
کمالوندی
Kunjungan Kepala HPC ke Pakistan
Kepala Dewan Perdamaian Tinggi Afghanistan (HPC/ Afghan High Peace Council) Abdullah Abdullah mengunjungi Pakistan dalam upaya mencari solusi politik untuk konflik Afghanistan, Rabu, 30 September 2020.
Abdullah bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dan pejabat lainnya untuk mencari dukungan Islamabad sebagai upaya perdamaian yang sedang berlangsung.
Ini adalah kunjungan pertama Abdullah Abdullah ke Pakistan sejak dia ditunjuk sebagai Ketua Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan untuk rekonsiliasi nasional.
Abdullah Abdullah memimpin delegasi tingkat tinggi yang terdiri dari anggota senior Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan.
Kunjungan Abdullah Abdullah berlangsung pada saat yang genting ketika upaya sedang dilakukan untuk mencari solusi politik untuk krisis Afghanistan.
Di antara agendanya adalah proses perdamaian Afghanistan dan hubungan bilateral antara Kabul dan Islamabad yang sering terganggu akibat ketidakpercayaan.
Di Institute of Strategic Studies Islamabad, Islamabad, Abdullah Abdullah mengakui bahwa pembicaraan yang sedang berlangsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban menawarkan kesempatan bersejarah untuk perdamaian.
Pakistan telah memainkan peran kunci dalam membawa Taliban ke meja perundingan. Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi menjelaskan bahwa tidak ada solusi militer untuk masalah Afghanistan.
Setelah penundaan yang lama, pemerintah Afghanistan dan Taliban memulai pembicaraan di Doha baru-baru ini untuk membahas masa depan Afghanistan.
Kedua belah pihak berusaha untuk menyepakati agenda dan aturan keterlibatan. Namun mengingat perbedaan antara kedua belah pihak, pengamat tidak yakin apakah pembicaraan intra-Afghanistan dapat menghasilkan kesepakatan dalam waktu dekaف.
Kemajuan Industri Pertahanan Iran di Tahun Lompatan Produksi
Lompatan produksi sebagai slogan tahun ini memiliki berbagai dimensi, termasuk di sektor pertahanan yang menggunakan seluruh kapasitasnya demi tercapainya tujuan nasional Republik Islam.
Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami mengatakan, "Perhatian serius terhadap rangkaian produk strategis bidang militer seperti sistem rudal, peralatan laut, darat, udara, hutan, juga sistem pertahanan dan produksi amunisi pintar menjadi prioritas industri pertahanan di tahun ini untuk mendorong peningkatan produksi,".
Lompatan produksi di bidang industri pertahanan, mobilitas dan ketangkasan dalam mensuplai barang-barang yang dibutuhkan oleh angkatan bersenjata dan pada akhirnya memperkuat kekuatan tempur angkatan bersenjata yang menjadi salah satu kebutuhan kekuatan pertahanan dan pencegahan terhadap ancaman.
Kebutuhan ini berasal dari fakta bahwa saat ini musuh bangsa Iran berdiri lebih terbuka dari sebelumnya dan menggunakan semua kapasitas dan kesempatan demi mengancam dan menekan Iran.
Meskipun musuh bangsa Iran, terutama Amerika Serikat tidak berhadapan dengan Iran secara langsung di arena militer. Tapi, konspirasi tidak boleh diabaikan atau ancaman tidak boleh dianggap remeh. Oleh karena itu, Angkatan Bersenjata Iran telah meningkatkan kemampuan pertahanan dan pencegahannya ke tingkat yang lebih tinggi dengan memperkuat metode perang asimetris dan memiliki jaringan luas pasukan yang efisien di bidang pertempuran langsung.
Mengingat permusuhan rezim hegemonik selama empat dekade terakhir, angkatan bersenjata Republik Islam Iran telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman apapun. Oleh karena itu, industri pertahanan Iran telah menggunakan kapabilitas berbasis pengetahuannya di bidang produksi peralatan canggih untuk meningkatkan kekuatan pertahanannya.
Atlantic Council menyebut kekuatan dan pengaruh regional Iran di Asia Barat telah menantang kekuatan militer AS.
"Tujuan terpenting Amerika Serikat adalah melemahkan Iran, dan terwujudnya hal tersebut menjadi bagian dari strategi AS di kawasan," tulis penulis Prancis Antoine Coppolani dalam sebuah artikel di majalah Le Pen.
Dalam kondisi demikian, kemampuan rudal Iran telah tumbuh secara signifikan dan menjadi kekuatan pencegah Iran terhadap agresi musuh apapun. Produksi jet tempur Kowsar, kapal selam Fateh, kendaraan lapis baja anti-ranjau, badai dan guntur termasuk di antara pencapaian utama industri pertahanan Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Iran juga termasuk di antara 5 produsen UAV teratas dan merupakan negara kedua yang membangun drone siluman.
Dengan upaya para ahli industri pertahanan Iran, langkah-langkah lebih pasti akan diambil dalam lompatan produksi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pesan yang disampaikan kepada pasukan Angkatan Bersenjata Iran menegaskan urgensi memperkuat pertahanan dalam berbagai dimensi dan memanfaatkan secara maksimal kapasitas dan potensinya, serta mewaspadai setiap pergerakan musuh-musuh Iran.
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para komandan dan staf Angkatan Udara Iran, menekankan perlunya memperkuat Iran dalam segala hal, terutama di bidang pertahanan, dengan menyatakan bahwa kelemahan akan mendorong musuh untuk menyerang. Meskipun demikian, Rahbar menegaskan, "Kami tidak mengancam negara atau bangsa manapun, tetapi kami ingin menjaga keamanan negara dan mencegah ancaman tersebut,".
Di awal tahun ini, Amerika Serikat menunjukkan kedalaman kebencian dan permusuhannya terhadap Iran dalam bentuk instruksi langsung Trump untuk membunuh Syahid Mayjen Qassim Soleimani pada 3 Januari 2020 di sekitar bandara Baghdad, padahal ketika itu datang sebagai tamu kenegaraan PM Irak.
Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami menilai tujuan AS membunuh Mayjen Qassem Soleimani untuk menghidupkan kembali intervensinya yang meredup di kawasan dan mengurangi pengaruh Republik Islam Iran.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) melancarkan serangan belasan terhadap pangkalan militer AS, Ain al-Assad di provinsi Al-Anbar, wilayah barat Irak pada 8 Januari sebagai tanggapan atas kejahatan AS.
Tanggapan yang berani ini menunjukkan bahwa pasukan pertahanan Iran berhasil meningkatkan kemampuannya dalam mengimbangi kecanggihan alutsista AS dan melawan kubu penindas dan arogan.
Pangkalan militer Ain Al-Assad AS porak-poranda dihantam rudal Iran
Kekuatan militer Iran telah tumbuh sebanding dengan ancaman. Pengalaman menunjukkan bahwa langkah balasan Iran sangat kuat sehingga musuh tidak berpikir untuk menyerang negara, dan jika ini terjadi, dia akan menerima tanggapan yang menyakitkan. Sistem pertahanan Iran juga tumbuh dan berkembang melebihi sebelumnya.
Kini, Republik Islam Iran adalah negara kuat di kawasan Asia Barat ditinjau dari indikator pertahanan dan penangkalan militernya, yang telah mampu menjadi kekuatan strategis di kawasan dengan mengusai teknologi rudal dan peralatan militer paling modern serta pengalaman pertahanan suci selama delapan tahun.
Industri pertahanan Republik Islam saat ini mampu menghasilkan drone canggih dan sistem pertahanan rudal di negaranya. Iran juga termasuk di antara 5 negara teratas di bidang desain dan konstruksi kapal berkecepatan tinggi.
Laksamana Amir Rastegari, Direktur Jenderal Organisasi Industri Maritim Kementerian Pertahanan Iran menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan Iran telah mencapai kemampuan desain dan produksi kapal oleh para ahlinya dengan kecepatan 130 kilometer per jam.
Lompatan yang terjadi saat ini di berbagai sektor, termasuk pertahanan, yang menekankan pentingnya kekuatan pertahanan dan penangkalan terhadap ancaman menunjukkan urgensi tahun lompatan produksi sebagaimana dicanangkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.
Hamas: Israel Ingin Bangun Pijakan Militer-Ekonomi Dekat Iran
Ketua Biro Politik Hamas, Palestina mengatakan, semua yang diharapkan rezim Zionis Israel adalah memiliki pijakan militer-ekonomi di wilayah-wilayah dekat Iran.
Fars News (12/10/2020) melaporkan, Ismail Haniyeh dalam wawancara dengan David Hearst, editor situs berita Inggris, Middle East Eye, memperingatkan kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel.
Seperti dikutip Arab 21, Ismail Haniyeh menuturkan, kesepakatan apapun yang ditandatangani negara Arab dengan Israel, pada akhirnya akan menjerumuskan negara tersebut ke dalam bahaya.
Ketua Biro Politik Hamas juga menyinggung soal Uni Emirat Arab dan Bahrain. Menurutnya, kami lebih mengenal pihak-pihak yang mengendalikan Israel, daripada mereka. Kami tahu cara berpikir mereka. Kami ingin menyampaikannya kepada saudara-saudara kami di UEA bahwa mereka pada akhir kesepakatan ini akan menelan kekalahan. Pasalnya, yang terpenting bagi Israel adalah membangun pijakan militer-ekonomi di wilayah-wilayah dekat Iran.
Haniyeh menambahkan, negara Anda akan digunakan sebagai pintu masuk. Kami tidak ingin melihat UEA jadi lokasi peluncuran rudal.
"Langkah UEA adalah langkah ekspansionis yang bertujuan menciptakan Israel Raya. Kami tidak ingin menyaksikan rakyat UEA, Bahrain, dan Sudan menjadi alat untuk memuluskan proyek ini. Sejarah tidak pernah berbelas kasih, rakyat tidak akan pernah lupa, dan hukum kemanusiaan tidak akan mengampuni," pungkasnya.
Upaya Peledakan Makam Syahid Abu Mahdi Al Muhandis Digagalkan
Pasukan relawan rakyat Irak, Hashd Al Shaabi berhasil menggagalkan upaya sejumlah teroris yang berusaha meledakan makam Syahid Abu Mahdi Al Muhandis.
Alalam (12/10/2020) melaporkan, pasukan Hashd Al Shaabi mengumumkan, 1 mortir berdimensi 82 milimeter yang dikemas dalam sebuah paket untuk meledakan makam Syahid Abu Mahdi Al Muhandis, berhasil ditemukan, dan dijinakkan.
Hashd Al Shaabi menegaskan, saat ini penyelidikan untuk mengusut sumber, dan pelaku yang membawa bahan peledak ini terus dilakukan.
Menurut pasukan relawan rakyat Irak itu, makam Syahid Abu Mahdi Al Muhandis dijaga ketat oleh pasukan keamanan Hashd Al Shaabi.
Komandan Pasukan Qods IRGC, Letjend Qassem Soleimani, dan Wakil Ketua Hashd Al Shaabi, Abu Mahdi Al Muhandis, bersama 8 orang lainnya pada hari Jumat (13/1/2020) gugur diteror militer Amerika atas perintah langsung Presiden Donald Trump, di bandara Baghdad.
Hizbullah Irak Siap Hadapi AS jika Serang Hashd Al Shaabi
Pejabat keamanan Brigade Hizbullah Irak meminta seluruh pejuang kelompok perlawanan agar bersiap menghadapi semua langkah militer Amerika Serikat terhadap Hashd Al Shaabi, dan memberikan pukulan mematikan kepada pasukan negara itu.
Stasiun televisi Al Mayadeen, Selasa (13/10/2020) melaporkan, pejabat keamanan Brigade Hizbullah Irak mengumumkan, sudah disampaikan kepada kelompok-kelompok perlawanan agar siaga penuh mengantisipasi langkah militer Amerika, dan memusatkan perhatian pada delegasi rezim Zionis Israel yang rutin keluar-masuk ke beberapa pangkalan Amerika.
Amerika dan Israel melakukan banyak upaya menekan Hashd Al Shaabi setelah pasukan relawan rakyat Irak ini berhasil menumpas kelompok teroris Daesh, dan sampai sekarang beberapa kali menyerang markas Hashd Al Shaabi di sejumlah wilayah Irak.
Sebelumnya dewan koordinasi kelompok-kelompok perlawanan Irak, mendesak penarikan mundur segera pasukan Amerika dari Irak, dan segala upaya mengulur waktu akan memaksa kelompok perlawanan untuk mengambil tindakan aktif. (
Geagea: Kami Punya 15000 Pasukan untuk Lawan Hizbullah
Ketua Partai Kekuatan Lebanon tampak terus memusuhi Hizbullah, dan baru-baru ini mengumumkan kesiapan untuk mengerahkan pasukan melawan kelompok perlawanan Islam itu.
Fars News (13/10/2020) melaporkan, Ketua Partai Sosialis Progresif Lebanon, Walid Jumblatt dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jadeed, Senin (12/10) mengatakan, siapapun, dan dari mazhab manapun di Lebanon yang berpikir untuk melakukan petualangan militer adalah orang gila.
Surat kabar Al Akhbar menulis, statemen Walid Jumblatt ini bukan omong kosong, ia sebenarnya sedang merespon statemen yang ia dengar beberapa hari sebelumnya, dan membuatnya terkejut.
Sebelumnya Ketua Partai Kekuatan Lebanon, Samir Geagea dalam sebuah pertemuan yang dihadiri Jumblatt mengusulkan agar wakil kedua partai ini mundur dari parlemen Lebanon, tapi usulan itu ditentang Walid Jumblatt.
Setelah itu, Geagea berkata, saya punya 15000 petempur, dan kami mampu melawan Hizbullah, kelompok ini sudah sangat lemah dikarenakan kondisi Lebanon, dan kawasan.
Ia menambahkan, kita lebih kuat, dan Hizbullah semakin lemah dari sebelumnya.
Menurut Samir Geagea, pihaknya mendapat dukungan dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain, dan ia yakin karena Hizbullah sudah lemah, maka kelompok itu terpaksa akan mengalah.
Seperti ditulis Al Akhbar, Jumblatt keluar dari ruangan pertemuan sambil keheranan dengan semua yang sudah didengarnya dan berkata, semua ini adalah tanda-tanda berbahaya dari fitnah perang saudara, masalah ini sudah dipersiapkan untuk Lebanon, dan kondisi akan lebih buruk.
Jarah Minyak Suriah, Militer AS Bangun Pangkalan Baru
Amerika Serikat dilaporkan sedang membangun sebuah pangkalan baru militer di Provinsi Deir Ezzor dengan tujuan menyelundupkan minyak.
Seperti dikutip media Sputnik, Selasa (13/10/2020), sumber-sumber lokal Suriah mengatakan militer AS sedang membangun sebuah pangkalan baru di daerah padang pasir al-Baghut di Deir Ezzor.
Pembangunan pangkalan baru ini dimulai sejak pekan lalu dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai sekutu AS, ditempatkan di lokasi pada Senin kemarin untuk menjaga keamanan.
AS sebelum ini membangun tiga pangkalan ilegal di Deir Ezzor dan daerah di sekitar ladang minyak di provinsi tersebut.
Pemerintah Damaskus berulang kali menegaskan bahwa tindakan AS dan sekutunya di Suriah adalah sebuah pendudukan.
Jika Diserang, Hamas Siap Ladeni Israel di Gaza
Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan sejarah tidak akan pernah bermurah hati kepada negara-negara Arab yang menormalisasi hubungannya dengan rezim Zionis, dan bangsa-bangsa pasti tidak akan melupakan ini.
Haniyeh, seperti dikutip Farsnews, Selasa (13/10/2020) memperingatkan para penguasa Uni Emirat Arab dan Bahrain, dan menyebut mereka sebagai pecundang dalam kesepakatan dengan Israel.
"Tujuan utama Israel adalah untuk mendapatkan basis militer dan ekonomi yang dekat dengan Iran," ujarnya.
Dia menekankan kesiapan Gerakan Hamas untuk menghadapi serangan dan agresi baru rezim Zionis di Gaza. "Perang di masa depan pasti akan memiliki konsekuensi dan biaya yang sangat berat bagi musuh," tegasnya.
Berbicara tentang proposal pertukaran tahanan, Haniyeh menjelaskan delegasi Mesir telah menyampaikan tuntutan dan persyaratan Hamas kepada rezim Zionis, dan kami sedang menunggu jawaban yang jelas.
Dia juga memuji pembicaraan Hamas baru-baru ini dengan Gerakan Fatah tentang masalah rekonsiliasi nasional Palestina. "Kami sedang mempertimbangkan untuk terlibat dalam pemilu Palestina dengan menyusun sebuah daftar bersama," ungkapnya.
Rahbar: AS Tidak akan Bisa Patahkan Kekuatan Iran !
Panglima Besar Angkatan Bersenjata Iran mengatakan sepak terjang premanisme Amerika Serikat tidak akan bisa melemahkan kekuatan pertahanan, rudal, dan kemampuan regional Iran.
Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam acara wisuda perwira angkatan bersenjata Iran yang berlangsung di Universitas Imam Ali, yang disampaikan melalui video konferensi hari Senin (12/10/2020) mengatakan, "Omong besar pejabat Amerika dipicu ketakutan dan keterbelakangan mereka sendiri. Sebab, dengan agitasi yang berkembang saat ini, Iran masih bisa menjaga institusi kalkulasi rasionalnya, dan Republik Islam akan terus maju di berbagai bidang,".
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyinggung ekspresi kepuasan Presiden AS atas gangguan ekonomi dan berbagai kejahatan lainnya terhadap bangsa Iran, dengan menambahkan bahwa sikap bangga mereka terhadap kejahatan semacam itu hanya datang dari orang-orang keji.
"Tapi lihatlah situasi Amerika Serikat sendiri saat ini dengan ribuan miliar dolar defisit anggaran serta puluhan juta kelaparan dan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan yang menunjukkan kondisi sulit. Sementara itu, bangsa Iran akan mengatasi kesulitan dengan kekuatan iman dan tekad nasional menghadapi pejabat AS yang keji, pengkhianat dan kriminal, dengan menggunakan sanksi sebagai sarana untuk benar-benar memperkuat perekonomian nasionalnya," ujar Rahbar.
Mengenai kondisi dalam negeri, Ayatullah Khamenei menekankan pentingnya mengatasi masalah yang menimpa saat ini.
"Masalah ekonomi dan mata pencaharian rakyat bisa diselesaikan dengan syarat pejabat bekerja keras sepanjang waktu bersama manajemen yang kuat, komprehensif dan tak kenal lelah serta fokus terhadap produksi dalam negeri dan tidak mengandalkan luar negeri," papar Ayatullah Khamenei.
"Kebisingan yang dibuat preman global semacam Amerika tidak boleh menggangu kita untuk terus berkarya," tegas panglima besar angkatan bersenjata Iran.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung dinamika dan ancaman yang menghadang, dengan mengatakan bahwa penanganannnya membutuhkan program baru dan menekankan urgensi penelitian di universitas Angkatan Bersenjata Iran untuk mengantisipasi ancaman baru dan mengidentifikasi cara dalam menghadapinya.
Rahbar: Iran Harus Mengantisipasi Ancaman Baru dan Mengidentifikasi Cara Menghadapinya
Pemerintah AS telah menjatuhkan sanksi terberat terhadap rakyat Iran yang melanggar semua hukum dan kewajiban internasional dalam kerangka analisis yang salah dan dengan harapan membuat Iran bertekuk lutut.
Namun, fakta menunjukkan bahwa analisis ini adalah kesalahan besar, dan dasar dari ilusi ini hanyalah kesalahan perhitungan para pejabat dan ahli teori Gedung Putih.
Pidato Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dan Panglima Besar Angkatan Bersenjata Iran pada hari Senin (12/10/2020) sehubungan dengan acara wisuda perwira angkatan bersenjata Iran yang berlangsung di Universitas Imam Ali, yang disampaikan melalui video konferensi adalah gambaran jelas dari fakta ini.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam
Panglima Besar Angkatan Bersenjata Iran mengatakan bahwa alasan omong kosong di Amerika Serikat tentang kemampuan pertahanan, rudal, dan regional Iran adalah perhitungan akurat dan rasional Republik Islam untuk mencapai kemampuan ini.
Menurut Rahbar, "Omong besar pejabat Amerika dipicu ketakutan dan keterbelakangan mereka sendiri. Sebab, dengan agitasi yang berkembang saat ini, Iran masih bisa menjaga institusi kalkulasi rasionalnya, dan Republik Islam akan terus maju di berbagai bidang."
Amerika gagal setiap kali mengulangi kesalahan strategisnya. Sekarang dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat telah mencapai jalan buntu dalam kebijakannya melawan Iran. Tanda-tanda kebuntuan ini; kata-kata rendah dan sejenis penyakit dari orang yang duduk di Gedung Putih dan mengira dia mendominasi seluruh dunia.
Seperti yang diungkapkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam dan Panglima Angkatan Bersenjata Iran, situasi di Amerika Serikat saat ini sangat buruk, dengan defisit anggaran sebesar ribuan miliar dolar dan puluhan juta orang kelaparan di bawah garis kemiskinan.
Penilaian realistis tentang situasi saat ini di Amerika Serikat dapat dilihat dari ketidakberdayaan dan kebingungan Gedung Putih. Amerika Serikat tidak hanya kehilangan hegemoni atas seluruh dunia, tetapi di dalam negeri, ia juga menghadapi tantangan ekonomi yang serius, perpecahan sosial yang mendalam dan diskriminasi rasial.
Di kancah internasional, penolakan 13 negara terhadap Amerika Serikat di Dewan Keamanan selama tiga kali dalam kurun waktu kurang dari sebulan merupakan peristiwa langka dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sampai-sampai bahkan media Amerika, termasuk Washington Post, menggambarkan kebijakan Donald Trump sebagai kebangkrutan total.
Sejak awal kemenangan Revolusi Islam, Amerika Serikat telah melakukan segala yang bisa dilakukan, mulai dari sanksi hingga mendukung rezim Saddam dalam memberlakukan perang terhadap Iran, merencanakan kudeta dan mendukung kelompok teroris untuk menyerang Iran, tetapi tidak berhasil dan hasilnya hanya kegagalan dan keputusasaan.
Terlepas dari semua tekanan dan tindakan kriminal yang diambil oleh Amerika Serikat selama masa kepresidenan Trump, rakyat Iran telah menunjukkan bahwa kebijakan domestik dan luar negeri mereka tidak dipengaruhi oleh datang dan perginya orang-orang di Gedung Putih, dan bahwa sanksi akan digunakan sebagai alat untuk benar-benar menstabilkan ekonomi.
Pada saat yang sama, perlu dicatat bahwa Republik Islam telah dan sedang berada di tengah-tengah perang politik, intelektual, perang lunak, dan mungkin konfrontasi yang keras dengan front arogan. Ini berarti bahwa musuh masih belum putus asa untuk mencoba memukul bangsa Iran dan mencoba mempertanyakan kemauan bangsa Iran melalui ancaman dan sanksi.
Mengingat semua fakta ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam, mengacu pada perubahan ancaman, mempertimbangkan berurusan dengan mereka, membutuhkan program baru dan menekankan bahwa penelitian universitas Angkatan Bersenjata Iran harus dapat mengantisipasi ancaman baru dan mengidentifikasi cara untuk menghadapinya.