کمالوندی

کمالوندی

Senin, 14 Desember 2020 20:09

Islam dan Gaya Hidup (4)

 

Gaya hidup individu dan masyarakat dibangun atas dasar keyakinan dan bentuk pandangan mereka terhadap semesta. Tujuan-tujuan yang ingin diraih oleh manusia sepanjang hidupnya didasarkan pada definisi mereka tentang kehidupan.

Jelas bahwa orang-orang yang meyakini pandangan dunia materialistik dan semata-mata mengejar kenikmatan dan kelezatan di dunia, tentu saja akan melahirkan pandangan dunia tertentu. Demikian juga dengan pandangan dunia ilahi dan nilai-nilai kesempurnaan, ia akan menciptakan sebuah gaya hidup yang khas. Tujuan setiap individu dalam hidup ini ditentukan oleh interpretasi dan asumsi mereka tentang kehidupan.

Oleh karena itu, sebelum mendalami tema gaya hidup islami dan tugas-tugas individual dan sosial di dalamnya, kita perlu terlebih dulu membahas tentang perspektif Islam terhadap kehidupan, semesta dan manusia. Dengan cara ini, kita dapat mengenal makna dan tujuan hidup serta kedudukan tinggi manusia dalam pandangan dunia tauhidi.

Dalam pandangan dunia ilahi, Islam mengajarkan kepada manusia bahwa dari satu sisi, eksistensi mereka sepenuhnya bergantung pada Tuhan dan dari sisi lain, kehidupan mereka tidak terbatas di dunia ini. Dengan begitu, hubungan manusia dengan Mabda’ dan Ma’ad dapat didefinisikan.

Oleh sebab itu, manusia harus mempertahankan hubungan dunia dengan kehidupan abadi di alam akhirat. Menurut perspektif Islam, kehidupan dunia merupakan sarana dan mukaddimah untuk mencapai kebahagiaan ukhrawi, dimana harus digunakan dengan benar.

Pandangan terhadap semesta memiliki dampak besar bagi gaya hidup setiap individu. Setiap insan memandang semesta dari perspektif yang berbeda dan atas dasar itu, mereka menetapkan tujuan dan jalan hidupnya. Antologi Islami juga tidak keluar dari kaidah ini.

Kedekatan gaya hidup setiap orang dengan agama Islam ditentukan oleh besar-kecilnya keserasian pandangan merka dengan ajaran Islam itu sendiri. Keimanan pada perkara gaib, keesan Tuhan, hakikat kenabian dan Hari Kiamat, kedudukan luhur manusia di dunia dan kewajiban mereka dihadapan Tuhan, termasuk konsep-konsep yang punya dampak besar bagi gaya hidup islami.

Di sini, kita akan memahami tentang perbedaan pemikiran religius dan paham sekuler menyangkut gaya hidup. Memangkas perang agama dan mengesampingkannya sebagai sebuah pedoman di semua dimensi kehidupan, merupakan komponen-komponen utama gaya hidup sekuler.

Dalam pemikiran sekuler, konsep ketuhanan digantikan oleh humanisme yang menjadikan manusia sebagai parameter segala sesuatu. Humanisme sebagai sebuah aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengankekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Manusia adalah poros, bukan Tuhan.

Sikap ekstrim dan kekakuan gereja telah mendorong masyarakat Barat untuk meletakkan dasar-dasar pemikiran humanisme sebagai cara untuk menyelamatkan diri mereka dari doktrin kaku gereja. Beberapa pemikira Barat bahkan mengesampingkan semua ajaran agama, mereka telah memisahkan masyarakat dengan ideologi dan akidah Kristen serta menjadikan akal sebagai pengganti agama. Padahal, akal manusia juga tidak mampu menjawab banyak pertanyaan. Para pemikir Barat menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi, sampai-sampai menghapus tugas penghambaan dari mereka.

Menurut paham humanisme, manusia adalah pusat dan parameter bagi semua realitas dan nilai-nilai. Dia adalah sebuah makhluk egosentris dan sama sekali tidak memiliki tanggung jawab selain untuk dirinya, dia juga boleh menggunakan semua sarana demi mencapai ketinggian. Humanisme menafikan segala bentuk pemikiran metafisik seperti wahyu dan agama-agama langit dan memandang manusia sebagai penguasa mutlak di alam ini.

Landasan utama antropologi dalam pemikiran humanisme adalah bahwa akal manusia telah menggantikan Tuhan dan agama mereka. Agama dan spiritualitas sudah dihapus dari lembaran kehidupan. Tujuan hidup adalah mencari kenikmatan dan mengeksploitasi semua potensi alam dengan segala cara. Gaya hidup Barat dibangun aas landasan pemikiran yang seperti ini.

Sayangnya, selama lebih dari dua dekade lalu, para imperialis Barat dengan menguasai negara-negara Islam, sedikit banyak mampu mempopulerkan gaya hidup mereka di tengah kaum Muslim. Fenomena ini mendorong munculnya berbagai penyimpangan di negara-negara tersebut.

Berkenaan dengan hal itu, seorang intelektual Islam Iran, Doktor Rahimpour Azghadi mengatakan, “Pemikiran sekuler merupakan hadiah terbesar Liberal Demokrat Barat untuk negara-negara Islam, yaitu meminggirkan agama dari sektor kehidupan masyarakat. Peristiwa yang terjadi 200 tahun lalu di Barat dan dampaknya merambah dunia Islam, semua itu dibangun dan dikembangkan atas dasar paham tersebut. Barat sangat cepat menyadari bahwa mereka harus mempopulerkan gaya hidupnya demi mempertahankan kekuasaan dan untuk memuluskan misi ini, mereka menggunakan semua instrumen khususnya seni.”

Rahimpour Azghadi lebih lanjut berbicara tentang cara-cara Barat dalam mengkampanyekan gaya hidup mereka. Dia menuturkan, “Barat mewacanakannya lewat media. Melalui film dan serial, hubungan pria dan wanita serta model interaksi sosial dan keluarga, secara perlahan menjadi tren bagi kita. Selama 150 tahun lalu, kaum Muslim –sayangnya- telah kehilangan kekuatan untuk menciptakan tren pada batas tertentu, berbeda dengan era ketika peradaban Islam menjadi pusat mode bagi seluruh dunia. Selama masa itu, kaum Muslim menjadi lemah dan semakin lemah sampai pada abad 20, seluruh dunia Islam kurang lebih berada di bawah kendali Barat dan militer mereka.

Salah satu alasan populernya gaya hidup Barat di tengah kaum Muslim adalah karena kemajuan sains dan industri di Eropa dan Amerika Serikat. Barat sedang menawarkan sebuah kehidupan maju dan dengan beragam kemajuan ekonomi dan sains, mereka telah menyihir berbagai individu dan masyarakat. Kesuksesan ini membuat banyak orang beranggapan bahwa gagya hidup Barat lebih baik ketimbang gaya hidup mereka sendiri.

Dalam pemikiran sekuler, tujuan manusia adalah mengejar secara maksimal kenikmatan materi dalam hidup dan hanya itu. Tujuan akhir mereka adalah kehidupan ekonomi. Hidup konsumtif dan meraih kesejahteraan dan keuntungan sebanyak-banyaknya merupakan tujuan tertinggi manusia materialistis. Pada akhirnya, kehidupan ekonomi merupakan inti dan penuntut jalan.

Dalam perspektif Barat, manusia harus mengejar keuntungan materi dan jika mereka tidak melakukan itu, pada dasarnya mereka tidak punya tujuan. Dan ketika tujuan tersebut incaran, mereka harus menyingkirkan segala rintangan. Menurut mereka, manusia memiliki akal yang bisa mengantarkan mereka pada puncak kehikmatan hidup. Mereka tentunya menorehkan banyak prestasi dengan memuja akal dan eksperimen. Akan tetapi, mereka juga menghadapi banyak krisis karena meminggirkan wahyu ilahi dan pengetahuan agama.

Gaya hidup islami, berbeda dengan Barat, menentang peminggiran makrifat agama dan wahyu. Mereka juga menganggap keliru sikap yang menistakan akal dan eksperimen. Akal dan eksperimen bersama wahyu dan makrifat agama dapat mengantarkan manusia meriah kebahagiaan.

Salah satu intelektual Iran, Hujjatul Islam Naser Rafiee mengatakan, “Kita, untuk mencapai pengetahuan yang komprehensif tentang gaya hidup, harus memanfaatkan semua sumber tersebut dan mengambil sebuah kesimpulan yang tepat. Dengan sebuah upaya metodis ilmiah, kita harus mampu memperoleh pesan-pesan yang selaras dengan akal dan wahyu. Dengan cara ini, kita akan mencapai sebuah pandangan Islam di semua sektor termasuk gaya hidup.

Kehidupan Barat adalah sebuah kehidupan yang jauh dari spiritualitas. Model sepert ini akan meruntuhkan nilai-nilai kasih sayang dan cinta dalam kehidupan individual dan sosial. Agama dalam pemikiran sekuler adalah sebuah institusi yang sejajar dengan semua institusi sosial lainnya. Dengan kata lain, agama tidak memberi makna bagi kehidupan. Akibatnya, keterasingan dari Tuhan telah menciptakan banyak krisis di Barat.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Perhatian dan kecintaan kepada tuhan akan memberi arti bagi kehidupan dan mengisi kekosongan jiwa manusia serta mendatangkan kesuksesan di semua ranah kehidupan. Alasan bahwa di negara-negara seperti Amerika Serikat, sama sekali tidak ada sesuau bahkan uang, kekuasaan, militer dan sains tidak mampu mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan tuh dan jiwa adalah karena keterasingan dari Tuhan dan spiritualitas.

Senin, 14 Desember 2020 20:08

Islam dan Gaya Hidup (3)

 

Kajian ilmiah sudah banyak dilakukan untuk menyingkap hakikat manusia dan arti kehidupan. Para antropolog percaya bahwa sarana-saran ilmu pengetahuan tidak mampu memberi jawaban yang sahih atas pertanyaan seputar manusia dan dimensinya. Realitasnya adalah bahwa pandangan dunia manusia di tengah keragaman komunitas dan budaya, memberikan gambaran yang berbeda kepada mereka, dimana menjadi parameter apakah kehidupan manusia bermakna atau tanpa makna.

Jika dalam gambaran tersebut manusia dilukiskan sebagai makhluk yang tidak punya tujuan rasional, yang harus diraih sepanjang hidupnya, atau jika manusia digambarkan sebagai sosok yang tidak punya ikhtiar dan kemampuan untuk menentukan nasibnya, maka dalam kondisi seperti ini kehidupan mereka menjadi tidak bermakna, sia-sia dan percuma.

Jika kita menganggap manusia sebagai makhluk yang memiliki tujuan rasional dan ikhtiar, dimana ia bisa meraih tujuan luhur dengan usaha, maka kehidupan mereka menjadi bermakna dan penuh arti. Konsekuensi dari perbeddaan ini juga akan tampak dalam memprioritaskan sesuatu dan memilih teladan perilaku. Kondisi ini secara keseluruhan akan melahirkan sebuah gaya hidup yang khas.

Menurut perspektif agama langit, kehidupan manusia di alam ini tidak terbatas pada ruang lingkup materi dan alamiah. Mereka harus menghindari kesia-siaan agar bisa menikmati kehidupan dengan sempurna. Namun, keadaan itu tidak akan tercipta selama pertanyaan-pertanyaan dasar tentang filosofi kehidupan belum terjawab. Yaitu, “Aku datang entah dari mana? Aku ada entah di mana? Dan aku akan pergi entah ke mana?”

Keluarga Muslim dan gaya hidup
Agama memberi jawaban yang lugas dan jelas atas pertanyaan filosofis tersebut serta menyingkap semua tabir kehidupan. Akal manusia tentu saja dapat menjawab persoalan itu dalam batas tertentu, tapi keterbatasan tersebut akan menghalangi mereka untuk menyelesaikan masalah secara sempurna dan tuntas. Ajaran agama telah melukiskan gambaran yang jelas tentang tujuan serta batasan ikhtiar dan kebebasan manusia. Dengan begitu, setiap individu dapat dengan mudah mendefinisikan arti kehidupan. Gambaran itu diperoleh dari ajaran-ajaran agama tentang tauhid, kenabian dan Hari Kiamat.

Pandangan dunia islami menganggap Mabda’ (hari permulaan) dan Ma’ad (hari akhirat) sebagai dua bagian prinsipil keberadaan manusia. Pandangan itu juga menjelaskan hubungan kehidupan manusia di alam ini dengan Mabda’ dan Ma’ad secara detail. Konsep ini menetapkan hubungan berbagai sektor kehidupan individu dengan sesama secara sempurna dan juga memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan mereka serta dimensi material dan spiritual mereka dengan teliti.

Mungkin atas dasar ini pula, para filosof Islam menilai argumen yang paling kuat terkait urgensitas pengutusan para nabi adalah karena pentingnya makrifat tentang hubungan dunia dan akhirat serta perintah dan larangan yang berpengaruh bagi kebahagiaan manusia. Pada dasarnya, ajaran suci Islam merupakan buah manis dari kehadiran Rasulullah Saw dan mukaddimah terbentuknya sebuah gaya hidup yang proporsional dan khas.

Perlu diketahui bahwa manusia selama hidupnya senantiasa berusaha untuk mendefinisikan hubungannya dengan orang lain dan lingkungan. Cara mereka menaklukkan alam dengan bekal sains dan teknologi, merupakan salah satu contoh dari usaha itu. Jika budaya masyarakat tidak ditopang oleh makrifat agama atau justru bertentangan dengannya, maka akan terbentuk sebuah teladan perilaku yang secara perlahan berujung pada dominiasi teknologi atas kehendak manusia. Karena mereka mulai menganggap semua perkara bergantung pada sains dan teknologi.

Dengan kata lain, kelemahan manusia dihadapan alam pada masa lalu telah membuat mereka tunduk pada teknologi demi mengalahkan alam. Tentu saja ini adalah sebuah bentuk dari ketidakmampuan manusia dalam membendung gelombang hawa nafsu.

Sebaliknya, makrifat yang didasarkan pada ajaran agama akanmembuat manusia tangguh dalam menghadapi godaan-godaan hawa nafsu. Pada dasarnya, gaya hidup yang bepijak pada ajaran agama akan mengarahkan peradaban material dan hedonisme yang tidak bermakna.

Dengan berbekal makrifat ini, kita dapat mengklaim bahwa pembangunan sosial dan ekonomi yang diinginkan oleh Islam, berbeda dengan kesejahteraan sosial yang menempatkan budaya sebagai sarana untuk mengejar tujuan. Akan tetapi, pembangunan yang diimpikan oleh Islam adalah sesuatu yang membantu manusia menuju ke arah tujuan akhir penciptaannya. Inilah jalan kesempurnaan yang disinggung oleh al-Quran.

Di antara karakteristik pandangan dunia islami adalah menganggap Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-satunya pencipta hakiki di alam semesta. Al-Quran dalam menjelaskan fenomena sosial dan perjalanan umat manusia, juga selalu menekankan bahwa semua itu memiliki keterikatan dengan Tuhan dan mereka tidak terpisah dari Sang Pencipta. Menurut al-Quran, kesempurnaan ideal dan tujuan akhir adalah kebahagiaan manusia, dimana hal ini diterima oleh semua paham-paham moralitas.

Islam dalam pandangan dunianya mengajarkan manusia bahwa keberadaan mereka dari satu sisi sepenuhnya bergantung kepada Tuhan dan dari sisi lain, kehidupan mereka tidak terbatasa pada dunia ini. Jadi, hubunganmanusia dengan Mabda’ dan Ma’ad didefinisikan menurut pandangan tersebut. Manusia harus menjaga hubungan dunianya dengan kehidupan abadi di akhirat. Dalam perspektif Islam, kehidupan dunia adalah sarana dan mukaddimah untuk meraih kebahagiaan abadi.

Ilustrasi di alam akhirat
Salah satu prinsip pemikiran Islam adalah meyakini keberadaan ikatan khusus antara manusia dan alam materi serta semua anugerah Tuhan di dunia ini. Bentuk perilaku manusia dan gaya hidup mereka memiliki peran dalam memperbanyak atau mengurangi nikmat tersebut. Manusia dapat menggunakan semua sarana di dunia ini untuk memakmurkan bumi dan menciptakan peradaban yang megah. Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang hubungan manusia dengan alam materi dan kewajiban mereka dihadapan hikmat tersebut.

Dalam kacamata Islam, jika hubungan manusia dengan alam dibangun sesuai dengan petunjuk agama, mereka, dengan izin Tuhan, dapat memanfaatkan semua sarana di alam ini untuk memajukan tujuan individual dan kepentingan sosial. Atas dasar ini pula, Islam menekankan kerja keras sebagai sebuah teladan perilaku sehingga masyarakat Islam dapat mencapai tujuan-tujuan sosial yang luhur.

Sebaliknya, Islam mencela sikap malas dan kemalasan termasuk dari perangai manusia yang paling dibenci. Dengan demikian, upaya untuk memakmurkan dunia dan mengejar kesejahteraan materi tidak bisa dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap keimanan akan Hari Kiamat, tetapi teladan perilaku ini, berdasarkan ajaran Islam, dapat digolongkan sebagai perbuatan ibadah dan ketaatan kepada Tuhan.

Dalam budaya Islam, dunia yang tercela adalah sesuatu yang bisa melalaikan manusia dari mengingat Tuhan dan mengandung aroma maksiat. Dengan kata lain, dunia akan dianggap hina ketika telah menjadi tujuan utama manusia. Menurut al-Quran, dunia dan akhirat adalah dua fase kehidupan, yaitu kehidupan yang sekarang dan singkat, dan kehidupan abadi dan lebih sempurna di akhirat kelak. Oleh sebab itu, kehidupan dunia adalah mukaddimah untuk kehidupan akhirat.

Senin, 14 Desember 2020 20:07

Islam dan Gaya Hidup (2)

 

Gaya hidup adalah sebuah sistem kehidupan yang berhubungan dengan individu, keluarga atau masyarakat dengan identitas tertentu. Gaya hidup dapat dianggap sebagai kumpulan dari aktivitas sehari-hari seorang individu yang komprehensif dan koheren.

Pola konsumsi, pergaulan, cara berpakaian, bahasa komunikasi, gaya arsitektur kota dan pasar serta kegiatan lain, semuanya merupakan sebuah paket sempurna dari gaya hidup kita. Refleksi perilaku ini akan memperlihatkan kepribadian individual dan sosial kita di lingkungan sekitar, mulai dari bentuk keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan hobi.

Gaya hidup adalah perilaku yang muncul dari keyakinan dan nilai-nilai serta berlandaskan pada bentuk persepsi manusia terhadap semesta. Memimpikan pola hidup tertentu atau mengritik keras gaya hidup tertentu, merupakan refleksi dari sistem nilai seseorang, dimana punya andil besar dalam pemilihan gaya hidup. Oleh karena itu, pola hidup tidak bisa dipisahkan dari keyakinan dan nilai-nilai. Penampakan luar kehidupan dan perilaku seseorang merupakan buah dari keyakinan tersebut.

Kebanyakan unsur-unsur yang melahirkan sebuah gaya hidup adalah pilihan. Jika seseorang melakukan sesuatu atas dasar paksaan dan tekanan, maka itu tidak dapat disebut gaya hidup. Gaya hidup harus dipilih dan seorang individu harus terlibat aktif dalam mendefinisikan dan membangun gaya hidup berdasarkan sistem keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya. Tentu saja, media senantiasa menyuguhkan gambaran baru dari gaya hidup dan mendorong orang-orang untuk memilihnya.

Perlu diingat bahwa gaya hidup dapat diciptakan dan diubah, karena hal itu adalah bentuk pilihan seseorang yang dapat dirombak sesuai selera. Meskipun kondisi sosial mungkin saja akan menciptakan hambatan serius untuk mengubah sebuah gaya hidup. Kita tidak bisa membayangkan jika ada manusia yang tidak memiliki sebuah kebiasaan dan gaya hidup, kecuali pada masa kanak-kanak dimana kepribadian seseorang belum terbentuk. Sebenarnya, setiap individu punya tata cara untuk menjalani hidupnya. Sekalipun ia tidak menerima pendidikan yang benar, ia tetap memiliki sebuah pedoman untuk hidup meskipun itu buruk.

Jika kita tidak memilih sebuah model kehidupan dengan kehendak dan keinginan sendiri, secara tidak sadar kita akan berada di sebuah lingkaran tertentu di tengah masyarakat. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita memilih sendiri bentuk kehidupan kita secara sadar dan tidak membiarkan kondisi lingkungan mengubah kepribadian kita.

Gaya hidup adalah tanda pengenal identitas sosial. Gaya hidup bagi semua individu akan membentuk kepribadian. Dengan kata lain, seseorang memperkenalkan identitasnya melalui bentuk interaksi, jenis pekerjaan, pola konsumsi, status sosial dan semua image yang dibentuk olehnya. Dari sisi lain, setiap orang berdasarkan gaya hidup (yaitu sesuatu yang dikonsumsi, dipakai, tempat tinggal, kendaraan, pergaulan dan ...) secara perlahan akan terbiasa dengan perbuatan tertentu dan terbentuk dari dalam. Masalah ini mendorong sistem nilai tertentu menjadi sebuah perkara internal bagi seseorang.

Analis kami tentang kepribadian dan identitas orang lain dalam batas tertentu juga bergantung pada image luar tersebut. Jika kita mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut, maka kita relatif mudah untuk menilai kepribadian seseorang. Misalnya, apa pekerjaannya? Apa model kendaraannya? Di mana ia tinggal? Dan lain-lain. Dengan begitu, sikap, tingkah laku, penilaian sosial, kondisi ekonomi, pandangan politik dan budaya orang lain dapat kita tebak.

Pada tingkat makro-sosial, gaya hidup dapat melahirkan sejenis keserasian. Orang-orang yang hidup berdampingan selama bertahun-tahun, mereka secara perlahan akan berpikir seragam serta memiliki sensitivitas dan selera yang sama. Keserasian ini akan menyamakan sikap, penilaian sosial, budaya dan moral serta membentuk sebuah poros yang harmonis atau kekuatan sosial yang terselubung.

Sekarang yang menjadi soal adalah, faktor apa saja yang melatari gaya hidup? Bagaimana ia terbentuk? Dan siapa saja aktor di balik layar yang memanagenya? Jelas bahwa para tokoh masyarakat seperti guru, dosen, hakim, orang yang dituakan, ilmuwan, budayawan, seniman dan atlet memiliki pengaruh besar dalam terbentuknya sebuah gaya hidup. Tingkat pengaruh dari setiap kelompok tersebut tentu saja berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, gaya hidup sebuah masyarakat secara dominan berada di bawah pengaruh media visual.

Di era modern, media memainkan peran besar di tengah kehidupan masyarakat. Statistik menunjukkan bahwa warga di hampir seluruh  penjuru dunia menggunakan media, sarana ini termasuk rutinitas ketiga mereka setelah kerja dan istirahat. Penggunaan media sudah menjadi bagian yang paling sentral dari unsur kehidupan.

Oleh sebab itu, raksasa media memainkan peran dominan dalam mengkampanyekan gaya hidup Barat di dunia modern dan memperlemah serta merusak keyakinan dan nilai-nilai agama. Beberapa orang bahkan percaya bahwa sebuah perang global media sedang terjadi terhadap aliran kepercayaan, khususnya agama Islam.

Berbagai channel televisi, parabola dan internet setiap harinya menyajikan sejumlah program untuk memperkuat gaya hidup Barat dan merusak budaya bangsa lain. Media-media mainstream berusaha memperkenalkan kehidupan Barat sebagai kiblat mode. Untuk itu, mereka tidak pernah mempublikasikan tentang kelemahan dan sisi negatif gaya hidup Barat. Sayangnya, kita secara tidak sadar mengizinkan unsur-unsur gaya hidup Barat meracuni masyarakat kita melalui media dan mode.

Gaya hidup setiap individu dan masyarakat dipengaruhi oleh keyakinan atau pandangan dunia dan nilai-nilai yang dianut. Pandangan dunia materialisme dan hedonisme tentu saja akan memunculkan gaya hidup tertentu. Demikian juga dengan pandangan dunia ilahi, akan membentuk gaya hidup yang khas. Oleh karena itu, agama pada langkah pertama memaparkan pandangan dunia dan ideologi khusus sebagai pondasi untuk membangun kehidupan religius. Pada tahap selanjutnya, agama mengajarkan panduan berperilaku dan moralitas untuk semua dimensi kehidupan manusia guna membentuk sebuah model kehidupan yang khas.

Pada dasarnya, fikih dan akhlak bertujuan untuk memberikan keteladanan dari kehidupan religius yang diridhai oleh Sang Khalik. Semua tema fikih dan pedoman akhlak dalam agama bermaksud untuk membangun gaya hidup islami. Dengan kata lain, gaya hidup setiap orang dipengaruhi oleh banyak target dan tujuan akhir. Tujuan akhir setiap individu secara alamiah mengharuskan dia untuk menjalani aturan tertentu yang sesuai dengan dirinya.

Jika tujuan akhir seseorang ingin mendekatkan diri kepada tuhan, ia akan menjadikan semua urusan kehidupannya untuk mencapai tujuan tersebut. Dia akan memberi warna ketuhanan untuk semua dimensi kehidupannya, mulai dari ibadah sampai muamalah. Individu seperti ini akan selalu berpikir tentang keridhaan Tuhan dalam setiap aktivitasnya. Ini adalah sesuatu yang diinginkan oleh Islam dari umatnya. Pribadi Muslim akan memilih sebuah model kehidupan yang di dalamnya terdapat penghambaan maksimal kepada tuhan dan juga ada keserasian maksimal dengan tujuan akhir tersebut yaitu, mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Senin, 14 Desember 2020 20:05

Islam dan Gaya Hidup (1)

 

Persoalan gaya hidup menjadi perhatian penting ajaran agama, di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menilai pentingnya memperhatikan gaya hidup dan hal ini termasuk dari urgensitas masyarakat Muslim.

Ajaran Islam – yang berasal dari al-Quran, sunnah Nabi Saw, dan Ahlul Bait as – merupakan jalan terang untuk meraih keberuntungan di dunia dan akhirat. Di era modern, gaya hidup Islami dapat menjadi solusi efektif untuk melawan serangan budaya Barat di tengah umat. Meneladani gaya hidup Islami dapat menjadi momentum untuk menghidupkan peradaban Islam dan kemajuan seluruh kaum Muslim.

Menurut Ayatullah Khamenei, setiap peradaban memiliki dua komponen utama dan penunjang. Bagian utama peradaban berhubungan dengan gaya hidup, sementara bagian penunjang terkait dengan kemajuan sains, teknologi, dan ekonomi.

"Komponen penunjang adalah nilai-nilai yang sekarang kita sebut sebagai kemajuan negara; sains, inovasi, industri, ekonomi, politik, supremasi politik dan militer, dan legalitas internasional, semua ini merupakan bagian dari penunjang peradaban dan sarana," jelasnya.

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Komponen utama adalah unsur-unsur yang membentuk lembaran kehidupan kita atau disebut gaya hidup. Ini adalah bagian pokok peradaban seperti, persoalan keluarga, model pernikahan, bentuk rumah, cara berpakaian, pola konsumsi, pola makan, jenis wisata, masalah tata bahasa, jenis pekerjaan, tindakan dan perilaku kita antar-sesama dan lingkungan, serta masalah kebersihan dan kesucian. Ini semua adalah bagian utama peradaban yang menjadi lembaran kehidupan manusia."

Kajian seputar gaya hidup personal dan sosial Islami termasuk di antara pembahasan yang sangat penting, karena ia merupakan pilar utama pembentuk identitas sosial sebuah masyarakat, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup. Setiap individu baru bisa menunjukkan pandangan dunianya kepada pihak lain ketika gaya hidup mereka sesuai dengan keyakinan dan norma yang dianut.

Sayangnya, masyarakat Muslim tidak mampu menciptakan hubungan yang selaras antara prinsip keyakinan dan nilai-nilai murni Islam dengan gaya hidup mereka di semua bidang sosial. Banyak individu Muslim terpengaruh oleh gaya hidup dan model kehidupan non-Islami dan terkadang malah anti-Islam.

Faktor-faktor munculnya ketimpangan ini perlu mendapat kajian serius. Namun, faktor utama sepertinya berhubungan dengan tingkat pengenalan. Dengan kata lain, banyak individu Muslim meninggalkan gaya hidup Islami dan nilai-nilai luhurnya karena tidak adanya pengetahuan yang cukup. Ketika seseorang tidak bisa membangun interaksi antara gaya hidupnya dan keyakinan, maka ia dengan sendirinya akan meninggalkan nilai-nilai itu dan menganggapnya tidak efektif.

Untuk menjustifikasi gaya hidup non-Islami yang ia pilih, dia akan "menyerang" keyakinan dan nilai-nilai agama, nilai-nilai ini akan dianggap sebagai warisan masyarakat primitif dan kuno.

Di dunia modern, kealpaan terhadap gaya hidup Islami akan menyeret masyarakat Muslim untuk meniru model kehidupan Barat. Dalam kondisi di mana masyarakat Barat berusaha meringkas agama dalam kehidupan personal, maka sebuah urgensitas untuk memperkenalkan program-program masyarakat Muslim yang banyak menitikberatkan pada aspek sosial.

Islam – sebagai sebuah agama yang sempurna dan komprehensif – memiliki program untuk seluruh kehidupan umat manusia mulai dari menata keluarga, urusan politik, ekonomi, sosial, dan bahkan pola makan, adab bepergian, dan secara keseluruhan mengatur tentang interaksi manusia antar-sesama dan lingkungan sekitar.

Program tersebut akan membentuk perilaku seorang Muslim. Sebuah model yang dibangun atas pendangan yang kuat, di mana menjadikan tauhid dan kekuasaan Tuhan atas jagad raya sebagai poros alam penciptaan. Tujuan dari penyusunan sebuah program kompregensif adalah untuk memperkenalkan ajaran Islam, yang konstruktif dan penuh daya tarik dalam masalah gaya hidup dengan tetap mengacu pada ajaran Islam, sunnah Nabi Saw, dan ajaran Ahlul Bait.

Pada acara berseri ini, kami akan menjelaskan tentang gaya hidup dan faktor-faktor pembentuknya, peran keyakinan agama dan ideologi dalam kehidupan, pola interaksi antar-sesama, pola pikir, dan cara memilih pakaian.

Selain itu, kami juga akan memaparkan pandangan agama tentang interaksi sosial, mulai dari lingkungan keluarga sampai hubungan dengan non-Muslim, kiat mengisi waktu luang dan wisata Islami, metode berinteraksi dengan lingkungan, serta kegiatan ekonomi dan bisnis.

Ayatullah Khamenei di bagian lain pidatonya berbicara tentang pentingnya untuk menjelaskan unsur-unsur pembentuk gaya hidup. Beliau menuturkan, "Kita perlu menjelaskan masalah kultur kehidupan, lalu menyusunnya, dan kemudian menerapkannya sesuai dengan harapan Islam. Tentu saja Islam memiliki alasan mengapa menawarkan kultur seperti itu kepada kita… perilaku sosial dan gaya hidup mengikuti interpretasi kita tentang kehidupan. Apa tujuan hidup? Setiap tujuan yang kita pilih untuk kehidupan, kita perlu menetapkan target untuk diri kita. Tanpa ideologi, kita tidak bisa mewujudkan sebuah peradaban."

Ketika menerangkan masalah gaya hidup, Ayatullah Khamenei mengingatkan masyarakat Islam agar tidak ikut-ikutan dan memperingatkan mereka tentang bahaya meniru model Barat.

"Kita harus benar-benar menghindari sikap meniru dalam membangun dari komponen utama dari peradaban baru Islam; meniru orang-orang yang ingin memaksakan metode kehidupan dan gaya hidupnya kepada bangsa-bangsa lain. Saat ini, manifestasi sempurna dan satu-satunya model dari pemaksaan ini adalah peradaban Barat. Bukan berarti kita ingin bermusuhan dengan Barat dan terlibat konflik dengan mereka," tambahnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, negara-negara yang meniru Barat dan bersikap ala mereka, tidak akan memperoleh sesuatu kecuali kerugian dan bencana, bahkan meskipun negara-negara itu terlihat maju dan kaya, tapi pada kenyataannya mereka peniru.

"Budaya Barat adalah sebuah budaya konfrontatif, budaya penggilas budaya-budaya lain. Kemana saja Barat menginjakkan kakinya, mereka akan menghancurkan budaya lokal, mereka memusnahkan pondasi setempat sejauh mereka mampu, mereka akan mendistorsi sejarah bangsa-bangsa, mereka mengubah bahasa dan gaya penulisan. Selama mereka bisa, Barat akan merusak pondasi budaya dan ideologi di sana," jelasnya. 

Senin, 14 Desember 2020 20:03

Fungsi dan Peran Masjid (5)

 

Masjid merupakan basis utama sosial, tempat terbaik untuk mempertebal iman, dan pusat terpenting untuk mempromosikan kegiatan sosial, budaya dan politik kaum Muslim.

Masjid Nabawi yang dibangun Rasul Saw di Madinah berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat pemerintahan, pengadilan, dan pendidikan. Jelas bahwa fungsi utama masjid adalah untuk mempraktekkan syiar-syiar dan aturan agama, dan shalat lima waktu merupakan ritual ibadah terbesar yang dilaksanakan di masjid.

Pada permulaan Islam, kaum Muslim selalu mendatangi masjid dengan penuh antusias dan suka cita. Mereka mendirikan shalat di belakang Nabi Saw dan kemudian berdoa bersama-sama. Setelah pembangunan masjid rampung, Rasul Saw memerintahkan Bilal Habsyi mengumandangkan adzan sehingga masyarakat berkumpul di masjid untuk shalat. Bilal Habsyi – orang yang pertama kali diperintahkan Rasul untuk mengumandangkan adzan – dengan suara merdunya menebarkan aroma spiritual di kota Madinah.

Meski kala itu ada banyak orang yang memiliki suara merdu dan ucapan yang fasih, tapi kesucian hati, keimanan dan keikhlasan Bilal telah mengantarkannya ke derajat yang tinggi. Saat ini suara adzan – sebagai panggilan shalat – menggema setiap hari dari menara-menara masjid di seluruh penjuru bumi.

Adzan mengingatkan kita tentang tauhid, kenabian dan kewajiban mendirikan shalat. Adzan adalah sebuah syiar yang dimulai dengan nama Allah Swt dan penegasan akan keesaan-Nya, kemudian bersaksi atas kenabian Muhammad Saw, mengajak kepada keberuntungan dan perbuatan baik, dan ditutup dengan mengingat Allah Swt. Jadi, adzan dimulai dengan nama Tuhan dan diakhiri dengan nama-Nya juga. Namun semua kalimatnya serasi, seirama, singkat, penuh makna, dan sebagai pengingat.

Masjid dengan seluruh bagiannya memuji dan bertasbih kepada Allah Swt, sebagaimana semua yang berada di alam semesta bertasbih kepada-Nya. Orang yang menunaikan shalat di masjid memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Barang siapa yang pergi ke masjid, seluruh lapisan tanah bertasbih kepadanya untuk setiap langkah yang ia letakkan di tempat basah atau kering," (Wasail al-Syiah, jilid 5)

Pada seri ini, kami akan kembali memperkenalkan Masjid Nabawi sebagai tempat suci kedua bagi umat Islam. Arsitektur Masjid Nabawi benar-benar sederhana, dinding-dindingnya dibangun dari batu dan tanah liat, sementara pohon kurma dipakai sebagai tiang penopang bangunan. Masjid ini hanya beralaskan kerikil-kerikil kecil dan pasir sehingga tidak sampai becek ketika hujan.

Sejarah mencatat bahwa setelah masjid selesai dibangun, hujan deras turun dan mengenangi lantai tanah masjid. Seseorang kemudian menaburi kerikil-kerikil kecil di bawah telapak kakinya. Setelah Rasul Saw selesai menunaikan shalat dan menyaksikan itu, beliau bersabda, "Sungguh sebuah pekerjaan yang baik." Sejak hari itu lantai masjid dilapisi dengan kerikil-kerikil kecil dan pasir. Sekarang lantai Masjid Nabawi sudah ditutupi dengan karpet yang berkualitas dan indah.

Nabi Muhammad Saw membangun masjid dengan tiga pintu. Pertama, pintu yang berada di bagian selatan saat kiblat masih menghadap ke Baitul Maqdis dan pintu ini kemudian ditutup dan dibuka pintu lain di bagian utara setelah perubahan arah kiblat. Kedua, pintu di bagian barat yang dikenal dengan sebutan Bab Atikah. Atikah adalah seorang wanita Makkah dan berhijrah ke Madinah setelah memeluk Islam. Disebut Bab Atikah karena ia menghadap ke arah rumah wanita tersebut. Ia juga dikenal dengan pintu rahmat.

Diriwayatkan bahwa seseorang mendatangi Rasulullah Saw di Masjid Nabawi dan meminta beliau untuk berdoa meminta hujan. Rasul kemudian berdoa dan hujan pun turun deras selama tujuh hari berturut-turut. Karena takut terjadi banjir besar, orang tersebut kembali mendatangi Rasulullah dan meminta beliau berdoa agar hujan berhenti. Mengingat hujan adalah rahmat Allah Swt, maka pintu tersebut dikenal dengan Bab Ar-Rahmah. Pintu itu juga disebut dengan Bab An-Nabi, karena Rasul menggunakan pintu itu untuk masuk ke masjid.

Pintu ketiga terletak di bagian timur Masjid Nabawi dan disebut Bab Jibril. Pada masa Perang Bani Quraizhah, Rasul Saw menemui malaikat Jibril di pintu tersebut. Ia juga dikenal dengan Bab Utsman, karena menghadap langsung ke rumah Khalifah Utsman. Bab As-Salam juga bisa dipakai untuk masuk ke Masjid Nabawi dan jumlah pintu semakin banyak seiring berlalunya waktu. Beberapa sahabat membangun rumah mereka di sekitar masjid dan biasanya mereka menyediakan satu pintu untuk menuju ke sana. Praktek ini terus dilakukan sampai pada tahun ketiga hijriah, Rasulullah Saw memerintahkan penutupan semua pintu rumah yang terbuka ke masjid kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib as. Saat ini Masjid Nabawi memiliki tujuh buah pintu utama dan 81 pintu biasa.

Raudhah al-Mutahharah adalah satu tempat yang memiliki banyak keutamaan di dalam Masjid Nabawi. Rasul Saw menyebut tempat itu sebagai taman dari taman-taman surga. Makam suci Rasulullah, mimbar, dan mihrab beliau merupakan tempat-tempat suci di Raudhah al-Mutahharah. Jasad suci Rasulullah dimakamkan di tempat tersebut dan disampingnya digunakan sebagai lokasi pemakaman khalifah pertama dan kedua.

Di bagian utara Raudhah, ada sebuah tempat yang diyakini sebagai lokasi makam Sayidah Fatimah az-Zahra as. Tempat itu dibangun berdasarkan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa Sayidah Fatimah dimakamkan di rumahnya. Sebagian riwayat menyebut lokasi pemakaman Sayidah Fatimah berada di Baqi' dan riwayat ini lebih populer di kalangan Ahlu Sunnah.

Salah satu tempat suci di Masjid Nabawi adalah lokasi mimbar Nabi Saw. Dalam riwayat ditulis bahwa beliau pada awalnya bersandar di pohon kurma ketika menyampaikan khutbah. Salah seorang sahabat kemudian mengusulkan pembangunan sebuah mimbar sehingga Rasulullah bisa menatap masyarakat dan sebaliknya, dan beliau juga menerima gagasan itu. Mimbar dibangun dengan tiga anak tangga dan sebuah tempat duduk. Menurut beberapa riwayat, Rasulullah Saw memerintahkan upacara pengambilan sumpah dilakukan di sisi mimbar dan bersabda, "Barang siapa bersumpah di samping mimbarku ini dengan sumpah palsu walaupun untuk mendapatkan satu siwak, maka ia telah mempersiapkan tempatnya di neraka."

Mimbar Nabi masih digunakan selama masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Demi meningkatkan citranya di tengah publik, Muawiyah ingin memindahkan mimbar nabi ke negeri Syam, tapi warga Madinah melakukan protes dan menentang rencana itu.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, mimbar nabi mengalami beberapa kali perbaikan dan pada tahun 654 hijriah, Masjid Nabawi dilalap api dan mimbar nabi pun hangus terbakar. Sejarah mencatat bahwa abu dari mimbar nabi yang terbakar ditanam di sebuah lokasi tempat mimbar sekarang berada. Mimbar baru yang ada di Masjid Nabawi adalah sebuah mimbar yang terbuat dari marmer dan dipoles dengan emas. Mimbar ini memiliki 12 anak tangga dan merupakan hadiah dari salah seorang penguasa Dinasti Ustmani pada tahun 999 hijriyah.

Pada masa Rasulullah Saw, masyarakat Muslim tidak mengenal lokasi yang disebut mihrab selain ungkapan-ungkapan al-Quran seputar mihrab Sayidah Maryam as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Dawud as. Pada masa Umar bin Abdulaziz, dibangun sebuah mihrab di lokasi yang dipakai oleh Rasulullah Saw sebagai tempat shalat dan sujud. Mihrab Masjid Nabawi telah mengalami banyak perubahan seiring dengan pemugaran bangunan.

Selain mihrab utama, juga dibangun beberapa mihrab lain di Masjid Nabawi dan salah satunya adalah Mihrab Tahajud. Mihrab ini terletak di belakang rumah Sayidah Fatimah as dan Rasulullah Saw menggunakan tempat itu untuk shalat tahajud dan munajat. Mihrab lain adalah Mihrab Fatimah dan ia terletak di dalam maqshurah yaitu di tempat yang dahulu merupakan letak rumah beliau. Mihrab Fatimah sekarang terletak di dalam kamar Nabi Saw.

Senin, 14 Desember 2020 20:01

Fungsi dan Peran Masjid (4)

Masjid merupakan institusi sosial pertama yang dibangun langsung oleh Rasulullah Saw sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di kota Madinah. Sebuah bangunan suci yang melewati banyak pasang surut di sepanjang usianya lebih dari 1400 tahun.

Secara fisik masjid kadang dipoles habis-habisan hingga mirip istana raja, tapi ia tidak pernah kehilangan fungsi utamanya yaitu sebagai tempat suci untuk ibadah dan menghambakan diri kepada Allah Swt.

Masjid merupakan kepingan suci dari bumi yang mengarah ke kiblat untuk kepentingan shalat dan ibadah. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw – langkah pertama untuk memperkuat pemerintahannya – membangun masjid sebagai pusat pemerintahan dan komando. Sebuah tempat yang dikenal oleh masyarakat sebagai pusat kegiatan ibadah, budaya, sosial dan politik. Tempat yang selalu dikunjungi oleh pemimpin dan masyarakat, di mana beliau menyampaikan hukum-hukum agama dan ajaran Ilahi.

Rasul Saw dan para sahabat selalu berkumpul di tempat suci itu. Di sana, beliau mengajarkan dan mempraktekkan hukum agama dengan penuh cinta sehingga tercipta kebahagiaan di masyarakat Muslim. Beliau selalu terdepan dalam pelaksanaan perintah agama dan memberikan keteladanan praktis kepada umat. Rasul Saw adalah teladan yang sempurna, yang mengajarkan umat dan memberikan contoh konkrit dalam semua aspek kehidupan.

Masyarakat akan datang ke masjid tersebut untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Jika ada sebuah berita, beliau secara langsung atau melalui salah satu sahabatnya akan mengumumkan berita itu kepada masyarakat. Dengan kata lain, Masjid Nabawi berfungsi sebagai basis utama masyarakat Muslim untuk kegiatan keagamaan, sekaligus pusat untuk kegiatan ilmiah, politik dan sosial kebangkitan Islam. Pilar-pilar dasar pemerintahan Islam dibangun di masjid dan dari tempat itu pula, ajaran Islam disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

Sejarah mencatat bahwa masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw ketika hijrah dari Makkah ke Madinah adalah Masjid Quba. Sebelum tiba di kota Madinah, beliau membangun masjid di kampung Quba yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba. Menurut catatan sejarah, Rasul Saw tiba di kampung Quba pada hari Senin, tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi. Daerah ini terletak sekitar 5 kilometer dari sebelah tenggara pusat kota Madinah.


Quba dikenal sebagai daerah yang memiliki iklim yang baik dan terdapat banyak kebun kurma. Masyarakat Quba adalah orang pertama yang menyambut kedatangan Rasulullah Saw dari Makkah. Beliau singgah di Quba selama beberapa hari sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib as dan rombongan dari Makkah termasuk Sayidah Fatimah as. Ketika semua sudah berkumpul, Rasul Saw dan rombongan bergerak ke Madinah atau yang disebut Yatsrib sebelum hijrah.

 

Selama empat hari singgah di kampung Quba, Rasul Saw membangun sebuah masjid di sebidang tanah setelah para sahabat mengumpulkan batu-batu sebagai materialnya. Beliau meletakkan batu pertama tepat di kiblatnya dan ikut menyusun batu-batu selanjutnya hingga terbentuk pondasi dan dinding masjid. Dengan demikian, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw.

Salah satu yang menjadi keutamaan masjid ini ialah nilai ibadah yang dilakukan di dalamnya, setara dengan menjalankan umrah. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang mendatangi masjidku yaitu Masjid Quba dan kemudian shalat di dalamnya dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala umrah." (Man La Yahduruhu al-Faqih, jilid 1)

Setelah menetap di Madinah, Rasul Saw rutin setiap pekan mengunjungi Masjid Quba dan mendirikan shalat di sana. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu atau Senin. Beliau tiba di Madinah pada hari Jumat setelah empat hari tinggal di Quba. Para pemimpin dari setiap kabilah menghendaki Rasul Saw menetap di tempat kediamannya. Mereka berebut memegang tali kekang unta yang ditungganinya, beliau bersabda, "Biarlah untaku yang menentukan tempat di mana aku tinggal. Tempat di mana ia berhenti, aku akan menetap di situ. Unta ini telah mendapat perintah dan ia tahu ke mana akan pergi."

Ada dua hikmah tersembunyi dalam peristiwa ini; pertama, lokasi pembangunan Masjid Nabawi adalah sebuah tempat yang dipilih oleh Allah Swt, Nabi Saw sendiri bahkan tidak punya peran dalam pemilihan itu. Dan kedua, manajemen langsung ini untuk menghindari segala bentuk kesalahpahaman antar kabilah di Madinah, di mana banyak dari mereka terlibat konflik.

Unta Nabi Saw terus bergerak hingga berhenti di tempat Bani Malik bin Najjar dan di sanalah beliau singgah. Rasul Saw kemudian memerintahkan pembangunan masjid di tempat tersebut. Beliau terlibat langsung dalam proses pembangunan dan bahkan bekerja melebihi orang lain. Usaha para sahabat membujuk Rasul Saw untuk istirahat juga tidak berhasil dan beliau tetap melanjutkan aktivitasnya. Keterlibatan ini mendorong para sahabat untuk bekerja lebih semangat dan lebih tekun.

Arsitektur bangunan Masjid Nabawi adalah sebuah desain yang istimewa, karena tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan tersebut meniru gaya bangunan lain dan bahkan tempat ibadah agama lain. Bangunan itu memperlihatkan kemurnian dan kesesuaian penuh dengan roh agama Islam. Jelas Rasul Saw masih menyimpan memori tentang arsitektur bangunan gereja dan sinagog selama perjalanannya ke Syam. Tapi, pembangunan masjid tersebut sama sekali tidak meniru model bangunan lain.


Pada masa itu, dinding Masjid Nabawi terbuat dari tanah liat, pilar-pilarnya dari batang kurma, lantainya dari pasir, dan atapnya dari pelepah kurma. Ketika kaum Anshar mendatangi Rasulullah Saw dengan membawa harta untuk memperindah bangunan masjid, beliau bersabda, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa." Soal kesederhanaan arsitektur masjid, Rasul Saw menjelaskan bahwa usia manusia pendek dan kematian akan dengan cepat mendatangi mereka.

Sebagian dari beranda masjid digunakan untuk tempat tinggal orang-orang miskin. Kebanyakan mereka berasal dari kaum Muhajirin, yang telah meninggalkan semua harta bendanya di Makkah dan memilih hijrah ke Madinah demi membela kebenaran. Mereka kemudian dikenal dengan Ashabus Suffah (Orang-orang yang tinggal sementara di beranda Masjid Nabawi).

Bangunan yang didirikan bersamaan dengan pembangunan masjid adalah rumah Rasulullah Saw. Para sahabat kemudian juga membangun rumah-rumah di samping masjid, di mana pintu-pintunya memiliki akses langsung ke dalam masjid. Pada tahun ketiga Hijriyah, Rasul Saw memerintahkan penutupan semua pintu kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib as.

Setelah Rasul Saw wafat, para khalifah memutuskan untuk memperluas Masjid Nabawi dan merenovasi bangunannya seiring bertambahnya jumlah populasi Muslim. Kegiatan ini dikerjakan dalam beberapa tahap dan berlanjut sampai berakhirnya Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, luas Masjid Nabawi mencapai 9.000 meter persegi. Pada periode Utsmani, masjid ini mengalami beberapa kali perluasan dan renovasi, namun tindakan mendasar dimulai pada tahun 1265 H oleh Raja Abul Hamid I dan selama 13 tahun, Masjid Nabawi direnovasi dengan kokoh dan sangat menawan.

Hari ini, nama-nama para imam maksum, khalifah serta sejumlah sahabat dan tabiin yang terukir indah di dinding Masjid Nabawi, merupakan peninggalan era Utsmani. Salah satu dari nama itu adalah nama Imam Zaman yang ditulis Muhammad al-Mahdi. Kaligrafi nama Imam Mahdi bahkan menyimpan sebuah pesan tersembunyi. Dalam pahatan itu, huruf YA sengaja ditulis tidak sesuai dengan kaidah kaligrafi. Huruf YA itu akan menjadi sempurna jika disambungkan dengan huruf MIM yang terletak persis di atasnya. Dengan demikian terbentuk rangkaian huruf HA dan YA. Sehingga pahatan kaligrafi tersebut dapat dibaca Muhammad Al Mahdi Hayyun (Muhammad al-Mahdi masih hidup).

Pada periode Al Saud, Masjid Nabawi juga mengalami renovasi dan perluasan besar-besaran. Kota Madinah dengan adanya Masjid Nabawi memiliki sakralitas yang luar biasa. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Nabi Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota haram dan berdoa untuk warganya. Aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga." 

Senin, 14 Desember 2020 19:59

Fungsi dan Peran Masjid (3)

 

Ritual dan kegiatan ibadah memilii kedudukan yang tinggi di semua agama samawi dan atas dasar ini, tempat ibadah juga memiliki posisi istimewa di tengah para pemeluk agama.

Dalam Islam, masjid adalah Baitullah dan pusat untuk kegiatan ibadah kaum Muslim. Ia adalah tempat untuk pertemuan dan membangun keintiman dengan Allah Swt. Surat at-Taubah ayat 108 menyebutkan, "… Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih."

Salah satu dari adab memasuki masjid adalah membersihkan diri dan bersuci. Banyak riwayat mencatat orang-orang yang berwudhu di rumahnya dan kemudian pergi ke masjid, mereka dianggap tamu Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, "Apakah kalian ingin aku tunjukkan sesuatu yang akan membuat dosa-dosa kalian terampuni dan kebaikan kalian bertambah? Iya wahai Rasulullah. Beliau lalu bersabda, 'Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci dan duduk di masjid menunggu shalat, para malaikat akan mendoakannya dan mereka berkata, 'Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia.'"

Mensucikan anggota badan merupakan fase awal menuju kesucian jiwa dan tazkiyah. Seorang Muslim harus dalam keadaan bersih dalam upaya untuk mensucikan jiwanya. Salah satu adab lain memasuki masjid adalah memakai pakaian yang indah. Dalam surat al-A'raf ayat 31, Allah Swt berfirman, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid." Sebagai bentuk adab bertamu, seseorang harus berpenampilan rapi dan memakai pakaian yang indah.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Imam Hasan al-Mujtaba as memakai pakaian yang paling bagus setiap kali ingin menunaikan shalat. Para sahabat bertanya, "Wahai putra Rasulullah! Mengapa engkau mengenakan pakaian terbaikmu dalam shalat?" Beliau menjawab, "Allah adalah indah dan mencintai keindahan. Dia memerintahkan untuk mengenakan pakaian yang paling indah setiap kali memasuki masjid, dan aku pun memperindah diriku untuk Tuhanku dan untuk itu, aku memakai pakaianku yang paling bagus."

Dalam riwayat lain, Imam Ali as berkata, "Memakai pakaian yang suci dan bersih akan menghilangkan kesuntukan dan kesedihan, dan juga lebih pantas untuk mengerjakan shalat." Jadi, dampak penting dari kesucian dan kebersihan adalah menghapus kesedihan dari manusia.

Rasulullah Saw dan Ahlul Bait as senantiasa menggunakan wewangian khususnya ketika memimpin shalat berjamaah dan memasuki masjid. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Shalat dengan memakai wewangian akan mendapat keutamaan 70 kali lebih besar dari shalat tanpa pewangi." Imam Shadiq juga menukil dari Rasulullah Saw yang bersabda, "Aroma harum akan memperkuat hati."

Memperindah diri tidak hanya terbatas pada penampilan fisik, namun keindahan tampilan fisik merupakan mukaddimah untuk mempercantik batin dan meraih keutamaan-keutamaan jiwa seperti, menjadi pribadi yang ikhlas, khusyuk, rendah diri dan selalu mengingat Allah Swt. Dalam riwayat disebutkan, Allah Swt berfirman kepada Isa bin Maryam as, "Katakanlah kepada Bani Israil agar tidak memasuki rumah-rumahku kecuali dengan hati yang suci, pandangan yang tunduk, dan tangan yang bersih." (al-Khisal, jilid 1)

Dapat kita katakan bahwa hiasan yang sesungguhnya menurut riwayat tersebut ada dalam tiga perkara; pertama, hati harus suci dari segala noda dan dosa. Kedua, pandangan harus dihiasi dengan ketundukan di hadapan Allah Swt dan meninggalkan segala bentuk pengkhianatan. Dan ketiga, tangan juga bersih dari barang haram dan meragukan.


Pada segmen ini, kami akan kembali memperkenalkan bagian terpenting lainnya yang terdapat di Masjidil Haram, sebagai tempat yang paling mulia bagi umat Islam. Hijir Ismail adalah sebuah lokasi yang masih termasuk bagian dari Ka'bah dan berbentuk setengah lingkaran. Ia merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Menurut sejumlah riwayat, Hijir Ismail merupakan tempat tinggal Ismail dan ibunya, Siti Hajar semasa hidup mereka dan kemudian menjadi lokasi pemakaman mereka berdua.

Jika seseorang ingin shalat di dalam Ka'bah, cukup shalat di dalam Hijir Ismail ini. Seperti yang diriwayatkan dari Siti Aisyah, "Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi izin masuk ke Ka'bah untuk shalat di dalamnya. Lalu, beliau membawa aku ke Hijir Ismail dan bersabda, 'Shalatlah di sini kalau ingin shalat di dalam Ka'bah karena Hijir Ismail ini termasuk bagian Ka'bah."" Hadis ini menjadi dasar bagi para ulama bahwa tidak sah thawaf seseorang jika ia mengitari Ka'bah dengan memasuki pintu antara Hijir Ismail dan Ka'bah.

Bagian terpenting lainnya di Masjidil Haram adalah bangunan Ka'bah. Kiblat kaum Muslim ini dibangun dengan batu hitam dan keras. Batu-batu dinding Ka'bah memiliki ukuran yang berbeda sejak pembangunan kembali pada tahun 1040 Hijriyah. Ukuran terbesar memiliki panjang, lebar dan tinggi masing-masing 190, 50 dan 28 sentimeter, sementara ukuran terkecil dengan panjang dan lebar masing-masing 50 dan 40 sentimeter.

Menurut catatan sejarah, Nabi Ismail as adalah orang pertama yang memasang kiswah untuk menutupi Ka'bah agar dinding-dindingnya tidak tergores. Dalam beberapa abad terakhir, kain hitam dengan kaligrafi bersulam emas dan perak dipakai untuk menutup Ka'bah. Kiswah Ka'bah diganti setiap tahun pada bulan Dzulhijjah ketika para jamaah haji berwukuf di Arafah.

Zamzam (berarti banyak atau melimpah-ruah) merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Ka'bah. Pada suatu hari, Nabi Ibrahim as membawa Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi ke suatu tempat yang saat ini bernama Makkah, di samping Baitullah. Saat itu, tempat tersebut adalah padang pasir yang sangat tandus, kering, dan tidak ada seorang pun di tempat tersebut. Siti Hajar dengan sabar berdiam di padang pasir yang tandus tempat Ibrahim meninggalkan mereka.

Siti Hajar kehabisan air dan makanan. Ismail yang ketika itu masih menyusu tak henti menangis karena air susu ibunya telah kering. Menurut riwayat, mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Atas petunjuk Malaikat Jibril, Siti Hajar menaruh Ismail ke tanah, di tempat yang kini dikenal dengan sumur Zamzam. Mata air kemudian keluar dari hentakan kaki Ismail di tanah.

Sumur Zamzam.
Setelah Siti Hajar memenuhi kebutuhannya terhadap air tersebut, mata air itu tidak berhenti mengalir. Air yang keluar bahkan makin lama makin melimpah. Siti Hajar kemudian berkata, "Zamzam (Berkumpullah!)," hingga akhirnya air yang berkumpul itu disebut Zamzam. Sejak itu berdatanganlah kabilah untuk menetap di samping mata air tersebut. Di antara kabilah yang pertama kali menetap di Makkah adalah Jurhum, kabilah yang berasal dari Yaman.

Pada awalnya, sumur Zamzam hanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar, namun secara perlahan sumur-sumur lain mulai bermunculan di sekitar Zamzam. Kehadiran para peziarah Baitullah telah menuntut upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Sebelum Islam, salah satu posisi penting di Makkah adalah komite penyedia air untuk peziarah. Ketika Islam datang, Abbas bin Abdul Muthalib memikul tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan air para jamaah haji. Ia kemudian membangun sebuah depot air Zamzam di dalam Masjidil Haram.

Depot air itu kemudian dipindahkan ke lokasi lain karena ada perluasan Masjidil Haram. Pada tahun 1955 sebuah pompa air dipasang di sumur Zamzam. Seiring dengan bertambahnya jumlah jamaah, pemugaran besar-besaran dilakukan di Masjidil Haram dan instalasi sumur Zamzam dipindahkan ke lantai bawah tanah untuk kenyamanan thawaf. Posisi saat ini sumur Zamzam terletak di kedalaman sekitar lima meter dari lantai Masjidil Haram.

Ada banyak riwayat yang berbicara tentang keutamaan dan khasiat air Zamzam. Rasulullah Saw bersabda, "Zamzam adalah sumur terbaik di antara sumur-sumur yang pernah ada di dunia ini." Beliau sendiri sering meminum air Zamzam dan juga menggunaan air itu untuk berwudhu dan bekal perjalanan. Sudah menjadi tradisi bahwa masyarakat Muslim setelah melaksanakan haji atau umrah, mereka akan membawa pulang air Zamzam untuk mendapatkan berkah.

Senin, 14 Desember 2020 19:58

Fungsi dan Peran Masjid (2)

 

Masjid – sebagai Baitullah dan tempat ibadah – merupakan tempat yang paling istimewa dan mulia di bumi. Masjid adalah poros cahaya yang bersumber dari cahaya Ilahi yang menyinari seluruh penjuru bumi.

Rasulullah Saw bersabda, "Masjid adalah cahaya Allah." Masjid adalah poros ikatan hati dan jiwa manusia dengan Tuhan dan tempat untuk mendengarkan seruan-Nya menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan.

Ada banyak anjuran yang menyeru individu Muslim untuk sesering mungkin mengunjungi masjid dan menunaikan shalat-shalat wajib di sana. Sudah menjadi tugas kita sebagai seorang Muslim untuk memenuji seruan itu dan mengerjakan segala bentuk ibadah di masjid. Hal ini karena Allah Swt telah menjadikan masjid sebagai tempat untuk bertemu dan bercengkrama dengan-Nya. Dia akan memberi perlakuan khusus kepada orang-orang yang bertamu ke Baitullah.

Masjid adalah rumah Allah Swt di muka bumi dan sudah menjadi hak tuan rumah untuk memulikan orang-orang yang mengunjungi dan memakmurkan masjid. Para pengunjung ingin mendapat perhatian khusus dari pemilik rumah dengan cara mengerjakan amal ibadah dengan ikhlas.

Bumi memiliki berbagai belahan dan tempat. Namun di antara semua belahan itu, masjid adalah sebuah tempat yang sangat istimewa dan mulia di bumi ini. Disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw bertanya kepada Malaikat Jibril, "Bagian bumi yang mana yang lebih dicintai di sisi Allah?" "Masjid," jawab Jibril singkat. Masjid adalah sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Ia merupakan tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah Swt dan memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata.

Manusia tentu saja akan mendapat kasih sayang Tuhan ketika memasuki tempat yang paling dicintai di muka bumi ini. Dalam banyak hadis disebutkan, "Barang siapa mengambil wudhu dan pergi ke masjid serta melaksanakan adab berkunjung, maka ia akan termasuk dari para pengunjung rumah Allah." Sangat penting bagi orang yang ingin berkunjung ke masjid untuk mempelajari adab-adab memasuki tempat suci itu, karena setiap ibadah yang dilakukan dengan makrifat, tentu akan memiliki nilai yang lebih besar.

Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Barang siapa yang masuk ke sebuah masjid, maka ketahuilah bahwa ia telah datang ke rumah Sang Maha Raja, di mana tidak ada yang menginjakkan kakinya di sana kecuali dalam keadaan suci dan hanya orang-orang yang jujur yang pantas memasukinya… di hadapan-Nya, jadilah seperti orang-orang yang paling miskin dan bersihkanlah hatimu dari hal-hal yang telah membuat engkau berpaling dari-Nya dan menciptakan tirai antara dirimu dan Dia, karena Dia tidak akan menerima kecuali hati yang paling suci dan paling ikhlas." (Misbah al-Shari'ah)


Rasulullah Saw pernah memberikan nasihat kepada sahabat setianya, Abu Dzar al-Ghifari tentang adab dan tata cara mengunjungi masjid. Beliau bersada, "Wahai Abu Dzar! Siapa saja yang menjawab seruan Allah dan berusaha memakmurkan masjid, maka ia akan memperoleh balasan surga dari sisi Allah." Kata memakmurkan bisa meliputi pembangunan awal masjid dan perawatannya, dan juga bisa mencakup kegiatan berkunjung dan beribadah di dalamnya.

Oleh karena itu Abu Dzar kemudian bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ayah dan ibuku menjadi tebusan engkau, Wahai Rasulullah! Bagaimana kami akan memakmurkan masjid?" Beliau menjawab, "Memakmurkan masjid berarti tidak meninggikan suara di dalamnya, meninggalkan perbuatan batil dan sia-sia, tidak melakukan jual-beli di sana. Selama engkau masih di masjid, maka jauhilah setiap (perkataan dan perbuatan) yang sia-sia dan jika tidak, maka pada hari akhirat janganlah mencela kecuali dirimu sendiri."

Dalam sabda itu, Rasulullah Saw memberitahu beberapa tata cara memasuki masjid kepada Abu Dzar; pertama, masjid adalah tempat ibadah dan meninggikan suara di dalamnya tentu akan mengganggu kekhusyukan orang lain. Mereka akan kehilangan konsentrasi dalam shalat dan ibadahnya. Berteriak di tengah kerumunan orang juga merupakan bentuk ketidaksopanan dan sudah sepantasnya kita bersikap sopan dan mulia di masjid serta meninggalkan perbuatan yang tidak pantas.

Jadi, salah satu bentuk memakmurkan masjid adalah kita harus bersikap tenang dan tidak riuh ketika berada di tempat suci itu. Jika ingin menyampaikan sesuatu, kita harus berbicara dengan nada rendah dan tidak mengganggu orang lain. Kedua, meninggalkan pembicaraan batil dan sia-sia yang merupakan bentuk pelecehan terhadap masjid. Dan ketiga, meninggalkan kegiatan jual-beli di dalam masjid. Karena jika transaksi perdagangan dilakukan di masjid, maka manusia tidak akan lagi mengingat Tuhan dan malah menyibukkan diri dengan perkara dunia di rumah Allah Swt.

Padahal, masjid adalah tempat untuk berzikir dan mengingat Allah Swt dan setiap pekerjaan yang dapat mengalihkan konsentrasi masyarakat kepada selain Tuhan harus ditinggalkan, sehingga benar-benar tercipta nuansa untuk berzikir dan beribadah. Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Pada suatu hari, Rasulullah melihat seseorang yang sedang mengasah anak panahnya di dalam masjid, beliau melarang perbuatan itu seraya bersabda, masjid tidak dibangun untuk pekerjaan-pekerjaan seperti itu." (Wasail al-Shia, jilid 3)

Pada segmen ini, kita akan kembali melanjutkan kajian tentang Masjidil Haram sebagai tempat yang paling suci di dunia ini. Literatur sejarah mencatat bahwa Nabi Ibrahim as bersama putranya Ismail as sedang sibuk membangun Ka'bah, dan ketika dindingnya makin tinggi hingga membuat Ibrahim as tidak mampu lagi menjangkaunya, maka Ismail membawakan sebuah batu untuk pijakan bagi Nabi Ibrahim. Ia kemudian berdiri di atas batu itu dan menyelesaikan pembangunan Ka'bah.


Mereka terus memindahkan posisi batu tersebut sehingga berada persis di depan pintu Ka'bah. Ibnu Abbas, ahli tafsir dan sejarah era permulaan Islam berkata, "Karena Ibrahim berdiri di atas batu itu, maka ia dikenal dengan sebutan Maqam Ibrahim. Karena batu ini menjadi tempat pijakan Ibrahim, maka dua telapak kakinya membekas di sana." Maqam Ibrahim dianggap sebagai salah satu titik yang paling suci di Masjidil Haram karena ada bekas telapak kaki Nabi Ibrahim as.

Bentuk jejak kaki di Maqam Ibrahim memiliki kedalaman yang berbeda. Satu bagian sedalam 10 sentimeter, sedangkan satu bagian lagi sedalam sembilan sentimeter. Panjang jejak adalah 22 sentimeter, sedangkan lebarnya 11 sentimeter. Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Sejak masa Mahdi al-Abbasi dan setelahnya, Maqam Ibrahim telah dilapisi emas dan diletakkan di dalam kotak tembaga berbentuk persegi empat. Di atasnya terdapat kubah yang bertopang pada empat buah itiang.

Karena kubah itu memakan tempat yang cukup luas di samping Ka’bah, maka pada tahun 1385 Hijriyah (1956 Masehi), pemerintah Arab Saudi menghancurkan tempat tersebut dan kemudian menggantinya dengan sebuah kotak kaca. Meski sudah berusia ribuan tahun, Maqam Ibrahim masih tetap terjaga dari berbagai bencana alam dan peristiwa sejarah.

Maqam Ibrahim merupakan salah satu syi'ar Allah Swt dan dalam surat al-Baqarah ayat 125 disebutkan, "Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian Maqam Ibrahim tempat shalat…" Posisi Maqam Ibrahim yang berada di samping Ka'bah merupakan bukti atas keagungan dan kemuliaan Nabi Ibrahim as, sang penyeru tauhid. Pada dasarnya, posisi istimewa ini merupakan keteladanan untuk mencapai derajat sebagai khalifatullah di muka bumi.

Salah satu bagian Ka'bah yang sangat dimuliakan adalah batu Hajar Aswad. Ia merupakan sebuah batu berwarna hitam agak kemerah-merahan yang terletak pada dinding Ka'bah di Masjidil Haram. Thawaf dimulai dan berakhir di Hajar Aswad dan disunahkan juga menyentuh Hajar Aswad dan mencium sekadarnya ketika memulai thawaf. Pada dasarnya, Hajar Aswad merupakan salah satu syi'ar besar agama dan rahasia antara Tuhan dan hamba-Nya. Menyentuh Hajar Aswad berarti memperbaiki bai'at dengan Allah Swt.

Orang yang pertama kali membangun Baitullah adalah Nabi Adam as dan kemudian memasang Hajar Aswad di sisi kiri Ka'bah. Nabi Ibrahim as membangun kembali Baitullah dan pada masa itu, Hajar Aswad ditemukan tergeletak di Jabal Abu Qubais di dekat Masjidil Haram. Nabi Ibrahim as kemudian memasang kembali Hajar Aswad di tempat semula.

Ketika Muhammad Saw berusia 35 tahun dan belum diutus sebagai rasul, kabilah Quraisy membangun kembali Ka'bah yang rusak akibat banjir. Mereka merenovasi bagian-bagian Ka'bah yang menjadi kewajibannya dan tidak timbul perselisihan. Hingga sampai pada masalah peletakan kembali Hajar Aswad ke tempatnya, masing-masing kabilah berebut dan merasa paling berhak untuk meletakkannya.

Dalam situasi yang tegang, Muhammad Saw – yang dikenal dengan sebutan al-Amin – membuka sehelai kain dan meletakkan Hajar Aswad di dalamnya dan memerintahkan kelompok yang berselisih untuk mengangkat ujung-ujung kain itu. Mereka pun mengangkatnya. Setelah sampai pada tempatnya, Rasulullah Saw mengangkat Hajar Aswad dan meletakkan pada posisinya. 

Senin, 14 Desember 2020 19:57

Fungsi dan Peran Masjid (1)

 

Masjid dalam kultur dan pemikiran Islam dianggap sebagai sebuah tempat dan bangunan yang suci. Masjid berfungsi sebagai tempat menuju Allah Swt dan membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan politik, pergerakan dan bahkan urusan militer. Masjid merupakan warisan budaya, seni, dan peradaban Islam, dan juga basis persatuan umat dalam mengatur urusan sosial dan kerjasama di antara mereka. Ia adalah rumah Allah (Baitullah) dan tempat penghambaan di hadapan-Nya. 

Dengan memperhatikan kedudukan masjid di Dunia Islam dan perannya di era sekarang, kami ingin menelisik kembali fungsi-fungsi masjid seperti disebutkan dalam al-Quran, riwayat, serta sirah Nabi Muhammad Saw, dan para imam maksum.

Sejarah umat manusia sarat dengan budaya penghambaan dan kegiatan ibadah kepada Tuhan. Meski ditemukan ragam bentuk ibadah di tengah berbagai kelompok masyarakat, namun mereka membawa spirit yang sama yaitu; membangun interaksi dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan pemilik kekuatan mutlak. Agama Islam – sebagai agama terakhir dan yang paling sempurna – menawarkan ritual dan kegiatan ibadah yang khas sebagai media keintiman dengan Allah Swt.

Di antara ritual suci itu, shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa dan dapat disebut sebagai menifestasi penghambaan dan kepasrahan mutlak seorang hamba kepada Sang Khalik. Di semua agama samawi dan bahkan di kebanyakan aliran kepercayaan bumi, sebuah tempat ditetapkan sebagai situs suci untuk pelaksanaan amal ibadah dan ritual-ritual khusus.

Kehadiran tempat khusus itu sangat penting untuk pelaksanaan ritual keagamaan dan bahkan para penyembah berhala juga punya sebuah tempat untuk menggelar seluruh acara keagamaan termasuk penyembahan, nazar, berkurban, doa, dan lain sebagainya, dan tradisi itu masih berlaku sampai sekarang. Umat Kristen punya Gereja sebagai tempat ibadah, kaum Yahudi punya Sinagoq (Kanisah), dan demikian juga dengan Zoroaster yang memiliki Kuil Api.

Islam – sebagai agama Allah Swt yang terakhir dan paling sempurna – menjadikan masjid sebagai tempat untuk ibadah dan kegiatan keagamaan kaum Muslim. Masjid adalah tempat/bagungan untuk sujud dan ketundukan di hadapan Allah Swt. Shalat merupakan ibadah terpenting yang mendapat banyak penekankan dalam Islam dan salah satu gerakannya adalah bersujud sebagai bentuk ketundukan seorang hamba.

Sujud adalah meletakkan dahi ke tanah dan menunjukkan puncak kerendahan diri seorang hamba di hadapan keagungan Sang Pencipta. Semua makhluk hidup bersujud di hadapan keagungan Allah Swt. Ayat 49 surat an-Nahl berkata, "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri."

Sujud merupakan manifestasi penghambaan dan ia memiliki kedudukan khusus di antara semua ibadah dan bahkan di antara gerakan-gerakan lain shalat. Oleh karena itu, masjid adalah tempat untuk sujud dan ibadah, dan sebenarnya merupakan tempat untuk mengingat Allah Swt. Dalam budaya agama, masjid dikenal sebagai Baitullah atau Rumah Allah.

Semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah Swt. Namun, Dia menamakan masjid – secara lahiriyah hanya sebuah bangunan biasa – sebagai Baitullah sehingga dengan penisbatan ini, manusia bisa memahami dengan lebih baik tentang pentingnya situs suci itu, dan kemudian berkumpul di sana untuk memperoleh rahmat Ilahi. Oleh sebab itu, manusia akan merasa lebih dekat dengan Tuhan saat mereka berada di masjid atau tempat ibadah.  

Kedudukan semua masjid tentu saja tidak sama, dan sebagian masjid memiliki posisi yang istimewa dan tinggi. Dalam riwayat disebutkan masjid yang paling utama adalah Masjidil Haram, dan kemudian Masjid Nabawi, dan selanjutnya Masjid al-Aqsha, Masjid Kufah, dan kemudian Masjid Jami' (Masjid Agung) di setiap kota dan kemudian masjid di lingkungan sekitar dan masjid di kompleks pasar. Masjidil Haram memiliki keutamaan yang luar biasa di mana kaum Muslim dalam shalatnya wajib memalingkan wajahnya ke arah Masjidil Haram dan Ka'bah.

Shalat di Masjidil Haram akan diganjar pahala seribu kali shalat di masjid-masjid lain. Rasulullah Saw bersabda, "Shalat seorang hamba di rumahnya akan dihitung satu pahala shalat, di masjid lingkungannya akan diganjar 25 pahala shalat, di Masjid Jami' dengan 500 pahala shalat, di Masjid al-Aqsha dengan 50.000 pahala, dan di masjidku (Masjid Nabawi) dengan 50.000 pahala, dan di Masjidil Haram dengan 100.000 pahala shalat." (Kanzul Ummal, jilid 7)

Berkenaan dengan keutamaan Masjidil Haram, Imam Muhammad al-Baqir as juga berkata, "Barang siapa yang menunaikan shalat fardhu di Masjidil Haram, Allah akan menerima semua shalat yang diwajibkan atasnya sejak memasuki usia baligh dan juga shalat-shalat yang ditunaikan hingga akhir hayatnya." (Wasail al-Shia, jidil 3)

Di samping bangunan-bangunan kebanggan umat Islam itu, masjid-masjid lain juga menyimpan keutamaan sendiri. Sebuah hadis Qudsi berkata, "Allah berfirman bahwa rumah-rumah-Ku di bumi adalah masjid yang menyinari penduduk langit, sama seperti bintang-bintang yang menyinari penduduk bumi. Alangkah beruntung mereka yang menjadikan masjid sebagai rumahnya. Alangkah beruntung seorang hamba yang mengambil wudhu di rumahnya dan kemudian mengunjungi-Ku di rumah-Ku. Ketauhilah bahwa pemilik rumah wajib memuliakan tamunya dan berlaku baik kepadanya. Berilah berita gembira kepada orang-orang yang mendatangi masjid di tengah malam dengan cahaya yang bersinar pada hari kiamat." (Wasail al-Shia, jidil 1)

Pada bagian ini, kami akan memperkenalkan masjid-masjid penting di dunia termasuk Masjidil Haram sebagai masjid yang paling utama. Bangunan yang terletak di kota Makkah ini merupakan masjid yang paling kuno dan paling terkenal dalam sejarah Islam. Ia dinamakan Masjidil Haram karena berada di tanah haram, di mana sejumlah perbuatan dilarang dilakukan di wilayah itu seperti berburu, mengangkat senjata, mematahkan tumbuhan dan seterusnya.

Masjidil Haram merupakan tujuan utama dalam pelaksanaan ibadah haji dan ia sangat dimuliakan oleh umat Islam. Dalam banyak riwayat disebutkan seluruh penjuru bumi dipenuhi air pada masa awal penciptaan, dan daratan pertama yang muncul di permukaan tanah adalah tempat bangunan Ka'bah dan dari tempat inilah Allah memperluas daratan dan dengan demikian, Makkah disebut sebagai Ummul Qura (ibu, tempat berasalnya negeri-negeri). Dalam al-Quran, surat al-Imran ayat 96, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."

Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Tempat yang paling dicintai di bumi adalah Makkah. Di sisi Allah, tidak ada tanah yang lebih dicintai dari tanah Makkah, tidak ada batu yang lebih dicintai dari batu Makkah, tidak ada pohon yang lebih dicintai dari pohon-pohon di Makkah, tidak ada gunung yang lebih dicintai dari gunung-gunung di Makkah, dan tidak ada air yang lebih dicintai dari air di sana." Seorang 'arif besar Islam, Muhyiddin ibn Arabi mengenai Makkah berkata, "Tiada ada seorang nabi dan wali pun yang tidak terikat dengan rumah dan kota haram itu. Jadi dapat dipastikan bahwa rumah itu akan menjadi lokasi munculnya wali Allah dan juru selamat."

Menurut sejumlah riwayat, Nabi Adam as merupakan nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah. Setelah bangunan suci itu rusak, Nabi Ibrahim as bersama anaknya, Ismail as kembali membagun Baitullah. Ketika Nabi Muhammad Saw berusia sekitar 35 tahun atau sebelum kenabiannya, kaum Quraisy membangun Ka'bah karena telah rusak akibat banjir di Makkah. Sejak masa itu sampai sekarang, Ka'bah dan Masjidil Haram sudah beberapa kali mengalami renovasi dan pemugaran.

Saat ini, Masjidil Haram sedang mengalami renovasi besar-besaran dan ditargetkan akan memiliki empat lantai untuk para jamaah haji dan umrah. Dengan renovasi baru ini, Masjidil Haram akan memiliki kapasitas hingga 114 ribu jamaah per jam untuk ditampung dalam masjid. Namun, pembangunan menara-menara megah dan mall-mall di sekitar Masjidil Haram telah merusak nuansa sakralitas bangunan suci ini.

 

Tak syak, satu dari faktor penting keberhasilan Nabi Saw dalam menyebarkan budaya dan peradaban Islam adalah sikap beliau yang taat kepada hukum. Nabi Muhammad Saw sangat perhatian terkait pelaksanaan hukum-hukum ilahi.

Ketika orang-orang berlaku buruk kepada pribadinya, yang dilakukan adalah memaafkan mereka, tapi ketika ada yang melanggar hukum-hukum ilahi, Nabi Saw tidak akan memaafkannya. Karena hukum adalah pelindung keamanan dan penopang eksistensi masyarakat. Nabi Saw sangat serius dalam menjaga pelaksanaan hukum dan tidak akan mengorbankan masyarakat demi seseorang.

Ayatullah Jakfar Sobhani, marji besar Iran terkait sikap para pemimpin agama menulis, "Pribadi-pribadi langit pasti melaksanakan undang-undang ilahi dengan berani dan tidak mengikutkan perasaan, hubungan keluarga serta kepentingan materi. Nabi Muhammad Saw merupakan pelopor dalam pelaksanaan hukum-hukum Islam." Nabi Saw sebagai pemimpin yang taat undang-undang secara nyata membuktikan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang displin, maka itu harus dimulai dari pemimpinnya yang taat kepada hukum.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Saw untuk membentuk pemerintah, sementara dalam proses pembentukan pemerintah yang paling penting adalah jaminan pelaksanaan hukum-hukum ilahi. Pemerintahan agama dan ilahi akan memberikan kesucian bagi kehidupan manusia di seluruh dimensinya lewat pelaksanaan hukum-hukum ilahi.

Dari sini, pemerintahan islam pada dasarnya adalah pemerintahan hukum ilahi atas manusia. Yakni, pemerintahan Islam sendiri bukan prinsip, tapi sarana yang tujuannya adalah melaksanakan hukum-hukum ilahi. Penerapan undang-undang yang baik bakal menciptakan keadilan, kesejahteraan, keteraturan, pertumbuhan dan kemajuan di tengah masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan hukum tanpa pilih kasih.

Nabi Muhammad Saw berusaha keras untuk mengikis kebiasaan Jahiliah, merasa superior di banding yang lain dan jurang sosial di antara warga Arab yang muslim. Untuk itu sudah banyak langkah yang ditempuh oleh beliau, sehingga jelas bagi semua bahwa antara orang miskin dan budak tidak ada bedanya dari sisi kemanusiaan dengan orang-orang kaya dan tokoh. Rasulullah Saw dalam menjalankan undang-undang hanya memperhatikan kebenaran dan tidak pernah pilih kasih.

Beliau menilai upaya mempertahankan undang-undang sebagai faktor yang menjaga keselamatan rakyat dan pemerintah. Sebaliknya, melawan hukum bakal menjerumuskan masyarakat kepada kehancuran. Itulah mengapa beliau dengan tegas melarang adanya diskriminasi dalam pelaksanaan undang-undang. Beliau bersabda, "Bani Israil binasa dikarenakan satu sebab dimana mereka menjalankan hukum hanya untuk orang kecil, sementara mereka tidak menerapkannya kepada para tokoh dan orang-orang berpengaruh."

Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengizinkan seseorang menilai dirinya lebih tinggi dari undang-undang. Dengan dasar ini, Nabi Saw selama masa risalahnya mencegah setiap bentuk penyalahgunaan dari orang-orang terdekatnya. Beliau tidak pernah memberikan kesempatan kepada mereka dengan alasan kekeluargaan atau kedekatan dengannya untuk mendapatkan perlakuan istimewa di tengah-tengah masyarakat.

Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa ketika diturunkan ayat zakat, beberapa orang dari Bani Hasyim mendatangi Nabi Saw dan memohon agar mereka diberi tanggung jawab mengumpulkan zakat dengan alasan kedekatan keluarga. Karena mereka tahu bahwa orang yang membagikan zakat termasuk orang-orang yang mendapat bagian zakat. Nabi Saw bersabda, "Sedekah dan Zakat diharamkan kepada saya dan Bani Hasyim." Setelah itu beliau menambahkan, "Apakah kalian berpikir bahwa saya dan kalian lebih baik dari yang lain?"

Sepanjang masa risalahnya, Nabi Muhammad Saw senantiasa menjadikan keadilan sebagai pedoman segala aktivitasnya. Imam Ali as dalam menjelaskan sirah Nabi Saw berkata, "Jalan dan perilaku beliau seimbang, metodenya benar dan kokoh, ucapannya mencerahkan kebenaran dari kebatilan dan hukum yang dikeluarkannya bersifat adil."

Satu dari simbol persamaan dalam sirah Nabi Muhammad Saw adalah kesamaan khumus, zakat dan sedekah yang harus dikeluarkan oleh umat Islam. Model pajak yang diambil dari semua pemasukan dan kekayaan setiap muslim yang lebih dari ketentuan yang ada dan tidak ada yang mendapat keistimewaan dalam hal ini. Sebagian besar pemasukan dari pajak ini dialokasikan untuk orang-orang yang tidak mampu dan miskin. Dengan demikian, kekuasaan dan kekayaan tidak bertumpuk pada sekelompok orang saja, sekaligus mencegah kemiskinan dan menjadi sarana bagi keadilan sosial.

Satu lagi dari kelaziman persamaan dalam sebuah masyarakat adalah tersedianya fasilitas yang sama bagi semua masyarakat untuk tumbuh dan menyempurna. Salah satu contoh pentingnya adalah fasilitas pendidikan. Yakni, dalam sebuah masyarakat, setiap orang tanpa memandang kelompok masyarakat tertentu, hanya dapat melanjutkan pendidikannya berdasarkan kelayakan dan potensi yang dimilikinya. Dengan usaha keras seseorang dapat melewati pelbagai tahapan kesempurnaan dan kelayakan.

Sekaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Menuntut ilmu bagi setiap muslim adalah wajib." Dari hadis ini dapat dipahami bahwa diskriminasi dalam pendidikan dan upaya mendapatkan pendidikan yang layak serta fasilitasnya tidak memiliki tempat dalam sirah Nabi Saw. Gerakan universal ini dan pernyataan Rasulullah tentang persamaan dalam menuntut ilmu akan mendapat tersendiri dengan melihat kondisi waktu itu yang sarat diskriminasi dalam segala bidang. Pada waktu itu hanya orang mampu dan kaya saja yang mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu, tapi di Madinah, kota Nabi Saw tidak terlihat lagi tanda-tanda diskriminasi semacam itu.

Dalam sirah perilaku Nabi Muhammad Saw, keadilan dalam menjalankan hukum dilakukan dengan bentuknya yang paling sempurna. Dinukil dalam peristiwa penaklukan kota Mekah, ada seorang perempuan dari kabilah Bani Makhzum yang melakukan pencurian dan dari sisi pengadilan telah terbukti bahwa ia mencuri. Keluarga perempuan itu yang masih mengikuti pola sistem kelas sosial di masa Jahiliah menilai pelaksanaan hukuman terhadap perempuan itu menjadi noktah hitam bagi keluarga besarnya. Oleh karenanya, mereka berusaha untuk menghentikan pelaksanaan hukuman itu.

Mereka mengirim Usamah bin Zaid yang sama dicintai Rasulullah Saw seperti ayahnya agar Nabi Saw sudi memberikan pengampunan. Tapi ketika Usamah hendaknya membuka mulut meminta pengampunan, wajah Nabi Saw terlihat marah dan dengan keras berkata, "Di mana ada tempat pengampunan? Apakah boleh kita tidak melakukan hukum ilahi?" Usamah mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan langsung meminta maaf kepada Rasulullah.

Sore hari itu juga, Rasulullah Saw menyampaikan pidatonya di hadapan umat Islam demi menghilangkan pikiran diskriminasi dalam pelaksanaan hukum dari benak masyarakat. Beliau berbicara tentang masalah keadilan dalam melaksanakan undang-undang dan bersabda, "Umat-umat terdahulu mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran dikarenakan melakukan diskriminasi dalam melaksanakan hukum. Bila ada satu dari kalangan priyayi melakukan kesalahan, mereka tidak menghukuminya, tapi bila orang tidak mampu melakukan kesalahan yang sama, mereka langsung menghukumnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya! Saya akan tegar dan tegas dalam melaksanakan keadilan, sekalipun pelaku kejahatan itu adalah dari keluargaku."

Bila diperhatikan,Nabi Muhammad Saw tidak melakukan diskriminasi dalam melaksanakan undang-undang dan tidak menerima wasilah siapapun untuk memaafkan pelaku kejahatan. Nabi Saw begitu keras melarang umat Islam untuk meliburkan hukum ilahi. Beliau melaksanaka

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…