
کمالوندی
Kubu Perlawanan Jatuhkan Drone AS di Perbatasan Irak-Suriah
Sebuah pesawat nirawak militer Amerika Serikat dijatuhkan oleh sistem jammer kelompok perlawanan Irak, di garis perbatasan Irak dan Suriah.
Akun media sosial Sabereen News, Sabtu (9/10/2021) melaporkan, drone AS itu dijatuhkan saat tengah melaksanakan misi serangan ke pasukan kelompok perlawanan Irak.
Sebelum dijatuhkan, drone tersebut sempat menembakan rudal ke posisi pasukan kelompok perlawanan Irak yang sedang kosong.
Sebelumnya dikabarkan terjadi serangan drone tak dikenal ke markas pasukan perlawanan Irak, di kota Albu Kamal di perbatasan Irak-Suriah, namun Hashd Al Shaabi atau otoritas resmi Irak belum mengonfirmasi berita ini.
Kendaraan dan truk pasukan Hashd Al Shaabi di sekitar Albu Kamal kerap menjadi sasaran serangan drone tak dikenal, namun AS mengklaim drone-drone-nya tidak pernah melancarkan serangan semacam ini.
Halevi: 250 Ribu Rudal akan Lenyapkan Israel di Perang Mendatang
Seorang jurnalis sekaligus peneliti Zionis mengatakan, perang mematikan dan luas terhadap Zionis Israel di jantung rezim ini pasti terjadi, dan setiap hari 3.000 rudal akan ditembakan ke wilayah pendudukan.
Yossi Halevi, Sabtu (9/10/2021) seperti dikutip surat kabar Israel, Maariv menulis, konstelasi kekuatan lama yang menyebutkan bahwa perang-perang Israel terjadi di "area musuh", sekarang sudah berubah, dan menurut laporan keamanan Zionis, perang berikutnya akan pecah di jantung Israel.
Ia menambahkan, sebagian besar prediksi keamanan internal Israel menunjukkan bahwa perang mematikan luas akan meliputi wilayah luas dari Gush Dan, daerah metropolitan di Tel Aviv, hingga kota Eilat. Seluruh wilayah Israel setiap hari akan menjadi sasaran serangan ribuan rudal, ditambah serangan darat ke distrik-distrik Zionis di perbatasan.
Menurut Halevi, prediksi keamanan Israel menyebutkan, 250.000 rudal dari berbagai tipe di bawah komando Iran, dan kelompok perlawanan Palestina, akan ditembakan ke Israel. Perang ini pasti terjadi hanya menunggu waktu.
Jurnalis Israel menegaskan, perang ini akan menyebabkan musnahnya "negara Israel", layaknya kerusakan yang melanda Irak, Suriah, Lebanon, Libya dan Yaman dalam satu dekade terakhir.
Khatibzadeh: Israel Tak pada Posisinya Berbicara soal Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, rezim Zionis Israel tidak pada posisinya untuk berbicara tentang Iran. Terkait perundingan Wina, ia menyebut Amerika Serikat yang ingin kembali ke perundingan, maka dari itu diperlukan kunci.
Saeed Khatibzadeh, Sabtu (9/10/2021) dalam wawancara dengan France 24 ditanya tentang statemen Menlu Iran soal dimulainya perundingan Wina dalam waktu dekat.
Ia menjawab, perundingan akan dimulai setelah proses pengkajian, dan peninjauan ulang sebelumnya, selesai dilaksanakan.
Sehubungan dengan pidato PM Israel di Sidang Umum PBB ke-76 yang menyebut program nuklir Iran sudah sampai pada level yang bisa memicu konflik, Khatibzadeh menjelaskan, semua tahu Israel tidak pada posisinya berbicara tentang Iran.
Ia menambahkan, Israel duduk di atas lebih dari ratusan hulu ledak nuklir, ia juga bukan anggota NPT, dan menolak bergabung dengan traktat non-proliferasi nuklir ini, serta menolak lembaga pengawasan internasional lainnya.
Tunisia dan Sri Lanka Ingin Mula Kerja Sama Pariwisata dengan Iran
Ketua Asosiasi Perusahaan Layanan Perjalanan Iran mengumumkan, Tunisia dan Sri Lanka menyatakan kesiapan untuk memulai kerja sama pariwisata dengan Iran.
Hormatollah Rafiei, Sabtu (9/10/2021) kepada ISNA mengatakan, dalam pertemuan dengan pejabat Tunisia dan Sri Lanka, membicarakan kesiapan Iran untuk menerima wisawatan dari kedua negara ini.
Ia menambahkan, "Kami juga sudah berbicara tentang penerimaan wisatawan, dan kerja sama pariwisata dengan perwakilan bidang wisata kedua negara."
Menurut Rafiei, wisawatan adalah para duta wisata yang bisa mengenalkan kebudayaan Iran, dan dapat mematahkan proyek Iranfobia.
"Mulai awal tahun 2022, secara bertahap roda industri pariwisata akan bergerak kembali dengan cepat," pungkasnya.
ISIS Dalangi Bom Bunuh Diri di Masjid Syiah Afghanistan
Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Masjid Kunduz, yang menyebabkan puluhan orang gugur.
Serangan bom bunuh diri yang terjadi di Masjid Syed Abad, Kunduz, utara Afghanistan, Jumat (9/10/2021) menyebabkan puluhan warga Syiah gugur, dan terluka.
Tidak lama kemudian, kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di masjid Syiah ini. ISIS mengumumkan pelaku bom bunuh diri bernama Mohammad Al Uyghuri.
ISIS mengklaim serangan ini menewaskan, dan melukai 300 orang. Sementara Ketua Komisi Informasi dan Budaya Taliban di Kunduz mengatakan, ledakan bom di Masjid Syed Abad menewaskan 24 warga sipil, dan melukai 143 lainnya.
Pentagon: Kapal Perang AS dan Iran Tak Berkonfrontasi di Teluk Persia
Pejabat hubungan masyarakat Pusat Komando Angkatan Laut Amerika Serikat mengatakan tidak terjadi "interaksi tidak aman" antara kapal perang Iran, dan AS di Teluk Persia.
Dikutip kantor berita Sputnik, Jumat (8/10/2021), Departemen Pertahanan AS, Kamis malam membantah terjadinya segala bentuk konfrontasi tidak aman, dan berbahaya antara kapal perang negaranya dengan Iran.
Menurut keterangan yang dirilis Pentagon, situasi di perairan kawasan Asia Barat aman, dan tenang.
Pejabat Humas Pusat Komando AL Amerika Serikat Tim Hawkins menuturkan, "Tidak terjadi interaksi tidak aman atau tidak profesional antara kapal perang Iran, dan AS di Teluk Persia, baru-baru ini."
Sebelumnya media mengabarkan terjadinya pengejaran yang dilakukan oleh perahu cepat Iran terhadap kapal militer AS, namun dibantah oleh Washington.
Surat Al-Ahqaf ayat 29-35
Surat Al-Ahqaf ayat 29-35
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29)
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (46: 29)
Di pembahasan sebelumnya, ayat kita ditujukan kepada musyrik Mekah yang menolak beriman dengan mencari-cari alasan dan karena sikap keras kepala. Ayat kita kali ini melanjutkan pembahasan sebelumnya dan mengatakan, “Meski kalian menolak beriman, namun sekelompok jin yang kalian percayai dan menganggap mereka memiliki peran dalam kehidupan kalian, ketika mendengat ayat-ayat al-Quran, mereka beriman kepada Nabi Muhammad Saw dan mengajak yang lain untuk masuk agama Islam.”
Keberadaan makhluk bernama jin, merupakan isu yang disebutkan al-Quran secara jelas. Salah satu surah al-Quran juga bernama jin yang menyebutkan kepercayaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, al-Quran, maad serta keberadaan dua kelompok di antara mereka, mukmin dan kafir.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jin juga makhluk seperti manusia, memiliki akal, emosi dan kewajiban serta memiliki hak untuk memilih.
2. Beriman saja belum cukup, juga diperlukan untuk mengajak dan menunjukkan orang lain ke jalan kebenaran.
قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآَمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32)
Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (46: 30)
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (46: 31)
Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (46: 32)
Menurut ayat ini, ketika jin mukmin kembali ke kaumnya, mereka dibimbing sebagai berikut: Tuhan yang sama yang mengutus Musa dengan kitab itu, sekarang telah mengutus nabi lain dengan kitab lain yang disebut al-Qur'an. Hari ini kita mendengar ayat-ayat kitab ini dan menemukannya seperti kitab Musa, yang menyeru manusia ke jalan kebenaran.
Siapa saja yang beriman kepada Nabi ini yang menyeru manusia untuk percaya kepada Tuhan, maka ia akan dijauhkan dari dosa dan perbuatan buruk, serta selamat dari azab ilahi. Tapi mereka yang menolak beriman dan keras kepala harus menyadari bahwa mereka tidak mampu melawan kehendak Tuhan dan selamat dari kemarahan-Nya, karena kecuali Tuhan tidak ada yang membantu manusia di hadapan azab yang keras.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jin juga mengetahui sejarah para nabi terdahulu dan mengenal isi kitab samawi. Sebagian mereka beriman dan sebagiannya kafir.
2. Jalan kebenaran adalah jalan yang lurus. Jalan yang mencegah manusia dari sikap berlebihan (ifrat dan tafrit) serta dari jalan menyimpang. Dan membimbing manusia berdasarkan keadilan.
3. Para nabi menyeru manusia kepada Tuhan, bukan kepada dirinya sendiri. Mereka menjelaskan hukum dan syariat ilahi, bukan keinginan mereka sendiri.
4. Kafir dan mengingkari Tuhan pada akhirnya membawa manusia ke jalan buntu, jalan yang manusia sendiri tidak dapat lari darinya dan juga orang lain tidak mampu menyelamatkannya.
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33) وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (46: 33)
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka): "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab: "Ya benar, demi Tuhan kami". Allah berfirman "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar". (46:34)
Ayat-ayat akhir Surah al-Ahqaf ini kembali menyebutkan masalah ma'ad dan kepada orang musyrik mengatakan, “Benar Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan Ia tidak lelah atau lemah dari penciptaan, mampu menghidupkan kembali orang mati. Tak diragukan lagi, pencipta alam semesta yang luas ini dengan beragam makhluknya, sebuah tanda kekuatan tak terbatas Tuhan untuk melakukan apa pun. Bagaimana mungkin Tuhan seperti ini tidak mampu menghidupkan dan menciptakan kembali manusia ? Hal ini sebuah argumentasi yang jelas bagi Ma'ad (Hari Kebangkitan).
Faktanya masalah bukan di kekuatan Tuhan jika kalian tidak mempercayai Ma'ad, tapi masalah sebenarnya adalah kalian sendiri yang ingin bertindak sesuai dengan hawa nafsu, tapi ingin selamat dari akibatnya. Padahal di Hari Kiamat, ketika kalian menyaksikan api yang menakutkan berkobar, kalian tidak memiliki jalan kecuali mengaku dan mengakui kebenarannya, tapi apa mafaatnya saat itu dan tidak ada jalan kembali bagi kalian.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekuatan Tuhan tidak ada batasnya. Kekuatan Tuhan di penciptaan dunia ini merupakan argumen jelas bagi kemungkinan penciptaan kembali manusia di Hari Kiamat.
2. Orang-orang kafir di Hari Kiamat akan mengakui kebenaran. Mereka mengakui rububiyah Tuhan, kebenaran Hari Kiamat dan sistem azab dan pahala, tapi pengakuan ini tidak lagi bermanfaat bagi mereka.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35)
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (46: 35)
Ayat terakhir Surah al-Ahqaf ini kepada Rasulullah Saw mengatakan, “Bersabarlah menghadapi siksaan, gangguan dan sikap keras kepala orang musyrik, dan jangan tergesa-gesa soal meminta azab bagi mereka. Karena Tuhan akan memberi balasan perbuatan buruk mereka nanti di Hari Kiamat. Laksanakan kewajibanmu menyampaikan seruan ilahi, tapi hasilnya bukan tanggung jawabmu. Apakah mereka beriman atau tidak, perhitungan mereka ada di sisi Allah.
Ayat ini juga menyinggung usia singkat dunia. Kehidupan dunia ini begitu singkat dibandingkan dengan kehidupan abadi akhirat sehingga orang merasa seolah-olah tidak berhenti di dunia ini kecuali satu jam dalam sehari. Di sinilah mereka mengalami penyesalan yang mendalam mengapa mereka tidak memilih jalan yang benar, tetapi apa manfaatnya penyesalan ini karena tidak ada jalan untuk memperbaiki kesalahan mereka tersebut.
Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi berkewajiban menyampaikan ajakan Tuhan, dan mereka tidak berhak untuk memaksa manusia untuk beriman atau memberi hukuman kepada orang kafir.
2. Berlapang dada dan bersabar kepada para penentang adalah karakteristik para nabi besar ilahi; Para pengikutnya juga harus memiliki sikap seperti ini.
3. Salah satu sunah ilahi adalah memberi tenggat waktu dan kesempatan kepada orang kafir dan pendosa di dunia.
4. Umur dunia di banding dengan akhirat sangat pendek seperti satu jam dalam sehari.
Surat Al-Ahqaf ayat 24-28
Surat Al-Ahqaf ayat 24-28
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, (46: 24)
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (46: 25)
Di pembahasan sebelumnya terkait kaum Aad yang menolak seruan Nabi Hud as karena sikap keras kepala mereka, dan mereka mengatakan, kami tidak akan meninggalkan jalan kami. Dan kamu jika benar, maka turunkanlah azab yang kamu janjikan. Ketika hujjah telah sempurna terhadap kaum ini dan mereka sendiri yang meminta azab, maka Allah Swt mengirim angin kencang bersama awan. Ketika kaum 'Ad menyaksikan awan gelap di langit, mereka gembira dan menyangka hujan akan segera turun. Tapi bukan hujan yang turun, tetapi ada badai yang dingin, terik, dan menghancurkan yang menghancurkan orang-orang berdosa dan tidak meninggalkan apa-apa selain rumah mereka.
Berdasarkan ayat ke-7 Surah al-Haqqa, badai ini sangat kencang dan merusak berlangsung selama tujuh malam dan delapan hari secara beruntun, sehingga kehidupan kaum ini hancur dan tidak ada yang selamat.
Ini sebenarnya peringatan kepada seluruh pendosa dan orang kafir yang keras kepala, bahwa kalian jika mengikuti jalan ini maka nasib kalian tidak akan lebih barik dari kaum 'Ad.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keras kepada dihadapan kebenaran akan mendapat siksaan yang pedih. Sejarah kaum terdahulu sebuah pelajaran bagi generasi berikutnya.
2. Fenomena alam berada di bawah kekuasaan Tuhan. Awan, angin, dan peristiwa alam lainnya dapat menjadi tanda rahmat dan belas kasihan Tuhan, dan juga tanda murka-Nya. Seperti terkadang angin menyebabkan pergerakan awan dan hujan dan terkadang menjadi sarana kehancuran.
3. Kematian pelaku dosa di dunia sebuah sunnah ilahi dan sisa-sisa penguasa dan kaum masa lalu adalah pelajaran yang bagus untuk dipelajari.
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (46: 26)
Kaum 'Ad hidup di dekat Mekah di Jazirah Arab dan sisa-sisa rumah mereka di rute perjalanannya. Oleh karena itu, al-Quran kepada orang musyrik Mekah yang keras kepala dihadapan seruan Nabi Muhammad Saw mengatakan, kaum 'Ad dari sisi fisik dan finansial lebih kuat dari kalian, tapi kekuatan dan kekayaan ini tidak datang kepada mereka ketika azab ilahi turun dan juga tidak menyelamatkan mereka.
Apa yang harus menyelamatkan mereka adalah pengetahuan akan kebenaran dan menerimanya. Mereka seperti manusia lainnya memiliki mata, telinga dan akal, tapi tidak menggunakannya untuk mengenali kebenaran. Mereka menutup mata dan telinganya dari kebenaran serta menyangka mampu melawan Tuhan dengan kekuatan dan kekayaan serta fasilitas yagn dimiilkinya. Oleh karena itu, mereka mengejek dan mengabaikan peringatan Nabi Hud as terkait turunnya azab ilahi.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekuatan dan kekayaan belum tentu menyelamatkan manusia, tapi pemanfaatan benar mata dan telinga serta akal untuk memahami kebenaran faktor kesematan dan kebahagiaan manusia.
2. Mengingkari kebenaran membuat kehancuran manusia dan juga menghancurkan investasi dan fasilitas materinya.
3. Mengejek tanda-tanda ilahi dan peringatan para nabi, akan menyebabkan murka ilahi di dunia.
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآَيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27) فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آَلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28)
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat). (46: 27)
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (46: 28)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan kehancuran kaum ‘Ad, ayat ini menyebutkan, “Bukan saja kaum ‘Ad, tapi kaum lain yang hidup di sekitar kalian penduduk Mekah, ketika melawan kebenaran, kami menghancurkan mereka, seperti kaum Tsamud di utara Jazirah Arab dan kaum Saba’ di selatan.”
Bagi setiap kaum ini Kami menurunkan ayat dan tanda-tanda sesuai dengan pemahaman mereka sehingga hujjah bagi mereka sempurna serta tidak ada alasan untuk kafir dan syirik. Namun mereka malah menyembah tuhan dan sesembahan palsu serta meyakini berhala-berhala ini dapat menyelamatkan dan membuat mereka selamat. Padaha ketika turun azab, tidak ada dari sesembahan ini yang mampu menolong mereka, bahkan tidak mampu menyelematkan diri mereka sendiri dari azab ilahi, oleh karena itu mereka musnah dan tidak tersisa bekasnya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu metode pendidikan al-Quran adalah menyeru masyarakat untuk mempelajari sejarah kaum terdahulu dan mengambil pelajaran dari nasib mereka.
2. Allah Swt telah menyediakan sarana petunjuk untuk manusia dan kembalinya mereka ke fitrah ilahi. Yang terpenting adalah keinginan manusia untuk kembali dari jalan sesat.
3. Pemikiran bid’ah, tahayul dan imajiner membuat manusia menganggap objek yang tidak memiliki karakteristik khusus dan kekuatan sebagai sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.
Surat Al-Ahqaf ayat 19-23
Surat Al-Ahqaf ayat 19-23
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19)
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan. (46: 19)
Di pembahasan sebelumnya disebutkan dua golongan manusia; Satu orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua dan beriman kepada Tuhan, dan kelompok lainnya, orang yang mengingkari keberadaan Tuhan serta mengabaikan hak kedua orang tua.
Ayat ini menyatakan, Allah Swt di hari Kiamat memberi pahala dan hukuman (siksa) kepada kedua kelompok ini sesuai dengan amal perbuatan masing-masing, dan derajat serta posisi masing-masing berbeda sesuai dengan niat dan amal perbuatannya.
Lanjutan ayat ini menekankan keadilan Tuhan di sistem pembalasan dan menyatakan, setiap orang akan secara penuh akan mendapat hasil amal dan perbuatannya serta tidak ada kezaliman di hak setiap orang.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nasib setiap orang di dunia dan akhirat berada di tangannya sendiri, dan kedudukan manusia di hari Kiamat mengikuti niat dan perbuatannya.
2. Seiring berlalunya waktu, perbuatan manusia tidak akan hangus, tapi prinsip perbuatan dan dampaknya akan dicatat di catatan perbuatan manusia, dan di hari Kiamat secara penuh akan termanifestasi. Ini adalah landasan siksaan atau pahala manusia di hari Kiamat.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20)
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (46: 20)
Rahmat ilahi di dunia mencakup seluruh manusia, baik kafir maupun mukmin, dan Allah Swt tidak segan-segan memberikan nikmat materi dan duniawi kepada orang kafir dan musyrik.
Ayat ini menyatakan, orang kafir dan pendosa di dunia menikmati kelezatan materi dan nikmat ilahi secara cukup, dan mereka tidak dihalangi dari apapun, tapi di hari pembalasan, rahmat luas ilahi hanya mencakup orang saleh. Pastinya mereka yang melawan kebenaran di dunia dan menolak menerimanya karena kesombongan dan sikap keras kepala, maka mereka akan mendapat azab pedih.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mendapat nikmat ilahi di dunia tidak disyaratkan beriman kepada Tuhan, tapi rezeki yang dilimpahkan Tuhan kepada seluruh makhluk-Nya termasuk manusia.
2. Kesombongan dalam praktiknya akan berujung pada kefasikan dan keluar dari poros kebenaran.
3. Kehinaan di hari Kiamat, sebuah balasan bagi mereka yang sombong di dunia dan mengklaim memiliki kekuatan, kehormatan dan kebesaran.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آَلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23)
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar". (46: 21)
Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (46: 22)
Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". (46: 23)
Ayat ini membahas kisah Nabi Hud as beserta kaumnya dan menyatakan, Hud seperti nabi-nabi lainnya, memperingatkan kaumnya dari syirik, penyebahan berhala dan perbuatan hina serta tak pantas. Tapi mereka memilih untuk meminta Hud untuk menurunkan azab yang dijanjikan ini di dunia, ketimbang memikirkan perilaku buruk dan berhenti menyembah tuhan-tuhan palsu. Sementara azab berada di tangan Tuhan dan para nabi tidak memiliki peran dalam menurunkan azab di dunia atau akhirat.
Oleh karena itu, Nabi Hud as saat menjawab permintaan mereka mengatakan, apa yang kalian inginkan dariku, bukanlah sesuatu yang berada di wewenangku, dan ilmunya berada di tangan Tuhan. Aku hanya pesuruh untuk menyampaikan perintah Tuhan dan mengajak kalian menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Aku tidak memaksa kalian menerima seruanku dan aku juga tidak mampu mengazab sesorang. Akar dari sikap keras kepala dan penolakan kebenaran kalian adalah kebodohan yang membuat kalian tidak memahami kebenaran serta menolak beriman.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tugas pertama para nabi terhadap kaum musyrik dan rusak adalah memperingatkan mereka sehingga mereka memahami bahaya dan semakin waspada.
2. Tujuan dan agenda kerja seluruh nabi sepanjang sejarah adalah satu, mengajak manusia menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi segala bentuk syirik dan kekafiran.
3. Jika manusia meyakini akan datangnya hari Kiamat, maka mereka akan memperbaiji perbuatannya di dunia.
4. Tugas para nabi menyampaian risalah ilahi, bukan memaksa manusia untuk beriman.
5. Fanatik buta terhadap adat dan kepercayaan kaum dan kabilah adalah indikasi kebodohan manusia dan membuat mereka semakin jauh dari memahami kebenaran.
Surat Al-Ahqaf ayat 15-18
Surat Al-Ahqaf ayat 15-18
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (46: 15)
Salah satu karakteristik agama Islam adalah memperhatikan urusan keluarga. Oleh karena itu, banyak ayat al-Quran dan ajaran agama yang khusus membahas masalah ini. Rekomendasi pernikahan dan membentuk keluarga, hubungan kasih sayang dan penuh kecintaan serta toleransi istri dan suami di lingkungan keluarga, melahirkan anak dan mendidik dengan benar mereka, mekanisme praktis untuk menyelesaikan friksi keluarga secara damai, dan terkadang talak di kasus khusus, merupakan tema yang disebutkan berbagai ayat al-Quran.
Ayat ini dimulai dengan anjuran Tuhan kepada seluruh manusia baik mukmin atau non-muslim. Di ayat ini mengisyaratkan kesulitan dan penderitaan yang ditanggung orang tua, khususnya ibu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya, sehingga mendorong manusia untuk tidak sombong dan menghormati kedua orang tuanya serta berterima kasih kepadanya.
Sangat disayangkan di dunia modern saat ini, di mana individualisme dan tuntutan individu ditekankan secara berlebihan, data pernikahan dan membentuk ikatan keluarga mulai menurun. Mereka yang menikah pun merasa cukup dengan anak yang sedikit. Berlanjutnya proses ini akan mendorong penurunan populasi di negara-negara maju serta menciptakan masyarakat tua.
Di budaya agama, mereka yang mencapai usia 40 tahun, sejatinya berada di puncak kesempurnaan fisik dan akal. Biasanya orang seperti ini memiliki keluarga dan anak. Namun hal ini tidak boleh membuatnya melupakan kedua orang tuanya sendiri, tapi ia harus lebih giat berbuat baik kepada mereka.
Jelas bahwa berbuat baik lebih luas dari sekedar berinfak serta tidak hanya mencakup bantuan finansial. Karena bisa jadi kedua orang tua tidak memerlukan bantuan keuangan, tapi mereka haus kasih sayang dan perhatian anak-anak mereka. Atau karena usia tua, mereka membutuhkan perawatan atau pengobatan, dan berbuat baik mencakup hal-hal ini juga.
Meski demikian, perhatian terhadap kedua orang tua tidak boleh membuat seseorang melupakan anak dan istrinya. Oleh karena itu, lebih lanjut aya ini mengisyaratkan anak saleh dan generasi mendatang yang selain doa juga membutuhkan upaya berkesinambungan kedua orang tua untuk mendidik mereka.
Dari satu ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu hak ayah dan ibu terhadap anak-anaknya adalah mereka harus berbuat baik kepada keduanya selama mereka hidup. Perbuatan baik ini harus berkesinambungan, dan bukannya di saat-saat tertentu dan penting.
2. Di perbuatan baik kepada kedua orang tua, muslim bukan syarat dan Islam menilai ini sebuah rekomendasi kemanusiaan, bukan masalah iman.
3. Meski seorang anak harus berbuat baik kepada ayah dan ibunya, tapi dalam hal ini ibu menjadi prioritas anak karena penderitaannya selama mengandung, melahirkan dan menyusui. Oleh karena itu, anak harus lebih berbuat baik dan menyayangi ibunya.
4. Mengingatkan kesulitan dan penderitaan ibu akan efektif membangkitkan emosi dan emosi manusiawi anak.
5. Doa dan melayani kedua orang tua, di samping mendoakan anak-anak sendiri dan mendidik mereka, merupakan anjuran Tuhan kepada manusia.
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16)
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (46: 16)
Di ayat sebelumnya, anjuran Allah Swt kepada manusia terkait kedua orang tua dan anak-anak. Ayat ini menjelaskan pahala bagi mereka yang melakukan perintah ini dan mengatakan, Allah Swt berjanji menempatkan manusia yang berbuat baik di surga, maka siapa yang lebih jujur dari Tuhan dalam membuat janji ?
Namun begitu syarat masuk ke surga adalah bersih dari karat-karat dosa. Oleh karena itu, Allah Swt mengampuni kesalahan orang yang berbuat baik dan menerima perbuatan baik mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ini adalah anugerah terbesar Tuhan kepada manusia yang berbuat baik dan melimpahkan pahala besar bagi mereka.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nilai perbuatan terletak pada diterimanya amalan tersebut, bukan sekedar melakukannya. Pastinya sebuah amalan yang diterima Tuhan harus memiliki syarat dan dilakukan dengan bentuk terbaiknya.
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan peluang bagi diterimanya perbuatan baik dan mendapat ampunan Tuhan.
3. Mereka yang berbuat baik kepada kedua orang tua, khususnya kepada ibu, sejatinya telah menyiapkan pintu masuk ke surga bagi dirinya sendiri.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آَمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18)
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". (46: 17)
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (46: 18)
Berbeda dengan anak-anak saleh yang menghargai pelayanan terhadap kedua orang tua, di beberapa keluarga, tumbuh anak-anak yang tidak kompeten dan tidak benar yang menyebabkan masalah dan ketidakbahagiaan bagi orang tua mereka dan menyakiti mereka dengan bahasa yang buruk. Mereka tidak hanya tidak menghormati hak-hak orang tua mereka, tetapi mereka juga tidak menerima pendidikan agama mereka. Menanggapi ajakan orang tua mereka untuk menyembah Tuhan, mereka mengolok-olok keyakinan agama mereka dan menyebut janji para nabi ilahi sebagai sebuah kebohongan.
Wajar jika akhir dari orang seperti ini yang tidak tahu berterima kasih dan memusuhi kebenaran adalah mereka ditempatkan sejajar dengan orang zalim dan berdosa dari kaum sebelumnya. Mereka mendapat murka Ilahi dan nasib buruk dan merugi menanti mereka. Tak hanya itu, mereka juga tidak dapat lari darinya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sejumlah anak tidak kompeten dan tumbuh tidak benar, serta mereka menyimpang dari jalan kebenaran. Namun tugas orang tua terhadap mereka bukan menolak atau melaknatnya, tapi mendoakan mereka dan menyerunya ke jalan kebenaran.
2. Orang tua bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya dan berusaha untuk memberi pendidikan agama serta spiritual mereka, meski tidak ada hasil positif dari upaya mereka.
3. Mereka yang mengabaikan Tuhan dan hari akhir, akan tidak bertanggung jawab kepada kedua orang tuanya dan menginjak-injak hak mereka, bahkan bisa jadi melawan kedua orang tuanya.