
کمالوندی
Hidup Muslim India di Tengah Persekusi Hindu Ekstrem
Lebih dari 1,5 tahun lalu sejak ditetapkannya Undang-undang Kewarganegaraan India, The Citizenship Amendment Act (Bill), CAA atau CAB, warga minoritas Muslim India masih saja hidup dalam rasa takut atas kekerasan warga Hindu ekstrem.
Pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi seolah memelihara rasa takut warga Muslim untuk mendapatkan simpati warga Hindu menjelang pemilu presiden negara itu pertengahan tahun 2021.
Menurut laporan Aliansi Kelompok Minoritas Asia Selatan, South Asia Minority Alliance Foundation (SAMAF) pada tahun 2020, sejak pemerintah Partai Bharatiya Janata melakukan amandemen Undang-undang Kewarganegaraan, India berubah menjadi negara yang menakutkan dan kondisinya mencekam bagi warga minoritas Muslim.
Dalam laporan SAMAF diebutkan, di saat kondisi sosial di seluruh dunia berada di bawah ancaman, kasus India yaitu kekerasan terhadap Muslim yang meningkat sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir, merupakan kasus luar biasa. SAMAF juga menjelaskan bahwa India sekarang menjadi negara yang berbahaya dan penuh kekerasan bagi kelompok minoritas Muslim.
Pada Desember 2019, amandemen UU Kewarganegraan India disahkan sehingga mempersempit ruang gerak bagi sekelompok imigran di negara itu khususnya Muslim.
UU Kewarganegaraan yang disahkan Parlemen India pada Desember 2019 memberi kewenangan kepada pemerintah New Delhi untuk memberikan kewarganegaraan kepada imigran dari tiga negara tetangga India yaitu Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan, dengan syarat mereka bukan Muslim. Langkah ini spontan memicu demonstrasi besar-besaran dari kalangan Muslim India.
Partai Bharatiya Janata sejak berkuasa di India pada tahun 2014 meningkatkan kekerasan terhadap minoritas agama terutama Islam dalam skala nasional, dan kekerasan terhadap Muslim yang dilakukan partai berkuasa India itu, memberikan dampak besar pada kondisi sosial umat Islam beserta organisasi dan aktivis Muslim yang di dalamnya.
Disahkannya UU Kewarganegaraan baru India, warga Hindu ekstrem sejak setahun lalu dengan beragam dalih, telah membuat kehidupan warga minoritas Muslim menjadi menakutkan. Pemerintah Narendra Modi tampaknya mendukung kekerasan terhadap Muslim oleh warga Hindu ekstrem. Kebijakan pemerintah India telah memberikan peluang kepada warga Hindu ekstrem anti-Muslim untuk menyerang mereka.
Salah satu masalah yang menyebabkan peningkatan serangan terhadap Muslim oleh warga Hindu ekstrem adalah pernikahan pemuda Muslim dengan pemudi-pemudi dari keluarga Hindu.
Kelompok Hindu ekstrem menjadikan pernikahan pemuda Muslim dengan pemudi Hindu sebagai dalih untuk menyerang kelompok Muslim. Kelompok Hindu ekstrem secara luas mempropagandakan bahwa langkah ini dilakukan minoritas Muslim untuk mengubah keyakinan perempuan Hindu sehingga bisa mengubah demografi penduduk India.
Namun tuduhan ini sampai sekarang tidak terbukti, pasalnya pernikahan dua agama berbeda ini dilakukan atas kerelaan dua pihak, dan sekalipun jika sampai mempelai perempuan pindah agama dari Hindu ke Islam, itu semata-mata karena pilihan sendiri bukan paksaan.
Memilih agama dan mazhab merupakan hak asasi manusia, namun di tengah masyarakat India yang memiliki ratusan agama, dan mazhab itu, minoritas Muslim tidak mendapatkan hak dan kebebasan dasarnya sebagai manusia. Islamfobia di India berubah menjadi masalah yang legal dan konstitusional karena didukung penuh oleh pemerintah berkuasa.
Di tengah kekerasan yang dilakukan oleh warga Hindu ekstrem terhadap Muslim di India, pemerintah negara bagian Uttar Pradesh baru-baru ini melarang pernikahan pemuda Muslim dengan pemudi Hindu berdasarkan undang-undang yang disahkan Parlemen daerah.
Tujuan undang-undang itu adalah untuk mencegah apa yang mereka sebut sebagai “jihad cinta”. Istilah “jihad cinta” digunakan oleh kelompok Hindu esktrem untuk menyebut pernikahan antara pemuda Islam dan perempuan Hindu. Kelompok Hindu ekstrem mengklaim pria Muslim memaksa perempuan-perempuan Hindu masuk Islam lewat pernikahan.
Berdasarkan konstitusi India di negara bagian Uttar Pradesh, orang-orang yang terbukti melakukan jihad cinta, akan dihukum hingga 10 tahun kurungan penjara. Merespon pengesahan UU baru ini, surat kabar The Telegraph menulis, sekitar 40 keluarga Muslim di India dikarenakan tekanan dan gangguan kelompok nasionalis Hindu, memutuskan untuk lari dari desa mereka di Uttar Pradesh, utara India.
Sejumlah orang anggota kelompok ultranasionalis India, Bajrang Dal pada 23 Desember 2020 menembaki rumah seorang Muslim pemilik toko di desanya, karena dia menolak memberikan roko gratis kepada mereka. The Telegraph melaporkan, pemilik toko dan anggota keluarganya terluka akibat serangan tersebut. Pasca kejadian itu, warga Muslim yang terdiri dari 600 keluarga memutuskan untuk segera meninggalkan desa itu.
Warga Muslim terlihat masang papan iklan di rumah-rumah mereka bertuliskan “rumah ini dijual, kami akan pergi dari desa ini”. Surat kabar Inggris, The Telegraph mengutip saksi mata bernama Sartaj Ilm, 25 tahun yang sudah melarikan diri dari desa mereka menulis, Sartaj dan keluarganya merasa tidak aman. Kelompok Hindu meminta mereka untuk mengosongkan desa. Warga Hindu sudah sejak lama menyerang penduduk desa yang Muslim dan mengganggunya.
Seperti dilaporkan situs berita The Quint, sedikitnya 4 negara bagian lain di India selain Uttar Pradesh berpikir untuk membuat undang-undang melarang pernikahan pemuda Muslim dengan perempuan Hindu. Motifnya berasal dari pengaruh kelompok Hindu ekstrem yang mengatakan banyak pemuda Muslim berpura-pura mencintai perempuan non-Muslim lalu menikahi mereka dan memaksanya masuk Islam.
Menteri Dalam Negeri, Negara Bagian Madhya Pradesh, Narottam Mishra sebelumnya mengatakan bahwa negara bagianya bermaksud untuk menetapkan aturan yang menganggap semua pernikahan yang didasari oleh kepura-puraan dan rayuan, tidak sah. Negara-negara bagian lain seperti Haryana, Karnataka, dan Assam juga sedang berpikir untuk melarang pernikahan pria Muslim dengan perempuan Hindu dengan menerapkan undang-undang.
Islamfobia dan kekerasan terhadap warga Muslim, hari ini di India meningkat tajam melampuai masalah kewarganegaraan, dan setiap minggu muncul permasalahan baru yang menjadi dalih bagi warga Hindu ekstrem untuk menyerang Muslim dan mempersulit kehidupan mereka.
Kelompok Hindu ekstrem dalam hal ini jelas mendapat dukungan dari pemerintah Narendra Modi, PM India itu setelah menang pemilu pada 2014 berjanji akan menciptakan perubahan demi mendorong pertumbuhan ekonomi, menyejahterakan desa-desa, dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi pemuda negara itu, namun sekarang partainya justru menyulut api kekerasan terhadap kelompok minoritas terutama Muslim.
Partai Bharatiya Janata dan kelompok-kelompok Hindu pendukung partai ini berusaha mengubah India menjadi negara yang didominasi kelompok Hindu.
Kelompok Hindu ekstrem anti-Islam inilah yang membantu Partai Bharatiya Janata untuk memenangkan pemilu tahun 2014 dengan merebut 284 kursi Parlemen dan memunculkan kekuatan baru di New Delhi. Berdasarkan laporan SAMAF tahun 2019, India pasca pencabutan otonomi wilayah Jammu-Kashmir oleh Partai Bharatiya Janata, berubah menjadi negara yang berbahaya bagi kelompok minoritas.
Muslim dan Hindu selama berabad-abad hidup berdampingan secara damai, dan tidak ada satupun dari kedua kelompok itu yang mengaku lebih unggul dari yang lain. Di negara seperti India yang berisi puluhan agama dan keyakinan, untuk mewujudkan stabilitas dan pembangunan, tidak ada jalan lain kecuali mengakui secara resmi semua hak pengikut agama dan kepercayaan yang ada.
Kebijakan Islamfobia meniru Barat yang diterapkan di India akan menyimpangkan jalan pertumbuhan dan pembangunan India sendiri, dan menempatkan negara ini dalam situasi tegang dan kekerasan yang tidak ada habisnya. Hak dasar lebih 200 juta warga Muslim India tidak bisa diabaikan begitu saja, lalu berbicara soal stabilitas, keamanan dan pembangunan.
Apa Motif Pompeo Tuding Iran Berhubungan dengan al-Qaeda?
Amerika Serikat di era kepemimpinan Donald Trump menggulirkan beragam tudingan terhadap Republik Islam Iran. Salah satunya adalah menuding Iran sebagai pendukung terbesar terorisme di dunia.
Menlu AS Mike Pompeo di tudingan terbaru terhadap Iran pada hari Selasa (12/1/2021) mendakwa Iran memiliki hubungan dengan kelompok teroris al-Qaeda dan pangkalan baru kelompok ini.
Pompeo mengatakan, kondisi Iran saat ini dari sisi hubungan dengan al-Qaeda lebih buruk dari Afghanistan di saat serangan 11 September 2001 ke Amerika. Ia menuding Iran di tahun 2015 bersamaan dengan perundingan JCPOA telah mengijinkan kelompok al-Qaeda memiliki pangkalan operasi baru di Iran.
Menurut Pompeo, syarat Tehran bagi kolaborasi ini adalah menjaga hukum dan ketentuan Iran.
Ia menambahkan, “Hasilnya adalah setan bernama Osama bin Laden semakin kuat dan wilayah operasinya kian luas. Jika kita mengabaikan poros Iran-al-Qaeda, maka harganya adalah nyawa kita. Kita harus mengakui poros ini, melawan dan mengalahkannya.” Ia juga mengumumkan sanksi terhadap sejumlah indivudi yang ia klaim sebagai komandan al-Qaeda dan tinggal di Iran. Meski ada klaim dari pemerintah Trump, namun Iran menekankan bahwa tidak ada anasir al-Qaeda yang berada di wilayahnya.
Pemerintah Amerika Serikat di era keresidenan Trump hampir setiap hari menunjukkan sikap anti Iran dan pada Oktober 2019 di dokumen strategis nasional anti terorisme menyebut Iran sebagai pendukung terorisme.
Di awal dokumen ini seraya mengisyaratkan bahwa Amerika dihadapkan pada ancaman kelompok teroris radikal Islam, menyebutkan, "Kita masih menghadapi ancaman Iran, yakni pendukung terpenting terorisme negara melalui jaringan global anasir Iran dan dukungan saat ini Tehran terhadap segerombolan kelompok teroris."
Mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton saat menjelaskan dokumen keamanan ini menyatakan harus memanfaatkan peluang untuk menyerang Iran. Ia mengklaim bahwa pasca Revolusi Islam, Iran menjadi bank sentral dunia bagi terorisme internasional. Kini pemerintah Trump yang usianya tinggal beberapa hari menggulirkan tudingan terkait dukungan Iran terhadap milisi al-Qaeda.
Faktanya statemen Menlu AS Mike Pompeo digulirkan ketika hanya delapan hari periode kepresidenan Donald Trump tersisa. Sepertinya tujuan statemen dan klaim terbaru Pompeo adalah meningkatkan atmosfer Iranophobia dan melancarkan perang psikologis menjelang awal kerja pemerintahan baru Amerika yang dipimpin Joe Biden pada 20 Januari mendatang dengan anggapan mampu mensabotase kebijakan Biden termasuk kembali ke JCPOA dan perubahan di kebijakan Washington terhadap Arab Saudi.
Juru bicara Kemenlu Iran, Saeed Khatibzadeh saat menjawab tudingan terbaru Trump terkait hubungan Iran dengan al-Qaeda mengatakan, "Pengulangan tudingan dan pertunjukan dokumen palsu sebagai dokumen rahasia oleh Pompeo di satu pekan dari akhir pemerintahan Trump, indikasi rasa putus asa, kebingungan dan kegagalan represi maksimum mereka terhadap Iran."
Khatibzadeh
Sejatinya yang menyutradarai kebijakan luar negeri Aemrika selama dua tahun terakhir, meski ada klaim kesia-sian dan ketidakefektifan kebijakan pemerintah Trump terhadap Iran melalui represi maksimum, namun dalam prakteknya tidak memiliki prestasi apapun untuk membuat Tehran menyerah. Masalah ini bahkan diakui oleh elit politik dan pengamat Amerika sendiri. Pemeritnah Trump, khususnya selama beberapa bulan terakhir mendapat kritikan tajam di Amerika karena kegagalan kampanye represi maksimum dan mengobarkan tensi dengan Iran.
Senator Chris Murphy dari kubu Demokrat seraya mengkritik kebijakan radikal Trump terkait Iran menjelaskan bahwa kebijakan ini hanya membuat Iran semakin kuat. Murphy di cuitannya mengatakan, pendekatan Trump terhadap Iran tidak menghasilkan apapun kecuali Iran semakin kuat dan AS kian lemah.
Menuduh Iran mendukung terorisme terjadi pada saat Amerika Serikat menjadi pendukung utama kelompok teroris ekstremis, termasuk al-Qaeda, dalam penggunaan terorisme sebagai alat. Selama pendudukan Soviet di Afghanistan pada 1980-an, Amerika Serikat memperlengkapi dan mempersenjatai ribuan jihadis yang datang ke Afghanistan dari seluruh dunia untuk melawan Soviet guna melawan penyebaran komunisme.
Ini menjadi titik awal pembentukan dan perluasan kelompok teroris al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Kemudian pada 1990-an, bin Laden mengkritik rezim Saudi karena mengerahkan pasukan Amerika di Arab Saudi sebagai tanah wahyu untuk dua tempat suci dan untuk apa yang disebut jihad melawan orang-orang kafir Amerika, milisi ini mulai melancarkan serangan terhadap lokasi dan aset AS di seluruh dunia termasuk kedubes dan armada laut negara ini.
Pada akhirnya al-Qaeda melancarkan serangan 11 September 2001 di New York dan Washington, dan selanjutnya pemerintah George W. Bush melancarkan kampanye luas dengan tema perang global melawan terorisme.
Masalah penting dalam serangan 9/11 adalah peran kunci yang dimainkan oleh pejabat Saudi dalam mendukung dan memberikan semua jenis bantuan kepada para teroris yang melakukan serangan. Faktanya, 15 dari 19 pelaku penyerangan tersebut adalah warga negara Saudi.Hal ini dan pengungkapannya kemudian menjadi skandal besar bagi rezim Saudi dan pendukungnya di Amerika. Mike Pompeo sekarang menyebut Iran sebagai sponsor serangan 9/11, dalam apa yang seharusnya dianggap sebagai pembalikan kebenaran yang terang-terangan tentang para pelaku 9/11.
Menekankan bahwa al-Qaeda dan Iran adalah "poros kehancuran" di dunia, Pompeo, yang sebelumnya mengepalai CIA, mengklaim di halaman Twitternya bahwa Iran telah membantu al-Qaeda melancarkan serangan 9/11. Apakah Pompeo memberikan bukti untuk membuktikan klaimnya, atau apakah dia membuat tuduhan tidak berdasar hanya untuk memperkuat Iranophobia?
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif juga menunjukkan respon seraya merilis cuitan Pompeo. Di bagian cuitan ini, Zarif menulis, "Tidak ada yang tertipu. Seluruh teroris 11 September datang dari tujuan yang diminati Pompoe di Asia Barat. Sama sekali tidak ada warga Iran."
Meski cuitan Menlu Iran tidak menyebutkan Arab Saudi, mengingat sebagian besar pelaku serangan 9/11 adalah warga negara Saudi, tampaknya rujukannya ke Riyadh sebagai tujuan perjalanan regional Mike Pompeo.
Masalah penting adalah para pengamat dan elit politik Amerika juga mengakui peran Arab Saudi di pertumbuhan dan pengokohan kelompok teroris.
Fareed Zakaria, pengamat Amerika, "Hampir seluruh serangan teroris di Barat memiliki hubungan dengan Arab Saudi dan serangan ini tidak ada kaitannya dengan Republik Islam Iran." Media Amerika terkait ini juga memaparkan pandangan yang sama. Koran The Boston Globe terkait hal ini menulis, "Di seluruh riset serius di abad 21 terkait terorisme global, hasilnya adalah mayoritas dana untuk mendukung al-Qaeda, Taliban, Daesh (ISIS) dan seluruh kelompok kriminal yang seideologi berasal Arab Saudi.
Cara pemerintahan Trump dan pemerintahan Obama sebelumnya menangani masalah peran Arab Saudi dalam 9/11 adalah tanda pendekatan kontradiktif Washington. Pemerintahan Trump dengan sengaja mengabaikan peran Riyadh dalam memberi makan secara ideologis, serta mendanai dan secara logistik, kelompok teroris ekstremis. "Arab Saudi adalah salah satu contoh terbaik tentang bagaimana penjualan senjata AS ke Arab Saudi mengganggu keamanan kami dan keamanan Asia Barat," tulis situs web The American Conservative.
Rezim Saudi tidak hanya menggunakan senjata ini untuk membunuh ribuan orang yang tidak bersalah di Yaman, tetapi dalam beberapa kasus, senjata ini juga diberikan kepada milisi dan sekutu teroris. Arab Saudi, di mana Amerika Serikat memiliki hubungan perdagangan, ekonomi, militer, dan senjata yang luas, telah memainkan peran utama dalam menyebarkan ideologi ekstremis, terutama Wahhabisme, serta mendukung kelompok teroris seperti al-Qaeda dan ISIS.
Sebuah laporan Kongres AS pada 9/11, yang diterbitkan pada Juli 2016, secara eksplisit menyatakan bahwa 15 dari 19 pembajak yang terlibat dalam serangan 9/11 adalah warga negara Saudi. "Hal ini mengarah pada pengesahan Undang-Undang JASTA di Kongres AS, yang memungkinkan keluarga dan kerabat korban 9/11 untuk menuntut pemerintah dan otoritas Saudi karena membantu para pelaku 9/11. Faktanya, Kongres AS mengesahkan undang-undang tersebut di akhir masa kepresidenan mantan Presiden Barack Obama, menegaskan peran tak terbantahkan dari rezim Saudi dalam mendukung terorisme.
Arab Saudi terlibat dalam insiden 11 September 2001 dengan memberikan berbagai bantuan dan layanan kepada para pelaku 9/11. Secara khusus, beberapa pangeran dan pejabat senior Saudi juga terlibat. Arab Saudi, pelaku utama serangan 9/11, telah menghabiskan beberapa tahun terakhir mencoba menjauhkan diri dari dikaitkan dengan insiden teroris ini melalui upaya politik dan media yang ekstensif dan menghabiskan sejumlah besar uang.
Baik pemerintahan Obama maupun pemerintahan Trump telah secara efektif memblokir penerapan undang-undang JASTA atas dasar dampak negatif pada hubungan bilateral antara Riyadh dan Washington. Hal ini disebabkan kepentingan ekonomi dan strategis AS, serta peran penting rezim Saudi di kawasan Asia Barat sebagai salah satu sekutu utama Washington.
Kebijakan pemerintah Trump senantiasa mendukung Arab Saudi dan tidak berminat menurunkan level hubungannya dengan Riyadh atau menciptakan tensi di hubungan tersebut. Sebaliknya pemerintah Trump dengan dalih melawan terorisme mengarahkan serangan dan langkah-langkahnya kepada Tehran dan menuding Iran sebagai pendukung terorisme, padalah faktanya Tehran selama ini menjadi pelopor perang anti terorisme di kawasan.
Sekaitan dengan ini, Pompeo dengan menuding Iran sebagai pendukung al-Qaeda tanpa mengisyaratkan peran tak dapat diingkari petinggi Saudi di bidang ini, sejatinya berusaha menyembunyikan peran dan kinerjanya serta sekutu Washington seperti Arab Saudi dalam membentuk berbagai kelompok teroris dan sebagai langkah untuk mencitrakan Iran sebagai sponsor al-Qaeda.
Padahal perang Iran dalam melawan kelompok teroris radikal di Asia Barat menjadi saksi dan bukti kuat atas kepalsuan klaim-klaim Washington.
Fatimah; Aroma Harum Surgawi di Dunia
Di masa ketika masyarakat di sekitarnya merasa malu memiliki seorang anak perempuan, Rasulullah Saw justru bangga memiliki seorang putri, Fatimah Az-Zahra.
Rasulullah memperlakukan Fatimah dengan hormat, ketika putrinya ini datang, Nabi bangkit dari duduknya dan menyambut buah hatinya tersebut. Terkadang di hadapan semuan orang, nabi mencium tangan kecil Fatimah dan menggendongnya. Sambil mencium Fatimah, Nabi bersabda, “Aku mencium bau surga dari Fatimah.”
Bulan akan terlihat penuh di saat bulan purnama. Seiring berlalunya hari, sedikit demi sedikit bulan tertutupi dan hanya terlihat separuh, atau bahkan tidak tampak sama sekali. Fatimah Az-Zahra, putri tercinta Rasulullah Saw tak ubahnya seperti bulan.
Setelah Rasulullah meninggal, Fatimah menghadapi peristiwa terbesar dalam hidupnya. Masyarakat saat itu yang baru ditinggal Rasulullah seakan-akan telah melupakan sabda nabinya, “Siapa yang menjadikan diriku pemimpin, maka setelah aku, Ali adalah pemimpin mereka.”
Tak lama setelah Nabi meninggal, sekelompok orang dengan pedang terhunus menyerang rumah menantu dan putri nabi. Mereka dengan paksa meminta Ali berbaiat. Mereka membakar pintu dan dengan paksa mendobraknya, padahal Fatimah saat itu berada dibalik pintu dan mencegah mereka menyerbu rumahnya.
Apakah mereka tidak mendengar sabda nabi yang mengatakan, “Fatimah bagian dariku, siapa saja yang menyakitinya, berarti menyakitiku juga....” Lantas mengapa hanya beberapa hari setelah Rasul meninggal, mereka melakukan hal-hal hina seperti ini, sehingga putri tercinta nabi mereka sampai mengalami luka? Kelakukan kasar tersebut sampai membuat putri Nabi ini mengalami keguguran. Dengan tubuh terluka, Fatimah masih tetap membela Wilayah yang menjadi hak suaminya serta mencegah mereka membawa paksa Ali.
Dalam membela kebenaran dan hak wilayah Ali, Fatimah tak tinggal diam. Ia pun datang ke masjid dan menyampaikan khutbah. Di khutbahnya Fatimah mengajak masyarakat untuk bertakwa dan menjalankan ajaran serta sabda Rasulullah. Ia pun mengungkap kembali peristiwa Ghadir. Ia pun mendesah karena hatinya yang perih dan terluka, namun bibirnya tetap bungkam dan tidak mengutuk umat ayahnya.
Setelah peristiwa pedih ini, manifestasi bau harum surgawi di muka bumi dan perempuan suci yang dinilai malaikat lebih baik dari seluruh penghuni bumi ini jatuh sakit dengan hati tersayat dan luka-luka fisik yang dideritanya. Di saat-saat akhir hidupnya, Fatimah berkata kepada Ali, “Wahai sepupuku! Kamu tidak pernah menyaksikan kebohongan dan pengkhianatan di seluruh hidupku, dan Aku tidak pernah menentang perintahmu.”
Adapun Ali yang sangat menctai dan menghormati Fatimah serta menyaksikan putri tercinta Nabi ini berada di detik-detik akhir kehidupannya menjawab, “Aku berlindung kepada Allah! Kamu adalah sebaik-baik makhluk, lebih bijak, lebih terhormat daripada aku mencelamu. Jauh dan berpisah denganmu sangat berat bagiku. Aku bersumpah kepada Allah! Kepergianmu akan menambah musibah Rasulullah bagiku. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiuun.
Rasulullah Saw di setiap kesempatan menyebutkan sifat mulai dan derajat tinggi Fatimah Az-Zahra serta mengisyaratkan keutamaan wanita mulia ini. Aisyah, istri Nabi terkait Fatimah mengatakan, “Aku tidak menyaksikan di antara manusia yang perilaku dan ucapannya menyerupai Nabi kecuali Fatimah.”
Manifestasi kesempurnaan dalam kepribadian manusia tidak eksklusif untuk pria atau wanita, tetapi pemberian yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan, sehingga ia dapat memahami hakikat dirinya. Benar bila dikatakan Fatimah as salah satu contoh teladan yang sempurna, dimana mengikutinya bakal menjamin kemenangan, kebenaran dan mencapai kesempurnaan dan keutamaan. Kecintaan yang besar dari Nabi Muhammad Saw kepada putri mulianya Sayidah Fatimah as merupakan poin yang patut direnungkan dalam kehidupan beliau.
Dalam masyarakat yang tidak begitu jauh dari era Jahiliah, dimana perempuan dan anak perempuan bukanlah sumber kehormatan dan kemuliaan, Nabi Saw memperlakukan putrinya sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang di sekitarnya keheranan. Nabi Saw adalah pribadi yang ketika melihat satu kebajikan atau keutamaan, pasti beliau mengagumi dan memujinya. Dengan kata lain, ini adalah semangat tinggi dan kebajikan menonjol Fathimaa Zahra as yang membuat Nabi Saw kemudian menghormati dan memuliakannya.
Selain itu, Nabi Saw yang mampu mengantisipasi kejadian di masa depan berusaha menjelaskan semua alasan dan hujjah akan kebenaran Fatimah as dan menekankan kondisi sulit di masa depan. Suatu hari seorang pria memberi tahu Nabi, "Mengapa kamu tidak memperlakukan Fatima seperti putra dan putrimu yang lain?" Nabi berkata kepadanya, "Anda tidak kenal Fatimah. Saya merasakan aroma surga darinya. Anda tidak bisa tahu bahwa kerelaan Fatimah adalah keridaan Tuhan dan kemarahannya adalah murka Tuhan."
Berkaitan dengan karakteristik Sayidah Fatimah, Imam Ali berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya.Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku',"(Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19).
Kedudukan spiritual Sayidah Fatimah sangat tinggi sampai-sampai malaikat berbicara dengannya. Oleh karena itu, ia disebut Muhaddatsah, artinya orang yang mampu berkomunikasi dengan malaikat. Para malaikat dapat berbicara dengan selain para nabi atau rasul. Mereka bisa mendengar suara dan melihat para malaikat. Allah Swt telah menjelaskan bahwa Maryam binti Imran as melihat malaikat dan berbicara dengannya. Dalam surah al-Imran ayat 42, Allah Swt berfirman: "Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
Sayidah Fatimah az-Zahra adalah penghulu para wanita seluruh alam, dari awal sampai akhir. Sayidah Fatimah dikenal keteladanannya dalam rumah tangga. Beliau contoh terbaik dari sosok istri dan ibu. Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Sayidah Fatimah menjalani suka dan duka kehidupan, dan sepanjang sejarah hingga kini sebagai teladan keluarga terbaik.Terkait hal ini, Imam Ali berkata, "Demi Allah dia tidak pernah membuatku marah dan tidak pernah menolak perintahku sama sekali. Kapan saja aku melihat Fatimah, maka hilanglah semua kesedihanku."(Biharul Anwar, jilid 43, hal 134).
Pada permulaan malam setelah pernikahan Imam Ali dan Sayidah Fatimah, Rasulullah Saw membagi pekerjaan untuk mereka berdua, pekerjaan dalam rumah adalah urusan Sayidah Fatimah sedangkan pekerjaan di luar rumah adalah urusan Imam Ali as. Setelah pembagian itu Sayidah Fatimah as berkata, "Hanya Allah yang tahu betapa gembiranya aku akan pembagian kerja ini. Karena Rasulullah Saw telah menghalangi aku dari melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan lelaki." (Biharul Anwar, jilid 43, hal 81)
Sayidah Fatimah bukan saja pendamping hidup bagi suaminya tapi beliau juga mitra dalam urusan spiritual. Ketika Imam Ali as ditanya Rasulullah Saw, bagaimana engkau menilai Fatimah? Imam Ali as menjawab, "Ia adalah sebaik-baiknya penolong dalam ketaatan kepada Allah."(Biharul Anwar, jilid 43, hal 117)
Sayidah Fatimah adalah istri yang tidak pernah meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya. Dalam hal ini beliau berkata kepada Imam Ali as, "Aku malu kepada Tuhanku bila aku meminta sesuatu kepadamu sementara engkau tidak mampu memenuhinya."(Amali Syeikh Thusi, jilid 2, hal 228).
Imam Ali dan Sayidah Fatimah adalah pasangan yang tiada duanya. Mengenai kehidupan mereka, Rasulullah Saw bersabda, "Jika Allah tidak menciptakan Ali maka Fatimah tidak memiliki pasangan yang sekufu baginya."(Yanabi'ul Mawaddah, hal 177 dan 237).
Selain dalam keluarga, sayidah Fatimah juga memainkan peran penting dalam masyarakat terutama meningkatkan budaya dan pemikiran masyarakat ketika itu. Beliau juga memberikan kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi umat Islam di masanya.
Dari Fatimah lahir manusia-manusia suci, Imam Hasan, Husein, Sayidah Zainab dan Ummu Kultsum. Di rumah sederhana ini aroma Ilahi dan surgawi mengalir. Kasih sayang dan kecintaan serta saling menghormati menjadi landasan perilaku di rumah sederhana ini.
Penghambaan dan ibadah menjadi karakteristik utama putri tercinta Nabi ini seperti yang disebutkan berbagai riwayat. Ia merupakan pribadi agung dan didikan rumah wahyu. Terkait ibadah dan zuhud Fatimah, Rasul berkata kepada Salman, “Wahai Salman! Putriku, Fatimah imannya telah meresap ke seluruh bagian tubuh dan hatinya, di mana ketika ia beribadah kepada Tuhan, ia melupakan segala sesuatu.”
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."
Akhirnya putri tercinta Nabi dan pemimpin perempuan di seluruh zaman ini setelah berjuang membela wilayah suaminya dan kesedihan mendalam setelah kepergian ayah tercintanya serta kesedihan mendalam akibat menyaksikan umat ayahnya, bersiap menghadap Tuhannya dan berkumpul bersama ayahnya.
Ali saat itu tengah duduk disamping Fatimah, ia dengan diam mendengarkan wasiat istrinya. Wanita yang terluka fisik dan hatinya ini berwasiat kepada Ali: “Mandikan dan kuburkan Aku di malam hari.”
Ali yang dililit kesedihan mendalam dan didampingi anak-anaknya, Hasan, Husein dan Zainab, memandikan Fatimah Az-Zahra. Hanya dengan disaksikan segelintir sahabat, Ali memakamkan putri Nabi ini. Makam Fatimah tetap menjadi misteri di kota Madinah, sehingga ketertindasan dan keterasingan bidadari bermuka manusia ini tetap kekal sepanjang sejarah.
11 Kewajiban Seorang Muslim Dihadapan Rasulullah saw
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab 56)
Rasulullah saw telah memberikan segala yang beliau miliki untuk umatnya. Jiwanya, hartanya dan sepanjang hidupnya beliau habiskan untuk menyelamatkan umat. Pasti akan terbesit dibenak kita, dengan melihat jasa Rasulullah saw yang begitu besar, apa tugas dan kewajiban kita dihadapan beliau? Walaupun mustahil kita bisa membalas jasa Rasulullah saw namun Al-Qur’an dengan jelas mengabarkan kewajiban kita dihadapan beliau. Berikut ini adalah kewajiban seorang muslim dihadapan Nabi Muhammad saw.
1. Beriman kepadanya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ -١٣٦-
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (An-Nisa’ 136)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِـي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ -١٥٨-
Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang Memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.”
(Al-A’raf 158)
2. Taat dan mengikutinya.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ -٦٤-
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (An-Nisa’ 64)
قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ -٣٢-
Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul.” (Ali Imran 32)
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا -٧-
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr 7)
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣١-
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ali Imran 31)
*Saat membicarakan hubungan antara Rasul dan pengikutnya, Allah selalu menggunakan kata Ittaba’a yang artinya mengikuti.
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي -١٠٨-
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin.” (Yusuf 108)
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ -٢٠-
Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” (Ali Imran 20)
يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ -٢٠-
(Yasiin 20)
3. Mencintainya Melebihi Segala Sesuatu.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ -٢٤-
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah 24)
“Belum beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya melebihi dirinya, hartanya, anaknya dan seluruh manusia.” (Rasulullah saw)
4. Mengutamakannya atas segala sesuatu.
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ -٦-
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri.” (Al-Ahzab 6)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ -١-
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat 1)
5. Tidak memilih pilihan lain dihadapan pilihan dan ketentuannya.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ -٣٦-
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab 36)
6. Hanya Ada 2 Kata untuk segala keputusannya.
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -٥١-
“Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (An-Nur 51)
7. Menerima Ketentuannya dengan senang hati dan tidak terpaksa.
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً -٦٥-
Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’ 65)
8. Berlaku Sopan dihadapannya.
لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً -٦٣-
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” (An-Nur 63)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ -٢-
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat 2)
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً -٨- لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً -٩-
“Sungguh, Kami Mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.” (Al-Fath 8-9)
إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَاء الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ -٤-
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.” (Al-Hujurat 4)
9. Bersolawat Kepadanya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً -٥٦-
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab 56)
10. Membantu dan Membelanya.
فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٥٧-
“Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang beruntung.” (Al-A’raf 157)
11. Mencintai Keluarganya.
قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى -٢٣-
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga(ku).” (Asy-Syura 23)
Sayidah Zainab dan Ketegaran Sejati
Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."
Sayidah Zainab as adalah sosok perempuan yang tegar dalam menghadapi semua musibah dan penderitaan. Sejak kecil, beliau telah menghiasi diri dengan kemuliaan dan kesempurnaan. Perkataan dan perilaku beliau telah menjadi hiasan bagi ayahnya. Dalam riwayat disebutkan bahwa martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, kesucian dan kesederhanaan serta kesopanan beliau persis seperti Sayidah Fatimah as, kefasihan dan retorika beliau dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as, kelembutan dan kesabaran beliau mirip Imam Hasan as, sedangkan keberanian dan kekuatan hati beliau mirip dengan Imam Husein as. Dapat dikatakan bahwa semua kebaikan Ahlul Bait as seakan-akan ada dalam diri beliau.
Sejak kecil, Sayidah Zainab as menghadapi beragam fitnah dan musibah. Meski demikian, beliau telah menyiapkan diri untuk menghadapi badai dahsyat yang dibuat oleh orang-orang zalim yang haus dengan kekuasaan. Di usia yang belum genap lima tahun, beliau telah kehilangan kakeknya, Rasulullah Saw, yang selalu memberikan kasih sayang. Wafatnya Rasulullah Saw adalah musibah pertama yang telah melukai jiwa lembut Sayidah Zainab as. Musibah ini bagi beliau, terutama bagi ibunya, Sayidah Fatimah as, adalah ujian yang sangat berat.
Dari masa kanak-kanak, Sayidah Zainab as telah menyaksikan penderitaan ibunya pasca wafatnya Rasulullah Saw, di mana kesedihan tersebut telah menyebabkan Sayidah Fatimah as jatuh sakit, dan beberapa bulan kemudian Putri Rasulullah Saw itu meninggal dunia. Dengan demikian, Sayidah Zainab as menikmati kecintaan ibunya tidak lebih dari lima tahun.
Kenangan-kenangan pahit dan manis di masa singkat tersebut telah menjadikan beliau siap untuk terus bergerak dan berjuang di jalan Allah Swt dan menyambut segala bentuk musibah dan persoalan kehidupan. Suatu hari, Sayidah Fatimah as menyampaikan pidato di masjid Rasulullah Saw untuk membela hak-hak Ahlul Bait as. Sayidah Zainab as hadir dalam pidato ibunya tersebut dan beliau mencatat semua perkataan ibundanya sehingga beliau terhitung sebagai salah satu perawi khutbah terkenal Sayidah Fatimah as.
Kesedihan Sayidah Fatimah as pasca wafat ayahandanya, Rasulullah Saw, sangat berat di hati mungil Sayidah Zainab as, namun semangat dan kemampuan beliau dengan cepat menempati hati Sayidah Fatimah as dan bahkan memulihkan hati ayahnya yang dipenuhi dengan kesedihan.
Meski lebih muda dari kedua saudaranya, namun Sayidah Zainab as mewarisi sifat-sifat ibundanya. Ikatan emosional antara beliau dengan Imam Hasan dan Husein as sulit untuk digambarkan. Hubungan emosional tersebut berlanjut hingga akhir usia beliau. Sedetikpun Sayidah Zainab as tidak dapat menjauh dari kedua saudaranya, beliau selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada kedua saudara itu seperti seperti halnya yang dilakukan ibunya.
Setelah wafatnya Sayidah Fatimah as, Sayidah Zainab as menyaksikan sikap diam ayahnya selama 25 tahun. Imam Ali as di masa itu terpaksa diam ketika hak-haknya dirampas demi kepentingan dan maslahat kaum Muslimin. Sayidah Zainab as juga melewati masa kekhalifahan ayahnya selama kurang lebih lima tahun hingga pada akhirnya Imam Ali as pada malam 19 Ramadhan 40 H meneguk cawan kesyahidan di mihrab masjid Kufah.
Pasca wafatnya Rasulullah Saw dan Sayidah Fatimah as, hati Sayidah Zainab as bergantung pada Imam Ali as. Kasih sayang ayahnya itu telah menjadi pelipur lara dalam kesedihan, namun setelah Imam Ali as tiada, maka tidak lagi seorang ayah yang menjadi tumpuannya, sehingga perpisahan dengan ayahnya itu sangat sulit bagi beliau.
Meski demikian, beliau tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala musibah. Beliau adalah teladan kesabaran dan ketegaran yang tidak akan runtuh hanya karena berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Beliau datang untuk membuat sebuah epik dan membuktikan hakikat dan kebenaran Ahlul Bait as. Beliau datang untuk memberikan pelajaran keteguhan dan ketegaran hingga mencapai kemuliaan dalam menghadapi semua fitnah dan musibah.
Setelah Imam Ali as wafat, Sayidah Zainab as menyaksikan kezaliman terhadap saudaranya, Imam Hasan as. Penindasan yang dialami Imam Hasan as sama seperti kezaliman yang menimpa ayahnya. Sayidah Zainab as menyaksikan pembelotan masyarakat dan konspirasi musuh serta propaganda luas Muawiyah bin Abu Sufyan terhadap saudaranya. Dalam kondisi tersebut, beliau selalu menyertai Imam Hasan as dan pada akhirnya menyaksikan kesyahidan saudaranya itu.
Sayidah Zainab as tetap bersabar dalam menghadapi musibah besar tersebut. Pasca wafatnya Imam Hasan as, beliau menyertai saudaranya, Imam Husein as, pergi ke Karbala pada tahun 60 H. Peristiwa Karbala adalah puncak dari musibah yang dihadapi oleh Sayidah Zainab as. Tidak lama setelah 18 orang dari keluarganya, termasuk anak-anak dan saudaranya, gugur syahid, beliau menyaksikan kesyahidan Imam Husein as, yaitu sebuah musibah yang langit dan bumi pun tidak mampu menahannya. Dalam kondisi tersebut dan bahkan ketika beliau dan keluarganya ditawan oleh musuh, Sayidah Zainab as tetap bersabar, dan meyakini bahwa beliau harus melaksanakan kewajiban agama, politik, dan sosial terbesar.
Setelah kesyahidan Imam Husein as di padang Karbala, Sayidah Zainab as memikul sejumlah tugas penting: pertama, merawat dan melindungi Imam Sajjad as, putra Imam Husein as, dari serangan musuh. Kedua, melindungi para wanita dan anak-anak yang ditawan musuh. Ketiga, menyampaikan berita kesyahidan Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya, serta mengungkap skandal dan kezaliman Yazid di hadapan masyarakat.
Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein as dianggap sebagai gerakan anti-agama dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.
Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as. Perkataan Sayidah Zainab as yang begitu fasih dan keberanian beliau telah membuat takjub Hazlum Ibnu Katsir, seorang ahli balaghah. Ia mengatakan, "Seakan-akan Zainab berbicara dengan bahasa Ali."
Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."
Dalam waktu yang singkat, Sayidah Zainab as mampu menyampaikan suara kebenaran dan anti-penindasan kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan ketertindasan Imam Husein as yang menuntut keadilan. Selain itu, tindakan beliau juga telah melindungi agama dari penyimpangan.
Dalam waktu singkat, kezaliman Yazid terungkap. Meski telah membantai Imam Husein as dan keluarganya serta menawan para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as, Yazid tidak mampu mencapai tujuannya, bahkan sebaliknya kejahatannya terungkap. Setelah kejahatannya terungkap, Yazid berusaha melemparkan kesalahannya kepada Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, dan berlepas tangan dari dosa-dosanya. Namun Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengungkap semua kebusukan Yazid dan antek-anteknya.
Fatimah Zahra as, Perwujudan Ayat Tathhir
Az-zahra as adalah lambang kesucian, sosok pribadi agung sepanjang zaman, tauladan bagi setiap insan. Cinta kepada Zahra as merupakan kecintaan kepada Rasul saww dan sekaligus kecintaan kepada Allah, sebuah mata rantai cinta yang tidak pernah terputus.
Dalam ayat 33 surat al-Ahzab,[1] Allah swt menjelaskan keutamaan Ahlul Bait as. Ayat Tathhir merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang istri-istri Nabi saww. Namun, perlu diketahui bahwa ayat Tathhir tidak ditujukan kepada istri-istri Nabi saww. Ayat tersebut merupakan ayat yang independen dan tidak berhubungan dengan ayat sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh berbagai riwayat dalam kitab hadist dan tafsir, baik versi Syiah[2] maupun Sunnah.[3] Mereka sepakat bahwa ayat tersebut turun kepada Ahlul bait as dan demikian tidak meragukan lagi keabsahannya.
Mungkin saja, sebagian kalangan beranggapan bahwa gaya penukilan dan penulisan berbagai hadist tersebut di atas berbeda-beda sehingga tidak dapat dinisbatkan dan ditetapkan bahwa ayat tersebut memang ditujukan kepada Ahlul Bait as. Tapi anggapan ini tidak benar berdasarkan bukti sejarah tentang turunnya ayat Tathhir, seperti prilaku Nabi saww yang selalu mengulang-ulangi menyampaikan hal ini dalam berbagai kesempatan berbeda agar masyarakat faham bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait as adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi thalib, Sayyidah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein as. Sejarah meriwayatkan bahwa dalam kesempatan yang berbeda-beda, Nabi saw sering kali menjelaskan keutamaan Ali bin Abi thalib as sejak dari dakwah sembunyi-sembunyi beliau yang hanya terbatas pada keluarga, sampai penghujung hidup beliau. Apakah hal ini masih juga diragukan kebenarannya sekalipun disebutkan dalam kesempatan yang berbeda? Tentu tidak, karena dalam kondisi lainnya Nabi saw tidak pernah mengulang-ulang suatu hal dalam kesempatan yang berbeda-beda, maka ketika Nabi saw mengulangnya dalam berbagai kesempatan dapat difahami bahwa hal yang beliau sampaikan sangatlah penting sehingga perhatian masyarakat selalu tertuju kepadanya.
Ayat Tathhir ingin menyampaikan bahwa Ahlul Bait as memiliki maqam ismah yaitu terhindar dan terjaga dari dosa, kelalaian, kebodohan dan keraguan. Mungkin saja, sebagian kalangan menduga bahwa turunnya ayat Tathhir yang ditujukan kepada Ahlul Bait as sama sekali tidak memberikan nilai dan maqam ismah. Jika dugaan mereka benar, lalu bagaimana berbagai literatur yang menjelaskan kedudukan mereka di mata Nabi saww dan prilaku Nabi saw yang selalu mengulangnya di berbagai kesempatan? Bukankah dinukil dalam sejarah bahwa setiap kali Nabi melewati rumah az-Zahra as, beliau selalu berhenti sejenak seraya mengucapkan: ?Assalamu?alaikum ya ahlul bait? Mengapa Imam Ali as membuktikan kepemimpinanya dengan berlandaskan ayat Tathhir? Kenapa pula Imam Hasan as mengklaim dirinya sebagai salah satu orang yang termasuk dalam ayat tersebut? Oleh karena itu, jelaslah bahwa dugaan mereka itu tidak dapat dibenarkan.
Beberapa riwayat menjelaskan bahwa kemakshuman Ahlul Bait as tidak berarti bahwa mereka hanya terjaga dari dosa dan kesalahan saja, karena Imam Shodiq as bersabda: ?Arrijsu (dalam ayat tersebut) adalah keraguan. Demi Allah, selamanya kami (Ahlul Bait) tidak pernah ragu kepada-Nya.? Sedang dalam kesempatan lain, Imam Ali as bersabda: ?Aku tidak pernah ragu akan kebenaran sejak aku melihatnya.? ? Seandainya disingkap tabir bagiku maka tidak akan bertambah keimananku.? Sebagian dari Imam suci menyabdakan bahwa kalimat hendak menghilangkan dosa dari kamu berarti menjauhkan mereka dari kobaran api jahiliah. Ini berarti bahwa bahwa Allah swt tidak menginginkan para pendahulu Ahlul Bait as (datuk-datuk mereka) masuk dalam golongan orang-orang kafir, karena salah satu arti rijs dalam kamus bahasa adalah kekufuran dan keraguan.
Sepanjang sejarah, Sayyidah Zahra as adalah wanita menjadi panutan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari Ahlul Bait. Beliau adalah perwujudan dari ayat Tathhir, sosok pribadi yang disucikan Allah swt, dengannya risalah suci berlanjut dan langgeng sampai hari kiamat, wanita yang sampai kepada makam Ilahi di bawah didikan duta Ilahi, jiwanya selalu dikorbankan di jalan Allah swt, tutur katanya tidak lepas dari kebenaran jelmaan ayat: ?Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiad alain hanyalah wahyu yang diwahyukan, yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Beliau adalah pribadi yang selalu memiliki kontak dengan alam gaib, berkomunikasi dengan Malaikat Jibril as sehingga nama lain az-Zahra as adalah almuhaddats yang berarti orang yang diajak berbicara. Diceritakan dalam sejarah bahwa sepeninggal Nabi saw, Malaikat Jibril diutus oleh Allah swt agar selalu mendatangi Sayyyidah Zahra as untuk menghiburnya dari kesedihan setelah kepergian ayahnya dan menceritakan kepadanya kejadian yang telah dan akan terjadi. Kejadian-kejadian yang disampaikan Malaikat Jibril itu dicatat sehingga menjadi sebuah buku yang dikenal dengan Mushaf Fathimah as. Mushaf ini merupakan salah satu perwujudan ilmu yang tak terbatas dalam diri Zahra as dan termasuk salah satu sumber asli ilmu para imam, sejak masa Imam Ali as sampai Imam Mahdi afs.
Imam Khomeini ra memberikan perhatian cukup besar tentang keutamaan pribadi az-Zahra as yang terlihat dalam pidato-pidatonya. Imam selalu menjelaskan bahwa dengan kepulangan nabi saww kehadirat ilahi Rabbi hubungan kontak nabi saww dengan malaikat Jibril melalui wahyu terputus, namun kontak malaikat Jibril as -walaupun bukan dengan istilah wahyu- dengan Az-zahra as tidak terputus. Dalam hal Imam berkata: "Masalah datangnya malaikat Jibril as ke Az-zahra as bukan masalah yang mudah, jangan pernah berkhayal selama belum memenuhi persyaratanya, malaikat akan mendatangi setiap orang". Datangnya Jibril as kehadirat Az-zahra atas perintah Allah swt merupakan keutamaan yang luar biasa yang dimiliki oleh Az-zahra as dan Imam Khomeini memandang itulah puncak keutamaan dan kedudukan Az-zahra as yang dimilikinya dimata Allah swt.
Maqam dan kedudukan yang begitu tinggi yang tidak dimiliki oleh semua para utusan Allah dan hanya dimiliki oleh para nabi pilihan dan kekasihNya, Az-zahra as dengan segala keutamaannya telah sampai kemaqam tersebut. Dialah as hakekat dari malam Al-qadr, Zahralah as batin dari ayat: ?Haa miim demi kitab (alquran) yang menjelaskan sesungguhnya Kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah?. Imam Musa Al-khadzim dalam menjelaskan ayat tersebut berkata: ?Haa miim adalah Muhammad saww, kitab mubin (kitab yang mejelaskan) adalah Imam Ali as dan lailah (waktu malam) adalah S Fatimah as. Wujud suci Az-zahra as hakekatnya adalah Al-quran yang dapat berbicara (Al-quran natiq)- sementara para Imam suci juga sebagai penjelas Al-quran yang diam (Al-quran shomit).
Az-zahra as adalah lambang kesucian, sosok pribadi agung sepanjang zaman, tauladan bagi setiap insan. Cinta kepada Zahra as merupakan kecintaan kepada Rasul saww dan sekaligus kecintaan kepada Allah, sebuah mata rantai cinta yang tidak pernah terputus. Az-zahra as adalah paling mulianya manusia di sisi nabi serta cahaya mata dan buah hati Rasul sebagimana sabda beliau: ?Fatimah adalah paling mulianya manusia disisiku, putriku Fatimah, adalah wanita yang terbaik diseluruh jagat raya, sejak pertama kali wanita diciptakan hingga kelak pada akhir zaman, dialah cahaya mata dan buah hatiku.? Fatimah adalah Az-zahra yang namanya selalu harum dan dikenang sepanjang masa dalam kehidupan manusia.[] Wallahu a'lam
Oleh: Abdurrahman Arfan
Catatan Kaki:
[1] Disebut dengan ayat tathir yang artinya : ?Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Baith dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.?
[2] Terhitung sekitar 16 riwayat yang menukil langsung dari nabi saww.
[3] Dari 300 riwayat yang dibawakanya terhitung sekitar 5-6 yang menukil secara langsung.
Mengenal Pemimpin Mazhab Ja'fariyah
Fatimah, Kautsar Alam
Hari ini, tanggal 20 Jumadil Tsani bertepatan dengan hari kelahiran Sayidah Fatimah az-Zahra. Putri Rasulullah Saw ini disebut oleh Allah Swt dalam al-Quran sebagai Kautsar, atau kebaikan yang melimpah. Beliau lahir dan dibesarkan oleh ayahnya, Rasulullah Saw untuk mendidik generasi suci dan terpilih. Dari Fatimahlah lahir para Imam Maksum yang menjadi teladan umat manusia.
Ketika Rasulullah Saw kehilangan dua putranya yang bernama Abdullah dan Qasim, orang-orang Musyrik menghina beliau sebagai orang yang "Abtar", atau orang yang tidak memiliki keturunan. Dalam situasi demikian, Sayidah Fatimah lahir, dan Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar sebagai kabar gembira yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. Dalam surat al-Kautsar ayat 1-3, Allah swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus [keturunannya].
Imam Fakr ar-Razi saat menafsirkan surat al-Kautsar menulis, "Kautsar memiliki delapan makna dan kesemua makna itu tentang Sayidah Fatimah az-Zahra." Setelah itu ulama Sunni ini menyinggung sejumlah Imam Maksum as dari keturunan Fatimah as dan menyebut keberadaan mereka sebagai dalil atas kebaikan yang banyak dari perempuan agung ini.
Sayidah Fatimah hanya beberapa tahun bersama ibunya, Sayidah Khadijah. Tapi cerita tentang keindahan dan perjuangan membela agama Allah swt didengar langsung dari ibunya. Ketika memandang wajah ibunya, seperti membaca lembaran buku baru yang senantiasa hidup. Fatimah dibesarkan oleh ayahnya, Nabi Muhammad Saw, manusia terbaik sepanjang sejarah.
Sayidah Fatimah memiliki kedudukan khusus disamping Nabi Muhammad Saw. Rasulullah bersabda: "Fatimah adalah bagian dariku, siapa saja yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah dan siapa saja yang membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku."
Sayidah Fatimah juga memiliki beberapa sebutan mulia di antaranya: Zahra, Muhaddatsah, Mardhiyah, Siddiqah Kubra, Raihanah, Bathul, Rasyidah, Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah.
Dalam surat al-Insan Allah menjelaskan karakteristik orang-orang yang baik dengan firman-Nya, "(yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. al-Insan: 6-9)
Ayat-ayat ini diturunkan mengenai keluarga putri Rasulullah Saw. Pada waktu itu, Hasan dan Husein dalam kondisi sakit. Sayidah Fatimah dan Imam Ali kemudian bernazar untuk berpuasa selama tiga hari bila kedua putra mereka sembuh. Ketika keduanya sembuh, Sayidah Fatimah dan Imam Ali diikuti kedua anak mereka harus melaksanakan nazar mereka untuk berpuasa selama tiga hari. Namun dalam tiga hari berpuasa itu, setiap harinya ada orang yang datang mulai dari orang miskin, anak yatim dan tawanan yang meminta makan. Akhirnya, selama tiga hari itu pula, makanan untuk berbuka mereka diberikan kepada tiga orang itu. Sebagai bentuk penghargaan atas perbuatan mereka, ayat-ayat surat al-Insan ini diturunkan oleh Allah Swt.
Berkaitan dengan karakteristik Sayidah Fatimah, Imam Ali berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya.Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku',"(Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19).
Kedudukan spiritual Sayidah Fatimah sangat tinggi sampai-sampai malaikat berbicara dengannya. Oleh karena itu, ia disebut Muhaddatsah, artinya orang yang mampu berkomunikasi dengan malaikat. Para malaikat dapat berbicara dengan selain para nabi atau rasul. Mereka bisa mendengar suara dan melihat para malaikat. Allah Swt telah menjelaskan bahwa Maryam binti Imran as melihat malaikat dan berbicara dengannya. Dalam surah al-Imran ayat 42, Allah Swt berfirman: "Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
Sayidah Fatimah az-Zahra adalah penghulu para wanita seluruh alam, dari awal sampai akhir. Sayidah Fatimah dikenal keteladanannya dalam rumah tangga. Beliau contoh terbaik dari sosok istri dan ibu. Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Sayidah Fatimah menjalani suka dan duka kehidupan, dan sepanjang sejarah hingga kini sebagai teladan keluarga terbaik.Terkait hal ini, Imam Ali berkata, "Demi Allah dia tidak pernah membuatku marah dan tidak pernah menolak perintahku sama sekali. Kapan saja aku melihat Fatimah, maka hilanglah semua kesedihanku."(Biharul Anwar, jilid 43, hal 134).
Pada permulaan malam setelah pernikahan Imam Ali dan Sayidah Fatimah, Rasulullah Saw membagi pekerjaan untuk mereka berdua, pekerjaan dalam rumah adalah urusan Sayidah Fatimah sedangkan pekerjaan di luar rumah adalah urusan Imam Ali as. Setelah pembagian itu Sayidah Fatimah as berkata, "Hanya Allah yang tahu betapa gembiranya aku akan pembagian kerja ini. Karena Rasulullah Saw telah menghalangi aku dari melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan lelaki." (Biharul Anwar, jilid 43, hal 81)
Sayidah Fatimah bukan saja pendamping hidup bagi suaminya tapi beliau juga mitra dalam urusan spiritual. Ketika Imam Ali as ditanya Rasulullah Saw, bagaimana engkau menilai Fatimah? Imam Ali as menjawab, "Ia adalah sebaik-baiknya penolong dalam ketaatan kepada Allah."(Biharul Anwar, jilid 43, hal 117)
Sayidah Fatimah adalah istri yang tidak pernah meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya. Dalam hal ini beliau berkata kepada Imam Ali as, "Aku malu kepada Tuhanku bila aku meminta sesuatu kepadamu sementara engkau tidak mampu memenuhinya."(Amali Syeikh Thusi, jilid 2, hal 228).
Imam Ali dan Sayidah Fatimah adalah pasangan yang tiada duanya. Mengenai kehidupan mereka, Rasulullah Saw bersabda, "Jika Allah tidak menciptakan Ali maka Fatimah tidak memiliki pasangan yang sekufu baginya."(Yanabi'ul Mawaddah, hal 177 dan 237).
Selain dalam keluarga, sayidah Fatimah juga memainkan peran penting dalam masyarakat terutama meningkatkan budaya dan pemikiran masyarakat ketika itu. Beliau juga memberikan kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi umat Islam di masanya.
Selamat atas kelahiran wanita agung nan mulia ini. Mengambil berkah dari hari kelahiran Sayidah Fatimah, di penghujung acara kami petikkan perkataan mulia beliau, "Orang yang ibadahnya ikhlas demi Allah swt, Tuhan Yang Maha Besar, maka kemaslahatan terbaik akan dinugerahkan kepadanya."
Cucu Kesayangan Nabi yang Diabaikan Umat
Disetiap bersama Al-Husain, Nabi saw bersabda mengingatkan para sahabatnya, "Husain dariku dan aku dari Husain, Allah mencintai siapa yang mencintai Al-Husain, dan Allah memusuhi siapa yang memusuhi Al-Husain."
Tidak ada yang memungkiri besarnya kecintaan dan kasih sayang Nabi Muhammad saw kepada cucunya Al-Husain. Lembar-lembar kitab sejarah dan hadis mengabadikan kedekatan dan luapan ekspresi kecintaan Nabi kepada Al-Husain, sampai pada tingkat Nabiullah Muhammad saw bersabda, "Husain dariku dan aku dari Husain".
Hanya Husainlah yang membuat Nabi saw pernah menghentikan khutbahnya dan memperlama sujudnya saat mengimami salat berjamaah. Diriwayatkan, disaat Nabi Muhammad saw berkhutbah, Husain kecil sedang bermain kejar-kejaran bersama kakaknya Al-Hasan. Tidak lama, karena mengenakan pakaian yang panjang, Al-Husain terjatuh menginjak pakaiannya sendiri dan akhirnya menangis kesakitan. Sang kakek dengan sigap segera turun dari mimbar, mengambil Al-Husain dan kembali melanjutkan khutbahnya dengan Al-Husain digendongannya. Nabi menghentikan khutbahnya untuk menghentikan tangis Al-Husain.
Diriwayatkan pula, Nabi saw pernah mengimami salat, dan itu menjadi salat jamaah terlama, karena Nabi Muhammad sujud sedemikian lama. Sampai-sampai para sahabat mengira, wahyu sedang turun ketika Nabi sedang dalam keadaan sujud. Seusai salat, para sahabat bertanya, "Ada apa gerangan ya Rasulullah, mengapa sujud kali ini sedemikian lama?".
Nabi menjawab singkat, "Tadi Al-Husain sedang bermain di punggungku Kubiarkan ia tetap di punggungku, karena aku tidak ingin ia terjatuh."
Simak, sedemikian besarnya cinta dan kasih sayang Nabi saw pada cucunya tersebut. Nabi jadi gusar hatinya ketika melihat Al-Husain menangis. Nabi lebih memilih memperlama sujudnya, hanya agar Al-Husain tidak terusik kesenangannya bermain. Rumah Fatimah sa, putri Nabi tidak jauh dari kediaman Nabi saw, dan setiap Al-Husain kecil menangis dan terdengar oleh Nabi, Nabi Muhammad saw akan bergegas mengunjungi putrinya dan berkata, "Duhai Fatimah, bukankah engkau tahu bahwa aku terganggu dan sedih apabila aku mendengar Al-Husain menangis?".
Berkali-kali Nabi Muhammad saw memperlihatkan kecintaannya pada kedua cucunya Al-Hasan dan Al-Husain dihadapan sahabat-sahabatnya. Ia ekspresikan tidak hanya dengan ucapan tapi juga dengan tindakan, merangkul, mengecup, memangku dan tidak segan-segan menjadikan dirinya kuda tunggangan oleh kedua cucunya, sampai sahabat berkata, "Betapa beruntung keduanya, menunggangi kuda tunggangan terbaik di dunia dan akhirat."
Disetiap bersama Al-Husain, Nabi saw bersabda mengingatkan para sahabatnya, "Husain dariku dan aku dari Husain, Allah mencintai siapa yang mencintai Al-Husain, dan Allah memusuhi siapa yang memusuhi Al-Husain."
Mengapa Nabi saw sedemikian ekspresif terkait dengan Al-Husain?. Nabi saw secara demonstratif menunjukkan kasih sayang dan kecintaannya kepada Al-Husain, untuk dijadikannya hujjah kelak di Mahkamah Ilahi, dan mengukur keorisinalan cinta umat padanya dengan melihat bagaimana umat Islam sepeninggalnya mencintai dan bersikap pada Al-Husain. Benarkah umat Islam tulus kecintaannya kepada Nabi saw disaat yang sama abai terhadap apa-apa yang cintai Nabi saw?. Bukankah termasuk abai, ketika sejarah terbantainya Al-Husain di Karbala sengaja ditutup-tutupi dan seolah-olah tidak pernah terjadi bahkan menghalang-halangi peringatannya?. Apakah bisa disebut kecintaan pada Nabi saw namun sama sekali tidak pernah mencari tahu penyebab sampai cucu kesayangan Nabi saw tersebut harus disembelih dan kepalanya dipermainkan oleh juga yang mengaku sebagai umat Muhammad?.
Pernah suatu hari Imam Ali as mendapati Nabi Muhammad saw sedang menangis, dan matanya tak henti-hentinya menangis (tafiidhaan). Imam Ali as berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah seseorang telah membuatmu marah? apa yang membuat matamu terus menerus menangis?"
Nabi saw menjawab, "Tidak. Jibril baru saja pergi. Dia memberitahuku bahwa Husain akan dibunuh di tepi sungai Eufrat." Dan yang membuat Nabi tidak bisa menahan tangisnya, ketika diberitahu oleh Jibril as bahwa cucunya tersebut dibunuh dalam keadaan haus tanpa air.
Riwayat-riwayat yang menuliskan besarnya kecintaan Nabi saw kepada Al-Husain serta tangisnya yang meledak ketika diberitahu langsung oleh malaikat Jibril as bahwa cucunya tersebut akan dibunuh dengan cara sadis oleh ummatnya sendiri di Karbala termuat tidak hanya dalam kitab-kitab Syiah namun juga kitab-kitab Sunni. Sehingga memperingati tragedi Asyura bukanlah milik kelompok Syiah saja, namun milik umat Islam bahkan umat manusia secara keseluruhan. Kecuali oleh mereka yang menjadi pengikut ideologis Bani Umayyah yang memang sejak awal tidak memandang penting keluarga Nabi saw bahkan dengan segenap upaya sepanjang sejarah mengecilkan nilai dan pentingnya peristiwa Karbala untuk dijadikan pelajaran oleh umat Islam.
Setiap menjelang Asyura, pengikut ideologi Bani Umayyah akan berupaya menjauhkan umat Islam dari mengingat Tragedi Karbala. Dengan kedok khawatir dengan penyebaran ideologi Syiah, melalui kekuatan media mereka mengerdilkan pentingnya memperingati gugurnya cucu Nabi saw yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi tetap terjaganya Islam. Mereka begitu semangat mengajak umat untuk berpuasa di hari Asyura dengan ganjaran pahala dihapuskannya dosa-dosa selama setahun namun abai bahwa umat sampai hari ini bisa mengenal salat, puasa dan haji karena pengorbanan darah putra-putra terbaiknya, termasuk oleh kesyahidan Al-Husain as.
Berpuasalah di hari Asyura ini, harapkanlah dengan puasa itu dosa-dosa setahun bisa terhapus sebagaimana diriwayatkan bahwa itu sabda Nabi Muhammad saw, namun jangan abai, di hari Asyura 1380 tahun lalu, Al-Husain, cucu kesayangan Nabi itu mati tersembelih dalam keadaan kehausan. Sempatkanlah untuk merenungkan betapa besarnya kepedihan dan terlukanya hati Nabi disaat tubuh cucu kesayangannya itu diinjak-injak kaki kuda dan dilecehkan.
Shalawat dan salam teriring untukmu ya Imam Husain 'alaihissalam…
Jangan Abaikan Pembahasan Kesyahidan Sayyidah Fatimah as
Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.
Menurut Kantor Berita ABNA, Muhammad Humaedi Hatta, hafiz muda asal Takalar Sulawesi Selatan kembali mendulang prestasi membanggakan dengan meraih peringkat ketiga dalam cabang hafalan Alquran 30 juz pada ajang "The International Holy Qur'an Competition for Muslim Students VI" yang berlangsung di kota Masyhad Republik Islam Iran 27-29 April 2018.
Sebelumnya Imam Masjid Al Markaz Makassar ini juga meraih juara III Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) internasional 30 juz yang ke-8 di Libya pada tahun 2013. Hafiz kelahiran 1 Juli 1991 tersebut juga telah menjuarai MHQ tingkat provinsi dan nasional dan sudah mengikuti berbagai ajang MHQ internasional termasuk yang pernah diadakan di Arab Saudi tahun 2010.
Disebutkan Kompetisi Alquran untuk Mahasiswa Muslim tingkat internasional yang berlangsung di kota Masyhad Iran tersebut diikuti oleh 18 qari dan 24 hafiz dari 35 negara. Indonesia diwakili oleh Muhammad Yunus untuk cabang qiraat dan Muhammad Humaedi Hatta untuk cabang hafalan Alquran.
Hasil akhir kompetisi yang diumumkan pada Minggu (30/4), Mujtaba Fardafani, wakil Iran meraih peringkat terbaik pertama cabang hafalan Alquran, Harun Mamadu Hasan dari Nigeria meraih juara dua dan Muhammad Humaedi Hatta dari Indonesia meraih juara ketiga.
Sementara untuk cabang qiraat, peringkat pertama juga diraih oleh wakil tuan rumah, Mahdi Ghulamnejad, sementara untuk juara dua Muhammad Ali Furughi dari Afghanistan dan Ahmad Jamal Kamal al-Mansharawi dari Irak sebagai juara ketiga.
Muhamma Humaedi Hatta dalam wawancaranya mengatakan musabaqah Alquran khususnya pada event-event internasional menjadi motivasi tersendiri bagi para hafiz dan qari untuk lebih meningkatkan kemampuan serta menjaga kecintaannya pada Alquran. "Melalui bacaan ataupun hafalan Alquran, kita juga bisa membuat bangga orangtua dan negara." Ungkap alumni UIN Alauddin Makassar tersebut.
Berikut wawancara lengkap redaksi ABNA dengan Muhammad Humaedi Hatta
Di negara mana saja anda pernah mengikuti kompetisi Alquran, dan prestasi apa saja yang anda raih?
Sebelumnya saya pernah ikut MHQ tahun 2010 di Arab Saudi, di Libya dan Tehran pada tahun 2012, dapat juara II dicabang hafalan Alquran 20 juz di Yordania, pernah ikut di Kuwait dan terakhir yang barusan terselenggara di Masyhad Republik Islam Iran.
Berarti, ini bukan yang pertama kalinya anda ikut kompetisi Alquran di Iran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang dulu anda ikuti di tahun 2012?
Hampir tidak ada perbedaan, kecuali ditahun 2012 diadakan di kota Tehran, dan tahun ini diadakan di Masyhad, perbedaannya hanya situasi kota dan cuacanya antara Tehran dan Masyhad.
Apa motivasi anda menghafal Alquran sementara kita tahu aktivitas Alquran sayangnya masih kurang diminati oleh generasi muda di Indonesia?
Banyak kemuliaan dan keutamaan yang didapat oleh orang yang menjadikan Alquran bagian dari kehidupannya baik dengan rajin membaca dan menghafalkannya, yang semua itu dijelaskan dalam Alquran dan hadis. Kepada yang menghabiskan usianya dalam menggeluti aktivitas-aktivitas Qur'ani, Allah swt menjanjikan padanya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Mnurut anda, kompetisi dan musabaqah Alquran memang perlu diadakan? apa manfaatnya?
Iya sangat penting. Karena ini dapat dijadikan ajang untuk mengasah dan memotivasi khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan mengkaji Alquran.
Dari sejumlah negara yang anda datangi untuk terlibat dalam kompetisi Alquran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang diadakan di Iran?
Perbedaannya hanya pada saat babak penyisihan dan final, dimana penyisihannya di uji melalui Skype langsung oleh dewan juri di Iran dan pada babak finalnya, semua finalisnya ditempatkan di ruang karantina.
Apa tanggapan anda dengan qari dan hafiz tuan rumah yang menjadi juara pertama, apa memang mereka layak mendapatkan itu?
Menurut saya kurang layak pada cabang tahfidz. Menurut penilaian saya seharusnya yang juara I delegasi dari Nigeria, karena hafalan dan tajwid yang sempurna sementara tuan rumah saya lihat melakukan beberapa kesalahan.
Dari pengamatan anda, bagaimana aktivitas Qur'ani di Iran dan apa tanggapan anda mengenai beberapa isu negatif yang berkembang mengenai Iran khususnya isu Alquran di Iran itu berbeda dengan yang dibaca muslim kebanyakan?
Dari pengamatan saya, semua kalangan umur, mulai dari yang tua sampai anak-anak begitu concern dalam mempelajari Alquran. Dibuktikan semua kalangan profesi banyak yang hafal Alquran, tidak hanya dari kalangan santri.
Selama berada di Iran, bagaimana kesan anda? apa menurut anda Iran memang layak menyebut diri sebagai Republik Islam?
Kota-kota di Iran bersih, dan orang-orangnya disiplin dalam manajemen waktu. Menurut saya, cukup layak untuk menyebut diri republik Islam.
Apa pesan anda kepada generasi muda Indonesia khususnya mengenai aktivitas mencintai Alquran?
Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.
Terimakasih atas waktunya