
کمالوندی
Agama Islam Jelas Muliakan Perempuan (Part 1)
Islam memandang semua manusia mempunyai derajat yang sama baik laki-laki maupun perempuan. Dalam Islam hanya ketakwaannya saja yang membedakan antara satu sama lain. Selebih itu baik laki-laki maupun perempuan semuanya sama di hadapan Allah swt.
Perempuan Dalam Al-Quran
Al-Quran sendiri menjelaskan bahwasanya perempuan dan laki-laki itu sama yakni dalam penciptaan pun Allah tidak membedakan mereka.
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا
“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya” (Surah Al-Araf, ayat 189)
Dari sini Allah swt hendak menjelaskan bahwa wanita dan laki-laki itu diciptakan dari bahan yang sama. Jika laki-laki diciptakan dari tanah maka begitu pun dengan perempuan, mereka diciptakan juga dari tanah.
Selanjutnya adalah di dalam al-Quran kita menemukan bahwa yang menjadi lawan bicara al-Quran bukan hanya laki-laki saja akan tetapi umum antara laki-laki dan perempuan. Misalnya saja al-Quran menggunakan kata An-Nas (Manusia), Bani Adam (Anak Adam), atau juga Insan (manusia).
Kemudia Allah berfirman secara jelas bahwa laki-laki dan perempuan itu sama di sisi-Nya dan yang membedakan adalah ketakwaan mereka.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surah Al-Hujurrat, ayat 13).
Sampai di sini kita telah buktikan bahwasanya perempuan dan laki-laki itu sama dalam agama Islam tidak ada perbedaannya sama sekali.
Baginda Nabi Muhammad Cerminkan Islam Ramah Bukan Islam Marah
Baginda Nabi Muhammad saw terkenal dengan seorang pribadi yang tidak pernah terdahului dalam berucap salam. Yakni baginda Nabi Muhammad saw selalu menjadi orang yang pertama dalam menyampaikan salam.
Namun suatu hari ada seorang dari sahabat Nabi ingin menyampaikan salam sebelum Nabi mengucapkan salam padanya. Kemudian sang Sahabat bersembunyi di belakang dinding.
Setelah itu ketika Nabi Muhammad saw berjalan mendekati dinding tersebut turun Malaikat Jibril as dan memberitahu Nabi bahwa ada seseorang yang menunggunya di belakang dinding.
Kemudian ketika hampir mendekati dinding, beliau mengucapkan salam padanya.
یا من اختفیت وراء الحائط: سلام علیکم
“Wahai engkau yang bersembunyi di belakang dinding, Assalmaualaikum.”
Sahabatpun terkejut dan menjawab salam Nabi Muhammad saw.
Saudara-saudaraku inilah akhlak Nabi Muhammad saw yang sangat agung. Beliau adalah cerminan agama Islam yang rahmah bukan agama Islam yang marah.
Nabi saw tidak pernah terdahului dalam berucap salam dan juga selalu menjadi orang pertama yang berucap salam pada yang lainnya.
Kisah Hikmah; Imam Hanafi dan Harta Yang Hilang
Suatu hari Hasan bin Jiyad bercerita tentang seorang laki-laki yang datang menghampiri Imam Fiqih Abu Hanifah. Laki-laki tersebut datang dan berkata padanya, “Bertahun-tahun aku mengumpulkan uang dan harta. Lalu aku menyimpannya di sebuah tempat tapi aku lupa di mana uang dan hartaku berada. Bisakah engkau membantuku?”
“Permasalahanmu bukan permasalahan ahli Fiqih.” Jawab Abu Hanifah. Lalu setelah itu beliau berpikir sejenak dan berkata pada laki-laki tersebut.
“Shalatlah kamu dari malam sampai subuh tiba! InshaAllah engkau akan mengingat tempat kamu menyimpan uang dan harta-harta mu.”
Laki-laki tersebut pergi dan di malam harinya ia mendirikan shalat. Lalu tanpa waktu lama, tiba-tiba dia mengingat tempat tersebut dan pergi mengambil uang dan harta-hartanya.
Keesokan harinya, laki-laki tersebut pergi menuju Abu Hanifah untuk berterimakasih dan berkata padanya, “Bagaimana bisa engkau mengetahui bahwa dengan perantara hal ini, aku bisa mengingat tempat menyimpan uang-uangku?”
“Karena aku mengetahui bahwa setan tidak akan membiarkanmu shalat dari malam sampai menjelang subuh. Setan akan mengganggumu dengan mengingatkanmu tempat menyimpan uang-uangmu yang terlupa.”
Pembaca yang budiman, dari cerita di atas kita mengetahui bahwasanya setan senantiasa mengganggu kita walaupun kita tengah dalam keadaan shalat. Yang diinginkan setan adalah supaya manusia menjadi temannya di dalam neraka. Yakni manusia menjadi jauh dari Tuhan dan dekat dengan dirinya, itulah tujuan setan. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran, surah an-Nisa ayat 118-120 bahwa setan tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah swt sehingga manusia masuk neraka bersamanya.
Maka dari itu penting kiranya kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap langkah hidup kita serta senantiasa berlindung pada Allah swt setiap waktunya supaya tidak terjerumus dalam godaan setan.
Siti Fathimah Az-Zahra Yang Akhlaknya Mirip Nabi Saw
Suatu ketika, di hari pernikahan Siti Fathimah az-Zahra dengan sayidina Ali bin Abi Thalib, ketika semua orang berbahagia, datang seorang perempuan faqir meminta bantuan pada hadirin. Namun tidak ada yang memberikan batuan padanya.
Lalu, siti Fathimah az-Zahra melihat peristiwa ini. Kemudian ia pergi dari keramaian ke rumah sayidina Ali, setelah itu dia melepaskan baju pengantinnya dan memakai pakaian lamanya.
Kemudian siti Fathimah datang menghampiri wanita faqir dan memberikan pakaian pengantinnya untuk dijual di pasar sehingga uangnya bisa ia gunakan.
Ketika Baginda Nabi Muhammad saw mendegar hal ini, lalu beliau bertanya pada anak semata wayangnya, Fathimah.
“Wahai anak ku yang tersayang! Kenapa engkau melakukan hal ini, memberikan gaun pengantinmu di hari pernikahan mu?”
Kemudian siti Fathimah menjawab, “Aku ingin mengamalkan apa yang engkau sabdakan untuk menginfakkan apa yang kalian cintai pada yang membutuhkan.”
لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَ ما تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَليمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang engkau infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. “ (Surah Ali Imran, ayat 92)
Kedudukan Luhur Sayidah Fatimah Az-Zahra (2)
Hari-hari Fatimiyyah adalah sebuah momen yang diisi oleh para pengikut Syiah dengan acara duka untuk mengenang hari kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra as.
Tanggal kesyahidan Sayidah Fatimah tidak diketahui secara jelas dan ada perbedaan riwayat mengenai hal ini. Di Iran, ada dua hari berkabung untuk memperingati syahadah wanita mulia ini yaitu tanggal 13 Jumadil Awal dan 3 Jumadil Akhir. Hari-hari ini disebut dengan hari-hari Fatimiyah pertama dan Fatimiyah kedua.
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Surat an-Nur
Sosok Sayidah Fatimah az-Zahra disebut sebagai sebuah pelita bagi pecinta Ahlul Bait dalam ayat Misykat (ayat 35 surat an-Nur), sementara para imam maksum yang lahir dari keturunannya adalah pemberi petunjuk kepada umat manusia.
"Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah tempat pelita yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu berada dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang penuh berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api (lantaran minyak itu sangat bening berkilau). Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur, ayat 35)
Para mufassir telah menafsirkan ayat Nur dengan berbagai metode dan secara khusus menyebutkan beberapa objek mengenai kata misykat (tempat pelita). Muhammad Ali ibn Ibrahim Qummi dalam bukunya, Tafsir al-Qummi menulis, "Maksud dari kata misykat adalah Fatimah az-Zahra dan arti dari kalimat Fiha Misbah al-Misbahu adalah dua putra mulianya, Imam Hasan dan Imam Husein."
Beberapa kitab tafsir dengan mengutip sebagian riwayat, menafsirkan kata zujajah sebagai Imam Ali as dan kalimat Nurun Ala Nur adalah para imam Syiah yang datang silih berganti dan memiliki cahaya ilmu dan hikmah.
Seorang ulama besar Syiah, Allamah al-Majlisi ketika menafsirkan kalimat Nurun Ala Nur, mengutip sebuah riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as yang berkata, "Di tengah Ahlul Bait, terdapat para imam yang datang silih berganti dan masing-masing dari mereka adalah pemberi petunjuk ke jalan makrifat."
Iya, Allah adalah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Sosok Sayidah Fatimah as merupakan misykat yang darinya lahir para imam maksum. Semua makrifat Ilahi terpancar dalam wujudnya dan ia adalah penjaga cahaya tauhid, dan mereka semua berasal dari nur (cahaya) yang satu.
Ilustrasi peringatan hari syahadah Sayidah Fatimah az-Zahra as.
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Surat Ibrahim
Sekarang kita akan mengkaji tafsir ayat 24 dan 25 surat Ibrahim, dan secara khusus menafsirkan maksud dari kalimat syajarah thayyibah (pohon yang baik) dalam ayat tersebut.
Allah Swt berfirman, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS. Ibrahim, ayat 24-25)
Menurut berbagai riwayat, maksud dari kalimat syajarah thayyibah adalah Rasulullah Saw, Imam Ali, Sayidah Fatimah as, dan kedua putra mereka.
Sallam Ibn Mustanir mengatakan, "Aku bertanya kepada Imam Muhammad al-Baqir as tentang firman Allah, 'seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.'
Imam menjawab, "Pohon itu adalah Rasulullah yang garis keturunannya tertancap kokoh di Bani Hasyem. Batang pohon itu adalah Ali as, dan akarnya adalah Fatimah, cabang-cabangnya adalah para imam maksum, dan daun-daunnya adalah para pengikut Syiah. Jika ada satu orang Syiah meninggal dunia, maka satu daun dari pohon itu akan jatuh, dan jika ada satu kelahiran, maka satu daun baru akan tumbuh."
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Surat al-Baqarah
Allah Swt mengajarkan beberapa kalimat kepada Nabi Adam as dan kalimat tersebut membuat taubatnya diterima.
Setelah termakan godaan syaitan dan turunnya perintah keluar dari surga, Nabi Adam menyadari bahwa ia telah menzalimi dirinya dan dengan penuh penyesalan bertaubat kepada Allah. Dia mendengar permohonan taubat Nabi Adam as dan mengajarkan beberapa kalimat kepadanya sebagai syarat penerimaan taubat.
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah ayat 37)
Para mufassir berbeda pendapat mengenai "kalimat-kalimat" yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam untuk bertaubat. Berbagai riwayat yang dinukil dari Ahlul Bait menyebutkan bahwa maksud dari "kalimat-kalimat" adalah mengajarkan nama-nama manusia yang paling mulia yaitu Muhammad Saw, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husein as.
Nabi Adam bertawassul kepada nama-nama tersebut untuk memohon ampunan dari Allah dan Dia pun menerima taubatnya. Kalimat-kalimat tersebut juga membuat Nabi Ya'qub memperoleh kembali penglihatannya setelah menangis terus-menerus karena perpisahan dengan Yusuf, kapal Nabi Nuh as terselamatkan dari badai dan bersandar di sebuah bukit, dan padamnya kobaran api yang dinyalakan untuk membakar Nabi Ibrahim as.
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Surat ar-Rahman
Allah Swt dalam surat ar-Rahman ayat 19-22 berfirman, "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dari keduanya keluar mutiara dan marjan."
Dalam sebuah riwayat dari Sa'id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas disebutkan, "Makna dari dua lautan asin dan tawar yang keduanya kemudian bertemu adalah Ali dan Fatimah. Maksud dari batas pemisah yang tidak melampaui masing-masing adalah kasih sayang abadi yang terjalin di antara kedua sosok mulia ini, dan maksud dari mutiara dan marjan yang keluar dari lautan tersebut adalah Hasan dan Husein as."
Sebuah riwayat lain dari Ibnu Abbas, telah memperjelas penafsiran dari kalimat, "antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing" yaitu bahwa di antara kedua pribadi mulia tersebut, terdapat cinta dan kasih sayang yang sedemikian rupa sehingga menjauhkan segala bentuk emosi dan dendam.
Samudera kasih sayang Sayidah Fatimah dan suaminya adalah tidak bertepi, demikian juga dengan makrifat dan keutamaan mereka berdua.
Ayat tersebut berbicara tentang keutamaan besar dan kedudukan tinggi Ahlul Bait Nabi as. Allah Swt menjadikan mereka sebagai sumber keberkahan, gudang ilmu pengetahuan, teladan akhlak yang mulia, simbol ketakwaan dan kesucian, serta simbol kedermawanan.
Anak-anak mereka merupakan mutiara yang berharga, yang tumbuh besar di tengah samudera kasih sayang Sayidah Fatimah dan Imam Ali as. Hasan dan Husein as mewarisi keindahan fisik dan batin, ilmu, dan takwa dari kedua orang tuanya.
Kedudukan Luhur Sayidah Fatimah Az-Zahra (1)
Ayyam Fatimiyah (hari-hari duka Sayidah Fatimah Az-Zahra as) adalah hari berkabung dan berduka cita yang diperingati untuk mengenang syahadah putri tercinta Rasulullah Saw ini.
Hari kesyahidan Sayidah Fatimah as tidak diketahui secara pasti dan ada perbedaan riwayat mengenai hal ini. Ada dua hari istimewa yang dikenang untuk memperingati syahadah putri Rasulullah Saw ini yaitu tanggal 13 Jumadil Awal dan 3 Jumadil Akhir. Hari-hari itu disebut dengan hari-hari Fatimiyah.
Di sini, kita akan mengupas tentang ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan kedudukan Sayidah Fatimah az-Zahra as. Ia memiliki kedudukan yang luhur sehingga Allah Swt menurunkan banyak ayat al-Quran tentang istri Imam Ali as ini.
Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar untuk menunjukkan kedudukan luhur dan mulia Sayidah Fatimah as, pengorbanan tulusnya diabadikan dalam surat al-Insan, kesucian wanita ini dijelaskan dalam Ayat Tathir (ayat 33 surat al-Ahzab), puncak irfani dan spiritualitasnya digambarkan dalam Ayat Mubahalah (ayat 61 surat Ali Imran).
Keberadaan Sayidah Fatimah disebut sebagai sebuah pelita bagi para pecinta Ahlul Bait dalam Ayat Misykat (ayat 35 surat an-Nur), ia diperkenalkan sebagai sebuah pohon yang suci dalam ayat 24 surat Ibrahim.
Sayidah Fatimah dan Imam Ali as adalah samudera ilmu dan makrifat Ilahi, sementara anak-anak mereka adalah mutiara dalam samudera itu. Ayat Mawaddah (ayat 23 surat al-Syura) menjelaskan bahwa upah atas jerih payah Rasulullah Saw adalah mencintai dan menyayangi Ahlul Baitnya.
Di antara putra-putri Sayidah Khadijah as dan Rasulullah Saw adalah Abdullah. Namun, Abdullah meninggal dunia di usia kanak-kanak. Pada suatu hari, salah satu pemimpin kaum musyrik Makkah, Ash bin Wa'il melihat Rasulullah ketika keluar dari Masjidil Haram dan berbicara singkat dengannya.
Sekelompok pemimpin Quraisy yang menyaksikan pertemuan mereka, bertanya hal itu kepada Ash bin Wa'il. Mereka berkata, "Dengan siapa kamu berbicara tadi?" Dia menjawab, "Dengan dia yang (Abtar) terputus!"
Allah kemudian menurunkan surat al-Kautsar untuk membela dan membesarkan hati Rasulullah. "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."
Para mufassir menafsirkan al-Kautsar sebagai kebaikan dan nikmat yang banyak yaitu banyaknya keturunan Rasulullah dan ini terwujud melalui anak-anak Sayidah Fatimah, di mana anak keturunannya tidak terhitung jumlah mereka dan ini akan berlanjut sampai hari kiamat.
Mayoritas ulama Syiah menganggap sosok Sayidah Fatimah as sebagai al-Kautsar. Menurut takwil ayat ini, Allah memberikan keturunan yang banyak kepada Rasulullah melalui putrinya ini.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Barang siapa yang membaca surat al-Kautsar dalam shalat wajib dan sunnahnya, maka Allah akan mengeyangkannya dengan air telaga Kautsar pada hari kiamat."
Pengorbanan tulus Sayidah Fatimah as dan keluarganya diabadikan oleh Allah dalam surat al-Insan.
Imam Hasan dan Imam Husein as menderita sakit selama beberapa hari. Rasulullah dan beberapa sahabat pergi membesuk cucunya itu di rumah mereka. Di sana, Rasulullah berkata kepada Imam Ali, "Jika engkau bernazar untuk kesembuhan mereka, maka Allah akan mempercepat kesembuhannya."
Imam Ali as menjawab, "Wahai Rasulullah! Aku akan bernazar untuk kesembuhan mereka berdua yaitu melakukan puasa syukur selama tiga hari."
Beberapa hari kemudian, Imam Hasan dan Imam Husein telah sembuh dari sakitnya. Dengan demikian, Imam Ali dan Sayidah Fatimah bersama pelayannya Fidhah menunaikan nazar mereka dengan berpuasa selama tiga hari berturut-turut.
Imam Ali as kemudian meminjam gandum dan Fiddhah membuat lima potong roti dan ketiganya berpuasa. Ketika tiba waktu berbuka, seorang peminta-minta mengetuk pintu rumah dan meminta makanan. Karena tidak ada makanan lain selain beberapa potong roti di rumah, mereka memberikan roti itu kepada pengemis itu dan hanya berbuka dengan air.
Mereka berpuasa di hari kedua dengan perut kosong. Imam Ali kembali meminjam gandum untuk dibuatkan roti lalu berbuka dengannya. Tapi ketika tiba waktu berbuka, giliran seorang anak yatim yang mengetuk pintu rumah mereka dan meminta bantuan. Kali ini juga keluarga Imam Ali harus merelakan roti untuk berbuka puasa diberikan kepada anak yatim itu.
Hari ketiga mereka berpuasa dalam kondisi perut kosong belum diisi apapun selama dua hari. Kejadian hari pertama dan kedua terulang kembali di hari ketiga. Ketika akan berbuka puasa, ada orang lain yang membutuhkan bantuan mengetuk pintu rumah mereka.
Setelah mengetahui bahwa orang yang mengetuk pintu itu adalah seorang hamba sahaya yang tertawan oleh pemiliknya yang kaya raya, keluarga Imam Ali untuk ketiga kalinya harus merelakan roti untuk berbuka puasanya diberikan kepada budak itu.
Di hari keempat, Rasulullah Saw mendatangi rumah Ali untuk mengetahui apa yang terjadi. Beliau melihat keluarga Ali dalam kondisi lemah. Setelah bertanya apa yang terjadi, beliau segera mengangkat tangannya dan berdoa, "Wahai Zat yang segera pertolongannya! Ya Allah, anak-anak Muhammad, Nabi-Mu terlihat lemah akibat lapar. Ya Allah, bantulah mereka..."
Ketika itu, malaikat Jibril datang dan berkata, "Wahai Muhammad! Terimalah ucapan selamat dari Allah!" Nabi Muhammad Saw berkata, "Apa itu?" Malaikat Jibril kemudian membacakan surat al-Insan dan berkata, "Surat itu diturunkan untuk Ali dan keluarganya yang suci."
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan: 8-9)
Peringatan hari gugurnya Sayidah Fatimah as di Tehran. (dok)
Kedudukan Sayidah Fatimah dalam Surat al-Qadr
Menurut sabda Rasulullah Saw, Fatimah adalah pemimpin wanita semesta alam dan membutuhkan makrifat yang tinggi untuk memahami kedudukannya. Diriwayatkan dari para imam maksum bahwa ia dinamakan Fatimah karena para hamba tidak mampu memahami kedalaman makrifatnya.
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
Imam Jakfar Shadiq berkata, "Lailah (malam) adalah Fatimah dan al-Qadr adalah Allah. Barang siapa yang mengenal Fatimah dengan sebenar-benarnya makrifat, maka dia telah menemukan malam Lailatul Qadr."
Jadi, orang yang memahami kedudukan luhur Sayidah Fatimah as dengan sebenar-benarnya makrifat, maka ia telah merasakan malam Lailatul Qadr. Sebagaimana hakikat keberadaan malam Lailatul Qadr berbalut misteri, maka hakikat Fatimah juga tersembunyi dan tidak semua orang bisa memahami kedudukannya. Kedudukan Fatimah dan Lailatul Qadr adalah dua mutiara yang tersembunyi.
Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya al-Quran, sementara Fatimah as adalah tempat diturunkannya al-Quran natiq (yang berbicara) yaitu para imam maksum.
Persatuan, Kunci Kemenangan Bangsa Iran
Tanggal 26 Dey tahun 1357 Hijriah Syamsiah (16 Januari 1979) diperingati sebagai salah satu hari penting dalam sejarah Revolusi Islam Iran. Pada hari ini pemimpin despotik Shah Reza Pahlevi melarikan diri dari Iran.
Pelarian Shah dari Iran menandai berakhirnya monarki rezim Shah dan dimulainya sebuah babak baru di kancah politik, sosial, dan budaya masyarakat Iran.
Gerakan revolusioner rakyat Iran dalam melawan rezim Shah di penghujung tahun 1357 HS, membuat rezim dan pendukungnya semakin sulit bernafas. Bahkan para pejabat Gedung Putih memandang satu-satunya opsi yang mereka miliki adalah mengevakuasi Shah keluar dari Iran.
Para pendukung asing rezim Pahlevi siap melakukan tindakan apapun untuk memadamkan revolusi bangsa Iran dan mendukung pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Namun, kebangkitan revolusioner rakyat Iran pada tahun 1356 – 1357 HS mencapai kemenangan dan konspirasi Amerika Cs untuk memulihkan kekuasaan Shah, mengalami kegagalan berkat perlawanan gigih rakyat Iran.
Pasukan rezim dan pemerintahan militer kehilangan kekuasaan karena kebangkitan yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra. Dinasti monarki tumbang kurang dari satu bulan setelah Shah melarikan diri dan era monarki despotik yang telah memerintah di Iran selama 2500 tahun berakhir pada 22 Bahman tahun 1357 HS (1 Februari 1979).
Shah dan istrinya meninggalkan Iran dengan sebuah penerbangan khusus pada 26 Dey 1357 HS. Ketika itu ia berkata, "Saya pergi untuk berobat dan istirahat!"
Ilustrasi Shah Pahlevi dan istrinya melarikan diri meninggalkan Iran.
Imam Khomeini ra dalam sebuah pernyataan, menganggap pelarian Shah sebagai tahap awal untuk mengakhiri kekuasaan despotik rezim Pahlevi selama 50 tahun, dan menyampaikan ucapan selamat kepada bangsa Iran atas kemenangan ini.
Selang 26 hari setelah pelarian Shah, Revolusi Islam mencapai kemenangan pada 22 Bahman 1357 HS.
Kemenangan Revolusi Islam sudah berusia 41 tahun, tapi sisa-sisa rezim monarki masih berangan-angan untuk kembali ke masa lalu. Pada 28 Mordad 1953, AS menciptakan kerusuhan jalanan di Iran untuk menggulingkan Perdana Menteri Mohammad Mosaddegh dan mengembalikan posisi Mohammad Reza Pahlevi sebagai raja Iran.
AS masih memiliki mimpi untuk mengganti sistem pemerintahan Islam Iran. Beberapa organisasi anti-revolusi dan sisa rezim despotik di AS mengakui keterlibatan mereka dalam kerusuhan terbaru di Iran. Antek-antek mereka di Iran menyusup ke barisan demonstrasi warga untuk memprovokasi protes damai ke arah kerusuhan, perusakan fasilitas publik, dan aksi bakar-bakaran.
Dalam kerusuhan 88, gejolak tahun 96, dan kerusuhan terbaru setelah pengumuman kenaikan harga bensin di Iran, jejak anasir asing semakin terlihat dan mereka menunggangi protes damai warga dengan mengerahkan unsur-unsur terorganisir di dalam Iran.
Para pejabat resmi pemerintahan Barat menyuarakan dukungan terbuka dan bahkan memprovokasi perusuh untuk melakukan perusakan dan pembakaran. Gedung Putih dalam sebuah tindakan konyol, menyatakan dukungan resmi kepada perusuh di Iran dengan dalih "aksi solidaritas dengan rakyat Iran."
Padahal, kebijakan pemerintah AS telah membahayakan keselamatan warga Iran dengan mencegah laju perdagangan, sanksi terhadap sektor perbankan, dan bahkan memblokir akses warga Iran untuk memperoleh obat-obatan dan peralatan medis.
Media-media berbahasa Persia, Arab, dan bahkan Inggris, menyatakan solidaritas dan dukungan kepada para perusuh di Iran. Mereka juga mendukung kelompok anti-revolusi termasuk sisa-sisa rezim despotik di luar negeri.
Namun, kerusuhan itu berhasil diredam berkat kerja keras aparat keamanan dan dukungan masyarakat luas. Anasir-anasir munafik dan perusuh ditangkap atas kerja sama aparat dan lembaga-lembaga keamanan Iran.
Media-media pro-rezim monarki despotik dengan dukungan media milik negara-negara Barat dan kawasan, menyuarakan solidaritas penuh terhadap kerusuhan di Iran. Mereka bahkan mengajari para perusuh tentang teknik-teknik melawan pasukan keamanan.
Dalam propagandanya, media tersebut menekankan bahwa masyarakat yang melakukan aksi di beberapa kota adalah para pendukung rezim monarki dan mereka meminta Iran dikembalikan ke era Pahlevi.
Reza Pahlevi (putra dari Shah Mohammad Reza Pahlevi) bahkan melakukan pertemuan dengan beberapa pejabat pemerintah AS dan secara pribadi meminta AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran dan para pejabat pemerintah.
Pengalaman menunjukkan bahwa perjalanan waktu akan menyingkap fakta-fakta baru tentang pendukung dan pelaku fitnah dan kerusuhan, yang dikobarkan di Iran dengan tujuan mengganti sistem pemerintahan Islam.
Jutaan warga Tehran menghadiri acara tasyi' jenazah Letjen Soleimani.
Dokumen kudeta yang sudah dirilis ke publik oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) menunjukkan bahwa AS-Inggris secara langsung terlibat dalam aksi makar untuk menggulingkan pemerintahan Mosaddegh.
Sejak kemenangan Revolusi Islam pada 22 Februari 1979, kekuatan-kekuatan arogan bangkit menentang Republik Islam Iran demi mempertahankan dominasinya di wilayah Asia Barat (Timur Tengah).
Kudeta 28 Mordad dilakukan oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) dengan dukungan langsung Dinas Intelijen Inggris (MI6). Kudeta ini adalah sebuah bukti yang memperlihatkan upaya musuh untuk memisahkan rakyat Iran dari Revolusi Islam melalui berbagai konspirasi. Meski melakukan segala upaya, namun musuh gagal untuk merusak pilar-pilar revolusi dan sistem Republik Islam.
Pasca kemenangan Revolusi Islam, AS selalu menyusun konspirasi dan mendukung anasir-anasir anti-revolusi dengan tujuan memperlemah dan menggerogoti Republik Islam Iran dari dalam.
Pada 3 Januari 2020, pemerintah AS dalam sebuah tindakan terorisme membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani, dengan tujuan melemahkan pilar-pilar kekuatan bangsa Iran.
Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis beserta rekan-rekannya, gugur syahid dalam serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan teroris AS di Bandara Internasional Baghdad.
Tindakan ini kembali memperlihatkan bahwa akar permusuhan dan kedengkian AS terhadap Iran, benar-benar sangat dalam. Sikap panik ini menunjukkan bahwa AS dan musuh-musuh Iran telah kehilangan akal sehat dalam menghadapi kekuatan dan persatuan bangsa ini.
Bangsa Iran selalu memelihara sikap waspada dan kearifan, serta selalu menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan musuh mencapai tujuannya.
Dampak Aksi Balasan Iran ke Pangkalan Militer AS
Pemerintahan teroris AS meneror Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, dalam serangan udara di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari lalu.
Aksi teror ini menyebabkan 10 orang gugur syahid, lima warga Iran dan lima warga Irak. Mereaksi kejahatan itu, Korps Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) pada 8 Januari, melakukan serangan rudal ke pangkalan AS, Ain al-Asad di Provinsi Anbar dan pangkalan militer di Arbil, Irak.
Serangan ke Ain al-Asad menjadi bukti atas kekuatan pertahanan Republik Islam Iran. Dalam beberapa tahun terakhir terutama setelah implementasi kesepakatan nuklir JCPOA, kekuatan-kekuatan Barat berusaha menyeret Iran ke meja perundingan untuk membahas masalah kemampuan misilnya, tetapi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menentang keras gagasan itu.
Iran juga pernah melancarkan serangan rudal terhadap posisi kelompok teroris Daesh di Suriah dari wilayahnya. Kemampuan rudal Iran juga terbukti jitu ketika menembak jatuh drone Global Hawk AS pada musim panas 2019.
Para analis percaya bahwa penembakan lebih dari 10 rudal ke pangkalan militer Ain al-Asad, dapat dianggap sebagai pembuktian maksimal atas kemampuan pertahanan Republik Islam, karena tidak hanya tentara AS di Irak yang bersiaga penuh, tetapi juga seluruh tentaranya di wilayah Asia Barat.
Dosen Universitas Allame Tabatabaei Tehran, Sayid Jalal Dehghani Firoozabadi mengatakan, "Serangan ke pangkalan militer AS membuktikan kekuatan pertahanan Iran, karena meskipun adanya ancaman dari Trump, Tehran mengambil tindakan balasan atau pertahanan yang sah. Hal ini telah memperkuat kredibilitas Republik Islam dan kekuatan pertahanannya, dan menunjukkan bahwa Iran memiliki kekuatan untuk membela keamanannya."
Dampak serangan balasan Iran di pangkalan AS, Ain al-Assad.
Dengan aksi balasan itu, Republik Islam Iran memenangi "perang tekad" dalam melawan AS. Dalam kebijakan internasional, "tekad mengalahkan ancaman" kadang lebih penting dari hasil di lapangan. Ini semakin penting ketika lawan Anda adalah sebuah kekuatan militer nomor satu di dunia.
Sejumlah negara yang percaya dengan tindakan balasan Iran, secara terus-menerus memperingatkan tentang potensi pecahnya sebuah perang besar di Asia Barat.
Setelah insiden penembakan jatuh drone AS, serangan rudal ke Ain al-Asad dapat dianggap sebagai contoh kedua dari tekad baja Iran dalam menghadapi AS.
Perlu dicatat bahwa pangkalan Ain al-Asad adalah pangkalan terbesar kedua AS di Irak. Pangkalan ini dapat dianggap sebagai pusat pengarah, pengawas, dan komando tindakan militer dan logistik, dan bahkan kebijakan AS di wilayah Irak.
Jika pangkalan-pangkalan AS di Teluk Persia merupakan simbol kekuatan tradisional negara itu di Asia Barat, maka Ain al-Assad dapat disebut sebagai salah satu simbol kekuatan modern AS di wilayah ini. Para pejabat AS berulang kali melakukan kunjungan ke Irak tanpa memberitahu pemerintah Baghdad, dan kadang-kadang bahkan meminta para pejabat Irak untuk datang ke Ain al-Assad.
Donald Trump dan istrinya berkunjung ke Ain al-Assad pada perayaan Natal tahun lalu tanpa pemberitahuan kepada pemerintah Irak, demikian juga dengan kunjungan Wakil Presiden Mike Pence dan istrinya untuk perayaan Thanksgiving.
Beberapa dampak penting serangan balasan Iran ke pangkalan militer AS antara lain:
Pertama, tindakan balasan Iran telah meruntuhkan wibawa dan hegemoni militer AS. Serangan terakhir yang dilakukan sebuah negara berdaulat ke pangkalan militer AS terjadi sekitar 80 tahun lalu ketika jet-jet tempur Jepang menyerbu pangkalan Pearl Harbor di Hawaii pada 7 Desember 1941. Serangan ini menyebabkan kerugian besar di pihak AS dan peristiwa ini menandai keterlibatan AS dalam Perang Dunia II.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan kebangkitan kekuatan militer AS, tidak ada pemerintah yang berani secara resmi menyerang pangkalan militer AS kecuali beberapa kelompok bersenjata anti-Amerika. Serangan rudal Pasdaran Iran ke Ain al-Assad – setelah 80 tahun – telah meruntuhkan hegemoni militer AS. Aksi ini menunjukkan bahwa kekuatan militer AS terbukti rapuh dan rentan, meskipun telah membuat beragam klaim selama beberapa tahun terakhir.
Kedua, serangan itu telah meningkatkan penolakan terhadap kehadiran militer AS di Asia Barat dan secara khusus di Irak. Kelompok-kelompok perlawanan di Irak dan kawasan secara resmi menegaskan bahwa pembunuhan Letjen Soleimani akan terbalas dengan mengusir tentara AS dari kawasan.
Seorang pakar Asia Barat, Matthias Brugman, dalam analisis yang diterbitkan oleh surat kabar Jerman Handelsblatt, menggambarkan pembunuhan Letjen Qasem Soleimani sebagai salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan pemerintah AS, di mana kembali membangkitkan kritik terhadap AS dari segala arah.
Saat ini, muncul tekad kuat di tengah kelompok-kelompok perlawanan untuk mengusir pasukan AS dari kawasan. Serangan beruntun terhadap pangkalan militer AS di Irak pasca pembunuhan Letjen Soleimani, telah menciptakan kondisi yang sangat sulit dan tidak aman bagi pasukan AS khususnya di Irak, untuk bertahan. Kubu perlawanan menyatakan tujuan jangka panjang mereka adalah mengusir pasukan AS, sebuah tujuan yang mungkin terwujud.
Ketiga, perang psikologis AS terhadap Iran mengalami kekalahan. Pemerintah teroris AS berusaha mengesankan serangan Iran terhadap pangkalan militer Ain al-Assad sekedar operasi "simbolis" untuk memuaskan tuntutan publik di dalam negeri.
Jutaan warga Tehran menghadiri acara tasyi' jenazah Syahid Soleimani.
Namun, Dara Massicot, seorang pakar senior dalam studi strategis dan keamanan nasional dari US Naval War College dan peneliti politik di RAND Corporation, membagikan gambar satelit yang memperlihatkan kerusakan di pangkalan Ain al-Assad akibat serangan rudal balistik Iran.
"Saya bukan ahli Iran, tapi saya seorang analis militer. Ketika saya melihat efek dari serangan Iran terhadap pangkalan udara Ain al-Assad, saya tidak melihat itu serangan simbolis yang dirancang untuk menghindari jatuhnya korban, seperti spekulasi sebagian orang. Serangan itu tampaknya menargetkan kemampuan militer pangkalan tersebut," ujarnya.
Keempat, aksi teror terhadap Letjen Soleimani dan serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, telah memperkuat posisi kelompok-kelompok perlawanan di kawasan.
Mantan Duta Besar Iran untuk Inggris, Sayid Jalal Sadatian menuturkan, "Lingkup pengaruh Letjen Soleimani tidak hanya terbatas di Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, Palestina dan sejenisnya, tetapi mencakup seluruh wilayah Asia Barat."
Oleh karena itu, kubu perlawanan dan kelompok-kelompok penentang kehadiran AS di kawasan, telah meningkatkan manuvernya di wilayah Asia Barat.
Menurut Jalal Dehghani Firoozabadi, teror komandan Pasukan Quds Iran sebenarnya merupakan sebuah upaya untuk meneror pengaruh dan kehadiran regional Iran, tetapi aksi itu secara praktis gagal.
Tidak diragukan lagi, tindakan pemerintah teroris AS dalam meneror Letjen Soleimani, telah meningkatkan ketegangan dalam hubungan Iran-Amerika. Dari satu sisi, Republik Islam untuk pertama kalinya melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer AS, dan dari sisi lain kedua negara berada semakin dekat dengan perang.
Kejahatan itu telah meningkatkan kebencian dan kemarahan rakyat Iran terhadap AS, terutama karena pembunuhan "seorang pahlawan nasional" dan semakin menjauhkan kedua negara untuk menempuh jalur diplomasi, bahkan dengan mediasi pihak ketika untuk mengurangi tensi ketegangan.
Pada dasarnya, kejahatan AS dalam pembunuhan Letjen Soleimani dan rekan-rekannya, telah memaksimalkan permusuhan Iran terhadap AS dan melumpuhkan jalur diplomasi.
Sejarah Panjang Blokade Jalur Gaza
Parlemen Republik Islam Iran dalam sebuah resolusi pada Januari 2010, menetapkan tanggal 29 Dey (19 Januari) sebagai Hari Gaza untuk mengenang perlawanan gigih warga gaza dalam perang 22 hari.
Jalur Gaza, Palestina memiliki luas 365 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 2 juta jiwa. Gaza memiliki 11 km perbatasan bersama dengan Mesir, 51 km perbatasan bersama dengan Palestina pendudukan, dan 40 km dengan pantai Laut Mediterania.
Gaza berada di bawah administrasi Mesir dari tahun 1948-1967, dan kemudian diduduki oleh rezim Zionis Israel dari tahun 1968-2005. Militer Israel menarik diri dari Gaza pada 2005 dan wilayah tersebut berada di bawah kendali Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas).
Rezim Zionis melakukan berbagai jenis kejahatan terhadap warga Gaza sejak 2005 sampai sekarang. Zionis memblokade Jalur Gaza secara total sejak 2006, dan memaksakan berbagai perang terhadap wilayah itu seperti perang tahun 2008, 2012, 2014, 2018, dan 2019.
Pada akhir 2008, rezim Zionis memulai sebuah perang baru dengan tujuan menghancurkan Hamas. Agresi ini dimulai pada 27 Desember 2008 dan berakhir pada 17 Januari 2009. Perang ini dikenal di Israel dengan nama "Operation Cast Lead," dan bangsa Arab menyebutnya sebagai Pembantaian Gaza atau Perang 22 Hari. Perang yang tidak berimbang ini membuat lebih dari 1.450 warga Palestina gugur syahid dan lebih dari 5.000 lainnya terluka.
Pada 2012, rezim Zionis memaksakan sebuah perang baru terhadap Gaza dan serangan mereka menggugurkan 163 orang Palestina dan melukai lebih dari 1.300 lainnya.
Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza pada 8 Juli 2014 dan perang ini berlangsung selama 51 hari. Agresi ini membuat 2.158 warga Palestina gugur syahid dan lebih dari 11.000 lainnya cidera, infrastruktur Gaza hancur, dan kondisi kehidupan warga bertambah sulit.
Serangan rutin dan kilat rezim Zionis ke Gaza terus berlanjut setelah tahun 2014, namun perang empat hari pada Oktober 2018 menyebabkan kabinet Benjamin Netanyahu bubar, dan perang empat hari pada Mei 2019 menjadi salah satu penyebab kekalahan Netanyahu dalam pemilu parlemen Israel. Dalam serangan Mei 2019, sekitar 30 orang Palestina termasuk dua wanita dan satu bayi 14 bulan, gugur syahid dan 170 lainnya terluka.
Forum Nasional Keluarga Syuhada Palestina menyatakan bahwa 149 orang Palestina gugur syahid selama 2019, di mana 33 dari mereka adalah anak-anak. Berdasarkan laporan Forum ini, 112 orang Palestina gugur syahid di Jalur Gaza.
Selain agresi militer, rezim Zionis juga memberlakukan blokade penuh Gaza sejak 2006 dan kejahatan yang lebih buruk dari perang ini sudah berlangsung sekitar 14 tahun.
Ekonomi Gaza mengalami kerusakan parah akibat blokade, seperti yang diungkapkan oleh Jamal al-Khudhari, ketua Komite Nasional Anti Blokade Gaza. Dia mengatakan bahwa 2019 adalah tahun terburuk bagi ekonomi Gaza yang dikepung oleh Israel. Dampak blokade rezim Zionis dapat dirasakan di seluruh lini kehidupan warga. "Sutuasi di Gaza sangat memprihatinkan, khususnya di sektor ekonomi," ungkapnya.
Blokade Israel menjadikan para pelaku usaha tidak dapat menjalankan rumah produksi akibat terbatasanya pasokan barang mentah dari luar Gaza. Dengan alasan keamanan, rezim Zionis membatasi dan mengawasi secara ketat setiap barang yang masuk.
Al-Khudhari menyampaikan bahwa saat ini terdapat 2.500 warga Gaza berstatus sebagai pengangguran. Sedangkan angka kemiskinan bahkan mencapai 85 persen. Tingkat produksi turun 20 persen, karena blokade dan pergerakan impor dan ekspor terbatas. Dia juga menyatakan bahwa pabrik dan perusahaan di Gaza saat ini bekerja dengan kapasitas kurang dari 50 persen.
Menurut al-Khudhari, kerugian bulanan secara langsung dan tidak langsung di sektor industri, perdagangan, pertanian, dan konstruksi di Gaza mencapai sekitar 100 juta dolar pada 2019. "Sampai sekarang 20 persen dari pabrik-pabrik yang hancur dalam perang 51 hari pada musim panas 2914, belum diperbaiki dan para pemiliknya benar-benar kesulitan," ujarnya.
Serikat Industri Palestina mengumumkan bahwa lebih dari 520 pabrik di Gaza ditutup pada 2019 karena blokade rezim Zionis dan ribuan orang kehilangan pekerjaannya. Kondisi ini telah menambah angka kemiskinan dan pengangguran di Gaza.
Ketua Serikat Industri Palestina, Muhammed al-Mansi mengatakan blokade Israel terhadap Gaza selama lebih dari 10 tahun telah meruntuhkan sektor industri di wilayah itu. "Daya beli di Gaza sangat rendah sehingga membuat pabrik-pabrik menghentikan produksinya. Industri tekstil dan sektor menjahit paling banyak mengalami kerugian dari penutupan pabrik, di mana ribuan orang bekerja di sektor ini sebelumnya," ungkapnya.
Blokade Gaza menyebabkan kekurangan obat-obatan yang parah dan kematian banyak pasien, mengancam risiko kematian bagi ribuan pasien, serta kekurangan bahan makanan. Sejauh ini banyak lembaga internasional termasuk PBB, memperingatkan bahwa berlanjutnya blokade Gaza oleh rezim Zionis, secara praktis mengubah wilayah tersebut sebagai tempat yang tidak dapat dihuni.
Selain perang dan blokade, rezim Zionis terus meneror para komandan Palestina, termasuk pembunuhan salah satu pemimpin Jihad Islam, Baha Abu al-Ata pada 12 November 2019.
Ada dua poin penting terkait dengan perkembangan Jalur Gaza. Pertama, rezim Zionis melakukan semua kejahatannya dengan dukungan langsung Amerika Serikat. Pemerintahan Donald Trump mendukung Israel lebih dari para penguasa AS lainnya, dan dukungan ini diberikan melalui proposal Kesepakatan Abad.
Dukungan terbaru AS adalah mengakui pembangunan pemukiman Zionis di Quds pendudukan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara resmi mengumumkan kebijakan Washington ini pada November 2019.
Dan kedua, meskipun adanya blokade Gaza, kekuatan pertahanan dan pencegahan kelompok-kelompok perlawanan Palestina meningkat secara signifikan. Dalam membalas agresi Israel pada Mei 2019, kelompok-kelompok perlawanan Palestina menembakkan 650 rudal ke wilayah pendudukan dalam empat hari.
Warga Gaza – meskipun menghadapi banyak kesulitan – memiliki tekad serius untuk melawan rezim Zionis, seperti pelaksanaan aksi pawai yang disebut "Hak Kepulangan" di Gaza. Kegiatan pawai sejauh ini telah menggugurkan 322 orang Palestina dan melukai lebih dari 31.000 lainnya.
Tidak diragukan lagi, jika kelompok-kelompok Palestina mengesampingkan perseteruan politik dan memperkuat persatuan mereka, maka kekuatan pencegahan kubu perlawanan akan meningkat berlipat ganda, sehingga rezim penjajah Israel tidak akan berani lagi menyerang Jalur Gaza.
Memperingati Upaya Muslimin Aras Utara di Azerbaijan dalam Peristiwa 19 Januari
Tanggal 19 Januari adalah hari yang luar biasa dan membanggakan dalam sejarah negara dan rakyat Republik Azerbaijan. Kenyataannya, hari ini sekali lagi menunjukkan identitas asli rakyat Republik Azerbaijan kepada masyarakat internasional.
Tiga puluh tahun yang lalu pada 19 Januari 1990, di hari-hari terakhir sistem pengambilan keputusan Soviet yang terpusat, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di perbatasan Republik Islam Iran dan Uni Soviet, menjadikan hari ini selamanya abadi. Bahkan, setelah pembongkaran Tembok Berlin dan penyatuan kembali Jerman oleh orang-orang Jerman Timur dan Barat, orang-orang dari Aras Utara juga melakukan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dengan runtuhnya sistem sosialis Uni Soviet, karena kelemahan pemerintah pusat Moskow, kontrol perbatasan hilang dan ketika orang-orang Republik Azerbaijan merasakan gangguan ini, mereka berbondong-bondong ke perbatasan Republik Islam Iran.
Sebelum peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, orang-orang Muslim, yang terpisah dari tanah air mereka, berdiri di tepi sungai Aras setiap hari, berteriak Allah Akbar dan La Ilaaha Illallah. Faktanya, orang-orang Muslim di Aras Utara, yang hanya "diberi tahu oleh media sistem sosialis Soviet tentang situasi internal di Iran, menyatakan cinta dan emosi dalam bentuk slogan-slogan tentang Iran dan warga Iran, dan bahkan tanah air.
Proses ini berlanjut selama beberapa waktu hingga pagi hari tanggal 9 Januari 1990, ketika pasukan Rusia terpaksa menyerah kepada rakyat karena padat berkumpul. Orang-orang Azerbaijan yang bersemangat, seperti pasukan besar, segera mencabut kawat berduri dan memasuki wilayah Iran. Kenyataannya, tindakan ini menunjukkan cinta dan kasih sayang yang tak berkesudahan dari rakyat Republik Azerbaijan ke Iran dan kembalinya ke identitas sejarah, budaya dan agama leluhur mereka.
Gerakan spontan rakyat Aras Utara memiliki pesan yang jelas bahwa selama 70 tahun pemerintahan Uni Soviet yang tersentralisasi dan dominasi sistem ateis komunis, tidak dapat mengubah identitas historis dan budaya masyarakat Aras Utara. Pada saat yang sama, propaganda anti-Iran dan anti-Islam dari para pemimpin Republik Sosialis Azerbaijan tidak mempengaruhi dan tidak dapat mendominasi lanskap budaya Iran yang kuat.
Faktanya, ikatan agama dan sejarah yang mendalam antara rakyat Iran dan Republik Azerbaijan muncul sebagai faktor penentu, dan dengan runtuhnya Uni Soviet dan kemerdekaan Republik Azerbaijan, proses pemulihan identitas historis dan keagamaan di negara ini telah memasuki fase baru. Poin yang perlu diperhatikan dalam hubungan ini adalah fakta bahwa orang-orang Muslim di Aras utara, yang sadar akan musim dingin yang sangat dingin dan aliran Sungai Aras yang parah, dalam gerakan spontan ini melewati air sungai yang menderu, sehingga sebagian meninggal.
Terlepas dari transparansi gerakan spontan masif dan belum pernah terjadi sebelumnya dari orang-orang Aras utara, beberapa politisi bodoh yang memerintah di wilayah beradab dan budaya Iran di utara Aras masih mencari cara untuk memisahkan populasi etnis di wilayah budaya dan peradaban yang kuat ini.
Tanggal 19 Januari 1990 adalah hari bersejarah dan tak terlupakan dalam sejarah rakyat Republik Azerbaijan. Karena pada hari ini, rakyat Aras Utara telah memilih kewarganegaraan masa depan mereka yang sebenarnya. Banyak orang Republik Azerbaijan yang sangat menyadari identitas asli dan sejati mereka menuju perbatasan bersama dengan Republik Islam Iran. Dan mengumumkan keinginan dan keyakinan mendalamnya untuk kembali pada budaya agama dan sejarah masa lalu mereka. Sejatinya, hubungan mendalam budaya, agama, dan historis yang mendalam dari orang-orang Muslim di kedua sisi Aras telah membuktikan bahwa mereka tidak rusak dan terkoyak.
Namun, dengan berlanjutnya kekuasaan sekuler Republik Azerbaijan dan terbentuknya rintangan besar dalam pencarian identitas sejarah, agama dan budaya, perjuangan serius atas ketidakadilan dan komprehensif dan keinginan mereka akan budaya Iran di utara Aras. Pada saat yang sama, meneliti tindakan dan perilaku para politisi yang memerintah Republik Azerbaijan menunjukkan bahwa proyek memalsukan dan mendistorsi peristiwa dan peristiwa bersejarah dan kesempatan instrumental dan tidak realistis telah menjadi kebijakan formal dan bertarget pemerintah Baku selama hampir tiga tahun dan selama hampir tidak dekade selalu dilakukan oleh pejabat pemerintah.
Pada kesempatan di hari yang penting ini, Ayatullah Sayid Hassan Amoli, Khatib Imam Jumat kota Ardebil dan wakil Pemimpin Besar Revolusi Islam di provinsi itu, menyebut tanggal 19 Januari sebagai Hari "Dunia Muslim Azeri".
Tanggal 19 Januari merupakan hari membanggakan bagi seluruh etni Azeri.
Wakil Rahbar di provinsi Ardebil meyakini bahwa masuknya warga Azeri melintasi perbatasan dan memasuki Iran pada Januari 1990, melintasi kawat berduri dan masuk ke Sungai Aras dan memasuki tanah Iran sebenarnya adalah "rumah bersejarah" dan "Baba Topraqi" dan "Tanah Air".
Jelas, hari seperti itu sangat dibanggakan oleh semua orang Azeri di dunia karena mereka membuktikan bahwa tahun-tahun tekanan, propaganda, pemboman intelektual, cuci otak dan penyiksaan yang mengerikan tidak berpengaruh pada identitas agama dan Islam dan bahwa orang-orang Azeri itu milik Iran dan Iran. Imam Jumat Ardabil menyatakan dalam sambutannya, "Mereka tiba di Iran tanpa visa pada saat itu. Meskipun secara hukum tidak mungkin dalam hubungan internasional, tetapi karena mereka semua berasal dari Iran dan memasuki tanah air mereka, tidak ada masalah."
Berbagai komentar telah disuarakan oleh para ahli di wilayah tersebut mengenai tanggal 19 Januari, yang oleh perwakilan Rahbar di provinsi Ardabil disebut sebagai Hari Muslim Dunia Azeri. Sebagai contoh, Dr. Izadi, Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Universitas Tabriz dan seorang ahli tentang masalah sejarah, mengatakan, "Menurut warisan sejarah dan kuno yang ada di Republik Azerbaijan, wilayah tersebut telah menjadi bagian dari budaya dan peradaban Iran dalam periode sejarah yang berbeda."
Mengacu pada ikatan budaya, sejarah dan agama yang kuat antara Iran dan Republik Azerbaijan selama beberapa abad terakhir, ia berkata, "Ketika kawasan utara Arab terpisah dari Iran, mayoritas orang dan elitnya di 17 kota Kaukasia tidak puas dengan pemisahan tersebut."
Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Tabriz mengadakan pertemuan ilmiah bertemakan "19 Januari; Latar Belakang, Fakta dan Perspektif" di Universitas Tabriz dan mengatakan:
"Pada periode Islam, beberapa dinasti dibentuk di daerah yang memiliki budaya dan peradaban Iran, Islam dan Syiah. Ini juga merupakan salah satu asal mula puisi dan sastra Persia selama beberapa abad terakhir, dan merupakan contoh hebat penyair besar seperti Nezami Ganjavi dan Khaghani Shervani. Puisi-puisi Farsi Nezami telah diterjemahkan ke dalam bahasa daerah dan kadang-kadang muncul di beberapa daerah seolah-olah terjemahan ini asli."
Akademisi ini melanjutkan dalam sambutannya, merujuk pada periode pemerintahan Tsar di bidang peradaban Iran, menekankan, "Selama periode ini, Rusia mencoba untuk menghilangkan atau membatasi efek dari bahasa dan aksara Persia, budaya dan peradaban, mazhab Syiah dan Islam di wilayah tersebut. Faktanya, selama pemerintahan Komunis, mereka sama-sama memisahkan mazhab dan memusnahkan sisa-sisa alfabet Persia."
Dalam ringkasan umum proses peristiwa penting dan bersejarah tanggal 19 Januari 1990, harus dikatakan bahwa hari ini telah dilestarikan dalam sejarah Republik Azerbaijan. Karena pada hari ini telah terjadi peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menurutnya umat Islam Republik Azerbaijan menegaskan kembali sejarah, budaya dan agama leluhur mereka. Pada saat yang sama, telah terbukti bahwa Republik Azerbaijan adalah bagian dari peradaban Iran dan budaya historis dan bahwa tidak ada politisi yang dapat mengatasi pikiran rakyat Aras utara dengan mengadopsi kebijakan Iran tentang terorisme dan Islamisme.