
کمالوندی
Konferensi Internasional "HAM AS Menurut Perspektif Rahbar"
Konferensi Internasional Kedua "HAM Amerika dari Perspektif Rahbar (Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei) telah berlangsung pada hari Selasa, 21 Januari 2020.
Konferensi yang digelar di aula seminar Basirah bekas "Sarang Mata-mata Amerika" itu terfokus pada terorisme pemerintah Amerika dan balasan keras.
Amir Hatami: Tamparan Iran kepada AS di Ain al-Asad akan Abadi
Menteri Pertahanan Republik Islam Iran mengatakan, dampak tamparan keras angkatan bersenjata Iran menarget pangkalan militer AS di Ain al-Asad akan abadi di sejarah.
Seperti dilaporkan IRNA, Amir Hatami Kamis (23/01) di Konferensi Standar Kualitas Angkatan Bersenjata Republik Iran di Tehran menambahkan, tamparan keras angkatan bersenjata Iran dalam menarget pangkalan AS di Ain al-Asad dilakukan di level tertinggi standar dari sisi waktu, kualitas dan akurasi rudal.
Seraya menjelaskan bahwa balasan atas kejahatan AS adalah tuntutan umum bangsa Iran, Amir Hatami mengatakan, "Dewasa ini Republik Islam memiliki seluruh elemen kekuatan dan tekad yang diperlukan untuk membalas agresor dan setiap ancaman di setiap level akan dibalas dengan senjata defensif berkualitas.
Sepah Pasdaran Iran dalam membalas kejahatan Amerika meneror Komandan pasukan Quds IRGC, Letjen Qasem Soleimani pada (08/01) menembakkan puluhan rudal ke pangkalan militer AS di Provinsi al-Anbar dan Arbil Irak.
Syahid Soleimani yang berkunjung ke Irak atas undangan resmi petinggi negara ini, pada Jumat (03/01) dini hari bersama Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi beserta delapan orang lainnya gugur syahid akibat serangan udara militer Amerika di dekat Bandara Udara Baghdad.
Masa Depan Perjanjian Nuklir JCPOA yang Makin Rumit
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif dalam statemennya pada hari Senin, 20 Januari 2020 menyinggung perilaku ilegal dan tak dapat dibenarkan Eropa terhadap perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama).
Dia mengatakan, jika berkas Iran dikirim ke Dewan Keamanan PBB, maka Tehran berpotensi untuk keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Dia menambahkan, Iran menindaklanjuti keputusan terbaru troika Eropa (Inggris, Prancis, dan Jerman) untuk mengaktifkan mekanisme penyelesaian sengketa JCPOA melalui jalur hukum.
"Republik Islam Iran memulai pembahasan metode penyelesaian sengketa secara resmi setelah Amerika Serikat keluar dari JCPOA," ujarnya.
Zarif menjelaskan, Iran mengirim tiga surat pada 10 Mei, 26 Agustus dan November 2018 kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan dalam surat tersebut secara resmi dinyatakan bahwa metode penyelesaian sengketa telah dimulai.
Menlu Iran lebih lanjut menuturkan, Tehran setelah mengirim surat pada bulan November, memberi tenggat waktu 7 bulan kepada Uni Eropa, dan Iran pada Mei 2019 memulai penurunan komitmennya dalam JCPOA di mana dua bulan kemudian dampak nyatanya telah mulai terlihat.
Menurut Zarif, Iran mengambil lima langkah penurunan komitmennya dalam perjanjian JCPOA dan tidak ada rencana untuk mengambil langkah berikutnya untuk menurunkan komitmen tersebut.
"Jika Eropa kembali pada komitmen-komitmennya dalam JCPOA, maka Iran akan menghentikan langkahnya ini. Namun jika Eropa tetap melanjutkan langkahnya tersebut sesuai dengan permainan politik, maka Republik Islam memiliki berbagai sarana untuk digunakan," pungkasnya.
Pasca keluarnya AS dari JCPOA pada 8 Mei 2018, Jerman, Inggris dan Perancis berjanji mempertahankan kesepakatan internasional ini dan mempertahankan kepentingan ekonomi Iran, namun sampai saat ini, ketiga negara itu belum melakukan langkah praktis atas janjinya untuk mempertahankan kesepakatan JCPOA.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengancam untuk mengenakan tarif 25 persen pada impor mobil Eropa jika Inggris, Perancis dan Jerman tidak secara resmi menuduh Iran melanggar perjanjian nuklir JCPOA.
Tiga negara Eropa memicu mekanisme perselisihan berdasarkan perjanjian pada 15 Januari 2020, yang merupakan tuduhan resmi terhadap Iran dan dapat menyebabkan pemberlakuan kembali sanksi PBB yang dicabut berdasarkan perjanjian JCPOA.
Namun belum jelas apakah ancaman itu dinilai perlu karena Eropa telah mengisyaratkan niat untuk memicu mekanisme perselisihan selama berpekan-pekan. Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri AS belum berkomentar.
AS keluar dari pejanjian nuklir JCPOA pada 2018, yang menurut para pejabat Gedung Putih sebagai bagian dari strategi yang dimaksudkan untuk memaksa Iran menyetujui kesepakatan yang lebih besar.
Sejak AS keluar dari perjanjian JCPOA, negara ini menerapkan kembali sanksi unilateral 2018 terhadap Iran.
Para pejabat Tehran telah berulang kali membantah program nuklirnya bertujuan untuk tujuan militer.
Karena Eropa tidak komitmen terhadap JCPOA setelah AS keluar dari perjanjian nuklir ini, maka Iran secara bertahap mengurangi komitmennya dalam JCPOA.
Sementara itu, Rusia, salah satu penandatangan JCPOA, menegaskan bahwa Moskow tidak melihat alasan untuk memicu mekanisme perselisihan.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer pada 16 Januari mengkonfirmasi bahwa negaranya menghadapi ancaman tarif dari AS.
"Ungkapan atau ancaman ini, seperti yang akan mereka lakukan, memang ada," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyesalkan keputusan Inggris, Perancis, dan Jerman untuk mempermasalahkan soal perjanjian nuklir JCPOA hanya karena tekanan AS.
"Jika Anda ingin menjual integritas Anda, silakan. Tapi Jangan menganggap dasar moral/hukum yang tinggi," kata Zarif.
Menlu Iran kepada Jerman, Perancis dan Inggris mengatakan, jika kalian ingin menjual kehormatan, maka lanjutkan jalan ini, tapi jangan menganggap diri kalian bermoral atau memiliki keunggulan hukum, kalian tidak memiliki posisi ini.
AS Ancam Bunuh Komandan Pasukan Qods yang Baru
Wakil khusus Amerika Serikat untuk Iran mengatakan, Komandan Pasukan Qods, IRGC yang baru, pengganti Jenderal Qasem Soleimani yang terbunuh dalam serangan pesawat nirawak Amerika di Irak, akan mengalami nasib serupa dengan pendahulunya.
Fars News (23/1/2020) melaporkan, Brian Hook kepada surat kabar Al Sharq Al Awsat menuturkan, Esmail Ghaani (Komandan Pasukan Qods yang baru) akan menerima nasib yang sama jika mengikuti jejak pendahulunya dalam membunuh warga Amerika.
Ia menambahkan, Presiden Amerika sejak lama sudah menegaskan setiap serangan terhadap warga atau kepentingan Amerika, akan dibalas tegas.
Di sela pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, WEF di Davos, Swiss, Brian Hook menjelaskan, ini bukan ancaman baru, Presiden Amerika selalu menekankan balasan tegas atas setiap ancaman terhadap kepentingan Amerika.
CENTCOM: Akibat Rudal Iran, Belasan Tentara AS Alami Cedera Otak
Wakil Komandan Gugus Tugas Bersama Operasi Inherent Resolve, Pusat Komando Amerika Serikat, CENTCOM mengatakan, tentara Amerika yang mengalami Cedera Otak Traumatik, TBI, bukan sakit kepala biasa seperti dikatakan Presiden Donald Trump, jumlahnya di atas 11 orang.
Mayjen Alexus G. Grynkewich dalam wawancara dengan majalah dwi-mingguan Amerika, Foreign Policy, Rabu (22/1/2020) menuturkan, sejumlah banyak tentara Amerika lain yang mengalami cedera otak traumatik dilarikan ke Jerman untuk diobati.
Menurut Foreign Policy, berita dua minggu lalu tentang selusin tentara Amerika yang diperiksa secara medis untuk mengetahui kemungkinan mengalami cedera otak traumatik, memicu spekulasi bahwa Gedung Putih sengaja menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya.
Namun Mayjen Grynkewich membantah jika pemerintah Amerika memerintahkannya menunda pengumuman ini, ia berdalih gejala cedera otak traumatik tidak mudah dilkenali sehingga para komandan tidak langsung menyadari ada anggotanya yang terkena.
Macron Adu Mulut dengan Polisi Israel
Presiden Perancis Emmanuel Macron dilaporkan terlibat adu mulut dengan polisi Israel di bumi pendudukan Palestina.
Ria Novosti melaporkan, Emmanuel Macron Rabu (22/01) setelah polisi Israel memasuki Gereja Ste. Anne di Quds pendudukan dan gereja tersebut milik Perancis, menuntut polisi Israel mengikuti undang-undang. Ia menambahkan, "Undang-undang ini telah berusia beberapa abad dan bagi Saya tidak ada perubahan."
Setelah menyaksikan pemandangan ini, dengan marah Macron mengatakan kepada aparat keamanan Israel dengan bahasa Inggris, "Kalian mengetahui peraturan! Aku tidak suka dengan perilaku kalian dihadapanku. Keluar kalian!"
Sepertinya aparat keamanan Israel berusaha terlebih dahulu memasuki gereja ini sebelum Macron.
Emmanuel Macron bukan petinggi Perancis pertama yang marah terhadap aparat keamanan Israel.
Tahun 1996 Jacques Chirac, presiden Perancis saat itu juga menghadapi masalah serupa dan ketika polisi Israel mencegah dirinya mendekati warga Palestina, ia juga terlibat adu mulut dan mengancam akan meninggalkan Israel.
Saat itu, berbagai media menyatakan bahwa Israel dengan langkahnya tersebut berusaha mengatakan kepada Chirac bahwa kontrol kota bersejara sepenuhnya berada di tangan Israel, kota yang mayoritasnya warga Palestina.
Barham Salih: Iran Pemain Geopolitik Besar di Kawasan
Presiden Irak Barham Salih menegaskan,"Bangsa Irak menghendaki hubungan yang baik dengan Iran."
Seperti dilaporkan televisi al-Alam, Barham Salih usai menyampaikan di sidang tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss dalam sebuah wawawancara menekankan pentingnya dialog dengan Iran dan menyatakan, tidak ada negara yang diijinkan mendikte Irak dengan siapa harus berhubungan dan bagaimana bentuk hubungan tersebut.
Presiden Irak juga menjelaskan, permintaan keluarnya pasukan Amerika bukan indikasi upaya atau permusuhan, tapi sebuah respon atas pelanggaran kedaulatan yang disaksika oleh bangsa Irak.
"Syahid Letjen Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC adalah simbol Iran yang mendukung militer Irak dan selama bertahun-tahun terlibat perjuangan keras melawan kelompok teroris Daesh (ISIS)," papar Salih.
Menyusul teror secara pengecut Amerika terhadap Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi di dekat Bandara Udara Baghdad pada Jumat (03/01) dini hari, anggota parlemen Irak Ahad (15/01) meratifikasi draf pengusiran pasukan Amerika dari wilayah negara ini.
Jenderal Soleimani berkunjung ke Irak atas undangan resmi pejabat pemerintah Baghdad.
Demokrat dan Republik Cekcok soal Proses Pemakzulan Trump
Kubu Republik dan Demokrat di sidang pemakzulan Presiden Donald Trump menentang kehadiran saksi pihak seberang.
Seperti dilaporkan Euro News, hari kedua sidang pemakzulan Trump di Senat digelar ketika kubu Republik dan Demokrat menentang kehadiran saksi masing-masing, namun mereka membacakan dakwaan terhadap presiden Amerika.
Di sidang ini, Ketua Komisi Intelijen DPR AS, Adam Schiff yang memimpin sfat jaksa Demokrat di berkas Ukrainegate menuding Trump menyalahgunakan wewenang dan mensabotase tugas DPR.
Ia juga menuding presiden AS berusaha melakukan kecurangan di pilpres 2020.
Proses hukum pemakzulan Trump dimulai sejak Selasa lalu di Senat dan senator Amerika telah meratifikasi peraturan terkait proses pemakzulan ini.
Di hari kedua sidang pemakzulan Trump di Senat, kubu Demokrat menuntut kehadiran John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional AS sebagai saksi, namun ini ditolak oleh mayoritas Republik.
Sebaliknya kubu Republik yang meminta kehadiran Hunter Biden, putra bakal kandidat presiden dari Demokrat di pilpres 2020, juga mendapat penentangan dari kubu Demokrat.
Untuk pemakzulan Trump dibutuhkan dua pertiga suara anggota Senat.
Syahid Soleimani, Mujahid Islam yang Tangguh
Letnan Jenderal Qasem Soleimani gugur syahid dalam serangan udara pasukan teroris AS di Irak. Sekarang semua pelosok Iran dan negara-negara lain berbicara tentang dia. Mayoritas warga Iran memakai pakaian hitam dan berduka atas kepergiannya.
Sebuah media asing menulis bahwa hampir seluruh pernyataan para pejabat tinggi Iran dan divisi-divisi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyebut Letjen Soleimani sebagai "Prajurit Wilayatul Faqih." Setelah mengalahkan teroris Daesh, Letjen Soleimani dalam sepucuk surat kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran (Rahbar) Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menyebut dirinya sebagai "Putra dan prajuritmu."
Ia tunduk pada wali faqih dan selalu siap menjalankan perintah panglima tertinggi. Haji Qasem – begitu sapaan akrabnya – sangat mengagumi Ayatullah Khamenei, matanya berkaca-kaca setiap kali bertemu, dan sebuah senyum yang tulus memancar di wajahnya. Ketegasan dan keberanian terlihat jelas di raut wajah Haji Qasem.
Sebuah foto yang diabadikan media menunjukkan bahwa Letjen Soleimani menggunakan tangan kanannya memberikan hormat militer kepada Rahbar dan meletakkan tangan kiri di dadanya sebagai bentuk kecintaan kepada wali faqih. Ini mungkin terlihat aneh di lingkungan militer, tapi ini menunjukkan penghormatan dan kecintaan, dan rasa rendah diri Haji Qasem di hadapan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran. Foto ini sudah dilihat banyak orang, dibagikan, dan akhirnya menjadi viral.
Setelah Imam Khomaini ra wafat, Ayatullah Khamenei – sebagai rahbar dan wali faqih – memegang teguh cita-cita Imam, menolak kompromi terhadap kezaliman, dan selalu mewaspadai konspirasi kekuatan-kekuatan Barat. Ayatullah Khamenei saat ini dikenal sebagai seorang pemimpin dengan tekad baja dan tegas, di mana mampu mematahkan kekuatan-kekuatan arogan dunia.
Rahbar adalah tokoh penyeru persatuan dan solidaritas umat Islam serta pembela kepentingan Dunia Islam di hadapan kekuatan agresor. Ia telah meningkatkan rasa percaya diri bangsa-bangsa Muslim, mengarahkan jalannya Kebangkitan Islam di wilayah Timur Tengah dan dunia, serta mengabarkan mereka tentang lahirnya sebuah Timur Tengah baru, yang akan menjadi milik Islam. Rahbar bersama Imam Khomeini ra memperlihatkan sebuah keteladanan yang sukses dalam kepemimpinan agama untuk melawan pemikiran materialisme Barat.
Haji Qasem Soleimani mengenal baik pemimpinnya dan ia ingin agar orang lain juga mengenalnya (Rahbar) dengan tepat. Pada sebuah kesempatan, Syahid Soleimani menuturkan, "Tegaknya Iran Islami dan eksistensinya bergantung pada kepemimpinannya. Wahai masyarakat, dengarlah bahwa aku bukan anggota partai atau kubu manapun, dan aku tidak tertarik pada pihak manapun kecuali kepada orang yang mengabdi untuk Islam dan revolusi.
Ketahuilah! Demi Allah aku mengenal para ulama Syiah dari dekat. Aku sudah meneliti hal ini selama 14 tahun. Aku mengenal para ulama Lebanon, para ulama Pakistan, para ulama negara-negara Teluk Persia baik Sunni maupun Syiah. Demi Allah, pemimpin para ulama tersebut dari Iran dan dari selain Iran adalah tokoh besar sejarah ini yaitu Ayatullah al-Uzdma Sayid Ali Khamenei."
Al-Quran menganggap wilayah (otoritas) sebagai milik Allah Swt semata, dan posisi kepemimpinan ini juga diberikan kepada Rasulullah Saw dan Ahlul Bait. Setiap Muslim membutuhkan wali dan pemimpin untuk mencapai kehidupan yang baik dan mulia. Di masa Rasulullah, teladan dan pemimpin kaum Muslim adalah beliau sendiri dan setelah beliau wafat, kedudukan ini dipegang oleh Ahlul Bait Nabi, dan kemudian oleh ulama dan marja' yang memenuhi syarat.
Di masa keghaiban Imam Mahdi as, para marja' adalah hujjah dan tempat rujukan bagi manusia. Imam Mahdi as berkata, "Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dan peristiwa yang terjadi, maka merujuklah kepada perawi hadis dan fuqaha', karena sesungguhnya mereka khalifah dan hujjahku terhadap kalian dan aku adalah hujjah Allah atas kalian."
Imam Ali Ridha as berkata, "Jika Allah tidak menetapkan seorang pemimpin yang amanah untuk mengawal dan menjaga garis kepemimpinan (imamah), maka agama secara perlahan akan musnah, sunnah Rasulullah dan hukum-hukum Ilahi diselewengkan, para penebar bid'ah menambah sesuatu dalam agama, sementara para ateis mengurangi sesuatu dari agama, dan akhirnya kebenaran menjadi kabur bagi kaum Muslim."
Syahid Qasem Soleimani adalah sosok yang ramah, dicintai oleh rakyat Iran dan bangsa-bangsa lain, ia adalah seorang komandan sekaligus seorang prajurit yang rendah hati. Kehidupannya dihabiskan untuk berbuat kebaikan dan memandang dunia ini sebagai ladang untuk beramal.
Ia adalah alumni madrasah pemikiran Imam Khomeini ra, ia memiliki kearifan dan kebijaksanaan, serta menolak kekakuan pikiran. Untuk itu, Haji Qasemi menghabiskan usianya untuk memerangi kekakuan pikiran dan takfiri Daesh.
Letjen Soleimani menerima lencana tinggi Zulfiqar dari Rahbar. Lencana dan pangkat militer ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri di kalangan personil militer. Lencana ini memiliki banyak jenis sesuai dengan bentuk pengorbanan dan profesionalitas prajurit.
"Jihad di jalan Allah Swt tidak dapat diganjar dan dikompensasi dengan baik dengan apapun di dunia ini. Upaya seseorang di jalan Allah tidak bisa dihargai dan dikompensasi dengan apapun yang (bersifat) duniawi," kata Rahbar dalam pidatonya pada upacara penyematan lencana Zulfiqar kepada Letjen Soleimani.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran." (QS: At-Taubah, ayat 111)
Ganjaran bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah Swt adalah surga dan keridhaan-Nya.
Rahbar menjelaskan, apa yang kita berikan – termasuk rasa terima kasih kami, lencana kehormatan, perintah, dan tanda pangkat – adalah hal-hal yang patut diperhatikan berdasarkan kaca mata duniawi, tetapi dari segi spiritual dan perhitungan Ilahi, mereka tidak penting.
"Syukurlah, kalian semua telah melakukan upaya dan usaha ini. Allah Swt telah memberikan taufik kepada saudara kita yang sangat tersayang Tuan Qasem Soleimani. Dia berkali-kali mempertaruhkan hidupnya untuk membela Islam, untuk menggagalkan invasi musuh, dan dia melakukannya di jalan Allah, untuk-Nya, dan murni demi Allah Swt," ujarnya.
"Dia telah melakukan upaya besar. Saya berharap Allah Swt akan membalas dan memberkatinya, Dia akan membantunya menjalani kehidupan yang bahagia dan bahwa dia akan gugur syahid di akhir hidupnya. Namun, tentu saja tidak sekarang. Republik Islam membutuhkan jasanya selama bertahun-tahun yang akan datang, tetapi saya berharap jasanya akan berakhir dengan kesyahidan, Insya Allah," lanjut Rahbar.
Syahid Soleimani memiliki kepribadian yang unik, penyayang, memiliki tekad baja, pekerja keras, sangat disiplin, pintar, taat agama, dan pakar strategi. Hal ini membuat Rahbar sangat menyayanginya dan menaruh perhatian besar kepadanya.
Pesan Rahbar mengenai kesyahidan Letjen Soleimani, memiliki kemiripan dengan pesan Imam Ali as ketika berduka atas kepergian sahabat setianya, Malik Ashtar.
"Setelah perjuangannya selama bertahun-tahun, keikhlasan, dan keberaniannya di medan perang menghadapi para setan dan penjahat dunia, dan kerinduannya sekian lama untuk menjemput kesyahidan di jalan Allah swt, akhirnya Soleimani yang terhormat mencapai kedudukan mulia ini. Darah sucinya tumpah di tangan pihak yang paling dibenci umat manusia di muka bumi," kata Rahbar dalam pesannya.
Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, gugur syahid dalam serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan teroris AS di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat lalu.
Syahid Soleimani, Ayah bagi Anak-anak Yatim
Haji Kamal Dasti mengusap wajahnya sambil tersenyum, lalu bertanya dengan raut keheranan, "Pendapatku tentang Haji Qasem (Syahid Qasem Soleimani)? Aku tidak punya pendapat tentangnya, ia telah ditunjuk oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam sebagai komandan Pasukan Quds, banyak prajurit di Divisi 41 Tsarallah bersedih.
Mereka berpikir tidak lagi bisa bertemu Haji Qasem, tapi rekan-rekan dekatnya tahu bahwa sikap Haji Qasem tidak akan berubah. Memang seperti itu yang terjadi, kami masih bisa berkumpul bersamanya dua sampai tiga kali dalam setahun, semua teman-teman juga datang. Haji Qasem tidak melupakan siapa pun selama masa itu, semua pejuang masa lalu adalah orang-orang baik, tapi Haji Qasem sosok yang istimewa."
Haji Kamal Dasti adalah salah satu mantan veteran dari Divisi 41 Tsarallah. Ia adalah seorang veteran yang terkenal di kota Kerman dan termasuk teman dekat Letjen Soleimani.
Para mantan veteran mulai mengenang kembali pengalaman mereka di medan perang dan jalinan persahabatan yang terajut di antara mereka. Kesyahidan Letjen Soleimani seakan mengulang kembali hari-hari revolusi dan Perang Pertahanan Suci. Dada mereka terasa sesak dan darahnya membara. Darah segar kembali mengaliri urat nadi Islam dan semua bangkit untuk membela Islam.
Haji Qasem secara rutin mengadakan peringatan acara duka dan pengajian di rumahnya yaitu hari wafatnya Sayidah Fatimah az-Zahra dan bulan Ramadhan. Acara ini menjadi ajang nostalgia para mantan veteran perang. Mohammad Shahmuradi, komandan Divisi 420 dan veteran perang, adalah salah satu teman Haji Qasem yang sangat terpukul dengan berita kesyahidan komandan Pasukan Quds ini.
Syahid Soleimani bersama rekan-rekannya di Divisi 41 Tsarallah.
Dia menuturkan, "Pertemuan terakhir kami dengan Haji Qasem terjadi pada bulan Ramadhan tahun lalu. Ia bercerita tentang kitab Nahjul Balaghah kepada kami dan mengingatkan kami tentang nilai-nilai moral. Ia juga sedikit bercerita mengenai perang Suriah dan Irak, hanya secara global dan kami tidak mengetahui detailnya, tapi analisanya tentang situasi di kawasan sangat bagus. Seperti biasanya, kami saling bercengkrama dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Kami bertemu Haji Qasem dua kali setiap tahun, tapi sekarang kami menjadi yatim."
Mungkin banyak orang mengenal Letjen Soleimani karena pengorbanannya di medan perang, tetapi selain itu, ia juga termasuk salah satu tokoh budaya. Syahid Soleimani memainkan peran besar di bidang budaya khususnya dalam melestarikan warisan para syuhada. Ia sangat aktif dalam kegiatan budaya dan dapat dikatakan bahwa Syahid Soleimani adalah salah satu petinggi Korps Pasdaran yang sangat peduli dengan budaya. Ia selalu menjadi tumpuan bagi anak-anak dan keluarga syuhada.
Kisah kehidupan Syahid Soleimani telah memberikan makna kepada cinta dan para pecinta. Setiap kali ia menghadiri acara yang diadakan oleh keluarga syuhada, para hadirin langsung mengurumuninya. Anak-anak para syuhada bergegas ke arahnya dan mereka duduk di sampingnya, seakan mereka sedang menemui ayahnya.
Haji Qasem sangat ramah sehingga anak-anak tidak sungkan untuk mendekatinya, mereka menumpahkan keluh-kesahnya kepada sang komandan dan tidak lagi mempedulikan jalannya acara.
Suatu hari, Letjen Qasem hadir di sebuah acara yang diadakan oleh keluarga syuhada. Ia masuk dengan tenang dan duduk di salah satu sudut ruangan. Namun begitu salah seorang anak melihatnya, ia langsung berteriak dengan ucapan, "Salam Haji Qasem!"
Seketika seisi ruangan riuh melantunkan shalawat dan para hadirin tidak lagi memperhatikan penceramah. Penceramah pun meminta Letjen Soleimani untuk naik ke mimbar dan menyampaikan sambutan. Anak-anak selalu ingin dekat dengannya, bercerita kepadanya, dan berfoto bersama.
Keakraban anak-anak syuhada dengan Letjen Soleimani.
Acara keluarga para syuhada dengan Letjen Soleimani, tidak pernah dibatasi oleh aturan protokoler. Mereka ingin suasana berlangsung akrab dan bisa digunakan untuk berkeluh kesah. Letjen Soleimani selalu meminta agar acara pertemuan dengan keluarga syuhada diadakan pada hari-hari besar sehingga anak-anak mereka bisa merasakan kegembiraan yang lebih besar.
Di acara peringatan Syahid Soleimani, Ibu Fatimah Jakfari, istri Syahid Ansari menuturkan, "Malam ini kami berkumpul bersama, seperti sebuah keluarga besar yang kehilangan ayahnya, dengan harapan pertemuan ini bisa mengurangi kesedihan anak-anak dan keluarga kami. Kami saling memahami perasaan masing-masing, kami memahami duka anak-anak kami. Meski kesyahidan ini menjadi cita-citanya, namun anak-anak kami kembali berduka dan menangis. Anak-anak balita memegang erat kain hijab ibunya dan menangis hebat, orang-orang dewasa kembali mempererat ikatan tali sepatu tempurnya."
Dalam Islam, salah satu syarat masuk surga adalah mengasihi anak yatim, sementara berbuat kezaliman dan merampas hak-hak dan harta mereka akan mendatangkan azab Ilahi. Anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka yang telah yatim, benar-benar haus akan kasih sayang dan perhatian.
Haji Qasem selalu berusaha mengobati kesedihan anak-anak yatim dan membuat mereka merasa memiliki seorang ayah. Ia memeluk anak-anak, mengusap pundak mereka, dan menyuapkan makanan kepada mereka. Haji Qasem merasa gembira saat sebuah senyuman merekah di wajah anak seorang syahid.
Haji Qasem memiliki hati yang lembut dan penyayang, ia mengambil setangkai mawar yang diberikan oleh seorang anak syahid meski ia sedang shalat. Seakan ia sudah akrab dengan sabda Rasulullah Saw yang berkata, "Ketika seorang anak yatim menangis, maka Arsy Allah akan bergetar karena tangisannya… Allah berfirman, 'Aku bersumpah dengan kemuliaan dan keangugan-Ku, barang siapa yang menghapus tangisan anak yatim, maka surga wajib baginya.'"
Haji Qasem tidak hanya menjadi tokoh Iran yang paling dikagumi di semua polling, tapi ia juga menjadi figur yang paling populer di kawasan. Oleh karena itu, ia sangat dibenci oleh musuh yang paling bengis dan paling kejam. Ia berulang kali mengagalkan skenario Amerika Serikat dan Israel di Lebanon, Palestina, Irak, dan Suriah.
Di Irak, Haji Qasem membantu memperkuat persatuan di antara warga Syiah dan mendamaikan konflik horizontal di negara itu. Stabilitas politik yang tercipta di Irak tentu saja tidak sejalan dengan kepentingan pasukan pendudukan. Masalah tersebut juga menjadi perhatian Haji Qasem dalam beberapa pekan terakhir.
Pukulan lain yang tidak akan pernah dilupakan oleh musuh adalah kehancuran kelompok teroris Daesh di Irak dan Suriah. Letjen Soleimani berjihad di medan perang, tetapi ia tidak pernah mengenakan seragam militer dalam perang yang berkecamuk itu, karena misi utamanya adalah memobilisasi masyarakat di kawasan.
Sekarang para pemuda revolusioner – demi menjaga keamanan negara – berperang melawan musuh jauh di luar perbatasan Iran dan mereka sedang menggagalkan konspirasi-konspirasi musuh.
Kepergian Haji Qasem telah menyisakan duka dan kesedihan yang mendalam, tapi tetesan darahnya akan menumbuhkan pohon yang subur dan membangkitkan kesadaran masyarakat.
Seorang bocah Iran berteriak lantang di tengah kerumunan demonstran, "Dunia perlu mengetahui bahwa jika Letjen Qasem Soleimani telah kalian ambil dari kami, kami anak-anak akan dididik seperti Qasem Soleimani. Ketahuilah, aku adalah Qasem Soleimani!."