
کمالوندی
HAM di Kubangan Standar Ganda Barat (1)
Klaim pelanggaran hak asasi manusia yang dilemparkan Barat terhadap negara-negara independen termasuk Iran, telah berubah menjadi sebuah masalah berulang di seputar laporan-laporan tak berdasar, dan tanpa asas.
Dalam laporan-laporan tersebut, dan yang terbaru tidak lama dirilis, pengaruh tekanan politik sangat kentara di dalamnya.
Ketua Dewan HAM, Mahkamah Agung Iran, Ali Bagheri Kani membantah laporan baru pelapor HAM PBB terkait kondisi HAM di Iran dan mengatakan, laporan-laporan semacam ini biasanya bersandar pada klaim, tuduhan, dan informasi-informasi keliru yang diperoleh dari negara-negara penentang Republik Islam Iran, dan kelompok-kelompok teroris.
Poin yang perlu diperhatikan dalam penyusunan, dan penyampaian laporan-laporan semacam ini adalah substansi politiknya.
Masalah ini menyebabkan munculnya standar ganda, dan kontradiksi dalam pandangan terkait isu HAM, sehingga menciptakan ketidakpercayaan terhadap laporan-laporan HAM. Secara praktis mekanisme semacam ini membuat lembaga-lembaga HAM terhempas dari posisi nyatanya.
Aktivis, dan jurnalis Amerika Serikat yang bekerja untuk perdamaian, dan keadilan sosial, Robert Fantina terkait politisasi, dan standar ganda Barat tentang HAM menuturkan, ketika kita berbicara soal HAM, pertama kita harus melihat apa definisinya.
Deklarasi HAM dunia pada 10 Desember 1948 di disepakati di Majelis Umum PBB di Paris, Prancis, dan 48 negara dunia termasuk Amerika menandatanganinya. Dalam deklarasi itu prinsip-prinsip HAM dengan detail prasyarat harus diterapkan di level internasional mendapat dukungan, tapi Amerika bahkan melanggar deklarasi yang sudah disepakati oleh negara-negara Barat itu.
Sungguh disesalkan Amerika, dan beberapa negara lain seperti Prancis, Inggris dan Kanada yang mengklaim pembela HAM dunia, justru menerapkan kebijakan diskriminatif, dan tidak adil dalam hal ini. Padahal HAM adalah bagian dari hak yang dimiliki setiap manusia di dunia ini. Isu-isu seperti kebebasan, keseteraan, dan keadilan termasuk indikator HAM.
Oleh karena itu, HAM tidak bisa dipaksakan kepada masyarakat internasional secara sepihak, dan berdasarkan pandangan pribadi seseorang, tapi setiap kebudayaan, dan keyakinan berdasarkan ajaran, struktur budaya, dan sosial, agama, dan mazhab, mendefinisikan HAM sendiri.
Saat ini, sumber HAM dunia adalah deklarasi universal HAM yang ditandatangani pada 10 Desember 1948 di Majelis Umum PBB. Pada Pasal 1 Deklarasi Universal HAM disinggung tiga prinsip umum yang merupakan fondasi HAM yaitu kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan. Akan tetapi prinsip-prinsip ini bahkan dilanggar sendiri oleh negara-negara penyusun deklarasi HAM dunia. Alasannya karena mereka memanfaatkan HAM sebagai alat politik.
Jelas bahwa pandangan terhadap HAM harus terlepas dari segala bentuk kepentingan politik, dan menjelaskan nilai-nilai kemanusiaan yang melampaui ras, agama dan suku bangsa. Deklarasi Universal HAM secara praktik telah menjadi alat untuk memaksakan pandangan sepihak Barat kepada bangsa-bangsa dunia lain, dan dengan cara inilah Barat berusaha mendominasi budaya, dan norma-norma bangsa lain.
Semangat semacam ini berarti bahwa standar HAM Barat berat sebelah, meski terdapat perbedaan pada nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kepercayaan agama serta moral pada setiap bangsa yang meyakini aturan Ilahi.
Memaksakan satu definisi secara sepihak tentang konsep HAM oleh Barat kepada masyarakat lain, berarti menutup mata atas perbedaan-perbedaan pandangan materialistis, dan spiritualitas terhadap HAM.
Sebagai contoh dapat disebutkan beberapa hak terkait kehidupan umat manusia seperti pelarangan penjajahan, dan hak melawan penjajahan atau hak melawan serangan terhadap kehidupan manusia, dan hak hidup di lingkungan yang bersih dan terhindar dari kerusakan moral, serta terjamin keamanan agamanya, semua tidak tercantum dalam deklarasi universal HAM, tapi dicatat dan dijelaskan dalam deklarasi HAM Islam sebagai masalah penting.
Deklarasi Kairo tentang HAM dalam Islam menjelaskan, berdasarkan syariat Islam, HAM bersumber dari martabat, dan nilai substansial manusia, dan umat Islam yang dijadikan umat terbaik oleh Tuhan memikul tugas dunia, dan meski umat manusia mencapai tahap-tahap kemajuan ilmu materi, namun tetap sangat membutuhkan iman, dan spiritualitas untuk mendukung hak dan peradabannya.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa masalah HAM bertolak belakang dengan standar ganda Barat, dan politisisasi HAM, telah menjauhkan lembaga-lembaga HAM dari dukungan nyata terhadap HAM. Dewan HAM PBB yang bertugas mengawasai pelaksanaan isi Piagam HAM di negara-negara anggota PBB, berhadapan dengan masalah serius ini.
Pandangan pilih kasih, dan penerapan standar ganda dalam laporan-laporan HAM terhadap negara-negara independen di samping imunitas rezim-rezim pembunuh anak di kawasan karena punya kepentingan yang sama dengan Amerika, dan negara-negara Barat, merupakan produk standar ganda yang menurunkan kedudukan lembaga internasional HAM.
Eshaq Al-e Habib, duta besar, dan deputi wakil Iran di PBB mengatakan, musuh HAM dan demokrasi terbesar adalah orang-orang yang menjadikan HAM sebagai alat kebijakan luar negeri terhadap bangsa-bangsa, dan negara konstitusional yang melawan kepentingan imperialis mereka, dan bagi kekuatan-kekuatan dunia ini, terdapat sebuah standar ganda asasi terkait masalah-masalah HAM. (
Thabathabai, Ulama-Pemikir Kontemporer Iran
Allamah Thabathabai adalah seorang ulama terkemuka yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Selain dikenal sebagai mufasir dengan karya besarnya tafsir al-Mizan, Allamah Thabathabai adalah seorang filsuf, teolog, faqih dan arif besar yang berpengaruh di dunia dengan karya-karyanya.
Allamah Thabathabai mengajar di hauzah ilmiah Qom. Kehadirannya di Qom memberikan pencerahan di kota ilmu itu. Selain melahirkan karya dalam bentuk buku di berbagai bidang, Allamah Thabathbai juga mendidik murid yang kemudian menjadi para ulama terkemuka seperti: Shahid Muthahari, Syahid Behesti, Ayatullah Javadi Amoli, dan Ayatullah Misbah Yazdi. Pertemuan ulama terkemuka Syiah ini dengan filsuf dan islamolog Prancis, Henry Corbin menghasilkan karya yang mengenalkan Islam Syiah kepada masyarakat dunia, terutama Eropa.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di kota kelahirannya, Tabriz, Allamah Thabathabai melanjutkan pendidikan di hauzah ilmiah Najaf, dan di kota Irak itu beliau menempuh pendidikan selama 10 tahun dengan berguru kepada para ulama terkemuka di zaman itu, di antaranya: Ayatullah Mirza Hossein Naini, Agha Sayid Khonsari dan Ayatullah Qadhi. Beliau kembali ke Tabriz dan bekerja menjadi petani untuk membantu ayahnya, lalu pindah ke kota Qom untuk mengajar di hauzah ilmiah.
Kemuliaan akhlaknya merupakan salah satu karakteristik Allamah. Setiap hari semakin banyak yang tertarik dengan ceramah dan pelajaran yang disampaikan beliau. Dalam pelajaran hikmah, ratusan pelajar hadir dan tidak sedikit dari mereka yang menjadi ulama terkemuka dan ilmuwan kawakan seperti prof. Gholam Hossein Ebrahim Dinani, yang mengajar filsafat di universitas Tehran. Selain mengajar filsafat, tafsir al-Quran dan pelajaran Hauzah lainnya, Allamah Thabathabai sangat memperhatikan pelajaran akhlak, terutama penyucian diri atau tazkiyatunafs kepada murid-muridnya.
Profesor Ebrahim Dinani menjelaskan tentang gurunya, “Manusia besar ini senantiasa dalam keadaan merenung.Siang dan malam, dalam perjalanan maupun sedang tinggal, ketika berjalan dan duduk, dalam tidur maupun bangun; beliau selalu merenung. Apa yang dipikirkannya bukan tentang urusan sehari-hari. Saya sebagai murid yang cukup dekat dengannya melihat sendiri bagaimana perilaku beliau di antara muridnya, maupun pertemuan dengan Henry Corbin, serta para dosen di universitas. Ketika mengajukan pertanyaan, saya merasakan beliau telah memilikirkannya dan bukan persoalan baru baginya. Segala pertanyaan maupun pandangan yang berbeda dengan beliau disampaikan tanpa rasa khawatir. Beliau bersedia untuk menjawab setiap persoalan dengan meninjaunya dari awal.”
Tafsir al-Mizan merupakan karya terpenting Allamah Thabathabai. Para ahli menilai tafsir al-Quran ini sebagai karya monumental dan memiliki kedudukan tinggi dengan karakteristik khusus yang membedakannya dengan karya tafsir lainnya. Kitab tafsir al-Quran terdiri dari 20 jilid berbahasa Arab yang ditulis selama 20 tahun. Hingga kini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia seperti Farsi, Inggris, Urdu, Turki dan bahasa lainnya.
Salah satu karakteristik tafsir al-Mizan adalah terobosannya di bidang metode tafsir yang terbilang baru, yaitu ayat ditafsirkan dengan ayat. Allamah Thabathabai berkeyakinan bahwa al-Quran dipahami dengan keterkaitan ayat lain. Meskipun motode ini bukan pertama kali ditemukan oleh Allamah Thabathabai, tapi sebelumnya tidak banyak dipergunakan oleh para ulama tafsir. Para mufasir sebelumnya hanya menggunakan sebagian metode ini secara partikular, sedangkan tafsir al-Mizan secara keseluruhan menggunakan metode tafsir ayat dengan ayat lain.
Karakteristik lain dari tafsir al-Mizan adalah pemahaman dan berbagai makna yang ada dalam sebuah ayat dengan bantuan ayat lain. Kebanyakan buku tafsir al-Quran menjelaskan dua atau tiga makna dari sebuah ayat tanpa memilih salah satunya.Tapi Allamah dalam tafsir al-Mizan menjelaskan beragam makna tersebut dan memilih salah satunya dengan bersandar kepada penjelasan dari ayat lain. Selain itu, tafsir al-Mizan juga mengungkapkan istilah agama dan al-Quran dengan bantuan ayat. Misalnya makna istilah istijabah doa, taubah, rizq, barakah, jihad, safaat dan lainnya, dengan penjelasan ayat-ayat al-Quran.
Tafsir tematis menjadi karakteristik lain dari tafsir al-Mizan. Kebanyakan buku tafsir membahas al-Quran sesuai urutan ayat, tanpa memfokuskan terhadap tema utama di dalamnya.Tafsir al-Mizan mengumpulkan seluruh ayat yang berkaitan dengan sebuah masalah, misalnya ahbat atau hilangnya pengaruh sebuah amal baik oleh dosa, atau sebaliknya. Kemudian dicari pandangan al-Quran terhadap masalah tersebut. Metode ini merupakan pendekatan menarik yang disajikan dalam tafsir al-Mizan. Hingga kini pendekatan tersebut masih menjadi sorotan para peneliti.
Tafsir al-Mizan memberikan perhatian besar terhadap berbagai permasalahan dan pertanyaan yang menjadi bahan diskusi di kalangan akademis.Terkadang, pertanyaan tersebut muncul dalam bentuk pertanyaan mengenai akidah atau bentuk lainnya.
Allamah cukup menguasai peta pemikiran dunia Islam dan Arab yang berkembang ketika itu. Beliau berupaya menjawab berbagai permasalahan tersebut dalam bentuk tafsir al-Quran. Selain menjadi perhatian para peneliti al-Quran, tafsir al-Mizan juga menjadi sorotan para pengkaji gagasan serta problematika pemikiran yang dihadapi dunia Islam dan Arab. Terkait karakteristik tafsir al-Mizan, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan, “Karya ini disusun berdasarkan metode tafsir al-Quran yang tinggi, dan sejatinya menjadi jaminan sebuah rangkaian kebenaran yang selama ini tersembunyi bagi kita, “.
Allamah Thabathabai wafat pada Tanggal 24 Aban 1360 Hs yang bertepatan dengan 14 November 1981. Tapi karyanya hingga kini tetap lestari dan menjadi obor penerang bagi umat manusia.
Kisah Edoardo Agnelli, Fakta yang Disembunyikan Barat
Pertumbuhan Islam di Eropa menjadi topik yang menarik perhatian para analis Barat saat ini, sekaligus membuat mereka tercengang.
"Islam adalah agama yang paling hidup dan dinamis di antara agama-agama dunia," Laju pertumbuhan umat beragama tidak secepat laju pertumbuhan Islam." tulis Der Spiegel dalam sebuah analisis tentang kondiso Islam di Eropa.
Saat ini, para pengamat Barat dengan bingung mengamati kemajuan Islam. Di Spanyol, misalnya, 500 tahun setelah jatuhnya Andalusia, para pemuda Spanyol memeluk Islam. Islam telah menarik banyak orang, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, yang tersesat dalam labirin kebingungan dunia modern, dan mencari cahaya petunjuk yang dapat menyelamatkannya dari keputusasaan, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Meskipun peningkatan jumlah Muslim di Barat terutama disebabkan oleh migrasi Muslim ke negara-negara Eropa, tapi pada saat yang sama terjadi fenomena meningkatnya orang-orang Eropa yang sebagian besar berpendidikan dan berpengaruh di masyarakat memeluk Islam, termasuk Edoardo Agnelli yang berita keislamannya pernah menggemparkan dunia.
Edoardo Agnelli lahir tanggal 9 Juni 1954 di New York. Setelah merampungkan pendidikannya di perguruan tinggi Antlantik, dia pergi ke universitas Princeton untuk melanjutkan studinya dalam bidang kesusastraan modern dan filsafat Timur.
Setelah merampungkan pendidikan universitas, dia melakukan lawatan ke negara-negara India untuk menelaah irfan dan mazhab-mazhab timur dan melanjutkan ke Iran dan akhirnya memeluk Syiah selama kunjungannya ke Iran.
Giovanni Agnelli, ayah Edoardo termasuk salah seorang terkaya dan berpengaruh di Italia serta memiliki perusahaan Fiat, Ferrari, Lamborghini, Lancia, Alfa Romeo dan Iveco, dan beberapa perusahaan yang memproduksi bagian-bagian industry, beberapa bank swasta, perusahaan fashion, desain dan pakaian, surat kabar terpenting LASTAMPA dan Corriere Della Sera, klub otomotif Ferrari dan klub sepak bola Juventus.
Selain itu juga ada beberapa perusahaan konstruksi bangunan, pembangunan jalan, peralatan medis dan perusahaan produksi helikopter di mana keluarganya termasuk pemegang saham utama. Jumlah kekayaan dan pengaruh keluarga Agnelli sampai pada batas media-media Italia menyebut mereka sebagai keluarga raja-raja Italia.
Edoardo adalah mahasiswa filsafat agama di universitas Princeton New York. Dia juga kelahiran New York. Dia membaca kitab Injil dan Taurat, namun semua belum memuaskan keingintahuannya. Di umur ke 20 tahun, kebetulan dia melihat Al-Quran dan membaca beberapa ayat darinya dan merasakan ini bukanlah ucapan manusia.
Edoardo mengatakan tentang perjalanannya menjadi mualaf, "Suatu hari saat berjalan-jalan di perpustakaan di New York, saya sedang melihat buku-buku dan mata saya pun melihat Al-Quran. Saya sangat ingin tahu apa yan saja telah disebutkan dalam Al-Quran. Lantas saya mengambilnya dan mulai membacanya, saya buka lembaran-lembarannya dan membaca ayat-ayatnya dengan terjemahan bahasa Inggris, saya merasakan kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang bercahaya dan bukanlah ucapan manusia. Saya sangat terpengaruh, lantas saya meminjamnya dan saya menelaahnya dan seolah-olah saya memahami dan menerimanya,".
Setelah itu, Edoardo mengunjungi sebuah pusat Islam di New York dan mengutarakan kehendaknya menjadi mualaf. Mereka lantas memilihkan nama Hisham Aziz untuknya. Muhammad Ishaq Abdollahi, salah seorang teman muslim Edoardo Agnelli mengatakan, Edoardo sering kali begadang malam hari untuk menelaan Al-Quran sampai pagi.
Meskipun Edoardo - dikarenakan kesuksesan finansial dan politik keluarganya - seringkali bertemu dengan para pemimpin politik dan mazhab dunia, namun pertemuannya dengan Imam Khomeini (ra) telah membuatnya tertarik dengan kesederhanaan, keagungan dan spiritual beliau. Komunikasi ini benar-benar merubah rute kehidupan Edoardo.
Igor Man, reporter harian Lastampa Italia mengatakan, saat Edoardo berbicara tentang pertemuannya dengan Imam Khomeni dan pengaruhnya, saya merasakan bahwa Imam telah menyihirnya. Demikian juga, Edoardo sebelum meninggal hendak berkunjung ke Iran, namun kedua orang tuanya merintangi perjalannannya dan menyembunyikan pasportnya.
Husein Abdullahi, salah seorang teman karib Edoardo dari Iran menyebut tekanan-tekanan yang terjadi pada temannya ini dari pihak keluarganya adalah hal yang tidak dapat dipercaya. Ia mengatakan, Edoardo berada di bawah tekanan ekonomi. Keluarga Agnelli telah mengembargonya secara mutlak, sampai-sampai dia tidak memiliki uang meski hanya sekedar untuk naik taksi.
Husein mengatakan, suatu hari kami pergi bersama Edoardo ke perwakilan maskapai Iran Air di Italia untuk membeli tiket perjalanan ke Iran. Staf Italia perusahaan Iran Air mengatakan, saya tidak dapat membelikan tiket untuk Edoardo. Setelah debat akhirnya jelas bahwa sekretaris ayah Edoarto telah menghubungi staf tersebut dan memerintahkan supaya tidak memberikan tiket untuk Edoardo.
Dr Ghadiri Abyaneh menuturkan bahwa keluarga Agnelli sangatlah sulit untuk mengakui anaknya telah memeluk Islam, sementara negara Italia adalah pusat Kristen Katolik. Dengan demikian, Edoardo ditekan supaya meninggalkan Islam. Mereka mengembargo dan mengancam untuk tidak memberikan warisan, namun dia tetap tidak mau melepaskan Islam, dan ini dengan sendirinya telah menolak kemungkinan bunuh dirinya, karena dia telah merelakan milyaran dollar kekayaannya hanya demi menjaga agamanya, bagaimana mungkin dengan keyakinan kokoh terhadap Islam semacam ini akan melakukan bunuh diri, yang telah diharamkan dalam Islam?
Kematian Edoardo menimbulkan banyak pertanyaan. Ia diklaim mati bunuh diri, tapi jenazahnya tidak diotopsi untuk membuktikan kematiannya bunuh diri. Bahkan sebelum polisi mengumumkan secara resmi penyebab kematiannya, sebagian surat kabar telah memberitakan kabar bunuh diri anak pemilik perusahaan Fiat untuk mengagitasi opini publik supaya meyakini informasi tersebut.
Keluarga Agnelli termasuk salah satu keluarga besar Italia dan komentar sekecil apapun akan direspon dengan cepat, sampai-sampai Perdana Menteri Italia berbelasungkawa atas kematian Edoardo dan sebelum pertandingan Italia dan Inggris, stadion mengheningkan cipta satu menit guna menghormatinya.
Tak lama setelah insiden itu, ketika tim dokumenter Iran sedang menyelidiki masalah tersebut di Italia, polisi Italia menangkap mereka untuk mencegah kebenaran terungkap dan mendeportasi mereka setelah beberapa hari ditahan dengan tuduhan sebagai teroris. Hingga kini kematiannya menimbulkan pertanyaan besar yang terus ditutupi oleh Barat dengan media dan corong informasinya.
Faktanya, agama Islam mengungkapkan pandangan yang komprehensif di semua bidang dari urusan pribadi hingga sosial dan politik. Banyak orang yang bertahun-tahun mengkaji agama Islam, termasuk Edoardo Agnelli menyadari fakta ini dan memutuskan memeluk agama Islam.
Edoardo Agnelli di salah satu pidato mengatakan, "Ketika kita hidup di saat nilai-nilai terpuruk. Satu-satunya tujuan hanya mengumpulkan uang. Uang jauh lebih buruk daripada narkoba. Kita semua mengkhawatirkan penyebaran narkoba di kalangan anak muda, tetapi kita tidak menyadari bahwa kami bergerak menuju dunia yang mengukur manusia berdasarkan jumlah rekeningnya di bank. Tapi semua ini akan segera berakhir, dan saya percaya bahwa di masa depan, setelah kebangkitan dalam semalam, kita akan memasuki zaman yang tidak lagi didasarkan pada rasionalisme dan empirisme Descartes. Kita tidak boleh lupa bahwa eksploitasi manusia terhadap alam adalah awal dari eksploitasi manusia terhadap manusia lain. Tentu saja tidaklah tepat bagi industri otomotif melakukan demikian yang tugasnya menghidupi jutaan keluarga. Saya percaya bahwa uang harus menjadi alat, bukan tujuan."
Relokasi Milisi Takfiri ke kawasan dan Kekhawatirannya
Isu pemindahan ribuan milisi bersenjata dan teroris Takfiri dari Suriah ke wilayah pendudukan Republik Azerbaijan, telah meningkatkan kekhawatiran berbagai pemerintahah independen di kawasan.
Kekhawatiran ini meningkat setelah berbagai sumber terpercaya di kawasan membenarkan statemen terbaru petinggi Rusia. Sejatinya, harus dikatakan, menyusul penekanan petinggi Rusia soal informasi detail terkait pemindahan 2000 milisi bersenjata dan teroris Takfiri dari Suriah ke kawasan Kaukasus selatan, berbagai sumber terpercaya di Iran juga membenarkan penempatan milisi bersenjata teroris Taktifi di kawasan Nagorno-Karabakh.
Sekaitan dengan kasus ini, sebuah sumber terpercaya saat diwawancarai Iranpress mengatakan:
“Sejumlah negara kawasan dan lintas kawasan, memindahkan milisi teroris Takfiri dari Suriah ke Nagorno-Karabakh.”
Sumber ini lebih lanjut mengatakan, “Sekelompok negara ini juga berencana memindahkan keluarga milisi tersebut ke wilayah ini.”
Sementara pejabat Azerbaijan, termasuk Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, menyangkal keberadaan satu kekuatan militer asing dalam konflik Nagorno-Karabakh, pejabat pemerintah Rusia terus melaporkan pemindahan teroris Takfiri ke wilayah sengketa Azerbaijan dan Armenia.
Pada saat yang sama, para pejabat Moskow mengungkapkan kekhawatiran ganda di kasus ini. Misalnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov saat diwawancarai Koran Kommersant cetakan Moskow menyatakan, “Jumlah teroris dan militan asing yang dipindahkan dari Asia Barat ke Nagorno-Karabakh lebih dari dua ribu orang.”
Sekaitan dengan ini Jubir Kemenlu Rusia, Maria Zakharova kepada wartawan di Moskow memperingatkan, “Relokasi teroris dari Asia Barat ke Nagorno-Karabakh dapat berujung pada pendudukan wilayah di selatan Kaukasus oleh para teroris.”
Kekhawatiran para pejabat Moskow diekspresikan ketika Rusia menjadi sasaran pemerintah Barat. Faktanya, Amerika Serikat dan beberapa pemerintah Eropa sejauh ini telah menyusun sejumlah rencana melawan Rusia, dengan protes terhadap pemerintah Putin hanyalah salah satunya.
Pemindahan teroris Takfiri ke Asia Tengah dan Kaukasus adalah rencana AS lainnya untuk melemahkan Rusia. Kekhawatiran pejabat Rusia dalam hal ini cukup signifikan. Khususnya, Amerika Serikat sebelum ini telah melakukan upaya signifikan untuk mentransfer ribuan pasukan teroris Takfiri dari Afghanistan ke republik Asia Tengah dan Kaukasus.
Lusinan laporan resmi dan tidak resmi dari pejabat Rusia dan negara anggota CIS dapat dianggap sebagai alasan keakuratan laporan ini. Misalnya, aparat keamanan di Tajikistan dan Uzbekistan berulang kali membongkar upaya sejumlah gerakan teroris, terutama kelompok teroris ISIS, untuk pindah ke Asia Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Delapan ribu teroris Takfiri di perbatasan Afghanistan-Tajik sedang menunggu kesempatan untuk memasuki wilayah Asia Tengah, menurut pejabat Tajikistan.
Sebelumnya AS dengan bantuan para diplomatnya di kawasan serta pasukannya di Afghanistan, mampu merelokasi delapan ribu anasir teroris aktif di Suriah ke Afghanistan. Sejatinya tujuan AS adalah memindahkan teroris ke Asia Tengah, tapi menghadapi protes serius negara-negara Rusia dan Asia Tengah. Dengan demikian rencana Amerika anti Rusia ini gagal.
Tujuan operasi kelompok teroris khususnya kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) di dunia membuktikan hal ini bahwa para pemimpin kelompok teroris ini secara penuh berada di bawah kekuasaan dan perintah kebijakan AS dan rezim Zionis serta aktivitas mereka mengikuti kepentingan tuannya. Oleh karena itu, seluruh negara yang menentang kebijakan hegemoni Amerika di dunia, menghadapi ancaman dari kelompok teroris ini.
Sekaitan dengan ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin saat bertemu dengan pemimpin negara anggota Organisasi Shanghai di Astana, Kazakhstan menguak aksi-aksi kelompok teroris Daesh di Asia Tengah dan selatan Rusia.
Dengan bersandar pada laporan yang ada, Putin mengatakan, “Daesh tengah menyusun rencana baru untuk mengobarkan instabilitas di kawasan sekitar Rusia.”
Laporan ini selama beberapa tahun lalu menguak upaya Barat khususnya AS untuk merusak Rusia dan negara sekutunya. Di kondisi saat ini dan menyusul kegagalan Amerika memindahkan teroris ke Asia Tengah, sepertinya negara ini sekutunya menilai konfrontasi Republik Azerbaijan dan Armenia terkait kepemilikan di Nagorno-Karabakh sebagai peluang tepat untuk merealisasikan ambisi mereka.
Realitanya adalah kawasan Kaukasus seperti sebuah barel bubuk mesiu dan bergabungnya teroris Daesh ke kelompok teroris yang ada di kawasan menunjukkan ancaman serius fenomena buruk ini serta terjadinya sejumlah peristiwa pahit di Rusia, Kaukasus utara dan selatan selama beberapa tahun terakhir merupakan ancaman bagi kawasan ini khususnya kawasan kaukasus selatan.
Pada Mei 2015, kelompok teroris Daesh mendirikan cabang di wilayah Kaukasus Utara. Abu Muhammad al-Adnani, petugas pers kelompok teroris ISIS, memberi selamat kepada para pendukung kelompok tersebut di wilayah Kaukasus, dengan mengatakan: “Al-Kadari ditunjuk sebagai pemimpin di kawasan Kaukasus.”
Sekaitan dengan ini, Salahuddin Akbar, matan deputi Keamanan Nasional Republik Azerbaijan di tahun 1992 dan 1993 serta pakar senior dan aktivitas militer dan keamanan negara ini dalam sebuah wawancara dengan laman koran nasional mengatakan, “Terorisme internasional sedang meningkat. Pada 2014, ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, terorisme internasional diperkirakan akan menyebar ke Kaukasus dan Asia Tengah. Jaringan teroris sekarang terlihat secara terbuka di Kaukasus dan Asia Tengah. Ini merupakan ancaman yang serius dan kemungkinan melakukan ancaman tersebut sangat tinggi, sedangkan kelompok teroris ISIS telah berulang kali mengancam Republik Azerbaijan.”
Statemen pakar keamanan dan politik Azerbaijan ini dirilis ketika Artur Medet Beckov, salah satu pejabat di kementerian keamanan nasional Kyrgyzstan di bulan November 2015 menyatakan, “Kelompok teroris Daesh telah mengalokasikan 70 juta dolar untuk melakukan operasi teroris di negara-negara Asia Tengah. Jumlah ini akan digunakan untuk menjebak warga negara Asia Tengah dan memaksa mereka melakukan operasi teroris.”
Koran Azadliq, cetakan Baku saat itu mengutip petinggi keamanan ini menulis, “Daesh saat ini memiliki pendukung aktiv di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah.”
Faktanya, kelompok teroris Daesh, yang dibuat oleh Amerika Serikat dan beberapa sekutu Arabnya di Teluk Persia dan memiliki pendukung serius seperti Turki, bertindak untuk melakukan operasi teroris terhadap negara mana pun dengan biaya tertentu. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok teroris-takfiri Daesh, dengan memuaskan para pemuda miskin di daerah, berpotensi menimbulkan rasa tidak aman terhadap negara dan daerah manapun.
Mengingat kondisi ini, negara-negara independen seperti Iran dan Rusia berhak memprotes munculnya kondisi yang tidak diharapkan di kawasan dan memaksa negara lain memberi jawaban.
Kasus-kasus Pelanggaran HAM Serius di Kanada
Kanada sebagai sebuah negara multietnis dengan berbagai identitas sosial berbeda, menjadi perhatian Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Negara ini sampai sekarang masih bergelut dengan permasalahan-permasalahan yang di mata Dewan HAM PBB dianggap membutuhkan upaya lebih besar untuk mengatasinya.
Sebagai contoh, pemerintah Kanada bisa menjadi kabinet paling beragam dari sisi etnis. Namun di negara ini terdapat diskriminasi terkait warga negara dari sisi etnis, ras, bangsa, dan jenis kelamin.
Sejumlah laporan seputar masalah HAM, dan yang lainnya menunjukkan bahwa pemerintah Kanada di bidang HAM melakukan kelalaian secara serius.
Di bidang HAM internasional, Kanada tidak menandatangani sejumlah perjanjian, dan tidak mengesahkan isi beberapa konvensi internasional, di antaranya,
1. Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota-Anggota Keluarga Mereka
2. Organisasi Buruh Internasional, ILO
3. Konvensi Masyarakat Adat dan Suku tahun 1989
4. Konvensi tentang Pekerjaan yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011
5. Protokol Opsional Konvensi Menentang Penyiksaan
6. Konvensi tentang Status Orang Tanpa Kewarganegaraan
demonstrasi dukung imigran di Kanada
Secara umum masalah-masalah terkait HAM di Kanada bersumber dari dua masalah asasi, pertama, pelaksanaan komitmen HAM internasional, dan kedua, perhatian pada komitmen HAM intrnasional. Akan tetapi permasalahan-permasalahan terkait, dapat dibagi ke beberapa kategori sebagai berikut,
1. Masalah-masalah yang Sama di Seluruh Kasus HAM
a. Kesetaraan dan tidak adanya Diskiminasi
Dalam hal ini Dewan HAM PBB sudah memberikan sejumlah usulan kepada Kanada yang menunjukkan adanya permasalahan dalam sistem HAM di negara ini.
Dewan HAM PBB mengusulkan agar polisi, petugas keamanan, dan penjaga perbatasan Kanada tidak menulis laporan soal ras seseorang. Satu lagi masalah HAM di Kanada yang tampaknya gagal ditangani, yaitu kejahatan berbasis kebencian atau kejahatan kebencian (hate crime).
Antara tahun 2016-2018 motif-motif ras atau etnis juga agama, menjadi faktor terbesar yang melatari kejahatan kebencian. Kejahatan kebencian di Kanada merupakan salah satu permasalahan HAM yang serius, sehingga Dewan HAM PBB mendesak negara ini untuk menerapkan mekanisme yang diperlukan untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran kejahatan jenis ini.
b. Pembangunan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan dan HAM
Dewan HAM PBB dalam salah satu laporannya meminta Kanada untuk menerapkan sejumlah mekanisme yang di dalamnya menekankan tingkat dukungan terhadap pembangunan yang dikehendaki PBB.
Dewan HAM PBB juga meminta Kanada untuk memperkuat aturan dan undang-undang terkait perlindungan terhadap lingkungan hidup. Undang-undang dan aturan ini harus berisi analisa dampak lingkungan dari industri eksplorasi di negara ini berdasarkan perjanjian internasional.
c. HAM dan Perang Melawan Terorisme
Masalah-masalah terkait bidang ini sangat banyak, dan rumit. Salah satu masalah yang ada adalah kerja sama intelijen Kanada, dan Amerika Serikat yang di dalamnya mengharuskan pemerintah Kanada memberikan informasi-informasi terkait warganya tanpa pengawasan perlindungan apapun atas penggunaan informasi ini, kepada Amerika.
Sehubungan dengan hal ini, Dewan HAM PBB dalam salah satu laporannya, meminta Kanada untuk menerapkan aturan yang menjaga agar pertukaran informasi tidak sampai berujung dengan pelanggaran HAM. Begitu juga langkah Kanada di bidang perang melawan terorisme di banyak kasus mengakibatkan pelanggaran akut terhadap HAM di negara itu, dan negara lain. Di beberapa kasus, langkah Kanada baik secara langsung maupun tidak langsung, menyebabkan pemenjaraan, dan penyiksaan orang-orang di negara lain seperti Mesir, dan Suriah. Di sejumlah kasus lain, pemerintah Kanada sama sekali tidak mengizinkan warganya kembali ke negara itu jika diduga bekerjasama dengan kelompok teroris Daesh.
2. Hak Sosial, dan Politik
a. Hak Hidup, Kebebasan dan Keamanan Pribadi
Dalam beberapa dekade terakhir, polisi Kanada di banyak kasus dituduh melakukan aksi kekerasan terhadap warga sipil, terutama warga dari kelompok minoritas. Polisi Kanada diprotes keras oleh kelompok-kelompok pembela HAM karena penggunaan aksi kekerasan melebihi batas terhadap warga negara itu. Kasus-kasus ini bahkan sudah dilimpahkan kepada Mahkamah Agung Kanada, dan keluar putusan yang menentang cara-cara kekerasan semacam ini, namun nampaknya langkah-langkah nyata di penyelesaian masalah ini belum dilakukan.
Penjara-penjara Kanada, dan permasalahan seputarnya termasuk masalah HAM penting di negara itu, bahkan Dewan HAM PBB cukup sensitif terhadap masalah ini. Laporan-laporan menunjukkan di Kanada dari setiap 100.000 orang, 114 orang di antaranya di penjara, jumlah tahanan ini termasuk yang tertinggi di negara-negara maju. Masalah lain yang dalam beberapa tahun terakhir sangat ramai diperbincangkan adalah penahanan orang-orang dengan keterbelakangan mental di sel-sel isolasi, dan mereka tidak mendapat perawatan khusus di penjara-penjara itu. Penangkapan imigran gelap, dan penahanan mereka di penjara mungkin merupakan masalah HAM asli, dan hak sosial di Kanada.
Antara tahun 2006 hingga 2014, lebih dari 87.000 imigran di Kanada dijebloskan ke penjara tanpa tuduhan apapun.
b. Penegakkan Keadilan, Masalah Impunitas dan Supremasi Hukum
Kanada adalah negara yang tidak menjadi anggota Protokol Opsional Konvensi Menentang Penyiksaan, dan karenanya telah menciptakan kekhawatiran bagi masyarakat internasional. Pada kenyataannya, mekanisme-mekanisme pengawasan atas tahanan, dan penjara di Kanada tidak sejalan dengan protokol ini. Maka dari itu, Dewan HAM PBB meminta Kanada untuk mengatasi masalah ini. Satu lagi masalah penting lain dalam hal ini adalah tidak adanya akses tahanan penderita penyakit fisik, dan mental, terhadap pengobatan.
c. Kebebasan Asasi
Dalam sejumlah demonstrasi yang digelar di Kanada, polisi negara ini melakukan aksi kekerasan di luar batas, dan biasanya sejumlah banyak demonstran ditangkap. Merupakan hal lumrah di Kanada, kelompok-kelompok minoritas seperti warga kulit hitam menjadi kelompok yang paling sering mendapat perlakuan kekerasan dari polisi. Dewan HAM PBB meminta pemerintah Kanada untuk memberikan pendidikan yang diperlukan kepada polisi, dan aparat keamanan agar mereka belajar bagaimana mengendalikan demonstrasi sesuai standar internasional di bidang kebebasan berpendapat.
d. Pelarangan Segala Jenis Perbudakan
Kementerian Keamanan Publik Kanada menyebut salah satu masalah negara ini adalah penyelundupan manusia. Jenis penyelundupan yang merupakan perbudakan modern ini tidak hanya dari negara-negara asing ke Kanada, tapi terkadang sejumlah orang diselundupkan dari satu negara bagian ke negara bagian lain untuk menjadi pekerja seks komersial, atau dari satu kota ke kota lain. Penyelundupan manusia di Kanada, 90 persen terjadi di dalam negeri, dan sekitar 10 persen orang-orang yang diselundupkan dari luar ke Kanada. Berdasarkan data resmi, sekitar 97 persen korban penyelundupan manusia di Kanada adalah perempuan, dan remaja putri. Sejumlah laporan juga menunjukkan bahwa masalah pelecehan seksual terhadap anak-anak, dan perempuan pribumi Kanada, adalah masalah yang sangat rumit.
demo dukung warga pribumi Kanada
3. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Hak Kerja, Perlakuan Adil dan Layak di Tempat Kerja
Tingkat upah minimum di Kanada merupakan masalah sensitif bagi para buruh di negara itu. Berdasarkan konstitusi Kanada, tingkat upah minimum adalah urusan pemerintah provinsi, dan setiap provinsi bisa menentukan tingkat upah minimun berdasarkan kondisi ekonomi masing-masing. Masalah lain dalam hal ini adalah pengangguran kelompok-kelompok minoritas etnis, dan identitas di Kanada, seperti warga keturunan Afrika, warga pribumi, dan orang cacat. Data menunjukkan, meski tingkat pengangguran di Kanada mengalami penurunan, namun tingkat pengangguran di antara kelompok minoritas etnis justru meningkat. Di tengah wabah Virus Corona, tingkat pengangguran di antara minoritas etnis, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan warga kulit putih. Angka pengangguran warga kulit hitam, dan keturunan Filipina di Kanada, meningkat 6,3 persen, dan tingkat pengangguran di antara warga keturunan Asia secara umum meningkat 9,1 persen.
b. Hak Mendapat Jaminan Sosial
Organisasi Buruh Internasional, ILO dalam laporannya tahun 2018 mengumumkan, kondisi jaminan sosial untuk warga pribumi Kanada tidak layak, dan mereka biasanya bekerja di bidang-bidang yang tidak mendapat akses jaminan sosial, atau jika ada sangat terbatas.
Pasal 22 Deklarasi Universal HAM menekankan hal ini bahwa jaminan sosial adalah hak semua manusia. Meski Kanada tidak menerbitkan data terkait kelompok-kelompok minoritas yang mendapatkan jaminan sosial, namun sepertinya hal ini tidak luput dari perhatian Dewan HAM PBB, dan lembaga ini dalam usulannya mengharuskan Kanada berusaha bersikap lebih adil dalam hal jaminan sosial bagi kelompok-kelompok minoritas.
c. Hak Hidup Layak
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya di Komisi HAM PBB, pada tahun 2016 mengajukan sejumlah pertanyaan terkait kondisi kehidupan masyarakat Kanada yang sebagian di antaranya tidak mampu dijawab, dan sebagian yang lainnya mendapat jawaban tidak lengkap. Masalah ini menyebabkan hak ekonomi, sosial dan budaya di Kanada dalam laporan Dewan HAM tahun 2018 menjadi salah satu tema terpenting.
Dewan HAM PBB meminta Kanada melakukan tindakan nyata dalam interaksi dengan kelompok-kelompok minoritas etnis terutama warga pribumi. Akan tetapi sepertinya Kanada tetap tidak mau menggubris.
Situs resmi pemerintah Kanada, Statistics Canada dalam laporannya tahun 2020, mengumumkan jumlah warga negara ini yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai sekitar 3,2 juta orang.
d. Hak Kesehatan
Kanada dikenal memiliki sistem kesehatan yang komprehensif di dunia yang menjadi simbol kesetaraan, dan tidak adanya diskriminasi di masyarakat negara ini. Namun realitasnya berkata lain, pertama soal keberadaan diskriminasi, dan rasisme dalam sistem kesehatan Kanada, hanya sedikit ditulis dalam penelitian-penelitian, dan ini cukup aneh.
Selain itu, dari penelitian-penelitian yang sedikit itu kita dapat menyaksikan bahwa diskriminasi ras dalam akses pelayanan kesehatan nampak secara jelas. Pada Piagam HAM dan Kebebasan Kanada, berbeda dengan aturan internasional, sama sekali tidak disinggung soal hak mendapatkan kesehatan.
Laporan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB tahun 2016 menyebutkan kondisi akses warga pribumi Kanada ke pelayanan kesehatan sangat tidak layak, dan hal itu merupakan masalah serius negara ini.
Satu lagi masalah penting adalah akses terhadap air minum. Banyak warga Kanada tidak mendapat fasilitas sistem pembuangan limbah dari pemerintah, dan ini menciptakan masalah bagi kesehatan warga. Masalah ini di wilayah-wilayah warga pribumi sangat akut, dan rumit.
e. Hak Pendidikan
Kanada bukan penandatangan Konvensi Menentang Diskriminasi dalam Pendidikan. Konvensi ini dibuat tahun 1960 untuk memerangi berbagai bentuk diskriminasi dalam sistem pendidikan dan pengajaran, namun Kanada sejak tahun itu sampai sekarang tidak pernah menandatanganinya. Dalam sistem pendidikan Kanada, ditemukan banyak kasus diskriminasi terhadap kelompok etnis, dan minoritas. Masalah ini sangat serius, sampai Dewan HAM PBB dalam laporannya mengingatkan Kanada. Sebuah penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa diskriminasi ras, dan kedudukan ekonomi-sosial anak kulit hitam menjadi faktor yang mendorong mereka menghentikan studi yang sangat berbeda dengan kondisi anak-anak kulit putih.
Masalah diskriminasi dalam sistem pendidikan Kanada bukan semata-mata masalah ras, tapi berdasarkan laporan yang ada, anak-anak cacat juga mendapat perlakuan diskriminatif dalam sistem pendidikan negara ini.
f. Hak Minoritas Agama
Pada Bab II Piagam HAM dan Kebebasan Kanada disinggung kebebasan beragama di negara ini, dan di beberapa kasus terlihat pengadilan tinggi Kanada juga dalam kasus-kasus terkait dengan masalah ini berusaha melindungi kebebasan beragama. Namun masalah ini tidak menampilkan seluruh kondisi, dalam sejumlah kasus kebebasan minoritas agama khususnya Muslim dilanggar secara hukum. Human Right Watch, HRW dalam laporannya tahun 2020 terkait kondisi HAM Kanada mengumumkan, di Provinsi Quebec pada tahun 2019 diterapkan sebuah undang-undang yang mengatur pegawai pemerintah tidak berhak mengenakan simbol-simbol keagamaan mereka, atau mengenakan pakaian yang menunjukkan identitas keagamaan mereka. Artinya aparat kepolisian, pegawai pengadilan, guru, dan pegawai instansi pemerintah lainnya meski ia Muslim, tidak berhak mengenakan hijab. Aturan ini menjelaskan, setiap warga negara Kanada yang menunjukkan simbol-simbol keagamaan mereka seperti hijab, tidak akan mendapat pelayanan apapun dari pemerintah termasuk pelayanan kesehatan, medis, dan transportasi publik.
4. Hak Orang-orang dan Kelompok Khusus
a. Perempuan
Di Kanada saah satu masalah penting bagi perempuan di bidang ekonomi dan sosial adalah ketidaksetaraan gaji. Data menunjukkan selama beberapa dekade, Kanada berhadapan dengan masalah ini, namun sampai sekarang tidak mampu melakukan langkah positif untuk mengatasinya. Selain itu, data pada tahun 2018 menunjukkan perempuan di Kanada menjadi korban utama berbagai jenis kekerasan fisik di rumah, tempat umum, dan dunia maya. Bukan hanya menjadi korban, sejumlah laporan menunjukkan perempuan Kanada juga menerima dampak kekerasan jauh lebih besar dibandingkan pria.
b. Anak-anak
Riset UNICEF pada tahun 2019 terkait ketidakadilan distribusi kekayaan, dan pendapatan bagi anak-anak menunjukkan Kanada berada di peringkat ke-24 di antara 41 negara kaya dunia. Artinya kondisi anak-anak di Kanada dari sisi kekayaan lebih buruk dari 23 negara lainnya.
Pada tahun 2016, penelitian UNICEF menunjukkan dalam hal jumlah anak miskin, Kanada di antara 35 negara kaya dunia, berada di peringkat ke 26.
Di Kanada sekitar 1,3 juta anak hidup dalam kemiskinan, jumlah ini mencakup hampir seperlima anak Kanada. Sekitar 50 persen anak-anak warga pribumi Kanada hidup dalam kemiskinan, dan 60 persen dari mereka, hidup di wilayah-wilayah khusus warga pribumi.
c. Orang-orang Cacat
Orang-orang cacat mengalami banyak masalah di Kanada, masalah ini dalam pandangan lembaga-lembaga HAM termasuk Dewan HAM PBB tidak bisa ditutupi. Penelitian tahun 2018 menunjukkan 37 persen dari orang-orang cacat yang bekerja di Kanada, mendapat pelecehan, dan 26 persen dari mereka menjadi korban diskriminasi.
d. Kelompok-kelompok Minoritas dan Warga Pribumi
Masalah berikutnya yang sangat penting adalah warga pribumi Kanada. Dalam laporan tahun 2018 Dewan HAM PBB, Kanada diharuskan menghapus pasal-pasal diskriminatif dalam Indian Act tahun 1876 yang persis dibuat berdasakan asas diskriminasi. Aturan ini mencampuri seluruh dimensi kehidupan warga pribumi Kanada. Aturan ini bahkan memaksa definisi identitas orang-orang ini, baik individu maupun kelompok, dalam mengelola suku, dan mengelola tanah yang diberikan kepada mereka. Mungkin dapat dikatakan bahwa masalah terbesar dalam aturan ini adalah masala identitas. Salah satu masalah utama warga pribumi Kanada adalah akses ke air minum, dan fasilitas kesehatan. Masalah ini sangat serius sehingga lembaga-lembaga HAM termasuk Dewan HAM PBB menegaskannya, dan mengingatkan Kanada soal ini.
Masalah lain yang dihadapi warga pribumi Kanada adalah pelanggaran hak atas tanah. Salah satu masalah penting dalam hal ini adalah banyaknya kasus konflik akibat melintasnya pipa di tanah warga pribumi Kanada. Warga pribumi Kanada menderita karena tidak mendapat kesetaraan hak dalam bidang ekonomi, dan sosial, serta kurang mendapat perhatian dari pemerintah di bidang budaya.
e. Imigran, Pengungsi dan Pencari Suaka
Para imigran Kanada secara legal datang ke negara ini, dan bekerja di berbagai sektor. Sejumlah besar buruh adalah petani yang mendapat upah yang sangat minim. Salah satu masalah para buruh adalah fasilitas kesehatan, dan pengobatan dari pemerintah. Koran Inggris, The Guardian melaporkan kondisi buruh migran di Kanada di masa Corona, mereka karena tidak punya dukungan hukum, mendapatkan upah kecil, dan tidak mendapat perhatian pejabat pemerintah, mereka hidup dalam kondisi mengenaskan.
f. Orang-orang Tanpa Kewarganegaraan
Kanada bukan merupakan negara penandatangan Konvensi tentang Status Orang Tanpa Kewarganegaraan, maka dari itu ia tidak menganggap perlu berkomitmen pada isi konvensi ini. Lembaga-lembaga HAM dunia termasuk Dewan HAM PBB memprotes Kanada karena hal ini.
Kesimpulan
Kanada memiliki kelemahan-kelemahan serius di bidang HAM yang untuk setiap kelemahan itu banyak kasus yang bisa diajukan. Di antara semua ini sepertinya dua masalah berada dalam kondisi buruk, dan membutukan penanganan serius. Pertama, kondisi warga pribumi Kanada yang hampir seluruh haknya dilanggar oleh pemerintah negara ini. Mereka hidup sangat memprihatinkan, hingga tidak punya akses mendapatkan air minum, dan anak-anak gadis serta perempuan mereka menjadi objek penyelundupan manusia untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial.
Masalah lain yang membutuhkan perhatian serius dan segera adalah kondisi imigran, dan pengungsi gelap di Kanada. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat sulit, dan mengerikan. Perilaku pemerintah Kanada terhadap orang-orang ini layaknya perilaku terhadap penjahat. Mereka dan keluarganya selalu ditempatkan tahanan-tahanan atau tempat mirip tahanan. Di antara para pengungsi ini terdapat anak-anak yang dari sisi psikologis, dan fisik sangat rentan.
Secara umum, masyarakat multietnis Kanada tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah terkait multibudaya mereka, sebaliknya berusaha menutup mata atas sejumlah masalah. Selain masalah rasisme akut, ada sejenis rasisme terselubung yang tersimpan di balik aturan Kanada. Masalah ini menyebabkan terciptanya sejenis penindasan terstruktur terhadap minoritas etnis, agama, dan suku seperti warga pribumi Kanada atau Muslim yang sepertinya kondisi ini terus memburuk. Catatan HAM Kanada, bukan catatan yang bisa diterima dalam kerangka aturan HAM internasional, dan membutuhkan perhatian lembaga-lembaga dunia.
Dimensi Surat Rahbar kepada Pemuda Prancis (3)
Barat senantiasa berupaya mencitrakan Islam menentang kebebasan berekspresi dan mendiktekan kepada dunia bahwa agama Samawi ini kontradiktif dengan kebebasan ideologi dan ekspresi.
Padahal Islam adalah agama yang menerima kebebasan berekspresi dalam koridor menghormati ideologi lain dan memandang manusia bebas memilih keyakinan dan pandangan kehidupan.
Menyusul surat Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei kepada pemuda Prancis, kami akan menyajikan pandangan dan sikap Islam terhadap kebebasan berpendapat.
Pendapat setiap individu merupakan manifestasi identitas pemikiran dan kepribadiannya serta sarana untuk memaparkan pemikiran, nilai-nilai, emosi dan perasaannya. Kebebasan berekspresi memiliki banyak manfaat bagi individu dan sosial, di mana mengekang kebebasan ini akan menimbulkan kemunduran pemikiran dan sains manusia serta merusak gerakan kesempurnaan masyarakat dan individu.
Menghalangi manusia menikmati nikmat besar Ilahi ini sebuah pelanggaran terhadap hak paling dasar dan nyata manusia, namun akal manusia senantiasa memperingatkan hal ini bahwa kebebasan ini memiliki batasan dan bukannya setiap individu dapat mengungkapkan pendapatnya secara bebas bahkan jika hal itu melecehkan pandangan dan pemikiran pihak lain.
Pesan Rahbar kepada pemuda Prancis juga menekankan hal ini. Rahbar mengatakan, “Apakah arti dari kebebasan berekspresi adalah memburukkan nama dan menghina kepada sosok dan pribadi agung dan suci? Apakah ini bukan tindakan bodoh menghina perasaan sebuah bangsa yang memilihnya menjadi presiden!”
Sejatinya surat Rahbar kepada pemuda Prancis dan rekomendasinya kepada mereka untuk bertanya kepada presiden pilihannya, mengapa kebebasan berekspresi dikategorikan dalam bentuk pelecehan terhadap sosok suci? Tentunya anjuran Rahbar ini ditujukan untuk meyadarkan pemuda Prancis atas masalah ini bahwa hal ini sama halnya penghinaan terhadap perasaan rakyat negara itu sendiri dan setiap manusia yang berakal menyadari bahwa penghinaan terhadap kesucian dan ideologi sebuah komunitas manusia dalam bentuk kebebasan berpendapat tidak dapat diterima.
Sebenarnya setiap akal yang sehat akan mengidentifikasi bahwa kebebasan berpendapat dan berideologi tidak dapat diterima dalam bentuk penghinaan dan pelecehan tehradap idologi dan pandangan orang lain! Hal ini sejatinya sebuah pembatasan akal, bukan kebabasan berekspresi!
Barat senantiasa berusaha mencitrakan Islam menentang kebebasan berekspresi dan mendiktekan kepada dunia bahwa Islam bertentangan dengan kebebasan berideologi dan berkespresi. Sementara Islam menilai ekspresi dan pendapat harus dalam koridor penghormatan terhadap ideologi dan manusia memiliki kebebasan memilih ideologi serta pandangan kehidupan.
Adapun al-Quran, banyak ayat yang menyebutkan kebebasan berpendapat dan dengan menelaah ayat-ayat tersebut, pandangan Islam terkait hak tersebut dengan mudah dapat dipahami. Di ayat 8 dan 9 surah al-Balad, Allah Swt mengisyaratkan penciptaan mata, lidah dan mulut, di mana setiap anggota badan tersebut memiliki tugas tersendiri. Sementara, anggota badan tersebut juga dimiliki baik manusia maupun hewan.
Tak diragukan lagi bahwa lidah dan mulut merupakan alat komunikasi dan berbicara, namun tanpa pengetahuan bicara, anggota badan ini tidak ada bedanya dengan lidah dan mulut hewan. Dengan demikian apa yang membedakan manusia dan hewan adalah ekspresi dan bicara yang diajarkan Tuhan kepadanya. Menurut ayat al-Quran, Allah Swt menjadikan berbicara sebagai sebuah nikmat yang diajarkan-Nya langsung setelah menciptakan manusia. Seperti yang disebutkan di ayat 3 dan 4 surah ar-Rahman: «خَلَقَ الْإِنسَانَ ؛ عَلَّمَهُ الْبَیانَ» (Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara).
Al-Quran kitab Samawi dan penuntun agama Islam, bukan saja menolak kebebasan berekspresi, bahkan menyebutnya sebagai hak di antara hak-hak pasti manusia. Islam memandang tinggi kebebasan berekspresi dan menyebutnya sebagai sebuah prinsip dasar serta mengakuinya. Tak hanya itu, Islam memandang kebebasan ini sebagai alat bagi perkembangan ideologi dan sisi materi serta spiritual manusia. Kebebasan berekspresi mendorong manusia meraih kesempurnaan spiritual, ketinggian dan kehidupan manusiawi serta mencegahnya terjerumus ke dalam kebodohan.
Sementara ilmuwan non agama (kafir) di negara-negara Barat dan Timur memandang agama sebagai belenggu manusia dan menghalangi kebebasannya. Dengan menelaah ayat-ayat al-Quran kita dapat menemukan bahwa pembawa pesan kebebasan pertama adalah para rasul dan nabi yang menurut kesaksian al-Quran, kedatangan mereka telah berhasil membebaskan kesulitan dan penderitaan umat manusia.
Allah Swt di ayat 157 surah al-A’raf berfirman: «... وَ یَضَعُ عَنهُم إِصرَهُم وَ الأَغلال الَّتِی کَانَت عَلَیهِم» (...dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka). Imam Ali as terkait hal ini berkata: «لا تکن عبد غیرک و قد جعلک الله حرا»، jangan menjadi budak orang lain, karena Allah menciptakan kalian dalam kondisi merdeka. Tak diragukan lagi kebebasan berekspresi dan ideologi lebih penting bagi manusia dari kebebasan fisik dan jiwa, karena mungkin fisik dan jiwa bisa terbelenggu, namun kehormatan yang diberikan Allah Swt tidak dapat dipasung.
Allah Swt di ayat ke 64 surah Aali Imran berfirman: «قُل یَأهلَ الکِتابِ تَعَالَوا إِلَی کَلِمَهٍ سَوَاء بَینَنَا وَ بَینَکُم ألاّ نَعبُدَ إلَّا اللَه وَ لَا نُشرِکَ به شَیئاً وَ لَایَتَّخِذَ بَعضُنَا بَعضًا أربَابًا مّن دُونِ الله» Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah...”
Di ayat ini Allah Swt menyeru Ahlul Kitab untuk bersama-sama dengan Muslimin mengungkapkan pemikiran mereka dan meraih titik temu di antara mereka seperti Tauhid dan penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa seperti yang diyakini oleh agama Ibrahim. Sejatinya al-Quran berusaha menciptakan atmosfer yang bebas tanpa kekerasan, di mana setiap Ahlul Kitab dengan bebas dapat mengungkapkan keyakinannya dan membahas bersama kesamaan akidah mereka dengan umat Muslim serta orang-orang yang mengejar kebenaran akan memilih pandangan yang benar.
Allah menyebut orang-orang yang memiliki pendapat terbaik setelah mendengar beragam pandangan sebagai Ulul al-Bab atau orang berakal. Allah Swt di ayat 17 dan 18 surah Az-Zumar berfirman: «...فَبَشِّر عِبَادِ ؛ الَّذِینَ یَستَمِعُونَ القَولَ فَیَتَّبِعُونَ أَحسَنَهُ أُولَئِکَ الَّذیِنَ هَداهُمُ اللهُ وَ أُولَئِکَ هُم أُولُوا الألبابِ» (sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, (17) yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal).
Dengan merenungkan ayat ini kita dapat menyadari bahwa orang terbaik adalah mereka yang bersedia mendengarkan pendapat orang lain dan memilih yang terbaik serta mengamalkannya. Jelas bahwa al-Quran menilai kebebasan berekspresi sebagai salah satu hak prinsip umat manusia, karena keharusan dari memilih pendapat yang terbaik adalah adanya beragam pendapat di tengah masyarakat.
Islam selalu mengimbau para pengikutnya untuk terlibat dalam debat yang baik dan diskusi ilmiah mereka sehingga kebenaran dapat diungkapkan kepada semua dengan cara yang jelas dan transparan. Allah Swt di ayat 125 surah al-Nahl berfirman yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....” Selain itu, ayat ke 46 surah al-Ankabut disebutkan, “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik...” Tak diragukan lagi dorongan dan motivasi ini dikarenakan syariat Islam memberi kesempatan kepada pihak lain menyampaikan ideologi dan pandangan yang bertentangan dan memberi mereka kebabasan untuk menyampaikan pandangannya.
Ungkapan "Ahsan" adalah tafsir yang komprehensif yang mencakup semua metode debat dan debat yang benar dan tepat, baik dalam kata atau dalam isi pidato atau dalam irama pidato dan gerakan lainnya. Poin penting di sini adalah bahwa salah satu contoh "debat yang baik" yang telah diperintahkan dalam beberapa ayat adalah pencegahan penodaan dan penghancuran nilai-nilai pihak lain, yang sayangnya pemerintah Prancis adalah contoh lengkap dan pelanggaran total terhadap prinsip moral ini.
Sikap permusuhan dan menghina pemerintah Prancis bukan saja menyakiti hati umat Muslim dan komunitas ulama Islam, bahkan memaksa pemimpin seluruh agama lainnya menyuarakan protes. Rabi Younes Hamami, pemimpin komunitas Yahudi Kalimian di Iran dalam protesnya atas sikap presiden Prancis mengatakan, “Penghinaan dan pelecehan sebuah sikap irasional dan indikasi kelemahan kepribadian. Metode yang mereka pilih bukan kebebasan berekspresi, tapi pelanggaran terhadap batas-batas kemanusiaan serta menyakiti pihak lain. Kebebasan tidak boleh menghina kehormantan manusia. Oleh karena itu, aksi presiden Prancis menurut kami tidak pantas.”
Mar Narsai Benyamin, uskup agung Gereja Ashuri Iran saat merespon penghinaan pemerintah Prancis terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw menyatakan, “"Apakah hasil dari perilaku semacam itu adalah kebebasan atau apakah itu penyalahgunaan konsep kebebasan?" Harus dikatakan bahwa kebebasan penuh hanya dari Tuhan dan kebebasan relatif bagi rakyat. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk menghormati sesamanya. Jika kebebasan untuk menghancurkan orang lain, itu tidak benar”.
Ia juga menyinggung aksi penghinaan terhadap al-Quran tahun 1389 oleh seorang pendeta dan mengatakan,"Memang mungkin untuk membakar sebuah Al-Quran, tetapi tidak mungkin untuk membakar iman orang dan merusaknya! Menurut Injil Matius, kita harus memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Al-Masih ingin orang-orang yang menghormati, bukan merusak.”
Meski Presiden Emmanuel Macron tidak mengindahkan ucapan Imam Ali as, “Apa yang kamu sukai, juga terapkan bagi orang lain. Dan apa yang tidak kamu sukai, juga lakukan hal sama,” tetapi mungkin untuk berbicara dengannya tentang gagasan universal Immanuel Kant, filsuf abad kedelapan belas dan kesembilan belas, yang menyatakan sebagai aturan emas: "Bertindak sedemikian rupa sehingga Anda ingin semua orang bertindak seperti itu sebagai aturan umum."
Tak diragukan lagi petinggi Barat termasuk Prancis bukan saja menolak setiap penghinaan terhadap negaranya, bahkan tidak mengijinkan penyidikan dan riset ilmiah terkait holocaust dan serta garis merah rezim Zionis Israel. Presiden Prancis telah mempertanyakan hati nurani rakyatnya sedemikian rupa sehingga dia memberanikan prinsip-prinsip moral dan kemanusiaan dan menghina nilai-nilai agama tidak hanya dari warganya, tetapi juga sesama manusia di belahan dunia lain.
Dimensi Surat Rahbar kepada Pemuda Prancis (2)
Kebebasan berekspresi adalah salah satu hak dan tuntutan manusia yang paling penting dan berharga, tetapi jika tidak didefinisikan dengan tepat, hal itu dapat disalahpahami dan disalahgunakan dengan biaya mahal.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan pengetahuan yang benar tentang kebebasan berekspresi dan menjelaskan prinsip serta batasannya. Sementara itu, Barat berusaha membenarkan penghinaannya dengan mengadopsi kebijakan demokrasi liberal dan menghina kesucian lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia.
Di artikel ini kami akan berusaha menjelaskan penggunaan keliru kebebasan berekspresi menurut kaca mata Barat dengan mengkaji pesan dan surat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei kepada pemuda Prancis.
Kami juga akan berusaha membuktikan bahwa pemerintah Prancis dengan sikap permusuhannya terhadap Islam dan melecehkan kesucian pengikut agama Samawi ini, telah menginjak-injak moral kemanusiaan terkecil dan tidak menjaga penghormatan terhadap warga serta HAM.
Meskipun masalah penyusunan "Piagam Hak Asasi Manusia" seolah-olah dikembangkan untuk menghormati hak asasi manusia individu, saat ini, sayangnya, masalah ini (yaitu hak asasi manusia) menjadi dalih untuk memperluas kepentingan tidak sah dari kekuatan imperialis dunia sebelum membela hak asasi manusia yang fundamental. Itu adalah dominasi dunia dan alat yang digunakan oleh Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap negara-negara yang melawan mereka.
Dalam pandangan mereka, negara-negara yang secara intelektual, ekonomi dan politik tidak tunduk pada Barat dan tidak mengambil langkah-langkah untuk mengamankan kepentingan mereka dianggap musuh. Karena zaman sekarang adalah masa perang lunak, pemerintah-pemerintah ini berusaha untuk menghilangkan sayap kanan dan lawan yang adil melalui pembenaran yang tidak masuk akal seperti pembelaan hak asasi manusia, demokrasi, dan perang melawan terorisme, yang dilegitimasi dalam opini publik dunia. Mereka memasuki medan perang dan dengan demikian menghancurkan prestise dan identitas lawan mereka.
Pesan dari pemimpin yang bijak, Ayatullah Khamenei, kepada pemuda Prancis, adalah untuk membangkitkan kesadaran dan mencerahkan pemuda negara ini dan pemuda Barat lainnya. Oleh karena itu, dia menasihati pemuda: "Tanyakan presiden Anda: Mengapa dia mendukung penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dan menganggapnya sebagai kebebasan berbicara?" Apakah kebebasan berbicara berarti merusak nama dan penghinaan terhadap pribadi yang suci? "Bukankah ini tindakan bodoh, dan penghinaan terhadap hati nurani bangsa yang memilihnya sebagai presiden?"
Hal yang menarik adalah bahwa Prancis, yang menganggap dirinya sebagai tempat lahirnya kebebasan dan demokrasi, setelah perilisan pesan Pemimpin Tertinggi Revolusi ini kepada pemuda Prancis, Paris memblokir akun instagram yang dikaitkan dengan kepemimpinan Republik Islam Iran ! Bagaimana mungkin pemerintah ini telah menetapkan batasan untuk apa yang dianggap merugikan mereka, tetapi tidak mempertimbangkan kerangka kerja bagi hal-hal yang menodai kesucian agama lain?
Kebebasan berekspresi merupakan salah satu jenis kebebasan hukum yang diperhatikan dalam kumpulan hak asasi manusia. Tidak ada pembenaran untuk menghina atau mengejek pendapat lain dalam definisi "kebebasan berekspresi" dalam instrumen internasional. Kebebasan berekspresi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan hak lain. Melukai perasaan dan keyakinan lebih dari satu miliar Muslim di dunia dengan dalih kebebasan berekspresi tidak hanya tidak dapat diterima oleh logika dan penalaran apa pun, tetapi juga bertentangan dengan dokumen, konvensi, dan perjanjian yang sama yang memperkenalkan kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia.
Misalnya, butir 3 Pasal 19 Kovensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, pada tahun 1966, secara eksplisit menyatakan bahwa kebebasan berekspresi mensyaratkan hak dan tanggung jawab tertentu, tunduk pada pembatasan tertentu, termasuk penghormatan terhadap hak atau martabat orang lain dan hal-hal seperti pemeliharaan keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau moral masyarakat.
Butir 1 pasal 14 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia, tahun 1969, melindungi hak-hak individu yang dirugikan oleh media hukum melalui pernyataan atau pendapat yang tidak akurat atau menyinggung yang diterbitkan oleh media hukum. Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa juga telah memutuskan dalam beberapa kasus bahwa penghinaan terhadap agama, termasuk Islam, tidak termasuk definisi kebebasan berekspresi.
Selalu ada pelanggaran yang jelas atas klaim hak asasi manusia Prancis. "Hukum Larangan Hijab" di Prancis, yang disahkan pada tahun 2004, dimaksudkan untuk membatasi sejumlah komunitas Muslim Prancis. Di bawah hukum, Muslim di Prancis, komunitas Muslim terbesar di Eropa dengan 6 juta jiwa, dilarang mengenakan jilbab di sekolah dan tempat umum.
Dan karena sifat sekuler struktur politik di Prancis, minoritas agama, seperti Muslim, dan etnis dan ras minoritas, seperti Arab dan kulit hitam, tidak diakui dan tidak hanya dicabut kursi di parlemen dan badan pembuat keputusan lainnya. Mereka menjadi sasaran kekerasan rasis dan ekstrimis dan bahkan secara terbuka dipermalukan oleh pejabat tinggi pemerintah melalui media publik. Kelompok sosial besar ini telah terpinggirkan sedemikian rupa sehingga mereka tidak diwakili oleh partai politik, kelompok atau faksi mana pun di Prancis, dan mereka tidak mendapat dukungan dari kekuatan politik atau intelektual besar mana pun.
Sikap Prancis dalam mendukung tabloid "Charlie Hebdo" dan secara terbuka menghina Nabi Muhammad (SAW), juga menunjukkan bahwa Islamofobia di Prancis tidak terbatas pada hijab dan kebijakan pemerintah serta media di negara ini selalu ditujukan untuk menciptakan atmosfer kebencian terhadap Muslim. Seperti serangan terhadap masjid dan Muslim jarang diekspos. Misalnya, pada 18 Oktober 2020, ketika dua wanita Muslim ditikam oleh seorang rasis di dekat Menara Eiffel, peristiwa itu tidak diberitakan secara luas di media Prancis. Serangan terhadap masjid-masjid Bordeaux dan Beziers juga mendapat sedikit sorotan.
Prancis, yang memandang dirinya sebagai tempat lahir kebebasan dan membenarkan penghinaan terhadap kesucian agama dengan kata kebebasan berekspresi, meminggirkan mereka yang mengkritik kebijakan kebencian pemerintah. Misalnya, Nicolas Caden, direktur Komisi Pengawasan Sekularisme di Prancis, yang mengkritik perlakuan pemerintah baru-baru ini terhadap Muslim, mendapat tanggapan tajam dari pejabat pemerintah, dengan beberapa yang menyerukan pengunduran dirinya.
Setiap tindakan teroris yang terjadi terhadap negara dan bangsa manapun di manapun di dunia, yang memicu ketidakamanan dan krisis dan menciptakan alasan untuk menyalahgunakan situasi saat ini terhadap dunia Islam, harus dikutuk. Pemerintah Prancis harus menyadari bahwa penghinaan yang mereka lakukan terhadap kesucian masyarakat Islam, terlepas dari moralitas manusia, tidak kurang dari tindakan teroris ekstremis lainnya! Menghina nilai-nilai agama ketuhanan sama terkutuknya dengan perilaku para teroris. Pada dasarnya, kekerasan dan agresi terhadap orang lain dikutuk dan tidak ada agama Ilahi yang membenarkannya.
Tidak diragukan lagi, tanggung jawab utama untuk situasi saat ini terletak pada pihak berwenang, yang alih-alih berusaha menenangkan umat Islam dan mencegah tindakan sia-sia publikasi seperti Charlie Hebdo, bersikeras pada posisi bermusuhan mereka dan memprovokasi perasaan Muslim. Tindakan ini akan berdampak negatif pada ekonomi negara, karena telah terjadi protes dan boikot rakyat yang meluas terhadap barang-barang negara ini. Tagar "Embargo barang Prancis" telah menjadi tren pertama di negara-negara Arab setelah pernyataan presiden Prancis, setelah itu barang Prancis telah diboikot di banyak toko di negara-negara Arab, termasuk Kuwait, Qatar, Yordania, Irak, dll.
Gerakan boikot produk Prancis
Dengan demikian di atmosfer Islamofobia dibenarkan dengan alasan kebebasan berekspresi dan emosi Muslim diprovokasi, pemerintah negara ini justru merugikan diri sendiri. Mereka harus mencatat bahwa di antara perpecahan ini, ada ekstremis yang untuk melaksanakan tujuan politik mereka menjelang pemilu tahun depan, memancing di perairan berlumpur dan memicu perselisihan ini dan memanfaatkannya. Dengan demikian, kohesi sosial dan perdamaian sipil negara akan berkurang dari hari ke hari dan masyarakat akan bergerak menuju ketegangan agama, kekerasan dan perpecahan.
Kesimpulannya adalah negara-negara Barat dengan kedok demokrasi senantisa berbicara mengenai penghormatan terhadap keyakinan dan ideologi individu, namun mereka bungkam ketika ideologi dan keyakinan lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia dilukai.
Kebebasan berekpresi tak diragukan lagi bukan berarti kebebasan menghina dan menghancurkan nilai-nilai moral. Jika demikian, lantas mengapa petinggi Prancis memerintahkan penutupan tabloid ini karena menghina nilai-nilai nasional Prancis dan melecehkan pribadi presiden???
Dimensi Surat Rahbar kepada Pemuda Prancis
Ayatullah Khamenei baru-baru ini mengajukan pertanyaan kepada kaum muda Prancis, mengapa meragukan Holocaust dianggap sebagai suatu kejahatan dan pelakunya bisa diseret ke penjara, tetapi menghina Nabi diperbolehkan?
Penerbitan karikatur yang kurang ajar dan menghina Nabi Muhammad Saw oleh majalah Prancis Charlie Hebdo telah lama memprovokasi kemarahan dan protes dari hampir dua miliar Muslim di seluruh dunia.
Kemarahan tersebut meningkat sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron dan pejabat Prancis lainnya secara langsung dan tidak langsung mendukung Charlie Hebdo yang menghina Nabi Muhammad saw atas nama kebebasan berekspresi. Muslim dunia melancarkan protes dengan berunjuk rasa hingga melakukan aksi boikot barang-barang Prancis.
Islamofobia selama ini telah lama menjadi agenda pemerintah Barat, karena mereka melihat agama Islam tampil sebagai agama yang progresif dan transenden, dengan logika dan nalar yang kokoh, serta ajaran spiritual dan inspiratif, bersama akal dan hati yang mempesona setiap manusia.
Di tengah kecenderungan masyarakat Barat yang bosan dengan materialisme, merebaknya kerusakan dan kekosongan terhadap agama, pesona Islam menjadikan semakin banyak orang yang memeluk agama Islam. Para pejabat negara-negara Barat mendukung media yang mengintensifkan sentimen anti-Islam dan menghina kesucian umat Islam, termasuk Nabi mereka demi mencegah penyebaran Islam yang terus meluas.
Langkah umat Islam berdemonstrasi mengecam penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dilanjutkan dengan sikap sejumlah pejabat pejabat negara-negara Muslim mengutuk penghinaan tersebut dan mengirim pesan kepada pemerintah dan pejabat Prancis supaya diakhirinya penyebaran tindakan provokatif penistaan terhadap simbol-simbol yang disucikan dalam agama Islam.
Tapi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei yang sadar akan masalah ini, tidak mengarahkan dirinya kepada para pejabat negara-negara Barat yang berada di balik penghinaantersebut, tetapi langsung kepada orang-orang Barat, terutama kaum muda, dalam pesan dan pidatonya. Rahbar sebelumnya telah menulis dua surat kepada pemuda Barat dan Prancis menyusul serangan teroris oleh kelompok teroris Daesh di Prancis dan gelombang anti-Islam di Barat
Pada surat pertama yang diterbitkan pada Januari 2015, Ayatullah Khamenei menulis, "Saya menyapa Anda, kaum muda. Tentu bukan karena saya mengabaikan orang tua Anda, tetapi karena saya melihat masa depan bangsa Anda dan tanah Anda di tangan Anda sendiri, dan saya menemukan perasaan mencari kebenaran di dalam hati Anda lebih hidup dan benderang. Saya juga tidak menyapa politisi dan negarawan Anda dalam surat ini, karena saya yakin mereka telah dengan sengaja mengalihkan jalur politik dari jalur kejujuran dan kebenaran."
Penyalahgunaan media di dunia Barat untuk menghina kesucian Islam dilakukan atas nama kebebasan berekspresi. Simak pernyataan Macron ketika membela Charlie Hebdo dengan mengatakan, "Kartun-kartun ini dipertahankan di bawah panji kebebasan berekspresi,".
Tetapi surat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran baru-baru ini mempersoalkan kebebasan yang diklaim oleh pejabat Barat, terutama Prancis, dengan dua pertanyaan mendasar yang disampaikan kepada pemuda Prancis, "Tanyakan kepada presiden Anda; Mengapa dia mendukung penghinaan terhadap Nabi Allah dan menganggapnya sebagai kebebasan berbicara? Apakah kebebasan berekspresi bermakna permusuhan dan penghinaan terhadap sosok yang mulia dan suci? Bukankah tindakan bodoh ini berarti menghina hati nurani bangsa yang memilihnya sebagai presiden?,"
Kebebasan adalah salah satu tujuan dan cita-cita besar manusia yang diupayakan untuk dicapai, bahkan dalam perjalanan untuk mewujudkannya banyak orang terbunuh. Dalam Islam, perhatian khusus diberikan pada kebebasan manusia yang merupakan anugerah Allah swt. Sebab, manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup dan keyakinan serta tindakannya. Meski demikian, dia juga harus bertanggung jawab atas pilihannya tersebut.
Di Barat, setelah berakhirnya tirani gereja di Abad Pertengahan, perhatian khusus diberikan pada kebebasan, tetapi kebebasan ini secara bertahap kehilangan nilai konstruktifnya dan dalam banyak kasus justru menyebabkan kehancuran. Salah satu masalah utama dari kebebasan gaya Barat adalah mengabaikan martabat manusia, kesucian dan kebajikan moral. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw menunjukkan penyimpangan dari tujuan kebebasan di Barat.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pertanyaan lain yang ditujukan kepada para pemuda Prancis mengungkapkan mengapa keraguan terhadap Holocaust dipandang sebagai kejahatan? Dan jika ada yang menulis sesuatu tentang masalah ini akan dipenjara, tetapi menghina Nabi diperbolehkan?
Zionis mengklaim sebanyak enam juta orang Yahudi dibunuh oleh pemerintah Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Mereka menggunakan dalih menindas dan menghasut opini publik dunia dan pemerintah supaya PBB menyepakati berdirinya rezim Israel yang tidak sah. Oleh karena itu, rezim Zionis sangat menentang setiap langkah untuk menyelidiki benar atau salahnya masalah ini dan berbagai dimensinya.
Beberapa pemerintah Barat, seperti Prancis telah mengkriminalisasi setiap upaya upaya untuk mempertanyakan masalah Holocaust, meskipun mengklaim kebebasan berekspresi. Profesor Roger Garaudy, misalnya dijatuhi hukuman penjara dan didenda pada tahun 1998 karena mempertanyakan keberadaan insinerator di kamp-kamp Jerman dan jumlah korban orang Yahudi dalam bukunya.
Delapan tahun kemudian, rekan Garaudy lainnya, Profesor Robert Faurisson, seorang sejarawan Prancis, didenda dan dikirim ke penjara atas tuduhan serupa. Padahal, para sarjana ini tidak menyangkal pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi dan hanya menunjukkan kontradiksi tentang Holocaust berdasarkan penelitian ilmiah mereka.
Larangan kritik terhadap peristiwa Holocaust saat ini menjadi simbol dikotomi kebebasan berekspresi di Prancis dan Barat. Tentu saja, otoritas Prancis, terutama Macron, yang sangat dipengaruhi oleh Zionisme internasional telah mengambil langkah lebih jauh kepada pihak yang mengkritik keyakinan anti-Semit dan menghukum mereka. Padahal banyak orang Yahudi yang tidak menerima ide-ide Zionisme dan menganggapnya sebagai bidah dalam Yudaisme.
Dari perspektif ini, Ayatullah Khamenei mengajukan dua pertanyaan kepada orang-orang Barat, terutama kaum mudanya, bahwa pejabat mereka menggunakan kebebasan berbicara untuk memajukan tujuan mereka dan tidak mempercayainya. Jika tidak, Charlie Hebdo tidak mungkin berani menghina Nabi yang dihormati hampir dua miliar Muslim di dunia, termasuk enam juta di antaranya adalah orang Prancis. Tapi pada saat yang sama kritik terhadap Holocaust dianggap sebagai kejahatan.(
Islamofobia di Austria Meningkat, Umat Islam Prihatin
Lebih dari seminggu setelah serangan teror di Wina, pemerintah Austria mengusulkan undang-undang untuk memenjarakan para tahanan terkait terorisme tanpa batas waktu.
Kanselir Sebastian Kurz menyebut mereka bom waktu. Tetapi bagian paling kontroversial dari langkah-langkah baru ini adalah pembuatan tindak pidana baru yang oleh pemerintah disebut Islam politik.
Jika disetujui, undang-undang ini akan memudahkan penutupan masjid atau menahan para imam dengan tuduhan menciptakan tempat berkembang biaknya terorisme.
Komunitas Agama Islam Austria yang mewakili sekitar 700.000 orang mengatakan beberapa tindakan tidak sesuai dengan Konstitusi dan hak asasi manusia.
Tokoh Muslim terkemuka telah memberikan peringatan di media sosial. "Penduduk Muslim mendapat kesan bahwa istilah politik Islam digunakan sebagai semacam kode untuk mengirim sinyal ke kelompok pemilih tertentu dan menumbuhkan kebencian. Tidak mungkin ada hukuman yang hanya ditujukan pada satu agama," kata seorang aktivis.
Komunitas Muslim masih sangat terkejut dengan serangan teroris tersebut. Mereka mengecam kejahatan tersebut dan mengutuk penyerang yang melakukan kejahatan mengerikan atas nama Islam. Para imam juga masjid membawa peti mati seorang pemuda Muslim yang termasuk di antara empat orang yang terbunuh.
Pada hari-hari setelah serangan itu, lebih banyak Muslim melaporkan kasus pelecehan baik di jalanan maupun di media sosial.
Komunitas Islam terkait kasus tersebut menegaskan bahwa masyarakat tidak membiarkan dirinya terpecah belah.
Teknologi Rudal Iran Tangkal Ancaman
Kekuatan pertahanan merupakan salah satu komponen utama dalam menghadapi aksi dan ancaman militer musuh. Sebab, setiap kelemahan dalam kekuatan perangkat keras militer bisa menyebabkan kehancuran fatal.
Pasca kemenangan Revolusi Islam, dan dimulainya perang yang dipaksakan rezim Baath Irak terhadap Iran, sanksi militer yang ekstensif dijatuhkan kepada Iran oleh berbagai negara di blok Timur dan Barat. Mereka bahkan mencegah penjualan kawat berduri ke Iran, maupun tidak menjual barang-barang sipil yang mungkin memiliki kegunaan militer.
Pada saat yang sama, banyak peralatan militer yang telah dibeli dan dibayar dari AS tidak dikirim ke Iran. Salah satu alasan rezim Ba'ath Irak tergoda untuk menyerang Iran, karena sanksi tersebut dan dukungan AS serta kesalahan kalkulasi mereka tentang kemampuan pertahanan Iran melawan invasi tentara rezim Saddam.
Namun, perhitungan mereka keliru. Bangsa Iran berhasil menunjukkan kekuatan nasionalnya. Setelah melewati masa sulit perang yang dipaksakan, Iran mampu membuat lompatan di bidang industri pertahanan seperti pembuatan rudal balistik dan non-balistik, rudal ultra-presisi atau rudal permukaan-ke-permukaan, rudal anti-radar, rudal supersonik, rudal laser, rudal jelajah, dan lainnya yang menempatkan Iran di antara negara teratas dalam teknologi ini.
Teknologi rudal canggih tersebut sementara ini hanya dimonopoli oleh sejumlah kecil negara maju di dunia.
Para analis militer Barat sendiri mengakui lompatan kemajuan industri pertahanan Iran. James G. Stavridis mengatakan, “Dari segi militer, kemampuan Iran sangat kuat, dan mereka memiliki kemampuan yang kuat dalam perang asimetris, terutama di berbagai bidang. Serangan dunia maya, unit kapal taktis cepat, kapal selam, pasukan khusus, dan rudal jelajah permukaan-ke-permukaan termasuk di antara peralatan dan fasilitas canggih Iran. Mereka juga sangat berpengalaman dalam menggunakan peralatan ini di kawasan Asia Barat."
Ilmuwan dan pakar Iran seringkali membuat dunia tercengang selama masa sulit sanksi. Bahkan setelah itu, mereka terpaksa harus mengakui kemampuan bangsa Iran. Salah satu contohnya yang pernah membut geger mengenai keberhasilan Iran menembak jatuh drone canggih AS. "Bagaimana bisa rudal buatan Iran senilai $2.500 membuat Angkatan Laut AS kehilangan UAV canggih Global Hawk RQ4C, yang harganya sekitar $ 123 juta ?
Lembaga Think Tank Inggris, European Network Leadership dalam sebuah laporannya menyinggung keberhasilan peluncuran satelit militer pertama Iran dengan mengatakan, "Ini adalah program yang sangat kompleks dengan teknologi yang sangat canggih, dan orang Iran dapat melampaui itu jika mereka mau,".
Pada 22 April lalu, satelit militer pertama Republik Islam Iran, yang disebut satelit "Noor-1", berhasil diluncurkan dari dengan rudal Ghased 3 dan mengorbit 425 km di atas bumi.
Namun Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berusaha mengecilkan arti penting pencapaian ini dengan menciptakan kegaduhan sekaligus menjadikannya sebagai pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 dan ancaman bagi dunia.
"Keberhasilan Iran dalam meluncurkan satelit Noor dan menempatkannya di orbit telah menyebabkan guncangan hebat di kawasan dan dunia," tulis seorang analis militer Barat yang dikutip media mereka.
"Ini adalah perkembangan bersejarah. Ketika Iran dapat meluncurkan satelit yang menunjukkan kemampuan ilmiah dan militernya yang kuat. Sebab, jika bukan karena kekuatan dan kemampuannya, tidak akan ada kekuatan untuk meluncurkan satelit ini untuk memasuki arena luar angkasa," tegasnya.
Berdasarkan hukum internasional, kekuatan pencegahan dan pertahanan sesuai dengan prinsip pertahanan konvensional yang menjadi hak sah semua negara. Dari sudut pandang ini, keberhasilan peluncuran satelit ini telah menjadi pencapaian penting bagi program luar angkasa Iran.
Setelah keberhasilan peluncuran satelit Noor oleh Angkatan Udara IRGC, Mayor Jenderal Hossein Salami selaku komandan IRGC,mengatakan bahwa akses ke luar angkasa bukanlah pilihan, tetapi kebutuhan yang tak terelakkan.
Kemampuan ini berada pada level teknologi strategis. Saat ini, bagian penting dari kemampuan angkatan darat serta badan keamanan dan intelijen dunia didasarkan pada citra satelit. Memasukkan kemampuan ini dalam kemampuan pertahanan nasional akan membantu meningkatkan akurasi dalam perencanaan militer dan intelijen serta prediksi yang lebih baik dari titik kritis di pinggiran Iran dan seluruh dunia.
Kombinasi kemampuan tersebut menunjukkan bahwa saat ini Iran memiliki kekuatan daya jera dan ofensif untuk mengusir ancaman di bidang kedirgantaraan, kekuatan rudal, kekuatan angkatan laut dan darat. Keberhasilan ini merupakan awal dari fase baru dalam langkah kedua revolusi sekaligus pertanda kapabilitas internal Iran di tahun lompatan produksi.
Doktrin pertahanan Iran didasarkan pada pencegahan yang efektif dan aktif. Iran akan menanggapi setiap ancaman dengan cara yang paling tepat. Iran tidak hanya berhasil di bidang kedirgantaraan, tetapi juga di bidang lain dalam kebijakan swasembada dan memiliki sumber daya kekuatan militer serta keanekaragamannya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei telah berulangkali menginggung komponen utama kekuatan nasional Iran, dan menekankan bahwa tujuan dari kebijakan kekuatan pencegahan pemerintahan Islam adalah mencegah agresi terhadap Iran oleh agresor internasional. Dia menyatakan bahwa musuh harus tahu, jika mereka berpikir untuk menyerang Iran, maka mereka akan menghadapi reaksi keras, karena mereka mungkin menjadi pihak yang memulai, tetapi akhirnya tidak berada di tangan mereka.