiliah. Dari sana ada syahwat dan dari sini ada kemarahan. Ketika lingkungan hidup tertawan dua emosi yang melonjak dan tidak dapat dikontrol. Islam datang dan merombak kondisi ini. Tentu saja kondisi yang sama juga terjadi di Iran masa Sassanid, di istana Rum juga demikian. Di negara lain, ketika ada kerajaan dan istana serta penguasa yang zalim dan taghut kondisinya sama. Islam bangkit menghadapi semua situasi busuk ini."

Periode sebelum kemunculan Imam Mahdi af juga akan terjadi Jahiliah yang tersebar luas di dunia. Artinya, manusia tenggelam dalam hawa nafsu, mencari kelezatan dunia dan benar-benar lalai akan Allah dan ajaran para nabi, bahkan mengubah agama-agama ilahi sesuai dengan kepentingannya! Dalam riwayat yang dikutip Abu Bashir dari Imam Shadiq as disebutkan, "Islam pada mulanya terasing dan akan kembali terasing. Berbahagialah orang-orang asing." Aku bertanya, "Semoga Allah tetap menjadikan keadaan Anda dalam kebaikan, apa maksud dari ungkapan ini dan jelaskan buatku?" Imam Shadiq as menjawab, "Pendakwah kami akan mulai lagi dakwah yang baru, persis seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw."

Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa Imam Mahdi af akan melakukan dakwa, dimana dakwahnya itu baru dan sama dengan dakwah yang disampaikan oleh Nabi Saw. Ia juga seperti Rasulullah Saw memperkenalkan Islam yang murni dan tanpa penyimpangan kepada masyarakat dan mengajak semua manusia pada cahaya yang terang benderang. Riwayat ini juga menekan bahwa antara awal Islam dan dan awal dakwah Nabi Saw memiliki banyak kesamaan.

Sekalipun saat ini dunia terjerat Jahiliah seperti Jahiliah pertama dan mungkin saja lebih buruk, karena sekalipun telah terjadi kemajuan sains dan teknologi, tapi kita masih menyaksikan kekerasan dan kejahatan yang lebih menakutkan dari periode Jahiliah pertama. Bukti-bukti menunjukkan bahwa seakan-akan kita tengah berada di masa Jahiliah kedua. Era ketika manusia mengikuiti hawa nafsu dan ketamakan yang zalim! Sementara orang-orang lemah dan terzalimi merasakan ketiadaan penyelamat yang adil karena hidup di bawah kezaliman para taghut. Mereka menanti kemunculan Sang Penyelamat lebih dari masa-masa sebelumnya.


Dalam riwayat disebutkan bahwa Imam Mahdi af memohon kepada Allah, lebih dari masyarakat untuk muncul guna mengakhiri kezaliman yang mencapai puncaknya ini. Tentu saja Imam Mahdi af yang berada di balik tabir kegaiban seperti mentari yang berada di balik awan tetap melakukan kewajibannya dan senantiasa berusaha agar dunia selalu dapat memanfaatkan berkah keberadaannya.

Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Hari ini, manusia dengan segala kelemahan, kesesatan dan kesulitan yang dihadapi memanfaatkan cahaya terang bernderang maknawi dan ilahi, Ahlul Bait terakhir. Hari ini, keberadaan Imam Mahdi af di antara manusia di muka bumi menjadi sumber berkah, ilmu, cahaya, keindahan dan semua kebaikan. Mata kita yang tidak siap dan gelap tidak dapat melihat wajah malakutinya dari dekat, tetapi beliau seperti mentari yang terang. Berhubungan dengan hati dan tersambungkan dengan batin. Bagi manusia yang memiliki pengetahuan, tidak ada anugerah yang lebih mulia dari ini, dimana ia merasa wali Allah, Imam yang benar, hamba yang saleh, hamba terpilih berada di antara semua hamba Allah di dunia dan menjadi orang yang diajak bicara dengan kekhalifahan ilahi di bumi dan berada di sisinya, melihatnya dan berhubungan dengannya. Harapansemua manusia adalah keberadaan elemen transenden seperti ini.

Jumat, 08 November 2019 19:20

Kritik Keras Macron terhadap NATO

 

Presiden AS Donald Trump selalu mempertanyakan efektivitas Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan mengkritik negara-negara Eropa anggota organisasi ini, karena tidak mengalokasikan dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk anggaran militer.

Trump kemudian mengambil tindakan sepihak seperti penarikan pasukan AS dari Suriah, tanpa berkonsultasi dengan para anggota lain NATO. Langkah ini mengundang reaksi negatif dari beberapa kekuatan Eropa.

Presiden Prancis Emanuel Macron dalam wawancara dengan majalah The Economist mengatakan, "Apa yang kita alami saat ini adalah kematian otak NATO. Anda sama sekali tidak melihat koordinasi dalam membuat keputusan strategis antara AS dan NATO."

"AS sedang membelakangi kita dan masalah ini dapat dilihat dari penarikan mendadak pasukan Amerika dari timur laut Suriah tanpa berkonsultasi dengan anggota NATO. AS tidak berkomitmen dengan NATO, jadi negara-negara Eropa tidak boleh lagi bergantung pada AS untuk pertahanannya," ujar Macron.

Dia juga mengatakan bahwa Turki sebagai salah satu mitra NATO, sedang mengobarkan konflik di kawasan yang membahayakan kepentingan kita.

Keraguan Macron tentang efektivitas NATO disampaikan menjelang pertemuan para perwakilan pakta militer itu, yang dijadwalkan berlangsung pada awal Desember 2019 di Inggris.

Jerman dan NATO tentu saja tidak senang dengan pernyataan Macron. Kanselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers bersama dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di Berlain, mengatakan pernyataan keras Macron adalah sesuatu yang tidak perlu.

"Jika pun kita punya masalah, kita harus tetap bersama dan penting bagi kita untuk melakukan kerja sama trans-Atlantik (Amerika dan Eropa)," tegasnya.

Stoltenberg juga setuju dengan pendapat Merkel dan mengatakan, "Persatuan Eropa tidak dapat menggantikan persatuan trans-Atlantik. Uni Eropa tidak dapat membela Eropa tanpa memperoleh bantuan dari luar."

Dia menyatakan bahwa setelah Inggris keluar dari Uni Eropa, sekitar 80 persen dari anggaran pertahanan NATO akan dipenuhi oleh negara-negara Uni Eropa non-NATO.

Namun Rusia menyambut pernyataan Macron tentang NATO. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan NATO mengalami mati otak. Ini tidak mengherankan, yang mengherankan adalah bahwa hal itu disampaikan oleh salah satu pemimpin NATO.

Trump yang mengadopsi pendekatan unilateral, sama sekali tidak mengakui peran Uni Eropa dalam pengambilan keputusan militer dan keamanan. Fakta ini juga disadari oleh banyak negara anggota NATO.

Oleh sebab itu, Eropa mulai menaruh perhatian pada kapasitas internal untuk pertahanan dan ide untuk membentuk pasukan yang mandiri ini digaungkan oleh Prancis. (

 

Presiden baru Argentina menyebut Dana Moneter Internasional, IMF sebagai penyebab memburuknya kondisi ekonomi negara itu.

Alberto Fernandez, Kamis (7/11/2019) dalam wawancara dengan stasiun televisi Russia Today menuturkan, semua tahu IMF adalah pihak yang memperburuk kondisi ekonomi Argentina hari ini.
 
Ia menambahkan, kondisi perekonomian Argentina sangat terpuruk, dan sejumlah masalah muncul yang sebelumnya bahkan tidak pernah terbayangkan.
 
Alberto Fernandez menjelaskan, Argentina tidak punya kemampuan membayar utang-utangnya, maka dari itu ia harus melakukan pembicaraan serius dengan IMF untuk menemukan jalan keluar yang tepat.
 
Sejak tahun 2001, Argentina kembali dilanda krisis ekonomi, dan tingkat inflasi menembus angka 50 persen yang mengakibatkan anjloknya nila mata uang negara ini. 

 

Asisten khusus Ketua Majelis Syura Islam Iran urusan internasional menyebut Amerika Serikat sebagai pelaku pembunuhan terhadap lebih dari 1 juta warga Irak.

IRIB (8/11/2019) melaporkan, Hossein Amir Abdollahian, Jumat (8/11) di laman Twitternya kepada Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo mengatakan, masyarakat kawasan mengetahui dengan baik Gedung Putih adalah pelaku utama pendudukan militer di Irak, menciptakan kelompok teroris Daesh, meningkatkan ketidakamanan dan menyebarluaskan korupsi serta membunuh lebih dari 1 juta warga Irak.
 
Abdollahian menambahkan, tidak diragukan, tanpa intervensi dan gangguan Amerika, Irak dan kawasan akan aman dan stabil.
 
Sejumlah warga Irak sejak 1 Oktober 2019 menggelar unjuk rasa di beberapa kota negara itu memprotes pelayanan publik yang buruk, tidak adanya kesempatan kerja dan korupsi. 

 

Sebuah surat kabar Amerika Serikat mengklaim, Iran dalam salah satu suratnya untuk Organisasi Maritim Internasional, IMO memberikan informasi seputar serangan ke tiga kapal tankernya yang terjadi dalam kurun waktu 6 bulan.

Fars News (7/11/2019) melaporkan, surat kabar Amerika menginformasikan kepada IMO bahwa tiga kapal tankernya dalam waktu 6 bulan menjadi sasaran serangan di Laut Merah.
 
The Wall Street Journal menulis, Iran pada 30 Oktober 2019 melayangkan surat kepada IMO dan mengabarkan bahwa jalur perdagangan di Laut Merah tidak aman.
 
Wall Street Journal menambahkan, serangan pertama terjadi pada tanggal 1 April 2019 yang menyebabkan kapal tanker Iran, Happiness 1 mengalami kerusakan pada mesin sehingga kehilangan kontrol.
 
Menurut keterangan koran Amerika itu, serangan berikutnya terhadap tanker Iran, HELM bulan Agustus 2019 yang mengakibatkan kerusakan teknis, dan serangan ketiga terjadi 11 Oktober 2019. Ketiga serangan tersebut semuanya terjadi di dekat pesisir pantai Arab Saudi.
 
Pada surat tertanggal 11 Oktober 2019 itu, pihak Iran mengatakan, kami percaya serangan ini dilakukan oleh satu atau beberapa negara secara terorganisir, karena dua kapal tanker lain berbendera Iran juga menjadi target serangan di wilayah ini.
 
"Kekhawatiran mendalamnya adalah substansi serangan yang terorganisir dan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama di lokasi yang sama, sehingga menyebabkan Laut Merah menjadi jalur pelayaran yang tidak aman bagi kapal-kapal dagang," tegasnya.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…