کمالوندی

کمالوندی

Google untuk keenam kalinya memblokir akun YouTube resmi jaringan berita internasional milik Republik Islam Iran, Press TV, dengan alasan "pelanggaran undang-undang ekspor."

 

Pemblokiran itu dilakukan pada Sabtu, 19 September 2020 hampir setahun setelah Google menutup akun YouTube dan Gmail Press TV dan Hispan TV, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Keduanya adalah jaringan berita internasional Iran.

"Akun Google Anda dinonaktifkan dan tidak dapat dipulihkan karena melanggar undang-undang ekspor. Anda harus menyewa penasihat hukum jika Anda memiliki pertanyaan," tulis Google dalam pesan yang muncul setelah admin Press TV mencoba masuk ke akunnya.

Undang-undang dan peraturan ekspor Amerika Serikat melarang penggunaan dan akses ke informasi, barang, dan teknologi yang dikendalikan untuk alasan keamanan nasional atau perlindungan perdagangan.

Peraturan federal yang membatasi ekspor barang dan teknologi ke luar negeri telah ada sejak 1940-an.

Persyaratan dan ketentuan Google melarang keras penggunaan Gmail, Google Drive, dan Google Apps for Gov untuk mengirim email, berbagi, mentransfer, atau menyimpan Data Teknis Terkontrol Ekspor (ECTD).

Peneliti dan pihak lain yang menangani ECTD harus mengambil tindakan yang wajar untuk mencegah pengungkapan, penggunaan, dan akses data teknis yang dikontrol ekspor oleh orang asing yang tidak berwenang dan tidak berlisensi.

Selama beberapa tahun terakhir, Google berulang kali memilih tindakan seperti itu terhadap akun media sosial jaringan-jaringan televisi internasuonal milik Iran.  

Press TV menjadi target pada April 2019, ketika Google juga menutup akun YouTube dan Gmail televisi internasional berbahasa Inggris ini.

Sebelumnya, akun YouTube Press TV ditutup pada September dan November 2013 dan April 2014.

Lembaga Penyiaran Nasional Republik Islam Iran - yang menjalankan Press TV dan Hispan TV sebagai bagian dari Layanan Dunia - menyebut tindakan semacam itu sebagai contoh sensor yang jelas.

Serangan terhadap kebebasan berbicara semacam itu tampaknya menjadi bagian dari kebijakan anti-Iran yang dikejar oleh Presiden AS Donald Trump sejak menjabat.

Setelah Trump menjabat pada tahun 2017, Washington meningkatkan upayanya untuk menargetkan Republik Islam Iran.

AS telah menerapkan tekanan maksimum terhadap Iran setelah keluar dari perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif) pada Mei 2018. Washington juga memulihkan semua sanksi terhadap Tehran.

Departemen Luar Negeri AS telah meminta perusahaan media sosial Facebook, Instagram, dan Twitter untuk memblokir akun para pemimpin pemerintah Iran, dan meminta iOS -sistem operasi seluler yang dibuat oleh perusahaan AS Apple Inc.- untuk menonaktifkan aplikasi-aplikasi Iran.

Dalam langkah sewenang-wenang pada bulan April, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) Departemen Keuangan AS memblokir dan menyita nama domain resmi dari surat kabar pemerintah Iran, "Iran." 

 

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dalam pesannya menyebut Ayatullah Sistani aset bagi dunia Islam.

Mohammad Javad Zarif di pesan Twitternya berbahasa Arab menulis, Ayatullah Sistani, marja besar Syiah adalah benteng kuat Irak dan aset bagi seluruh dunia Islam.

"Iran menghormati peran Ayatullah Sistani dalam menerapkan keamanan di Irak dan stabilitas di negara ini serta menjaga kedaulatan serta integritas wilayah Irak dan membebaskan diri dari kekuatan asing serta membangun Irak baru sesuai dengan harapan rakyat negara ini," tulis Zarif di pesan Twitternya.

Sementara itu, Juru bicara Kemenlu Iran Saeed Khatibzadeh di jumpa pers mingguannya kepada wartawan seraya mengisyaratkan urgenistas marjaiyah bagi rakyat Iran dan Irak serta penghormatan rakyat serta pemerintah kedua negara terhadap pilar penting ini mengatakan, Ayatullah Sistani memainkan peran tak terbantahkan di Irak dan memiliki posisi istimewa di antara pengikut Syiah.

 

Tiga pakar hukum dan politik Amerika menyebut teror terhadap Jend. Qassem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC Iran oleh pemerintah Amerika sebagai aksi perang.

Seperti dilaporkan FNA, Gene Healy dari Lembaga CATO, David B. Rivkin anggota Baker & Hostetler dan Margaret Taylor, peneliti Brookings di sebuah konferensi yang membahas kemampuan presiden AS merilis instruksi sewenang-wenang untuk memulai perang dengan negara tertentu menjelaskan, teror Jend. Soleimani sebuah aksi perang.

Syahid Soleimani dan rombongan gugur syahid Jumat 3 Januari 2020 dini hari dalam sebuah serangan udara militer Amerika Serikat di dekat bandara udara Baghdad, Irak.

Syahid Soleimani berkunjung ke Irak atas undangan resmi pemerintah Baghdad.

Banyak negara dan organisasi internasional mengutuk aksi teror pemerintah Amerika ini.

Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard baru-baru ini di laporannya menyebut aksi teror Amerika meneror Syahid Soleimani melanggar hukum internasional dan piagam PBB.

Syahid Soleimani merupakan tokoh terpandang di perang melawan kelompok teroris Takfiri dan teroris lainnya termasuk Daesh (ISIS) di kawasan. 

 

Alquran diturunkan untuk membawa pesan-pesan Ilahi untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Akan menghantarkan umat manusia ke peradaban yang penuh cahaya, dan meninggalkan kehidupan yang gelap dan penuh dengan kezaliman. Pesan Alquran pada umat manusia adalah membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Dalam beberapa hari terakhir, pembakaran salinan Alquran di Swedia dan publikasi berulang kali kartun yang dikaitkan dengan Nabi Suci Muhammad Saw di sebuah media cetak Prancis telah memicu kemarahan dunia Muslim dan mendapat kecaman warga dunia yang mencintai kebebasan dan perdamaian. 

Mr. Morteza Najafi Ghodsi, salah seorang aktivis Alquran berkebangsaan Iran dan mantan direktur Dar al-Quran Allameh Tabatabai, turut bereaksi terhadap aksi pelecehan terhadap Alquran dan Nabi Muhammad saw. Ia menulis artikel berikut untuk para pembaca budiman ABNA: 

Penghinaan terhadap Alquran, Penghinaan terhadap semua Anbiyah as

oleh: Mr. Morteza Najafi Ghodsi

بسم الله الرحمن الرحیم

«يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ»

می‌خواهند نور خدا را با دهان‌های خویش خاموش کنند، ولی خداوند جز این نمی‌خواهد که نور خود را به تمام و کمال رساند، هر چند کافران را خوش نیاید.

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

(Qs. At-Taubah: 32)

Sangat disayangkan, kembali kita sekali lagi menyaksikan perilaku penghinaan terhadap Alquran dan kesucian Nabi Muhammad saw di beberapa negara Eropa yang selalu mengklaim sebaga negara yang berperadaban, seperti  aksi pembakaran Alquran baru-baru ini di Swedia dan penerbitan kembali karikatur yang menghina Nabi Islam di salah satu media cetak Prancis. Aksi mereka telah melukai hati orang-orang yang beriman kepada ajaran para Nabi, dan perilaku bodoh seperti itu sama sekali tidak layak terjadi di lingkungan masyarakat yang beradab di kekinian. 

Intinya adalah, selain konspirasi dan upaya menciptakan permusuhan di kalangan pemeluk agama, mungkin juga memang terkait dengan persoalan ketidaktahuan mengenai Alquran, namun bagaimanapun, apa mungkin para pemeluk agama tauhid akan bungkam menghadapi tindakan jahil tersebut dan tidak menunjukkan kecaman yang keras?!

Jika penganut Kristen dan Yahudi tahu bahwa kisah-kisah terbaik dari nabi-nabi mereka juga diceritakan dalam Al Qur'an, dan tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang kali, maka mereka akan melihat dan menilai Alquran dengan cara berbeda.

Menarik untuk diketahui bahwa Alquran menyebut 26 nama nabi dengan memberi porsi terbesar adalah mengenai Nabi Musa as, sehingga namanya disebut 136 kali dalam 36 surah Alquran dengan total disebut berulang dalam 420 ayat.

Kisah Nabi Musa as dan peristiwa-peristiwa penting yang dilaluinya diceritakan secara rinci dalam Alquran sejak kelahirannya, dari kondisi menyedihkan anak-anak Israel di zaman Firaun hingga eksodus Nabi Musa as dari Mesir dan pernikahannya dengan salah seorang putri Nabi Syuaib as serta kisahnya fenomenal bersama Nabi Khidir as. 

Begitupun kisah mengenai dialog Nabi Musa as dengan Tuhan yang saat itu ia melihat cahaya Tuhan. Kisah saat ia diutus untuk menghadapi Firaun dan menyelamatkan kaum Bani Israel dari penindasannya. Kisah mengenai kesaktian tongkatnya dan para penyihir yang tunduk mengakui kenabiannya  di hadapan Firaun. Termasuk kisah pelarian Bani Israel dari Mesir, yang dalam pengejaran oleh bala tentara Firaun mereka berhasil diselamatkan dengan mukjizat terbelahnya Laut Merah, sehingga mereka bisa melaluinya dan kemudian menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya. Dan semua ini diceritakan dalam ratusan ayat-ayat Alquran.  

Begitupun nama Yesus (Nabi Isa as) disebutkan sebanyak 25 kali sebagai Yesus dan 13 kali sebagai Kristus. Begitupun kisah Bunda Maria sa dan kelahiran Yesus as dan semua keadaan Nabi itu juga disebutkan dalam banyak ayat Alquran dengan deskripsi terbaik. Bahkan ada surat dari Alquran dengan 98 ayat yang dinamai surah Maryam dan biografi wanita suci ini dan kelahiran Yesus as dan kemampuannya berbicara disaat masih bayi disebutkan sebagai mukjizat. Yesus as berkata, قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (Sesungguhnya aku adalah hamba Allah yang telah memberikanku Alkitab dan menjadikanku Nabi). Begitupun ucapan-ucapan mulia Yesus as diabadikan dalam Alquran.  

Nabi Musa as dan Yesus as disebutkan dalam Alquran sebagai nabi Allah dengan penuh penghormatan dan kisah-kisahnya yang luar biasa tersampaikan dengan baik dan memberikan pencerahan. Justru penceritaan dengan penuh pemuliaan dan penghormatan pada kedua Nabi tidak terdapat dalam kitab Perjanjian, karena memang telah mengalami penyimpangan dan perubahan. Tidak jarang, Nabi Allah justru diperkenalkan dengan cara yang kurang sopan dan kadang disebut mereka adalah orang-orang yang berdosa. Sementara Alquran menganggap semua Nabi-nabi Allah sejajar dan diperkenalkan dengan penuh penghormatan, khususnya Nabi-nabi Ulul Azmi, seperit Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa as dan Muhammad saw  yang secara khusus disampaikan mengenai kepribadian dan martabat mereka.

Juga di dalam Alquran, nama Nabi Nuh as disebut 43 kali, Nabi Ibrahim as disebut 68 kali, Nabi Luth as sebanyak 27 kali, Nabi Adam as 25 kali, Nabi Yusuf as 27 kali, Nabi Ismail as 12 kali, Nabi Ishak as 17 kali, Nabi Syu'aib as  11 kali, Nabi Sulaiman as sebanyak 17 kali, Nabi Yaqub as 16 kali, Nabi  Yahya as 5 kali, Nabi Ayub 4 kali as, Nabi Saleh as 9 kali, Nabi Hud as  7 kali, Nabi Yunus as 4 kali, Nabi Daud as 16 kali, Nabi Harun as 20 kali, Nabi Uzair as satu kali dan Nabi Idris as, Nabi Ilyas as, Nabi Ilyasa as dan Nabi Zulkifli as masing-masing telah disebutkan dua kali.

Sementara nama yang mulia dan suci dari penghulu Anbiyah, yaitu Nabi Muhammad saw disebutkan 4 kali dan satu kali disebut Ahmad. Namun kata-kata seperti Rasulullah, utusan, Nabi, dan Umm juga disebutkan berkalli-kali dalam sejumlah ayat. 

Inti dan rangkuam dari sebagian besar ayat Alquran sebenarnya adalah menceritakan biografi para nabi, dan  karena itu betapa indahnya Rumi berpuisi dalam karyanya Masnawi:

Karena Anda mencari kebenaran dalam Alquran / bercampur dengan jiwa para nabi

Alquran adalah keadaan para nabi / ikan dari laut Kibria

Bacalah dan terima Alquran / para nabi dan orang suci adalah perwujudannya

Alquran sesungguhnya adalah kitab tauhid dan pengetahuan tentang Tuhan, yang diekspresikan dalam bentuk ajakan para nabi, dan tentu saja keyakinan akan kebangkitan dan hari kiamat - yang merupakan salah satu ajaran penting dari semua nabi - merupakan bagian penting dari ayat-ayat Alquran, sekitar 500 ayat Alquran. Ini terkait dengan aturan agama dan ibadah, dan sisanya adalah moralitas. Tentunya tidak perlu dikatakan lagi bahwa perjuangan para nabi adalah melawan orang yang arogan dan menegakkan keadilan serta mendorong orang-orang beriman untuk berjihad di jalan Allah swt dan syahid juga merupakan salah satu ajaran para nabi dan memerangi para penindas serta menyebarkan keadilan dan melindungi hak asasi manusia dan tidak saling menindas, sebagaimana yang ditegaskan oleh Alquran Alkarim. 

Jika seseorang ingin mengenal para nabi dengan benar, mengenal Nabi Isa as, mengenal Nabi Musa as, mengetahui Nabi Muhammad saw dan para Imam yang suci, seseorang harus mengacu pada Al-Qur'an. 

Alquran diturunkan untuk membawa pesan-pesan Ilahi untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Akan menghantarkan umat manusia ke peradaban yang penuh cahaya, dan meninggalkan kehidupan yang gelap dan penuh dengan kezaliman. Pesan Alquran pada umat manusia adalah membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya. 

Lantas, sekarang kita melihat penghinaan terhadap Alquran, kitab yang sarat dengan cahaya, sejarah dan pesan para Nabi, betapa zalimnya hal tersebut pada hak kemanusiaan. Mereka ini adalah syaitan yang menginginkan manusia terus berada dalam kegelapan, sehingga dengan itu mereka dapat melanjutkan kekuasaan yang menindas. Namun mereka lupa, bahwa kehendak Allah swt yang menghendaki orang-orang benarlah yang akan berkuasa di muka bumi, yang hal ini bukan hanya disampaikan dan terdapat dalam Alquran, namun juga terdapat dan tersampaikan dalam Taurat dan Zabur. Sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah Al-Anbiyah ayat 105, «وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ» (Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.)

Mereka yang zalim, penindas dan arogan harus mengetahui, Alquran telah menggambarkan mereka seperti bui di lautan, yang dengan cepat akan segera hilang dan semua upaya mereka menimbulkan fitnah tidak akan berhasil. 

«وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ».

Sabtu, 26 September 2020 18:09

Tips-tips Mengatasi Sikap Pamer

 

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’ (pamer).” (HR ahmad)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah shalat Jum’at hadâkumullah,

Syirik atau menyekutukan Allah adalah predikat yang tidak main-main. Ia dianggap berat karena ada penyembahan, keyakinan, atau sekadar harapan kepada selain Allah. Jenis syirik tidak tunggal. Syirik memiliki tingkatan, tergantung kadar “penghambaan” seseorang terhadap hal-hal di luar Allah.

Ada sitilah “syirik kecil” dan ini sering tidak dipahami atau diperhatikan oleh kebanyakan manusia. Padahal, syirik kecil inilah yang paling dikhawatirkan Rasulullah menimpa umatnya. Apa itu syirik kecil?

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ . قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ : الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’ (pamer).” (HR ahmad)

Sikap Rasulullah yang menempatkan riya’ sebagai paling ditakuti mengindikasikan betapa gawat perbuatan tercela tersebut. Gawat pertama karena muncul harapan selain Allah, dan gawat kedua karena dosa ini nyaris tak terasa lantaran “kelezatan” yang diterima pelakunya, seperti berupa pujian, sanjungan, hingga kenaikan kedudukan dari orang-orang di sekitarnya.

Inilah merupakan bentuk dari berwujudan tauhid sejati. Artinya, syirik tak mesti dialamatkan kepada para penyembah pohon atau batu, tapi juga pada orang-orang yang bergantung pada pujian dan pandangan orang lain. Allah tak lagi menjadi ukuran utama terhadap segenap nilai perbuatan baik. Karena itu, betapa banyak orang memperlihatkan, memotret, atau memperdengarkan kedermawanan, kesalehan, prestasi, bukan agar orang lain meneladani melainkan sekadar mengetahui, syukur-syukur melontarkan puji-pujian. Fenomena ini kita temui dengan sangat mudah di era media sosial ini.

Riya’ merupakan penyakit hati. Ia virus yang tergolong sukar diobati dan menggerogoti habis nilai pahala di mata Allah subhanahu wata‘ala. Riya’ bisa berlangsung dalam tiga waktu: sebelum, saat, dan setelah perbuatan baik dilakukan. Lantas bagaimana cara mengatasinya?

Jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Pertama, orang yang terbesit riya sebelum mengerjakan amalan dan memang berniat mengerjakannya semata karena riya’, maka agar selamat orang semacam ini harus menunda amalannya sampai timbul rasa ikhlas. Untuk menimbulkan rasa ikhlas, seseorang perlu merenung bahwa kritikan dari orang lain lebih sering meningkatkan kualitas diri ketimbang sanjungan yang memacu perasaan ujub lalu menjatuhkan.

Kedua, bila riya’ muncul di saat melakukan amalan, seseorang dianjurkan untuk menghalau gangguan itu sambil meneruskan amalannya. Kalau godaaan riya terus hadir, ia tidak perlu menggubrisnya. Insyaallah amalannya diterima karena tetap berpijak pada niatnya semula. Keterangan ini bisa kita temukan dalam kitab Maqashidur Ri‘ayah li Huquqillah karya Izzuddin bin Abdus Salam.

Ketiga, niatan awal bisa saja karena Allah, saat melakukannya pun tak ada kendala dalam hati. Tapi, hawa nafsu yang pantang menyerah bisa menjerumuskan ahli amal dengan berbuat riya’ setelah kebaikan dan kesalehan itu dilakukan. Orang yang dihadang godaan seperti ini perlu serius membentengi diri dan selalu berpikir bahwa kebaikan tak datang dari dirinya tanpa pertolongan dan karunia Allah. Di saat yang sama, penting juga menginsafi bahwa keburukan masih lebih banyak bersemanyam dalam diri daripada kebaikan.

Jamaah shalat Jum’at hadâkumullah,

Penjelasan ini memberi pesan kepada kita semua bahwa siapa pun bisa dihinggapi rasa syirik, bahkan orang yang kerap memvonis syirik orang lain pun. Manusia dituntut untuk selalu berhati-hati, mengutamakan instropeksi daripada menghakimi. Riya’ termasuk syirik yang samar (khafi), tidak terasa, dan justru karena kesamarannya inilah membuatnya lebih berbahaya dan paling dikhawatrikan oleh Nabi.

Orang yang rajin beribadah sekalipun belum tentu bersih dari sifat tercela ini. Karena penyakit riya’ bisa menjangkiti kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan apa saja. Riya juga bisa muncul ketika seseorang memanjangkan ruku’ atau sujud di dalam shalat, saat berpakaian yang mengesankan kealiman, menghitam-hitamkan bekas sujud di dahi, atau memfasih-fasihkan lidah saat berceramah dengan mengumbar hafalan dan keluasan ilmu. Adapula yang bersikap sedemikian rupa agar dikatakan orang lain mengaggap dirinya tak suka pamer, ini pun tergolong riya'. Artinya, riya' juga dapat menyelinap di balik sifat-sifat terpuji dan amal ibadah.

Namun demikian, semuanya bisa dicegah dan disembuhkan. Jangan karena takut riya’ amal ibadah tidak terjalani. Segalanya tergantung pada kesungguhan berjihad dengan diri sendiri dan kelurusan niat hati kita. Menghindari riya’ sesungguhnya adalah upaya memurnikan peruntukkan seluruh amal kebaikan bagi Allah semata.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Sabtu, 26 September 2020 18:08

Doktrin Perlawanan Imam Khomeini

 

Hari ini, 40 tahun telah berlalu sejak penaklukan revolusi Islam di Iran dan juga 30 tahun telah berlalu sejak meninggalnya Imam Khomeini yang merupakan pendiri revolusi Islam. Ideology revolusi Islam telah melewat lebih dari batas-batas Iran. Berdasarkan rencana dan konspirasi anti-Iran ini dimunculkan secara maksimal untuk menghindari pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Doktrin Imam Khomeini didasarkan pada gerakan perlawanan dan itu tidak terbatas pada masalah domestik, tetapi rasa hormatnya terhadap al-Quds adalah apa yang paling dikenal oleh Imam Khomeini dalam doktrin perlawanan global-regional. Imam Khomeini menganggap masalah Al-Quds sebagai doktrin utamanya bahkan sebelum revolusi Islam terjadi di Iran.

Diyakini bahwa al-Quds adalah hal utama yang sama untuk menyatukan semua Muslim melawan konspirasi yang berusaha mengubah pemikiran Islam di balik al-Quds menjadi masalah Arab dan membatasinya pada masalah politik Arab. Semua perjuangan untuk membebaskan al-Quds dari pendudukan terbatas pada rasisme Arab yang gagal karena kesengsaraan dan frustrasi. Perang enam hari tidak hanya gagal membebaskan al-Quds tetapi juga memberi Israel lebih banyak kepercayaan untuk terus menduduki lebih banyak tanah dan ini adalah waktu ketika Kompromi didefinisikan ulang oleh definisi barat dan kemudian disebut Perdamaian. Rencana perdamaian itu mengkompromikan banyak kelompok batalion, salah satu yang terpenting adalah gerakan PLA yang berakhir dengan pertempuran dan mengambil langkah-langkah untuk menandatangani perjanjian damai.

Hasil dari tindakan ini tidak lebih dari itu kelompok itu harus mendiskusikan rencana perdamaian dengan musuh untuk menghindari mereka membangun permukiman di wilayah Palestina yang bertentangan dengan perjanjian.

Hasil dari 6 dekade yang disebut diskusi damai adalah lebih banyak tekanan dan kesengsaraan rakyat Palestina. Kelompok-kelompok Palestina lainnya tidak pernah memiliki prinsip Islam yang sama dan harus menonton kebijakan perdamaian membahas dan gagal, masyarakat internasional juga diam.

Kelompok-kelompok lain di wilayah ini seperti Ikhwanul Muslimin juga tidak berhasil, karena mereka tidak mengikuti prinsip Islam untuk menyatukan semua Muslim dan mereka hanya merupakan tambahan dari kumpulan kegagalan Arab dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.

Negara-negara Islam sekuler lainnya juga ditambahkan ke dalam kumpulan kegagalan terhadap Israel ini, mereka mengambil Taliban dan ISIS sebagai Jihad Islam terkemuka dan sampai pada kesimpulan bahwa perjuangan bersenjata tidak akan membebaskan Palestina yang diduduki. Sebuah sekte Islam baru lahir dari ini yang kemudian dinamai Islam Amerika.

Dari sisi lain setelah penaklukan revolusi Islam di Iran, perjuangan fisik bersenjata melawan Israel tidak hanya berhasil membalas musuh tetapi perlawanan adalah gerakan yang berkembang yang semakin kuat setiap hari.

Perlawanan sebagai doktrin oleh Imam Khomeini berhasil, berdasarkan banyak faktor seperti: perspektif yang baik dari pemain peran daerah, perspektif Islam yang sempurna, informasi yang baik tentang musuh, mengaktifkan potensi dunia Islam dan juga menjauhi pemikiran kompromi.

Hasilnya adalah bahwa batu-batu di tangan orang-orang Palestina dimodifikasi menjadi roket dan rudal, itu membentuk kembali kekuatan pencegahan Israel menjadi kekuatan pencegahan Palestina dan bahkan membawa hegemoni perlawanan ke wilayah tersebut dan rakyatnya.

Hari ini perlawanan berada dalam kekuatan utamanya yang tidak hanya mampu mencegah serangan dari musuh, tetapi perlawanan sekarang mampu membuat kerusakan tambahan, perlawanan juga membuat pihak Zionis menyadari konsekuensi dari langkah terkecil yang mereka inginkan. menerapkan untuk menghilangkan identitas Palestina dari tanah, kekuatan pencegahan yang dalam banyak kasus menolak musuh untuk mengambil tindakan.

 

Meski saya tidak sekolah dan tidak memiliki pengetahuan, namun saya menghafal al-Quran dengan sendiri di rumah dan dengan mengikuti suara tartil sejumlah ustad dan akhirnya saya berhasil menghafal seluruh al-Quran; al-Quran adalah mukjizat, barang siapa yang menggelutinya, maka Allah akan sangat memudahkan tujuannya dan mempermudahkannya.

Menurut Kantor Berita ABNA, Aftab Khan Muhammad Zaman, qori dan hafiz tunanetra Pakistan yang berpartisipasi dalam jurusan qiraat muabaqoh internasional al-Quran Iran ke-34 saat wawancara dengan IQNA mengungkapkan, sebelum mengenal al-Quran, dikarenakan tunanetara, saya melewati kehidupan dalam kesuraman, namun harmonisasi dengan al-Quran memberikan sebuah cahaya pada penglihatan saya, saya tidak memandang kehidupan menjadi tidak enak, namun saya dengan tenang dan ridha, menganggap tunanetra saya sebagai sebuah nikmat.

Ia dengan mengisyaratkan Surah An-Nisa ayat 174 menegaskan, al-Quran adalah cahaya dan masyarakat tanpanya tidak akan pernah meraih cahaya dan hakikat.

Qori tunanetra asal Pakistan ini menambahkan, selain qiraat tujuh dan sepuluh yang saya pelajari di Pakistan dari sejumlah pengajar terkemuka qiraat, saya menghafal al-Quran dengan sendirian di rumah dan dengan mengikuti suara tartil sejumlah pengajar jurusan ini dan akhirnya saya pun berhasil menghafal seluruh al-Quran.

Ia mengisyaratkan Surah Al-Qamar ayat 17, "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” dan menegaskan, meski saya tidak sekolah dan tidak memiliki pengetahuan, namun hafalan al-Quran bagi saya amatlah mudah, karena al-Quran adalah mukjizat, barang siapa yang menggelutinya, maka Allah akan sangat memudahkan tujuannya dan mempermudahkannya.

Aftab Khan menyebut hafalan dan qiraat al-Quran sebagai motivasi penting untuk bermanfaat kehidupannya dan menegaskan, jika tidak ada al-Quran tidak dipungkiri kehidupan bagi saya, yang tunanetra akan semakin lebih sukar, namun selain al-Quran kehidupan penuh dengan kebahagiaan dan kelezatan; karena keyakinan akan berlalunya kehidupan dunia ini akan dapat mengemban segala problem.

Sanjungan atas Upaya Iran dalam Merealisasikan Persatuan Islam

Demikian juga, Dr Karamullah, pengajar al-Quran asal Pakistan yang menyertai qori tunanetra ini, terkait musabaqoh Iran ini mengatakan, ada dampak positif, dimana musabaqoh ini mengumpulkan dan menyatukan negara-negara Islam dan Ahlusunnah dan Syiah adalah hal yang tak dapat dipungkiri dan kami mengerti di Iran tidak ada perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah.

Menurutnya, penyelenggaraan kompetisi al-Quran khusus para tunanetra adalah hal yang amat efektif dan bermanfaat. Ia menambahkan, Iran adalah tempat kelahiran al-Quran dan penyelenggaraan musabaqoh dengan mengundang para delegasi pelbagai negara dunia menjadikan pengetahuan satu sama lain para kompetitor akan sejumlah suku dan pelbagai budaya dan mengokohkan hubungan persahabatan antar mereka.

Dr Karamullah mengungkapkan, meski saya adalah Ahlusunnah, namun saya sangat memuji upaya masyarakat Iran dalam menyatukan kaum muslim dan musabaqoh al-Quran dengan moto "Satu Kitab, Satu Umat” mengkisahkan sejumlah upaya ini dalam rangka merealisasikan persatuan Islam dan dukungan terhadap seluruh kaum muslim.

Dr Karamullah mengisyaratkan dipaksanya edukasi al-Quran di sekolah-sekolah khusus dan negeri Pakistan. Ia mengatakan, pelajaran seperti pendidikan bahasa Urdu, Inggris, Matematika, dan pelajaran-pelajaran lain di sekolah Pakistan adalah wajib, namun tidaklah terlalu peduli dengan pendidikan al-Quran dan hadis, dimana dengan undang-undang baru pemaksaan pendidikan al-Quran di sekolah, anak-anak kecil dapat mengenal makna-makna al-Quran dan menimba ajaran-ajaran suci al-Quran.

Bersamaan dengan penyelenggaraan msuabaqoh internasional al-Quran ke-34, musabaqoh internasional al-Quran tunanetra dunia Islam untuk yang kedua kalinya diselenggarakan di musholla Imam Khomeini (ra) dan sampai tanggal 26 April mendatang menjamu para pecinta al-Quran.

 

Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.

Menurut Kantor Berita ABNA, Muhammad Humaedi Hatta, hafiz muda asal Takalar Sulawesi Selatan kembali mendulang prestasi membanggakan dengan meraih peringkat ketiga dalam cabang hafalan Alquran 30 juz pada ajang "The International Holy Qur'an Competition for Muslim Students VI" yang berlangsung di kota Masyhad Republik Islam Iran 27-29 April 2018. 

Sebelumnya Imam Masjid Al Markaz Makassar ini juga meraih juara III Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) internasional 30 juz yang ke-8 di Libya pada tahun 2013. Hafiz kelahiran 1 Juli 1991 tersebut juga telah menjuarai MHQ tingkat provinsi dan nasional dan sudah mengikuti berbagai ajang MHQ internasional termasuk yang pernah diadakan di Arab Saudi tahun 2010. 

Disebutkan Kompetisi Alquran untuk Mahasiswa Muslim tingkat internasional yang berlangsung di kota Masyhad Iran tersebut diikuti oleh 18 qari dan 24 hafiz dari 35 negara. Indonesia diwakili oleh Muhammad Yunus untuk cabang qiraat dan Muhammad Humaedi Hatta untuk cabang hafalan Alquran. 

Hasil akhir kompetisi yang diumumkan pada Minggu (30/4), Mujtaba Fardafani, wakil Iran meraih peringkat terbaik pertama cabang hafalan Alquran, Harun Mamadu Hasan dari Nigeria meraih juara dua dan Muhammad Humaedi Hatta dari Indonesia meraih juara ketiga. 

Sementara untuk cabang qiraat, peringkat pertama juga diraih oleh wakil tuan rumah, Mahdi Ghulamnejad, sementara untuk juara dua Muhammad Ali Furughi dari Afghanistan dan Ahmad Jamal Kamal al-Mansharawi dari Irak sebagai juara ketiga. 

Muhammad Humaedi Hatta dalam wawancaranya mengatakan musabaqah Alquran khususnya pada event-event internasional menjadi motivasi tersendiri bagi para hafiz dan qari untuk lebih meningkatkan kemampuan serta menjaga kecintaannya pada Alquran. "Melalui bacaan ataupun hafalan Alquran, kita juga bisa membuat bangga orangtua dan negara." Ungkap alumni UIN Alauddin Makassar tersebut. 

Berikut wawancara lengkap redaksi ABNA dengan Muhammad Humaedi Hatta:

Di negara mana saja anda pernah mengikuti kompetisi Alquran, dan prestasi apa saja yang anda raih?

Sebelumnya saya pernah ikut MHQ tahun 2010 di Arab Saudi, di Libya dan Tehran pada tahun 2012, dapat juara II dicabang hafalan Alquran 20 juz di Yordania, pernah ikut di Kuwait dan terakhir yang barusan terselenggara di Masyhad Republik Islam Iran.

Berarti, ini bukan yang pertama kalinya anda ikut kompetisi Alquran di Iran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang dulu anda ikuti di tahun 2012?

Hampir tidak ada perbedaan, kecuali ditahun 2012 diadakan di kota Tehran, dan tahun ini diadakan di Masyhad, perbedaannya hanya situasi kota dan cuacanya antara Tehran dan Masyhad.

Apa motivasi anda menghafal Alquran sementara kita tahu aktivitas Alquran sayangnya masih kurang diminati oleh generasi muda di Indonesia?

Banyak kemuliaan dan keutamaan yang didapat oleh orang yang menjadikan Alquran bagian dari kehidupannya baik dengan rajin membaca dan menghafalkannya, yang semua itu dijelaskan dalam Alquran dan hadis. Kepada yang menghabiskan usianya dalam menggeluti aktivitas-aktivitas Qur'ani, Allah swt menjanjikan padanya kebahagiaan dunia dan akhirat. 

Menurut anda, kompetisi dan musabaqah Alquran memang perlu diadakan? apa manfaatnya? 

Iya sangat penting. Karena ini dapat dijadikan ajang untuk mengasah dan memotivasi khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan mengkaji Alquran. 

Dari sejumlah negara yang anda datangi untuk terlibat dalam kompetisi Alquran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang diadakan di Iran?

Perbedaannya hanya pada saat babak penyisihan dan final, dimana penyisihannya di uji melalui Skype langsung oleh dewan juri di Iran dan pada babak finalnya, semua finalisnya ditempatkan di ruang karantina. 

Apa tanggapan anda dengan qari dan hafiz tuan rumah yang menjadi juara pertama, apa memang mereka layak mendapatkan itu?

Menurut saya kurang layak pada cabang tahfidz. Menurut penilaian saya seharusnya yang juara I delegasi dari Nigeria, karena hafalan dan tajwid yang sempurna sementara tuan rumah saya lihat melakukan beberapa kesalahan.

Dari pengamatan anda, bagaimana aktivitas Qur'ani di Iran dan apa tanggapan anda mengenai beberapa isu negatif yang berkembang mengenai Iran khususnya isu Alquran di Iran itu berbeda dengan yang dibaca muslim kebanyakan?

Dari pengamatan saya, semua kalangan umur, mulai dari yang tua sampai anak-anak begitu concern dalam mempelajari Alquran. Dibuktikan semua kalangan profesi banyak yang hafal Alquran, tidak hanya dari kalangan santri. 

Selama berada di Iran, bagaimana kesan anda? apa menurut anda Iran memang layak menyebut diri sebagai Republik Islam?

Kota-kota di Iran bersih, dan orang-orangnya disiplin dalam manajemen waktu. Menurut saya, cukup layak untuk menyebut diri republik Islam.

Apa pesan anda kepada generasi muda Indonesia khususnya mengenai aktivitas mencintai Alquran? 

Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.

Terimakasih atas waktunya

Sama-sama

 

Menziarahi makam Imam Husain, bukan urusan mazhab Sunni atau Syiah, melainkan umat Islam. Dan harapan saya, kecintaan pada Imam Husain menjadi poros persatuan umat Islam. Persatuan dan persaudaraan itu, harus menjadi ruh bagi umat Islam.

Zuhairi Misrawi adalah salah seorang intelektual muda Nahdlatul Ulama yang sangat produktif menulis dan melakukan riset mengenai pendekatan moderasi dalam pembangunan Indonesia terutama dalam hal toleransi keagamaan dan keadilan sosial di dalam masyarakat yang plural (beragam) dan demokratis. Cendekiawan yang lahir 5 Februari 1977 di Sumenep Jawa Timur ini menjadi direktur Moderate Modern Society Jakarta sejak tahun 2008. 

Ia menamatkan pendiikan sarjananya di Departemen Akidah-Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1995-2000) dan studi pascasarjananya (post-graduate) di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta tahun 2006.

Zuhairi Misrawi telah berkali-kali melakukan perjalanan dan kunjungan ke Iran, termasuk baru-baru ini bersama dengan rombongan Ikatan Jamaah Ahlulbait (IJABI) yang dipimpin Ustad Miftah F Rahmat (anggota Dewan Syura IJABI). Pada kesempatan kunjungan di kota Qom setelah sebelumnya berada di kota Masyhad untuk menziarahi makam Imam Ridha as, redaksi ABNA berhasil melakukan wawancara pada Senin Malam (14/10) di restoran Hotel Al-Zahra Qom seusai makan malam. Pada Selasa pagi (15/10), intelektual NU yang lebih kerap disapa Gus Mis ini melanjutkan perjalanan ke Najaf Irak untuk melihat dan terlibat langsung dalam salah satu pagelaran keagamaan terbesar di dunia yang melibatkan jutaan manusia pada peringatan Arbain yang telah menjadi tradisi tahunan. 

Assalamu alaikum Gus. Maaf mengganggu waktunya. Oh iya Gus, ini yang keberapa kalinya anda ke Iran? 

Wa alaikum salam. Dengan sekarang sudah kesembilan kali. Pertama kali tahun 2014 dan pernah dalam setahun saya tiga kali ke Iran. 

Sampai sesering itu Gus?

Iya, saya merasakan betul kenyamanan setiap ke Iran, dan selalu ada kerinduan untuk bisa ke sini. 

Apa ada perbedaan yang anda lihat dan rasakan dengan yang sebelumnya terakhir kali ke Iran dengan yang sekarang? 

Iya, saya melihat ada pembangunan yang terus Iran lakukan secara fisik, tetapi memang yang menjadi kekhasan dari Iran adalah solidaritas yang kuat antar warganya, yang didasari kecintaan yang besar pada Rahbar, Pemimpin Tertinggi Iran. Itu yang menjadikan Iran sebagai negara yang terus melakukan suatu perubahan-perubahan dan transformasi yang sangat revolusioner, bahkan kalau kita lihat posisi Iran di Timur Tengah semakin kuat, seperti di Lebanon, di Irak, di Suriah, di Yaman dan Qatar. Sehingga dunia akhirnya mengakui Iran sebagai negara yang sangat kuat secara politik dan secara militer. 

Kemudian termasuk perkembangan yang pesat dari sisi sains dan ilmu pengetahuan. Kita tahu Iran sekarang melesat hampir sejajar dengan Australia dan negara-negara Eropa dan Amerika. Riset-riset dari Iran menjadi rujukan bagi akademisi dan intelektual dalam mengembangkan riset-riset ilmu pengetahuan terutama yang saya tahu tekno pad, yang saya pernah lihat langsung sebuah lembaga riset yang sangat maju kalau tidak salah pada salah satu jalan di arah menuju Qom. 

Juga kesan-kesan orang Indonesia, bahwa Iran menjadi salah satu destinasi wisatawan. Saya beberapa kali mendapat kesan yang positif dari sejumlah traveler dan backpackers Indonesia tentang Iran. Jadi memang kecenderungannya, Iran sedang mengalami pertumbuhan yang sangat baik jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah lainnya, yang sedang dilanda musim semi konflik internal. Di Iranpun tidak lepas dari adanya aksi-aksi demonstrasi, namun itu tidak menghambat pertumbuhan Iran dalam berbagai sektor kehidupan. 

Menurut Gus dengan pengamatan Gus sendiri secara langsung apakah Iran layak menyandang nama Republik Islam dan apakah benar kehidupan masyarakat di Iran telah mencerminkan kehidupan yang Islami?

Islam itu kan sebenarnya akhlak. Jadi sebagaimana sabda Nabi bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan ini saya pahami, bahwa berIslam itu ya berakhlak baik. Dan saya merasakan akhlak yang tinggi yang diperlihatkan orang-orang Iran. Mereka jujur, ramah, menjaga kebersihan, disiplin, pekerja keras, persahabatan yang hangat. Dan itu nilai-nilai Islam yang saya rindukan, yang hilang di dunia Islam, dan mungkin juga di Indonesia karena terlalu heboh dengan pertarungan politik. 

Saya melihat bahwa akhlak orang-orang Iran ini sangat baik. Saya tidak melihat ada sikap-sikap dari warga Iran yang mencerminkan jauh dari akhlak. Karena itu jujur, mengapa saya suka ke Iran, karena saya menemukan akhlak Islam di Iran. Saya lama belajar di Mesir, selalu ke Turki, ke Lebanon, ke Qatar, ke Dubai, ke Arab Saudi, dan justru saya menemukan akhlak itu di Iran. Dimana kehangatan, ketulusan dan bagaimana mereka menghargai tamu, sebagaimana hadis Nabi, jika kamu mengimani Allah dan hari akhi akhir, hendaklah kamu menghormati tamumu. Dan cara Iran menghormati tamu menurut saya suatu cerminan akhlak yang sangat tinggi, sehingga mohon maaf, saya ini Sunni dari NU, dan disini orang-orang Iran dari Syiah, dengan melihat dari luar seolah-olah perbedaan yang ada antara Sunni dan Syiah menjadi sesuatu yang menakutkan karena narasi politik Arab Saudi dan Israil, tetapi ketika saya hadir disini persaudaraan antara Sunni dan Syiah itu sangat luar biasa. 

Saya biasa salat dengan mereka, di Masjid Tehran University saat Jumatan, di Masyhad, di Esfahan dan di Qom, di tengah lautan ribuan manusia yang bermazhab Syiah dan saya salat dengan tradisi NU, tidak pernah saya diperlakukan secara diskriminatif atau mendapatkan sikap yang tidak sopan. Kenapa? karena orang-orang Iran punya akhlak, bahwa perbedaan mazhab adalah sebuah keniscayaan karena memang sudah jadi kenyataan banyak mazhab dalam khazanah Islam. Akhlak itulah yang membuat orang-orang Iran tetap memperlakukan saya dengan baik dan bersahabat meski saya berbeda dengan mereka. Akhlak mereka itu membuat saya jatuh hati dan berkesimpulan, bahwa Syiah atau Ahlulbait itu adalah satu kelompok yang sangat mengedepankan akhlak, dan itu adalah inti dari ajaran Islam.

Jadi Gus bukan melihat cerminan kehidupan Islami itu dari jilbab yang dikenakan semua muslimah Iran atau masjid-masjid yang penuh dengan jamaah? Sebab di Indonesia kan kehidupan Islami itu selalu diidentikkan dengan busana Islami yang dikenakan atau ramainya masjid. 

Tidak, saya melihat kehidupan Islam itu dari cerminan akhlak yang dipantulkan. Kita bisa berbeda cara pandang terhadap fiqih, atau bahkan hukum Islam, tapi hendaklah akhlak harus dikedepankan. Saya tadi beruntung membeli buku yang ditulis ulama Ahlulbait mengenai Nabi Muhammad saw. Betapa yang dikedepankan dari Rasulullah itu adalah akhlak. Karena akhlak itu yang menjadikan kita dapat menghargai dan memberi penghormatan pada orang yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kita. 

Kalau sudut pandang kehidupan Islami itu masjid yang penuh, di Iran pun memang saya melihat hal itu. Dibanding masjid di Jakarta yang tidak sedikit masjidnya kosong saat waktu salat. Di Iran bahkan masjid melakukan salat berjamaah berkali-kali untuk memberikan kesempatan salat berjamaah bagi yang terlambat. Ada bacaan Alquran yang sangat indah sebelum salat dilakukan, ada ceramah-ceramah yang menyejukkan disela-sela itu. Dan tradisi ziarah warga Iran yang benar-benar membangun spritualitas, bahwa kita yang masih hidup ini harus tetap berhubungan dengan yang telah mati, terutama untuk mengenang kebaikan orang-orang yang sudah meninggal dunia. Secara umum, saya melihat Islam itu di Iran, karena dimensi akhlak yang ditonjolkan itu. 

Gus kan tadi menyinggung mengenai perbedaan pandangan keislaman, nah terkait hal ini, di Indonesia kan sedang menjamur kelompok takfiri, yang mengkampanyekan gaya hidup yang intoleran, menyebarkan ujaran kebencian dan permusuhan termasuk pada Syiah yang merupakan mazhab mayoritas warga Iran bahkan sampai dilembagakan dengan nama ANAS (Aliansi Nasional Anti Syiah), menurut Gus apakah ini ada manfaatnya bagi kehidupan beragama di Indonesia?

Ya menurut saya memang ini masalah serius yang kita hadapi. Munculnya takfiri atau kelompok-kelompok yang mudah mengkafirkan kelompok-kelompok yang berbeda, atau kelompok yang melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka yang berbeda. Maka ini adalah tantangan serius yang sedang kita hadapi bersama. Oleh karena itu, NU dalam fatwa terakhir yang merupakan hasil kajian dari lembaga kajian keagamaan NU, sebaiknya kita tidak menggunakan istilah kafir. Karena istilah kafir itu bisa dijadikan instrumen untuk melakukan tindakan kekerasan dan diskriminasi. 

Jadi kita sekarang harus banyak hati-hati, karena masih banyak kelompok-kelompok yang mengusung ideologi takfiri bahkan mereka memaksakan kehendak, terakhir malah melakukan penusukan kepada Bapak Wiranto. Ini menunjukkan bahaya takfiri itu telah di depan mata. Dari sini, kita bisa belajar dari Iran. Dimana semua pihak harus terlibat secara langsung untuk melakukan edukasi, terutama pemerintah. Semua pihak harus terlibat secara serius dalam berbagai program penanganan, diantaranya program deradikalisasi, pengarus-utamaan Pancasila, dan yang terpenting melalui jalur kebudayaan. 

Sebagaimana yang kita lihat di Iran, kebudayaannya kan tinggi sekali. Kebudayaan itulah yang membentuk karakter dan cara pandang melihat dunia yang tidak penuh dengan kegelapan, tapi penuh dengan mimpi, harapan dan cita-cita. Ada tujuan bersama yang hendak dicapai sebuah bangsa. Karena itu, saya dan kawan-kawan di Indonesia, mencoba untuk membongkar nalar dari takfiri itu, sehingga kita semua terselamatkan dari fitnah dan bahaya-bahaya yang bisa ditimbulkan takfirisme. 

 

Bersama Ijabiyyun di komplek Makam Sayidah Maksumah di Qom

Sebagai politisi, Gus kan bisa dibilang berada dalam lingkaran kekuasaan, bagaimana pandangan Gus Mis terhadap Presiden Jokowi di periode keduanya, terkait isu intoleransi yang makin marak di masa kepemimpinannya pada periode pertama?  Dan bagaimana komitmen Presiden Jokowi menghadapi makin maraknya aksi intoleransi terhadap kelompok-kelompok marjinal dan apa yang akan dilakukan Presiden untuk mencegah makin meluasnya aksi-aksi intoleran di periode keduanya?

Pertama, pemerintah sedang semaksimal mungkin melakukan penegakan hukum. Pemerintah sadar, negara harus hadir menegakkan hukum, terutama pada hate speech (ujaran kebencian). Dan harus diakui penanganan ujaran kebencian itu tidak mudah, terutama di era media sosial sekarang ini yang diramaikan munculnya akun-akun anonim yang melakukan ujaran kebencian sehingga aspek penegakan hukum itu sangat penting. 

Kedua, melakukan edukasi yang efektif. Sekarang sudah mulai dilakukan yaitu menjalankan kurikulum pendidikan moral Pancasila, yang insya Allah tahun ini sudah mulai, sebab itu penting sekali melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat sipil untuk membangun suatu narasi bersama. 

Ketiga, memunculkan kembali kebudayaan-kebudayaan kita yang sangat kaya. Karena kebudayaan-kebudayaan kita pada hakikatnya menyadarkan kita bahwa kita ini satu nusa satu bangsa, sebagaimana yang telah dipatrikan pada Sumpah Pemuda tahun 1928. 

Jadi pemerintah sedang bekerja, sedang membuat langkah-langkah yang efektif, bagaimana mengatasi intoleransi ini, dan memang tidak mudah, karena kita hidup di alam demokrasi yang masih desentralistik, terutama pada level bawah. Tidak semua persoalan bisa dihandle oleh pemerintah pusat, sehingga diserahkan ke pemerintah daerah. Disinilah terkadang muncul persoalan, ketika pemerintah daerah cenderung dekat dengan kelompok intoleran, maka disitulah lahir kebijakan-kebijakan yang berpotensi merusak alam demokrasi. 

Pemerintah disemua level harus menyadari, bahwa negara harus berada di tengah. Menjamin kebebasan setiap kelompok, untuk berpendapat, berserikat dan berorganisasi. Dan ini tentu harus diatasi dengan cara untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang menjamin kebebasan setiap kelompok untuk berkeyakinan dan menyatakan pendapat. 

Selalu saya mengatakan, mengatasi persoalan intoleransi tidak bisa satu malam, sebab tidak bisa instant. Dia harus ada proses yang jelas dan menyediakan perangkat-perangkat hukum, sehingga tidak ada kelompok yang mengatasnamakan mayoritas dan kebenaran absolut dengan seenaknya kemudian mempersekusi kelompok minoritas. Itu tidak boleh, itu prinsip, maka harus ada payung hukum yang kuat. Dan yang harus terpenting perlu keterlibatan masyarakat secara luas. Dan juga Kepolisian harus tegas, dengan memberikan kesempatan pada siapapun untuk berserikat dan berkumpul. 

Karenanya saya kira, teman-teman Ahlulbait, tidak ada salahnya melakukan peringatan Asyura. Terus terang saja, ketika teman-teman Ahlulbait tidak bisa melakukan peringatan Asyura dibeberapa daerah, saya merasa sedih teriris-iris, merasa negara ini belum hadir. Saya kira kelompok-kelompok yang selama ini getol melakukan tindakan kekerasan, itu harus ditindak secara hukum, dan kita punya perangkat hukum yang kuat untuk itu.  

Kita pindah topik Gus. Gus kan ke Iran untuk selanjutnya ke Irak mengikuti longmarch ke Karbala dalam rangka peringatan Arbain, Gus tahu adanya pagelaran tahunan ini dari mana dan mengapa sampai Gus tertarik untuk mengambil bagian didalamnya? 

Dari teman-teman Ahlulbait di Indonesia banyak menceritakan tentang suasana kesakralan, suasana kebersamaan, dalam peringatan Arbain. Sehingga saya akhirnya tertarik ingin ikut merasakan langsung. Saya tertarik, karena bagi saya kisah Imam Husain itu penuh makna, penuh pelajaran yang harus kita ambil, dan dengan ikut dalam peringatan Arbain ini, saya ingin belajar dari peristiwa wafatnya Imam Husain, sehingga kita umat Islam ini punya satu pemahaman yang sama. Kita sadari terjadi polarisasi dan keterpecahan dalam tubuh umat Islam, yang menurut saya itu bisa dipersatukan melalui pemahaman yang sama mengenai Imam Husain. Karena itu saya ingin belajar lebih banyak mengenai Imam Husain, ingin mengenal Imam Husain, dan apa yang terjadi pada Imam Husain itu tidak boleh terjadi lagi. 

Ketika cucu Rasulullah, orang yang suci, dan dicintai Rasulullah, sampai Nabi bersabda, Husain dariku dan aku dari Husain, itu artinya ketika peristiwa Karbala dimana saat itu Imam Husain dibunuh dengan cara yang menyedihkan, ini menunjukkan pada kita, bahwa kepada orang seperti Imam Husain saja mendapat perlakuan yang sangat kejam bagaimana dengan umat ini. Jadi ada makna besar dibalik peristiwa Arbain ini, dan saya harus terlibat di dalamnya. Dan saya mengatakan, saya selalu berdoa, ya Allah sebelum saya meninggal saya ingin punya kesempatan untuk ikut Arbain dan ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh saya. 

Saya sudah tidak sabar, walaupun waktu yang harus dihabiskan cukup lama, 17 hari meninggalkan Jakarta, meninggalkan tugas bersamaan dengan pelantikan Presiden. Tapi saya memilih untuk berada di Karbala. Insya Allah, saya akan mendoakan Indonesia dari Karbala dan saya akan menulis di salah satu portal besar untuk mengabarkan kepada dunia bahwa ada peristiwa besar dalam Islam yang kita harus mengambil makna, sehingga kesalahan itu jangan sampai diulangi lagi. 

Kata Bung Karno, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.  Dan saya kira kita juga umat Islam, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah Islam. Itu adalah tanggungjawab kita bersama. Kita sebagai pengikut Rasulullah yang mencintai Imam Husain, harus melakukan sesuatu untuk kebaikan Islam, untuk kebaikan kemanusiaan. Apalagi kita tahu revolusi Imam Husain itu banyak menginspiriasi pemimpin dunia, termasuk Bung Karno sendiri. Kalau tokoh besar saja seperti Mahatma Ghandi, Bung Karno, belajar dari Imam Husain apalagi Zuhairi Misrawi yang bukan siapa-siapa, saya kira memang harus belajar dari Imam Husain. 

Setahu saya di sunni pun apalagi di masyarakat NU ada tradisi untuk menziarahi makam wali-wali Allah, dan tidak bisa dipungkiri Imam Husain adalah juga waliyullah, menurut Gus Mis, kurang populernya makam Imam Husain menjadi tujuan ziarah dalam msyarakat sunni disebabkan apa?

Ini karena tidak banyak yang mengenal peristiwa Karbala ini. Karena sejarah tentang Imam Husain  tidak dipelajari secara sempurna. Insya Allah saya ingin menulis tentang Imam Husain agar memunculkan kembali memori kolektif kita sebagai umat Islam. Ini sejarah ya, sangat kelam di masa lalu. Dan kita tidak boleh mengabaikan begitu saja. Ajaran cinta dalam Islam harus dikedepankan terlebih kepada keluarga Rasulullah saw. Menziarahi makam Imam Husain, bukan urusan mazhab Sunni atau Syiah, melainkan umat Islam. Dan harapan saya, kecintaan pada Imam Husain menjadi poros persatuan umat Islam. Persatuan dan persaudaraan itu, harus menjadi ruh bagi umat Islam. Saya teringat dengan pesan Imam Besar al Azhar, bahwa Sunni dan Syiah itu ibarat dua sayap, yang kalau salah satu sayapnya itu tidak berfungsi, maka umat Islam tidak akan bisa berbuat untuk kemajuan dalam peradaban manusia. Karenanya antara satu dengan yang lain harus saling mendukung untuk mewujudkan kekuatan bersama. Sehingga umat Islam berada dalam rel yang sama untuk memberi manfaat pada dunia. 

Saya berharap, peristiwa Imam Husain mempersatukan kita sebagai umat Islam. 

Zuhari Misrawi di kompleks Makam Imam Ridha as di Masyhad

Seruan Gus Mis agar Sunni dan Syiah bersatu yang dengan itu umat Islam menjadi kuat bertentangan dengan seruan sebagian kelompok yang mengklaim Syiah dapat mengancam keutuhan NKRI dan berbahaya bagi aqidah kaum muslimin Indonesia yg mayoritas Ahlusunnah sehingga harus dihalangi. Menurut Gus? 

Justru yang mengatakan itu yang mengancam NKRI. Karena dia sudah menuduh. Saya berkali-kali mengatakan, hoax paling besar itu adalah hoax terhadap Syiah. Syiah digambarkan begitu rupa. Kita lupa Syiah itu adalah pecinta Ahlulbait. Saya melihat ajaran-ajaran dari Syiah itu, adalah ajaran-ajaran yang semata-mata ingin membangun kecintaan pada Rasulullah dan keluarganya, dan mengambil sari pati inti dari Islam. Sebagaimana saya katakan tadi, kalau kita melihat Iran, yang mayoritas adalah Syiah Jakfariyah, sesungguhnya kita melihat mereka sebuah kelompok yang sangat baik, karena mereka membangun tidak hanya aspek moral tapi juga ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik luar negeri yang disegani Amerika bahkan sampai bisa menjatuhkan drone Amerika, dan ini sangat membanggakan. 

Terakhir Gus. Pesan-pesan Gus Mis untuk masyarakat muslim di Indonesia terkait mengenai pentingnya mengembangkan kehidupan moderasi dalam masyarakat muslim.

Saya kira Islam itu adalah moderat. Maka kita bertanggungjawab untuk terus mempelajari Islam dengan baik terutama bagaimana membumikan akhlak itu dalam semua aspek kehidupan kita. Orang yang mengatakan bahwa Syiah mengancam NKRI adalah orang itu tidak berakhlak menurut saya. Mengapa? karena dia dengan kesombongannya sudah memvonis orang lain seolah-olah orang lain itu menjadi ancaman untuk dia apalagi ancaman pada NKRI. Saya bisa membuktikan bahwa yang menjadi ancaman justru yang mengatakan Syiah adalah ancaman. Karena dia sudah mengeksekusi warga Indonesia yang berada dalam kelompok Ahlulbait, Saya sendiri lebih menyukai menyebut Ahlulbait daripada menyebut Syiah. Karena Syiah itu adalah istilah yang jauh lebih pejuratif. Istilah Ahlulbait jauh lebih adem, menyejukkan dan lebih diterima. Di Iran sendiri saya dengar lebih sering menyebut Ahlulbait daripada Syiah. 

Terimakasih Gus atas waktunya.

 ________

Zuhairi Misrawi aktif membagi pengalaman perjalanannya selama di Iran dan di Irak di akun media sosialnya:

FB: Zuhairi Misrawi

IG: zuhairimisrawi

Twitter: zuhairimisrawi

 

 

Hukum Berinvestasi di Pasar Saham dalam Pandangan Ayatullah Makarim Shirazi

Salah seorang ulama marja taklid Syiah yang bermukim di kota Qom, Republik Islam Iran, ketika ditanya oleh salah seorang muqallidnya mengenai hukum berinvestasi di pasar saham, beliau memberikan jawaban mengenai kebolehannya.

Berikut tanya jawab fikih mengenai hukum jual beli saham di pasar saham:

Pertanyaan:

Apakah hukumnya dalam pandangan syariat mengenai aktivitas berinvestasi di pasar saham?

Jawaban Ayatullah Makarim Shirazi:

Tidak ada masalah jika bursa saham yang dimaksud terkait dengan saham perusahaan/pabrik/pusat ekonomi yang memang memiliki produk/hasil eksternal dengan kejelasan jumlah saham dan harganya.

 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…