
کمالوندی
Perspektif Rahbar Soal Transformasi Terbaru Dunia Islam
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar di hari pertama konferensi uni parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam, OKI ke-13, melakukan pertemuan dengan peserta konferensi dan menjelaskan transformasi terbaru Dunia Islam.
Rahbar mengatakan, Dunia Islam harus menyampaikan masalah-masalah politik dengan tegas dan suara lantang, dan mengumumkan sikapnya. Menurut Rahbar, Palestina dan persatuan Dunia Islam merupakan masalah yang mendasar.
Hari Selasa, 16 Januari 2018, konferensi uni parlemen negara-negara anggota OKI ke-13 diselenggarakan di Tehran, ibukota Iran dan dihadiri oleh petinggi parlemen dari negara-negara anggota organisasi ini.
OKI adalah organisasi internasional antarpemerintah selain PBB yang dibentuk berdasarkan kesepakatan petinggi negara-negara Muslim dengan 57 anggota. Organisasi ini didirikan untuk memperkokoh hubungan persaudaraan dan solidaritas di antara negara Muslim dan untuk mendukung kepentingan bersama.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh 17 ketua parlemen, 14 wakil ketua parlemen dan delegasi-delegasi setingkat ketua komisi dan perwakilan parlemen negara-negara OKI, sejumlah tema penting dibahas termasuk perluasan kerja sama ekonomi dan bisnis, perang melawan terorisme dan intervensi Amerika Serikat dalam kerusuhan-kerusuhan di sebagian wilayah Muslim, juga masalah pendudukan kota Al Quds.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para peserta konferensi, menekankan urgensi persatuan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Rahbar dalam kesempatan itu menyinggung posisi penting parlemen negara-negara Muslim dan mengatakan, konferensi ini dapat menjadi peluang untuk menyampaikan kebutuhan dan tuntutan umat Islam dunia dengan tegas.
Menurut Rahbar, kesempatan berharga ini harus dimanfaatkan untuk menjalankan kewajiban agama dan sejarah. Ia menuturkan, hari ini seluruh dunia, bukan hanya Asia Barat, berada dalam pusaran perubahan yang menentukan, oleh karena itu kita harus memainkan peran dalam perubahan ini. Rahbar juga menyinggung soal kerugian besar yang harus diterima Dunia Islam akibat transformasi yang terjadi pasca Perang Dunia Pertama.
Ia menerangkan, pasca PD I, Dunia Islam terpecah-pecah dan orang-orang asing menduduki negara-negara Muslim di Asia Barat begitu juga di Afrika Utara, tanpa perlu alasan dan izin, dan dampak jangka panjangnya masih tersisa hingga kini di Dunia Islam. Kita tidak boleh membiarkan peristiwa seperti ini kembali terjadi dan pengalaman buruk itu terulang lagi.
Ayatullah Khamenei menilai tema-tema yang dibahas dalam konferensi ini penting, namun iapun mengingatkan bahwa sebagian masalah penting seperti Yaman dan Bahrain tetap terlupakan dan penting untuk dibahas. Menurut Rahbar, krisis Yaman dan Bahrain sangat penting dan telah meninggalkan luka yang dalam di tubuh umat Islam sehingga harus disembuhkan.
Ayatullah Khamenei, dengan menekankan urgensi sikap tegas terkait masalah-masalah mendasar dan vital Dunia Islam mengatakan, kita perlu mengungkap hakikat kepada publik dunia dan kaum intelektual, dan kita tidak boleh membiarkan imperium media propaganda berbahaya Barat dengan "konspirasi-konspirasi senyap" menghapus masalah-masalah penting Dunia Islam.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, mesin propaganda Barat yang sebagian besar dikuasai rezim Zionis Israel berusaha menyingkirkan masalah Palestina dan realitas-realitas penting internasional lainnya dari perhatian publik dunia, dan kita harus menyadari bahwa kita mampu mengalahkan musuh di medan perang lunak sebagaimana juga di perang fisik.
Rahbar menegaskan, apa yang terjadi di Palestina selama 70 tahun terakhir, tidak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah, pasalnya tiga peristiwa pahit bagi sebuah bangsa telah terjadi. Pertama, perampokan wilayah, kedua pengusiran sejumlah besar warga dan ketiga, pembunuhan massal.
Ayatullah Khamenei menyebut ketiga peristiwa itu sebagai kejahatan kemanusiaan besar atau penindasan bersejarah dan berdasarkan kewajiban Islam, Muslim tidak boleh diam menyaksikan kebiadaban ini.
Ia menerangkan, Zionis yang pernah meneriakkan slogan "dari Nil ke Eufrat", hari ini membangun tembok di sekeliling mereka dengan harapan bisa mempertahankan wilayah jajahannya di sana. Ayatullah Khamenei menyebut langkah terbaru Presiden Amerika, Donald Trump yang mengakui secara resmi Al Quds sebagai ibukota Israel sebagai "kesalahan fatal".
Ia menjelaskan, klaim ini tidak diragukan akan gagal dan mereka tidak akan mampu merealisasikan kata-katanya. Rahbar juga mengatakan bahwa sebagian negara kawasan seperti Arab Saudi bekerjasama dengan Amerika dalam mendukung Israel.
Menurut Rahbar, ini adalah pengkhianatan yang nyata, ketika seseorang bekerjasama dengan musuh seperti Zionis, namun pada saat yang sama bertikai dengan saudara-saudara Muslimnya sendiri, sebagaimana hari ini dilakukan oleh Saudi. Langkah ini jelas merupakan pengkhianatan terhadap Muslimin dan Dunia Islam.
Dalam kelanjutan paparannya, Rahbar menekankan urgensi persatuan di antara bangsa-bangsa dan negara Muslim. Menyinggung jumlah populasi besar, fasilitas melimpah dan posisi geografis luar biasa sensitif yang dimiliki Dunia Islam, Rahbar mengatakan, Dunia Islam dengan persatuan, dapat menjadi kekuatan besar yang berpengaruh dan tidak membiarkan perbedaan ras, wilayah, bahasa, mazhab, menjadi sumber konflik di antara mereka.
Ayatullah Khamenei menganggap upaya memecah belah umat Islam merupakan rencana Israel dan Amerika, yang tujuannya untuk menyibukkan Dunia Islam dengan masalah-masalah sekunder dan menciptakan zona aman bagi Zionis. Di bagian lain statemennya, Rahbar menyarankan agar para ketua dan perwakilan parlemen negara-negara Muslim berusaha memajukan ilmu pengetahuan.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ia menuturkan, Barat mendapatkan kekayaan dan kekuatan global lewat ilmu pengetahuan, akan tetapi karena miskin iman, akhirnya ilmu pengetahuan itu justru berujung dengan penindasan, eksploitasi, penjajahan dan arogansi.
Kita tidak punya tujuan semacam itu, ujar Rahbar, dan Dunia Islam berusaha memajukan ilmu pengetahuan bagi para pemudanya. Rahbar menuturkan, kaum muda Iran dengan bersandar pada kemampuannya berhasil mencapai puncak ilmu pengetahuan seperti kedokteran, nano, sel induk dan teknologi nuklir. Ia menegaskan, prestasi serupa juga bisa dicapai negara-negara Muslim lain.
Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya upaya mengungkap kebohongan Setan Besar yaitu Amerika dan menegaskan, Amerika yang mengklaim diri pembela hak asasi manusia dan berperang melawan terorisme, justru "menyerang" Afrika, Amerika Latin dan bangsa-bangsa lainnya.
Amerika terang-terangan mendukung teroris semacam Daesh. Sehubungan dengan pengakuan Amerika dalam menciptakan Daesh dan dukungan nyata negara itu atas Israel, Rahbar mengatakan, mereka sendiri yang mendukung terorisme dan pelaku teror, hal ini harus disampaikan dan opini publik dunia harus disadarkan atas realitas ini.
Di akhir pidatonya, Rahbar meminta para peserta konferensi agar tidak merasa puas dengan sekedar resolusi terkait masalah-masalah penting Dunia Islam, tapi keputusan ini harus diwujudkan secara nyata.
Ayatullah Khamenei menilai pengalaman penerapan demokrasi agama di Iran sebagai sebuah pengalaman yang sukses dan menjadi faktor peningkatan materi dan spiritualitas.
Terkait konspirasi-konspirasi Amerika terhadap Iran yang terus berlanjut, Rahbar menerangkan, berkat rahmat Ilahi, bangsa Iran berhasil dan setelah inipun akan mampu menggagalkan konspirasi Amerika.
Kami, katanya, berharap motivasi yang sama juga tetap dipertahankan secara kuat di negara-negara Muslim dan di antara bangsa-bangsa Muslim, sehingga bisa membentuk kepalan kokoh Dunia Islam untuk melawan seluruh konspirasi kubu imperialis global.
Penyair Ahlul Bait dan Perempuan dalam Perspektif Rahbar
Menjelang tibanya hari kelahiran berbahagia Sayidah Fatimah Zahra as, ribuan pelantun syair Ahlul Bait as bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Dalam kesempatan itu, setelah dilantunkan syair pujian tentang keutamaan-keutamaan Sayidah Fatimah, Ayatullah Sayid Ali Khamenei memaparkan penjelasan penting terkait kedudukan unggul putri Rasulullah Saw tersebut, kewajiban para pelantun syair Ahlul Bait dan perkembangan dunia terkini.
Dalam budaya Islam, pelantun syair Ahlul Bait as atau yang lebih dikenal sebagai Zakir atau Maddah adalah orang-orang yang menyampaikan keutamaan-keutamaan Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as, dan menjelaskan ajaran agama di berbagai majelis keagamaan, dalam bingkai syair.
Ayatullah Khamenei
Pada kenyataannya, Maddahi adalah jenis kesenian yang bisa menyampaikan pemahaman akhlak sahih dan ajaran agama yang kokoh dan bijak dalam sebuah pertunjukan seni, kepada khalayak. Maddahi juga dapat membangkitkan perasaan dan motivasi masyarakat untuk meraih keutamaan Ilahi dan makrifat agama.
Ayatullah Khamenei di awal pertemuan itu menilai para Maddah sebagai orang-orang yang meneriakkan tuntutan kebenaran di tengah dunia yang dikuasai penindasan dan penentangan terhadap Tuhan. Rahbar memohon kepada Allah Swt agar para Maddah selalu dibimbing dan sukses dalam melayani Ahlul Bait as.
Menurut Ayatullah Khamenei, derajat tinggi Sayidah Fatimah Zahra berada di luar jangkauan manusia biasa dan mengatakan, kedudukan spiritual dan keluhuran jiwa manusia-manusia agung Ilahi termasuk Sayidah Fatimah harus didengar langsung dari Allah Swt sendiri dan dari wali-wali-Nya, dan dipahami sesuai ukuran kemampuan kita.
Rahbar terkait wiladah Sayidah Zahra yang diperingati sebagai Hari Perempuan di Iran menuturkan, perempuan dalam logika dan makrifat Islam memiliki seorang teladan. Perempuan Islam adalah makhluk yang beriman, menjaga kesucian, memegang tanggung jawab terpenting dalam mendidik manusia, memainkan peran berpengaruh di masyarakat, memiliki ilmu pengetahuan dan spiritualitas yang berkembang, pengelola lembaga keluarga yang terpenting, sumber ketenangan dan ketenteraman pria.
Semua itu adalah karakteristik perempuan selain kelembutan, ketenangan batin, kesiapan menerima cahaya Ilahi, ini adalah teladan perempuan Islam. Sebaliknya, ada model perempuan menyimpang, yang hari ini menjadi teladan menyimpang, teladan perempuan Barat.
Para pembaca kidung Ahlul Bait
Karateristik menonjol dan unggul yang kita saksikan pada perempuan Islam, tidak kita lihat pada perempuan Barat, sebaliknya keunggulan utama mereka terletak pada kemampuan menarik perhatian laki-laki dan menjadi pemuas birahi kaum pria.
Ayatullah Khamenei menegaskan, kondisi perempuan Barat saat ini dilihat dari sudut kebebasan liar kembali ke salah satu dari dua abad terakhir. Rahbar menjelaskan, soal kebijakan apa yang diterapkan sehingga menyebabkan masyarakat Barat terseret ke arah ini dan tujuannya apa, perlu pembahasan panjang dan rinci.
Akan tetapi sekarang realitasnya adalah, perempuan Barat menjadi komoditas konsumsi, riasan wajah, pajangan bagi laki-laki dan perantara pemuas birahi kaum pria. Sisanya yang mereka katakan, seperti kesetaraan gender, secara lahir seperti itu namun batinnya seperti yang saya katakan sebelumnya. Rahbar menilai jilbab sebagai instrumen untuk melindungi perempuan dan menuturkan, hari ini panji independensi identitas dan budaya perempuan berada di tangan perempuan Iran.
Hari ini, kaum perempuan Iran dengan menjaga jilbabnya, telah mengumumkan independensi identitas diri dan budayanya kepada dunia. Perempuan dapat berpartisipasi aktif di bidang sosial dan memainkan peran berpengaruh di masyarakat. Rahbar menegaskan, jilbab, kesucian dan menjaga jarak antara perempuan dan laki-laki dalam batas mencegah kemungkinan dijadikan alat pemuas nafsu pria non-mahram, anti-pelecehan dan anti-penghinaan adalah ciri khas perempuan Iran dan perempuan Islam.
Dalam kelanjutan paparannya, Ayatullah Khamenei menyinggung kedudukan perempuan dalam budaya Islam dengan menekankan urgensi keluarga dan slogan kesetaraan gender. Ia menerangkan, mereka yang mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah di saat pria terjun di berbagai bidang, perempuan juga harus terjun ke bidang-bidang itu, sebenarnya telah berkhianat kepada privasi, kepribadian dan identitas perempuan.
Rahbar menganggap partisipasi perempuan di bidang sosial sebagai hal urgen. Menurutnya, hari ini banyak perempuan yang menjadi bagian dari kelompok ilmuwan terbaik kita, penulis terbaik kita, tokoh budaya terbaik kita yang hari ini aktif di tengah masyarakat kita.
Di saat yang sama, pengelola rumah tangga juga adalah perempuan, poros keluarga juga perempuan, lebih penting dari semua pekerjaan perempuan adalah menjadi ibu, istri dan pencipta ketenangan dan ketenteraman, inilah ciri khas perempuan dalam Islam. Rahbar menganggap karakteristik tersebut sebagai pembentuk independensi perempuan Iran yang harus terus dijaga.
Para pembaca kidung ahlul Bait
Rahbar juga menyinggung upaya terus menerus musuh Islam dan Iran untuk menyerang identitas independen budaya perempuan Muslim dan mengatakan, musuh tidak mungkin berhasil dalam hal ini, namun apa yang saya rasakan, terkadang ada sebagian orang yang tergolong khusus, tanpa sadar bekerjasama dengan musuh dan mempertanyakan urgensi jilbab di tengah lingkungan sosial.
Terkait perlawanan Imam Khomeini dalam menghadapi maraknya perbuatan haram di tengah masyarakat, Ayatullah Khamenei menambahkan, jika seseorang tidak mengenakan penutup aurat di rumahnya sendiri meski ada non-mahram, itu urusannya sendiri dengan Tuhan dan pemerintah tidak ikut campur tangan, namun jika ia tidak menutup aurat di tempat umum atau di jalan-jalan, ini adalah urusan sosial, sebuah pendidikan umum, ini kesalahan, wajib bagi pemerintah yang mengatasnamakan Islam untuk menindaknya.
Perbuatan haram secara syariat tidak boleh dilakukan secara terbuka di negara ini. Allah Swt mewajibkan pemerintahan Islam untuk mencegah meluasnya gelombang perbuatan haram di masyarakat. Pemerintah Islam berkewajiban untuk melawan perbuatan haram dan dosa yang dilakukan secara terang-terangan.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyoroti slogan kebebasan dan kesetaraan gender di Barat dan mengatakan, orang-orang yang menyebarluaskan isu kebebasan, pandangan liar di tengah masyarakat, adalah orang-orang yang tidak bebas, mereka tersandera budaya Barat. Budaya inilah yang tengah mengarahkan mereka, lalu kebebasan macam apa ini ? kebebasan adalah anda memiliki niat anda sendiri, iman anda sendiri, pemikiran anda sendiri, Al Quran anda sendiri, teladan Islam anda sendiri dan mengikutinya, ini kebebasan, ini kebesaran.
Menurut Ayatullah Khamenei, angka kekerasan terhadap perempuan termasuk angka perkosaan dengan kekerasan dan kekerasan dalam rumah tangga yang tertinggi justru di Amerika. Ia menambahkan, Barat meneriakkan kesetaraan gender agar bisa meraih keinginan-keinginannya.
Di Islam, kesetaraan gender adalah, perempuan harus dihormati, tidak dilecehkan, pria karena lebih kuat secara fisik dari perempuan dan karena tubuhnya lebih besar dari perempuan, tidak boleh dibiarkan memaksa perempuan atau melakukan kekerasan, inilah kesetaraan. Beliau menilai penyusunan undang-undang yang memberi solusi atas masalah keluarga dan perempuan sebagai hal yang darurat dan menegaskan, dalam penyusunan undang-undang ini standar-standar Barat seperti definisi tentang kekerasan, tidak boleh dijadikan prinsip.
Rahbar di akhir pidatonya menganggap komunitas Maddah sebagai media yang kuat dan penting, dan karena berhadapan dengan seluruh lapisan masyarakat, punya kesempatan dan peluang yang cukup untuk menyampaikan pesan. Kepada para Maddah, beliau menyarankan untuk bekerja keras meningkatkan makrifat dan keimanan masyarakat, dan memilah syair-syair serta penjelasan mereka sehingga dapat meningkatkan makrifat dan keimanan masyarakat.
Para pembaca kidung Ahlul Bait
Rahbar juga menyarankan agar di majelis-majelis para Maddah, disebarluaskan akhlak dan perilaku Islami, persatuan nasional, kecintaan pada Al Quran dan shalat serta mencegah masyarakat dari dosa dan keburukan, juga memberikan pencerahan politik. Menurut Rahbar, pencerahan politik merupakan salah satu urgensi terkini masyarakat.
Ia menjelaskan, musuh secara teratur setiap hari melemparkan kerancuan di bidang politik, mengapa Iran ikut campur dalam urusan negara kawasan. Sekarang siapa yang menuduh ? Amerika yang menyebarkan fitnah dan kerusakan di seluruh wilayah. Di manapun ada Amerika, maka di sanapun ada kerusakan. Dimana ada Amerika, di sana ada fitnah.
Negara penyebar fitnah dan kerusakan yaitu Amerika mengatakan kepada kita, mengapa kalian mencampuri urusan kawasan, baiklah, jika kami ingin berpartisipasi menyelesaikan urusan kawasan apakah harus meminta izin dari anda ? untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah kawasan kami harus berunding dengan negara-negara kawasan, mengapa mesti berunding dengan anda ? kapanpun kami ingin hadir di Amerika, maka kami akan berunding dengan anda.
Surat Yasin ayat 81-83.
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ (81)
Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (36: 81)
Shahab al-Din Suhrawardi
Shahab al-Din Suhrawardi adalah seorang filsuf dan arif terkemuka, sekaligus pendiri mazhab iluminasi dalam filsafat Islam. Ia dilahirkan di Suhraward, sebuah desa yang terletak dekat Zanjan, Iran. Nama lengkapnya, Abu Al-Futuh Shahāb ad-Dīn Siddiqi Yahya ibn Habash ibn Amirak as-Suhrawardī. Tapi kemudian, lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Isyraq, dan setelah meninggal disebut sebagai Syeikh Maqtul.
Sebagian sejarawan menyebut nama filsuf Iran ini dengan nama Umar.Tapi para peneliti meyakini bahwa nama Umar yang dimaksud bukan Syeikh Isyraq, tapi Abu Hafs Umar Suhrawardi, seorang arif besar abad ketujuh Hijriah. Beliau adalah penulis buku Awarif Al-Maarif, yang kemudian dikenal dengan sebutan sebagai pendiri tariqat Suhrawardi.
Para ahli sejarah berbeda pandangan mengenai tahun kelahiran Syeikh Isyraq. Tapi kelahirannya diperkirakan antara tahun 545 Hq atau 1150 Masehi, hingga tahun 550 Hq, atau 1155 Masehi. Sebagian sarjana seperti Hossein Nasr dan Henry Corbin menyebutkan tahun kelahiran Syeikh Isyraq, yaitu tahun 549 Hq atau 1154 Masehi.
Secara umum kehidupan Sheikh Isyraq yang relatif singkat terbagi dalam tiga kategori. Pertama, periode ketika ia berada di Suhraward, yang merupakan sekuel dari masa kecil di tanah kelahirannya. Para ahli sejarah tidak banyak mengetahui jejak kehidupan masa kecil Suhrawardi.
Selama ini yang dibahas para sejarawan mengenai masa kecil Suhrawardi seputar perhatiannya mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan umum dan agama sejak di Suhraward. Selain itu, Suhrawardi belajar di bawah asuhan Sheikh Abd al-Rahman. Sejak masih belia, ia sudah menunjukkan kecerdasan dibandingkan teman-teman seusianya ketika menuntut ilmu di masa itu.
Kemudian, Suhrawardi meninggalkan tanah kelahirannya menuju Maragha untuk belajar hikmah kepada Sheikh Majd al-Din al-Jili. Periode ini disebut para sejarawan sebagai fase kedua kehidupan Suhrawardi. Ketika itu, ia menulis kitab berjudul “Al-Tanqihat fi Usul Al-Fiqh” atas permintaan teman, sekaligus muridnya. Sheikh Majd Al-Din Jili adalah penulis kitab “Al-Lam’ fi al-Syikl al-Rabi’ “ yang dikenal sebagai salah seorang tokoh ilmu kalam dan hikmah. Beliau juga merupakan salah seorang guru Fakh Al-Din Al-Razi, ahli tafsir abad keenam Hq, atau abad 12 dan 13 Masehi.
Ketika di Maragha, Suhrawardi pernah belajar bersama dengan Fakh Al-Din Al-Razi di bawah asuhan Sheikh Majd Al-Din Jili. Fakh Al-Din Al-Razi bersedih ketika mendengar kabar Suhrawardi meninggal dunia. Sewaktu mengambil buku Talwihat karya Suhrawardi, ia menetaskan air mata mengenang sahabat yang pernah menimba ilmu bersamanya.
Di tahun 574 Hq, Suhrawardi meninggalkan Maragha menuju Isfahan untuk menuntut ilmu dari ulama lain. Di Isfahan, ia berguru kepada Zahir Al-Din Al-Farisi, dan mempelajari kitab Al-Basair Al-Nasiriyah karya Umar bin Sahlan Sawi. Di Isfahanlah, Suhrawardi mengenal pemikiran Ibnu Sina. Para sejarawan mengungkapkan selama di Isfahan, Suhrawardi menulis kitab Risalah al-Thair, dan Bustan Al-Qulub.
Selanjutnya, Suhrawardi meneruskan perjalanan yang membawanya meninggalkan Isfahan setelah dua atau tiga tahun tinggal di kota penting Iran itu. Ia dikenal sebagai orang yang sangat menyukai traveling. Dalam perjalanan itu pulalah, Suhrawardi bertemu dengan para ulama dan arif, kemudian ia belajar kepada mereka.
Selama beberapa waktu, Suhrawardi bertemu dengan para sufi, dan ia pun sibuk dengan penyucian diri melalui berbagai wirid dan amalan tasawuf. Ketika itu, Suhrawardi menjalani kehidupannya dengan sangat ketat. Saat itu, ia meyakini latihan penyucian diri atau Riyadhah, sebagai jalan yang harus dilalui oleh pesuluk.
Shams al-Din al-Shahrazuri mengidentifikasi periode ini sebagai usaha Suhrawardi untuk memperoleh bimbingan spiritual. Selain itu, Suhrawardi sangat antusias untuk mengenal beragam mazhab pemikiran yang berkembang di masa itu. Ketika mengunjungi Anatolia, dia bertemu sejumlah guru sufi dan filsuf terkemuka. Salah satunya adalah filsuf paripatetik terkemuka bernama Fakhr al-Din al-Mardini.
Selain menguasai filsafat, Al-Mardini juga mempelajari berbagai displin ilmu seperti bahasa dan kedokteran. Ia menjadi guru terakhir Suhrawardi sebelum dieksekusi mati. Di bidang hikmah, Fakhr al-Din al-Mardini adalah murid Hakim Hamedani. Sedangkan di bidang kedokteran, ia berguru kepada Tilmidz Baghdadi. Hingga tahun 578 Hq Suhrawardi berada di Mardini dan melanjutkan persahabatannya dengan Fakh Al-Din Al-Mardini hingga tahun 578 Hq. Kemudian, Suhrawardi melanjutkan perjalanannya menuju Suriah hingga tiba di Aleppo di tahun 579 Hq.
Periode kedua kehidupan Suhrawardi berakhir dengan tibanya Suhrawardi di Aleppo. Masuknya Suhrawardi di Aleppo sebagai fase baru kehidupannya, sekaligus akhir perjalanan hidupnya. Ketika itu, ia berusia sekitar 30 tahun. Ia menulis buku Al-Masyari’ wa Al-Mutharahah. Selanjutnya di tahun 582 Hq, Suhrawardi menyelesaikan penulisan karya terpentingnya di bidang filsafat berjudul Hikmah Al-Isyraq.
Penulisan buku ini menyebabkan Suhrawardi terkenal hingga istana Seljuk. Ia pun hidup di lingkaran sumbu kekuasaan. Ketika itu ia menulis kitab yang dipersembahkan kepada Rokn Al-Din Sulaiman berjudul “Parto Nameh” dam buku lainnya berjudul Alwah Imadi yang dipersembahkan untuk Imad Al-Din Abu Bakar.
Di tahap ketiga yang merupakan periode akhir kehidupannya di Aleppo, Suhrawardi memasuki madrasah Halawiyah, kemudian memasuki madrasah Nuriyah. Di sana ia berdiskusi dan berdebat dengan fuqaha mazhab Hanbali. Tampaknya, Suhrawardi memiliki keunggulan dari mereka. Akhirnya, ia menjadi bahan pembicaraan di kota itu. Bahkan Malek Zahir, putra Salah Al-Din Al-Ayubi memanggilnya dan meminta Suhrawardi menjadi penasehat utama dirinya.
Kecerdasan dan luasnya pengetahuan serta kedalaman ilmu Suhrawardi menimbulkan permusuhan dari sebagian kalangan fuqaha. Lalu mereka menggelar pertemuan untuk mengadili Suhrawardi, karena pemikirannya yang mereka pandang sesat. Mereka meminta Malek Zahir menghukum mati Suhrawardi karena dianggap sesat. Tapi putra Salah Al-Din Al-Ayubi itu menolaknya.
Kemudian, fuqaha Aleppo menulis surat disertai tanda tangan mereka yang dikirimkan kepada Salah Al-Din Al-Ayubi. Ketika itu, Salah Al-Din Al-Ayubi baru saja merebut Suriah dari tangan pasukan Kristen. Untuk mempertahankan kredibilitasnya sebagai penguasa Islam di hadapan para ulama fiqih, akhirnya Salah Al-Din Al-Ayubi menerima permohonan mereka dan memerintahkan Malek Zahir membunuh Suhrawardi. Dengan berat hati, Malek Zahir mematuhi perintah ayahnya. Pada tahun 587 Hq, Suhrawardi dijebloskan ke penjara. Menurut Ibnu Syadad, pada hari Jumat akhir Dzulhijah 587 Hq, setelah shalat, tubuh Sheikh Suhrawardi yang tidak bernafas dikeluarkan dari penjara.
Fungsi dan Peran Masjid (1)
Masjid al-Haram, Mekah
Masjid dalam kultur dan pemikiran Islam dianggap sebagai sebuah tempat dan bangunan yang suci. Masjid berfungsi sebagai tempat menuju Allah Swt dan membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan politik, pergerakan dan bahkan urusan militer. Masjid merupakan warisan budaya, seni, dan peradaban Islam, dan juga basis persatuan umat dalam mengatur urusan sosial dan kerjasama di antara mereka. Ia adalah rumah Allah (Baitullah) dan tempat penghambaan di hadapan-Nya.
Dengan memperhatikan kedudukan masjid di Dunia Islam dan perannya di era sekarang, kami ingin menelisik kembali fungsi-fungsi masjid seperti disebutkan dalam al-Quran, riwayat, serta sirah Nabi Muhammad Saw, dan para imam maksum.
Sejarah umat manusia sarat dengan budaya penghambaan dan kegiatan ibadah kepada Tuhan. Meski ditemukan ragam bentuk ibadah di tengah berbagai kelompok masyarakat, namun mereka membawa spirit yang sama yaitu; membangun interaksi dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan pemilik kekuatan mutlak. Agama Islam – sebagai agama terakhir dan yang paling sempurna – menawarkan ritual dan kegiatan ibadah yang khas sebagai media keintiman dengan Allah Swt.
Masjid al-Haram, Mekah
Di antara ritual suci itu, shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa dan dapat disebut sebagai menifestasi penghambaan dan kepasrahan mutlak seorang hamba kepada Sang Khalik. Di semua agama samawi dan bahkan di kebanyakan aliran kepercayaan bumi, sebuah tempat ditetapkan sebagai situs suci untuk pelaksanaan amal ibadah dan ritual-ritual khusus.
Kehadiran tempat khusus itu sangat penting untuk pelaksanaan ritual keagamaan dan bahkan para penyembah berhala juga punya sebuah tempat untuk menggelar seluruh acara keagamaan termasuk penyembahan, nazar, berkurban, doa, dan lain sebagainya, dan tradisi itu masih berlaku sampai sekarang. Umat Kristen punya Gereja sebagai tempat ibadah, kaum Yahudi punya Sinagoq (Kanisah), dan demikian juga dengan Zoroaster yang memiliki Kuil Api.
Islam – sebagai agama Allah Swt yang terakhir dan paling sempurna – menjadikan masjid sebagai tempat untuk ibadah dan kegiatan keagamaan kaum Muslim. Masjid adalah tempat/bagungan untuk sujud dan ketundukan di hadapan Allah Swt. Shalat merupakan ibadah terpenting yang mendapat banyak penekankan dalam Islam dan salah satu gerakannya adalah bersujud sebagai bentuk ketundukan seorang hamba.
Sujud adalah meletakkan dahi ke tanah dan menunjukkan puncak kerendahan diri seorang hamba di hadapan keagungan Sang Pencipta. Semua makhluk hidup bersujud di hadapan keagungan Allah Swt. Ayat 49 surat an-Nahl berkata, "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri."
Sujud merupakan manifestasi penghambaan dan ia memiliki kedudukan khusus di antara semua ibadah dan bahkan di antara gerakan-gerakan lain shalat. Oleh karena itu, masjid adalah tempat untuk sujud dan ibadah, dan sebenarnya merupakan tempat untuk mengingat Allah Swt. Dalam budaya agama, masjid dikenal sebagai Baitullah atau Rumah Allah.
Semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah Swt. Namun, Dia menamakan masjid – secara lahiriyah hanya sebuah bangunan biasa – sebagai Baitullah sehingga dengan penisbatan ini, manusia bisa memahami dengan lebih baik tentang pentingnya situs suci itu, dan kemudian berkumpul di sana untuk memperoleh rahmat Ilahi. Oleh sebab itu, manusia akan merasa lebih dekat dengan Tuhan saat mereka berada di masjid atau tempat ibadah.
Kedudukan semua masjid tentu saja tidak sama, dan sebagian masjid memiliki posisi yang istimewa dan tinggi. Dalam riwayat disebutkan masjid yang paling utama adalah Masjidil Haram, dan kemudian Masjid Nabawi, dan selanjutnya Masjid al-Aqsha, Masjid Kufah, dan kemudian Masjid Jami' (Masjid Agung) di setiap kota dan kemudian masjid di lingkungan sekitar dan masjid di kompleks pasar. Masjidil Haram memiliki keutamaan yang luar biasa di mana kaum Muslim dalam shalatnya wajib memalingkan wajahnya ke arah Masjidil Haram dan Ka'bah.
Masjid al-Haram, Mekah
Shalat di Masjidil Haram akan diganjar pahala seribu kali shalat di masjid-masjid lain. Rasulullah Saw bersabda, "Shalat seorang hamba di rumahnya akan dihitung satu pahala shalat, di masjid lingkungannya akan diganjar 25 pahala shalat, di Masjid Jami' dengan 500 pahala shalat, di Masjid al-Aqsha dengan 50.000 pahala, dan di masjidku (Masjid Nabawi) dengan 50.000 pahala, dan di Masjidil Haram dengan 100.000 pahala shalat." (Kanzul Ummal, jilid 7)
Berkenaan dengan keutamaan Masjidil Haram, Imam Muhammad al-Baqir as juga berkata, "Barang siapa yang menunaikan shalat fardhu di Masjidil Haram, Allah akan menerima semua shalat yang diwajibkan atasnya sejak memasuki usia baligh dan juga shalat-shalat yang ditunaikan hingga akhir hayatnya." (Wasail al-Shia, jidil 3)
Di samping bangunan-bangunan kebanggan umat Islam itu, masjid-masjid lain juga menyimpan keutamaan sendiri. Sebuah hadis Qudsi berkata, "Allah berfirman bahwa rumah-rumah-Ku di bumi adalah masjid yang menyinari penduduk langit, sama seperti bintang-bintang yang menyinari penduduk bumi. Alangkah beruntung mereka yang menjadikan masjid sebagai rumahnya. Alangkah beruntung seorang hamba yang mengambil wudhu di rumahnya dan kemudian mengunjungi-Ku di rumah-Ku. Ketauhilah bahwa pemilik rumah wajib memuliakan tamunya dan berlaku baik kepadanya. Berilah berita gembira kepada orang-orang yang mendatangi masjid di tengah malam dengan cahaya yang bersinar pada hari kiamat." (Wasail al-Shia, jidil 1)
Pada bagian ini, kami akan memperkenalkan masjid-masjid penting di dunia termasuk Masjidil Haram sebagai masjid yang paling utama. Bangunan yang terletak di kota Makkah ini merupakan masjid yang paling kuno dan paling terkenal dalam sejarah Islam. Ia dinamakan Masjidil Haram karena berada di tanah haram, di mana sejumlah perbuatan dilarang dilakukan di wilayah itu seperti berburu, mengangkat senjata, mematahkan tumbuhan dan seterusnya.
Masjidil Haram merupakan tujuan utama dalam pelaksanaan ibadah haji dan ia sangat dimuliakan oleh umat Islam. Dalam banyak riwayat disebutkan seluruh penjuru bumi dipenuhi air pada masa awal penciptaan, dan daratan pertama yang muncul di permukaan tanah adalah tempat bangunan Ka'bah dan dari tempat inilah Allah memperluas daratan dan dengan demikian, Makkah disebut sebagai Ummul Qura (ibu, tempat berasalnya negeri-negeri). Dalam al-Quran, surat al-Imran ayat 96, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Tempat yang paling dicintai di bumi adalah Makkah. Di sisi Allah, tidak ada tanah yang lebih dicintai dari tanah Makkah, tidak ada batu yang lebih dicintai dari batu Makkah, tidak ada pohon yang lebih dicintai dari pohon-pohon di Makkah, tidak ada gunung yang lebih dicintai dari gunung-gunung di Makkah, dan tidak ada air yang lebih dicintai dari air di sana." Seorang 'arif besar Islam, Muhyiddin ibn Arabi mengenai Makkah berkata, "Tiada ada seorang nabi dan wali pun yang tidak terikat dengan rumah dan kota haram itu. Jadi dapat dipastikan bahwa rumah itu akan menjadi lokasi munculnya wali Allah dan juru selamat."
Masjid al-Haram, Mekah
Menurut sejumlah riwayat, Nabi Adam as merupakan nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah. Setelah bangunan suci itu rusak, Nabi Ibrahim as bersama anaknya, Ismail as kembali membagun Baitullah. Ketika Nabi Muhammad Saw berusia sekitar 35 tahun atau sebelum kenabiannya, kaum Quraisy membangun Ka'bah karena telah rusak akibat banjir di Makkah. Sejak masa itu sampai sekarang, Ka'bah dan Masjidil Haram sudah beberapa kali mengalami renovasi dan pemugaran.
Saat ini, Masjidil Haram sedang mengalami renovasi besar-besaran dan ditargetkan akan memiliki empat lantai untuk para jamaah haji dan umrah. Dengan renovasi baru ini, Masjidil Haram akan memiliki kapasitas hingga 114 ribu jamaah per jam untuk ditampung dalam masjid. Namun, pembangunan menara-menara megah dan mall-mall di sekitar Masjidil Haram telah merusak nuansa sakralitas bangunan suci ini.
Hamas Minta PBB Tolak Draf Resolusi Anti Palestina Usulan AS
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), meminta PBB untuk menolak draf resolusi anti-Hamas yang diajukan Amerika Serikat.
Hamas dalam sebuah surat kepada ketua Majelis Umum PBB dan negara-negara anggota, menyerukan upaya lembaga dunia ini untuk menolak usulan AS dan jika disahkan, ini akan menjadi resolusi pertama yang berisi kecaman terhadap Hamas dan perlawanan Palestina.
Hamas, seperti dilansir IRNA, Minggu (2/12/2018) meminta langkah serius PBB terhadap tindakan AS yang mewakili posisi Israel dan sebuah dukungan material dan moral kepada rezim Zionis untuk melanjutkan serangan terhadap rakyat Palestina.
Gerakan Hamas meminta anggota PBB untuk menggagalkan tindakan bermusuhan AS, dan mendukung legitimasi internasional dan hak sah bangsa-bangsa untuk membela diri serta melawan penjajah.
AS mengancam tidak akan memainkan peran apapun dalam perundingan kompromi antara Palestina dan Israel jika draf resolusi usulannya tidak diratifikasi.
Pemerintah AS telah menyeru anggota PBB untuk mendukung draf resolusi anti-Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan Palestina.
Sementara itu, Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh telah menghubungi para pemimpin dan menlu negara-negara sahabat agar menolak upaya AS di PBB.
Lebih dari 100 Ribu Santri Asing Belajar di MIU Iran
Deputi Riset Al Mustafa International University (MIU) Qum, Ali Reza Biniaz mengatakan saat ini lebih dari 100 ribu pelajar agama dari 136 negara dunia belajar di lembaga ini.
"50 ribu alumni MIU di Iran telah kembali ke negara mereka masing-masing," ujarnya seperti dikutip kantor berita ISNA, Senin (3/1/2018).
Biniaz menuturkan bahwa MIU telah mendirikan 91 lembaga ilmiah dan pusat riset di sejumlah negara dunia dan di antara kegiatan mereka adalah menerbitkan majalah, jurnal ilmiah dan buletin dalam berbagai bahasa.
"MIU telah mencetak 3.788 buku selama 10 tahun terakhir dan 1.729 dari jumlah itu sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa," tambahnya.
Al Mustafa International University adalah sebuah lembaga ilmiah yang fokus pada pendidikan agama dengan misi menyebarkan ilmu agama dan mendidik para pelajar non-Iran.
Sekilas Kondisi Muslim Sunni di Iran
Mayoritas penduduk Muslim di Republik Islam Iran bermazhab Syiah, namun kehidupan dan kerukunan umat Islam di negara ini selalu terjaga.
Mereka hidup rukun, saling mencintai dan mengasihi meskipun berbeda mazhab dalam Islam. Mereka bebas dalam menjalankan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Mereka juga bekerja sama untuk membangun negara. Bank Ansar adalah cabang pertama dari contoh perbankan Islam (Syariah) yang berada di bawah pengawasan langsung oleh ulama Syiah dan Sunni di Republik Islam Iran.
Ratusan Ulama Sunni Iran Menziarahi Makam Imam Ridha as
Ribuan cendekiawan dan ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Republik Islam Iran menziarahi makam Imam Ali Ridha as, Cicit Rasulullah Saw generasi kedepalan di kota Mashhad.
Ziarah yang dilakukan pada pada hari Senin, 5 November 2018 itu untuk menandai berakhirnya bulan Shafar. Mereka berjalan kaki dari Bundaran Syuhada Mashhad menuju komplek makam Imam Ridha as.
Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (1)
Peristiwa Karbala merupakan salah satu revolusi unik yang sulit dicarikan bandingannya dalam sejarah. Meskipun harus ditebus dengan kesyahidan beliau dan keluarga serta pengikutnya, tapi perjuangan Imam Husein berhasil membongkar kebohongan propaganda rezim lalim yang berlindung di balik nama Islam.
Salah satu parameter untuk menilai benar atau tidaknya perjuangan Imam Husein adalah al-Quran sebagai sumber ajaran Islam. Al-Quran dan Ahlul Bait merupakan dua manifestasi dari sebuah hakikat. Satu sisi menunjukkan rahmat, dan kecintaan Allah swt. Di sisi lain, menunjukkan hidayat Allah swt kepada umat manusia.
Imam Husein adalah salah satu manifestasi dari manusia unggul tersebut yang memiliki hubungan cinta dengan Sang Pencipta, dan yang kehidupannya terikat dengan al-Quran. Imam Husein mendapat bimbingan langsung Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah dan Imam Ali bin Abi Thalib.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Sejak usia dini beliau telah mengenal dan mempelajari al-Quran. Rasulullah Saw dalam hadis terkenal Tsaqalain, menyebut Ahlul Bait-nya dan al-Quran saling terikat dan bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab Allah (al-Quran) dan itrahku (Ahlul Bait) dan keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga surga."
Mengingat Ahlul Bait memiliki hubungan yang sedemikian kuat dengan al-Quran, maka tafsir al-Quran juga harus dicari dalam ucapan dan amal mereka, karena khazanah kemuliaan dan keutamaan al-Quran tersimpan dalam wujud mereka.
Di kalangan para Imam dan Aulia Allah, Imam Husein merupakan manifestasi dari harga diri, kebebasan, kepemimpinan, jihad dan kesyahidan. Nilai-nilai tersebut dijalankan Imam Husein dengan bersandar kepada Al Quran dan contoh terbaik orang yang menjalankan Al-Quran, yaitu Rasulullah Saw.
Meskipun masih kecil ketika itu, Imam Husein selama enam tahun hidup bersama Rasulullah Saw dan mendapatkan bimbingan langsung dari beliau.
Tidak hanya itu, ayahnya, Imam Ali adalah murid sekaligus sahabat paling setia Rasulullah Saw. dan Ibunya, Sayidah Fatimah adalah puteri Rasulullah saw. Kehadiran orang-orang besar yang tidak pernah terpisah dari Al-Quran ini di sekitar Imam Husein membimbing jalan hidup beliau.
Imam Husein memahami dengan baik al-Quran yang menjadi samudera keagungan ilmu dan pengetahuan, sekaligus petunjuk kehidupan umat manusia.
Mengenai masalah ini, Imam Husein berkata, "Kitab ilahi terdiri dari empat isi: teks, rumus dan simbol, anugerah dan hakikat. Teks kalimat untuk masyarakat umum. Rumus dan simbol untuk hamba Allah khusus. Anugerah kelembutan untuk aulia Allah. Sedangkat hakikat untuk para Nabi,".
Puncak dari kebangkitan Imam Husein adalah peristiwa Asyura yang terjadi pada 61 Hijriah. Peristiwa besar tersebut menjadi perhatian besar para ulama dan pemikir besar dunia. Berbagai karya telah dihasilkan. Tidak hanya buku, tapi juga karya seni dengan media yang beraneka ragam.
Dari sekian banyak analisis mengenai perjuangan Imam Husein di Karbala, salah satunya menyoroti masalah hubungan al-Quran dengan perjuangan Imam Husein.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Perjalanan hidup Imam Husein berhubungan erat dengan al-Quran sehingga pada detik-detik akhir hidupnya di padang gersang Karbala, beliau tetap memberikan nasehat dengan ayat-ayat al-Quran. Bahkan, beliau menunjukkan kepada pasukan Yazid tentang akibat yang akan mereka alami dengan membacakan ayat-ayat ilahi.
Setelah kematian Muawiyah, Imam Husein ditekan oleh penguasa Madinah untuk berbaiat kepada Yazid. Di hadapan tekanan tersebut dan dalam menjawab tuntutan penguasa Madinah, Imam Husein menyebut dirinya dan Ahlul Bait sebagai khazanah risalah dan imamah, serta menyebut Yazid sebagai orang yang fasiq. Kemudian kepada penguasa Madinah, Imam Husein as berkata, "Dia adalah orang yang fasiq, lalu bagaimana mungkin aku berbaiat kepadanya?"
Menghadapi tekanan penguasa Madinah, Imam Husein kemudian berkata, "Aku dari keluarga suci sebagaimana Allah telah menurunkan ayat tentang mereka kepada Rasulnya: Sesungguhnya Allah berkehendak melenyapkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya." (al-Ahzab ayat 33)
Imam Husein tetap menghadapi tekanan dari penguasa Madinah dan akhirnya beliau bersama rombongan keluarganya keluar dari Madinah menuju Mekkah selain untuk menunaikan haji juga untuk menghindari bahaya.
Ketika itu Imam Husein membacakan ayat 21 surat al-Qasas: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Doa inilah yang dibaca Nabi Musa ketika terbebas dari cengkeraman Firaun.
Setibanya di Mekah, Imam Husein kembali mengucapkan doa yang juga diucapkan oleh Nabi Musa dan disebutkan dalam al-Quran: Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar".
Pembacaan ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Imam Husein di masanya sama seperti Nabi Musa, sendirian dan menghadapi ancaman dari pemerintah zalim, juga menunjukkan puncak ketidakpedulian umat Islam saat itu dalam mendukung Ahlul Bait Nabi.
Imam Husein yang tidak dapat menerima kezaliman dan kesewenang-wenangan Yazid serta pendistorsian hukum dan sunnah Islam oleh manusia fasiq itu, memutuskan untuk menyadarkan para pemimpin kabilah Arab. Beliau di Mekkah menulis dua surat untuk warga Basrah dan Kufah.
Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Kepada warga Basrah beliau menulis, "Sesungguhnya Rasulllah Saw telah diutus untuk kalian dengan al-Quran dan aku menyeru kalian kepada al-Quran dan sunnah Rasul Saw karena mereka telah menyimpangkan sunnah dan menghidupkan kembali bid'ah! Jika kalian mengikutiku, maka aku akan membimbing kalian ke jalan kebahagiaan dan kebebasan."
Kepada warga Kufah, Imam Husein menulis, "... bukan pemimpin kecuali jika seseorang yang mengamalkan kitab Allah Swt (al-Quran), menegakkan keadilan, menjadikan kebenaran sebagai pilar hukum masyarakat dan menjaga dirinya tetap berada di jalan lurus Allah Swt."
Imam Husein datang ke Karbala menentang Yazid yang lalim, tidak lain dari perjuangannya untuk menegakkan nilai-nilai al-Quran.