کمالوندی

کمالوندی

 

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada November 2015, dalam surat keduanya kepada pemuda Barat, mencela dukungan penuh pemerintah Barat kepada Israel sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas.

Teror dan kekerasan telah bertahun-tahun menjadi tantangan penting bagi masyarakat dunia yang mengancam keamanan dan ketenangan mereka. Kejahatan keji Israel di Jalur Gaza selama beberapa pekan lalu menunjukkan betapa destruktif dan berbahayanya fenomena tidak manusiawi ini. Ayatullah Khamenei pada 29 November 2015, setelah insiden teror di Paris dalam suratnya kepada pemuda barat menjelaskan akar dan faktor penyebaran kekerasan dan terorisme di dunia.

Dalam penjelasannya Rahbar menyebut terorisme sebagai penderitaan bersama dunia saat ini, dan menekankan bahwa pendukung dan penyebar utama fenomena ini dalah pemerintah Barat yang melakukan tindakan apa pun untuk meraih ambisinya. Faktanya adalah bahwa badan intelijen dan spionase dari pemerintah-pemerintah ini telah lama menggunakan teror dan kekerasan untuk merealisasikan kebijakan mereka di negara lain. Misalnya, Dinas Intelijen Amerika (CIA) sejauh ini telah melenyapkan puluhan tokoh yang menentang pemerintah Amerika secara langsung atau melalui agennya. Selain itu, pemerintah Eropa dan Amerika pada masa kolonial, setelah menduduki negara-negara lain, menindas rakyat dan menjarah sumber daya mereka dengan kejam dan kekerasan. 

Setelah Perang Dunia Kedua, Amerika, sebagai kekuatan dunia, melakukan banyak perang terhadap negara-negara lain dan membunuh banyak orang yang tidak bersalah. Ayatullah Khamenei dalam pesannya kepada pemuda Barat pada bulan November 2015 terkait serangan seperti ini terhadap negara-negara Islam termasuk Irak dan Afghanistan, yang saat itu berada pada puncak kejayaannya, mengatakan: “Kampanye-kampanye yang terjadi beberapa tahun terakhir terhadap dunia Islam, yang memakan banyak korban, adalah contoh lain dari logika Barat yang kontradiktif. Selain korban jiwa, negara-negara yang dijajah telah kehilangan infrastruktur ekonomi dan industrinya, pergerakan mereka menuju pertumbuhan dan pembangunan telah terhenti atau melambat, dan dalam beberapa kasus mereka telah mundur beberapa dekade..."

Bagian lain dari surat Pemimpin Tertinggi kepada para muda di negara-negara Barat pada bulan November 2015, membahas mengenai stamdar ganda pemerintah Barat mengenai terorisme dan upaya propaganda untuk menyalahkan umat Islam. Dalam hal ini, beliau menegaskan: “Bagaimana mungkin sampah seperti Daesh (ISIS) bisa muncul dari salah satu agama paling bermoral dan manusiawi di dunia, yang dalam teks fundamentalnya menganggap penghilangan nyawa satu manusia sebagai pembunuhan terhadap seluruh umat manusia?"

Islam adalah agama yang penuh belas kasihan, perdamaian dan persaudaraan, dan kekerasan serta pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah tidak mendapat tempat di dalamnya. Namun pemerintah Barat berusaha memberikan landasan bagi terbentuknya sekte-sekte sesat dan militan seperti Daesh dan Al-Qaeda, yang hanya berpenampilan Islami, agar agama surgawi ini tampak penuh kekerasan dan ekstrem.

Pemimpin Revolusi Islam menunjuk pada Wahhabisme sebagai contoh lain dari sekte sesat dan ekstrim ini, dan dalam surat yang ditujukan kepada pemuda Barat, ia menulis: “Dokumen sejarah Muslim dengan jelas menunjukkan bagaimana persinggungan antara kolonialisme dan pemikiran ekstrim dan tertolak, itu pun di hati suku primitif (Badui), menanam benih ekstremisme di wilayah ini." Di sisi lain, pemerintah Barat menganggap gerakan-gerakan pembebasan dan anti-tirani seperti Hamas, Hizbullah Lebanon, Ansarullah Yaman, dan kelompok militan Irak sebagai teroris dan termasuk dalam jajaran Daesh dan Al-Qaeda, untuk mencoreng citra mereka di mata opini publik dunia, dan mempersiapkan dasar untuk mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok rakyat dan Islam ini.

Saat menyimpulkan bagian dari pesannya kepada pemuda Barat, Ayatullah Khamenei berkata, “Selama standar ganda mendominasi politik Barat, dan selama terorisme terbagi menjadi tipe baik dan buruk di mata para pendukungnya yang kuat, dan selama kepentingan pemerintah lebih diutamakan daripada nilai-nilai kemanusiaan dan moral, maka akar kekerasan tidak boleh dicari di tempat lain.”

Namun bagian penting dari surat berharga Ayatullah Khamenei kepada pemuda Barat ini didedikasikan untuk dukungan penuh pemerintah Barat terhadap rezim pendudukan Zionis sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas. Rezim kriminal ini diciptakan dengan bantuan Inggris dan melanjutkan kehidupannya yang tercela dengan dukungan penuh dari Amerika dan pemerintah barat lainnya. Pada dasarnya, terorisme adalah salah satu fondasi utama rezim Zionis, dan rezim berdarah ini tidak akan mampu berdiri dan bertahan tanpa terorisme.

Setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1918, ketika orang-orang Yahudi mulai berimigrasi ke Palestina untuk membentuk negara Yahudi berdasarkan janji "Arthur Balfour", menteri luar negeri Inggris pada saat itu, dan dengan dukungan dari negara ini (Inggris ), segera kelompok teroris mereka terbentuk. Diketahui bahwa kelompok teroris Hagana, Stern, Irgun dan Betar dapat disebutkan di antara mereka. Kelompok teroris yang kejam ini membunuh warga Palestina dan menyerang rumah serta tempat-tempat penting mereka. Dengan terbentuknya pemerintahan Israel pada tahun 1948 dan pembentukan tentara serta sejumlah organisasi mata-mata dan teroris, khususnya Mossad, pembunuhan menjadi lebih luas dan kejam.

Hanya pada tahun ini (1948), Zionis menghancurkan 531 desa Palestina dan menduduki 700 kota dan desa, dan kelompok teroris mereka membunuh 15 ribu diantaranya dengan 70 serangan brutal terhadap rakyat Palestina. Akibat kejahatan tersebut, lebih dari separuh warga Palestina menjadi pengungsi, dan kini jumlah mereka mencapai 7 juta jiwa. Selain itu, sejauh ini sepuluh ribu orang yang tertindas telah syahid dan ribuan dari mereka menghabiskan masa-masa sulit di penjara rezim Zionis.

Oleh karena itu, Pemimpin Revolusi Islam bertanya kepada mereka dalam suratnya kepada pemuda Barat tentang tindakan Israel: "Apakah Anda mengetahui adanya kekejaman lain sebesar dan berdimensi seperti ini dan dengan kontinuitas waktu di dunia saat ini?" Dengan gambaran ini, kejahatan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza harus dilihat sebagai kelanjutan dari kebijakan terorisme negara rezim pendudukan ini, namun dengan intensitas yang lebih besar, yang masih disetujui oleh pemerintah Barat yang menganggap diri mereka sebagai pembela hak asasi manusia.

Namun apa yang menyebabkan rezim Zionis terus terang-terangan melanjutkan teror dan kejahatan adalah pembenaran atas tindakan tak tahu malu yang dilakukan oleh media massa Barat, yang sebagian besar berada di tangan atau di bawah pengaruh Zionis. Media-media ini, dengan segala macam trik propagandanya, tidak hanya menyebut pembunuhan dan penggusuran warga Palestina sebagai hak sah kaum Zionis, namun juga menyebut pembelaan dan perlawanan rakyat serta kelompok perlawanan terhadap rezim Zionis sebagai terorisme.

Selama serangan brutal tentara rezim ini terhadap rakyat tertindas di Gaza, media barat juga mengadopsi pendekatan propaganda seperti itu, namun kedalaman dan cakupan kejahatan mereka, terutama pembantaian ribuan anak-anak Palestina yang tidak bersalah, sangatlah dahsyat sehingga mustahil untuk membelanya. Di sisi lain, meluasnya publikasi berita, foto, dan video mengejutkan atas pembantaian brutal ini menyadarkan dunia akan realitas yang terjadi di Palestina dan Gaza, serta siasat media rezim Zionis dalam membela kejahatannya kehilangan warnanya.

Hasil dari kesadaran dan kebangkitan masyarakat dunia ini adalah demonstrasi besar-besaran mereka di berbagai negara, termasuk negara-negara Barat, untuk mendukung rakyat Palestina yang tertindas dan menentang serta mengutuk rezim Zionis. Kesadaran masyarakat dunia mengenai sifat teroris dan kekerasan yang dimiliki rezim ini dapat dianggap sebagai kegagalan besar lainnya dalam bidang media. Dengan cara ini, meskipun rezim Zionis dibela oleh pemerintah Barat, tampaknya seperti yang telah diprediksi oleh Ayatullah Khamenei, tidak ada banyak waktu tersisa untuk berakhirnya kehidupan rezim teroris ini yang singkat namun penuh bencana.

 

Minggu, 03 Desember 2023 18:37

Basij Menurut Perspektif Rahbar

 

Rabu lalu (29 November 2023) dalam rangka pekan Basij di Iran, sekelompok anggota Basij bertemu dengan pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei, di Huseiniyah Imam Khomeini ra.

Dalam pertemuan yang diadakan setiap tahun ini, Ayatullah Khamenei memandang Basij sebagai peninggalan berharga Imam Khomeini ra bagi negara dan mengatakan bahwa Imam ra dengan pandangan ke depannya menyadari kebutuhan mendesak akan sebuah kekuatan besar rakyat untuk kekebalan negara, bangsa dan revolusi. Karena revolusi dan negara adalah milik rakyat dan rakyat mampu mempertahankannya lebih baik dari faktor atau elemen lainnya. Logika Basij adalah untuk memaksimalkan kemungkinan perlawanan negara terhadap segala bahaya dan ancaman. Logika yang sama ada saat ini dan logika ini mutakhir.

Keberadaan Basij diperlukan untuk pertahanan menyeluruh baik material maupun spiritual terhadap identitas nasional, keamanan negara, dan kepentingan rakyat. Beliau percaya bahwa rekam jejak Basij selama 40 tahun menegaskan ketepatan sasaran, pandangan ke depan, dan wawasan Imam, dan menekankan bahwa ada saat-saat di negara ini ketika kehadiran Basij sangat menentukan bagi negara; Contohnya adalah pertahanan suci. Tentu saja, jika tidak ada mobilisasi rakyat (Basij), maka hasil perang pertahanan suci akan berbeda dengan apa yang terjadi...peristiwa pertahanan suci adalah demonstrasi besar otoritas kerakyatan negara ini dalam bentuk mobilisasi.

Ayatullah Khamenei seraya menjelaskan bahwa Basij sebuah budaya dan ideologi, mengisyaratkan sejumlah karakteristik kekuatan rakyat ini, termasuk sifatnyanya kerakyatan, keyakintan dan rasa tanggung jawab, revolusioner dan makna sejati revolusi, menyantuni orang lemah, keras dalam menghadapi kezaliman serta memberi pelayanan kepada semua orang. "Saat banjir datang, Basiji berendam di lumpur setinggi lutut dan untuk membersihkan rumah yang terendam banjir, jangan tanya pemilik rumah siapa nama Anda, apa agama Anda, apa mazhab Anda, apa suku Anda, apa kecenderungan politik Anda, ini semua jangan tanya, dia pergi untuk melakukan pelayanan dan pengabdian... ini penting," papar Rahbar.

Ayatullah Khamenei menganggap ciri terpenting Basij adalah aspek transnasional dan lintas batasnya, yang dalam perkataan Imam Khomeini ra diartikan sebagai inti perlawanan global: “Imam menafsirkannya sebagai "inti perlawanan global”; Inilah Basij; Ini bukan Basij kita, ini adalah Basij itu sendiri, tapi ini budaya yang sama yang merealisasikan pembentukan inti muqawama global. Yakni, sekarang Anda melihat contohnya di wilayah kita sendiri... kelompok perlawanan yang sama yang telah diumumkan oleh Imam... kini tengah menentukan nasib kawasan ini; Nasib kawasan kita ini tengah ditentukan oleh inti perlawanan; Contohnya adalah Badai al-Aqsa.

Pemimpin Revolusi Islam lebih lanjut menunjuk pada kegagalan peta Timur Tengah baru oleh Amerika, yaitu peta geografi politik baru yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan Amerika yang tidak sah. Salah satu tujuan Amerika dalam rencana ini adalah menghancurkan Hizbullah:

“Setelah perang 33 hari, Hizbullah menjadi sepuluh kali lebih kuat. Sekarang saya katakan "sepuluh kali", karena saya berhati-hati; Tapi sebenarnya menjadi lebih kuat dari itu. Mereka ingin menelan Irak, tapi mereka tidak bisa. Kisah Irak adalah kisah yang aneh. Keputusan Amerika adalah mendirikan pemerintahan Amerika di Irak; Mereka menempatkan seorang jenderal Amerika (Jay Garner) sebagai pemimpin... mereka melihat... pekerjaan tidak berjalan dengan baik... mereka menempatkan seorang warga sipil Amerika (Paul Bremer) sebagai pemimpin... mereka melihat hal ini pun gagal, akhirnya mereka menunjuk seorang warga Irak yang bergantung pada mereka (Ghazi Mashal Ajil al-Yawer); Itu tetap gagal dan tidak berlanjut sampai hari ini. Saat ini, inti perlawanan di Irak memasuki isu Palestina dan pemerintah Irak mengambil posisi yang kuat; Artinya, apa yang disebut orang Amerika sebagai “Timur Tengah Baru” berbeda 180 derajat dengan keadaan saat ini. Mereka ingin menelan Irak sekaligus namun tidak bisa, hal itu tidak terjadi. Mereka ingin mengambil alih Suriah, mereka memasukkan proksi mereka atas nama Daesh (ISIS) dan "Front Jabhat al-Nusra" ke dalam kehidupan pemerintah Suriah, selama sekitar sepuluh tahun mereka terus memberikan dukungan, uang (dan) fasilitas, namun mereka gagal. Mereka gagal total [dalam merealisasikan] Timur Tengah baru yang ingin mereka ciptakan.»

Di antara komponen lain dari rencana Amerika yang baru di Timur Tengah, mengakhiri permasalahan Palestina untuk menguntungkan rezim Zionis sehingga tidak ada nama Palestina yang tersisa sama sekali. Namun betapa berbedanya situasi Palestina saat ini dibandingkan 20 tahun lalu. Seperti apa Hamas dua puluh tahun yang lalu, seperti sekarang ini. Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa geografi politik di kawasan sedang mengalami transformasi mendasar, namun bukan untuk kepentingan Amerika, melainkan untuk kepentingan Front Perlawanan.

Ayatullah Khamenei mengatakan, “Ya, peta geografi politik Asia Barat telah diubah, namun menguntungkan perlawanan (muqawama); Perlawanan menang. Imam telah memahami dengan benar, dia telah mendiagnosis dengan benar. Inti perlawanan telah mampu mengubah arah pergerakan untuk kepentingannya.... Peta baru yang secara bertahap menguasai wilayah ini memiliki beberapa ciri. Ciri pertamanya adalah de-Amerikanisasi...yaitu, penolakan terhadap dominasi Amerika atas kawasan."

Rahbar menambahkan, pengingkaran dominasi Amerika di kawasan tidak berarti memutus hubungan politik dan ekonomi antara pemerintah negara-negara di kawasan dengan Amerika, namun semakin hari semakin melemahnya dominasi Amerika. Sebuah strategi dan politik yang dikejar Amerika selama bertahun-tahun yakni kebijakan dominasi atas kawasan, sarana utama kebijakan ini adalah dukungan terhadap rezim Zionis... Sejak satu atau dua dekade yang lalu, mereka mengintensifkan kebijakan ini, mereka pergi ke Afghanistan dan Irak dan ingin menguasai wilayah tersebut dengan mendudukinya, [tetapi] mereka tidak bisa. Saat ini, kebijakan dan orientasi di kawasan ini adalah de-Amerikanisasi. Salah satu tanda jelas yang ada di depan mata kita saat ini adalah operasi Badai al-Aqsa. Benar, Badai al-Aqsa bertentangan dengan rezim Zionis, tapi ini adalah de-Amerikanisasi... Arti sebenarnya adalah Badai Al-Aqsa adalah peristiwa yang bersejarah; Ia berhasil mengacaukan tabel kebijakan Amerika di kawasan ini, dan Insya Allah badai ini terus berlanjut akan menghapus tabel kebijakan Amerika di kawasan... De-Amerikanisasi telah dimulai; “Beberapa negara yang seratus persen tunduk pada kebijakan Amerika sudah mulai menemukan sudut pandang terhadap Amerika, seperti yang Anda lihat dan dengar, dan ini akan terus berlanjut.”

Pemimpin Revolusi Islam ini menganggap ciri lain dari perubahan geografi politik di kawasan ini adalah kekacauan dikotomi yang salah dan dipaksakan seperti Arab dan non-Arab, Syiah dan Sunni, legenda bulan sabit Syiah dan bahayanya penyebaran Syiah di kawasan dan mengatakan;

“Itu adalah hal yang tidak relevan yang mereka kemukakan; Ini cambur aduk. Dalam isu badai Al-Aqsa kali ini dan sebelum badai Al-Aqsa, siapa yang paling banyak membantu warga Palestina? Kaum Syiah melakukannya; Syiah Lebanon, Syiah Irak, Syiah Arab, Syiah non-Arab. Dikotomi-dikotomi ini tercampur aduk dan alih-alih dikotomi yang dipaksakan ini, sebuah dikotomi baru telah mendominasi kawasan ini: dikotomi perlawanan dan ketundukan... "Perlawanan" berarti tidak tunduk pada paksaan, dominasi, dan campur tangan Amerika; Ini adalah perlawanan. Sekarang ada orang yang menolak seratus persen, ada yang delapan puluh persen, ada yang lima puluh persen; Bagaimanapun, aliran dan gerakan perlawanan merupakan arus yang jelas di kawasan saat ini, dan titik baliknya adalah “menyerah”, yang memalukan dan mempermalukan bangsa dan pemerintah."

Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa ciri lain dari rencana (skenario) baru kawasan ini adalah solusi masalah Palestina, dan itu adalah pembentukan kedaulatan Palestina di seluruh tanah Palestina. Kami mengusulkan referendum untuk Palestina. Referendum adalah logika duniawi dan dapat diterima serta beradab bagi pemerintahan Palestina. Jika inti-inti perlawanan ini mengikuti kemauan, tekad dan keinginan mereka dengan sungguh-sungguh, maka hal ini akan tercapai; Tidak ada keraguan tentang hal ini. Pemimpin Revolusi Islam seraya menyebut perkataan beberapa juru bicara dunia bahwa Iran harus membuang orang-orang Yahudi atau Zionis ke laut adalah sebuah kebohongan, dan mengatakan bahwa orang lain atau sebagian orang Arab yang mengatakan hal tersebut, kami tidak mengatakannya. Kami mengatakan, suara adalah suara rakyat. Pemerintahan yang dibentuk berdasarkan suara rakyat Palestina akan mengambil keputusan.

Pertemuan Basij dengan Rahbar
Ayatullah Khamenei menilai peristiwa Badai al-Aqsa sebagai peristiwa penting dan unik yang menghilangkan nama baik peradaban dan budaya Barat. Baliau berkata: “Tindakan biadab yang dilakukan rezim Zionis… tidak hanya menghilangkan reputasi rezim Zionis itu sendiri, reputasi Amerika… dan beberapa negara terkenal di Eropa, namun juga menghilangkan reputasi peradaban dan budaya Barat.” Kebudayaan dan peradaban Barat adalah peradaban yang sama ketika lima ribu anak syahid dengan bom fosfor, kepala negara tertentu akan berdiri dan mengatakan bahwa Israel sedang membela diri! Apakah ini pembelaan diri? Inilah budaya Barat... Tragedi yang terjadi dalam lima puluh hari terakhir ini merupakan rangkuman kejahatan yang dilakukan rezim Zionis di Palestina selama 75 tahun... Selama tahun-tahun tersebut, mereka selalu melakukan hal ini... pemukiman yang sama yang mereka bangun. Di mana dibangun? Mereka menghancurkan rumah-rumah penduduk, menghancurkan pertanian Palestina, membangun pemukiman Zionis. Jika ada yang melawan, mereka membunuhnya... inilah yang telah mereka lakukan selama 75 tahun. Menurut kami, Badai Al-Aqsa tidak bisa dipadamkan, Insya Allah, dan beri tahu mereka bahwa situasi ini tidak akan berlanjut dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan.”

Di akhir pertemuan tersebut, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Bertawakallah kepada Tuhan وَمَن یَتَوَکَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. 65: 3). Semoga Allah Swt melindungi kalian semua.

Minggu, 10 Desember 2023 18:36

Hak yang tidak Manusiawi

 

10 Desember ditetapkan sebagai Hari Internasional HAM, dan bertepatan dengan pengesahan Deklarasi Dunia HAM oleh Majelis Umum PBB (UNGA) pada tahun 1948.

Dalam artikel ini kami akan membahas definisi dan sejarah Hak Asasi Manusia (HAM), serta alasan penetapan 10 Desember sebagai Hari Dunia HAM. Selain itu, kita juga akan mencermati pelanggaran HAM oleh Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.

HAM merupakan hak paling mendasar dan hak vital yang dimiliki manusia secara fitrah dan setelah ia dilahirkan sebagai makhluk ini. Ini adalah hak yang harus dimiliki setiap orang tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, dan keyakinannya kapan saja dan di mana saja. Hak-hak tersebut dipengaruhi oleh serangkaian prinsip yang pada era kontemporer telah menjadi deklarasi, peraturan dan resolusi yang mempunyai aspek global dan dikenal mewakili landasan spiritual peradaban manusia modern.

Prinsip-prinsip ini, beberapa di antaranya awalnya dimasukkan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948, sebenarnya terinspirasi oleh konsep-konsep yang dinyatakan oleh agama-agama besar monoteistik berabad-abad yang lalu dan seharusnya didasarkan pada konsep-konsep tersebut tanpa memandang ras, negara, warna kulit, jenis kelamin, kepercayaan, kondisi kehidupan sosial dan komposisi fisik manusia, ia dianggap sebagai makhluk terhormat dan hidupnya harus suci, oleh karena itu ia tidak boleh disalahgunakan oleh sesamanya dengan cara apa pun.

Oleh karena itu organisasi-organisasi internasional diberi tugas untuk melaksanakan dan memantau pelaksanaan peraturan-peraturan tinggi yang telah ditetapkan sebagai penjamin kehidupan, kebebasan dan martabat manusia, namun sejauh ini belum ada jaminan implementasi yang benar atau lengkap dan dalam beberapa kasus hal ini tunduk pada standar ganda. Hak-hak ini, dalam arti luasnya, mencakup kesehatan, kemandirian, pengembangan pribadi, kebijakan tempat tinggal dan kehidupan, budaya, pekerjaan, hak atas dukungan sosial dan keamanan permanen di segala bidang.

Pada tanggal 16 Februari 1946, pertemuan pertama Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa diadakan di London. Dewan ini membentuk Komisi Hak Asasi Manusia PBB dengan mengeluarkan resolusi. Berdasarkan resolusi tersebut, komisi ini wajib menyampaikan usulan, rekomendasi dan laporan terkait perjanjian global tentang kebebasan sipil, perlindungan minoritas dan larangan diskriminasi berdasarkan gender, ras, bahasa dan agama kepada Sekretaris Dewan Ekonomi dan Sosial PBB.

Oleh karena itu, pada bulan Mei 1946, komisi ini dibentuk dari 18 negara, dan dengan terbentuknya departemen hak asasi manusia di Sekretariat PBB, komisi ini memulai kegiatannya untuk mengumpulkan dokumen internasional atau undang-undang domestik suatu negara untuk tersedia bagi komisi tersebut.

Rapat Dewan Ekonomi dan Sosial diadakan dengan susunan direksi yang mengkhususkan diri pada hak-hak sipil dan internasional dengan tujuan mempersiapkan dan menyusun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan akhirnya, setelah dua tahun, pada tahun 1948, deklarasi ini telah disusun.

Setelah penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dalam sidang bersejarah tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di Paris menyetujui deklarasi tersebut dengan 48 suara mendukung, 8 abstain dan tidak ada suara menentang, sehingga hari ini dinamakan sebagai Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Uni Soviet, Republik Sosialis Soviet Ukraina, Republik Sosialis Belarusia, Republik Sosialis Federal Yugoslavia, Republik Rakyat Polandia, Cekoslowakia, Arab Saudi dan Uni Afrika Selatan termasuk di antara delapan negara yang abstain.

Deklarasi hak asasi manusia memuat pendahuluan dan 30 pasal, pasal pertama mengacu pada persamaan hak umat manusia dan aturan semangat persaudaraan di antara mereka dan menyatakan:

“Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai harkat, martabat dan hak yang sama. Mereka semua mempunyai akal dan hati nurani serta hendaknya memperlakukan satu sama lain dalam semangat persaudaraan”…

  Demikian pula sampai dengan Pasal 30 yang menyatakan:

“Tidak ada ketentuan dalam deklarasi ini yang boleh ditafsirkan sedemikian rupa sehingga menyiratkan hak bagi pemerintah, masyarakat atau individu mana pun untuk mengambil tindakan atau langkah apa pun yang menghancurkan hak dan kebebasan yang terkandung dalam deklarasi ini.”

Meskipun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah diadopsi, namun kenyataannya berbeda dalam praktiknya, karena telah terjadi berbagai peristiwa sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga saat ini, yang menunjukkan adanya jarak yang jauh antara tujuan yang diharapkan dan kinerja komunitas internasional dalam pembelaan hak asasi manusia. Sehingga, bertentangan dengan gagasan awal, slogan pembelaan hak asasi manusia justru menjadi alat untuk menerapkan tekanan politik dan ekonomi pemerintah Barat terhadap beberapa negara lain untuk memajukan kepentingan kolonialnya, yang akan kami sebutkan di sisa program.

Pada bagian program ini, kami akan mengulas kejahatan Amerika Serikat dan rezim Zionis, yang mengaku sebagai pendukung hak asasi manusia, namun banyak melakukan kejahatan brutal terhadap kemanusiaan.

Meskipun Amerika selalu berusaha tampil sebagai pemerintah yang pro dan terdepan di bidang hak asasi manusia di organisasi dan lembaga internasional, pada prinsipnya negara ini memiliki latar belakang dan struktur hak asasi manusia yang paling lemah. Penahanan sewenang-wenang, penjualan senjata ke negara-negara yang melanggar hak asasi manusia, kemiskinan dan kesenjangan sosial, kekerasan berbasis gender, diskriminasi rasial yang meluas, hanyalah beberapa contoh kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Amerika.

Sementara itu, rezim Zionis Israel juga seperti Amerika Serikat, melakukan banyak kejahatan anti-kemanusiaan. Dan seluruh kejahatan ini dilakukan dengan dukungan Amerika Serikat.

Markas Besar Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran baru-baru ini menyusun laporan tentang kejahatan paling penting yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel dalam 75 tahun terakhir dalam dua bagian. Bagian pertama tentang daftar 75 tahun kejahatan pembunuhan anak dan rezim apartheid Israel, dan bagian kedua tentang resolusi PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia terhadap rezim Zionis. Salah satu kejahatan anti-kemanusiaan terbaru yang dilakukan rezim Zionis adalah kejahatan yang baru-baru ini dilakukan rezim ini di Gaza.

Menurut laporan terbaru dari Markas Besar Hak Asasi Manusia Republik Islam, lebih dari 45 ribu orang gugur dan terluka dalam 40 hari terakhir, penghancuran lebih dari 33 ribu bangunan tempat tinggal dan infrastruktur, serta pengungsian 1,4  juta orang selama ini hanyalah sebagian dari kejahatan yang dilakukan rezim Zionis Israel terhadap rakyat Gaza yang tidak berdaya dan tidak bersalah melalui kerja sama dengan pengklaim hak asasi manusia terbesar, Amerika Serikat.

Kejahatan Israel di Jalur Gaza
Patut diketahui bahwa selama 75 tahun terakhir sejak berdirinya rezim Israel palsu hingga tahun 2022, sebanyak 512 resolusi menentang Israel telah disetujui oleh Majelis Umum, Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia, dimana 55 resolusi menentang Zionis telah diveto oleh Amerika Serikat.

Dengan menelaah kasus-kasus tersebut, yang hanya sebagian dari kejahatan brutal yang dilakukan Amerika dan Israel terhadap kemanusiaan, kita mengetahui bahwa rezim Zionis dan Amerika selalu menjadi contoh nyata pelanggaran HAM sepanjang sejarah.

Pada akhir pembahasan ini, mari kita simak salah satu pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatullah Khamenei mengenai Amerika yang mengatakan:

"Amerika mengatakan “kami mendukung hak asasi manusia”! Kami bilang: Anda sama sekali tidak mengakui hak asasi manusia. Anda percaya pada hak-hak perusahaan besar dan kapitalis Amerika. Anda percaya pada kepentingan tidak sah rezim Amerika di seluruh dunia!"

 

Hari-hari ini adalah hari-hari duka bagi para pecinta Ahlul Bait untuk Sayidah Fathimah Zahra as. Fathimah adalah pribadi ketika Nabi Muhammad Saw merindukan bau surga langsung mendekat dan menciumnya. Fathimah adalah pribadi yang disebut Rasulullah Saw sebagai "ibu dari ayahnya" dan "belahan jiwanya". Nabi Saw pernah bersabda tentangnya, "Wahai Fathimah! Sesungguhnya Allah SWT akan memurkai seseorang karena murkamu dan merelakan seseorang karena kerelaanmu."

Benar, Sayidah Fathimah az-Zahra as merupakan kecintaan Allah. Fathimah as telah mencapai cakrawala tertinggi, sehingga Allah SWT meridhai seseorang yang direlakan Fathimah as dan begitu juga akan murka dengan kemurkaan Fathimah as.

Namun Fathimah as sebagai cindera mata Rasulullah Saw meninggal dunia secara misterius di masa mudanya, sehingga kuburannya sampai sekarang tidak memiliki tanda. Tidak jelas apakah beliau dimakamkan di masjid Nabi, bersama dengan ayahnya atau di Baqi, atau di tempat lain! Sejujurnya, tidak ada tanda yang jelas itu sendiri petanda apa?

Hari ini, pada peringatan kesyahidan putri Rasulullah Saw, dunia Islam bersedih. Kami juga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Anda pada kesempatan peringatan kesyahidan Sayidah Fathimah Zahra as. Pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa kalimat singkat dari khotbah beliau yang disampaikan pada hari-hari terakhir kehidupannya yang singkat tapi penuh berkat. Kami memohon kepada Allah SWT agar senantiasa menuntut kita di jalur terang benderang yang telah dilewati perempuan hebat ini.

Khotbah sayidah Fathimah as di masjid Madinah yang kemudian dikenal sebagai khotbah Fadak adalah khotbah yang indah yang membingungkan para ahli kefasihan dan retorika karena ungkapan yang lugas, kekuatan argumentasi penggunaan berbagai metafora dan keragaman obyek yang dibahas. Sebagaimana Bahauddin Erbali, sejarawan dan ahli hadis terkenal abad ke tujuh tentang khorbah ini menulis, "Khotbah yang memancarkan cahaya kenabian dan menyibakkan aroma risalah serta Syiah dan Sunni mengutipnya di buku-buku mereka."

Khotbah ini secara lahiriah menjelaskan protes atas perampasan tanah Fadak yang dilakukan oleh Khalifah Pertama. Fadak adalah tanah dekat Madinah, yang cukup air dan penuh dengan kebon kurma dengan hasil yang bagus. Pada tahun ketujuh Hijrah, pasukan Islam berhasil menaklukkan benteng-benteng Khaibar yang merupakan markas utama orang-orang Yahudi. Nah, begitu mendengar berita ini, orang-orang Yahudi Fadak mengirim utusan untuk menemui Nabi Saw dan menyerahkan Fadak kepada Rasulullah Saw. Sesuai dengan kesaksian para ahli tafsir Syiah dan Sunni, setelah diturunkannya ayat 26 surat al-Isra Nabi yang memerintahkan agar memberikan hak keluarga, Nabi Saw lalu memberikan Fadak kepada Fathimah as.

Namun setelah wafatnya Nabi Saw, hanya dalam beberapa hari, terjadi perubahan besar terjadi dalam masyarakat Islam, yang sangat sulit dipercaya. Setelah sepuluh hari setelah kematian Nabi Saw, Khalifah Pertama mengusir para pekerja Fathima as dari Fadak dan menunjuk orang lain sebagai gantinya. Demikianlah cerita perampasan tanah Fadak. Menyaksikan kejadian itu, Sayidah Fathimah Zahra as pergi ke masjid Nabi untuk menjelaskan haknya.

Ketika dikatakan bahwa putri Nabi Saw ingin berbicara dengan orang-orang, semua orang berkumpul di masjid dan sekitarnya untuk mendengar kata-kata Fathimah as. Di sudut masjid ada tabir yang disiapkan untuk memisahkan kaum pria dengan perempuan. Sayidah Fathimah as memasuki masjid di antara kaum perempuan. Beliau berjalan seperti Rasulullah Saw, ayahnya. Mereka yang hadir di masjid seakan-akan mendengar kembali suara kaki Rasulullah Saw. Bahkan ketika Fathimah as mulai berbicara, masyarakat seakan-akan mendengar kembali suara Rasulullah Saw.

sayidah Fathimah as memasuki masjid. Ini merupakan pertama kalinya beliau melangkahkan kakinya ke masjid pasca meninggalnya Rasulullah Saw. Menyaksikan tempat kosong yang biasa diisi oleh Nabi Saw, lihat ruang kosong Nabi Saw, kesedihan menyelimutinya dan beliau mulai merintih. Hanya satu rintihan tanpa kata, tapi telah membuat hati-hati yang hadir bergetar dan air mata menetes.

Kemudian Sayidah Fathimah as memulai ucapannya dengan memuji Allah SWT dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Ketika semua yang hadir mendengar suara peninggalan Rasulullah Saw di masjid, masyarakat kembali menangis. Fathimah as untuk kedua kalinya terdiam dan dengan perlahan memulai ucapannya, "Saya mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dan memberikan ilham kepada hati. Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang tidak mampu dihitung dan tidak dapat memberikan balasan atasnya dan tidak dapat dipahami akhirnya."

Di awal khotbah, Sayidah Fathimah Zahra as berbicara tentang nikmat Allah dan apa yang membuatnya langgeng dan menopang nikmat ini. Setelah itu, beliau beralih membicarakan tauhid, kenabian lalu membicarakan kerja keras Rasulullah Saw dalam membimbing manusia dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Setelah itu berkata, "Kalau begitu, ketika ayahku melaksanakan risalahnya, Allah Swt lebih mengutamakan kehadirannya di barisan malaikat yang dekat dengan Allah, ketimbang tetap berada di dunia lalu membawanya ke sisi-Nya."

Dengan penjelasan ini, Fathimah as memahamkan kepada semuanya bahwa Nabi Muhammad Saw sama seperti manusia lainnya yang bisa mati.

Dalam khotbah ini, Fathimah as memperkenalkan dirinya kepada semua yang telah mengenalnya sebelumnya, dan di sela-sela ucapannya, beliau menjelaskan masalah Islam yang prinsip. Beliau mengatakan, "Wahai manusia! Saya adalah Fathimah dan ayahku adalah Muhammad Saw. Apa yang saya sampaikan dari awal hingga akhirnya adalah benar. Bukan ucapan yang sia-sia dan saya tidak pernah melakukan pekerjaan yang tidak baik. Jadi jika kalian mengenalnya, ketahuilah tahu bahwa di antara para wanita kalian adalah ayahku dan di antara laki-laki kalian, beliau adalah  saya Anda tahu bahwa dia adalah ayah saya di antara para wanita Anda, dan di antara para pria Anda adalah saudara sepupu saya."

Artinya, bila kalian mengenal ayahku, ketahuilah bahwa beliau adalah saudara sepupu saya dan tidak ada dari kalian yang punya hubungan kekerabatan seperti itu dengannya. Hanya Ali yang saudaranya adalah Nabi Saw. Semua mengetahui bahwa ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup dan menyambungkan kekerabatan, beliau menjadi saudara Ali dan Ali dikenal sebagai saudara Rasulullah Saw. Oleh karenanya, maksud dari Sayidah Fathimah Zahra as adalah menjelaskan kepada masyarakat semua poin yang membuktikan kekbenaran Ali.

Setelah itu, Fathimah as menjelaskan kebingungan dan kesesatan manusia sebelum pengutusan Nabi Muhammad Saw dan berkata, "Saya adalah putri orang yang menyelamatkan kalian dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Kondisi hidup kalian sedemikian rupa sehingga kalian tidak memiliki air minum yang sehat dan makanan yang layak. Kalian melewati dunia kalian dalam kemiskikan, kesengsaraan dan pembunuhan antara saudara. Puncaknya adalah kalian sesat dan penyembah berhala dan beliau memperkenalkan kalian akan Allah dan membawa agama terbaik buat kalian. Nabi membimbing kalian ke tingkat kesempurnaan manusia. Tidak seorang pun di alam semesta yang melakukan pelayanan kepada kemanusiaan sepertinya. Pada saat Rasulullah ada di antara kalian, beliau paling menanggung penderitaan dan paling merasakan penderitaan dan di jalan ini Ali adalah pribadi yang selalu menjadi teman dan penolongnya. Terkadang kalian hidup dengan tenang, Ali melemparkan dirinya ke mulut naga untuk membela agama Allah. Akhirnya, berkat perjuangan Nabi Muhammad Saw dan Ali, mereka berhasil memastikan agama Islam dan kalian sampai pada kemuliaan dan kehormatan ini."

Setelah menyampaikan pendahuluan tersebut, Sayidah Fathimah as mengatakan, "Ketika Nabi Saw masih hidup semua masalah ini dibanggakan dan diterima oleh semua orang. Namun begitu beliau pergi, apa yang terjadi di antara kalian? Setelah ayahku meninggal kecenderungan kalian akan kemunafikan mulai tampak dan setelah mulai menguasai kalian. Bukannya mengingat komitmen kalian kepada Rasullah, amanah yang diserahkan kepada kalian mulai dilupakan bukannya dijaga. Seakan-akan hanya nama dari Islam kalian yang tinggal dan kalian melupakan hakikat Islam."

Sayidah Fathimah as menyampaikan apa saja yang perlu dikatakan, itupun dengan transparan dan sastra yang tidak ada bandingannya. Meskipun beliau tampaknya tidak mampu menjelaskan Ali as dalam posisi seperti yang disampaikan Rasulullah Saw di hari Ghadir Khum, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga sebagai pemimpinnya, tapi beliau berhasil mencatatkan dalam sejarah akan satu hakikat. Fathimah as berhasil menjadikan Fadak sebagai alasan untuk memrotes perampasan khilafah dan penyimpangan dari jalan Rasulullah Saw.

Jika Fathimah as tidak mengatakan ini, Ali tidak pernah mencapai kekhalifahan. Ali as setelah dua puluh lima tahun, akhirnya berhasil menjadi khalifah untuk waktu yang singkat, empat tahun. Selama empat tahun menjadi khalifah, Ali as harus menjalani tiga perang internal, tapi di setiap kesempatan beliau menyampaikan puluhan prinsip-prinsip al-Quran dan nilai-nilai Islam untuk menuntung dan mendidikan setiap individu dan masyarakat. Ali as dalam waktu yang singkat ini berhasil membangun kota percontohan al-Quran. Kota Kufah waktu itu tidak memiliki orang miskin. Ahmad bin Hanbal dalam buku Fadhail Shahabah mengutip bahwa Ali as berkata, "Sekarang, masyarakat memiliki kehidupan yang layak. Mereka yang kerjanya paling rendah dapat memakan roti dari gandum dan memiliki rumah serta dapat minum air yang sehat dan bersih dari sungai Furat."

Sekali lagi, kami mengucapkan bela sungkawa atas kesyahidan putri tercinta Rasulullah Saw dan menyampaikan salam kepada ruh suci Sayidah Fathimah az-Zahra as. Karena Rasulullah Saw pernah berkata kepada beliau, "Ketika ada orang yang menyampaikan salam kepada putriku, Allah Saw akan mengampuninya dan akan digabungkan denganku di surga, dimana saja aku barada.

 

Hari Jumat (15/12/2023) para teroris menyerang markas polisi di kota Rask. Dalam insiden ini sejumlah polisi Republik Islam Iran gugur.

Pada Jumat pagi (15 Desember 2023), sekelompok teroris menyerang markas polisi di kota Rask, provinsi Sistan dan Baluchistan, tenggara Iran, menyebabkan banyak korban tewas dan ada pula yang luka-luka. Tak lama setelah insiden teroris ini, kelompok teroris "Jaish al-Dhulm" mengambil tanggung jawab atas serangan pengecut ini dan mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa pasukannya menyerbu markas komando Faraja (komando polisi Republik Islam Iran) di kota Rask pada pukul dua dini hari.

Menyusul serangan teroris dan kematian 12 polisi, duka cita diumumkan di provinsi Sistan dan Baluchistan di Iran pada hari Sabtu.

Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi, setelah serangan teroris di markas polisi kota Rask, menyampaikan pesan belasungkawa kepada rakyat Iran dan menyatakan simpati yang mendalam kepada keluarga para syuhada yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam tindakan pengecut ini. Sayid Ebrahim Raisi meminta aparat keamanan dan penegak hukum segera mengidentifikasi pelaku kejahatan keji ini agar bisa dihukum atas perbuatan memalukan tersebut.

Menteri Dalam Negeri Iran juga mengatakan pada hari Sabtu pada upacara perpisahan para syuhada serangan teroris di kota Rask, mengatakan bahwa orang-orang muda yang terkasih ini menjadi martir oleh orang-orang paling kejam di dunia, dan menekankan: kelompok teroris dan kubu anti-pemerintah harus tahu bahwa salah menguji orang-orang yang telah teruji, revolusi ini selama usianya telah menyumbangkan banya syuhada ini dalam membela negara dan teguh ke arah itu.

Ini bukan pertama kalinya kita melihat serangan terhadap kepolisian dan masyarakat Sistan dan Baluchistan di perbatasan timur Iran. Sebelumnya, berbagai kelompok teroris, termasuk kelompok Jaish al-Dhulm, membunuh sejumlah warga Iran dengan serangan terhadap masyarakat umum dan pasukan polisi di Sistan dan Baluchistan. Namun fakta bahwa kita menyaksikan serangan berdarah seperti ini dalam situasi saat ini, berdasarkan kondisi internasional dan regional, tujuan dan faktor di balik serangan tersebut dapat dinilai dari beberapa aspek:

Poin pertama adalah menempatkan Iran di bawah tekanan sejalan dengan tekanan keamanan maksimum terhadap Republik Islam Iran setelah kegagalan tekanan maksimum sanksi Amerika. Dalam gerakan-gerakan tersebut, terdapat kerja sama yang luas antara Amerika, Inggris dan Israel, dan mereka menjadikan wilayah perbatasan timur, selatan dan barat Iran sebagai pusat kegiatan spionase dan militernya, sehingga dapat menerusak keamanan wilayah tersebut, khususnya. Provinsi Sistan dan Baluchistan.

Republik Islam Iran sejauh ini telah menangkap banyak mata-mata dan teroris dalam hal ini dan menghukum mereka atas tindakan mereka, seperti baru-baru ini hukuman mati terhadap seseorang yang diadili dan dihukum karena memiliki hubungan dengan dinas asing, termasuk Mossad, dieksekusi di Sistan dan Baluchistan. Bulan lalu, sejumlah mata-mata lainnya dijatuhi hukuman mati karena berkolaborasi dengan kelompok teroris Jaish al-Dhulm.

Orang-orang ini dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Revolusi dengan dakwaan menjadi anggota kelompok Jaish al-Dhulm, melakukan kerusakan di muka bumi melalui partisipasi dalam aksi teroris dua  pengeboman Kantor Polisi 12 Zahedan, ikut serta dalam aksi teroris pengeboman bom di rute mobil patroli polisi yang mengakibatkan beberapa petugas polisi terluka, merusak fasilitas umum dan pemerintah, serta menyelundupkan peralatan pembuatan bom.

Tujuan kedua dilakukannya serangan teroris ini adalah untuk mengganggu keharmonisan dunia Islam khususnya Republik Islam Iran dengan negara tetangganya, termasuk tetangga timur. Salah satu prioritas pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran adalah memperkuat hubungan persahabatan dan mengembangkan kerja sama komersial dan militer dengan negara tetangga, termasuk Iran dan Pakistan.

Dalam beberapa bulan terakhir, kita telah melihat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan Iran dengan Afghanistan dan Pakistan. Pertukaran dan kunjungan yang sering dilakukan delegasi ekonomi, komersial, budaya dan militer Republik Islam Iran dengan Afghanistan dan Pakistan, termasuk pertemuan keamanan otoritas perbatasan Pakistan dan Iran, koordinasi mereka, pembentukan beberapa pasar perbatasan, dan sebagai jasilnya, perbatasan Iran dan kedua negara ini relatif stabil, termasuk di provinsi Sistan dan Baluchistan, adalah hal-hal yang dapat dengan mudah ditoleransi oleh musuh-musuh negara-negara di kawasan. Akibatnya, dengan serangan-serangan tersebut, mereka berusaha mengobarkan kecurigaan otoritas negara-negara tersebut terhadap satu sama lain dan menciptakan kesalahpahaman di antara mereka.

Poin ketiga adalah menciptakan perpecahan mazhab dan etnis antara Syiah dan Sunni, etnis Baluch dan non Baluch di Provinsi Sistan dan Baluchistan Iran. Di satu sisi, kelompok teroris seperti Jaish al-Dhulm secara keliru memperkenalkan diri mereka sebagai perwakilan masyarakat Baloch dan mengklaim membela hak-hak masyarakat Baloch, tapi mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah dalam serangan mereka, dan di sisi lain, sejumlah tokoh etnis atau agama yang merupakan tangan musuh dan mereka berusaha mengobarkan perbedaan agama dan etnis di Sistan dan Baluchistan dengan kata-kata mereka yang memiliki dua sisi dan bermakna.

Namun berkat kewaspadaan masyarakat dan pihak berwenang di wilayah tersebut, rencana mereka berhasil digagalkan dan dari waktu ke waktu, mereka berusaha mencapai tujuan mereka yang gagal dengan menumpahkan racun mereka melalui serangan berdarah. Seperti yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Iran dalam pidatonya menanggapi kejadian baru-baru ini, yang menyatakan bahwa keinginan para pejuang kita tidak akan membiarkan para teroris memiliki momen damai, dia mengatakan bahwa musuh mencoba menciptakan perpecahan di antara kaum Syiah dan Sunni, tetapi hari ini Anda melihat Syi'ah dan Sunni bersatu dan berdampingan. Mereka juga hadir pada upacara pemakaman dan tindakan musuh tidak membawa hasil.

Bagaimanapun, kini, di satu sisi, semacam keharmonisan kerakyatan telah muncul di antara negara-negara Muslim dalam masalah Gaza, dan di sisi lain, hubungan antara Republik Islam Iran dan negara-negara tetangganya berada di jalur yang benar dan mengalami kemajuan, plot musuh juga meningkat secara paralel. Dan hal ini mengharuskan negarawan dan masyarakat di negara-negara di kawasan untuk tetap waspada dan tidak tertipu oleh plot musuh, dan selain itu, lembaga hak asasi manusia internasional mempunyai kewajiban untuk mengutuk serangan-serangan tersebut dan kegiatan-kegiatan kelompok teroris untuk membawa perdamaian, keamanan dan ketenangan bagi bangsa-bangsa.

Seperti yang dikatakan Stéphane Dujarric, juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam waktu setempat: Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk serangan hari ini terhadap markas besar polisi di provinsi Sistan dan Baluchistan Republik Islam Iran, yang dilakukan oleh kelompok "Jaish al-Adl"  (Dhulm) dan berdasarkan laporan tersebut menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas, dan menekankan perlunya mengadili para pelaku serangan ini."

Lebih lanjut seraya pentingnya mengadili dan menghukum pelaku serangan terori ini, ia menuntut pelaku serangan keji ini secepatnya diserahkan ke pengadilan.

 

 

Pengadilan banding Hamid Nouri diadakan atas tuduhan yang dibuat-buat dan hukuman penjara seumur hidup telah diputuskan.

Namun cerita utamanya, sebenarnya adalah penyanderaan politik, yang melaluinya, pemerintah Swedia mengupayakan pembebasan seorang mata-mata yang bertanggung jawab atas kesyahidan para ilmuwan nuklir Iran.

Menurut wartawan Farsnews, pada 2 November 2019 (11 Aban 1398 HS), Hamid Nouri, seorang warga negara Republik Islam Iran, mengunjungi Swedia dan setibanya di bandara Stockholm, dia ditangkap polisi negara ini.

Penangkapan Hamid Nouri atas tuduhan yang dibuat-buat merupakan skenario dinas keamanan Swedia dan awal dari permainan politik terhadap Republik Islam Iran. Melalui penahanan terhadap Hamid Nouri, Swedia berusaha membebaskan seorang mata-mata yang bertanggung jawab dalam berbagai serangan teror terhadap para ilmuwan nuklir Iran, termasuk bertanggung jawab atas gugur syahidnya Mohsen Fakhrizadeh.

Hamid Nouri
Hamid Nouri ditangkap berdasarkan klaim dan tuduhan palsu dari anggota kelompok teroris Munafikin (MKO), pada saat kedatangannya di Bandara Stockholm. Selama beberapa bulan, dia tidak diizinkan menghubungi keluarganya atau tidak memiliki akses konsuler.

Padahal menurut Konvensi 1963 tentang Hubungan Konsuler, pemerintah penerima setelah menangkap warga negara asing harus segera memberi tahu kedutaan atau konsulat orang tersebut.

Sekretaris Komisi Hak Asasi Manusia Iran Kazem Gharibabadi pada tanggal 30 Juni 2023 mengatakan, kasus Hamid Nouri sepenuhnya politis dan haknya dilanggar dalam persidangan dan pengadilan banding bagi warga Iran. Kami melihat kasusnya sebagai sandera di sana, bukan orang yang melakukan kejahatan.

"Swedia tidak memiliki dokumen apa pun dan hanya membela kelompok teroris; Tentu saja, negara-negara itu sendiri, di mana kelompok teroris itu berada, mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan dan menangani kelompok munafik ini, dan kelompok ini juga akan menimbulkan masalah bagi Swedia," ujar Gharibabadi.

"Kami menyarankan Swedia untuk tidak mengorbankan keamanan dan kepentingan mereka demi membela kelompok teroris ini, dan tidak mengambil tindakan lebih lanjut terkait permainan politik mereka sendiri terkait kasus Hamid Nouri," tegasnya.

Hamid Nouri
Sudah lebih dari empat tahun sejak Hamid Nouri ditahan secara ilegal di Swedia, dan selama ini dia selalu ditahan di sel isolasi serta pembatasan yang sangat ketat dan tidak manusiawi telah diberlakukan padanya dan keluarganya.

Sidang ke-10 telah digelar dan sidang banding ke-11 juga telah digelar pada 29 Mei 2023, dan proses ini berlanjut hingga pertengahan November 2023.

Dalam sidang pertama pengadilan ini, Hamid Nouri sangat keberatan dengan proses peradilan yang hanya formalitas dan tidak adil.

Dalam sidang ini, Nouri mengatakan kepada hakim Swedia, Mengapa Anda ingin menyelenggarakan pengadilan formalitas? Keadilan harus ditegakkan di sini. Saya ingin berbicara dengan pengacara saya. Saya sudah berada di sel selama 3 tahun 2 bulan. Tuan Hakim, biarkan keadilan ditegakkan di pengadilan Anda. Saya menghitung detik untuk hari seperti ini untuk menceritakan kisah saya kepada Anda. Jangan menyelenggarakan pengadilan formalitas.

Kasus Hamid Nouri bisa dikritisi dari aspek hukum. Kasus ini memiliki kontradiksi dari aspek hak asasi manusia dengan konvensi internasional, dimana otoritas Swedia tidak memberikan penjelasan atau bukti yang dapat diterima.

Asas praduga tidak bersalah telah dilanggar pada tempatnya. Berdasarkan prinsip ini, diasumsikan bahwa semua orang tidak bersalah sampai mereka dinyatakan bersalah secara meyakinkan di pengadilan yang berwenang.

Putusan pengadilan yang lebih rendah menunjukkan bahwa asas praduga tidak bersalah telah dilanggar dan dakwaan dikeluarkan berdasarkan itu, sementara pengadilan Swedia secara membabi buta mengandalkan dakwaan tersebut.

Menurut Eduardo Torido, penasihat hukum keluarga Nouri, Struktur legislatif Swedia yang berlaku saat ini belum diperbarui dibandingkan dengan hukum internasional, dan hukum yang berlaku dalam kasus Nouri adalah hukum dari tahun 1980 hingga 1988, dan pemerintah Swedia setelah itu mengadopsi Statuta Roma dan memperbarui aturannya sendiri pada tahun 2010 dan 2014. Oleh karena itu, pengadilan Swedia tidak dapat menerapkan aturan baru untuk peristiwa yang diduga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Para ahli sepakat bahwa persidangan Hamid Nouri lebih merupakan kasus politik daripada kasus yudisial dan hukum.

Ada banyak kontradiksi dalam persidangan Hamid Nouri. Dari cara dia ditahan di bandara Stockholm hingga saat penahanannya, ada banyak pelanggaran terhadap prinsip-prinsip internasional dan hak asasi manusia, bahkan hukum dalam negeri Swedia.

Hak dan kebebasan minimum yang diatur dalam dokumen internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, dan perjanjian regional tentang hak asasi manusia dan kebebasan, harus dijamin dan diterapkan kepada semua terdakwa tanpa kecuali dalam kasus pidana apa pun. Di antaranya adalah larangan penyiksaan dan perilaku tidak manusiawi lainnya, yang juga harus dipatuhi oleh pemerintah Swedia, tetapi semua kasus ini terlibat dalam kasus Hamid Nouri.

Mencermati proses ini, terlihat bahwa putusan Nouri ditulis jauh sebelum persidangan berakhir, dan menggelar persidangan sebenarnya merupakan upaya menyiapkan dokumen dugaan untuk itu; Meskipun dokumen tidak diberikan pada akhirnya, putusan ditulis terlebih dahulu dan dibacakan.

Selain itu, hak asasi minimum Nouri dicabut selama penahanannya di Swedia sebagai terdakwa. Hamid Nouri menghabiskan seluruh masa penahanannya di sel isolasi dan hanya diperbolehkan makan selama satu jam sehari.

Selain itu, pemerintah Swedia menolak memberinya fasilitas dasar seperti Al-Qur'an dan turbah karena berbagai alasan seperti penyebaran Corona. Tidak memberinya makanan halal dan tidak menyediakan kacamata yang dia butuhkan. Lokasi tempat penahanannya diubah berkali-kali karena alasan keamanan. Perlakuan kekerasan seperti pemukulan terhadapnya ada dalam agenda. Berkali-kali mereka menyita barang-barang pribadinya, seperti catatannya, meski Nouri menyatakan ketidaksetujuannya.

Dalam satu periode, ia ditolak akses ke dokter meskipun terinfeksi penyakit korona, yang bahkan menyebabkan penundaan sidang selama dua minggu, dengan mengklaim bahwa obat penyakit ini hanya istirahat.

Sejatinya, pemerintah Swedia memutus komunikasi Nouri dengan dunia luar dan pada saat yang sama mengklaim bahwa dia ditempatkan dalam kondisi yang menguntungkan.

Dalam file audio, hasil dari percakapannya dengan keluarganya, Nouri menjelaskan beberapa tindakan dan tidak manusiawi yang dilakukan terhadapnya.

Hamid Nouri
Sementara pada Mei 2022 dan pada saat yang sama dengan sesi sembilan puluh dua sidang pengadilan pertama, hakim kasus tersebut memerintahkan pembatalan semua pembatasan yang dikenakan pada Nouri, tetapi otoritas pusat penahanan terus memberlakukan pembatasan tersebut, termasuk dalam hal mengunjungi dan menghubungi keluarga atau menahannya di sel isolasi terus berlanjut dan bahkan mengintensifkannya.

Setelah 42 bulan penyiksaan di sel isolasi, Swedia baru-baru ini menerapkan metode penyiksaan baru terhadap Hamid Nouri.

Selama beberapa minggu terakhir, mereka telah memindahkan seorang warga negara Eritrea, yang menderita gangguan mental yang parah, ke sel isolasi Hamid Nouri, tanpa sedikit pun perubahan kondisi penahanannya.

Seperti yang dikatakan Hamid Nouri kepada pengacaranya, orang Swedia biasanya memindahkan seseorang ke selnya pada malam sidang pengadilan, dan dengan dalih yang sama, mereka menyita perangkat optik, termasuk catatan yang diperlukan untuk pengadilan yang dimilikinya.

Tindakan ini telah dilakukan berkali-kali sejauh ini, dan hal ini menghilangkan Hamid Nouri dari kemungkinan pembelaan yang efektif, dan dokumen yang dia butuhkan untuk membela diri di persidangan dijauhkan darinya dengan dalih yang sama.

Selain itu, kehadiran seseorang dengan masalah mental dan psikologis di sel berukuran kecil Nouri meningkatkan tekanan padanya, terutama karena menurut laporan yang diterima, orang tersebut sama sekali tidak mematuhi masalah kesehatan dan kondisinya sangat sulit dan melelahkan untuk warga Iran yang berada di sel isolasi tersebut.

Tindakan pemerintah Swedia ini dapat dianggap sebagai contoh nyata penyiksaan mental Hamid Nouri, yang jelas melanggar prinsip dan hukum internasional, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pasal 5 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan, Tidak seorang pun boleh mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat.

Klausa perintah tidak seorang pun boleh ini tidak diragukan lagi mengungkapkan salah satu prinsip hukum kebiasaan internasional yang tegas dan tidak dapat disangkal yang harus diterapkan dalam keadaan apa pun dan merupakan aturan wajib yang berlaku untuk semua lembaga peradilan, tetapi tampaknya sistem peradilan Swedia lebih memilih untuk menutup mata terhadap fakta ini. 

 

Setiap tanggal 25 Desember diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Isa atau Yesus Kristus oleh penganut agama Kristen di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia dirayakan sebagai Hari Natal, yang termasuk hari besar nasional.

Nabi Isa as termasuk salah seorang nabi agung yang begitu dimuliakan dalam al-Quran. Al-Quran dalam banyak ayat memperkenalkan Nabi Isa dengan posisi yang tinggi dan perannya sebagai seorang Nabi Ulul Azmi, yang memiliki Kitab dan Syariat. Kelahiran Nabi Isa as sendiri merupakan peristiwa luar biasa yang telah disinggung dalam al-Quran.

Nabi Isa as lahir tanpa seorang ayah. Beliau lahir dari ibu yang suci bernama Maryam yang tidak punya suami. Allah Swt dalam al-Quran berbicara tentang Maryam puteri Imran sebagai seorang perempuan terhormat dan bertakwa. Perempuan mulia ini sejak kecil telah mencapai derajat spiritual yang tinggi dengan penghambaan dan  pensucian diri, sehingga beliau mendapatkan hidangan dari langit.

Nabi Isa as
Ketika Sayyidah Maryam sedang beribadah dan bermunajat, malaikat Jibril turun dan memberikannya kabar tentang kelahiran seorang putra darinya. Allah Swt menyebutkan hal ini dalam al-Quran surat Maryam ayat 16-21. Nabi Isa as adalah salah satu dari Nabi besar yang namanya disebutkan dalam Al-Quran dan dicatat dengan penuh kemuliaan dan kehormatan serta disebut juga dengan Kalimatullah atau Ruhullah.

Nama Nabi Isa as disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 45 kali dan di beberapa bagian beliau disebut dengan nama Al-Masih. Sang ibu, Maryam sa, adalah salah satu wanita suci dalam sejarah umat manusia yang memiliki kedudukan sangat tinggi. Sedemikian mulia sosok Maryam, sehingga malaikat diturunkan kepadanya untuk memberi kabar soal kelahiran putranya. Kelahiran Nabi Isa Al-Masih as tanpa ayah merupakan bukti kekuatan Allah Swt yang tidak bisa dibatasi hukum sebab-akibat. 

Kelahiran Isa Al-Masih merupakan fenomena bersejarah yang tercatat dalam Al-Quran. Nabi Isa, ketika masih bayi bisa berbicara dan memperkenalkan dirinya sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat Maryam ayat 30-33, "Nabi Isa as berbicara ketika masih bayi, “Berkata Isa, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Di bagian lain al-Quran, surat Al-Zukhruf ayat 63 menjelaskan, "Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku". 

Isa Al-Masih as adalah seorang utusan Allah swt untuk membimbing umat manusia. Oleh karena itu,  ucapan dan perilakunya sesuai dengan ketentuan ilahi, sebagaimana para pendahulunya dan juga Nabi yang datang sesudahnya. Ajaran Isa as adalah membenarkan ucapan para nabi terdahulu dan menyampaikan kembali pesan-pesan mereka.

Pada prinsipnya, Al-Quran memandang misi besar semua Nabi ilahi adalah melawan thagut, sebagaimana ditegaskan dalam surat Nahl ayat 36, "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)".

Nabi Isa as
Peringatan hari kelahiran Nabi Isa Al-Masih bisa menjadi landasan bersama antara umat Islam dan Kristiani, meskipun kedua agama besar ini memiliki perbedaan. Nabi Isa adalah penyelamat dan pemimpin agama yang membaktikan hidupnya untuk umat manusia.

Tampaknya, banyak agenda penting yang bisa dilakukan umat Islam dan Kristiani di antaranya: meredakan kekerasan dan kerusakan sosial, pengentasan kemiskinan, membantu kaum tertindas, serta berjuang untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Kini, berbagai masalah global menuntut peran lebih aktif para agamawan dan penganut agama di dunia, terutama Islam dan Kristen supaya bahu-membahu menyelesaikan berbagai masalah dunia demi menciptakan perdamaian global. Sebab, inilah salah satu pesan penting peringatan hari kelahiran Nabi Isa Al-Masih.(

Minggu, 24 Desember 2023 18:22

Qasem Soleimani; Syahid Abadi

 

Hanya beberapa menit dini hari Jumat berlalu, pesawat yang membawa Jenderal Qasem Soleimani mendarat di Bandara Udara Baghdad pada Jumat (3/1/2020). Kemudian ia dijemput oleh Abu Mahdi al-Muhandis dan meninggalkan bandara.

Beberapa menit kemudian drone MQ-9 Amerika Serikat di tengah gelapnya malam membuntuti rombongan Jenderal Soleimani. Kemudian drone tersebut menembakkan 10 rudal laser anti-tank (Hellfire) dan menggugurkan Jenderal Soleimani beserta sembilan orang lainnya.

Beberapa menit sudah cukup untuk berita pembunuhan ini menjadi berita mendesak di sebagian besar media dunia. Menanggapi aksi teroris ini, Iran menargetkan pangkalan Amerika di Ain al-Asad di Irak dengan serangan rudal. Proses yang berlangsung selama seminggu ini merupakan salah satu situasi paling kritis dalam sejarah hubungan Iran-AS, yang membawa kedua belah pihak ke ambang perang.

Jenazah kedua syahid mulia ini dibawa ke Iran setelah pemakaman megah di Irak. Pertama, masyarakat Ahvaz mengantar kedua syuhada ini, kemudian jenazah mereka dibawa ke kompleks makam suci Imam Ridha as di Mashad, dan setelah disalati di Tehran, Syahid Soleimani dimakamkan di Rabor Kerman dan Syahid al-Muhandis di Wadi Salam, kota Najaf, Irak.

Menurut perkiraan yang ada, proses pemakaman ini diikuti oleh lebih dari 25 juta orang. Upacara pemakaman syuhada perlawanan yang dihadiri jutaan orang ini mengungkap kesalahan perhitungan Amerika dalam pembunuhan Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis. Menyusul aksi teroris tersebut dan hampir bersamaan dengan penguburan jenazah Letnan Jenderal Qasem Soleimani di Kerman, IRGC melancarkan serangan tegas terhadap Pangkalan Udara AS Ain al-Asad di Irak.

Di sisi lain, tuntutan pengusiran pasukan Amerika Serikat dari Irak mulai terbentuk, yang pada akhirnya menjadi sebuah resolusi dan keputusan di parlemen negara ini.

Ketika berita gugurnya Jenderal Soleimani diumumkan di media, mungkin banyak masyarakat Iran dan kawasan yang masih tidak percaya peristiwa seperti itu terjadi, karena ia adalah sosok yang brilian dan menonjol dari poros perlawanan, terutama pada masa perjuangan melawan Daesh (ISIS).

Ketika Daesh memulai serangannya di Irak dan Suriah pada tahun 2011; Jenderal Soleimani-lah yang, dengan kehadirannya di wilayah-wilayah ini dan pembentukan front perlawanan, membendung ancaman terorisme Takfiri dan, yang paling utama, Daesh.

Pada saat itu, pemerintah yang memproklamirkan diri sebagai Daesh melancarkan banyak operasi teroris di Irak; Setelah penangkapan Abu Omar al-Baghdadi, Abu Bakr al-Baghdadi diangkat sebagai pemimpin kelompok teroris ini pada tahun 2010; Bersamaan dengan dimulainya krisis di Suriah, anasir kelompok teroris Daesh memulai aktivitasnya di Suriah dan cabang kelompok ini dibentuk di Irak dengan nama “Jabhat al-Nusra Li Ahli al-Sham” dan akhirnya pada tahun 2013, Abu Bakr al-Baghdadi dalam pesan audio, mengumumkan penggabungan "Jabhat al-Nusra" dan "Negara Islam di Irak" sehingga kelompok teroris Daesh membentuk Negara Islam di Irak dan Syam (Suriah).


Pada awal tahun 2014, Daesh memasuki kota Fallujah di provinsi Anbar Irak dengan melakukan operasi teroris dan membunuh orang secara brutal, kemudian menyerang ibu kota provinsi Nainawa, yaitu Mosul, dan merebut kota ini hanya dalam beberapa jam.

Jenderal Soleimani menentang Daesh dengan membentuk poros perlawanan dengan kekuatan seperti gerakan Al-Nujaba dan Kataib Hizbullah, serta Hashd al-Shaabi di Irak dan kelompok-kelompok seperti Mobilisasi Rakyat Suriah dan aliansi mereka dengan para pembela tempat suci (Modafean-e Haram) dari Iran dan brigade Fatimiyun dan Zainabiyun melawan Daesh, dan akhirnya dengan keberanian yang besar, sementara menurut banyak komandan militer Daesh, mereka telah mencapai gerbang istana presiden Suriah, dan tidak ada yang mengira ada harapan untuk mengalahkan Daesh; Sardar Soleimani bersama para pembela tempat suci (Modafaan-e Haram) mencegah penyebaran dan kemunculan Daesh lebih lanjut di kawasan Asia Barat, sehingga menyelamatkan tidak hanya wilayah tersebut tetapi juga dunia dari bahaya Daesh.

Dalam suratnya kepada Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Mayor Jenderal Qasem Soleimani mengumumkan berakhirnya kekuasaan kelompok teroris Daesh secara resmi. Peristiwa penting ini difinalisasi dan diumumkan kepada semua orang dengan penurunan bendera Daesh di al-Bukamal, Suriah.

Kehadiran efektif Jenderal Soleimani dalam perang melawan Daesh dan kekalahan kelompok ini menyebabkan pemimpin tertinggi revolusi, Ayatullah Khamenei, menganugerahinya Ordo Militer (Medali) Zulfiqar, ordo militer tertinggi Iran.

Menurut peraturan pemberian medali militer Republik Islam Iran, medali ini diberikan kepada komandan tinggi dan kepala staf tingkat tinggi angkatan bersenjata yang tindakannya dalam merencanakan dan mengarahkan operasi tempur telah mencapai hasil yang diinginkan. Pasca kemenangan Revolusi Islam, Jenderal Qasem Soleimani menjadi orang pertama yang menerima penghargaan ini. Tentu saja Syahid Soleimani sudah mendapat tiga medali kemenangan (Medali Fath) dari tangan Panglima Tertinggi sebelum menerima medali tersebut.

Syahid Soleimani dianggap sebagai salah satu tokoh sentral dan populer di militer Iran, dan pembunuhannya serta pengumuman resmi dan penerimaan tanggung jawab oleh Amerika Serikat atas tindakan ini adalah tindakan yang tidak biasa, dan faktanya, menurut banyak pengamat dan analis, itu adalah pernyataan perang resmi dan penarikan palatuk sebuah granat tangan di gudang yang penuh dengan bubuk mesiu.

Pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani pada dini hari tanggal 3 Januari 2020 bukanlah akibat keputusan emosional atau kegilaan Trump yang tiba-tiba, melainkan akibat jebakan lebih dari dua tahun yang dilakukan oleh beberapa sekutu regional Amerika Serikat bersama sejumlah pejabat atau lembaga garis keras dan anti-Iran untuk mempersiapkan peluang dan membujuk Trump untuk melakukan serangan teroris tersebut.


Argumen yang mereka gunakan untuk meyakinkan Trump adalah bahwa Iran sangat menyadari masalah internal Amerika dan ketidakmampuan negara tersebut untuk memulai perang dahsyat lainnya di Timur Tengah, dan itulah sebabnya mereka tidak menganggap serius ancaman militer Amerika dan tindakan ini dapat memulihkan langkah pencegahan Amerika dan sekutunya di kawasan terhadap Iran.

Namun, apa yang terjadi dalam praktiknya justru bertolak belakang dengan prediksi dan faktanya indoktrinasi orang-orang dan institusi-institusi ini, dan darah Syahid Soleimani pada akhirnya memperkuat pencegahan Iran terhadap Amerika, dan penarikan pasukan Amerika secara tergesa-gesa dari wilayah tersebut adalah salah satu contoh dari hasilnya.

Setelah teror terhadap Jenderal Soleimani dan antara tanggal 3 dan 8 Januari 2020, terjadi semacam euforia bersamaan dengan ancaman Iran dalam bentuk balasan lebih kuat atas setiap respon potensial Iran terhadap teror ini oleh Trump, Pompeo dan pihak lain (termasuk ancaman Trump untuk menyerang 52 titik termasuk pusat kebudayaan Iran) dan diperkirakan ancaman ini mampu mencegah Iran memberi balasan keras sesuai dengan analisa sebelumnya. Namun, serangan rudal yang akurat, penuh perhitungan, dan dahsyat terhadap pangkalan Amerika di Irak pada pagi hari tanggal 8 Januari, praktis membalikkan perhitungan tersebut.

Kali ini jawaban Iran lebih dahsyat dan destruktif. Tanggapan ini diakui sebagai serangan terbesar dan terparah terhadap pangkalan Amerika sejak Perang Dunia II, dan keakuratan serta taktik yang digunakan dalam serangan ini menyebabkan ketidakmampuan mutlak sistem pertahanan rudal Amerika (yang banyak dipropagandakan dan legendanya). Hasilnya menunjukkan ketidakberdayaan pangkalan dan pasukan Amerika di kawasan terhadap senjata baru dan efektif Iran serta memperkuat tekad Amerika untuk meninggalkan kawasan lebih cepat. Posisi cerdas Iran selanjutnya juga memperkuat pencegahan ini. Iran mengumumkan bahwa dengan serangan ini, balas dendam atas teror Jenderal Soleimani belum dilakukan dan Tehran tetap meyakini berhak mengejar orang-orang dan tentara yang terlibat dalam pembunuhan ini.

Salah satu konsekuensi strategis dari pencegahan ini adalah penarikan sistem rudal Amerika dari Arab Saudi dan Timur Tengah serta preferensi Amerika untuk menggunakannya guna melindungi pusat-pusat sensitif mereka di wilayah tersebut dan sekitarnya. Akibat berikutnya adalah terciptanya ketakutan terus-menerus terhadap kerentanan pangkalan militer Amerika di kawasan, peningkatan biaya pemeliharaan dan pengamanan pangkalan tersebut, dan pada akhirnya mempercepat pengurangan dan penarikan pasukan Amerika dari kawasan, khususnya di Afghanistan dan Irak.

Menimbang bahwa tindakan Amerika Serikat yang membunuh beberapa komandan dan pasukan militer resmi Iran dan Irak, termasuk Panglima Pasukan Quds IRGC, Syahid Qasem Soleimani, merupakan pelanggaran mencolok terhadap aturan dasar hukum internasional dan contoh nyata terorisme negara, sistem hukum internasional serta sistem hukum domestik negara-negara tersebut telah memberikan landasan yang diperlukan untuk tanggung jawab pemerintah Amerika dan pejabat pemerintah serta komandan negara yang berpartisipasi dalam insiden ini.

Salah satu strategi di arena internasional adalah penggunaan pertahanan dan tindakan balasan yang sah. Iran dan Irak telah memanfaatkan kedua kapasitas ini dengan baik. Karena tindakan kuat Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dalam serangan rudal di pangkalan Ain al-Assad dianggap sebagai pertahanan yang sah, dan tindakan parlemen Irak dalam menyetujui penarikan pasukan Amerika dari Irak dianggap sebagai tindakan balasan terhadap tindakan jahat  Amerika Serikat.

Iran juga dapat mengajukan gugatan ke Mahkamah Internasional berdasarkan Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Terhadap Orang yang Dilindungi Secara Internasional, termasuk Agen Politik tertanggal 1973, yang telah menjadi komitmen pemerintah Iran dan Amerika Serikat. Selain itu, kapasitas lembaga hak asasi manusia di Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Dewan Hak Asasi Manusia dan yurisdiksi pengaduan internasional Komite Hak Asasi Manusia sebagai badan perjanjian yang mengawasi Kovenan Hak Sipil dan Politik dalam hal ini dapat digunakan.

Syahid Qasem Soleimani dan Syahid Abu Mahdi al-Muhandis
Selain itu, menyusul gugatan 3.318 warga Iran, proses pengadilan yang menyidangkan kasus tuntutan ganti rugi materil, moral dan hukuman akibat syahidnya Jenderal Qasem Soleimani digelar di cabang 55 Pengadilan Umum dan Hukum Tehran (penanganan cabang khusus yang menangani konflik internasional).  Setelah mengadakan tiga dengar pendapat publik, pengadilan mengeluarkan keputusan bersalah untuk pemerintah AS dalam kasus ini.

Dalam kasus ini, pengadilan menemukan kesalahan 42 orang dan badan hukum yang terlibat dalam kematian Jenderal Qasem Soleimani, termasuk 1- pemerintah AS, 2- Donald Trump, 3- Departemen Luar Negeri AS, 4- Mike Pompeo dan sejumlah lainnya yang terlibat dalam pembunuhan Syahid Soleimani. Berdasarkan putusan pengadilan, masing-masing tergugat dalam perkara tersebut dijatuhi hukuman untuk membayar sebesar lima juta dolar, total 16 miliar dan 590 juta dolar atau setara dengan 826.182 miliar toman, karena kerugian materi dan kerusakan moral yang ditimbulkan.

Selain itu, untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di kemudian hari, karena perbuatan mereka merupakan contoh nyata pelanggaran hak asasi manusia, maka pengadilan memerintahkan untuk membayar ganti rugi sebesar dua kali lipat kerugian materi dan moral yang ditimbulkan sebesar 10 juta dollar untuk masing-masing tergugat dalam perkara tersebut, yang totalnya senilai 33,180 miliar dollar atau setara dengan 1.652.366 miliar toman.

Dalam perkara ini, para tergugat divonis membayar sejumlah 49 miliar dolar 770 juta dolar, yang jumlah tersebut akan disertai dengan pembayaran ganti rugi atas keterlambatan pembayaran sejak tanggal dikeluarkannya putusan sampai dengan hari pelaksanaan putusan.

Penanganan kasus di pengadilan Republik Islam Iran bersifat pidana dan hukum. Pengadilan hukum menangani tuntutan hukum pribadi, sehingga pengadilan hanya memiliki yurisdiksi atas klaim kesalahan tergugat.

Kasus hukum diproses dalam dua tahap. Pengadilan yang sah mengadili kasus tersebut dan mengeluarkan putusan, dan jika ada keberatan, putusan tersebut ditinjau kembali di pengadilan banding dan putusan tersebut menjadi final.

Dalam kasus pembunuhan Syahid Soleimani yang disidangkan di Pengadilan Umum dan Hukum Tehran Cabang 55, kasuh terbunuhnya Syahid Qasem Soleimani dan kerusakan emosional yang ditimbulkan pada rakyat Iran akibat tindakan ilegal dan tindakan teroris pemerintah Amerika diperiksa. Putusan baru-baru ini yang dikeluarkan sehubungan dengan pembunuhan Syahid Qasem Soleimani tidak dianggap sebagai denda, melainkan kerugian perdata.

Kasus pidana pembunuhan Syahid Qasem Soleimani, setelah 3 tahun menjalani prosedur hukum dan investigasi intensif di Kantor Kejaksaan Urusan Internasional Tehran, telah berujung pada keluarnya surat dakwaan, yang di dalamnya tuntutan pidana terhadap para terdakwa, termasuk Trump, telah diselidiki dan surat panggilan telah dikeluarkan. Sebentar lagi, dengan adanya instruksi dari Ketua Mahkamah Agung kepada 3 hakim, maka sidang perkara pidana pembunuhan Syahid Qasem Soleimani akan digelar.

 

Hari Rabu tanggal 3 Januari, bertepatan dengan peringatan empat tahun kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam dan komandan terbesar perang melawan teroris di dunia. Pada kesempatan ini, hari ini diberi nama “Hari Perlawanan Sedunia”.

Pada pagi hari Jumat, tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis, Wakil Komandan Hashd Al-Shaabi, menjadi martir dalam serangan teroris Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Baghdad.

Kewibawaan Jenderal Soleimani di kawasan dan dunia sedemikian rupa sehingga berita kesyahidannya sebagai salah satu tokoh Revolusi Islam yang paling populer dan simbol perjuangan melawan sistem dominasi dan penindasan global menjadi berita utama di dunia, baik media dalam dan luar negeri serta menuai banyak reaksi internasional.

Pada bagian pertama dari program khusus peringatan empat tahun kesyahidan Sardar Soleimani, kita akan melihat biografi syahid mulia ini, penamaan Hari Perlawanan Internasional, kontribusinya selama Pertahanan Suci dan kontribusinya. terhadap penguatan dan aliansi kekuatan perlawanan di kawasan. Sementara pada pada bagian kedua, kita akan mengulas peran dan pengaruh Jenderal Soleimani dalam memperkuat kelompok Perlawanan Palestina, kekalahan plot Amerika dan rezim Zionis di kawasan, keputusan Amerika untuk melakukan terorn dan juga langkah hukum Iran terkait teror Jenderal Soleimani.

Jenderal Qassem Soleimani
3 Januari adalah Hari Perlawanan Sedunia

Dalam pertemuan ke-737 Dewan Kebudayaan Umum Iran pada tanggal 7 Januari 2020, dengan usulan dari Yayasan Pelestarian Karya dan Publikasi Nilai-Nilai Pertahanan Suci dan suara para anggota yang hadir, tanggal 3 Januari diberi nama "Hari Perlawanan Sedunia" bersamaan dengan hari kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani.

Tahun ini, peringatan empat tahun kesyahidan Haji Qassem Soleimani akan dirayakan dengan slogan "Syahid Quds" sementara Jalur Gaza menyaksikan salah satu tragedi kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tangan rezim penjajah Quds dan para pengklaim hak asasi manusia.

Sekitar 3 bulan setelah operasi Badai Al-Aqsa, front perlawanan masih memerangi rezim Zionis dan pendukungnya, termasuk Amerika Serikat. Selama ini, bahkan masyarakat negara-negara Barat di Amerika dan Eropa turun ke jalan untuk mendukung rakyat Palestina, yang merupakan tanda efektifitas upaya Jenderal Soleimani dalam melawan penindasan dan melanjutkan jalur perlawanan.

Sayid Mojtaba Abtahi, Juru Bicara Komisi Peringatan Empat Tahun Kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani mengatakan,  Di dunia baru, akhir dan kehancuran Zionisme sudah pasti. Untuk itu dan atas nama bangsa Palestina, kami membuat slogan peringatan empat tahun kesyahidannya dengan nama “Syahid Quds”. Hari ini, kita menyaksikan manifestasi syahid Soleimani di mana-mana di kawasan ini dan di garis depan perlawanan, dan musuh-musuh kita yang pengecut mendengar suara Haji Qassem setiap hari di pangkalan-pangkalan Amerika.

Sekilas Biografi Syahid Soleimani

Syahid Qassem Soleimani menjadi anggota Korps Garda Revolusi Islam setelah Revolusi Islam Iran, dan pada saat perang Iran-Irak dimulai, ia melatih beberapa batalyon di Kerman dan mengirim mereka ke garis depan. Ia pernah menjabat sebagai komandan Sepah Azerbaijan Barat. Syahid Qassem Soleimani diangkat sebagai komandan pasukan ke-41 Tharullah pada tahun 1360 HS atas perintah Mohsen Rezaei, yang saat itu menjadi komandan Korps Garda Revolusi Islam. Dia adalah salah satu komandan operasi Wal-Fajr 8, Karbala 4 dan Karbala 5 dalam perang rezim Baath Irak terhadap Iran. Operasi Karbala 5 adalah salah satu operasi terpenting Iran selama perang yang terjadi, yang melemahkan posisi politik dan militer tentara Baath Irak dan menstabilkan situasi demi kekuatan militer Republik Islam Iran.

Jenderal Soleimani kembali ke Kerman setelah berakhirnya perang Iran-Irak pada tahun 1367 HS dan terlibat dalam perang dengan para pelaku kejahatan yang dipimpin dari perbatasan timur Iran. Syahid Soleimani berjuang dengan geng penyelundup narkoba di perbatasan Iran dan Afghanistan hingga ia diangkat menjadi komandan Pasukan Quds. Pada tahun 1379, ia diangkat menjadi komandan Pasukan Quds oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Jenderal Qassem Soleimani
Menerima lencana Zolfaghar

Kehadiran efektif Jenderal Soleimani dalam memerangi Daesh (ISIS) dan membela kesucian bangsa dan tempat suci Ahlul Bait serta kekalahan konspirasi Zionis di kawasan, menyebabkan dia dianugerahi lencana Zolfaghar, penghargaan tertinggi di dunia militer iran oleh Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran pada bulan Maret 2017. Zolfaghar adalah lambang dan medali militer tertinggi, dan Mayor Jenderal Qassem Soleimani adalah komandan pertama yang mendapat kehormatan menerima lambang ini setelah Revolusi Islam.

Ayatullah Khamenei mengatakan pada upacara penganugerahan lencana Zolfaghar kepada Jenderal Soleimani, Jihad di jalan Allah dengan menyerahkan, mengorbankan jiwa dan harta di jalan Allah pahalanya adalah surga dan keridhaan Allah... Semoga Allah SWT membalasnya dan menjadikan hidupnya bahagia dan akhir hidupnya dengan syahid, tentu saja tidak sekarang. Untuk saat ini Republik Islam masih bekerja sama dengannya selama bertahun-tahun. Namun ujung-ujungnya adalah kesyahidan, Insya Allah. Semoga Allah memberkati.

Penguatan dan koalisi kelompok Perlawanan di kawasan

Tindakan cemerlang Syahid Soleimani memiliki daftar panjang tindakan seorang pria yang tidak menyia-nyiakan upaya apa pun untuk agama dan negaranya. Salah satu tindakan cemerlang tersebut adalah menciptakan benteng yang kuat bagi kekuatan perlawanan di berbagai wilayah di kawasan untuk menghadapi Zionis dan Amerika. Jenderal Soleimani sebagai komandan Pasukan Quds mempunyai aktivitas yang luas di bidang penguatan dan perluasan Poros Perlawanan. Faktanya, syahid terhormat ini memainkan peran penting dalam memperkuat kelompok pejuang Palestina dan kekuatan Hizbullah Lebanon, dan kemenangan kelompok ini dalam perang 33 hari dan 22 hari di Gaza melawan rezim Zionis merupakan bukti kehadiran dan peran Syahid Soleimani.

Selain itu, perang Suriah yang hendak menghancurkan Front Perlawanan di negara ini dan juga menghantam kekuatan perlawanan Lebanon, dengan upaya banyak orang yang dipimpin oleh Jenderal Hajj Qassem Soleimani, ternyata justru sebaliknya, dan Suriah menjadi bagian depan yang lebih kuat dari sebelumnya untuk Poros Perlawanan.

Aktivitas Sardar Soleimani antara lain adalah kehadirannya di Irak dan memainkan peran yang tidak dapat disangkal dalam mengakhiri kerja ISIS di negara ini. Selama kehadirannya melawan ISIS di Irak dan Suriah, Jenderal Soleimani memainkan peran sentral dalam membebaskan wilayah seperti Tikrit, Jarf al-Sakhr, Mosul, melindungi Samarra dan Karbala dari ISIS dan mencegah jatuhnya Erbil dalam operasi Umm Al-Ma'rakah.

Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia al-Sudani, mengatakan, Jasa yang dilakukan oleh Syahid Soleimani bersama Hashd al-Shaabi untuk menghancurkan ISIS dan keamanan Irak adalah contoh terbaik bagi persaudaraan dan persahabatan rakyat kedua negara dan menunjukkan bahwa Iran dan Irak bersatu dan berjalan ke arah yang sama.

Jenderal Soleimani menentang ISIS membentuk Poros Perlawanan dengan kekuatan seperti Gerakan Al-Nujaba dan Kataib Hizbullah, serta Hashd al-Shaabi di Irak dan kelompok-kelompok seperti Mobilisasi Rakyat Suriah dan aliansi mereka dengan Modafean-e Haram dari Iran dan Brigade Fatemiyoun dan Zainebiyou berdiri menghadapi daesh dan pada akhirnya dengan keberanian yang besar, di mana menurut banyak komandan militer ISIS, mereka telah mencapai gerbang istana kepresidenan Suriah, dan tidak ada yang menyangka bahwa masih ada harapan untuk mengalahkan ISIS. Sardar Soleimani berdiri melawan para teroris bersama dengan para pembela haram mencegah penyebaran lebih lanjut dan munculnya ISIS di kawasan Asia Barat.

Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis
Surat kepada Rahbar Soal berakhirnya kekuasaan ISIS

Dalam suratnya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam pada 21 November 2017, Sardar Soleimani menegaskan bahwa enam tahun lalu, fitnah berbahaya yang mirip dengan fitnah pada masa Imam Ali as yang merenggut dari umat Islam kesempatan dan manisnya memahami Islam murni sejati Muhammad Saw. Kali ini fitnah rumit ini yang bercampur dengan racun Zionisme dan arogansi, menghantam dunia Islam bagaikan badai yang merusak. Fitnah berbahaya dan beracun ini diciptakan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan untuk mengobarkan api besar di dunia Islam dan melibatkan umat Islam satu sama lain. Tindakan keji yang diberi nama “Pemerintahan Islam Irak dan Suriah” di bulan-bulan awal berhasil menyebabkan puluhan ribu pemuda Muslim menderita krisis yang sangat berbahaya di dua negara yang sangat berpengaruh dan menentukan di dunia Islam, Irak. dan Suriah, dan ratusan ribu kilometer persegi tanah negara-negara ini bersama dengan ribuan desa, kota dan pusat provinsi penting serta ribuan bengkel dan pabrik serta infrastruktur penting negara-negara ini termasuk jalan, jembatan, kilang, sumur dan minyak dan saluran gas, pembangkit listrik, dan sebagainya, dengan cara ini mereka menghancurkan atau membakar kota-kota penting beserta monumen bersejarah dan peradaban nasionalnya yang berharga.

Dalam lanjutan surat ini disebutkan, apa yang setelah rahmat Allah SWT dan karunia khusus dari Rasulullah Saw dan Ahlul Bait as, menyebabkan kekalahan konspirasi hitam dan berbahaya ini adalah kepemimpinan yang bijaksana dan bimbingan yang bijaksana dari Marji Agung Ayatullah Sistani, yang menyebabkan mobilisasi semua fasilitas untuk menghadapi badai beracun ini. Tentu saja, stabilitas pemerintahan Irak dan Suriah serta ketabahan tentara dan pemuda kedua negara ini, khususnya Hashd al-Shaabi dan pemuda Muslim lainnya dari negara lain, dengan kehadiran Hizbullah yang kuat dan sentral di bawah kepemimpinan pemimpinnya yang membanggakan Sayid Hassan Nasrallah, semoga Allah melindunginya, memiliki peran yang menentukan dalam mengalahkan fenomena berbahaya ini.

Bukan tanpa alasan bahwa karakter Sardar Soleimani sebagai pendukung kaum tertindas memiliki dimensi eksistensial yang luas dan menyeluruh serta terdefinisi melampaui batas Iran dan dunia Islam. Menurut ungkapan Rahbar, Kepribadian dan aspek eksistensial jenderal yang syahid ini harus dilihat dari sudut pandang ajaran, jalan dan sekolah pembelajaran, sehingga nilai dan harga dari kasus ini akan menjadi jelas.(

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, dalam pertemuan dengan kaum perempuan Iran, menjelaskan pandangan rasional dan logis Islam, terhadap berbagai dimensi tugas perempuan di dalam rumah tangga, di tengah masyarakat, politik, dan berbagai jenjang kepemimpinan sosial.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (27/12/2023) mengatakan, di dalam Islam, kesempatan untuk berbagai aktivitas sosial bagi perempuan, terbuka, sebagaimana kaum laki-laki, dengan syarat tetap dipatuhinya dua masalah penting yaitu keluarga, dan berhati-hati atas bahaya ketertarikan lawan jenis.

Rahbar menambahkan, berdasarkan banyak hadis sahih, Allah Swt, marah dengan marahnya Sayidah Fathimah Zahra, dan gembira dengan gembiranya, tidak ada keutamaan yang lebih tinggi dari ini. Maka dari itu setiap yang menginginkan keridhaan Allah Swt, harus mengamalkan nasihat, pelajaran, dan pandangan Sayidah Fathimah Zahra, di dalam keluarga, dalam kedudukannya sebagai anak perempuan, ibu, istri, dan peran sertanya di tengah masyarakat, dan politik.

Ayatullah Khamenei, menilai identitas perempuan, nilai-nilai, hak-hak, kewajiban, kebebasan dan pembatasan-pembatasannya adalah masalah vital, dan sangat determinan.

"Sehubungan dengan masalah yang sangat penting ini terdapat dua pandangan umum Barat, dan Islam di dunia ini, yang saling berhadapan," imbuhnya.

Rahbar menerangkan, "Orang-orang Barat, karena tidak punya logika terkait perempuan, maka setiap menjawab pertanyaan dan masalah, selalu berusaha menyampaikan pendapatnya berbalut kontroversi dan keributan, menyuap politisi dan non-politisi, menjadikan seni, sastra dan dunia maya sebagai instrumen, dan mendominasi organisasi-organisasi perempuan internasional."

Ayatullah Khamenei, juga menyinggung data resmi mengerikan tentang kerusakan moral di Barat. Ia menuturkan, "Mengapa setiap masalah yang menghancurkan keluarga setiap hari semakin menonjol di Barat, sebaliknya tidak ada tindakan dan hukuman serius terhadap orang-orang memprotes perempuan berhijab."Menurutnya, cara Islam, memandang perempuan bertolak belakang dengan Barat, karena pandangan Islam, terhadap perempuan, rasional dan logis.

"Masalah perempuan merupakan salah satu titik kekuatan Islam, dan tidak boleh dibayangkan bahwa kita berada pada posisi yang harus mengklarifikasi tentang masalah perempuan," ujarnya.
Rahbar menganggap kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam masalah martabat, dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai konsep Islam, yang sangat logis, dan rasional.
Ia menjelaskan, "Dalam nilai-nilai kemanusiaan, dan peningkatan spiritualitas, perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya, keduanya memiliki potensi yang sama, dan sesuai tekadnya mampu menempuh tahap-tahap peningkatan spiritualitas diri."

Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Dalam masalah spiritual, Allah Swt, di dalam Al Quran, bahkan terkadang lebih mendahulukan perempuan dari laki-laki, dan menyebut perempuan seperti istri Firaun, dan Sayidah Maryam, sebagai teladan bagi seluruh umat manusia beriman, dan ini merupakan metode menyingkirkan supremasi laki-laki karena kondisi fisik dan materi."

Menurut Rahbar, partisipasi perempuan dalam masyarakat, dan tanggung jawab sosial merupakan arena yang diterjuni bersama oleh perempuan dan laki-laki.

"Dalam istilah Imam Khomeini, keterlibatan dalam masalah politik, dan menentukan masa depan negara adalah hak dan tanggung jawab perempuan selain karena dalam hadis juga disebutkan menyelesaikan masalah sosial termasuk perhatian pada masalah umat Islam, seperti masalah hari ini di Gaza, adalah kewajiban semua orang, maka dari itu keterpanggilan untuk melaksanakan tugas, dan tanggung jawab sosial tidak berbeda antara perempuan dan laki-laki," paparnya.

Pada saat yang sama, Ayatullah Khamenei, menilai kewajiban di dalam rumah tangga sesuai dengan fasilitas, dan kapasitas fisik serta psikologis, berbeda antara perempuan dan laki-laki. Maka dari itu, slogan "kesetaraan gender" yang diyakini secara mutlak oleh sebagian orang adalah keliru, dan yang benar adalah "keadilan gender".

Rahbar mengatakan bahwa keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan kewajiban khusus perempuan seperti melahirkan anak, dan membesarkannya, sesuai dengan struktur mental, fisik dan emosi perempuan.

"Meskipun tugas perempuan dan laki-laki di dalam keluarga, berbeda, namun hak-hak keduanya di dalam keluarga sesuai dengan penjelasan Al Quran, adalah sama," ungkapnya.

Terkait pertanyaan-pertanyaan seputar partisipasi perempuan dalam berbagai bidang kerja, dan kepemimpinan sosial atau pemerintahan, Rahbar menjelaskan, "Dalam hal ini juga tidak ada masalah gender, dan tidak pembatasan apa pun bagi perempuan."

Ayatullah Khamenei, percaya kemajuan perempuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, sastra, olahraga, dan kesenian di masa Republik Islam Iran, mengalami lonjakan lebih dari 10 kali lipat daripada sebelum revolusi.


Ia menegaskan, "Meskipun sampai saat ini kita belum mampu menjadikan negara ini Islami, dalam arti yang sebenarnya, dan negara masih setengah Islami, namun sejumlah banyak kemajuan berhasil dicapai, dan jika Islam, berhasil diterapkan sepenuhnya, maka capaian-capaian ini akan meningkat berkali-kali lipat."

"Peran terpenting Anda, ada di dalam rumah, dan mendorong suami serta putra putri untuk aktif dalam masalah pemilu, dan penelaahan yang benar, terutama karena perempuan dalam beberapa masalah seperti mengenal pribadi seseorang, strategi dan gerakan, lebih mendalam dan lebih rinci dari laki-laki, oleh karena itu Anda dapat berperan penting dalam mengenal calon-calon yang maju di pemilu, dan mendorong keluarga mendatangi tempat-tempat pemungutan suara," pungkas Rahbar. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…