کمالوندی

کمالوندی

 

Pasukan rezim Zionis kembali menyerang beberapa daerah di Tepi Barat Sungai Yordan, serta melukai dan menangkap beberapa warga Palestina.

Kantor berita Palestina Shahab pada Rabu (3/8/2022) malam melaporkan bahwa pasukan Zionis menyerang daerah Al-Sharqiya di Nablus, yang terletak di Tepi Barat Sungai Yordan dengan 30 kendaraan lapis baja.

Kantor berita ini juga melaporkan penangkapan dua pemuda Palestina oleh tentara Zionis dan bentrokan di pintu masuk kamp Al-Dahisheh di selatan Betlhehem, di Tepi Barat.

Dilaporkan, sejumlah warga Palestina terluka dalam bentrokan tersebut.

Tareq Ezzeddin, Juru Bicara Gerakan Jihad Islam Palestina mengutuk kejahatan rezim pendudukan Zionis dan menyatakan bahwa cepat atau lambat Zionis akan menghadapi balasan atas tindakannya itu.

 

Anggota Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon mengatakan, jika orang-orang Israel tahu apa yang sudah disiapkan Hizbullah untuk fasilitas minyak dan militer Tel Aviv, pasti mereka tidak akan bisa tidur.

Syeikh Nabil Kaouk, Kamis (4/8/2022) menuturkan, "Video yang dipublikasikan Pusat Informasi Perang Perlawanan Islam, Al I'lam Al Harbi beberapa hari lalu, adalah pesan tegas bagi Israel, bahwa Hizbullah siap dan sudah menyiapkan rudal-rudalnya untuk anjungan gas lepas pantai Karish, dan wilayah-wilayah setelahnya."
 
Ia menambahkan, "Jika para pemimpin musuh mengetahui apa yang sudah disiapkan Hizbullah untuk fasilitas-fasilitas strategis minyak, gas dan militernya, maka mereka tidak akan bisa tidur di malam hari."
 
Syeikh Kaouk menegaskan, "Sebelumnya Lebanon menunggu dan meminta bantuan Amerika Serikat, tapi sekarang perimbangan sudah berubah. Sekarang berkat perimbangan Hizbullah, Israel lah yang menunggu dan mencari bantuan AS."
 
"Sehubungan dengan ini, Ketua Kabinet Zionis dengan tegas dan terbuka meminta AS berusaha segera mencapai kesepakatan penentuan garis batas laut dengan Lebanon, karena mereka takut atas kekuatan Hizbullah, dan tahu janji Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah adalah benar," pungkasnya. 

 

Kesyahidan Imam Husein as bukan hanya menciptakan kehangatan di hati orang-orang Syiah yang tidak akan pernah padam, tetapi juga menjadi sumber hidayah bagi banyak pencari kebebasan dari berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Sepanjang sejarah, banyak pemikir dengan agama yang berbeda telah berbicara tentang kebangkitan Asyura.

Pada kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang tokoh-tokoh dari Ahli Sunnah yang hatinya melekat pada cinta Ahlul Bait Nabi Saw. Abbas Mahmoud Akkad adalah seorang penyair, penulis, sejarawan dan jurnalis Mesir yang memiliki buku-buku yang memperkenalkan Ahlul Bait dan Imam Husein as. Abbas Mahmoud al-Akkad adalah salah satu pelopor sastra kontemporer di Mesir. Ia mampu menulis lebih dari seratus buku dan ribuan artikel di berbagai bidang dengan jiwanya yang puitis dan lembut.

Abbas Mahmoud al-Akkad
Akkad muncul dari masa remajanya dengan kepribadian yang kuat, kecerdasan yang kaya, dan mampu menaklukkan ilmu pengetahuan yang tinggi. Untuk alasan ini, ia mengembangkan pemikirannya dan dengan menjalin hubungan dengan para pemikir kontemporer dan belajar bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis, sehingga ia diperhatikan oleh para tokoh waktu itu. Pada tahun 1934, sekelompok ilmuwan, penulis, jurnalis, dan tokoh politik mengadakan pertemuan untuk melindungi upaya ilmiah dan sastranya dan menghormatinya.

Ahlul Bait as dalam pendapat ulama Sunni berdasarkan Shuri ayat 33 yang mengatakan, “Katakanlah, ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali mencintai keluargaku’.” Keluarga Nabi selalu memiliki keistimewaan dan kedudukan yang tinggi. Abbas Mahmoud al-Akkad juga meninggalkan banyak karya di bidang ini. Dia telah memperkenalkan Nabi Saw dalam buku “Abqariyyah Muhammad” dan fajar kenabian dalam “Matla al-Nur”.

Buku “Husein Abu al-Syuhada” adalah tentang asal-usul gerakan Asyura dan karakteristik Bani Hasyim dan Bani Umayah. Dalam buku ini, dia menganggap posisi Imam Husein as begitu tinggi sehingga dia tidak membiarkan dirinya membandingkannya dengan Yazid. Karena Yazid tidak memiliki keutamaan untuk dibandingkan dengannya. Oleh karena itu, ia menulis, “Saya tidak mencoba membandingkan Husein dan Yazid. Karena menurut karakteristik pribadi mereka, tidak ada alasan untuk perbandingan ini. Karena bagi Yazid, tidak ada keutamaan baik kecil atau besar. Sedangkan Husein as tidak memiliki kekurangan, bahkan menurut pengakuan orang-orang seperti Muawiyah. Ketika Muawiyah meminta pengikutnya untuk menulis sesuatu yang merendahkan Husein, mereka berkata, "Tidak ada ruang untuk kekurangan Husein.”

Dari sudut pandang Akkad, Husein as berasal dari keluarga yang tumbuh di atas prinsip keadilan dan keadilan dan berusaha untuk mendirikan Imamah yang religius, sementara keluarga Umayah mencari kesempatan untuk membentuk pemerintahan duniawi dan mencapai tujuan duniawi mereka. Dalam menggambarkan karakteristik kedua keluarga ini, Akkad menyebutkan bahwa keluarga Bani Hasyim tinggal di Mekah dan melayani orang-orang, tetapi keluarga Umayyh berpindah-pindah kota untuk mendapatkan lebih banyak kekayaan duniawi, dan ketika Mekah ditaklukkan, Abu Sufyan dan putranya Muawiyah, rupanya masuk Islam.

Bahkan kemenangan ini dianggap duniawi, ketika Abu Sufyan berkata kepada Abbas, paman Nabi, "Betapa besar kerajaannya" Abbas berkata, "Tidak ada kerajaan dan monarki, sebaliknya, itu adalah kenabian.” Akkad meyakini bahwa perjuangan antara Bani Umayah dan Bani Hasyim berlanjut hingga mencapai titik perbedaan dimana tidak ada gambaran tentang ikatan antara keduanya.

Pertentangan ini tidak pernah berhenti dan terus berlanjut dari generasi ke generasi, meskipun sempat menghilang pada masa Rasulullah Saw dan pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, namun manifestasi perbedaan antara dua keluarga ini dan perbedaan utama telah muncul di bidang yang berbeda, termasuk satu keluarga melayani dan satunya lagi mengkhianati, yang satu tidak bergantung pada dunia dan bersikap dermawan kepada yang membutuhkan  yang satunya lagi mengumpulkan kekayaan dan harta benda, mementingkan diri sendiri, dan mencari untung. Kedua keluarga ini adalah dua perwakilan dari kebajikan dan kejahatan dan telah menunjukkan diri mereka dalam sejarah.

Muhammad Shafi Deobandi
Selain itu Akkad, ada Muhammad Shafi Deobandi, seorang ahli hukum, penulis, penyair, penulis Pakistan bermazhab Hanafi. Ia lahir di Deoband pada tahun 1897 dan lulus dari Darul ‘Ulum Deoband pada tahun 1917, di mana ia mengajar Hadits dan menjabat sebagai Grand Mufti. Mufti Besar Pakistan ini telah menulis sebuah buku tentang Asyura dan pergerakan Imam Husein as berjudul “Syahid Karbala”. Yang membedakan bukunya dengan buku-buku lain adalah pernyataannya dalam pendahuluan buku, yang menyatakan bahwa dia mengumpulkan isi buku hanya melalui narasi yang benar dan terdokumentasi.

Maulana Muhammad Shafi Deobandi, dalam buku “Syahid Karbala” dalam deskripsi kekejaman dan kejahatan Muawiyah putra Abu Sufyan, dan perannya dalam kesyahidan Imam Husein as menulis, “Abdullah bin Muslim menulis surat kepada Yazid dan menyatakan di dalamnya bahwa “Muslim bin Aqil” datang ke sini dan mengambil sumpah setia dari orang-orang untuk Husein ra dan menambahkan, “Jika Anda membutuhkan Kufah dan menginginkannya menjadi milik Anda, segera kirim orang yang kuat dan cakap ke sini yang bisa menjalankan keputusan.” Penguasa saat ini Numan bin Bashir adalah lemah.

Orang lain, seperti Ammarah bin Walid dan Amr bin Said bin Abi Waqqas dan ..., menulis dan mengirim surat kepada Yazid tentang masalah ini. Karena surat-surat ini sampai ke tangan Yazid, ia segera memanggil penasihat ayahnya Sarjun bin Mansur dan meminta nasihatnya tentang siapa yang harus dikirim ke Kufah. Sarjun mengusulkan untuk menjadikan Ubaidullah bin Ziyad sebagai penguasa Kufah. Tentu saja, hubungan Yazid dengan dia tidak baik, karenanya Sarjun berkata, “Jika hari ini Muawiyah, semoga Allah meridhoinya, kembali ke kehidupannya lagi dan menawarkan Anda sebuah proposal, apakah Anda akan menindaklanjutinya atau tidak?”

Yazid menjawab, “Saya pasti akan menindaklanjutinya.” Pada saat itu, Sarjun mengeluarkan sebuah surat di mana Muawiyah menunjuk Ubaidullah bin Ziyad sebagai penguasa Kufah. Karena Sarjun mengusulkan Ibnu Ziyad sebagai penguasa Kufah, Yazid menerima dan menjadikannya penguasa Kufah dan Basra, dan dia menulis dan mengirim surat kepadanya, “Bila surat ini sampai kepadamu, segera pergi ke Kufah lalu menangkap Muslim bin Aqil dan bunuh dia. Dari sini, kesyahidan Husein as, putra Rasulullah dipastikan dengan menetapkan orang haus darah seperti Ubaidullah bin Ziyad.

Kesyahidan Imam Husein as menurut Ahli Sunnah adalah contoh keberanian, pengorbanan dan pembelaan yang benar dan berusaha mendapatkan hak dari para penindas. Maulana Muhammad Shafi Deobandi menggambarkan keberanian Sayid al-Syuhada as pada puncak pengasingannya di hari Asyura, dalam buku Syahid Karbala menulis, “Syimr menyerang Imam Husein as dengan sepuluh orang, dan terlepas dari parahnya luka dan kehausannya, dia menghadapi mereka dengan berani.

Para sejarawan telah menulis bahwa peristiwa ini unik, bahwa Imam Husein as berjuang dengan penuh keberanian dan ketabahan meskipun terluka parah dan haus. Setiap kali Imam Husein menyerang satu sisi musuh, mereka langsung melarikan diri. Ketika Syimr melihat bahwa masing-masing dari mereka menolak untuk menggugursyahidkan Imam Husein, dia berkata, “Kalian semua menyerangnya sekaligus dan menghancurkannya.”

Mereka akhirnya menyerangnya dari semua sisi dan putra Rasulullah, salah satu hamba terbaik Allah gugur syahid. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.

 

Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran mengatakan, "Revolusi Islam Iran percikan dari Asyura dan revolusi besar ilahinya."

Imam Khomeini yang memiliki kecintaan besar terhadap para imam maksum as, khususnya Imam Husein as, di pidato serta tulisannya berulang kali menekankan kepribadian Imam Husein, urgensi kebangkitannya di hari Asyura, pengaruh kebangkitan Huseini dan urgensi menjaga nama serta memori Imam Husein as. Imam Khomeini berkata, tetaplah jaga nama Imam Husein tetap hidup, di mana dengan terjaganya nama Imam Husein, Islam akan tetap terjaga.

Imam Khomeini menganggap kesyahidan Imam Hussain as pada hari Asyura tidak hanya sebagai peristiwa sejarah tetapi juga sebagai gerakan revivalis yang melestarikan Islam Muhammadi yang murni dan membedakan yang benar dari yang salah. Imam Khomeini berkata: "Imam Husein memenuhi seruan Islam dan menyelamatkan Islam."

Gerakan historis Imam Husein as adalah protes terhadap rezim tirani dan penguasa yang menindas yang, di luar, mengenakan pakaian agama, tetapi di dalam, mereka berniat untuk menumbangkan ajaran otentik dan aturan serta hukum Islam. Dalam pandangan Imam Husein as, bahaya agama yang diselewengkan oleh penguasa yang tampaknya Muslim jauh lebih besar daripada penyimpangan umat dari agama; Karena mereka mengubah kekhalifahan umat Islam menjadi kesempatan untuk memerintah dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan dengan bid'ah dan penyimpangan dalam agama, mereka mengubah hukum agama untuk keuntungan mereka sendiri, dan dengan cara ini mereka menginjak-injak prinsip agama. Hal ini dilakukan secara diam-diam di zaman Muawiyah dan mencapai puncaknya di masa Yazid.

Imam Khomeini terkait hal ini mengatakan, "Bahaya yang dibawa Muawiyah dan Yazid untuk Islam, bukan perampasan kekhalifahan, tapi bahaya lebih besar dari ini di mana mereka menghendaki Islam dalam bentuk monarki. Mereka menghendaki spiritualias dalam bentuk taghut...Bahaya ini sangat besar bagi Islam. Bahaya ini telah berhasil ditangkal oleh Imam Husein as. Jika Yazid berhasil, Islam akan menjadi sesuatu yang lain, Islam akan menjadi seperti 2.500 tahun rezim monarki di Iran."

Imam Khomeini melanjutkan, "Imam Husein as mengajarkan semua orang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi penindasan, dalam menghadapi tekanan, dalam menghadapi pemerintahan yang menindas. Padahal dia tahu dari awal bahwa di jalan ini dia akan gugur, dia harus mengorbankan semua sahabatnya dan keluarganya dan mengorbankan orang yang dicintainya untuk Islam, tentu dia juga tahu akhirnya... Selain itu, sepanjang sejarah ia mengajar semua orang bahwa ini adalah jalannya. Jangan takut kekurangan angka, jumlah tidak memajukan pekerjaan, kualitas jihadlah yang memajukan pekerjaan. Imam umat Muslim ini mengajarkan kepada kita bahwa sementara penindas memerintah umat Islam secara represif, maka bangkitlah melawannya bahkan jika kekuatan kalian tidak terkoordinasi dan jumlah kalian sedikit. Jika kalian melihat bahwa Islam dalam bahaya, maka berkorbanlah dan tumpahkan darah kalian."

Sepanjang sejarah, kita telah melihat bahwa penguasa yang menindas selalu mengambil posisi keras kepala melawan epik besar Ashura. Terkadang dengan melarang orang berkabung selama hari-hari Muharram, terkadang dengan melarang ziarah ke makam suci Imam Husein as di Karbala, dan terkadang dengan hukuman berat seperti syahidnya pelayat Husein, mereka menyatakan penentangan mereka terhadap Imam Husein as dan kebangkitannya dengan cara yang berbeda. Beberapa penguasa despotik bahkan telah melangkah lebih jauh dan pada titik tertentu dalam sejarah, mereka telah meratakan makam suci Imam Husein as dengan tanah supaya gerakan Karbala dan nama serta ingatan Imam Husain as dilupakan. Namun, gerakan Husein as dan nilai-nilainya yang tinggi seperti jihad, anti-tirani, kebebasan, perlawanan dan pembelaan kebenaran, seperti matahari yang bersinar, menyoroti sejarah kemanusiaan dan membentuk front perlawanan dan resistensi terhadap kubu hegemoni yang sombong di setiap zaman dan generasi.

Selama pemerintahannya, Shah Iran juga telah memberlakukan tindakan tegas terhadap orang yang berduka untuk Imam Husein dan melarang keras mereka, dan dengan cara ini dia menangkap banyak orang dan menggugurkan mereka. Dalam kata-katanya, Imam Khomeini mengacu pada pengorbanan Imam Husein as untuk menghadapi penguasa yang menindas dan menyatakan bahwa rakyat Iran juga bangkit untuk mencegah kekuasaan despotik. Mereka berkata: "Sementara kesyahidan Imam Husein as lebih tinggi dari semua kerugian, tetapi karena dia tahu apa yang dia lakukan, ke mana dia pergi, dan apa tujuannya, dia mengorbankan dirinya dan menjadi syahid ... Apakah darah kita lebih berwarna dari darah Imam Husein as?” Mengapa kita harus takut memberi darah atau mengrobankan hiduip kita ? Itu juga dalam kasus memukul mundur penguasa zalim yang mengatakan aku seorang Muslim! Muslim Yazid sama dengan Muslim Shah (Iran); "Jika tidak lebih baik, itu tidak akan lebih buruk."

Di mata Imam Khomeini, berkabung pada hari-hari Muharram dan bulan Safar setiap tahun adalah menghidupkan kembali kebangkitan Imam Husein dan sebenarnya menghidupkan kembali Islam murni Muhammadi. Dalam hal ini, Imam berkata: "Muharram dan Asyura adalah bulan ketika keadilan berdiri melawan ketidakadilan dan kebenaran melawan kebatilan dan membuktikan bahwa sepanjang sejarah, kebenaran selalu menang atas kebatilan." "Kita harus menjaga Muharram dan Safar tetap hidup dengan mengingat penderitaan Ahlul Bait Nabi (SAW), di mana dengan mengingat penderitaan dan musibah Ahlul Bait Nabi (SAW), agama kita bertahan sampai sekarang.”

Peristiwa Asyura terjadi dalam beberapa jam, di bumi terik Karbala dan di perang tak seimbang antara dua front kebenaran dan kebatilan. Peristiwa ini telah berlalu selama 1400 tahun, tapi sampai saat ini kebangkitan Asyura masih menjadi sumber perlawanan, kebebasan, keadilan dan resistensi melawan kebatilan. Kebangkita Asyura bak mentari yang bersinar menjadi manifestasi cahaya, makrifat dan kebangkitan.

Husein as adalah pembuat epik besar sejarah yang menganggap monoteisme dan keadilan sesuai dengan martabat manusia dan menyeru umat manusia untuk itu. Epik sejarah melawan penindasan terutama keluar dari jantung Asyura dan epik Karbala dan membuahkan hasil dengan restu mereka. Salah satu revolusi besar yang mengambil teladan kebangkitan Husein as dan menang dengan tujuan dan nilai-nilainya adalah revolusi Imam Khomeini (ra) melawan sistem monarki di Iran. Buah dari revolusi rakyat ini adalah daun emas yang disebut Revolusi Islam. Sekarang Ayatullah Khamenei, pemimpin Revolusi Islam, melanjutkan jalan Imam Khomeini. Beliau menganggap Revolusi Islam meneladani kisah Asyura dan berkata,"Pelajaran Asyura adalah revolusi besar yang Anda, bangsa Iran, lakukan di belakang Husein zaman dan putra Abi Abdillah al-Husein."

Rahbar yang memiliki telaah mendalam sejarah meyakini bahwa Imam Husein as sebelum revolusi besarnya, telah melakukan segenap upaya dan cara untuk menjaga agama Islam dan mencegah penyimpangan serta bid'ah, tapi ketika melihat hanya satu jalan yang tersisa, yakni perlawanan hingga titik darah penghabisan, maka beliau tetap melakukannya.

Rahbar berkata, "Seluruh jalan dan metode yang mungkin telah digunakan oleh cucu Rasul ini untuk menjaga warisan kakek, ayak dan pengikut setianya, dapat ditemukan di diri beliau mulai dari penjelasan hingga peringatan, kampanye, membangkitkan perasaan unsur khusus dan menghidupkannya seperti ulama cendikiawan dan mereka yang memiliki kekuatan, di khutbah Mina, ini semua dilakukan Imam Husein di sepanjang hidupnya. Kemudian beliau bangkit melawan sebuah penyimpangan besar dan mengorbankan nyawanya.

Ayatullah Khamenei menjelaskan tentang pengabaian masyarakat dan kelompok tertentu dalam mendukung dan berjanji setia kepada Yazid dan penyimpangan masyarakat yang merupakan mukadimah dari revolusi Imam Husein as. Rahbar mengatakan, "Lima puluh tahun setelah kematian Nabi, orang seperti itu datang untuk bekerja! Seseorang yang bahkan tidak menjaga penampilan Islam di luarnya! Dia minum alkohol dan melakukan hal-hal yang salah. Ia melakukan pelecehan seksual dan korupsi secara terang-terangan. Dia berbicara terang-terangan menentang al-Quran di depan umum dan menolak agama, dan secara terbuka menentang Islam! Namun, karena namanya adalah pemimpin umat Islam, ia tidak ingin merusak nama Islam...

Lebih lanjut Rahbar menambahkan, "....Ia (Yazid) pelayan Islam, tertarik dan bersimpati pada Islam; Sebaliknya, dengan tindakannya, seperti mata air yang darinya air busuk terus-menerus mengalir dan mengalir keluar dan memenuhi seluruh wilayah, air busuk akan mengalir keluar darinya dan memenuhi seluruh masyarakat Islam! Seorang penguasa yang korup, beginilah adanya. Karena penguasa berada di puncak dan apa yang memancar darinya tidak tinggal di sana, tetapi mengalir ke bawah dan menutupi seluruh gunung! Orang seperti itu telah menjadi khalifah umat Islam setelah Muawiyah dengan korupsi itu! Khalifah Nabi! Lebih tinggi dari penyimpangan ini?! ... dan orang-orang juga pergi berkelompok dan berbaiat kepadanya; Ulama berbaiat, orang zuhud berjanji setia, elit berjanji setia, politisi berjanji setia. Apa yang harus dilakukan dalam situasi di mana dunia Islam begitu diabaikan sehingga mereka tidak memahami atau mencium bahayanya? Apa yang harus dilakukan seseorang seperti Husein bin Ali, yang merupakan lambang Islam, yang tentangnya Nabi berkata, "Husein dariku dan aku dari Husein" dalam situasi ini? Dia harus melakukan sesuatu untuk membangunkan dunia Islam - tidak hanya hari itu, tetapi untuk berabad-abad setelah itu; Menyadarkannya; Mengguncangkannya. Guncangan ini dimulai dengan revolusi Imam Husein.

Ayatullah Khamenei menilai keikhlasan Imam Husein as sebagai ketulusan murni dan tindakannya sepenuhnya untuk keridhaan Allah dan kebangkitan agama Allah. Mengenai kebangkitan Asyura dan kepribadian murni Imam Husein as, Rahbar mengatakan: "Salah satu karakteristiknya adalah bahwa kebangkitan Husein bin Ali as murni, tulus dan tanpa keraguan, untuk Tuhan dan agama dan mereformasi masyarakat muslim.” Pemimpin revolusi percaya bahwa Muharram dan Asyura adalah berkah besar yang menghubungkan hati dengan sumber iman Islam, dan untuk alasan ini, para penindas yang berkuasa selalu takut pada Asyura, dan mereka takut akan kehadiran yang bercahaya makam Imam Husein as, dan ketakutan ini berasal dari zaman Bani Umayyah ada sampai saat ini.


Di mata Ayatullah Khamenei, terlepas dari semua upaya arogan untuk mengecilkan kebangkitan besar Imam Husein as, Asyura adalah realitas yang selalu hidup, dan gerakan konstruktif sepanjang sejarah mengikuti contoh revolusi Imam Husein as. Pemimpin revolusi mengatakan: "Kisah Husain bin Ali as benar-benar telah menjadi mesin pergerakan abad Islam ke arah pemikiran Islam yang benar. Setiap pencari kebebasan dan setiap mujahid di jalan Allah dan setiap orang yang ingin memasuki medan bahaya mengambil inspirasi dari cerita itu dan menjadikannya sebagai dukungan jiwa dan spiritual mereka."

Minggu, 31 Juli 2022 20:24

Imam Husein as, Sang Reformis

 

Imam Husein as karena kebangkitannya untuk memperbaiki pemerintahan yang rusak di zamannya dikenal sebagai salah satu reformis besar sejarah.

Imam Husein adalah reformis yang hanya menginginkan kebaikan umat dan tidak segan-segan berusaha keras untuk tujuan sangat suci memperbaiki masyarakat dan bahkan mengorbankan nyawa, harta dan keluarganya supaya Islam, ajaran Islam dan risalah suci Muhammad Saw tetap hidup serta tidak menyimpang.


Reformasi dan pembaharuan adalah lawan dari kerusakan. Pembaharuan telah dilakukan dengan beragam cara di berbagai zaman. Terkadang reformasi di sebuah pemerintahan, yakni ketika sebuah pemerintahan dilanda kerusakan atau bermoral buruk, individu atau sekelompok orang akan bangkit melakukan reformasi kondisi ini. Faktanya tujuan seluruh para nabi adalah memperbaiki sistem dan instansi politik dan pemerintahan, dan secara umum memperbaiki moral masyarakat.

Reformasi di masyarakat dapat dilakukan dalam dua bentuk, individu dan sosial, dan keduanya saling terkait. Dari satu sisi, jika setiap individu memberbaiki dirinya, maka dengan sendirinya masyarakat juga akan diperbaiki. Dan setiap indivudu dengan menjaga akhlak dan kemanusiaan, maka mereka dapat mempengaruhi individu lain dan juga anggota masyarakat, serta masyarakat saling membantu.

Di sisi lain, jika sistem sosial diperbaiki, maka akan ada peluang yang tepat untuk pertumbuhan dan perbaikan individu, serta setiap anggota masyarakat akan terdorong untuk memperbaiki individu. Imam Husein as melalui kebangkitannya, mengejar kedua metode ini, memperbaiki individu dan juga masyarakat. Seperti yang diungkapkan Imam Husein as ketika keluar dari Madinah bahwa ia berencana mereformasi umat kakeknya, Muhammad Saw. Dengan demikian kebangkitan Imam Husein as adalah kebangkitan untuk memperbaiki masyarakat dan pemerintah. Bagaimana pun juga, beliau juga tidak lalai untuk mereformasi individu, seperti cerita Zuhair dan Hurr yang akhirnya sadar setelah mendengar berbagai nasehat Imam Husein as.


Imam Husein as dikenal melalui gerakan reformis dan baiknya. Beliau sejak awal pergerakannya menyatakan bahwa tujuan kebangkitannya adalah mereformasi umat Rasulullah Saw dan senatiasa menghendaki kebaikan umat. Sejatinya surat Imam Husein as kepada saudaranya, Muhammad Hanafiyah telah menentukan tujuan beliau yang menginginkan kebaikan. Imam Husein as di suratnya tersebut menulis, " Ketahuilah bahwa aku keluar dari Madinah bukannya atas dasar thugyan dan kesombongan serta mencari kesenangan atau membuat kerusakan dan kezaliman, melainkan tujuanku adalah membuat perbaikan pada umat kakekku.  Aku bermaksud untuk melakukan amar makruf nahi munkar dan menghidupkan sirah kakekku Rasulullah saw dan ayahku Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang menerima hakku telah menerima hak Allah. Namun, apabila masyarakat mencegah untuk menerima kebenaran, aku akan bersabar hingga Allah mengadili antara aku dan mereka dan Allah adalah hakim yang terbaik."

Poin sangat penting dari surat Imam Husein as ini adalah reformasi umar Rasulullah Saw yang dijadikan beliau sebagai tujuan kebangkitannya. Tapi pertanyaannya adalah hal-hal apakah yang perlu untuk direformasi di mana Imam Husein as merasa berkewajiban untuk bangkit ?

Sejatinya kebutuhan reformasi umat Rasulullah Saw sudah terasa sejak awal kematian Rasulullah. Ketika jenazah suci Nabi belum juga kering setelah dimandikan, dan Imam Ali as masih sibuk untuk mengebumikan Nabi, sekelompok Ansar dan Muhajirin berkumpul di Saqifah (Saqifah Bani Sa'idah) untuk memilih khalifah setelah Nabi. Semasa hidup Nabi, mereka menganggap dirinya sebagai sahabat setia Rasulullah dan pada 18 Dhulhijjah (Hari Ghadir) berbaiat kepada Imam Ali as, tapi mereka mengabaikan perintah Allah Swt yang mewajibkan Nabi-Nya di hari Ghadir dihadapan mata ribuan umat Islam menentukan Imam Ali as sebagai penggantinya.

Dengan demikian jelas bahwa penyimpangan umar Rasul terjadi sejak beliau meninggal, di mana jalur khilafah di Islam berubah, dan khilafah yang menjadi hak Imam Ali bi Abi Thalib as dan Rasul berulang kali dan di berbagai kesempatan seperti Ghadir Khum mengumumkannya kepada semua orang, telah diambil dari Imam Ali dan diserahkan kepada orang lain. Umat Nabu sejak hari itu, ketika mereka menyembunyikan kekhilafahan dan Imamah Imam Ali as, dan mengingkari wilayah (kepemimpinan) beliau, maka umat ini membutuhkan reformasi dan Imam Husein as ketika menyaksikan citra dan wajah Islam semakin rusak akibat penyimpangan ini, dan jalan Islam yang telah ditentukan Rasul Saw, ayahnya Imam Ali as dan saudaranya Imam Hasan as mulai pudar, maka beliau memutuskan untuk bangkit melawan pemerintahan yang rusak Bani Umayyah, dan membangun kebangkitannya dengan pondasi reformasi umat Rasulullah Saw.


Debu kebodohan dan penindasan telah membayangi hukum Islam di tahun-tahun setelah kematian Nabi. Kesyahidan Hazrat Aba Abdullah Al-Hussein (AS) dan para sahabatnya yang setia menyebabkan debu ini disingkirkan dari wajah tradisi Islam yang benar dan cahaya bersinar pengetahuan ilahi bersinar sekali lagi di hati yang terabaikan. Seperti yang kita baca dalam doa ziarah kepada beliau: “Aku bersaksi bahwa kamu telah mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar.”

Pada dasarnya, dari sudut pandang budaya wahyu Ahlul Bait as, menghidupkan amar ma'ruf nahi munkar memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih penting dari nilai-nilai ketuhanan lainnya, sebagaimana Imam Ali as memandang nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar lebih tinggi dari jihad. Ia berkata, “Seluruh perbuatan baik dan jihad di jalan Allah seperti tetesan air di tengah laut bila di hadapan amar ma'ruf nahi munkar.”

Pada dasarnya, untuk mempertahankan prinsip-prinsip aliran yang benar dan samawi, para pendiri aliran sesat harus diperangi, dan seorang Muslim bebas tidak berkompromi dengan para pendiri tradisi negatif dalam mempertahankan alirannya. Imam Husein as percaya bahwa nilai-nilai Islam harus didukung dengan sekuat tenaga. Kepribadian Imam Husein as mengekspresikan semangat perlawanan dan manifestasi kebebasan. Dia memulai kampanye di Karbala dengan pola pikir seperti itu untuk memberi pelajaran kepada umat manusia tentang kebebasan dan untuk membuktikan bahwa dia tidak akan menyerah pada penindasan dalam keadaan apa pun.


Imam Husein as Menurut Cendekiawan Kristen

Seorang cendikiawan, pemikir, dan tokoh terkemuka Kristen. Bukunya berjudul ‘Imam Hussein in Christian Ideology’ telah menuai kontroversi luas. Pasalnya, sang penulis berpendapat bahwa Jesus (Nabi Isa as) telah memberitahukan munculnya Imam Husein as.

Bara menyatakan bahwa Imam Hussein as tidak khusus untuk Syiah atau Muslim saja, tetapi milik seluruh dunia karena menurutnya beliau adalah “hati nurani agama”. Bara juga tidak pernah menyebut nama Imam Husein tanpa alaihissalam (peace be upon him).

Bara mengklaim diri sebagai Syiah dan menilai menjadi Syiah adalah “tingkat cinta tertinggi kepada Allah Swt.” Menurutnya semua orang dapat menjadi Syiah meskipun agamanya berbeda, tergantung pada interpretasinya.

Saat menulis bukunya tersebut, Bara mengatakan, "Saya juga mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan revolusi dan sosok Imam Husein as: mengapa pertempuran ini terjadi dan apakah itu untuk tujuan duniawi? Mengapa Imam Husein as mencari kesyahidan Apa rahasia di balik ucapan dan seruan beliau? Mengapa dia membawa serta perempuan adan anak-anak bersamanya? Ini memperpajang masa penulisan sampai lebih dari lima tahun, dua tahun di antaranya sepenuhnya untuk proses penulisan. Meski kala itu saya belum menikah, penulisan buku tersebut memakan waktu sedemikian lama. Buat saya ini sangat lama karena tidak ada karya lain saya yang memakan waktu lebih dari dua tahun untuk merampungkannya."

Berbicara reaksi dan tanggapan setelah pencetakan bukunya itu, Bara mengatakan, “Tentu ini menuai berbagai reaksi; lebih dari yang Anda dapat bayangkan. Benar bahwa Syiah khususnya dan umat Muslim secara umum menerima buku itu dan saya tahu banyak orang yang mempertimbangkannya sebagai buku terbaik yang pernah ditulis tentang Imam Husein as, akan tetapi sebagian Muslim dan Kristen menolaknya.”

Sepuluh tahun setelah publikasi buku tersebut, saya terkejut dipanggil ke Kuwait, tempat saya biasa bekerja, untuk melalui investigasi. Saya dituding telah menentang Khalifah Muslim! Ketika hadir ke pengadilan, saya mengetahui bahwa gugatan itu diajukan oleh pemerintah Kuwait. Mereka keberatan pada bagian dalam buku itu yang menilai pemerintahan Khalifah Utsman bin Afan korup dan bahwa politik tersebut yang memberi kesempatan kepada Bani Umayyah berkuasa. Saya membela diri dengan menjelaskan bahwa saya mengutipnya dari buku-buku Muslim. Saya juga menyebutkan nama buku-buku tersebut yang banyak beredar dan dapat dijangkau di perpustakaan publik.

Kepada hakim saya berkata, “Anda meninggalkan 499 halaman yang memuji tokoh Islam mulai dari Nabi Muhammad Saw, Ali as, Fatimah sa, Hasan dan Husein as, serta hanya mengandalkan satu halaman yang Anda mengklaimnya menentang Utsman!” Singkat kata, hakim mewajibkan saya membayar denda 50 dinar Kuwait serta menyita dan melarang buku yang telah dicetak lebih dari tiga kali dalam katalog elektronik pada pameran buku, dan seperti yang Anda tahu, buku tersebut telah dibaca luas sebelum pelarangannya.

Ketika Antoine Bara ditanya apakah penulisan buku tersebut merupakan sebuah interpretasi keinginan khusus yang dimilikinya atau murni riset, dia mengatakan, “Kedua-duanya. Pada awalnya, menulis buku bertujuan ilmiah akan tetapi ketika sa semakin menyelami lebih dalam dan lebih luas tentang topik sejarah ini, tumbuh sebuah perasaan kebesaran Imam Husein as pada diri saya. Manusia ini telah mengorbankan dirinya untuk agama, prinsip-prinsip, dan menyelamatkan Muslim dari penyimpangan dari Islam guna memastikan berlanjutnya pesan dan penyampaiannya dari satu generasi ke generasi lain.”

“Jika dia tidak mengorbankan dirinya pada dimensi emosional tingkat tinggi itu, maka pengaruh dari pemeliharaan agama Islam, tidak sebesar yang dirasakan masyarakat ini. Buktinya adalah apa yang terjadi ketika para tahanan perang kembali ke Damasku; orang-orang Sunni, Syiah, dan Kristen melempari serdadu [Yazid] dengan batu karena mereka semua merasa terpengaruh. Peristiwa yang sama juga terjadi di Homs ketika masyarakat memukuli para serdadu dan tidak memberi mereka air, karena mereka telah mengharamkan air untuk keluarga Nabi Muhammad Saw.”

Buku Imam Husein di Ideologi Kristen
“Pada hakikatnya, prinsip-prinsip kemanusiaan dibangkitkan dalam revolusi Asyura. Ini yang mendorong saya terus untuk menulis buku yang telah melelahkan dan menimbulkan masalah buat saya, tanpa ada keuntungan pribadi lain bagi saya kecuali berkah dari Imam Husein as. Berkah yang saya maksud di sini adalah fakta bahwa buku tersebut telah diceak lebih dari 20 kali, tiga di antaranya oleh saya. Banyak pihak yang telah mencetak buku tersebut tanpa ijin akan tetapi saya tidak mempermasalahkannya, karena saya tidak menilai buku itu sebagai milik pribadi, sebaliknya buku itu adalah milik seluruh umat manusia sama seperti Imam Husein as adalah milik seluruh umat manusia.

Minggu, 31 Juli 2022 20:23

Muharram dan Imam Husein bin Ali as

 

Muharram, awal bulan di kalender Islam yang seharusnya menjadi peristiwa menggembirakan bagi umat Islam, tapi di bulan ini justru umat muslim berduka, pasalnya cucu tercinta Rasulullah Saw dan juga penghulu pemuda surga dibantai oleh mereka yang mengaku sebagai pengikut kakeknya di Padang Karbala.

Sekitar dua abad sebelum kedatangan Islam, para pemimpin kabilah Arab di Mekah berkumpul untuk menyatukan nama-nama bulan Arab. Pertemuan tersebut digelar di rumah Kilab bin Murrah, kekek kelima Rasulullah Saw. Arab mengharamkan perang di hari-hari tersebut dan meninggalkan permusuhan. Oleh karena itu, sejak saat itu, bulan ini dinamakan dengan larangan tersebut dan hari pertama Muharram ditetapkan sebagai awal tahun hijriah qamariah.


Dengan hijrahnya Nabi (SAW) dari Mekah ke Madinah pada tahun ketiga belas kenabian, yang terjadi pada bulan Rabiul Awwal, peristiwa bersejarah ini dan bulan ini menjadi awal dari sejarah umat Islam. Oleh karena itu, sejak tahun pertama Hijriah, peristiwa ini menjadi cikal bakal penanggalan Islam. Penyebaran Islam ke wilayah kerajaan Persia dan Romawi, dan kesimpulan dari berbagai perjanjian seperti perdamaian, upeti, upeti, dll, mendorong perhatian terhadap sejarah yang akurat.

Isu-isu ini mendorong khalifah kedua untuk mengadakan pertemuan konsultatif untuk membangun sejarah yang teratur dan akurat. Sejak masa khalifah kedua, umat Islam, atas saran Imam Ali (AS), telah menganggap migrasi Nabi (SAW) dari Mekah ke Madinah sebagai sumber sejarah dan kalender Islam, dan bulan Muharram menurut dengan ciri-ciri khusus yaitu akhir haji, bulan terakhir dianggap haram, dipilih sebagai bulan pertama tahun qamariyah. Hari ini adalah hari pertama tahun baru qamariyah dan awal Muharram.

Setiap kali bulan Muharram tiba, ingatan tentang gerakan Asyura dan pemberontakan Imam Husein as semakin hidup dan bergairah. Darah Imam Husein, yang ditumpahkan secara tidak adil di tanah pada tahun 61 H dan di bulan ketika perang dilarang, masih hangat dan setelah 14 abad masih mengalir di pembuluh darah jutaan pecinta kebebasan dan keadilan. Husein bin Ali -sebagai manusia yang saleh dan anti-penindasan- menjadi teladan gerakan para pejuang dan memori kesyahidan Husein as dan para sahabatnya menciptakan semangat yang tak terlukiskan di hati.

Bulan Muharram mengingatkan peristiwa tragis yang menimpa keluarga Rasulullah Saw. Sang cucu tercinta Husein bin Ali bin Abi Thalib as, putra putrin tercintanya, Fatimah Az-Zahra justri dibantai umatnya sendiri di Padang Karbala. Kesedihan Rasulullah Saw terlihat sejak awal kelahiran Imam Husein, ketika ia diberitahu Jibril bahwa bayi yang baru lahir ini nantinya akan terbunuh dalam kondisi kehausan dan kepalanya terpenggal oleh mereka yang mengaku sebagai pecinta dan pengikut Rasulullah.

Ketika Husein dilahirkan ke dunia, ia menemukan dirinya dibuaian kakeknya yang penuh cinta, Rasulullah Saw. Mohammad al-Mustafa (Saw) memiliki kecintaan dan kedekatan khusus dengan cucunya, Imam Hasan dan Imam Husein as. Beliau tak segan-segan menunjukkan kecintaan besar tersebut kepada para sahabatnya.


Al-Thabarani dalam bukunya Maqtal Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib mengisahkan bahwa suatu ketika, Husein bin Ali masuk ke kamar Nabi yang ketika itu sedang menerima wahyu. Lalu Husein meloncat ke atas pundak Nabi dan bermain-main di atas punggung beliau. Maka kemudian Jibril bertanya, “Wahai Muhammad, apa engkau mencintainya?.” Nabi pun menjawab, “Wahai Jibril, bagaimana aku tidak mencintai cucuku?.”

Jibril lantas berkata kembali, “Sesungguhnya, setelah kamu wafat nanti umatmu akan membunuhnya.” Jibril kemudian mengambil tanah berwarna putih dan memberikannya kepada Nabi seraya berkata, “Wahai Muhammad, di tanah inilah cucumu akan dibunuh. Tanah itu namanya Thaf (Karbala).”

Di hari-hari pertama bulan Muharram, umat Islam dan para pecinta Ahlul Bait as yang seharusnya bergembira dan ceria, tapi mereka justru bersedih dan mengenakan pakaian hitam tanda berkabung. Ya...mereka berkabung untuk kesyahidan cucu junjungan mereka dan penghulu pemuda surga, Husein bin Ali as. Bulan Muharram yang dilarang untuk berperang menurut Islam, tapi di bulan ini sejarah mencatat peristiwa tragis yang dialami keluarga manusia paling sempurna dan penerang dunia, Muhammad al-Mustafa Saw.

Ya....di hari-hari pertama bulan Muharram kita menyaksikan ungkan sedih dan acara duka umat Islam mengenang Husein bin Ali as. Imam Ridha as saat menyebutkan kondisi ayahnya, Imam Musa al-Kadhim as ketika bulan Muharram tiba mengatakan, ketika bulan Muharram tiba, tidak ada yang melihat ayahku tertawa, dan kesedihannya semakin besar hingga datangnya hari kesepuluh (Asyura). Dan ketika hari kesepuluh Muharram tiba, saat itulah hari musibah, kesedihan dan tangisan tiba.

Di sebuah riwayat daru Rayyab bin Syabib disebutkan bahwa di hari pertama bulan Muharram saya bertemu dengan Imam Ridha as dan beliau berkata kepadaku, Wahai putra Syabib sesungguhnya bulan Muharram adalah bulan di mana masyarakat di zaman jahiliyah di masa lalu mengharamkan kezaliman dan perang untuk menghormati bulan ini, tapi umat ini, bukan saja tidak menjaga kehormatan bulan Muharram, dan juga kehormatan Rasulullah Saw, bahkan berani membantai anak dan keturunanya, serta menangkap perempuan Ahlul Bait dan menjarah harta bendanya...Wahai Putra Syabib ! Jika kamu ingin menangisi sesuatu, maka menangislah untuk Husein bin Ali as.

Kemudian Imam Ridha as melanjutkan, Wahai Putra Syabib ! Menangislah untuk Husein as hingga bercucuran air matamu, Allah Swt akan mengampuni setiap dosamu, baik kecil atau besar, sedikit atau banyak...Wahai Putra Syabib ! Jika kamu ingin ditempatkan bersama nabi di surga, maka laknatlah pembunuh Husein as....Setiap kamu mengingat Husein ucapkanlah " یا لَیتَنِی کُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِیمًا " (Seandainya aku bersama mereka, maka aku akan beruntung dan meraih kemenangan besar)


Masalah menangis untuk Imam Husein tidak sama dengan tangisan dan duka lainnya, sehingga kita samakan dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik. Tapi menangis untuk Imam Husein sejak awal beda. Imam Shadiq as berkata:

 

إِنَّ الْبُکَاءَ وَ الْجَزَعَ مَکْرُوهٌ لِلْعَبْدِ فِی کُلِّ مَا جَزِعَ مَا خَلَا الْبُکَاءَ عَلَى الْحُسَیْنِ بْنِ عَلِیٍّ ع فَإِنَّهُ فِیهِ مَأْجُورٌ

 

Sesungguhnya setiap tangisan dan jeritan itu makruh bagi seseorang kecuali tangisan untuk Husein bin Ali. Karena sesungguhnya ia [tangisan untuk Husein] ada pahalanya.

Jenis duka untuk Imam Husein as dengan duka-duka yang lain begitu berbeda, sehingga jauh-jauh sebelum tragedi Asyura menyampaikan tentang nilainya menangis untuk Imam Husein as dan bersabda:

یا فاطِمَةُ! کُلُّ عَینٍ باکِیَةٌ یَومَ القِیامَةِ إلاّ عَینٌ بَکَت عَلى مُصابِ الحُسَینِ

Hai Fatimah! Setiap mata akan menangis di Hari Kiamat, kecuali mata yang menangis atas musibah-musibah [yang menimpa] Husein.[6]

Faedah Menangis dan berduka untuk Imam Husein as

Ketika menangisi musibah Imam Husein begitu dianjurkan, dan disebutkan betapa besar pahalanya di akhirat; yakni memahamkan kepada kita bahwa amal ini juga memiliki pengaruh dan faedah yang sangat penting di dunia. Salah satu pengaruhnya adalah melewati gerbang gejolak dan masuk menuju lautan pemahaman. Menangis untuk Imam Husein bukan akhir pekerjaan, tapi permulaan untuk memahami. Perasaan yang akan bangkit dan kita dibawa untuk memikirkan. Sebuah pemikiran yang membangun yang terbentuk dari ilham yang berasal dari musibah yang ada.

Risalah menangis untuk Imam Husein adalah menjaga nama, peninggalan dan jalan Imam Husein. Tangisan inilah yang mengajarkan budaya syahadah pada para pecinta jalan Imam Husein, juga yang menjaga darah [perjuangan] Imam Husein.

Menangis untuk Imam Husein pada dasarnya mengenali para pezalim dan despotik dunia. Setelah bertahun-tahun ada saja orang-orang yang melanjutkan jalannya Yazid dan orang-orang seperti Yazid. Menangis untuk Imam Husein menjadikan seseorang terdidik menjadi seorang pejuang. Pejuang yang sungguh-sungguh yang menghadapi kezaliman dan imperialisme sampai akhir hayat dan di jalan menuju pada Allah tidak takut sama sekali pada pezalim. Selain itu, menangis untuk Imam Husein adalah mewariskan kecintaan kepada Imam Husein pada generasi selanjutnya dan mengalihkan budaya Asyura dari generasi ke generasi. Jangan lupa bahwa alat untuk menyampaikan budaya Imam Husein di tangan Sayidah Zainab dan Imam Sajjad adalah tangisan untuk Imam Husein as.

Sejarah Acara Duka untuk Imam Husein as

Hind (هند), istri Yazid bin Muawiyah adalah seorang wanita cantik dan saleh di zamannya. Ayahnya bernama Abdullah bin Amir, salah satu sahabat Imam Ali as yang gugur di salah satu perang. Hind setelah ayahnya gugur, untuk beberapa waktu tinggal di rumah Imam Ali as. Kemudian Muawaiyah melamar Hind untuk anaknya, Yazid. Dengan demikian Hind resmi menjadi istri Yazid dan tinggal di Syam.

Setelah peristiwa Asyura dan gugurnya Imam Husein as beserta sahabat setianya, iring-iringan tawanan dibawa ke kota Syam dan ditempatkan di reruntuhan. Warga Syam yang tidak mengetahui gugurnya keluarga Rasulullah Saw dan menganggap bahwa sejumlah pemberontak tewas di perang dengan khalifah musliminin, sibuk menggelar pesta.

Saat itu, salah satu pelayan Hind mendatanginya dan berkata, "Ada sekelompok tawanan yang dibawa ke kota kota. Apakah kamu ingin melihatnya dan bergabung dengan kegembiraan ?


Hind menerima usulan pelayannya dan ketika keluar dari istana ia berpapasan dengan suaminya, Yazid. Hind menjelaskan tujuannya keluar istana, tapi tiba-tiba ia melihat muka suaminya berubah. Yazid dengan baik mengetahui bahwa Hind selama bertahun-tahun tinggal di rumah Ali bin Abi Thalib dan mengenal Zainab as. Oleh karena itu, Yazid pertama-tama berusaha menghalangi kunjungan istrinya tersebut, tapi tidak memiliki alasan yang tepat. Oleh karena itu, ia memberi syarat bahwa Hind hanya dapat keluar di malam hari untuk menyaksikan tawanan tersebut. Hind sendiri menerima syarat tersebut.

Ketika malam tiba, Hind bersama pelayannya mendatangani tempat tawanan. Ia diberitahu bahwa pemimpin tawanan tersebut seorang wanita. Kemudian ia mendekati Sayidah Zainab dan bertanya kepadanya, dari kota mana kamu berasal ? Sayidah Zainab langsung menjawab, Madinah !

Hind setelah mendengar kata Madinah, dengan bersemangat maju kedepan dan berkata, Benarkah !!! Kemudian ia melanjutkan, jika kamu warga Madinah, pastinya kamu mengenal Zainab, putri Fatimah as. Ia adalah guruku dan semua pengetahuan agamaku berasal darinya.

Sayidah Zainab yang sejak awal kedatangan Hind telah mengenalnya berkata, Hind ! Putri Abdullah bin Amir, aku mengenal Zainab ! Ia sekarang berada di depanmu ! Setelah mendengar jawaban Sayidah Zainab, Hind merasa tenggorokannya tercekik dan berteriak dengan sedih. Ia kemudian menghadap pelayannya dan berkata, Celakalah Aku, tawanan Syam adalah keluarga Rasulullah Saw.

Hind, sambil merobek kerudungnya, memasuki tempat pertemuan (majelis) Yazid dan berteriak kepadanya, "Apakah kamu telah memberi perintah untuk menempatkan kepala Husain (as) di pintu istana?" Haruskah kepala anak Fatima (as) digantung di pintu rumah saya, putri "Abdullah bin Amer"? Yazid, yang sedang duduk di singgasana di majelisnya, ketika dia melihat istrinya seperti ini, bangkit dan sambil berusaha menutupi kepala dan wajahnya, berkata: Wahai Hind! Menangislah untuk anak putri Rasulullah, yang "Ibnu Ziyad", penguasa Kufah,tergesa-gesa di pekerjaannya, semoga Tuhan membunuhnya!!! Saya tidak puas dengan pembunuhan Husein!!

Hind yang menyaksikan Yazid berusaha menutupi kepalanya dengan marah berteriak: Wahai Yazid ! Celakalah kamu, apa yang tengah terjadi ! Apakah kamu cemburu ? Jadi mengapa Anda tidak cemburu dengan putri-putri Rasulullah (Saw) ? Kamu telah merobek kerudung mereka dan memperlihatkan wajah mereka dan meninggalkan mereka dalam reruntuhan ? Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan memasuki rumahmu kecuali saya membawa mereka bersamaku.

Dengan demikian Yazid memerintahkan para tawanan wanita ditempatkan di rumah Hind. Saat itu, seluru wanita di istana Yazid melepas seluruh perhiasannya dan berduka selama tiga hari.

Yazid kemudian mengijinkan keluarga Ahlul Bait Nabi menggelar acara duka untuk Imam Husein as. Kisah Karbala yang terdengar penuturan Sayidah Zainab telah memicu revolusi di hati saat itu, dan membuat perempuan Syam menangis tesedu-sedu. Menurut kutipan sejarah, di Syam digelar acara duka selama tiga hari berturut-turut untuk mengenang gugurnya Imam Husein as dan sahabatnya. Setelah peristiwa ini, wajah kota Syam berubah dan kota ini tenggelam dalam duka, tidak seperti tiga hari lalu saat tawanan Karbala memasuki kota ini.

Warga Syam yang sebelumnya menyambut kedatangan tawanan Karbala dengan gembira, kini dengan rasa malu dan penuh penghormatan memperlakukan para tawanan keluarga Nabi ini. Mereka mendapat pemahaman baru setelah mendengarkan khutbah Sayidah Zainab dan Imam Sajjad as. Dengan cepat kondisi tak puas melanda seluruh Syam, dan Yazid terpaksa memerintahkan pemulangan tawanan Karbala dnegan penuh hormat. Rombongan Sayidah Zainab setibanya di Madinah menggelar acara duka Imam Husein di Baqi' dan di makam Rasulullah Saw.


Setelah gugurnya Imam Husein as, para Imam maksum as juga menggelar acara duka untuk Imam Husein dan mendorong para pengikut serta pecinta Ahlul Bait as untuk menggelar acara ini.

Sementara itu, sejarah acara duka untuk Imam Husein as di Iran secara resmi dimulai di masa pemerintahan Dinasti Buwayhiyah (Buyid). Tahun 353 H (964 M) Mu'izz al-Dawla menginstruksikan acara duka umum untuk Imam Husein dan meminta masyarakat mengenakan pakaian hitam  serta pasar-pasar diliburkan. Dengan demikian acara pertama duka Imam Husein resmi digelar di Iran. Di hari Asyura, masyarakat dan sejumlah ulama Hanafi seraya meratap dan menaburkan tanah di kepala dan wajahnya, melaknat para pembunuh Imam Husein as.

Para raja Dinasti Saljuk (1037-1194) juga memiliki kecenderungan khusus terhadap para Imam Syiah. Raja Saljul MalikShah di tahun 1086 H pergi berziarah ke Kadhimaian, Najaf dan Karbala. Mohammad bin Abdullah Balkhi, penulis zaman itu, berturut mengenai ketertindasan Ahlul Bait as dan membaca syair-syair duka. Acara duka untuk syuhada Karbala marak di Bagdad dan berbagai kota Iran hingga awal pemerintahan Tughrul Saljuki.

Setelah runtuhnya pemerintahan Dinasti Abbasiah di Baghdad dan ketika Mongol menguasai sebagian besar pemerintahan Islam, bentuk dan konten acara duka ini berubah. Di saat itu, para pecinta Ahlul Bait as memiliki kebebasan lebih untuk melaksanakan ritual mazhab mereka. Sampa pada masa pemerintahan Oljaitu (1304-1316) mazhab Syiah menjadi mazhab resmi di Iran dan dengan demikian acara duka untuk Imam Husein bebas digelar.

Dengan dimulainya pemerintahan Safawi dan mazhab Syiah menjadi mazhab resmidi negara itu, pembacaan puisi untuk memuji para Imam, Imam Hussain (as) dan para syuhada Karbala dianggap sebagai suatu kehormatan besar. Isu ini berdampak signifikan pada hari berkabung Muharram, sedemikian rupa sehingga  acara besar ini digelar setiap tahun di Muharram dan penggunaan puisi-puisi ini banyak membantu untuk menyebarkan mazhab Syiah.

Jenis berkabung ini berlanjut sampai periode Pahlavi. Tapi selama era Reza Khan, pembatasan secara bertahap dipertimbangkan untuk pelayat; Hingga pada tahun 1314 (1935 M), penguasa berbagai daerah diperintahkan untuk melarang pembentukan prosesi berkabung di bulan Muharram dan Safar. Sedikit demi sedikit, pembatasan penyelenggaraan upacara keagamaan semakin meningkat, dan akhirnya dikeluarkanlah perintah larangan berkabung di masjid-masjid dan Huseiniyah, bahkan di beberapa kota, penyelenggara acara berkabung untuk Imam Husein as pun dipenjara.

 

Media Irak mengabarkan masuknya sejumlah demonstran negara ini ke Zona Hijau yang dijaga ketat oleh militer, setelah menggelar aksi di dekat salah satu pintu masuk area tersebut.

"Puluhan ribu demonstran turun ke jalan, dan menggelar aksi di Bundaran Al Tahrir, Baghdad, memprotes kandidasi Mohammed Shaya'a Al Sudani untuk menjabat posisi Perdana Menteri Irak," lapor stasiun televisi Al Sumaria, Rabu (27/7/2022) sore. 
 
Menurut keterangan TV Al Sumaria, setelah menggelar aksi di Bundaran Al Tahrir, pada demonstran bergerak menuju Zona Hijau, Baghdad.
 
Tidak lama setelah tiba di Zona Hijau yang berada dalam penjagaan ketat aparat keamanan itu, para demonstran berkumpul di salah satu pintu masuk Zona Hijau.
  
Meskipun dihalangi aparat keamanan Irak, yang terus berusaha membubarkan massa, namun para demonstran merusak pembatas beton di Zona Hijau, dan memasuki wilayah itu.
 
PM Irak Mustafa Al Kadhimi, meminta para demonstran untuk menggelar aksinya secara damai, dan segera keluar dari Zona Hijau. Di sisi lain, sejumlah banyak demonstran juga dikabarkan memasuki gedung Parlemen negara itu.

 

Ketua Dewan Politik Hizbullah Lebanon mengatakan, kemenangan Revolusi Islam Iran telah menciptakan perubahan pemikiran, semangat dan spiritualitas.

Ibrahim Amin Al Sayyed, Kamis (28/7/2022) menegaskan bahwa Hizbullah berada dalam kondisi ideal karena telah berubah dari kondisi individu ke kondisi kolektif.
 
Ia menambahkan, "Para pemimpin Hizbullah siap berjuang di garda terdepan, dan dengan iman, keikhlasan, serta kemuliaan, mereka akan mampu menghadapi musuh."
 
Pada saat yang sama Ibrahim Amin Al Sayyed menjelaskan bahwa Revolusi Islam Iran telah mengembuskan harapan, dan telah berupaya untuk membuat ketakutan akan serangan Zionis menjadi tak bermakna.
 
"Dunia hari ini menyaksikan perubahan, sebagian negara dan masyarakat sedang tumbuh, sementara yang lain lemah. Lebanon berkat perlawanan termasuk di antara negara penting," imbuhnya.
 
Ketua Dewan Politik Hizbullah menegaskan, "Rakyat Lebanon harus tahu bahwa ada peluang, dan mereka harus bertindak berdasarkan hal itu, karena berlanjutnya kebijakan toleransi dengan Amerika Serikat, tidak akan membuahkan hasil apa pun."

 

Media-media Palestina, baru-baru ini mengabarkan terjadinya kebakaran luas di kota Haifa, yang terletak di Wilayah pendudukan.

"Kebakaran luas yang terjadi di kota Haifa, menyebabkan tiga rumah pemukim Zionis hangus terbakar, dan tiga kendaraan mereka terbakar," tulis media Palestina, Kamis (28/7/2022).

Menurut media Palestina, tim pemadam kebakaran Rezim Zionis Israel, segera dikerahkan ke lokasi kebakaran di Haifa, dan beberapa wilayah lain untuk memadamkan api.

Menurut keterangan sumber media Palestina, api terus menjalar luas ke lokasi-lokasi lain, dan sampai sekarang otoritas Rezim Zionis belum mengumumkan korban tewas dan luka akibat kebakaran ini. 

 

Komandan Angkatan Laut Militer Iran menanggapi klaim Rezim Zionis soal kehadiran Angkatan Laut Militer Iran di Laut Merah.

Laksamana Muda Shahram Irani, Kamis (28/7/2022) saat menjelaskan kehadiran Iran di Laut Merah, dan klaim-klaim Rezim Zionis terhadap Iran menuturkan, "Sepertinya mereka tertidur lelap, dan sangat terlambat untuk bangun, kehadiran Angkatan Laut Iran, di Laut Merah bukan hal baru."

Ia menambahkan, "Dalam tiga tahap kami pernah melewati Terusan Suez, artinya tidak hanya di Laut Merah, bahkan di Laut Mediterania kami juga hadir, dan akan tetap hadir."

Komandan AL Militer Iran menegaskan, "Hari ini di permukaan, bawah laut dan di udara, Angkatan Laut Militer Iran, telah meraih sejumlah kemajuan."

"Sekarang kepentingan, sumber daya dan jantung perekonomian Iran, terhampar luas di kawasan maritim, oleh karena itu jalur-jalur pelayaran Iran, membutuhkan perlindungan dan dukungan, maka dari itu penegakan keamanan di laut bagi jalur pelayaran akan menyebabkan lokasi kehadiran kami menjadi aman, dan negara-negara lain juga bisa memanfaatkannya," pungkas Irani.