کمالوندی

کمالوندی

Kamis, 10 Desember 2020 17:35

Keutamaan dan Kemuliaan Sayidah Maksumah

 

Sayidah Fatimah Maksumah as adalah putri dari Imam Musa al-Kazhim dan kaka dari Imam Ali ar-Ridha as. Ia dikenal sebagai seorang perempuan yang suci, berilmu tinggi, dan hidup zuhud.

Sayidah Fatimah Maksumah as dilahirkan di kota Madinah pada 1 Dzulqaidah 173 Hijriah. Tumbuh di bawah bimbingan orang-orang yang mulia, Sayidah Maksumah tampil sebagai wanita mulia dan agung. Hari ini tanggal 10 Rabiul Akhir adalah hari wafatnya Sayidah Maksumah as. Ia dimakamkan di kota Qum di selatan Provinsi Tehran.

Kompleks Makam Sayidah Maksumah sa di kota Qum hingga kini ramai  dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai penjuru dunia. Kota ini juga menjadi pusat pengajaran ilmu-ilmu Islam dan pusat gerakan Revolusi Islam Iran yang akhirnya menang pada tahun 1979.

Semua keutamaan dan kebaikan, serta setiap sifat yang menjadi penghias manusia, dapat ditemukan dalam sirah dan kepribadian para imam maksum as serta orang-orang yang tumbuh di bawah didikan mereka. Semua sifat baik dan akhlak mulia para pemuka agama dapat menjadi pelajaran bagi kita termasuk penghambaan yang tulus dan jauh dari sifat riya’, kedermawanan, kepedulian kepada orang miskin dan anak yatim, memberi tanpa pamrih, mengajarkan ilmu kepada orang lain, menjawab pertanyaan masyarakat dari semua golongan, tidak sombong dan tidak takabbur, rendah diri, memiliki kebesaran jiwa dan kemuliaan, serta ratusan sifat baik lainnya.


Mempelajari sejarah kehidupan dan sirah Ahlul Bait as dapat menjadi sebuah keteladanan bagi umat manusia di semua masa. Sayidah Maksumah as – sama seperti para pendahulunya secara khusus Sayidah Fatimah az-Zahra as – dalam usianya yang singat, telah memberikan pelajaran penghambaan kepada Allah Swt, keteladanan dalam menuntut ilmu, kemuliaan dan rasa malu, partisipasi sosial di masyarakat, dan pembelaan terhadap kebenaran.

Sayidah Fatimah sa berjuang keras dalam menuntut ilmu dan makrifat Islam. Ia tidak menambah dan mengurangi ilmu yang disampaikan oleh ayahnya, saat menyampaikannya kepada masyarakat sampai-sampai ayahnya, Imam Musa al-Kazhim as berkata, “Fidaha Abuha” atau ayahnya menjadi tebusan putri ini, ketika menyaksikan lembaran jawaban putrinya atas pertanyaan-pertanyaan masyarakat.

Sayidah Maksumah as memiliki kecintaan yang sangat besar kepada para anggota keluarganya secara khusus kepada Imam Ali Ridha as. Ikatan kuat kekeluargaan dan kecintaan yang terjalin di antara anggota keluarga Ahlul Bait tampak dengan indah.

Ajaran al-Quran dan keteladanan Rasulullah Saw serta para imam maksum, menitikberatkan pada masalah silaturahim sehingga orang yang memutus hubungannya dengan keluarganya terutama ayah dan ibu, ia akan menjadi orang yang dibenci oleh Tuhan dan dijauhkan dari rahmat-Nya.

Al-Quran dalam beberapa ayat berkata, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak dan kerabat karib…” (QS. An-Nisa, ayat 36) atau “… Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa, ayat 1)

Hubungan dan kecintaan Rasulullah Saw kepada putrinya, Fatimah az-Zahra, kepada Imam Ali dan cucunya, Imam Hasan dan Imam Husein as, hubungan cinta dan kasih sayang antara Fatimah az-Zahra dan suaminya Imam Ali serta anak-anak mereka, dan kecintaan besar Sayidah Zainab as kepada saudaranya terutama Imam Husein as, telah mengukir manifestasi yang indah dari cinta, kasih sayang, dan hubungan silaturahim dalam sejarah.

Hubungan dan kecintaan Sayidah Maksumah kepada saudaranya, Imam Ridha as juga sangat besar. Ia sangat menderita setelah Imam Ridha diasingkan dari kota Madinah ke Marv (kota Mashad di Iran) atas perintah Ma’mun Abbasi. Ia hanya mampu bersabar sekitar satu tahun dari perpisahan yang berat ini. Imam Ridha as juga sangat merindukan adiknya dan diam-diam mengirimkan sepucuk surat kepada Sayidah Maksumah di Madinah melalui seorang kurir. Imam mengundang adiknya untuk datang ke kota Marv.

Setelah menerima surat itu, Sayidah Maksumah as semakin rindu untuk bertemu kakaknya dan ia segera bergegas untuk berangkat ke kota Marv. Namun, ia tidak pernah bersedia melakukan perjalanan jauh jika tidak ditemani oleh para kerabatnya. Oleh karena itu, sejumlah anggota keluarga dan saudara dekatnya ikut menemani Sayidah Maksumah dalam perjalanan ini.

Setelah perjalanan panjang, rombongan Sayidah Maksumah tiba di kota Saveh, pinggiran Tehran. Di gerbang kota ini sudah ada beberapa orang pembenci Ahlul Bait yang ditugaskan oleh Ma’mun untuk menyertai mereka. Rombongan tidak bersedia diperlakukan demikian dan akhirnya terjadi perang antara kedua pihak.

Mereka diserang oleh para loyalis Ma’mun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikutnya gugur syahid dalam perang yang tak seimbang ini. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas arahannya, rombongan kemudian menuju ke kota Qum. Ia merasa semakin tidak aman di Saveh dan berkata, “Bawa saya ke kota Qum! Karena saya mendengar dari ayahku berkata bahwa kota Qum merupakan pusat Syiah kami.”

Mendengar itu, rombongan yang masih tersisa membawa Sayidah Maksumah ke kota Qum. Ketika para tokoh kota Qum mendengar berita kedatangan Sayidah Fatimah Maksumah as, mereka segera menuju ke luar kota untuk menyambut kedatangan wanita mulia ini. Tepat tanggal 23 Rabiul Awal 201 H, Sayidah Maksumah bersama rombongan tiba di kota Qum. Ia tinggal di kota Qum hanya 17 hari dan setelah itu meninggal dunia.

Sejarah mencatat, salah satu pembesar Qum bernama Musa Bin Khazraj dengan suka cita menyambut kedatangan Sayidah Maksumah beserta rombongan dan mengundang mereka ke rumahnya. Selama menetap di Qum, para wanita kota ini datang menjenguk Sayidah Maksumah as dan menyampaikan rasa duka kepadanya atas peristiwa yang terjadi di kota Saveh.

Pada hari-hari terakhir masa hidupnya, Sayidah Maksumah as lebih banyak menyibukkan diri bermunajat kepada Allah Swt. Ia yang berniat mengunjugi kota Marv, tidak dapat menemui saudara tercintanya, Imam Ali ar-Ridha as. Mendengar kabar wafatnya Sayidah Maksumah, para pecinta Ahlul Bait berkabung, terlebih bagi Imam Ridha as.

Beberapa sumber sejarah mencatat bahwa Sayidah Maksumah as jatuh sakit setelah diracun di kota Saveh dan ia meninggal dunia dalam usia 28 tahun di Qum.

Mengenai keutamaan Sayidah Maksumah, Imam Jakfar Shadiq as jauh sebelum wanita mulai itu dilahirkan, berkata, “Ketahuilah! Seorang perempuan dari keturunanku yang bernama Fatimah akan dimakamkan di kota Qum. Barang siapa menziarahinya, surga wajib baginya.” Imam Ali Ridha as juga berkata, “Barang siapa menziarahinya, surga wajib baginya.”

Kepribadian luhur Sayidah Maksumah as dihiasi dengan kesucian, rasa malu, sifat mulia, dan ilmu yang tinggi. Ia dikenal sebagai ahli ibadah dan orang yang menghambakan dirinya kepada Allah Swt. Tempat ibadah dan munajatnya di kota Qum sekarang dikenal dengan nama Bait al-Nur.

Sayidah Maksumah memiliki beberapa sebutan mulia seperti, Shadiqah, karena dikenal sebagai seorang yang terpercaya. Selain itu ia dipanggil dengan nama mulia seperti Karimah Ahlul Bait dan Thahirah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Shadiq as. Selain itu, ia juga dijuluki Muhaddatsah yang berarti perawi hadis. 

Kamis, 10 Desember 2020 17:32

Sheikh Mufid

 

Pada tanggal 11 Dzulqa'dah 336 H, di sebuah wilayah bernama Suwaiqah bin Bashri, sebuah daerah yang terletak di utara Baghdad, lahirlah seorang yang akan membawa ajaran Islam, khususnya keilmuan Syiah ke puncak tertinggi.

Gerakan Intelektual yang dilakukannya telah membuat ilmu pengetahuan menjadi hidup dan bersinar sepanjang rentang sejarah Islam. Demikian juga dengan pendirian sebuah lembaga Akademi Ilmu pengetahuan dan budaya Islam yang dilakukannya, telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masa depan intelektual Islam. Dialah Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Nu'man al-Baghdadi yang lahir dipangkuan ibunda tercinta, serta menjadi pecinta Ahlul Bait dan mendapatkan pendidikan dan bimbingan darinya.

Sheikh Mufid hidup pada abad keempat dalam sejarah Islam, era dimana gejolak politik dan ilmu pengetahuan berada pada puncaknya, era dimana tokoh-tokoh filosof terkenal seperti al-Farabi, Ibnu Maskawih dan Ibnu Sina, juga para tokoh ilmuwan Biologi dan matematika serta astronomi yang luar biasa seperti Abu Rayhan al Biruni, Zahrawi dan Ibnu Maysam hidup, beliau juga hidup sezaman dengan tokoh sejarawan terkenal seperti Abul Faraj Isfahani. Sebuah era sejak 300 tahun berlalu dari awal penerapan ajaran Islam.

Pada saat itu, buku-buku ilmu pengetahuan Yunani dan India telah diterjemahkan, dan pada saat itu pula telah lahir dan berkembang berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam seperti ilmu Hadis, Tafsir, Sejarah Islam, khilafah Islam, Sejarah Nabi, Sejarah Politik dan Penaklukan wilayah, bahkan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi pun telah mengalami perkembangan pesat.

Sheikh Mufid pada usia yang masih sangat muda bersama ayahnya dan para muridnya akhirnya pergi ke Baghdad, pusat ilmu pengetahuan terbesar pada waktu itu, dimana terdapat 59 dosen yang mengajar berbagai disiplin ilmu (sebagian ahli sejarah menyebutkan angka 71 orang) [Almaqalat wa Risalat, Juz 9, hal 10]. Diantara dosen yang terkenal pada waktu itu adalah Sheikh Shaduq dan Abul Qosim Ja'far bin Muhammad bin Qaulaweih al-Qummi, dua orang yang merupakan pakar fiqh, dan Sheikh Mufid banyak menggunakan waktunya untuk mencatat riwayat-riwayat yang berasal dari mereka.

Di samping itu, beliau juga menghadiri pusat pendidikan Abu Abdillah, seorang teolog dan faqih Mu'tazilah yang merupakan pemikir terkenal pada masa itu, demikian pula dengan pusat pendidikan Abu Yasir, yang juga seorang teolog terkenal. Pada saat belajar pada mereka, terkadang banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid kepada mereka, namun mereka tidak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kerenanya mereka menganjurkan beliau untuk mendatangi Ali bin Isa Rumani yang merupakan teolog tersohor. Demikianlah, hingga pada akhirnya beliau dapat mencicipi semua lautan ilmu para alim dan ulama pada masa itu hingga beliau mencapai tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, baik yang bersumber dari ulama syiah sendiri, maupun dari ulama-ulama Sunni saat itu.

Sheikh Mufid memanfaatkan alam kebebasan yang ada pada masa itu, dengan mengajar disebuah masjid yang bernama Buratsa di Baghdad, beliau mengajar, berkhutbah, berdiskusi, berdebat dan membahas berbagai macam ilmu pengetahuan di mesjid itu, dan senantiasa mendorong berbagai kelompok Islam yang terpecah untuk senantiasa saling memahami dengan dialog, dan mengenyampingkan segala perbedaan yang bersifat Juz'i (parsial), dan melihat permasalahan ushul (prinsip) sebagai suatu hal yang dapat menyatukan mereka semua.

Peran dan usaha beliau, membuat Sheikh Mufid berada dalam deretan ulama-ulama Imamiyah sebagai seorang tokoh teolog dan faqih yang terkemuka, bukan hanya sebagai pendiri tradisi intelektual, bahkan juga menjadi salah satu rujukan yang sangat membantu dalam dua kategori (teologi dan fiqih) di pusat-pusat pendidikan Islam (hauzah) hingga saat kini.

Beliau selalu dekat dengan masyarakat yang telah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran yang sesat dan perilaku bejat, dan senantiasa berbicara dan menyeru perbaikan kepada siapa saja di sudut-sudut kota, dan mengajak mereka kepada jalan kebenaran, dalam menyampaikan seruannya. Dalam mengajak masyarakat, terkadang beliau menggunakan kata-kata hikmah India dan Yunani, dan terkadang dengan metode sufi dan para arifin, beliau juga menyeru dan menasehati Abdi Negara yang melakukan kerusakan, dan mengajarkan Islam kepada mereka, menyadarkan mereka dari kealpaan karena kebodohan dan kesesatan mereka, serta menunjukkan penyimpangan dan mengkoreksi kesalahan mereka.

Karena sebab inilah Sheikh Mufid terkenal sebagai orang yang memiliki kepedulian yang besar, ulet dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan usaha-usaha yang dilakukan beliau diiringi dengan keyakinan yang kuat, akhirnya mampu membangkitkan kesadaran kaum muslimin.

Beliau mendirikan pusat pendidikan Ahlul Bait yang tidak terikat dan bebas sebagai upaya untuk memberi pemahaman yang benar tentang fiqih syiah dan membuat metode penggabungan antara aql dan naql dalam bidang kalam dan fiqih. 

Dengan menulis dan mengajar, mendidik dan membimbing para muridnya baik melalui bimbingan di kelas ataupun dalam acara-acara debat dalam berbagai kesempatan, beliau mengajarkan bagaimana menyampaikan kebenaran dan menyelamatkan manusia dari kesesatan, inilah salah satu yang menjadi kebanggaan para pengikut Ahlul Bait, keberhasilan beliau mampu memberi petunjuk kepada firqah-firqah yang pada saat itu banyak sekali jumlahnya untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan kebenaran di bawah payung wilayah dan imamah.

Ibn Katsir dalam salah satu karyanya menulis, "Banyak sekali ilmuwan dari berbagai fiqah menghadiri majelis ilmu yang diadakannya". Hal ini menunjukkan bahwa cahaya ilmu yang diberikan oleh Sheikh Mufid dapat dimanfaatkan oleh berbagai golongan dan mazhab, dan matahari Ilmu dan kesempurnaan langit ilmu yang ditawarkannya menjadi penerang kebenaran yang ditunggu af, karena itu beliau dipanggil "Mufid" yang menunjukkan pengajaran dan munadharah yang baik, sehingga menjadikannya bermanfaat bagi masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari bagaimana 10 abad perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam waktu itu, tidak mampu menafikan keberadaan beliau.

Karya-karya Shekh Mufid di bidang Kalam antara lain: al-Irsyad, al-Ifshah, An-Nuqath al I'tiqadiyyah (Ushuluddin), Syarh al-'Aqaid as-Shaduq, Wail al-Maqalat dan al-Fashl al-Mukhtarah. Dalam ilmu kalam, kecerdasan Sheikh Mufid adalah tiada bandingnya, banyak perdebatan-perdebatan kalam yang telah dilakukannya, di antara perdebatan beliau yang terkenal adalah dengan salah seorang ulama Ahlus Sunnah yang bernama Qadhi Abu Bakar al Baqillani (salah seorang ulama Asya'irah), juga perdebatan-perdebatan lainnya seperti dengan Thabrani (seorang pemimpin Zaidiyah), Ibnu Lulu (salah seorang pemimpin Isma'iliyyah), Ibnu Qilab al Qhattan (pemimpin golongan Hasyawiyyah), Qadhi Abdul Jabbar (pemimpin golongan Mu'tazilah di Baghdad), dalam perdebatan yang terakhir ini, karena Qadhi Abdul Jabbar tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Sheikh Mufid, akhirnya beliau menunjuknya untuk menggantikan kedudukan beliau dan berkata, "Engkau benar-benar seorang yang mufid ?

Kamis, 10 Desember 2020 17:31

Ayatullah Madarres

 

Tanggal 10 Azar yang bertepatan satu Desember diperingati sebagai hari kesyahidan Ayatullah Modarres di tangan antek rezim Pahlevi.

Seyyed Hassan Tabatabai Zavareh yang dikenal luas dengan panggilan akrab Ayatullah Modarres, lahir pada 1278 Hs di Ardestan. Sejak usia enam hingga empat belas tahun, ia belajar bahasa Persia dan Arab di Shahreza, provinsi Isfahan. Kemudian pindah ke kota Isfahan dan selanjutnya ke Najaf Ashraf, Irak untuk melanjutkan pendidikan agamanya.

Ayatullah Modarres adalah seorang pejuang pemberani dan teguh dalam memperjuangkan kejayaan dan kebesaran Islam di Iran. Dia adalah salah satu pejuang politik paling terkemuka di era Reza Khan dan wakil rakyat Tehran di masa jabatan kedua Majelis Konstitusi Iran. Aspek yang paling menonjol dalam kehidupan politik dari peran Ayatullah Modarres adalah dukungannya terhadap gerakan konstitusional Iran awal abad ke-20.

Wawasan politik dan kekuatan analitisnya yang tinggi membuat beliau terpilih sebagai pengawas persetujuan Majelis Nasional, dan segera setelah ia memasuki Majelis, dengan kata-katanya yang lantang menentang tirani dan kolonialisme. 

Siapapun yang mengenal Syahid Madarres, baik teman bahkan musuhnya sendiri, mengakui kepribadian yang berkarakter. Itulah sebabnya, para tokoh Iran sering mengutip pernyataan beliau yang pernah berkata, "Tuhan tidak memberi saya dua hal, ketakutan dan yang lainnya adalah keserakahan. Siapapun yang memiliki kepentingan nasional dan urusan agama,  maka saya bersamanya; tetapi jika tidak, saya tidak akan bersamanya." 

Iran berhutang budi pada keberanian dan ketangguhan pria heroik ini yang berdiri tegar melawan rezim tiran sehingga tentara bayaran dan penjarah tidak akan menduduki tanah airnya. Sebuah pernyataan terkenal dari Ayatullah Madarres menjadi pengingat bangsa ini yang didasarkan pada pemikiran briliannya, "Agama kami adalah politik kami, dan politik kami adalah agama kami".

Pandangan ini mengemuka dalam konteks dinamika intelektual Iran ketika itu yang masih reven hingga kini. Beberapa intelektual yang dipengaruhi oleh sekularisme Barat melihat tidak ada hubungan antara politik dengan agama dan memisahkan keduanya. Mereka mencoba untuk menghapus peran penting agama dari arena sosial dan politik. 

Padahal, dalam pemikiran Islam, sebagaimana yang dipahami Ayatullah Madarres, terdapat aturan keluarga dan urusan sosial mayarakat, dan kebahagiaan dunia dan akhirat, selain masalah ritual individu. Oleh karena itu, para penyusun undang-undang dan politisi Muslim harus bertindak sesuai dengan Syariah Islam dan ajaran agama, agar masyarakat Islam semakin dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dari hari ke hari.

Dalam pemerintahan Islam, hubungan agama dan politik dipertimbangkan dalam segala keadaan, dan politik diwujudkan dalam ranah nilai-nilai agama. Keterikatan erat agama dan politik menunjukkan kelengkapan dan kesempurnaan ajaran Islam. 

Tujuan kebangkitan para Nabi untuk membimbing masyarakat menuju kesempurnaan dalam arahan nilai-nilai ketuhanan dan menghilangkan dari segala bentuk kerusakan dan penindasan. Alquran mempertimbangkan filosofi kebangkitan para Nabi dalam menegakkan keadilan sosial dan pengelolaan yang adil dalam urusan umat Islam, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hadid ayat 25, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..."

Menurut ayat ini, Islam sangat erat hubungannya dengan politik dan pemerintahan. Pandangan senada disampaikan Syahid Murthadha Muthahhari yang membandingkan hubungan antara "agama dan politik" dengan hubungan antara "jiwa dan raga" dan "kulit dan daging" yang tidak bisa dipisahkan.

Dalam Islam, ada aturan dan regulasi yang bisa ditegakkan mengenai peran pemerintah dalam berbagai masalah masyarakat, misalnya aturan ekonomi publik seperti zakat dan jizyah, aturan hukum seperti diyat dan qisas, dan lainnya. Oleh karena itu, aturan dan hukum dalam agama Islam, di satu sisi ditujukan untuk menyebarkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang tinggi. Sedangkan  di sisi lain diarahkan untuk mengatur urusan masyarakat di jalan keadilan sosial. Dari aspek inilah pemerintahan Islam menunjukkan signifikansinya, termasuk di dalamnya kewajiban seorang politisi Muslim tidak boleh mengejar tujuan pribadi, dan tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Lebih dari itu, tujuan berpolitik harus diarahkan untuk melayani kepentingan masyarakat.

Sirah Nabawi menunjukkan bahwa agama tidak terpisah dari politik. Sebab Nabi Muhammad Saw sendiri membentuk pemerintahan yang adil, dan bertanggung jawab sebagai eksekutif dan yudikatif di dalamnya. Imam Ali juga mendirikan pemerintahan berdasarkan keadilan dan pelaksanaan nilai-nilai ilahi, dan pemerintahan singkat Imam Hassan, dan perlawanan Imam Hussein melawan rezim tiran Yazid sebagai referensi historis yang penting tentang urgensi pemerintahan yang adil dan Islami.

Imam Khomeini juga menekankan masalah ketidakterpisahan agama dan politik dalam pernyataannya yang terkenal, "Islam adalah agama politik dalam semua aspek politiknya. Hal ini perlu dijelaskan bagi siapa saja yang tidak mempertimbangkan aturan pemerintahan, politik, sosial dan ekonomi Islam. Jadi siapapun yang berpikir bahwa agama terpisah dari politik tidak mengenal agama maupun politik."

Masalah keadilan dan upaya penegakkannya di tengah masyarakat sangat ditekankan dalam berbagai ayat al-Quran. Surat Nisa ayat 135, al-Quran menjelaskan masalah penegakkan keadilan di tengah masyarakat, "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan,".

Di bagian lain dalam surat Al-Maidah ayat 8, Allah swt berfirman," Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,".

Ungkapan “Agama kami adalah politik kami dan politik kami adalah agama kami”, yang diucapkan oleh Syahid Modarres didasarkan ajaran kitab suci Islam dan sunah para Nabi dan Imam, sebagai salah satu faktor kekuatan internal Muslim. Jika  negara-negara Muslim mempertimbangkan ide ini dalam hubungan internal dan eksternal mereka, maka tidak ada celah bagi campur tangan asing dalam urusan mereka.

Ayatullah Khamenei menjelaskan tentang ciri-ciri kepribadian Ayatullah Modarres dengan mengatakan, "Ciri utama dari Madarres, tidak ada faktor yang bisa mempengaruhi perjuangannya dari intimidasi, ancaman, penyuapan atau penipuan. Dia tidak takut mati selama hidupnya dan hanya berbicara tentang kepentingan nasional dan kepentingan masyarakat .... Dia tidak tunduk pada partai dan tidak tergoda oleh janji. Modarres adalah orang saleh yang secara tepat dikenal sebagai simbol esensi bangsa ini di parlemen.

 

Hari Jumat (27/11/2020), saat itu waktu sudah lewat dari pukul 14 di kota Absard, Damavand, salah satu kota di sekitar Tehran, suara ledakan besar terdengar, disusul berondongan peluru. Sebuah mobil menjadi sasaran hujan peluru itu.

Mobil tersebut ditumpangi Dr. Mohsen Fakhrizadeh, Kepala Organisasi Riset dan Inovasi, Kementerian Pertahanan Iran, sekaligus ilmuwan terkemuka negara ini. Dalam teror itu, empat peluru bersarang di tubuh Dr. Fakhrizadeh, dan ia dilarikan ke rumah sakit menggunakan helikopter, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. Ilmuwan besar Iran yang menjadi incaran musuh nomor wahid ini akhirnya gugur syahid. 
 
Mohsen Fakhrizadeh Mahabad lahir pada tahun 1957, ia adalah deputi menteri, dan salah satu tokoh berpengaruh dalam teknologi rudal Iran. Nama Fakhrizadeh bersama empat warga Iran lain, masuk daftar 500 orang paling berpengaruh dunia versi media Amerika Serikat, Foreign Policy.
 
Fakhrizadeh memainkan peran kunci namun tidak tampak oleh publik, dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan Iran, dan infrastruktur teknologi. Pasca kesyahidannya, baru terungkap bahwa proyek-proyek terpenting yang digarap oleh Fakhrizadeh, dan timnya membuahkan hasil, di antaranya proyek produksi kit tes Virus Corona buatan Iran, yang dimulai Maret 2020 di lembaga yang dipimpinnya.
 
Selain itu, nama Fakhrizadeh sebagai ilmuwan senior Kementerian Pertahanan Iran, sekaligus mantan kepala Pusat Riset Fisika, PHRC, pada 24 Maret 2007 masuk daftar sanksi Dewan Keamanan PBB.
 
Orang-orang Amerika menyebut Mohsen Fakhrizadeh sebagai “kotak rahasia” yang selalu memainkan peran di balik layar namun berpengaruh, dalam menentukan sikap Iran di setiap perundingan. Menurut keterangan Badan Energi Atom Internasional, IAEA, selama tidak melakukan dialog langsung dengan Fakhrizadeh, IAEA tidak bisa berkomentar soal seberapa besar level Iran dalam menguasai teknologi nuklir.
 
Surat kabar rezim Zionis Israel, Jerusalem Post, beberapa tahun lalu mempublikasikan laporan tentang biodata Dr. Mohsen Fakhrizadeh yang dibuat tim investigasi IAEA pada tahun 2003, dan sekitar Maret 2018, sumber Israel mengumumkan, dinas intelijen pusat rezim ini, Mossad, berusaha meneror salah satu ilmuwan nuklir Iran, namun gagal.
  
Pada akhirnya media-media Israel minggu ini mengabarkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara implisit mengonfirmasi keterlibatan Israel dalam teror ilmuwan nuklir Iran, Dr. Mohsen Fakhrizadeh. Netanyahu mengatakan, minggu ini saya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa saya katakan, tapi kawasan sudah masuk fase yang penuh ketegangan. Fakhrizadeh adalah satu-satunya ilmuwan Iran yang disebut terang-terangan oleh Netanyahu dalam sebuah acara.
 
Teror yang merupakan salah satu bentuk pembunuhan dengan tujuan politik atau keyakinan, adalah nama yang kerap didengar oleh Republik Islam Iran. Iran dengan lebih dari 17.000 korban teror adalah bukti hidup dari aksi mengerikan di balik layar para pengklaim pembela hak asasi manusia sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran sampai sekarang.
 
Oleh karena itu, Iran selama bertahun-tahun pasca revolusi, yaitu sekira 40 tahun lalu, menjadi salah satu negara terbesar korban terorisme, dengan kata lain, korban terorisme terbesar di dunia. Teror ilmuwan nuklir Iran, merupakan salah satu cara baru aksi kubu arogan dunia di Iran.
 
Rangkaian teror ini pertama kali dilakukan terhadap Dr. Masoud Alimohammadi, dosen fisika terkemuka Iran oleh Majid Jamali Fashi, yang berafiliasi ke dinas intelijen Israel, Mossad, pada 12 Januari 2010 di Jalan Gheytarieh, dekat Tehran, tepat di depan rumahnya.
 
Disusul dua tahun kemudian dengan teror Dr. Majid Shahriari, dan Fereydoun Abbasi, pada 29 November 2010, dan dilanjutkan dengan teror Mostafa Ahmadi Roushan, pada 11 Januari 2012. Saat ini aksi teror terhadap ilmuwan masih terus berlangsung, dan yang terbaru adalah teror sadis para pengklaim pembela HAM terhadap Dr. Mohsen Fakhrizadeh. 
 
Tidak diragukan bahwa salah satu tujuan teror terhadap ilmuwan besar Iran ini adalah upaya membendung kemajuan ilmu pengetahuan di negara ini, namun bisa dipastikan mereka tidak akan berhasil meraih tujuannya. Pasalnya, ilmu pengetahuan mustahil untuk dihapus, dan para ilmuwan selama bertahun-tahun bekerja keras, dan menyimpan serta mewariskan hasil kerjanya kepada murid-murid mereka.
 
Teror Syahid Mohsen Fakhrizadeh telah mengungkap sebuah kenyataan bagi semua orang, dan itu adalah Republik Islam Iran dalam mencapai puncak kemajuannya, memiliki tekad serius. Sebagaimana kesyahidan ilmuwan nuklir Iran lain tidak mampu menghentikan gerakan ilmu pengetahuan negara ini, darah Syahid Fakhrizadeh juga semakin menumbuhkan ilmu pengetahuan Iran.
 
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, Mayjend Mohammad Bagheri mengatakan, teror terhadap seorang pemimpin handal, dan kompeten ini, meski pahit, dan pukulan berat terhadap lembaga pertahanan nasional, namun musuh-musuh dungu harus tahu, jalan yang telah dibuka oleh orang-orang semacam Syahid Fakhrizadeh, sampai kapanpun tidak akan pernah terputus.
 
Menengok sekilas kemajuan nuklir Iran dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa selama waktu ini, pertumbuhan dan perkembangan teknologi nuklir Iran mengalami peningkatan. Dalam rentang waktu ini, Iran masuk jajaran sejumlah kecil negara dunia pemilik teknologi nuklir.
 
Para ilmuwan Iran telah membuktikan bahwa orang Iran mampu mengambil langkah besar di bidang ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan kemampuannya sendiri, dan melakukan pribumisasi teknologi nuklir serta siap mentransfer teknologi damai ini ke negara-negara independen di seluruh dunia. 
 
Melihat secara umum keberhasilan Iran di berbagai bidang nuklir seperti reaktor nuklir pembangkit tenaga, produksi bahan bakar nuklir, sinar Gama, pengayaan uranium, pembangkit listrik tenaga atom, dan riset, pembuatan sentrifugal baru, dan canggih, upaya mengatasi serangan hama, kegunaan nuklir di bidang medis seperti radioisotop, dan radiofarmasi, kegunaan lain teknologi nuklir di bidang pertanian, dan kedokteran, merupakan hasil kerja keras para ilmuwan Iran, dan kesabaran rakyatnya, serta bimbingan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
 
Seluruh sanksi keji terhadap rakyat Iran, tidak mampu membendung kemajuan ini, dan Iran tetap melanjutkan kemajuannya. Rahbar dalam pesannya terkait kesyahidan Dr. Mohsen Fakhrizadeh menegaskan, dua masalah penting yang harus diperhatikan semua pejabat pemerintah Iran, pertama, mengusut aksi kejahatan ini, dan menghukum tegas para pelaku serta orang yang memerintahkannya, kedua, melanjutkan kerja keras di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang yang ditekuni oleh Syahid Fakhrizadeh.
  
Rezim Zionis Israel, dan para pendukungnya terutama Amerika, mengira bisa menghentikan pembangunan, dan kemajuan Iran, dengan mencegah negara ini memiliki ilmuwan. James Risen, jurnalis terkemuka Amerika mengatakan, dinas intelijen Amerika, CIA, dan Mossad bekerjasama merancang sebuah operasi destruktif terhadap kemajuan nuklir Iran. Istilah “menghapus ilmuwan” Iran masuk agenda kerja pemerintah Amerika, berkat usulan para pakar intelijen negara ini.
 
Sehubungan dengan hal ini, salah seorang analis di Stratford, sebuah perusahaan informasi swasta Amerika yang dekat dengan Gedung Putih, dalam analisanya terkait teror ilmuwan nuklir Iran mengatakan, strategi kami adalah menghilangkan tokoh-tokoh penting Iran di bidang ilmu pengetahuan. 
 
Amerika, dan Israel serta para pendukungnya, selalu berusaha menggambarkan teknologi nukir Iran sebagai ancaman serius bagi keamanan dunia. Akan tetapi kenyatannya mereka menganggap Republik Islam Iran sebagai penghambat urama kepentingan, dan rencana ekspanisonis mereka di Timur Tengah, dan Teluk Persia.
 
Mereka berusaha menyingkirkan benteng perlawanan ini jika memungkinkan. Sehubungan dengan ini, Senator Amerika dari Partai Demokrat, Chris Murphy di akun Twitternya menulis, jika tujuan asli pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh adalah mempersuit dimulainya kembali kesepakatan nuklir Iran, maka ia tidak akan menjadikan Amerika, Israel, dan dunia, lebih aman. 
 
Posisi tinggi Iran saat ini adalah buah dari kerja keras tanpa henti para ilmuwan yang menghasilkan banyak kemampuan bagi Iran di berbagai bidang seperti kedokteran, pertanian, dan industri, meski berada di bawah tekanan asing, dan sanksi.
 
Istri Syahid Mohsen Fakhrizadeh dalam wawancara perdananya mengatakan, saya ucapkan belasungkawa, dan terimakasih kepada Rahbar atas kesyahidan suami saya yang penuh kasih, dan bijak ini. Orang-orang yang ada sekarang akan melanjutkan jalannya. 

Kamis, 10 Desember 2020 17:28

Kebebasan; Nikmat Paling Berharga

 

Rasulullah Saw menyeru seluruh umat manusia, baik dari etnis dan kulit berwarna apapun untuk menjaga hak orang lain dan menghindari berbuat zalim. Ia mengajak manusia untuk saling mengasihi dan bersahabat.

Frederick Douglass, salah satu pemipin anti perbudakan di Amerika di salah satu pidato terkenalnya mengatakan, “Apakah kalian mengijinkanku untuk berargumentasi bahwa manusia memiliki hak kebebasan? Mereka pemilik badannya sendiri? Dewasa ini di hadapan masyarakat Amerika bagaimana saya menunjukkan bahwa kebebasan adalah hak alami manusia? Dengan ini sebenarnya saya telah menghina diriku sendiri dan melecehkan perasaan kalian. Tidak ada manusia di bawah langit yang tidak mengetahui bahwa perbudakan adalah tindakan tak bermoral.”

Di sepanjang sejarah perbudakan, banyak manusia yang berusaha membebaskan dirinya atau budak lainnya. Banyak juga yang mengorbankan jiwanya untuk membebaskan para budak. Pada akhirnya protes luas terhadap undang-undang perbudakan dan perdagangan budak berujung pada diratifikasinya hukum global dan PBB pada 2 Desember 1949. Tanggal 2 Desember setiap tahun diperingati sebagai Hari Internasional Penghapusan Perbudakan.

Tuhan menganugerahi manusia dengan kecerdasan dan otoritas dan menciptakan manusia bebas dan menurunkan nabi-nabi ilahi sehingga manusia dapat memilih cara hidup terbaik dengan kecerdasan dan otoritas mereka dan menggunakan kata-kata para pemimpin ilahi dan berjalan di jalan transendensi dan keselamatan. . Tuhan menciptakan manusia bebas dan meminta manusia menjadi satu-satunya hamba-Nya dan hidup bersama dengan kebaikan, kebaikan dan toleransi, empati dan pelestarian nilai moral dan kemanusiaan. Tuhan menciptakan segalanya bagi manusia untuk mengekstraksi pengetahuan dan sains dengan melayani alam, langit dan galaksi, dasar bumi dan lautan, dan untuk melayani umat manusia.

Tetapi perbudakan adalah kebalikan dari sifat manusia, meskipun sejarah telah menunjukkan bahwa perbudakan dipraktekkan secara alami dalam banyak periode kehidupan manusia, dan bahwa temperamen yang berlebihan dan eksploitatif dari yang kuat menyebabkan perbudakan yang lemah dan kurang beruntung.

Sejak dahulu kala, budak selalu dianggap sebagai objek dan tidak memiliki hak manusiawi. Pialang membeli, menjual, menukar, atau menghadiahkan mereka, dan terkadang bahkan dalam transaksi ekonomi, budak ditahan sebagai jaminan untuk melunasi hutang!

Perbudakan; Ini pertama kali muncul di Mesir kuno, Babilonia, Asyur, Cina dan India, tetapi berkembang di Yunani kuno dan Roma dalam bentuk klasiknya. Di Mesir kuno, budak digunakan secara massal untuk membangun istana kerajaan serta pemakaman firaun.

Di Roma kuno, pemilik budak Romawi memiliki banyak otoritas atas budak mereka dan bahkan memutuskan kematian atau nyawa budak mereka.

Tetapi dengan penemuan pantai Afrika dan penaklukan Amerika Selatan dan Utara oleh orang Eropa pada abad ke-15, serta kolonisasi Amerika Utara pada abad-abad berikutnya, tanah subur diletakkan untuk perbudakan dan penindasan yang tak terhitung jumlahnya terhadap orang kulit hitam dan Indian telah dimulai.

Faktanya, perbudakan modern secara resmi dimulai di Eropa pada abad ke-15 dan menjadi bagian dari perekonomian negara-negara Eropa dan secara bertahap menjadi terorganisir. Pada saat itu, kebanyakan budak dicuri dan diperdagangkan untuk pekerjaan pertanian. Portugal, misalnya, yang kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pertanian, adalah negara Eropa pertama pada saat itu yang memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dengan mengimpor budak.

Portugis mulai berdagang di pasar budak di pantai barat Afrika pada tahun 1444 dan menguasai hampir semua pasar budak Afrika selama lebih dari satu abad. Perbudakan dan penjualan budak berlanjut sebagai bisnis yang menguntungkan dan mengabaikan hak asasi para budak, dan memainkan peran penting dalam perekonomian Eropa dan Amerika Serikat yang baru lahir. Sejak paruh kedua abad ketujuh belas dan seterusnya, jumlah budak Afrika yang dibawa ke Amerika Serikat untuk bekerja di darat tiba-tiba meningkat, dan beberapa kota pesisir di negara bagian utara praktis menjadi pusat perbudakan.

Britania, atau kolonialisme Inggris, yang memanfaatkan perbudakan selama abad kedua belas dan kedelapan belas, secara pengecut berada di garis depan pekerjaan ini, dengan jaringan luas pedagang budak. Dia memindahkan budak Afrika dengan 200 armada masing-masing 50.000 budak. Orang-orang yang tidak bersalah dibelenggu dan dalam kondisi terburuk di kapal-kapal ini, dan beberapa tewas dalam perjalanan dan di kapal-kapal mengerikan yang sama. Inggris kebanyakan mengangkut budak-budak ini ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Dalam bisnis ini, terdapat jaringan pedagang, petualang, pemburu, dan pedagang budak yang, bersama-sama, menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan dan menghasilkan keuntungan besar.

Mungkin kita harus melihat novel Roots untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang budak dan penindasan mereka yang tidak adil. Ditulis oleh Alex Haley, novel tersebut menggambarkan keadaan masyarakat dan gaya hidup para majikan dan budak, sekaligus menggambarkan perbudakan dan kerja paksa serta dimensi diskriminasi rasial keluarganya selama beberapa generasi. Dia menulis di halaman pertama buku ini: "Faktanya adalah bahwa sepanjang sejarah tidak ada kelompok etnis yang menderita sebanyak orang kulit hitam Amerika dari peradaban Eropa. Ketika orang-orang beradab menginjakkan kaki di Afrika dan Amerika, mereka berkomitmen untuk tidak menghormati standar kemanusiaan dan peradaban terhadap mereka yang "Mereka disebut Pribumi”. Mereka membunuh orang Indian Amerika, yang telah menyambut para pendatang baru dengan semangat keramahan, dari pria, wanita dan anak-anak, dan memperbudak siapa pun yang tidak mereka bunuh di Afrika."

"Dengan membaca novel Roots dapat dipahami bahwa selama pembentukan Amerika Serikat, peristiwa terjadi puluhan kali lebih tragis daripada kejahatan yang diungkap AS di Abu Ghraib dan Guantanamo terhadap orang kulit hitam keturunan Afrika," kata Hashemzadeh, seorang peneliti Iran.

Kezaliman dan penindaksan tak terhingga terhadap budak dan respon serta penentangan besar, yang tentu saja terpisah di berbagai belahan dunia sejak awal dan yang terpenting adalah pemberontakan budak di Jamaika yang meletus di dekade 1760 serta merembet ke negara lain.


Tapi butuh waktu bertahun-tahun bagi opini publik untuk mengambil tindakan sistematis melawan perbudakan dan untuk membentuk gerakan anti perbudakan, yang berpuncak pada pembentukan Asosiasi untuk Penghapusan Perdagangan Budak di London. Sebagai hasil dari upaya ini, baru pada tahun 1807 penjualan budak secara resmi dilarang di Inggris dan Amerika Serikat. Selanjutnya, dan akhirnya pada tahun 1949, penghapusan perbudakan menjadi hukum universal oleh PBB.

Hal ini terjadi ketika agama samawi khususnya Islam melarang manusia menzalimi dan menghapus hak orang lain. Rasulullah Saw menyeru seluruh umat manusia dari etnis dan kulit warna apapun untuk menjaga hak orang lain dan menghindari perbuatan zalim. Ia menyeru manusia untuk saling menyayangi dan mengasihi serta saling bersahabat.

Al-Quran di berbagai ayatnya melarang segala bentuk diskriminasi dan mengatakan, : "یا أَیهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناکمْ مِنْ ذَکرٍ وَ أُنْثی وَ جَعَلْناکمْ شُعُوباً وَ قَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَکرَمَکمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاکمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِیمٌ خَبِیرٌ؛  yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Mengingat ayat ini, Allah Swt tidak menganggap keunggulan warna kulit dan etnis serta kekayaan dan popularitas sebagai nilai unggul manusia, dan tolok ukut tunggal keunggulan manusia adalah penghambaan dan takwa.

 

18 Azar hari bersejarah di kalender nasional Iran. Hari ketika rakyat Iran mampu mempu membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kekuatan berpengaruh di dalamnya tunduk pada keinginan rakyat Iran.

Sebelas tahun setelah meletusnya perang delapan tahun yang dipaksakan rezim Baath Irak terhadap Iran dan tiga tahun setelah perilisan resolusi 595 Dewan Keamanan serta berakhirnya perang, kebenaran Iran dalam membela diri akhirnya diakui komunitas internasional.

Javier Pérez de Cuéllar, sekjen PBB saat itu pada 18 Azar 1370 Hs atau 9 Desember 1991 di sebuah laporan resminya kepada Dewan Keamanan menyatakan bahwa pada 31 Shahrivar 1359 Hs atau 22 September 1980 menyerang Iran menjadi pihak agresor. Pengumuman bahwa di perang yang dipaksakan terhadap Iran, rezim Baath adalah pemicu perang dan yang bertanggung jawab atas peran ini merupakan kemenangan politik.

Javier Pérez de Cuéllar, sekjen PBB saat itu ketika berkunjung ke Iran
Pertahanan dan perang ini berlanjut dan berakhir ketika dua adidaya dunia dan bidak caturnya di seluruh dunia diakui sebagai pemicu perang dan tidak segan-segan memberi bantuan. Mereka sadar ketika senjata yang dikirim ke Irak digunakan untuk melawan mereka, dan rezim Ba'ath Saddam menyerbu Kuwait dan menjerumuskan wilayah Teluk Persia ke dalam perang lain. Invasi Irak, meski terlambat diumumkan, merupakan salah satu kemenangan terpenting dalam sejarah Republik Islam Iran sebagai peristiwa besar.

Satu hari setelah invasi umum Irak ke Iran, Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan pertamanya dalam perang tersebut dengan mengeluarkan pernyataan pada 23 September 1980, dan lima hari kemudian, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pertamanya. Proses ini dilanjutkan dengan dikeluarkannya delapan resolusi dan lebih dari lima belas pernyataan lainnya.

Sebagian besar resolusi dan pernyataan ini hanyalah rekomendasi, tetapi Resolusi 598 adalah pengecualian; Karena resolusi ini, ketika memutuskan untuk mengakhiri perang 2.887 hari antara Irak dan Iran, menawarkan proposal eksekutif. Sejak awal invasi Saddam Hussein ke Republik Islam Iran, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kekuatan pengaruhnya menolak untuk memperkenalkan pemrakarsa perang.

Perilaku Perserikatan Bangsa-Bangsa ini bukan karena ketidaktahuan dan ketidaktahuan si penyerang, tetapi sebaliknya, karena kesadaran dan niat sepenuhnya. Kekuatan besar dan berpengaruh di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang secara sadar mendukung rezim Saddam dalam menyerang Iran, menolak menyebut rezim Ba'athis Saddam sebagai agresor.

Kemenangan Revolusi Islam Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini (ra) menyebabkan perubahan besar dalam kancah politik Timur Tengah dan dunia. Ketakutan akan Revolusi Islam menjadi model bagi negara-negara tertindas dan tirani para diktator yang didukung oleh dua negara adidaya, Barat dan Timur, membuat mereka menggunakan semua sumber daya militer dan sipil untuk melengkapi dan mendorong rezim Saddam untuk menyerang Iran. Akhirnya, pada 22 September 1980, Irak melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran ke Iran dengan klaim palsu "pertahanan preventif."

Selama delapan tahun bersamaan dengan perlawanan pemuda Iran terhadap agresi militer yang didukung AS, Uni Soviet dan bidak catur mereka, pemerintah Republik Islam Iran bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memperkenalkan penyerang kepada dunia. Karena pembuktian fakta ini menunjukkan wajah nyata Revolusi Islam Iran dan tindakan jahat Amerika Serikat, pemerintah Barat serta Irak dalam menyerang Iran hingga dunia. Pengungkapan agresor adalah kemenangan politik bagi Iran di arena internasional.

Pada minggu pertama perang, Presiden Pakistan Zia-ul-Haq, bersama dengan Habib Chatty, Sekretaris Jenderal OKI  atau Organisasi Konferensi Islam saat itu, datang ke Teheran untuk mencoba gencatan senjata dan bertemu dengan Imam Khomeini. Iran ingin mereka mengumumkan di media bahwa Irak telah memulai perang untuk membuka jalan bagi gencatan senjata, tetapi mereka menolak. Pakistan berada di bawah pengaruh kekuatan besar pada saat itu. Baik kekuatan besar tidak mau secara resmi menyatakan bahwa Saddam telah memberlakukan perang terhadap Iran, dan Dewan Keamanan PBB juga tidak mau mengambil posisi netral dan benar selama perang.


Hal ini menyebabkan perang berlanjut selama 8 tahun dan menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan di kedua negara. Dengan invasi Iran oleh Irak dan pendudukan daerah perbatasan Iran oleh kekuatan rezim Ba'ath, hak asasi manusia dan hukum internasional dilanggar dengan cara yang paling parah. Pasukan Ba'ath Irak tidak berhenti melakukan kejahatan perang apa pun.

Pembunuhan dan penahanan warga sipil di kota-kota dan desa-desa yang diduduki, pemboman kota-kota dan desa-desa yang terus menerus, dan penggunaan senjata kimia yang meluas, masing-masing dapat menjadi motif untuk mengutuk rezim Saddam karena menyerang Iran dan menyatakan kejahatan perang terhadap diktator Irak. Tetapi aktivis hak asasi manusia telah menutup mata terhadap semua kejahatan Saddam dan membiarkan rezim Saddam terus menyerang wilayah Iran.

Resolusi 598 berbeda dari resolusi sebelumnya dan memasukkan identifikasi agresor di salah satu paragrafnya. Republik Islam Iran menerima gencatan senjata pada tahun 1988 dengan adopsi Resolusi 598, tetapi Saddam menentang penerimaan gencatan senjata, percaya bahwa Iran berani menerima gancana senjata karena kelemahan dan kurangnya kondisi ekonomi dan militer. Dengan demikian ia malah melancarkan serangan lebih luas ke wilayah Iran.

Namun perlawanan pemuda Iran terhadap penyebaran agresi Irak dan memaksa tentara Ba'ath untuk mundur dari posisi yang baru diduduki akhirnya memaksa Saddam untuk mengadopsi Resolusi 598 dan gencatan senjata sebulan kemudian. Satu setengah tahun setelah perang berakhir, tim negosiasi rezim Ba'ath Irak dengan Iran, yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, menolak untuk menerima invasi ke wilayah Iran dan kemajuan dalam proses negosiasi. Tapi invasi Saddam ke Kuwait benar-benar mengubah perimbangan politik.

Saddam mundur dari pendiriannya terhadap Iran, dan dengan menerima perjanjian Aljazair tahun 1975, dia memenuhi semua tuntutan Iran. Di sisi lain, tanggal kedaluwarsa Saddam untuk negara-negara Arab dan pendukung Barat mereka telah berakhir. Dengan demikian, negosiasi Iran dengan Irak, yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, berjalan dengan cepat. Tidak seperti di masa lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menempatkan pelaksanaan ketentuan Resolusi 598 lebih serius dalam agenda.

Dua tahun setelah Irak menginvasi Kuwait, Sekretaris Jenderal PBB menulis surat kepada Iran dan Irak pada 14 Agustus 1991, menerapkan Pasal 6 dan 7 Resolusi 598, mendesak mereka untuk menyatakan alasan mereka mengidentifikasi negara yang memulai perang. Permintaan itu diejek oleh pemerintah Irak, yang mengajukan tanggapan formal dan non-substantif pada 26 Agustus 1991, bersama dengan dokumennya kepada Sekretaris Jenderal PBB.

Namun, pada tanggal 15 September 1991, Republik Islam Iran menyerahkan bukti dokumenter berupa buku kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Akhirnya, pada 9 Desember 1991, Sekretaris Jenderal PBB Javier Perez de Cuellar mengungkapkan pandangannya bahwa Irak adalah pemrakarsa perang dalam laporan resmi sembilan paragraf kepada Dewan Keamanan PBB. Paragraf 6 dari laporan Sekretaris Jenderal PBB menyatakan: "Peristiwa penting yang dinyatakan pelanggaran hukum dan ketentuan internasional yang Saya sebutkan di pargraf kelima dari laporan iin adalah serangan 22 September 1980 terhadap Iran yang menurut hukum yang diakui secara internasional atau prinsip moral internasional tidak dapat dibenarkan dan menimbulkan tanggung jawab atas permusuhan."

Javier Pérez de Cuéllar dan Saddam Hussein
Dengan bersandar pada penyebutan Irak sebagai agresor dan pemicu perang, Iran mampu meraih legalitas lebih besar di tingkat regional dan internasional baik di kawasan maupun di mata masyarakat dunia. Rasa malu akibat mendukung Saddam di tingkat internasional meningkat drastis. Dengan demikian negara-negara kawasan dan transregional untuk mengkompensasi rasa malunya tersebut mulai menjalin hubunga politik dengan Tehran.

Di sisi lain, Iran menunjukkan bahwa dengan bersandar pada partisipasi rakyat, mobilisasi kekuatan dalam negeri dan dengan biaya seminimal mungkin, mampu mengakhiri dengan baik perang delapan tahun melawan Saddam yang mendapat dukungan kekuatan internasional serta dibarengi dengan peningkatan kekuatan dan keagungan Iran di kawasan dan dunia. Bangsa Iran bukan saja selama delapan tahun perang pertahanan suci tapi sepanjang sejarah telah menunjukkan bahwa mereka sangat solid dalam melawan agresi luar dan mereka juga memiliki kemampuan menunjukkan keamanan dan persatuan nasionalnya.

Kamis, 10 Desember 2020 17:25

Ayatullah Dastghaib

 

Salah satu ulama pejuang di Iran adalah Ayatullah Abdul Hossein Dastgheib, yang gugur di tangan kelompok teroris MKO pada 11 Desember 1981.

"Figur mulia dan saleh [Ayatullah Haji Sayyid Abdul Hussein Dastgheib] menggunakan terbaik dalam hidupnya yang diberkahi dengan melepaskan kemewahan duniawi dan menghabiskan tenaga dan energinya demi menegakkan aturan Allah swt dan senantiasa berzikir kepada-Nya. Tokoh religius ini paling dicintai masyarakat Fars dan sangat dihormati di seluruh Iran," kata Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei menjelaskan sosok saleh Ayatullah Abdul Hussein Dastgheib yang syahid pada 11 Desember 1981 oleh kelompok teroris MKO.

Ulama terkemuka dan revolusioner ini memiliki pengaruh besar di Irak dan berperan penting dalam pada pendidikan moral dan agama serta memperkuat semangat revolusioner rakyat Shiraz dalam mendukung Imam Khomeini dan Revolusi Islam. 

Abdul Hussein Dastghib ​​lahir di di Shiraz pada Muharram 1292 H. Sang ayah merupakan salah satu ulama besar kota penting Iran ini. Kecerdasan dan kemuliaan akhlaknya sejak kecil menunjukkan bahwa ia memiliki masa depan yang cerah . Dia belajar sastra dasar, Alquran, dan pengatahuan dasar dari ayahnya, tetapi di usia dua belas tahun  kehilangan ayahnya.

Kemudian, Abdul Hussein muda melanjutkan studinya di hauzah Shiraz untuk melanjutkan jalur ayahnya. Pada saat yang sama beliau aktif membimbing orang-orang di salah satu masjid di Shiraz. Abdul Hussein juga menyadari kondisi politik ketika itu, dan tetap melanjutkan pendidikannya di samping memantau perilaku dan keputusan Shah.

Pada usia 22 tahun, ketika Reza Khan Shah mengeluarkan undang-undang yang melarang jilbab, dan mulai menghina wanita yang mengenakan jilbab, para ulama bangkit melawannya.Abdul Hussein termasuk salah seorang pemuda yang secara terbuka menentang dan mengkritik Shah dalam berbagai pidatonya.

Dia ditangkap oleh rezim Shah, tapi tidak lama kemudian dibebaskan. Kemudian, Abdul Hussein Dastghib ​​berangkat ke kota Najaf di Irak untuk belajar kepada para guru besar Hauzah Najaf.  

Abdul Hussein belajar agama kepada para guru besar hingga berhasil meraih derajat mujtahid di usia 24 tahun. Kemudian beliau kembali ke Shiraz setelah mendapat wejangan dari gurunya. Suatu hari, Shekh Mohammad Kazem Shirazi.

Ayatullah Dastgheib pertama kali menjadi Imam Masjid Talibiun dan kemudian memimpin  Masjid Agung Atiq. Berkat prestasi ilmiah dan spiritualnya, banyak orang yang berkumpul belajar kepadanya.

Beliau melanjutkan tradisi para ulama untuk mengabdi kepada masyarakat dan hidup sederhana dengan meninggalkan kemegahan dan kemewahan dunia. Ayatullah Dastgheib juga termasuk ahli ibadah yang selalau bangun di malam hari untuk beribadah dan senantiasa menjaga wudhunya. Dia banyak berpuasa dan sholat tepat waktu. Kehidupan Syahid Dastgheib ​​dihabiskan untuk beribadah dan membaca al-Quran maupun dzikir, atau menulis buku maupun memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. 

Kehidupan keluarga Ayatullah Dastgheib menjadi teladan. Istrinya menuturkan, "Saya diberi otoritas penuh dalam mengatur masalah rumah. Apapun yang saya lakukan, beliau tidak keberatan karena tahu bahwa jalan kami memiliki tujuan yang sama. Beliau sangat baik kepada anak-anak. Di waktu senggang berjalan-jalan di halaman bersama anak-anak dan terkadang bermain-main dengan anak dan cucunya. Selain mengerjakan pekerjaan pribadinya, dia juga membantu kami meringankan pekerjaan rumah tangga. Beliau sedikit makan, menjaga wudhu, dan rajin tahajud, dzikir, dan sholat."

Putra Syahid Dastgheib juga mengomentari peran berharga ayahnya di rumah, "Selama ibu sakit, ayah saya merawat anak-anaknya. Saya tidak lupa bagaimana beliau tidak segan-segan menyapu sendiri halaman rumahnya.,".

Akhlak Ayatullah Dastgheib menekankan pelayanan dan pengorbanan untuk masyarakat. Beliau membantu dan melayani orang-orang dengan niat murni karena Allah swt.

Ayatullah Dastgheib juga mengamati situasi politik dan sosial negara, dan menentang penindasan dan korupsi yang dilakukan pemerintah dan terus melakukan pembelaan terhadap agama. oleh karena itu, dia dipenjara dan diganggu berkali-kali oleh aparat keamanan.

Ayatullah Dastgheib sangat mencintai Imam Khomeini dan menganggap gerakannya sebagai kelanjutan dari gerakan para Imam dan orang-orang shalih. Beliau adalah seorang mujtahid arif, seorang ulama yang saleh dan berbudi luhur yang aktif membina masyarakat sepanjang hidupnya. 

Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Saytullah Abdul Hossein Dastgheib menjadi Imam shalat Jumat Shiraz dan wakil Imam Khomeini di provinsi Fars. Beliau gugur diteror kelompok teroris MKO untuk menghancurkan pendukung sejati Revolusi Islam. 

Imam Khomeini menyampaikan pernyataan ketika ASyatullah Dastgheib syahid, Hojjatul Islam wal Muslimin Syahid Haji Sayyid Abdul Hussein Dastgheib adalah seorang guru akhlak dan adib yang berkomitmen tinggi terhadap Islam dan Republik Islam, gugur syahid bersama dengan sejumlah sahabatnya di tangan antek-antek negara adidaya demi merugikan bangsa pejuang Iran dan melemahkan perjuangan di jalan ini. Tidakkah orang-orang tahu bahwa dalam setiap kesyahidan dan kejahatan mereka terhadap bangsa yang berkomitmen pada Islam akan menyebabkan bangsa ini semakin kuat? Semoga Allah memberkati para mujahidin besar ini, yang kesyahidannya menjamin kemenangan Islam, dan kehinaan bagi pada kriminal Amerika dan boneka serta pendukungnya."

Kamis, 10 Desember 2020 17:23

Dua Kaki Eropa di JCPOA

 

Uni Eropa dan Troika Eropa, yang terdiri dari Jerman, Prancis, dan Inggris, memainkan peran penting dalam implementasi NPT. Tapi pihak Eropa tidak menepati komitmennya terhadap JCPOA sejak Trump mengumumkan AS keluar dari perjanjian nuklir internasional tersebut.

Pejabat senior Prancis dan Jerman, yang tampaknya merupakan pendukung utama mempertahankan kesepakatan nuklir dengan Iran, baru-baru ini mengambil sikap tentang perlunya mengubah JCPOA demi mengembalikan AS masuk ke dalam perjanjian ini tanpa menyinggung sedikit pun masalah inkonsistensi mereka terhadap implementasinya.  

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman, Inggris dan Prancis bertemu di Berlin pada tanggal 23 November untuk membahas kesepakatan nuklir Iran dan menyatakan harapan bahwa transfer kekuasaan akan terjadi di Amerika Serikat yang bisa membuka perspektif baru untuk pelestarian JCPOA.

Dewan Hubungan Luar Negeri, yang terdiri dari diplomat senior dan mantan diplomat dari beberapa negara Eropa, mengeluarkan pernyataan bersama pada 30 November yang meminta Uni Eropa bekerja sama untuk membawa pemerintah Biden kembali ke kesepakatan nuklir Iran dan  memperkuat perjanjian tersebut. Para anggota dewan ini mengungkapkan keprihatinan atas tindakan Donald Trump sebelum pemerintahan Joe Biden menjabat.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada tabloid mingguan Jerman Der Spiegel baru-baru ini mengatakan, "Kesepakatan nuklir internasional dengan Iran di bawah pemerintahan Joe Biden, presiden Amerika Serikat berikutnya, harus dipertimbangkan kembali. Tidak cukup dengan kesepakatan sebelumnya. Sebab harus ada kesepakatan lebih dari JCPOA yang memperhitungkan kepentingan kita,".

Maas mengklaim bahwa Eropa memiliki ekspektasi yang jelas terhadap Iran, termasuk tidak memiliki senjata nuklir, dan rencana untuk membangun rudal balistik yang mengancam seluruh kawasan. Dia juga menekankan bahwa Iran harus memainkan peran lain di kawasan.

Berlin memandang Eropa bisa berperan untuk membawa Washington kembali ke JCPOA  yang dilakukan bersama upaya memaksa Iran mematuhi semua persyaratan perjanjian dalam kerangka prinsip "kepatuhan penuh untuk komitmen penuh". 

Prancis sebagai anggota troika Eropa juga menekankan perlunya Iran kembali pada komitmen nuklirnya, tanpa menyebutkan kewajiban pihak lain untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis menekankan bahwa JCPOA adalah jaminan bahwa Iran tidak akan memperoleh senjata nuklir, dan mengklaim bahwa kembalinya Iran memenuhi kewajiban JCPOA adalah salah satu persyaratan peninjauan pemerintah Biden terhadap JCPOA.

Inggris, sebagai anggota troika Eropa lainnya juga mengambil sikap serupa. Menteri Pertahanan Inggris mengklaim mendukung JCPOA tanpa menunjukkan kelambanan Eropa dalam memenuhi komitmennya.

Sikap troika Eropa terhadap JCPOA datang pada saat pihak Eropa tidak menyebutkan masalah komitmen mereka terhadap JCPOA, terutama Instex, dan mengurangi efek negatif dari sanksi unilateral AS.

Tampaknya, pihak-pihak Eropa menginginkan pendekatan selangkah demi selangkah dari Iran dan Amerika Serikat untuk mencabut sanksi sepihak Washington dengan imbalan dimulainya kembali komitmen nuklir Iran, sehingga membuka jalan bagi negosiasi baru untuk mencapai kesepakatan lain. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell telah menyatakan harapan bahwa Presiden terpilih AS Joe biden akan mengembalikan negaranya ke JCPOA.

Terlepas dari posisi baru Troika Eropa, faktanya pihak Eropa tidak mengambil tindakan efektif apa pun untuk memenuhi kewajiban mereka di bawah JCPOA. Tapi mereka bersikap kritis terhadap langkah Iran. Dalam pernyataan bersama pada 7 Desember, Troika Eropa menyatakan keprihatinannya atas keputusan Iran memasang sentrifugal baru di fasilitas pengayaan Natanz, dan menyebutnyasebagai pelanggaran terhadap Dewan Keamanan PBB.

Tiga negara Eropa mereaksi langkah-langkah diambil parlemen Iran mengenai "Aksi Strategis untuk Mencabut Sanksi dan Melindungi Hak-Hak Rakyat Iran," mengklaim, "Jika Iran serius menjaga atmosfer diplomasi, maka seharusnya Iran tidak mengambil langkah seperti itu."

Di sisi lain, Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa Eropa harus membuktikan persaudaraan mereka di JCPOA dengan memenuhi komitmennya. Sebuah peluang baru telah diberikan untuk melanjutkan jalur sebelumnya. Namun karena tekanan AS dan kurangnya kemauan, Eropa menolak untuk memenuhi kewajibannya, terutama penerapan mekanisme interaksi keuangan dan perdagangan yang efektif dengan Iran yang disebut Instex. Pada dasarnya, studi tentang posisi Eropa pasca penarikan Amerika Serikat dari JCPOA menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memenuhi komitmennya terhadap Iran.

Masalah lainnya mengenai sikap pejabat senior troika Eropa yang berulangkali mengklaim bahwa Iran sedang mencari senjata nuklir, dan menekankan bahwa mereka akan mencegah hal ini terjadi. Pada 23 November lalu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengklaim negaranya  berusaha mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Padahal, sejumlah laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan jelas menunjukkan bahwa Iran tidak menyimpang dari kegiatan nuklir damai, dan sepenuhnya mematuhi perjanjian internasional ini.

Faktanya, tudingan Le Drian baru-baru ini sejalan dengan klaim palsu rezim Zionis dan Amerika Serikat tentang upaya rahasia Iran untuk memperoleh senjata nuklir. Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat menjadikan orang Eropa menemukan harapan baru dalam memelihara ketertiban, namun mereka telah mengambil pendekatan baru. Mereka ingin kesepakatan nuklir JCPOA dianggap bukan sebagai kesepakatan akhir tetapi sebagai kesepakatan pertama dengan Iran, yang akan membuka jalan bagi kesepakatan lebih lanjut mengenai kemampuan rudal dan kebijakan regional Iran.

Catherine Ashton, mantan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa yang terlibat dalam pembicaraan nuklir dengan Iran selama masa jabatannya, menulis sebuah artikel yang menasihati Joe Biden untuk menjaga ketertiban. Tentu saja, rekomendasinya sejalan dengan posisi tim Biden dalam hal ini. Menurut Ashton, Biden harus menempatkan JCPOA sebagai kesepakatan pertama, bukan yang terakhir. Kesepakatan 2015 tidak pernah dimaksudkan sebagai titik akhir negosiasi. Perjanjian ini membahas masalah utama dan khusus mengenai program pengayaan uranium Iran, dan itu relatif berhasil.

Dengan demikian orang Eropa mengambil posisi ganda. Di satu sisi, mereka mengaku ingin menjaga ketertiban, tapi di sisi lain mengambil posisi yang mengancam dan berlebihan.

Tampaknya sikap para pejabat senior Eropa baru-baru ini untuk sepenuhnya menyelaraskan lamngkah Eropa dengan pemerintahan baru AS  dan pada kenyataannya untuk menciptakan front Barat yang baru dan bersatu melawan Iran.

Dengan demikian, jelas bahwa Eropa akan bertindak sebagai front bersama melawan Iran setelah Biden menjabat. Apabila pihak Eropa ingin mengambil pendekatan ini, maka mereka pasti akan menghadapi tentangan serius dari Iran. Tehran melihat JCPOA hanya sebagai kesepakatan untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran, dan tidak akan mengizinkan pihak lain untuk bernegosiasi dalam bentuk pembicaraan pasca-JCPOA tentang rudal dan masalah regional.

Kamis, 10 Desember 2020 17:22

Karrar, Tank Tempur Canggih Buatan Iran

 

Organisasi Industri Pertahanan di Kementerian Pertahanan Iran dalam beberapa tahun terakhir mengambil langkah-langkah besar di bidang kemandirian militer dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan mendesain dan memproduksi berbagai kendaraan militer, baik lapis baja maupun non-lapis baja.

Salah satu terobosan penting di bidang itu adalah mendesain dan memproduksi Tank Tempur Utama atau Main Battle Tank (MBT) yaitu tank Karrar. Karrar tercatat sebagai tank canggih pertama buatan Iran yang dirancang oleh Organisasi Industri Pertahanan Kemenhan selama tiga tahun. Kehadiran tank ini diumumkan pada 12 Maret 2017 dan lini produksinya diresmikan pada waktu yang bersamaan.

Menurut para pakar militer, kehadiran tank Karrar merupakan sebuah terobosan Iran yang sangat besar dan tank ini berbasis pada platform T-72 Rusia. Dalam beberapa hal bahkan membuatnya mirip dengan keluarga tank T-90MS Rusia yang dikenal tangguh.

Tank Karrar menggunakan mesin diesel baru yang lebih efisien dan mampu menghasilkan tenaga 1000-1200 horsepower. Bahkan memungkinkannya untuk memboyong mesin diesel nasional dengan tenaga 1300 hp dan lini produksinya sudah diresmikan baru-baru ini.

Tank ini dilengkapi dengan sistem kontrol tembak komputer dan peralatan elektro-optik, sistem laser range finder dengan jangkauan 10.000 meter, dan komputer balistik. Karrar mampu menembak objek statis dan bergerak di malam dan siang hari, dan mampu menembakkan rudal secara presisi.

Untuk perangkat penargetan sasaran dan peralatan optik, tank Karrar memiliki sistem kontrol tembak komputer generasi ketiga, sementara sistem penglihatan dan penargetan artileri mencakup perangkat penglihatan 1K13-49 milik tank T-72 (sebagai basis sekunder) dan sistem penglihatan multi-kanal yang dibuat oleh industri elektronik Iran (sebagai basis primer penembakan).

Peluncuran tank Karrar.
Sistem laser digunakan di tank Karrar untuk memandu rudal yaitu rudal laser thunder telah dipasang di tank ini. Rudal-rudal berpemandu laser ini sekarang diproduksi di Iran.

Untuk persenjataan, tank Karrar menggunakan meriam 125 mm yaitu standar yang dipakai oleh T-72 yang merupakan senjata yang sudah teruji dan aman serta dapat menembakkan berbagai macam amunisi ke berbagai sasaran.

Senapan RWS (remotely-operated weapon station) juga dipasang pada tank ini sehingga penembak dapat dengan mudah mengaktifkannya dari dalam tank dan melumat sasaran. Sistem senapan mesin ini memiliki sistem optik mandiri untuk pemantauan dan penargetan.

Senapan RWS tergolong jenis senapan modern yang dipasang di tank-tank canggih dunia dan mampu berputar 360 derajat untuk menyerang pasukan infanteri dan target ringan.

Di ruang kabin, tank Karrar menggunakan beberapa monitor untuk memantau area di sekitar tank sehingga mampu menargetkan sasaran di siang dan malam serta di semua kondisi cuaca. Layar navigasi digital dan layar untuk memantau kondisi tank juga tersedia di tank ini. Kombinasi kamera dan monitor yang dipasang di tank Karrar ini akan mengurangi tekanan pada kru dan memudahkan pengoperasian.

Rancangan turret tank Karrar dan kubah pelindung yang dipasang di atasnya mengingatkan seseorang pada tank T90 MS. Turret tank hampir seluruhnya dilapisi dengan armor baru dan sisi turret juga dilapisi dengan pelat pelindung terintegrasi. Di sisi samping dan belakang bodi, terdapat pelindung lapis baja dan pelindung sangkar, yang khusus dipakai untuk menghadapi ancaman dari serangan roket anti-tank seperti RPG-7.

Sistem peringatan kunci laser buatan Iran termasuk salah satu sistem perlindungan lainnya yang dibenamkan di tank Karrar. Sistem ini digunakan untuk mendeteksi sinar laser yang dipancarkan oleh sistem pemandu senjata atau sistem laser pengukuran jarak milik musuh, memberikan peringatan, dan mengaktifkan granat asap untuk membuat asap kamuflase demi melindungi tank dari senjata musuh.

Tank Karrar.
Tank ini memiliki pelindung khusus untuk menahan gelombang panas dan dapat menyembunyikan dirinya dari alat pendeteksi panas. Ini sangat penting dan efektif untuk melawan senjata baru anti-tank dan sistem baru pelacakan sasaran.

Tank Karrar memiliki kemampuan untuk mengarungi berbagai medan, parit, sungai, daerah bebatuan, dan bergerak di bawah air, serta memiliki kemampuan kamuflase dari serangan senjata anti-tank. Tank ini memiliki mobilitas yang tinggi bahkan di permukaan lereng yang curam.

Selain itu, tank buatan Iran ini dilengkapi dengan sistem navigasi yang bisa dipantau oleh pengemudi serta sistem otomatisasi senapan mesin untuk menembak dari ruang kendali dalam berbagai situasi. Di bidang pertahanan diri, tank Karrar dibekali alat pelindung lapis baja yang tahan terhadap semua jenis senjata anti-tank dan melakukan penyamaran untuk melindungi dari serangan musuh.

Spesifikasi lain tank Karrar adalah memiliki sistem kamuflase multi-spektrum, fasilitas telekomunikasi modern, manajemen medan perang digital, dan punya kemampuan untuk melawan peperangan elektronik.

Menurut Komandan Pasukan Angkatan Darat Militer Iran, Brigadir Jenderal Kiomars Heidari, tank Karrar memiliki 10 opsi lebih maju daripada tank-tank modern dunia. Tank ini dianggap bagian dari keahlian Kementerian Pertahanan Iran dan merupakan tank tempur terbaik. (RM)

Spesifikasi Tank Karrar:

Tipe: Tank Tempur Utama atau Main Battle Tank (MBT)

Produsen: Bani Hashim Defense Industrial Complex

Produser: 2017–sekarang

Berat: 51 ton

Panjang: 7 meter (panjang badan) dan 9,5 meter (termasuk tabung Meriam)

Lebar: 3,7 meter

Tinggi: 2,3 meter

Kru: 3 orang (komandan, pengemudi, penembak)

Kamis, 10 Desember 2020 17:11

Meneroka Langkah Biden di JCPOA

 

Setelah Trump mengumumkan keluarnya AS dari JCPOA pada Mei 2018, Washington menjatuhkan sanksi terberat dan terluas terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum.

Pemerintahan Trump mengklaim bahwa dengan cara ini akan memaksa Tehran untuk menyerah atas dua belas tuntutan Amerika Serikat yang dibuat Pompeo pada Mei 2018. 

Pompeo menyerukan penghentian total program nuklir Iran, penghentian dan pembatasan program rudal, dan diakhirinya tindakan regional Iran. Menlu AS berambisi membuat Iran menyerah sepenuhnya kepada Amerika Serikat. Namun, perlawanan rakyat Iran terhadap sanksi ini telah membuat pemerintahan Trump putus asa, dan dalam waktu kurang dari dua bulan pemerintahannya, ia mengumumkan berbagai sanksi terhadap individu dan badan hukum baru Iran dan asing.

Paul Pillar, seorang ahli politik Amerika mengatakan,"Perang ekonomi Trump dan tekanan maksimum terhadap Iran bukan hanya tidak berhasil, tetapi juga gagal di semua bidang,".

Banyak analis Barat percaya bahwa tujuan pemerintahan Trump memperketat sanksi anti-Iran dan mencoba meningkatkan ketegangan dengan Tehran demi menciptakan sejumlah rintangan dan tantangan bagi kemungkinan kembalinya Presiden terpilih AS Joe Biden ke JCPOA.

Salah satu yang terbaru, aksi pengecut rezim Zionis dengan lampu hijau Washington membunuh Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran terkemuka. Menurut pakar politik Lebanon Charles Abi Nader, pembunuhan itu bertujuan untuk menghalangi kembalinya Biden ke kesepakatan nuklir dengan Iran.

Joe Biden mengusung masalah JCPOA dan Iran selama kampanye pilpresnya. Dalam catatan kepada CNN pada September 2020, Biden mengkritik kebijakan pemerintahan Trump terhadap Iran. Ia menyebut Trump melakukan kesalahan dengan keluar dari JCPOA dan bertindak melawan kepentingan nasional Amerika Serikat. Kebijakan Trump dianggapa telah menyebabkan AS terisolisasi di arena internasional. Alex Vatanka, Direktur program Iran di Middle East Institute yang berbasis di Washington mengungkapkan bahwa Amerika Serikat dibiarkan sendirian dalam pendekatannya terhadap Iran.

Di bagian lain tulisannya, Biden membahas kebijakan pemerintahnya tentang Iran jika memenangkan pemilu November 2020. Dia menekankan akan mengubah kebijakan Washington terhadap Iran dan akan berkomitmen untuk mencegah Iran meraih senjata nuklir.

Dia menambahkan bahwa pemerintahannya akan membuka jalan bagi pendekatan diplomatik yang kredibel ke Iran pada langkah kedua, dan Washington akan kembali ke JCPOA sebagai titik awal untuk pembicaraan baru jika Iran kembali pada kepatuhan ketatnya terhadap perjanjian nuklir internasional tersebut.

Biden juga mengungkapkan langkah ketiga untuk memastikan keamanan rezim Zionis, jika Iran kembali ke penerapan ketat kesepakatan nuklir JCPOA.

Biden telah memperkenalkan tim kebijakan luar negerinya setelah memenangkan lebih dari 270 suara elektoral, sambil menegaskan sikapnya mengenai JCPOA. Biden dalam wawancara baru-baru ini dengan New York Times mengatakan Amerika Serikat akan bergabung dengan JCPOA sebagai titik awal untuk negosiasi lebih lanjut untuk membatasi aktivitas nuklir Iran, jika Tehran kembali menerapkan kesepakatan nuklir secara ketat.

Presiden terpilih itu juga menambahkan bahwa pemerintahannya selalu memiliki opsi untuk secara otomatis mengembalikan sanksi jika diperlukan, dan Iran tahu itu. Pada saat yang sama, Joe Biden mengkritik kebijakan Presiden Donald Trump saat ini terhadap Iran, dan menyebut proses negosiasi dengan Tehran sangat sulit. Biden juga mengklaim, jika Iran kembali pada komitmennya, Washington akan mencabut sanksi yang dijatuhkan terhadap Tehran di era Donald Trump.

Trump meninggalkan JCPOA secara sepihak pada 2018, yang dibalas dengan Iran mengurangi kewajibannya terhadap perjanjian nuklir internasional ini. Pernyataan Biden datang hanya beberapa hari setelah Iran mengumumkan akan mempercepat program nuklirnya di bawah resolusi yang disahkan oleh parlemen Iran berbentuk "Aksi Strategis untuk Mencabut Sanksi."

Menyikapi masalah ini, Thomas Friedman, analis politik AS mengatakan, "Biden dan tim keamanan nasionalnya ingin bernegosiasi untuk memperpanjang pembatasan nuklir, yang dapat mengarah pada pembangunan bom (atom), tak lama setelah kedua belah pihak telah sepenuhnya melaksanakan kesepakatan nuklir."

Sikap Biden telah memicu reaksi ganda di kalangan politisi Amerika. Beberapa dari mereka, terutama Demokrat, ingin mengikuti kebijakan pemerintahan Obama untuk kembali ke JCPOA. Ketua baru Komite Urusan Luar Negeri DPR telah meminta Washington kembali ke kesepakatan nuklir.

Sebaliknya, politisi Republik, terutama mantan anggota pemerintahan Trump yang terkenal dengan pandangan anti-Irannya menyatakan keprihatinannya terhadap posisi Biden.  Presiden terpilih AS ini tidak hanya berbicara tentang perlunya menerapkan kembali komitmen Iran terhadap JCPOA sebelum AS kembali ke perjanjian tersebut, tetapi juga menyerukan pembicaraan baru dengan Iran mengenai masalah-masalah di luar isu nuklir, termasuk kemampuan rudal dan kebijakan regional Iran.

Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menulis dalam sebuah artikel di Wall Street Journal dengan mengatakan, "Joe Biden telah menyatakan bahwa dia ingin bergabung dengan kesepakatan nuklir Iran, tetapi dia juga harus mempertimbangkan kepentingan sekutu Washington di Asia Barat. Ketahuilah bahwa situasi di kawasan ini telah berubah,".

Selama 40 tahun terakhir, semua presiden AS, baik Partai Republik maupun Demokrat telah mengambil pendekatan konfrontatif dan berbasis tekanan terhadap Iran, terutama sanksi. Pemerintahan Obama, meskipun berpartisipasi dalam kesepakatan nuklir JCPOA dalam bentuk kelompok 5 + 1, dalam banyak kesempatan telah menjatuhkan atau melanjutkan sanksi terhadap Tehran dan menolak untuk memenuhi komitmennya.

Biden saat ini mengklaim akan mengembalikan AS ke JCPOA, tetapi juga menyatakan bahwa dalam pemerintahannya akan bekerja untuk memperketat pembatasan terhadap Iran. Selian nuklir, ia juga mengusung isu-isu hak asasi manusia dan masalah lainnya terhadap Iran. Sebagaimana pendahulunya, Obama, Biden berniat menyikapi isu lain seperti kapabilitas rudal, dan pengaruh politik Iran di kawasan.

 


 

Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih untuk pemerintahan Biden menyatakan kembalinya Amerika Serikat ke pemerintahan berikutnya dan pencabutan sanksi akan membuka jalan untuk pembicaraan lebih lanjut dengan Iran tentang masalah yang lebih luas. Tapi di sisi lain, Iran telah berulangkali menyatakan bahwa mereka hanya akan mematuhi kesepakatan nuklir JCPOA dan sama sekali tidak akan tunduk pada tuntutan Washington tentang rudal, regional, hak asasi manusia, dan sejenisnya.

Sementara itu, ketetapan baru parlemen Iran tentang pengembangan program nuklir dan pencabutan sanksi merupakan peringatan serius bagi Barat, khususnya troika Eropa dan Uni Eropa, supaya memenuhi kewajibannya. Mengenai masalah ini, Menlu Iran, Mohamamd Javad Zarif mengatakan, "Jika (Eropa) dan Amerika Serikat kembali ke JCPOA, keputusan parlemen tidak akan dijalankan, Tindakan sebelumnya dibatalkan dan JCPOA diterapkan sepenuhnya. Tetapi jika Eropa tidak memenuhi kewajibannya, maka kami harus menerapkan undang-undang ini setelah melewati proses ratifikasi.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…