
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 90-94
Ayat ke 90-91
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (3: 90)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (3: 91)
Manusia bebas dalam memilih jalannya apakah memilih keimanan atau kekufuran. Ia dapat memilih salah satunya. Sebagian masyarakat mengimani karena taklid kepada nenek moyang atau hawa nafsu atau kondisi zaman. Tapi mengingat keimanan orang-orang ini tidak memiliki fondasi yang benar, maka dengan mudah ia melepaskannya dan menjadi kufur. Bahkan mungkin saja mereka tenggelam dalam kekafiran melebihi yang lain.
Orang-orang ini begitu tenggelam dalam kekufuran dan penyelewengan, sehingga sarana untuk memperbaiki diri telah musnah di tangan mereka sendiri. Sedemikian jauh mereka tenggelam dalam egoisme dan kealpaan, sehingga tidak ada yang dapat menyadarkan mereka, selain lonceng kematian dan kemenangan Muslimin. Sudah jelas bahwa taubat atas dasar takut mati tidaklah punya nilai. Karena taubat haruslah berdasarkan penyesalan internal, bukannya faktor-faktor seperti ketakutan atau kematian yang dipaksakan dari luar terhadap manusia. Bukan hanya taubat lisan yang menyelamatkan orang-orang seperti ini, tapi tidak ada harta yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Tuhan pada Hari Kiamat dan tidak ada teman yang jadi penyelamat mereka dari api neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memelihara dan mempertahankan iman lebih penting dari iman itu sendiri. Banyak sekali orang menjadi kafir setelah beriman.
2. Tuhan menerima taubat, namun sebagian kehilangan peluang untuk kembali karena tak henti-hentinya mengulangi dosa.
3. Jangan kita terlalu optimis dengan masa sekarang, di mana setiap mukmin diancam dengan mati dalam kekafiran.
Ayat ke 92
Artinya:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (3: 92)
Kata di atas dalam bahasa arab memiliki arti yang luas dan mencakup segala jenis kebaikan dalam pikiran atau perbuatan. Sebagaimana dalam al-Quran keimanan kepada Tuhan dan perbuatan atau amalan seperti shalat, jihad dan tepat janji dihitung sebagai substansi kebaikan (birrun). Ayat ini menyebut infak di jalan Allah sebagai salah satu dari contoh kebaikan atau birrun yang diartikan bilamana manusia menafkahkan sesuatu yang disukainya kepada orang lain.
Dinukilkan bahwa di malam perkawinan Sayidah Fathimah as, seorang miskin meminta pakaian usang Sayidah Fathimah. Namun beliau menginfakkan pakaian baru perkawinannya kepada wanita miskin tadi. Ini adalah substansi ayat yang menyatakan, infakkanlah dari apa yang engkau suka, bukannya yang diminta oleh orang miskin. Karena kemungkinan mereka itu menerima hal yang sudah usang disebabkan terpaksa. Bagaimanapun juga, infak memiliki arti yang luas yang meliputi segala bentuk bantuan kepada orang lain, baik berupa sedekah dan pemberian, baik berupa wakaf dan nazar.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah di antara tugas Muslimin.
2. Karena Tuhan membandingkan apa yang kita infakkan, maka sebaiknya kita infak sesuatu yang terbaik dan jangan kikir akan jumlahnya.
3. Syuhada mencapai derajat tertinggi kebaikan (birrun). Karena mereka menginfakkan modal yang paling besar yaitu jiwanya di jalan Allah.
4. Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas.
5. Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari sesuatu yang dikhayalkan mampu mengembangkan jiwa kedermawanan dan pengorbanan.
Ayat ke 93-94
Artinya:
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (3: 93)
Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (3: 94)
Di antara keberatan yang dimiliki oleh yahudi Madinah terhadap Rasul Saw adalah syariat Islam. Mereka menilai syariat Islam bertentangan dengan syariat Musa dan Isa as. Mereka mencontohkan bahwa dalam agama nabi-nabi sebelumnya, daging dan susu unta adalah haram, namun dalam Islam adalah halal. Ayat ini menjawab keberatan mereka itu demikian, "Daging dan susu unta adalah di antara makanan yang dalam syariat Nabi Musa adalah halal. Hanya Nabi Ya'qub yang menghindari daging dan susu unta lantaran keduanya itu berbahaya bagi tubuh Nabi Ya'qub dan Bani Israil mengira ini adalah pengharaman syariat dan selamanya. Padahal hal itu merupakan suatu perbuatan pribadi, bukan hukum Tuhan.
Kelanjutan ayat menyatakan, "Fondasi syariat Nabi Musa adalah Taurat, bukannya ucapan dan apa yang didengar oleh kalian. Jika dalam Taurat, sesuatu dinilai haram, maka anda harus memandangnya haram, jika tidak kalian telah menisbatkan sesuatu kepada Tuhan tanpa alasan."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah mengharamkan apa yang dihalalkan dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Tuhan. Kita harus menerima apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh Tuhan, bukannya dari yang kita dengar dari mulut masyarakat ataupun yang kita saksikan dalam tradisi masyarakat.
2. Konsep dasar bahan makanan adalah kehalalannya. Maksudnya untuk membuktikan kehalalan sesuatu, kita tidak memerlukan argumen. Melainkan kalau kita hendak mengatakan sesuatu itu haram, kita harus membawakan dalil.
3. Jangan kita mengemukakan pandangan dan akidah pribadi atas nama agama, dimana kita telah melakukan kezaliman dalam hak agama, pimpinan dan masyarakat.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 83-89
Ayat ke 83
Artinya:
Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah. Padahal kepada Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (3: 83)
Ayat ini berbicara mengenai eksistensi dan segala yang ada semuanya tunduk terhadap aturan Tuhan di alam raya ini, baik ia memiliki kekuatan atau tidak.
Perilaku segala yang ada di bawah kekuasaan Tuhan seperti halnya ketika mereka diwujudkan di alam ini. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa semua makhluk di alam takwini (penciptaan) tunduk, setia dan patuh terhadap kehendak Tuhan, tetapi lalu kenapa di alam Tasyri' (syariat) menyerahkan diri kepada pemikiran manusia dan tidak mengindahkan aturan Tuhan?
Secara prinsipal, adakah selain Tuhan yang memiliki hak untuk meletakkan undang-undang bagi makhluk? Dan adakah layak bila makhluk meninggalkan agama khalik dan menuju lainnya?
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua alam semesta dengan semua keagungannya tunduk kepada Tuhan. Mengapa kita tidak menuju kepadanya atas kehendak dan pilihan kita sendiri
2. Kesudahan semua alam dan kita manusia berada di tangan Allah, mengapa tidak sebaiknya kita menuju kepadanya atas kehendak kita sendiri.
3. Hakikat agama, adalah tunduk di hadapan Tuhan seorang mukmin tidak sepatutnya bersuara di hadapan kehendak Tuhan.
Ayat ke 84-85
Artinya:
Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka, Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada Nyalah kami menyerahkan diri. (3: 84)
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (3: 85)
Pada ayat ini, Rasul Saw dan orang-orang mukmin lainnya diutus untuk menyatakan keimanannya kepada para Nabi terdahulu dan kitab-kitab mereka dan menekankan soal ketundukan di hadapan perintah-perintah ilahi. Karena semua mereka datang dari satu Tuhan. Tuhan senantiasa mengutus para nabi semenjak awal penciptaan manusia untuk memberi petunjuk mereka kepada kebahagiaan.
Sudah jelas dengan kedatangan setiap nabi baru, tetap tinggal di atas ajaran-ajaran Nabi sebelumnya bertentangan dengan pertumbuhan dan kesempurnaan petunjuk manusia. Para nabi seperti halnya para guru sebuah sekolah yang meninggikan manusia dalam berbagai kelas. Nabi yang terakhir, adalah Nabi Muhammad Saw yang mengemukakan ajaran-ajarannya dalam wadah agama Islam. Jelas di sini bahwa dengan kedatangannya, para pengikut nabi berkewajiban menaatinya dan apabila ada seseorang yang tetap pada agama lain, maka amalannya itu tidak diterima.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tujuan semua nabi adalah satu, meskipun metode dakwah mereka adalah berbeda tergantung kepada masa dan tempat.
2. Dengan adanya agama yang sempurna maka memilih selainnya adalah tindakan yang merugikan.
3. Menerima Islam tidaklah berarti penafian kebenaran agama-agama dan para nabi terdahulu, melainkan keyakinan pada mereka merupakan bagian dari keyakinan seorang muslim.
Ayat ke 86-87:
Artinya:
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (3: 86)
Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (3: 87)
Salah satu hal yang mengancam mukminin adalah kemurtadan. Sejarah menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang beriman kepada Tuhan dan Nabi-Nya. Namun tidak sedikit juga dari mereka meskipun mengetahui kebenaran dan menyadari kebenaran Islam, namun mereka berpaling dari jalan yang benar dan menjadi kafir. Jelas, sekali ada perbedaan antara orang yang tidak memahami kebenaran dan tidak mengimaninya, dengan orang yang telah mengetahui kebenaran, namun menentangnya atas dasar keras hati dan hawa nafsu. Golongan yang kedua tidak akan mendapat rahmat ilahi yang khas dimiliki mukminin. Bukan hanya Tuhan, bahkan para penanggungjawab alam semesta, yakni malaikat dan orang-orang yang mencintai kebenaran membenci orang-orang yang menyia-nyiakan jerih payah para Nabi dan sebab-sebab petunjuk ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman tahap dasar tidaklah cukup, melainkan diperlukan mempertahankan iman hingga akhir usia karena bahaya murtad senantiasa mengancam manusia.
2. Kondisi agar mendapat petunjuk ilahi atau sebaliknya, keduanya kitalah yang mewujudkan. Tuhan tidak menzalimi hak seseorang, kitalah yang menzalimi diri kita sendiri dengan membelakangi kebenaran.
3. Masyarakat haruslah menunjukkan reaksi di hadapan penyelewengan-penyelewengan idiologi orang-orang murtad dan menyatakan bara'ah dari mereka.
Ayat ke 88-89
Artinya:
Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (3: 88)
Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 89)
Orang-orang yang melepaskan keimanan setelah mereka mengetahui kebenaran. Mereka mendapat siksa yang pedih. Baik di dunia dicaci oleh para pecinta kebenaran dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih, dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih. Kelompok ini tidak layak mendapat keringanan dan penundaan dalam siksa dan mereka jauh dari rahmat Tuhan. Walaupun demikian, jalan taubat dan kembali tidak pernah tertutup, sekalipun untuk orang-orang sejenis ini. Sekiranya mereka benar-benar menyesali dan memperbaiki perilaku mereka, niscaya diampuni oleh Tuhan dan rahmat Tuhan kembali kepada mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Taubat bukanlah perkara lisan. Taubat yang sejati adalah memperbaiki amalan perbuatan dan fikiran yang sesat masa lalu.
2. Allah Swt bukan hanya menerima taubah ahli dosa, melainkan ia menyukai orang-orang yang bertaubat.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 77-82
Ayat ke 77
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (3: 77)
Allah Swt memberi petunjuk dari dua jalan bagi kesejahteraan umat manusia. Pertama adalah jalan fitrah yang berpusat di dalam diri manusia dan menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada manusia. Kedua adalah wahyu yang bermuara dari ilmu Allah yang tidak terbatas. Wahyu ini membimbing manusia menuju tujuanya menjadi lebih sempurna. Dalam wahyu ini adalah perintah dan larangan yang ditujukan kepada manusia untuk mengatur kehidupan mereka lebih baik.
Tuntunan fitrah dan agama adalah janji-janji ilahi yang telah diakui oleh akal dan mewajibkan manusia untuk melaksanakannya. Sayangnya, sekelompok manusia telah melanggar janji ini. Mereka lebih mengutamakan hawa nafsu daripada kehendak Tuhan. Perilaku yang semacam ini akan mendatangkan kemurkaan Allah dan kemurkaan itu akan sebanding dengan tingkat pengingkaran yang dilakukan manusia. Tapi yang lebih penting lagi, perilaku ini menjauhkan manusia dari kemurahan Tuhan. Padahal di Hari Kiamat semua manusia membutuhkan kemurahan Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Melanggar perjanjian dan sumpah menyebabkan keluar dari agama dan masuk ke dalam api neraka.
2. Menjaga amanah adalah perjanjian Tuhan. Dalam ayat-ayat sebelumnya, pembicaraan soal amanah rakyat, ayat ini melihat penjagaan amanah sebagai satu dari perjanjian Tuhan yang harus dipelihara.
Ayat ke 78
Artinya:
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (3: 78)
Sebagaimana dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu sebab penyelewengan dan tersesatnya masyarakat di sepanjang sejarah adalah para ulama yang terkadang lebih mementingkan status sosialnya. Mereka juga terkadang memiliki sifat dengki dan keras kepala dan tidak bersedia memberitahukan masyarakat tentang hakikat yang benar, bahkan lebih dari itu, mereka menyembunyikannya. Mereka lebih mementingkan pemikirannya atas agama, tapi pada saat yang sama menyebutnya sebagai agama.
Al-Quran memperingatkan bahaya orang-orang seperti ini kepada kaum Muslimin, agar mereka tidak tertipu oleh lahiriyah orang-orang itu ataupun omongan menarik mereka. Hendaklah mereka tahu betapa banyak orang mengatakan kebohongan yang paling besar atas nama agama serta menisbatkannya kepada Tuhan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kita dengarkan segala omongan. Betapa sering perkataan indah yang dikira oleh manusia sebagai al-Quran, ternyata kontra dengan al-Quran. Hendaknya kita waspada karena terdapat beberapa orang yang menghancurkan agama atas nama agama.
2. Janganlah kita lalai terhadap bahaya para cendekiawan yang tidak bertakwa. Mereka mencampakkan rakyat ke jurang kesalahan dan kesesatan, juga berbohong atas nama tuhan dan menisbatkan perkataannya kepada Tuhan.
Ayat ke 79-80
Artinya:
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (3: 79)
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?" (3: 80)
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan soal bahaya para cendikiawan agama yang menyesatkan, dua ayat ini ditujukan kepada para nabi. Artinya, sekalipun mereka nabi yang diutus kepada kita oleh Allah Swt dan punya hak memerintah, tapi ia tidak punya hak untuk mengajak manusia menyembah dirinya. Karena semua keistimewaan yang dimilikinya berasal dari Allah. Pertanyaannya, bagaimana mereka yang hanya pengikut nabi dan kitab samawi merasa berhak mencampuri perintah Tuhan?
Diharapkan dari mereka yang lebih banyak tahu soal kitab-kitab samawi dan senantiasa mempelajarinya untuk mengajarkannya kepada orang lain, harusnya lebih konsekuen kepada perintah Allah. Selain itu, menerima setiap bentuk kekuasaan bagi manusia dan campur tangan dalam menetapkan hukum atau menukarnya identik dengan kekufuran. Sekaitan dengan hal ini, tidak seorangpun baik itu rasul maupun nabi, bahkan malaikat yang berhak untuk melakukan hal itu. Lalu bagaimana bisa para ulama mengklaim dirinya seperti Tuhan dan memaksakan ideologinya kepada rakyat dan mengubah perintah-perintah Allah dengan pikirannya sendiri, tapi mengatasnamakan agama?
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Segala bentuk penyalahgunaan status, popularitas dan tanggung jawab adalah perbuatan terlarang. Bahkan para nabi pun tidak berhak menyalahgunakan status dan kedudukannya yang tinggi.
2. Hanya ulama rabbani yang berhak menafsirkan al-Quran, sebagaimana halnya jalan untuk menjadi rabbani adalah akrab dengan al-Quran, belajar dan mengajarkannya.
3. Segala bentuk berlebih-lebihan, memiliki ideologi yang ekstrim mengenai para nabi dan auliya adalah terlarang. Mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang sampai pada derajat tinggi berkat ibadah, namun mereka tidak menganggap dirinya sebagai Tuhan.
4. Kufur bukan hanya mengingkari Tuhan. Menerima peran manusia dalam peletakan undang-undang yang bertentangan dengan aturan Tuhan juga berarti ingkar terhadap rubbubiyah Tuhan dan kufur kepada-Nya.
Ayat ke 81-82
Artinya:
"Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." (3: 81)
Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu. Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (3: 82)
Dalam tafsir dan riwayat disebutkan bahwa Allah Swt telah mengambil janji dari nabi-nabi sebelumnya seperti Musa dan Isa as bahwa hendaknya mereka mengabarkan berita gembira akan kedatangan rasul terakhir, Muhammad Saw. Mereka juga hendaknya menjelaskan keistimewaan dan sifat-sifatnya. Bila hal itu dilakukan berarti mereka telah mewujudkan landasan keimanan masyarakat kepadanya. Karena semua nabi adalah dari satusumber dan merupakan utusan Tuhan dan kitab-kitab samawi mereka membenarkan antara satu dengan lainnya. Kedatangan nabi baru, mengharuskan para pengikut nabi sebelumnya untuk beriman kepadanya dan membantunya menghadapi musuh
Meskipun para nabi itu tidak ada di zaman Rasulullah Saw sehingga mengimaninya secara langsung, namun yang penting kesiapan mereka untuk menerima perkara ini. Sebagaimana halnya para mujahidin di jalan Allah yang menuju ke medan perang siap untuk menerima syahadah, meskipun ada kemungkinan mereka tidak syahid. Dengan ungkapan lain, pasrah diri dihadapan perintah Tuhan adalah penting, meski pun belum tersedia kondisi untuk menerapkan perintah tadi.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perbedaan para nabi dalam menjalankan risalah, sebagaimana halnya perbedaan para guru satu sekolah dalam bidang pengajaran. Tujuan mereka semuanya satu dan setiap guru memperkenalkan guru selepasnya kepada para murid untuk melanjutkan pelajaran.
2. Iman dengan sendirinya tidaklah cukup. Dukungan dan pertolongan agama dan para pemimpin agama juga diperlukan.
3. Meskipun semua nabi menerima antara satu dengan lainnya, namun tidak ada alasan para pengikut agama ilahi menunjukkan fanatisme yang tidak berdasar.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 73-76
Ayat ke 73-74
Artinya:
Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui"; (3: 73)
Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar. (3: 74)
Dalam mengkaji ayat sebelum ini, kita dapati bahwa para pemuka Yahudi telah merancang taktik untuk melemahkan iman Muslimin. Cara yang mereka pakai pada awalnya adalah mereka beriman kepada Rasul dan kemudian menjadi kufur. Ayat ini menjelaskan kelanjutan konspirasi yang dilakukan itu. Mereka saling mengingatkan bahwa taktik ini bersifat rahasia dan tidak boleh dipercayakan kecuali terhdap orang-orang yang seagama, sekalipun terhadap Musyrikin agar rahasia ini tidak terbongkar.
Namun Allah Swt dalam ayat ini menyingkap niat buruk mereka dan memerintahkan Rasul-Nya berkata kepada mereka bahwa hidayah adalah dari Tuhan dan bukan untuk etnis tertentu. Di samping itu, konspirasi ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap orang-orang yang telah mendapat petunjuk ilahi, maka janganlah kalian berusaha keras dengan sia-sia.
Kelanjutan ayat menukil ucapan para pemuka Yahudi yang mengatakan, "Janganlah kalian pikir bahwa ada orang yang dapat memperoleh kebanggaan dan kitab samawi seperti yang kalian miliki. Nanti di Hari Kiamat, mereka juga tidak akan menang dalam berdebat dengan kalian. Karena kalian adalah kaum yang terbaik di dunia dan akal yang kalian miliki lebih unggul dari yang lain."
Allah Swt berfirman, "Semua anugerah dan nikmat, baik itu kedudukan kenabian, maupun argumentasi, semuanya dari Allah. Dia memberikan kepada siapa yang layak. Pemberian-Nya begitu luas, karena Dia mengetahui siapa yang berhak dan layak. Sesungguhnya kalian menunjukkan fanatisme tanpa dasar dan janganlah kalian anggap tuhan itu hanya milik kalian."
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kemurahan Tuhan tidak terbatas pada golongan tertentu. Siapa saja yang menginginkannya dan layak, ia akan memperolehnya.
2. Para pembesar Ahlul Kitab cemas atas kecenderungan para pengikutnya kepada Islam. Oleh karenanya, mereka senantiasa menyusun program untuk membendungnya.
Ayat ke 75-76
Artinya:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (3: 75)
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (3: 76)
Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengajar Muslimin bagaimana bersikap obyektif dalam menyikapi para penentang. Ayat ini mengatakan bahwa di tengah-tengah Ahlul Kitab juga dapat ditemukan orang-orang yang bersih dan jujur. Mereka akan mengembalikan apa saja yang diamanatkan kepada mereka. Namun pandangan rasialisme dan fanatisme telah menyebabkan sebagian mengira bahwa harta milik selain Yahudi tidak perlu dihormati dan orang Yahudi berhak mengambil amanat orang lain.
Herannya, pandangan menyeleweng ini diyakini merupakan ajaran agama. Mereka berkata bahwa Tuhan telah mengizinkan untuk merampas harta selain milik orang Yahudi.
Dengan ini orang-orang Yahudi rasialis yang telah menduduki bumi Palestina dan mendirikan rezim Zionis Israel, sama sekali tidak memelihara dasar-dasar kemanusiaan dan aturan internasional. Setiap hari mereka berupaya menguasai wilayah baru di negara-negara Islam. Maka Muslimin haruslah bangkit mengambil dan merampas haknya sendiri dan menempati kedudukan yang selayaknya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Muslimin hendaknya bersikap obyektif biarpun terhadap musuh dan jangan menganggap semuanya pengkhianat.
2. Menjaga amanah adalah tindakan terpuji biar siapapun yang melakukannya, dan khianat adalah buruk sekalipun terhadap musuh.
3. Menjustifikasi dosa lebih buruk dari melakukan dosa. Orang-orang Yahudi telah merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan menjustifikasi perbuatan buruknya dengan menisbatkannya kepada Tuhan.
4. Menjaga amanah dan menghormati perjanjian secara individu dan masyarakat menunjukkan takwa yang menyebabkan manusia dicintai oleh Allah Swt.
Penasehat Politik Cina Kunjungi Iran
enasehat senior politik pemerintah Cina dalam agenda kunjungannya ke tiga tempat berbeda, hari ini Senin (10/12) bertolak ke Iran.
Kantor berita Cina, Xinhua seperti dikutip Fars News (10/12) melaporkan, Bai Lichen hari ini memulai kunjungannya ke Iran, Azerbaijan dan Lithuania.
Bai Lichen yang merupakan wakil ketua Komite Nasional Konferensi Penasehat Politik Rakyat Cina, dan penasehat senior pemerintah itu meninggalkan Beijing memenuhi undangan parlemen Iran, Dewan Nasional Azerbaijan dan parlemen Lithuania.
Rakyat Turki Gelar Demonstrasi Protes Penempatan Rudal Patriot
Rakyat Turki menggelar demonstrasi menentang penempatan rudal-rudal Patriot di negaranya.
Kebijakan pemerintah Turki yang menempatkan sejumlah rudal Patriot di wilayah perbatasan negara ini dengan Suriah, menuai protes keras ribuan warga. Demikian dilaporkan ISNA (10/12) mengutip TV Al Manar.
Beberapa ketua partai oposisi Turki dalam demonstrasi ini menegaskan bahwa politik pemerintah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki akan menyeret negara itu ke dalam perang.
Sementara itu, pemerintah Turki mengaku penempatan Patriot itu dimaksudkan untuk melindungi warganya dari bahaya potensial rudak-rudal Suriah, padahal mayoritas rakyat negara itu menggelar aksi memprotes langkah pemerintah tersebut.
Menurut keterangan surat kabar Turki, Todays Zaman, setidaknya 600 tentara asing beserta enam rudal Patriot akan ditempatkan di wilayah perbatasan Turki dan Suriah.
Rudal-rudal darat ke udara yang mampu melumpuhkan rudal-rudal balistik itu, dalam waktu empat sampai lima pekan akan dipindahkan ke Turki melalui jalur laut.
Jerman, Amerika Serikat dan Belanda adalah negara-negara anggota NATO yang memiliki jenis-jenis rudal Patriot paling mutakhir. Ketiga negara ini sepakat masing-masing mengirimkan dua rudal Patriotnya ke Turki.
Jerman dan Belanda mengumumkan akan mengirimkan dua Patriot dilengkapi dengan pelontar multi fungsinya ke Turki. Parlemen kedua negara itu rencananya akan mensahkan kebijakan penempatan rudal Patriot di Turki yang diambil pemerintah.
Enam pelontar rudal negara-negara NATO itu mampu memuat 16 rudal Patriot, dan masing-masing sistem membutuhkan 100 tentara untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, Jerman, AS dan Belanda setidaknya harus mengirim 600 tentara ke Turki.
Biaya transportasi sistem pertahanan ini ditanggung negara pengirim, dan Turki sendiri harus menanggung biaya para tentara yang ditempatkan di wilayahnya.
Pemerintah Belanda mengumumkan bahwa rudal-rudal itu tidak boleh dipergunakan untuk aksi-aksi permusuhan.
Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda dalam konferensi pers mingguannya mengatakan, "Tujuan utama penempatan sistem pertahanan rudal ini bukan untuk menciptakan sebuah zona larangan terbang atau dilakukannya invasi."
Menteri Pertahanan Belanda, Jeanine Hennis mengatakan, "Rudal-rudal ini akan tiba di Turki pada pertengahan bulan Juni 2013."
Rusia: AS Menghentikan Perundingan Kuartet Timteng
Rusia mengatakan Gedung Putih menghalangi pertemuan para pejabat tinggi dari Kuartet Perdamaian Timur Tengah, yang bertujuan untuk memulai lagi perundingan yang telah lama terhenti antara Israel dan Palestina.
"Kami sedang mengupayakan pertemuan dari mediator internasional di Kuartet. Kami didukung oleh Uni Eropa dan PBB, sementara Amerika Serikat, peserta keempat dalam mekanisme ini, tidak menginginkan pertemuan. Kita menjelaskan masalah ini secara terbuka," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, seperti dikutip kantor berita RIA Novosti pada hari Ahad (9/12).
Kuartet Perdamaian Timur Tengah, yang terdiri dari AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa, didirikan pada tahun 2002 untuk mempromosikan pembicaraan antara rezim Zionis Israel dan Otoritas Palestina terkait solusi dua negara.
Perundingan Palestina-Israel terhenti pada September 2010 karena Tel Aviv menolak menghentikan pembangunan permukiman Zionis di wilayah pendudukan Palestina.
Palestina mengatakan mereka tidak akan melanjutkan perundingan kecuali jika Israel menghentikan kegiatan pemukiman ilegal.
Parlemen Palestina Desak Dunia Jatuhkan Sanksi Bersama kepada Israel
Seorang anggota parlemen Palestina, wilayah pendudukan 1948 dan 70 aktifis perdamaian Perancis menuntut dijatuhkannya sanksi internasional terhadap rezim Israel.
Menurut situs berita Arabs48 yang dikutip Qodsna (10/12), Dr. Jamal Zahalka salah seorang anggota partai Tajamu di wilayah pendudukan 1948 mendesak aktifis perdamaian Perancis untuk mengerahkan upayanya agar sanksi internasional dijatuhkan kepada Israel.
Pasalnya, kata Jamal, mereka kerap melakukan aksi rasisme seperti memblokade wilayah-wilayah Palestina dengan maksud memperluas pemukiman baru warga Zionis.
Menyinggung pentingnya upaya internasional untuk mengakhiri blokade yang dilakukan Tel Aviv atas wilayah bangsa Palestina, Zahalka mengatakan, "Hilangnya batas-batas yang menghalangi diterapkannya kebijakan rasis, dan kejahatan di Israel, dengan meningkatnya kekuatan partai-partai ekstrim kanan rezim itu, terus berlanjut. Pada akhirnya tidak tersisa satu carapun untuk menghadapi kebijakan rasis tersebut."
Ahmadinejad: Kebangkitan Islam Milik Semua!
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menekankan peran unik dan menonjol dari para pakar dan akademisi dalam mereformasi masyarakat dan memfasilitasi terwujudnya cita-cita umat manusia.
Selama Konferensi Internasional Cendekiawan Muslim dan Kebangkitan Islam di Tehran pada Senin (10/12), Ahmadinejad mengatakan para ulama dan ilmuwan harus memajukan dunia dengan meningkatkan pengetahuan.
Konferensi internasional, yang mengangkat tema "Memajukan keadilan dan demokrasi religius" dimulai di Tehran pada hari Senin.
Perwakilan dari 70 negara serta 500 profesor Iran dan asing berpartisipasi dalam konferensi tersebut.
"Berbagai masalah yang Anda saksikan, termasuk penindasan, arogansi, perang, tindakan pendudukan, pembantaian, isu Palestina, perbudakan, imperialisme, penjarahan sistematis kekayaan bangsa dan pembunuhan, semuanya terjadi karena beberapa orang telah melupakan hakikat kemanusiaannya," jelas Ahmadinejad.
Presiden Iran menandaskan mencapai puncak kesempurnaan dan mewujudkan keadilan dan kebebasan di dunia adalah tujuan kolektif dari semua umat manusia.
"Islam milik semua manusia, karena itu Kebangkitan Islam juga milik semua umat manusia di dunia," tegas Ahmadinejad.
Konflik Baghdad dengan Wilayah Kurdistan Irak
Meningkatnya friksi antara Baghdad dan wilayah Kurdistan Irak terkait kawasan yang disengketakan telah memasuki pada tahap serius sehingga mendorong para pejabat senior politik dan bahkan para pemimpin agama di Irak mengambil langkah-langkah tertentu untuk meredam ketegangan tersebut.
Terkait hal itu, Ketua Parlemen Irak Osama Najafi berkunjung ke Arbil dan berdialog dengan pemimpin wilayah Kurdistan Irak MassoudBarzani untuk mencari solusi atas ketegangan antara pemerintah pusat dan wilayah semi-otonomi Kurdistan.
Dalam kunjungan tersebut, Osama Najafi menawarkan berbagai usulan untuk mengakhiri krisis yang semakin rumit. Salah satu tawaran terpentingnya adalah penarikan pasukan Peshmerga dan militer Irak dari berbagai wilayah yang menjadi sengketa. Ia juga menegaskan perlunya perundingan kedua pihak untuk menyelesaikan perselisihan yang ada. Hal itu seperti yang ditegaskan oleh Ketua Dewan Tinggi Revolusi IslamIrakSayidAmmar al-Hakim dan pemimpin sejumlah gerakan politik di Irak.
Kantor Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani, Marji Besar Syiah Irak, dalam sebuah pernyataan, menuntut penyelesaian friksi antara Baghdad dan wilayah Kurdistan dengan cara damai dan dalam kerangka menjaga integritas Irak. Dalam statemen tersebut, Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki didesak untuk mencegah terjadinya bentrokan dan mereduksi ketegangan dengan tenang dan menahan diri.
Pekan lalu, perundingan antara Baghdad dan wilayah Kurdistan tentang wilayah yang disengketakan menemui jalan buntu sehingga meningkatkan ketegangan antarkedua belah pihak, bahkan masing-masing telah menempatkan pasukan di wilayah Tuz Khurmato. Pasukan Peshmerga siap siaga di wilayah sengketa seakan-akan tengah menyiapkan perang.
Pada dasarnya timbulnya konflik ini bukan sebuah taktik dalam rangka persaingan politik, tetapi merupakan upaya untuk menyulut konflik etnis dan friksi mengenai geografi di Irak yang diprovokasi oleh pihak tertentu melalui wilayah Kurdistan.
Setahun lalu ketika pengadilan Irak mengeluarkan surat penangkapan terhadap Tariq al-Hashimi, Wakil Presiden Irak yang menjadi buron pemerintah Baghdad atas dugaan terorisme, Massoud Barzani justru memberikan perlindungan kepada al-Hashimi di Kurdistan Irak dan membelanya.
Perlindungan beberapa bulan terhadap al-Hashimi di Kurdistan Irak mendasari perubahan dalam front politik di Irak. Kedekatan kubu List al-Iraqiya dengan pemerintah daerah Kurdistan dan dukungan Amerika Serikat, Turki dan sejumlah negara Arab kepada mereka, perlahan menyebabkan merenggangnya hubungan pemerintah Baghdad dan wilayah Kurdistan, bahkan al-Maliki telah memperingatkan langkah-langkah politik Barzani.
Namun semua itu bukan satu-satunya masalah politik antara Baghdad dan Arbil. Sebelumnya, kebijakan pemerintah daerah Kurdistan Irak yang menandatangani kontrak minyak dengan beberapa perusahaan asing dan memobilisasi serta mengorganisir pasukan Peshmerga telah memaksa pemerintahan al-Maliki mereaksinya. Baghdad menilai langkah pemerintah daerah Kurdistan tersebut bertentangan dengan konstitusi Irak.
Protes para pejabat Kurdistan terhadap pemerintah pusat terkait anggaran wilayah Kurdistan meningkat. Selain itu, selama enam bulan lalu, sikap-sikap Massoud Barzani dan upayanya untuk menyingkirkan al-Maliki telah menambah ketegangan dengan pemerintah Baghdad. Kebijakan Barzani yang mengambil keputusan terpisah dari Baghdad termasuk mengenai krisis Suriah mendapat dukungan penuh dari pemain-pemain utama penyokong oposisi Damaskus seperti Washington dan Ankara. Tampaknya kebijakan-kebijakan itu diambil dalam rangka memisahkan diri dari pemerintah Baghdad.
Di sisi lain, keputusan al-Maliki untuk mengerahkan pasukan Irak ke wilayah-wilayah yang disengketakan telah memicu kegeraman pemerintah daerah Kurdistan dan menyebut tindakan perdana menteri Irak itu sebagai langkah ilegal. Al-Maliki segera mereaksinya dengan mengatakan bahwa undang-undang Irak mengizinkan militer negara ini untuk dikerahkan ke semua wilayah di Irak.
Selain itu, kehadiran pasukan Irak di kawasan yang disengketakan dapat membantu menciptakan stabilitas keamanan dan mencegah bentrokan etnis serta memberantas teroris. Menanggapi pernyataan perdana menteri Irak, para pejabat wilayah Kurdistan mengklaim bahwa langkah al-Maliki itu didasarkan pada kepentingannya sendiri.
Menurut pandangan pemerintah daerah Kurdistan Irak, wilayah-wilayah tetangga Kurdistan dan di berbagai provinsi seperti Diyala, Kirkuk, Salahuddin dan Mosul terdapat kota-kota dan desa yang mayoritas penduduknya adalah Kurdi dan mereka terpisah dari Provinsi Kurdistan akibat kebijakan di masa pemerintahan rezim Bath Saddam. Arbil menilai sejumlah wilayah di berbagai provinsi tersebut bahkan kota-kota seperti Kirkuk dan Khanaqin harus digabungkan dengan wilayah Kurdistan.
Pemerintah Irak menilai tuntutan pemerintah daerah Kurdistan itu berlebihan dan menegaskan bahwa secara geografi tidak ada nama kota-kota tersebut dalam wilayah Kurdistan Irak dan kota-kota itu menjadi bagian dari wilayah pemerintah pusat. Dengan demikian, penempatan militer Irak di wilayah-wilayah yang disengketakan dapat dinilai sebagai upaya pemerintah Baghdad dalam menghadapi kebijakan provokatif wilayah Kurdistan. Selain itu, penduduk Kurdi di sejumlah wilayah yang disengketakan bukan penduduk mayoritas, namun penduduk Arab dan Turkmen yang justru mendominasi, sehingga pengerahan pasukan Irak juga sebagai upaya untuk mengantisipasi konflik etnis.
Gerakan politik Amerika Serikat yang berusaha mengobarkan konflik antara Baghdad dan Arbil menjadi perhatian tersendiri. Kunjungan terbaru Robert Stephen Beecroft, Duta Besar AS untuk Baghdad, ke wilayah Kurdistan Irak menjadi sorotan berbagai kalangan politisi. Ia menyatakan bahwa Washington siap bekerjasama dengan wilayah Kurdistan Irak dan Baghdad terkait wilayah-wilayah yang disengketakan. Statemen tersebut dianggap oleh para pengamat politik sebagai awal intervensi AS terhadap urusan internal Irak.
Di sisi lain, para pakar politik menilai pernyataan terbaru Perdana Menteri Pemerintah Daerah Kurdistan Irak Nechirvan Barzani, tentang perlunya pengiriman kembali pasukan Amerika ke Irak untuk ditempatkan di wilayah-wilayah yang disengketakan sebagai langkah untuk mendukung upaya intervensi AS tersebut.
Kini konflik antara Baghdad dan pemerintah daerah Kurdistan Irak telah sampai pada titik sensitif yaitu pada masalah geografi. Pandangan Arbil bahwa kota Kirkuk adalah milik Kurdi dan klaim mereka dalam mengontrol berbagai wilayah yang disengketakan menyebabkan kekhawatiran bagi kelompok-kelompok di Irak.
Jika kondisi ini terus berlanjut, maka Irak akan terancam dengan konflik internal yang berkepanjangan dan wilayah yang disengketakan akan berubah seperti api dalam sekam yang siap membakar Irak.