کمالوندی

کمالوندی

Sabtu, 26 September 2020 16:26

Imam Mahdi Afs dalam Riwayat Ahlus Sunnah

 

“meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya”

(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)


 Abu Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saww beliau bersabda:

 “Al-Mahdi dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang atas wahyu.” 

Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan sekelompok Ulama lain meriwayatkan dari 

Ummul Mu’minin Ummu Salamah r a. Bahwa Nabi saww bersabda: 

“Al-Mahdi dari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “ 

Komentar Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi a s Ibnu Hajar al-Asqallani berkata: 

“Telah mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari umat ini dan sesungguhnya (Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di belakangnya" 

Asy-Syaukani dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja'a fi al-Mahdi al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata: 

“Dan Hadis yang datang tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis, ada yang shahih, hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa diragukan.” 

Abdul Aziz bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 - 162 : 

“Sesungguhnya masalah al-Mahdi merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan hadits-hadits mengenainya banyak sekali, bahkan mutawatir. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa munculannya tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara yang telah tetap (kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan kemunculannya adalah benar. 

Seorang dosen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin Al-Ibad dalam bukunya : 

Muhadharah haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta'liq 'Alaiha, hal. 26, yang juga disampaikan dalam kuliahnya yang berjudul

 "Akidah Ahlus Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya ketahui dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari Rasulullah S A W, adalah 26 orang" 

{Di antara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut sejarah para Imam atau bahkan dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka ialah: al-Fushuul al-Muhimmah; Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh asy-Syablanji dan Is'aaf ar-Raghibiin; Ibnu Shabban.} 

ULAMA AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI (afs) ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI :

 1. Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari dan keturunan Imam Husain, kelahirannya pada malam pertengahan bulan Sya’baan tahun 255H. Beliau akan tetap hidup hingga berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a s, demikian diberitakan kepada kami oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan di Mesir dan pendapat itu disetujui oleh tuanku Ali Al-Khawaash. 

2.’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”. 

3. ’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”. 

4. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah. 

5. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.). 

6. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal. 

7. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib. 

8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama'ah  di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan :

 ”Ketahuilah Bahwa Al-Mahdi a. s. itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan Rasulullah S A W dari putra Fathimah r. a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, dan ayahnya adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin Imam Muhammad Al-Taqi bin Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Jakfar Ashshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib r.a.

 HADITS HADITS TENTANG IMAM MAHDI (afs ) 

A.Nabi saww bersabda : 

 “dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa arab yang namanya sama denganku muncul”

 (Shahih Tirmidzi, jld 9, hal 74) 

B.Rasulullah saww bersabda:

 “meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya” 

(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)

 C.Ummu salamah ra mengutip Rasulullah saww bersabda 

“Mahdi adalah dari ahlulbaytku dan keturunan Fathimah as” 

 (Sunan Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2, hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab al-mahdi, no. 3735)

 C. Di riwayatkan  oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad Abu sa’id alkhudri berkata:

 “Rasulullah sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang berada disana. Melihat Rasulullah saww yang lemah, Fathimah menangis tersedak. Rasulullah pun menepuk pundak Husain dan berkata

 “Mahdi adalah dari keturunan Husain. Salam atasnya semua”

 ( Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394)

 128 (seratus dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi as.

 Di bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:

 1.Muhammad bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad.

 2.Abu Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.

 3.Ahmad Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Syu’ab al-Iman.

 4.Al-Khawarizmi al-Hanafi (w. 568 H) dalam Maqtal al-Imam al-Husain.

 5.Muhyiddin Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan 65, sebagaimana disebut dalam Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.

 6.Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy-Syafi'iy (w. 652 H) dalam Mathalib as-Su'ul.

 7.Sibth Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam Tadzkirah-alKhawash.

 8.Muhammad bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i (terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah ath-Thalib.

 9.Al-Juwaini al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2337.

 10.Nuruddin Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H) dalam al-Fushul al-Muhimmah.71

 11.A1-Quthb asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil dalam Nuur alAbshar (187).

 12.Syeikh Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil dalan Nuur al-Abshar.

 13.Syeikh Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan oleh al-Quthb asy-Sya’rani.

 14.Syeikh asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.

 15.Ibnu Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam ash-Shawaiq.

 

 PENUTUP

 Imam Mahdi (afs) dalam Al Qur'an........:

 Ayat pertama

 

 وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( ‏انبيا 105)

 Allah SWT berfirman:

 “Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku  yang saleh.”(Anbiya’; 105)

 Imam Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit  di akhir zaman.”

 Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli Sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]

 Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464]

 

 Ayat kedua

  وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ.

 Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5) 

 Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239]

 Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111]

 Ayat Ketiga

  

 يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ...

 Hai orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah; 54)

 Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641]

  

 Ayat Keempat

  

 وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى‏ لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.  

 Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)

 Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saaw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul saaw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.

 Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini            ” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147]

 

 Ayat Kelima

 هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى‏ وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

 Dialah Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)

 Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda Nabi Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saaw pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi...[Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120]

 

 Ayat Keenam

  وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً

 Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33)  

 Huaizi dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. berkata, " Maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad saaw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur tsaqalian, juz 3, halaman 163]

  

 Ayat Ketujuh

 بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...

 Simpanan Tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)

 Dalam tafsir Nur Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab, "Tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk Imam Ali a.s  saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq a.s. menjawab, Semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله   “Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]

 Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul Mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]

 Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu demikian,” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”

 [Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392]     

 I.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib a.s., dari Rasulullah Saaw.:

 “Sesungguhnya Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?”

  

 Beliau menjawab:

 "Mereka itu ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak. Sesungguhnya tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak ada seorang Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena kasihan kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya terletak.” ”

 (silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat)

 II. Ibnu Majah men-takhrij dalam Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah Dajjal, dari Abu Imamah Al-Bahili, katanya:

 “Rasulullah berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar khutbah beliau adalah ceritera mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau memperingatkan kami. Di antara kata-kata beliau adalah:

 "Sungguh, belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam, yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di kalangan kalian.’”

 (silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Sunan Ibnu Majah)

 III. Imam Ja'far bin Muhammad Al BAqir (AS ) berkata :

 “Sesungguhnya Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT memanjangkan bagi pengikut kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara mereka dengan Al-Qa’im tidak perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka, dan mereka dapat mendengar dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap di tempatnya.’”

 (Al-Kulainy, Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241)

 

 IV. Imam Ash-Shadiq a.s berkata :

 “Sesungguhnya orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia berada di Timur, dia pasti bisa melihat saudaranya yang berada di Barat. Demikian pula mereka yang berada di Barat akan dapat melihat saudaranya yang berada di Timur.”

 (Abdullah Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229)

 V. Rasulullah saaw bersabda:

 “Barangsiapa yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.

 (Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan)

 Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath'har.Allahumma'shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa'im min Aali Muhammad waj'alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim

 

Diantara kewajiban penting umat Syiah di masa keghaiban Imam Zaman afs adalah mensyukuri nikmat terbesar akan keberadaan Hujjah Allah dengan menciptakan kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberkahan. Senantiasa menghidupkan siang dan malam dengan ibadah, do'a, kesungguhan mempelajari ilmu agama, melaksanakan perintah-perintah Imam Zaman afs, memusahabah jiwa, dan yang lebih utama senantiasa memanjatkan do'a mengharapkan disegerakannya kemunculan Imam Zaman afs.

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Shafi Ghulpaghani dalam pesan tertulisnya menyambut peringatan 9 Rabiul Awal yang masyhur dikenal di dunia Islam Syiah sebagai hari bermulanya keimamahan Imam Mahdi afs menyebutkan, "Anugerah terbesar Allah SWT di setiap masa adalah kehadiran Hujjah Allah bagi semua manusia. Kewajiban kita hari ini adalah memperkenalkan karakteristik dan keistimewaan masyarakat Mahdawi dan daulah Ilahi yang penuh keberkahan ke seluruh dunia."

Berikut teks lengkap pesan ulama marja taklid tersebut:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang

Allah SWT berfirman, "Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Qs. Ibrahim: 5).

Diantara hari-hari Allah adalah 9 Rabiul Awal, peringatan hari bermulanya masa keimamahan dan kewilayahan Waliyullah al 'Ahdzam Imam pemberi petunjuk dan hujjah Allah di muka bumi, pewaris para Anbiyah, imam kedua belas al Hujjah Ibn al Hasan al Mahdi afs.

Hari ini adalah hari yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Saya ucapkan selamat akan datangnya hari terangkatnya pemimpin yang akan membebaskan dunia dari kezaliman, ketidak adilan dan keserakahan.

Rakyat mulia Iran dan seluruh umat Syiah di dunia meyakini bahwa hari ini adalah hari besar yang patut untuk dirayakan dan dimuliakan.

Anugerah terbesar Ilahi disetiap masa dan periode adalah kehadiran Hujjah Allah yang sejak Amirul Mukminin as sampai kiamat nanti dunia tidak pernah kosong dari hujjah Allah baik itu tampak maupun ghaib. Para Hujjah Allah itulah yang menjaga ayat dan risalah Ilahi dari penyimpangan dan penyelewengan.

Diantara kewajiban penting umat Syiah di masa keghaiban Imam Zaman afs adalah mensyukuri nikmat terbesar akan keberadaan Hujjah Allah dengan menciptakan kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberkahan.  Senantiasa menghidupkan siang dan malam dengan ibadah, do'a, kesungguhan mempelajari ilmu agama, melaksanakan perintah-perintah Imam Zaman afs, memusahabah jiwa, dan yang lebih utama senantiasa memanjatkan do'a mengharapkan disegerakannya kemunculan Imam Zaman afs.

Hari ini kita memiliki kewajiban untuk memperkenalkan karakteristik dan keistimewaan masyarakat Mahdawi dan Daulat Ilahi yang penuh kemuliaan kepada masyarakat seluruh dunia sehingga dunia yang saat ini haus akan keadilan dan bosan dengan kezaliman dan penindasan, pembunuhan dan kekerasan satu sama lain mengetahui akan datangnya suatu waktu dimana janji Allah akan terpenuhi, keadilan akan tegak dibawah satu panji kepemimpinan Imam Mahdi afs.

 

Sesuai hadis Tsaqalain, Al-Quran dan Ahlu Bait merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, keduanya adalah pusaka Nabi saw yang diwariskan kepada para umatnya, pusaka yang sanggup menjaga umat akhir zaman dari berbagai bahaya yang datang menghadang, baik bahaya ideologi, budaya, atau yang lain yang dilancarkan musuh-musuh pengikut agama yang benar.

Dari riwayat Tsaqalain dapat dipahami bahwa  keduanya Al-Quran dan Al-Itrah memberikan andil yang sama dalam memberikan petunjuk kepada manusia, keduanya lentera dan lampu yang menerangi jalan manusia guna menggapai tujuan penciptaannya, menuju dan mendekat kepada sang kekasih sejati.

Al-Quran adalah Imam yang shamit, diam dan tak bicara, sedang Imam adalah Quran yang natiq dan berbicara. Atas dasar ini, sangat aneh jika satu dengan yang lain tidak memperkenalkan rekan dan teman sejatinya.

Para imam adalah mufasir sejati Al-quran mereka telah mensosialisasikan dan menjelaskan kandungan dan isi al-Quran, sebagaimana sebaliknya kitab suci ini juga memuat banyak ayat yang menjelaskan tentang Imamah? apa keutamaan mereka? Apakah pelantikan dan pemilihan mereka hak seluruh manusia?, dan berbagai soal lain yang bertalian dengan hal tersebut.

Dalam kesempatan ini kita akan membahas ayat-ayat yang menjelaskan tentang para imam. Pada kali ini kita hanya akan membawakan beberapa ayat yang khusus menjelaskan kepemimpinan bagi umat manusia, sedang penjelasnnya akan kita terangkan pada kesempatan yang akan datang. Insya Allah.

Ayat Tabligh
يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرِينَ

Artinya:"Wahai Rasul sampaikanlah apa yang yang telah diturunkan oleh Tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak menyampaikan risalahNya, (apa yang engkau sampaikan sebelumnya sia-sia belaka), dan Allah akan menjagamu dari (ulah) manusia sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk orang-orang kafir". (Surat Maidah, ayat 67).

Ayat Ikmaludin
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَ اخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَ رَضِيتُ لَكُمُ الإِْسْلامَ دِيناً

Artinya:"Hari ini orang-orang kafir berputus asa dari agama mereka, oleh karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kalian kepadaKu, hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian dan Aku rampungkan nikmatKu atas kalian". (Surat Maidah, ayat 3).

Ayat Wilayah
إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ وَ هُمْ راكِعُونَ

Artinya: “ Sesungguhnya wali kalian adalah Allah, RasulNya dan mereka yang beriman yang mendirikan shalat dan memberikan zakat dalam keadaan ruku”. (Surat Maidah, ayat 55).

Ayat Ulil Amr
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الأَْمْرِ مِنْكُمْ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul  dan Ulil amr dari kalian”. (Surat Nisa’, ayat 59).

Ayat Shadiqin
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ كُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur”. (Surat Taubah, ayat 119).

Sabtu, 26 September 2020 15:30

Mengenang Sayidah Ruqayyah Binti Husein as

 

Suara tangisan dan rintihan Sayidah Ruqayyah yang baru berusia tiga tahun atas kehilangan ayahnya (Imam Husein as), membuat rombongan tawanan Karbala menangis tersedu-sedu di sebuah penjara kumuh di Syam.

Tangisan itu terjadi di tengah malam setelah ia melihat ayahnya dalam mimpi. Ia terbagung dari tidurnya dan bangkit mencari-cari sang ayah! Sayidah Ruqayyah merindukan belaian dan dekapan ayah. Ia adalah putri Imam Husein as dan cucu Sayidah Fatimah az-Zahra as.

Namun, orang-orang yang memberikan kesaksian atas kenabian kakeknya di setiap adzan, justru menaburkan garam di atas luka putri mungil ini, memisahkannya dari sang ayah, dan menawannya di penjara kumuh. Ruqayyah terus mencari-cari sang ayah dan menanti kepulangan pahlawan hidupnya, ia masih sangat belia untuk berpisah dengan sang ayah.

Para tawanan sangat gelisah atas tangisan putri kecil Imam Husein as sehingga hal ini didengar oleh Yazid bin Mu’awiyah. Dia memerintahkan pasukannya membawakan kepala suci Imam Husein as untuk ditunjukkan kepada putrinya agar tidak lagi mencari-cari sang ayah.

Pasukan Yazid memasuki penjara dengan membawa sebuah nampan yang ditutupi kain. Sebagian tawanan berpikir bahwa pasukan Yazid sedang membawakan makanan agar putri kecil itu terdiam, tapi ini bukan kebiasaan Yazid.

Nampan itu diletakkan di depan Sayidah Ruqayyah dan dibukakan kain penutupnya. Putri kecil ini sangat terkejut dan menjerit menyaksikan itu, ia mulai paham bahwa ayah tidak akan pernah kembali. Sayidah Ruqayyah mendekap kepala sang ayah dan menciumnya sembari berkata dengan logat anak-anak, “Wahai ayah! Siapa gerangan yang menodai jenggotmu dengan darah? Wahai ayah! Siapa yang telah memotong urat-urat lehermu? Wahai ayah! Siapa yang telah membuatku yatim sejak kecil? Wahai ayah! Kemanakah harapanku kulabuhkan setelah ketiadaanmu?”


Sayidah Ruqayyah terus menumpahkan isi hatinya, sementara para tawanan menangis mendengar itu. Suara gemetar Sayidah Ruqayyah tiba-tiba senyap, jiwa dan raga yang terluka itu jatuh ke atas tanah dan menghembuskan nafas terakhirnya. Yazid telah membungkam suara putri kecil Imam Husein as agar kekejamannya tidak terkuak, tetapi penjara yang kumuh itu dan makam kecil putri Imam Husein as menjadi saksi atas kejahatan Yazid untuk selamanya.

Di Karbala, laki-laki dan wanita, budak dan hamba merdeka, hitam dan putih, tua dan muda, remaja dan anak-anak, dan bahkan bayi dalam gendongan, semua ikut menuliskan sejarah dan menciptakan epos. Seakan Tuhan ingin menyempurnakan hujjah-Nya kepada penduduk bumi sehingga tidak seorang pun dapat beralasan bahwa ia tidak mengetahui kebenaran Imam Husein as.

Nama Sayidah Ruqayyah selalu menjadi kenangan pilu bagi umat Rasulullah Saw dan dari sisi lain mengingatkan mereka akan kekejaman Yazid dan para pengikutnya. Ruqayyah adalah simbol ketertindasan dan pengabaian kebenaran pasca wafat Rasulullah Saw. Kesyahidan Sayidah Ruqayyah di penjara kumuh merupakan bukti atas penyimpangan masyarakat Islam dari cita-cita luhur kemanusiaan Islam.

Penyimpangan dari ajaran nabi pembawa rahmat, di mana kecintaan kepada Ahlul Baitnya merupakan ganjaran atas risalahnya dan ia meminta umatnya untuk mengikuti Ahlul Bait as sebagai satu-satunya cara melestarikan jerih payah Rasulullah Saw sebagai nabi akhir zaman.

Rasulullah Saw bersabda, “Aku meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku. Kedua pusaka berharga ini tidak akan berpisah sampai keduanya menemuiku di tepi telaga Kautsar. Kalian tidak akan tersesat dan tergelincir selama kalian berpegang pada keduanya.”

Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, umat Islam mengalami penyimpangan kecil dan besar sehingga pada masa kekuasaan Mu’awiyah, Islam hanya tinggal namanya saja. Umat Islam terpisah dari Ahlul Bait dan keterpisahan ini membuat jeritan Imam Husein as yang meminta pertolongan di Karbala tidak disahuti dan terjadilah peristiwa Asyura.

Namun, ketertindasan Imam Husein as dan kekejaman musuh terhadap wanita dan putri-putri Ahlul Bait membuat umat bangun dari tidurnya dan kebenaran mulai tersingkap.

Sekarang pusara putri kecil Imam Husein as di Damaskus, Suriah selalu dipadati oleh para peziarah dan pecinta Ahlul Bait. Makam kecilnya membuat kalbu setiap insan merdeka bergetar dan meneteskan air mata. Ketertindasan Sayidah Ruqayyah membuat Yazidiyan dan Umawiyan kehilangan muka dan kekejaman mereka tersingkap bagi semua.


Akan tetapi, ada saja orang yang mengingkari kebenaran peristiwa gugurnya Ruqayyah. Sebagian berusaha mengurangi ingatan orang akan peristiwa kesyahidan putri kecil Imam Husein ini. Sebagian mengklaim bahwa Imam Husein as tidak punya anak dengan nama Ruqayyah, sebagian yang lain memperkenalkan Ruqayyah sebagai salah satu putri dari sahabat Imam Husein, sebagian malah mengingkari peristiwa syahidnya Ruqayyah untuk mengesankan bahwa makam di Damaskus bukan milik putri Imam Husein.

Perlu dicatat bahwa keberadaan Sayidah Ruqayyah diterima oleh semua pakar sejarah dan jika pun ada syubhat tertentu, ia tidak terkait dengan keberadaan sosok putri Imam Husein as ini. Para sejarawan hanya berbeda pendapat mengenai nama putri kecil ini dan kadang juga usianya, tentu semua menerima bahwa umurnya belum mencapai usia baligh.

Berbagai kitab rujukan sejarah mengangkat kisah kehidupan Sayidah Ruqayyah as secara ringkat atau terperinci. Para sejarawan mengakui bahwa putri kecil Imam Husein as meninggal di penjara Yazid akibat penderitaan, penawanan, dan setelah menyaksikan kepala suci Imam Husein.

Kitab Nafsul al-Mahmum karya Syeikh Abbas Qummi mencatat peristiwa tersebut. Sejarah kehidupan Sayidah Ruqayyah juga bisa ditemukan dalam buku Majma’ al-Bahrain karya Fakhruddin Thuraihi, seorang mufassir dan ulama abad ke-11 Hijriyah, serta buku Kamil Bahai yang ditulis oleh Imaduddin Thabari, ulama abad ke-7 Hijriyah.

Para ulama dan ilmuwan besar yang telah menghabiskan umurnya untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu Islam, mengakui kebenaran peristiwa yang menimpa Sayidah Ruqayyah. Di antara ulama itu, Ayatullah Nouri Hamedani, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi, Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, dan Ayatullah Alawi Gorgani, mereka mengatakan keberadaan Sayidah Ruqayyah dan kesyahidannya di penjara Syam, tidak terbantahkan.

Makam Sayidah Ruqayyah as di Damaskus, Suriah.
Ayatullah Nouri Hamedani, salah satu marja’ taklid dan ulama kontemporer menuturkan, “Buku-buku seperti kitab Kamil Bahai, Nafsul al-Mahmum, dan kitab-kitab rujukan lainnya menyebutkan bahwa putri kecil yang oleh sebagian orang dikenal sebagai Ruqayyah dan gugur di Syam adalah putri Imam Husein as. Jika seseorang bernazar melalui perantara Sayidah Ruqayyah, ia harus ditunaikan dan makam yang terletak di Damaskus adalah miliknya.”

Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, seorang marja’ taklid dan guru besar Hauzah Ilmiah Qum mengatakan, “Makam Sayidah Ruqayyah binti Husein as di Damaskus sudah terkenal sejak hari kesyahidannya, seakan Imam Husein meninggalkan sebuah jejak di Syam sehingga kelak tidak muncul orang-orang yang mengingkari penawanan para anggota Ahlul Bait dan peristiwa yang terkait dengan mereka.”

“Putri mungil ini adalah saksi besar bahwa di antara para tawanan terdapat anak-anak kecil. Pemakaman Sayidah Ruqayyah di Syam merupakan sebuah bukti besar dan petunjuk yang kuat tentang penawanan keluarga suci dan kezaliman yang dilakukan atas mereka, sebuah kezaliman yang ditangisi oleh semua nabi mulai Nabi Adam as sampai nabi akhir zaman…,” ungkapnya.

 

Tanggal 31 Shahrivar 1399 Hijriah Syamsiah atau 21 September 2020 memperingati 40 tahun Pekan Pertahanan Suci, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyampaikan pidato melalui konferensi video untuk menghormati, dan menghargai jasa satu juta veteran perang Pertahanan Suci.

Era pertahanan suci rakyat Iran yang berlangsung selama 8 tahun melawan musuh Revolusi Islam, merupakan modal abadi yang memainkan peran bersejarah Iran. Kaum muda, dan para pejuang terjun ke medan perang untuk membela Islam pasca agresi militer rezim Baath, Irak pada 31 Shahrivar 1359 Hs atau 22 September 1980, dan dengan bersandar pada iman, mereka berjuang sampai mati di perang ini. Akhirnya pasca 8 tahun perlawanan, musuh dan sekutu-sekutunya kalah. 
 
Dalam perspektif Rahbar, belajar dari era sensitif, dan bersejarah di transformasi negara Iran ini, memiliki peran keteladanan bagi semua generasi di berbagai masa, dan penjelasan tentang berbagai sudut peristiwa penting ini menyebabkan tersebarnya budaya pengorbanan, dan perlawanan menghadapi musuh. Menurut Ayatullah Khamenei, Pertahanan Suci adalah salah satu peristiwa bangsa Iran paling rasional yang mengandung kebijaksanaan, dan inovasi, ia merupakan sumber mata air yang darinya bisa diciptakan berbagai jenis budaya luhur sejarah, sosial, politik, cinta, dan keluarga. 
 
Ayatullah Khamenei menilai tujuan negara-negara yang memaksakan perang terhadap Iran, adalah meruntuhkan pemerintahan dan Revolusi Islam. Menurutnya dalam perang Pertahanan Suci, lawan asli Iran bukanlah Partai Baath atau Saddam Hussein. Di balik Saddam, ada kekuatan-kekuatan yang sebagian di antaranya seperti Amerika Serikat, merasa terpukul dengan lahirnya Revolusi Islam Iran.
 
Rahbar menjelaskan, di kemudian hari terbukti bahwa Amerika sebelum pecahnya perang, mencapai kesepakatan dengan Saddam Hussein, dan selama perang berlangsung Amerika memberikan bantuan senjata, dan informasi yang sangat berharga secara rutin kepada pasukan Saddam dan Partai Baath, konvoi militer terus-menerus dikerahkan di hadapan mata kita, dan disaksikan oleh kita. Kapal-kapal kargo bersandar di pelabuhan Uni Emirat Arab, dan dari UEA setiap hari tanpa henti menuju ke Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan menyerahkan amunisi ke pasukan Saddam Hussein. Sementara Iran sama sekali tidak punya senjata, dan peralatan perang lainnya. Kami benar-benar tidak punya fasilitas bertempur, hal ini mendorong musuh. Hal ini dipahami oleh musuh, sampai tingkat tertentu mereka tahu, dan terdorong untuk menyerang.
 
Rahbar setelah menjelaskan bagaimana perang yang dipaksakan pecah selama 8 tahun, mengulas faktor, dan poin-poin penting pertahanan rakyat Iran di hadapan musuh. Dalam hal ini beliau menilai kepemimpinan Imam Khomeini sejak awal hingga akhir perang Pertahanan Suci, sangat sensitif, dan luar biasa. Rahbar menuturkan, Imam Khomeini pada situasi seperti ini, mampu mengendalikan awal perang, kemudian mengawasi berlanjutnya gerakan ini di bawah mata, dan kehendaknya.
 
Imam Khomeini sejak awal, sudah mengenal berbagai dimensi, dan kapasitas tempur nyata, dan dengan kebijaksanaan yang mengejutkan beliau mengumumkan bahwa perang ini bukan perang dua negara bertetangga, Saddam Hussein hanyalah pion, dan musuh asli Revolusi Islam dan rakyat Iran ada di belakang Saddam. Imam Khomeini misalnya berkata, Amerika lebih buruk dari Uni Soviet, Soviet lebih buruk dari Amerika, Inggris lebih buruk dari keduanya, artinya Imam Khomeini sedang melakukan serangan yang targetnya adalah orang-orang yang mengetahui bahwa mereka adalah faktor asli, dan merekalah yang sebenarnya  berdiri di balik layar perang.
 
Rahbar menyebut sifat lain Imam Khomeini sebagai figur luar biasa yang memiliki pengaruh spiritual, kejujuran dan kesucian dalam menjelaskan hakikat, realitas dan pandangan tajam dalam perang Pertahanan Suci. Dengan ketegasan penuh, Imam Khomeini memimpin perang, dan menjalankan pekerjaan yang berujung dengan robohnya pendudukan Abadan, pembebasan Khorramshahr dan Susangerd adalah beberapa contoh ketegasan luar biasa ini. Selain itu, Imam Khomeini selalu memberikan semangat kepada rakyat, dan meruntuhkan kesombongan musuh saat diperlukan, mencegah dampak merusak sifat angkuh saat menang, dan memberikan kekuatan batin serta menyapa para pejuang ketika dibutuhkan termasuk metode ayah baik hati, dan pemimpin spiritual, sadar, serta menguasai medan, dan mengarahkan Pertahanan Suci.
 
Ayatullah Khamenei menyerupakan kemenangan Revolusi Islam Iran dalam perang yang dipaksakan dengan matahari, yang terang dan bersinar. Ia mengatakan, pertama musuh tak mampu memisahkan bahkan sejengkal wilayah Iran, kedua mereka gagal memukul mundur revolusi, dan pemerintahan Islam Iran walau selangkah. Pemerintahan Islam Iran pasca perang 8 tahun, jauh lebih kuat dari sebelum pecah perang, dan kemampuannya bertambah besar. Ini semua adalah kemenangan besar yang terjadi.
 
Dalam perang-perang  yang terjadi di masa raja-raja, di masa para taghut selama satu dua abad terakhir, Iran selalu kalah, tapi di masa Republik Islam, Iran berhadapan dengan kekuatan-kekuatan dunia, yaitu Timur dan Barat, Eropa dan Amerika, serta Uni Soviet juga para penguasa kawasan dan yang lainnya, berdiri melawan, dan menang. Ini poin pertama dan sangat penting, serta merupakan bagian dari dari identitas nasional.
 
Menurut istilah yang digunakan Rahbar, dalam Pertahanan Suci tercipta sebuah model baru partisipasi rakyat. Partisipasi rakyat begitu menakjubkan sehingga semua potensi bermunculan. Rahbar mengatakan, bayangkan seorang pemuda datang dari sebuah desa di salah satu wilayah Iran, misalnya desa di Kerman, masuk kota, dan bergabung dengan mereka, lalu kelak menjadi figur Hajj Qassem Soleimani, artinya ini adalah gerakan besar.
 
Contoh lain misalnya seorang pemuda mahasiswa yang sama sekali tidak pernah memegang senjata, secara sukarela terjun ke medan tempur, selama di garis depan pertempuran sekira satu setengah tahun, akhirnya menjadi anggota teladan, dan berpengaruh di sebuah pangkalan militer level tinggi. Bayangkan seorang pemuda yang bekerja sebagai wartawan di sebuah surat kabar, pergi berperang, tidak lama kemudian misalnya menjadi Syahid Hassan Bagheri, pakar intelijen perang, dan banyak peristiwa-peristiwa luar biasa lain, dan lahirnya potensi-potensi semacam ini. 
 
Di sisi lain, di era Pertahanan Suci, muncul keutamaan akhlak, dan spiritual tertinggi, serta peningkatan ruh yang membangun investasi, semangat percaya diri semakin kuat, dan mengarahkan kekurangan yang dialami masyarakat kepada inovasi teknologi, dan ilmu pengetahuan. Prestasi lain yang dicapai berkat Pertahanan Suci adalah kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang secara lahir bisa dilakukan, dan meningkatkan investasi sumber daya manusia, dan kepemimpinan dalam hal ini merupakan manifestasi keindahan.
 
Rahbar juga mengenang Jenderal besar dan berkata, sampai sekarang sahabat, saudara mukmin, dan rakyat mulia Iran masih belum mengetahui luasnya pekerjaan yang dilakukan Syahid Qassem Soleimani. Ini adalah sebuah modal sumber daya manusia yang lahir dari perang, artinya fondasi terbentuknya orang-orang semacam Qassem Soleimani terpasang dalam perang di era Pertahanan Suci.
 
Ayatullah Khamenei melanjutkan, poin lain adalah dalam Pertahanan Suci kita diperkenalkan dengan substansi, dan realitas memalukan peradaban Barat. Semua ada di tangan musuh, bahkan senjata kimia. Artinya senjata kimia juga diberikan, dan Saddam Hussein menggunakannya untuk menyerang kami, dan rakyat Irak sendiri.
 
Artinya di Halabcheh, Saddam menggunakan senjata kimia, dan di negara kita juga banyak, artinya Barat, Eropa, menginjak semua klaim kemanusiaan, dan hak asasi manusianya, dalam berhadapan dengan semua ini, dalam membela pemerintahan korup, dan diktator anti-kemanusiaan Saddam Hussein, Barat membantah semua klaimnya. Ini adalah pengetahuan mendalam yang sangat berharga bagi kita. Artinya, kita benar-benar harus tahu, dan paham bahwa inilah Barat, dan dengan pengetahuan ini kita mengambil keputusan, berpikir dan bekerja. 
 
Ayatullah Khamenei mengingatkan, secara alamiah perang adalah sebuah fenomena menyedihkan, dan penuh kekerasan, tapi bagi kami peristiwa menyedihkan dan penuh kekerasan selama 8 tahun ini, membawa berkah yang sangat banyak. Secara umum budaya perang adalah budaya penyadaran. Al Quran terkait para syuhada berkata, 
 
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾
 
“Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
 
Ayatullah Khamenei di akhir pidatonya menekankan untuk tidak meremehkan virus Corona, pemerintah Iran benar-benar sedang mengorbankan diri, para perawat, dokter, kepala rumah sakit, dan yang lainnya terus bekerja keras. Kita rakyat harus menjalankan tugas kita, jaga jarak sosial, memakai masker, mematuhi semua protokol kesehatan yang diberikan, mencuci tangan, adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.
 
Dengan memperhatikan semakin dekatnya hari Arbain Imam Hussein as, Rahbar menuturkan, semua mencintai Imam Husssein as, dan ingin pergi berziarah, tapi ikut serta dalam pawai Arbain, diperbolehkan hanya atas izin pejabat di badan nasional penanganan Corona. Jika mereka mengatakan tidak, dan sampai sekarang memang berkata demikian, maka kita harus mematuhinya, semua harus patuh.
 
Hari Arbain semua warga membaca ziarah Arbain dengan khusyu, kepada Imam Hussein as kita katakan, wahai Sayid As Syuhada, kami ingin datang, tapi tidak bisa, sehingga beliau membantu kita. 
 
Di tempat pidato Ayatullah Khamenei tampak terpampang sebuah kaligrafi di dinding yang merupakan inti dari semua nasihat Rahbar di sebagian besar paparan beliau yaitu Surat Hajj ayat 40,
 
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّـهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّـهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ اللَّـهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
 
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,”.

 

Ketua Otorita Ramallah seraya mengisyaratkan konspirasi musuh untuk menghancurkan isu Palestina mengatakan, rakyat Palestina masih komitmen dan melanjutkan perjuangannya serta pada akhirnya akan mencapai kemenangan.

"Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel menjadikan kesepakatan abad menggantikan hukum internasional," papar Abbas Jumat (25/9/2020) dalam pidato virtualnya di Sidang Majelis Umum PBB seraya menekankan bahwa rencana kesepakatan abad dan aneksasi Tepi Barat akan mencaplok 33 persen wilayah Palestina. Demikian dilaporkan IRNA.

Abbas juga menjelaskan bahwa sampai kapan cita-cita bangsa Palestina terkatung-katung tanpa penyelesaian yang adil, meminta sekjen PBB dan kuartet internasional mengambil langkah-langkah untuk menggelar konferensi internasional serta mempersiapkan sidang awal tahun depan.

Ketua Otorita Ramallah seraya mengkritik normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel mengungkapkan, PLO tidak akan mengijinkan siapa saja berbicara mengatasnamakan rakyat Palestina.

Abbas juga menyinggung dialog antara Fatah dan Hamas serta menyatakan kesiapan Otorita Ramallah menggelar pemilu presiden dan parlemen dengan partisipasi seluruh faksi Palestina.

Sidang Majelis Umum ke-75 digelar sejak hari Selasa lalu melalui pidato virtual petinggi berbagai negara anggota. 

 

Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menilai perundingan dengan Gerakan Fatah sebagai peluang bagi dialog komprehensif.

"Dialog ini menunjukkan tekad dan pendekatan bersama faksi Palestina serta ancaman kolektif yang mengancam cita-cita bangsa Palestina," ungkap Ismail Haniyah Jumat (25/9/2020) seraya mengisyaratkan perundingan kelompoknya dengan Fatah di Istanbul, Turki seperti dilansir IRNA.

Haniyah mengatakan akan dibentuk sidang khusus selain membahas kesepakatan yang diraih antara Fatah dan Hamas, juga perundingan antar faksi Palestina akan sempurna.

Wakil dari Hamas dan Fatah sejak hari Selasa lalu menggelar perundingan di Istanbul, Turki untuk mempercepat proses rekonsiliasi.

Gerakan Fatah dan Hamas di sidang Istanbul menekankan dilanjutkannya upaya dan langkah terpadu serta terintegrasi untuk membela hak dan kepentingan bangsa Palestina serta melawan ancaman dan kendala yang ada di isu Palestina hingga terealisasinya kebebasan, kemerdekaan serta pembentukan negara independen Palestina dengan ibukota Quds.

Berbagai sumber Palestina menyatakan, pertemuan mendatang pemimpin faksi Palestina dengan tujuan meraih rekonsiliasi nasional, meredam friksi antar faksi serta melawan kendala yang ada akan digelar di Doha, Qatar.

 

 

 

Juru bicara Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyebut langkah Israel meratifikasi proyek pembangunan ribuan unit rumah di distrik Zionis di Tepi Barat Sungai Jordan sebagai indikasi kebohongan rezim ini terkait dihentikannya rencana aneksasi Tepi Barat.

"Normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel malah mendorong rezim penjajah ini melanjutkan proyek distrik Zionisnya di bumi Palestina," ungkap Hazem Qassem Jumat (25/9/2020) seperti dilaporkan Russia al-Youm.

Jubir Hamas ini menjelaskan, peratifikasian proyek pembangunan ribuan unit rumah di distrik Zionis telah menguak kebohongan negara-negara Arab yang berkompromi dengan Israel.

Media Israel Kamis (24/9/2020) menyatakan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui pembangunan lima ribu unit rumah baru di berbagai distrik Zionis di Tepi Barat.

Masih menurut sumber ini, Netanyahu Februari lalu menghentikan pembangunan unit rumah baru di Tepi Barat dengan tujuan supaya tidak merusak kesepatan dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.

Padahal Uni Emirat Arab berulang kali mengklaim bahwa dihentikannya rencana aneksasi Tepi Barat dan pembangunan distrik Zionis merupakan bagian dari kesepakatan damai dengan Israel. (MF)

 

Rezim Zionis Israel untuk pertama kalinya terpaksa mengakui kehadiran salah satu warganya di tengah anggota Daesh yang ditahan di utara Irak.

Fars News (26/9/2020) melaporkan, Israel mengakui satu dari sekian banyak anggota Daesh yang ditahan di sel isolasi di salah satu penjara utara Irak, adalah warganya. 
 
Seperti ditulis koran Skotlandia, The National, anggota Daesh asal Israel itu mendekam di penjara wilayah Kurdistan, Irak selama dua tahun, dan Israel mengumumkan jika warganya itu bisa mencapai perbatasan Palestina pendudukan, ia akan diberi izin kembali. Pada saat yang sama Irak tidak mengakui Israel, dan kedua pihak sampai saat ini tidak punya hubungan diplomatik. 
 
Pasukan Amerika Serikat menyebut warga Israel anggota Daesh, bernama Mohamed Khaled itu ditangkap pada salah satu serangan Desember 2017 di timur Suriah, setelah 4 tahun berperang untuk Daesh. Namun awalnya Israel menyembunyikan realitas ini.
 
Namun setelah terungkap dalam wawancara The National di salah satu pusat perang melawan terorisme wilayah Kurdistan, dan gugatan keluarga Mohamed Khaled, akhirnya Israel terpaksa mengakui secara resmi kasus tersebut. 

 

Ketua Lembaga Haji dan Ziarah Republik Islam Iran menyatakan dimulainya ibadah umrah para peziarah Iran tergantung pada sikap Arab Saudi terkait syarat Republik Islam Iran.

Alireza Rashidian Jumat (25/9/2020) kepada watawan terkait dibukanya kembali ibadah umrah oleh Arab Saudi mengatakan, berdasarkan pernyataan Riyadh, mulai 4 Oktober 2020 ibadah umrah kembali akan dibuka.

"Berdasarkan keputusan Arab Saudi terkait pembukaan umrah di tiga tahap, untuk warga dalam negeri, warga asing yang berdomisili di negara ini dan tahap terakhirbagi negara-negara Islam, diprediksikan jumlah peziarah tahun ini sekitar 1.560.000 orang," papar Rashidian.

Seraya mengisyaratkan syarat Iran untuk pengiriman jamaah umrah, Rashidian mengungkapkan, syarat Republik Islam Iran adalah jaminan keamanan, ketenangan dan penghormatan terhadap peziarah Iran serta pembentukan konsulat atau kantor penjaga kepentingan Iran untuk melindungi warga Iran ketika berada di Arab Saudi dan selama syarat ini tidak dipenuhi, maka Iran tidak akan mengirim jamaah umrah.

Arab Saudi seiring dengan pandemi Corona selain menghentikan penerbangan internasional juga menutup perbatasannya bagi warga asing dan jamaah umrah. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…