کمالوندی

کمالوندی

 

Angkatan Udara Amerika Serikat dengan maksud memperkuat pertahanan zona udara Uni Emirat Arab, baru-baru ini menempatkan skuadron jet tempur F-22 di negara itu.

Dikutip situs Associated Press, Sabtu (12/2/022), Kepala Pusat Komando Militer AS di Timur Tengah, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan, AU Amerika Serikat sudah mengirim satu skuadron jet tempur F-22 ke UEA.
 
Tugas skuadron F-22 AS adalah membantu UEA membalas serangan-serangan drone dan rudal yang dilancarkan oleh pasukan Yaman.
 
McKenzie menambahkan, "Kami akan mengirim satu skuadron F-22 yang merupakan jet tempur terbaik di dunia ke UEA, dan mereka akan bekerja sama dengan sekutu-sekutu UEA dalam melindungi negara itu."
 
Ia menegaskan, "AS, UEA dan sekutu regional serta internasional berusaha menciptakan solusi efektif untuk menghentikan serangan drone ke UEA."
 
Salah satu komandan AU Amerika Serikat di Timur Tengah mengatakan, "Jet-jet tempur F-22 sebagai bagian dari jawaban pertahanan AS atas serangan-serangan Houthi, sudah tiba di UEA dan ditempatkan di pangkalan udara Al Zhafra di Abu Dhabi." 

 

"Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan memenuhi kebutuhan, serta demi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah."

Setiap orang yang merenungkan lautan ilmu Ahlul Bait as, maka dia akan tertarik dengan spiritualitas dan kesempurnaan ilmu mereka serta akan merasa rendah hati dan hormat. Hari ini, dengan penuh rendah hati dan keinginan kuat, kitamenuju ke pantai lautan ilmu Imam Bagir as sehingga pada hari kelahiran beliau saat ini kita dapat menimbailmudaribeliau.

Imam Muhammad Baqir as dilahirkan di kota Madinah pada tanggal 1 Rajab tahun 57 H. Beliau adalah putra dari cicit Rasulullah saw, Imam Ali Zainal Abidin. Beliau diberi gelar "Baqirul Ulum" yang berarti pembelah ilmu. Artinya beliau punya kemampuan tinggi dalam mengurai segala cabang ilmu. Itu pulalah yang disabdakan Nabi Saw jauh sebelum lahirnya Imam Baqir as.

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada sahabatnya, Jabir bin Abdillah Ansari. Beliau berkata, "Wahai Jabir, engkau akan tetap hidup setelah kepergianku, hingga engkau bertemu dengan salah satu putra keturunanku, orang yang paling mirip denganku dan namanya sama dengan namaku. Kapanpun engkau melihatnya, sampaikan salamku padanya dan amalkan sungguh-sungguh pesanku ini."

Rasulullah saw memberi gelar kepada cucu yang akan ditemui oleh Jabir bin Abdillah itu dengan Baqir al-Ulum. Setelah bertahun-tahun berlalu, Jabir akhirnya bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as dan ia pun menyampaikan titipan salam Rasulullah Saw kepada Imam.

Kelahiran Imam Baqir as
Abdullah bin Atha al-Makki, salah seorang ilmuan di zamannya mengatakan, "Saya tak pernah melihat ada ulama dan ilmuan yang tidak merasa kerdil di depan Imam Muhammad Baqir as. Aku pernah menyaksikan sendiri bagaimana Hakam bin Atha yang dikenal punya kedudukan keilmuan yang sangat tinggi duduk bersimpuh di depan Imam Baqir seperti seorang anak kecil di depan gurunya."

Imam Baqir as selalu bersandar pada dua sumber penting Islam yaitu al-Quran dan Sunnah untuk menjelaskan ajaran-ajaran agama di berbagai bidang termasuk masalah sosial, ekonomi dan politik. Beliau kepada sahabatnya berkata, "Setiap riwayat yang aku katakan kepadamu, ketauhilah bahwa riwayat tersebut berasal dari Istinbat al-Quran." Imam Baqir as menilai akal memiliki peran penting untuk memahami hakikat sesuatu. Oleh karena itu, beliau menyerukan masyarakat untuk menggunakan akal tersebut untuk memahami berbagai ilmu.

Ekonomi dan hal-hal yang berhubungan dengan kerja dan produksi merupakan topik penting dalam pendidikan Ahlul Bait as. Islam tidak hanya mengajarkan urusan akhirat saja, tetapi juga mengajarkan masalah keduniawian dan hal itu sesuai dengan tuntutan manusia. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan petunjuk dan penjelasan terkait masalah ekonomi, bahkan telah memberikan jalan dan solusi yang sangat bernilai guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.

Perilaku dan ucapan Imam Ahlul Bait as dalam upaya untuk mendapatkan rizki halal merupakan satu keutamaantersendiri. Mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan finansial dan ekonominya dengan bekerja keras. Kerja dan aktivitas produksi dalam pandangan Imam Baqir as memiliki kedudukan penting.

Imam Baqir as melihat sistem ekonomi yang sehat akan terwujud jika sumber produksi kekayaan diolah oleh orang-orang saleh. Terkait hal itu, beliau menegaskan tentang kekayaan yang halal dan orang-orang yang kaya dan saleh. Imam Baqir as mengatakan, kekayaan harus diolah oleh orang-orang yang mengetahui hak atas harta dan kewajibannya terhadap harta tersebut serta melaksanakannya dengan baik. Salah satu penyebab hancurnya umat Islam dan Islam adalah investasi berada di tangan orang-orang yang tidak mengetahui hak dan tanggung jawab atas kekayaan tersebut dan tidak melaksanakannya dengan baik. (Mustadrak al-Wasail, Juz 2, Halaman 393)

Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as amat memperhatikan masalah produksi, khususnya pertanian. Di sisi lain,beliau juga memperhatikan masalah kerja dan mengais rizki yang halal serta tidak bergantung kepada orang lain. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan jalan bertani, di mana sebagian kebutuhan makanan penting dan pekerjaan dapat dipenuhi melalui jalantersebut.

Imam Baqir as berkata, "Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia disisi Allah Swt dari pertanian dan tidak ada nabi yang diutus Allah Swt yang tidak bertani kecuali Nabi Idris as, karena beliau seorang penjahit. (Miratul Uqul, Juz 19, Halaman 339).

Dari riyawat tersebutdapat dipahami bahwa jika seseorang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup miskin, maka ia telah jauh dari rahmat Allah Swt. Sebab, amat jelas bahwa ia bukan seorang yang inginberusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Imam Baqir as berkata, "Setiap orang yang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup fakir, maka Allah Swt akan menjauhkan orang tersebut dari rahmat-Nya."

Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, sertademi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah.

Penggunaan harta untuk kepentingan sosial, khususnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan adalah tujuan Imam Baqir as dalam kegiatan produksi. Beliau menggunakan hasil pertanian dan perkebunannya untuk membantu anak-anak yatim dan orang-orang fakir. Imam Baqir as mengatakan, "Aku lebih menyukai untuk memikul tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sebuah keluarga Muslim dan menolong mereka dari kelaparan, memberikan pakaian kepada mereka serta menjaga kehormatannya daripada menunaikan satu ibadah haji mustahab atau bahkan 70 ibadah haji mustahab." (Miratul Qulub, Juz 9, Halaman 108).

Meski Imam Baqir as usianya semakin tuadan memiliki pembantu, namun beliau tetap bekerja keras. Bahkan ada sekelompok orang yang mengira perbuatan beliau itu sebagai penjelas untuk tidak merasa zuhud dan qanaah.

Seseorang bernamaMuhammad bin Munkadir mengatakan, "Suatu hari yang panas, aku melihat Abu Jafar Muhammad bin Ali (Imam Baqir as) berada di sekitar Madinah. Beliau keluar dari Madinah untuk bekerja. Kepada diriku aku mengatakan, "Subhanallah, seorang pembesar Quraish dalam kondisi yang panas seperti ini sibuk dengan urusan duniawinya. Aku harus menasihatinya." Kemudian aku mendekatinya dan mengucapkan salam. Dalam kondisi keringat yang sedang mengucur, beliau menjawab salamku.

Aku berkata kepadanya, "Apakah seorang pembesar Quraish dalam cuaca yang panas seperti ini masih sibuk dengan urusan duniawi? Jika dalam posisi seperti ini ajalmu datang, apa yang akan engkau lakukan?" Beliau menjawab, jika dalam kondisi saat ini ajalku datang, maka aku akan mati dalam kondisi taat kepada Allah Swt, sebab hasil jerih payahku ini telah menjadikanku dan keluargaku tidak tergantung kepadamu dan orang lain. Aku takut ajalku tiba pada saat aku sibuk bermaksiat kepada Allah Swt."

Mendengar jawaban Imam Baqir as, Muhammad bin Munkadir berkata, "Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepadamu. Apa yang engkau katakan benar. Sebelumnya, aku ingin menasihatimu tetapi engkau telah menasihatiku."

Selain mendorong untuk bekerja dan berusaha, Imam Baqir as juga melarang menganggur, bermalas-malasan dan meninggalkan pekerjaan. Tak diragukan lagi, pengangguran selain menimbulkan kondisi yang tidak menentu dan menghilangkan hargadiri, juga akan menjadi penghalang utama pertumbuhan ekonomi. Jika dalam ekonomi masyarakat tidak ada motor penggerak yaitu kerja dan usaha, maka ekonomi tersebut akan berhenti dan mengalami resesi.

Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as berkata, "Aku membenci orang yang mencari alasan dan tidak mencari pekerjaan, kemudian dia hanya tinggal di rumah dan dengan menengadahkan tangan berkata, "Ya Allah, berilah aku rizki." Sementara semut keluar dari lobangnya untuk mencari rizki dan memenuhi kebutuhannya dengan upaya dan bekerja keras."

Perkataan Imam Baqir as tersebut menunjukkan bahwa pengangguran tidak hanya menyebabkan resesi dan ketertinggalan ekonomi, namun juga memiliki dampak negatif terhadap fisik dan jiwa,serta tingkah laku manusia.Bahkan akan mendorong timbulnya akhlak dan sosial yang buruk,serta menghilangkan kebahagiaan hidup manusia.

Sementara itu, perdagangan sebagai salah satu bentuk pekerjaan memiliki peran penting dalam menumbuhkan ekonomi. Oleh karena itu, perdagangan juga mendapat perhatian khusus dari Ahlul Bait as. Imam Baqir as meriwayatkan dari ayahnya, terus hingga Rasulullah Saw, berkata, "Berkat memiliki 10 bagian, dan sembilan bagiannya terdapat dalam perdagangan."

Selain mengajarkan tentang perdagangan, Ahlul Bait as juga mengajarkan kepada manusia tentang kehalalannya, di mana pedagang harus mengetahui hukum syariat tentang perdagangan. Sehingga apa yang dia dapat adalah harta yang halal.

Sabtu, 12 Februari 2022 14:20

Dunia dalam Pandangan Imam Hadi as

 

Hari ini tanggal 3 Rajab bertepatan dengan peringatan Haru Syahadahnya Imam Hadi as, Imam kesepuluh Ahlul Bait as. Manusia suci ini dibunuh oleh penguasan Dinasti Abbasiah karena merasa terancam kekuasaannya atas keberadaan beliau.

Sejarah Islam menunjukkan kehadiran orang-orang besar dan mulia yang begitu berjasa bagi umat manusia. Mereka adalah para penerus risalah para Nabi dan Rasul yang mengenalkan jalan kebahagiaan sejati dan keselamatan bagi umat manusia. Ahlul Bait Rasulullah Saw menjadi pelita penerang umat dari kegelapan.

Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw mencurahkan hidupnya untuk membimbing manusia dengan ketinggian ilmu dan keutamaan akhlaknya. Salah satu dari Ahlul Bait Rasulullah saw adalah Imam Hadi yang telah menunjukkan keagungannya sejak kecil hingga akhir hayatnya.

Imam Ali al-Hadi lahir tanggal 15 Dzulhijjah 212 H di kota Madinah. Ketika ayahnya Imam Jawad syahid, Imam Hadi memegang tanggung jawab kepemimpinan umat Islam. Beliau memberikan petunjuk dan bimbingan kepada masyarakat selama 33 tahun.

Kepemimpinan Imam Hadi semasa dengan enam orang penguasa dari dinasti Abbasiah. Di masa kepemimpinan beliau inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw banyak mengalami tekanan dari pihak penguasa lalim. Salah satu dari enam khalifah yang sezaman dengan beliau dan paling membenci Ahlul Bait adalah Mutawakkil.

Keimamahan Imam Ali al-Hadi menjadi ancaman bagi musuh-musuh Ahlul Bait, terutama penguasa lalim. Untuk itulah, mereka berupaya memisahkan Imam dari umat Islam. Bahkan sejak kecil, para imam mendapat tekanan dari penguasa lalim. Tapi tekanan tersebut tidak menghalangi para Imam dalam membimbing masyarakat bahkan sejak usia kecil beliau.

Kehidupan sosial dan politik Ahlul Bait menunjukkan betapa sensitifnya tanggung jawab yang mereka pikul dalam melindungi dan menyebarkan agama di tengah-tengah masyarakat. Periode kehidupan mereka penuh dengan peristiwa yang mengancam masyarakat Islam, akibat kebodohan masyarakat waktu itu atau oleh para penguasa zalim. Di masa kehidupan Imam Ali al-Hadi as muncul sejumlah pemikiran dan keyakinan di tengah-tengah umat Islam. Pembahasan seperti melihat Tuhan, keyakinan akan Jabr (Determinasi) atau sebaliknya lebih menekankan kebebasan manusia. Sebagian lagi justru cenderung pada tasawwuf yang kemudian berusaha merasuki pikiran masyarakat umum.

Munculnya fenomena seperti ini berasal dari perubahan dalam kebijakan budaya penguasa Bani Abbasiah dan serangan pemikiran filsafat materialistik dari bangsa-bangsa lain ke tengah masyarakat Islam. Para khalifah pasca Ma’mun telah mengalokasikan dana luar biasa untuk menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani. Bahkan disebutkan bahwa para penerjemah mendapat upah emas seberat buku yang diterjemahkan.

Salah satu ajaran penting dan kunci dari pernyataan Imam Hadi as yang mencerahkan adalah perhatian yang diberikan kepada dunia fana dan perannya dalam mempromosikan kebahagiaan manusia. Imam Hadi as memperkenalkan dunia sebagai pasar di mana kelompok mendapat manfaat darinya dan kelompok lainnya merugi. Di mata Imam, yang tercela adalah keterikatan akan dunia dan cinta dunia, bukan dunia itu sendiri, tetapi karena manusia mencari keuntungan di pasar akan terikat pada dunia. Keterikatan pada kesenangan duniawi ini adalah sumber kesalahan manusia dan penderitaannya karena melakukan dosa. Penderitaan ini dalam materi yan fana dan keinginan duniawi, menghancurkan manusia dan menjadi sarana bagi kejatuhan dan kemerosotannya. Keuntungan dan kerugian pasar dunia bergantung pada banyak faktor dan keadaan.

Sebagian orang melihat dunia sebagai tempat peralihan dan mencoba membangun cadangan untuk akhirat di dunia. Mereka adalah orang yang di pasar dunia menempatkan metode Nabi Saw dan Ahlul Bait as yang melangkah di jalur penghambaan diri kepada Allah dan berusaha keras di jalan kebenaran dan keadilan. Orang-orang seperti ini akan sampai pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Tetapi mereka yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang permanen dan stabil, adalah tawanan hawa nafsu dan mengikuti setan serta dunia sebagai tujuannya. Mereka menjadi mainan dunia yang berkilau dan dosa yang mereka lakukan membuat mereka merugi dan akhirnya mereka mendapat azab ilahi di akhirat.

Dalam hadis lain, Imam Hadi as mengatakan, "Allah telah menempatkan dunia sebagai tempat ujian dan akhirat sebagai rumah terakhir dan konsekuensi dunia. Ujian dan peristiwa dunia akan mendapat pahala di akhirat, sebaliknya pahala di akhirat sebagai ganti ujian di dunia."

Imam Hadi as memulai perjuangannya melawan para penguasa Abbasiah secara tidak langsung dengan penyadaran sosial, budaya dan pendidikan. Ahlul Bait Rasulullah Saw mengajarkan pondasi pemikiran dan keyakinan yang kokoh dan logis  kepada masyarakat yang berada di bawah tekanan politik penguasa lalim.

Tekanan berat dari sisi politik dan menyebarnya kerancuan pemikiran dan keyakinan merupakan dua fenomena yang muncul di zaman Imam Hadi as. Tanpa beliau, dasar keyakinan dan pemikiran Islam bakal terancam.

Sebelum Imam Hadi as dipindahkan ke Samara oleh pasukan Abbasiah, beliau tinggal di Madinah yang menjadi pusat keilmuan dan fikih dunia Islam. Aktifitas Imam Hadi di Madinah memicu kekhawatiran dari para penguasa zalim. Oleh karena itulah mereka memaksa Imam Hadi as untuk meninggalkan Madinah dan selama 10 tahun beliau hidup dalam tekanan berat di masa kekuasaan Bani Abbasiah.

Tekanan berat politik para penguasa Abbasiah terhadap Imam Hadi  menyulitkan masyarakat untuk bisa menemui beliau. Hal ini dilakukan mereka dengan harapan bahwa ketidakhadiran Imam Hadi di tengah-tengah masyarakat bakal memunculkan masalah keyakinan.

Situasi dan kondisi demikian secara perlahan-lahan memunculkan aliran-aliran sesat di tubuh umat Islam. Hal ini membuat agama Islam betul-betul berada dalam bahaya. Untuk menghadapi kondisi sulit ini, Imam Hadi as memperkuat "Lembaga Perwakilan" dan menyebarkannya ke daerah-daerah guna menciptakan koordinasi antara sesama pengikut Ahlul Bait yang tersebar di daerah-daerah.

Imam Hadi sebagaimana pendahulunya, Imam Ali bin Abi Thalib menjalani kehidupan secara sederhana, zuhud, saleh dan senantiasa membantu orang miskin maupun orang yang membutuhkan.

Imam Hadi berperan besar dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Quran kepada umat Islam di zamannya. Mengenai Al-Quran, salah satu pernyataan beliau di antaranya, "Allah Yang Maha Kuasa tidak menempatkan Al-Qur'an hanya untuk waktu tertentu. atau untuk orang-orang khusus saja. Sebab Al-Qur'an berlaku sampai hari kiamat, dan senantiasa baru untuk zaman apapun, dan bangsa manapun,".

 

Tahun ini, peringatan hari ulang tahun kemenangan Revolusi Islam memasuki usia ke-43 tahun.

Perjalanan pasang surut Revolusi Islam hingga hari ini terus menyita perhatian banyak kalangan, termasuk para peneliti dari Indonesia. Bagaimana Revolusi Islam Iran dipandang secara obyektif dari kacamata akademisi Indonesia ?

Yusli Effendi, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya dalam wawancara baru-baru ini dengan jurnalis Parstoday Indonesia menjelaskan pandangannya mengenai Revolusi Islam Iran yang saat ini berulang tahun ke-43 tahun.

"Selama ini Iran telah menunjukkan ketegasan, kekukuhan posisi untuk mempromosikan tata dunia yang adil dan setara. Iran konsisten untuk memperjuangkan global order atau tata dunia yang tidak didominasi oleh satu atau dua aktor tunggal," ujar intelektual muda Muslim Indonesia ini.

"Ketegasan sikap Iran inilah dalam posisi yang kita sebut sebagai negara revisionis karena tidak mendukung status quo yang tidak adil terutama bagi negara berkembang itu memang harus dibayar mahal," tegasnya.

Menurut Yusli, Iran sudah bertahun-tahun sejak Revolusi Islam meletus tahun 1979 dijatuhi sanksi dan diembargo oleh Amerika serikat. Namun selama ini kita melihat Iran mampu menunjukkan ketangguhannya.

"Iran mampu memperlihatkan resiliensinya. Iran mampu membuktikan tingginya daya tahan terhadap tekanan-tekanan internasional dengan tetap bersikap independen. Kita juga melihat Iran di masa-masa sulit embargo ini tumbuh menjadi negara yang mandiri," papar dosen HI Universitas Brawijaya Malang ini.

"Dalam amatan saya kunci Iran bisa mandiri adalah bahwa Iran melibatkan banyak aktor untuk bisa berdiri tegak menghadi kesulitan embargo ini. Iran didukung oleh masyarakatnya.Negara ini juga menguatkan kerja sama dengan negara-negara tetangga, negara-negara Muslim, temasuk Indonesia," jelasnya.

Masalah lain yang disoroti Yusli mengenai perjalanan Revolusi Islam Iran ke-43 mengenai kemampuan Iran memproduksi barang-barang dalam negeri, sekaligus menciptakan inovasi-inovasi baru dengan melihat produk-produk baru dengan melihat produk-produk luar negeri baru, bahkan peralatan militer yang kemudian bisa diambil dari kancah peperangan.

"Ini yang menarik buat saya, karena Iran dalam keterbatasan embargo itu bisa memproduksi tidak hanya persenjataan militer yang paling mutakhir, tapi juga alat-alat yang berteknologi tinggi yang digunakan untuk membantu manusia.Misalnya kita melihat Iran bisa memproduksi alat-alat untuk mengantisipasi atau mengscreening Covid-19, dan juga dia bisa membuat beberapa terobosan-terobosan baru dalam bidang kedokteran seperti pembedahan menggunakan robot atau robot Surgery," timpalnya. 

Ia melengkapi argumentasinya dengan pengalaman langsung datang ke Iran di tahun 2019, termasuk berkunjung ke Pardis Technology Park, di Tehran.

"Saya luar biasa takjub dengan kemajuan inovasi teknologinya di tengah keterbatasan embargo yang dimilikinya, itu luar biasa. Di Pardis Technology Park Tehran, saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Iran tumbuh menjadi salah satu negara terdepan dalam inovasi teknologi," ungkapnya.

Mengenai hubungan Iran dan Indonesia yang terjalin sangat baik, Yusli menjelaskan banyak aspek yang harus terus diperbaiki dan disempurnakan.

"Sudah lama kita menjalin hubungan dengan Iran. Kalau melihat fase, kita sudah sangat lama. Kalau fase historis kita sudah bahkan jauh sebelum Indonesia menjadi negara, sejak di zaman Nusantara, kita sudah punya jalinan paradaban dan perdagangan dengan Persia," kata peneliti Timur Tengah ini.

"Nah, kalau dihitung dengan itungan modern, Iran termasuk jajaran negara yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia, sudah sekitar 71 tahun. Iran mengakui dan memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Tapi yang patut disayangkan adalah bahwa di Indonesia, informasi tentang Iran masih belum cukup berkembang, salah stau penyebabnya adalah informasi yang terdistorsi. Karena tidak berimbang itu," tegasnya.

Ia mengamati hampir semua, atau sebagian besar media di Indonesia itu mengambil sumber pemberitaannya dari kantor berita luar negeri (Barat), sehingga citra Iran belum bergerak dari citra lama. Padahal masyarakat Indonesia bisa melihat Iran tumbuh menjadi salah satu negara garda depan dalam terobosan teknologi.

Mengenai isu perempuan di Iran, Yusli memandang Iran sudah melakukan terobosan yang maju ke depan. Ia menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi tiga tahun lalu.

"Kalau di pardis Technopark, saya juga melihat ada beberapa pekerja perempuan. Tidak hanya pekerja, bahkan beberapa petinggi dan ilmuwannya adalah perempuan. Ini sangat berbeda dengan citra atau kehebohan media yang lebih banyak menyoroti bagaimana keterbukaan untuk perempuan mulai bisa menyetir sendiri, bisa menikmati ruang publik di Arab Saudi. Sementara hal itu sudah lama dimiliki oleh Iran. Bahkan dari apa yang kita lihat di jalan-jalan di Tehran, di kota-kota besar di Iran, juga di Pardis Technopark, bahwa perempuan menikmati kebebasan, menikmati keleluasan untuk mengakses pendidikan tinggi, bahkan menjdi saintis atau ilmuwan terkemuka," papar dosen Indonesia ini.

Ia menyoroti banyak perempuan Iran juga menjadi mastermind atau tokoh kunci dalam terobosan-terobosan teknologi ini. Nah ini yang layak untuk kemudian diceritakan di Indonesia, sehingga tidak hanya image lama yang masih mendekam dan tidak bergerak dalam pencitraan publik di Indonesia.

Menginjak usia Revolusi Islam yang memasuki 43 tahun, Yusli berharap hubungan Iran dan Indonesia yang sudah sangat lama terlain semakin meningkat di berbagai sektor.

"Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dengan mayoritas Sunni dan Iran dengan mayoritas Syiah, saya rasa bisa saling mengeratkan hubungan. Kita tidak lagi memperbesar atau membesar-besarkan perbedaan mazhab. Saya rasa kita harus bergerak lebih dewasa untuk menjalin ikatan atau kerja sama yang lebih bermanfaat," ungkapnya. 

Menurut pengamatan Yusli, hubungan bilateral Indonesia dan Iran lebih banyak dicoraki oleh kepentingan ekonomi dan fungsional yang sangat pragmatis.

"Saya melihat ada peningkatan besar dari kerja sama perdagangan Indonesia di tahun 2012, tapi kemudian turun, sempat naik lagi. Nah ini masalah kalau kita kemudian mengandalkan hubungan dari kepentingan ekonomi yang pragmatis," tegasnya.

Menurutnya, ada jalan lain yang bisa mempererat hubungan kedua negara itu dari kepentingan atau kerja sama sosial dan kultural. Sebab, harus diakui ada batasan atau hambatan psikologis atau psycological barrier, karena perbedaan mazhab di dunia bangsa ini, dan itu sedikit banyak mempengaruhi hubungan kedua negara. Ada citraan-citraan, persepsi dan distorsi informasi yang berpengaruh pada perilaku dan sikap pada tingkat kedalaman kerja sama kedua negara.

Intelektual muda NU kota Malang ini memberikan contohnya peningkatan hubungan sosial dan budaya, dengan mengatakan, "Upaya untuk mempererat hubungan sosial dan kultural, misalkan dengan pertukaran informasi atau kerja sama kantor berita antara IRIB dengan RRI atau Antara. Terus juga ada upaya untuk membangun kerja sama pendidikan, ada pertukaran tokoh-tokoh kunci, tokoh-tokoh pemuda, ditambah pula dengan manajemen pemberitaan dan informasi yang baik, saya rasa kedua negara ini bisa akan lebih mendekat, lebih erat,"

Dia berkeyakinan, jika hubungan sosial dan budaya lebih erat, maka sektor lainnya ikut terkerek naik, termasuk kerja sama teknologi.

Ia menjelaskan pengalamannya bertemu beberapa petinggi di Tehran Pardis Technopark, dan mereka menyayangkan bagaimana mungkin kedua negara Muslim terbesar hanya sedikit memiliki kerja sama dalam bidang teknologi. Memang ada dari kementerian, ada dari beberapa kampus, tapi boleh dikatakan relatif kecil untuk melihat kedekatan identitas antara kedua negara Muslim ini.

"Nah, kalau kita punya kerja sama sosial kultural yang mendalam, itu Insya Allah akan naik menjadi kerja sama yang lebih melebar, kerja sama teknologi, yang lebih erat dan lebih banyak dan akan merambah ke banyak hal, termasuk kerja sama politik," papar Yusli.

"Itu harapan saya dalam melihat bagaimana peringatan Revolusi Islam Iran dan kerja samanya dengan Indonesia. Semoga dalam masa-masa yang panjang ini, Iran tetap mempertahankan konsistensinya untuk mempromosikan tata dunia yang lebih adil dan egaliter. Saya rasa dalam sisi ini, Indonesia akan ketemu dengan visi Iran untuk mempromosikan tata dunia yang damai dan setara. Itu harapan kami sebagai orang Indonesia yang juga melihat revolusi Iran punya pengaruh besar dalam gerakan sosial di dunia Muslim, termasuk di Indonesia," pungkasnya.

 

Imam Muhammad bin Ali at-Taqi atau yang lebih dikenal dengan Imam Jawad as, dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan.

Beliau memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu.

Ayahnya Imam Ridha as dan ibunya bernama Sabikah. Ketika lahir ke dunia, Imam Ridha as memeluknya dengan penuh kasih sayang dan pada saat itu juga memberikan kabar akan peristiwa pahit dan syahadahnya. Imam Ridha as mengatakan, "Ini adalah anakku dan akan terbunuh dengan kezaliman. Penduduk langit menangisi syahadahnya dan Allah murka kepada musuhnya. Pembunuhnya setelah itu tidak akan menikmati kehidupan dan akan segera mendapat azab ilahi."

Imam Muhammad at-Taqi as merupakan Imam kesembilan Syiah dan pemimpin ilahi pertama yang menerima tanggung jawab Imamah dalam usia yang masih belia. Beliau dalam usia delapan tahun harus memikul tanggung jawab ini setelah syahadah ayahnya dan menuntun masyarakat.

Image Caption
Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu. Imam Jawad memang berumur belia saat meninggalkan dunia yang fana. Namun usia 25 tahun yang beliau lewati telah meninggalkan warisan ilmu dan khazanah hikmah yang tak terbatas. Sejarah menyebutkan nama 150 orang yang pernah berguru kepada Imam Jawad as dan mendapat bimbingan beliau. Diantara mereka, nampak nama-nama para tokoh yang dikenal figur besar di bidang keilmuan dan fiqh.

Jawad adalah salah satu nama yang paling indah dari Allah Swt yang berarti pemberian tanpa berharap sedikitpun dan memberi sebelum diminta. Kedermawanan luar biasa dan senantiasa. Dia tidak menerima apa pun sebagai balasan atas pemberian dan setelah memberi. Dia tidak meminta apa pun, sementara Dia memberikan yang sama antara mereka yang taat atau berbuat dosa. Nama Ilahi ini telah sepenuhnya memanifestasikan dirinya dalam diri Imam Muhammad Taqi as dan mengungkap pemberian serta kedermawanan Allah Swt. Karena itu, siapa pun yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan memiliki berkah dalam harta dan kehidupan, jika dia menyebut nama beliau, tidak diragukan lagi akan membawa berkah bagi hidupnya.

Imam Ridha as berkali-kali berkata kepada sahabat dan orang-orang dekatnya, "Ini adalah putraku. Tidak ada pecinta kami yang dilahirkan lebih berkah darinya. Ibnu Asbath dan Abbad bin Ismail dua orang dari sahabat Imam Ridha as menukil bahwa suatu hari kami berada bersama Imam Ridha as. Beliau menunjukkan Muhammat Taqi as yang masih bayi. Kami bertanya, "Apakah ini bayi yang dilahirkan penuh kebaikan dan berkah?" Beliau menjawab, " Iya. Inilah bayi dilahirkan dan tidak ada bayi yang dilahirkan penuh berkah selainnya dalam Islam."

Tentu saja bahwa seluruh Imam Maksum as penuh berkah bagi para pecinta Ahlul Bait as, tapi mengapa Imam Ridha as menyebutnya sebagai paling berkah? Itu kembali pada kondisi khusus periode itu. Masa itu adalah periode khusus, di mana Imam Ridha as menghadapi kesulitan untuk menentukan penggantinya sebagai imam pengganti dirinya, dan hal itu tidak dihadapi oleh para Imam as sebelumnya.

Imam Jawad as adalah sosok paling murah hati dan banyak berderma. Karena kemurahan hati beliau terhadap orang lain, Imam as pun dijuluki al-jud (dermawan).

Perihal kedermawanan beliau, terdapat kisah berikut. Saat Ahmad bin Hadid beserta rombongan menunaikan ibadah haji, tiba-tiba sekelompok penyamun datang menyerang. Harta mereka pun ludes digasak perampok.

Saat tiba di Madinah, Ahmad bergegas menemui Imam Jawad as. Ia menceritakan apa yang dialami bersama kafilahnya. Lalu Imam as menyuruhnya membawa sehelai kain seraya memberinya sejumlah dinar untuk dibagi-bagikan pada rombongannya. Jumlahnya sama dengan apa yang dirampok dari mereka.

Dengan demikian, Imam as telah menyelamatkan mereka dari cobaan. Berkat kedermawanan yang agung itu, Imam as telah mengembalikan milik mereka yang hilang.

Kedermawanan dan kebaikan hati Imam Jawad as tak hanya terhadap manusia. Melainkan juga terhadap seluruh makhluk Allah Swt, termasuk hewan. Muhammad bin Walid Kirmani meriwayatkan, “Aku makan di tempat Abu Ja’far as. Selesai makan, meja makan diangkat dan pelayan pun datang membersihkan potongan-potongan makanan. Imam as berkata kepadanya, ‘Tinggalkan apapun di sahara meski sebesar paha domba.’”

Imam as menyuruhnya meninggalkan makanan yang ada di sahara agar dapat dimakan burung dan seluruh emua hewan yang tidak mempunyai makanan.

Imam Jawad as menilai kesabaran dalam menghadapi kesulitan sebagai satu perbuatan baik dan mengatakan, "Sabar menghadapi kesulitan akan menjadi musibah bagi yang menyalahkannya." Beliau sangat sabar dalam menghadapi kesulitan. Imam Jawad tidak menunjukkan perubahan dan cemas menghadapi peristiwa sulit, bahkan dengan bertawakal kepada Allah yang Maha Mengetahui beliau mempertebal kesabarannya. Tentu saja ini mengenai masalah yang dihadapi, tapi berbeda ketika yang terjadi terkait prinsip Islam dan batasan ilahi beliau benar-benar membela dan mengambil sikap yang telah diperhitungkan matang. Menahan diri dengan istri yang tidak layak, sabar menghadapi kezaliman penguasa, sabar menghadapi kesulitan hidup seperti syahadah ayah merupakan contoh kesabaran beliau.

Telah dikatakan dalam sejarah bahwa beberapa orang dari jauh akan membawa hadiah berharga untuk Imam Jawad as. Namun dalam perjalanan, kafilah itu menemui sekelompok bandit dan barang-barang hadiah itu dicuri. Orang yang bertanggung jawab membawa hadiah kepada Imam Jawad menulis surat kepada beliau dan memberi tahu Imam tentang kejadian itu. Sebagai jawabannya, Imam Jawad menulis surat kepadanya, "Jiwa dan barang-barang kami berasal dari pemberian Allah dan amanat-Nya. Jika kita mengambil keuntungan darinya, itu sumber kebahagiaan, dan apa yang bisa mereka dapatkan, jika kita sabar, bakal ada pahalanya. Siapa pun yang gelisah dan tidak sabar akan kehilangan pahalanya."

Makmun, Khalifah Abbasiyah yang licik, setelah memaksakan putra mahkota kepada Imam Ridha dan setelah menggugursyahidkan beliau, memikirkan trik lain selama hidup Imam Jawad as dan berpura-pura baik dan ramah dengan Imam Jawad as) setahun setelah kesyahidan Imam Ridha. Makmum memaksa Imam Jawad as menikah dengan anaknya Ummu al-Fadhl dan dari pernikahan ini dia hanya mengejar tujuan politik.

Image Caption
Sekaitan dengan hal ini, salah satu sahabat Imam Kesembilan mengatakan, "Saya menemui Imam Jawad as di Baghdad dan menyaksikan kehidupannya. Terlintas dalam benak saya bahwa, sekarang setelah Imam hidup makmur, ia tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya, Madinah. Sesaat Imam memalingkan kepalanya, lalu mengangkat kepalanya dan raut mukanya terlihat sedih dan mengatakan, "Wahai Husein! Saya lebih mencintai roti kering dengan garam di makam suci Rasulullah ketimbang apa yang engkau lihat sekarang." Dengan alasan ini, Imam tidak tinggal lama di Baghdad dan kembali ke Madinah bersama istrinya, Ummu al-Fadhl dan tetap di Madinah sampai tahun 220 HQ.

Ketika Mu'tashim Abbasiah menduduki tahta kekhalifahan, ia mendengar akan keutamaan dan kesempurnaan Imam Jawad as yang membuatnya sangat benci, sehingga kemudian memintanya agar pindah dari Madinah ke Baghdad. Ketika beliau tiba di Baghdad, Mu'tashim memberi racun kepada istrinya untuk diberikan kepada Imam Jawad as. Ketika Imam memakan makanan yang ada racunnya, pengaruh racun mulai tampak di badan beliau dan akibat panasnya racun tersebut, Imam Jawad as gugur syahid.

 

Kabinet Malaysia belum membahas proposal Dewan Pemulihan Nasional (MPN) untuk membuka kembali perbatasan negara. Padahal, mereka sudah merencanakan untuk membuka kembali perbatasan internasional pada 1 Maret mendatang.

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengatakan, Kementerian Kesehatan belum memberikan 'umpan balik' atas proposal tersebut kepada Kabinet untuk dievaluasi.

"Kita harus menemukan keseimbangan antara ingin melindungi industri pariwisata dan kesehatan masyarakat, sehingga kementerian kesehatan akan melihat secara rinci dan mengusulkan kepada Kabinet pada langkah selanjutnya," tuturnya dikutip dari Medcom.id, Sabtu (12/2/2022).

"Sampai hari ini, perbatasan kami masih ditutup, belum ada diskusi untuk dibuka kembali," imbuh dia.

Ia menuturkan, pemerintah sejauh ini hanya membuka kembali perbatasan Malaysia-Singapura di Johor melalui 'jalur perjalanan vaksinasi.'

PM Ismail mengatakan, pemerintah menyadari kesulitan industri pariwisata yang terkena dampak buruk pandemi Covid-19. Namun, mereka tidak ingin masuknya turis asing menyebabkan lonjakan kasus di dalam negeri.

Menurutnya, banyak keluhan yang diterima mengenai pertahanan hidup di tengah pandemi dari sektor pariwisata.

"Mungkin kita bisa melihat sekarang bahwa pemerintah masih memberikan bantuan (dalam hal) subsidi upah kepada pekerja tetapi kami tidak membayar banyak, hanya 600 ringgit Malaysia. Ini dimaksudkan untuk membantu, tapi kita tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan," kata Ismail Sabri.

"Itulah mengapa kami pada akhirnya dapat membuka kembali perbatasan tetapi, untuk melakukan itu, kami harus mendapatkan saran dari kementerian kesehatan. Ya, memang benar kami ingin membuka kembali perbatasan karena kami ingin membantu industri pariwisata, tetapi kami juga ingin melindungi kesehatan orang Malaysia," sambungnya.

Selasa lalu, Ketua MPN Muhyiddin Yassin mengatakan, dewan telah menyetujui pembukaan penuh perbatasan Malaysia. Mulai 1 Maret, turis asing dapat ke Malaysia tanpa perlu karantina wajib. 

 

Februari menjadi bulan yang bersejarah bagi Iran. Lantaran setiap 11 Februari, Iran memperingati kemenangan Revolusi Islam.

Tahun ini, peringatan dilakukan untuk ke-43 kalinya. Situasi pandemi membuat Kedutaan Besar Iran di Jakarta hanya menggelar peringatan secara virtual.

Lewat video yang diunggah di akun YouTube kedutaan pada Jumat (11/2), Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad menyoroti hubungan kedua negara.

Memperingati 71 tahun hubungan diplomatik kedua negara, ia mengatakan, Iran dan Indonesia memiliki perkembangan dalam berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, hingga budaya.

"Kunjungan Yang Mulia (Hassan) Rouhani, Presiden Iran saat itu pada 2015, dan kunjungan Yang Mulia Joko Widodo ke Iran pada 2016 menunjukkan tekad politik yang kuat antara kedua negara," kata Dubes Azad seperti dikutip dari laman rmol.id.

Di tataran internasional, ia juga menekankan bahwa kedua negara saling mendukung dalam berbagai hal, termasuk hak asasi manusia yang kerap dimanipulasi dalam isu politik oleh negara-negara tertentu.

"Atau kesepakatan nuklir JCPOA, ketika negara-negara tertentu memaksakan tuntutannya," ujarnya.

"Dukungan bilateral menjadi sangat berharga," imbuh Dubes Azad.

Dalam peringatan virtual tersebut, sejumlah tokoh turut memberikan ucapan selamat kepada Iran. Mereka termasuk Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad, anggota DPR RI Fadli Zon, Ketua Grup Persahabatan Parlemen Indonesia-Iran Nihayatul Wafiroh, hingga Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf.

 

Kemenangan Revolusi Islam Iran pada 11 Februari 1979 merupakan titik balik dalam sejarah beberapa ribu tahun Iran.

Revolusi ini telah menyebabkan perubahan mendasar di berbagai bidang masyarakat Iran, termasuk perkembangan politik, sosial, budaya dan ekonomi.

Perayaan Kemenangan Revolusi Islam Iran
Sekalipun demikian, salah satu dimensi penting dari dampaknya adalah pembentukan tren dan proses baru dan belum pernah terjadi sebelumnya di bidang kebijakan luar negeri Iran. Kebijakan luar negeri Republik Islam didasarkan pada anti-arogansi dan kontra-dominasi.

Konstitusi Republik Islam Iran menyatakan hal ini dalam berbagai pasal. Dalam pasal Bab 2, Pasal 6, Butir C menyatakan, 'menafikan segala bentuk tirani dan menyeret pada penindasan serta mendominasi dan menerima dominasi'. Sementara pada Bab 3, Pasal 5, 'menolak total kolonialisme dan mencegah pengaruh asing'.

Baca juga: Presiden Iran: Republik Islam Setia Usung Slogan "Tidak Timur atau Barat"
Manouchehr Mohammadi, Profesor Asosiasi Fakultas Hukum dan Ilmu Politik mengatakan, “Martabat, Kebijaksanaan dan Manfaat telah menjadi tiga prinsip utama dan tetap, di mana kebijakan luar negeri Republik Islam Iran telah dibentuk berdasarkan ketiganya. Pemimpin Besar Revolusi menilai tiga prinsi pini sebagai 'Segi Tiga Kewajiban bagi Kerangka Hubungan Internasional' dan interaksi Iran dengan dunia telah diprediksi dalam dokumen visi 20 tahun negara itu berdasarkan tiga prinsip ini."

Mengingat pengaruh regional dan internasional dari Revolusi Islam Iran, sejak awal kemenangannya, arogansi global yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan mitra regionalnya mulai menentang Republik Islam yang masih muda dan mencoba untuk menggulingkannya.

Simbol dari pendekatan bermusuhan ini adalah mendorong rezim Baath di Irak untuk menyerang Iran pada bulan September 1980, yang menyebabkan perang yang dipaksakan selama delapan tahun.

Selama perang ini, arogansi global dan kekuatan Timur dan Barat memberikan bantuan berbagai jenis senjata, intelijen, dan bantuan politik kepada diktator Irak Saddam Hussein. Sekalipun demikian, Republik Islam Iran, di bawah bayang-bayang persatuan nasional, iman dan semangat kesyahidan, bangkit melawan invasi ini dan akhirnya muncul sebagai pemenang.

Dalam tiga dekade terakhir, karena penyebaran pesan Revolusi Islam di luar negeri dan perkembangan pengaruh regional Iran, Amerika Serikat, sebagai pemimpin blok Barat, selalu melakukan upaya terbesar untuk memusuhi Iran.

Amerika Serikat mencoba untuk melemahkan Revolusi Islam dengan menggunakan beragam piranti lunak, semi-keras dan keras, baik perang psikologis propaganda dan media, menerapkan berbagai sanksi luas dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dan akhirnya melontarkan ancaman untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Iran.

Terlepas dari upaya dan tindakan permusuhan ini, Republik Islam Iran sekarang berada di posisi regional tertinggi dan memainkan peran yang sangat efektif dan berpengaruh dalam proses regional. Hal ini selalu menjadi salah satu tuntutan utama Washington dari Iran, terutama dalam satu dekade terakhir, untuk mengubah kebijakan regionalnya.

Kenyataan ini menunjukkan betapa kebijakan dan tindakan Tehran, terutama dukungannya terhadap berbagai gerakan anti-arogansi dan anti-Zionis dari Yaman ke Lebanon, Palestina, Irak, dan Suriah, telah menghantam kebijakan hegemonik Amerika Serikat dan mitra regionalnya.

Di sisi lain, Republik Islam Iran merupakan salah satu negara yang efektif dalam membentuk proses internasional karena diplomasi dinamis dan aktif dengan negara-negara anti-dominasi dari Asia hingga Amerika Latin.

Mencermati pendekatan bermusuhan Barat ke Iran, yang tercermin dalam penarikan AS dari kesepakatan nuklir JCPOA selama kepresidenan Donald Trump dan penerapan kebijakan tekanan maksimum pada Iran, Tehran berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dan menggagalkan kebijakan dan tindakan Barat.

Baca juga: Raisi Sampaikan Pidato Peringatan Kemenangan Revolusi Islam ke-43
Hal itu dilakukan dengan mengadopsi kebijakan melihat ke Timur dan dalam hal ini telah memperluas hubungan dengan Cina dan Rusia, yang dianggap sebagai saingan global Amerika Serikat.

Masalah ini telah menciptakan prospek baru bagi Tehran serta membantu menetralisir sanksi AS yang meluas terhadap Iran. Juga, diplomasi dinamis Iran dan hubungan dengan negara-negara anti-hegemonik seperti Venezuela telah meningkatkan peluang bagi Iran dan kegagalan upaya Washington untuk mengisolasi Tehran.

Perayaan Kemenangan Revolusi Islam
Sekarang, 43 tahun setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran, Republik Islam Iran diakui oleh para ahli sebagai kekuatan regional yang penting dan aktor berpengaruh di arena internasional.

“Iran, dengan posisi geopolitiknya yang istimewa di Teluk Persia, telah berulang kali terbukti sebagai kekuatan paling berpengaruh di kawasan itu dan memiliki kemampuan untuk mengubah tren,” kata Mohammad Odeh, pakar urusan Asia Barat, merujuk pada peran regional Iran.

 

Angkatan Bersenjata Lebanon meminta PBB untuk mendesak rezim Zionis menghentikan agresi ke Lebanon yang dilakukan setiap hari, dan menghentikan penggunaan zona udara Lebanon untuk menyerang Suriah.

Dikutip situs berita El Nashra, Jumat (11/2/2022), militer Lebanon menganggap rezim Zionis bertanggung jawab atas dampak serangan setiap hari ke Suriah dengan menggunakan zona udara Lebanon.
 
Peringatan militer Lebanon ini disampaikan seusai pertemuan segitiga antara delegasi militer Lebanon, rezim Zionis dan Mayor Jenderal Stefano Del Col, Komandan UNIFIL, di perbatasan kota Ras Naqoura, Lebanon.
 
Dalam pertemuan itu, delegasi militer Lebanon mengecam serangan setiap hari yang dilakukan rezim Zionis, dan menganggap rezim itu harus bertanggung jawab atas akibatnya.
 
Militer Lebanon juga meminta PBB menekan rezim Zionis agar menghentikan penggunaan zona udara Lebanon untuk menyerang Suriah, dan menghentikan berlanjutnya pelanggaran kedaulatan Lebanon oleh rezim itu.
 
Pada saat yang sama, militer Lebanon menegaskan komitmennya untuk mematuhi konvensi-konvensi internasional terutama Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB. 

 

Ketua Perhimpunan Ulama Perlawanan Internasional dari Lebanon mengatakan, visi dan wawasan tajam Ayatullah Khamenei dalam mengimplementasikan cita-cita Imam Khomeini, adalah kunci kelanggengan Revolusi Islam di Iran.

Syeikh Maher Hammoud, Jumat (11/2/2022) menuturkan, Republik Islam Iran berbeda dengan negara-negara Muslim lainnya, ia islami dalam nama dan praktik.

Ia menambahkan, dampak utama Revolusi Islam Iran terhadap perlawanan menyebabkan gerakan perlawanan selama 40 tahun berhasil memiliki kinerja yang baik, dan buahnya adalah kebebasan Lebanon, dan terselamatkannya negara ini dari kejahatan rezim Zionis Israel, dan sekarang dukungan Iran atas poros perlawanan menjadi alasan utama terlindunginya eksistensi Lebanon, dari Zionisme-Amerika Serikat, normalisasi hubungan dan seluruh proyek lain.

Ulama Sunni Lebanon ini juga menyinggung peran Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam melawan strategi permusuhan AS dan rezim Zionis.

Ia menjelaskan, "Ayatullah Khamenei bukanlah tokoh biasa dalam sejarah umat Islam, pasalnya beliau dengan wawasan, kesabaran yang luas dan pidato yang sangat berpengaruh, mempertahankan sebuah visi yang tidak ada bandingannya, dan menyempurnakan jalan Imam Khomeini."

Syeikh Hammoud melanjutkan, "Revolusi Islam Iran bangkit membela cita-cita Palestina ketika bangsa-bangsa Arab dan Muslim dalam kondisi putus asa karena kalah dari rezim Zionis, dan slogan Revolusi Islam Iran dalam membela Palestina telah menghidupkan kembali harapan di hati umat Islam."