کمالوندی

کمالوندی

Pada 3 Sya'ban tahun keempat Hijriah, rumah Ali as dan Fatimah as diterangi cahaya dan hati Rasulullah Saw diliputi kegembiraan dan kesenangan. Pada hari itu, Husein bin Ali as dilahirkan ke dunia untuk melanjutkan jalan yang sudah dirintis oleh kakeknya.

Sebuah hadis Qudsi berkata, "Ketika Husein lahir, Allah berfirman kepada Rasulullah, 'Selamat atas kelahiran di mana shalawat dan rahmat-Ku menyertainya, selamat atas engkau dan seluruh kaum Muslim karena hari besar ini, hari ketika Husein dilahirkan dan ia membawa bersamanya kebebasan, kecintaan, dan pengorbanan.'"

Hari ini, para pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia bersuka cita atas kelahiran Husein as, karena mereka memperoleh pelajaran berharga dari kehidupan, pemikiran, dan kebangkitannya; sebuah kehidupan yang sarat dengan makrifat dan kesempurnaan.

Nilai hakiki setiap insan bergantung pada ilmu pengetahuan, kesempurnaan, keutamaan, dan sifat-sifat moral. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dari segi fisik, tapi perbedaan ini tidak membuat mereka lebih utama dari yang lain. Hal yang membuat mereka istimewa adalah ilmu, keutamaan, dan akhlak mulia, dan Husein as memiliki semua sifat ini secara utuh.

Imam Husein as
Imam Husein adalah salah satu insan teladan dalam sejarah umat manusia. Pengorbanan luar biasa, ketahanan, tawakkal, tekad yang kuat, kesabaran, dan keberaniannya di Karbala, hanya memperlihatkan sebagian dari kepribadian mulia Husein dan sifat-sifat ini membuat semua hati bergerak ke arahnya.

Faktanya, sifat berani dan tangguh tidak akan muncul pada setiap individu, kecuali ia juga menyandang sifat-sifat moral lainnya secara utuh. Sosok seperti ini harus memiliki kesempurnaan iman, makrifat, keyakinan, dan tawakkal sehingga dapat menjadi salah satu dari menifestasi kebesaran Tuhan.

Banyak tokoh besar telah lahir dari rahim sejarah dan masing-masing dari ketokohan mereka dikenal karena keberanian, kepahlawanan, kezuhudan, pemaaf, dan siap berkorban. Akan tetapi, kebesaran dan keutamaan kemanusiaan yang dimiliki oleh Imam Husein as benar-benar sulit ditemukan padanannya dalam sejarah.

Setelah Imam Husein as gugur syahid, Bani Umayyah melaknat Husein dan ayahnya, Imam Ali bin Abi Thalib di mimbar-mimbar selama 60 tahun atas tuduhan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Meski demikian, tidak satu orang pun dari penguasa mampu merusak nama harum mereka sebagai teladan ketakwaan dan kemuliaan.

Mengenai kepribadian luhur Imam Husein as, seorang ulama Sunni Lebanon, Syeikh Abdullah al-'Alayili berkata, "Apa yang ada dalam riwayat dan sejarah Husein di tangan kami, kami menemukan bahwa Husein memiliki kesempurnaan takwa yang diteladani dari kakeknya dan ia adalah teladan sempurna dari sosok Rasulullah dari segala sisi. Dalam jihad, ia mengayunkan pedang dengan penuh pengorbanan dan tidak ada pekerjaan yang mencegahnya untuk melakukan tugas lain."

Bagi para reformis dan pemuka agama, yakin akan tujuan merupakan faktor penentu untuk mencapai kemajuan. Pemimpin yang yakin akan tujuannya akan melangkah dengan optimis untuk meraih tujuan, ia tidak akan goyah dan keyakinan ini membuatnya kuat. Seperti yang disinggung dalam surat al-Anfal ayat 2, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal."

Rasulullah Saw – dengan keimanan dan keyakinan yang kuat – baik ketika menang atau pun ketika kalah secara lahiriyah, dengan penuh optimis dan yakin memajukan agenda-agendanya untuk meraih tujuan. Imam Husein as juga sama seperti kakeknya, dalam hal keimanan kepada tujuan dari kebangkitannya. Imam menilai satu-satunya cara untuk menyelamatkan Islam dan masyarakat Muslim adalah melawan skenario jahat Bani Umayyah dan tidak berbaiat dengan Yazid bin Mu'awiyah.

Imam Husein as
Oleh karena itu, Imam Husein as secara jujur dan tegas mengumumkan penentangannya terhadap kepemimpinan Yazid. Beliau tidak hanya mempelajari pelajaran iman dan keteguhan dalam agama dari kakek dan ayahnya, tapi dengan memikul beban ujian duniawi, telah mengantarkan dirinya ke puncak ifran dan makrifat Ilahi. Ia laksana gunung yang menjulang tinggi, kokoh dan tidak pernah goyah.

Imam Husein telah mencapai sebuah tahapan dari irfan dan makrifatullah sehingga peristiwa segetir apapun akan tampak indah di matanya. Menariknya, Sayidah Zainab as (saudari Imam Husein) juga menyaksikan keindahan yang sama. Ketika Gubernur Kufah, Ubaidillah bin Ziyad berkata kepadanya, "Lihatlah bagaimana perlakuan Tuhan terhadap saudaramu." Zainab menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali keindahan."

Di mata Ahlul Bait, peristiwa Karbala meskipun perbuatan keji tentara Bani Umayyah, tetap terlihat indah karena kebesaran dan puncak kesabaran yang diperlihatkan oleh Imam Husein dalam menghadapi ujian.

Keberanian adalah salah satu sifat mulia kemanusiaan. Sebuah bangsa yang orang-orangnya tidak memiliki keberanian mental dan moral, maka dengan mudah akan ditaklukkan oleh musuh. Bahkan, kelangsungan hidup suatu negara, martabat dan wibawanya bergantung pada tingkat keberanian yang dimiliki oleh rakyatnya.

Seorang ulama besar Sunni, Ibn Abi al-Hadid ketika berbicara tentang keberanian Imam Husein as, menuturkan bahwa dalam hal keberanian, siapa sosok lain yang sama seperti Husein bin Ali as di Padang Karbala. Kami tidak menemukan seseorang di mana masyarakat telah menyerbunya dan ia telah terpisah dengan saudara, keluarga, dan sahabatnya, tetapi dengan keberanian bak singa, ia mematahkan pasukan berkuda. Apa yang anda pikirkan tentang sosok yang tidak tunduk pada kehinaan dan tidak berbaiat kepada mereka hingga gugur syahid.

Percaya diri adalah salah satu sifat utama manusia sukses. Para pemuka agama, semuanya telah mencapai puncak dari karakteristik ini, dan Imam Husein as sebagai pencetus Revolusi Asyura, memiliki karakteristik ini dalam bentuk yang sempurna. Kepercayaan dirinya sedemikian rupa sehingga kondisi apapun tidak merusak keputusan dan tekadnya, tetapi justru membuat Imam lebih tegas dalam mencapai tujuannya.

Di hari Asyura, Imam Husein as – saat kematian sudah di depan mata – tetap tidak gentar dan ia berdiri tegak di hadapan pasukan Umar ibn Sa'ad dan menyampaikan pesan kepada mereka. Beliau berkata, "Tidak, aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak akan tunduk pada kehinaan dan tidak akan lari seperti para budak." Imam begitu teguh dalam membela tujuan dan keyakinannya, dan bahkan kondisi apapun tidak menghalangi dia untuk mencapai tujuannya.

Kedermawanan dan kemurahan hati Imam Husein as telah menjadi sebuah pepatah. Banyak ulama mengungkapkan fakta ini bahwa tidak ada yang bisa menandingi Imam Hasan dan Husein dalam kedermawanan dan kemurahan hati.

Makam suci Imam Husein as
Dikisahkan bahwa suatu hari, Imam Husein as sedang shalat di rumahnya, seorang Arab Badui yang terjerat kemiskinan, tiba di kota Madinah dan mendatangi rumah beliau. Ia mengetuk pintu rumah sambil berkata, "Hari ini seseorang yang berharap kepadamu dan mengetuk pintu rumahmu, tidak akan berputus asa. Engkau adalah orang dermawan dan tambang kedermawanan. Wahai orang yang ayahnya adalah penghancur kezaliman!"

Imam Husein as mempersingkat shalatnya agar dapat memenuhi apa yang diinginkan orang itu. Ketika selesai shalat dan keluar melihat orang tersebut, Imam langsung memahami orang itu tidak punya apa-apa dan sangat miskin. Imam mendekatinya dan berkata, “Tetaplah di sini hingga aku kembali.”

Imam Husein as kemudian bertanya kepada pelayannya, “Berapa uang yang tersisa di tanganmu untuk pengeluaran sehari-hari kita?” Pelayan beliau menjawab, "Tinggal 200 dirham dan engkau telah berkata agar uang ini dibagikan kepada para kerabat.” Imam Husein berkata, “Bawa uang itu kepadaku! Karena ada seseorang di depan pintu yang lebih membutuhkannya.”

Pelayan kemudian pergi dan kembali ke hadapan Imam sambil membawa uang tersebut. Setelah menerimanya, Imam Husein as pergi ke depan pintu dan memberikan uang itu kepada orang miskin yang berdiri di sana. Imam berkata, “Ambillah uang ini dan terimalah permintaan maafku. Aku tidak punya uang lebih dari ini untuk diberikan kepadamu.”

Orang miskin itu menerima uang tersebut dan pergi dari rumah Imam. Ia tampak begitu gembira.

Minggu, 21 Oktober 2018 11:58

Ampunan dan Kebesaran

“... Aku telah meremehkan perintah maulaku; bila beliau mempertanyakanku, aku tidak berhak untuk protes. Meski Hasan bin Ali adalah seorang pemaaf, namun aku harus menyiapkan diri untuk dihukum. Karena dengan demikian, bertahan menghadapi hukuman maulaku, akan terasa lebih ringan...namun...namun..."

Demikianlah apa yang terlintas dalam pikiran budak Imam Hasan dan seketika itu juga Imam Hasan memanggilnya. Sang budak dengan langkah pelan-pelan menuju pada Imam Hasan as. Dia berpikir bagaimana caranya meminta maaf kepada maulanya. Begitu berhadap-hadapan dengan beliau, sang budak terpikir:

“Maulaku adalah orang yang akrab dengan al-Quran. Maka aku akan meminta bantuan al-Quran untuk menyelamatkan diriku.”

Saat itu juga terlintas dalam pikirannya untuk mengatakan, “Wal Kazdiminal Ghaizha.”

Imam Hasan tersenyum dan berkata, “Aku telah menekan kemarahanku.”

Sang budak tahu bahwa jalan keluarnya terlah terjawab. Dengan lebih tenang dia berkata, “Wal ‘Afina ‘Aninnas.”

Imam Hasan berkata, “Aku telah mengabaikan kesalahanmu.”

Sang budak merasa dirinya berhasil dan bergumam, “Aku akan melepaskan peluruku yang terakhir, seraya berkata, “Wallahu Yuhibbul Muhsinin.” (QS. Ali Imran: 134)

Kali ini Imam Hasan berkata, “Aku membebaskanmu di jalan Allah, agar aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”

Tidak Membalas Keburukan dengan Keburukan

Salah satu dari budak Imam Hasan as sangat buruk akhlaknya. Namun Imam Hasan senantiasa memperlakukannya dengan baik dalam upaya dia bisa menjadi baik dan menyesali perilaku buruknya.

Imam Hasan memiliki seekor kambing di rumahnya. Dengan berjalannya waktu beliau menyayangi kambing itu. Suatu hari beliau tahu bahwa kaki kambing itu patah. Hatinya trenyuh melihat kambing itu dan bertanya kepada budaknya, “Mengapa kaki kambing ini jadi begini?”

Sang budak menjawab, “Aku yang mematahkannya.”

Dengan takjub Imam Hasan as berkata, “Mengapa engkau menzaliminya?”

Dengan nada congkak budak itu menjawab, “Karena aku ingin menyakitimu.”

Imam Hasan as sejenak berpikir dan berkata, “Ringkasi barang-barangmu dan pergilah dari rumah ini, dari saat ini engkau bebas.”

Budak itu terkejut dan berkata, “Mengapa Anda bebaskan aku?!”

Imam Hasan as berkata, “Agar aku menjawab perbuatan burukmu dengan perbuatan baik.”

Budak itu menundukkan kepalanya dan terdiam, sepertinya dia benar-benar malu.

Semua Kasih Sayang Ini?!

Seorang lelaki mendengar banyak cerita tentang kasih sayang dan kedermawanan Imam Hasan as. Namun dia ragu untuk menyelesaikan masalahnya, apakah harus pergi menemui Imam Hasan ataukah tidak. Pada akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendatangi beliau.

Imam saat itu sedang duduk di masjid dan lelaki ini masuk mendekatinya. Imam tahu bahwa lelaki ini punya satu keperluan. Oleh karena itu beliau tersenyum padanya dengan penuh kasih sayang seraya berkata, “Hai lelaki! aku berpikir engkau ada masalah?” sebelum lelaki itu menjawab, Imam Hasan berkata, “Bersabarlah sedikit, aku akan menyelesaikan masalahmu.”

Imam Hasan memerintahkan kepada salah satu sahabatnya, “Berikanlah uang supaya dia bisa menyelesaikan masalahnya!”

Sabahat beliau memberikan uang kepada lelaki yang membutuhkan itu dan menyenangkan hatinya. Lelaki yang membutuhkan itu tidak percaya bahwa masalahnya bisa terselesaikan secepat ini. Dia menghadap kepada Imam Hasan dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Aku merasa takjub bahkan Anda tidak menanyakan apa masalahku. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana aku harus menyampaikan masalahku kepada Anda!”

Imam Hasan as berkata, “Ksatria yakni membantu seseorang yang membutuhkan sebelum orang tersebut menyampaikan masalahnya. Perbuatan seperti ini mencegah jatuhnya harga diri seorang mukmin dan tidak mengalirkan keringat malu di dahinya.”

Lelaki itu tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk menjawab kasih sayang Imam Hasan. Butir-butir keringat memenuhi dahinya; namun keringat ini bukan keringat malu.

Memenuhi Hajat Seorang Mukmin

Begitu seorang lelaki menyampaikan masalahnya kepada Imam Hasan as, beliau langsung memakai sepatunya dan pergi menyelesaikan masalahnya. Di pertengahan jalan, mereka menyaksikan Imam Husein as sedang mengerjakan salat. Imam Hasan berkata kepada lelaki tersebut, “Mengapa engkau tidak mendatangi saudaraku untuk menyelesaikan masalahmu?”

Lelaki itu menjawab, “Beliau sedang sibuk salat dan ibadah, dan saya tidak ingin mengganggu beliau.”

Imam Hasan as berkata, “Sepertinya masalahmu harus selesai melalui bantuanku. Bagaimanapun juga, bila Husein mendapatkan taufik ini, memenuhi hajatmu baginya lebih besar dari satu bulan menjalani i’tikaf.” (

Minggu, 21 Oktober 2018 11:55

Bunuh Diri, Masalah Baru di Barat

Berbagai berita menyebutkan, dalam beberapa hari terakhir ketika pemerintah Inggris menjadi tuan rumah sidang internasional kesehatan mental, Perdana Menteri Theresa May untuk pertama kalinya mengangkat deputi bidang pencegahan bunuh diri. May mengatakan, "Pengangkatan Jackie Doyle-Price ini akan membantu mengakhiri pandangan masyarakat terkait aksi bunuh diri."

Di pidatonya, May menyebut aksi bunuh diri sebagai noktah hitam yang harus dihapus, karena dampak dari aksi ini sangat menyedihkan dan merusak bagi keluarga dan masyarakat. Kendala yang memaksa perdana menteri Inggris untuk memilih kebijakannya ini, telah bertahun-tahun melilit negara-negara Barat.

 Bunuh diri adalah sebuah perilaku untuk membebaskan diri dari beragam kesulitan dan kebuntuan yang dialami seseorang dan ia tidak mampu menyelesaikannya. Dengan kata lain, seseorang meyakini bunuh diri sebagai solusi tunggal untuk bebas dari kebingungan dan penderitaannya.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun hampir satu juta orang di dunia meninggal akibat bunuh diri. Ini artinya setiap 40 detik, satu orang meninggal akibat bunuh diri! Metode umum bunuh diri di berbagai negara sedikit banyak berhubungan dengan metode yang dapat diakses dan pada prinsipnya kemudahan akses terhadap sarana bunuh diri, apalagi di usia pubertas dengan sendirinya menjadi faktor peningkatan angka bunuh diri. Di antara metode umum bunuh diri adalah gantung diri, overdosis obat-obatan, alkohol, meracuni diri dengan pestisida, melompat dari ketinggian dan menggunakan senjata untuk bunuh diri.

Usia tertinggi bunuh diri di berbagai negara antara 15-29 tahun. Menurut psikiater, mayoritas kasus bunuh diri dan aksi bunuh diri, jika bukan karena alkohol atau penyalahgunaan narkoba, merupakan indikasi salah satu penyakit mental seperti skizofrenia, gangguan emosional khususnya stress yang lalai untuk diobati atau terlambat dalam pengobatannya.

Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Itu sebabnya masyarakat Indonesia sering menyebut skizofrenia dengan “gila”. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah tertentu.

Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan di tengah masyarakat. Gejala paling khas dari skizofrenia paranoid adalah delusi (waham) dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan skizofrenia paranoid cenderung mendengar suara-suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu yang tidak nyata.

Tidak hanya itu, orang yang memiliki skizofrenia paranoid juga sering menunjukkan perilaku kacau yang menyebabkan diri mereka tidak dapat mengendalikan perilakunya. Akibatnya, pengidap skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya. Secara umum, skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis yang membutuhkan pengobatan berkepanjangan untuk meringankan gejalanya.

Kendala yang dihadapi masyarakat Barat saat ini adalah penyakit dan gangguan mental. Stress di kalangan masyarakat Barat sangat tinggi, di mana beberapa waktu lalu Inggris mengumumkan kenaikan gangguan mental dan stress di kalangan masyarakat negara ini serta maraknya kehidupan individualisme. Bahkan negara ini terpaksa membentuk satu departemen khusus untuk menangani fenomena bunuh diri dan stress di kalangan masyarakatnya.

 

Tiga perempat Pelaku Bunuh diri adalah Pria

Riset terbaru di Inggris menunjukkan bahwa angka rata-rata stress di negara ini sangat tinggi, dari total 50 juta penduduk Inggris, 20 jutanya menderita stress dan depresi. Menurut data yang dirilis fakultas psikolog Universitas Cambridge, dua pertiga orang dewasa di Inggris pernah mengalami penyakit gangguan mental seperi depresi dan stress. Sementara kurang dari seperlima usia dewasa Inggris yang memiliki kesehatan mental yang tinggi. Berdasarkan peringkat terbaru internasional, rakyat Inggris berada di urutan puncak masyarakat negara maju yang mengalami depresi di dunia Barat. Depresi menjadi faktor dan pemicu aksi bunuh diri di negara ini.

Pusat Data Statistik Nasional Inggris baru-baru ini mengumumkan, selama satu tahun lalu sekitar enam ribu orang di negara ini meninggal karena bunuh diri. Pusat Data Statistik Nasional Inggris juga menyatakan bahwa pria mendominasi angka bunuh diri di Inggris. Lembaga ini menambahkan, tiga perempat korban bunuh diri adalah pria.

 

Menurut laporan resmi Inggris, meski bunuh diri di negara ini disebabka banyak faktor, seperti penyakit mental, krisis keluarga, perilaku anak dan remaja mengikuti aksi bunuh diri orang lain dan kesalahan individu, namun para ahli meyaknin bahwa kendala ekonomi, pengangguran akibat krisis ekonomi yang ada, hilangnya harga diri dan identitas seseorang serta dampak sosial akibat pemutusan atau pengurangan anggaran pelayanan publik dan kesejahteraan sosial juga berpengaruh pada tragedi ini.

Aktivis pencegahan aksi bunuh diri terkait hal ini mengatakan, resesi ekonomi menciptakan kegelisahan lebih besar, tensi mental lebih besar masyarakat dan hasilnya adalah meningkatnya kecenderungan bunuh diri di Inggris. Dari sisi lain, penurunan anggaran dan fasilitas kesehatan dan pengobatan oleh pemerintah juga membantu eskalasi krisis ini. Seperempat pelaku bunuh diri di Inggris adalah pria.

Berdasarkan data yang ada, bukan saja Inggris, tapi berbagai negara maju dan kesejahteraannya tinggi, memiliki angka bunuh diri tertinggi. Negara-negara Eropa mengalami krisis indentitas yang parah dan angka tinggi bunuh diri serta depresi membuat khawatir pada petingi politik di benua ini.

Sementara itu, angka bunuh diri di Amerika Serikat  dilaporkan terus meningkat. Kepala asosiasi psikiater Amerika mengatakan, meski ada banyak upaya, kami gagal mereduksi angka ini. Amerika selama 18 tahun lalu menunjukkan kenaikan 30 persen aksi bunuh diri. Padahal 45 persen korban bunuh diri di Amerika tidak mengidap penyakit mental. Angka bunuh diri pria empat kali libat di banding perempuan di Amerika.

Menurut keterangan pusat kontrol dan penanggulangan penyakit di Amerika, dari 100 ribu warga AS, 16 orang melakukan aksi bunuh diri. Artinya di Amerika Serikat, setiap 13 menit terjadi aksi bunuh diri. Bahkan penyidikan menunjukkan di Amerika angka pembunuhan sengaja lebih rendah ketimbang bunuh diri. Hanya di tahun 2016 saja, sekitar 45 ribu orang di AS bunuh diri. Berdasarkan data yang dirilis lembaga ini, eskalasi bunuh diri merata di setiap usia, etnis, kelamin dan kelompok etnis.

Dr. Deborah Stone, periset yang meneliti kenaikan angka bunuh diri mengatakan, Sementara seseorang tidak dapat menemukan hanya satu alasan untuk bunuh diri, namun hubungan emosional dua orang dan kendala finansial termasuk faktor penting bunuh diri di Amerika Serikat. Namun begitu depresi juga faktor penting bunuh diri. Departemen Kesehatan AS beberapa waktu lalu mengumumkan, depresi dan stress setiap tahun mempengaruhi 56 juta orang dan pemerintah mengalami kesulitan untuk mengobati penyakit ini.

Krisis bunuh diri sampai saat ini menjadi bahan riset bukan saja dokter dan psikolog, bahkan sosiolog, filsuf, dan pakar agama pun menjadikannya sebaibahan penelitian. Mulai abad ke 20 ada jurusan baru di univeristas Barat, yakni fakultas Suicidology. Hasil riset para ilmuwan menunjukkan bahwa aksi bunuh diri akibat kebencian seseorang kepada orang lain atau sosial masyarakat dan kebencian ini muncul dari krisis kepribadian yang dihadapi masyarakat industri.

Salah satu kendala baru dan semi rahasia umat manusia di era kemajuan teknologi dan komunikasi adalah krisis identitas dan kepribadian. Menurut sosiolog, manusia modern di tengah-tengah kota besar dan gelombang informasi serta komunikasi, telah kehilangan hakikat keberadaannya dan tidak lagi merasa terhubung dengan tempat tertentu. Dengan kata lain, manusia modern mengidap keterasingan diri atau tanpa identitas.

Krisis ini mulai sejak masa remaja dan ketidakpedulian akan krisis ini akan membuat identitas dan kepribadian seseorang bengkok. Di sisi lain, menjahui ajaran agama juga menjadi faktor lain dari eskalasi krisis identitas dan munculnya penyimpangan sosial termasuk bunuh diri. Berdasarkan data yang ada, negara-negara yang keyakinan agamanya kuat khususnya negara-negara Islam di mana bunuh diri disebut sebagai dosa besar, kecenderungan untuk bunuh diri lebih rendah. Manusia senantiasa mencari tempat mental yang aman sehingga mampu mengalahkan ketakutan, pesimis dan depresi. Agama dan keyakinan beragama memberi tempat aman bagi manusia.

Menurut para pakar, keyakinan beragama merupakan faktor penting bagi kesehatan mental manusia. Berdasarkan keyakinan mereka, antara keyakinan, harapan, motivasi dan kesehatan mental memiliki hubungan yang kuat. Semakin kuat keyakinan agama seseorang dan rasa pesimis semakin rendah, kesehatan mental juga semakin terjaga dari ancaman. Keyakinan agama menciptakan harapan dan tujuan bagi seseorang.

Dewasa ini lemahnya keyakinan agama di negara-negara Barat, yang mayoritasnya memiliki gaya hidup individualisme dan materialisme, telah menciptakan peluang bagi meningkatnya angka bunuh diri. Oleh karena itu, sepertinya masyarakat ini harus kembali ke spiritualitas untuk menyelesaikan krisis ini. Jika tidak, di masa mendatang pastinya mereka akan membayar lebih mahal akibat ketidakpedulian mereka tersebut.

Minggu, 21 Oktober 2018 11:53

Perjuangan Politik Imam Hasan as

Hasan bin Ali bin Abi Thalib as yang dikenal dengan Imam Hasan al-Mujtaba adalah imam kedua Syiah dan putra sulung dari Imam Ali as dan Sayidah Fatimah as.

Bulan Safar di kalangan para ulama Syiah dianggap sebagai hari syahidnya Imam Hasan as, cucu Rasulullah Saw. Menurut riwayat masyhur, kesyahidan beliau terjadi pada tahun 50 H/670. Riwayat paling populer menyebutkan Imam Hasan gugur syahid pada akhir bulan Safar yaitu tanggal 28 Safar. Riwayat lain mencatat beliau syahid pada hari ke-7 bulan Safar.

Salah seorang ulama yang meyakini 7 Safar sebagai hari kesyahidan Imam Hasan as adalah Syahid Awwal. Menurut para ulama besar seperti, Kaf'ami, Syeikh Bahai, Allamah Majlisi, Shahibul Jawahir, Syeikh Kashif al-Ghita', dan Muhaddis Qummi, Imam Hasan al-Mujtaba gugur syahid pada tanggal 7 Safar. Dari dua riwayat yang berbeda, kaum Muslim Syiah memperingati hari syahidnya manusia suci ini setiap tanggal 7 dan 28 Safar.

Setelah Imam Ali as gugur syahid pada tahun 40 Hijriyah, kota Kufah sebagai pusat pemerintahan Ahlu Bait as kembali menyaksikan sebuah peristiwa besar yaitu pengangkatan Imam Hasan sebagai khalifah. Pada pagi hari 21 Ramadhan, Abdullah bin Abbas mengumpulkan masyarakat dan berkata kepada mereka, "Wahai masyarakat! Amirul Mukminin telah pergi ke persinggahan lain dan meninggalkan putranya di tengah kalian. Jika kalian ingin, putra beliau akan mendatangi kalian." Masyarakat menangis dan meminta kehadiran Imam Hasan di hadapan mereka.

Setelah kepergian ayah, Imam Hasan memikul tanggung jawab untuk memimpin masyarakat Muslim. Beliau bergerak cepat untuk menata kembali situasi yang kacau setelah gugurnya sang ayah dan mengendalikan urusan pemerintahan Islam.

Tidak butuh waktu lama bagi masyarakat untuk memahami bahwa Imam Hasan sama seperti ayahnya, memiliki tekad yang kuat untuk menegakkan keadilan dan menjalankan syariat Islam. Ini adalah sesuatu yang diimpikan oleh mayoritas masyarakat. Namun, penegakan keadilan membuat gusar segelintir orang dan kalangan oportunis.


Sejak masa itu, Imam Hasan as selalu menghadapi pembangkangan dan penentangan dari Mu'awiyah yang berkuasa di Syam. Penentangan ini menyebabkan pecahnya perang dan Imam Hasan juga memobilisasi sebuah pasukan untuk menghadapi perang. Tetapi, kondisi masyarakat Muslim tidak mengizinkan Imam untuk mengambil tindakan militer.

Mu'awiyah menawarkan proposal damai dan Imam Hasan juga menerimanya dengan penuh pertimbangan dan demi masa depan masyarakat Muslim. Ada beberapa faktor penting yang membuat Imam memprioritaskan perdamaian. Salah satu tindakan Bani Umayyah adalah menjauhkan para tokoh dan orang-orang penting dari lingkaran Imam Hasan. Mu'awiyah menarik para tokoh dengan memberikan suap dan janji-janji manis.

Imam Hasan telah menyiapkan sebuah pasukan besar, tetapi ia sendiri tidak yakin dengan kesetiaan mereka. Beberapa komandan pasukan menolak berperang dengan tentara Syam setelah menerima suap dari Bani Umayyah.

"Hari ini karena kedengkian dan dendam, persatuan dan kesepahaman telah hilang di antara kalian. Ketahanan kalian telah hilang dan lisan kalian mulai mengeluh. Hari ini adalah hari di mana kalian lebih mementingkan kepentingan kalian daripada agama dan kalian tidak setia," kata Imam Hasan as dalam menanggapi perilaku sekelompok komandan pasukannya.

Imam Hasan berada pada situasi yang sangat sulit dan memahami bahwa kerugian perang dengan Mu'awiyah lebih besar dari keuntungannya. Untuk itu, beliau menerima perdamaian dan tentu saja dengan beberapa syarat. Menurut salah satu butir kesepakatan damai, pasca Mu'awiyah kekhalifahan akan diserahkan kembali kepada Imam Hasan as.

Jika sesuatu terjadi pada beliau, maka Imam Husein as akan menduduki posisi khalifah dan Mu'awiyah tidak boleh mengangkat orang lain sebagai penggantinya.

Bani Umayyah juga harus berhenti menyebarkan bid'ah dan menghina serta melaknat Amirul Mukminin Ali as di mimbar-mimbar masjid, dan mengenang beliau dengan kebaikan. Mu'awiyah juga harus memberikan kompensasi satu juta dirham kepada para keluarga syuhada yang terbunuh di barisan Imam Ali as dalam Perang Jamal dan Shiffin.

Mu'awiyah wajib memberikan rasa aman kepada para sahabat Ali as dan Syiahnya di mana pun mereka berada. Harta, jiwa, dan anak-anak mereka harus memperoleh rasa aman. Muawiyah tidak boleh merongrong Hasan dan Husein as secara diam-diam ataupun terang-terangan atau menakut-nakuti pengikutnya. Poin terakhir dokumen kesepakatan itu menegaskan bahwa Mu'awiyah akan berkomitmen dengan perjanjian yang disepakati dan tidak menimbulkan persoalan bagi Hasan bin Ali atau saudaranya atau salah satu dari Ahlul Bait Nabi baik secara diam-diam atau pun terang-terangan.

Imam Hasan as berusaha memasukkan sikap politiknya dalam butir-butir kesepakatan sehingga dapat meneruskan perlawanan terhadap Mu'awiyah di tingkat lain. Beliau memasukkan poin-poin yang sangat menguntungkan Islam dan kaum Muslim dan berusaha memperkenalkan wajah asli Mu'awiyah kepada publik.


Imam Hasan memaksa Mu'awiyah untuk bertindak sesuai dengan al-Quran, Sunnah Nabi dan sirah Khulafaur Rasyidin. Tentu saja, Imam yakin bahwa Mu'awiyah tidak akan melaksanakan butir-butir kesepakatan, tetapi dengan cara ini wajah aslinya akan tersingkap dan ini termasuk salah satu motivasi besar Imam dalam perang dengan Mu'awiyah. Beliau memberi kebebasan kepada masyarakat untuk memilih dan menentukan masa depannya dengan keputusan mereka sendiri.

Setelah kesepakatan damai, Imam Hasan as menetap sebentar di Kufah dan kemudian berpindah ke kota Madinah. Beliau memulai program-programnya dengan format baru di Madinah. Agama terancam oleh penyimpangan dan bid'ah karena kegiatan-kegiatan menyimpang Bani Umayyah dilakukan atas nama Islam.

Imam Hasan memilih gerakan budaya dan pemikiran untuk menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada masyarakat. Metode ini akan memudahkan mereka untuk memilah antara kebenaran dan kesesatan. Imam menjadikan Madinah sebagai basis penting untuk mempromosikan pemikiran Islam dan mendidik para fuqaha, perawi hadis, dan ulama besar. Para pencari ilmu dari berbagai penjuru Dunia Islam datang ke Madinah dan berguru kepada Imam Hasan.

Pelanggaran Bani Umayyah terhadap kesepakatan damai mulai terkuak seiring berjalannya waktu. Penguasa Umawi memandang Imam Hasan sebagai batu sandungan untuk menjalankan beberapa rencana jahatnya. Salah satu agenda Mu'awiyah adalah mengangkat putranya, Yazid sebagai penggantinya.

Mu'awiyah ragu-ragu untuk mengambil keputusan yang melanggar kesepakatan damai dengan Imam Hasan. Dia tahu bahwa jika rencana itu diwujudkan di masa hidup Imam, pasti ia akan mendapat penentangan keras dari Hasan bin Ali as. Untuk itu, Mu'awiyah mencari segala cara untuk menyingkirkan Imam Hasan.

Muaawiyah menawarkan Ja'dah binti Asy'at bin Qais, salah seorang istri Imam Hasan untuk meracuni suaminya itu. Jika berhasil, ia akan diberi seratus ribu dirham imbalan dan dinikahkan dengan Yazid, yang akan dilantik sebagai raja pengganti. Ja'dah menerima tawaran itu dan berhasil membunuh Imam Hasan   as dengan cara menuangkan racun ke air minumnya.

Dalam riwayat, Imam Hasan dikenal sebagai pribadi yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin. Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Terkadang, jauh sebelum si miskin mengadukan kesulitan hidupnya, Imam Hassan sudah terlebih dahulu membantu mengatasinya dan tak membiarkannya harus merasa hina lantaran meminta bantuan.

Imam Hasan berkata, "Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung." 

Dikisahkan, di tanah Arab yang gersang, hidup seorang janda yang sangat miskin dengan seorang anak yang dimiliki satu-satunya. Karena kemiskinannya itu, ia setiap hari mencari sesuap nasi dari orang-orang dermawan yang mau memberikan bantuan padanya.

Si janda rela pergi kemana pun untuk melanjutkan hidup dari makanan yang ia dapat untuk dia serta anaknya dan tak jarang dia harus pergi sangat jauh dari rumahnya. Suatu hari, ia melintas di sebuah masjid dan bertemu dengan seorang Muslim. Janda satu anak ini meminta bantuan pada muslim tersebut. “Wahai, tuan, sudilah kiranya bermurah hati. Anakku sedang kelaparan dan aku mohon pertolongan kepada Anda,” tutur janda tersebut dengan penuh kerendah hatian.

“Mana buktinya kalau Anda miskin dan anak Anda seorang yatim?” tanya muslim itu meminta bukti. Si janda tersebut berpikir bagaimana harus menunjukkan bukti yang diminta lelaki itu. Apalagi di tempat tersebut tidak ada yang mengenalnya sehingga dia pun tak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya, ia pergi berlalu dan meninggalkan laki-laki tadi dengan hati yang berat. Tak lama berselang, si janda bertemu dengan seorang laki-laki Majusi. Ia pun meminta pertolongan kepadanya dan mengatakan seperti apa yang ia katakana kepada si Muslim. Tanpa berpikir panjang, laki-laki Majusi ini langsung membawa si janda ke rumahnya dan memberikan uang serta pakaian yang layak. Bahkan, si Majusi ini memerintahkan janda dan anaknya untuk tinggal di rumahnya.

Pada malam harinya, si Muslim yang menolak janda tadi bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpinya, ada banyak orang yang menghampiri Rasulullah saw. Rasul SAW pun menyambut mereka dengan senang hati. Namun tatkala tiba giliran si laki-laki Muslim tadi menemui Nabi Muhammad saw, Rasulullah menolak menyambutnya.

Lelaki tersebut lantas protes kepada Rasul SAW, “Ya, Rasulullah, aku juga umatmu dan aku mencintaimu,” ujar laki-laki tersebut. Rasulullah pun menjawab, “Apa buktinya bahwa kamu umatku dan kamu mencintaiku?” Laki-laki tersebut langsung terdiam. Ia merasa malu karena pertanyaan yang diajukan Rasulullah sama dengan yang ia ungkapkan saat seorang janda meminta pertolongan kepadanya.

Rasulullah SAW kemudian menunjukkan padanya sebuah gedung yang sangat megah di dalam surga. “Lihatlah ini. Seharusnya ini milikmu. Namun, karena engkau menolak menolong umatku (si Janda) dan anak yatim yang sedang kelaparan, tempat ini menjadi milik si orang majusi yang telah menolongnya.”

Pada saat yang sama, si Majusi rupanya juga bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Ia sangat bahagia karena akan diberikan tempat di dalam surga, sebuah gedung yang sangat megah. Pagi harinya, si laki-laki Muslim ini mencari janda tersebut. Ia mendapatinya sedang berada di rumah orang Majusi tersebut. Dengan memaksa, ia meminta si Majusi untuk menyerahkan janda tersebut kepadanya. “Serahkanlah kepadaku janda dan anak yatim itu. Biarlah aku yang menolongnya,” kata dia. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh si Majusi. “Tidak. Aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu,” tegasnya.

“Berikan saja. Nanti, aku beri engkau uang dinar yang sangat banyak,” pinta si Muslim. “Tidak. Aku tidak akan menyerahkannya kendati engkau bayar dengan gunung emas sekalipun,” jawab si Majusi. “Tapi, engkau orang Majusi, tak pantas engkau menolong janda yang Muslim itu. Seharusnya, orang Muslim juga yang menolongnya,” kata si Muslim.

Orang Majusi itu lalu bercerita, “Tadi malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau berkata bahwa beliau akan memberikan surga yang semula akan diberikan kepadamu untukku. Ketahuilah bahwa pagi ini, ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah SAW karena aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang yang mencintainya,” ujar laki-laki Majusi yang telah memeluk Islam tersebut.

Minggu, 07 Oktober 2018 05:25

Masjid Terapung Palu

Gempa bumi yang disusul tsunami pada Jumat, 28 September 2018, memporakporandakan pesisir Kota Palu dalam sekejap. Ratusan warga meninggal dunia. Sejumlah bangunan rusak parah, bahkan hingga runtuh. Tak terkecuali Masjid Arwam Bab Al Rahman yang lebih dikenal sebagai masjid terapung Palu.

Masjid yang dulunya berdiri kokoh kini doyong. Hanya setengah bangunan hingga kubah masjid saja yang masih terlihat setelah tsunami menerjang. Apalagi, lokasi masjid yang berdiri pada 2011 itu dekat dengan Pantai Talise, lokasi penemuan korban tsunami Palu terbanyak.

Masjid yang menjadi ikon Kota Palu itu terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Berdasarkan cerita warga sekitar, masjid dibangun seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang SPBU di Palu bernama Muhammad Hasan Bajamal.

Menurut warga, alasan Hasan sapaan akrab pengusaha itu membangun masjid ini pada 19 Januari 2011 lalu untuk mengenang jasa almarhum Syekh Abdullah Raqi atau Datuk Karama. Datuk Karama merupakan ulama asal Minangkabau, Sumatera Barat. Dia diyakini seluruh warga Palu sebagai penyiar agama Islam pertama sejak abad ke-17.

Pembangunan masjid selesai pada 19 Januari 2012 dan diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola.

"Seperti pernyataan Pak Hasan lalu demikian. Dan peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan langsung Wali Kota Palu, Rusdi Mastura," kata Baho, warga Kelurahan Lere kepada liputan6.com di sekitar masjid, pada 2014 lalu.

Selain untuk mengenang jasa Datuk Karama, pembangunan masjid juga bertujuan untuk menghilangkan kemaksiatan yang sering terjadi di sekitar lokasi masjid, sebelum masjid ini terbangun. Pasalnya, lokasi itu terhubung langsung dengan dua pusat hiburan malam di Palu, seperti kafe remang-remang Pantai Taman Ria dan Lokalisasi Pantai Talise tempat banyak pekerja seks komersial (PSK) menjajakan diri.

"Dulu lokasi masjid ini menjadi sarang maksiat anak-anak muda. Dijadikan tempat mabuk-mabukan, pacaran, bahkan sampai berhubungan badan. Tapi alhamdulillah sejak masjid ini ada, segala bentuk maksiat itu tidak ada lagi," tutur Baho yang mengaku lahir dan besar di sekitar lokasi masjid.

Masjid tersebut tidak pernah sunyi dari kunjungan jemaah yang hendak beribadah maupun orang-orang yang hanya sekadar singgah sambil berfoto-foto dengan latar belakang masjid terapung Palu. Jika sore hari menjelang, banyak warga menghabiskan waktunya di depan dan di dalam masjid.

Suasana semakin ramai saat memasuki bulan Ramadan. Masjid seluas 121 meter persegi dan mampu menampung lebih dari 150 anggota jemaah itu dijadikan sebagai salah satu tempat favorit warga Palu untuk menunggu waktu berbuka puasa tiba.

"Saya bersama teman-teman sudah sering ke sini, selain untuk salat juga sambil ngabuburitdengan menikmati suasana Teluk Palu di atas masjid sambil foto-foto seperti saat ini," ucap salah satu warga Palu, Wahyuni, di lokasi masjid.

Bangunan masjid ini berjarak 30 meter dari bibir pantai Teluk Palu. Di bawahnya terdapat lebih dari 25 tiang penyangga. Tiang-tiang itu dapat terlihat jelas jika air laut surut. Namun jika air laut pasang, masjid ini terlihat seolah-olah terapung di atas permukaan air laut.

Jalan masuk menuju ke dalam masjid dibuat jembatan berlantai tegel yang dihiasi beberapa lampu penerangan pada sisi kiri kanannya. Saat berada di atas jembatan masuk masjid, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Teluk Palu dan kemegahan Jembatan Palu IV, yang tidak jauh dari lokasi masjid.

Selain desainnya yang seolah terapung, masjid ini memiliki keunikan lain. Desain bangunan yang telah modern jelas tampak menjadi pembeda dari seluruh bangunan masjid yang ada di Palu. Apalagi, masjid ini memiliki satu kubah besar dan empat kubah kecil yang mengelilingi pada tiap sudutnya.

Masjid ini tampak begitu megah dan indah dengan balutan warna krem yang mendominasi dipadukan warna hijau dan emas di seluruh bangunannya. Selain itu, kubah masjid dapat memancarkan tujuh warna cahaya lampu saat malam hari.

Ketujuh cahaya lampu itu, mulai dari warna merah, jingga, hijau, unggu, biru, pink, dan putih. Warnanya terlihat berganti-ganti dalam hitungan detik.

Masjid ini memang bukan yang pertama, karena masjid serupa juga telah ada bahkan lebih dulu terbangun di luar Indonesia, seperti di Laut Merah, Kota Jeddah, Arab Saudi dan Tanjung Bungah, Kota Penang, Malaysia.

Sedangkan di Indonesia, masjid serupa bisa juga dijumpai di Kota Makassar, Sulawesi Selatan; Kota Kendari, Sulawesi Tenggara; dan beberapa kota lainnya. 

Rabu, 03 Oktober 2018 05:23

Pahala Melayani Jemaah Haji

Suatu hari, para sahabat Khaja Abu Sa'id berkumpul di sekitarnya. Dia sedang menjelaskan hadis Rasulullah Saw kepada para sahabatnya dan mereka juga menyimaknya dengan serius. Sebuah kafilah tiba-tiba mendatangi majlis Abu Sa'id dan mereka duduk dengan wajah sedih di majlis itu. Abu Sa'id kemudian menanyakan kondisi mereka.

Kafilah tersebut menjawab, "Kami baru kembali dari perjalanan haji. Rombongan kami diserang oleh perampok dan apa yang kami miliki telah dibawa lari. Sekarang kami tidak memiliki bekal apapun, tidak punya kemampuan untuk meneruskan perjalanan dan tidak mampu kembali ke kampung halaman kami." Abu Sa'id berkata, "Berapa jumlah harta kalian yang dirampok?" "Apa yang kami miliki telah dijarah," jawab kafilah itu.

Abu Sa'id kemudian bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian yang bisa membantu kafilah ini dan memberi mereka bekal perjalanan, dan menyediakan apa yang telah hilang dari mereka." Dari arah belakang majlis terdengar suara seorang wanita berkata, "Wahai Syeikh, aku akan membantu kafilah ini dan mengganti rugi harta mereka." Semua orang terkejut dan memuji pengorbanan wanita itu.

Wanita tersebut kemudian meninggalkan majlis dan kembali dengan sebuah kotak kecil. Dia membawa semua emas dan perhiasannya dan menyerahkannya kepada Abu Sa'id. Abu Sa'id menyimpan perhiasan itu selama tiga hari penuh. Dia berkata kepada dirinya, "Wanita ini mungkin melakukannya karena terbawa perasaan dan emosi. Emas dan perhiasan ini sangat bernilai. Wanita ini mungkin akan menyesal dan meminta kembali barang-barangnya."

Tiga hari kemudian wanita tersebut mendatangi Abu Sa'id. Dia meletakkan gelangnya di depan Abu Sa'id dan berkata kepadanya, "Mengapa engkau menyimpan emas dan perhiasan yang aku berikan padamu?" Dia menjawab, "Aku khawatir engkau akan menyesal atas pemberianmu." Wanita itu berkata, "Aku berlindung kepada Allah, tidak demikian. Berikan emas dan perhiasan bersama gelang ini kepada kafilah haji untuk memenuhi janji yang pernah aku ucapkan."

Wanita itu menatap ke bawah dan dengan tenang berkata, "Gelang ini adalah kenangan dari almarhumah ibuku. Semua emas dan perhiasan ini tidak bernilai bagiku. Tadi malam aku bermimpi bahwa aku berada di surga dan wajahku berseri-seri. Aku mulai mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang telah memberi pahala kepadaku karena membantu kafilah haji. Dalam mimpi, aku melihat semua emas dan perhiasan yang aku berikan ada di leherku, tetapi aku tidak menemukan gelang ini di tanganku. Aku bertanya, 'mengapa kenangan dari ibuku tidak ada?'"

Seorang malaikat berkata, "Apa yang telah engkau kirim, telah dikembalikan kepadamu dan apa yang engkau infakkan di dunia, ia ada di surga dan kami kembalikan kepadamu. Jika seluruh isi dunia menjadi milikmu, apa yang telah engkau kirim kemari, ia akan kembali kepadamu dan ia akan tetap menjadi milikmu di akhirat."

Para jemaah haji adalah tamu Allah Swt dan mereka memiliki kedudukan dan kemuliaan di sisi-Nya. Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Jemaah haji berada dalam jaminan dan perlindungan Allah, baik ketika ia berangkat maupun kembali. Jika ia menanggung kesulitan dan penderitaan dalam perjalanannya, Allah akan mengampuni dosa-dosanya karena itu, dan setiap langkah yang ia ayunkan, Dia akan meninggikan derajatnya di surga sampai seribu derajat dan setiap tetesan hujan yang membasahinya, pahala mati syahid akan ditulis untuknya."

Dikisahkan bahwa sebuah kafilah Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji tiba di kota Madinah. Mereka menetap selama beberapa hari di Madinah untuk menghilangkan rasa lelah. Kafilah tersebut kemudian mempersiapkan hewan tunggangannya dan bergerak ke arah Mekkah. Mereka didatangi oleh seorang laki-laki di tengah jalan antara Madinah dan Mekkah. Para anggota kafilah mengenal lelaki tersebut.

Laki-laki itu kemudian bercerita panjang lebar dengan anggota kafilah. Di tengah pembicaraan, dia melihat seseorang di tengah kafilah yang melayani orang lain dengan penuh semangat dan antusias. Lelaki itu menatap wajah pria tersebut dengan seksama. Wajahnya memancarkan cahaya dan dari raut mukanya, bisa ditebak bahwa ia orang yang saleh dan bertakwa. Lelaki ini mengenal pria tersebut dan berkata dalam hatinya, "Ya Tuhan, apa yang telah dilakukan oleh kafilah ini."

Lelaki tersebut berbalik ke arah kafilah dan berkata, "Apakah kalian mengenal siapa pria yang sedang melayani dan melakukan pekerjaan untuk kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, kami tidak mengenalnya. Pria itu bergabung dengan rombongan kami di Madinah. Dia orang yang saleh dan bertakwa. Kami tidak meminta dia untuk melakukan apapun buat kami, tetapi dia sendiri ingin membantu orang lain dan meringankan pekerjaan mereka."

"Jelas kalian tidak mengenalnya, jika kalian tahu, kalian pasti tidak akan bersikap tidak sopan kepadanya dan membiarkan dia melayani kalian," ujar lelaki itu. Kafilah kemudian bertanya, "Siapa gerangan pria tersebut?" "Dia adalah putra Husein bin Ali as, cucu baginda Rasulullah Saw. Dia adalah Ali Zainal Abidin bin Husein as," jawabnya.

Para anggota kafilah bergegas bangkit dari tempatnya. Dengan terburu-buru dan rasa malu, mereka mendatangi Imam Ali Zainal Abidin as. Mereka berkata, "Kami benar-benar merasa malu, mengapa engkau tidak memperkenalkan dirimu kepada kami? Mungkin saja kami telah merendahkan kamu karena ketidaktahuan kami dan kami akan menanggung dosa besar di sisi Allah."

Imam Ali Zainal Abidin as berkata, "Aku sengaja memilih kafilah kalian dan melakukan perjalanan bersama kalian. Ketika aku memilih kafilah yang mengenaliku, mereka akan mencurahkan kebaikan dan kasih sayang untukku karena rasa hormatnya kepada Rasulullah Saw, dan mereka tidak akan membiarkanku melakukan pekerjaan apapun. Oleh karena itu, aku ingin memilih kafilah yang tidak mengenaliku dan aku juga tidak memperkenalkan diri kepada mereka sehingga aku bisa dengan senang hati melayani teman-teman seperjalanan."

Kemuliaan akhlak dan perilaku Imam yang demikian bijak itu membuat siapa pun mengagumi beliau. Sejarawan Muslim terkenal, Ibnu Syahr Asyub menuturkan, "Suatu ketika Imam Ali Zainal Abidin as menghadiri sebuah pertemuan yang digelar Khalifah Umayah, Umar bin Abdul Aziz. Saat Imam meninggalkan pertemuan itu, Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada orang-orang di sekitarnya dan berkata, ‘Siapakah orang yang paling mulia di sisi kalian? Semuanya berkata, "Anda wahai khalifah!" Namun ia balik menjawab, "Bukan sama sekali! Orang yang paling mulia adalah sosok yang baru saja meninggalkan pertemuan kita. Semua kalbu dibuat terpesona olehnya hingga siapa pun ingin menjadi seperti dia."

Imam Ali Zainal Abidin sangat menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian terhadap masyarakat bukan diukur dari seberapa besar pekerjaan itu, tapi kualitas layanan dan ketulusan niatlah yang menjadi parameter dari bernilai atau tidaknya sebuah pekerjaan. Selain itu, pengabdian juga menumbuhkan sebuah ketenangan spiritual bagi seseorang yang bisa berbuat kebaikan kepada orang lain.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang berlaku baik dengan masyarakat dan tidak pernah ragu dalam membantu mereka, dan menjauhkan keburukannya dari orang lain."

Rabu, 03 Oktober 2018 05:12

Keagungan Hari Arafah

Salah satu amalan haji yang dilakukan pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah adalah wukuf di Arafah. Para haji setelah selesai melaksanakan umrah tamattu, bergerak ke Arafah. Arafah adalah sebuah gurun yang rata dan terletak di kaki sebuah gunung bernama Jabal Al Rahmah, 25 kilometer dari kota Mekah.

Tanah Arafah terletak di Tenggara Mekah. Para haji setelah mengenakan ihram dan menyelesaikan umrah tamattu bergerak ke tempat itu. Pada Hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah, para haji melakukan wukuf di Arafah, dan melantunkan doa dan munajatnya untuk mendapat rahmat Allah Swt. 

Pada kenyataannya, haji, di antara ibadah-ibadah lainnya adalah ibadah yang paling penuh rahasia dalam hubungan antara Tuhan dengan hamba-Nya. Sebuah ibadah yang setiap amalannya memiliki aspek lahir dan batin. Arafah, salah satunya. Setiap orang yang telah melewati wukuf Arafah akan merasakan makrifat hubungan antara dirinya dengan alam malakut. 

Arafah berarti pemahaman, pengetahuan dan pengenalan terhadap sesuatu disertai dengan perenungan akan dampak-dampaknya. Tanah Arafah disebut Arafah karena ia adalah sebuah wilayah yang jelas dan dikenal di antara gunung-gunung. Gurun Arafah sepanjang sejarahnya menjadi lokasi keberadaan nabi-nabi besar, seperti Nabi Adam as, Nabi Ibrahim as, Nabi Muhammad Saw dan Imam Husein as.

Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah keluar dari surga dan tiba di muka bumi, dan setelah terpisah sekian lama, bertemu kembali di tempat ini. Oleh karena itu, wilayah ini disebut Arafah dan harinya sebagai Hari Arafah. Sebagian kalangan mengatakan, Arafah berarti pengenalan, dan Nabi Ibrahim as di tempat ini dikenalkan tentang manasik haji oleh malaikat Jibril.

Dalam sebuah hadis, Imam Shadiq as terkait penamaan Arafah berkata, Jibril mengajarkan tentang Hari Arafah kepada Nabi Ibrahim as. Jibril berkata, akuilah dosa-dosamu dan kenalilah manasik, dan karena beliau mengakuinya, maka tempat itu dinamai Arafah. Nabi Muhammad Saw setelah menunaikan haji wada di tahun ke-10 Hijriah, menyampaikan khutbah bersejarah yang menghasilkan sebuah piagam Islam global dan menjelaskan garis pemisah dari seluruh ajaran-ajaran masa jahiliyah di hadapan para haji di Hari Arafah. 

Imam Husein as sore Hari Arafah, ketika bergerak keluar dari Mekah ke arah Karbala bersama Ahlul Bait as dan sahabat-sahabatnya, beliau keluar dari Gurun Arafah kemudian menuju Jabal Rahmah untuk memanjatkan doanya. Sebuah munajat yang sarat dengan kata-kata indah dalam dialognya dengan Tuhan. Kata-kata yang penuh dengan rasa cinta kepada Tuhan, sehingga bau wangi penghambaan akan selalu tercium di tempat ini hingga akhir masa. 

Kata Arafah dan doa saling bercampur serta berkaitan erat, sehingga semua orang mengenal Arafah sebagai doa dan munajat, dan waktu terbaik untuk berdoa adalah Hari Arafah. Di dalam doa terdapat pintu yang luas dan terbuka serupa dengan seluruh pintu kebahagiaan dan kebaikan. 

Membuka pintu itu lebih mudah dibandingkan dengan membuka pintu-pintu lainnya. Dari seluruh pintu kebahagiaan, hanya pintu doa saja yang bisa mengantarkan manusia ke seluruh tujuan, baik yang khusus maupun umum, tujuan duniawi maupun ukhrawi dan semua harapan serta cita-cita manusia. Arafah adalah sebuah hari ketika doa sangat dekat dengan ijabah.

Diriwayatkan, Imam Ali Zainal Abidin as di Hari Arafah mendengar suara seorang pengemis yang tengah meminta bantuan kepada masyarakat dan kepadanya beliau berkata, celakalah kamu, apakah kamu meminta sesuatu selain kepada Tuhan di hari ini, di saat harapan akan rahmat Tuhan meliputi bayi-bayi di dalam perut ibunya sehingga mereka berbahagia.

Oleh karena itu kewajiban terpenting seorang Mukmin di Hari Arafah, selain harus memperhatikan kasih sayang Tuhan, ia juga harus mengajak orang lain untuk memusatkan perhatiannya pada rahmat, pengampunan dan kasih Tuhan di hari penuh berkah ini, dan mintalah mereka untuk terus berdoa dan memohon kepada Tuhan.

Doa adalah hadiah Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia. Sungguh indah ketika berdoa di Hari Arafah, kita lebih dahulu mendoakan orang lain sebelum kita sendiri. Imam Shadiq as terkait dampak luar biasa lebih dulu mendoakan orang lain berkata, barangsiapa yang mendoakan saudaranya, malaikat berseru dari langit, Hai hamba Tuhan 200 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu. 

Malaikat yang lain dari langit ketiga berseru, Hai hamba Tuhan 300 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu. Malaikat yang lain dari langit keempat berseru, Hai hamba Tuhan 400 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu, begitu seterusnya hingga malaikat dari langit ketujuh.

Saat itu, Allah Swt berfirman, Aku tidak membutuhkan sesuatu apapun dan tidak akan pernah membutuhkan, wahai hamba Tuhan, ribuan dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu.

Poin penting yang perlu diperhatikan secara seksama di sini adalah, ketika Anda berdoa untuk orang lain, berarti Anda betul-betul menyayanginya dan siap memenuhi hak-haknya yang lain. Karena, jika tidak demikian, maka doa Anda tidak seperti yang dijelaskan dalam riwayat tersebut.

Pentingnya doa di Hari Arafah sedemikian tingginya sehingga Nabi Muhammad Saw yang kerap melaksanakan shalat Zuhur dan Asar dengan jeda waktu, di Hari Arafah melaksanakan kedua shalat itu tanpa jeda sehingga tersedia waktu yang lebih banyak untuk berdoa dan bermunajat. 

Salah satu doa yang paling indah dan mengandung makna yang dalam dan dibaca di Hari Arafah adalah Munajat Imam Husein as. Imam Husein as di dalam doa penuh makna itu, menjelaskan Tauhid dengan kalimat-kalimat luhur dan indah. Semangat irfan dan makrifat mencapai puncaknya di setiap baris doa ini. 

Imam Husein as di dalam doanya menjelaskan salah satu sisi dari nikmat tanpa akhir Tuhan untuk manusia di seluruh kehidupannya. Salah satu di antaranya, Imam Husein as mengatakan bahwa kasih sayang dan kesabaran seorang ibu adalah percikan kasih sayang Tuhan.

Setelah itu Imam Husein as menjelaskan tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat Ilahi dan menganggap dirinya tidak mampu bersyukur bahkan satu kalipun. Setiap baris doa ini adalah pintu dari cinta dan kasih sayang Tuhan yang dibuka bagi manusia. Makna terdalam doa ini menunjukkan bahwa Imam Husein as dengan seluruh wujudnya mencintai Allah Swt dan beliau merasakan kehadiran Tuhan di seluruh wujudnya.

Di salah satu bagian doanya, Imam Husein as bermunajat, Ya Tuhanku Engkaulah yang memberikan nikmat, Engkaulah yang berbuat baik, Engkaulah yang bersikap baik, Engkaulah yang memuliakan, Engkaulah yang membuatku mampu, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah menyempurnakan rahmat-Mu, Engkaulah yang memberi rizki, Engkaulah yang bertindak atas kemuliaan-Mu. 

Engkaulah yang menjauhkanku dari dosa, Engkaulah yang menutup dosa-dosa, Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa, Engkaulah yang menerima kekurangan, Engkaulah yang mencegahku berbuat dosa, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah yang mendukung, Engkaulah yang meneguhkan sikapku, Engkaulah yang memberi kesempatan, Engkaulah yang memberi kesehatan, Engkaulah berderma, Maha Agung Engkau Tuhanku, segala puji selamanya bagi-Mu.  

Akan tetapi aku, Wahai Tuhanku, mengakui seluruh kesalahanku, maka ampunilah aku. Akulah yang berbuat dosa, akulah yang berbuat salah, akulah yang berbuat bodoh, akulah yang berjanji, aku pula yang tidak menepatinya, akulah yang melanggar janji, akulah yang berikrar atas kejahatanku sendiri. Aku mengakui seluruh nikmat yang Engkau berikan kepadaku, aku mengakui semua dosa-dosaku dan tidak akan mengulanginya, maka ampunilah aku.

Rabu, 03 Oktober 2018 05:07

Haji dan Revolusi Diri

Haji adalah salah satu pilar agama Islam. Haji diwajibkan bagi setiap Muslim dan Muslimah merdeka yang memenuhi syarat berhaji menurut Al Quran, yaitu mampu secara finansial dan fisik (isthita'at) serta tidak punya halangan lain. Haji diwajibkan bagi seluruh Muslimin sekali seumur hidup setelah mempelajari tata cara dan manasiknya.

  لَبَّیْکَ ألَّلهُمَّ لَبَّیْک! لَبَّیْکَ لاشَریْکَ لَکَ لَبَّیْک!  إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَکَ وَالمُلْکَ لاشَریکَ لَکَ لَبَّیْک!

Ikrar Tauhid inilah yang sekarang sedang menggema di seluruh penjuru Mekah. Terdengar suara rintihan permohonan ampun dan cinta manusia-manusia yang menyambut undangan Tuhannya untuk datang ke tempat suci ini dari tempat-tempat yang jauh. Musim haji adalah momen untuk mengungkapkan rasa cinta dan penghambaan, kesempatan belajar dan melaksanakan amalan ibadah sehingga bisa mencapai puncak derajat ikhlas.

Salah satu surat Al Quran adalah surat Al Haj. Awal surat ini mengabarkan tentang guncangan di Hari Kiamat dan sampainya akhirat, kemudian baru membahas masalah haji. Dengan mengkaji ayat-ayat di Surat Al Haj, seolah-olah ada kesamaan antara Padang Mahsyar di akhirat kelak dengan ritual haji, sehingga Allah Swt mengaitkan keduanya. Ibadah haji dipelopori oleh Nabi Ibrahim as, seorang nabi terpilih yang dijuluki Tuhan sebagai "hanif" dan penuntut kebenaran mutlak serta memiliki keyakinan tauhid murni.

Keseluruhan ayat Surat Al Haj menjelaskan bahwa ibadah penting ini adalah sebuah rentang waktu yang mencakup upaya menjauh dari dunia beserta semua urusannya, penyucian diri dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilarang, dan hidup di tengah sebuah masyarakat manusia yang merupakan penampakan akhirat. Dalam rentang waktu ini, kita berusaha meraih keyakinan Tauhid murni dengan menjalankan serangkaian amalan dan manasik yang pelaku pertamanya adalah Nabi Ibrahim as.

Allah Swt, sehubungan dengan pelaksanaan ibadah haji berfirman dalam Surat Al Haj ayat 27-28, 

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka….."

Di ayat 97 Surat Ali Imran, Allah Swt berfirman, 

"…..mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah….."

Urgensitas haji dari satu sisi terkait dengan kesucian tempat dan kedudukannya. Allah Swt menyebut Ka'bah dan Masjidil Haram sebagai rumah-Nya yang dibangun bagi manusia untuk menyembah-Nya dan menjadikannya sebagai tempat yang penuh keberkahan dan membimbing umat manusia. Sebuah tempat yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas seperti Maqam Ibrahim dan barangsiapa yang memasuki Rumah Tuhan, maka akan selamat. Muslimin selain diwajibkan untuk berhaji, juga dianjurkan untuk selalu memperkokoh pusat Tauhid dan tempat memerangi syirik ini.

Amalan haji dilaksanakan di satu lokasi geografis tertentu bernama Mekah dan di waktu terbatas yang telah ditentukan. Setiap Muslimin dari segala penjuru dunia menenggelamkan diri dalam lautan luas haji dan membersihkan jiwanya di sana sehingga terlahir kembali menjadi manusia yang baru. 

Mungkin manusia hanya berkesempatan sekali untuk bisa menikmati kebahagiaan hadir di haji. Oleh karena itu, kesempatan ini jangan pernah disia-siakan. Akan tetapi di waktu yang terbatas ini, amalan haji diatur sedemikian rupa sehingga setiap orang bisa memanfaatkannya dengan optimal dan menciptakan perubahan besar di dalam dirinya.

Haji memiliki serangkaian tata cara dan manasik, yang di dalamnya setiap orang mengenal Rumah Tuhan, sejarah dan usianya, juga tempat diturunkannya wahyu serta peninggalan-peninggalan Nabi Muhammad Saw dan para Imam Maksum as. Jelas bahwa menghidupkan sejarah Islam dengan berbagai kenangan baik dan buruknya di setiap sudut kota suci Mekah dan Madinah, dapat memberikan pengenalan luas kepada manusia. 

Dengan kata lain, di dalam haji setiap orang kembali diingatkan tentang sejarah Islam. Kehadiran jemaah haji di berbagai tempat di Mekah, mulai dari Gua Hira sampai Arafat, Mina dan masjid-masjid di Madinah, menyadarkan mereka tentang hukum, makrifat dan tersebarnya ajaran Maksumin as ke seluruh dunia.

Selain itu, pengenalan dan dialog dengan Muslimin dari berbagai negara dengan beragam budaya dan bahasa, menjadikan haji sebagai sebuah kongres besar umat manusia. Pertemuan agung ini menyebabkan kemajuan dan kesadaran serta perencanaan yang benar bagi Muslimin untuk memanfaatkan seluruh potensi dan memajukan masyarakat Islam. Di sisi lain, karena menyambungkan manusia dengan Tauhid dan sumber eksistensi, haji berpengaruh besar pada perubahan dan pembangunan jiwa manusia. 

Secara umum, haji bukanlah ibadah individu semata, tapi serangkaian amal yang meliputi berbagai dimensi kehidupan manusia mulai dari politik, sosial, ekonomi sampai budaya. Amalan haji membawa manusia kepada Tuhan dan kesempurnaan, juga menciptakan pemandangan indah dari sebuah keseragaman manusia. Ibadah ini menunjukkan bahwa setiap manusia, terlepas dari suku bangsa dan warna kulitnya, semua di hadapan Tuhan adalah sama sebagai makhluk-Nya dan satu-satunya ukuran keunggulan mereka adalah ketakwaan.

Jelas, untuk mencapai derajat takwa, seorang manusia harus belajar penghambaan dan menyiapkan dirinya di jalan ini. Haji adalah media untuk menunjukkan jiwa penghambaan kepada Allah Swt. Setiap manusia akan merasakan nikmatnya munajat kepada Sang Pencipta di dalam haji dan memanfaatkan rahmat dan berkah Ilahi. Kedekatan diri kepada Tuhan ini membebaskan manusia dari penghambaan kepada materi dan kekuasaan penindas, serta menciptakan gelombang kemuliaan, kekuataan dan ketenangan dalam diri manusia dan masyarakat.

Poin penting lainnya adalah, haji bertujuan untuk melakukan jihad melawan hawa nafsu, memperbaiki diri dan meraih sifat takwa. Jemaah haji dalam perjalanan ruhani ini harus selalu mengingat Tuhan dan menghadirkan-Nya di setiap saat serta menganggap-Nya sebagai pengawas. Meski bermaksud menuju Ka'bah dan Masjidil Haram, namun hakikatnya adalah berziarah dan menemui Allah Swt. Dari sisi keberkahan dan keagungan, ibadah haji merupakan salah satu cita-cita terbesar Maksumin as. Dalam lantunan munajat Maksumin as di doa bulan Ramadhan, kita membaca,

"Ya Allah berilah kesempatan kepada hamba untuk berhaji dan menziarahi Baitul Haram tahun ini dan di tahun-tahun berikutnya."

Amalan dan manasik haji dengan seluruh kesulitannya, merupakan ujian untuk mengukur keikhlasan dan keimanan manusia. Imam Ali as di dalam kitab Nahjul Balaghah , Khutbah ke-192 mengatakan, “Apakah kamu tidak melihat hakikat yang begitu jelas bahwa Tuhan menguji seluruh manusia mulai dari yang pertama di masa Nabi Adam as sampai manusia terakhir di dunia ini. Maka dari itu Tuhan menempatkan rumah-Nya di wilayah bebatuan yang paling jarang ditumbuhi tumbuhan dan di lembah yang paling sempit, di antara pegunungan dan gurun pasir yang panas, dengan mata air yang kering dan tidak ada satupun hewan yang bisa diternakkan baik unta, sapi maupun kambing.”

Imam Ali as melanjutkan, “Jika Tuhan berkehendak, Dia bisa membangun Ka'bah dan tempat-tempat peribadatan besar-Nya di tengah-tengah taman asri, sungai-sungai jernih yang mengalir, di padang rumput yang ditumbuhi pepohonan dengan beraneka ragam buah, di dekat bangunan-bangunan yang saling tersambung dan di dekat lahan pertanian gandum berwarna emas, di sebuah taman yang hijau dan dipenuhi tumbuhan, atau wilayah yang memiliki sumber air melimpah.

Jika itu Dia lakukan, maka pahala jemaah haji, karena mudahnya ujian, akan sedikit. Jika batu fondasi Ka'bah dan batu dinding, semuanya dari zamrud hijau dan yakut merah serta cahaya, maka keraguan di dalam hati akan berkurang, jangkauan dan upaya Iblis akan terbatas dan kegelisahan manusia akan sirna. Akan tetapi Tuhan menguji makhluknya dengan berbagai cara, sehingga kesombongan hilang dari hatinya dan rendah hati menancap di lubuk hatinya. Semuanya adalah pintu yang terbuka menuju rahmat-Nya dan media yang mudah untuk memaafkan dan mengampuni makhluk-Nya.”

Haji adalah hijrah dan kembali kepada jati diri sebenarnya. Haji yang hakiki adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhanya, dan Ka'bah adalah tempat yang diharapkan untuk bertemu dengan-Nya. Begitu banyak orang yang melemparkan kesombongan dirinya di Mina, mengharapkan keselamatan jiwa dan hatinya di Shafa dan melantunkan kegembiraannya di Masy'ar, dan begitu banyak orang yang terbebas dari berbagai ketergantungan, dalam hijrah dan perjuangan suci ini.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Senin (1/10) saat bertemu dengan panitia penyelenggara ibadah haji menekankan urgensitas penyampaian pesan politik haji Revolusi Islam ke dunia Islam.

Ayatullah Khamenei menilai perintah Allah Swt kepada umat Muslim untuk berkumpul di satu tempat dan satu waktu  untuk melaksanakan kewajiban ibadah haji membawa pesan politik penting seperti urgensitas interaksi dan sinergi umat muslim serta menunjukkan kekuatan umat Islam.

"Selain sisi spiritualitas haji yang sangat penting, realita penting ini dan tujuan Islami (sisi politik haji) juga harus dipopulerkan serta diprogram dan dilaksanakan," papar Rahbar.

Rahbar menyebut interaksi seluruh umat Islam di haji, menyampaikan pesan revolusi Islam kepada para peziarah dan menghapus keraguan serta ambiguitasnya, peluang untuk menciptakan atau memperkuat hubungan Iran dengan seluruh negara Islam dan hidup bersahabat dengan mazhab Islam lainnya termasuk pesan politik dan penting bagi seluruh dunia Islam di ritual haji.

"Haji haru membuat Republik Islam Iran bangga, oleh karena itu sisi politik tidak boleh dilupakan dan Haji Ibrahimi adalah haji pasca Revolusi Islam dengan haji sebelumnya serta haji negara-negara yang tidak merasakan sendi-sendi Islam serta revolusi Islam sangat berbeda," ungkap Rahbar.

Seraya mengisyaratkan sabotase pemerintah Arab Saudi terhadap acara pembacaan doa Kumail, Rahbar menambahka, harus ada upaya besar dan inisiatif untuk melewati kendala ini.

Ayatullah Khamenei di kesempatan tersebut juga mengkritik keras aksi perusakan besar-besaran terhadap warisan bersejarah Islam seperti peninggalan Rasulullah Saw, Imam Ali bin Abi Talib, para khalifa dan pejuang era pertama Islam dengan alasan pengembangan haji.

"Ketika berbagai negara lain dengan gigih mempertahankan warisan bersejarah mereka dan bahkan terkadang tak segan-segan melakukan distorsi sejarah demi menunjukkan warisan mereka bernilai tinggi, tapi kini banyak peninggalan Islam di Mekah dan Madinah justru dihancurkan," kata Ayatullah Khamenei.

Rahbar memberi instruksi kepada Organisasi Haji dan Ziarah Republik Islam Iran dan lembaga terkait untuk melaksanakan tugasnya dan  melakukan kontak dengan pejabat haji negara Islam lainnya demi mencegah perusakan warisan Islam.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…