کمالوندی

کمالوندی

Jumat, 05 Januari 2024 19:25

Mirza Shirazi dan Fatwa Haram Tembakau

 

Salah satu langkah politik terpenting Mirza Shirazi adalah fatwa bersejarah boikot tembakau. Sebuah fatwa yang menjadi cikal bakal sebuah kebangkitan besar rakyat di Iran.

Kebangkitan tembakau tercatat sebagai salah satu peristiwa bersejarah kontemporer terpenting di Iran. Ceritanya, pada tahun 1307 H (1889 M), tepat satu tahun setelah meninggalnya Allamah Mulla Ali Kani, yang dengan surat celaannya kepada Naser al-Din Shah telah menyebabkan pembatalan kontrak tercela Reuter, Shah memutuskan untuk pergi ke negara-negara Eropa untuk ketiga kalinya. Pencapaian perjalanan bagi rakyat Iran adalah sebuah kontrak bahwa hak istimewa untuk menanam, mendistribusikan dan menjual tembakau Iran diberikan kepada salah satu penasihat dan rekan dekat Perdana Menteri Inggris bernama "Gerald Talbot". Dalam situasi di mana tembakau dianggap sebagai salah satu produk pertanian terpenting di Iran, kontrak ini dapat membahayakan perekonomian Iran dan kehidupan banyak orang Iran.

Masyarakat Shiraz, Isfahan, Tabriz dan Tehran, yang dipimpin oleh para ulama, menentang dan menentang kontrak ini. Mirza Ashtiani di Tehran bahkan mengeluarkan perintah untuk mengembargo tembakau, namun tidak satupun dari tindakan tersebut menyebabkan Shah dan para bangsawan meninggalkan kontrak yang telah mereka tandatangani dan membatalkannya. Raja menekan pemberontakan rakyat dan menangkap serta mengasingkan semua pemimpin pemberontakan rakyat.

Seyyed Ali Akbar Fal Asiri, pemimpin pemberontakan rakyat Shiraz, diasingkan ke Basra, namun ia terus mengejar tujuannya. Di kota ini, ia bertemu dengan Sayid Jamaluddin Asadabadi dan meminta santri militan dan anti kolonialis tersebut untuk menulis surat kepada Mirza Bozorg atau Mirza Shirazi dan menjelaskan apa yang terjadi pada bangsa Iran. Sayid Jamaluddin, yang telah belajar dengan Mirza Shirazi selama beberapa waktu dan mengenalnya dengan baik, menulis surat rinci kepada  Mirza dan sambil menjelaskan kejadian tersebut, dan memintanya untuk mengakhiri pertengkaran ini dengan keagungan yang diberikan Tuhan kepadanya di hati rakyat.

Setelah surat Sayid Jamaluddin dikirimkan, pada tanggal 1 Dhul Hijjah 1308, sebuah telegram rinci sampai ke tangan Naser al-Din Shah Qajar. Dalam telegram tersebut, Mirza Shirazi menegaskan bahwa kontrak tembakau atau kontrak Regji bertentangan dengan aturan Al-Qur'an dan juga akan menyebabkan hilangnya independensi pemerintah dan ketertiban negara.

Naser al-Din Shah, yang menyadari pengaruh perkataan Mirza dan posisi sosial dan agamanya, meminta pengusaha Iran di Bagdad untuk membenarkan kontrak ini dan mendapatkan persetujuannya. Namun Mirza menilai alasan pengusaha dan pemasok ini tidak bisa dibenarkan dan memperingatkannya, jika pemerintah tidak mampu menangani tugas ini, saya sendiri yang akan menghancurkannya, Insya Allah.

Shah dan para abdi dalem, yang menganggap Mirza Shirazi adalah seorang mujtahid seperti yang lain, percaya bahwa ancamannya hanyalah kata-kata yang tidak akan pernah ditindaklanjuti, sehingga mereka terus mengabaikannya. Akhirnya, pada tahun 1308 H, Mirza Shirazi, yang menganggap diskusi tersebut sia-sia, menyatakan semua penggunaan dan penjualan tembakau haram melalui sebuah fatwa. Teks fatwa singkat ini adalah sebagai berikut: "Bismillah...Sejak hari ini penggunaan tembakau dalam bentuk apa pun hukumnya seperti perang melawan Imam Zaman (Imam Mahdi)."

Mengikuti fatwa ini, yang perkataannya tidak melebihi satu baris pun, seluruh rakyat Iran, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, cendekiawan, pedagang, petani, dan bahkan non-Muslim, bersatu dalam menghadapi kolonialisme Inggris, dan pemberontakan melawan Perjanjian Regie meliputi seluruh Iran. Orang-orang menghancurkan hokah, banyak petani membakar tanaman tembakau mereka, pemberontakan ini bahkan sampai ke bagian dalam istana Shah.

Anis al-Dawlah yang merupakan ratu Iran saat itu memerintahkan semua hokah dikumpulkan dari istana. Ketika Naser al-Din Shah menanyakan alasannya, Anis al-Dawlah menjawab bahwa orang yang sama yang membuatku halal untukmu kemarin telah menjadikan tembakau haram saat ini. Setelah itu, bahkan raja sendiri tidak berani meminta hokah kepada hambanya karena dia tahu permintaannya tidak akan dikabulkan.

Setelah fatwa yang bersejarah dan efektif ini, Shah dan para pejabat istana berusaha keras untuk mendapatkan pendapat para ulama di Tehran dan kota-kota lain, namun mereka semua merujuknya ke Mirza Shirazi dan tidak ada seorang pun yang bersedia melanggar keputusan Mirza. Hampir lima puluh hari setelah fatwa bersejarah Mirza Shirazi, kontrak Regie dibatalkan dan sekali lagi tangan kolonialisme dipotong dari kekayaan rakyat Iran. Ya, seperti inilah seorang lelaki tua yang hidup sederhana, di Samarra, mengalahkan sebuah kerajaan hanya dengan menulis satu kalimat.

Mirza Shirazi diketahui banyak menangis usai insiden embargo tembakau dan pembatalan kontrak Regie. Ketika orang sekitar menanyakan alasannya, Mirza Shirazi berkata, “Tangisan dan kesedihan saya adalah karena musuh-musuh Islam saat ini telah mengetahui di mana kekuatan Islam berada, dan mereka berupaya menghancurkan kekuatan tersebut.”

Mungkin itulah sebabnya Mirza Shirazi membutuhkan waktu satu tahun untuk mengumumkan pelarangan tembakau. Ia ingin kekuatan Islam tetap tersembunyi dari musuh, namun Tuhan ingin kekuatan ini terlihat dan menyilaukan mata musuh Islam.

Satu tahun setelah penghentian pengendalian tembakau di Iran, raja boneka Afghanistan menyerang wilayah Syiah di Afghanistan dengan dalih tidak membayar pajak dan menghasut perasaan keagamaan masyarakat Sunni. Dalam insiden ini, ribuan warga Syiah Afghanistan dibunuh atau ditangkap dan harta benda mereka dijarah. Berita kejahatan ini diberitahukan kepada Mirza Shirazi oleh Mulla Kazem Dorafashai, salah satu ulama Syiah Afghanistan.


Mirza segera mengirimkan telegram kepada Naser al-Din Shah dan memintanya bertanya kepada Ratu Inggris mengapa kejadian seperti itu bisa terjadi. Dia juga menulis surat protes kepada Ratu Inggris dan sambil mengutuk tindakan ini, dia meminta Ratu Inggris untuk memperingatkan bonekanya agar tidak melakukan hal tersebut. Dengan tindakan ini, Mirza Shirazi menunjukkan kepada semua orang di mana akar permusuhan dan perpecahan dan siapa yang menginginkan perbedaan dan manfaat Syiah-Sunni. Intervensi Mirza dalam insiden ini mengakhiri konflik dan perdamaian serta keamanan kembali ke wilayah tersebut.

Kolonialisme lama Inggris yang selama beberapa tahun banyak mendapat luka dari pemimpin bangsa Islam, kali ini mencoba menciptakan kerusuhan antara Syiah dan Sunni di Samarra, tempat tinggal Mirza Shirazi, guna mengalahkan musuh di rumahnya sendiri. Kali ini, Mirza Shirazi bahkan tidak mengizinkan konsul Inggris di Baghdad untuk mengunjunginya dan memberinya pesan bahwa Inggris tidak perlu ikut campur dalam masalah yang bukan urusannya dan mengingatkannya bahwa Syiah dan pemerintah Ottoman agama, Kiblat dan Al-Quran yang sama, dan jika ada perselisihan, mereka akan menyelesaikannya sendiri. Mirza Shirazi bahkan tidak mengizinkan kekuatan pemerintah Ottoman untuk ikut campur dalam pekerjaan ini dan dia sendiri yang menggagalkan konspirasi tersebut. Pada tahun 1311 H, dengan memenangkan peristiwa ini, ia kembali membawa kolonialisme Inggris lama ke jurang kekalahan.

Akhirnya marja tertinggi ini wafat pada malam Rabu tanggal 24 Sya'ban 1312 H dalam usia delapan puluh dua tahun di kota Samarra. Jenazahnya dibawa dari Samarra ke Najaf di hadapan para ulama dan banyak pelayat. Dalam perjalanan dari Samarra ke Najaf, orang-orang datang menemuinya sambil menangis, meratap dan memukuli dada. Di sekitar Baghdad, seluruh penduduk kota, bahkan non-Muslim menyambut jenazahnya dan Rajab Pasha mengirimkan pasukan kesultanan untuk menyambutnya dengan tembakan senapan sebagai tanda kesedihan dan duka.


Jenazah suci Mirza dibawa mengelilingi makam suci Imam Hussain dan Abbas bin Ali bin Abi Thalib  dan kemudian dibawa mengelilingi makam suci Imam Ali as dan dimakamkan pada malam terakhir bulan Syaban. Setelah itu, acara pembacaan Fatiha untuk Mirza diadakan di seluruh kota dan semua pasar tutup pada hari-hari tersebut. Duka atas bapak yatim piatu bangsa Islam dan manusia super yang telah mengalahkan sebuah kerajaan hanya dengan menulis sebaris kalimat berlanjut selama hampir setahun di negara Islam.

Jumat, 05 Januari 2024 19:22

Mirza Shirazi

 

Dalam kesempatan kali ini kami akan mengenalkan kepada Anda salah satu ulama Syiah terkenal di abad 14 Hijriyah. Ulama yang dikenal karena kecerdasan dan kekuatannya, Sayid Mohammad Hassan yang dikenal dengan Mirza Shirazi.

Di pertengahan bulan Jumadi al-Awwal tahun 1230 H, di rumah salah satu keturunan Nabi Islam tercinta, yang merupakan salah satu ulama Shiraz dan juga terkenal dengan pakar kaligrafi, seorang anak laki-laki lahir yang bernama Muhammad Hasan. Sayid Mohammad Hassan baru berusia tiga tahun ketika dia kehilangan ayahnya dan menjadi yatim piatu. Setelah ayahnya, pamannya, Majd al-Ashraf, mengambil alihnya dan ketika melihat kepintaran dan kecerdasannya, dia menugaskannya untuk belajar Alquran dan sastra Persia pada usia empat tahun.

Hanya butuh dua tahun bagi Sayid yang berusia empat tahun ini untuk lulus dari ilmu-ilmu dasar dan sastra Persia. Dia menghabiskan waktunya untuk belajar sastra Arab sejak usia enam tahun, dan dia baru berusia delapan tahun ketika dia belajar teknik pidato dan ilmu-ilmu agama konvensional seperti fikih, usul fikih dan kalam. Selama tahun-tahun inilah, meski usianya masih muda, dia naik mimbar untuk pertama kalinya atas permintaan guru dan berkhotbah.

Saat remaja, Sayid Mohammad Hassan mempelajari kitab "Sharh al-Lum'ah", yang merupakan salah satu sumber terpenting yurisprudensi Syiah, dari ulama terbesar di Shiraz. Pada usia lima belas tahun, dia mencapai derajat guru dan mulai mengajar di seminari (Hauzah). Namun, ini hanyalah awal dari kejeniusan muda kami. Untuk memperkaya ilmunya, ia bersusah payah bepergian dan berada jauh dari kota dan desanya dan pergi ke Seminari Isfahan. Dia melanjutkan studinya di Isfahan di bawah bimbingan guru besar seperti Sayid Hassan Bid'abadi dan mencapai derajat ijtihad sebelum usia dua puluh tahun, tetapi bahkan mencapai derajat ijtihad tidak menghentikannya untuk belajar.

Pada usia 29 tahun, Sayid Mohammad Hassan pergi ke Seminari (Hauzah Ilmiah) Najaf Ashraf bersama istri dan anak-anaknya dan sementara lebih dari sembilan tahun telah berlalu sejak dia memperoleh gelar Ijtihad dan dia sendiri adalah seorang mujtahud penuh, dia dengan rendah hati berpartisipasi dan hadir dalam kuliah di ulama besar seperti Mohammad Hassan Najafi yang dikenal sebagai Sahib Jawahir, Hassan Kashif al-Ghita dan Sheikh Murtadha al-Ansari. Dengan cara ini, siswa muda ini, dengan selera dan perilaku yang baik, memahami kehadiran dua otoritas absolut Syiah, Sahib Jawahir dan Sheikh Ansari, dan memanfaatkan anugerah mereka. Selama sesi kelas Sheikh Ansari, dia dan Sayid Jamaluddin Asadabadi, seorang siswa anti-kolonial dan mujahid Afghanistan, saling mengenal, dan kenalan ini berbuah banyak di tahun-tahun berikutnya.

Sayid Muhammad Hassan dikenal sebagai Mirza Shirazi di Najaf Ashraf, dan setelah beberapa waktu ia menjadi salah satu murid dan sahabat khusus Sheikh Murtadha al-Ansari, sehingga Sheikh Ansari sering menekankan hal itu; "Saya mengajarkan pelajaran saya kepada tiga orang". Salah satu dari tiga orang ini adalah Sayid Mohammad Hassan Shirazi. Dia jarang berbicara di kelas Sheikh Ansari, dan ketika dia berbicara, suaranya sangat pelan sehingga Sheikh harus mencondongkan tubuh ke arahnya untuk mendengarnya dan Sheikh berkata kepada murid-muridnya, "Diam,  Mirza sedang berbicara." Kemudian dia akan membacakan kata-kata Mirza kepada yang lain.

Sayid Mohammad Hassan, atau Mirza Shirazi, tidak ada teladan dalam perilakunya yang menyenangkan dan ucapan manisnya, tidak ada yang setara dengannya dalam kepemimpinan, dan dia bahkan tidak membalas orang yang zalim kecuali dengan kebaikan, dan ini adalah akhlak yang agung yang dia miliki yang diwarisi dari Nabi besar Islam. Dia berada di ujung kesempurnaan dalam menyelenggarakan ritual keagamaan dan berdiri untuk memenuhi kewajiban syariah, dan semua orang mengenalnya dengan sifat-sifat ini sehingga para ulama saat itu memberinya gelar pembaharu dan yang menghidupkan mazhab.

Pada tahun 1281 H, ketika Sheikh Murtadha al-Ansari, marji mutlak Syi'ah, meninggal, murid-muridnya yang terkemuka berkumpul dan setelah berkonsultasi, mereka semua sepakat bahwa Mirza Shirazi harus menjadi orang pertama yang menduduki posisi kepemimpinan Syi'ah dunia. Mereka berdebat dan berdiskusi dengan Mirza Shirazi selama berjam-jam untuk menerima masalah penting ini, dan akhirnya Mirza menerima masalah ini dengan air mata dan tangis yang nyaris tak terbendung.

Ya, seperti inilah ulama besar yang sudah mencicipi cita rasa anak yatim sejak kecil ini menjadi bapak ummat yang tak terbantahkan. Seorang ayah yang bijaksana, berani, kuat dan anti tirani. Selama kepemimpinan kebapakannya, beliau telah memberikan banyak jasa kepada umat Islam, mulai dari membangun masjid, sekolah, dan pasar hingga meruntuhkan struktur adat negara yang salah tempat, dari melawan penjajahan hingga upaya menjaga dan mengkonsolidasikan persatuan umat Islam di dunia.

Pada masa Mirza Shirazi, sudah menjadi kebiasaan bahwa ketika raja-raja negara Islam datang, para ulama akan mengunjungi mereka, dan ini akan meningkatkan wibawa raja di mata masyarakat. Tetapi pada tahun 1287 H, ketika Naser al-Din Shah Qajar, raja Iran, pergi berziarah ke Irak, Mirza Shirazi mengambil kesempatan itu dan melanggar kebiasaan yang tidak pantas ini. Bertentangan dengan praktik masa lalu, dia tidak bertemu raja di tempat tinggalnya, tetapi dia bertemu dengannya di makam suci Amir al-Mu'minin Imam Ali as, dan dia juga menolak untuk menerima hadiah raja. Pertemuan ini menghancurkan kekaguman dan keagungan Shah dan menunjukkan bahwa Qajar Shah tidak dipercaya dan dihormati oleh ulama Islam.

Mirza Shirazi adalah penguasa seluruh Syi'ah di dunia, dan tidak aneh jika dia menerima banyak harta berupa Wujuhat al-Syar'i (seperti zakat, khumus dll) dari Timur dan Barat dunia Islam. Dia dengan hati-hati mencoba yang terbaik untuk memastikan bahwa harta yang dianggap sebagai perbendaharaan umat Islam ini digunakan untuk pelestarian dan pengembangan agama dan penghidupan umat Islam, sesuai dengan perintah dan keputusan Islam.

Dia memiliki seorang wakil khusus di setiap kota dan wilayah yang melaluinya dia mengirimkan dana kepada para ulama dari berbagai daerah. Dia secara anonim membantu para pedagang dan pengusaha yang bangkrut, atau mereka yang memiliki masalah keuangan karena alasan apa pun. Orang-orang yang menerima bantuan ini baru setelah kematian Mirza Shirazi mereka menyadari siapa yang selalu memikirkan mereka.

Pada tahun 1288 H, kelaparan yang sangat besar dan meluas muncul di negara-negara Irak dan Iran. Orang-orang Iran menderita banyak kesulitan di tahun-tahun ini, tetapi karena perhatian dan bantuan Mirza Shirazi, rakyat Irak tidak terlalu menderita kelaparan ini. Setelah kejadian ini, kompetensi dan kerja sama Mirza dalam memecahkan masalah sosial menjadi lebih jelas bagi masyarakat umum, tetapi para bangsawan dan pembesar Najaf, yang takut akan kebesaran status sosial Mirza, memutuskan untuk mengurangi kebesaran dan legalitas ini dengan cara apa pun. Alih-alih bekerja sama dan menemani Mirza, mereka merujuk orang kepadanya dalam setiap masalah kecil dan besar dan membawa masalah tersebut ke titik di mana orang yang berhati sederhana mengharapkan Mirza melakukan segalanya. Inilah yang membuat Mirza kesulitan dan karena dia tahu bahwa para pembesar kota memiliki tangan gaib dan tak terlihat dalam mengobarkan hasutan ini, dia melihat solusinya adalah meninggalkan Najaf dan akhirnya pada tahun 1291 H, dia meninggalkan kota ini.

Setelah meninggalkan Najaf, Mirzai Shirazi pergi ke Karbala untuk berziarah pada awal Rajab, dan pada pertengahan Sya'ban tahun yang sama, dia pindah ke Samarra dan akhirnya memutuskan untuk tinggal di kota ini. Dengan hijrahnya Mirza Shirazi ke Samarra, banyak cendekiawan dan pelajar yang pergi ke kota ini, dan praktis bidang ilmu agama Syiah dipindahkan ke Samarra. Mirza Shirazi mendirikan sekolah untuk pelajar yang masih dikenal dengan nama Sekolah Mirza. Mirza juga memberi dana dan beasiswa kepada pelajar dan cendekiawan Sunni seperti yang diterima oleh pelajar dan cendekiawan Syiah, dan ia selalu menganggap persatuan semua kelompok Muslim sebagai alasan kelangsungan hidup, kehormatan dan kebesaran masyarakat Islam.

Kehadiran Mirza Shirazi penuh berkah bagi masyarakat Samarra. Dia membangun dua pemandian, pasar dan Husseiniyah untuk penduduk kota ini, yang kebanyakan Sunni pada waktu itu. Dia membangun rumah untuk banyak tetangga Samarra dan menjalani kehidupan banyak Sunni miskin dengan amal dan kemurahan hati. Orang Samarra harus menyeberangi sungai untuk urusan bisnis, dan orang Belmadaran terkadang menjarah harta benda orang miskin di tengah sungai. Untuk mengakhiri situasi semrawut ini, Mirza membangun jembatan di atas sungai ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat. Setelah kehadiran Mirza di Samarra, kota ini menjadi simbol persatuan Syiah dan Sunni, dan inilah yang ditakuti para diktator dan penjajah.

Sejauh ini kita telah mengulas sekilas kehidupan pribadi Mirza dan sebagian kecil dari kehidupan sosialnya, namun aksi politik terpenting Mirza Shirazi adalah keluarnya fatwa sejarah pelarangan tembakau. Fatwa yang mengarah pada pembentukan gerakan rakyat besar di Iran. Jika ingin mendengar kisah hidup Mirza Shirazi selanjutnya, tetaplah bersama kami di seri berikutnya.

Jumat, 05 Januari 2024 19:21

Mulla Ali Kani

 

Ulama Syiah lain yang terkenal di abad 14 Hijriyah dan juga dikenal sebagai ulama yang berpengaruh dalam proses politik dan budaya Iran di abad ini adalah Mulla Ali Kani.

Mulla Ali Kani dilahirkan tahun 1220 H di sebuah keluarga pedesaan yang mata pencaharian utamanya adalah bertani. Keluara petani biasanya melakukan hal dan pekerjaan secara bersama-sama dan melibatkan seluruh anggota keluarga, baik perempuan, pria dan anak-anak atau pemuda bekerja keras sehingga mampu memberikan pendapatan yang layak bagi keluarga.

Saat itu, pendidikan dasar sudah cukup untuk melakukan pekerjaan seperti ini, dan tidak dibutuhkan pendidikan tinggi. Keluarga Mulla Ali Kani juga memiliki pendapat seperti ini, bahwa Mulla Ali tidak perlu melanjutkan pendidikanny setelah pendidikan dasar, tapi beliau bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya dan setelah 20 tahun akhirnya beliau berhasil membuat keluarganya menijinkan untuk melanjutkan pendidikannya.

Mulla Ali Kani yang lahir di desa Kani, salah satu daerah di wilayah Tehran, melanjutkan pendidikannya di sekolah yang terkenal yakni Madrasah Marvi. Hauzah Ilmiah Marvi saat itu dipimpin oleh Mirza Masih Mojtahid, seorang ulama yang menghabiskan seluruh usianya dalam melawan imperalis Inggris dan Tzar Rusia. Mulla Ali Kani dalam waktu singkat setelah belajar di Hauzah Marvi Tehran kemudian melanjutkan pendidikannya ke Hauzah Ilmiah Isfahan, Najaf Ashraf dan Karbala.

Mullai Ali Kani yang dilahirkan di pedesaan dan memiliki sifat sederhana, selama belajar melewati kehidupannya dalam kondisi miskin dan sulit. Selama belajar di Najaf Ashra, makanan sehari-harinya adalah roti kering yang ia kumpulkan dari Haram Imam Ali as dan Masjid Sahla. Namun demikian seluruh kesulitan ini tidak membuat santri muda ini mundur dari menuntut ilmu, seakan-akan yang jiwanya hanya haus akan ilmu dan ajaran agama.

Tapi tak boleh dilupakan bahwa kemiskinan ini sepertinya disengaja oleh Mulla Ali Kani, karena beliau sendiri yang menginginkan kehidupan seperti ini. Bahkan ketika teman-temannya memasak makanan dan mempersiapkannya, beliau tidak bersedia memakannya, dan mengatakan, ini adalah makanan para bangsawan dan kami tidak menyukainya. Mungkin sifat qanaah dan menerimah beliau dengan cukup makan roti kering dari Masjid Sahla dan Haram Imam Ali as yang membuat dirinya menerima pancaran cahaya ilmu di dalam hatinya, dan memberinya berkah dalam kehidupannya di masa depan yang membuat seluruh mata takjub menyaksikannya.

Mulla Ali Kani belajar di bawah bimbingan guru besar seperti Sheikh Hasan Kashif al-Ghita, Sayid Ibrahim Qazwaini Hairi, Sheikh Murtadha Ansari dan Mohammad Hasan Najafi atau yang dikenal dengan Sahib Jawahir. Setelah bertahun-tahun menimbal ilmu agama, akhirnya Mulla Ali Kani mencapai level mujtahid. Tahun 1262 H, Mulla Ali Kani kembali ke Tehran dan kemudia ia masuk ke jajaran empat ulama besar Iran yang juga dibenarkan oleh Sahif Jawahir dan menjelaskan level mujtahidnya.

Selama di Tehran, Mulla Ali Kani sibuk menulis buku dan sedikit demi sedikit, penghasilan dari penjualan bukunya digunakan untuk pembangunan desa dan tanah tandus dan pengairan lahan kering. Ia berubah dari seorang santri miskin menjadi ulama yang kaya. Tapi sama seperti kemiskinan masa lalunya yang disebabkan oleh dirinya sendiri, kekayaannya saat ini juga disebabkan oleh dirinya sendiri dan bijaksana. Dia tidak menciptakan kekayaan untuk melimpahkan kekayaan dan hidup mewah, tetapi niatnya adalah untuk mendukung yang tertindas dan melawan para penindas.

Ia yang tertarik dengan hidup sederhana, meski memiliki banyak harta, tetap memilih hidup sederhana jauh dari kemewahan. Dia menghabiskan kekayaannya untuk orang miskin, memecahkan masalah orang dan menyebarkan Islam. Semua orang mengenalnya karena kemurahan hati dan martabatnya, dan mereka datang ke rumahnya dari mana-mana untuk memanfaatkan kemurahan hatinya. Tidak ada yang kembali dari pintunya dengan kecewa, dia bahkan memberikan hadiah yang dibawa kepadanya dan tidak meninggalkan apa pun.

Lambat laun, Mulla Ali Kani dikenal sebagai ulama berpengaruh di Tehran, dan sebagian besar masyarakat Iran mengikutinya. Pengaruh Haji Mulla Ali Kani sedemikian rupa sehingga terkadang pejabat pemerintah mendatanginya untuk menyelesaikan perselisihan agama mereka. Atas desakan rakyat, ia menerbitkan risalah praktisnya pada tahun 1270 H dan dua belas tahun kemudian pada tahun 1282, ia mengambil alih pengelolaan sekolah Marvi, sekolah yang sama tempat ia memulai pendidikannya.

Untuk mengenal lebih baik peran sosial dan politik ulama besar ini, kita sebaiknya mencermati kondisi politik dan budaya Iran saat itu, dan kini mari kita telaah sejarah Iran.

Dua tahun sebelum Mulla Ali Kani kembali ke Teheran, pada akhir pemerintahan raja Qajar ketiga dan awal pemerintahan Naser al-Din Shah, sebuah sekte agama baru bernama "Babiyeh" telah muncul di Iran. Sekte ini adalah pengikut seseorang bernama Ali Muhammad Shirazi, yang pada awalnya menyebut dirinya Bab (pintu) dari Imam yang tengah ghaib (Imam Mahdi as) dan kemudian mengklaim bahwa dia adalah Mahdi yang dijanjikan. Sedikit demi sedikit, Ali Mohammad Shirazi membangun Syari'at baru dan mengatakan serta menulis hal-hal yang tidak lain adalah mengaku sebagai Tuhan.

Para ulama Shiraz mengadakan pertemuan untuk menguji klaimnya. Ali Mohammad  Shirazi mengklaim dalam majelis itu bahwa meskipun agama barunya, agama Islam dan aturannya sudah usang, tetapi dia tidak dapat memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan para ulama dan membuktikan klaimnya, sehingga pemerintah menangkap dan mengasingkannya atas permintaan dari para ulama. Tetapi para pengikutnya, yang dikenal sebagai Babiyah, memulai pemberontakan berdarah di berbagai kota di Iran dan membunuh tokoh agama dan politik yang hebat.

Pada tahun 1264, pengikut sekte Babiyyah membunuh Mullah Mohammad Taqi Qazvini Baraghani, seorang mujtahid dan ulama Qazvini terkemuka, saat dia sedang sholat di masjid. Ahli hukum dan mujtahid besar ini, yang kemudian dikenal sebagai syahid ketiga, yakni syahid mihrab ketiga, telah melawan mazhab Syaikhiyah dan Babiyyah selama bertahun-tahun, dan dalam pidatonya, dia memberitahu masyarakat tentang penyimpangan mereka. Sudah lama sejak syahid ini mengeluarkan fatwa murtadnya para tokoh Babiyyah dari agama, tetapi raja-raja Qajar tidak hanya tidak memperhatikan masalah ini, bahkan terkadang mereka mendukung sekte ini melalui beberapa perantara.

Dalam situasi ini, Mullah Ali Kani, sebagai salah satu ulama terkemuka Iran dan Tehran, yang sangat dihormati oleh rakyat dan para pejabat juga peduli padanya karena posisi sosialnya, berdiskusi berkali-kali dengan para sesepuh sekte Babiyyah, dia mencoba membawa mereka kembali ke Islam, tetapi ketika dia melihat desakan mereka atas kekafiran mereka sendiri, dia mengeluarkan fatwa mengenai kemurtadan mereka, sebuah fatwa yang pernah dikeluarkan oleh Syahid Tsalis (Syahid ketiga) sebelumnya.

Namun kali ini, dengan adanya seorang seorang kanselir yang kompeten seperti Amir Kabir, keputusan ini menyebabkan persatuan pemerintah dan kekuatan agama melawan Babiyyah, dan akhirnya, dengan tangan Amir Kabir, Nasir al-Din Shah, pada 1266, Ali Mohammad Shirazi dieksekusi dan Babiyyah ditahan. Setelah kejadian tersebut, banyak konspirasi terhadap Amir Kabir terjadi hingga akhirnya, dua tahun setelah eksekusi Ali Muhammad Shirazi, Shah memecat kaselir dari semua posisinya dan mengasingkannya ke Kashan. Campur tangan Inggris dan ketamakan kanselir kedua, Nasir al-Din Shah, akhirnya berujung pada pembunuhan Amir Kabir.

 

Abad 14 Hijriah dapat disebut sebagai masa keemasan ilmu pengetahuan dan maraknya Hauzah Ilmiah di dunia Syiah. Di masa ini, banyak ulama dan tokoh terkenal di Iran dan berbagai wilayah Islam lainnya.

Di antara tokoh terkenal di abad ini adalah Ayatullah Sheikh Abu al-Hasan Mohammad Baqir Qa'ini Birjandi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Muhaddits Birjandi, seorang ahli fikih, sastra, syair dan teologi besar.

Mohammad Baqir dilahirkan pada Rabiul Awwal tahun 1276 H atau bertepatan dengan tahun 1238 Hijriah Syamsiah di desa Gazar, kota Birjand, Khorasan selatan saat ini. Keluarganya adalah orang berpengatuan, ahli ilmu, terhormat, penyair dan ahli sastra. Kakeknya baik dari ayah maupun ibu adalah ulama dan ahli zuhud yang senantiasa melawan kezaliman dan tempat berlindung bagi orang-orang tertindas.


Ayah Mohammad Hasan Qa'ani adalah salah satu ulama terkenal di daerah Birjand dan guru dari banyak ulama. Kakeknya, Mulla Muhammad Baqir termasuk salah satu murid Allamah Majlisi dan ia memiliki perpustakaan besar, dan terbakar dalam kerusuhan di akhir masa pemerintahan Dinasti Safawiyah serta banyak kitab yang berharga dirampok.

Allamah belajar di bawah bimbingan kakeknya hingga berusia 12 tahun, dan ia belajar sastra dan ilmu-ilmu dasar darinya. Kemudian Allamah belajar ilmu lanjutan di sekolah Ja'fariyah Qa'in. Kira-kira dua setengah tahun setelah Allamah berada di sekolah ini, suatu hari salah satu pejabat pemerintah datang ke sekolah Ja'fariayh dan meminta guru sekolah ini untuk menyelesaikan sejumlah masalah pajak, tapi tidak ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Tapi hanya Sheikh Mohammad Baqir yang masih belia mampu memberi jawaban yang memuaskan. Hal ini membuatnya dikirim ke Madrasah Mirza Ja'far di kota Mashhad.

Madrasah Mirza Ja'far di Mashad

Mohammad Baqir Qa'ani selama enam tahun penuh belajar fikih, usul fikih, filsafat dan teologi (kalam) di bahwa bimbingan ulama besar Mashad, dan di usia 20 tahun beliau menuju kota Najaf, Irak untuk melanjutkan belajar di Hauzah Ilmiah Najaf. Ia belajar di Hauzah Ilmiah Najaf selama empat tahun dan di tahun 1300 H, ia pergi ke Samarra dan belajar di bawah bimbingan Ayatullah Mirza Shirazi, ulama dan marja Syiah waktu itu selama enam tahun.

Allamah Mohammad Baqir Birjandi
Mohammad Baqir Qa'ani atas instruksi gurunya, Mirza Shirazi, menulis kitab Watsiqah al-Fuqaha (وثیقة الفقهاء). Setelah menyelesaikan jilid pertama, ia menyerahkannya kepada sang guru. Mirza Shirazi mempelajari buku tersebut selama satu hingga dua bulan. Kemudian Mirza Shirazi sangat puas dengan karya muridnya ini dan mendorongnya untuk melanjutkan karyanya tersebut.

Ketika berusia 30 tahun, Mohammad Baqir Qa'ani menyelesaikan pelajarannya di Irak dan ia melakukan perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Kemudian ia kembali ke kota kelahirannya, Birjand dan menikah. Di kota Birjand, tokoh dan pemuka agama memintanya untuk manjadi hakim syar'i dan menjadi rujukan masyarakat dalam menyelesaikan masalah mereka dan penerimaan khumus serta hal-hal lain. Akhirnya beliau menerima tanggung jawab ini setelah mendapat ijin dari gurunya.

Pada hari-hari pertama kedatangan Allamah di Birjand, Amir Alam, penguasa Birjand, mengundangnya ke sebuah pertemuan. Mullah Ibrahim Hanafi, salah satu ulama Sunni, juga hadir dalam majelis ini. Ia yang dikenal banyak bicara dan berdebat serta selalu terlibat perdebatan dengan ulama Syiah, kali ini berdebat dengan Allamah Birjandi tentang masalah Imamah. Perdebatan ini diakhiri dengan kemenangan Allamah atas Mullah Ibrahim dan peristiwa ini membuat Allamah terkenal di kalangan masyarakat.

Madrasah Mirza Ja'afr di Mashad
Setelah itu, semua orang di wilayah Qa'in dan Birjand bahkan orang Afghanistan, dari Sunni Hanafi dan Syiah, merujuknya dalam masalah agama, dan dia mengeluarkan fatwa tersendiri menurut agama masing-masing. Kejadian ini menyebabkan Allamah Birjandi diberi gelar "Mufti al-Fariqain"  (Mufti dua kelompok) dalam pidato resmi para ulama Herat dan pemerintah Afghanistan. Sejak itu, pendapat dan keputusannya menjadi keputusan akhir tentang banyak masalah sosial.

Hampir tiga tahun berlalu sejak kehadiran Allamah di Birjand, ketika Amir Alam, penguasa Birjand, meninggal dunia, dan kedua putranya berselisih tentang pengambilalihan kekuasaan sang ayah. Masing-masing pendukung mencoba menambah api perselisihan ini untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, perselisihan ini akan berubah menjadi perang skala penuh di wilayah Qa'inat dan Sistan, namun mediasi Allamah Mohammad Baqir Birjandi menyebabkan perselisihan berakhir dan perdamaian dan keamanan ke daerah pulih.

Allamah Mohammad Baqir Birjandi, selain mengajar dan melatih murid-muridnya setiap hari, juga aktif menulis buku-buku tentang mata pelajaran penting seperti fikih dan usul fikih, sejarah, tafsir, hadits, teologi dan sastra, hingga sekitar 62 karyanya tersisa, manuskrip Allameh sendiri tersedia di perpustakaan mendiang Ayatullah al-Udzma Marashi Najafi, salah satu muridnya, di kota suci Qom.

Perpustakaan Ayatullah al-Udzma Marashi Najafi

Salah satu kitab penting dan terkenal yang ditulis oleh Allamah Mohammad Baqir Birjandi adalah kitab کِبْریت اَحْمَر فی شَرائط الْمَنْبَر. Kitab ini membahas tata cara menyampaikan khutbah dan wejangan, manfaat dan posisi mimbar serta keutamaan wejangan dan nasihat. Poin lain yang disebutkan beliau di bukunya ini dan sangat ditekankan adalah bukan sembarang orang berhak untuk duduk di mimbar dan menyampaikan wejangan kepada masyarakat. Beliau menyebutkan 20 poin dan karakteristik bagi mereka yang ingin duduk di mimbar dan memberi nasehat kepada orang lain.

Di bagian lain buku ini, Allamah Mohammad Baqir Birjandi berjuang melawan distorsi Asyura. Di bagian ini, dia menyelidiki Muqatil dan mengkritik beberapa distorsi Asyura. Buku ini telah diterbitkan berkali-kali di Iran dan India dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu.

Almarhum Allamah Birjandi, selain posisinya yang tinggi dalam ilmu-ilmu Islam, ia juga seorang sastrawan yang menulis puisi dalam bahasa Arab dan Persia. Puisi-puisinya yang disusun oleh putranya, Ayatullah Sheikh Mohammad Hossein Ayati Ziyaei, berjumlah sekitar dua ribu bait. Nama belakangnya dalam puisi-puisi ini terkadang "Safi" dan terkadang "Aasi".

Allameh Birjandi sangat percaya bahwa setiap orang harus siap untuk hari Jihad, sehingga wajib mempelajari teknik militer. Dia sendiri akan mengambil senapannya setiap hari dan pergi ke padang pasir bersama sekelompok tetua kota untuk berlatih menembak dan bertarung. Dia bahkan membayar beberapa pemuda dari dana zakat dan agama untuk menjadi ahli menembak dan mengajar orang lain.

Perpustakaan Ayatullah Marashi Najafi di Qom
Memiliki pendapat seperti itu dan, yang lebih penting, berpegang pada pendapat ini dalam praktik, bisa sangat berbahaya pada saat itu, karena Allamah Birjandi hidup dalam periode sejarah yang bertepatan dengan banyaknya orang asing di Iran dan arogansi mereka karena  pemborosan raja-raja Qajar membuat warga Iran menderita kekacauan politik dan ekonomi dan dihadapkan pada peradangan yang disebabkan oleh kemunduran kerajaan Qajar.

Dalam situasi sosial seperti ini, persiapan kaum muda untuk berperang dan berjihad oleh seorang ulama berpengaruh bisa menjadi bahaya besar bagi mereka yang berkuasa. Pemberitaan aksi Allamah Birjandi ini dimuat dalam beberapa terbitan surat kabar "Habl Al Matin", dan hal ini menyebabkan dia berada di bawah pelindung (baju besi) antara penguasa dan pejabat pemerintah.

Akhirnya Allamah Mohammad Baqir Birjanjdi pada malam Jumat 14 Zulhijjah 1352 H meninggal dunia pada usia 76 tahun. Jenazah beliau dimandikan di Madrasah Ma'sumiyah Birjand dan proses pemakamannya dihadiri banyak pelayat serta digelar dengan agung. Meninggalnya Allamah Birjandi membuat Hauzah Ilmiah Qom dan banyak kota di Iran berduka, serta mereka menggelar majlis duka. Ayatullah Marashi Najafi juga menggelar acara duka di Madrasa Faiziyah mengenang guru tercintanya tersebut.

Minggu, 30 Juli 2023 19:15

Risalah Perjuangan Imam Sajjad

 

Momentum kelahiran atau kesyahidan para pemuka agama termasuk Ahlul Bait Nabi Saw, adalah sebuah kesempatan untuk membuka kembali lembaran sejarah kehidupan mereka. Pada kesempatan ini, kita hanya akan menelusuri sejarah singkat seorang pemuka Ahlul Bait dan kami berharap sajian singkat ini akan menambah wawasan kita bersama.

Hari ini adalah tanggal 12 Muharram, hari kesyahidan Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as, putra Imam Husein as dan keturunan Rasulullah Saw. Periode kepemimpinan Imam Sajjad as – yang dimulai setelah peristiwa Karbala dan kesyahidan Imam Husein as – memiliki banyak aspek penting.

Imam Sajjad as memainkan peran penting dan menentukan selama periode kepemimpinannya. Ia berusia sekitar 24 tahun saat terjadinya revolusi Karbala, dan hidup selama 34 tahun pasca peristiwa tersebut. Selama masa itu, Imam Sajjad as memimpin kaum Muslim dan memerangi berbagai bentuk penindasan dan kebodohan dengan bermacam cara.

Selama perjuangan ini, hal yang paling nyata dalam sirah Imam Sajjad as, adalah terus menghidupkan sejarah perjuangan Karbala dan menyampaikan pesan-pesan gerakan besar ini. Pada 12 Muharram tahun 95 Hijriyah, Imam Sajjad gugur syahid karena diracun atas perintah penguasa Bani Umayah, Walid bin Abdul Malik.

Kadang kelanjutan sebuah gerakan dan pelestariannya adalah sebuah tugas yang lebih sulit daripada pencetusannya. Allah Swt menakdirkan Imam Sajjad as tetap hidup selama revolusi Karbala untuk memanajemen peristiwa yang terjadi setelah kebangkitan ayahnya, Husein as. Imam Sajjad as mencapai periode Imamah ketika nilai-nilai agama didistorsi oleh Bani Umayah, dan ketika itu, ketidakadilan, penindasan, dan dekadensi moral telah merajalela.

Dinasti Bani Umayah telah menjauhkan masyarakat Muslim dari ajaran-ajaran murni agama, padahal mereka sendiri mengaku sebagai penjaga agama. Fakta yang sebenarnya adalah Bani Umayah dengan topeng agama dan tipu daya, sedang menghancurkan nilai-nilai Islam.

Puncak kemunafikan Bani Umayah di tengah masyarakat Islam kembali ke hari-hari pertama kesyahidan Imam Husein as. Mereka berusaha memanfaatkan peristiwa Asyura untuk kepentingannya, dan mengesankan kebangkitan Imam Husein dan para pengikutnya sebagai pemberontakan. Dalam situasi ini, Imam Sajjad menunaikan tanggung jawabnya dalam dua periode singkat dan panjang.

Periode singkat adalah hari-hari setelah kesyahidan Imam Husein as dan penawanan Imam Sajjad dan kafilah Bani Hasyim di Kufah dan Syam. Periode panjang tanggung jawab Imam Sajjad juga dimulai setelah ia kembali ke kota Madinah. Pasca gugurnya Imam Husein as, rombongan Ahlul Bait Nabi termasuk Imam Sajjad dan bibinya Sayidah Zainab as, ditawan oleh pasukan bengis Umayah.

Ketika tiba di kota Kufah, Imam Sajjad menyampaikan pidato yang berapi-api di tengah masyarakat dan membuat banyak orang meneteskan air mata penyesalan dan mereka memohon maaf kepada Imam.

Imam Sajjad di salah satu ucapannya berkata, "Wahai masyarakat, aku adalah Ali bin Husein, anak dari orang yang telah kalian hancurkan kehormatannya. Allah telah mengajari kami Ahlul Bait kebaikan dan menanamkan dalam diri kami keselamatan, keadilan, dan ketakwaan. Bukankah kalian telah menulis surat kepada ayahku dan berbaiat dengannya? Namun setelah itu kalian berkhianat dan bangkit memeranginya. Sungguh perbuatan yang kotor dan licik."

Kata-kata Imam Sajjad as adalah upaya untuk menyadarkan masyarakat. Dalam kondisi genting dan kritis tersebut, meski sedang dirundung duka dan kesedihan yang mendalam, Imam Sajjad benar-benar menyadari bahwa cara yang paling efektif untuk menjelaskan kebenaran Imam Husein as adalah dengan membongkar kejahatan Bani Umayah sehingga hati yang lalai terbangun dan propaganda licik musuh dapat digagalkan.

Hari-hari penawanan adalah saat-saat yang sangat sulit bagi Imam Sajjad dan seluruh rombongan Ahlul Bait Nabi Saw. Para tawanan Karbala menanggung banyak penderitaan selama periode itu, tapi dalam kondisi sulit tersebut, kehadiran Imam Sajjad dan Sayidah Zainab telah memberi kekuatan kepada para tawanan.

Lembaran emas lainnya dari kehidupan penyampai pesan Karbala ini adalah pidato tegas yang membongkar wajah asli Dinasti Umayah di Masjid Umawi di Syam. Ketika memasuki istana Yazid bin Muawiyah, Imam menyaksikan Yazid sedang berpesta pora atas kemenangan.

Yazid berpikir bahwa situasi akan menguntungkannya, namun Imam Sajjad as dengan penuh keberanian naik ke atas mimbar dan berkata, "Wahai masyarakat, Allah telah menganugerahkan keistimewaan kepada kami berupa pengetahuan, kesabaran, kedermawanan, kemurahan hati, kefasihan, dan keberanian, dan kecintaan kepada kami telah menempati hati orang-orang Mukmin. Wahai masyarakat, orang-orang yang belum mengenalku, aku akan memperkenalkan diri kepada kalian."

Pada waktu itu, Imam Sajjad mulai memperkenalkan dirinya sebagai cucu Rasulullah Saw dan berkata, "Aku adalah anak dari manusia terbaik, anak dari seseorang yang dibawa dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa pada malam Mi'raj." Kemudian ia menjelaskan keberanian Imam Ali as dan keutamaan-keutamaan Sayidah Fatimah as, putri Rasulullah.

Kemudian, ketika menjelaskan kedudukan ayahnya Husein as, Imam Sajjad berkata, "Aku adalah putra dari orang yang gugur dalam keadaan haus. Ia dibunuh dengan keji dan tubuhnya tumbang di tanah Karbala. Sorban dan jubahnya telah dicuri, sementara para malaikat langit larut dalam tangisan. Aku adalah putra dari orang yang kepalanya ditancapkan di tombak dan keluarganya digiring dari Irak ke Syam sebagai tawanan."

Pidato Imam Sajjad di Syam, sangat menggemparkan di mana Yazid dan Dinasti Bani Umayah benar-benar terpukul dan menyaksikan dirinya sedang dihempas oleh ombak besar berupa pesan-pesan kebangkitan Karbala. Dengan demikian, para tawanan Karbala cepat-cepat dikembalikan ke kota Madinah.

Tanggung jawab Imam Sajjad as memasuki babak baru setelah kepulangannya ke Madinah. Pada fase ini, ia mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Kondisi buruk waktu itu, mendorong Imam Sajjad as melakukan perbaikan dan memperkuat pondasi agama dan keyakinan religius masyarakat. Oleh karena itu, selama 34 tahun periode Imamah, Imam Sajjad meninggalkan makrifat agama yang sangat berharga dan membuka jalan untuk kegiatan ilmiah dan budaya, yang kemudian diteruskan oleh putranya, Imam Muhammad al-Baqir as.

Salah satu pengabdian spiritual dan paling berharga Imam Sajjad di tahun-tahun pasca kebangkitan Karbala adalah menjelaskan doa-doa yang indah dan penuh makna. Doa-doa ini kemudian disusun dalam sebuah buku berjudul Sahifah Sajjadiyah.

Meski Sahifah Sajjadiyah berisikan kumpulan doa dan munajat seorang manusia dengan Tuhannya, namun jika direnungi lebih dalam, kita akan menemukan bahwa doa-doa tersebut berada di luar munajat pada umumnya. Imam Sajjad dengan bahasa doa, menjelaskan pandangan Islam di bidang filosofi kehidupan dan penciptaan, masalah keyakinan dan etika individu dan sosial, dan bahkan menjabarkan beberapa masalah politik.

Sahifah Sajjadiyah adalah kitab terbaik untuk memahami keluasan ilmu pengetahuan dan spiritualitas Imam Sajjad. Sejauh perenungan kita dalam makrifat besar ini, kita akan mencapai kebenaran yang luhur. Imam Sajjad telah membuat terobosan di bidang penyebaran ilmu dan hukum syariat dalam bahasa doa dan munajat, di mana para ilmuwan memuji dan mengagumi langkah ini.

Ulama besar Syiah, almarhum Syeikh Mufid ra menulis, "Para ulama Sunni telah menukil begitu banyak dari ilmu Imam Sajjad, yang tidak terhitung jumlahnya. Imam Sajjad sangat terkenal di tengah para ulama karena banyaknya nasehat, doa, keutamaan al-Quran, perkara halal dan haram yang dinukil dari beliau. Jika kita ingin menjelaskan semuanya, penjelasan ini akan sangat panjang."

Syahadah Imam Sajjad as
Imam Sajjad as karena ketekunannya yang besar dalam doa dan munajat, dikenal dengan Zainul Abidin yaitu perhiasan para ahli ibadah, dan karena sujud-sujudnya yang banyak dan panjang, ia dikenal dengan sebutan as-Sajjad, yaitu orang yang sangat banyak bersujud. Kerendahan hati, keramahan dan kasih sayang Imam Sajjad tampak dengan jelas di semua fase hidupnya.

Kepedulian terhadap orang-orang miskin mendorong Imam Sajjad as secara diam-diam dan di kegelapan malam, memikul karung makanan untuk dibagikan kepada warga miskin di Madinah. Sirah ini merupakan bagian dari karakter multidimensional para pemuka agama, khususnya Ahlul Bait Nabi Saw. Manusia-manusia mulia – dengan ketinggian ilmu dan takwa – memilih duduk bersama kaum lemah dan memecahkan kesulitan-kesulitan mereka.

Cara lain Imam Sajjad dalam berempati dengan kaum lemah adalah memperhatikan kondisi para budak. Para budak menghadapi tekanan sosial yang paling parah selama era Dinasti Umayah. Imam Sajjad berjuang untuk meningkatkan status sosial mereka. Itulah sebabnya ia membeli sejumlah besar budak dan kemudian memerdekakannya.

Imam Sajjad di sepanjang era kepemimpinannya, senantiasa dimusuhi dan disakiti oleh para penguasa Umayah. Mereka terus berusaha untuk memadamkan cahaya agama. Niat jahat Umayah diwujudkan pada tahun 95 Hijriyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Dengan demikian, era kepemimpinan Imam Sajjad as berakhir dengan meninggalkan pengabdian besar di bidang ilmu pengetahuan dan agama.

 

Aksi demonstrasi di perempatan Kaplan, Tel Aviv diikuti oleh lebih dari 200 ribu demonstran.

Menurut laporan Koran Yediot Aharonot, lebih dari 370 ribu warga Zionis di 150 titik Palestina pendudukan menggelar demo menentang rencana reformasi yudisial pemerintah Benjamin Netanyahu.

Seiring dengan pengesahan undang-undang untuk membatalkan argumen tidak masuk akal sebagai salah satu bagian terpenting di draf RUU reformasi pengadilan, aksi demonstrasi di bumi Palestina pendudukan meningkat drastis dan disertai dengan aksi kekerasan polisi terhadap para demonstran.

Para penentang RUU peradilan meyakini bahwa draf ini akan mengurangi pengawasan instansi pengadilan rezim Zionis terhadap keputusan kabinet rezim ini. Menyusul munculnya friksi dan perpecahan di tubuh komunitas Zionis, militer yang sebelumnya memainkan peran pemersatu di struktur politik rezim ini juga mengalami perpecahan, dan mereka bergabung dengan barisan penentang reformasi yudisial.

Lebih dari 10.000 tentara cadangan rezim Zionis telah menyatakan penentangan mereka terhadap persetujuan reformasi peradilan dan mengancam bahwa mereka tidak akan mematuhi wajib militer jika RUU ini disahkan. Ancaman yang dilakukan oleh sekelompok tentara tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan zionis akan ketidaksiapan tentara zionis untuk berpartisipasi dalam pertempuran yang akan datang.

Media Zionis Kan melaporkan, sumber-sumber di tentara dan pusat keamanan sangat khawatir tentang perekrutan ratusan cadangan dari dinas militer di angkatan udara, organisasi intelijen dan unit khusus.

Menurut Haaretz, menyusul gejolak di jajaran Angkatan Udara, Staf Gabungan Angkatan Darat telah meminta untuk mendefinisikan kembali misi pasukan tersebut akibat pengunduran diri sejumlah pasukan cadangan. Pasukan tentara mungkin tidak menandatangani petisi protes, tetapi satu per satu mereka melepas seragam militer mereka tanpa ada yang melihat mereka. Kami menyaksikan terjadinya perbedaan antara pasukan cadangan dan pasukan tentara lainnya sampai pada titik konflik.

Analis surat kabar Haaretz Rogil Allor menulis dalam sebuah catatan menuli, tentara menghadapi banyak masalah, yang akan menjadi lebih jelas saat memasuki perang multi-front dengan Lebanon dan Palestina. 70 persen pilot melakukan pemogokan, sementara kata-kata baru-baru ini Martin Indyk, mantan duta besar dan utusan AS untuk Israel, tentang perlunya Israel mandiri dari bantuan militer AS, merupakan bagian lain dari masalah yang akan dihadapi Tel Aviv.

Tamir Hayman, mantan kepala cabang intelijen militer rezim Zionis, mengatakan kepada Channel 12 rezim ini, tentara Israel diseret ke dalam perang (dualitas internal) yang tidak dapat dimenangkannya. Kesiapan tentara bergantung pada kerelawanan perwira, pasukan cadangan, angkatan udara, siber, dan pasukan khusus. Jika masalah ini diambil dari tentara, kami akan memiliki tentara lain.

Menurut Yediot Aharonot, Yoav Galant, Menteri Perang rezim Zionis berupaya membuat kabinet koalisi dengan kehadiran partai-partai "Likud" yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, " Kahol Lavan" yang dipimpin oleh "Benni Gantz" dan "Yesh Atid" " dipimpin oleh Yair Lapid."

Meski dengang harga harus mundur, Galant berusaha mencapai kesepakatan dengan partai oposisi (Yesh Atid dan Kahol Lavan) tentang pembentukan kabinet koalisi.

Salah satu kekhawatiran tentara adalah dengan melemahkan Mahkamah Agung, yang merupakan salah satu tujuan Netanyahu dan sekutunya untuk menciptakan reformasi peradilan, kemungkinan penuntutan perwira militer rezim di dunia akan terbuka lebar.

Hingga saat ini, Mahkamah Agung Israel, dengan alasan mengawasi pekerjaan pemerintah dan tentara, sedikit banyak menghalangi penuntutan tentara Israel, dan pada kenyataannya, Mahkamah Agung bertindak sebagai penghalang terhadap penuntutan tersebut, tetapi sekarang mereka takut bendungan ini jebol.

Kekhawatiran lain dari tentara adalah bahwa kebijakan dan tindakan ekstrim dari pemerintah koalisi Netanyahu, baik di Tepi Barat maupun di front utara dengan Hizbullah, akan menjebak tentara dalam rawa, seperti perang 33 hari, yang tidak memiliki jalan keluar.

Apa yang menambah kekhawatiran militer adalah potensi kuat bahwa Netanyahu dan pemerintah sayap kanannya, mengingat kian meluasnya domain protes dalam negeri terhadap pengesahan reformasi peradilan, akan beralih ke petualangan militer.

Sejumlah indikasi menunjukkan niat Netanyahu dan pemeritnahannya untuk menebar agitasi krisis dalam negeri. Hari Kamis, ketika Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan internal Israel ketika menyerbu Masjid al-Aqsa, dari dalam kompleks tempat suci umat Islam ini mengumumkan bahwa perilaku seperti ini dapat mempersatukan kembali masyarakat Zionis.

Kanal 12 televis Israel dalam berita lainnya mengungkapkan, prosek pembangunan Haikal Ketiga dan laporan alokasi dana untuk proyek ini akan diumumkan kabinet Netanyahu dalam waktu dekat.

Sebuah kelompok pemukim Zionis yang dipimpin Itamar Ben-Gvir menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa dengan dukungan sejumlahmiliter Zionis dan memperingati perusakan apa yang mereka klaim sebagai Haikal Sulaiman.

Sejumlah pemukim Zionis dengan memadati gang dan jalan-jalan di wilayah kuno kota Quds mulai memprovokasi warga Palestina.

Juga, sejumlah Zionis lainnya berkumpul di depan Bab al-Maghariba, salah satu gerbang masuk utama Masjid al-Aqsa, dan bersiap untuk serangan lain ke kiblat Muslim pertama ini.

Selain Itmar Ben-Gvir, menteri lain seperti "Ishaq Wasserlov", menteri kabinet Netanyahu dan "Rabbi Yehuda Glick", mantan anggota Zionis Knesset, juga ikut serta dalam serangan ini.

Tindakan ini dilakukan sebagai tanggapan atas undangan kelompok Zionis dan dengan dukungan kabinet Zionis.

Pada saat yang sama, polisi rezim Zionis mencegah jemaah Palestina memasuki Masjid al-Aqsa untuk memfasilitasi serangan para pemukim dan menteri Zionis.

Tindakan provokatif pemerintah ekstremis Netanyahu tidak terbatas hanya di Tepi Barat, dan sejak beberapa bulan lalu, ketika memulai pendudukan baru di desa al-Ghajar di Lebanon, hal itu telah menciptakan area ketegangan baru.

Kanal 12 televisi Zionis mengumumkan bahwa menyusul pernyataan baru-baru ini dari Sayid Hasan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Netanyahu dalam pertemuan dengan pejabat tinggi militer- kepala dinas intelijen militer dan komandan operasional dari tentara – akan membahas skenario konfrontasi dengan Hizbullah di bawah bayang-bayang kemungkinan konflik ini semakin intensif.

Menurut media berbahasa Ibrani itu, pertemuan ini akan digelar atas permintaan pimpinan politik, karena telah ditegaskan kepada pejabat Israel bahwa keputusan strategis terkait Hizbullah harus diambil dalam waktu dekat.

Dalam pertemuan ini, para komandan tentara akan menjelaskan situasi internal Lebanon dan isu-isu terkait Tepi Barat Palestina kepada Netanyahu dan pejabat keamanan rezim ini, tenda-tenda Hizbullah dan perkembangan di Tepi Barat yang mempengaruhi pertahanan Tel Aviv terhadap Hizbullah akan ditinjau.

Menurut para ahli, hari ini Netanyahu dan sekutunya dalam koalisi yang berkuasa sedang mencari celah untuk keluar dari krisis, yang telah membuat situasi internal Israel lebih rumit daripada di masa lalu seperti simpul buta, dan semakin menguak kontradiksi dalam struktur masyarakat yang heterogen dan semakin terlihat seperti tali yang melingkari leher koalisi penguasa yang semakin ketat.

Sekaitan dengan ini, sejumlah pengamat meyakini bahwa Netanyahu tengah mencari jalan pintas untuk keluar dari tekanan yang membuat dirinya dan koalisinya putus asa. Sepertinya jalan pintas terbaik adalah mengobakan sebuah krisis militer bagi Israel.

Tapi Netanyahu untuk mengobarkan perang menghadapi kendala besar, dan itu adalah militer tengah membentuk front melawan RUU reformasi peradilan gagasan pemerintah Netanyahu, dan jika Netanyahu ingin melakukan aksi militer, dia akan menghadapi setidaknya dua konsekuensi:

Pertama, untuk memaksa tentara mengambil tindakan pencegahan untuk melakukan kudeta terhadap Netanyahu,

Kedua, jika gagal melakukan kudeta dan jatuh ke dalam perangkap Netanyahu, maka mereka akan menghadapi kekalahan yang jauh lebih buruk daripada perang 33 hari, dan bisa berpotensi mengakhir eksistensi mereka.

Karena, menurut otoritas Zionis, pertama, kemampuan Hizbullah telah meningkat beberapa kali dibandingkan dengan perang 33 hari tahun 2006, dan kedua, koneksi dan integrasi antara berbagai sisi poros perlawanan telah terjalin, dan sekarang militer Zionis tidak berperang di satu front dalam setiap konfrontasi militer, tetapi akan terlibat dengan front yang berbeda karena strategi kelompok perlawanan didasarkan pada kesatuan medan.

Kamis, 03 Agustus 2023 19:12

HAM Islam dan Kehormatan Manusia

 

5 Agustus ditetapkan sebagai hari Hak Asasi Manusia Islam (HAM) dan Kehormatan Manusia, dan diperingati setiap tahun.

Manusia secara fitrah adalah makhluk terhormat karena satu-satunya keberadaan  dianugerahi ruh dan akal oleh Tuhan. Kehormatan ini dimiliki seluruh manusia dan tak ada perbedaan antara ras, keturunan, warna kulit dan lainnya. Kehormatan dan martabat manusiawi ini harus selalu diperhatikan sebagai bagian penting dari hak-hak manusia.

Hak Asasi Manusia Islam (HAM Islam) dan martabat serta kehormatan manusia merupakan salah satu nilai terpenting dalam wacana dunia kontemporer, khususnya antara negara-negara Islam. Tanggal 5 Agustus ditetapkan sebagai hari HAM Islam dan Martabat Manusia.

Pertama, jika kita ingin memiliki gambaran tentang sejarah hak asasi manusia, kita harus menunjuk awal abad ke-20 dan akhir Perang Dunia Pertama, periode sejarah ketika dikatakan bahwa untuk pertama kalinya hak asasi manusia dipertimbangkan dalam Kovenan Bangsa-Bangsa dan negara-negara anggota Liga Bangsa-Bangsa. Saat itu, dalam konvenan bangsa-bangsa, mereka menerima komitmen dan upaya untuk memastikan pelestarian kondisi kerja yang adil dan manusiawi bagi perempuan, laki-laki dan anak-anak serta perlakuan yang adil terhadap penduduk asli di negara koloni.

Sementara itu, terkait dengan sistem perwalian dalam sistem Liga Bangsa-Bangsa, tanggung jawab atas kesejahteraan dan kemajuan bangsa-bangsa di bawah perwalian mereka dipercayakan kepada negara-negara yang mengelolanya. Selain itu, sehubungan dengan beberapa bagian dari perjanjian damai tahun 1919, beberapa pemerintah diminta untuk menerima batasan kedaulatan mereka untuk kepentingan minoritas nasional negara mereka sebelum menjadi anggota Liga Bangsa-Bangsa.

Setelah Perang Dunia Kedua dan kejahatan serta tragedi yang diakibatkannya, yang menyebabkan kematian jutaan orang, sebuah komisi yang disebut "Komisi Hak Asasi Manusia" di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menggantikan "Liga Bangsa-Bangsa", diberi mandat menyusun, mengatur dan mengedit hak asasi manusia. Dalam sesi ketiganya, komisi ini menyiapkan "Deklarasi Hak Asasi Manusia". Setelah dirujuk ke Majelis Umum, deklarasi ini akhirnya disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948 dengan 48 suara mendukung, tidak ada suara menolak, dan 8 suara abstain. Dengan demikian, muncul dokumen yang diluarnya mendeklarasikan dan mengakui hak-hak manusia karena mereka adalah manusia, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, dan bahasa.

Namun, alih-alih didasarkan pada sikap umum negara-negara di dunia terhadap manusia dan hak-haknya, deklarasi hak asasi manusia lebih dipengaruhi oleh sikap dan pandangan dunia orang-orang Barat dan terutama negara-negara pemenang Perang Dunia Kedua. Dengan demikian deklarasi ini memberikan otentisitas kepada manusia dengan pendekatan materialistis dan humanistik.

Pendekatan seperti ini telah dan terus membawa konsekuensi seperti pengabaian asal usul alam semesta, kurangnya idealisme, pengabaian fitrah manusia, dan hedonisme. Selain pendekatan tersebut, apa yang dinyatakan dalam pengantar Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai filosofinya tidak cukup untuk memaksa semua negara untuk mematuhi hak-hak yang terkandung dalam deklarasi karena argumen tersebut mengacu pada situasi yang spesifik untuk masyarakat Barat dan bukan hal-hal umum di masyarakat lain.

Kasus-kasus tersebut antara lain menyebabkan negara-negara Islam terkemuka berulang kali mengkritisi deklarasi HAM karena tidak mempertimbangkan konteks budaya dan agama negara-negara non-Barat. Dalam konteks yang sama dan pada tahun 1981, perwakilan Iran di PBB menyatakan sikap negaranya mengenai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai berikut: Deklarasi ini adalah “konsepsi sekuler relativistik dari budaya penguasa Barat yang tidak dapat dilaksanakan oleh umat Islam tanpa melanggar ajaran dan hukum Islam."

Dalam kerangka pertimbangan inilah negara-negara Islam berusaha mempersiapkan dan menyusun deklarasi berdasarkan pandangan dunia Islam tentang hak asasi manusia. Dengan demikian, pada tahun 1369 Hs (1990 M), Deklarasi Hak Asasi Manusia Islam yang terdiri dari 25 pasal telah disetujui oleh negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam yang kemudian menjadi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan negara-negara anggota OKI, dengan mempertimbangkan keputusan dan keyakinan ilahi agama Islam dan ajaran ilahi, menerima dan menyetujui ketentuan Deklarasi Hak Asasi Manusia Islam.

Beberapa tahun kemudian, yakni pada tahun 2008 , atas prakarsa dan usulan Republik Islam Iran, tanggal 5 Agustus, peringatan adopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia Islam dinamai sebagai Hari Hak Asasi Manusia Islam dan Martabat Manusia, dan diputuskan bahwa negara-negara Islam harus merayakan hari ini di tingkat nasional mereka setiap tahun.

Hak asasi manusia sangat penting dan status baik dalam konsep global (Barat) dan Islam, dan saat ini pemerintah mempertimbangkan legitimasi dan penerimaan mereka dalam pembentukan undang-undang dan peraturan hak asasi manusia dan perlindungan dan dukungan hak asasi manusia, tetapi Barat selalu mencoba untuk memaksakan nilai-nilai liberal di dunia dengan kedok hak asasi manusia dengan mengabaikan budaya bangsa lain, termasuk negara-negara Muslim. Oleh karena itu memperhatikan kesamaan dan perbedaan deklarasi global dan Islam, hak asasi manusia adalah masalah penting yang akan kami bahas.

Pendidikan, martabat, kehidupan, kebebasan dan kesetaraan di depan hak dan hukum adalah beberapa hal umum yang ditekankan dalam sistem hukum Islam dan Barat, dan itu ditentukan dalam dua deklarasi hak asasi manusia universal dan Islam, namun cara pandang adalah salah satu poin utama pembeda dan perbedaan mendasar antara masyarakat Islam dan pemikiran Barat masyarakat global saat ini. Ini berarti; Dari sudut pandang Islam, segala sesuatu berpusat pada Tuhan dan pencipta keberadaan, dengan kata lain berpusat pada Tuhan, tetapi dalam pemikiran Barat berpusat pada manusia (humanisme). Oleh karena itu, Deklarasi Hak Asasi Manusia Barat juga telah melihat segala sesuatu di sekitar poros manusia. Sedangkan menurut umat Islam dan pemeluk agama samawi, agama adalah sumber hak asasi manusia, dan hak asasi manusia hanya dapat diakui dan dilaksanakan apabila diilhami oleh sumber ketuhanan.

Sejatinya, dasar hak asasi manusia Barat adalah hak kodrati atau kontraktual dan status. Sedangkan HAM Islam didasarkan pada fikih kemanusiaan dan wahyu ilahi. Hak asasi manusia Barat tidak universal dan sebagian besar didasarkan pada nilai-nilai Barat dan dirancang untuk sistem demokrasi liberal, tetapi hak asasi manusia Islam memiliki perspektif umum dan universal berdasarkan prinsip "martabat" yang melekat pada manusia.

Perbedaan lain antara pemikiran Barat dan Islam tentang hak asasi manusia adalah perhatian terhadap kebebasan. Dalam pemikiran Barat, yang juga tertuang dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia yang disetujui oleh PBB, perhatian terhadap kebebasan dan hak asasi manusia sebanding dengan pelarian dari pemikiran agama dan memandang kebebasan manusia sebagai hal yang mutlak dan bebas. Dalam kasus hukum universal Islam, kebebasan disyaratkan untuk tidak mengganggu pelaksanaan kewajiban individu dan sosial.

Patut diperhatikan bahwa beberapa hak asasi manusia yang berkaitan dengan kehidupan manusia belum diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, tetapi telah dirinci dalam Deklarasi Islam. Menurut deklarasi ini, yang disusun berdasarkan Syariat Islam, hak asasi manusia berasal dari harkat dan martabat manusia yang melekat, dan bangsa Islam memiliki misi global, dan meskipun umat manusia telah mencapai tahap maju dalam ilmu material, ia selalu bergantung pada iman dan spiritualitas untuk melindungi hak-hak dan peradabannya.

Deklarasi Hak Asasi Manusia Islam sebenarnya adalah upaya komunitas Islam untuk mengekspresikan identitas Islamnya di tingkat global dan untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat agama Islam tentang hak asasi manusia. Wacana HAM Islam membawa peluang kehidupan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia dan berdiri bersama untuk perdamaian dan hidup berdampingan secara damai, serta mempertimbangkan poros persatuan bangsa yang paling kuat dan bahasa bersama semua bangsa dalam perlindungan martabat manusia.

Sangat disayangkan, saat ini deklarasi HAM yang disahkan PBB disalahgunakan oleh negara-negara seperti AS dan sekutunya yang senantiasa mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia, untuk meraih kekuasaan dan mengabaikan hak serta harkat serta martabat manusia. Oleh karena itu, 5 Agustus harus dinilai sebagai simbol perlawanan negara-negara Islam menghadapi ketamakan Barat.

Hari ini (5 Agustus) adalah kesempatan besar bagi negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dengan koordinasi dan kerja sama yang diperlukan, untuk mengembangkan alat dan strategi yang tepat untuk penyebaran, pemajuan, dan pelestarian nilai-nilai Islam di bidang hak asasi manusia. Selain itu, tanggal 5 Agustus merupakan kesempatan berharga untuk mempertahankan citra Islam yang sebenarnya dan mendorong dialog dan interaksi antar agama, sehingga umat Islam dapat memperkenalkan hak asasi manusia dari perspektif Islam kepada masyarakat dunia.

 

Unit artileri adalah unit pendukung dalam serangan dan menghancurkan pos-pos musuh, serta membantu pertahanan dari serangan ofensif dan membalas cepat pergerakan musuh.

Faktanya, karena kecepatan penyediaan dan ketersediaan dukungan tembakan serta tingkat keamanan terhadap serangan balik musuh, artileri memiliki keunggulan dibandingkan unit udara seperti pesawat terbang dan helikopter dan jauh lebih tersedia bagi komandan. Dalam kasus di mana sejumlah kecil tembakan diperlukan, penggunaan artileri jauh lebih baik daripada kapal udara. Sebagian besar meriam saat ini membidik dan menembak dengan menginduksi koordinat secara manual ke gagang meriam. Metode ini biasanya memakan waktu dan lebih dari satu orang mungkin terlibat untuk mencapai hasil yang lebih baik, dan pada akhirnya, semua bidikan mungkin memiliki persentase kesalahan.

Peluru yang dipandu laser

Saat ini, masalah yang berkaitan dengan akurasi dalam membidik adalah pengembangan peluru kendali yang meskipun memiliki sistem penargetan seperti laser atau termal, memiliki permukaan aerodinamis untuk menghasilkan gaya dan sebagai hasilnya mengontrol dan mengubah posisi peluru dan membawa kesalahannya ke titik nol. Penargetan proyektil laser dilakukan sedemikian rupa sehingga dari kendaraan udara atau darat yang dapat dikendalikan oleh seseorang atau jarak jauh, sinar laser tepat dipancarkan ke sasaran dan kembali dari objek dalam bentuk  corong atau kerucut (tiga dimensi) itu dibentuk ke arah langit, yang tentunya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Proyektil dilengkapi dengan sensor dan detektor sinar laser, dan setelah ditembakkan dan melewati busur naik penerbangannya dan jatuh ke tanah dengan mendeteksi sinar laser, menemukan target, menentukan sudut dan menerapkan perintah kontrol dari panduan dan sistem kontrol dalam pelurunya, menyeretnya ke corong dan mengenai bagian tengah corong yang berada di target dengan kesalahan kurang dari satu meter.

Dengan metode ini, waktu penargetan berkurang secara signifikan. Tentu saja, sinar laser diberi kode sedemikian rupa sehingga unik antara proyektil dan penanda, dan kemungkinan gangguan dan penipuan serendah mungkin. Pada dasarnya, senjata pemandu laser kebal terhadap peperangan elektronik, meski juga memiliki keterbatasan dalam menghadapi kondisi cuaca buruk. Tentu saja, untuk mencegah penerapan tindakan penandaan anti-laser oleh musuh, operasi penandaan harus dilakukan dalam waktu singkat setelah proyektil memasuki busur ke bawah, sehingga kesempatan untuk bereaksi diambil dari musuh.

Jenis optik dan termal juga melakukan proses penargetan dengan menerima gambar target dan mengenai target dengan kesalahan yang sangat kecil. Dengan cara ini, target benar-benar dihancurkan dengan menembakkan peluru, sementara Anda sendiri perlu penargetan yang akurat. Tidak ada pegangan, dan karena itu, kecepatan proses pembakaran meningkat. Dengan metode ini, satu peluru digunakan untuk setiap target tetap atau bergerak, dan setiap rentetan artileri dapat menghancurkan target dalam jumlah besar dalam waktu singkat, terus menerus dan dengan akurasi yang tak tertandingi, yang menghasilkan peningkatan daya dukung pasukan.

Meski dalam kategori senjata permukaan-ke-permukaan, rudal juga dibuat dan digunakan, namun harga bola meriam jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka. Oleh karena itu, dengan membuat peluru kendali dan mengeluarkan sedikit uang, senjata dengan akurasi roket dapat diperoleh, dan banyak target yang tidak menguntungkan menggunakan rudal untuk menghancurkannya dapat dihancurkan dengan menggunakan peluru kendali.

Penggunaan amunisi terpandu dan cerdas, baik artileri, roket, atau mortir, akan memainkan peran luar biasa dalam meningkatkan efisiensi pasukan tempur Iran, terutama dalam pertempuran asimetris dan menghadapi banyak musuh. Mengurangi waktu dan biaya untuk menghancurkan unit musuh, kemungkinan melibatkan setiap tembakan dengan target dalam jumlah besar, dan kebutuhan akan jumlah tembakan yang lebih sedikit untuk menutupi setiap area secara efektif, dan sebagai hasilnya, kemungkinan untuk memperluas pertahanan lebih jauh garis, adalah di antara keuntungan menggunakan amunisi semacam itu, yang menjadi mungkin berkat ipaya tak kenal lelah para teknisi dalam negeri.

Di Iran, sesuai dengan kebutuhan amunisi terpandu tersebut, peluru Basir telah dirancang dan diproduksi, yang diresmikan pada tahun 1390 Hs (2011). Peluru Basir adalah peluru pintar berpemandu laser semi-aktif dengan jangkauan sekitar 20 km, yang mampu menembakkan senjata dan senjata kaliber 155 mm, dan saat ini IRGC dan artileri militer memiliki senjata dan senjata self-propelled yang cocok untuk menembak dengan peluru ini, termasuk M109.

Basir adalah peluru dengan perkiraan panjang kurang dari 1,3 meter dan kaliber 155 mm. Proyektil ini terdiri dari badan silinder di belakang dan bagian berbentuk kerucut di depan, di ujungnya adalah bagian sensor laser, di ujung badan terdapat permukaan stabilisasi yang mirip dengan desain yang digunakan pada roket Arash dan Fajr serta rudal anti-tank Saegheh. Tidak seperti kebanyakan model Excalibur Amerika dan Krasnopol Rusia, di mana bilah penstabil (sirip) rata dan keluar dari dalam bodi, Basir menggunakan bilah cembung yang berkumpul di sekitar bodi dan menyesuaikan kelengkungannya.  

Image Caption
Faktanya, menurut penguasaan ilmiah dan praktis para ahli Iran tentang jenis stabilisator ini, tampaknya logis untuk menggunakannya setidaknya untuk mengurangi waktu dan biaya desain dan pengembangan. Peluru berpemandu Basir adalah tipe kendali dengan canard (sayap depan) atau bilah yang dipasang di bagian depan dan dekat hidung, yang ditarik ke dalam tubuh dan terbuka setelah ditembakkan. Setelah dibuka, bilah ini ditempatkan sedemikian rupa sehingga memiliki sudut sapuan ke belakang (sweep back) di tepi serangan dan pelarian.Fitur ini berguna untuk mengurangi gaya hambat dalam penerbangan supersonik.

Metode kontrol sayap, karena kebutuhan torsi rendah untuk mengubah sudut bilah dan panjang lengan torsi yang sesuai, memiliki kecepatan respons yang jauh lebih baik terhadap perintah yang dikirim dari pengontrol dibandingkan dengan permukaan kontrol ekor, yang merupakan metode yang cocok untuk proyektil berkecepatan tinggi. Perlu dicatat bahwa proyektil 155 mm biasanya mengalami percepatan 10.000 hingga 15.000 kali percepatan gravitasi bumi selama penembakan, bahwa semua bagian proyektil yang tetap dan bergerak harus menahan kekuatan besar yang diberikan pada mereka.

Metode Kontrol dan Pencapain Target Basir

Peluru rekayasa Basir adalah jenis panduan laser. Amunisi pintar yang bekerja dengan panduan laser berarti peluru dipandu ke target berdasarkan jalur laser balik. Peluru ini memiliki pencari optik di hidungnya, yang mengoreksi jalurnya ke target setelah menerima laser dan memproses penyimpangan peluru dengan jalur laser. Setelah meninggalkan bukaan pegangan, peluru pertama-tama menempuh sebagian jalurnya secara balistik, dan pada waktu dan posisi yang telah ditentukan sebelumnya, pencari diaktifkan dan menerima sinar laser balik, dan terus menerima laser hingga mengenai target, dan itu terus mengkompensasi penyimpangan jalur dengan sistem kontrolnya termasuk perangkat ujung sayap atau wingtip device dan Kanard.

Untuk menembakkan peluru ini, terlebih dahulu tim pengintai dengan peralatan laser (laser pointer) ditempatkan di dekat sasaran - kurang lebih 2 sampai 3 km - dan pada posisi yang tepat dari segi sudut dan keamanan, serta pada waktu yang tepat dan berkoordinasi dengan artileri, mereka mengarahkan laser ke sasaran. Artileri juga menembakkan peluru dengan menjalin komunikasi radio dengan tim pengamat yang terletak di dekat sasaran. Untuk mencegah insiden macet (gangguan), penunjuk laser memiliki kode khusus yang dikoordinasikan dengan kode peluru sebelum ditembakkan, dan setelah penyesuaian, hanya mengejar sinar yang memiliki gelombang khusus.

Basir yang dapat digunakan melawan target diam dan bergerak, siang dan malam dan dalam kondisi cuaca yang berbeda kecuali hujan dan berkabut. Pengurangan waktu dan biaya untuk menghancurkan unit musuh, kemungkinan melibatkan setiap tembakan dengan sejumlah besar target dan kebutuhan jumlah tembakan yang lebih sedikit untuk menutupi setiap area secara efektif adalah beberapa keuntungan menggunakan amunisi tersebut.

Operasionalisasi peluru laser Basir

Latihan Angkatan Darat Republik Islam Iran ke-29 bertajuk Baitul Maqdis 29 dilaksanakan di wilayah Nasrabad Isfahan bersamaan dengan peringatan hari pembebasan Khorramshahr (3 Khordad) dan dengan kode Ya Ali bin Abi Thalib (as) di akhir Khordad 1396 Hs (24 Mei 2017). Salah satu program terpenting dari latihan ini adalah operasionalisasi peralatan dan senjata baru adalah industri pertahanan negara dan organisasi penelitian dan swasembada angkatan darat.

Brigjen Nozar Nemati, wakil komandan angkatan darat militer Iran terkait manuver ini dan opersionalisasi senjata baru mengatakan, "Hari ini, kami menguji peluru meriam laser pintar 155 mm, yang ternyata adalah sebuah peluru."

Menurut referensi wakil komandan angkatan darat militer terhadap peluru baru yang digunakan dalam latihan baru-baru ini, tampaknya peluru pintar Basir adalah produk dari Organisasi Industri Pertahanan Iran, yang diresmikan pada tahun 2012 oleh Ahmad Vahidi , menteri pertahanan saat itu, dan reformasi baru telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Selain digunakan untuk melawan target darat seperti benteng kuat, tank dan kendaraan militer lapis baja dan normal, jembatan dan jalan raya, tangki bahan bakar, dll, Basir juga dapat digunakan di lingkungan laut dan melawan kapal musuh.

 

 

Dalam sebuah manuver besar media Amerika, Film Barbie dan Oppenheimer dirilis secara bersamaan pada 21 Juli 2023 di bioskop seluruh dunia, dan persaingan ketat antara kedua film dengan genre yang berlawanan ini mulai meletus.

Barbenheimer adalah fenomena internet dan meme internet yang tenar menjelang perilisan dua film yang secara tema, latar belakang, dan genre sangat berlawanan: Barbie dan Oppenheimer, pada 19 Juli 2023 di seluruh dunia, dan 21 Juli 2023 di Amerika Serikat dan Kanada.

Berikut adalah paparan mengenai sinopsis film 'Oppenheimer' yang disebut-sebut sebagai film terbaik Christopher Nolan sejauh ini.

Christopher Nolan, sutradara kenamaan Hollywood, telah merilis proyek terbarunya yang dinantikan banyak penggemar film, yaitu "Oppenheimer".

 Setelah sukses dengan film-film blockbuster seperti "Inception", "Interstellar", dan "Dunkirk", Nolan kembali menghadirkan karya epik yang dipenuhi dengan misteri dan teka-teki.

"Oppenheimer" mengambil inspirasi dari kisah nyata J. Robert Oppenheimer, seorang fisikawan jenius yang memainkan peran krusial dalam pengembangan bom atom selama Perang Dunia II.

Film ini akan mengangkat perjalanan hidup Oppenheimer sejak masa kecilnya hingga terlibat dalam Proyek Manhattan yang mengubah dunia secara drastis.

Secara garis besar, "Oppenheimer" mengisahkan tentang perjalanan intelektual dan moral J. Robert Oppenheimer, diperankan dengan magis oleh aktor papan atas Cillian Murphy, yang membawa penonton melintasi waktu dan ruang sejarah yang menarik.

Cerita dimulai dari masa kecil Oppenheimer yang cerdas, ketertarikan pada ilmu pengetahuan, hingga pendidikan di perguruan tinggi bergengsi.

Setelah terjadinya serangan Pearl Harbor pada 1941, Amerika Serikat mendalami proyek pengembangan senjata nuklir demi mengakhiri perang dengan cepat.

Oppenheimer dipilih untuk memimpin tim ilmuwan paling brilian di dunia dalam Proyek Manhattan.

Di dalam film, masa-masa penuh tekanan dan dilema moral menjalani pengembangan bom atom digambarkan secara mendalam.

Film ini tidak hanya menghadirkan sisi heroik dari Oppenheimer, namun juga mengeksplorasi dampak keputusannya dalam sejarah dan masa depan umat manusia.

Plot cerdas dan pembawaan karakter yang kuat menjadi daya tarik utama film ini.

Sebagaimana yang kita tahu, karya Nolan selalu dikenal dengan penampilan visual yang spektakuler dan narasi non-linear yang membingkai cerita secara unik.

Oleh sebab itu, wajar bila para penonton berharap "Oppenheimer" bakal berhasil menyajikan tampilan visual dan efek yang memukau serta mengajak penonton berpikir dan merenung.

Sementara detail lainnya masih dirahasiakan, "Oppenheimer" dijamin akan menjadi perpaduan sempurna antara sains, sejarah, dan teka-teki yang memikat.

Oleh para kritikus, film ini disebut-sebut sebagai salah satu karya terbaik yang tak terlupakan dalam filmografi Nolan.

Bagi penggemar film dan pecinta karya Nolan, "Oppenheimer" merupakan sajian yang ditunggu-tunggu dengan harapan membawa sinema ke level baru.

Antisipasi atas film ini semakin tinggi, dan kita akan bersama-sama menyambut dengan antusias film terbaik dari Christopher Nolan ini.

Herosima setelah dibom atom AS
Film Barbie

Film Barbie ini disutradarai oleh Greta Gerwig, artis yang dikenal dengan karya-karyanya, seperti film Lady Bird dan Little Women.

Di film ini, tokoh Barbie akan diperankan oleh sejumlah aktor dan aktris ternama. Beberapa di antaranya seperti Margot Robbie, Dua Lipa, Hari Nef, Emma Mackey, Ryan Gosling, John Cena, dan Simu Liu.

Film Barbie menceritakan tentang kehidupan para Barbie di Barbie Land dengan keunikan karakternya masing-masing. Di tempat tersebut, para perempuan dipanggil Barbie sedangkan laki-laki dipanggil Ken.

Barbie dengan peran utama Margot Robbie dan Ken dengan peran utama Ryan Gosling menjalani kehidupannya di Barbie Land dengan penuh kebahagiaan dan berwarna hingga tampak sempurna.

Barbie hidup layaknya boneka Barbie dengan kaki yang selalu berjinjit. Tidak hanya itu, Barbie juga berpenampilan yang menarik dan berglitter.

Namun pada suatu hari, kaki Barbie tersebut berubah menjadi datar sehingga tidak lagi berjinjit. Ia juga tidak memiliki kemampuan untuk terbang lagi saat keluar rumah.


Oleh sebab itu, Barbie akhirnya diusir dari Barbie Land lantaran dianggap tidak normal. Barbie pun pergi bersama Ken dengan mobil merah muda ke dunia nyata.

Saat berada di dunia nyata, mereka segera menemukan kegembiraan. Namun, keberadaan Barbie di dunia nyata disadari oleh beberapa orang sehingga membuat mereka dihantui bahaya hidup di antara manusia.

"Barbie" menghadapi masalah di Vietnam dan Inggris pada hari-hari awal peluncurannya. Otoritas Vietnam tidak mengizinkan pemutaran film ini di negara mereka, dan Inggris Raya juga melarang anak-anak menonton "Barbie" sendirian.

Sebuah adegan dari film tersebut menunjukkan sebuah peta dengan "sembilan garis" yang memisahkan klaim teritorial Cina di Laut Cina Selatan, yang menurut Vietnam merupakan pelanggaran terhadap kedaulatannya dan bahwa wilayah tersebut adalah milik negara tersebut. Vi Kien Thanh, direktur jenderal Departemen Perfilman Vietnam, mengatakan mengenai larangan pemutaran "Barbie" di negara ini: Keputusan pelarangan ini dibuat oleh Dewan Evaluasi Film Nasional. Gambar seperti itu sebelumnya telah menimbulkan masalah untuk pemutaran beberapa film dan serial TV di Vietnam. Animasi DreamWorks berjudul "Maybe" dilarang pada tahun 2019 karena alasan ini, dan tahun lalu Sony "Uncharted" yang dibintangi oleh Mark Wahlberg dan Antonio Banderas juga mengalami nasib yang sama, film ini dihentikan di bioskop setelah seminggu rilis. Pada tahun 2020, serial "Put Your Head on My Shoulder" dan "Madam Secretary" menghapus adegan yang berisi peta tersebut, dan pada tahun 2021, drama mata-mata Australia Netflix "Pine Gap" dari pasar Vietnam, dikesampingkan.

Selain itu, Badan Klasifikasi Film Inggris, yang bertanggung jawab atas klasifikasi usia film-film Inggris, telah mengumumkan bahwa anak-anak di bawah usia 12 tahun dilarang menonton film ini tanpa kehadiran orang tuanya, merujuk pada adegan-adegan yang mengandung kekerasan berbahaya.

Kendala lain yang dihadapi Barbie di hari-hari pertama peluncurannya adalah kekalahan film ini di Korea Selatan karena kurang antusiasnya warga negara ini terhadap film tersebut.

Haein Shim, aktivis pembela hak perempuan Korea Selatan meyakini bahwa konten film Barbei bisa membuat penonton pesimis. Terkait hal ini ia mengatakan, "Menurut saya, Barbie tidak diragukan lagi menyoroti fakta bahwa film yang berpusat pada perempuan dengan humor feminis masih dianggap tabu di Korea Selatan. Wanita mungkin ragu untuk menonton film tersebut karena ketakutan dicap sebagai feminis memang nyata di Korea Selatan."

Youn Sung-Eun kritikus sinema terkait Film Barbie mengatakan, "Korea Selatan mungkin setuju dengan prinsip kesetaraan gender, tetapi ada faksi dalam masyarakat konservatif yang sangat menentang apa yang mereka anggap sebagai feminisme ekstrim."

Sung-Eun meyakini, ajaran kesetaraan gender oleh Greta Gerwig (sutradara Barbie) dalam film "Barbie" tidak terlalu menarik, dan karena film ini dianggap sebagai karya yang menghibur, menyajikan tema-tema sensitif seperti itu secara mencolok mungkin tidak menyenangkan.

Selain hal-hal tersebut, kritikus Jepang secara terbuka mengkritik rekan-rekan Amerika mereka karena reaksi "tidak pengertian" mereka terhadap seni dan penjajaran gambar Barbie dengan awan jamur nuklir.

Kapitalisme, konsumerisme, politik seksis, standar kecantikan yang tidak terjangkau, masyarakat patriarkal dan tekanan yang disebabkan oleh feminitas adalah kata kunci yang terbentuk di benak penonton saat menonton "Barbie" dan dari sudut pandang "Barbie" di " Barbie Land diulas . Beberapa percaya bahwa "Barbie" adalah versi film dari iklan lengkap, beberapa menganggapnya sebagai propaganda feminis, dan beberapa menyebut karya ini sebagai film ofensif.

Karya ini telah melampaui "Oppenheimer" karya Christopher Nolan dan saat ini menjadi film dengan pendapatan kotor tertinggi dalam sejarah perfilman yang disutradarai oleh seorang wanita. Tentu saja, kita juga harus ingat bahwa anggaran iklan "Barbie" lebih banyak dari pada "Oppenheimer" dan kelompok usia "Barbie" lebih rendah dari karya terakhir Nolan, sehingga tidak jauh dari harapan bahwa " Barbie" masih akan memiliki penjualan yang tinggi.

Acara Barbenheimer adalah konfrontasi antara kebenaran hidup yang pahit dan dunia fantasi dan pink Barbie di ring Hollywood. "Oppenheimer" adalah film yang berbicara tentang kekuatan mengerikan dari senjata nuklir dan bom lainnya, dan "Barbie" adalah karya fantasi yang memberikan kesempatan kepada penonton untuk berjalan di dunia imajiner.

"Oppenheimer" karya Nolan menghadapkan penonton dengan realitas dunia di jantung peristiwa bersejarah, dan "Barbie" karya Grieg menggambarkan dunia imajiner dan penuh warna bagi penonton. Kini, penontonlah yang harus menentukan pilihan dan memikirkan apakah ingin menonton sebuah tragedi sejarah dari sudut pandang Nolan. Atau melarikan diri dari kenyataan dunia yang pahit dan gelap dan menghabiskan waktu berjam-jam di dunia merah muda Barbie?

Bagaimana pun juga, pilihan dan keputusan apa saja yang diambil penonton, poin ini patut untuk diingatkan bahwa sutradara utama sinema Hollywood adalah mereka yang mengikuti kebijakan Amerika dan mencoba menciptakan banyak ledakan di benak orang di seluruh dunia. Ledakan dengan bom atom atau bom merah muda.

 

28 Safar hari wafatnya Sayidul Anbiya, Muhammad Saw. Keberadaan manusia suci ini sebab penciptaan alam semesta. Seorang nabi yang berulang kali dipuji Allah Swt di al-Quran. Banyak ucapan mengenai keutamaan dan keagungan Rasul Saw.

Namun begitu ada kebesaran lain terkait nabi akhir zaman ini, yakni musibah besar seperti yang dijelaskan oleh Iman Baqir as,”Siapa saja yang terkena musibah, seyogyanya mengingat musibah besar yang dialami Rasulullah Saw, karena musibah beliau adalah musibah paling besar.”

Ketika Nabi Muhammad bersandar di dada Imam Ali as di detik-detik kematiannya, Ali berkata, “....Ya Rasulullah! Sungguh, itu terputus dengan kematian Anda, sesuatu yang tidak terputus dengan kematian nabi-nabi lain, kenabian, hukum ilahi, dan berita surgawi (wahyu). Kematian Anda begitu istimewa sehingga menghibur kematian lainnya dan kematian Anda menjadi begitu umum sehingga semua orang sama-sama meratapi Anda. Dan jika Anda tidak memerintahkan kesabaran dan melarang keluhan dan ketidaksabaran, kami akan mengeringkan sumber air mata di mata kami dengan air mata, dan rasa sakit kami yang terus-menerus ini akan terus berlanjut. Ratapan dan kegelisahan dalam perpisahan Anda ini kecil, tetapi kematian tidak dapat dipulihkan dan ditolak. Semoga orang tua saya diselamatkan! Ingat kami di hadapan Tuhan dan selalu ingat kami.”


Kami mengucapkan bela sungkawa sebesar-besarnya kepada muslim dan pencari kebenaran di dunia atas wafatnya Rasul Saw, pembawa kebaikan dan kebajikan serta panduan menuju kebahagiaan dan keselamatan, serta kesyahidan Hasan bin Ali as, cucunya tersayang.

Kini kita berada di hari-hari wafatnya Rasulullah Saw di mana cahaya keberadaannya semakin mendunia dan agama yang dibawanya telah menemukan cahaya dan manifestasi lain. Lembaga riset PEW (Pew Research Center) tahun 2010 di sebuah laporannya menyebutkan bahwa Islam dalam 20 tahun mendatang akan menjadi agama terbesar di Eropa.

Untuk saat ini, mayoritas muslim hidup di 55 negara dunia dan populasi mereka kini terus meningkat. Sekaitan dengan ini, jahiliyah modern yang semakin takut akan penyebaran Islam mulai melancarkan serangan dan pelecehan terhadap kesucian Rasulullah Saw. Selama beberapa bulan terakhir berbagai media Barat dengan dalih kebebasan berekspresi menghina Nabi Muhammad Saw.

Pada Januari 2015, sebuah majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo untuk pertama kalinya di halamannya merilis artikel “Aku adalah Charlie” mulai melecehkan Rasulullah Saw dan menuai respon luas dari umat Islam.

Mingguan ini pada awal September 2020 kembali mencetak ulang karikatur menghina Nabi Muhammad Saw dengan harapan mereduksi pengaruh nabi besar Islam ini melalui pelecehan sosok Rasulullah Saw di benak publik. Aksi ini meski menyakiti hati jutaan kaum Muslim, namun menunjukkan bahwa di era sains dan teknologi serta di paruh pertama abad 21, jahiliyah dan ideologinya kembali marak dengan bentuk lain.

Ketika berbicara mengenai jahiliyah, sepertinya jahiliyah hanya berkaitan dengan masa lalu dan dewasa ini kita tengah berada di era rasionalitas kemanusiaan. Sepertinya berbicara mengenai jahiliyah untuk saat ini adalah omong kosong dan bertentangan dengan peradaban umat manusia, namun jika kita mendalami makna jahiliyah dan apa yang dialami umat manusia saat ini, akan menjadi jelas bahwa kendala besar ini (jahiliyah) juga tengah melilit manusia.

Harus disadari bahwa kehidupan jahiliyah adalah sebuah gaya hidup yang didominasi dengan syahwat, hawa nafsu dan kemarahan, kehidupan yang bahkan jika di dalamnya ada ilmu pengetahuan dan sains, tapi ilmu ini digunakan untuk memuaskan hawa nafsu. Dari sisi bahwa meski dengan ilmu dan sains, masyarakat jahiliyah tidak juga mampu keluar dari ke-jahiliyaannya, karena ilmu tidak membentuk koridor khusus bagi gaya hidup mereka, justru sebaliknya, hawa nafsu yang menjadi dasar utama pola hidup mereka.


Dengan demikian kerusakan, kezaliman dan pembunuhan menjadi hal-hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern Barat. Menurut Rahbar, Imam Khamenei, “Jahiliyah dengan maknanya yang luas adalah ketika hawa nafsu dan kemarahan manusia menguasai lingkunga kehidupan, ini adalah jahiliyah. Jahiliyah yakni komunitas manusia dipengaruhi kecenderungan hawa nafsu dna kemarahan khususnya para penguasanya dalam bentuk keutamaan dan nilai-nilai mulia tidak ada dilamnya dan sifat-sifat buruk yang berkuasa.”

Mencermati sejarah sebelum Islam menunjukkan kinerja masyarakat di era jahiliyah dalam membantai dan merampok, tenggelam dalam hawa nafsu, kekerasan, fanatisme dan penyembahan berhala hingga mengubur hidup-hidup anak perempuan serta mengikuti pemikiran khurafat. Imam Ali asketika menyebut karakteristik Arab Baduwi mengatakan, “Masyarakat hidup dalam kebingungan dan tersesat. Fitnah, kebodohan dan kemunkaran, serta hawa nafsu telah menyesatkan mereka dari jalan kebenaran. Kebodohan membuat otak mereka kosong dan cemas serta bingung dan mereka terinfeksi olehnya.”

Di kondisi seperti ini, Rasulullah Saw bangkit memerangi kesesatan di kehidupan manusia. Ia sejak kecil menjahui penyembahan berhala dan tidak terinfeksi oleh keburukan serta perilaku menyimpang masyarakat saat itu. Di usia ke-40 tahun, Ia diangkat sebagai Utusan Tuhan (Nabi) dan risalah utamanya adalah menyeru kepada tauhid. Melalui akhlak mulianya, Ia menyebut tujuan dari pengangkatan dirinya adalah menyempurnakan keutamaan akhlak. Al-Quran terkait hal ini menyatakan, kamu memiliki akhlak mulia.

Rasul menyeru kepada iman, persaudaraan, keadilan dan kemanusiaan. Ia berbicara dengan orang lain sesuai dengan kapasitas dan akalnya. Ia sangat dikenal pemaaf tehradap siapa saja yang menzaliminya. Bahkan ketika penaklukan kota Mekah (Fathu Mekah), beliau menginstruksikan amnesti umum. Wahsyi, pembunuh Hamzah, paman Nabi dan Abu Sufyan, musuh utama Islam juga dimaafkan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau membuat kasih sayang dan persaudaraan menggantikan kekerasan dan pertumpahan darah antar kabilah.

Dengan kedatangan Nabi besar Islam, umat Islam berkembang di mana kemasyhuran budyaa dan akhlaknya menyebar ke berbagai penjuru dunia. Prestasi paling kecil dari Rasul adalah penyebaran budaya membaca, menulis dan menuntut ilmu di dunia Islam serta penyebaran ilmu ini ke Spanyol, Italia, Jerman, Inggris dan seluruh bangsa serta pemerintah Eropa dan kemudian seluruh dunia.

Melalui ajaran al-Quran, Rasulullah Saw telah membuka era ilmu pengetahuan, cahaya dan sains. Bahkan para ilmuwan mengakui bahwa budaya dan peradaban seribu tahun lalu di berbagai dunia sangat berhutang kepada tokoh-tokoh yang dididik di bawah ajaran Muhammad Saw.


Al-Quran menyebut sosok Rasulullah Saw sebagai “Cahaya Penerang” (Sirajan Munirah). Di ayat ke 46 Surah al-Ahzab disebutkan, “Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” Menurut ayat ini, keberadaan Rasulullah seperti mentari sumber kehidupan, gerakan dan pertumbuhan, mengusir kegelaman dan kezaliman serta membuat mata dan hati menuji dirinya. Oleh karena itu, Rasul mampu membawa umat manusia ke jalan terang dan penuh kebahagiaan serta meniti di jalan ini dan menemukan kesempurnaan dirinya.

Untuk saat ini, jalan tunggal untuk bebas dari jahiliyah dan kesombongan adalah kembali kepada apa yang dibawa Rasulullah Saw berdasarkan agama dan syariat Ilahi. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt dan untuk hidup dengan baik, mereka harus mengikuti metode yang diinginkan Tuhan dan apa yang disampaikan oleh para nabi-Nya sehingga mereka mampu meraih kemanusiaannya dan esensi kemanusiaannnya tidak hancur. Kami kembali mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Rasulullah Saw dan cucu tercintanya, Imam Hasan bin Ali as.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…