کمالوندی

کمالوندی

 

Edisi kali ini kita akan menelisik pandangan salah seorang orientalis abad ke-20 tentang pribadi Nabi Muhammad Saw. Dia adalah Frithjof Schuon, seorang penulis, filsuf, dan pujangga keturunan Jerman yang lahir di Basel, Swiss. Ia secara luas dikenal sebagai salah satu cendekiawan dan guru paling berpengaruh di bidang perbandingan agama.

Schuon dilahirkan di kota Basel, Swiss pada tanggal 18 Juni 1907. Ayahnya adalah seorang musisi dan dia tumbuh dalam suasana artistik. Di lingkungan rumahnya, musik dan seni-seni lain khususnya sastra mendapat perhatian dan pada titik inilah, Schuon – profesor metafisika dan studi komparatif agama – tidak hanya mengenal sastra Eropa, tetapi juga menekuni sastra Timur yang dipelajarinya dari teks-teks terjemahan.

Setelah memulai studi Arab, Schuon mulai tertarik pada agama Islam dan ketertarikan ini membuatnya resmi masuk Islam pada tahun 1932 di Paris, tempat dia bekerja saat itu. Setelah masuk Islam, ia memilih nama Syeikh Isa Nuruddin Ahmad.

Dia menceritakan kisah masuk Islamnya demikian bahwa suatu hari sambil berpikir tentang agama mana yang paling sempurna, dia berdoa kepada Tuhan dan berjanji jika pada hari yang sudah ditentukan, sebelum tengah hari, ada ada dari sisi Tuhan yang menghampirinya, maka ia akan memilih agama yang menjadi pemilik tanda itu.

Pada hari itu, Schuon meninggalkan apartemennya pada pukul 11:45 waktu Paris dan berjalan menuju jalan utama. Pada pukul 11:55 pagi, sekelompok tentara Afrika Utara yang menunggang kuda dengan pakaian Islami tiba-tiba muncul di jalan dan melakukan parade. Makna dari petunjuk yang luar biasa ini terlihat di tengah-tengah kota Paris, dan Schuon memutuskan untuk menunaikan janjinya dengan Tuhan dan segera masuk Islam.

Kehidupan pribadi Schuon dihabiskan dalam suasana yang menghadirkan kembali nuansa Islam tradisional di jantung Barat. Interior rumahnya dibuat seperti rumah tradisional Maroko yang paling indah, dan di lingkungan itu, orang akan merasakan bahwa dia tidak terpisah dari nuansa Dunia Islam.

Tapi ini bukan satu-satunya selera yang dimiliki Schuon yang penuh dengan tema tentang seni Islam. Hari-hari dalam hidupnya diisi dengan menjalani ibadah harian, dan ketika dia masih muda, ia mengikuti sunnah Rasulullah Saw yaitu tidak hanya berpuasa selama Ramadhan, tetapi juga di banyak hari lain sepanjangg setahun. Dia membaca al-Quran hampir setiap hari. Bertawassul kepada nama-nama Allah Swt dan berzikir kepada-Nya, tidak pernah berhenti dari bibirnya sampai detik-detik terakhir kehidupan dan sampai kematiannya.

Ketika Schuon berbicara tentang sosok Rasulullah Saw, dia menilainya sebagai manifestasi Islam dan berkata, "Jika Islam adalah manifestasi dari kebenaran, keindahan, dan kekuatan, maka Rasulullah juga merupakan manifestasi dari kemurnian, kedamaian, belas kasihan, dan kekuatan.”

Makna esoteris dari berbagai dimensi kehidupannya akan tampak ketika ia menulis buku-buku tentang Nabi Saw. Dia menghasilkan banyak karya penting tentang hakikat spiritual Muhammad dan makna keutamaan-keutamannya. Schuon menjelaskan kepada pembaca non-Muslim di Barat tentang arti sosok Rasulullah Saw bagi umat Islam dan alasan mereka sangat mencintainya.

Menariknya, Frithjof Schuon ketika menulis tentang sifat-sifat indah Nabi Muhammad Saw, ia tidak memposisikan dirinya sebagai narator atau orientalis, tetapi sebagai orang yang beriman dan jatuh cinta, dia mengucapkan kata-kata yang keluar dari kedalaman relung jiwa dan batinnya.

“Cinta dan kasih sayang Nabi Saw adalah unsur sejati dari spiritualitas Islam. Kaum Muslim menemukan keteladanan abadi dari keutamaan-keutamaan yang ada dalam wujud Rasulullah, di mana merefleksikan sifat-sifat ketuhanan dan keindahan serta menunjukkan jalan ke arah keesaan yang menyelamatkan. Itulah sebabnya kaum Muslim mencintainya dan mengikuti teladannya bahkan dalam hal terkecil dari kehidupan sehari-hari mereka,” kata Schuon.

Schuon telah melakukan studi tentang kepribadian spiritual Nabi Saw dan temuannya kemudian dituangkan dalam sebuah risalah dengan judul, The Mystery of the Prophetic Substance. Buku ini sebenarnya adalah salah satu karya terpenting yang pernah ditulis tentang hakikat spiritual Nabi.

Schuon mengatakan bahwa hakikat spiritual Rasulullah diselimuti oleh tabir duniawi karena dia juga penjelas dan penerap hukum bagi kehidupan duniawi. Dari sudut pandang Schuon, atribut luhur Nabi dapat direpresentasikan dalam bentuk segitiga di mana kejujuran dan kedamaian berada di puncaknya, sementara kemurahan hati, kehormatan, dan kekuatan berada di kedua sisinya, sedangkan qana’ah membentuk dasar segitiga ini.


Dia berkata, “Kedua sisi kiri dan kanan segitiga ini selaras satu sama lain dan membentuk kesatuan di puncaknya. Jiwa Rasulullah berdiri di atas keseimbangan dan kefanaan. Keseimbangan dari sisi kemanusiaan dan kefanaan di hadapan Tuhan.”

Schuon juga berkata, “Tidak ada keutamaan lain selain keutamaan Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, keutamaan ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang menjadikannya sebagai teladan.”

Al-Quran berbicara dalam banyak ayat dengan cara yang berbeda tentang sosok Nabi yang terakhir ini dan memperkenalkannya sebagai sosok yang suci dan memiliki kedudukan spiritual yang tinggi. Terkadang namanya disebut dengan penuh penghormatan, dan terkadang mengatakan bahwa ketaatan kepadanya sama dengan ketaatan kepada Tuhan, dan pembangkangan kepadanya bermakna berpaling kepada perintah Tuhan.

Di ayat-ayat lain, sosok Nabi Muhammad Saw diperkenalkan sebagai teladan yang baik. Salah satu contoh nyata tentang menghormati dan memuliakan Rasulullah adalah al-Quran memerintahkan manusia untuk memohon rahmat kepada baginda.

Umat Islam diperintahkan oleh Allah Swt untuk selalu mengingat Nabi terakhir ini. Kita juga diminta untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Rasulullah Saw dalam setiap shalat.

Menariknya, Allah Swt sendiri adalah yang pertama yang mengirimkan shalawat kepada Rasulullah Saw sebelum memerintahkan para malaikat dan orang-orang yang beriman untuk melakukan hal yang sama sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah. Perintah ini dapat ditemukan pada surat al-Ahzab ayat 56.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Schuon berpendapat bahwa salam dan shalawat untuk Nabi Saw memiliki efek yang sangat menguntungkan bagi siapa pun yang mengucapkannya.

Jumat, 20 November 2020 16:30

Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (24)

 

Kehidupan yang lebih baik adalah dambaan semua manusia, tetapi perlu dicatat bahwa sebuah kehidupan yang baik bukanlah seperti tamu yang tak diundang yang mengetuk pintu dan masuk secara tiba-tiba, namun kehidupan yang baik harus dibangun.

Dalam program “Mari, Membuat Hidup Lebih Baik”, kita bergerak selangkah demi selangkah untuk mengenal berbagai keterampilan hidup. Keterampilan individu dan sosial yang mengubah kualitas hidup kita. Kita sepakat bahwa kita harus memulai gerakan serta menghindari stagnasi, kemalasan, dan buang-buang waktu.

Kata kunci ini tidak boleh dilupakan, “Hidup kita tidak akan berkualitas sampai kita meningkatkan kompetensi diri kita.” Keterampilan hidup akan meningkatkan daya adaptasi individu, seseorang dapat menerima tanggung jawab sosial dan individual kehidupan dengan lebih baik, mengekspresikan kemampuannya, dan menghindari kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memecahkan masalah.

Pertama-tama kita harus membekali diri kita dengan keterampilan “berpikir yang benar.” Ketahuilah bahwa pengalaman, belajar, mengambil pelajaran dari orang lain, berkonsultasi dengan orang lain, dan lain-lain, akan memperluas pikiran kita dan meningkatkan kekuatan berpikir kita.

Marilah kita menemukan rahasia keberadaan kita di dunia ini dengan berpikir tentang diri kita, mengenali diri kita, mengetahui alam dan lingkungan kita, dan mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, “Untuk tugas dan tanggung jawab apa Tuhan menciptakan saya?”

Untuk menjadi lebih baik, kita perlu melihat diri kita yang sebenarnya lewat sebuah cermin yang bersih. Sadar diri adalah sebuah kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan setiap orang. Jika setiap individu dapat memperoleh gambaran realistis tentang dirinya serta mengetahui kebutuhan dan keinginannya dengan baik, maka ia dapat mengenali hak-hak individu dan sosial serta tanggung jawab individu dan sosialnya.

Jadi lewat cermin dalam diri kita, marilah kita berkaca tentang kemampuan, kelemahan, bakat, dan kekurangan kita, dan kemudian membuat daftar yang jelas tentang bakat dan kemampuan kita serta kelemahan dan kekurangan kita.

Pertimbangkan juga fasilitas yang kita miliki dan terakhir buatlah daftar tentang target-target yang ingin kita capai. Kita harus menetapkan tujuan kita berdasarkan kebutuhan dan sumber daya kita serta berdasarkan cita-cita dan keinginan kita dalam hidup. Penetapan tujuan adalah salah satu kunci untuk membuat hidup kita lebih baik.

Hidup tanpa tujuan tidak akan berarti alias sia-sia belaka. Ini seperti duduk di sebuah rawa atau berdiri di ujung gang buntu. Tentu saja tujuan kita juga harus realistis dan bukan khayalan. Jika kita menetapkan tujuan berdasarkan bakat dan kemampuan kita, kita akan semakin dekat untuk mencapai tujuan tersebut.

Ketika tujuan sudah tercapai bahkan yang kecil sekalipun, ia akan terlihat seperti kemenangan besar. Seolah-olah bunga mawar telah mekar di dalam diri kita dan aroma wanginya menyebarkan harapan ke dalam relung hati kita.

Setelah mengenali kelebihan dan kekurangan dalam hidup kita serta menetapkan tujuan, maka ada hal lain yang sangat penting yaitu manajemen waktu. Manajemen waktu berarti tidak menyia-nyiakan kesempatan, waktu, hari, bulan, dan tahun, dan bahkan menghargai setiap menit, detik, dan momen!

Menghargai waktu adalah pencapaian terbesar manusia, dan mereka dapat mencapai tujuan-tujuan besar dengan memanfaatkannya. Manajemen waktu adalah salah satu masalah terpenting, terutama di era dengan perubahan begitu cepat dan teknologi.

Agama Islam, kitab suci al-Quran, Rasulullah Saw, Imam Ali as, dan para imam maksum lainnya telah menjelaskan tentang pentingnya waktu dan tidak menyia-nyiakannya. Seperti penjelasan al-Quran tentang bulan dan musim dalam setahun. “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah! Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia…” (QS. Al-Baqarah, ayat 189)

Imam Ali as berkata, “Jadikanlah hari ini untuk mempersiapkan bekal untuk besok, dan hargailah waktu yang engkau miliki, dan gunakan kesempatan, waktu luang, dan sarana.”

Untuk mengatur waktu dan bergerak untuk mencapai target, maka dibutuhkan tekad, kerja keras, ketekunan, dan tidak takut gagal. Jadi, dibutuhkan semangat, kerja keras, dan ketekunan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Banyak dari kesuksesan di dunia dicapai dari tekad seseorang yang benar-benar ingin berhasil. Para peneliti mengatakan semangat dan antusiasme berasal dari pikiran positif. Dengan demikian, pikiran negatif merupakan hambatan besar untuk mewujudkan hidup yang lebih baik.


Seorang manusia membutuhkan kesehatan jiwa dan raga untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan meraih tujuan-tujuannya. Memperhatikan gizi serta kesehatan fisik dan mental merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan. Kesehatan fisik sangat ditentukan oleh hal-hal seperti menjaga keseimbangan makan dan minum, tidur yang cukup dan tepat waktu, serta nutrisi yang sehat dan olahraga.

Di sisi lain, kesehatan mental tidak kalah pentingnya dari kesehatan fisik. Bercengkrama dengan Tuhan, meningkatkan ketakwaan diri, dan membangun komunikasi yang sehat dengan orang lain, terutama anggota keluarga, sangat efektif untuk kesehatan mental seseorang.

Untuk hidup lebih baik, kita harus menyebarkan kasih sayang dan menerima kasih sayang. Cinta itu seperti air kehidupan, yang jika dipotong, ia akan layu dan mati seperti bunga tanpa air. Kasih sayang itu seperti hujan yang menyegarkan udara kehidupan dan mengubah kuncup menjadi bunga.

Komunikasi positif dengan anggota keluarga dapat sangat bermanfaat. Komunikasi yang saling menghormati dan ramah terutama dengan ayah dan ibu adalah sangat penting. Mereka adalah sumber cinta, pengorbanan, dan kebesaran jiwa. Mereka menghabiskan hidupnya seperti seorang tukang kebun, membesarkan dan mendidik anak-anak mereka.

Menghargai dan menjaga martabat mereka adalah salah satu tanda dari kedewasaan seseorang. Di sisi lain, menjaga teman dekat yang setia menemani dalam kesulitan dan memiliki rasa simpati, juga merupakan salah satu keterampilan yang harus dipelajari seseorang.

Empati dan kasih sayang, berbicara dengan baik, dan mentolerir orang lain, jujur, sabar, mengendalikan amarah serta menjaga tutur kata merupakan tanda lain dari kesehatan mental seseorang. Sifat mulia ini akan menyebarkan kebaikan dan membuat lingkungan masyarakat menjadi baik.

Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha memperbaiki dirinya sebab masyarakat juga akan memperoleh manfaat darinya. Hidup yang lebih baik akan mudah dicapai di lingkungan sosial yang sehat dan sarat dengan kebajikan moral. Dalam kondisi sosial yang bobrok, kehidupan yang lebih baik akan sulit diwujudkan.

Sekarang kehidupan di dunia modern disertai dengan banyak tekanan psikologis. Jika tekanan ini berlangsung terlalu lama, akan berdampak negatif pada kehidupan masyarakat dan menimbulkan masalah yang serius. Namun, hal ini dapat dicegah dengan belajar mengontrol stres dan mengendalikan emosi positif dan negatif.

Hubungan positif antar-individu akan memberi kehidupan warna dan rasa baru. Ketika kita membuang sifat buruk dan menggantikannya dengan sifat positif, kita telah berada di jalur pertumbuhan dan keluhuran. Jadi, sangat penting bagi kita untuk memanfaatkan pengalaman orang lain, menggunakan kata-kata para panutan, dan berkonsultasi dengan orang bijak.

Hidup ini harus dicintai dan selalu optimis atas setiap momen manis-pahitnya. Kita harus menikmati hidup dan membuat kenangan untuk semua momen, sebab kita hanya punya kesempatan untuk hidup sekali.

Belajar dari orang lain dan memilih panutan yang tepat adalah kesempatan yang baik untuk mewujudkan perubahan. Kehidupan yang membentur jalan buntu dan penyebabnya dapat membantu kita untuk mengenali keburukan dalam hidup dan kemudian menghindarinya. Dengan membangun kembali diri kita sendiri, kita dapat membuat momen hidup menjadi lebih baik dan lebih indah, serta menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Jumat, 20 November 2020 16:29

Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (23)

 

Dunia maya tanpa batas dan bahkan dapat diakses dari ponsel kecil telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia modern. Dunia maya yang dipenuhi dengan beragam fitur seperti email, situs web, jejaring sosial, game, dan chat room ini punya daya tarik yang luar biasa dan membuat pengguna menghabiskan banyak waktu di dalamnya.

Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan sejenisnya menarik banyak orang untuk berselancar di dunia tanpa batas ini.

Internet awalnya dirancang untuk keperluan militer dan keamanan, dan kemudian diperkenalkan kepada publik untuk memudahkan komunikasi. Bandwidth terus berkembang dari hari ke hari dan menjadi tempat bagi banyak orang untuk mencari hiburan, kesenangan, dan berbisnis. Dengan demikian, fungsi militer dan keamanan Internet telah berubah. Ia menjadi lebih luas, melintasi batas geografi dan menciptakan koneksi antar-benua.

Di era modern, teknologi baru ini telah menjadi arena dan industri yang berpengaruh secara global dan berfungsi sebagai alat yang paling efektif dalam mentransmisikan dan mempromosikan kebijakan, budaya, ekonomi, dan lainnya.

Di antara keunggulan Internet adalah pertukaran informasi yang cepat, memperluas komunikasi antar-manusia, dan memudahkan banyak hal. Akses ke berbagai bidang ilmu melalui Internet semakin memudahkan mahasiswa, peneliti, dan pecinta ilmu pengetahuan. Akses ke artikel ilmiah dan akademis sulit dilakukan sebelum adanya Internet.


Kita mungkin harus menunggu lama sehingga artikel yang dikirim lewat post dari negara lain sampai ke tangan kita, tapi sekarang artikel tersebut dapat dengan mudah diakses dengan menekan beberapa tombol. Selain bisa menghemat waktu, mengurangi penggunaan kertas dan biaya cetak serta biaya lainnya, hal ini semua menjadi mudah dengan menggunakan fasilitas yang tersedia di dunia maya.

Internet sekarang menjadi ruang yang sarat dengan informasi ilmiah, medis, komersial, politik, ekonomi, dan lain-lain, dan dapat diakses dengan mudah. Sekarang, e-commerce melalui Internet telah banyak membantu banyak orang untuk menghemat waktu dan uang, serta dapat digunakan untuk semua aktivitas bisnis, termasuk proses pembelian, penjualan atau pertukaran produk, layanan dan informasi. Seiring dengan pertumbuhan Internet, banyak jenis usaha sudah melantai di dunia maya.

Di zaman ini, transaksi bisnis terbesar bisa dilakukan hanya dengan satu ponsel dan koneksi Internet. Mengurangi perjalanan yang tidak perlu di dalam kota dan dengan demikian, mengurangi konsumsi BBM dan polusi udara adalah keunggulan lain yang dimiliki oleh dunia maya dan Internet.

Salah satu fitur yang disediakan untuk pengguna di Internet adalah jaringan sosial virtual. Jejaring sosial virtual menarik karena berbagai alasan, termasuk komunikasi tanpa batas, anonimitas, kebebasan ekstrem, tidak terikat dengan tempat, dan tidak terbatas waktu, serta beberapa fitur lainnya.

Seorang pengguna medsos menuturkan, "Ketika saya bangun dengan mata setengah terbuka, hal pertama yang saya mengambil ponsel dan membuka akun-akun medsos milik saya untuk melihat pesan masuk, foto, dan video baru."

Tentu saja, ini telah menjadi kegiatan dari banyak anak muda di masa sekarang. Jejaring sosial dengan kemampuan komunikasi seperti, obrolan dengan dua orang atau grup, video call, pengiriman foto dan video, serta fitur lainnya telah menciptakan bentuk komunikasi baru dan menarik banyak pengguna.

Sayangnya, banyak pengguna menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk menjelajahi web atau berpetualang di media sosial seperti Facebook dan lain-lain. Para peneliti sosial telah memperingatkan tentang pemborosan waktu ini dan dampak buruknya.

Meskipun usia jejaring sosial belum melebihi satu dekade, namun ia telah memasuki semua dimensi dan aspek kehidupan penggunanya. Jaringan ini dirancang agar seseorang dapat dengan mudah berbicara tentang kehidupan pribadi, pekerjaan, dan keluarga, serta memposting foto dan video dengan semua orang.


Sekarang ada persaingan yang tidak sehat, terutama di kalangan anak muda dalam memamerkan kehidupan pribadinya! Mereka ingin mendapatkan like lebih banyak dari orang lain dengan memamerkan momen-momen pribadinya melalui postingan foto dan video.

Sebagian lain menjadikan medsos sebagai ajang unjuk diri dan memamerkan foto-foto pakaian, sepatu, dan asesoris lain yang bermerek, sehingga menegaskan rasa superioritas mereka. Sebagian berusaha menyebarkan konten pornografi serta mempromosikan perbudakan dan amoralitas melalui foto dan video yang tidak bermoral.

Para ahli dan peneliti di bidang humaniora percaya bahwa hadirnya Internet di ruang kehidupan manusia, bersama dengan manfaat dan keuntungan yang tidak dapat disangkal, telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran dan sangat mempengaruhi hubungan orang-orang. Efek paling buruk bagi masyarakat adalah dominasi budaya demokrasi liberal Barat atas budaya lokal. Efek ini bisa ditemukan di semua masyarakat dan tidak terbatas pada komunitas atau minoritas tertentu.

Efek lain dunia maya adalah menodai sakralitas dengan merusak keharmonisan pada bangunan utama masyarakat yaitu institusi keluarga. Di ruang ini terutama di media sosial, interaksi sedemikian rupa sehingga privasi dan norma-norma lebih mudah dilanggar.

Nilai-nilai kemanusiaan seperti moralitas keluarga, kesopanan, ajaran tradisional, dan adat istiadat budaya, serta nilai-nilai sosial telah rusak parah di dunia maya. Para peneliti ilmu humaniora percaya bahwa dunia maya telah meningkatkan kejahatan dan tindakan kriminal serta memperparah kerusakan sosial.

Efek lain dunia maya adalah kurangnya kontrol orang tua atas penggunaannya oleh anak-anak dan remaja. Banyak orang tua, karena karakteristik khusus dunia maya dan kebaruan fenomena ini, belum memiliki cukup kesempatan atau kemampuan untuk mengetahui secara tepat dunia maya dan fungsi-fungsinya. Saat ini remaja dan bahkan anak-anak mereka telah memasuki ruang yang luas dan berwarna-warni ini. Dia mengakses berbagai situs dan mungkin jaringan virtual tanpa merasa kewalahan dan tanpa rasa khawatir.

Dengan mempertimbangkan rasa ingin tahu yang besar pada remaja, maka mereka mungkin akan sangat rentan dan terdampak parah dari ruang yang tidak sehat di Internet. Hal ini dapat merubah perilaku mereka dalam jangka panjang dan menciptakan gangguan kepribadian, agresif, suka memaksa, dan emosional dalam menghadapi orang tua, serta munculnya perilaku yang umumnya bertentangan dengan nilai-nilai tradisional keluarga.

Sebagaimana diketahui bersama, penggunaan dunia maya yang tidak tepat memiliki banyak kerugian dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada institusi keluarga. Dampak negatif lain dari dunia maya adalah prevalensi individualisme dan berkurangnya semangat tanggung jawab pada individu, meningkatkan praktik manipulasi identitas dan penipuan cyber, mempromosikan gaya hidup hedonis, dan budaya pamer.

Singkatnya, teknologi komunikasi baru terutama dunia maya, selain memiliki dampak positif dan menginformasikan pengguna tentang sebuah peristiwa dan insiden, penyalahgunaannya juga bisa menyebabkan banyak dampak negatif.


Dapat digunakan beberapa metode untuk mencegah dan mengurangi dampak buruk di dunia maya serta untuk memiliki kehidupan yang sehat dan optimal. Pertama, kita harus memperhatikan pengaturan waktu dalam penggunaan Internet. Kita harus berkomitmen untuk memanfaatkan Internet dengan baik dan hindari menelusuri konten-konten vulgar, luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan sepanjang hari, dan memperkuat spiritualitas kita.

Tidak mengabaikan kebersamaan dalam keluarga, berinteraksi dan berbicara dengan mereka, serta meningkatkan kebersamaan kita. Dalam agenda sehari-hari, kita harus meluangkan waktu untuk membaca buku, koran, dan majalah, serta menyisakan waktu untuk kegiatan wisata dan olah raga.

Mengingat sebagian besar pengguna dunia maya adalah remaja dan kaum muda, maka orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengajari anak-anaknya cara menggunakan media sosial dan Internet dengan benar.

Jaringan televisi juga dapat memainkan peran penting dengan menyiarkan program pendidikan singkat tentang keuntungan dan kerugian Internet. Lewat cara ini dan dengan mengenali bahaya dunia maya, kita dapat menciptakan dan memperkuat metode yang tepat dalam memanfaatkan Internet untuk diri kita dan masyarakat. 

Jumat, 20 November 2020 16:28

Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (22)

 

Kita membutuhkan berbagai keterampilan untuk membangun kehidupan yang sehat dan bahagia serta membuat momen-momen yang indah. Keterampilan hidup seperti alat bantu yang bisa dipakai untuk membuat kemajuan yang signifikan.

Keterampilan seperti manajemen waktu, manajemen perilaku, perbaikan diri, pengembangan jiwa, memperbanyak kebajikan, metode berinteraksi dengan pasangan dan anak-anak serta banyak keterampilan lain yang bisa meningkatkan kualitas hidup.

Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan skil dan kompetensi serta memulai sebuah gerakan maju, karena tanpa gerakan kita akan tenggelam dalam sebuah rawa. Pertama-tama kita harus mengenali kekuatan dan kelemahan kita, jangan takut pada kelemahan, tetapi atasi kelemahan dan ketakutan dengan belajar terus-menerus.

Jangan biarkan kekurangan kita seperti vas bunga yang kosong, tetapi dengan menanam bunga-bunga yang indah di dalam diri kita dan merawatnya, kita akan merasakan perkembangannya. Matahari terbit dengan indah setiap hari, jadilah seperti matahari dan marilah merasakan kelahiran kembali dan bersinar. Kita tidak akan tenggelam dalam kehidupan ini selama kita terus bergerak dan mencari.

Salah satu keterampilan penting untuk dipelajari di masa sekarang adalah keterampilan manajemen dunia maya. Ratusan juta orang di seluruh dunia menggunakan internet setiap hari, dan salah satu fungsi utama internet adalah untuk bersosialisasi dengan orang lain. Koneksi virtual yang luas ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus diperhatikan.


Salah satu dampak negatif komunikasi virtual adalah berkurangnya kehangatan di keluarga. Saat ini dengan meningkatnya penggunaan internet dan secara khusus media sosial, volume bercengkrama dalam keluarga telah menurun tajam. Padahal bercengkrama di keluarga sangat penting.

Percakapan dan interaksi dalam kehidupan keluarga memiliki peran yang sangat efektif untuk mengenali bakat dan mengembangkannya serta memecahkan persoalan dengan melibatkan keluarga dan membuat rumah menjadi hangat dan akrab. Jika karena alasan apapun hubungan seperti itu tidak tercipta di keluarga, maka proses alami untuk mencapai tujuan luhur dalam hidup pasti akan terganggu dan hubungan menjadi dingin.

Doktor Afshin Tabatabaei, penulis dan peneliti isu-isu sosial asal Iran mengatakan bahwa mempelajari keterampilan komunikasi dua arah yang benar dan mengisi ruang hidup dengan pemahaman dan pendapat yang baik untuk memecahkan masalah, akan menjadi solusi dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi.

"Di sebagian besar keluarga, karena kurangnya budaya bincang-bincang keluarga serta kurangnya pendidikan dan keterampilan yang diberikan sejak usia dini, maka kebanyakan orang – baik pria maupun wanita – menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Mereka menjadi putus asa, bimbang, melakukan sesuatu tanpa pengetahuan, berjalan ke arah yang salah, atau bergerak ke arah kekerasan, tempramen, lemah, dan sifat-sifat buruk lainnya," jelasnya.

Padahal, kata Doktor Afshin Tabatabaei, pengalaman manusia menunjukkan bahwa instrumen yang paling praktis dan kuat untuk memecahkan masalah dan meredam amarah adalah dialog.

Namun, kita sekarang menemukan banyak rumah tangga di mana para anggotanya duduk berdekatan, tetapi mereka terpisah jauh secara emosional dan kontak batin. Mereka sangat minim bercengkrama dan memiliki rasa empati satu sama lain. Hal ini tentu saja melemahkan fondasi keluarga di samping faktor-faktor destruktif lainnya.

Meski demikian, tidak dapat disimpulkan bahwa dunia maya hanya membawa mudharat, karena telah merampas ruang dialog dan kehangatan keluarga! Para anggota keluarga dapat meluangkan waktu mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat bisa menghabiskan bersama yang jauh dari ruang virtual, ponsel, tablet, dan komputer, kemudian berbincang-bincang dengan orang tua atau pasangan dan anak-anak mereka dalam suasana yang hangat.

Sebagian orang percaya bahwa dunia maya bukan hanya tidak mengurangi volume bincang-bincang mereka, tetapi juga menciptakan berbagai macam koneksi. Kelompok ini percaya bahwa banyak orang dari berbagai usia dan dari kelompok sosial yang berbeda berkumpul di dunia maya dan berkomunikasi satu sama lain dari jarak jauh.


Lewat email, pesan singkat, room chat, situs web, dan game, mereka merasakan pengalaman untuk memperluas dan memelihara hubungan sosial. Mereka saling mengenal budaya satu sama lain, dan terkadang persahabatan ini mengarah pada interaksi fisik di antara mereka.

Dokter Mehdi Davaei, pakar psikologi pendidikan dan dosen Institute for Cognitive Science Studies Tehran, percaya bahwa dunia maya bisa memainkan peran positif atau negatif dalam memperkuat keluarga, tergantung pada penggunaannya.

Dia percaya bahwa zaman sekarang bukan seperti masa lalu, di mana anggota keluarga berkumpul di rumah kakek-nenek mereka pada hari-hari libur untuk bertemu satu sama lain. Sekarang jarak geografi sudah sangat jauh sehingga hubungan keluarga hanya terbatas pada dunia maya dan ia meniadi kesempatan untuk berkumpul.

"Jika dunia maya dapat meningkatkan acara-acara bersama di antara keluarga, maka ini adalah positif. Tetapi jika dunia maya menghambat pelaksanaan acara-acara bersama keluarga, di sini dunia maya telah merusak hubungan kekeluargaan," jelas dokter Davaei.

Menurut dokter Davaei, secara umum, cara kita menggunakannya menjadi penentu apakah dunia maya bermanfaat atau berbahaya!

Bahaya lain dunia maya bahwa kita dengan mudah bisa mengakses informasi apapun, foto, dan video serta konten yang terkadang bukan hanya tidak menguntungkan kita, tetapi juga berdampak buruk pada moral kita. Sebagian peneliti sosial percaya bahwa dunia maya memainkan peran utama dalam merusak hubungan keluarga dan perceraian suami-istri.

Ketika salah satu pasangan fokus ke dunia maya dan melihat gambar-gambar dan konten yang tidak sehat, maka ia secara perlahan mulai menjauh dari tanggung jawab dan kewajibannya. Dia mulai bersikap dingin dengan pasangannya yang kemudian berjung pada perceraian.

Pasangan bahkan terhubung dengan lawan jenis di dunia maya dan persahabatan yang tidak sehat ini mengarah pada perselingkuhan yang pada akhirnya menghancurkan keluarga. Di sini anak-anak lah yang paling menderita.

Beberapa pemerhati isu sosial percaya bahwa memandang biasa hal-hal yang melanggar norma dan mempromosikan perilaku yang tidak biasa seperti, pertemanan yang tidak biasa, perjudian internet, taruhan internet, dan hubungan yang tidak sehat adalah bahaya lain yang membayangi orang-orang yang aktif di media sosial.


Jadi, dapat dikatakan bahwa perlunya kita memandang kehadiran media sosial sebagai sebuah realitas sosial. Dalam menggunakan media sosial, kita membutuhkan perencanaan dan demi kesehatan mental, emosional, dan pengembangan keterampilan anak-anak, kita tetap harus mengutamakan interaksi visual dan langsung.

Percakapan hangat di rumah adalah salah satu kunci paling penting dan efektif untuk meningkatkan kedekatan di antara anggota keluarga. Namun hal ini membutuhkan penguatan keterampilan berbicara dan memperhatikan kualitas percakapan. Ini berarti bahwa keluarga perlu menyikapi kebutuhan akan percakapan yang berkualitas di rumah dengan lebih serius.

Di sini, orang tua harus menjadi panutan yang baik dalam masalah percakapan dan selalu berkomitmen untuk menyediakan waktu dialog dengan keluarga di rumah. Mereka harus berbicara dengan pasangan dan anak-anaknya tentang berbagai persoalan dan lain-lain. 

Jumat, 20 November 2020 16:25

Syarif Radhi

 

Di beberapa seri sebelumnya kita telah berbicara tentang Muhammad bin Muhammad bin Nu'man atau Syeikh Mufid. Edisi sekarang akan mengupas biografi salah satu murid besar Syeikh Mufid yaitu Sayid Radhi.

Sayid Radhi adalah seorang ulama besar pada masanya dan ia menimba ilmu dari para guru besar dan ilmuwan zaman itu. Ia adalah seorang faqih yang luas ilmunya, ahli kalam yang mahir, sastrawan yang ulung, dan seorang ulama tafsir dan hadis. Ia adalah adik dari Sayid Murtadha, salah satu tokoh besar Syiah pada masa itu.

Abu al-Hasan Muhammad bin Husein al-Musawi yang bergelar Syarif Radhi dan terkenal dengan sebutan Sayid Radhi, dilahirkan di kota Baghdad, Irak pada tahun 359 Hijriyah. Nasab ayahnya sampai kepada Imam Musa al-Kazim as dan ibundanya merupakan cucu dari Imam Ali Zainal Abidin as.

Ayahnya, Abu Ahmad Husein adalah seorang tokoh besar, tetua para sayid, amirul haj, dan sosok yang bertanggung jawab untuk memproses pengaduan masyarakat. Ibunya, Fatimah putri Abu Muhammad adalah seorang wanita yang berilmu dan bertakwa. Sayid Radhi menulis buku Ahkam al-Nisa’ atas permintaan ibundanya.

Syeikh Mufid mengisahkan bahwa suatu malam aku melihat Sayidah Fatimah Zahra as dalam mimpiku dengan membawa kedua putranya yang masih kecil, Hasan dan Husein as. Ia menyampaikan salam kepadaku dan berkata, "Wahai syeikh, ajarkan fikih kepada kedua anak ini." Aku kaget dan langsung bangun. Di pagi hari itu juga, ibunda dari Sayid Radhi dan Sayid Murtadha datang kepadaku sambil membawa kedua putranya itu. Ia berkata, “Syeikh, keduanya adalah anak-anakku, mereka aku bawa ke hadapanmu supaya engkau ajarkan fikih.”

Syeikh Mufid menangis dan menceritakan mimpinya kepada ibunda Sayid Radhi. Kemudian Syeikh Mufid pun mengajarkan fikih kepada mereka. Allah Swt membukakan rahmat-Nya bagi mereka dan meluaskan ilmu dan kemuliaan mereka sehingga terkenal di seluruh dunia.

Sejak awal mengenyam pendidikan, Sayid Radhi sudah membuat rekan-rekan dan para gurunya takjub. Semakin tinggi jenjang yang ia tempuh, pujian para ilmuwan mengalir untuknya begitu pula dengan kedengkian musuh-musuh. Di usia sembilan tahun, orang-orang dibuat terpana dengan kejeniusannya ketika menjawab dengan teliti dan tepat mengenai soal-soal dari guru besar ilmu nahwu.

Selain Syeikh Mufid, Sayid Radhi juga berguru kepada para ulama besar dan ilmuwan pada masa itu. Ia belajar kepada para ilmuwan yang tinggal di Baghdad di berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti, saraf, nahwu, balaghah, tafsir, hadis, fiqih, ushul fiqh, dan ilmu kalam.

Ia memperoleh banyak pengetahuan dari mereka dan menyempurnakan keahliannya di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sayid Radhi dikenal sangat tekun dalam menimba ilmu dan selain kepada para ulama Syiah, ia juga berguru kepada ulama Sunni sehingga menguasai sumber-sumber hadis dan fiqih mazhab lain.

Oleh karena itu, Sayid Radhi sangat kompeten dalam berdebat dan membuktikan sesuatu dengan bersandar pada sumber-sumber dan argumen yang kuat. Sebelum mencapai usia baligh, Sayid Radhi telah mempelajari berbagai cabang ilmu dan ketika menginjak usia 20 tahun, ia menguasai semua ilmu yang berkembang pada masa itu dengan sempurna.

Sayid Radhi mulai menulis buku pada usia 17 tahun dan buku-bukunya tercatat sebagai karya ilmiah Syiah yang paling bernilai. Nama Sayid Radhi di kalangan ulama dan ilmuwan tidak bisa dipisahkan dari kitab Nahjul Balaghah. Ia mengumpulkan khutbah, surat, dan ucapan-ucapan Imam Ali as dari berbagai sumber dan mengumpulkannya dengan rapi dalam sebuah kitab bernama Nahjul Balaghah.

Pada dasarnya, Sayid Radhi mampu mempersembahkan sebuah kitab yang sempurna kepada dunia, yang bersumber dari ucapan manusia suci dan sosok pengganti Rasulullah Saw yaitu Imam Ali as. Lewat karya ini, ia tidak hanya menyumbangkan sebuah kontribusi besar kepada dunia Syiah, tetapi juga kepada seluruh umat manusia.

Karya lain Sayid Radhi adalah kitab Khashaish al-Aimmah dan tafsir al-Mutasyabih fi al-Quran, di mana dari kandungannya dapat diketahui kemampuan ilmiah dan keluasan pengetahuan penulisnya.

Sayid Radhi dikenal sebagai guru besar di bidang sastra Arab dan tidak ada tandingannya dalam ilmu sastra dan puisi. Ia mulai melantunkan puisi sejak usia 10 tahun dan qasidah pertamanya membuat para sastrawan terkagum-kagum. Syair-syair Sayid Radhi dihafali dan dilantunkan oleh masyarakat. Diwan syair Sayid Radhi mencakup 6.300 bait dan termasuk karya sastra Arab yang paling bernilai.

Seorang sastrawan besar, Shahib bin 'Ibad diliputi rasa kagum ketika pertama kali menyaksikan penggalan syair Sayid Radhi. Ia kemudian mengutus salah seorang ke Baghdad untuk menyalin buku diwan syair Sayid Radhi dan membawa salinan itu kepadanya. Peristiwa ini terjadi ketika Sayid Radhi masih berusia 26 tahun.

Selain menguasai ilmu dan sastra, Sayid Radhi memiliki keutamaan akhlak dan kesempurnaan jiwa. Ia dikenal dengan jiwa yang bersih, setia, dan dermawan, memegang teguh ajaran agama, serta menjaga perkara halal dan haram.

Meski sangat mahir dalam melantunkan syair dan pujian terhadap para tokoh agama dan politik, tetapi ia tidak pernah menerima imbalan dan tidak menjadikan syairnya sebagai sarana untuk menjilat orang lain, ia hanya berbicara fakta dan kebenaran dalam format syair. Ia sudah berkali-kali menolak hadiah yang diberikan oleh Baha al-Dawla Daylami, salah satu penguasa Dinasti Buyid.

Sayid Radhi terkenal sangat dermawan dan bermurah hati. Di tengah kesibukannya, ia membangun sebuah madrasah dan kemudian mendidik para santri, serta menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada masa itu. Madrasah ini diberi nama Dar al-‘Ilm dan ia sudah berdiri puluhan tahun sebelum dibangun Madrasah Nizhamiyah Baghdad.

Madrasah Nizhamiyah dibangun dengan anggaran pemerintah, tetapi Sayid Radhi mengeluarkan seluruh biaya operasional Dar al-‘Ilm dan santri dari uangnya sendiri. Sejumlah santri bahkan diberikan kunci gudang sehingga bisa mengakses apa yang dibutuhkan.

Sayid Radhi juga memikul tanggung jawab sosial yang besar dan selalu hadir untuk memberikan pelayanan kepada kaum Muslim. Sejak al-Mu'tadhid Billah (Khalifah Bani Abbasiyah) berkuasa pada tahun 279 H, keturunan alawi mulai dihormati dan diangkat satu tokoh dari keturunan sayid untuk menangani urusan-urusan mereka.

Di setiap kota, diangkat satu tokoh atau ulama alawi untuk mengurusi wilayahnya, tetapi Sayid Radhi ditunjuk sebagai pemimpin alawi di seluruh dunia Islam dan ini hanya terjadi di zamannya. Ia bertanggung jawab untuk mengurusi komunitas sayid termasuk urusan pengadilan, menengahi konflik, menangani urusan anak yatim, dan melaksanakan hukum-hukum syar’i tentang keturunan alawi.

Sayid Radhi secara tiba-tiba dan penuh misteri meninggal dunia pada usia 47 tahun. Kabar duka ini membuat para menteri, ulama, dan hakim Syiah dan Sunni berbondong-bondong datang ke rumahnya. Dihadiri oleh ribuan pelayat, jenazah Sayid Radhi dimakamkan di rumahnya di Karakh dan kemudian dipindahkan ke Karbala.

Jumat, 20 November 2020 16:24

Sayid Murtadha Alamul Huda.

 

Ulama dalam budaya Islam memiliki posisi yang sangat tinggi dan dianggap sebagai pewaris para nabi di tengah umat. Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as memperkenalkan ulama sebagai penjaga agama, penerang bumi, dan pewaris para nabi.

Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Ketika hari kiamat tiba, Allah Swt akan membangkitkan ulama dan ‘abid. Ketika mereka berdua berdiri di hadapan Allah Swt, datang perintah kepada ‘abid, ‘Masuklah ke surga’ dan dikatakan kepada ulama, ‘Tetaplah di sini dan berikan syafaat karena kalian telah mendidik orang-orang dengan baik.’”

Edisi sekarang akan mengkaji lebih jauh tentang posisi tinggi cendekiawan Muslim dengan memperkenalkan kepribadian dan kiprah para ulama besar Syiah.

Ali bin Husein bin Musa – masyhur dengan Sayid Murtadha Alamul Huda – adalah seorang fakih besar, teolog, dan tokoh masyarakat Syiah yang sangat berpengaruh pada abad keempat dan kelima Hijriyah.

Dari segi intelektual, Sayid Murtadha Alamul Huda memiliki posisi yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit orang yang mencapai posisi ini pada masa itu. Dia sangat menonjol dalam banyak disiplin ilmu pada masanya seperti teologi, fiqih, yurisprudensi, tafsir, filsafat, astronomi, dan sastra, dan bahkan dianggap sebagai murid istimewa Syeikh Mufid.

Sepeninggal Syeikh Mufid, ia dianggap sebagai ulama besar fiqih, teolog, dan marja’ utama Syiah pada masanya. Sayid Murtadha juga dikenal sebagai penyebar agama pada awal abad kelima Hijriyah.

Sayid Murtadha – sepeninggal ayah dan saudaranya Sayid Radhi – selama 30 tahun menjadi pembesar kelompok Alawi (keturunan Nabi Saw), pemimpin haji, dan ketua dewan pemberantas kezaliman. Dewan ini menangani pengaduan masyarakat terhadap para penguasa dan gubernur.

Menurut Sayid Murtadha, bekerjasama dengan penguasa lalim adalah boleh dan benar bila memiliki fungsi-fungsi rasional dan syar'i, yakni seseorang dalam tanggung jawabnya mampu mengangkat kezaliman dan menegakkan keadilan atau menjalankan hukum-hukum Ilahi.

Sayid Murtadha adalah seorang pemikir rasionalis. Dia percaya bahwa untuk membuktikan Tuhan, diperlukan pencarian rasional dan penalaran, dan tidak dapat merujuk kepada teks-teks agama untuk membuktikan keberadaan Tuhan, sebab teks-teks agama sendiri akan dianggap valid ketika Tuhan sudah dibuktikan melalui akal dan beberapa sifat-Nya juga sudah diketahui.

Pandangan Sayid Murtadha ini berakar pada ajaran al-Quran bahwa prinsip-prinsip agama termasuk keyakinan pada Allah, kenabian, konsep imamah, hari kebangkitan, dan keadilan – sebagai rukun Islam – tidak dapat diterima hanya mengandalkan taklid dan ucapan orang lain, tetapi prinsip-prinsip ini harus dibuktikan dengan menggunakan akal, baru setelah itu seseorang dapat memanfaatkan teks agama dalam menerima rukun-rukun agama lainnya.

Ulama besar ini memandang akal sebagai hujjah dalam berakidah dan kajian teologis, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan akal dianggap batil. Oleh karena itu, ketika ada riwayat yang bertentangan dengan akal, maka ia memilih pandangan akal dan percaya bahwa tidak semua riwayat yang sampai kepada kita adalah sahih.

Pada masa itu, kelompok Mu'tazilah juga aktif melakukan kegiatan ilmiah di Baghdad dan mereka merupakan kelompok yang berpegang pada rasionalitas. Oleh sebab itu, beberapa pihak menganggap Sayid Murtadha sebagai penganut mazhab Mu'tazilah, padahal tidak demikian.

Sebagai seorang pemikir Syiah, ia menentang pemikiran Mu'tazilah mengenai beberapa prinsip penting termasuk konsep imamah, kemaksuman, iradah Ilahi dan kehendak manusia.

Sayid Murtadha memiliki pendekatan rasionalitas di bidang fiqih dan meyakini bahwa jika tidak ditemukan dalil-dalil naqli untuk membuktikan hukum syariah pada suatu subjek, maka akal dengan sendirinya dapat menyingkap hukum syariah. Dia adalah salah satu pelopor metode ijtihad dalam fiqih Syiah yang dalam pengistimbatan hukum menggunakan dalil-dalil rasional.

Sayid Murtadha meninggalkan banyak karya yang berharga untuk mazhab Syiah. Almarhum Allamah Amini dalam kitab al-Ghadir menyebutkan 86 nama buku ulama besar tersebut, salah satunya adalah buku koleksi puisi dengan 20.000 bait. Di antara buku fiqih Sayid Murtadha adalah al-Intishar.

Buku ini termasuk salah satu contoh kitab fiqih pertama yang mengkaji persoalan-persoalan yang diperdebatkan antara Syiah dan Sunni, dan memuat hukum-hukum yang berhubungan dengan fiqih Syiah.

Karya penting lainnya di bidang fiqih adalah kitab al-Nasiriyat yang ditulis untuk menafsirkan pandangan fiqih kakeknya, Nasir Kabir. Sayid Murtadha menulis sebuah buku yang lengkap dan komprehensif di bidang yurisprudensi Syiah yaitu al-Zari'ah ila Usul al-Syari'ah dan memberikan penilaian tentang pandangan mazhab Sunni.

Kitab tersebut dianggap sebagai awal terbentuknya ilmu ushul fiqh di kalangan Syiah dan membuatnya terpisah dari ilmu ushul fiqh Sunni. Karya-karya lain Sayid Murtadha adalah kitab Amali tentang persoalan fiqih, kemudian buku-buku di bidang tafsir, hadis, syair, sastra, dan kitab al-Syafi yang membahas konsep imamah.

Sayid Murtadha sangat terkenal selama masa hidupnya dan disebutkan bahwa kuliahnya selalu dipadati oleh mahasiswa dan sebagian ulama, dan bahkan gurunya Syeikh Mufid kadang-kadang juga menghadiri kuliahnya. Dia memiliki rumah besar yang dijadikan sebagai madrasah dan mengajar berbagai mata kuliah seperti fiqih, yurisprudensi, teologi, tafsir, bahasa, syair, astronomi, dan matematika.

Pada waktu itu, para mahasiswa datang ke kota Baghdad dari penjuru terjauh untuk menimba ilmu dari guru-guru besar seperti Sayid Murtadha, namun kebanyakan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikannya selama di rantau. Sayid Murtadha mendedikasikan sebagian rumahnya untuk para mahasiswa. Dia adalah orang pertama yang mengubah rumahnya menjadi madrasah dan tempat diskusi serta menyediakan sebuah perpustakaan besar untuk mahasiswa.

Ketika buku-buku masih ditulis dengan tangan dan belum ada industri percetakan, perpustakaan Sayid Murtadha mengoleksi hampir 80.000 buku. Di madrasahnya, mahasiswa dari berbagai agama sangat terkesan dengan perilaku dan akhlak Sayid Murtadha. Kontribusi penting lain yang dilakukan Sayid Murtadha adalah mendedikasikan salah satu desa miliknya untuk memenuhi kertas yang dibutuhkan oleh para ilmuwan dan fuqaha.

Sayid Murtadha meninggal dunia pada usia sekitar 80 tahun pada tanggal 25 Rabiul Awal 436 H di kota Baghdad. Jenazahnya dimandikan oleh Abu al-Hussein Najashi dan murid-muridnya yang lain. Kemudian putranya Sayid Muhammad memimpin shalat jenazah dan Sayid Murtadha dimakamkan di rumahnya di daerah Karkh, Baghdad. Jasad Sayid Murtadha kemudian dipindahkan ke Karbala dan dimakamkan di samping makam suci Imam Husein as. 

Jumat, 20 November 2020 16:21

Ibnu Syahr Asyub

 

Ibnu Syahr Asyub adalah seorang ilmuwan besar yang menduduki derajat tinggi di berbagai disiplin ilmu keislaman dan fokus mendidik murid-muridnya, melakukan penelitian, dan menulis buku sampai akhir hayatnya.

Kehidupan Ibnu Syahr Asyub sarat dengan spiritualitas dan antusiasme, dan para tokoh menganggapnya teladan dalam takwa dan jihad. Muhammad bin Ali bin Syahr Asyub Sarawi Mazandarani yang lebih dikenal dengan Ibnu Syahr Asyub dilahirkan pada bulan Jumadil Akhir tahun 488 H. Keluarganya berasal dari kota Sari di Provinsi Mazandaran, Iran, atau tepatnya di pantai selatan Laut Kaspia, tetapi ayah dan kakeknya tinggal di Baghdad.

Apakah Ibnu Syahr Asyub lahir di Sari atau Baghdad, ini masih menjadi perdebatan di antara sejarawan. Sebagian orang memandang dia berasal dari Sarawi dan lahir di Mazandaran, tapi sebagian yang lain meyebutkan kelahirannya di Bagdad.

Ayahnya bernama Syekh Ali yang merupakan salah satu ahli hukum, pakar hadis, dan ulama besar di dunia Syiah, dan dia bekerja keras dalam mendidik putranya itu.

Di bawah asuhan ayah yang alim dan berakhlak mulia, Muhammad menorehkan banyak prestasi. Pada usia 8 tahun, dia telah menghafal seluruh al-Quran, dan karena akhlaknya yang baik dan kata-katanya yang sopan membuatnya sangat disayangi oleh orang-orang di sekitarnya. Semangat belajar dan melakukan penelitian adalah warisan yang ditularkan ayahnya kepada Muhammad.

Rezeki halal yang diperoleh ayahnya telah membantu hati dan pikiran sang anak dalam menerima kebenaran dan berjalan di jalur kesempurnaan. Ayahnya sangat perhatian dengan masalah ini dan ia menjauhkan makanan yang haram dari raga dan jiwa anak-anaknya. Islam sangat menekankan masalah pengaruh makanan halal terhadap kesuksesan manusia dalam mencapai kesempurnaan.

Setelah mempelajari al-Quran dan mata kuliah pengantar, Ibnu Syahr Asyub menekuni ilmu-ilmu agama seperti, fiqih dan ushul fiqih, hadis, teologi, ilmu rijal, dan tafsir. Ulama besar seperti Syeikh Tabarsi dan Allamah Qutbuddin al-Rawandi termasuk di antara guru-gurunya. Juga kakeknya yaitu Syahr Asyub Sarawi (penduduk kota Sari) termasuk di antara guru yang sangat berjasa padanya.

Ibnu Syahr Asyub menimba ilmu di berbagai hauzah Iran dan belajar kepada para ulama besar selama perjalanan ilmiahnya ke berbagai kota di Iran seperti, Mashad, Qom, Rey, Kashan, Naishabur, Isfahan dan Hamedan. Ia kemudian hijrah ke kota Baghdad. Di masa itu, Baghdad adalah pusat ibukota Dinasti Abbasiyah dan pusat ilmu Islam yang paling terkenal. Para ilmuwan hebat dari berbagai penjuru datang ke kota itu untuk kegiatan-kegiatan ilmiah.

Tidak lama kemudian, Ibnu Syahr Asyub pindah ke kota Hillah (Irak Tengah) yang bersejarah dan terkenal di dunia, dan setelah bertahun-tahun di sana, ia meninggalkan Hillah menuju ke kota Mosul. Setelah lama tinggal di Mosul, dia pergi ke kota Aleppo (Halab), Suriah dan menetap di sana sampai akhir hayatnya. Pada waktu itu, Aleppo menjadi tempat kediaman para ulama besar dan masyarakat di kota itu memperlakukan orang Syiah dengan baik dan menghormati ulama Syiah.

Banyak ulama dan ilmuwan yang sangat dihormati yang hidup sezaman dengan Ibnu Syahr Asyub, tetapi Ibnu Syahr Asyub memiliki keunggulan dan derajat ilmunya diakui lebih tinggi. Dia selalu bersanding dengan para ulama besar di setiap kota di wilayah negara Islam yang ia singgahi, kegiatan kuliah dan ceramahnya selalu lebih ramai daripada yang lain. Lautan pengetahuan dan kemampuannya yang luar biasa membuat banyak orang belajar kepadanya.

Ibnu Syahr Asyub sangat tekun dalam beribadah dan selalu berwudhu. Dia adalah sosok yang baik budi, jujur, rendah hati, dan lembut tutur kata. Di samping kegiatan ilmiahnya seperti mengajar dan menulis, ia tidak melupakan tugas lain yaitu menyampaikan ceramah dan nasihat kepada masyarakat. Dengan cara ini, Ibnu Syahr Asyub menularkan ilmunya kepada masyarakat awam dan ulama.

Salah satu ciri khas yang membuat Ibnu Syahr Asyub lebih menonjol dari ulama lain pada masanya adalah memiliki pandangan ilmiah yang moderat dan unggul. Pandangan ilmiahnya memiliki landasan dan argumen yang kuat, dan meskipun seorang ulama Syiah, ia sangat menguasai sumber-sumber teologi dan sejarah Sunni melebihi para ulama Sunni yang hidup sezaman dengannya. Karakteristik ini membuat sebagian ulama pencari kebenaran dari Sunni – di samping ulama Syiah – memuji dan mengagumi ulama besar ini.

Ibnu Syahr Asyub juga terkenal di bidang penulisan. Ia meninggalkan buku-buku yang inovatif di sebagian besar ilmu Islam termasuk, fiqih, yurisprudensi, teologi, hadis, sejarah, tafsir, dan ilmu rijal, yang selalu menjadi rujukan bagi para ulama dan ilmuwan.

Buku berharga, Manaqib Al Abi Thalib adalah karya Ibnu Syahr Asyub yang paling terkenal yang telah dicetak berulang kali sampai sekarang. Kitab yang memuat sejarah kehidupan dan keutamaan 14 imam maksum ini, dengan jelas menunjukkan tingkat keterampilan dan penguasaan penulis terhadap sejarah dan hadis. Kitab Manaqib Al Abi Thalib diawali dengan uraian tentang kabar gembira pengutusan Rasulullah Saw, sejarah hidupnya, mukjizat, nama dan gelar, dan mikraj nabi. Setelah itu, ia membahas tentang konsep imamah dan ayat-ayat serta riwayat yang terkait dengannya, kemudian menjelaskan biografi para imam maksum serta Sayidah Fatimah Zahra as dan keutamaan-keutamaan mereka satu per satu.

Buku kecil tapi berharga, Ma'alim al-Ulama merupakan karya lain dari Ibnu Syahr Asyub yang memuat nama dan biografi dari 1.021 ulama Syiah. Buku ini lebih lengkap daripada kitab al-Fihrest karya Syeikh Tusi yang membahas topik yang sama, dan penulis memperkenalkannya sebagai penyempurna al-Fihrest.

Ibnu Syahr Asyub juga menulis sebuah buku tentang tafsir al-Quran yang berjudul, Mutasyabih al-Quran wa Mukhtalafuhu yang mendapat perhatian khusus dari para ulama dan dapat dianggap sebagai kitab pertama di bidangnya. Dalam buku ini, Ibnu Syahr Asyub mengkaji ayat-ayat mutasyabih dalam al-Quran.

Ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang sifatnya kompleks dan memiliki banyak arti, dan maknanya baru dapat diketahui dengan benar dengan merujuk pada ayat-ayat yang tegas dan jelas.

Ibnu Syahr Asyub, ulama fiqih yang bijaksana dari mazhab Ahlul Bait, meninggal dunia pada Jumat malam, 22 Sya'ban tahun 588 H di kota Aleppo, Suriah setelah menjalani hidup hampir 100 tahun.

Jenazah suci ulama besar ini dimakamkan di Mashhad al-Siqth atau Jabal Jawshan di pinggiran kota Aleppo. Menurut masyarakat Syiah Halab, tempat ini adalah lokasi dimakamkannya Muhsin al-Siqth, putra Imam Husein as. Oleh karenanya ia dikenal dengan nama Mashhad al-Siqth.

Meski ia telah tiada, semilir ajaran Ahlul Bait yang dibawakan olehnya tetap menjadi penghapus dahaga bagi para para pencari kebenaran. Imam Ali as berkata, “Orang alim tetap hidup meskipun ia telah meninggal, dan orang bodoh telah mati meskipun ia masih hidup.”

Jumat, 20 November 2020 16:20

Khajeh Nashiruddin Thusi

 

Sejak dimulainya periode keghaiban besar Imam Mahdi as yang dikenal sebagai “era kebingungan” Syiah, para fuqaha yang adil mulai memikul tugas atas nama Imam Mahdi as untuk mempertahankan hukum agama, cita-cita Islam, dan ajaran Syiah.

Sejak saat itu, para ulama berjuang membela agama dengan penuh pasang surut dan menjalankan tugasnya dengan berbagai cara. Kapan pun diperlukan, mereka menyebarkan ajaran Islam dengan senjata pena, ucapan, tulisan, dan majlis taklim. Para ulama ini juga tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan nyawa, harta, dan kehormatannya jika situasi menuntut.

Di antara mereka, terdapat para ulama besar yang memainkan peran luar biasa yang menyandingkan ilmu dengan amal serta agama dengan politik. Mereka mampu menahkodai bahtera budaya dan peradaban Islam Syiah melewati badai dahsyat dan menjaga ajaran-ajarannya.

Salah satu dari tokoh besar ini adalah Khajeh Nashiruddin Thusi yang merupakan salah satu ulama Syiah terbesar pada abad ketujuh Hijriyah. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pakar di berbagai bidang.

Muhammad bin Muhamad bin Hasan Thusi terkenal dengan nama Khajeh Nashiruddin Thusi adalah seorang filosof, teolog, matematikawan, dan astronom besar Iran abad ke-7 H. Khajeh Thusi adalah pendiri Observatorium Maragheh Observatory, dan tokoh-tokoh besar seperti, Allamah Hilli dan Qutbuddin Shirazi belajar kepadanya.

Khajeh Nashiruddin Thusi lahir pada 11 Jumadil Awal tahun 597 H di Thus dan dibesarkan di sana. Ayahnya Muhammad bin Hasan adalah salah satu fuqaha Syiah dan perawi hadis di daerah Thus. Khajeh Thusi mengenyam pendidikan dasar dari ayah, ibu, dan pamannya. Setelah itu dia belajar kepada para ilmuwan dan ulama Thus. Ia sangat antusias dalam belajar, kejeniusan dan ketekunannya membuat para ulama Thus takjub.

Atas saran para tokoh Thus, Khajeh Thusi hijrah ke kota Neishabur untuk memperdalam ilmu. Dari kota inilah petualangan ilmiahnya dimulai. Kemudian ia melakukan perjalanan ke kota Rey, Qum, Isfahan, dan Irak.

Khajeh Nashiruddin Thusi.
Khajeh Thusi kembali ke kampung halamannya di Khorasan setelah memperdalam ilmu di madrasah-madrasah terpenting dunia Islam dan mencapai gelar tertinggi di semua cabang ilmu pada masanya mulai dari fiqih, filsafat, teologi, matematika, dan astronomi. Pada masa itu, ia dikenal sebagai seorang ilmuwan besar dan kompeten.

Khajeh Nashiruddin Thusi tidak bisa dengan tenang melakukan kegiatan ilmiahnya di Khorasan, karena masa itu bertepatan dengan invasi Mongol ke Iran. Tentara Mongol secara brutal membantai banyak orang di Iran dan menyebabkan kehancuran besar-besaran.

Bagi tentara Mongol yang barbar dan tanpa budaya, maka karya dan peradaban umat manusia juga tidak ada nilainya, dan apapun yang ditemuinya akan dihancurkan dan dibakar. Banyak ulama dibunuh, perpustakaan dibakar, dan infrastruktur negara, seperti saluran air dan irigasi dihancurkan. Dalam situasi seperti itu, Khajeh Thusi pindah ke benteng Ismailiyah yang merupakan tempat yang aman saat itu. Dia tinggal di benteng Ismailiyah selama 26 tahun.

Selama kurun waktu itu, ia tidak menyerah sedikit pun dalam kegiatan ilmiah dan berhasil menulis beberapa buku seperti, Syarah Isyarat Ibn Sina, Taḥrir Usul Uqlidis, Tawalli wa Tabarri, dan Akhlak Nashiri, serta beberapa buku dan risalah lainnya. Meskipun waktu itu tidak terlalu bebas dan tidak diizinkan untuk keluar dari benteng.

Khajeh Thusi pada bab penutup Syarah Isyarat Ibn Sina menulis, “Saya menulis sebagian besar karya dalam situasi yang begitu sulit dan tidak ada yang lebih sulit lagi dari itu. Saya menulis sebagian besar di tengah kekacauan di mana setiap bagian darinya adalah kepingan dari kesedihan, siksaan yang menyakitkan, dan penyesalan yang besar. Tidak ada hari-hari yang saya lewati tanpa meneteskan air mata dan hati saya tidak gelisah, serta tidak ada saat yang membuat rasa sakit saya tidak bertambah dan kesedihan saya tidak berlipat ganda.”

Ilmuwan hebat ini mengungguli para ilmuwan lain di berbagai bidang sains pada masa itu, khususnya matematika dan astronomi. Karya-karyanya diterjemahkan dan diajarkan di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad setelahnya. Dia juga seorang ulama di bidang ilmu agama dan sastra.

Abad ketujuh Hijriyah bisa dianggap sebagai periode aktual penulisan karya-karya teologis Syiah, di mana Khajeh Thusi memimpin kebangkitan ini dengan sejumlah karyanya di bidang teologi Syiah. Dia membuktikan kebenaran Syiah dengan menulis buku-buku seperti, Tajrid al-I'tiqad, Fushul al-‘Aqaid, dan Qawaid al-‘Aqaid. Selain itu, dia juga menulis sebuah risalah imamah untuk memperkuat akidah Syiah Imamiyah.

Di bidang filsafat, Khajeh Nashiruddin Thusi memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap filsafat Islam. Dia memberikan penjelasan atas buku Ibnu Sina, al-Isyarah dan Tanbihat, yang menunjukkan penguasaan tema-tema filsafat oleh Khajeh. Ilmuwan hebat ini juga pakar di bidang irfan dan mengungkapkan pandangan mistiknya dalam bentuk uraian tentang keadaan irfani dari para sufi terkenal seperti Bayazid dan Hallaj.

Di bidang etika, reputasi Khajeh Thusi juga sangat dikenal dan diketahui banyak orang. Pandangannya tentang akhlak dan pendidikan bisa ditemukan dalam buku-bukunya, Akhlak Nashiri dan Adab al-Muta’allimin. Beberapa orang menganggap Akhlak Nashiri sebagai buku Persia terlengkap di bidang akhlak dan mahakarya dalam prosa Persia.

Khajeh Nashiruddin Thusi memandang ilmu akhlak dan ajarannya sebagai ilmu yang tertinggi dan percaya bahwa dengan mengamalkan ajaran moral, makhluk yang paling rendah bisa berubah menjadi makhluk yang paling mulia dan dia sendiri membuktikan kebenaran ucapan ini dalam praktiknya.

Di antara kontribusi lain Khajeh Thusi yang tidak akan pernah dilupakan sejarah, adalah pembangunan Observatorium Maragheh, yang dibangun olehnya dengan bantuan sejumlah cendekiawan dan ilmuwan. Atas perintah peneliti besar ini, arsitek terkenal saat itu, Fakhruddin Abu al-Saadat Ahmad ibn Uthman Maraghi, membangun sebuah bangunan observatorium yang besar dan megah sesuai dengan rancangan Khajeh Thusi.

Lokasi yang dipilih untuk observatorium ini adalah sebuah bukit yang terletak di barat laut kota Maragheh dan sekarang dikenal sebagai Observatorium Maragheh. Di dekat observatorium, sebuah perpustakaan besar dibangun yang dilengkapi dengan 400 ribu jilid buku-buku penting untuk digunakan para ilmuwan dan peneliti. Buku-buku ini dikumpulkan oleh Khajeh Nashiruddin Thusi dari Baghdad, Syam, Beirut, dan Aljazair.

Sisa-sisa bangunan Observatorium Maragheh (atas) dan observatorium baru di lokasi yang sama.
Observatorium Maragheh menandai babak baru kegiatan ilmiah di dunia Islam, sekaligus berperan penting dalam pengembangan astronomi sistem pra-Copernicus non-Ptolemaic yang canggih, untuk menjelaskan gerakan planet. Observatorium Maragheh juga menjadi model untuk beberapa observatorium yang dibangun di wilayah Iran, Transoxiana, dan Asia Kecil hingga abad ke-17.

Observatorium ini sebenarnya sebuah lembaga ilmiah, dengan bangunan utama untuk peralatan pengamatan, beberapa bangunan tambahan, dan tempat akomodasi. Sebuah tim astronom, sebagian besar diundang dari berbagai belahan dunia Islam, bertanggung jawab untuk desain dan konstruksi dari instrumen astronomi, serta untuk melakukan pengamatan dan perhitungan.

Di bawah arahan Khajeh Nashiruddin Thusi, Observatorium Maragheh menjadi pemantik kebangkitan ilmu pengetahuan di dunia Islam, terutama di bidang astronomi, matematika, fisika, filsafat, dan teologi. Ia juga mengundang seluruh ilmuwan dari berbagai wilayah ke Maragheh, dan menjadikan tempat itu sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia di zamannya.

Khajeh Nashiruddin Thusi meninggal dunia pada 18 Dzulhijjah tahun 672 H dan berdasarkan surat wasiat yang ditulisnya, ia dimakamkan di dekat Kompleks Makam Kazhimain. 

Jumat, 20 November 2020 16:18

Sayid Ibnu Thawus

 

Sayid Radhiyuddin Ali bin Musa bin Jakfar bin Thawus, yang masyhur dengan Sayid Ibnu Thawus adalah seorang ulama besar Syiah, faqih, serta guru akhlak dan irfan. Ia adalah penulis buku al-Luhuf tentang perjuangan Imam Husein as di Karbala.

Ibnu Thawus adalah pemimpin masyarakat Syiah pada masa pemerintahan Mongol di Baghdad. Ia dikenal sebagai Jamal al-‘Arifin karena kesalehan, ketakwaan, dan derajat irfaninya. Para tokoh Syiah memuji Ibnu Thawus dengan sifat-sifat seperti, yang mulia, saleh, ahli zuhud, pemimpin kaum ‘arif, pemilik karamah, dan Thawus (burung merak).

Ibnu Thawus lahir pada pertengahan bulan Muharram tahun 589 H/1193 di kota Hillah, Irak. Garis keturunannya sampai kepada Imam Hasan al-Mujtaba dan Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as. Ia dikenal dengan Ibnu Thawus karena salah satu dari kakeknya yakni Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad memiliki wajah yang tampan dan termasuk salah satu pembesar Alawi di Madinah.

Ayahnya, Musa bin Jakfar juga termasuk salah seorang perawi hadis besar, sementara ibunya adalah putri dari Warram bin Abi Farras, salah seorang pemuka ulama Syiah Imamiah.

Sayid Ibnu Thawus sangat dihormati di kalangan ulama dan masyarakat pada masanya. Meski ia sangat dikenal sebagai ahli takwa dan mistisisme, serta sebagian besar tulisannya juga seputar buku-buku doa dan ziarah, namun Ibnu Thawus juga seorang faqih besar, pakar sastra Arab, dan penyair yang cakap.

Hillah, tempat kelahiran Ibnu Thawus, merupakan salah satu kota di Irak dan Ibukota Provinsi Babel. Kota ini terletak di sebelah Shatt al-Hillah (salah satu anak Sungai Efrat), 90 km selatan Baghdad, dan di persimpangan jalan dari Baghdad menuju Najaf.


Pada abad kelima dan keenam Hijriyah, Hillah tercatat sebagai salah satu kota terindah di Irak yang didatangi oleh banyak pedagang, ulama, dan penyair. Hillah adalah pusat ilmu pengetahuan dan tempat lahirnya Hauzah Ilmiah Syiah dari awal abad keenam hingga kesepuluh Hijriyah, dan kemudian Hauzah Ilmiah Syiah pindah ke Karbala dan sekarang berpusat di kota Najaf.

Hampir 500 mujtahid pernah tinggal di kota Hillah dalam satu abad, dan ini menjadi bukti atas perkembangan ilmu pengetahuan dan hauzah ilmiah di suatu daerah.

Sayid Ibnu Thawus memulai pendidikannya di kota Hillah, di mana ia belajar ilmu-ilmu dasar dari ayah dan kakeknya. Kemudian dia memutuskan untuk berkelana demi menimba ilmu dari ulama-ulama lain. Kazimain adalah kota pertama yang ditujunya dan setelah beberapa lama, dia menikah dan kemudian menetap di Baghdad. Selama 15 tahun di Baghdad, Ibnu Thawus mendidik siswa dan mengajar berbagai bidang ilmu. Ia juga pernah tinggal di kota Mashad, Iran selama tiga tahun.

Ibnu Thawus kemudian hijrah ke Najaf dan Karbala, dan menetap di masing-masing kota tersebut selama sekitar 3 tahun. Selama periode itu, Ibnu Thawus selain mendidik siswa dan mengajar, juga fokus menjalani sair suluk (perjalanan menuju alam rohani) dan berjuang memperoleh derajat spiritual.

Meskipun Ibnu Thawus adalah seorang faqih (ahli ilmu fikih), tetapi ia tidak memilih menjadi marja’ taqlid, dan hanya ada sebuah buku tentang hukum-hukum shalat dari karyanya yang sampai ke tangan kita. Ia lebih tertarik pada subjek lain seperti masalah akhlak dan spiritual, dan sebagian besar karyanya juga fokus pada masalah tersebut seperti, Muhasabatu al-Nafs, Iqbal al-A’mal, Misbah al-Mutahajjid, dan Kasyf al-Mahjah.

Karya Ibnu Thawus yang paling terkenal adalah kitab, al-Luhuf 'ala Qatla al-Thufuf yang terkenal dengan sebutan al-Luhuf. Buku ini berkisah tentang peristiwa sejarah, berbeda dengan karya-karya lain Ibnu Thawus yang berbicara tentang doa dan ziarah. Ia ingin menyusun sebuah buku yang ringkas dan mudah yang akan menemani para peziarah Imam Husein as di Hari Asyura dan selama berziarah, dan tanpa perlu lagi mempelajari berbagai sumber sejarah tentang peristiwa Asyura.

Dengan tujuan menjelaskan Peristiwa Karbala secara ringkas, penulis menyusun hadis-hadis yang ada sehingga membentuk sebuah kisah yang teratur. Dalam kitab ini penulis tidak memuat hadis-hadis yang sama dan hadis-hadis yang tidak saling berkaitan. Sehingga para pembaca senantiasa digiring untuk selalu berada pada alur sejarah, bukan terpaku pada penukilan hadis.

Kitab al-Luhuf terjemahan bahasa Persia.
Kitab ini berisi tentang kehidupan dan kesyahidan Imam Husein as. Kitab al-Luhuf termasuk kitab maktal yang sangat terkenal di kalangan Syiah. Karena tujuannya untuk dibaca para musafir dan peziarah Imam Husein as, maka kitab ini disusun secara ringkas. Silsilah sanad riwayatnya pun tidak disebutkan, kecuali perawi terakhir atau sumbernya saja. Mengingat urgensi kitab dan kedudukan penulisnya, kitab ini telah dicetak berkali-kali ke dalam berbagai bahasa.

Kajian terhadap situasi politik, agama, dan budaya Dunia Islam pada abad ke-7 H menunjukkan bahwa periode ini berbarengan dengan peristiwa-peristiwa yang menentukan nasib Islam. Serangan pasukan Mongol ke wilayah Islam dan jatuhnya Dinasty Abbasiyah adalah salah satu peristiwa terpenting pada periode itu, yang menciptakan krisis intelektual, budaya, dan moral di tengah masyarakat Muslim.

Dalam situasi seperti ini, para ulama Syiah – yang ditekan oleh penguasa Abbasiyah selama bertahun-tahun – melipatgandakan upaya mereka untuk merawat batas-batas geografi budaya dan ideologi Islam, serta mengubah ancaman yang ditimbulkan oleh invasi Mongol ke Dunia Islam sebagai kesempatan untuk membangun kembali fondasi peradaban Islam.

Syiah mencapai pertumbuhan budaya dan sosial yang luar biasa pada abad ke-7 H, terutama di kota Baghdad. Tidak diragukan lagi, Sayid Ibnu Thawus juga berkontribusi pada perubahan dan perkembangan ini.

Ulama besar ini memainkan peran penting dalam perkembangan budaya dan sosial Syiah. Ia telah menyusun dan menerbitkan buku-buku tentang berbagai topik, mempromosikan kitab-kitab maktal tentang Ahlul Bait as, mengadakan debat ilmiah dengan pengikut sekte Islam lainnya, menyebarkan pemikiran Mahdisme dan kemunculan Juru Selamat, serta menyusun buku-buku doa.

Salah satu pengabdian besar Sayid Ibnu Thawus adalah mempopulerkan budaya doa kepada masyarakat Syiah. Di antara berbagai mazhab Islam, Syiah menaruh perhatian yang besar pada masalah doa, bahkan ia dianggap sebagai salah satu komponen yang tak terpisahkan dari mazhab ini.

Doa selalu ada bersama manusia di sepanjang sejarah, tetapi perbedaannya adalah bahwa doa yang ditekankan oleh Syiah berasal dari lisan manusia sempurna seperti Rasulullah Saw dan Ahlul Bait, yang memuat berbagai makrifat dan pengetahuan untuk menuju kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Akhirnya setelah menjalani hidup penuh berkah, Sayid Ali ibn Thawus wafat pada tahun 664 H dalam usia 75 tahun di kota Baghdad. Jenazahnya dipindahkan ke kota Najaf dan dimakamkan di Kompleks Makam Suci Imam Ali as.

Semua ulama Syiah memuji Sayid Ibnu Thawus, karena ketakwaan dan kezuhudannya dan mereka menaruh hormat atas derajat keilmuannya yang tinggi. Kini berabad-abad telah berlalu sejak wafatnya orang besar ini, Sayid Ibnu Thawus selalu dikenang dan dihormati di kalangan ilmuwan, dan kitab al-Luhuf masih menjadi tali pengikat hati para pecinta Ahlul Bait dengan Imam Husein as. 

 

Salah satu kritik mendasar terhadap laporan-laporan hak asasi manusia PBB adalah menerima pengaruh infiltrasi, dan tekanan politik serta orientasi masalah HAM ke arah tujuan tendensius politik.

Pernyataan terbaru Dewan HAM PBB yang anti-Iran juga harus dikaji dari sudut pandang ini. Dewan HAM PBB dalam laporan terbarunya mengeluarkan pernyataan bias, dan menuduh Iran melakukan pelanggaran HAM.
 
Ketua Dewan HAM, Mahkamah Agung Iran, Ali Bagheri Kani menekankan bahwa HAM merupakan alat media Barat dan mengatakan, ketika hak rakyat Iran dilanggar, pelapor khusus Dewan HAM, dan PBB sama sekali tidak berkata apapun. 
 
Laporan terbaru pelapor khusus Dewan HAM terkait Iran pada kenyataannya pengulangan klaim berulir, dan tercemar dengan tendensi politik yang maknanya tidak lain adalah penyangkalan, dan penipuan politik.
 
Banyak peristiwa menyedihkan yang terjadi setiap hari di berbagai belahan dunia yang merupakan pengulangan pelanggaran hak manusia, adalah buah dari disembunyikannya tujuan-tujuan politik di bawah kedok klaim HAM Barat.
 
Perang-perang berdarah di Afghanistan, Irak, dan agresi setiap hari rezim pembunuh anak dukungan Amerika ke Palestina, dan Yaman, serta penindasan Amerika terhadap bangsa-bangsa tertindas, adalah bukti pelanggaran luas HAM oleh kubu arogansi dunia. Pada kenyataannya, warisan buruk kehadiran Amerika di berbagai wilayah dunia terutama Asia Barat, tidak lain adalah pelanggaran tegas HAM.
 
Amerika, dan beberapa negara Eropa yang mengklaim pembela HAM, membantu serta mempersenjatai rezim Saddam Hussein Irak dalam melancarkan serangan kimia ke Iran, dan lebih dari 1000 orang menjadi korban senjata kimia hadiah Barat untuk rezim Baath Irak. Amerika, dan beberapa negara Eropa dalam rekam jejaknya selalu mendukung kelompok teroris munafikin yang telah membantai 17.000 warga Iran.
 
Sehubungan dengan hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Sayid Ali Khamenei mengatakan, di dunia ini tidak ada pemerintahan yang menyamai pemerintah Amerika dalam melanggar HAM. Amerika bukan hanya tidak percaya pada HAM, ia bahkan tidak meyakini kehormatan, martabat, dan suara rakyat.
 
Semakin banyak kita berbicara soal kebebasan, HAM dan masalah-masalah serupa dari mulut Amerika, semua hanya olok-olok terhadap kebebasan, dan HAM.
 
Amerika dan Eropa sebagai pengklaim pembela HAM mengeluarkan statemen terhadap negara lain padahal dirinya sendiri melakukan penumpasan demonstran, pembunuhan warga kulit hitam, penghinaan atas nilai, dan kesucian agama, mengganggu umat Islam, dan menekan imigran di dalam perbatasan Uni Eropa, sebagai bentuk penerapan aturan, dan kebebasan berpendapat.
 
Amerika dan Eropa menuduh Iran melanggar HAM padahal di Iran tidak ada tempat untuk perbudakan, penjajahan bangsa-bangsa, dan menumpas warga pribumi. Republik Islam Iran berdasarkan konstitusi, menentang supremasi kulit tertentu.
 
Dari sisi hukum internasional, Iran mengecam penghinaan terhadap nilai-nilai agama dan Ilahi, dan menolaknya. Republik Islam Iran sebagaimana diakui sendiri oleh PBB, adalah tempat berlindung yang aman bagi para imigran, dan tempat yang tepat untuk hidup rukun serta damai, tumbuh dan berkembangnya para penganut agama berbeda. Para pengklaim pembela HAM tidak bersedia melihat konstitusi Iran yang pasal-pasalnya menghormati HAM, dan agama-agama Ilahi.
 
Berdasarkan undang-undang dasar Iran, kelompok minoritas agama yang diakui yaitu Kristen, Zoroaster dan Yahudi di negara ini, sama seperti warga lainnya, mendapatkan hak-hak mereka. Bab keempat undang-undang dasar Iran menekankan penghormatan terhadap hak-hak warga negara, dan berdasarkan hal ini kelompok minoritas agama resmi mendapatkan 5 kursi di parlemen.
 
Ismail Farouq salah satu dosen kajian agama di universitas Amerika mengatakan, bagi warga non-Muslim dalam wilayah kekuasaan pemerintah Islam, mereka memiliki hak menyebarkan nilai-nilai identitas dalam kerangka undang-undang, dan bagi warga non-Muslim hak semacam ini tetap dijaga.
 
Pemerintahan Republik Islam Iran bangga karena menganggap peningkatan hak-hak warga tidak hanya sebatas tanggung jawab hukum, dan akhlak semata, tapi merupakan bagian dari keamanan nasional.
 
Kehadiran wakil agama-agama tauhid di Majelis Syura Islam Iran, dan hak setara semua anggota parlemen, dan membela hak warga yang diwakilinya, kebebasan menyelenggarakan ritual agama di gereja, mempertahankan bahasa Asyuri, dan mendapatkan anggaran khusus terpisah untuk minoritas agama, hanya beberapa contoh kecil dari kepedulian Republik Islam Iran terhadap agama tauhid, dan pengikutnya, serta upaya menjaga nilai-nilai spiritual, dan sosial mereka.
 
Republik Islam Iran terlepas dari semua propaganda buruk, dan penghancuran karakter terhadap dirinya, terus melanjutkan upaya menjaga, dan meningkatkan hak-hak warganya berdasarkan prinsip Islam, dan konstitusi, kemudian menjaga nilai-nilai HAM.
 
Pengembangan, dan peningkatan HAM di level nasional, regional, dan internasional dalam kerangka komitmen keagamaan, dan konstitusi serta aturan dalam negeri dan perjanjian internasional, merupakan prioritas permanen Republik Islam Iran yang menganggap dirinya patuh pada semua perjanjian tersebut.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…