
کمالوندی
Organisasi Energi Atom Iran: Kamera-Kamera IAEA sudah Dicabut
Kepala Organisasi Energi Atom Iran, AEOI mengatakan, kamera-kamera pengawas Badan Energi Atom Internasional, IAEA yang masuk dalam kerangka kesepakatan nuklir JCPOA, sudah dicabut dan disegel.
Mohammad Eslami, Selasa (26/7/2022) menuturkan, "Kamera-kamera pengawas IAEA sudah dicabut dan disegel oleh Organisasi Energi Nuklir Iran, dan disimpan di sejumlah tempat."
Ia menambahkan, "Sudah 20 tahun negara-negara ini terus menuduh Republik Islam Iran, dan setiap hari mereka memberikan alamat lokasi baru."
Menurut Eslami, mereka secara teratur melimpahkan kasus Iran ke Dewan Keamanan PBB, mengeluarkan resolusi-resolusi yang melawan Iran, dan menjatuhkan sanksi.
"Asas penerimaan Republik Islam Iran atas JCPOA adalah disingkirkannya tuduhan-tuduhan, dan membangun kepercayaan, di sisi lain Iran bersedia membatasi aktivitas pengayaan uraniumnya, mengurangi kapasitas dan kecepatan gerakannya sehingga bisa membangun kepercayaan, tapi pihak lawan tidak mematuhi komitmen," paparnya.
Kepala AEOI menegaskan, "Kamera-kamera pengawas IAEA dipasang dengan maksud untuk menyingkirkan tuduhan-tuduhan, karenanya jika tuduhan-tuduhan tetap ada, maka tidak ada alasan lagi bagi Iran untuk memasangnya."
Peran dan Posisi Wilayah dalam Melestarikan Capaian Revolusi Islam
Velayat-e Faqih atau Wilayatul Faqih telah menjadi prinsip utama dari Revolusi Islam dan penjamin pelestarian dan kelangsungan hidupnya selama empat dekade terakhir. Imam Khomeini ra, Pemimpin Besar Revolusi Islam, sebagai Wali Faqih pertama, memainkan peran peran penting dan tak tergantikan dalam kemenangan Revolusi Islam dan dalam memajukan sistem Republik Islam pada dekade pertama revolusi.
Setelah 33 tahun sejak wafatnya orang besar dalam sejarah Iran dan dunia Islam ini, pemikiran dan gagasan Imam Khomeini masih menerangi Republik Islam dan pedomannya masih menjadi solusi untuk melestarikan sistem Islam. Poin penting yang harus disebutkan tentang karakter Imam Khomeini ra adalah bahwa ia memiliki semua kualitas yang diperlukan untuk memimpin dan memainkan peran panutan bagi masyarakat Muslim.
Sebagian dari karakter itu adalah pengetahuan yang mendalam dan wawasan keagamaan yang mendalam, kejujuran yang luar biasa dan tidak egois, berjuang melawan ego, memiliki kemauan dan tekad pemimpin yang kuat, kecerdasan yang luar biasa, memiliki keberanian dan kegigihan yang tak tertandingi dalam menghadapi kesulitan dan bencana besar, kesabaran dan ketekunan, empati sejati dengan yang tertindas atau masyarakat biasa, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan massa dan mempengaruhi orang, serta yang paling penting, memiliki ketakwaan dan kezuhudan terhadap dunia dan tidak memperhatikan keindahan duniawi.
Imam Khomeini, sebagai arsitek Revolusi Islam, setelah mendirikan Republik Islam Iran, pada tahap-tahap revolusi selanjutnya, selalu menekankan perlunya persatuan antara rakyat dan angkatan bersenjata, dan pengaruh dukungan rakyat terhadap menjaga sistem Islam dari hasutan dan konspirasi. Selain itu, beliau selalu menyebutkan kewajiban amar makruf dan nahi munkar agar negara tidak rusak, dan beliau selalu mengungkap persekongkolan musuh.
Peran Imam dan posisinya dalam otoritas keagamaan dan pengaruh sosialnya yang efektif di antara orang-orang menyebabkan stabilisasi sistem Islam dan pemurniannya dari segala macam kotoran. Imam Khomeini, seperti pengawas yang benar-benar menguasai sistem Republik Islam dan kondisi dunia, mengidentifikasi musuh dan dengan cepat menyadari konspirasi musuh terhadap negara dan, bila perlu, mengambil respons yang tepat dan sikap logis untuk menetralisir konspirasi.
Langkah lain Imam Khomeini adalah menekankan adanya keamanan dalam masyarakat untuk menjaga sistem Islam dan pencapaiannya. Sejatinya, salah satu pilar dan alasan pembentukan pemerintahan adalah terciptanya keamanan publik. Pembentukan keamanan publik atas dua dasar, yaitu adanya tindakan keamanan terhadap musuh asing, baik agresi militer terbuka atau tindakan teroris dan bawah tanah, dan mengambil tindakan untuk mengekang aktivitas yang didasarkan pada tindakan kriminal internal dan serangan terhadap jiwa, properti, atau kebebasan warga negara.
Imam Khomeini, merujuk pada sejarah awal Islam, menegaskan bahwa keamanan adalah salah satu hak warga negara dan setiap orang harus memilikinya. Imam Khomeini juga, dalam rangka memelihara sistem Islam, selalu menekankan persatuan dan solidaritas antara rakyat dan angkatan bersenjata. Di satu sisi, Imam Khomeini menginginkan militer dan polisi mengikuti etika Islam dalam menghadapi musuh dan rakyat, dan di sisi lain, ia meminta para pejabat IRGC dan Militer untuk mencegah orang-orang yang menyebabkan perselisihan memasuki IRGC dan Militer demi menjaga persatuan dan solidaritas di antara angkatan bersenjata.
Peran Imam Khomeini dalam memobilisasi jutaan orang di berbagai waktu dalam sejarah Revolusi Islam serta dalam periode pembentukan dan pertumbuhan Republik Islam begitu jelas, sehingga semua analis telah mengakuinya. Tanpa diragukan lagi, salah satu faktor yang paling penting dalam hal ini adalah penciptaan kelindan emosi dua arah antara dirinya dan masyarakat. Imam Khomeini selalu menekankan peran dukungan bangsa dalam mencegah kejahatan.
Imam Khomeini dalam hal ini mengatakan, "Dengan dukungan bangsa, Anda dapat menghentikan kejahatan yang kadang-kadang terjadi di kota-kota dengan nasihat dan kekuatan yang besar. Sebenarnya, menciptakan semangat harapan di tengah masyarakat memberikan dasar bagi partisipasi mereka di setiap kancah sebanyak mungkin. Karena harapan membawa kegembiraan dan menguatkan semangat serta meningkatkan kemampuan untuk menanggung kesulitan dan masalah." Imam Khomeini sangat menyadari masalah ini dan menerapkannya sepenuhnya.
Imam Khomeini selalu menekankan pada kesatuan masyarakat Islam dan ikatan antara masyarakat dan sistem Islam, dan memperingatkan berkali-kali tentang perselisihan dan konsekuensi negatifnya. Keyakinan Imam Khomeini adalah bahwa perselisihan menyebabkan hilangnya nikmat Allah. Imam Khomeini selalu menyerukan agar rakyat tidak terpecah belah dan menjadi beberapa puak, dan dia percaya bahwa partisipasi masyarakat di tempat kejadian mencegah kerusakan pada negara.
Dalam hal ini, Imam Khomeini berkata, "Mudah-mudahan tidak terjadi, Anda kehilangan persatuan dan tujuan Anda bukan tujuan pemerintah Islam, dikhawatirkan Anda tidak akan bisa lagi melangkah. Tidak bisa mengikutinya, di mana mereka telah lebih dahulu melangkah dan Anda akan menjadi lemah, mundur dari sikap sebelumnya, dan mereka akan maju selangkah, mereka akan meningkatkan konspirasi."
Salah satu tindakan terpenting Imam Khomeini terkait pelestarian Revolusi Islam dan pencapaiannya adalah masalah mengenal musuh dan penekanannya yang sangat serius pada sikap anti-arogansi, yang simbolnya adalah menentang kebijakan dan tindakan Amerika sebagai Setan Besar dan manifestasi arogansi di era saat ini. Imam memahami bahwa musuh utama Republik Islam Iran adalah pemerintah Amerika.
Oleh karena itu, Imam menyebutnya dengan kata "Setan Besar". Selama empat dekade terakhir, kita selalu menyaksikan tindakan permusuhan dan kejahatan Amerika Serikat terhadap sistem Islam, sehingga Washington, sebagai pimpinan blok Barat, telah menggunakan semua kapasitas dan kekuatannya untuk melawan sistem ini. Imam Khomeini, yang sepenuhnya sadar akan substansi arogan Amerika Serikat, telah memperingatkannya berkali-kali dan menekankan pada konfrontasi yang efektif dengan Amerika Serikat.
Peran kepemimpinan Imam sebagai pemimpin dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, yang bertanggung jawab untuk menentukan dan membimbing strategi perang, adalah faktor efektif yang paling penting dalam menjaga dan mempromosikan semangat epik bangsa Iran selama perang 8 tahun yang dipaksakan oleh rezim Baath, Irak terhadap Iran, atau Pertahanan Suci. Karakter irfan dan epik dari Imam Khomeini ra dan cara pandang, ajaran dan kehidupannya memiliki efek mendalam pada semangat bangsa Iran dan para pejuang serta perlawanan mereka terhadap musuh. Dengan kebijaksanaan Imam Khomeini ra dan berkat keteguhan dan perlawanan bangsa, Pertahanan Suci menjadi simbol kelanggengan, kehormatan, ketabahan, keberanian, pengorbanan dan kesyahidan rakyat Iran.
Bahkan sekarang, Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, memainkan peran yang menentukan dan membimbing dalam kelanjutan Revolusi Islam serta melestarikan pencapaiannya. Mengingat berlanjutnya arogansi global dan berbagai konspirasi yang dihadapi Iran-Islam selama kepemimpinan Ayatullah Khamenei, perannya dalam menghadapi konspirasi musuh di satu sisi, dan mendeskripsikan dan menentukan serta mengkomunikasikan kebijakan umum sistem Islam di berbagai bidang dianggap sebagai tindakan terpenting Pemimpin Besar Revolusi Islam di bidang melestarikan pencapaian Revolusi Islam dan sistem Islam Iran dalam 33 tahun terakhir.
Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebutkan capaian Revolusi Islam dari berbagai aspek, yang dapat dirinci sebagai berikut:
Independensi dalam mengambil keputusan, mempertahankan integritas teritorial negara dan membawa Iran ke martabat dan kemuliaan yang layak
Meningkatkan posisi Iran di dunia, mengekspor slogan-slogan revolusi dan menginspirasi para pencari hak dunia
Memperluas kebebasan publik, mendorong kaum muda untuk berpikir bebas dan berdiskusi secara bebas
Memperluas pemanfaatan fasilitas materi oleh publik (dibandingkan dengan sebelum revolusi dan negara-negara yang sebanding)
Kemajuan dalam spiritualitas dan kemungkinan mencapai kesempurnaan dalam atmosfer revolusi
Serius memerangi korupsi dan menindak para pelakunya
Kemampuan untuk melawan para arogan dan dominator global
Perbandingan kemajuan revolusi Islam dengan berbagai revolusi lain di dunia
Pertumbuhan sains dan industri, gerakan di perbatasan ilmu pengetahuan, kemajuan luar biasa dalam ilmu kedokteran dan farmasi serta teknologi nuklir
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besasr Revolusi Islam
Jelas, peran Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam meraih setiap pencapaian tersebut dan mempertahankannya tidak dapat disangkal. Selama masa-masa kritis dalam tiga dekade terakhir, ketika memikul bertanggung jawab atas kepemimpinan sistem Islam dan Pemimpin Rrevolusi Islam, beliau mampu membimbing sistem Islam melewati tikungan yang sulit dan situasi berbahaya dengan kebijaksanaan dan pandangan jauh ke depan. Ayatullah Khamenei dalam menanggapi pertanyaan tentang apa tugas kepemimpinan dan bagaimana mekanisme pemerintahannya, beliau mengatakan:
"Tugas terpenting seorang pemimpin dalam konstitusi adalah menetapkan kebijakan umum dan kedua, tugas seorang pemimpin adalah bila merasa ada satu gerakan yang sedang dilakukan, di mana gerakan ini telah menyimpang dari arah sistem, maka di sini adalah tugas pemimpin untuk terjun ke medan dan berdiri tegak dengan cara apa pun yang memungkinkan dan tidak membiarkannya, sekalipun kasusnya kecil."
Melakukan dua tugas ini di bidang tindakan, di satu sisi, mengarah pada panduan umum dan penentuan jalur di tingkat makro menuju realisasi tujuan sistem, dan di sisi lain, mengarah pada pemantauan masalah negara dan masuk secara cerdas ke bidang yang diperlukan sedemikian rupa sehingga mekanismenya tidak terdistorsi, dan negara tidak akan menemui jalan buntu.
Al-Quran dalam Kehidupan Imam Musa Al-Kazhim
Pada suatu hari, Imam Musa al-Kazhim as melintasi gang tempat kediaman Bishr bin Harits al-Hafi. Saat itu seorang pembantu wanita keluar dari rumah tersebut untuk membuang sampah dari sisa acara pesta.
Imam Kazhim kemudian bertanya kepada pembantu itu, "Apakah pemilik rumah ini orang bebas (merdeka) atau budak?" Dia menjawab, "Tentu saja dia orang bebas!" Imam lalu berkata, "Engkau benar, karena jika dia adalah seorang hamba, dia akan takut kepada Tuannya dan beramal sesuai tuntutan penghambaan."
Pembantu itu kembali ke rumah ketika Bishr sedang di meja anggur. Bishr bertanya mengapa ia tidak segera balik ke rumah setelah membuang sampah. Pembantu itu kemudian bercerita kepada Bishr tentang apa yang dikatakan Imam Kazhim as, "Bagaimana Bishr bisa menjadi hamba, sementara ia tidak patuh kepada Tuannya yaitu Allah (Maha Perkasa dan Maha Tinggi)."
Bishr terguncang dengan kata-kata itu. Dia bergegas keluar rumah untuk mengejar Imam Musa al-Kazhim sampai lupa memakai sandal. Dia berkata, "Wahai tuanku! Ulangilah padaku apa yang kau katakan kepada perempuan ini."
Imam Kazhim as kemudian mengulangi ucapannya. Seketika secercah cahaya bersinar dalam hati Bishr dan ia menyesali perilakunya. Dia mencium tangan Imam dan mengusapkan tanah pada pipinya. Diiringi isak tangis ia berkata, “Iya, aku adalah hamba... iya aku adalah hamba.”
Sejak saat itu, Bishr tidak memakai sandal lagi selama sisa hidupnya karena dia ingin mengingat keadaan yang ia alami ketika memutuskan untuk bertaubat. Dia kemudian dikenal sebagai al-Hafi yang berarti Bertelanjang Kaki.
Bishr bin Harits al-Hafi adalah salah satu contoh dari sosok yang memperoleh cahaya hidayah di tangan Imam Musa as dan mengubah jalan hidupnya ke arah yang diridhai Allah Swt.
Imam Musa al-Kazhim lahir pada bulan Dzulhijjah 17 Hijriyah di sebuah desa bernama Abwa di pinggiran kota Madinah. Ia adalah putra Imam Jakfar as-Shadiq as dan ibunya bernama Hamidah. Ketika putranya itu lahir, Imam Shadiq berkata, "Allah telah menganugerahkan kepadaku manusia terbaik."
Mengamalkan al-Quran di seluruh hidupnya merupakan salah satu dari kriteria orang-orang shaleh, terutama para imam maksum. Imam Musa bin Jakfar as juga menularkan nilai-nilai al-Quran kepada kaum Muslim dan mengajak mereka untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kehadiran al-Quran harus benar-benar terasa dalam kehidupan kita, karena ia adalah kitab pedoman kehidupan manusia.
Imam Kazhim as di masa kepemimpinannya selama 35 tahun, memainkan peran besar dalam menghidupkan makrifat al-Quran. Ia menaruh perhatian besar pada wahyu Ilahi ini dan tidak hanya mengajak masyarakat untuk membaca dan mengamalkan ayat-ayatnya, tetapi ia sendiri menjadi teladan dalam mempraktekkan ajaran al-Quran.
Sheikh Mufid dalam bukunya, al-Irshad menulis, "Imam Kazhim as adalah orang yang paling mengenal al-Quran di zamannya. Ia adalah pelindungnya dan penyebar ajarannya kepada orang-orang. Ia orang yang paling mengenal al-Quran dari segi nada bacaan dan suara. Setiap kali membaca al-Quran, para pendengarnya sangat tersentuh dan menangis."
Imam Kazhim tidak hanya memperhatikan kedudukan al-Quran dan dimensi personalnya, tetapi salah satu aktivitas utamanya adalah menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Imam melalui berbagai metode berusaha menambah derajat makrifat dan pemahaman masyarakat Muslim.
Imam juga menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kedudukan khusus Ahlul Bait Nabi as. Ia mendorong para pengikutnya dan masyarakat agar selalu berinteraksi dengan al-Quran dan meningkatkan kedekatan dengannya.
Ia menjelaskan tentang al-Quran, rahasia-rahasianya, dan makrifat yang dikandungnya. Ia juga mengutip riwayat dari para imam sebelumnya tentang keagungan al-Quran.
Hussein ibn Ahmad al-Minqari berkata, "Aku mendengar dari Imam Musa ibn Jakfar as yang berkata, 'barang siapa yang merasa cukup dengan satu ayat al-Quran dan menganggap itu cukup untuk menjaga dirinya, maka satu ayat itu sudah cukup baginya dari Timur sampai Barat dengan syarat ia beriman dan yakin kepadanya."
Imam Kazhim mengajarkan pelajaran penting tentang kandungan al-Quran kepada salah satu muridnya, Hisham ibn Hakam di mana sebagian dari pelajaran itu dimuat dalam kitab Tuhaf al-Uqul. Ia mengajarkan muridnya itu mengenai teologi dan kedudukan akal dengan menggunakan 20 ayat dari al-Quran.
Imam Kazhim berkata kepada Hisham, “Sesungguhnya Allah Swt memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang menggunakan akalnya dalam kitabnya dan berfirman, ‘… sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.’” (QS: Az-Zumar, ayat 17-18)
Jelas bahwa keteguhan dan sikap konsisten di jalan kebenaran memerlukan sebuah pijakan yang kuat. Berdasarkan ajaran al-Quran, sandaran terbaik para pencari kebenaran adalah Allah Swt. Dia meminta manusia untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat.
Dengan pedoman al-Quran, Imam Kazhim as bangkit melawan pemikiran-pemikiran menyimpang dan batil di tengah masyarakat, dan ia tidak pernah merasa takut terhadap orang-orang yang zalim. Ia menghabiskan malamnya dengan bertaubat dan beristighfar serta bersimpuh untuk waktu yang lama di hadapan Tuhan.
Suatu hari Harun al-Rasyid bertanya kepada Imam Kazhim, “Wahai putra Rasulullah, kami telah menghabiskan banyak uang, mengeluarkan tenaga, dan melakukan propaganda, tetapi masyarakat tetap mencintai dirimu yang merupakan anak-cucu Rasulullah. Semakin kami meningkatkan propaganda, hasil yang kami peroleh justru sebaliknya dan masyarakat tidak menyukai kami Bani Abbas.”
Imam menjawab, “Apakah engkau tahu penyebabnya? Perbedaan engkau dan aku adalah bahwa aku memerintah atas hati masyarakat (merebut hati masyarakat), tetapi engkau dan orang-orang sepertimu merampas kekuasaan dengan zalim dan memerintah atas raga mereka, sementara kami para auliya Allah memerintah atas hati masyarakat. Allah membalikkan semua pikiran orang ke arah kami dan inilah perbedaan antara aku dan engkau.”
Imam Kazhim memiliki hubungan yang sangat erat dengan al-Quran di sepanjang hidupnya. Dia terus menyebarluaskan ajaran al-Quran seperti yang biasa dilakukan ayahnya, Imam Jakfar al-Shadiq, melalui sekolah-sekolah Islam yang dibuka di Madinah sejak masa Imam Muhammad al-Baqir as.
Imam Kazhim dikenal sebagai ‘Abdu al-Saleh’ karena kezuhudan yang besar dan ibadah yang banyak, ia disebut Kazhim karena mampu meredam amarah dan memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi cobaan. Di malam hari, ia mendatangi gang-gang di Madinah untuk membagikan makanan kepada fakir-miskin. Di ruang shalat Imam Kazhim hanya terdapat sepotong baju dari kain yang kasar, al-Quran, dan pedang.
Karakteristik utama Imam Musa al-Kazhim as adalah menyebarkan kebenaran dan memerangi kebatilan. Menuntut kebenaran dan memerangi kezaliman telah menjadi sebuah tujuan luhur dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Ia membela kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan dengan menanggung banyak kesulitan, termasuk dipenjara dalam waktu yang lama.
Suriah Minta Dewan Keamanan Kecam Serangan Israel ke Damaskus
Kementerian Luar Negeri Suriah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengecam serangan dan agresi rezim Zionis Israel di daerah sekitar Damaskus.
Menurut kantor berita SANA, Kemlu Suriah dalam surat terpisah kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Dewan Keamanan menekankan hak mereka untuk menanggapi agresi berulang rezim Zionis Israel dengan menggunakan cara yang sesuai, yang disetujui oleh hukum internasional dan Piagam PBB.
Dalam surat-surat yang disampaikan pada hari Jumat (22/7/2022) itu, Kemlu Suriah meminta Dewan Keamanan dan Sekretariat PBB untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan mengutuk agresi Israel tanpa penundaan atau keraguan.
Disebutkan pula bahwa agresi berulang rezim Zionis di Suriah dan tidak adanya respons Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah yang diperlukan guna mencegah berlanjutnya agresi ini mengundikasikan bahwa Dewan Keamanan melalaikan tanggung jawabnya.
Dewan Keamanan PBB, lanjut Kemlu Suriah, tidak melakukan tindakan apa pun untuk menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan dan dunia, padahal jelas bahwa agresi Israel merupakan strategi yang jelas yang didasarkan pada pembunuhan, serangan, penghancuran dan peningkatan level ancaman dan tantangan terhadap dunia.
Kemelu Suriah menekankan bahwa penanganan terhadap agresi Israel ini tidak dapat dianggap jauh dari penanganan agresi dan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hukum internasional dan pendudukan timur laut Suriah, penjarahan minyak dan penyediaan senjata kepada milisi oleh Amerika Serikat, yang juga bertujuan untuk menunda solusi politik atau bahkan menghalanginya serta menghambat terciptanya keamanan dan stabilitas di Suriah.
Pemerintah Damaskus telah berulang kali mengumumkan bahwa rezim Zionis dan sekutu regional dan Baratnya mendukung kelompok-kelompok teroris yang memerangi Suriah.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa militer Israel melancarkan serangan udara dengan menggunakan beberapa rudal dari arah Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Jumat (22/7/2022) dini hari ini.
Israel menarget beberapa titik di sekitar kota Damaskus, dan menyebabkan tiga tentara Suriah tewas dan tujuh lainnya terluka. Sistem pertahanan udara Rusia sempat merespons serangan itu, namun hanya berhasil menangkis beberapa rudal Israel.
Irak Desak Sidang Darurat Dewan Keamanan Bahas Serangan Turki ke Duhok
Departemen Luar Negeri Irak menyatakan telah melayangkan pengaduan resmi ke Dewan Keamanan PBB terkait serangan terbaru Turki ke Provinsi Duhok, Irak.
Resor wisata Zakho (Zaxo) di Duhok, Kurdistan Irak diserang artileri militer Turki dan sedikitnya 13 perempuan dan anak-anak terbunuh.
Menurut laporan laman Middle East News, Ahmad al-Sahaf, jubir Kemenlu Irak mengonfirmasi pengaduan negara ini ke Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang darurat terkait serangan Turki ke Provinsi Duhok, Irak.
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seraya mengecam serangan ke Provinsi Duhok, Irak mengecam penyidikan segera terkait masalah ini.
Masih menurut sumber ini, Deplu Irak juga menekanan penarikan seluruh pasukan Turki dari wilayah negara ini dan permintaan maaf resmi Ankara atas kejahatan ini serta memberi ganti rugi kepada keluarga korban meninggal dan terluka.
Langkah Turki ini menuai kecaman dan kemarahan warga Irak, tapi Turki mengingkari serangan ini dan melimpahkan tanggung jawab serangan tersebut kepada kelompok bersenjata Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Sekaitan dengan ini, parlemen Irak menggelar sidang darurat membahas agresi Turki ke Provinsi Duhok dan sidang tersebut dipimpin oleh Ketua parlemen, Mohammad al-Halbousi.
Militer Turki lebih dari dua tahun lalu dan dengan dalih memeringi milisi PKK yang dicap sebagai teroris, menyerang utara Irak.
Hamas Puji Sikap Menteri Kebudayaan Bahrain, Tolak Normalisasi
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) memuji sikap menteri kebudayaan Bahrain yang menolak berjabat tangan dengan dubes Rezim Zionis Israel.
Raja Bahrain baru-baru ini mencopot Menteri Kebudayaan, Shaikha Mai bint Mohammad Al Khalifa yang dikenal sebagai tokoh anti-normalisasi hubungan dengan Israel, karena menolak berjabat tangan dengan dubes rezim ilegal Israel.
Menurut laporan IRNA Sabtu (23/7/2022), Hamas di statemennya menyatakan, sikap Mai al-Khalifa menunjukkan sikap sejati dan asli bangsa negara ini dalam mendukung hak-hak bangsa Palestina dan penentangan terhadap integrasi musuh utama dan sentral umat di kawasan.
"Umat Islam dan Arab akan menentang segala bentuk langkah normalisasi hubungan dengan musuh Zionis," tambah statemen Hamas.
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) di statemennya memuji sikap Mai bint Mohammad Al Khalifa yang menolak berjabat tangan dengan dubes Israel.
Empat negara Arab, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko tahun 2020 dengan tekanan dan mediasi Amerika serta tanpa mengindahkan kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina, menormalisasi hubungannya dengan rezim Zionis Israel.
Maleki: Sekutu Tradisional AS Ingin Turunkan Tensi dengan Iran
Anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Fada Hossein Maleki mengatakan, negara-negara kawasan dan bahkan sekutu tradisional Amerika lebih memilih pendekatan penurunan tensi dengan Iran.
Fada Hossein Maleki saat diwawancarai IRNA menyebut gagal kunjungan terbaru Presiden Amerika Joe Biden ke kawasan. "Presiden AS berusaha mengejar tujuan pemerintah sebelumnya negara ini di Asia Barat, tapi Arab Saudi, mengingat pengalaman sebelumnya menindaklanjuti kebijakan Washington di kawasan dengan lebih waspada, karena masalah ini memiliki biaya besar bagi Riyadh.
Seraya menjelaskan bahwa negara-negara kawasan dan bahwa sekutu tradisional Amerika lebih memilih pendekatan penurunan tensi dengan Iran, Fada Hossein Maleki menjelaskan, kunjungan terbaru Joe Biden ke Asia Barat digelar tanpa program, motivasi dan strategis khusus, serta hanya untuk mendukung rezim Zionis Israel.
Maleki juga menjelaskan bahwa pendekatan Amerika di Timur Tengah tidak menghasilkan capaian apa pun bagi negara-negara kawasan. "Kunjungan ini tidak memiliki dampak di kebijakan Republik Islam Iran di kawasan; Iran bertekad memperkuat sistem pertahanan dan sikapnya di JCPOA, serta mengejar tujuannya dalam koherensi dan keamanan negara-negara Islam," ungkap Maleki.
Ia menekankan, negara-negara Arab bertindak dengan lebih waspada terhadap kebijakan Amerika di kawasan dan memahami bahwa Republik Islam Iran sebagai kekuatan regional yang berpengaruh dan semakin kuat Iran, keamanan dan stabilitas di kawasan juga semakin besar.
Iran Catat Rekor Tertinggi Dunia di Peningkatan Prosentase Produksi Minyak
Republik Islam Iran di tahun 2021 mencatat rekor tertinggi di prosentase peningkatan produksi minyak di antara 10 negara terkemuka produsen minyak dunia.
Menurut laporan FNA, Majalah Forbes di laporannya menyebutkan, di tahun 2021 Iran setiap harinya memproduksi 3,2 juta barel minyak, dan tercatat sebagai produsen terbesar ketujuh dunia.
Masih menurut sumber ini, 4,1 persen total produk minyak di dunia tahun 2021 milik Iran.
Di tahun 2020 mencatat penurunan terbesar konsumsi minyak di dunia, dan setelah sembilan tahun proses peningkatan konsumsi minyak di dunia, pandemi Corona membuat permintaan minyak di pasar dunia turun sembilan persen.
Masih menurut laporan ini, Amerika di tahun 2021 dengan konsumsi harian 18,7 juta barel, tercatat sebagai konsumen minyak terbesar di dunia dan naik 8,7 persen di banding tahun 2020.
Konsumsi minyak terbesar Amerika terjadi tahun 2005 dan sembilan persen lebih tinggi di banding tahun 2021.
Setelah AS, Cina dengan konsumsi harian sebesar 15,4 juta barel menempati posisi kedua.
Di laporan Forbes disebutkan, produksi minyak di enam negara besar produsen minyak dunia mencakup AS, Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab (UEA), Brazil dan Kuwait di tahun 2021 menurun, tapi Iran dengan mencatat 16,1 persen peningkatan menorehkan rekor pertumbuhan tertinggi produksi minyak di antara negara-negara dunia.
Peran dan Posisi Wilayah dalam Melestarikan Capaian Revolusi Islam
Velayat-e Faqih atau Wilayatul Faqih telah menjadi prinsip utama dari Revolusi Islam dan penjamin pelestarian dan kelangsungan hidupnya selama empat dekade terakhir. Imam Khomeini ra, Pemimpin Besar Revolusi Islam, sebagai Wali Faqih pertama, memainkan peran peran penting dan tak tergantikan dalam kemenangan Revolusi Islam dan dalam memajukan sistem Republik Islam pada dekade pertama revolusi.
Setelah 33 tahun sejak wafatnya orang besar dalam sejarah Iran dan dunia Islam ini, pemikiran dan gagasan Imam Khomeini masih menerangi Republik Islam dan pedomannya masih menjadi solusi untuk melestarikan sistem Islam. Poin penting yang harus disebutkan tentang karakter Imam Khomeini ra adalah bahwa ia memiliki semua kualitas yang diperlukan untuk memimpin dan memainkan peran panutan bagi masyarakat Muslim.
Sebagian dari karakter itu adalah pengetahuan yang mendalam dan wawasan keagamaan yang mendalam, kejujuran yang luar biasa dan tidak egois, berjuang melawan ego, memiliki kemauan dan tekad pemimpin yang kuat, kecerdasan yang luar biasa, memiliki keberanian dan kegigihan yang tak tertandingi dalam menghadapi kesulitan dan bencana besar, kesabaran dan ketekunan, empati sejati dengan yang tertindas atau masyarakat biasa, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan massa dan mempengaruhi orang, serta yang paling penting, memiliki ketakwaan dan kezuhudan terhadap dunia dan tidak memperhatikan keindahan duniawi.
Imam Khomeini, sebagai arsitek Revolusi Islam, setelah mendirikan Republik Islam Iran, pada tahap-tahap revolusi selanjutnya, selalu menekankan perlunya persatuan antara rakyat dan angkatan bersenjata, dan pengaruh dukungan rakyat terhadap menjaga sistem Islam dari hasutan dan konspirasi. Selain itu, beliau selalu menyebutkan kewajiban amar makruf dan nahi munkar agar negara tidak rusak, dan beliau selalu mengungkap persekongkolan musuh.
Peran Imam dan posisinya dalam otoritas keagamaan dan pengaruh sosialnya yang efektif di antara orang-orang menyebabkan stabilisasi sistem Islam dan pemurniannya dari segala macam kotoran. Imam Khomeini, seperti pengawas yang benar-benar menguasai sistem Republik Islam dan kondisi dunia, mengidentifikasi musuh dan dengan cepat menyadari konspirasi musuh terhadap negara dan, bila perlu, mengambil respons yang tepat dan sikap logis untuk menetralisir konspirasi.
Langkah lain Imam Khomeini adalah menekankan adanya keamanan dalam masyarakat untuk menjaga sistem Islam dan pencapaiannya. Sejatinya, salah satu pilar dan alasan pembentukan pemerintahan adalah terciptanya keamanan publik. Pembentukan keamanan publik atas dua dasar, yaitu adanya tindakan keamanan terhadap musuh asing, baik agresi militer terbuka atau tindakan teroris dan bawah tanah, dan mengambil tindakan untuk mengekang aktivitas yang didasarkan pada tindakan kriminal internal dan serangan terhadap jiwa, properti, atau kebebasan warga negara.
Imam Khomeini, merujuk pada sejarah awal Islam, menegaskan bahwa keamanan adalah salah satu hak warga negara dan setiap orang harus memilikinya. Imam Khomeini juga, dalam rangka memelihara sistem Islam, selalu menekankan persatuan dan solidaritas antara rakyat dan angkatan bersenjata. Di satu sisi, Imam Khomeini menginginkan militer dan polisi mengikuti etika Islam dalam menghadapi musuh dan rakyat, dan di sisi lain, ia meminta para pejabat IRGC dan Militer untuk mencegah orang-orang yang menyebabkan perselisihan memasuki IRGC dan Militer demi menjaga persatuan dan solidaritas di antara angkatan bersenjata.
Peran Imam Khomeini dalam memobilisasi jutaan orang di berbagai waktu dalam sejarah Revolusi Islam serta dalam periode pembentukan dan pertumbuhan Republik Islam begitu jelas, sehingga semua analis telah mengakuinya. Tanpa diragukan lagi, salah satu faktor yang paling penting dalam hal ini adalah penciptaan kelindan emosi dua arah antara dirinya dan masyarakat. Imam Khomeini selalu menekankan peran dukungan bangsa dalam mencegah kejahatan.
Imam Khomeini dalam hal ini mengatakan, "Dengan dukungan bangsa, Anda dapat menghentikan kejahatan yang kadang-kadang terjadi di kota-kota dengan nasihat dan kekuatan yang besar. Sebenarnya, menciptakan semangat harapan di tengah masyarakat memberikan dasar bagi partisipasi mereka di setiap kancah sebanyak mungkin. Karena harapan membawa kegembiraan dan menguatkan semangat serta meningkatkan kemampuan untuk menanggung kesulitan dan masalah." Imam Khomeini sangat menyadari masalah ini dan menerapkannya sepenuhnya.
Imam Khomeini selalu menekankan pada kesatuan masyarakat Islam dan ikatan antara masyarakat dan sistem Islam, dan memperingatkan berkali-kali tentang perselisihan dan konsekuensi negatifnya. Keyakinan Imam Khomeini adalah bahwa perselisihan menyebabkan hilangnya nikmat Allah. Imam Khomeini selalu menyerukan agar rakyat tidak terpecah belah dan menjadi beberapa puak, dan dia percaya bahwa partisipasi masyarakat di tempat kejadian mencegah kerusakan pada negara.
Dalam hal ini, Imam Khomeini berkata, "Mudah-mudahan tidak terjadi, Anda kehilangan persatuan dan tujuan Anda bukan tujuan pemerintah Islam, dikhawatirkan Anda tidak akan bisa lagi melangkah. Tidak bisa mengikutinya, di mana mereka telah lebih dahulu melangkah dan Anda akan menjadi lemah, mundur dari sikap sebelumnya, dan mereka akan maju selangkah, mereka akan meningkatkan konspirasi."
Salah satu tindakan terpenting Imam Khomeini terkait pelestarian Revolusi Islam dan pencapaiannya adalah masalah mengenal musuh dan penekanannya yang sangat serius pada sikap anti-arogansi, yang simbolnya adalah menentang kebijakan dan tindakan Amerika sebagai Setan Besar dan manifestasi arogansi di era saat ini. Imam memahami bahwa musuh utama Republik Islam Iran adalah pemerintah Amerika.
Oleh karena itu, Imam menyebutnya dengan kata "Setan Besar". Selama empat dekade terakhir, kita selalu menyaksikan tindakan permusuhan dan kejahatan Amerika Serikat terhadap sistem Islam, sehingga Washington, sebagai pimpinan blok Barat, telah menggunakan semua kapasitas dan kekuatannya untuk melawan sistem ini. Imam Khomeini, yang sepenuhnya sadar akan substansi arogan Amerika Serikat, telah memperingatkannya berkali-kali dan menekankan pada konfrontasi yang efektif dengan Amerika Serikat.
Peran kepemimpinan Imam sebagai pemimpin dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, yang bertanggung jawab untuk menentukan dan membimbing strategi perang, adalah faktor efektif yang paling penting dalam menjaga dan mempromosikan semangat epik bangsa Iran selama perang 8 tahun yang dipaksakan oleh rezim Baath, Irak terhadap Iran, atau Pertahanan Suci. Karakter irfan dan epik dari Imam Khomeini ra dan cara pandang, ajaran dan kehidupannya memiliki efek mendalam pada semangat bangsa Iran dan para pejuang serta perlawanan mereka terhadap musuh. Dengan kebijaksanaan Imam Khomeini ra dan berkat keteguhan dan perlawanan bangsa, Pertahanan Suci menjadi simbol kelanggengan, kehormatan, ketabahan, keberanian, pengorbanan dan kesyahidan rakyat Iran.
Bahkan sekarang, Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, memainkan peran yang menentukan dan membimbing dalam kelanjutan Revolusi Islam serta melestarikan pencapaiannya. Mengingat berlanjutnya arogansi global dan berbagai konspirasi yang dihadapi Iran-Islam selama kepemimpinan Ayatullah Khamenei, perannya dalam menghadapi konspirasi musuh di satu sisi, dan mendeskripsikan dan menentukan serta mengkomunikasikan kebijakan umum sistem Islam di berbagai bidang dianggap sebagai tindakan terpenting Pemimpin Besar Revolusi Islam di bidang melestarikan pencapaian Revolusi Islam dan sistem Islam Iran dalam 33 tahun terakhir.
Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebutkan capaian Revolusi Islam dari berbagai aspek, yang dapat dirinci sebagai berikut:
Independensi dalam mengambil keputusan, mempertahankan integritas teritorial negara dan membawa Iran ke martabat dan kemuliaan yang layak
Meningkatkan posisi Iran di dunia, mengekspor slogan-slogan revolusi dan menginspirasi para pencari hak dunia
Memperluas kebebasan publik, mendorong kaum muda untuk berpikir bebas dan berdiskusi secara bebas
Memperluas pemanfaatan fasilitas materi oleh publik (dibandingkan dengan sebelum revolusi dan negara-negara yang sebanding)
Kemajuan dalam spiritualitas dan kemungkinan mencapai kesempurnaan dalam atmosfer revolusi
Serius memerangi korupsi dan menindak para pelakunya
Kemampuan untuk melawan para arogan dan dominator global
Perbandingan kemajuan revolusi Islam dengan berbagai revolusi lain di dunia
Pertumbuhan sains dan industri, gerakan di perbatasan ilmu pengetahuan, kemajuan luar biasa dalam ilmu kedokteran dan farmasi serta teknologi nuklir
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besasr Revolusi Islam
Jelas, peran Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam meraih setiap pencapaian tersebut dan mempertahankannya tidak dapat disangkal. Selama masa-masa kritis dalam tiga dekade terakhir, ketika memikul bertanggung jawab atas kepemimpinan sistem Islam dan Pemimpin Rrevolusi Islam, beliau mampu membimbing sistem Islam melewati tikungan yang sulit dan situasi berbahaya dengan kebijaksanaan dan pandangan jauh ke depan. Ayatullah Khamenei dalam menanggapi pertanyaan tentang apa tugas kepemimpinan dan bagaimana mekanisme pemerintahannya, beliau mengatakan:
"Tugas terpenting seorang pemimpin dalam konstitusi adalah menetapkan kebijakan umum dan kedua, tugas seorang pemimpin adalah bila merasa ada satu gerakan yang sedang dilakukan, di mana gerakan ini telah menyimpang dari arah sistem, maka di sini adalah tugas pemimpin untuk terjun ke medan dan berdiri tegak dengan cara apa pun yang memungkinkan dan tidak membiarkannya, sekalipun kasusnya kecil."
Melakukan dua tugas ini di bidang tindakan, di satu sisi, mengarah pada panduan umum dan penentuan jalur di tingkat makro menuju realisasi tujuan sistem, dan di sisi lain, mengarah pada pemantauan masalah negara dan masuk secara cerdas ke bidang yang diperlukan sedemikian rupa sehingga mekanismenya tidak terdistorsi, dan negara tidak akan menemui jalan buntu.
Idul Ghadir, Hari Ujian Ketaatan Hamba
Pada Hari Raya Ghadir, Allah Swt menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan umat ini – setelah wafatnya Rasulullah Saw – kepada Imam Ali as. Rasul kemudian memperkenalkan Ali as sebagai pengganti dan khalifahnya kepada kaum Muslim.
Ketika keutamaan, nilai-nilai, dan kebenaran telah hilang, Rasulullah Saw diutus untuk memerangi kesyirikan, kebodohan, kezaliman, dan kerusakan di muka bumi. Beliau dengan penuh kasih sayang dan jiwa kemanusiaan telah menyebarkan Islam dan mengajarkan ajaran-ajaran luhur yang datang dari langit kepada para pengikutnya.
Nabi Muhammad Saw menyeru manusia pada kebahagiaan dan kesempurnaan serta membangun tali persaudaraan, kesetaraan, dan ketaatan kepada Allah Swt di tengah mereka. Manusia agung ini memberantas kebodohan dan menghembuskan cahaya kemanusiaan dan spiritualitas di hati anak Adam.
Rasul Saw mengajarkan seperangkat hukum dan sunnah yang akan menjadi penyelamat manusia dan menjadikan al-Quran sebagai teladan kehidupan mereka. Beliau memperkenalkan warisan agung ini sebagai penjamin kebahagiaan material dan spiritual manusia. Mereka akan selamat di dunia dan akhirat selama berpegang teguh pada ajaran agama.
Lalu, setelah wafatnya Nabi Saw, siapa sosok yang akan menahkodai bahtera keselamatan ini dan memegang obor untuk menerangi jalan umat ini? Rasulullah Saw sedang melewati tahun terakhir dari kehidupannya dan selalu berpikir tentang pemilihan sosok pengganti terbaik.
Allah Swt akhirnya menjawab kegelisahan Rasulullah dan pada peristiwa haji Wada' (haji perpisahan) yang dihadiri oleh sekitar 100.000 orang Muslim. Allah menurunkan ayat 67 surat al-Maidah kepada beliau yang berbunyi, "Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya."
Dalam perjalanan pulang dari haji Wada', Rasulullah Saw menghentikan rombongan jemaah haji di sebuah tempat antara Mekah dan Madinah yang disebut Ghadir Khum. Dengan menyaksikan mimik serius dan raut bercahaya Rasulullah, para sahabat sudah mengerti bahwa sebuah peristiwa penting akan segera terjadi di lembah ini.
Kala itu mentari Tanah Hijaz begitu terik. Rasulullah Saw memerintahkan kafilah yang sudah mendahului rombongannya untuk kembali dan juga menunggu kafilah yang tertinggal di belakang. Setelah menunaikan shalat Zuhur, Rasulullah naik ke atas mimbar dari pelana unta untuk menyampaikan khutbah yang kemudian dikenal dengan Khutbah al-Ghadir. Dalam khutbahnya, Rasulullah berkata, "… Allah Swt adalah waliku dan Aku adalah wali kaum Mukminin dan Aku lebih memiliki wilayah (otoritas) atas diri kalian sendiri. Oleh karena itu, siapa saja yang menjadikan aku sebagai pempimpinnya, maka Ali adalah pemimpin baginya."
Beliau mengulangi kalimat itu sebanyak 3 kali sehingga semua orang mendengarnya dan kemudian bersabda, "Ya Allah cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan menjadikannya sebagai pemimpinnya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya, tolonglah orang-orang yang menolongnya, tinggalkanlah orang yang meninggalkannya." Lalu Nabi berkata kepada para hadirin, "Wahai kalian yang hadir, sampaikan pesan ini kepada orang-orang yang gaib (tidak hadir)."
Mengenai keutamaan Imam Ali as dan anak-anaknya, Rasulullah Saw berkata kepada semua hadirin, "Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali as) adalah penolong agama Allah Swt dan pembela Rasulullah, paling bertakwa, suci, dan penunjuk orang-orang yang mendapat hidayah. Sesungguhnya nabi kalian adalah paling baiknya nabi, washi (pengganti) kalian adalah paling baiknya washi dan putra-putranya adalah paling baiknya washi."
"Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian seorang pemimpin dan imam yang wajib ditaati baik oleh kalian yang dari kaum Muhajirin maupun dari Anshar, juga oleh para pengikut jejak baik mereka, penduduk desa atau kota, masyarakat 'Ajam (non-Arab) atau Arab, yang merdeka atau budak, besar atau kecil, kulit putih atau hitam, dan juga oleh semua orang yang mengesakan Tuhan. Hukum dan ketetapannya (Ali as) berlaku untuk semua orang, ucapan dan kata-katanya wajib diamalkan. Terkutuklah siapa saja yang menentangnya, dan dipastikan bahwa siapa saja yang mengikuti dan membenarkannya akan mendapatkan limpahan rahmat Ilahi dan ampunan-Nya."
Setelah Rasul Saw menyampaikan khutbahnya, para hadirin secara bergilir menghampiri Ali as dan mengucapkan selamat kepadanya. Mereka berlomba-lomba untuk menyatakan baiat kepada sang khalifah. Sebelum kafilah haji melanjutkan perjalanan, Malaikat Jibril kembali turun untuk menyampaikan ayat 3 surat al-Maidah kepada Rasulullah Saw, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."
Dengan demikian, sebuah babak baru telah dimulai dalam sejarah Islam yang disebut dengan Wilayah (otoritas) dan Imamah. Ghadir Khum adalah penerus misi risalah Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslim tetap memiliki pemimpin untuk melanjutkan jalan mereka. Kaum Muslim mengenal karakter istimewa Ali as dan semua menganggapnya sebagai orang yang paling layak untuk memikul tanggung jawab berat ini setelah wafatnya Rasulullah Saw.
Ghadir adalah hasil dari keutamaan, keistimewaan, dan kesempurnaan Imam Ali as. Amirul Mukminin adalah manifestasi takwa, ketaatan mutlak pada agama, tulus dalam mengikuti kebenaran, memiliki ilmu dan kebijaksanaan, serta memiliki tekad baja.
Imam Ali as berjuang untuk menyelamatkan Islam pada saat-saat genting dan perang yang menentukan. Ia berkumpul bersama orang-orang miskin dan hidup seperti mereka. Imam Ali as hampir setiap malam memanggul karung goni berisi gandum di pundaknya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Ia selalu menjadi pelipur lara bagi anak-anak yatim dan dijuluki sebagai ayah para anak yatim.
George Jordac, pemikir Kristen berkebangsaan Lebanon menulis, “Sejarah membuktikan bahwa keutamaan Ali tidak kenal habisnya, penghulu para syuhada, penyeru keadilan dan tokoh yang abadi di Timur. Di antara putra Adam dan Hawa sepanjang sejarah, tidak ada yang meneriakkan kebenaran seperti Ali. Imam Ali adalah jantung Islam seperti aliran air yang keluar dari mata air. Sebelum memeluk agama Islam, kaum Muslim masa itu menyembah berhala. Namun Ali adalah orang yang pertama kali beriman kepada Muhammad dan menyembah Allah. Ali seperti gunung yang tegar berdiri menegakkan kebenaran."
Idul Ghadir sebagai salah satu hari besar dalam kalender Islam selalu menjadi perhatian para ulama. Dalam riwayat disebutkan, "Kaum mukmin akan memperoleh pengampunan dan rahmat Allah Swt pada hari raya Ghadir." Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Idul Ghadir adalah hari raya terbesar kaum Muslimin. Alangkah baiknya jika pada hari itu manusia senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah dan orang-orang melakukan puasa atas rasa syukur itu di mana puasa pada hari itu setara dengan 60 tahun ibadah."
Di antara amalan Hari Raya Ghadir adalah puasa, mandi, membaca doa ziarah Amirul Mukminin, mengucapkan tahniyah ketika bertemu dengan kaum mukminin lainnya dengan berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari orang-orang yang berpegang teguh kepada wilayah Amirul Mukminin dan para imam maksum."
Tidak diragukan lagi, Idul Ghadir tidak hanya dikhususkan untuk satu hari, tetapi ia sebuah gerakan yang membutuhkan pemahaman yang dalam dan memiliki filosofi. Peristiwa Ghadir Khum terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun kesepuluh Hijriyah sehingga pencapaian Nabi Muhammad Saw bisa terus dipertahankan.
Rasulullah Saw bersabda, "Hari Ghadir adalah hari terbaik umatku dan ia adalah hari ketika Allah Swt menyempurnakan agama-Nya dan melengkapi nikmat-Nya kepada umatku."
Perlu dicatat bahwa sejarah Ghadir Khum bukan hanya sebuah peristiwa sejarah semata, tapi mengandung pesan-pesan penting yaitu, pendidikan dan tugas memberi petunjuk kepada umat manusia harus diteruskan oleh orang-orang suci. Keberadaan para pemimpin shaleh di tengah masyarakat merupakan jaminan terbaik untuk memelihara keselamatan dan kemajuan mereka.
Ghadir Khum mengajarkan kita untuk memilih manusia-manusia suci dan layak sebagai pemimpin sehingga keadilan dapat ditegakkan di muka bumi. Mungkin karena masalah ini pula, Rasulullah Saw menyebut Ghadir Khum sebagai hari raya paling utama dalam Islam.