کمالوندی

کمالوندی

 

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menekankan bahwa perlawanan tidak akan membiarkan rezim Zionis menyusup ke Lebanon.

Televisi Al-Manar hari Sabtu (5/2/2022) melaporkan, Sheikh Naim Qassem, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon dalam pidatonya mengatakan, "Front perlawanan membela Lebanon, oleh karena itu mendapat dukungan rakyat,".

"Dukungan untuk Hizbullah meningkat dari hari ke hari, sayangnya beberapa orang berpengaruh atau kaya menyerang Hizbullah," ujarnya.

Pekan lalu,  pasukan keamanan Lebanon telah mengidentifikasi dan menghancurkan 17 jaringan mata-mata Zionis yang beroperasi di berbagai bagian negara itu.

Badan Intelijen Pasukan Keamanan Internal Lebanon meluncurkan operasi terbesar dalam sejarahnya terhadap jaringan mata-mata Israel, dan dalam waktu empat minggu mampu membongkar kasus yang melibatkan puluhan tersangka yang bekerja sama secara langsung atau tidak langsung dengan Mossad.

 

Mantan Deputi Ketua Majelis Rendah Rusia Duma menganggap Revolusi Islam Iran sebagai penghambat besar bagi hegemoni Amerika Serikat di dunia.

Sergey Baburin, Sabtu (5/2/2022) dalam wawancara dengan IRNA mengatakan, "Rakyat negara-negara kawasan Asia Barat yang berhadapan dengan hegemoni AS, berhasil bangkit melawan AS berkat inspirasi dari Revolusi Islam Iran yang dipimpin Imam Khomeini."

Mantan Deputi Ketua Duma Rusia juga menganggap keluarnya pasukan AS dan NATO dari Afghanistan secara memalukan pada Agustus 2021 lalu, sebagai buah dari Revolusi Islam Iran.

Baburin menuturkan, "Iran melawan sistem hegemoni AS, dan berhasil membuktikan bahwa tanpa persetujuan AS sekali pun, ia bisa mempertahankan independensinya."

Ia menambahkan, "Perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan tanah airnya juga mengikuti jejak Revolusi Islam Iran, dan sampai sekarang telah mengalahkan berbagai konspirasi besar seperti Kesepakatan Abraham yang digulirkan mantan Presiden AS Donald Trump untuk menjajah Palestina, dan mengakui secara resmi penjajahan tersebut." 

 

"Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan memenuhi kebutuhan, serta demi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah."

Setiap orang yang merenungkan lautan ilmu Ahlul Bait as, maka dia akan tertarik dengan spiritualitas dan kesempurnaan ilmu mereka serta akan merasa rendah hati dan hormat. Hari ini, dengan penuh rendah hati dan keinginan kuat, kitamenuju ke pantai lautan ilmu Imam Bagir as sehingga pada hari kelahiran beliau saat ini kita dapat menimbailmudaribeliau.

Imam Muhammad Baqir as dilahirkan di kota Madinah pada tanggal 1 Rajab tahun 57 H. Beliau adalah putra dari cicit Rasulullah saw, Imam Ali Zainal Abidin. Beliau diberi gelar "Baqirul Ulum" yang berarti pembelah ilmu. Artinya beliau punya kemampuan tinggi dalam mengurai segala cabang ilmu. Itu pulalah yang disabdakan Nabi Saw jauh sebelum lahirnya Imam Baqir as.

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada sahabatnya, Jabir bin Abdillah Ansari. Beliau berkata, "Wahai Jabir, engkau akan tetap hidup setelah kepergianku, hingga engkau bertemu dengan salah satu putra keturunanku, orang yang paling mirip denganku dan namanya sama dengan namaku. Kapanpun engkau melihatnya, sampaikan salamku padanya dan amalkan sungguh-sungguh pesanku ini."

Rasulullah saw memberi gelar kepada cucu yang akan ditemui oleh Jabir bin Abdillah itu dengan Baqir al-Ulum. Setelah bertahun-tahun berlalu, Jabir akhirnya bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as dan ia pun menyampaikan titipan salam Rasulullah Saw kepada Imam.

Kelahiran Imam Baqir as
Abdullah bin Atha al-Makki, salah seorang ilmuan di zamannya mengatakan, "Saya tak pernah melihat ada ulama dan ilmuan yang tidak merasa kerdil di depan Imam Muhammad Baqir as. Aku pernah menyaksikan sendiri bagaimana Hakam bin Atha yang dikenal punya kedudukan keilmuan yang sangat tinggi duduk bersimpuh di depan Imam Baqir seperti seorang anak kecil di depan gurunya."

Imam Baqir as selalu bersandar pada dua sumber penting Islam yaitu al-Quran dan Sunnah untuk menjelaskan ajaran-ajaran agama di berbagai bidang termasuk masalah sosial, ekonomi dan politik. Beliau kepada sahabatnya berkata, "Setiap riwayat yang aku katakan kepadamu, ketauhilah bahwa riwayat tersebut berasal dari Istinbat al-Quran." Imam Baqir as menilai akal memiliki peran penting untuk memahami hakikat sesuatu. Oleh karena itu, beliau menyerukan masyarakat untuk menggunakan akal tersebut untuk memahami berbagai ilmu.

Ekonomi dan hal-hal yang berhubungan dengan kerja dan produksi merupakan topik penting dalam pendidikan Ahlul Bait as. Islam tidak hanya mengajarkan urusan akhirat saja, tetapi juga mengajarkan masalah keduniawian dan hal itu sesuai dengan tuntutan manusia. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan petunjuk dan penjelasan terkait masalah ekonomi, bahkan telah memberikan jalan dan solusi yang sangat bernilai guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.

Perilaku dan ucapan Imam Ahlul Bait as dalam upaya untuk mendapatkan rizki halal merupakan satu keutamaantersendiri. Mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan finansial dan ekonominya dengan bekerja keras. Kerja dan aktivitas produksi dalam pandangan Imam Baqir as memiliki kedudukan penting.

Imam Baqir as melihat sistem ekonomi yang sehat akan terwujud jika sumber produksi kekayaan diolah oleh orang-orang saleh. Terkait hal itu, beliau menegaskan tentang kekayaan yang halal dan orang-orang yang kaya dan saleh. Imam Baqir as mengatakan, kekayaan harus diolah oleh orang-orang yang mengetahui hak atas harta dan kewajibannya terhadap harta tersebut serta melaksanakannya dengan baik. Salah satu penyebab hancurnya umat Islam dan Islam adalah investasi berada di tangan orang-orang yang tidak mengetahui hak dan tanggung jawab atas kekayaan tersebut dan tidak melaksanakannya dengan baik. (Mustadrak al-Wasail, Juz 2, Halaman 393)

Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as amat memperhatikan masalah produksi, khususnya pertanian. Di sisi lain,beliau juga memperhatikan masalah kerja dan mengais rizki yang halal serta tidak bergantung kepada orang lain. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan jalan bertani, di mana sebagian kebutuhan makanan penting dan pekerjaan dapat dipenuhi melalui jalantersebut.

Imam Baqir as berkata, "Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia disisi Allah Swt dari pertanian dan tidak ada nabi yang diutus Allah Swt yang tidak bertani kecuali Nabi Idris as, karena beliau seorang penjahit. (Miratul Uqul, Juz 19, Halaman 339).

Dari riyawat tersebutdapat dipahami bahwa jika seseorang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup miskin, maka ia telah jauh dari rahmat Allah Swt. Sebab, amat jelas bahwa ia bukan seorang yang inginberusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Imam Baqir as berkata, "Setiap orang yang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup fakir, maka Allah Swt akan menjauhkan orang tersebut dari rahmat-Nya."

Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, sertademi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah.

Penggunaan harta untuk kepentingan sosial, khususnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan adalah tujuan Imam Baqir as dalam kegiatan produksi. Beliau menggunakan hasil pertanian dan perkebunannya untuk membantu anak-anak yatim dan orang-orang fakir. Imam Baqir as mengatakan, "Aku lebih menyukai untuk memikul tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sebuah keluarga Muslim dan menolong mereka dari kelaparan, memberikan pakaian kepada mereka serta menjaga kehormatannya daripada menunaikan satu ibadah haji mustahab atau bahkan 70 ibadah haji mustahab." (Miratul Qulub, Juz 9, Halaman 108).

Meski Imam Baqir as usianya semakin tuadan memiliki pembantu, namun beliau tetap bekerja keras. Bahkan ada sekelompok orang yang mengira perbuatan beliau itu sebagai penjelas untuk tidak merasa zuhud dan qanaah.

Seseorang bernamaMuhammad bin Munkadir mengatakan, "Suatu hari yang panas, aku melihat Abu Jafar Muhammad bin Ali (Imam Baqir as) berada di sekitar Madinah. Beliau keluar dari Madinah untuk bekerja. Kepada diriku aku mengatakan, "Subhanallah, seorang pembesar Quraish dalam kondisi yang panas seperti ini sibuk dengan urusan duniawinya. Aku harus menasihatinya." Kemudian aku mendekatinya dan mengucapkan salam. Dalam kondisi keringat yang sedang mengucur, beliau menjawab salamku.

Aku berkata kepadanya, "Apakah seorang pembesar Quraish dalam cuaca yang panas seperti ini masih sibuk dengan urusan duniawi? Jika dalam posisi seperti ini ajalmu datang, apa yang akan engkau lakukan?" Beliau menjawab, jika dalam kondisi saat ini ajalku datang, maka aku akan mati dalam kondisi taat kepada Allah Swt, sebab hasil jerih payahku ini telah menjadikanku dan keluargaku tidak tergantung kepadamu dan orang lain. Aku takut ajalku tiba pada saat aku sibuk bermaksiat kepada Allah Swt."

Mendengar jawaban Imam Baqir as, Muhammad bin Munkadir berkata, "Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepadamu. Apa yang engkau katakan benar. Sebelumnya, aku ingin menasihatimu tetapi engkau telah menasihatiku."

Selain mendorong untuk bekerja dan berusaha, Imam Baqir as juga melarang menganggur, bermalas-malasan dan meninggalkan pekerjaan. Tak diragukan lagi, pengangguran selain menimbulkan kondisi yang tidak menentu dan menghilangkan hargadiri, juga akan menjadi penghalang utama pertumbuhan ekonomi. Jika dalam ekonomi masyarakat tidak ada motor penggerak yaitu kerja dan usaha, maka ekonomi tersebut akan berhenti dan mengalami resesi.

Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as berkata, "Aku membenci orang yang mencari alasan dan tidak mencari pekerjaan, kemudian dia hanya tinggal di rumah dan dengan menengadahkan tangan berkata, "Ya Allah, berilah aku rizki." Sementara semut keluar dari lobangnya untuk mencari rizki dan memenuhi kebutuhannya dengan upaya dan bekerja keras."

Perkataan Imam Baqir as tersebut menunjukkan bahwa pengangguran tidak hanya menyebabkan resesi dan ketertinggalan ekonomi, namun juga memiliki dampak negatif terhadap fisik dan jiwa,serta tingkah laku manusia.Bahkan akan mendorong timbulnya akhlak dan sosial yang buruk,serta menghilangkan kebahagiaan hidup manusia.

Sementara itu, perdagangan sebagai salah satu bentuk pekerjaan memiliki peran penting dalam menumbuhkan ekonomi. Oleh karena itu, perdagangan juga mendapat perhatian khusus dari Ahlul Bait as. Imam Baqir as meriwayatkan dari ayahnya, terus hingga Rasulullah Saw, berkata, "Berkat memiliki 10 bagian, dan sembilan bagiannya terdapat dalam perdagangan."

Selain mengajarkan tentang perdagangan, Ahlul Bait as juga mengajarkan kepada manusia tentang kehalalannya, di mana pedagang harus mengetahui hukum syariat tentang perdagangan. Sehingga apa yang dia dapat adalah harta yang halal.

 

20 Jumadi al-Tsani, rumah Rasulullah Saw dan Khadijah as tengah menunggu kelahiran putri tercinta mereka yang nantinya diberi nama Fatimah Zahra, penghulu wanita surga.

Di hari kelahiran Sayidah Fatimah yang juga ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kami dikesempatan kali ini selain membahas wanita suci ini, juga akan menjelaskan peran ibu dan metode pendidikan ibu paling sukses ini.

Sebelum Sayidah Fatimah lahir, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad ! Allah Swt mengirim salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk menjahui Khadijah selama 40 hari !


Kemudian Rasulullah melaksanakan perintah tersebut dan menghabiskan siang dengan berpuasa dan malam dengan ibadah. Setelah 40 hari, Jibril turun dan berkata, Allah Swt mengirim salam kepadamu dan berfirman, bersiaplah menerima hadiah dan kehormatan-Ku ! Ketika itu, Malaikat Mikail membawa buah surgawi. Rasulullah kemudian memakannya dan meminum air serta berhubungan dengan Khadijah malam itu, dan Fatimah lahir dari proses tersebut.

Ketika Khadijah menikah dengan Rasulullah Saw, perempuan Quraisy meninggalkannya dan menolak mendatanginya atau berinteraksi dengannya. Bahkan mereka tidak mengucapkan salam kepadanya dan mencegah yang lainnya berkomunikasi dengannya serta bertanya mengenai kondisinya.

Saat Khadijah mengandung Sayidah Fatimah, hanya janin tersebut yang berkomunikasi dengan ibunya dan menghiburnya. Khadijah menyembunyikan rahasia ini, bahkan ia tidak memberi tahu suaminya. Suatu hari ketika Rasulullah tiba di rumah dan mendengar dialog ibu dan anak tersebut. Rasul kemudian bertanya, Wahai Khadijah ! Kamu sedang berbicara dengan siapa ? Khadijah menjawab, janin ini berbicara denganku dan teman ketika aku kesepian.

Rasul kemudian berkata, Wahai Khadijah ! Jibril memberi kabar gembira kepada bahwa janin ini anak perempuan dan ia akan memiliki keturunan yang suci dan diberkahi, serta Allah Swt akan melanjutkan keturunanku melaluinya dan darinya para Imam Maksum terlahir dan setelah terputusnya kenabian serta wahyu, mereka akan melanjutkan risalahku.

Khadijah saat itu hanya ditemani oleh anak yang berada di kandungannya dan ini yang menghiburnya hingga saat kelahiran. Ketika akan melahirkan ia meminta bantuan perempuan Quraisy, tapi mereka menolaknya. Kemudian Allah Swt mengirim empat wanita surgawi untuk membantu wanita beriman ini. Sarah istri Nabi Ibrahim as, Asiyah istri Firaun, Maryam putri Imran dan Kultsum putri Musa bin Imran mendatangi Khadijah atas perintah Allah Swt dan membantu proses kelahiran Sayidah Fatimah as. Dengan demikian, Fatimah lahir dalam kondisi suci, dan namanya adalah nama terindah karena dipilih langsung oleh Allah Swt.


Kehidupan Ahlul Bait as merupakan petunjuk yang jelas bagi mereka yang ingin meraih kehidupan terbaik di dunia dan akhirat. Di ziarah Jamiah Kabirah yang di dalamnya kita mengirim salam kepada seluruh Imam Maksum as, ada jumlah yang menyebutkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan seorang hamba tergantung pada ketaatan dan ketidaktaatan kepada imam maksum. Jumlah tersebut berbunyi مَن أتاکُم نَجی وَ مَن لَمْ یَاْتِکُمْ هَلَک (Barang siapa yang datang kepadamu akan selamat dan mereka yang tidak datang akan celaka). Di ziarah Asyura juga disebutkan bahwa kita memohon kepada Allah supaya kehidupan dan kematian kita sesuai dengan pola hidup Ahlul Bait as, «اللهُمَّ اجْعَلْ مَحْیایَ مَحْیا مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَمَماتی مَماتَ مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد.

Di antara Imam Maksum as, kehidupan penuh berkah Sayida Fatima Zahra bak mentari bagi wanita muslim dan mengenal kehidupan wanita suci ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Di masyarakat modern saat ini, ketika sistem kapitalis Barat melalui serangan budayanya berusaha menyajikan teladan rusak dan tak manusiawi kepada perempuan dan gadis muslim, mengkaji berbagai dimensi kehidupan Sayidah Fatimah akan mampu menjadi teladan praktis yang tepat bagi umat Muslim.

Tak diragukan lagi kehidupan individu dan sosial Sayidah Zahra menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Selain itu, peran beliau di keluarga sebagai istri dan seorang ibu sangat berpengaruh. Mengingat hari kelahiran Sayidah Fatimah ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kini kami akan mengkaji peran Sayidah Fatimah sebagai seorang ibu serta berbagai dimensi kasih sayang seorang ibu yang dimilikinya.

Mengingat peran ibu adalah rububiyah  dan Tuhan juga Rabb, maka peran ibu adalah pancaran peran Tuhan. Hati penuh kasih dan lembut ibu merupakan manifestasi rahmat dan kasih sayang Tuhan; Seakan-akan Tuhan meletakkan setetes dari lautan kasih sayang dan kecintaan di hati ibu.

Al-Quran di Surat al-Baqarah ayat 223 menyebut perempuan sebagai ladang kemanusiaan dan berkata, نِسَاؤُکُمْ حَرْثٌ لَکُمْ فَأْتُوا حَرْثَکُمْ أَنَّى شِئْتُمْ (Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu...). Oleh karena itu, rahim ibu adalah tempat mendidik generasi dan anak di perut ibu, janin menerima inti dari sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek. Seperti air, tanah, cahaya, panas dan penyakit berdampak langsung pada benih tanaman, begitu juga sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek juga berpengaruh pada janin (bayi).


Ibu adalah posisi sangat penting, karena ia yang membentuk manusia dan ia juga bertanggung jawab atas peran pendidik manusia yang suci dan benar serta tokoh-tokoh besar dan bijak. Warisan, pendidikan dan lingkungan adalah tiga pilar utama dalam membentuk kepribadian manusia, dan harus diketahui di bidang pendidikan bahwa anak memiliki besar terhadap ibu dan ayahnya, khususnya ibu dalam hal ini memainkan peran lebih besar. Karena para ibu pada umumnya lebih dekat dengan anak-anak karena keberadaannya yang lebih banyak di rumah.

Sayidah Zahra menjadi teladan dalam mendidik anak dan ia melaksanankan tanggung jawabnya sebagai ibu dengan baik. Ia menyerahkan anak-anaknya seperti Imam Hasan, Imam Husein, Zainab Kubra dan Umu Kultsum ke masyarakat di mana setiap anak-anaknya tersebut merupakan teladan dan contoh dari manusia-manusia yang pandai, sadar, berani, mukmin, pejuang dan memiliki nilai-nilai tertinggi kemanusiaan.

Sayidah Zahra menekankan hal ini bahwa anak-anak sedari kecil dikenalkan dengan kewajiban dan mengajari mereka untuk berhubungan dengan Tuhan serta menabur benih-benih kecintaan dan hubungan dengan sang pencipta, sehingga anak-anak tersebut tidak akan merasa terbebani ketika melakukan kewajiban, tapi mereka akan mengerjakannya dengan penuh minat dan kesenangan.


Dengan demikian, putri Rasulullah Saw ini bahkan membiasakan anak-anaknya untuk shalat malam. Yang pasti beliau memahami dengan benar metode pendidikan dan tidak memaksa anak-anaknya serta mengajak mereka melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Misalnya Sayidah Fatimah di malam ke-23 bulan suci Ramadhan mengajak anak-anaknya untuk tidak tidur di malam penuh berkah tersebut dan di siang harinya ia meminta anak-anaknya untuk tidur cukup sehingga mereka istirahat dengan cukup, memberinya makan lebih sedikit sehingga badan dan mental akan lebih siap untuk begadang di malam penuh berkah tersebut.

Sayidah Zahra di berbagai dimensi pendidikan merupakan teladan sempurna seorang ibu. Beliau menembus jauh ke dalam jiwa anak-anaknya dan memperkuat landasan moral, pendidikan, dan kemanusiaan mereka.

Sayidah Zahra dalam mendidik anak-anaknya bertindak dengan baik sehingga anak-anaknya selain meraih kesempurnaan dan mencarinya, juga penuh kasih sayang kepada yang lain dan tetap mempertahankan etika saling menghormati di keluarga. Dengan demikian, Imam Husein as sangat menghormati kakaknya. Imam Husein juga tidak akan berbicara ketika ada kakaknya, Imam Hasan as, dan sangat mencintai adiknya, Zainab Kubra. Selain itu, kecintaan Sayidah Zainab kepada kakaknya, Imam Husein as juga sangat besar.

Di antara metode lain pendidikan Sayidah Fatimah adalah sifat pemurahnya. Di depan mata anak-anaknya, ia membantu orang lain, sedangkan dirinya menahan lapar, tapi rela memberi makan yang tengah kelaparan. Sayidah rela menghadiahkan kalungnya kepada orang miskin dan dari uang tersebut, ia membeli kain dan membuat pakaian yang layak bagi mereka. Bahkan Sayidah Fatimah dalam doanya mendahulukan orang lain dari dirinya sendiri, seperti yang dinukil Imam Hasan as, ketika berkata, "Suatu malam aku melihat ibuku yang beribadah hingga subuh, dan senantiasa mendoakan orang muknin dan orang lain, tapi tidak untuk dirinya sendiri. Saat aku bertanya mengenai alasannya, ibuku berkata, pertama para tetangga, baru kemudian diri kita sendiri."


Metode pendidikan wanita besar Islam ini membuat anak-anaknya menjadi orang sukses, berpengaruh, kuat menghadapi kesulitan, bertauhid, pejuang dan memiliki kerja sama tinggi dengan masyarakatnya. Apa yang ditampilkan oleh Sayidah Fatimah, wanita dunia dan penghulu perempuan alam semesta, di kehidupannya menunjukkan keutamaan dan maqam tinggi beliau. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas kelahiran putri tercinta Rasulullah Saw dan Sayidah Khadijah as.

 

Imam Khomeini pada 12 Bahman 1357 Hs (1 Februari 1979) setelah bertahun-tahun berada di pengasingan selama lebih dari 14 tahun akhirnya kembali ke Iran dan menetapkan sendi-sendi revolusi paling unik sepanjang sejarah.

Revolusi di Iran yang menurut pengakuan saksi mata, pengamat dan analis selain membawa pesan spiritual, independensi dan nilai-nilai mendasar Islam serta berujung pada pembentukan pemerintahan Republik Islam Iran, juga membuat cahaya Islam murni Muhammadi semakin bersinar di dunia.

Tak diragukan lagi bahwa salah satu faktor kemunculan kembali ajaran murni Islam adalah arsitek besar Revolusi Islam Iran, Sayid Ruhullah Mousavi Khomeini yang dikenal dengan panggilan Imam Khomeini. Beliau dengan meneladani sirah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum as, meletakkan sendi-sendi pemerintahan Islam di dunia dan setelah 43 tahun dari usia dari sistem ini, pemerintahan Islam masih tetap menjadi tempat berlindung orang-orang tertindas dan para pencari kebebasan di dunia.

Detik-detik bersejarah kedatangan Imam Khomeini
Diriwayatkan ketika jumlah sahabat Rasulullah Saw mencapai 40 orang, Rasul diperintahkan Allah Swt untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Saat itu, mereka yang berada di dekat gunuh Safa menyaksikan Rasulullah Saw menginjak kerikil dan pasir serta dengan tekad kuat dan langkah tegas naik ke Safa dan dengan suara keras berkata, «یا صباحاه» (Sebuah panggilan saat ada bahaya atau hal-hal penting)

Dalam waktu singkat, warga berkumpul. Rasulullah Saw memandang orang-orang dengan kasih sayang dan belas kasihan yang tak terbatas dan mulai berkata: Pernahkah Anda mendengar kebohongan dari saya? Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang tidak benar? Semua orang berkata: Tidak! "Kami tidak melihat atau mendengar apapun darimu kecuali kejujuran dan kemurnian." Nabi kemudian berkata, jika aku mengatakan bahwa ada musuh bersiap untuk menyerang kalian, apakah kalian akan menolak untuk mempercayaiku dan memilih untuk mengabaikannya.

Setelah menarik perhatian masyarakat, Nabi mengatakan: "Sekarang, jika saya memberi tahu Anda bahwa penunggang kuda musuh datang dari belakang gunung ini dan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai ucapanku!  Ketahuilah dan sadarilah ! Setelah kehidupan ini, kalian memiliki dunia yang penuh gejolak, dunia yang memiliki banyak rasa sakit, penderitaan, siksaan, dan kemalangan! Oleh karena itu, saya memperingatkan kalian tentang siksaan berat yang akan kalian hadapi dan memperingatkan kalian tentang bahayanya."

Imam Khomeini juga memulai revolusinya dengan tujuan menghidupkan kembali agama Rasulullah Saw, dan di pidatonya tahun 1964, Imam memperingatkan peratifikasian draf kapitulasi dan konsesi penuh kepada Amerika serta pelanggaran kedaulatan nasional. Imam berkata, "Saudara-saudara, Saya memperingatkan adanya bahaya! Wahai politisi Iran, Saya umumkan adanya bahaya ! Wahai saudagar Iran, aku umumkan bahaya! Wahai militer Iran, wahai marja agama, Saya peringatkan adanya bahaya! Wahai ulama, santri, wahai marja, saudara-saudara, wahai Najaf, wahai Qom, wahai Syuhada, wahai Tehran, wahai Shiraz, Saya nyatakan ada bahaya!

Ayatullah Khamenei dan Imam Khomeini
Imam Khomeini, pemimpin besar Revolusi Islam, memiilki spririt ikhlas dan penghambaan, dan di setiap kondisi, perkataan dan perilakunya, ia selalu taat kepada Tuhan dan senantiasa mencari ridha-Nya. Ayatullah Khamenei, pengganti Imam Khomeini dan pemimpin besar Iran saat ini, terkait karakteristik Imam mengatakan, "Imam Khomeini seorang ahli ibadah yang berhasil membebaskan dirinya dari penghambaan kepada selain Tuhan dan ia benar-benar seorang hamba Tuhan. Ia membuat hatinya bersih dan jiwanya bersinar."

Pemimpin Revolusi ini dengan bertawakkal kepada Tuhan, mengikuti sirah para Imam Maksum as serta bersandar pada kemampuan bangsa telah menetapkan sendi-sendi revolusi yang termasuk peristiwa paling unik di sejarah Islam. Revolusi ini berhasil menggulingkan rezim yang memiliki akar 2.500 tahun. Ia menganggap kemenangan seluruhnya dari Tuhan.

Ayatullah Khamenei yang keberanian dan kepercayaannya juga diketahui semua orang, bersaksi bahwa dalam peristiwa yang mengerikan, ketika semua pejabat menemui jalan buntu dalam pekerjaan mereka, mereka mendatangi Imam dan dia memberi mereka kedamaian dan harapan. Ayatullah Khamenei mengatakan dalam hal ini: "Imam Khomeini, dengan koneksi spiritual dan kepercayaannya kepada Tuhan, selalu berdiri seperti gunung yang kuat dan tidak ada yang menggoyahkannya. Di sebagian besar arus negeri ini dan peristiwa-peristiwa revolusi, semua beban selalu ada pada Imam. Dia membimbing semua pejabat dan orang-orang dalam acara dengan satu kalimat dan mengakhiri kelemahan dan ketakutan."

Imam Khomeini (semoga Allah merahmatinya) sangat rendah hati karena kepribadian dan posisinya yang tinggi. Dia tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dari orang lain, tetapi menganggap dirinya sebagai pelayan rakyat dan tidak berusaha memenangkan gelar untuk dirinya sendiri. Untuk alasan ini, dia berulang kali memperingatkan untuk tidak memujinya.

Merujuk pada kebesaran dan kekuasaan Imam, Ayatullah Khamenei menggambarkan kerendahan hatinya kepada umat sebagai berikut: “Imam adalah orang yang mampu mengubah dan menggeser seluruh politik dunia dengan kekuasaannya. Kemauan yang kuat terhadap gunung-gunung besar yang kecil tersebut, bahasa fasih yang kata-katanya meledak dan memiliki efek seperti bom di dunia, setiap kali ia berbicara kepada rakyat, ia menganggap dirinya lebih kecil, dan di hadapan emosi dan keyakinan dan keberanian, kebesaran dan pengorbanan rakyat, menundukkan kepala dan berkata dengan rendah hati: "Rakyat lebih baik dari kita ...".


Al-Quran di Surat al-Anfal ayat 24 menyinggung para pembaharu Islam dan kepada orang beriman yang senantiasa hatinya dipenuhi cahaya iman mengatakan, "«یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا اسْتَجِیبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاکُمْ لِمَا یُحْیِیکُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ یَحُولُ بَیْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَیْهِ تُحْشَرُونَ» (Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan). Sesungguhnya sebuah aliran (ajaran) dapat memberi kehidupan jika hidup, dan Islam yang selalu dinamis dan hidup, dapat menghidupkan dan mencegah kematian pengikutnya.

Islam murni Muhammadi menurut pandangan Imam Khomeini adalah Islam yang sumber utamanya adalah al-Quran dan wilayah Ahlul Bait as. Sementara di periode ghibat Imam Mahdi as, marjaiyah politik dari ulama agama menjadi rujukan. Dengan kata lain, Islam yang murni adalah agama yang bersumber dari al-Quran, wilayah Ahlul Bait as dan marjaiyah politik ulama, serta berlandaskan pada akal dan rasio yang benar serta suara yang berdasarkan al-Quran.

Imam Khomeini meyakini bahwa Islam murni Muhammadi tidak memberi peluang orang kafir menguasai umat muslim, dan muslim dengan menjaga perintah dan larangan Tuhan serta mengikuti ayat al-Quran, senantiasa berada di atas.

Menurut perpektif Imam Khomeini, tuntutan keadilan dan anti-kezaliman merupakan karakteristik nyata Islam murni Muhammadi, Islam yang melawan kezaliman dan eksploitasi serta berusaha menegakkan keadilan sosial. Allah Swt menyebutkan penerapan keadilan sebagai tujuan agama sejak awal pengutusan para nabi. Di bagian ayat ke 25 Surat al-Hadid, Allah Swt berfirman: «لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَیِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْکِتَابَ وَالْمِیزَانَ لِیَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ... » (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan...)

Imam Khomeini terkait keadilan di Republik Islam Iran mengatakan, "Di Republik Islam, keadilan Islami dapat ditemukan, keadilan ilahi menaungi seluruh bangsa, apa yang ada di pemerintahan Taghut tidak ada di Republik Islam."

Banyak pengamat yang meyakini bahwa Imam Khomeini adalah pembaharu ideologi agama setelah Imam Maksum as; Sosok yang tujuan akhirnya dari Revolusi Islam dan menciptakan kebangkitan ideologi dan sosial, menghidupkan kembali Islam murni Muhammadi. Imam menilai Islam bukan ajaran yang terbatas pada amalan individu, dan ia meyakini universalitas agama dan kehadirannya di tengah sosial.

Pemimpin besar Revolusi Islam, bukan saja membawa revolusi Iran ke arah kemenangan, tapi juga menciptakan spirit persatuan dan persaudaraan Islam di seluruh masyarakat Islam. Revolusi Islam Imam Khomeini sebuah ledakan cahaya dan cahayanya menyelimuti seluruh negara Islam dan non-Islam, serta memberi kehormatan kepada kaum tertindas di seluruh dunia, dan khususnya bagi umat Islam ketika agama dipropagandakan sebagai candu bagi masyarakat, tapi Imam melalui Revolusi Islam telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam memiliki kemampuan untuk mengorganisir komunitas dan menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.

Abad 20 hanya berumur 13 tahun ketika Peran Dunia Pertama meletus. Banyak negara terpaksa atau tidak, terlibat di perang dunia ini. Perang ini juga berujung para tumbangnya imperatur Ottoman di dunia Islam dan dimulainya penjajahan di wilayah Islam.

Menurut kesaksian sejarah, abad 20 adalah abad yang dipenuhi dengan perang, haus kekuasaan dan hegemoni sejumlah negara dan pemerintah di dunia. hanya 13 tahun dari usia abad 20 berlalu, komunitas dunia mencicipi Perang Dunia Pertama. Banyak negara dunia baik itu terpaksa atau tidak, terlibat dalam perang ini. Perang ini bagi dunia Islam juga menandai kehancuran Imperatur Ottoman dan dimulainya penjajahan wilayah Islam oleh negara Barat.

Berbagai wilayah imperatur Ottoman yang sampai saat ini masih menderita despotisme para sultan, kali ini terlilit kezaliman baru dan tercerai berai dalam bentuk negara-negara kecil serta dibagi di antara pemenang perang seperti Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis yang ketakutan atas terbentuknya pemerintahan Islam bersatu, di luanya tampak memberi kebebasan politik kepada negara-negara kecil ini, tetapi pada kenyataannya menunjuk orang untuk mengejar kebijakan dan kepentingan mereka. Secara ekonomi dan budaya, mereka terus menyerang dan mendominasi negara-negara kecil ini.

Perang Dunia Pertama
Di antara negara tersebut, Mesir sebagai negara terpenting dan memiliki posisi strategis di kawasan berada di bawah kolonialisme Inggris. Selama tahun-tahun tersebut, pemerintah Inggris melalui Deklarasi Balfaour, telah mempersiapkan peluang bagi invasi Yahudi ke Palestina.

Sementara Iran meski di awal Perang Dunia ini dan perkembangannya tidak memiliki peran, tapi mengingat posisi geografinya dan ketidakmampuan Shah, telah menjadi lokasi lalu lalang militer Rusia dan Inggris, sehingga di akhir perang dunia, hampir seluruh wilayah Iran diduduki Inggris.

20 tahun kemudian, dunia menyaksikan Perang Dunia Kedua. Perang ini berlangsung selama enam tahun dan hasilnya adalah berkuasanya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan besar dunia. Ada pun negara-negara Islam mengalami paceklik, wabah, perampokan dan penjajahan.

Dengan kehadiran pihak asing di wilayah dan negara Islam, dan upaya mereka untuk menaklukkan budaya pemerintahan ini, berbagai kelompok dan organisasi mulai bermuncuan di negara-negara ini yang berusaha mencari jalan selamat bagi rakyatnya dengan berpegang pada ideologi seperti Marxisme, Sosialisme, Liberalisme dan seluruh isme materalis lainnya. Sejumlah kelompok ini melupakan total identitas Islamnya dan menilai jalan selamat dengan bernaung kepada Barat dan budayanya, tapi sejumlah kelompok lainnya menggabungkan antara Islam dan isme Barat. Namun demikian sampai saat ini di antara ulama Syiah dan Sunni, masih ada yang berusaha untuk kembali ke ajaran asli Islam.

Banyak reformis dari spektrum yang berbeda muncul di negara-negara Islam, yang paling penting dapat dianggap sebagai Sayid Jamaluddin Asadabadi. Ia belajar di seminari-seminari (Hauzah Ilmiah) Iran dan Irak dan menghabiskan seluruh hidupnya bepergian ke negeri-negeri Islam. Sayid Jamaluddin selalu berusaha memperingatkan umat Islam tentang bahaya dominasi budaya, ekonomi dan politik Barat.

Di Afghanistan, ia menerbitkan surat kabar, majalah, dan menulis buku-buku agama dan sejarah. Di India, ia melawan ide-ide materialis dan kecenderungan Wahabi, dan akhirnya berhasil mendirikan sebuah partai di Mesir, yang segera memperoleh pengaruh yang cukup besar di antara semua orang, dan ini membuat takut para penjajah sampai-sampai ia diusir dari Mesir dan partainya dibubarkan. Dia mengubah sastra Mesir dari sastra aristokrat yang melayani pujian raja menjadi sastra populer (rakyat/sipil) dan menggunakannya untuk membela hak-hak kaum tertindas.


Pemikiran Sayid Jamaluddin di Iran melalui arahan ulama Syiah menyebabkan Revolusi Konstitusi. Sebuah revolusi yang mengubah monarki menjadi monarki konstitusional, meskipun untuk waktu yang singkat. Sebagai hasil dari revolusi ini, untuk pertama kalinya di Iran, Majelis Nasional didirikan, meskipun majelis ini lebih merupakan monarki dan tatanan daripada rakyat.

Di Mesir pada tahun 1952, Gamal Abdel Nasser menggulingkan monarki dalam kudeta militer dan berperang melawan kolonialisme. Abdel Nasser sejak lama adalah pemimpin Arab terbesar dan terpopuler di kawasan itu, tetapi pada akhirnya, menguatnya gagasan pan-Arab dan tendensi sosialis dalam ekonomi menyebabkan pemberontakan umat Islam Mesir menyimpang dari jalur murni Islam yang dimaksud oleh Sayid Jamaluddin.

Sejak 1948, ketika invasi Zionis global ke Palestina dimulai, umat Islam telah mencoba dengan berbagai cara untuk menghilangkan penindasan ini, tetapi pesimisme, penyerahan atau ketidakmampuan pemerintah Arab membuat tidak mungkin bagi mereka untuk mempertahankan tanah suci ini. Pada tahun 1967, empat negara Mesir, Irak, Yordania, dan Suriah bersekutu untuk menghancurkan Israel, tetapi hanya dalam enam hari, mereka dikalahkan dengan parah. Kekalahan ini, selain membuka jalan bagi kemunduran Gamal Abdel Nasser di Mesir, membuat harapan banyak umat Islam di seluruh dunia menjadi putus asa. Muslim di negara-negara Islam lainnya berada dalam situasi yang sama.

Sayid Jamaluddin
Pada saat inilah berita kebangkitan Syiah Iran yang dipimpin oleh salah satu ahli hukum (pakar fikih) dari seminari Qom mencapai telinga dunia. Cendekiawan dan ahli hukum revolusioner dan anti-penindasan yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Islam dan Muslim adalah "Ruhullah Al-Musawi Khomeini".

Ayatullah Khomeini yang sejak muda menimba ilmu di Hauzah Ilmiah (seminari) Qom dan Najaf, dan di usia 27 tahun mencapai derajat ijtihad adalah sosok arif dan pejuang. Selain mengajar dan menulis buku agama serta upaya mendidik ulama masa depan dunia Islam, beliau juga aktif berjuang melawan pemerintahan monarki dan kesultanan Shah di Iran. Kerajaan dan sistem monarki yang munul atas dukungan Inggris dan terus berlanjut eksistensinya berkat dukungan Amerika Serikat dan Israel.

Menurut perspektif ulama besar ini, masa gelap umat Islam ini karena sifat egoisme dan meninggalkan perjuangan serta kebangkitan karena Tuhan. Dalam karya-karyanya, ia mengajukan sebuah teori bahwa semua Muslim di dunia harus mengikuti "Velayat-e-Faqih". Seorang ahli hukum yang berilmu, pemberani dan memahami keadaan zamannya dan inilah rahasia kemenangan kaum muslimin. Setelah kematian Ayatullah Boroujerdi, otoritas Syiah dan pemimpin dunia, Ayatullah Khomeini menjadi sangat populer di kalangan Iran karena aktivitas sosial dan politiknya.

Pidato-pidatonya dan konfrontasi kerasnya dengan tindakan tidak sah pemerintah Pahlavi memberi rakyat harapan akan masa depan yang cerah. Setelah Perang Enam Hari antara Arab dan Israel, Imam Khomeini mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa setiap perdagangan dan hubungan politik antara negara-negara Islam dan Israel dan konsumsi barang-barang Israel dilarang di masyarakat Islam. Dalam fatwa lain, dia mengizinkan pembayaran sedekah dan zakat orang Syiah kepada gerilyawan Palestina, dan ini adalah pertama kalinya diizinkan pembayaran zakat Syiah kepada non-Syiah.

Kamp Pengungsi Palestina
Di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, Revolusi Islam di Iran meraih kemenangan pada tahun 1979 (1357 Hs) dan kemenangan ini sebuah pelita dan cahaya di hati umat Muslim dunia serta harapan bagi kebebasan dari despotisme dan penjajahan meningkat drastis.

Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, kaum Syiah di mana pun di dunia mendapatkan kembali identitas agama mereka dan menjadi bangga karenanya. Banyak mualaf Sunni, yang menganggap isme Barat tidak berguna, juga menemukan cara baru untuk meraih kebebasan. Syiah Lebanon bersatu dengan mengakui Imam Khomeini sebagai Pemimpin Tertinggi, dan dengan persetujuannya, sebuah kelompok yang kita kenal sekarang sebagai Hizbullah dibentuk. Sebuah kelompok yang saat ini merupakan musuh besar dan kuat bagi rezim pendudukan Israel.

Sementara di Palestina, berkat kemenangan Revolusi Islam di Iran, terbentuklah banyak kelompok muqawama, meski mereka Sunni, tapi mereka sangat mencintai Khomeini dan cita-citanya, serta menjadikan metode perjuangannya serta rekan-rekannya sebagai acuan mereka. Iran di kondisi sulitnya ketika bertarung dengan kekuatan besar dunia, tetap tidak melepas dukungannya terhadap bangsa Palestina.

Bangsa Iran setelah perang delapan tahun dengan Irak, berhasil mengalahkan kekuatan besar dunia. Mereka mengibarkan bendera keadilan dan terus melanjutkan dukungan terhadap kaum tertindas. Dukungan ini juga menyeru Muslim seluruh negara Islam untuk bersatu melawan penjajah dan despotisme. Selama tahun-tahun pertama kemenangan revolusi rakyat Iran, Muslim Afghanistan baik Syiah maupun Sunni bersatu dan mengalahkan tentara Uni Soviet.

Sementara analis politik yang berafiliasi dengan Barat mengonfirmasi kekalahan cepat Revolusi Islam di Iran, dan kekuatan besar setiap hari merancang skenario baru untuk menggulingkannya, revolusi yang dipimpin oleh seorang ulama dan pakar hukum (Faqih) yang layak dan pemberani serta dengan dukungan besar rakyat ini terus maju untuk menggapai tujuan tingginya.

Tidak hanya bergerak maju dengan sendirinya, tetapi dengan mengeluarkan ide-idenya yang adil dan menjelaskan Islam sebagai agama sosial dan politik, ia dengan jelas menunjukkan dan menunjukkan jalan menuju kebebasan dari penindasan dan tirani kepada orang lain. Pencerahan ini menyebabkan kebangkitan Islam pada dekade pertama abad ke-21 di banyak negara Muslim, termasuk Mesir, Libya, Yaman, Bahrain, Tunisia dan Aljazair. Revolusi yang jelas-jelas menginginkan kembalinya sistem politik ke Islam dan mengakhiri tirani dan kediktatoran para penguasa.

Imam Khomeini
Tuntutan akan keadilan ini tidak terbatas di negeri-negeri Islam saja, tetapi juga terwujud di negara-negara Barat, seperti gerakan Wall Street di Amerika Serikat dan gerakan Rompi Kuning di Prancis. Semua gerakan ini telah terjadi melawan sistem kapitalis. Sistem yang menjadi dasar pembentukan negara adidaya dunia dan Iran Islam sejak awal revolusi menganggapnya tidak sah dan tidak adil.

Ya, begitulah Imam Khomeini, semoga Allah merahmatinya, dengan tepat menyebut Revolusi Islam Iran sebagai ledakan cahaya. Orang tua yang bijaksana ini, dengan pandangan ke depan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuka di hadapan kita jalan di mana kita harus tabah sampai nafas terakhir dan mewarisinya dengan cara terbaik untuk masa depan kita.

Kami tidak akan pernah lupa bahwa prinsip dasar dari warisan ini adalah gerakan terpadu dari seluruh umat Islam di bawah bendera Velayat-e-Faqih. Setiap gerakan atau kebangkitan yang melupakan prinsip ini entah melenceng atau segera gagal dan ditakdirkan untuk dilupakan dalam lembaran-lembaran sejarah. Kami telah mengorbankan banyak nyawa dan orang-orang terkasih untuk menegakkan prinsip yang berharga ini. Tidak ada keraguan bahwa kami akan terus melakukannya dan mengundang semua orang untuk mengikuti jalan ilahi ini.

Jumat, 04 Februari 2022 19:38

Contoh Kemajuan Revolusi Islam Iran

 

43 tahun telah berlalu dari kemenangan Revolusi Islam Iran. Selama 43 tahun ini, Iran mencapai banyak kemajuan. Sementara arus-arus menyimpang bukan saja tidak meliputnya, bahkan ingin memutarbalikkan kondisi yang ada dan menyembunyikan keberhasilan ini.

Revolusi Islam Iran yang memiliki esensi Islami adalah sebuah revolusi yang mendapat dukungan besar dari rakyat, dan termasuk peristiwa terpenting di abad 20 serta meraih kemenangan dengan perjuangan yang besar. Revolusi ini kini memasuki usianya yang ke-44. Urgensitas penjelasan akan kemajuan Revolusi Islam juga mengharuskan penjelasan atas sebagian karakteristik pemerintahan Pahlevi. Secara global ada empat karakteristik pemerintahan Pahlevi yang paling penting dari yang lain, seperti despotisme dalam negeri, korupsi yang luas khususnya di puncak kekuasaan, ketergantungan terhadap AS dan masyarakat yang ditindas.

Salah satu karakteristik unggul pemerintahan Pahlevi adalah despotisme dan tirani di dalam negeri. Rezim Pahlevi menerapkan kediktatorannya melalui dua sarana Savak (di Tehran dan pusat kota) dan Gendarmerie (lembaga militer di kota-kota dan desa). Di era pemerintahan rezim Pahlevi, wacana seperti pemilu, partai dan kebebasan berpendapat tidak memiliki arti. Mohammad Reza Pahlevi membentuk Partai Rastakhiz untuk menyatukan kekuasaan dan seluruh rakyat juga harus menjadi anggota partai tersebut.

Perbandingan kemajuan infrastruktur Iran saat ini di banding dengan sebelum Revolusi
Ciri lain dari pemerintahan Pahlavi adalah korupsi yang meluas di pucuk pimpinan kekuasaan. Dalam bukunya, Assadollah Alam merujuk pada korupsi moral para pejabat pemerintahan Pahlavi. “Korupsi begitu merajalela di tingkat atas negara bahkan telah melampaui batas rasa malu,” tulis Alam dalam bukunya, mengutip Hoveyda. Banyak karya telah meneliti korupsi ekonomi pejabat pemerintah Pahlavi, termasuk Mohammad Reza Shah dan anggota keluarganya.

The Financial Times melaporkan jumlah aset yang diambil oleh diktator buronan dari berbagai negara dan menulis tentang Mohammad Reza Pahlavi: "Syah Iran yang digulingkan telah mengambil 35 miliar dolar kekayaan dari negara." Ardeshir Zahedi juga menulis tentang jumlah kekayaan yang telah dibawa Shah ke luar negeri: "Yang Mulia telah membawa 31 miliar dolar ke luar negeri."

Karakteristik lain dari pemerintahan Pahlavi adalah ketergantungannya yang besar pada kekuatan asing, terutama Amerika Serikat. Pemerintah Pahlavi secara psikologis, politik, defensif, dan keamanan bergantung dan menjadi boneka Amerika Serikat. Menurut doktrin dua pilar Nixon, Iran adalah gendarmerie regional. Realisasi kepentingan Amerika dalam kebijakan luar negeri adalah bagian dari komitmen rezim Pahlavi. Dalam politik dalam negeri, meskipun pilar kekuasaan Pahlavi kedua adalah tiga pilar: tentara, birokrasi, dan pengadilan, ia juga memiliki pilar keempat, yaitu dukungan Amerika. Ciri lain dari pemerintahan Pahlavi adalah aristokrasi di puncak kekuasaan dan deprivasi dalam tubuh politik. Selama era Pahlavi, 46 persen warga hidup dalam kemiskinan absolut, 73 persen di pedesaan, 46 persen buta huruf, dan 96 persen desa tidak memiliki listrik. Terlepas dari situasi ini, beberapa di dalam dan di luar Iran berusaha untuk memurnikan rezim Pahlavi dengan mendistorsi pencapaian 43 tahun Revolusi Islam.

Ada sejumlah kesulitan untuk memaparkan kemajuan Iran setelah kemenangan Revolusi Islam, salah satunya adalah adalah ketidakjelasan konsep/wacana. Ketidakjelasan konsep ini artinya wacana dan konsep kemajuan adalah sama dan berarti simbol fisik dan ekonomi seperti menciptakan lapangan kerja, membangun bandara udara, kilang minyak, jalan dan lain sebagainya. Di Barat, jenis kemajuan ini disebut kemajuan linier. Dalam literatur politik Revolusi Islam dan dalam sistem epistemologi Imam Khomeini, disebut dengan sebutan “kemajuan” dan bukan “pembangunan”, karena dalam sistem politik Islam tercakup dimensi material dan spiritual manusia.

Salah satu tantangan revolusi dengan Barat adalah terkait cara memandang manusia, karena dalam sistem Islam pertumbuhan kebajikan moral, pertumbuhan spiritualitas dan keamanan moral menjadi perhatian, tetapi di Barat ini tidak ada artinya dan apa yang penting dan menjadi tugas pemerintah adalah menjamin kesejahteraan dan keamanan, sementara pertumbuhan spiritualitas bukanlah salah satu tugas dan tanggung jawab pemerintah.

Dalam pemerintahan Islam dan sistem Republik Islam yang timbul darinya, ada kepedulian terhadap pertumbuhan spiritualitas dan kebajikan moral yang menjadi kewajiban pemerintah, dan ini adalah salah satu kendala Revolusi Islam dengan Barat. Oleh karena itu, salah satu contoh kemajuan Revolusi Islam adalah tumbuhnya spiritualitas dan keutamaan moral dalam tubuh masyarakat, sehingga saat ini masyarakat Iran, meskipun tidak menghadapi pembatasan sosial, telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dalam konsep Barat, ketika membahas pembangunan, sebagian besar aspek material yang nyata diperhitungkan. Dengan demikian, hal-hal seperti i'tikaaf tidak dianggap sebagai kemajuan, padahal ini adalah salah satu bidang kemajuan spiritual masyarakat.

Aspek lain dari kemajuan Revolusi Islam termasuk melawan penindasan, perlawanan terhadap dominasi dan paksaan serta tuntutan kemerdekaan, di mana, selama 43 tahun, Iran, negara yang bergantung, telah menjadi kekuatan nasional yang independen dalam arti kata yang sebenarnya. Sejak zaman Agha Mohammad Khan Qajar - ketika era modern dimulai - terutama setelah Fath Ali Shah, dengan kekalahan dari Rusia selama dua periode perang dan pemaksaan kontrak kolonial, keberadaan perdana menteri yang dipaksakan, kudeta, pendudukan Iran, mencopot dan mengangkat Shah (raja), rakyat tidak punya tempat.

Iran yang beradab di era Safawi baik secara geografis dan posisi dalam 200 tahun ini telah hancur, Iran yang di era Safawi Eropa berbaris untuk berdagang negara ini. Revolusi Islam telah memulihkan identitas orang Iran dalam hal karakter historis mereka, dan ini dianggap sebagai contoh kemajuan.

Dalam 57 tahun rezim Pahlavi, menurut statistik yang tersedia, situasi negara menghadapi 46 persen kemiskinan absolut, 73 persen warga hidup di pedesaan dan 46 persen warga buta huruf, dan Revolusi Islam mengambil alih negara dalam situasi ini. Meskipun ada universitas sebelum revolusi, ada 150.000 mahasiswa, dan menurut Pemimpin Tertinggi Revolusi, ada profesor yang baik, tetapi tidak ada penemuan atau inovasi.

Di beberapa sektor di mana sanksi telah berlaku, peristiwa yang terjadi di Iran di bawah tekanan puluhan media yang membom negara kita dengan baik menjelaskan kesulitan ini. Misalnya, di sektor kedokteran revolusi dan pemuda Iran yang cerdas berada di puncak sains. Dalam situasi saat ini, terdapat 20 juta orang terpelajar yang mengenyam pendidikan tinggi dan lebih dari 1.500 unit universitas, dan meminimalisasi buta huruf merupakan isu yang sangat penting. Tidak adanya fasilitas di desa-desa sehingga pada awal revolusi sebenarnya tidak ada yang baru di desa, hanya lambang pemerintahan di desa adalah koperasi desa, tetapi sekarang di desa-desa ada sekolah, jalan, telekomunikasi, gas, air, aspal, taman, gedung olahraga dan sebagainya.

Kini pedesaan Iran pun merasakan internet
Poin pentingnya adalah bahwa selama empat puluh tiga tahun, meskipun ada tekanan, sanksi dan harga tinggi, Revolusi Islam Iran telah mampu mempertahankan independensinya dan melakukan perlawanan. Yang luar biasa adalah bahwa dalam kondisi kedaulatan empat komponen separatisme, teror, perang dan sanksi yang dipaksakan kepada Revolusi Islam Iran oleh musuh, kemajuan Revolusi Islam sangat berharga. Jika Revolusi Islam tidak terlibat dalam perang dan separatisme, tidak akan ada sanksi, dan tokoh intelektual tidak dibunuh, maka pastinya hari ini Iran akan semakin maju dan kesulitan ekonomi akan sangat berkurang menyiksa rakyat Iran.

Bahkan tokoh-tokoh terkemuka Barat mengakui kemajuan Revolusi Islam Iran. Zbigniew Brzezinski, penasehat keamanan mantan Presiden AS, Carter, lima tahun dan beberapa bulan sebelum meninggal menjelaskan, "Negara yang selama tiga puluh tahun lebih berada di bawah represi dan sanksi paling keras, kini dengan berbagai kesulitan tersebut berada di urutan ke-17 ekonomi dunia, memiliki teknologi nuklir, dan termasuk negara terkemuka dunia di bidang sel punca. Saya sangat yakin bahwa negara ini, dengan kapasitas dan kapabilitas pribumi ini, akan menghidupkan kembali peradaban besar Islam-Iran dalam waktu yang tidak terlalu lama."

Brzezinski yang termasuk penentang utama Revolusi Islam di era Carter mengatakan, Iran dari sisi demokrasi, terdepan dari negara-negara tetangga...menurut keyakinan Saya, Iran sebuah pemerintah-bangsa kredibel, identitas kredibel ini menjadi faktor solidaritas di negara ini, sesuatu yang sangat jarang ditemukan di mayoritas negara-negara Timur Tengah."

 

Revolusi Islam Iran setelah 43 tahun, menghadapi berbagai tantangan yang mayoritasnya dari permusuhan Barat. Meski demikian, Revolusi Islam banyak memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan.

Salah satu peluang penting yang dihadapi Revolusi Islam adalah memanfaatkan pemuda potensial dan efektif. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat menjelaskan Langkah Kedua menyebutkan, kapasitas terpenting yang membuat optimis Iran adalah sumber daya manusia yang potensial dan efektif dengan didasari iman dan agama yang kuat. Populasi pemuda di bawah 40 tahun yang sebagian besar merupakan hasil dari gelombang penduduk yang tercipta pada tahun 1960-an, merupakan peluang yang berharga bagi negara ini. 36 juta orang antara usia 15 dan 40, hampir 14 juta dengan pendidikan tinggi, lulusan sains dan teknik terbesar kedua di dunia, sejumlah besar anak muda yang tumbuh dengan semangat revolusioner dan siap untuk perjuangan jihadis untuk negara, dan sejumlah besar cendekiawan muda. Seorang pemikir yang bergerak di bidang ilmiah, budaya, kreasi industri, dll.; Ini adalah harta yang sangat besar bagi negara yang tidak dapat dibandingkan dengan cadangan material apa pun.

Keberadaan pemuda potensial dan efektif jika dimanfaatkan dengan benar oleh pemerintah, maka akan tercipta peluang besar bagi negara, sementara saat ini bahkan kekuatan besar dunia mengalami kekurangan sumber daya manusia.

Peluang lain di langkah kedua Revolusi Islam adalah fasilitas materi yang besar. Terkait hal ini Rahbar menjelaskan, Peluang material negara juga membentuk daftar panjang yang dapat diaktifkan dan dimanfaatkan oleh manajer yang efisien, termotivasi dan bijaksana, meningkatkan pendapatan nasional dengan lompatan yang signifikan dan membuat negara kaya, serta memiliki rasa percaya diri sebenarnya dan menghapus kesulitan saat ini. Iran, dengan satu persen dari populasi dunia, memiliki 7 persen dari cadangan mineral dunia: sumber daya bawah tanah yang luas, lokasi geografis yang luar biasa antara timur dan barat dan utara dan selatan, pasar nasional yang besar, pasar regional yang besar dengan 15 tetangga dengan populasi 600 juta, garis pantai yang panjang, kesuburan tanah dengan beragam produk pertanian dan hortikultura, ekonomi besar dan beragam, adalah bagian dari kapasitas negara; Banyak kapasitas tetap utuh dan belum tersentuh. Iran dikatakan sebagai nomor satu di dunia dalam hal kapasitas alam dan manusia yang belum dimanfaatkan."

Peluang material ini memberi negara kapasitas dan kemampuan untuk fokus pada sumber daya dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara asing. Pada saat yang sama, memiliki peluang material ini memungkinkan untuk menetralisir sanksi. Masalah lain adalah bahwa peluang material ini adalah alasan mengapa pemimpin revolusi menekankan strategi ekonomi perlawanan, karena peluang unik ini memberikan dasar bagi penerapan ekonomi perlawanan, jika pada manajer senior percaya pada ekonomi perlawanan dan fokus pada sumber daya dan kapabilitas, yang tentu saja terjadi di pemerintahan ketiga belas.

Peluang penting lainnya yang dihadapi Revolusi Islam adalah stabilitas dan keamanan perbatasan. Dalam dekade terakhir, kawasan Asia Barat telah menghadapi perang, perselisihan sipil dan ketidakamanan yang meluas, tetapi Republik Islam Iran telah menyaksikan stabilitas dan keamanan di perbatasannya dan di dalam negeri. Pada saat yang sama, Republik Islam Iran menghadapi lebih dari negara lain, musuh kecil atau besar, yang telah menargetkan keamanannya. Musuh telah menggunakan segalanya mulai dari disintegrasi dan perang hingga sanksi dan distorsi untuk mengancam keamanan Iran, tetapi kekuatan pertahanan Republik Islam Iran, bersama dengan persatuan dan identitas nasional, merupakan faktor penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan negara.

Rahbar saat menjelaskan langkah kedua Revolusi Islam menilai stabilitas dan keamanan sebagai peluang negara untuk maju di langkah kedua ini. Dalam hal ini Rahbar mengatakan, "Revolusi Islam menjamin stabilitas dan keamanan negara serta integritas wilayah dan menjaga perbatasan yang menjadi target ancaman serius musuh, dan memunculkan mukjizat kemenangan di perang delapan tahun dan kekalahan rezim Baath Irak serta dukungan Amerika dan Eropa serta Timurnya."

Peluang lain yang diraih revolusi ini adalah Islam. Republik Islam Iran memiliki beragam etnis dan penduduk yang selain memiliki identitas Iran, juga Islam menjadi faktor pemersatu di antara mereka. Faktanya tidak ada poros seperti Islam yang mampu mempersatukan bangsa Iran dan beragam etnisnya di bawah satu bendera, ini adalah indeks yang menjaga negara dari disintegrasi dan invasi musuh. Agama Islam faktor pemersatu di Iran selama 43 tahun, seperti salah satu faktor pemersatu revolusioner dalam melawan rezim Shah dan pendukungnya.

Peluang penting lainnya bagi Revolusi Islam untuk maju pada langkah kedua adalah kemajuan ilmiah yang telah terjadi selama 43 tahun terakhir. Hari ini, menurut banyak dokumen internasional, Republik Islam Iran berada di puncak kemajuan ilmiah. Pemimpin Tertinggi Revolusi menyatakan dalam pernyataan langkah kedua: "Revolusi Islam menjadi kekuatan pendorong negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan penciptaan infrastruktur vital dan ekonomi, yang sampai saat ini buahnya semakin banyak. Ribuan perusahaan berbasis pengetahuan, ribuan proyek infrastruktur yang diperlukan untuk negara di bidang teknik sipil, transportasi, industri, energi, pertambangan, kesehatan, pertanian, air, dll., jutaan lulusan universitas atau mahasiswa, ribuan unit universitas di seluruh negeri, puluhan proyek besar seperti siklus bahan bakar nuklir, sel punca, nanoteknologi, bioteknologi, dll dengan peringkat pertama di dunia, 60 kali peningkatan ekspor non-minyak, hampir sepuluh kali lipat peningkatan unit industri, puluhan kali lipat industri dalam hal kualitas, konversi industri perakitan ke teknologi dalam negeri, keunggulan nyata di berbagai bidang teknik, termasuk di industri pertahanan, kecemerlangan di bidang kedokteran yang penting dan sensitif dan posisi otoritas di dalamnya dan lusinan contoh lain dari kemajuan, adalah hasil dari semangat ini dan kehadiran serta perasaan kolektif tersebut yang dibawa ke negara ini oleh revolusi.»

Penjelasan Rahbar mengenai langkah kedua Revolusi Islam
Peluang penting lainnya bagi kemajuan Revolusi Islam adalah adanya sekutu yang memiliki ikatan mendalam dengan Republik Islam. Ada hubungan strategis dan tanpa syarat antara Republik Islam Iran dan kelompok-kelompok muqawama. Berbeda dengan hubungan antara Barat dan Amerika dengan negara-negara kawasan, yang membantu negara-negara tersebut dengan tujuan mengamankan kepentingan material dan strategis mereka, hubungan Republik Islam Iran dengan arus muqawama adalah hubungan tanpa syarat tanpa keuntungan atau tujuan emosional. Saat berperang melawan musuh Zionis, kelompok-kelompok ini mendefinisikan keamanan Republik Islam Iran sebagai milik mereka sendiri. Jumlah kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat meningkat dari hari ke hari, menekankan keamanan lokal di kawasan itu dan menentang intervensi asing. Ini adalah salah satu peluang terpenting bagi kemajuan Revolusi Islam di bidang politik luar negeri.

Poin terakhir adalah jika represi asing khususnya sanksi zalim terhadap Republik Islam Iran berkurang, mengingat peluang yang disebutkan di atas, maka akan diraih kemajuan dan kesuksesan lebih besar di langkah kedua Revolusi Islam, dan dan kesulitan hidup rakyat Iran juga menurun.

 

Iran di masa pemerintahan Shah Pahlavi adalah gendarmeri kawasan dan bersama Arab Saudi merupakan sekutu utama Barat, khususnya Amerika Serikat di Asia Barat.

Tapi setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran, Tehran dianggap sebagai musuh utama Barat.

Iran senantiasa sangat penting bagi Barat. Urgensitas ini sampai pada tahap di mana Inggris di awal abad-14 Hs membantu Reza Khan Mir Panj (Reza Shah Pahlevi) berkuasa di Iran. Berkuasanya Mohammad Reza Pahlevi juga atas pengaturan dan dukungan Barat. Barat senantiasa berusaha Iran dari sisi budaya mengalami perubahan dan menerima identitas budaya Barat.

Kebijakan Mohammad Reza Pahlevi memisahkan agama dan mazhab di Iran juga sesuai dengan resep kekuatan Barat khususnya Amerika Serikat bagi Iran. Abdullah Ganji, aktivis politik menyatakan, "Pengaruh Barat di Iran di masa Pahlevi sampai pada batas seluruh perdana menteri Iran setelah kudeta 28 Mordad 1332 Hs (19 Agustus 1953) ditunjuk melalui koordinasi dengan Amerika."

Mantan Presiden AS Nixon dan Donald Trump
Iran di masa Pahlevi adalah salah satu dari dua pilar Amerika di kawasan Asia Barat. Di strategi dua pilar Presiden Nixon, Iran dan Arab Saudi adalah dua gendarmeri kawasan yang menindaklanjuti dan melaksanakan kebijakan Amerika Serikat.

Selama strategi "independensi nasional" dari pertengahan 1960-an hingga Revolusi Islam Iran pada 1979, Amerika Serikat menjadi sekutu besar Iran. Dengan demikian, berbagai perjanjian dibuat antara kedua negara, di mana kesepakatan senjata senilai 70 juta dolar dengan Amerika Serikat dan perjanjian bantuan teknis tahunan senilai 23,5 juta dolar dengan Amerika Serikat hanyalah beberapa contoh.

Alireza Azghandi, dosen universitas di mukadimah bukunya "Hubungan Luar Negeri Iran 1320-1357 (1941-1978)" menulis, "Mohammad Reza Pahlevi menjalin hubungan baik dan dekat dengan Amerika Serikat karena takut atas ekspansi Uni Soviet. Bahkan di tahun 1345-1355 (1966-1976), yakni tahun-tahun de-eskalasi di mana ancaman Soviet terhadap Iran telah menghilang, minat Reza Pahlevi untuk memperluas hubungan ekonomi dan keamanan dengan Washington tidak menurun. Sebaliknya selama tahun-tahun peningkatan kekuatan finansial Iran, akibat penjualan minyak, sentimen untuk lebih dekat dengan AS semakin kuat, jatuhnya Shah sebenarnya merupakan demonstrasi ketakutannya terhadap komunisme di satu sisi dan ketergantungan sepihaknya pada Amerika Serikat...di sisi lain, di dalam negeri, visi Shah didasarkan pada konsolidasi lebih lanjut fondasi monarki, dan di front asing, itu mengarah pada solidaritas sepihak dengan Amerika Serikat."

Lima bulan setelah kemenangan Revolusi pada 13 Juli 1979, Nick Brown, staf muda Timur Tengah di Kantor Luar Negeri Inggris yang kemudian menjadi sekretarisnya sendiri dan kemudian duta besar untuk Teheran, mengutip 10 alasan jatuhnya Mohammad Reza Shah mengatakan: "Hubungan dan ketergantungan penuh pemerintah Shah pada kekuatan Barat tidak disetujui oleh rakyat."

Setelah Revolusi Islam, terjadi perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri Republik Islam, sehingga Amerika Serikat, mitra terbesar Iran, menjadi musuh terbesarnya. Alasan utamanya adalah konflik identitas antara Iran dan Barat, terutama Amerika Serikat. Sebelum revolusi, Iran adalah aktor pro-Barat, tidak memiliki permusuhan dengan rezim Zionis, agama bukan penanda utama kebijakannya, tidak hanya tidak menantang kehadiran Barat di kawasan itu, tetapi juga merupakan gendarmeri Barat di kawasan, tetapi Tehran memiliki identitas yang sama sekali berbeda setelah revolusi.

Setelah revolusi, Iran adalah aktor independen yang kekuasaannya dipilih oleh rakyat, tidak tergantung pada Barat dan bahkan menentang dan melawan campur tangan Barat dalam urusan regional, tidak mengakui rezim Zionis dan menganggapnya sebagai rezim pendudukan. Agama juga merupakan penanda sentral, yang terdiri dari kebijakan dalam dan luar negeri.

Bendera Republik Islam Iran
Dengan identitas baru ini, Revolusi Islam di Iran mengubah pengaturan keamanan regional yang merugikan Amerika Serikat dan Barat. Setelah revolusi, Iran menjadi kekuatan independen di kawasan Asia Barat tanpa ketergantungan pada kekuatan asing, dan Barat, terutama Amerika Serikat, khawatir Iran akan menjadi model bagi negara-negara lain di kawasan itu. Untuk alasan ini, ia tidak menahan diri dari metode atau taktik apa pun untuk menyerang Iran dan bahkan menargetkan rakyat Iran.

Gary Sick, Penasihat Keamanan Nasional AS di era presiden Jimmy Carter beberapa tahun setelah kemenangan Revolusi Iran mengatakan, "Menurut Saya, peristiwa yang benar-benar mengubah hubungan Iran dan Amerika terjadi tahun 1972, yakni ketika Presiden AS saat itu, Nixon dan Henry Kissinger datang ke Iran dan menandatangani sejumlah perjanjian dengan negara ini, di mana ini adalah perjanjian yang sangat luar biasa. Mereka meminta Iran bertanggung jawab sebagai penjaga kepentingan AS di kawasan, dan Shah pun langsung menerimanya...Meski hal ini bagi rakyat Iran sangat sulit untuk diterima, tapi untuk selanjutnya, Amerika semakin menemukan ketergantungan lebih besar kepada Iran, dari pada Iran kepada Amerika...."

Lebih lanjut ia menambahkan, ".... Saya pikir aspek hubungan Iran-AS ini belum diperhitungkan sama sekali. Fakatanya adalah Amerika Serikat untuk membela kepentingannya di kawasan sangat bergantung pada Iran, dan karena itu Iran lebih seperti mitra dominan dalam banyak hal...Hubungan Iran dan Amerika sangat dekat dan sepenuhnya sisi pribadi. Sejatinya hubungan tersebut sekedar bergantung pada pribadi Shah. Seiring dengan meletusnya revolusi, seluruh sisi ini rusak dan tidak ada penggantinya. Amerika Serikat menghabiskan waktu hampir 10 tahun untuk menyusun strategi untuk mempertahankan kepentingannya di Teluk Persia. Strategi ini hanya mengandalkan Iran dan sosok Shah, oleh karena itu, ketika Shah pergi, semua pihak tercengang. Untuk menggantikan strategi sebelumnya, tidak ada strategi baru, dan ini sebuah bencana menurut Amerika Serikat."

Di Iran sejumlah pemerintah meyakini bahwa ada peluang berdamai dengan Amerika dan menyelesaikan tensi dan konflik antara kedua negara. Pemerintah kubu reformis mengambil kebijakan mengindari konflik dengan dunia, termasuk dengan Amerika serta dialog kritis Barat dengan Iran dalam pemerintahan konstruktif digantikan oleh dialog konstruktif dalam pemerintahan reformis. Tapi prediksi pendekatan ini bukan saja gagal berujung pada pemulihan hubungan Iran dan Barat, tapi George W Bush junior, putra presiden AS saat itu, tahun 2002 menyebut Iran bersama Irak dan Korea Utara sebagai poros kejahatan.

Jack Straw, mantan menlu Inggris seraya mengisyaratkan memorinya atas sikap Barat membelakangi Iran menyatakan, " Pada satu titik selama kepresidenan Iran (Mohammad Khatami), Iran datang ke Barat, tetapi Presiden Bush saat itu menarik permadani dari bawah kakinya." Seraya menilai dungu menyebut Iran sebagai poros kejahatan oleh Bush, Straw mengatakan, akhir Januari 2002, Bush menyebut Iran bersama Irak dan Korea Utara sebagai poros kejahatan. Ini sebuah kesalahan dan kedunguan.

Image Caption
Permusuhan Amerika dengan Iran sampai pada batas Mantan presiden AS Donald Trump melanggar secara sepihak sebuah kesepakatan yang mendapat dukungan resolusi Dewan Keamanan PBB, dan seraya keluar dari JCPOA, ia mengambil pendekatan represi maksimum terhadap Tehran dan selain memulihkan sanksi sebelumnya, juga menambah sanksi baru terhadap Iran. Tujuan pemerintah Trump adalah menerapkan tekanan kehidupan terhadap rakyat Iran dan menciptakan konfrontasi antara rakyat dan pemerintah Tehran, tapi muqawama aktif Iran berhasil mengalahkan pendekatan represi maksimum.

Faktanya adalah akar dari permusuhan Amerika dengan Iran bukan sekedar gesekan politik yang dalam, tapi konfrontasi kedua negara yang mendalam dalam wacana dan berpangkal dari dua pandangan dunia dan dua wacana dengan pendekatan ideologis. Amerika Serikat adalah pelopor dari demokrasi liberal dan sekularisme, dan Iran adalah pembara bendera ideologi Islam.

Isu lain adalah hubungan Iran dengan negara-negara Eropa juga dipengaruhi hubungan Tehran dan Washington. Amerika Serikat tidak melihat hubungan dekat Iran dengan negara-negara Eropa sesuai dengan kepentingannya. Oleh karena itu, selama 43 tahun lalu, hubungan Iran dan negara-negara Eropa tidak mengalami peningkatan.

Salah satu dampak penting meletusnya Revolusi Islam di Iran adalah pengaruhnya terhadap sistem keamanan kawasan Asia Barat.

Berikut sejumlah pengaruh Revolusi Islam di Iran terhadap sistem keamanan di Asia Barat:

Penolakan dan Perlawanan atas Hegemoni dan Intervensi Barat di kawasan

Republik Islam Iran telah mempersulit hegemoni dan intervensi Barat di kawasan Asia Barat. Iran sebelum revolusi merupakan salah satu dua pilar Nixon, presiden AS saat itu di Asia Barat. Amerika Serikat setelah kemenangan Revolusi Islam telah kehilangan salah satu penjaga utama keamanannya di kawasan. Doktrin dua pilar Nixon tumbang dan keseimbangan sistem keamanan di kawasan Teluk Persia musnah.

Iran sebelum revolusi tercatat sebagai perisai pertahanan dan salah satu pendukung kepentingan AS di kawasan. Tapi setelah revolusi, Iran malah berubah menjadi salah satu ancaman terpenting bagi Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri Republik Islam Iran dibentuk berdasarkan asas penolakan setiap hegemoni dan penolakan atas penerimaan hegemoni, menjaga independensi penuh dan integritas wilayah, membela hak seluruh Muslim dan non-blok dengan kekuatan yang mendominasi dan hubungan timbal balik yang damai dengan negara-negara non-kombatan.

Imam Khomeini
Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran di pesan peresmian periode pertama parlemen Republik Islam Iran mengatakan, "Pendekatan tidak Timur dan tidak Barat, harus kalian pertahankan di seluruh bidang dalam negeri dan di hubungan luar negeri."

Penentangan terhadap campur tangan AS dalam urusan internal Iran dan di kawasan Asia Barat membuat Washington mengadopsi strategi permusuhan terhadap Republik Islam Iran. Separatisme, sanksi, teror, dan perang adalah empat pendekatan bermusuhan yang telah digunakan Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran selama 43 tahun terakhir. Namun, setelah 43 tahun, pendekatan anti-Iran ini tidak hanya melemahkan Republik Islam, tetapi posisi AS di kawasan Asia Barat juga melemah, dan posisinya di Asia Barat menurun, dengan penarikan skandal dari Afghanistan dan tekanan dari kelompok Irak untuk penarikan penuh pasukan AS dari negara ini adalah contoh penurunan dan melemahnya posisi AS di Asia Barat.

Menghidupkan Perlawanan terhadap Rezim Penjajah Israel

Efek lain Revolusi Islam terhadap tatanan kawasan Asia Barat adalah intensifikasi perjuangan anti-Israel. Segera setelah kemenangan Revolusi Islam, secara resmi diumumkan bahwa kami tidak menerima rezim Zionis sebagai sistem yang sah dan memberikan hak kepada Muslim dan partai-partai Palestina untuk mengangkat senjata demi pembebasan negara mereka yang diduduki. Mengikuti kebijakan anti-Zionis, segera setelah revolusi, kedutaan Israel di Tehran ditutup dan kedutaan Palestina didirikan di tempatnya dan seorang duta besar ditunjuk untuk itu.

Menyusul kemenangan Revolusi Islam di Iran, dan orientasi tuntutan kebebasan serta anti-Israel yang berujung pada pemutusan hubungan strategis dan diplomatik dengan Tel Aviv, serta menyusul prakarsa Imam Khomeini menetapkan Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, perlawanan terhadap Israel mendapat nafas baru.

Iran setelah kemenangan Revolusi Islam menjadi pusat perlawanan terhadap rezim Zionis Israel, dan jantung muqawama Islam melawan Tel Aviv, serta pelopor perlawanan ketika para pemimpin negara-negara Arab menyerah dengan menandatangani perjanjian Camp David. Imam Khomeini dengan kebesaran dan keberanian penuh mengambil alih bendera perlawanan terhadap Israel dan memberi indentitas Islami terhadap resistensi bangsa Palestina. Sejatinya dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, perlawanan terhadap Israel yang semakin lemah akibat kekalahan beruntun negara-negara Arab di perang melawan rezim ilegal ini, berhasil menghidupkan kembali muqawama dan ini merupakan pukulan telak terhadap eksistensi rezim penjajah Israel.

Fathi Shaqaqi
Fathi Shaqaqi, mantan sekjen Jihad Islam Palestina terkait pengaruh Revolusi Islam Iran terhadap perlawanan rakyat Palestina mengatakan, "Revolusi ini membuat kami mengerti bahwa kemenangan kami tergantung pada mengikuti jalan Imam Khomeini. Oleh karena itu, pintu dan dinding Masjid Al-Aqsha dan masjid lainnya tiba-tiba dihiasi dengan gambar Imam Khomeini; Intifadah merupakan salah satu buah dari kebangkitan Islam yang dibawa Imam Khomeini ke kawasan, khususnya di Palestina."

Setelah 43 tahun, Revolusi Islam masih tetap menolak mengakui secara resmi keberadaan rezim ilegal Israel. Republik Islam Iran tidak melakukan intervensi di urusan internal negara lain, tapi menilai normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Israel sebagai indikasi nyata pengkhianatan terhadap cita-cita Palestina.

Menghidupkan Kebangkitan Islam di kawasan dan Pembentukan Faksi Muqawama

Efek penting lain dari Revolusi Islam terhadap ketertiban keamanan di Asia Barat adalah menghidupkan Kebangkitan Islam, yang dalam praktiknya menyebabkan pembentukan kelompok-kelompok perlawanan di kawasn. Mendukung kaum tertindas dan membela tanah suci Islam adalah salah satu tujuan yang menciptakan landasan bagi pengaruh Revolusi Islam di dunia Islam. Kemunculan Revolusi Islam memberikan ekspresi lebih pada prinsip-prinsip umum umat Islam dan meningkatkan dampak cita-cita dan tujuan mereka pada negara-negara dan gerakan Islam seperti Palestina. Akibatnya, gelombang harapan muncul di hati gerakan perlawanan Palestina, yang menyebabkan pertumbuhan dan penguatan mereka.

 

Dengan bangkitnya Kebangkitan Islam, telah terbentuk kelompok-kelompok perlawanan di berbagai negara di kawasan yang telah mempertimbangkan karakteristik negatif, termasuk penolakan dominasi, penolakan arogansi dan anti-otoritarianisme, dan karakteristik positif seperti keadilan, Islamisme, kemerdekaan, libertarianisme dan spiritualisme. Perlawanan lahir dari Revolusi Islam Iran, dan inti poros perlawanan terbentuk dengan kemenangan Revolusi Islam Iran. Perlawanan lahir ketika negara-negara Arab percaya bahwa mereka tidak dapat mengalahkan rezim Zionis, proses rekonsiliasi antara negara-negara Arab dan rezim Zionis dengan Kesepakatan Camp David dimulai, dan juga tren penurunan posisi Palestina dalam politik luar negeri negara-negara Arab.

Pejuang Palestina
Dalam keadaan seperti itu, kelompok perlawanan dibentuk di Lebanon dan Palestina. Pertama Jihad Islam Palestina pada tahun 1981, kemudian Hizbullah Lebanon pada tahun 1982, dan kemudian Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada tahun 1987. Dengan kata lain, sebelum runtuhnya Uni Soviet, liberalisme Barat "lainnya" telah terbentuk dalam bentuk poros perlawanan di kawasan Asia Barat dan mencontoh Revolusi Islam Iran. Pada tahap ini, para aktor perlawanan menghidupkan kembali perjuangan melawan rezim Zionis tanpa dukungan negara-negara Arab dan, seperti Revolusi Islam Iran, melewati tahap stabilisasi.

Fase kedua kesempurnaan poros muqawama di kawasan Asia Barat dimulai sejak tahun 2000, karena di tahun tersebut muqawama Hizbullah dan rakyat Lebanon selatan membuahkan hasil, serta tentara Israel setelah dua dekade terpaksa mundur dari wilayah selatan Lebanon. Peristiwa tersebut menandai awal dari serangkaian kekalahan rezim Israel dari kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat, yang pada tahun 2006 dan dalam perang 33 hari telah menjadi kepercayaan umum.

Faktanya, dalam perang tahun 2006, muncul kepercayaan yang luas bahwa mitos tentara Zionis yang tak terkalahkan adalah narasi yang dipromosikan oleh Zionis untuk memaksa orang-orang Arab berkompromi dan menghindari perang dengan rezim. Ciri dari fase ini adalah terbukti bahwa kelompok-kelompok perlawanan telah menjadikan prinsip realis "membantu diri sendiri" sebagai prioritas dalam strategi pertahanan mereka dan memperkuat daya penangkal mereka, dan bahwa perang "batu" melawan "rudal" telah menjadi tak berarti.

Pada tahun 2011, dunia Arab menyaksikan kebangkitan Islam melawan penguasa dan otoriter selama beberapa dekade. Prediksi awal dari kebangkitan rakyat adalah penekanan pada peran rakyat dan kemungkinan terbentuknya pemerintah sipil yang menentang ketergantungan asing. Situasi ini, sementara melemahkan fondasi kekuatan penguasa kawasan yang berkompromi, juga mengarah pada penguatan poros perlawanan terhadap poros konservatif Arab dan rezim Zionis.

Oleh karena itu, strategi "intervensi" dalam urusan internal negara-negara anggota muqawama, khususnya Suriah, dengan tujuan menghasut rakyat dan membentuk pemberontakan rakyat dan kekerasan terhadap rezim, dimasukkan ke dalam agenda, dan untuk meraih tujuan ini, kelompok teroris menjadi alat yang sangat diperhatikan. Meskipun situasi ini pada awalnya merupakan ancaman bagi poros perlawanan, namun kemudian menjadi peluang untuk memperkuat perlawanan dan meningkatkan posisi regionalnya, karena poros muqawama yang dipimpin oleh Republik Islam Iran  memilih opsi "aksi aktif" dan "perlawanan strategis" dalam melawan teroris dan pendukungnya. Hal ini mendorong semakin maraknya kelompok muqawama setelah satu dekade dan berubahnya poros menjadi geopolitik muqawama.

Iran, Kekuatan Unggul Kawasan Asia Barat

Salah satu efek penting Revolusi Islam adalah Iran setelah empat dekade berubah menjadi kekuatan unggul di kawasan. Masalah ini dijelaskan secara transparan oleh Rahbar. Rahbar saat menjelaskan langkah kedua Revolusi Islam menjelaskan sejumlah alasan dan faktor konfrontasi dengan Republik Islam Iran dan muqawama di kawasan. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Iran yang kuat, hari ini seperti awal Revolusi menghadapi berbagai tantangan kubu arogan, tapi memiliki arti yang sepenuhnya berbeda. Jika saat itu tantangan dengan AS terkait mematahkan tangan anasir asing atau menutup kedubes Israel di Tehran ataupun membongkar sarang spionase, hari ini tantangan terkait dengan kehadiran Iran yang kuat di perbatasan rezim Zionis Israel dan mencabut domain pengaruh ilegal Amerika dari kawasan Asia Barat serta dukungan Republik Islam Iran terhadap perjuangan pejuang Palestina di jantung bumi pendudukan, membela Hizbullah dan muqawama di seluruh kawasan....."

Rahbar Ayatullah Khamenei
Lebih lanjut Rahbar mengatakan, "....Jika saat itu, tantangan Barat menghalangi pembelian senjata bagi Iran, tapi saat ini tantangannya adalah mencegah relokasi senjata maju Iran kepada kubu muqawama. Jika saat itu anggapan Amerika adalah dirinya mampu menang atas Republik Islam dan bangsa Iran dengan sejumlah anasir bayaran Iran atau sejumlah pesawat dan helikopter, tapi saat ini, Washington membutuhkan sebuah koalisi besar dari puluhan pemerintah yang menentang atau terintimidasi untuk melawan Iran secara politik dan keamanan, tapi begitu Amerika akan tetap kalah di konfrontasi ini."

Fakta ini mengindikasikan bahwa Republik Islam Iran setelah empat dekade bukan saja tidak tumbang, bahkan menjadi kekuatan unggul di kawasan Asia Barat, sebuah kekuatan yang tidak akan mengubah transformasi di kawasan tanpa mempertimbangkan peran Republik Islam Iran.