
کمالوندی
Makam Bibi Hakimeh Khatoon
Salah satu Emamzadeh besar yang dimakamkan di selatan Republik Islam Iran adalah Hadrat Bibi Hakimeh sa. Letak makam ini di antara selat di selatan distrik kaya minyak Gachsaran, Provinsi Kohgiluyeh dan Boyer-Ahmad, tepatnya di lerang gunung besar. Jalan Dogonbadan menuju Baba Kalan melewati Makam Bibi Hakimeh.
Makam Bibi Hakimeh Khatoon menjadi tempat ziarah terpenting di seluruh selatan dan barat daya Iran setelah makam saudaranya, Ahmad bin Musa as. Bibi Hakimeh Khatoon adalah salah satu putri Imam Musa Ibn Ja'far as.
Tampaknya beliau bersama saudaranya itu melakukan perjalanan dari Hijaz menuju Merv untuk mengunjungi Imam Ali Ridha as. Namun kemudian beliau meninggal dunia di perjalanan karena sakit dan dimakamkan di Gachsaran.
Setiap tahun, makam Bibi Hakimeh Khatoon menjadi tempat ziarah ribuan pecinta Ahlul Bait as dari dalam dan luar negeri. Dalam beberapa abad lalu, bangunan tua makam beliau telah berulang kali diperbaiki.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, makam dan sekitarnya dibangun dengan struktur yang stabil dan pemandangan yang indah.
Siapa Yang Harus Didahulukan, Ayah Ataukah Ibu?
Hormat kepada ayah dan ibu, juga taat kepada perintah-perintah mereka adalah suatu hal yang lazim dilaksanakan. Sebagai anak kita harus bisa bersikap sedemikian rupa sehingga perintah keduanya bisa kita penuhi. Akan tetapi jika terjadi perbedaan antara perintah keduanya, maka yang harus didahulukan adalah perintah ibu. Itu semua karena derajat dan kedudukan seorang ibu dalam Islam lebih tinggi dibanding ayah.
Berkenaan dengan kedudukan seorang ibu terdapat kisah menyentuh di zaman Nabi saw. Mari kita simak bersama!
Suatu hari seorang sahabat Rasul bertanya, “Wahai Rasulullah! Kepada siapa aku harus berbuat baik?”
“Pada ibumu! Pada ibumu! lalu pada ayahmu”. Jawab Rasul saw.[1]
Cerita lain yang masih terjadi di jaman Nabi saw berkenaan tentang mendahulukan ibu dibanding ayah yaitu suatu hari ada seorang pemuda yang sedang menghadapi sakratulmaut lalu Rasulullah menghampirinya dan bertanya,
“Apa yang sedang kamu saksikan sekarang?”
“Aku melihat dua makhluk dengan wajah yang hitam sedang menuju kepadaku” Jawab pemuda itu.
“Apakah pemuda ini mempunyai ibu?” tanya Rasul pada orang-orang yang hadir. Setelah itu ibu pemuda tersebut datang lalu Rasulullah bertanya, “Apakah kamu ridha kepadanya?”
Sang ibu menjawab, “Tidak! Tapi karena Engkau, Wahai Rasulullah, sekarang aku ridha”.
Setelah itu pemuda yang sedang sekarat berkata, “Sekarang dua makhluk dengan wajah yang berseri sedang menghampiriku.”[2]
Kesimpulannya adalah ketika antara perintah ayah dan perintah ibu terjadi perbedaan yang bertentangan maka yang harus didahulukan adalah perintah ibu. Itu semua karena dalam Islam derajat dan kedudukan seorang ibu lebih tinggi dibanding ayah.
[1] Biharul Anwar, Jild 74, hal 49.
[2] Kanzul Umal, hadits no 14569.
Bebaskan Dirimu dari Masalah
Seorang pria tua memiliki seekor keledai yang sangat ia sayangi, setiap hari ia menyempatkan untuk berjalan-jalan mengelilingi desa dengan kesayangannya tersebut. Pada suatu hari dimana ia sedang berjalan dengan keledainya itu, keledainya terjatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam dan dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, dengan berat hati ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup dan merelakannya.
Lelaki tua itu pun mulai menimbun lubang tersebut dengan tanah. Keledai yang merasa badannya tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang.
Berulang kali keledai itu mengibaskan kembali tubuhnya dan menaiki tanah tersebut. Semakin tanah ditimbun, semakin tinggi tanah tersebut naik. Menjelang siang, keledai itu dapat keluar dari lubang, dan berhasil menyelamatkan diri lalu merumput di padang rumput hijau. Si pemilik pun merasa senang akhirnya si keledai bias keluar dari lubang tersebut.
Setelah banyak ‘mengibaskan’ masalah, Dan melangkah (belajar dari kisah di atas), Suatu saat setelah terlepas dari masalah, anda akan mampu merumput di padang rumput hijau yang artinya anda akan mampu meraih apa yang anda impikan.
jadi jangan menyerah dengan keadaan yang terlihat begitu sulit di hadapan anda, mulailah berpikir memanfaatkan sesuatu di sekeliling anda untuk membebaskan diri dari setiap masalah.
Kriteria Sahabat Menurut Islam
Salah satu nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh Allah swt adalah kita diberikan insting untuk bersosialisasi dengan sesamanya dan hasil dari itu semua adalah terciptanya persahabatan antara individu yang menjalin satu ikatan kebersamaan. Dan dari pada itu semua persahabatan memiliki efek kepada kehidupan kita dan pada pola fikir kita sebagai manusia dalam memandang masa depan. Ini semua efek dari adanya jalinan persahabatan yang merupakan kebutuhan setiap manusia sebagai makhluq social.
Tanpa diragukan lagi, hal-hal terpenting yang membentuk pribadi seseorang setelah kehendak dan kemauannya sendiri adalah persahabatan dan pergaulan dengan sesama. Karena disadari ataupun tidak semua itu memiliki dampak pada pribadi seseorang seperti pola pikir, prilaku dan pandangan hidup diperoleh dari apa yang ia ambil dari sahabatnya. Disamping itu, sahabat bisa membawamu pada keridoan ataupun kemurkaan Tuhan.
Islam memandang persahabatan sebagai nilai agung dan menentukan dalam nasib dan kehidupan seseorang. Sehingga Nabi Muhammad saw dan sahabatnya yang mulia sangat menekankan untuk menjadikan seseorang sebagai sahabat kita sesuai dengan kriteria yang terkandung dalam nilai-nilai agama Islam. Beliau bersabda: “Orang menjalin persahabatan setelah teliti dalam memilih sahabat, maka persahabatannya akan langgeng dan kokoh”.
Menurut Islam, kriteria terpenting kematangan seseorang dalam bernalar sehingga dapat mengambil sikap yang bijak dan logis dalam semua hal. Dan dia harus menjadi penasehat bagi orang lain yang menunjukan kesalahan sahabatnya bukan hanya memujinya dalam segala hal dalam rangka menarik simpatinya. Banyak hadis yang menyatakan bahwa kita harus memilih sahabat yang bijak dan berakal sehingga kita senantiasa bersama orang-orang yang berakal dan itu merupakan jalan keselamatan bagi kita. Salah satu hadits dari Rasulullah saw menggambarkan hal ini, beliau bersabda: “Bersahabat dengan orang Arif dan bijak akan menghidupkan jiwa dan Ruh.”
Hal yang lain yang harus kita jadikan kriteria sebagai seorang sahabat adalah apa yang datang nasihat-nasihat para Nabi dan yang terdapat dalam Quran yang mengisyarahkan tentang ciri sahabat yang baik yang harus kita pilih. Diantaranya :
· Iman
Iman merupakan pondasi persahabatan yang paling kuat yang bisa menjadikan wasilah untuk mempererat hubungan hamba dengan Tuhannya. Iman disini adalah keyakinan terhadap pondasi agama seperti keesaan Tuhan, Nabi dan Hari Kiamat. Di dalam al-Quran di isyaratkan untuk tidak berteman selain dengan orang-orang mukmin dan jika tidak maka kita akan terlepas dari pertolongan Tuhan. ‘QS. Ali Imran : 28’
· Memberikan rasa hormat terhadap yang berbeda keyakinan (Toleran)
· Jujur
Kejujuran merupakan modal untuk mempererat tali persahabatan yang dengannya akan tercipta rasa saling percaya satu sama lain.
· Bukan orang munafik
Mereka adalah orang-orang yang akan membahayakan aqidah kita dan agama kita, karena kemunafikan seseorang bersumber dari keingkarannya terhadap apa yang kita yakini dan dia akan menjadi agen musuh agama kita. ‘al-Baqarah : 14’
· Berakhlaq mulia
Mereka inilah yang akan selalu mengingatkan kita kepada akhirat, dengan melihatnya akan menstimulasi diri kita untuk lebih mencintai agama kita. Mereka akan selalu mengingatkan akan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, bukan membenarkan setiap apa yang kita lakukan meskipun itu salah.
Apa Makna Ayat “Allah Mengeluarkan Orang-Orang Beriman Dari Kegelapan Menuju Cahaya” Dalam Ayat Kursi?
Apakah Orang-Orang Beriman Pernah Masuk Dalam Kegelapan?
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah, ayat 257)
Pertanyaannya adalah apakah orang-orang yang beriman pernah masuk dalam kegelapan?
Berkenaan dengan pertanyaan di atas, penulis Tafsir Al-Mizan mengatakan bahwa dari awal penciptaan, manusia sudah mempunyai cahaya yaitu cahaya fitrah yang sifatnya masih umum dan belum sempurna. Jika ia menjaga cahaya fitrah ini maka cahaya itu akan tumbuh dalam dirinya dan menyempurna. Maka dari itu dikarenakan seorang manusia dari awal penciptaannya hanya mempunyai cahaya yang belum menyempurna maka ia masih belum mempunyai pengetahuan terhadap ilmu kebenaran dan amal-amal soleh, jadi manusia masuk dalam dzulmat (kegelapan). Dari sinilah kegelapan dalam ayat ini bermakna tidak lengkapnya pengetahuan akan kebenaran yang hakiki.[1]
Akan tetapi Mufasir lainnya dalam menjawab pertanyaan ini mengatakan bahwa hal ini diungkapkan berdasarkan kaidah sastra bahasa arab dan istilah keseharian orang Arab. Kelompok ini berpendapat bahwa keluarnya seorang mukmin dari kegelapan bukan bermakna bahwa ia sebelumnya berada dalam kegelapan lalu setelah itu keluar darinya. Namun ini merupakan istilah yang banyak digunakan dalam bahasa Arab. Yaitu ketika orang Arab berbicara tentang keluarnya seseorang dari sebuah tempat maka tidak melazimkan ia telah masuk dalam tempat tersebut setelah itu mereka mengeluarkannya. Namun maksud mereka adalah ia terhalang dari masuk dalam tempat tersebut atau tidak seharusnya ia masuk ke sana.[2]
Contoh penggunaan ini terdapat dalam surah Yunus, ayat 98, Allah swt berfirman, “Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia”. Yang mana pada saat itu sama sekali kaum Yunus belum merasakan azab Allah swt. Akan tetapi dzahir ayat mengatakan bahwa Allah mengangkat kaum Yunus dari azab karena mereka telah beriman yang seakan-akan kaum Yunus telah merasakan azab Allah.
Atau dalam riwayat juga dikatakan bahwa siapa saja yang bersyahadat dengan “Asyhaduanna Muhammadarrasulullah” maka ia akan keluar dari api neraka. Namun sudah sangat jelas bahwasanya orang-orang yang bersyahadat sama sekali tidak akan masuk dalam api neraka yang mana ingin keluar darinya. Akan tetapi maksud dari riwayat ini adalah terhalang dan tidak akan masuknya mereka ke dalam neraka. Maka dari itu kata “keluar” di sini bermakna terhalang dan terhindar.[3]
Maka dari itu, maksud dari ayat ini ialah tidak ada kelaziman masuknya orang-orang mukmin dalam kegelapan yang mana setelah itu ia keluar darinya, akan tetapi sesuai dengan kaidah sastra Arab dan istilah penggunaan orang Arab sehari-hari bahwa maksud dari ayat ini adalah masuknya mereka dalam naungan cahaya dan terhalangnya mereka dari masuk kedalam kegelapan.
[1] Al-Mizan, jild 2, hal 346.
[2] Mafatihul Ghaib, jild 7, hal 19.
[3] Ibid.
Mengapa Al-Quran Menyebut Ashabul Kahfi Dengan “Para Pemuda” Padahal Tidak Semuanya Muda?
Mengapa Al-Quran Menyebut Ashabul Kahfi Dengan “Pemuda” Padahal Tidak Semuanya Muda?
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (Al-Kahfi, ayat 10)
Berita Dunia- (فتية) adalah bentuk plural dari (فتى) yang bermakna pemuda. Secara dzahiriyah, pemuda adalah sebuah keadaan dimana usia seseorang masih muda dan juga tubuh sedang berada dalam kondisi segar, kuat, serta perasaan menggebu-gebu, dan penuh asmara. Namun jika makna pemuda dilihat dari sisi bathiniyyah maka akan bermakna mereka yang hatinya selalu siap menerima cahaya kebenaran, menjalankan tugas dengan cinta, rela berkorban, dan pemaaf walaupun usia mereka sudah tua.
Ketika kita menggunakan kata pemuda kepada seseorang yang sudah tua maka di sana ada tujuan khusus yang ingin kita sampaikan yakni hakikatnya kita ingin memuji mereka karena mereka itu berani, rela berkorban, pemaaf, dan kuat walaupun usianya sudah tidak masuk dalam kategori muda lagi.
Apabila kita melihat ayat al-Quran juga sejarah ringkas yang hadir di depan kita maka kita menyaksikan bahwasanya Ashabul Kahfi hidup di zaman yang mana pada saat itu orang-orang menjadikan berhala sebagai tuhan, penguasa negara yang dzalim, serta akhlak-akhlak penduduk yang buruk seperti mencuri, membunuh, dan lailn-lain. Pernah para pemuda Ashabul Kahfi berencana untuk melawan ini semua namun disebabkan ketidak mampuan mereka maka mereka pergi meninggalkan wilayah yang penuh dengan maksiat tersebut. Namun pembahasan kita sekarang adalah apakah benar bahwa anggota Ashabul Kahfi itu semuanya adalah pemuda?
Dalam menjawab keraguan macam ini terdapat sebuah riwayat dari cucunda baginda Nabi saw yang bernama Sayidina Jafar Shadiq.
Suatu hari ia bertanya pada salah satu muridnya, “Apakah kamu tahu makna dari kata “Fata” (pemuda)?
“Fata (pemuda) adalah orang yang usianya masih muda”. Jawab salah satu muridnya.
Lalu Sayidina Jafar berkata, “Apakah kalian tahu bahwa Ashabul Kahfi adalah orang-orang tua dan tidak muda lagi? Akan tetapi Allah dalam al-Quran menyebut mereka dengan “Fityah” yakni para pemuda. Itu semua dikarenakan bahwa mereka adalah orang-orang beriman.”
Setelah itu lalu beliau melanjutkan perkataannya,
“من آمن باللَّه و اتقى فهو الفتى”
“Barang siapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah maka ia adalah seorang pemuda”.[1]
Kesimpulannya adalah karena anggota Ashabul Kahfi adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt maka di dalam al-Quran, Allah menyebut mereka dengan sebutan “para pemuda”.
[1] Nurul Tsaqalain, jild 3, hal 224.
Cara Ideal untuk Menghilangkan Kegelisahan
Setiap dari kita pasti sering merasakan kesumpekan, kegundahan, kekhawatiran dan kegelisahan terhadap sesuatu. Jelas hal ini akan mempengaruhi kondisi psikologis kita yang akhirnya berdampak pada aktivitas harian yang kita lakukan. Telah terbukti secara ilmiah bahwa Kondisi seperti ini bukanlah merupakan penyakit jasmani yang bisa kita sembuhkan dengan merujuk kepada seorang dokter. kesumpekan disebabkan oleh penyebab rohani kita seperti layaknya kebahagiaan dan kelapangan dada yang adalah lawan dari kegelisahan tersebut. Roh yang berdenyut di dalam diri kitalah yang menjadi sumber kesumpekan jika anda tertimpa kegelisahan.
Ketika anda tiba-tiba merasakan sumpek dan resah kapan pun itu dan tidak tahu cara membebaskan diri dari keadaan itu, maka perlu anda ketahui bahwa cara supaya terbebas dari kegelisahan adalah berlindung pada firman Allah Ta’ala dan jika anda mengaplikasikan pesan-pesan yang terkandung dalam firman tersebut, maka anda akan merasakan kelapangan yang luar biasa.
Syahid Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi, Seorang Ulama besar dari Suriah mengatakan bahwa jika anda merasakan kesumpekan dan kegelisahan serta tidak mengetahui jalan keluar untuk membebaskan diri darinya, maka hendaknya anda kembali kepada Kitabullah dan hendaklah anda menjadikan Al-Quran sebagai wirid harian anda.
Namun perlu diketahui bahwa anda pun harus menjaga adab-adab dalam membaca al-Quran sehingga akan memberikan efek lebih sempurna terhadap jiwa anda, seperti memiliki wudhu, duduk dengan menghadap kiblat, berusaha mentadabburi setiap ayat yang dibaca dan lain sebagainya.
Jika hal tersebut anda lakukan, maka niscaya Allah swt akan membebaskanmu dari kesumpekan.
Hukum Hanya Hukumnya Allah
Rasulullah Saw senantiasa memaafkan bila masalahnya terkait dengan pribadi beliau dan tidak mempermasalahkan perilaku buruk orang lain. Namun bila masalahnya terkait dengan urusan sosial dan agama, maka beliau benar-benar menunjukkan reaksinya. Agar hak umat Islam tidak terabaikan dan sunah Allah tidak terinjak-injak.
Pada masa pembebasan kota Mekah [Fathu Mekah] dan kemenangan umat Islam, sampailah sebuah kabar kepada Rasulullah Saw bahwa salah seorang wanita Quraisy mencuri. Rasulullah Saw berkata, berdasarkan hukum Allah tangan pencuri harus dipotong. Bawa kepadaku perempuan itu agar aku laksanakan hukum Allah terkait dengannya.”
Namun para sahabat dan orang-orang yang berada di sekitar beliau masing-masing mengatakan sesuatu. Seseorang berkata, “Sekarang bukan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal ini. Kita baru saja datang ke kota ini. Kita harus mengambil hati masyarakat.
Yang lainnya berkata, “Perempuan ini adalah putrinya seseorang yang terkenal. Sebaiknya Anda abaikan saja kesalahannya.” Dan lain sebagainya.
Tapi Rasulullah Saw berkata, “Apakah kalian mengatakan, aku harus mengabaikan undang-undang Islam? Bila perempuan ini adalah perempuan yang tidak punya siapa-siapa, kalian juga akan mengatakan seperti ini? atau kalian mengatakan, aku harus menghukumnya supaya menjadi pelajaran bagi yang lainnya?”
Kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah bahwa undang-undang Allah tidak bisa ditafsirkan dan tidak bisa diliburkan.” Dan beliau memerintahkan agar tangan perempuan itu dipotong.
Salam Dari Surga
Agama Islam sangat memperhatikan adab pergaulan. Rasulullah senantiasa mengatakan, “Bila dua orang muslim berjumpa atau masuk pada sebuah perkumpulan sebaiknya mengucapkan salam. Supaya rajutan kasih sayang semakin kokoh di antara mereka.”
Dan di tempat lain beliau bersabda, “Mengucapkan salam bisa menjauhkan seseorang dari takabbur [kesombongan]...Bila ada seseorang mengucapkan salam maka yang orang yang dituju hendaknya menjawab dengan intonasi yang lebih baik...”
Tentunya terkait mengucapkan salam ada banyak hadis dan riwayat dan salah satunya adalah “Mengucapkan salam hukumnya sunnah dan menjawabnya wajib...”
Di hari-hari pertama pengutusan kenabian, masyarakat ketika berjumpa dengan yang lainnya, mengucapkan selamat pagi, selamat sore dan selamat malam. Sampai ketika Rasulullah Saw mendatangi mereka dan mengatakan, “Jibril turun kepadaku dan menyampaikan ucapan Allah seraya berkata, “Jangan mengucapkan salam dengan yang lain dengan cara tradisi Jahiliyah.”
Kemudian bersabda, “Allah telah memberikan hadiah yang lebih baik untuk kita dan memerintahkan kita untuk mengucapkan salam dengan yang lain dengan cara para penghuni surga. Oleh karena itu, untuk selanjutnya, ketika berjumpa dengan saudara-saudara seagama ucapkanlah “Salamun ‘Alaikum” dan dengan mengucapkan salam dan jawabannya, hadiahkan keselamatan pada saudara-saudara kalian!”
Allah Merindukan Pertemuan Denganmu
Di Akhir usianya, Rasulullah Saw sakit parah dan akibatnya adalah beliau meninggal dunia. tiga hari sebelum wafat, Jibril datang menemui beliau dan berkata, “Hai Ahmad! Allah mengutusku kepadamu untuk menyampaikan salam-Nya dan kukatakan bahwa Dia mengetahui kondisimu.”
Tapi sekarang katakan bagaimana dengan kondisimu sendiri?
Rasulullah Saw berkata, “Hai Jibril, aku sedih dan suntuk.”
Tiga hari kemudian [di detik-detik terakhir usianya] Jibril datang menemui Rasulullah bersama Izrail dan seorang malaikat bernama Ismail dan tujuh puluh ribu malaikan lainnya. Jibril berkata, “Hai Ahmad, aku diutus Allah kepadamu untuk menyampaikan salam-Nya kepadamu dan kukatakan bahwa Dia mengetahui kondisimu. Tapi sekarang katakan bagaimana dengan kondisimu sendiri?
Rasulullah Saw berkata, “Hai Jibril, aku sedih dan suntuk.”
Jibril berkata, “Hai Ahmad, ini adalah malaikat maut. Dia datang untuk mengambil nyawamu dan dia meminta izin kepadamu. Padahal selama ini dia tidak pernah meminta izin kepada seseorang untuk mengambil nyawanya. Setelah ini juga tidak akan meminta izin kepada siapapun.”
Rasulullah Saw berkata, “Atas namaku, izinkan dia!”
Jibril memberikan izin kepada Izrail dan Izrail maju dan berdiri di depan Rasulullah Saw seraya berkata, “Hai Ahmad, Allah telah mengutusku kepadamu dan Dia memerintahkanku untuk menjalankan perintahmu. Bila engkau mengizinkan, maka akan aku bawa ruhmu. Bila tidak, maka aku tidak akan melakukannya.”
Kemudian Jibril berkata, “Hai Ahmad, Allah merindukan pertemuan denganmu.”
Rasulullah Saw tersenyum dan dengan gembira berkata, “Hai malaikat maut, Lalukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!”(Emi Nur Hayati)
Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw
Rasulullah Saw, Simbol Persatuan Dunia Islam
Umat Islam di seluruh penjuru dunia memperingati maulid Nabi Muhammad Saw, meskipun terdapat perbedaan penanggalan kelahirannya menurut riwayat Sunni dan Syiah. Sunni meyakini Rasulullah Saw dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awal, sedangkan Syiah meyakini tanggal 17 Rabiul Awal. Meskipun demikian, hal ini justru dipahami sebagai momentum persatuan Dunia Islam.
Di Iran, Imam Khomeini mencanangkan “Pekan Persatuan Dunia Islam” dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Hingga kini, Iran terus menerus menyuarakan persatuan Muslim di tengah keragaman mazhab masing-masing.
Persatuan umat Islam dipahami bahwa kaum Muslim mengedepankan kesamaan pandangan sebagai pokok pijakan bersama, yaitu: Tauhid, al-Quran dan Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap prinsip Islam dan masyarakat Muslim, sekaligus sebagai pengikat umat Islam untuk menjauhi friksi antarmazhab, politik, etnis, bahasa dan lainnya.
Dewasa ini, urgensi persatuan Islam lebih mendesak dari sebelumnya.Sebab Islam dan Muslim di seluruh penjuru dunia saat ini menjadi sasaran musuh dengan berbagai programnya, termasuk Islamofobia. Oleh karena itu, seluruh Muslim harus menaati perintah Allah swt dan menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai teladannya, dan perilaku mereka mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw berhasil menyatukan bangsa jahiliyah yang tidak berbudaya dalam ikatan tauhid dan solidaritas umat Islam.
Nabi Muhammad Saw sangat menekankan urgensi persatuan dan solidaritas umat Islam demi mewujudkan tujuan mulia agama Islam, dan beliau sangat mengetahui dengan baik jalan untuk mewujudkannya.Oleh karena itu, Rasulullah Saw mengerahkan seluruh upayanya untuk mewujudkan persatuan umat Islam.
Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw salah satunya adalah mengambil janji setia dan mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Ansar. Dalam perjanjian ini, Rasulullah Saw juga menyatukan suku Aus dan Khazraj yang sering berperang hingga bertahun-tahun. Sejarah mencatat, peperangan antara dua kabilah itu lebih dari seratus tahun.
Rasulullah Saw dengan baik memahami bahwa Islam tidak akan berakar kuat di kota Madinah dan di wilayah lainnya ketika antarsesama anggota masyarakat masih berperang mengenai masalah suku maupun etnis dan kelas sosial. Dengan metode yang sangat cerdas, Rasulullah Saw mempersaudarakan satu persatu dari kedua kelompok. Nabi Muhammad Saw dalam sebuah pertemuan besar bersabda, “Setiap pasang terdiri dari dua orang menjadi saudara seagama”.
Saking kuatnya ikatan persaudaraan ini, seorang Muslim akan mendahulukan saudara seagama dari dirinya sendiri. Sejarah mencatat suatu hari terjadi pembagian pampasan perang atau ghanimah. Rasulullah Saw berkata kepada orang-orang Ansar supaya mempersilahkan muhajirin ikut dalam pembagian ghanimah tersebut.
Pihak Ansar menjawab, “Kami tidak hanya akan memberikan ghanimah kepada saudara muhajirin, tapi mereka juga diperbolehkan untuk tinggal di rumah kami,”. Sejatinya, tindakan Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum muhajir dan Ansar merupakan terobosan besar yang dicatat dalam sejarah. Persatuan tersebut menjadi model persatuan dunia Islam hingga kini.
Persatuan Islam merupakan salah satu faktor terpenting bagi kemuliaan dan kemenangan Muslim di berbagai bidang, dari aspek sosial hingga politik. Sebaliknya, perselisihan dan friksi hanya menghasilkan kelemahan dan ketidakberdayaan umat Islam. Potensi sumber daya Muslim yang besar terbuang percuma, dan umat Islam terkotak-kotak secara etnis, kelompok sosial dan kecenderungan politiknya masing-masing.
Nabi Muhammad Saw memandang sama setiap Muslim. Bagi Rasulullah Saw, tidak ada bedanya seorang budak seperti Bilal dan Zaid bin Haritsah, yang menjadi komandan pasukan Muslim. Parameter keutamaan dalam Islam yang dijadikan pijakan oleh Rasulullah Saw adalah ketakwaan. Oleh karena itu, orang yang paling takwa adalah orang yang paling mulia tanpa memandang status sosial maupun etnisnya.
Suatu hari Salman sedang duduk di Masjid, dan sebagian tokoh juga berada di sana. Lalu muncul pembicaraan mengenai silsilah keturunan mereka. Masing-masing berbangga dengan keturunannya sendiri. Kemudian tibalah giliran Salman untuk menjelaskan garis keturunannya.
Ketika itu, Salman berkata, “Namaku Salman, putra salah seorang hamba Allah. Dulu tersesat, tapi Tuhan memberikan hidayah melalui Nabi Muhammad Saw. Dahulu aku miskin, tapi Allah swt membuatku tidak membutuhkan melalui Muhammad. Dahulu aku budak, tapi kini Tuhan membebaskanku melalui Muhammad. Inilah silsilah garis keturunanku.”
Pada saat itu, Rasulullah Saw memasuki masjid, dan peristiwa tersebut dijelaskan kepada beliau oleh salah seorang dari mereka yang berada di masjid itu. Di hadapan para pemuka Quraisy, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai kaum Quraisy! Apa artinya darah? Apa maknanya suku? Garis keturunan tidak pernah menjadi kebanggaan dalam agama seseorang. Ksatria adalah orang yang berakhlak mulia dan berbuat baik lebih banyak.Keutamaan setiap orang adalah akal dan pemahamannya.Lalu apa yang lebih utama dari akal?” Pernyataan Rasulullah saw tersebut menegaskan penolakan terhadap fanatisme kabilah, dan mengutamakan persatuan.
Nabi Muhammad Saw menentang keras fanatisme etnis, dan mendukung orang orang yang tertindas. Kebanyakan dari mereka adalah budak yang tidak berada dalam perlindungan satu kabilah pun. Tapi, Rasulullah saw mengakui hak sosial dan politik mereka yang sama dengan orang lain.
Rasulullah Saw dengan baik mengetahui bahwa manusia sama secara fitrahnya. Semua manusia dilahirkan sama dari sisi kemanusiaannya, dan perbedaan suku, bahasa dan tempat kelahiran tidak menghalangi hak kemanusiaan mereka. Selain itu, Nabi Muhammad Saw juga menghapuskan tradisi ribuan tahun dua kelompok; budak dan tuan, yang berkembang di tengah masyarakat ketika itu.
Terkait hal ini, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tuan dan budak sama saja, mereka saudara dan berasal dari satu keturunan. Semua asalnya dari tanah. Tidak ada keunggulan kulit putih dari kulit hitam. Para budak yang berada di bawah kalian adalah saudara kalian juga dan memiliki hak seperti kalian. Makanan yang kalian makan, berikan juga kepada mereka. Pakaian yang kalian kenakan, berikan juga kepada mereka. Jangan memaksa mereka melakukan pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakannya. Kalian juga harus membantu pekerjaan mereka,”.
Di bagian lain, Rasulullah Saw menegaskan hak-hak para budak yang harus diperhatikan para tuannya,“Perhatikan adab setiap kali kalian memanggil mereka. Jangan panggil mereka dengan budakku! Sebab mereka semua, baik laki-laki maupun perempuan adalah hamba Tuhan! Semua milik-Nya.” Sabda Rasulullah Saw tersebut memberikan pengaruh terhadap para sahabatnya. Contohnya, Zaid bin Haritsah membebaskan budak yang dihadiahkan istrinya. Lalu ia mengangkat budak itu sebagai anaknya. Kemudian dinikahkan dengan putri bibinya dari kabilah terkemuka Quraisy.
Perpecahan dan friksi di Madinah selalu muncul baik terbuka maupun tersembunyi. Tapi dengan sigap Rasulullah Saw meredamnya. Salah satu yang menjadi pemicunya adalah manuver Abdullah bin Ubay, seorang munafik yang dicatat dalam sejarah Islam. Meskipun Abdullah bin Ubay menampakkan diri beriman, tapi ia selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk memecah belah umat Islam. Bahkan ia juga menjalin hubungan dengan Musyrikin Mekah. Selain itu, ia juga memainkan peran penting dalam memprovokasi Yahudi Madinah supaya melanggar perjanjian dengan Muslim.
Meskipun Rasulullah Saw mengetahui sepak terjang Abdullah bin Ubay, tapi beliau tidak menindak langsung demi menjaga persatuan umat Islam dan hanya mengontrolnya dan meminimalisir dampak buruknya. Sejatinya, Rasullah Saw selalu mengutamakan persatuan dan solidaritas umat Islam, dan inilah yang dihadiahkan beliau kepada umat Islam di hari mulia kelahirannya.
Mab'ats, Momentum Bangkitnya Kemanusiaan
Pada saat itu, rahmat Allah turun ke bumi. Nabi Muhammad menyaksikan malaikat Jibril turun dari langit membawa cahaya terang benderang ke arah beliau. Jibril tiba dan memegang pundak Nabi Muhammad lalu berkata, Wahai Muhammad, bacalah ! Nabi Muhammad menjawab, apa yang mesti kubaca ? Jibril berkata, Iqra bismirabbikaladzi khalaq.... bacalah dengan nama Tuhan yang menciptakanmu. Jibril menyampaikan wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad dan kembali ke langit.
Menggambarkan kejadian ini, Imam Hadi as berkata, Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul saat turun dari gua Hira dan menyaksikan keagungan dan kebesaran Ilahi. Menerima wahyu, begitu berat bagi Nabi Muhammad sehingga ia tampak menggigil seperti seorang yang sedang sakit demam.
Allah Swt berkehendak membersihkan "dada" Nabi Muhammad yaitu mewujudkan kesempurnaan dan meneguhkan hatinya. Saat Nabi Muhammad kembali ke rumahnya, bebatuan besar, kerikil dan segala sesuatu yang dilewatinya mengucapkan salam. Benda-benda itu berujar, Assalamualaika Ya Rasulullah. Selamat kepadamu karena Tuhan telah memberi keutamaan dan menghiasimu dengan keindahan, dan selamat untuk umat manusia dari awal hingga akhir.
Peristiwa terpenting dalam sejarah Islam yang menjadi momentum agung dan paling berpengaruh bagi nasib umat manusia adalah Mab'ats atau pengangkatan Nabi Muhammad menjadi rasul. Bi'tsah artinya dibangkitkan dan dalam istilah berarti pengutusan seorang manusia dari sisi Tuhan untuk menghidayahi manusia lain.
Bi'tsah dan risalah kenabian tidak bisa kita batasi hanya pada kaum atau etnis tertentu saja, karena Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia di sepanjang masa. Dengan bi'tsah, Allah Swt menyerukan perintah yang bersumber dari rahmat-Nya kepada manusia untuk bangkit. Wahyu Tuhan dibawa turun ke bumi oleh Jibril dan disebarluaskan oleh Nabi Muhammad ke seluruh penjuru alam.
Menjelang diangkatnya Nabi Muhammad menjadi rasul, dunia berada dalam krisis dan kemerosotan moral akut. Kebodohan, perampokan, penindasan, kerusakan sosial, kebebasan tak terkendali, diskriminasi dan ketidakadilan, dicampakkannya akhlak dan kemanusiaan, saat itu menguasai seluruh manusia di muka bumi.
Jazirah Arab khususnya Hijaz dari sisi kebudayaan, politik, ekonomi dan sosial adalah wilayah yang mengalami kondisi paling buruk kala itu. Perempuan Arab bukan hanya tidak terpenuhi hak-hak dasarnya, bahkan diperjualbelikan layaknya barang. Anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup.
Sebagaimana dijelaskan dalam Surat An Nahl ayat 58-59, "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu".
Al Quran di banyak ayat menjelaskan tujuan pengangkatan Nabi Muhammad. Tujuan paling mendasar Mab'ats adalah menyeru manusia kepada tauhid dan penyembahan Tuhan yang esa, dan menolak segala bentuk syirik dan thagut. Di ayat ke 36 Surat An Nahl, Allah Swt berfirman, "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".
Pada kenyataannya, tugas terpenting nabi-nabi Tuhan adalah memberantas kebodohan, kepalsuan dan standar-standar yang salah, lalu menggantinya dengan nilai-nilai Ilahi. Tujuan penting lain pengangkatan Nabi Muhammad adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat.
Para nabi diangkat untuk menerapkan hukum Tuhan dan menegakkan keadilan sehingga kehidupan manusia kental dengan nilai Ilahi. Dalam Surat Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan".
Rasulullah Saw menyebut tujuan terpenting Mab'ats adalah menyempurnakan akal dan pikiran manusia, karena tauhid dapat diterima jika umat manusia meningkatkan level berpikirnya. Manusia yang lalai atas kekayaan berharganya itu, bisa saja menyembah batu atau bunga, namun manusia-manusia agung dan ahli berpikir yang berhasil mengungkap sumber penciptaan, akan mensyukuri pencipta seluruh benda itu.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt tidak mengangkat seorang nabi dan rasul kecuali untuk menyempurnakan akal dan kemampuan berpikir manusia, oleh karena itu para nabi dan rasul harus memiliki kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, Mab'ats adalah dimulainya kebangkitan Islam dan sumber peradaban serta kebudayaan Islam, juga terbentuknya sebuah masyarakat Islam yang bersatu. Dari sini, tidak ada gerakan apapun yang bisa dibandingkan dengan gerakan Islam. Realitasnya, Mab'ats adalah perubahan di seluruh masyarakat manusia dan menunjukkan bahwa masyarakat paling terbelakang sekalipun yang takut akan perubahan dalam tradisi dan kebiasaannya, bisa meraih puncak keutamaan manusia.
Hasil perjuangan dan jihad Nabi Muhammad selama 23 tahun begitu kokoh dan berakar sehingga dalam waktu yang tidak lama, Muslimin di puncak kemuliaannya, berhasil membangun pondasi peradaban agung di dunia. Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir Tuhan, adalah yang paling sempurna dan menunjukkan jalan kebahagiaan yang paling lengkap bagi generasi umat manusia. Maka setiap kali manusia menerima pengetahuan yang bersumber dari Nabi Muhammad, keburukan akhlak akan tercabut dari masyarakat dan ia akan menyaksikan dunia lebih indah.
Nabi Muhammad sebagai pembawa pesan Islam, dalam waktu tidak terlalu lama mampu mengubah kondisi masyarakat yang jumud dan liar, dan setelah 13 tahun beliau mendirikan sebuah pemerintahan yang berlandaskan ilmu pengetahuan, keadilan, tauhid, spiritualitas dan akhlak.
Ketika terbuka kesempatan untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam pasca hijrah beliau dari Mekah ke Madinah, Nabi Muhammad langsung membangun semangat persaudaraan di tengah Muslimin dan menyingkirkan seluruh perbedaan, perpecahan serta permusuhan dari mereka.
Kemudian Nabi Muhammad mempersenjatai mereka dengan ilmu pengetahuan. Ia mewariskan sebuah ajaran kepada umat manusia yang selalu menjamin kebahagiaan mereka. Dengan pengangkatannya, Rasulullah Saw melakukan revolusi mendasar dalam pemikiran dan nilai-nilai sosial, dan menyeru umat manusia kepada cinta, kemanusiaan, kasih sayang, iman dan keadilan.
Will Durant, sejarawan dan filsuf terkenal Amerika menulis, jika kita mengukur tingkat pengaruh manusia besar ini di tengah masyarakat, harus kita katakan bahwa Muhammad adalah salah satu tokoh sejarah terbesar umat manusia. Dia berjuang meningkatkan level pengetahuan dan akhlak sebuah kaum yang liar karena pengaruh ekstremnya cuaca dan keringnya gurun pasir, sehingga menjadi umat yang satu.
Ia dikaruniai kemampuan yang lebih baik dari para reformis dunia. Sedikit orang, kecuali dia yang dapat memahami bahwa seluruh cita-citanya dapat dicapai melalui jalan agama, karena ia meyakininya. Dari kaum penyembah berhala dan bertebaran di gurun pasir, terbentuklah sebuah umat yang satu.
Ia membawa agama yang lebih baik dan lebih tinggi dari agama Yahudi, Kristen, dan agama-agama kuno Arab. Ajaran yang sederhana, jelas dan kokoh ditopang spiritualitas yang berlandaskan keberanian dan anti-rasis yang selama satu generasi berhasil memenangkan 100 peperangan. Dalam seabad berhasil membangun imperium besar dan luas, dan di masa kita merupakan kekuatan penting yang menancapkan pengaruhnya di setengah dunia.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Rasulullah Saw dengan pengangkatannya berhasil memberikan kehidupan baru di semua bidang kemanusiaan. Manusia bahagia adalah yang menerima seruan kepada kehidupan ini.
Sebagaimana disebutkan Al Quran dalam Surat Al Anfal ayat 24, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan".