
کمالوندی
Aksi Ketua Parlemen Kuwait Buang Berkas Kesepakatan Abad
Ketua Parlemen Kuwait Marzouq al-Ghanim memasukkan berkas-berkas prakarsa Kesepakatan Abad (Deal of the Century) –yang dirancang oleh Amerika Serikat untuk apa yang diklaim Washington sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan rezim Zionis Israel– ke keranjang sampah.
"Atas nama bangsa-bangsa Arab, Islam dan setiap orang terhormat serta seluruh orang merdeka dunia, saya mengatakan bahwa Kesepakatan Abad ini tempatnya yang tepat adalah dalam sampah sejarah," kata al-Ghanim dengan nada keras sebelum mencampakkan berkas tersebut ke keranjang sampah dalam pertemuan ke-30 Uni Parlemen Arab di Amman, ibu kota Yordania, Sabtu (8/2/2020).
Dia menambahkan, Kesepakatan Abad lahir dalam keadaan gugur, di mana seribu pemerintahan dan seribu lembaga propaganda dan iklanpun percuma untuk mempromosikannya.
"Orang yang ingin mempromosikan penyelesaian damai harus bekerja untuk membuat persyaratan yang benar, seimbang dan adil untuk perundingan sebagai upaya sejati yang berujung pada Negara Palestina yang memenuhi semua hak atas seluruh tanah Palestina dengan al-Quds sebagai ibu kotanya," tegasnya seperti dilansir Liputanislam.
Ketua Parlemen Kuwai itu menilai penjadwalan Kesepakatan Abad yang terdiri dari sekitar 81 halaman itu tidak matang dan menunjukkan kedangkalan yang aneh, serta merupakan dagelan yang gegabah.
Al-Ghanim menuturkan bahwa prakarsa AS tersebut ditolak oleh rakyat Palestina sendiri sebagai pihak yang berperkara, dari yang paling kanan hingga yang paling kiri, ditolak oleh para pemimpin, pemerintah, elit dan rakyat Arab, dan ditolak pula oleh umat Islam dari Rabat hingga Jakarta.
"Orang-orang Eropa yang tidak antusias saja menyadari bahwa itu tidak realistis dan tak mungkin dapat diimplementasikan. Dan yang menarik kali ini adalah bahwa banyak sekali suara Amerika dan Yahudi yang juga menyatakan penolakan mereka terhadap prakarsa ini. Tak seorang pun mendukung rencana penyelesaian dalam bentuk yang menggelikan itu," tuturunya.
Pajabat tinggi parlemen Kuwait itu mengatakan, setiap suara yang mencoba menggambarkan pertemuan kita ini sebagai forum untuk hanya bertukar pidato bergaung adalah suara yang mencurigakan.
Al-Ghanem menegaskan, Palestina dan al-Quds cepat atau lambat akan kembali kepada bangsa Palestina.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan Kesepakatan Abad pada hari Selasa, 28 Januari 2020 setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan seorang politisi senior rezim ini, Benny Gantz.
Berbicara di samping Trump di Gedung Putih, Netanyahu mengatakan bahwa Israel juga harus memiliki kedaulatan di Lembah Yordania.
Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas terkait Kesepakatan Abad mengatakan, al-Quds tidak untuk dijual. Dia menyebut Kesepakatan Abad sebagai "tamparan abad ini."
"Saya katakan kepada Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: al-Quds tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar. Dan kesepakatan Anda, konspirasi, tidak akan lolos," kata Abbas.
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas juga mereaksi Kesepakatan Abad dan mengatakan, pernyataan Trump mengenai apa yang disebut sebagai pakarsa perdamaian (Kesepakatan Abad) adalah permusuhan dan akan menciptakan kemarahan luas.
Berdasarkan Kesepakatan Abad, al-Quds akan diserahkan kepada rezim Zionis, pengungsi Palestina di luar negeri tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan Abad merupakan prakarsa pemerintah AS untuk menghapus hak-hak rakyat Palestina. Prakarsa ini dibuat melalui kerja sama dengan sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Dalam kerangka Kesepakatan Abad, Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan al-Quds pendudukan sebagai ibu kota rezim Zionis.
AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds pada Senin, 14 Mei 2018. Al-Quds diduduki rezim Zionis sejak tahun 1967.
Uni Parlemen Arab menyelenggarakan sidang darurat di Amman dengan tema "Mendukung Saudara Palestina dalam Perkara Adil Mereka" pada hari Sabtu. Sidang ini dihadiri oleh para delegasi dari 20 negara.
Ayatullah Emami Kashani: Revolusi Islam Cegah Dominasi AS dan Israel
Khatib Shalat Jumat Tehran mengatakan, jika bukan karena Revolusi Islam, maka saat ini AS dan Israel akan menguasai Republik Islam Iran dan Dunia Islam.
Ayatullah Mohammad Emami Kashani di khutbah Shalat Jumat Tehran seraya menjelaskan bahwa Revolusi Islam Iran pada 22 Bahman 1357 Hs (11 Februari 1979) mencegah terealisasinya tujuan busuk dan destruktif kubu arogan, mengungkapkan, bersamaan dengan kemenangan Revolusi Islam di Iran, rakyat kawasan dan negara-negara Islam juga bangkit melawan konspirasi Zionis dan Amerika di kawasan.
Revolusi Islam Iran meraih kemenangan pada 22 Bahman 1357 Hs bertepatan dengan 11 Februari 1979.
Khatib shalat Jumat Tehran seraya menekankan bahwa rencana kesepakatan abad sejatinya sebuah skandal dan kehinaan abad bagi Amerika dan Israel mengatakan, rakyat kawasan dan Palestina akan melawan rencana AS-Zionis ini.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini meresmikan rencana kesepakatan abad yang beriji aneksasi penuh Quds dan distrik Zionis di Tepi Barat ke wilayah Palestina pendudukan serta pengabaian hak kepulangan pengungsi Palestina.
Berbagai negara, tokoh, elit politik dan agama di seluruh dunia, khususnya umat Muslim mengecam rencana jahat ini.
Khutbah Shalat Jumat di Tehran, 7 Februari 2020
Khatib dan Imam Shalat Jumat di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada Jumat ini, 7 Februari 2020 adalah Ayatullah Mohammad Emami Kashani.
Dalam khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani mengucapkan selamat atas peringatan Dahe Fajr (10 Fajar Kemenangan) kepada seluruh rakyat Iran.
1 Februari yang bertepatan dengan tanggal 12 Bahman merupakan awal dari epik Dahe Fajr di Iran. Imam Khomeini ra kembali ke Iran pada tangggal 1 Februari 1979 atau 12 Bahman 1357 HS setelah 15 tahun berada di pengasingan, dan disambut meriah oleh rakyat negara ini.
Setelah 10 hari kembalinya Imam Khomeini ra ke Iran, Revolusi Islam Iran meraih kemenangan pada tanggal 22 Bahman 1357 HS atau 11 Februari 1979. Oleh karena itu, sejak tanggal 12-22 Bahman dinamai sebagai Dahe Fajr, di mana setiap tahun, rakyat Iran menggelar acara khusus pada 10 hari itu untuk memperingati kemenangan Revolusi Islam.
Peringatan kemenangan Revolusi Islam mencapai puncaknya pada 22 Bahman, di mana jutaan rakyat Iran akan turun ke jalan-jalan menggelar Pawai 22 Bahman.
Khatib Shalat Jumat di Tehran mengatakan, jika tidak ada Revolusi Islam, maka hari ini Amerika Serikat dan rezim Zionis Israsel akan mendominasi Iran dan dunia Islam.
Ayatullah Emami Kashani menuturkan, 22 Bahman adalah peristiwa penting dalam sejarah dan peristiwa mulia ini memenuhi tujuan Anbiya dan Auliya Allah Swt.
Dia menambahkan, tanpa 22 Bahman, AS dan Zionis akan mendominasi Iran dan dunia Islam, dalam hal itu, di bidang politik, ekonomi dan budaya, bahkan bidang-bidang lainnya.
"22 Bahman adalah peristiwa besar yang berdampak signifikan pada negara-negara lain dan sekarang musuh memiliki rencana untuk mendominasi dan menghambat kemajuannya, tetapi kami menyaksikan program apa pun yang ingin dipenuhi oleh AS akan sia-sia pada akhirnya," tegasnya.
Khatib Shalat Jumat di Tehran lebih lanjut mengatakan bahwa peringatan 22 Bahman (11 Februari 2020) mendatang adalah bertepatan dengan 40 hari kesyahidan Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Syahid Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
Ayatullah Emami Kashani menjelaskan, Syahid Soleimani mencapai tempat terhormat dan kemuliaan ini melalui iman dan perbuatan baik dan amal saleh, di mana dia juga dipuji oleh rakyat Irak.
"Banyak negara di Asia Barat (Timur Tengah) mengatakan bahwa keamanan kami ini berkat kiprah Syahid Letjen Soleimani dan kami berhutang budi kepadanya," ujarnya.
Ayatullah Emami Kashani menjelaskan, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani dalam surat ucapan belasungkawa kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, memuji peran besar Syahid Letjen Soleimani dalam membantu rakyat Irak untuk menghadapi dan menumpas kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS).
Khatib Shalat Jumat di Tehan itu menjelaskan, dalam suratnya, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani mengatakan bahwa bantuan Letjen Soleimani kepada rakyat Irak dalam menghadapi teroris Daesh sangat luar biasa, tak tertandingi dan bantuannya itu tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Irak.
Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani menyinggung Kesepakatan Abad (the Deal of the Century) yang dirancang AS untuk apa yang disebut Gedung Putih sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan rezim Zionis.
Dia menjelaskan, Kesepakatan Abad sejatinya adalah sebuah skandal dan kehinaan abad bagi AS dan Israel, dan rakyat di kawasan dan Palestina akan melawan proyek tersebut, dan Kesepakatan Abad ini pasti akan gagal.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan Kesepakatan Abad pada 28 Januari 2020 setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan seorang politisi senior rezim ini, Benny Gantz.
Berbicara di samping Trump di Gedung Putih, Netanyahu mengatakan bahwa Israel juga harus memiliki kedaulatan di Lembah Yordania.
Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas terkait Kesepakatan Abad mengatakan, al-Quds tidak untuk dijual. Dia menyebut Kesepakatan Abad sebagai "tamparan abad ini."
"Saya katakan kepada Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: al-Quds tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar. Dan kesepakatan Anda, konspirasi, tidak akan lolos," kata Abbas.
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas juga mereaksi Kesepakatan Abad dan mengatakan, pernyataan Trump mengenai apa yang disebut sebagai pakarsa perdamaian (Kesepakatan Abad) adalah permusuhan dan akan menciptakan kemarahan luas.
Berdasarkan Kesepakatan Abad, al-Quds akan diserahkan kepada rezim Zionis, pengungsi Palestina di luar negeri tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan Abad merupakan prakarsa pemerintah AS untuk menghapus hak-hak rakyat Palestina. Prakarsa ini dibuat melalui kerja sama dengan sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Dalam kerangka Kesepakatan Abad, Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan al-Quds pendudukan sebagai ibu kota rezim Zionis.
AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds pada Senin, 14 Mei 2018. Al-Quds diduduki rezim Zionis sejak tahun 1967.
Iran dan Pakistan Tekankan Perluasan Kerja Sama Pertahanan
Petinggi Republik Islam Iran dan Pakistan menekankan pentingnya perluasan kerja sama pertahanan kedua negara.
Selama pertemuan antara Dubes Iran di Islamabad, Sayid Mohammad Ali Hosseini dan Menteri Industri Pertahanan Pakistan, Zubaida Jalal, kedua pihak seraya membahas kepentingan kolektif bilateral, menilai pengokohan hubungan antara kedua negara khususnya perluasan kerja sama pertahanan menguntungkan kepentingan rakyat Pakistan dan Iran.
Pertukaran lintas batas dan pengembangan kerja sama ekonomi antara Iran dan Pakistan juga isu lain yang dibahas di pertemuan ini.
Zubaida Jalal di pertemuan ini seraya mengisyaratkan kesamaan Iran dan Pakistan mengatakan, Islamabad sangat mementingkan perluasan hubungan dengan Tehran dan menganggap Iran sebagai negara sahabat serta tetangga.
"Hubungan Tehran-Islamabad bersahabat dan Pakistan siap memperluas kerja sama di seluruh sektor dengan Iran," kata Jalali.
Kemampuan Angkatan Udara Republik Islam Iran Menanggapi Setiap Ancaman
Iran tengah mempersiapkan peringatan 41 tahun kemenangan Revolusi Islam. Salah satu kehormatan Republik Islam Iran pada tahun-tahun ini adalah kemampuannya untuk melawan musuh dan menanggapi ancaman apa pun.
Dalam pidatonya di Khutbah Jumat di Tehran minggu ini menjelang peringatan empat puluh satu tahun kemenangan Revolusi Islam Iran, Marsekal Aziz Nasirzadeh, Komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran, menyatakan:
"Selain mampu memberikan keamanan di kawasan dan menanggapi ancaman apa pun dengan cepat, kami memiliki kemampuan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas serta tidak memerlukan kehadiran militer asing di kawasan Asia Barat."
Marsekal Aziz Nasirzadeh, Komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran
Dengan sejarah kehormatan dan kemenangan berulang ditambah perjuangan penuh pengorbanan selama delapan tahun perang suci, Angkatan Udara Angkatan Darat telah melakukan pekerjaan besar dalam memaksakan keinginan politik dan militer terhadap musuh, mempertahankan arteri ekonomi negara dan menjaga keamanan.
Angkatan Udara Angkatan Iran menanggapi invasi musuh Baath dengan menerapkan operasi besar dan kecil pada awal perang yang dipaksakan, yang akan selalu tetap dalam sejarah negara itu.
Pada periode pasca perang, Angkatan Udara Iran juga fokus pada proyek-proyek baru untuk membangun pesawat tempur dan pesawat udara baru untuk Angkatan Udara serta mengimplementasikan proyek-proyek baru seperti merancang dan membangun pesawat tempur Kowsar, Saeqeh dan Azarakhsh sebagai keberhasilan dari upaya tanpa henti ini.
Jet tempur Kowsar diluncurkan pada Agustus 2018 dengan dihadiri Presiden dan Menteri Pertahanan Iran. Pesawat Kowsar adalah pesawat tempur modern dengan misi dukungan rudal dekat udara yang dibangun seluruhnya di dalam negeri, menjadikan Iran salah satu dari sedikit negara dengan teknologi untuk merancang dan membangun pesawat tempur.
Beberapa hari setelah pengumuman itu, Wakil Komandan Militer Iran Brigadir Jenderal Mohammad Hossein Dadras mengatakan kepada wartawan, "Jet tempur Kowsar tidak sebanding dengan rekan-rekan asingnya serta jauh lebih mampu dan telah diperbarui."
Angkatan Udara Republik Islam Iran berada bersama pasukan Angkatan Bersenjata lainnya, khusunya Pasukan Dirgantara telah berperan dalam memperkuat kemampuan pertahanan udara negara dengan memanfaatkan kapasitas dan kemampuan internalnya.
Di bidang perang elektronik, yang merupakan salah satu sistem terpenting yang memengaruhi kemampuan tempur udara, Angkatan Udara Iran dan Pasukan Dirgantara telah mencapai prestasi signifikan yang responsif terhadap senjata paling canggih milik musuh.
Brigjen Amir Ali Hajizadeh, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), pada hari Kamis, 6 Februari, di sela-sela acara menunjukkan bagian-bagian terbaru dari pesawat tak berawak Global Hawk milik Amerika serikat yang berhasil ditemukan dan ditembak jatuh pada 20 Juni oleh sistem udara 3 Khordad Pasukan Dirgantara IRGC setelah melanggar wilayah udara Iran di daerah pegunungan Mubarak (selatan Iran), mengatakan, "Iran sekarang telah mengenali seluruh kode dan frekuensi drone Amerika Serikat Global Hawk."
Pasukan Angkatan Udara Iran saat ini dianggap sebagai angkatan udara konvensional yang kuat di tingkat regional karena dua alasan:
Jatuhnya drone Global Hawk Amerika Serikat
Pertama, kemampuan untuk memproduksi peralatan canggih yang dibutuhkan dalam pertempuran udara. Dalam hal ini, Angkatan Udara Iran telah mampu mempertahankan teknologi terkini bagi pertahanan udara dan pencegahan.
Kedua, tingginya tingkat pengetahuan militer dalam pertempuran udara dan pelatihan khusus.
Memanfaatkan sumber daya manusia yang terampil dan berpegang pada nilai-nilai ilahi serta menggunakan peralatan pertahanan dalam negeri yang modern dan canggih telah melipatgandakan kemampuan militer Angkatan Udara Republik Islam Iran.
Prestasi ini telah menjadikan Angkatan Udara Republik Islam Iran membuatnya unik dan luar biasa dikarenakan keberanian, keyakinan dan juga memanfaatkan pengalaman 8 tahun perang suci sebagai satu perang klasik yang lama menyebabkan pasukan Angkatan Udara Iran menjadi pasukan kuat di kawasan.
Ramazan Sharif: Jalan Muqawama Berlanjut hingga kubu Arogan Keluar dari Kawasan
Juru bicara Sepah Pasdaran Iran (IRGC) seraya menjelaskan bahwa bangsa Iran tidak akan membiarkan kubu arogan meraih ambisinya menekankan, jalan muqawama akan terus berlanjut hingga kubu ini keluar dari kawasan Asia Barat.
Seperti dilaporkan IRIB, Brigjen Ramazan Sharif di acara peringatan syuhada muqawama di kota Mashhad mengatakan, Amerika dan Israel dengan meneror para komandan muqawama tidak akan meraih ambisinya di kawasan.
"Dengan gugurnya Letjan Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC, bukan saja kubu muqawam melemah, tapi kehadiran luas rakyat di acara tasyi' jenazah Syahid Soleimani menunjukkan bahwa banyak rakyat Iran mengikuti jalur muqawama," papar Ramazan Sharif.
Jubir Sepah Pasdaran Iran ini menilai alasan kehadiran kubu arogan di kawasan adalah untuk memperkuat keamanan Israel dan mengobarkan friksi di antara negara-negara Islam serta menekankan, tujuan kubu arogan di kawasan Asia Barat tidak akan pernah terealisasi.
Syahid Soleimani yang berkunjung ke Irak pada Jumat (03/01) atas undangan resmi petinggi negara ini gugur syahid bersama Abu Mahdi al-Muhandis serta delapan orang lainnya karena serangan udara militer Amerika di dekat Bandara Udara Baghdad.
Sekitar 25 juta rakyat Iran berpartisipasi di cara tasyi' jenazah Syahid Soleimani yang digelar di kota Ahwaz, Mashhad, Tehran, Qom dan Kerman.
Rahbar: Supaya tidak Perang, Iran Harus Kuat !
Memperingati momen bersejarah, baiat (sumpah setia) angkatan bersenjata Iran kepada Imam Khomeini pada 19 Bahman 1357 Hs atau 8 Februari 1979, jajaran komandan, pilot dan personel Angkatan Udara Republik Islam Iran, hari ini, Sabtu (8/2/2020) bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.
Pada tanggal 19 Bahman 1357 Hs, sekelompok perwira Angkatan Udara Iran bertemu Imam Khomeini di Madrasah Alavi, Tehran, mereka berbaris dan mengucapkan sumpah setia kepada Pendiri Republik Islam Iran itu.
Dalam pertemuan itu Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menekankan urgensi memperkuat Iran di segala bidang terutama pertahanan. Menurutnya, supaya tidak terjadi perang, dan agar ancaman berakhir, Iran harus kuat.
Ayatullah Khamenei, Sabtu (8/2) menjelaskan, kelemahan akan mendorong musuh untuk bertindak, kita tidak ingin mengancam negara atau bangsa manapun, kita berusaha menjaga keamanan negara dan mencegah ancaman.
Pada saat yang sama, Rahbar meminta angkatan bersenjata Iran untuk memperkuat fondasi pertahanan di berbagai dimensi, akurasi dalam melakukan pekerjaan penting, dan memaksimalkan penggunaan kapasitas serta potensi yang ada.
Ia menambahkan, jika semua pemimpin Amerika terdahulu menutupi niat jahatnya, maka hari ini penyimpangan, perang, fitnah, dan kerakusan Amerika terhadap kekayaan bangsa lain, terbuka dan tanpa kedok, dan langkah keliru musuh Iran ini pasti gagal.
Menyinggung sanksi Amerika terhadap Iran, Ayatullah Khamenei menerangkan, ancaman akan berubah menjadi peluang, sanksi yang merupakan kejahatan juga dapat menjadi faktor penyelamat negara dari ketergantungan pada minyak, dan menyelesaikan banyak permasalahan.
Rahbar menegaskan, akan tetapi beberapa orang cerdas di pemerintahan Amerika menyadari masalah ini dan mengatakan, jangan biarkan Iran memiliki ekonomi non-minyak, kita harus membuka jalan agar ekonomi Iran tidak terpisah sama sekali dari uang minyak, dan para pejabat pemerintah Iran terutama di bidang ekonomi harus mewaspadai hal ini.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung semakin rumitnya instrumen dan metode yang digunakan musuh.
"Metode Republik Islam Iran juga lebih rumit dari sebelumnya, sekarang di berbagai sektor nasional, metode dan bidang kerja sepenuhnya rasional, rumit, dan progresif, sehingga sejalan dengan inti stategi nasional Iran, dan hal itu telah melumpuhkan musuh," pungkasnya.
Iran Berhasil Cegah Serangan Cyber ke Infrastruktur Komunikasi
Wakil menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran mengkonfirmasi keberhasilan Iran mencegah serangan cyber besar-besaran ke infrastruktur komunikasinya.
Seperti dilaporkan IRIB Ahad (09/02), Hamid Fattahi mengatakan, hacker bayaran hari ini melakukan serangan terbesar di sejarah Iran terhadap infrastruktur negara ini.
"Hacker dari jutaan titik menyerang jutaan tujuan dan berusaha menciptakan gangguan di jaringan internet Iran, namun serangan ini berhasil dipatahkan," papar Fattahi.
Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Republik Islam Iran Mohammad Javad Azeri Jahromi beberapa waktu lalu mengumumkan, Iran sejak Maret 2018 hingga Maret 2019 berhasil mematahkan serangan 30,3 juta cyber.
Serangan cyber atau perang dunia maya adalah perang di mana kedua pihak menggunakan komputer dan jaringannya khususnya jaringan internet sebagai sarana. Di metode perang ini diupayakan jaringan dan sistem komputer serta internat lawan lumpuh.
Iran Pamerkan Rudal Raad 500
Rudal Raad 500 dengan motor komposit Zuhair dan generasi baru rudal canggih serta satelit dengan dihadiri komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Seperti dilaporkan Sepahnews, acara peresmian produksi rudal Raad 500 dengan motor komposit Zuhair dan Salman sebagai generasi baru rudal canggih dan pembawa rudal digelar Ahad (09/02) dengan dihadir Mayjen Hossein Salmai dan Amir Ali Hajizadeh, komandan aerospace IRGC.
Rudal lincah Raad 500 termasuk generasi rudal canggih terbaru yang menggunakan bahan komposit dan non baja.
Penggunaan serat karbon membuat rudal ini mampu menahan 100 kali tekanan dan suhu 3000 derajat celcius serta menghasilkan rudal ringan dan lincah.
Rudal Raad 500 termasuk rudal generasi baru dan dibanding dengan rudal Fateh-110 yang terbuat dari baja, beratnya separuh lebih ringan, namun jangkaunnya 200 km lebih jauh.
Rudal ini menggunakan bahan bakar padat dan memungkinkannya untuk bergerak di luar atmosfer bumi.
Dengan prestasi ini pembuatan roket pembawa satelit ringan berbahan bakar padat, rudal dari darat ke darat dan manuver rudal untuk melewati pertahanan rudal serta menurunkan biaya dan meningkatkan produksi akan semakin mudah.
Penolakan Kesepakatan Abad Trump oleh Demokrat
Langkah Presiden AS Donald Trump mengumumkan prakarsa Kesepakatan Abad pada 28 Januari 2020, mendapat reaksi keras dari dalam negeri Amerika dan dunia internasional. Prakarsa ini diklaim untuk memajukan proses perdamaian antara Palestina dan Israel.
107 anggota Demokrat Kongres AS dalam sebuah surat kepada Trump yang diterbitkan pada Jumat lalu, menganggap Kesepakatan Abad tidak sejalan dengan perdamaian dan menyuarakan penentangan keras mereka terhadap prakarsa ini.
Surat itu menyatakan bahwa butir-butir dan waktu pengumuman prakarsa tersebut telah memicu kekhawatiran. Kesepakatan Abad bukanlah upaya serius dan itikad baik untuk membawa perdamaian dan rencana ini akan membuka jalan permanen bagi Israel untuk menduduki Tepi Barat.
Para anggota Demokrat Kongres lebih lanjut menegaskan bahwa rencana yang disusun Trump untuk negara Palestina hanya serangkaian wilayah yang terpisah oleh pemukiman dan infrastruktur Israel, yang sama sekali tidak ada kemiripan dengan sebuah negara.
Surat tersebut juga mengkritik tim yang dibentuk Trump untuk menyusun prakarsa Kesepakatan Abad dan menyebut mereka sebagai musuh negara Palestina.
Mereka menyampaikan keprihatinan serius karena penyusunan prakarsa itu sama sekali tidak melibatkan satu pun dari orang Palestina atau para pemimpin Palestina.
Sejak berkuasa, Trump mengambil langkah-langkah kontroversial untuk kepentingan rezim Zionis, di mana tidak satu pun dari pendahulunya berani membuat keputusan seperti itu.
Trump dalam sebuah keputusan kontroversial mengakui Quds sebagai ibukota rezim Zionis, mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah, menghentikan bantuan keuangan untuk UNRWA, mengusir dubes Palestina dari Washington, keluar dari UNESCO dan Dewan HAM PBB, dan pada akhirnya merestui rencana Netanyahu mencaplok Tepi Barat.
Puncak dukungan penuh Trump kepada Israel ditandai dengan pengumuman prakarsa Kesepakatan Abad. Prakarsa ini bertujuan untuk menjamin kepentingan Israel, memberikan pelayanan istimewa kepada rezim Zionis, dan memaksa Palestina menerima sebuah negara kecil dengan imbalan mendapatkan bantuan dana 50 miliar dolar.
Dengan langkah ini, Trump ingin meraih dukungan warga Yahudi Amerika dalam pilpres mendatang dan membuka jalan bagi normalisasi hubungan Israel dan negara-negara Arab sekutu Amerika, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman. Dia juga berniat menghancurkan kelompok perlawanan di Asia Barat dengan cara menghapus isu Palestina.
Kesepakatan Abad ini ditentang keras oleh seluruh faksi Palestina termasuk pemerintah Otorita Ramallah, kelompok-kelompok pejuang, dan rakyat Palestina, serta banyak negara-negara Arab dan Muslim, dan juga anggota Kelompok Kuartet Perdamaian Timur Tengah.
Paul Larudee, tokoh utama Gerakan Solidaritas Internasional Anti Zionis, menilai Kesepakatan Abad sebagai ancaman berbahaya bagi eksistensi Palestina dan mengatakan AS di masa depan akan merampas wilayah Muslim lainnya untuk diserahkan kepada rezim Zionis.
Penentangan 107 anggota Kongres AS merupakan sebuah pukulan lain terhadap prakarsa Trump, yang bertujuan merampas seluruh tanah Palestina.