کمالوندی

کمالوندی

 

Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengatakan musuh menyerang kemajuan sains Iran, dan setiap titik yang menjadi konsentrasi musuh, adalah titik kekuatan kami.

Mehr News (14/12/2020) melaporkan, Mayjend Hossein Salami menerangkan, hari ini musuh dengan sanksi-sanksinya bahkan tidak membiarkan Iran memperoleh obat-obatan, dan meneror ilmuwan kami.

Ia menambahkan, ketika seseorang yang bergerak di dunia ilmu pengetahuan diteror, artinya musuh menyerang pertumbuhan, dan kekuatan iptek Iran.

Komandan IRGC menjelaskan, saat kita mampu mengurai kode peta genetik maunsia, maka proses pengobatan akan lebih mudah, dan lebih akurat.

Mayjend Salami menegaskan, jika sebuah negara berhasil membebaskan diri dari dominasi iptek negara asing, dan memproduksi kebutuhannya di dalam negeri, maka sekalipun berada dalam blokade, ia akan mampu melanjutkan pertumbuhannya.

 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan protes keras Tehran atas statemen Uni Eropa yang mendukung anasir teroris yang sudah dikenalnya, Rohullah Zam, dengan memanggil Duta Besar Jerman dan Prancis di Tehran.

IRNA (14/12/2020) melaporkan, Saeed Khatibzadeh menjawab pertanyaan wartawan soal pemanggilan Dubes Jerman dan Prancis oleh Kemenlu Iran. Ia mengatakan, merespon statemen berbau intervensi yang dilakukan Uni Eropa, Minggu (13/12) petang Dubes Jerman dan Prancis dipanggil Kemenlu Iran.

Ia menambahkan, dalam pemanggilan itu, Dirjen urusan Eropa, Kemenlu Iran menyampaikan protes keras dan tegas Iran atas pernyataan Uni Eropa, dan dua negara Eropa yaitu Jerman dan Prancis yang mendukung elemen teroris yang sudah dikenalnya, dan dukungan dana serta psikologis beberapa negara Eropa terhadap anasir, dan kelompok teroris, secara khusus para penjahat yang bekerjasama dengan agen mata-mata Barat, dan rezim Zionis Israel terhadap bangsa Iran, yang secara terbuka diakui sendiri oleh mereka.

Khatibzadeh menjelaskan, dalam dua pertemuan terpisah, Dirjen urusan Eropa, Kemenlu Iran kepada Dubes Jerman, dan Prancis mengingatkan, dengan standar yang mana pelatihan membuat bom, skenario bentrokan di jalan, kerja sama dengan pemerintah dan agen spionase asing untuk menggulingkan sistem politik Iran, dan dukungan dalam aksi kejahatan bersenjata, dapat dikategorikan sebagai jurnalisme.

Menurut Jubir Kemenlu Iran, adalah tragedi sejarah ketika Eropa membagi terorisme berdasarkan kepentingannya sendiri menjadi terorisme baik, dan buruk, dan secara tebang pilih mengejar kepentingannya.

Ia menjelaskan, sungguh memalukan beberapa negara Eropa selama bertahun-tahun menjadi tempat berlindung para teroris mulai dari Mojahedin Khalq Organization, MKO sampai para penjahat Al Ahwaziah.

"Kami mengecam keras dukungan Uni Eropa, dan dua negara Eropa, Jerman dan Prancis terhadap anasir teroris, yang bukannya meminta maaf pada rakyat Iran, dan keluarga syuhada karena keterlibatannya dalam aksi-aksi teror. Oleh karena itu pernyataan hipokrit mereka sama sekali tidak berharga di mata rakyat Iran," paparnya.

Kemenlu Prancis hari Sabtu (12/12) mengeluarkan  statemen mendukung anasir teroris yang sudah dikenalnya, Rohullah Zam, sehingga mendorong Iran memanggil Dubes Prancis di Tehran untuk menyampaikan protesnya. Sebelumnya Dubes Jerman juga dipanggil Kemenlu Iran karena kasus yang sama. 

 

Sekjen Liga Arab seraya memperingatkan kendala besar keamanan dan strategis di dunia Arab menuntut pengokohan kerja sama dan peningkatan hubungan antar negara.

Menurut laporan laman YJC, Ahmed Aboul Gheit di sidang umum parlemen Arab yang digelar di Kairo, Mesir, pertama-tama membahas isu Palestina dan menilai kebijakan terbaru sejumlah negara Arab berkompromi dengan Israel bertentangan dengan keamanan nasional negara-negara Arab.

"Pemerintah Amerika saat ini melakukan langkah tak adil di kasus ini yang sejatinya hanya membuat pendudukan tetap berlanjut secara sadis dan rasis," paparnya.

Presiden AS Donald Trump hari Kamis lalu mengkonfirmasi normalisasi hubungan Maroko dan rezim Zionis Israel.

Sebelumnya, akibat tekanan Trump untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan juga melakukan aksi normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Tel Aviv.

Kesepakatan dan aksi sejumlah negara Arab ini menuai kritikan dan protes luas di dunia Islam.

Sebelum ini Otorita Ramallah sebagai protes karena langkah UEA menormalisasi hubungan dengan Israel tidak dikecam, menolak dan melepas kepemimpinan periodiknya di Liga Arab.

 

Pasukan keamanan Turki telah menangkap lebih dari 16.000 anggota Partai Demokratik Rakyat (HDP) Kurdi.

Ebru Gani, Juru Bicara Partai Demokratik Rakyat Turki hari Minggu (13/12/2020) mengatakan bahwa partainya berada dalam bahaya kehancuran politik. 

"Pasukan keamanan negara ini menangkpa 16.490 anggota Partai Demokratik Rakyat," ujarnya.

Sebelumnya, beberapa pemimpin partai Kurdi di Turki mengkritik kebijakan pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan terhadap Kurdi dan menyerukan diakhirinya aksi politik tersebut dengan dalih propaganda anti-terorisme.

 

Calon Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan sudah mencampuri urusan dalam negeri Iran, padahal Joe Biden belum memasuki Gedung Putih.

Jake Sullivan dalam pesan Twitternya Senin pagi mengintervensi masalah internal Iran mengenai eksekusi mati terhadap seorang mata-mata bernama Ruhollah Zam.

Sullivan menyebut pelaksaan eksekusi mati tersebut sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia, padahal  pemerintahan Biden belum terbentuk dan dia belum resmi menjadi presiden resmi AS yang saat ini berada di tangan Donald Trump.

Sebelum dihukum mati, Ruhollah Zam menghadapi berbagai dakwaan berat seperti melancarkan perang psikologis melawan Republik Islam Iran, melakukan aksi spionase terutama mengenai gerakan komandan militer senior, lebih khusus Jenderal Qassem Soleimani yang syahid, bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam mengintensifkan sanksi terhadap Iran, dan melakukan mobilisasi massa untuk melawan negara.

 

Puisi yang dibaca Presiden Turki di Baku, Republik Azerbaijan baru-baru ini telah memicu protes keras dari rakyat dan pemerintah Iran.

Alalam (14/12/2020) melaporkan, banyak spekulasi seputar maksud Recep Tayyip Erdogan membacakan bait puisi tentang pemisahan salah satu bagian wilayah Iran di masa dinasti Qajar, namun sebagaimana disampaikan Menteri Luar Negeri Turki, tampaknya Erdogan memang tidak memahami makna asli dari puisi tersebut.
 
Di sisi lain tidak diragukan bahwa dalam banyak kesempatan Erdogan kerap mengeluarkan statemen yang menunjukkan ambisinya menghidupkan kembali imperium Turki Ottoman, namun sepertinya dalam kasus ini ia masuk perangkap yang dipasang pihak tertentu.
 
Beberapa bukti memperkuat dugaan ini termasuk bahwa karena posisi ekonomi Turki saat ini tidak menguntungkan, dan pada saat yang sama ia terlibat dalam perang di sejumlah negara seperti Libya, Suriah, Irak, dan Azerbaijan, logikanya tidak boleh membuka medan perang baru.
 
Sebuah sumber terpercaya di Turki kepada Nour News mengungkap skenario perangkap yang dilancarkan beberapa gerakan Pan-Turkisme dengan arahan seorang wanita Zionis anggota lobi Zionis di Amerika, FDD, melaui tangan sejumlah penasihat Erdogan.
 
Wanita Zionis itu bernama Brenda Shaffer, dosen Universitas Haifa, Israel dan merupakan salah satu elemen lobi Zionis di Amerika, serta aktif di Direktorat Intelijen Militer Israel, Aman. Dalam dua bukunya, Shaffer menulis tentang situasi wilayah Kaukasus, dengan istilah "Manifesto Pan-Turkisme di Iran".

 

Mantan anggota DPR Amerika Serikat mengatakankan bahwa bahaya terbelahnya negara itu adalah masalah serius, dan harus diambil langkah pencegahan.

Fars News (14/12/2020) melaporkan, Joe Walsh memperingatkan, dengan memperhatikan retorika sebagian pejabat Amerika, bahaya terbelahnya negara ini semakin serius lebih dari sebelumnya.
 
Politisi asal Partai Republik itu menambahkan, sehubungan dengan bahaya terbelahnya Amerika, pertama ini adalah masalah nyata. Sebelum Trump, masalah ini sudah mencuat, dan menunjukkan perpecahan di Amerika. Kedua, orang-orang yang abai terhadap bahaya perpecahan ini adalah orang-orang yang tidak pernah memprediksi naiknya Trump.
 
Ia melanjutkan, ketiga, untuk lepas dari masalah ini kita harus berusaha memahaminya.
 
Sebelumnya Ketua Partai Republik di Texas, Allen West mengusulkan pembentukan perhimpunan negara-negara bagian pendukung Donald Trump.
 
West mengatakan, negara-negara bagian taat hukum harus membentuk sebuah perhimpunan untuk menunjukkan penolakan terhadap hasil pemilu presiden yang curang di Amerika. 

 

Pertumbuhan Islam di Eropa menjadi topik yang menarik perhatian para analis Barat saat ini, sekaligus membuat mereka tercengang.

"Islam adalah agama yang paling hidup dan dinamis di antara agama-agama dunia," Laju pertumbuhan umat beragama tidak secepat laju pertumbuhan Islam." tulis Der Spiegel dalam sebuah analisis tentang kondiso Islam di Eropa.

Saat ini, para pengamat Barat dengan bingung mengamati kemajuan Islam. Di Spanyol, misalnya, 500 tahun setelah jatuhnya Andalusia, para pemuda Spanyol  memeluk Islam. Islam telah menarik banyak orang, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, yang tersesat dalam labirin kebingungan dunia modern, dan mencari cahaya petunjuk yang dapat menyelamatkannya dari keputusasaan, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Meskipun peningkatan jumlah Muslim di Barat terutama disebabkan oleh migrasi Muslim ke negara-negara Eropa, tapi pada saat yang sama terjadi fenomena meningkatnya orang-orang Eropa yang sebagian besar berpendidikan dan berpengaruh di masyarakat memeluk Islam, termasuk Edoardo Agnelli yang berita keislamannya pernah menggemparkan dunia.

Edoardo Agnelli lahir tanggal 9 Juni 1954 di New York. Setelah merampungkan pendidikannya di perguruan tinggi Antlantik, dia pergi ke universitas Princeton untuk melanjutkan studinya dalam bidang kesusastraan modern dan filsafat Timur. 

Setelah merampungkan pendidikan universitas, dia melakukan lawatan ke negara-negara India untuk menelaah irfan dan mazhab-mazhab timur dan melanjutkan ke Iran dan akhirnya memeluk Syiah selama kunjungannya ke Iran.

Giovanni Agnelli, ayah Edoardo termasuk salah seorang terkaya dan berpengaruh di Italia serta memiliki perusahaan Fiat, Ferrari, Lamborghini, Lancia, Alfa Romeo dan Iveco, dan beberapa perusahaan yang memproduksi bagian-bagian industry, beberapa bank swasta, perusahaan fashion, desain dan pakaian, surat kabar terpenting LASTAMPA dan Corriere Della Sera, klub otomotif Ferrari dan klub sepak bola Juventus.

Selain itu juga ada beberapa perusahaan konstruksi bangunan, pembangunan jalan, peralatan medis dan perusahaan produksi helikopter di mana keluarganya termasuk  pemegang saham utama. Jumlah kekayaan dan pengaruh keluarga Agnelli sampai pada batas media-media Italia menyebut mereka sebagai keluarga raja-raja Italia.

 Edoardo adalah mahasiswa filsafat agama di universitas Princeton New York. Dia juga kelahiran New York. Dia membaca kitab Injil dan Taurat, namun semua belum memuaskan keingintahuannya. Di umur ke 20 tahun, kebetulan dia melihat Al-Quran dan membaca beberapa ayat darinya dan merasakan ini bukanlah ucapan manusia.

Edoardo mengatakan tentang perjalanannya menjadi mualaf, "Suatu hari saat berjalan-jalan di perpustakaan di New York, saya sedang melihat buku-buku dan mata saya pun melihat Al-Quran. Saya sangat ingin tahu apa yan saja telah disebutkan dalam Al-Quran. Lantas saya mengambilnya dan mulai membacanya, saya buka lembaran-lembarannya dan membaca ayat-ayatnya dengan terjemahan bahasa Inggris, saya merasakan kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang bercahaya dan bukanlah ucapan manusia. Saya sangat terpengaruh, lantas saya meminjamnya dan saya menelaahnya dan seolah-olah saya memahami dan menerimanya,".

Setelah itu, Edoardo mengunjungi sebuah pusat Islam di New York dan mengutarakan kehendaknya menjadi mualaf. Mereka lantas memilihkan nama Hisham Aziz untuknya. Muhammad Ishaq Abdollahi, salah seorang teman muslim Edoardo Agnelli mengatakan, Edoardo sering kali begadang malam hari untuk menelaan Al-Quran sampai pagi. 

Meskipun Edoardo - dikarenakan kesuksesan finansial dan politik keluarganya - seringkali bertemu dengan para pemimpin politik dan mazhab dunia, namun pertemuannya dengan Imam Khomeini (ra) telah membuatnya tertarik dengan kesederhanaan, keagungan dan spiritual beliau. Komunikasi ini benar-benar merubah rute kehidupan Edoardo.

Igor Man, reporter harian Lastampa Italia mengatakan, saat Edoardo berbicara tentang pertemuannya dengan Imam Khomeni dan pengaruhnya, saya merasakan bahwa Imam telah menyihirnya. Demikian juga, Edoardo sebelum meninggal hendak berkunjung ke Iran, namun kedua orang tuanya merintangi perjalannannya dan menyembunyikan pasportnya.

Husein Abdullahi, salah seorang teman karib Edoardo dari Iran menyebut tekanan-tekanan yang terjadi pada temannya ini dari pihak keluarganya adalah hal yang tidak dapat dipercaya. Ia mengatakan, Edoardo berada di bawah tekanan ekonomi. Keluarga Agnelli telah mengembargonya secara mutlak, sampai-sampai dia tidak memiliki uang meski hanya sekedar untuk naik taksi.

Husein mengatakan, suatu hari kami pergi bersama Edoardo ke perwakilan maskapai Iran Air di Italia untuk membeli tiket perjalanan ke Iran. Staf Italia perusahaan Iran Air mengatakan, saya tidak dapat membelikan tiket untuk Edoardo. Setelah debat akhirnya jelas bahwa sekretaris ayah Edoarto telah menghubungi staf tersebut dan memerintahkan supaya tidak memberikan tiket untuk Edoardo.

Dr Ghadiri Abyaneh menuturkan bahwa keluarga Agnelli sangatlah sulit untuk mengakui anaknya telah memeluk Islam, sementara negara Italia adalah pusat Kristen Katolik. Dengan demikian, Edoardo ditekan supaya meninggalkan Islam. Mereka mengembargo dan mengancam untuk tidak memberikan warisan, namun dia tetap tidak mau melepaskan Islam, dan ini dengan sendirinya telah menolak kemungkinan bunuh dirinya, karena dia telah merelakan milyaran dollar kekayaannya hanya demi menjaga agamanya, bagaimana mungkin dengan keyakinan kokoh terhadap Islam semacam ini akan melakukan bunuh diri, yang telah diharamkan dalam Islam?

Kematian Edoardo menimbulkan banyak pertanyaan. Ia diklaim mati bunuh diri, tapi jenazahnya tidak diotopsi untuk membuktikan kematiannya bunuh diri. Bahkan sebelum polisi mengumumkan secara resmi penyebab kematiannya, sebagian surat kabar telah memberitakan kabar bunuh diri anak pemilik perusahaan Fiat untuk mengagitasi opini publik supaya meyakini informasi tersebut.

Keluarga Agnelli termasuk salah satu keluarga besar Italia dan komentar sekecil apapun akan direspon dengan cepat, sampai-sampai Perdana Menteri Italia berbelasungkawa atas kematian Edoardo dan sebelum pertandingan Italia dan Inggris, stadion mengheningkan cipta satu menit guna menghormatinya.

Tak lama setelah insiden itu, ketika tim dokumenter Iran sedang menyelidiki masalah tersebut di Italia, polisi Italia menangkap mereka untuk mencegah kebenaran terungkap dan mendeportasi mereka setelah beberapa hari ditahan dengan tuduhan sebagai teroris. Hingga kini kematiannya menimbulkan pertanyaan besar yang terus ditutupi oleh Barat dengan media dan corong informasinya.

Faktanya, agama Islam mengungkapkan pandangan yang komprehensif di semua bidang dari urusan pribadi hingga sosial dan politik. Banyak orang yang bertahun-tahun mengkaji agama Islam, termasuk  Edoardo Agnelli menyadari fakta ini dan memutuskan memeluk agama Islam.

Edoardo Agnelli di salah satu pidato mengatakan, "Ketika kita hidup di saat nilai-nilai terpuruk. Satu-satunya tujuan hanya mengumpulkan uang. Uang jauh lebih buruk daripada narkoba. Kita semua mengkhawatirkan penyebaran narkoba di kalangan anak muda, tetapi kita tidak menyadari bahwa kami bergerak menuju dunia yang mengukur manusia berdasarkan jumlah rekeningnya di bank. Tapi semua ini akan segera berakhir, dan saya percaya bahwa di masa depan, setelah kebangkitan dalam semalam, kita akan memasuki zaman yang tidak lagi didasarkan pada rasionalisme dan empirisme Descartes. Kita tidak boleh lupa bahwa eksploitasi manusia terhadap alam adalah awal dari eksploitasi manusia terhadap manusia lain. Tentu saja tidaklah tepat bagi industri otomotif melakukan demikian yang tugasnya menghidupi jutaan keluarga. Saya percaya bahwa uang harus menjadi alat, bukan tujuan."

 

Isu pemindahan ribuan milisi bersenjata dan teroris Takfiri dari Suriah ke wilayah pendudukan Republik Azerbaijan, telah meningkatkan kekhawatiran berbagai pemerintahah independen di kawasan.

Kekhawatiran ini meningkat setelah berbagai sumber terpercaya di kawasan membenarkan statemen terbaru petinggi Rusia. Sejatinya, harus dikatakan, menyusul penekanan petinggi Rusia soal informasi detail terkait pemindahan 2000 milisi bersenjata dan teroris Takfiri dari Suriah ke kawasan Kaukasus selatan, berbagai sumber terpercaya di Iran juga membenarkan penempatan milisi bersenjata teroris Taktifi di kawasan Nagorno-Karabakh.

Sekaitan dengan kasus ini, sebuah sumber terpercaya saat diwawancarai Iranpress mengatakan:

“Sejumlah negara kawasan dan lintas kawasan, memindahkan milisi teroris Takfiri dari Suriah ke Nagorno-Karabakh.”

Sumber ini lebih lanjut mengatakan, “Sekelompok negara ini juga berencana memindahkan keluarga milisi tersebut ke wilayah ini.”

Sementara pejabat Azerbaijan, termasuk Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, menyangkal keberadaan satu kekuatan militer asing dalam konflik Nagorno-Karabakh, pejabat pemerintah Rusia terus melaporkan pemindahan teroris Takfiri ke wilayah sengketa Azerbaijan dan Armenia.

Pada saat yang sama, para pejabat Moskow mengungkapkan kekhawatiran ganda di kasus ini. Misalnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov saat diwawancarai Koran Kommersant cetakan Moskow menyatakan, “Jumlah teroris dan militan asing yang dipindahkan dari Asia Barat ke Nagorno-Karabakh lebih dari dua ribu orang.”

Sekaitan dengan ini Jubir Kemenlu Rusia, Maria Zakharova kepada wartawan di Moskow memperingatkan, “Relokasi teroris dari Asia Barat ke Nagorno-Karabakh dapat berujung pada pendudukan wilayah di selatan Kaukasus oleh para teroris.”

Kekhawatiran para pejabat Moskow diekspresikan ketika Rusia menjadi sasaran pemerintah Barat. Faktanya, Amerika Serikat dan beberapa pemerintah Eropa sejauh ini telah menyusun sejumlah rencana melawan Rusia, dengan protes terhadap pemerintah Putin hanyalah salah satunya.

Pemindahan teroris Takfiri ke Asia Tengah dan Kaukasus adalah rencana AS lainnya untuk melemahkan Rusia. Kekhawatiran pejabat Rusia dalam hal ini cukup signifikan. Khususnya, Amerika Serikat sebelum ini telah melakukan upaya signifikan untuk mentransfer ribuan pasukan teroris Takfiri dari Afghanistan ke republik Asia Tengah dan Kaukasus.

Lusinan laporan resmi dan tidak resmi dari pejabat Rusia dan negara anggota CIS dapat dianggap sebagai alasan keakuratan laporan ini. Misalnya, aparat keamanan di Tajikistan dan Uzbekistan berulang kali membongkar upaya sejumlah gerakan teroris, terutama kelompok teroris ISIS, untuk pindah ke Asia Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Delapan ribu teroris Takfiri di perbatasan Afghanistan-Tajik sedang menunggu kesempatan untuk memasuki wilayah Asia Tengah, menurut pejabat Tajikistan.

Sebelumnya AS dengan bantuan para diplomatnya di kawasan serta pasukannya di Afghanistan, mampu merelokasi delapan ribu anasir teroris aktif di Suriah ke Afghanistan. Sejatinya tujuan AS adalah memindahkan teroris ke Asia Tengah, tapi menghadapi protes serius negara-negara Rusia dan Asia Tengah. Dengan demikian rencana Amerika anti Rusia ini gagal.

Tujuan operasi kelompok teroris khususnya kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) di dunia membuktikan hal ini bahwa para pemimpin kelompok teroris ini secara penuh berada di bawah kekuasaan dan perintah kebijakan AS dan rezim Zionis serta aktivitas mereka mengikuti kepentingan tuannya. Oleh karena itu, seluruh negara yang menentang kebijakan hegemoni Amerika di dunia, menghadapi ancaman dari kelompok teroris ini.

Sekaitan dengan ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin saat bertemu dengan pemimpin negara anggota Organisasi Shanghai di Astana, Kazakhstan menguak aksi-aksi kelompok teroris Daesh di Asia Tengah dan selatan Rusia.

Dengan bersandar pada laporan yang ada, Putin mengatakan, “Daesh tengah menyusun rencana baru untuk mengobarkan instabilitas di kawasan sekitar Rusia.”

Laporan ini selama beberapa tahun lalu menguak upaya Barat khususnya AS untuk merusak Rusia dan negara sekutunya. Di kondisi saat ini dan menyusul kegagalan Amerika memindahkan teroris ke Asia Tengah, sepertinya negara ini sekutunya menilai konfrontasi Republik Azerbaijan dan Armenia terkait kepemilikan di Nagorno-Karabakh sebagai peluang tepat untuk merealisasikan ambisi mereka.

Realitanya adalah kawasan Kaukasus seperti sebuah barel bubuk mesiu dan bergabungnya teroris Daesh ke kelompok teroris yang ada di kawasan menunjukkan ancaman serius fenomena buruk ini serta terjadinya sejumlah peristiwa pahit di Rusia, Kaukasus utara dan selatan selama beberapa tahun terakhir merupakan ancaman bagi kawasan ini khususnya kawasan kaukasus selatan.

Pada Mei 2015, kelompok teroris Daesh mendirikan cabang di wilayah Kaukasus Utara. Abu Muhammad al-Adnani, petugas pers kelompok teroris ISIS, memberi selamat kepada para pendukung kelompok tersebut di wilayah Kaukasus, dengan mengatakan: “Al-Kadari ditunjuk sebagai pemimpin di kawasan Kaukasus.”

Sekaitan dengan ini, Salahuddin Akbar, matan deputi Keamanan Nasional Republik Azerbaijan di tahun 1992 dan 1993 serta pakar senior dan aktivitas militer dan keamanan negara ini dalam sebuah wawancara dengan laman koran nasional mengatakan, “Terorisme internasional sedang meningkat. Pada 2014, ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, terorisme internasional diperkirakan akan menyebar ke Kaukasus dan Asia Tengah. Jaringan teroris sekarang terlihat secara terbuka di Kaukasus dan Asia Tengah. Ini merupakan ancaman yang serius dan kemungkinan melakukan ancaman tersebut sangat tinggi, sedangkan kelompok teroris ISIS telah berulang kali mengancam Republik Azerbaijan.”

Statemen pakar keamanan dan politik Azerbaijan ini dirilis ketika Artur Medet Beckov, salah satu pejabat di kementerian keamanan nasional Kyrgyzstan di bulan November 2015 menyatakan, “Kelompok teroris Daesh telah mengalokasikan 70 juta dolar untuk melakukan operasi teroris di negara-negara Asia Tengah. Jumlah ini akan digunakan untuk menjebak warga negara Asia Tengah dan memaksa mereka melakukan operasi teroris.”

Koran Azadliq, cetakan Baku saat itu mengutip petinggi keamanan ini menulis, “Daesh saat ini memiliki pendukung aktiv di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah.”

Faktanya, kelompok teroris Daesh, yang dibuat oleh Amerika Serikat dan beberapa sekutu Arabnya di Teluk Persia dan memiliki pendukung serius seperti Turki, bertindak untuk melakukan operasi teroris terhadap negara mana pun dengan biaya tertentu. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok teroris-takfiri Daesh, dengan memuaskan para pemuda miskin di daerah, berpotensi menimbulkan rasa tidak aman terhadap negara dan daerah manapun.

Mengingat kondisi ini, negara-negara independen seperti Iran dan Rusia berhak memprotes munculnya kondisi yang tidak diharapkan di kawasan dan memaksa negara lain memberi jawaban.

 

Konferensi internasional pengungsi Suriah digelar 11 dan 12 November di Damaskus, ibukota Suriah. Di kesempatan ini kami akan membahas data terbaru pengungsi Suriah, Yaman dan Irak sebagai sebuah kendala yang dihadapi ketiga negara Arab ini.

Suriah sejak tahun 2011 dilanda perang kontra terorisme. Teroris yang berperang melawan pemerintah Damaskus terdiri dari warga dari 80 negara dunia. Sampai saat ini sejumlah kelompok teroris khususnya di Idlib masih berperang melawan pemerintah Suriah dan sekutunya.

Selama satu dekade lalu, sekitar 12 juta warga Suriah mengungsi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Presiden Rusia, Vladimir Putin baru-baru ini menyatakan lebih dari 6,5 juta pengungsi Suriah berada di luar negeri dan mayoritasnya memiliki kemampuan untuk berpartisipasi merekonsruksi negaranya.

Sementara Irak selama dua dekade lalu juga dilanda banyak perang, aksi teror dan ledakan teroris serta perang melawan kelompok teroris Daesh (ISIS). Tidak ada data resmi mengenai jumlah pengungsi Irak, namun data resmi selama tahun-tahun lalu menunjukkan lima juta pengungsi Irak karena serangan teroris Daesh.

Meski demikian Karim al-Nouri, penjabat Kementerian urusan Pengungsi Irak baru-baru ini menyatakan, kini jumlah pengungsi 50 ribu keluarga dan jika kita hitung secara rata-rata setiap keluarga terdiri dari lima orang maka ada 250 ribu orang pengungsi di Irak dan mayoritasnya di Kurdistan. Sementara itu, Ivan Faiq Jabro, menteri urusan migrasi Irak 8 November 2020 mengatakan, “Dengan diliburkannya kamp-kamp pengungsi Irak sejak awal tahun 2021, sekitar satu setengah juta pengungsi akan dipulangkan ke rumah mereka.”

Adapun Yaman 26 Maret 2015 sampai saat ini masih dilanda perang yang dikobarkan koalisi Arab Saudi. Sekitar 68 bulan dari perang ini berlalu dan prediksi terbaru menunjukkan sedikitnya 4 juta warga Yaman menjadi pengungsi akibat perang yang kobarkan koalisi Saudi dan didukung AS serta sejumlah negara Eropa ini. Mayoritas pengungsi ini berada di dalam negeri.

Secara global sekitar satu persen dari total populasi dunia menjadi pengungsi yang setara dengan 80 juta orang. Tiga negara Suriah, Irak dan Yaman memiliki seperlima pengungsi di dunia dan tak diragukan lagi masalah ini akibat dari kebijakan Barat khususnya Amerika Serikat serta mitra Arabnya, khususnya Arab Saudi.

Pengungsi menghadapi masalah yang signifikan di bidang mata pencaharian, kesehatan, martabat manusia dan pendidikan, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam hal mata pencaharian, kekurangan pangan adalah masalah utama, dan ratusan ribu orang sangat membutuhkan bantuan pangan. Ini terutama terjadi di antara populasi pengungsi Yaman.

Kurangnya pakaian dan air minum adalah masalah mata pencaharian utama lainnya dari pengungsi. Masalah-masalah ini harus ditambah dengan kurangnya perumahan dan tempat tinggal yang cocok untuk para pengungsi ini. Sebagian besar pengungsi Suriah tinggal di kamp-kamp di Lebanon, Turki dan Yordania. Sebagian besar pengungsi bergabung dengan kelompok ekstremis karena masalah ekonomi dan bergabung dalam barisan milisi, dan ini juga menyebabkan sejumlah besar penduduk ini kehilangan nyawa.

Dari segi kesehatan, pengungsi juga menghadapi banyak kesulitan, yang paling utama adalah masalah kulit akibat kurang mandi tepat waktu, penggunaan makanan yang tidak sehat dan tidak sehat, serta kurangnya air minum yang aman.

Pada saat yang sama, banyak pengungsi, terutama perempuan dan anak perempuan, di negara lain yang tidak menikmati martabat kemanusiaan dan diperkosa serta dihina oleh penduduk negara tuan rumah, terutama oleh tentara di daerah perbatasan. Gadis-gadis yang terlantar diperdagangkan seperti barang untuk pelanggan serta istri dan budak.

Secara pendidikan, situasinya mengerikan mengingat komposisi usia penduduk yang mengungsi, sekitar setengah dari mereka berusia di bawah 17 tahun. Sebagian besar dari populasi ini kehilangan pendidikan dan anak-anak yang tidak mampu mengubah kondisi yang dikenakan pada mereka dipaksa untuk melepaskan harapan awal mereka di bidang pendidikan.

Pengungsi juga menjadi kendala bagi negara tuan rumah. Misalnya, pengungsi khususnya di wilayah perbatasan telah meningkatkan harga sewa rumah, makanan dan pelayanan kota seperti air dan listrik. Selain itu, juga menimbulkan kendala sosial yang tinggi.

Oleh karena itu, negara-negara seperti Lebanon dan Yordania berulang kali menuntut pemulangan pengungsi Suriah ke negara mereka. Sekaitan dengan ini, Menlu Lebanon, Charbel Wehbe menilai keberadaan pengungsi sebagai beban berat bagi Lebanon di tingkat sosial dan ekonomi. Ia menuntut peningkatan upaya internasional untuk pemulangan pengungsi dengan aman ke negara mereka.

Selain tantangan yang disebutkan bagi para pengungsi, penduduk ini juga menghadapi tantangan politik yang konsekuensinya bahkan lebih dari yang disebutkan. Salah satu masalah terpenting yang diangkat pada Konferensi Internasional tentang Kembalinya Pengungsi Suriah oleh pihak berwenang yang berpartisipasi, terutama pemerintah Suriah, adalah eksploitasi politik terhadap populasi pengungsi di beberapa negara.

Konferensi Internasional tentang Kembalinya Pengungsi Suriah diadakan di Damaskus, Suriah, pada tanggal 11 dan 12 November dengan partisipasi 27 negara dan 12 organisasi internasional, dengan tujuan membantu warga asing Suriah kembali ke negara mereka. Berbicara di konferensi tersebut, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan negara-negara Barat menggunakan masalah pengungsi Suriah untuk tujuan politik. Dia menambahkan: "Negara-negara ini mencegah kembalinya pengungsi ke negara mereka melalui penyuapan dan intimidasi."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Lebanon Charbel Wehbe mengatakan kurangnya kemauan internasional yang komprehensif dan niat tulus telah menghalangi kembalinya para pengungsi. Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengkritik penggunaan politik pengungsi oleh beberapa negara dalam konferensi video dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebelum konferensi dimulai. Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Ayman Susan juga mengatakan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) sebelumnya telah mengumumkan akan menghadiri konferensi internasional tentang kembalinya pengungsi di Damaskus, tetapi menolak untuk hadir di bawah tekanan dari Amerika Serikat.

Padahal, isu pengungsi telah menjadi alat pemerasan dan tekanan. Misalnya, Turki telah berulang kali mengancam negara-negara Barat dengan mencegah kembalinya pengungsi Suriah ke negara mereka, dan jika mereka tidak mendukung Turki dan bekerja sama dengannya, maka pengungsi tersebut akan dikirim ke Eropa.

Amerika Serikat dan Arab Saudi juga mencoba mengambil keuntungan dari pemerintah Suriah dengan menghalangi pemulangan pengungsi Suriah ke negara mereka atau dengan tinggal di dalam negara, atau dengan menekan dan menyiksa pengungsi. Bahkan, mereka berusaha menebus kerugian militer dengan meraup poin lewat isu pengungsi.

Arab Saudi di Yaman juga menggunakan teladan perilaku ini untuk menekan Ansarullah dan sekutunya serta memprovokasi opini publik negara ini melawan kubu Ansarullah. Pemerasan politik ini menjadi kendala serius bagi pemulangan pengungsi Suriah dan Yaman ke rumah mereka. Isu ini menjadi agenda utama dan penekanan khusus selama konferensi internasional pemulangan pengungsi Suriah.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…