
کمالوندی
Tips Mengatasi Depresi Menurut Islam 2
Dewasa ini depresi sulit dihindari dalam kehidupan manusia modern. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa depresi menjadi salah satu penyebab utama berbagai penyakit dan gangguan mental. Meski demikian, sebagian orang dengan mudah mampu menghadapinya.Tapi sebagian orang lainnya tidak mampu menghadapinya, dan membiarkan depresi mengganggu kehidupannya. Akibatnya muncul berbagai masalah besar yang menimpa kehidupan mereka.
Lalu, mengapa demikian ? Faktor apa yang menyebabkan sebagian orang mampu menghadapi depresi yang menimpanya, tapi sebagian lainnya tidak. Pada acara ini kita akan mengupas mengenai faktor-faktor tersebut.
Penelitian yang dilakukan para psikolog memperlihatkan adanya hubungan langsung antara kesehatan fisik, mental dan spiritual dengan keyakinan beragama dan interaksi dengan Allah Swt. Penurunan depresi, peningkatan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis penyakit, dan juga kestabilan tekanan darah adalah termasuk dampak-dampak positif doa dan munajat. Sebuah riset yang dilakukan oleh Universitas Louisville, AS terhadap perempuan penderita kanker di tahun 2001, menunjukkan kesimpulan menarik. Mereka menemukan bahwa perempuan dengan motivasi spiritual yang tinggi memiliki sistem kekebalan tubuh lebih kuat dibanding orang-orang yang mengabaikan spiritualitas.
Alexis Carrel, ahli bedah dan pakar biologi Perancis dalam bukunya yang berjudul "Man, the Unknown (1935)" menulis, "Doa dan munajat memiliki pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan...."
Doa merupakan salah satu cara untuk memohon bantuan dari Allah swt. Doa dan munajat adalah interaksi berkelanjutan dan terus-menerus antara manusia dengan pencipta alam semesta. Ketenangan jiwa merupakan salah satu dampak positif dari interaksi tersebut. Padahal ketenangan jiwa merupakan kebutuhan seluruh manusia. Apalagi di dunia modern saat ini terutama di Barat, ketika kebanyakan orang menderita masalah psikologis seperti depresi. Islam sangat menekankan masalah doa yang merupakan media menjalin hubungan mental dan spiritual dengan Yang Maha Kuasa. Dalam al-Quran surat al-Gafir ayat 60, Allah Swt berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina."
Dalam kondisi sulit dan terhimpit problematika kehidupan, doa membantu manusia meringankan beban hidupnya. Rasulullah Saw bersabda, "Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin." Selain itu, dalam surat Ar-Ra'd ayat 28, Allah Swt berfirman, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
Selain doa, Islam juga mengajarkan shalat yang merupakan ibadah ritual sekaligus cara terbaik untuk meredakan depresi. Dewasa ini, ilmu medis menunjukkan bahwa kebahagiaan manusia dipengaruhi oleh perubahan susunan kimia dalam tubuh manusia. Contoh, emosi tanpa sebab yang biasa muncul pada pagi hari disebabkan perubahan atau banyak dan sedikitnya sejumlah komposisi kimia pada darah.Meningkatnya cortisol dalam tubuh manusia dapat membuat manusia bahagia. Hormon itu bertambah saat pagi hari. Jika seseorang bangun tidur pada pagi hari, ia akan merasakan keceriaan tersendiri yang tentunya akan berpengaruh dalam kehidupannya. Untuk itu, para psikolog berkeyakinan bahwa ibadah dan shalat di pagi hari akan membantu manusia tampil ceria dan bahagia sepanjang hari. Di samping itu, shalat dan ibadah yang merupakan perjalanan spiritual, juga berperan penting dalam kebahagiaan manusia.
Pada intinya, kewajiban shalat Subuh mendorong seseorang bangun di pagi hari. Melalui bangun pagi, manusia akan merasakan keceriaan sepanjang hari. Apalagi aktivitas pertama pada pagi hari dimulai dengan beribadah kepada Allah Swt. Banyak penemuan ilmiah yang berhubungan dengan shalat Subuh. Selain itu, banyak riwayat yang membicarakan dampak shalat dalam kesehatan dan kebahagiaan jiwa. Para psikolog menyebut bangun pagi dan ibadah pada saat itu sebagai salah satu faktor yang mengantisipasi gangguan mental.
Sejumlah psikolog meyakini bangun pagi dan beribadah saat itu sebagai salah satu cara mengantisipasi depresi. Al-Quran juga menekankan doa dan ibadah pada pagi hari. Ibadah pada pagi hari sangat bermanfaat, bahkan dapat menyebabkan berkurangnya gangguan mental. Shalat membangunkan setiap orang yang tidak lalai kepada Allah Swt, pada pagi hari. Pada hakekatnya, seseorang ketika bangun pagi dan beribadah, dapat mengurangi tekanan jiwanya dan membangkitkan keceriaan sepanjang hari. Pada pagi hari, seseorang melakukan kontak ibadah kepada Allah Swt dan memenuhi kebutuhan spiritualnya, sehingga ia memulai harinya dengan rasa tawakal dan percaya diri. Imam Ali as bersabda, "Allah Swt setiap kali menghendaki kebaikan bagi hambanya, menuntunnya untuk mengurangi tidur, makan dan berbicara."
Selain Shalat, Islam juga menganjurkan untuk membaca al-Quran sebagaicara menghadapi depresi. Dalam al-Quran surat al-Isra ayat 82, Allah swt berfirman, "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian."
Di antara masalah penting yang dikaji kalangan psikolog adalah kepribadian yang stabil dan labil. Depresi menyebabkan orang berkepribadian labil, mempunyai sikap yang berubah-rubah dan tidak memiliki kekuatan dalam mengambil sikap yang tetap. Sejumlah psikolog mengungkapkan bahwa shalat dapat mengatasi penyakit seperti ini, bahkan dapat dikatakan sebagai obat yang paling ampuh untuk mengatasi masalah ini.
Dr Majid Malek Mohammadi mengatakan, "Salah satu karakter menonjol orang yang mengerjakan shalat adalah patuh terhadap ajaran agama dan berjalan di garis yang lurus. Dengan mengulangi zikir-zikir dalam shalatnya yang dikerjakan setiap hari, ia mengingat kembali serangkaian keyakinannya. Dampaknya, ia akan memiliki pribadi yang tangguh. Untuk itu, shalat yang dilakukan berulang-ulang dapat mengokohkan kepribadian dan keseimbangan mental. "
Islam mengajarkan berbagai cara untuk menghadapi depresi akibat berbagai masalah dalam kehidupan. Selain keimanan dan tawakal kepada Allah swt, ada juga cara lain seperti membaca al-Quran dan merenungi isinya, berdoa, dan shalat sebagai cara untuk mengatasi depresi. Tidak hanya itu, agama Islam juga memberikan cara lain untuk meredakan depresi seperti hubungan yang baik dengan keluarga dan berakhlak mulia kepada masyarakat.
Secara psikologis orang yang memiliki ikatan hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat lebih mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Untuk itu, ia dengan mudah mampu mengatasi depresi yang menimpanya. Saking pentingnya masalah ini, agama Islam begitu menekankan hubungan sosial yang baik. Bahkan sebagian besar ibadah yang dilakukan manusia selain berdimensi individu justru sebagian besar berdimensi sosial. Hubungan sosial yang baik selain menciptakan ketentraman bagi individu dan orang lain.
Tips Mengatasi Depresi Menurut Islam
Manusia semakin maju dari sisi pemakaian teknologi-teknologi baru dan bersamaan dengan itu, kehidupan ala mesin yang dijalani oleh mereka menjadi kian kompleks. Kehidupan seperti ini senantiasa dibayangi dengan depresi dan tekanan mental, yang tampak dalam berbagai jenis penyakit fisik dan mental. Terapi medis terhadap penyakit-penyakit itu merupakan sebuah solusi temporal dan gejala-gejalanya muncul kembali ketika proses pengobatan dihentikan.
Psikologi modern dan temuan-temuan ilmiah memberikan beberapa solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan ilmu psikiatri menaruh perhatian besar untuk menghilangkan faktor-faktor yang merampas ketenangan mental manusia. Faktanya adalah bahwa rutinitas dan aktivitas sehari-hari manusia secara praktis mencegah mereka untuk memikirkan hal-hal yang diciptakan oleh Tuhan untuk ketenangan dan kebahagiaan manusia. Saat ini, kebanyakan manusia modern menempuh cara lain untuk menyelesaikan gangguan-gangguan mental mereka.
Ajaran agama khususnya Islam memberikan tips-tips untuk menyelamatkan manusia dari kekhawatiran tersebut. Perbedaan utama tips itu dengan temuan-temuan manusia terletak pada pengetahuan mutlak Tuhan terhadap semua ciptaannya dan rahasia-rahasia mereka dan solusi ini juga bersumber dari wahyu serta bersifat komprehensif. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana agama dapat menghadirkan ketenangan mental dan jiwa kepada manusia? Sebuah poin yang tentunya telah dijawab oleh Islam. Ajaran-ajaran agama membantu manusia untuk mengurangi depresi dan memperkenalkan kepada mereka kiat-kiat mengatasi gangguan mental.
Kitab suci al-Quran mendidik manusia dengan ajaran-ajaran luhur Islam dan melindungi mereka dari berbagai penyakit mental. Seorang individu yang memahami realitas dunia dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Tuhan, tidak akan pernah khawatir terhadap banyak masalah yang ditakuti oleh orang lain dan mereka melihat hakikat sesuai dengan wujud aslinya. Individu seperti ini bersandar pada kekuatan mutlak Tuhan dan tidak ada kekuatan lain yang dapat mempengaruhinya serta tidak takut terhadap faktor-faktor lain.
Dalam surat al-Baqarah ayat 112, Allah Swt berfirman, "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Orang-orang yang menerangi hatinya dengan cahaya iman, mereka tidak menyaksikan fenomena lain di dunia ini kecuali kebaikan, keindahan, dan kemaslahatan. Akan tetapi, orang-orang yang tidak memiliki interaksi dengan Tuhan dan tidak bersahabat dengan-Nya, mereka akan didera kegelisahan, depresi, dan kesendirian ketika menghadapi masalah. Sementara orang-orang yang beriman tidak pernah merasa sendiri dan tanpa penolong. Saat mereka menghadapi musibah dan cobaan, mereka menemukan Tuhan sebagai penolong dan selalu siap membantu mereka keluar dari kesulitan.
Selain itu, iman akan menjernihkan pandangan serta menjauhkan manusia dari angan-angan dan ilusi. Mereka tidak mengizinkan dirinya disibukkan dengan khalayan dan menghabiskan umurnya dengan sia-sia. Oleh karena itu, individu yang taat tidak membiarkan depresi dan tekanan mental menguasai dirinya.
Kekuatan spiritual termasuk di antara banyak kiat yang ditawarkan oleh Islam untuk mengatasi tekanan mental. Nilai-nilai iman memainkan peran signifikan dalam menghadapi situasi-situasi yang penuh tekanan. Kebanyakan orang percaya bahwa ketakwaan dan keimanan merupakan cara yang baik untuk mengatasi problema hidup. Keyakinan kita bahwa Tuhan selalu hadir bersama kita dengan sendirinya akan menghilangkan segala bentuk ketakutan. Ketika kita menemukan Tuhan Yang Maha Pengasih ada di setiap tempat dan waktu, kita tidak lagi takut terhadap semua masalah.
Dengan hilangnya rasa takut, pada dasarnya kita telah berhasil mengatasi salah satu faktor utama depresi dalam hidup kita, dan ini tidak akan diperoleh kecuali di bawah cahaya iman dan kekuatan spiritual. Sebenarnya, perasaan bahwa Tuhan selalu hadir bersama kita dan siap membantu kita, adalah penjamin terciptanya keamanan dan ketenangan mental. Dalam surat Al-An'am ayat 82, Allah Swt berfirman, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Tawakkal kepada Allah Swt merupakan faktor lain untuk mengobati depresi dan tekanan mental. Sifat ini membantu pemperkuat tekad dan mencegah pengaruh-pengaruh negatif yang merusak mental. Hasilnya, seorang individu akan sukses mencapai tujuannya dan ia siap menerima kegagalan karena yakin bahwa Tuhan lebih mengetahui maslahat manusia dan ia tidak terpukul dari segi mental. Dengan bertawakkal kepada Tuhan, manusia selain wajib melaksanakan semua tugasnya dengan benar, juga menyerahkan semua urusannya kepada Tuhan. Dengan begitu, ia tidak berkecil hati atas setiap masalah dan yakin bahwa Tuhan Maha Mengetahui maslahat manusia.
Dalam surat at-Talaq ayat 3, Allah Swt berfirman, "Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
Faktor lain untuk melawan depresi menurut Islam adalah meyakini takdir dan ketentuan Tuhan. Dalam ajaran Islam, keyakinan seperti ini termasuk dari derajat tinggi iman. Dalam surat at-Taubah ayat 51, Allah Swt berfirman, "Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." Keyakinan seperti ini membantu seseorang dalam menghadapi berbagai kesulitan dan masalah. Dengan kata lain, keyakinan akan ketetapan Tuhan, mencegah seseorang dari kegelisahan dan keterpurukan.
Salah satu faktor yang menciptakan kekhawatiran dan depresi bagi banyak orang adalah masalah ekonomi dan pendapatan. Mengenai masalah ini, Islam menekankan bahwa seorang mukmin tidak perlu khawatir terhadap rezeki, sebab Tuhan adalah Dzat pemberi rezeki dan pemilik segala sesuatu. Tentu saja, seorang mukmin harus bekerja keras untuk memperoleh rezeki, tapi tidak boleh takut terhadap kemiskinan. Dia harus selalu rela dengan ketetapan dan kehendak Tuhan. Oleh karena itu, masalah ekonomi dan materi jangan sampai menghalangi seseorang untuk meraih tujuan-tujuan besarnya.
Seorang mukmin harus selalu optimis dengan janji-janji Ilahi dalam mengatasi berbagai problema dan menjaga ketenangannya. Optimisme ini akan mencegah kehancuran manusia, menjauhinya dari kegelisahan dan depresi, serta membuat ia selamat. Tuhan pastinya juga punya solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah manusia. Manusia secara fitrah mencari Tuhan sebagai tempat sandaran abadi. Akan tetapi, kesibukan duniawi terkadang membuatnya lalai dan hancur akibat terjangan masalah. Namun, insan yang diperkenalkan oleh Islam adalah sebuah makhluk yang tidak akan memperoleh kebahagiaan kecuali dengan mengingat Tuhan. Rasul Saw bersabda, "Zikir kepada Allah akan menyembuhkan hati."
Mengingat Tuhan akan membuat seseorang merasa dekat dengan-Nya dan menikmati kedamaian yang luar biasa. Hal ini akan membangkitkan rasa percaya diri, memberi kekuatan, keamanan, dan ketenangan. Mengingat Tuhan akan menentramkan hati dan jiwa, mencegah seseorang dari depresi, dan mengarahkannya untuk bergerak pada rel asli kehidupan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa "Allah akan mengingat dan menyayangi hamba mukmin dengan mengirimkan masalah dan kesulitan. Sama seperti seseorang yang baru pulang dari perjalanan jauh dengan membawa hadiah kepada keluarganya."
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah 3
Tak syak, satu dari faktor penting keberhasilan Nabi Saw dalam menyebarkan budaya dan peradaban Islam adalah sikap beliau yang taat kepada hukum. Nabi Muhammad Saw sangat perhatian terkait pelaksanaan hukum-hukum ilahi.
Ketika orang-orang berlaku buruk kepada pribadinya, yang dilakukan adalah memaafkan mereka, tapi ketika ada yang melanggar hukum-hukum ilahi, Nabi Saw tidak akan memaafkannya. Karena hukum adalah pelindung keamanan dan penopang eksistensi masyarakat. Nabi Saw sangat serius dalam menjaga pelaksanaan hukum dan tidak akan mengorbankan masyarakat demi seseorang.
Ayatullah Jakfar Sobhani, marji besar Iran terkait sikap para pemimpin agama menulis, "Pribadi-pribadi langit pasti melaksanakan undang-undang ilahi dengan berani dan tidak mengikutkan perasaan, hubungan keluarga serta kepentingan materi. Nabi Muhammad Saw merupakan pelopor dalam pelaksanaan hukum-hukum Islam." Nabi Saw sebagai pemimpin yang taat undang-undang secara nyata membuktikan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang displin, maka itu harus dimulai dari pemimpinnya yang taat kepada hukum.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Saw untuk membentuk pemerintah, sementara dalam proses pembentukan pemerintah yang paling penting adalah jaminan pelaksanaan hukum-hukum ilahi. Pemerintahan agama dan ilahi akan memberikan kesucian bagi kehidupan manusia di seluruh dimensinya lewat pelaksanaan hukum-hukum ilahi.
Dari sini, pemerintahan islam pada dasarnya adalah pemerintahan hukum ilahi atas manusia. Yakni, pemerintahan Islam sendiri bukan prinsip, tapi sarana yang tujuannya adalah melaksanakan hukum-hukum ilahi. Penerapan undang-undang yang baik bakal menciptakan keadilan, kesejahteraan, keteraturan, pertumbuhan dan kemajuan di tengah masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan hukum tanpa pilih kasih.
Nabi Muhammad Saw berusaha keras untuk mengikis kebiasaan Jahiliah, merasa superior di banding yang lain dan jurang sosial di antara warga Arab yang muslim. Untuk itu sudah banyak langkah yang ditempuh oleh beliau, sehingga jelas bagi semua bahwa antara orang miskin dan budak tidak ada bedanya dari sisi kemanusiaan dengan orang-orang kaya dan tokoh. Rasulullah Saw dalam menjalankan undang-undang hanya memperhatikan kebenaran dan tidak pernah pilih kasih.
Beliau menilai upaya mempertahankan undang-undang sebagai faktor yang menjaga keselamatan rakyat dan pemerintah. Sebaliknya, melawan hukum bakal menjerumuskan masyarakat kepada kehancuran. Itulah mengapa beliau dengan tegas melarang adanya diskriminasi dalam pelaksanaan undang-undang. Beliau bersabda, "Bani Israil binasa dikarenakan satu sebab dimana mereka menjalankan hukum hanya untuk orang kecil, sementara mereka tidak menerapkannya kepada para tokoh dan orang-orang berpengaruh."
Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengizinkan seseorang menilai dirinya lebih tinggi dari undang-undang. Dengan dasar ini, Nabi Saw selama masa risalahnya mencegah setiap bentuk penyalahgunaan dari orang-orang terdekatnya. Beliau tidak pernah memberikan kesempatan kepada mereka dengan alasan kekeluargaan atau kedekatan dengannya untuk mendapatkan perlakuan istimewa di tengah-tengah masyarakat.
Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa ketika diturunkan ayat zakat, beberapa orang dari Bani Hasyim mendatangi Nabi Saw dan memohon agar mereka diberi tanggung jawab mengumpulkan zakat dengan alasan kedekatan keluarga. Karena mereka tahu bahwa orang yang membagikan zakat termasuk orang-orang yang mendapat bagian zakat. Nabi Saw bersabda, "Sedekah dan Zakat diharamkan kepada saya dan Bani Hasyim." Setelah itu beliau menambahkan, "Apakah kalian berpikir bahwa saya dan kalian lebih baik dari yang lain?"
Sepanjang masa risalahnya, Nabi Muhammad Saw senantiasa menjadikan keadilan sebagai pedoman segala aktivitasnya. Imam Ali as dalam menjelaskan sirah Nabi Saw berkata, "Jalan dan perilaku beliau seimbang, metodenya benar dan kokoh, ucapannya mencerahkan kebenaran dari kebatilan dan hukum yang dikeluarkannya bersifat adil."
Satu dari simbol persamaan dalam sirah Nabi Muhammad Saw adalah kesamaan khumus, zakat dan sedekah yang harus dikeluarkan oleh umat Islam. Model pajak yang diambil dari semua pemasukan dan kekayaan setiap muslim yang lebih dari ketentuan yang ada dan tidak ada yang mendapat keistimewaan dalam hal ini. Sebagian besar pemasukan dari pajak ini dialokasikan untuk orang-orang yang tidak mampu dan miskin. Dengan demikian, kekuasaan dan kekayaan tidak bertumpuk pada sekelompok orang saja, sekaligus mencegah kemiskinan dan menjadi sarana bagi keadilan sosial.
Satu lagi dari kelaziman persamaan dalam sebuah masyarakat adalah tersedianya fasilitas yang sama bagi semua masyarakat untuk tumbuh dan menyempurna. Salah satu contoh pentingnya adalah fasilitas pendidikan. Yakni, dalam sebuah masyarakat, setiap orang tanpa memandang kelompok masyarakat tertentu, hanya dapat melanjutkan pendidikannya berdasarkan kelayakan dan potensi yang dimilikinya. Dengan usaha keras seseorang dapat melewati pelbagai tahapan kesempurnaan dan kelayakan.
Sekaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Menuntut ilmu bagi setiap muslim adalah wajib." Dari hadis ini dapat dipahami bahwa diskriminasi dalam pendidikan dan upaya mendapatkan pendidikan yang layak serta fasilitasnya tidak memiliki tempat dalam sirah Nabi Saw. Gerakan universal ini dan pernyataan Rasulullah tentang persamaan dalam menuntut ilmu akan mendapat tersendiri dengan melihat kondisi waktu itu yang sarat diskriminasi dalam segala bidang. Pada waktu itu hanya orang mampu dan kaya saja yang mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu, tapi di Madinah, kota Nabi Saw tidak terlihat lagi tanda-tanda diskriminasi semacam itu.
Dalam sirah perilaku Nabi Muhammad Saw, keadilan dalam menjalankan hukum dilakukan dengan bentuknya yang paling sempurna. Dinukil dalam peristiwa penaklukan kota Mekah, ada seorang perempuan dari kabilah Bani Makhzum yang melakukan pencurian dan dari sisi pengadilan telah terbukti bahwa ia mencuri. Keluarga perempuan itu yang masih mengikuti pola sistem kelas sosial di masa Jahiliah menilai pelaksanaan hukuman terhadap perempuan itu menjadi noktah hitam bagi keluarga besarnya. Oleh karenanya, mereka berusaha untuk menghentikan pelaksanaan hukuman itu.
Mereka mengirim Usamah bin Zaid yang sama dicintai Rasulullah Saw seperti ayahnya agar Nabi Saw sudi memberikan pengampunan. Tapi ketika Usamah hendaknya membuka mulut meminta pengampunan, wajah Nabi Saw terlihat marah dan dengan keras berkata, "Di mana ada tempat pengampunan? Apakah boleh kita tidak melakukan hukum ilahi?" Usamah mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan langsung meminta maaf kepada Rasulullah.
Sore hari itu juga, Rasulullah Saw menyampaikan pidatonya di hadapan umat Islam demi menghilangkan pikiran diskriminasi dalam pelaksanaan hukum dari benak masyarakat. Beliau berbicara tentang masalah keadilan dalam melaksanakan undang-undang dan bersabda, "Umat-umat terdahulu mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran dikarenakan melakukan diskriminasi dalam melaksanakan hukum. Bila ada satu dari kalangan priyayi melakukan kesalahan, mereka tidak menghukuminya, tapi bila orang tidak mampu melakukan kesalahan yang sama, mereka langsung menghukumnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya! Saya akan tegar dan tegas dalam melaksanakan keadilan, sekalipun pelaku kejahatan itu adalah dari keluargaku."
Bila diperhatikan,Nabi Muhammad Saw tidak melakukan diskriminasi dalam melaksanakan undang-undang dan tidak menerima wasilah siapapun untuk memaafkan pelaku kejahatan. Nabi Saw begitu keras melarang umat Islam untuk meliburkan hukum ilahi. Beliau melaksanakan semua hukum ilahi secara adil terhadap semua orang, bahkan kepada dirinya sendiri.
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah 2
Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya bahwa undang-undang dan supremasi hukum telah menjadi perhatian manusia sejak awal kehidupan sosialnya.
Sepanjang sejarah, banyak orang yang berusaha menyusun undang-undang dan memberikan kekuatan hukum padanya demi mencipakan keteraturan di tengah masyarakat dan atau memiliki tujuan lainnya. Tapi pengalaman manusia menunjukkan bahwa undang-undang manusia ternyata tidak mampu menciptakan masyarakat yang taat hukum. Karena ketaatan terhadap hukum menjamin kebahagiaan manusia di seluruh bidang. Bahkan boleh dikata para pelaksana undang-undang juga tidak menjaga kehormatan undang-undang dan juga tidak mengamalkannya.
Satu-satunya undang-undang yang dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan taat hukum adalah undang-undang ilahi. Begitu juga hanya para nabi dan pengganti mereka yang benar-benar taat hukum dan menjadikan hukum sebagai pedoman aktivitas mereka serta mengamalkannya dengan baik dan benar. Hanya mereka yang benar-benar menjaga kehormatan hukum ilahi. Di antara undang-undang ilahi, ajaran Islam yang memberikan kehidupan ini merupakan yang paling sempurna dari sekian undang-undang ilahi yang pernah diturunkan oleh Allah Swt. Ajaran Islam sebagai penyempurna semua undang-undang ilahi dan dibawa oleh pamungkas para nabi.
Hasil pertama dari undang-undang adalah keteraturan dan undang-undang sama dengan menghormati aturan. Menyepelekan undang-undang yang mengawasi perilaku sosial manusia yang paling sederhana sekalipun dapat merusak wajah masyarakat, bahkan bisa menciptakan krisis dan kebuntuan. Dalam sebuah masyarakat yang tidak menghormati supremasi hukum, maka dapat dibayangkan setiap orang dapat melakukan perbuatan apa saja yang diinginkannya. Dan ini merupakan kondisi terburuk yang bisa dibayangkan dalam sebuah masyarakat. Stress, kerusuhan dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain menjadi hasil alami dari ketiadaan hukum.
Ketika al-Quran diturunkan kepada manusia, masyarakat Arab waktu itu tidak teratur, terpisah dan berpecah belah. Tapi al-Quran berhasil memperbaiki masyarakat terkebelakang masyarakat Arab itu dengan ajaran lahit yang benar seperti disebutkan dalam al-Quran, "... dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya ..." (QS. Ali Imran 103)
Sesuai dengan ayat-ayat al-Quran, ciri khas lain dari masyarakat Arab waktu itu adalah syirik, mengingkari Ma'ad atau hari kebangkitan, percaya hal-hal khurafat, kebobrokan moral, penindasan, menaati setan, kebodohan dan kesesatan. Di tengah-tengah semua kebobrokan, kesulitan dan perpercahan yang ada di masyarakat Arab waktu itu, Allah Swt menurunkan al-Quran. Dengan demikian, al-Quran berhasil mengubah nasib masyarakat Arab waktu itu dengan undang-undang yang komprehensif. Undang-undang ilahi menggantika segala kecemasan dengan ketenangan, kekacauan dengan keteraturan, kebuasan dengan persahabatan dan lain-lain. Kinerja agama dapat terulang kembali di setiap masa. Setiap masyarakat yang ingin berjalan dengan kaidah agama dapat meriah kebahagiaan.
Satu lagi harapan dari supremasi hukum adalah menciptakan keadilan. Yakni, semua menginginkan undang-undang dilaksanakan secara adil. Undang-undang harus tidak berpihak dan menentukan hak setiap orang dengan adil. Sekaitan dengan hal ini, diharapkan undang-undang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga akal sehat dan hati nurani manusia dapat menerimanya. Undang-undang yang adil harus berdasarkan akal dan sesuai dengan kebutuhan riil manusia, bukan mengikuti kepentingan kelompok dan hawa nafsu pribadi.
Al-quran menyebut tujuan pengutusan para nabi dan pengiriman kitab langit untuk menegakkan keadilan. Satu prinsip keadilan dalam Islam adalah semua manusia sama di hadapan hukum. Pada dasarnya setiap manusia tidak memiliki kelebihan dibandingkan lainnya. Pencipta dan tujuan penciptaan semua manusia adalah sama. Tidak ada seorang yang diciptakan untuk menjadi hamba bagi lainnya dan tidak ada kelompok tertentu yang menjadi pemimpin bagi lainnya. Berdasarkan undang-undang al-Quran, hanya takwa yang menjadi tolok ukur kelebihan satu orang dengan lainnya, itupun di akhirat.
Undang-undang Islam yang adil dapat ditemukan dalam al-Quran dan Sunnah. Undang-undang ini mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia. Dengan kata lain, dengan melaksanakan undang-undang ilahi, maka keadilan akan tercipta di segala bidang. Pemerintah yang berdasarkan undang-undang Islam akan berlaku adil, pengadilan menjadi tempat orang-orang lemah mendapatkan hak-haknya, penyusunan undang-undangpun dilakukan berdasarkan keadilan. Setiap orang sama di hadapan hukum dan semua memiliki hak yang sama. Keadilan sosial dan ekonomi juga akan tercipta.
Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan hubungan di antara manusia termasuk yang telah diatur dalam al-Quran dan Sunnah Nabi dan Ahli Bait as. Setiap bagian dari hubungan ini memiliki undang-undang yang detil. Mengamalkan undang-undang ini berarti mengatur hubungan ini sesuai dengan takarannya. Demi mengontrol dan menghilangkan faktor-faktor yang menghancurkan manusia, al-Quran telahmenyiapkan undang-undang yang komprehensif dan abadi. Mengamalkannya akan membuat masyarakat selamat dari kegelapan dan meraih kesempurnaan hakikinya. Supremasi hukum dan mengamalkan undang-undang ilahi bakal memekarkan segala potensi yang ada. Undang-undang ilahi juga menentukan batasan kebebasan manusia, mencegah terjadinya penindasan dan mengajak semua manusia untuk bersama-sama menuju kesempurnaan.
Masalah penting lainnya terkait undang-undang adalah jaminan pelaksanaannya. Al-Quran menyebut iman kepada Allah dan percaya akan Ma'ar atau hari kebangkitan sebagai jaminan pelaksanaan undang-undang ilahi. Artinya, jaminan pelaksanaan undang-undang ilahi ada dalam diri manusia sendiri. Pribadi mukmin bukan hanya tidak membutuhkan "polisi" untuk melaksanakan perintah ilahi, tapi dirinya sendiri menjadi motifator bagi orang lain untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Iman merupakan modal maknawi paling penting manusia. Iman hakiki memiliki dampak dan hasil yang banyak dan luar biasa seperti tegar dalam menghadapi segala masalah, layak mendapat berkah dunia dan langit dan jelas dan tegas dalam mengambil keputusan.
Manusia beriman dengan penuh keikhlasan serius mengenal hukum dan perintah Allah lalu mengamalkannya. Dengan kata lain, orang beriman adalah orang-orang yang berserah diri di hadapan Allah. Setiap penyerahan diri ini semakin mutlak di hadapan undang-undang ilahi, kesiapan untuk mengamalkannya akan semakin besar. Iman dan amal saleh merupakan dua wajah yang saling memperkuat. Hasilnya, yang paling berpengaruh dalam memperluas undang-undangadalah memperdalam keimanan. Dengan cara ini, setiap orang tanpa ada pengawas tetap akan mengamalkan undang-undang.
Seluruh masalah, penyimpangan dan pelanggaran terhadap undang-undang kembali pada tidak adanya iman yang hakiki kepada Allah Swt. Padahal, seorang mukmin meyakini bahwa Allah mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi. Begitu juga keyakinan ini membuat seorang yang melanggar hukum mendapat dua balasan; dunia dan akhirat. Balasan akhirat lebih penting dan lebih sulit. Jadi, bila seorang yang melanggar hukum dapat meloloskan diri dari hukuman di dunia, maka ia tidak akan pernah bisa selamat dari hukuman akhirat. Melaksanakan ajaran-ajaran agama akan diberikan balasan yang lebih baik di akhirat. Keyakinan seperti ini memiliki dampak luar biasa dalam perilaku individu dan sosial seseorang dan yang lebih penting mereka akan terjaga dari ketergelinciran dan pelanggaran terhadap hukum.
Kehidupan sosial yang sehat akan terwujud bila orang-orang menghormati hukum, batasan dan hak orang lain, menilai keadilan sebagai sesuatu yang suci dan mengasihi sesama. Dalam masyarakat yang semacam ini, setiap orang akan mencintai sesuatu bagi orang seperti ia mencintainya untuk dirinya sendiri. Bila ia tidak menyukai sesuatu, ia tidak akan melakukannya kepada orang lain. Selain itu, sesama anggota masyarakat saling percaya. Penguatan nilai-nilai positif akhlak dalam jiwa manusia dan penghormatan setiap orang akan nilai-nilai akhlak akan memunculkan semangat ketaatan dalam dirinya dan membuatnya lebih komitmen mengikuti undang-undang. Individu dan masyarakat yang komitmen terhadap akhlak tentu lebih memiliki kecenderungan untuk menaati undang-undang.
Banyak perintah akhlak dalam Islam yang memiliki dimensi sosial. Bila perintah akhlak ini dilaksanakan, maka secara alami orang yang melaksanakannya akan melaksanakan undang-undang. Melaksanakan satu prinsip akhlak memiliki dampak positif dan banyak bagi masyarakat. Bila semua tunduk pada hak dan undang-undang, maka kelazimannya adalah semua menghormati supremasi hukum. Setiap orang akan berusaha mendahulukan hak orang lain, bukannya melanggar hak orang lain. Manusia harus belajar bahwa sekalipun di alam pikiran, ia harus tetap menghormati hak orang lain.
Begitu pentingnya akhlak, sehingga Nabi Muhammad Saw menyebut tujuan pengutusan untuk menyempurnakan akhlak mulia. Karena dengan adanya akhlak, dengan sendirinya ada penghormatan terhadap undang-undang dan melaksanakannya. Tak syak bahwa satu dari faktor terpenting kesuksesan Nabi Saw dalam menyebarkan budaya dan peradaban Islam adalah sikap beliau yang taat pada hukum. Bahkan prinsip terpenting dalam sirah kehidupan beliau adalah taat pada undang-undang ilahi. Melindungi kehormatan undang-undang dan hukuman bagi pelanggar kehormatan undang-undang dengan keadilan memiliki posisi penting dalam agama Islam. Rasulullah Saw sendiri sangat memperhatikan masalah ini.
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah
Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa undang-undang, baik itu dalam bentuk adat, tradisi atau undang-undang tertulis, senantiasa mengatur kehidupan manusia. Tanpa adanya aturan sosial, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Terlebih lagi setelah hubungan sosial manusia menjadi semakin kompleks, kebutuhan adanya aturan dalam kehidupannya menjadi hal yang penting.
Undang-undang merupakan kumpulan perintah dan larangan yang menentukan cara berperilaku manusia dalam kehidupan sosial.Tanpa adanya aturan, kehidupan manusia akan bermasalah dan muncul kekacauan.
Ketika masyarakat menginginkan hidup sosial, bekerjasama dengan yang lain dan membagi kerjasama ini di antara mereka, maka muncul benturan antara kepentingan dan keinginan mereka. Siapa yang menginginkan saham yang lebih dari lain atau menentukan cara menyikapi orang lain sesuai dengan keinginannya yang tidak disukai orang lain, maka yang muncul adalah ketegangan di antara mereka. Untuk mencegah terjadinya perselisihan ini, harus ditentukan batasan-batasan dan menyusun undang-undang. Bila hal ini tidak dilakukan, maka kehidupan sosial manusia akan goyah dan fondasinya akan hancur. Pertanyaannya, sejak kapan dan di mana undang-undang ini disusun dan ditampilkan, sekalipun sederhana
Tampaknya undang-undang yang paling tua dan komprehensif untuk pertama kalinya di kerajaan Babel yang disusun oleh Hamurabi. Ia berkuasa sejak tahun 2123 hingga 2080 SM di Babel (sekarang Irak). Piagam dunia yang dibuatnya lebih banyak terkait dengan urusan seperti menuduh orang lain, bersumpah bohong, menyuap hakim, tidak adil dalam menghukumi, hubungan antara pemilik dan budak, hukum perdagangan dan hak-hak keluarga. Tapi latar belakang undang-undang ilahi sudah ada pada masa Nabi Nuh as yang lebih tua dari piagam Hamurabi.
Nabi Nuh as sendiri merupakan satu dari Nabi Ulul Azmi yang memiliki syariat dan hidup sebelum Nabi Musa dan Isa as. Berkembang luasnya masyarakat dan munculnya perselisihan terkait kepentingan materietnis dan lain-lain menyebabkan para nabi membawa undang-undang yang sesuai untuk masyarakatnya demi menyelesaikan perselisihan dan menunjukkan jalan kebahagiaan. Undang-undang ini dibawa mereka kepada manusia dalam bentuk agama yang secara bertahap semakin menyempurna, sehingga Nabi Muhammad Saw pamungkas para nabi membawa undang-undang Islam secara sempurna.
Undang-undang Islam dalam bentuk kitab langit yang disebut al-Quran dibawa oleh Rasulullah Saw untuk manusia. Dengan demikian, al-Quran itu sendiri menjadi buku undang-undang Islam. Dalam buku undang-undang ini termuat program untuk membimbing manusia, bagaimana hubungan sosial, perintah dan larangan baik yang bersifat hukum maupun moral dan lain-lain. Al-Quran menjadi penjelas undang-undang ilahi. Di sini, undang-undang ilahi memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan undang-undang lain yang disusun oleh manusia.
Undang-undang yang tepat dan komprehensif semestinya dapat menjawab kebutuhan materi dan spiritual manusia. Pelaksanaan undang-undang ini dengan sendirinya menjadi sarana bagi kesempurnaan dan pertumbuhan semua potensi manusia baik di bidang materi maupun spiritual, sekaligus menciptakan ketenangan bagi manusia. Mencermati ayat-ayat al-Quran dengan mudah menemukan hakikat ini bahwa pembuat undang-undang ini adalah Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana. Undang-undang yang sesuai untuk manusia memiliki parameter dan bila penyusunnya tidak mengetahuinya, maka ia tidak akan dapat menyusun undang-undang seperti ini.
Satu dari parameter yang harus ada dalam sebuah undang-undang adalah kebenaran sebagai porosnya. Yakni, para penyusun undang-undang harus memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap individu dan kelompok-kelompok masyarakat. Undang-undang yang dihasilkan jangan sampai menekan sebagian orang atau kelompok masyarakat dan tidak juga memberikan kelebihan yang tidak rasional kepada sejumlah orang atau kelompok. Undang-undang harus menguntungkan semua orang dan kelompok. Dengan kata lain, menjamin maslahat setiap pribadi atau kelompok dan menyesuaikannya dengan maslahat orang atau kelompok lain. Undang-undang yang harus menyoroti maslahat dan mafsadah individu dan masyarakat, ada jaminan pelaksanaan dan mendukung kesempurnaan spiritual dan tujuan penciptaan manusia.
Apakah manusia yang menyusun undang-undang memiliki parameter yang diinginkan? Tak syak bahwa pengetahuan manusia terbatas. Manusia tidak dapat membangun Madinah Fadhilah atau utopia yang sempurna berdasarkan aturan dan undang-undang yang sudah ada sebelumnya. Kekurangan paling utama dari undang-undang buatan manusia bersumber dari kebodohannya. Pengetahuan biasa manusia yang didapat lewat panca indera dan akal berperan besar dalam menjamin kebutuhan hidupnya.Tapi untuk mengenal jalan kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki baik dari sisi individu dan sosial, materi dan spiritual serta duniawi dan ukhrawi, panca indera dan akal saja tidak cukup. Bila tidak ada jalan lain untuk menutupi kekurangan ini, maka tujuan Allah dalam menciptakan manusia tidak pernah terealisasi. Jalan itu adalah wahyu yang diberikan kepada para nabi.
Menguasai segala dimensi kehidupan manusia dan menentukan arah bagi manusia bukan saja sulit bagi satu ada beberapa orang, tapi ribuan pakar di pelbagai disiplin ilmu humaniora juga tidak dapat mengungkap formula yang kompleks ini dan membuat undang-undang yang detil dan lengkap. Undang-undang yang menjamin semua maslahat individu dan sosial serta materi dan spiritual manusia. Proses perubahan undang-undang yang terjadi berkali-kali sepanjang sejarah manusia menunjukkan bahwa sekalipun telah ada upaya serius dari para pakar, tapi tetap saja mereka masih belum mampu membuat sebuah sistem hukum yang benar dan sempurna. Tentu saja untuk menyusun undang-undang ini telah ada upaya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sistem hukum ilahi dan syariat ilahi.
Undang-undang ilahi memiliki banyak pembagian dan telah disinggung dalam al-Quran. Satu bagiannya disebut "undang-undang takwini". Yakni sistem yang mengatur alam ini dan ciri khasnya telah ditanamkan pada semua makhluk. Dalam surat Thaha ayat 50 telah dijelaskan mengenai undang-undang takwini ini yang dikenal dengan hidayah umum. Allah Swt berfirman, "Musa berkata, 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." Setiap jenis makhluk memiliki jalur khusus untuk mencapai kesempurnaannya dan tidak ada kesalahan dalam menjalani jalur ciptaan yang telah ditentukan bagi masing-masing jenis makhluk.
Bentuk lain dari undang-undang ilahi adalah "undang-undang tasyri'i" yang hanya khusus bagi manusia. Undang-undang ini mengatur hubungan antara makhluk dan khalik dan begitu juga hubungan antara individu masyarakat secara adil. Allah Swt menyampaikan undang-undang ini lewat orang-orang pilihan yang diutus kepada manusia. Hidayah ini juga biasa disebut hidayah tasyri'i. Dalam surat al-Baqarah pada ayat 213 disebutkan, "..., Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan ..."
Ayat 213 surat al-Baqarah ini mengisyaratkan satu kenyataan bahwa satu dari alasan pengutusan para nabi adalah menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan undang-undang ilahi. Dengan demikian, Allah Swt tidak membiarkan begitu saja kebutuhan manusia akan hidayah dan undang-undang. Dalam banyak ayat al-Quran, Allah Swt telah menyinggung hakikat ini bahwa Kami telah menunjukkan jalan hidayah kepada manusia. Al-Quran sendiri merupakan kitab undang-undang langit terakhir dan wahyu ilahi yang menjadi metode terbaik dalam mendapatkan hidayah. Allah Swt dalam al-Quran surat al-Isra ayat 9 berfirman, "Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."
Undang-undang ilahi dari sisi substansi dan bingkai amal memiliki perbedaan mendasar dengan undang-undang buatan manusia. Tujuan dari seluruh undang-undang manusia adalah membimbing individu untuk memanfaatkan kelebihan materi dan duniawi yang ada dengan lebih baik dan banyak. Sementara kebahagiaan dan kesempurnaan manusia tidak terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat materi. Kesempurnaan ruh dan dimensi batin manusia lebih dalam dan penting, sementara pada saat yang sama undang-undang manusia tidak mampu menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa kebahagiaan manusia ada pada pemahaman dan pelaksanaan undang-undang ilahi yang tidak ada kekurangan di dalamnya.
Kelebihan undang-undang ilahi adalah hubungannya yang erat dengan moral. Apa yang membuat undang-undang berpengaruh di tingkat individu dan sosial kembali pada adanya kekuatan moral dan komitmen individu dan masyarakat untuk mengamalkan undang-undang. Karakter moral agama menyebabkan ajaran-ajaran agama dapat menyebar ke seluruh dunia dan orang-orang mukmin dengan tenang dapat mengamalkan undang-undangnya. Dalam keyakinan mereka, ajaran ilahi terbentuk berdasarkan maslahat hakiki dan nilai-nilai moral manusia. Dengan dasar ini, seorang muslim komitmen dengan kewajibannya. Kewajiban ibadah pada dasarnya merupakan bentuk ujian penghambaan dan dengan mengamalkannya, seorang mukmin akan semakindekat dengan Allah Swt.
Sesuai dengan ajaran agama, nilai hakiki manusia sesuai dengan seberapa dekatnya dengan Allah. Dari sini, kita melihat banyak hukum dan undang-undang dalam al-Quran yang dijelaskan disertai dengan peringatan yang pada gilirannya merupakan peringatan moral. Sebagai contoh, berpuasa dengan takwa, jihad dengan mengingat Allah, perceraian dengan menjauhi bersikap zalim, menaati Allah dan Nabi disertai dengan sikap hormat dan mengeluarkan hukum disertai keadilan. Hubungan erat ini menyebabkan manusia dengan mudah dan senang melaksanakan undang-undang ilahi. Karena beramal disertai takwa dan menuruti nasihat akhlak membuat manusia semakin dekat kepada Allah Swt.
Surat Yasin ayat 81-83
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ (81)
Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (36: 81)
Pada pembahasan sebelumnya, ayat al-Quran menyinggung kekuasaan Allah Swt dalam penciptaan manusia dari setitik air mani yang tidak bernilai menjadi manusia yang berakal, dan menciptakan api dari kayu dan pepohonan yang hijau.
Berdasarkan ayat ini, alam semesta, termasuk manusia di dalamnya merupakan ciptaan Allah Swt, yang menunjukkan kekuasan-Nya yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Oleh karena itu, apabila ada orang yang masih meragukan kekuasaan Allah Swt untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah mati, maka orang itu harus memperhatikan bagaimana kekuasaan Tuhan menciptakan alam semesta ini dan makhluk yang ada di dalamnya.
Penciptaan alam semesta ini jika dikaji secara cermat menunjukkan adanya sistem yang teratur dan kehadiran pencipta yang maha kuasa. Tanah dengan berbagai lapisan dan beragam jenis unsur yang ada di dalamnya, gunung yang menjulang tinggi, laut yang terhampar luas, dan sungai serta berbagai jenis tumbuhan dan pepohonan yang sulit dihitung jumlah dan jenisnya oleh manusia menunjukkan dengan jelas mengenai kekuasaan Allah Swt.
Lalu, setelah melihat berbagai keagungan ini masihkah ada yang ragu dengan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya. Di alam dunia sendiri, proses penciptaan manusia menunjukkan sebuah tahapan yang kompleks dari proses air mani menjadi segumpal darah kemudian menjadi bayi, lalu menjadi manusia dari anak kecil hingga orang tua. Di akhirat kelak, manusia dibangkitkan kembali dengan kekuasaan Allah seperti hidupnya biji menjadi tunas yang keluar dari tanah.
Jika muncul keraguan bagaimana mungkin partikel di badan yang telah hancur akan bisa dikumpulkan kembali di tempat yang tidak jelas, maka jawaban terhadap masalah ini terletak pada masalah pemahaman tentang kekuasaan Allah Swt yang meliputi segala sesuatu.
Ketika Allah Swt memiliki kemampuan yang tidak terbatas, maka masalah partikel badan manusia yang terpencar sangat mudah untuk dikumpulkan, dan manusia bisa dihidupkan kembali.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyikapi keraguan dan pengingkaran terhadap kekuasaan Allah Swt, bisa dilakukan dengan membangkitkan kesadaran fitrahnya dengan mengajak merenungkan penciptaan alam semesta ini, dari pada memberikan jawaban langsung melalui tanya jawab.
2. Penciptaan membutuhkan ilmu dan kekuasaan. Allah Swt memiliki dua hal ini baik di dunia dan akhirat. Perbedaan ilmu dan kekuasaan yang dimiliki Allah swt dengan manusia terletak pada ketidakterbatasannya.
3. Ketika Allah Swt memiliki kemampuan untuk menciptakan alam semesta dengan segenap isinya, maka tidak sulit bagi Tuhan untuk menghidupkan kembali manusia dan dibangkitkannya di akhirat.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” maka terjadilah ia. (36: 82)
Melanjutkan ayat sebelumnya, di ayat ini al-Quran menjelaskan betapa mudahnya bagi Allah swt menciptakan sesuatu dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Manusia akan membedakan tingkat kesulitan dalam membuat sesuatu, tapi tidak bagi Allah Yang Maha Kuasa. Sebab Allah Swt menciptakan segala sesuatu dengan sekejap mata.
Jika manusia berniat melakukan sesuatu, maka akan muncul dalam pikirannya sendiri. Tapi di luar pikiran tidak bisa dengan mudah mewujudkannya. Bagaimanapun ada jarak antara kehendak dan wujud di alam pikiran dengan tingkat keterwujudan di dunia nyata. Berbeda dengan manusia yang memiliki keterbatasan, Allah Yang Maha Kuasa bisa melakukan apa saja tanpa ada jarak antara kehendak dan keterwujudan di dunia nyata.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penciptaan segala sesuatu baik kecil maupun besar sangat mudah dan tidak rumit bagi Allah Swt.
2. Allah Swt adalah sumber segala wujud di dunia ini. Allah menciptakan bentuk sekaligus wujud nyatanya secara bersamaan. Tapi manusia hanya hanya bisa membayangkan bentuknya saja di pikiran dan tidak mampu secara bersamaan mewujudkannya di dunia nyata.
فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (83)
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (36: 83)
Ayat ini merupakan ayat terakhir dari surat Yasin yang menjelaskan tentang kekuasaan mutlak Tuhan terhadap alam semesta ini dan seluruh isinya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk meragukan kekuasaan Allah Swt yang tidak terbatas, dan semua manusia akan kembali kepada-Nya.
Apalagi manusia menjadi pemilik dirinya sendiri, barangkali akan memiliki kekuatan untuk menolak takdir Tuhan. Tapi faktanya tidak. Manusia tidak memiliki dirinya sendiri. Sebab ketika lahir ke dunia saja, dia tidak memiliki kekuatan untuk menentukan dirinya sendiri seperti apa yang diharapkan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengapa meragukan Allah Swt bisa membangkitkan manusia di hari kiamat kelak ? Padahal Allah Swt sangat berkuasa dan mampu melakukan apa saja.
2. Awal dan akhir dunia hanya berada di tangan Allah Swt. Penciptaan alam semesta ini dari awal dilakukan oleh Allah Swt, dan segala sesuatu akan kembali kepada-Nya.
Mengenal Lingkungan
Pelestarian lingkungan tidak hanya ditekankan oleh al-Quran, bahkan riwayat dan hadis Rasulullah Saw serta para Imam Maksum juga menyerukan hal serupa. Menurut al-Quran alam beserta isinya merupakan manifestasi dari nikmat Ilahi bagi umat manusia dan sudah menjadi tugas manusia untuk berusaha melestarikannya.
Salah satu contoh nyata pentingnya lingkungan hidup di agama Islam adalah pengembangan lahan hijau, bahkan mereka yang menanam pohon demi ruang hijau dikategorikan sebagai sebuah sedekah dan amal jariah. Di sejumlah riwayat disebutkan kehidupan tanpa udara dan air bersih, lahan yang subur dan dapat ditanamai adalah sebuah kehidupan yang sulit.
Di sebagian riwayat juga dijelaskan bahwa jika hari kiamat tiba dan seseorang memiliki benih, maka benih tersebut tetap harus ditanam. Banyak riwayat dan hadis lainnya juga menekankan pentingnya pelestarian lingkungan dan mengembangkannya. Selain itu, di ajaran agama juga ditetapkan pahala bagi mereka yang mengembangkan unsur-unsur alam.
al-Quran dan Lingkungan Hidup
Seperti dinukil dari Rasulullah Saw, "Barang siapa menyirami pohon, maka ia seperti memberi minum orang mukmin yang kehausan." Artinya menyirami pohon memiliki pahala dan pahalanya tersebut akan tetap mengalir kepada mereka yang menanam atau menyirami pohon selama pohon tersebut hidup sama seperti pahalanya orang yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun sekolah atau masjid.
Selain anjuran dan perintah untuk melestarikan lingkungan dengan imbalan pahala, syariat Islam dan berbagai riwayat juga melarang perusakan terhadap lingkungan. Misalnya diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda, "Jangan kalian tebang pepohonan sehingga Allah Swt akan menurunkan azab kepada kalian."
Beliau juga menekankan pentingnya menanam pohon dan terkait hal ini Rasul bersabda, "Jika seseorang menanam pohon atau membudidayakan sawah dan ladangnya sehingga manusia, hewan atau burung mendapat makanan, maka hal ini dihitung sebagai sedekah."
Banyak pemuka agama dan ulama menekankan pentingnya penanaman pohon dan mereka juga memberikan contoh dalam hal ini. Misalnya Imam Ali bin Abi Thalib as memiliki kebun kurma yang cukup banyak di Madinah dan hasilnya diinfakkan di jalan Tuhan. Rasulullah Saw juga melarang para pejuang Islam menebang pohon dan membakar kebun ketika mereka menaklukkan sebuah kota.
Adapun ulama Syiah juga tidak memperbolehkan menebang pohon dan merusak ladang, bahkan di wilayah musuh ketika terjadi perang. Mereka menyebut hal ini sebagai tindakan makruh dan tidak pantas. Tak diragukan lagi bahwa anjuran untuk menanam pohon dan peringatan serta larangan menghancurkan pepohonan merupakan contoh nyata dari pentingnya lingkungan dalam pandangan Islam.
Rasul juga menekankan pentingnya menghormati bumi dan menilainya setara dengan seorang ibu yang memberi rizki kepada manusia. Menurut Nabi, bumi bahkan akan memberi berita dan kesaksian atas perbuatan baik dan buruk manusia. Selain itu, bumi juga akan memberi kabar mengenai pemanfaatan dan penjagaan manusia atas unsur dan sumber alam.
Lingkungan Hidup dan Islam
Oleh karena itu, menurut pandangan para ulama fikih, air umum, udara, tanah dan cahaya matahari, yakni unsur resapan alam dan lingkungan hidup termasuk hal-hal universal yang tidak dapat dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Artinya semua orang berhak untuk menikmatinya.
Sementara di sisi lain, tidak ada yang berhak untuk mencemari unsur universal ini atau menyalahgunakannya sehingga membahayakan kehidupan orang lain. Penentuan universalisasi unsur resapan alam dan penolakan akan kepemilikan individu atau golongan atas sumber tersebut merupakan metode yang sejak awal diterapkan oleh Islam dan hal ini tentu saja akan membantu pelestarian lingkungan.
Selain tumbuhan, Islam juga menekankan perhatian terhadap hewan. Rasulullah Saw mewanti-wanti para pejuang Islam untuk tidak membantai hewan sewenang-wenang. Nabi bersabda, jangan kalian membantai hewan halal dengan semena-mena kecuali kalian membutuhkan dagingnya.
Islam juga mencela mutilasi hewan dan memakan daging hewan yang dimutilasi. Di hadis disebutkan, "Barang siapa yang memutilasi hewan maka Allah akan melaknatnya." Islam juga melarang manusia merusak sarang burung dan menganggu tidur serta ketenangan mereka. Misalnya, Nabi bersabda, " Jangan kalian serang sarang burung dan jangan kalian ganggu tidur serta ketenangan mereka."
Perhatian besar Islam terhadap hewan telah menarik perhatian Gustave Le Bon, cendikiawan Perancis. Terkait hal ini ia menulis, "Di negara-negara Islam tidak diperlukan organisasi pecinta hewan, wilayah ini dapat dikatakan menjadi surga hewan. Muslim menjaga hak-hak anjing, kucing dan burung, khususnya di masjid dan jalan, burung dengan bebas terbang dan membuat sarang di rumah warga. Dalam hal ini kita orang Eropa harus banyak belajar dari orang-orang Muslim."
Dengan demikian manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi sejatinya memiliki tugas dalam melestarikan dan mengembangkan bumi. Posisi khalifah Allah di muka bumi mengharuskan manusia menjaga amanat yang disematkan di pundaknya dengan baik serta tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan kerusakan bumi. Sebaliknya dengan ilmu dan teknologi, manusia harus berusaha melestarikan lingkungan dan menjamin pemanfaatannya bagi semua makhluk hidup.
Sementara itu, pemerintahan Islam juga harus mengontrol perilaku manusia terhadap lingkungan. Selain memberi hukuman bagi oknum-oknum perusak lingkungan, pemerintah Islam juga harus memberi peringatan kepada mereka yang berperilaku buruk terhadap lingkungan dan tidak memahami bahwa tindakannya akan merusak lingkungan hidup. Menurut Islam hubungan antara manusia dan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi.
Perspektif Rahbar Soal Persatuan Dunia Islam
Pada hari Rabu (6/12/2017) jajaran pejabat pemerintah Iran, duta besar negara Muslim dan peserta konferensi internasional persatuan Islam ke-31, bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Dalam pertemuan itu, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengucapkan selamat atas Maulid Nabi Muhammad Saw dan cucu mulia beliau Imam Jafar Shadiq as. Rahbar berharap, hari penuh berkah ini menjadi momen bagi umat Islam untuk memperhatikan kembali teladan Rasulullah Saw. Ayatullah Khamenei juga memaparkan penjelasan penting terkait kondisi terkini Dunia Islam dan masalah Al Quds.
Pada kesempatan itu, Rahbar menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai Rahmatan Lil Aalamin dan menuturkan, wujud suci Nabi Muhammad Saw adalah rahmat. Rahmat ini meliputi seluruh pengikut beliau, juga kepada orang-orang yang menerima ajaran dan hidayahnya. Mereka berada dalam naungan rahmat Ilahi, dan ini adalah janji Allah Swt yang pasti akan terwujud.
Allah Swt dalam Surat Al A'raf ayat 156-157 berfirman, "....Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka...."
Al-Quran
Rahbar menegaskan, hadiah Nabi Muhammad Saw untuk umat manusia adalah terselamatkannya mereka dari berbagai jenis perbudakan. Menurut Ayatullah Khamenei, rantai yang membelenggu leher, tangan dan kaki manusia serta membuatnya tidak bisa bergerak dan terbang, mencegahnya dari spiritualitas dan membuat hidupnya menjadi kelam, seluruhnya dilepaskan oleh Rasulullah Saw.
Ayatullah Khamenei menilai penindasan kubu adidaya dunia, penjajahan kubu imperialis, kesenjangan kelas, dan aristokrasi menindas serta congkak, sebagai perbudakan-perbudakan yang membelenggu umat manusia. Ia menegaskan, Nabi Muhammad Saw bangkit memerangi perbudakan-perbudakan ini dan sekarang seluruh bangsa dunia dapat melanjutkan jalan beliau, dengan syarat melakukan perlawanan dan menyelamatkan diri mereka dari perbudakan.
Terkait konspirasi-konspirasi besar yang hari ini terus dilakukan oleh kubu adidaya dunia terhadap umat Islam, Rahbar menegaskan, seluruh konspirasi ini bisa dilawan dan digagalkan. Mengutip kisah Nabi Musa as dan Firaun dalam Al Quran, Rahbar menerangkan, Firaun di hadapan Musa adalah sebuah kekuatan besar yang memiliki kekayaan, potensi, senjata, uang dan selainnya.
Di sisi lain, Musa hanya seorang diri dan beliau memohon kepada Allah Swt, "....Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (Surat Yunus ayat 88)
Di ayat ke-89, Allah Swt menjawab permohonan Musa, "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui ".
Ayatullah Khamenei menyebut Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan seluruh kekuatan penyembah uang dan syahwat di dalam masyarakat Islam sendiri yang bergantung pada kubu adidaya dunia, sebagai Firaun-firaun modern. Rahbar menerangkan, seluruh kekuatan ini menyusun barisan menghadapi Islam dan jalan para nabi.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Rencana mereka hari ini, katanya, adalah melemahkan masyarakat Islam dengan menyulut perang mazhab di antara Muslimin di kawasan Asia Barat, sehingga mereka bisa menciptakan zona aman untuk Israel. Rahbar menyebut jalan untuk melawan berbagai konspirasi itu tidak lain adalah jalan yang ditunjukkan Al Quran, yaitu jalan perlawanan dan menolak tunduk pada orang-orang jahil.
Menurut Ayatullah Khamenei, sebagian penguasa negara kawasan, bahkan beberapa tokoh yang menjadi pion Amerika dan aktor perpecahan, adalah contoh orang-orang jahil dan tidak boleh diikuti. Rahbar mengatakan, kami sama sekali tidak punya keinginan untuk berkonflik dengan negara-negara Muslim, kami meyakini persatuan.
Rahbar menambahkan, kami bersyukur kepada Tuhan, karena Republik Islam Iran dan rakyatnya berhasil menghindari perpecahan dengan saudara-saudara Muslimnya dan mewujudkan persatuan dan persaudaraan dengan mereka. Dalam praktiknya, gerakan persatuan dan kecintaan pada persatuan, harus berhadapan dengan pihak-pihak yang menginginkan perpecahan dan perang, yang pada kenyataannya ingin menjalankan skenario Amerika di kawasan.
Ayatullah Khamenei mengungkapkan, kami nasihati mereka bahwa apa yang sedang dilakukan oleh beberapa negara kawasan hari ini untuk melayani Amerika, merugikan mereka sendiri dan akibatnya seperti yang diperingatkan Al Quran, "....mereka membinasakan diri mereka sendiri."
Rahbar juga menyinggung soal dimunculkannya gerakan-gerakan Takfiri di kawasan oleh musuh Islam dan menuturkan, di dalam kawasan kita sendiri, mereka membentuk kelompok-kelompok Takfiri yang mereka kira bisa menyulut perang mazhab. Namun Allah Swt menggagalkannya dan perang mazhab tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi. Kita berdiri melawan provokasi-provokasi musuh dan segala puji bagi Allah Swt, kita berhasil.
Menurut Ayatullah Khamenei, masalah Takfiri adalah buah dari kepatuhan sebagian pihak terhadap musuh. Musuh ingin menyulut perang Sunni-Syiah, tapi Allah Swt menjadikan musuh-musuh kita idiot dan Daesh dengan seluruh pengkhianatannya terhadap Sunni dan Syiah, telah menjadi musuh semua Muslim.
Terkait perang Iran melawan Daesh di kawasan, Rahbar menuturkan, perang kita melawan pasukan Takfiri adalah perang melawan penindasan, perang melawan penyimpangan Islam, perang melawan kelompok barbar yang tak punya akhlak, peradaban dan hakikat Islam. Mereka membakar manusia hidup-hidup, mengulitinya, menawan keluarga-keluarga Muslim dan melakukan kerusakan politik, pelecehan seksual, korupsi, kerusakan moral dan segala bentuk kerusakan lainnya.
Rahbar menegaskan, ini adalah realitas, bahwa kami berperang dengan Takfiri. Jika Dunia Islam ingin meraih kemuliaan, jangan sampai kehilangan persatuan dan solidaritasnya. Jika Dunia Islam ingin mencapai kekuatan dan kemuliaan, maka harus berdiri melawan Zionisme.
Sekitar dua pekan lalu, seiring dengan berakhirnya operasi pembebasan kota Al Bukamal, benteng terakhir Daesh, bersamaan dengan diturunkannya bendera kelompok teroris dukungan Amerika dan Israel itu, dan dinaikkannya bendera Suriah, Mayjen Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, Korps Garda Revolusi Islam Iran, Pasdaran mengumumkan berakhirnya pendudukan "Pohon Terlaknat" ini.
Rahbar, di bagian lain paparannya menyinggung masalah Palestina dan menuturkan, hari ini, masalah Palestina menjadi prioritas politik Dunia Islam dan Muslim. Semua berkewajiban untuk membela, membebaskan dan menyelamatkan rakyat Palestina dan berjuang untuk mereka. Di saat yang sama, Ayatullah Khamenei menekankan kegagalan musuh dalam masalah Palestina dan mengatakan, klaim mereka ingin menjadikan Al Quds sebagai ibukota Israel, muncul dari kelemahan dan ketidakmampuan mereka.
al-Quds
Mereka akan menerima pukulan lebih besar dari langkah ini, ujar Rahbar, dan Dunia Islam akan bangkit melawan mereka. Dipastikan musuh tidak akan mampu meraih tujuannya dalam masalah Palestina, dan Palestina akan bebas, tidak diragukan Palestina akan merdeka. Cepat atau lambat hal ini akan terjadi dan perjuangan umat Islam untuk menyelamatkan Palestina, dengan izin Allah Swt akan membuahkan hasil.
Ayatullah Khamenei di akhir pidatonya menyinggung perlawanan luar biasa rakyat Iran dan menuturkan, rakyat Iran, dengan keberanian, keimanan, kesadaran, dan ketabahannya, berhasil melewati sekian banyak jalan terjal dan berliku.
Ia melanjutkan, semua harus tahu, seluruh sahabat kami di dunia harus tahu, musuh kami harus tahu, sepanjang perjalanan selama 38 tahun pasca Revolusi Islam, banyak permasalahan yang kami hadapi namun tidak mampu menjatuhkan rakyat Iran, padahal banyak bangsa di dunia yang gagal menghadapi permasalahan serupa.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, dipastikan masalah-masalah yang diciptakan di masa depan, akan lebih kecil dan lebih sedikit di mata kami, dan kemampuan rakyat Iran untuk menyelesaikannya akan jauh lebih besar. Kami akan mengalahkan semua kesulitan dengan bantuan Allah Swt, musuh tidak akan bisa mengalahkan bangsa Iran dan terpaksa mundur.
Rahbar menegaskan, kami dengan izin Allah Swt akan berhasil melalui seluruh permasalahan dan menunjukkan kemuliaan Islam kepada seluruh bangsa Muslim, dan kami akan semakin meninggikan panji kemuliaan Islam atas kehendak Allah Swt.
Perspektif Rahbar Soal Transformasi Terbaru Dunia Islam
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar di hari pertama konferensi uni parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam, OKI ke-13, melakukan pertemuan dengan peserta konferensi dan menjelaskan transformasi terbaru Dunia Islam.
Rahbar mengatakan, Dunia Islam harus menyampaikan masalah-masalah politik dengan tegas dan suara lantang, dan mengumumkan sikapnya. Menurut Rahbar, Palestina dan persatuan Dunia Islam merupakan masalah yang mendasar.
Hari Selasa, 16 Januari 2018, konferensi uni parlemen negara-negara anggota OKI ke-13 diselenggarakan di Tehran, ibukota Iran dan dihadiri oleh petinggi parlemen dari negara-negara anggota organisasi ini.
OKI adalah organisasi internasional antarpemerintah selain PBB yang dibentuk berdasarkan kesepakatan petinggi negara-negara Muslim dengan 57 anggota. Organisasi ini didirikan untuk memperkokoh hubungan persaudaraan dan solidaritas di antara negara Muslim dan untuk mendukung kepentingan bersama.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh 17 ketua parlemen, 14 wakil ketua parlemen dan delegasi-delegasi setingkat ketua komisi dan perwakilan parlemen negara-negara OKI, sejumlah tema penting dibahas termasuk perluasan kerja sama ekonomi dan bisnis, perang melawan terorisme dan intervensi Amerika Serikat dalam kerusuhan-kerusuhan di sebagian wilayah Muslim, juga masalah pendudukan kota Al Quds.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para peserta konferensi, menekankan urgensi persatuan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Rahbar dalam kesempatan itu menyinggung posisi penting parlemen negara-negara Muslim dan mengatakan, konferensi ini dapat menjadi peluang untuk menyampaikan kebutuhan dan tuntutan umat Islam dunia dengan tegas.
Menurut Rahbar, kesempatan berharga ini harus dimanfaatkan untuk menjalankan kewajiban agama dan sejarah. Ia menuturkan, hari ini seluruh dunia, bukan hanya Asia Barat, berada dalam pusaran perubahan yang menentukan, oleh karena itu kita harus memainkan peran dalam perubahan ini. Rahbar juga menyinggung soal kerugian besar yang harus diterima Dunia Islam akibat transformasi yang terjadi pasca Perang Dunia Pertama.
Ia menerangkan, pasca PD I, Dunia Islam terpecah-pecah dan orang-orang asing menduduki negara-negara Muslim di Asia Barat begitu juga di Afrika Utara, tanpa perlu alasan dan izin, dan dampak jangka panjangnya masih tersisa hingga kini di Dunia Islam. Kita tidak boleh membiarkan peristiwa seperti ini kembali terjadi dan pengalaman buruk itu terulang lagi.
Ayatullah Khamenei menilai tema-tema yang dibahas dalam konferensi ini penting, namun iapun mengingatkan bahwa sebagian masalah penting seperti Yaman dan Bahrain tetap terlupakan dan penting untuk dibahas. Menurut Rahbar, krisis Yaman dan Bahrain sangat penting dan telah meninggalkan luka yang dalam di tubuh umat Islam sehingga harus disembuhkan.
Ayatullah Khamenei, dengan menekankan urgensi sikap tegas terkait masalah-masalah mendasar dan vital Dunia Islam mengatakan, kita perlu mengungkap hakikat kepada publik dunia dan kaum intelektual, dan kita tidak boleh membiarkan imperium media propaganda berbahaya Barat dengan "konspirasi-konspirasi senyap" menghapus masalah-masalah penting Dunia Islam.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, mesin propaganda Barat yang sebagian besar dikuasai rezim Zionis Israel berusaha menyingkirkan masalah Palestina dan realitas-realitas penting internasional lainnya dari perhatian publik dunia, dan kita harus menyadari bahwa kita mampu mengalahkan musuh di medan perang lunak sebagaimana juga di perang fisik.
Rahbar menegaskan, apa yang terjadi di Palestina selama 70 tahun terakhir, tidak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah, pasalnya tiga peristiwa pahit bagi sebuah bangsa telah terjadi. Pertama, perampokan wilayah, kedua pengusiran sejumlah besar warga dan ketiga, pembunuhan massal.
Ayatullah Khamenei menyebut ketiga peristiwa itu sebagai kejahatan kemanusiaan besar atau penindasan bersejarah dan berdasarkan kewajiban Islam, Muslim tidak boleh diam menyaksikan kebiadaban ini.
Ia menerangkan, Zionis yang pernah meneriakkan slogan "dari Nil ke Eufrat", hari ini membangun tembok di sekeliling mereka dengan harapan bisa mempertahankan wilayah jajahannya di sana. Ayatullah Khamenei menyebut langkah terbaru Presiden Amerika, Donald Trump yang mengakui secara resmi Al Quds sebagai ibukota Israel sebagai "kesalahan fatal".
Ia menjelaskan, klaim ini tidak diragukan akan gagal dan mereka tidak akan mampu merealisasikan kata-katanya. Rahbar juga mengatakan bahwa sebagian negara kawasan seperti Arab Saudi bekerjasama dengan Amerika dalam mendukung Israel.
Menurut Rahbar, ini adalah pengkhianatan yang nyata, ketika seseorang bekerjasama dengan musuh seperti Zionis, namun pada saat yang sama bertikai dengan saudara-saudara Muslimnya sendiri, sebagaimana hari ini dilakukan oleh Saudi. Langkah ini jelas merupakan pengkhianatan terhadap Muslimin dan Dunia Islam.
Dalam kelanjutan paparannya, Rahbar menekankan urgensi persatuan di antara bangsa-bangsa dan negara Muslim. Menyinggung jumlah populasi besar, fasilitas melimpah dan posisi geografis luar biasa sensitif yang dimiliki Dunia Islam, Rahbar mengatakan, Dunia Islam dengan persatuan, dapat menjadi kekuatan besar yang berpengaruh dan tidak membiarkan perbedaan ras, wilayah, bahasa, mazhab, menjadi sumber konflik di antara mereka.
Ayatullah Khamenei menganggap upaya memecah belah umat Islam merupakan rencana Israel dan Amerika, yang tujuannya untuk menyibukkan Dunia Islam dengan masalah-masalah sekunder dan menciptakan zona aman bagi Zionis. Di bagian lain statemennya, Rahbar menyarankan agar para ketua dan perwakilan parlemen negara-negara Muslim berusaha memajukan ilmu pengetahuan.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ia menuturkan, Barat mendapatkan kekayaan dan kekuatan global lewat ilmu pengetahuan, akan tetapi karena miskin iman, akhirnya ilmu pengetahuan itu justru berujung dengan penindasan, eksploitasi, penjajahan dan arogansi.
Kita tidak punya tujuan semacam itu, ujar Rahbar, dan Dunia Islam berusaha memajukan ilmu pengetahuan bagi para pemudanya. Rahbar menuturkan, kaum muda Iran dengan bersandar pada kemampuannya berhasil mencapai puncak ilmu pengetahuan seperti kedokteran, nano, sel induk dan teknologi nuklir. Ia menegaskan, prestasi serupa juga bisa dicapai negara-negara Muslim lain.
Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya upaya mengungkap kebohongan Setan Besar yaitu Amerika dan menegaskan, Amerika yang mengklaim diri pembela hak asasi manusia dan berperang melawan terorisme, justru "menyerang" Afrika, Amerika Latin dan bangsa-bangsa lainnya.
Amerika terang-terangan mendukung teroris semacam Daesh. Sehubungan dengan pengakuan Amerika dalam menciptakan Daesh dan dukungan nyata negara itu atas Israel, Rahbar mengatakan, mereka sendiri yang mendukung terorisme dan pelaku teror, hal ini harus disampaikan dan opini publik dunia harus disadarkan atas realitas ini.
Di akhir pidatonya, Rahbar meminta para peserta konferensi agar tidak merasa puas dengan sekedar resolusi terkait masalah-masalah penting Dunia Islam, tapi keputusan ini harus diwujudkan secara nyata.
Ayatullah Khamenei menilai pengalaman penerapan demokrasi agama di Iran sebagai sebuah pengalaman yang sukses dan menjadi faktor peningkatan materi dan spiritualitas.
Terkait konspirasi-konspirasi Amerika terhadap Iran yang terus berlanjut, Rahbar menerangkan, berkat rahmat Ilahi, bangsa Iran berhasil dan setelah inipun akan mampu menggagalkan konspirasi Amerika.
Kami, katanya, berharap motivasi yang sama juga tetap dipertahankan secara kuat di negara-negara Muslim dan di antara bangsa-bangsa Muslim, sehingga bisa membentuk kepalan kokoh Dunia Islam untuk melawan seluruh konspirasi kubu imperialis global.
Penyair Ahlul Bait dan Perempuan dalam Perspektif Rahbar
Menjelang tibanya hari kelahiran berbahagia Sayidah Fatimah Zahra as, ribuan pelantun syair Ahlul Bait as bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Dalam kesempatan itu, setelah dilantunkan syair pujian tentang keutamaan-keutamaan Sayidah Fatimah, Ayatullah Sayid Ali Khamenei memaparkan penjelasan penting terkait kedudukan unggul putri Rasulullah Saw tersebut, kewajiban para pelantun syair Ahlul Bait dan perkembangan dunia terkini.
Dalam budaya Islam, pelantun syair Ahlul Bait as atau yang lebih dikenal sebagai Zakir atau Maddah adalah orang-orang yang menyampaikan keutamaan-keutamaan Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as, dan menjelaskan ajaran agama di berbagai majelis keagamaan, dalam bingkai syair.
Ayatullah Khamenei
Pada kenyataannya, Maddahi adalah jenis kesenian yang bisa menyampaikan pemahaman akhlak sahih dan ajaran agama yang kokoh dan bijak dalam sebuah pertunjukan seni, kepada khalayak. Maddahi juga dapat membangkitkan perasaan dan motivasi masyarakat untuk meraih keutamaan Ilahi dan makrifat agama.
Ayatullah Khamenei di awal pertemuan itu menilai para Maddah sebagai orang-orang yang meneriakkan tuntutan kebenaran di tengah dunia yang dikuasai penindasan dan penentangan terhadap Tuhan. Rahbar memohon kepada Allah Swt agar para Maddah selalu dibimbing dan sukses dalam melayani Ahlul Bait as.
Menurut Ayatullah Khamenei, derajat tinggi Sayidah Fatimah Zahra berada di luar jangkauan manusia biasa dan mengatakan, kedudukan spiritual dan keluhuran jiwa manusia-manusia agung Ilahi termasuk Sayidah Fatimah harus didengar langsung dari Allah Swt sendiri dan dari wali-wali-Nya, dan dipahami sesuai ukuran kemampuan kita.
Rahbar terkait wiladah Sayidah Zahra yang diperingati sebagai Hari Perempuan di Iran menuturkan, perempuan dalam logika dan makrifat Islam memiliki seorang teladan. Perempuan Islam adalah makhluk yang beriman, menjaga kesucian, memegang tanggung jawab terpenting dalam mendidik manusia, memainkan peran berpengaruh di masyarakat, memiliki ilmu pengetahuan dan spiritualitas yang berkembang, pengelola lembaga keluarga yang terpenting, sumber ketenangan dan ketenteraman pria.
Semua itu adalah karakteristik perempuan selain kelembutan, ketenangan batin, kesiapan menerima cahaya Ilahi, ini adalah teladan perempuan Islam. Sebaliknya, ada model perempuan menyimpang, yang hari ini menjadi teladan menyimpang, teladan perempuan Barat.
Para pembaca kidung Ahlul Bait
Karateristik menonjol dan unggul yang kita saksikan pada perempuan Islam, tidak kita lihat pada perempuan Barat, sebaliknya keunggulan utama mereka terletak pada kemampuan menarik perhatian laki-laki dan menjadi pemuas birahi kaum pria.
Ayatullah Khamenei menegaskan, kondisi perempuan Barat saat ini dilihat dari sudut kebebasan liar kembali ke salah satu dari dua abad terakhir. Rahbar menjelaskan, soal kebijakan apa yang diterapkan sehingga menyebabkan masyarakat Barat terseret ke arah ini dan tujuannya apa, perlu pembahasan panjang dan rinci.
Akan tetapi sekarang realitasnya adalah, perempuan Barat menjadi komoditas konsumsi, riasan wajah, pajangan bagi laki-laki dan perantara pemuas birahi kaum pria. Sisanya yang mereka katakan, seperti kesetaraan gender, secara lahir seperti itu namun batinnya seperti yang saya katakan sebelumnya. Rahbar menilai jilbab sebagai instrumen untuk melindungi perempuan dan menuturkan, hari ini panji independensi identitas dan budaya perempuan berada di tangan perempuan Iran.
Hari ini, kaum perempuan Iran dengan menjaga jilbabnya, telah mengumumkan independensi identitas diri dan budayanya kepada dunia. Perempuan dapat berpartisipasi aktif di bidang sosial dan memainkan peran berpengaruh di masyarakat. Rahbar menegaskan, jilbab, kesucian dan menjaga jarak antara perempuan dan laki-laki dalam batas mencegah kemungkinan dijadikan alat pemuas nafsu pria non-mahram, anti-pelecehan dan anti-penghinaan adalah ciri khas perempuan Iran dan perempuan Islam.
Dalam kelanjutan paparannya, Ayatullah Khamenei menyinggung kedudukan perempuan dalam budaya Islam dengan menekankan urgensi keluarga dan slogan kesetaraan gender. Ia menerangkan, mereka yang mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah di saat pria terjun di berbagai bidang, perempuan juga harus terjun ke bidang-bidang itu, sebenarnya telah berkhianat kepada privasi, kepribadian dan identitas perempuan.
Rahbar menganggap partisipasi perempuan di bidang sosial sebagai hal urgen. Menurutnya, hari ini banyak perempuan yang menjadi bagian dari kelompok ilmuwan terbaik kita, penulis terbaik kita, tokoh budaya terbaik kita yang hari ini aktif di tengah masyarakat kita.
Di saat yang sama, pengelola rumah tangga juga adalah perempuan, poros keluarga juga perempuan, lebih penting dari semua pekerjaan perempuan adalah menjadi ibu, istri dan pencipta ketenangan dan ketenteraman, inilah ciri khas perempuan dalam Islam. Rahbar menganggap karakteristik tersebut sebagai pembentuk independensi perempuan Iran yang harus terus dijaga.
Para pembaca kidung ahlul Bait
Rahbar juga menyinggung upaya terus menerus musuh Islam dan Iran untuk menyerang identitas independen budaya perempuan Muslim dan mengatakan, musuh tidak mungkin berhasil dalam hal ini, namun apa yang saya rasakan, terkadang ada sebagian orang yang tergolong khusus, tanpa sadar bekerjasama dengan musuh dan mempertanyakan urgensi jilbab di tengah lingkungan sosial.
Terkait perlawanan Imam Khomeini dalam menghadapi maraknya perbuatan haram di tengah masyarakat, Ayatullah Khamenei menambahkan, jika seseorang tidak mengenakan penutup aurat di rumahnya sendiri meski ada non-mahram, itu urusannya sendiri dengan Tuhan dan pemerintah tidak ikut campur tangan, namun jika ia tidak menutup aurat di tempat umum atau di jalan-jalan, ini adalah urusan sosial, sebuah pendidikan umum, ini kesalahan, wajib bagi pemerintah yang mengatasnamakan Islam untuk menindaknya.
Perbuatan haram secara syariat tidak boleh dilakukan secara terbuka di negara ini. Allah Swt mewajibkan pemerintahan Islam untuk mencegah meluasnya gelombang perbuatan haram di masyarakat. Pemerintah Islam berkewajiban untuk melawan perbuatan haram dan dosa yang dilakukan secara terang-terangan.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyoroti slogan kebebasan dan kesetaraan gender di Barat dan mengatakan, orang-orang yang menyebarluaskan isu kebebasan, pandangan liar di tengah masyarakat, adalah orang-orang yang tidak bebas, mereka tersandera budaya Barat. Budaya inilah yang tengah mengarahkan mereka, lalu kebebasan macam apa ini ? kebebasan adalah anda memiliki niat anda sendiri, iman anda sendiri, pemikiran anda sendiri, Al Quran anda sendiri, teladan Islam anda sendiri dan mengikutinya, ini kebebasan, ini kebesaran.
Menurut Ayatullah Khamenei, angka kekerasan terhadap perempuan termasuk angka perkosaan dengan kekerasan dan kekerasan dalam rumah tangga yang tertinggi justru di Amerika. Ia menambahkan, Barat meneriakkan kesetaraan gender agar bisa meraih keinginan-keinginannya.
Di Islam, kesetaraan gender adalah, perempuan harus dihormati, tidak dilecehkan, pria karena lebih kuat secara fisik dari perempuan dan karena tubuhnya lebih besar dari perempuan, tidak boleh dibiarkan memaksa perempuan atau melakukan kekerasan, inilah kesetaraan. Beliau menilai penyusunan undang-undang yang memberi solusi atas masalah keluarga dan perempuan sebagai hal yang darurat dan menegaskan, dalam penyusunan undang-undang ini standar-standar Barat seperti definisi tentang kekerasan, tidak boleh dijadikan prinsip.
Rahbar di akhir pidatonya menganggap komunitas Maddah sebagai media yang kuat dan penting, dan karena berhadapan dengan seluruh lapisan masyarakat, punya kesempatan dan peluang yang cukup untuk menyampaikan pesan. Kepada para Maddah, beliau menyarankan untuk bekerja keras meningkatkan makrifat dan keimanan masyarakat, dan memilah syair-syair serta penjelasan mereka sehingga dapat meningkatkan makrifat dan keimanan masyarakat.
Para pembaca kidung Ahlul Bait
Rahbar juga menyarankan agar di majelis-majelis para Maddah, disebarluaskan akhlak dan perilaku Islami, persatuan nasional, kecintaan pada Al Quran dan shalat serta mencegah masyarakat dari dosa dan keburukan, juga memberikan pencerahan politik. Menurut Rahbar, pencerahan politik merupakan salah satu urgensi terkini masyarakat.
Ia menjelaskan, musuh secara teratur setiap hari melemparkan kerancuan di bidang politik, mengapa Iran ikut campur dalam urusan negara kawasan. Sekarang siapa yang menuduh ? Amerika yang menyebarkan fitnah dan kerusakan di seluruh wilayah. Di manapun ada Amerika, maka di sanapun ada kerusakan. Dimana ada Amerika, di sana ada fitnah.
Negara penyebar fitnah dan kerusakan yaitu Amerika mengatakan kepada kita, mengapa kalian mencampuri urusan kawasan, baiklah, jika kami ingin berpartisipasi menyelesaikan urusan kawasan apakah harus meminta izin dari anda ? untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah kawasan kami harus berunding dengan negara-negara kawasan, mengapa mesti berunding dengan anda ? kapanpun kami ingin hadir di Amerika, maka kami akan berunding dengan anda.