
کمالوندی
Surat Muhammad ayat 25-28
Surat Muhammad ayat 25-28
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25)
Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (47: 25)
Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang munafik yang lemah imannya dan tidak berdabbur tengah ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Al-Qur'an, seakan-akan hati mereka terkunci.
Ayat kali ini mengatakan, mereka yang mengabaikan petunjuk Al-Qur'an dan nabi, maka pasti mengikuti jalan setan. Setan pertama-tama mencitrakan kepada manusia perbuatan buruk menjadi indah dan kemudian mengajaknya untuk melakukan perbuatan tersebut. Hal ini membuat manusia tertipu dengan perbuatan buruknya.
Manusia seperti ini menyusun masa depannya berdasarkan angan-angannya, di mana setiap hari membuat dirinya semakin jauh dari jalan kebenaran dan sangat sulit baginya untuk kembali ke jalan kebenaran.
Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbeda dengan anggapan orang munafik yang menilai dirinya orang tercerahkan dan pandai, menurut perspektif Al-Qur'an mereka adalah orang reaksioner yang berbalik dari jalan terang hidayah menuju kegelapan.
2. Mengikuti bujukan setan termasuk faktor yang merusak iman seseorang dan akhirnya adalah membuat manusia jauh dari jalan kebenaran dan bernasib buruk.
3. Ilmu dan pengetahuan terhadap kebenaran saja tidak cukup, tapi harus juga disertai dengan perjuangan melawan bujukan setan dengan serius.
4. Mencitrakan keburukan menjadi sebuah keindahan dan angan-angan panjang adalah sarana setan.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (26)
Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka. (47: 26)
Ayat ini mengisyaratkan hubungan orang munafik dengan kafir dan menyatakan, orang munafik Madinah pergi ke orang Yahudi dan menjalin perjanjian kerja sama dengan mereka, dan di sejumlah urusan yang ada kepentingan bersama, mereka mengambil langkah-langkah melawan orang muslim. Di sisi lain, mereka berusaha menyembunyikan hubungan mereka ini dari Rasulullah Saw dan orang Muslim. Tapi Al-Qur'an mengatakan, Tuhan akan menguak pengkhianatan mereka tersebut sehingga konspirasi mereka akan terkuak dan masyarakat mengenali mereka.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang muslim harus waspada dan menyadari bahwa sejumlah anggota masyarakat Islam memiliki hubungan dengan musuh dan orang kafir serta bekerja sama dengan mereka. Kelompok ini bersedia mengorbankan kepentingan masyarakat Islam untuk kepentingan dirinya serta musuh.
2. Hubungan orang munafik dengan musuh dilakukan secara rahasia. Oleh karena itu, pemuka masyarakat harus waspada dan menggunakan berbagai metode dan sarana yang tepat untuk membongkar hubungan ini.
3. Manusia harus sadar bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatan dan rahasianya, dan jika mereka meyakini hal ini maka mereka tidak akan melancarkan konspirasi terhadap yang lain.
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27) ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (28)
Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? (47: 27)
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (48: 28)
Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung akhir dan nasib orang munafik di dunia dan mengatakan, mereka sangat sulit saat meregang nyawa, karena para malaikat pencabut nyawa, pertama-tama menyiksa mereka dan kemudian mengambil nyawa mereka. Kondisi sakaratul maut ini adalah hasil dari perilaku mereka. Ini karena mereka tidak melakukan perbuatan yang diridhai Tuhan dan sebaliknya mereka melakukan perbuatan yang membuat Tuhan murka.
Wajar jika kita semua di berbagai fase kehidupan sering dihadapkan pada dua jalan dan harus memilih salahs atunya. Tapi mayoritas manusia memilih jalan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya dan lebih mendukung kepentingannya.
Sementara berdasarkan budaya Al-Qur'an, tolok ukur pilihan orang mukmin bukan tuntutan dan kepentingan dirinya, tapi faktor penentu bagi dirinya adalah keridhaan atau kemurkaan Tuhan. Artinya apa yang diridhai Tuhan, akan mereka lakukan meski tidak selaras dengan keinginannya dan apa yang tidak diridhai Tuhan mereka tinggalkan, meski hatinya ingin melakukannya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kematian bukan akhir manusia, tapi akhir kehidupan dunia dan malaikat akan mengambil nyawa yang diberikan kepada manusia saat mereka diciptakan.
2. Kematian manusia munafik dan bermuka dua akan sangat sulit dan disertai dengan siksaan.
3. Meski manusia bebas dalam memilih jalannya, tapi mereka harus menerima dampak dari setiap pilihannya. Tak diragukan lagi, mengikuti keridhaan Tuhan akan berdampak baik bagi manusia dan menentang keridhaan Tuhan, akan berdampak buruk dan menyakitkan.
4. Perbuatan manusia meski diluarnya terlihat baik dan indah serta disukai masyarakat, tapi jika tidak mendapat keridhaan Tuhan akan musnah dan hancur.
Surat Muhammad ayat 21-24
Surat Muhammad ayat 21-24
طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (21)
Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (47: 21)
Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang-orang yang imannya lemah dan munafik, di mulut mereka meminta perintah jihad, tapi ketika perintah ini diturunkan Tuhan, mereka lari dari perintah ini dengan berbagai alasan.
Ayat ini kepada kelompok ini mengatakan, keharusan dari iman adalah kalian mentaati perintah Tuhan dan rasul-Nya, serta menghindari ucapan tak pantas dan mencari alasan yang tidak tepat, karena ucapan kalian melemahkan semangat orang mukmin dan membuat mereka menolak hadir di medan jihad dan melawan musuh.
Lebih lanjut ayat ini menyatakan, jika kelompok yang lemah imannya ini benar dalam ucapan mereka, maka mereka harus berpartisipasi di perang jihad melawan musuh, karena ini membuat mereka terhormat di dunia dan meraih pahala ilahi di akhirat.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keharusan iman adalah ucapan yang baik dan pantas serta beramal sesuai dengan perintah Tuhan, bukannya kita melakukan apa yang kita ingin ucapkan dan apa yang kita inginkan.
2. Jihad melawan musuh merupakan salah satu perintah Tuhan. Kita harus jujur dalam melakukan perintah ini dan tidak mencari-cari alasan, karena jihad ini menguntungkan manusia.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23)
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (47: 22)
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (47: 23)
Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini kepada orang-orang yang lemah imannya mengatakan, jika kalian berpaling dari perintah Tuhan mengenai jihad, maka orang musyrik akan mengalahkan kalian, dan kalian akan kembali ke tradisi jahiliyah. Tradisi yang menjadi peluang bagi maraknya kerusakan di masyarakat, pembantaian dan pertumpahan darah karena fanatisme kesukuan akan merebak dan bahkan bisa berujung pada tindakan sadis seperti mengubur anak perempuan hidup-hidup.
Al-Qur’an lebih lanjut menambahkan, sikap lari dari jihad dan mencari-cari alasan akan menyebabkan mata dan telinga orang-orang yang lemah imannya dan munafik tidak dapat melihat atau mendengarkan kebenaran. Wajar mereka yang tidak melihat kebenaran dengan baik, akan melawannya dan dijauhkan dari rahmat Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menurut perspektif Al-Qur’an, meninggalkan jihad akan menjadi peluang bagi maraknya kerusakan dan pertumpahan darah.
2. Berpaling dari ajaran ilahi akan melemahkan institusi keluarga dan famili.
3. Mereka memiliki motivasi merusak di masyarakat dan menimbulkan kerusakan di institusi keluarga, bukan saja dijauhkan dari rahmat ilahi, bahkan akan mendapat laknat Tuhan.
4. Memiliki mata dan telinga saja tidak cukup. Tapi yang terpenting adalah memanfaatkan keduanya dengan benar. Jangan sampai orang yang memiliki telinga, tapi tidak mendengar kebenaran atau mereka yang memiliki mata, tapi tidak melihat kebenaran.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (47: 24)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan karakteristik orang-orang yang lemah imannya, ayat ini menyatakan, “Akar dari seluruh masalah orang-orang seperti ini adalah mereka tidak memahami ayat al-Quran dan merenungkannya, atau karena mereka mengikuti hawa nafsu dan menolak apa yang mereka pahami serta melawannya.”
Meski ayat ini membicarakan orang-orang yang lemah imannya, tapi ayat 29 Surah Saad, menilai taddabur dan merenungkan ayat-ayat al-Quran sebagai kewajiban seluruh orang mukmin dan mengatakan, Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Oleh karena itu, di Hari Kiamat, Rasulullah mengadukan tentang al-Quran yang ditinggalkan, pengaduan yang mencakup seluruh umat Islam dan mengindikasikan lemahnya perhatian umat Muslim terhadap kitab samawi ini. Perhatian lemah ini ada beberapa bentuk: Sekelompok orang tidak membaca ayat-ayat al-Quran, sekelompok lain membacanya tapi tidak bertadabbur atau merenungkan ayat-ayat yang dibacanya, serta sekelompok lain setelah membaca kemudian merenungkannya tapi tidak mengamalkannya.
Oleh karena itu, pemahaman yang benar akan ajaran al-Quran harus menjadi landasan bagi perbuatan dan perilaku umat Islam sehingga rahmat Tuhan akan meluas di masyarakat dan mempermudah seluruh urusan. Jika tidak demikian, pertama-tama hati-hati manusia akan terkunci dan kemudian masarakat akan menghadapi beragam kesulitan dan masalah yang berujung pada tertutupnya jalan keselamatan dan kebahagiaan.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Qur’an bukan sekedar untuk dibaca, itu adalah buku pemikiran dan kontemplasi, dan bacaannya harus menjadi awal untuk kontemplasi dalam ayat-ayatnya. Oleh karena itu, orang yang tidak merenungkan ayat-ayat al-Qur'an akan ditegur oleh Allah.
2. Seluruh umat Muslim berkewajiban untuk bertadabbur dan merenungkan al-Qur’an dan ini bukan hanya tugas kelompok tertentu.
3. Meninggalkan taddabur al-Qur’an akan membuat hati-hati manusia terkunci, ketika hati terkunci maka mereka tidak lagi dapat merenungkan al-Quran dan tidak lagi dapat mengambil manfaat darinya.
Surat Muhammad ayat 18-20
Surat Muhammad ayat 18-20
فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ (18)
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang? (47: 18)
Di pembahasan sebelumnya diisyaratkan orang-orang yang keras kepala dan suka menghina para utusan Tuhan. Sementara ayat ini menyebutkan mereka yang mengingkari Ma’ad (Hari Kebangkitan) yang mengatakan, “Selama kami tidak menyaksikan Kiamat dengan mata kepala kami sendiri, maka kami tidak akan beriman kepadanya, sementara argumentasi akan kemungkinan terjadinya Kiamat sangat jelas.”
Jika mereka benar-benar mencari kebenaran, maka mereka akan mengimani Hari Kiamat dengan argumentasi logika dan akal sebelum mereka menyaksikan terjadinya hari tersebut. Dan jika kini mereka tidak beriman, ketika mereka menyaksikan Kiamat, maka iman mereka tidak berguna. Sama seperti manusia yang sakit ketika dokter mendiagnosa penyakitnya dan memberinya resep, tapi pasien mengatakan, selama aku belum menyaksikan kematian, aku tidak percaya terhadap penyakitkan dan aku tidak butuh pengobatan. Jelas bahwa saat itu (kematian datang) obat dan pengobatan tidak lagi berguna dan penyesalan tidak bermanfaat.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang kafir dan mereka yang mengingkari Ma’ad (Hari Kebangkitan) karena keras kepala, tidak memanfaatkan peluang untuk bertobat dan sejatinya mereka mensia-siakan kesempatan yang diberikan Tuhan.
2. Banyak argumentasi dan tanda terjadinya Hari Kiamat, tapi ini bagi mereka yang bersedia mendengarkan dan memiliki hati mencari kebenaran.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (47: 19)
Menyikapi sikap keras kepala orang kafir, ayat ini kepada Rasulullah Saw mengatakan, “Kamu juga harus konsisten dengan jalanmu, dan ketahuilah kekuatan lain selain kehendak Tuhan Yang Maha Esa di dunia ini tidak bermanfaat, dan tidak ada yang mampu melemahkan Tuhan. Oleh karena itu, berlindunglah kepada-Nya di setiap keadaan dan bertawakallah kepada-Nya serta jangan takut akan banyaknya musuh.”
Kelanjutan ayat ini menekankan poin bahwa orang beriman harus menjaga takwa kepada Tuhan dan jika mereka tergelincir atau melakukan kesalahan, segera meminta ampun kepada Tuhan.
Rasulullah Saw sendiri juga meminta ampun bagi dirinya dan orang-orang mukmin. Jelas bahwa para nabi terbebas dari dosa dan maksud dari istighfar nabi bukan meminta ampunan dari dosa, tapi mengindikasikan spirit tawadhu dan khusyu’ di hadapan Tuhan, ketika manusia merasa dirinya selalu bersalah di hadapan-Nya. Karena risalah para nabi merupakan tugas dan tanggung jawab yang berat, yang diamanatkan Tuhan kepada para nabi. Mereka harus senantiasa merasa belum menunaikan tanggung jawabnya sesuai yang diinstruksikan, sehungga mereka tidak akan lalai dari usaha dan perjuangan serta tidak harus puas dengan apa yang telah mereka lakukan.
Dengan demikian, di Al Quran bukan saja khusus berkaitan dengan Rasulullah Saw, tapi juga disebutkan permintaan ampunan dari para nabi sebelumnya.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seluruh ucapan dan perilaku kita harus dilandasi tauhid sehingga kita tidak bersandar pada kekuatan manusia yang palsu atau kita tidak akan takut kepada mereka.
2. Pria dan wanita beriman termasuk mereka yang dimintakan ampunan oleh Rasulullah Saw. Beliau selain membimbing masyarakat, juga meminta bantuan Tuhan untuk keselamatan dan kebersihan serta kesucian jiwa mereka.
3. Para rasul juga seperti seluruh masyarakat, dari jenis manusia sendiri dan memiliki keterbatasan seperti manusia pada umumnya. Oleh karena itu, mereka juga membutuhkan rahmat ilahi untuk menutupi kekurangannya.
وَيَقُولُ الَّذِينَ آَمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ (20)
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. (47: 20)
Ayat ini mengisyaratkan kondisi sulit umat muslim di masa awal Islam dan menyatakan, “Tekanan musuh mendorong umat Muslim meminta ijin kepada Rasulullah Saw untuk berperang dan melawan. Mereka mengatakan, mengapa tidak turun ayat yang mengijinkan mereka berperang ? Namun ketika sejumlah ayat diturunkan dan perintah untuk melawan juga diturunkan, sejumlah orang yang sebelumnya berbicara mengenai jihad dan perang, mulai mundur dan mereka ketakutan.”
Berbeda dengan orang mukmin sejati yang tetap konsisten berjihad hingga diambang kematian, dan siap syahid serta berkorban di jalan Tuhan, orang-orang munafik sangat ketakutan bahkan sebelum perang terjadi. Mereka bahkan hampir mati ketika mendengar perintah jihad.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mungkin banyak yang mengumbar klaim, tapi dalam praktek dan di medan perang, orang mukmin sejati dan orang munafik akan terlihat nyata.
2. Meski Islam adalah agama rahmat, tapi ada perintah jihad melawan orang zalim dan penindas, serta perintah perang.
3. Takut berjihad dan lari dari medan perang merupakan indikasi lemahnya iman dan sifat munafik.
Surat Muhammad ayat 15-17
Surat Muhammad ayat 15-17
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (15)
(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (47: 15)
Di ayat sebelumnya dibahas mengenai nasib orang beriman dan kafir. Ayat ini lebih lanjut menyinggung posisi mereka di surga dan neraka, serta menjelaskan sejumlah karakteristik kedua tempat ini.
Di antara karakteristik fisik manusia di dunia yang juga ditemukan diakhirat adalah rasa haus dan perlu air yang sehat untuk memenuhinya. Ayat ini menyatakan, Allah Swt untuk memenuhi kebutuhan ini menyediakan beragam air yang jernih dan lezat di surga, mulai dari air hingga susu, minuman keras hingga madu. Namun ahli neraka diberikan air yang mendidih, meski mereka berada di tengah-tengah api dan kebutuhannya akan air segar dan dingin kian besar.
Dari satu ayat tadi ada lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hiasan dan kelezatan duniawi kalian jangan menyeret kalian ke perbuatan dosa, karena Allah Swt akan menyediakan kelezatan dan kenikmatan tertinggi di akhirat bagi para penghuni surga.
2. Mereka yang bijaksana dan menghindari kelezatan tak sah dan fana, maka akan meraih kelezatan kekal.
3. Rahmat dan ampunan khusus Tuhan, di sampaing kenikmatan materi dan fisik akan membuat tenang jiwa dan mental ahli surga.
4. Ahli surga dijamu dengan beragam minuman, makanan dan buah-buahan.
5. Kenikmatan ahli surga tidak ada kekurangan dan abadi.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آَنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (16)
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. (47: 16)
Ayat ini menyinggung orang-orang yang lemah imannya dan memiliki penyakit hati yang hidup di komunitas Islam, namun tidak menerima ucapan rasul dan wahyu ilahi. Mereka mendengar wahyu ilahi dari lisan nabi, tapi mengatakan, “Kami tidak memahami apa pun dan ketika mereka bertemu dengan orang mukmin yang berilmu dan berwawasan, mereka dengan sinis berkata, apakah kalian memahami ucapan nabi ? Adapun kami tidak memahami apa pun!
Ayat ini merupakan jawaban bagi perikalu tak benar kelompok ini dan menyatakan, ucapan nabi jelas dan fasih. Tapi karena kalian mengejar hawa nafsu dan tidak ingin mengikuti kebenaran, maka kalian tidak mampu memahami dan mengenal kebenaran. Dengan kata lain, masalahnya bukan dari nabi, tapi justru kalian yang enggan menerima kebenaran.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyembah hawa nafsu dan mengikuti keinginan nafsu telah menghalangi kemampuan manusia untuk membedakan kebenaran dan kebatilan, dan mencegahnya memahami kebenaran.
2. Kita harus waspada terhadap orang-orang yang hatinya sakit di tengah masyarakat, di mana mereka berusaha membuat anggota masyarakat lainnya meragukan kebenaran wahyu dan ucapan nabi serta ingin melemahkan iman masyarakat.
3. Membaca dan mendengar firman Allah belum cukup, tapi yang penting adalah memahami ajaran dan perintahnya serta mengamalkannya. Banyak orang yang mendengar sabda nabi yang jelas dan fasih, tapi karena mereka mengejar keinginan hawa nafsunya, maka mereka menolak menerima kebenaran.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17)
Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya. (47: 17)
Dalam menghadapi orang yang hatinya sakit yang tidak bersedia menerima bimbingan Nabi dan meragukan keabsahannya, Al Quran berjanji dalam ayat ini bahwa siapa pun yang menerima bimbingan awal para nabi, Allah akan memberinya dua berkah yang berharga: Pertama, hidayah di jalan kehidupan yang berliku dan kedua, keselamatan dan kesucian jiwa.
Wajar jika manusia selalu rentan terhadap kesalahan dan kekeliruan, dan tidak mudah untuk menentukan jalan yang benar dalam berbagai hal seperti ekonomi, sosial, budaya, keluarga, dll. Manusia membutuhkan bimbingan ilahi sepanjang hidupnya, jadi Tuhan telah berjanji untuk membantunya membedakan cara hidup yang benar jika dia menerima bimbingan asli Tuhan.
Namun begitu di samping petunjuk dan bimbingan ini, kesucian jiwa juga diperlukan sehingga manusia tidak sampai terpengaruh oleh bahaya dengki, hasud, kikir atau berbagai sifat buruk lainnya serta tidak menyimpang dari jalan kebenaran.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menerima bimbingan asli merupakan peluang untuk meningkatkan hiyadah dari Tuhan.
2. Bersedia menerima petunjuk akan memperluas kapasitas manusia.
3. Mencapai kebersihan hati dan irfan sejati, hanya dapat diraih melalui bimbingan ilahi, bukan aliran humanisme seperti Buddhisme, Hinduisme atau semisalnya.
Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14
Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (9)
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47: 7)
Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (47: 8)
Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (47: 9)
Di pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai perlawanan terhadap musuh Islam di medan tempur. Ayat ini lebih lanjut kepada orang mukmin mengatakan, “Medan perang adalah medan pertempuran dan konfrontasi, serta ada kesulitan khusus di dalamnya. Oleh karena itu, bersabarlah dan istiqamah dalam membela agama kalian, serta jangan melarikan diri dari medan perang.”
Jika kalian konsisten dalam melawan musuh Tuhan, maka yakinlah kalian bahwa Allah akan membantu kalian, dan kalian akan menang melawan musuh. Karena Allah Swt menghendaki kehancuran musuh dan menghapus rencana mereka.
Tapi mereka (musuh) lebih memilih perang ketimbang menyerah terhadap ajaran Tuhan dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, nasib mereka adalah kehancuran dan hasil perbuatannya tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hanya iman saja tidak cukup, tapi diperlukan usaha untuk menyebarkan ajaran dan agama Tuhan, serta memerangi anasir yang menyesatkan masyarakat.
2. Mekanisme menolong agama Tuhan berbeda setiap zaman dan sesuai dengan kondisi. Terkadang melalui penyebaran kebenaran agama dan tabligh, dan terkadang melalui bantuan finansial dan juga terkadang melalui pemaafan dan pengorbanan.
3. Enggan di hati menerima ajaran ilahi, bentuk kekufuran di manusia serta menyebabkan kemusnahan perbuatan baik mereka.
4. Melawan kebenaran hanya berakhir dengan kehancuran dan membuat manusia jatuh ke dalam kesesatan dan jurang kehidupan yang berbahaya.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا (10) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ (11)
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (47: 10)
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung. (47: 11)
Melanjutkan ayat sebelumnya, Allah Swt di ayat ini memperingatkan orang kafir dan musyrik yang memusuhi orang Muslim, bahwa jika kalian bepergian dan menyaksikan wilayah di sekitar kalian, maka kalian akan menyaksikan jejak dan peninggalan kaum terdahulu, bagaimana mereka dimusnahkan dan nama mereka tidak lagi diingat.
Jangan mengira akhir dan nasib seperti ini khusus untuk mereka (kaum terdahulu), dan tidak mencakup kalian; Kalian jika mengikuti jejak mereka, juga akan mengalami nasib serupa. Sejatinya tidak ada yang akan membantu dan menyelamatkan kalian, karena Allah Swt tidak akan melindungi dan membantu musuh-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mempelajari sejarah umat terdahulu dan menyaksikan sisa-sisa peradaban mereka dari dekat merupakan tujuan dari wisata di Islam, dan untuk mengambil pelajaran dari nasib umat terdahulu.
2. Manifestasi kemakmuran dan kesejahteraan orang kafir saat ini jangan sampai menipu kita. Karena mereka tidak memiliki nasib yang baik.
3. Iman kepada Tuhan adalah sarana untuk menarik rahmat dan perlindungan ilahi di dunia dan akhirat, sementara kekufuran merupakan faktor yang menyebabkan hilangnya rahmat.
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (47: 12)
Setelah membandingkan antara orang beriman dan kafir di dunia, ayat ini mulai membandingkan kondisi mereka di Hari Kiamat dan menyatakan, “Orang-orang mukmin yang benar-benar menjalankan kewajibannya di dunia dan melakukan perbuatan baik, di Hari Kiamat akan mendapat kedudukan tinggi, penuh nikmat dan penuh kegembiraan. Tapi tempat orang yang menentang kebenaran adalah neraka. Karena mereka mengejar kelezatan duniawi dan seperti binatang hanya ingin mengenyangkan perut dan memenuhi syahwatnya, dan tidak mempersiapkan bekal untuk akhiratnya.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menikmati kelezatan duniawi, baik itu sedikit atau banyak adalah sesuatu yang cepat hilang. Kita harus memikirkan bekal akhirat kita, tempat yang kekal dan abadi.
2. Al-Quran memperbolehkan manusia menikmati kelezatan duniawi, tapi menentang kehidupan hewani.
3. Kita harus memandang tujuan akhir dalam memilih jalan kehidupan, bukan terlena oleh pemandangan indah di pinggir jalan yang bersifat sementara.
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ (13) أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (14)
Dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. (47: 13)
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (47: 14)
Ayat ini membahas karakteristik orang kafir yang memusuhi Islam dan menyatakan, “Mereka membanggakan kekuatan dan hartanya, serta menyangka tidak ada yang mampu melawan mereka. Padahal nasib umat terdahulu menunjukkan mereka dihancurkan dengan kehendak Tuhan dan tidak ada yang mampu menyelamatkan mereka.”
Sifat buruk orang kafir lainnya adalah suka berfoya-foya memenuhi syahwatnya dan keuntungan mengalahkan mereka sehingga melihat perbuatan buruknya sangat indah. Mereka memandang buruk kebenaran dan apa yang datangnya dari Tuhan, serta menolak menerimanya.
Dari dua ayat tadi terhapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang mukmin tidak boleh takut terhadap kemampuan zahir musuh Allah, karena kekuatan Tuhan di atas seluruh kekuatan manusia.
2. Musuh dengan berbagai metode berusaha menyiksa dan menyakiti orang mukmin, tapi orang yang benar-benara beriman tidak akan pernah melepas imannya serta akan melanjutkan usaha dan perjuangannya.
3. Dasar iman adalah argumentasi, tapi sandaran orang kafir adalah anjuran batil dan hawa nafsu.
4. Manusia memahami keburukan suatu perbuatan melalui fitrah ilahi, tapi mereka menutupi perbuatan baik untuk mencapai keinginan hawa nafsunya, dan dengan berbagai cara mencitrakannya sebagai sebuah keindahan dan perbuatan yang terpuji.
Surat Muhammad ayat 1-6
Surat Muhammad ayat 1-6
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (1) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2) ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (3)
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka. (47: 1)
Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (47:2)
Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (47: 3)
Surat yang kita kaji kali ini dinamakan Surat Muhammad, nama utusan ilahi terakhir dan penutup para nabi. Surah ini membahas dua kelompok manusia, mukmin dan kafir. Dua kelompok ini senantiasa ada di sepanjang sejarah dan juga di masa depan. Jelas bahwa tugas seorang mukmin adalah menyeru yang lain untuk beriman kepada Allah dan nabi-Nya, tapi mereka tidak berhak untuk memaksa yang lain untuk beriman.
Orang kafir yang didasari kebatilan senantiasa mencegah orang-orang mukmin dari jalan Allah. Untuk meraih ambisinya ini mereka mengerahkan segala cara mulai dari lunak hingga kekerasan dan bahkan dengan kekuatan militer. Di kondisi seperti ini tercipta konfrontasi antara mereka dengan kelompok orang beriman. Surah ini menjelaskan secara transparan tugas dan keperintah ilahi ketika terjadi perang antara orang mukmin dan kafir.
Para pembesar kafir dan musyrik senantiasa berusaha menamboh populasi kafir dan musyrik demi menjaga dan memperkuat posisi mereka. Mereka dengan berbagai metode berupaya merangkul pihak lain, bahkan mereka tak segan-segan berinfak kepada orang yang membutuhkan dan melakukan perbuatan baik dan amal, tapi faktanya tujuan mereka menjaga komunitasnya dan menarik pihak lain ke agama batil mereka.
Yang pasti mereka tidak mendapat manfaat dari perbuatannya tersebut dan Allah Swt tidak menerima perbuatan baik mereka, karena tujuannya tidak murni. Seperti orang yang membangun rumah sakit hanya untuk mendapat popularitas atau posisi sosial. Meski orang miskin mendapat manfaat darinya, tapi orang yang berinfak tersebut tidak mendapat pahala dari amal perbuatannya ini.
Sebaliknya mereka yang memahami kebenaran dan beriman kepadanya serta beriman kepada Rasulullah Saw, amal perbuatan baik mereka diterima Allah Swt. Allah dengan rahmat-Nya akan mengampuni dosa-dosa hamba ini dan memperbaiki urusannya.
Lebih lanjut Al Quran menekankan poin penting ini bahwa perbedaan antara kufur dan iman didasarkan para perbedaan kebenaran dan kebatilan. Satu kelompok berusaha mengenal kebenaran dan mengikutinya, tapi kelompok lain setelah mengenal kebenaran menolaknya, atau lebih jauh lagi memeranginya. Komunitas dunia tidak keluar dari dua kelompok ini, menerima kebenaran atau menolaknya.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Musuh Islam memiliki rencana dan program untuk melawan mereka dan mereka berusaha keras di jalan ini. Tapi upaya mereka pada akhirnya akan gagal dan Islam akan semakin berkembang.
2. Iman kepada Tuhan saja tidak cukup, tapi harus dibarengi dengan iman kepada nabi sehingga melalui jalan ini kita akan dapat mempelajari jalan Tuhan melalui ajaran para nabi.
3. Jika kita berusaha semampu kita untuk berbuat baik, Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, dan memperbaiki urusan kita.
4. Iman kepada Tuhan dan Nabi serta Kitab Samawi juga belum cukup, masih dibutuhkan perbuatan baik dan amal saleh.
5. Nasib baik atau buruk manusia bergantung pada ideologi dan amal perbuatannya, serta apakah ia mengikuti kebenaran atau kebatilan di ideologi dan perbuatannya.
فَإِذا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4) سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ (5) وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ (6)
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (47: 4)
Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, (47: 5)
dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka. (47: 6)
Di ayat sebelumnya telah kami jelaskan bahwa musuh Islam berencana melawan Islam dan melemahkan umat Muslim dengan berbagai metode. Di antara metode tersebut adalah mengobarkan perang dan konfrontasi. Allah Swt di ayat ini dengan jelas dan tegas menyatakan, “Di medan perang dengan musuh, kalian harus bersikap tegas dan kuat, berperanglah dengan berani dan kalahkan musuh.”
Tapi jika musuh menyerah, jangan kalian bunuh, tapi tawanlah mereka dan setelah perang berakhir, bebaskan mereka dengan tebusan atau melalui belas kasihan.
Sikap kalian terhadap musuh harus membuat mereka merasa lemah dan tunduk, dan metode perang ini harus tetap dilanjutkan hingga kalian menguasai mereka secara penuh.
Wajar jika di perang dan konfrontasi ini sejumlah orang akan terbunuh. Jika mereka yang terbunuh berada di jalan kebenaran, maka Allah akan membeli jiwa mereka dan memberi pahala di akhirat, dan jika mereka berada di jalan batil, maka jiwa mereka akan sia-sia dan di Hari Kiamat akan mendapat siksa.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus berinteraksi secara damai dengan orang kafir yang tidak memerangi umat Muslim. Tapi terhadap mereka yang mengangkat senjata, kita harus memperlakukan mereka dengan keras dan tegas.
2. Seperti di medan perang, dibutuhkan ketegasan terhadap musuh, juga ditekankan pengampunan terhadap tawanan perang.
3. Perang dan jihad merupakan salah satu arena ujian ilahi bagi orang mukmin, siapa yang berjihad dan siapa yang melarikan diri dari medan tempur.
4. Para syuhada meski secara zahir terbunuh dan meninggal, tapi mengingat Tuhan melakukan transaksi dengan mereka, maka perbuatan mereka tidak akan sia-sia dan Tuhan merealisasikan tujuan mereka. Oleh karena itu, para syuhada adalah pemenang sejati di medan tempur.
Menguak Skandal Moral Gereja-Gereja Katolik Eropa
Skandal moral besar lain di Gereja Katolik, sekali lagi menjadi berita utama di media-media dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, nama baik Gereja Katolik turun drastis akibat terungkapnya berbagai skandal moral akut yang terjadi di dalamnya.
Reaksi Pemimpin Umat Katolik dunia Paus Fransiskus juga tidak mampu mengembalikan citra baik Gereja Katolik. Sisi mengerikan skandal-skandal moral ini terkuak dari perilaku tidak manusiawi para pendeta yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah 13 tahun yang dikirim ke gereja untuk belajar.
Kasus terbaru terungkap di Gereja Katolik Prancis, para pendeta di gereja itu dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap ratusan ribu anak. Terungkapnya skandal moral baru di Gereja Katolik Prancis telah membuka mata dunia, sedemikian dalamnya bencana moral di gereja yang selama bertahun-tahun terus ditutupi.
Sebuah komite independen dibentuk di Prancis untuk menyelidiki laporan-laporan pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pendeta Gereja Katolik terhadap anak-anak sejak 1950-an. Hasilnya mengejutkan, 216.000 anak muda antara tahun 1950 hingga 2020 menjadi korban pelecehan seksual oleh para imam, uskup, daikon dan biarawan di Gereja Katolik Prancis.
Kepala komite penyelidikan kasus ini, Jean-Marc Sauve mengatakan, “Rata-rata usia korban antara 8-13 tahun. Hasil penyelidikan menunjukkan sekitar 3.000 pelaku pelecehan seksual terhadap anak, bertugas di Gereja Katolik Prancis sejak tahun 1950 sampai sekarang, dua pertiga dari mereka adalah pendeta.”
Sauve mengaku angka ini sangat mengejutkan dan menuturkan, “Jika kita bandingkan angka 216.000 dengan 3.000, maka jelas seorang pelaku melakukan pelecehan seksual terhadap 70 korban, dan ini sangat mengerikan bagi Gereja Katolik Prancis.”
pendeta Katolik
Ia menjelaskan, “Jika para korban dan pelaku pelecehan seksual, serta orang lain yang menjalin kerja sama tidak langsung dengan Gereja Katolik Prancis, termasuk para guru di sekolah Katolik, kita tambahkan, maka jumlah korban pelecehan seksual ini akan bertambah menjadi 330.000 orang.”
Menurutnya, pelecehan seksual ini dilakukan secara terorganisir, dan selama bertahun-tahun Gereja Katolik bukan saja abai atas kasus ini, bahkan bersikap keras kepala, dan lebih mengutamakan untuk membela diri daripada membela para korban. Gereja Katolik Prancis bukan saja tidak pernah mengambil langkah untuk mencegah pelecehan seksual, bahkan sengaja menutup mata, dan memperlambat pengumuman skandal ini, terkadang juga secara sengaja menitipkan anak-anak kepada para pelaku.
Presiden Konferensi Agama-Agama Prancis, CORREF, Veronique Margron menyebut publikasi laporan komite penyelidikan independen terkait kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di Gereja Katolik Prancis sebagai bukti nyata dari sebuah bencana yang tak bisa diterima, dan menurutnya, pelecehan seksual yang terjadi di Gereja Katolik Prancis benar-benar memalukan.
Franqois Devaux, Pendiri organisasi perhimpunan korban pelecehan seksual pendeta Prancis, Le Parole Liberee dalam sebuah pidato kepada para pendeta mengatakan, “Anda adalah aib bagi umat manusia. Neraka ini penuh dengan kejahatan-kejahatan terkutuk, namun yang lebih buruk dari itu adalah pengkhianatan pada kepercayaan, dan pengkhianatan kepada anak-anak.”
Sehubungan dengan publikasi hasil penyelidikan kasus pelecehan seksual di Gereja Prancis, Paus Fransiskus menyebut kasus tersebut sebagai realitas yang memalukan, dan ia menyesalkannya. Ia mengatakan, “Saya ingin menjelaskan kesedihan dan penderitaan saya bagi para korban, dan saya ingin menunjukkan rasa malu saya karena gereja tidak mampu menjadikan masalah ini sebagai perhatian utama.”
Gereja Katolik
Skandal-skandal moral di Gereja Katolik tidak hanya terbatas pada satu negara tertentu, hampir di semua negara dunia yang di dalamnya terdapat Gereja Katolik, sejumlah banyak kasus pelecehan seksual dilaporkan sejak beberapa dekade lalu. Mulai dari Amerika Serikat hingga ke sebagian besar negara Eropa, kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh para pendeta di Gereja Katolik, juga santer terdengar.
Di Irlandia dan Belanda, dibentuk komisi-komisi pencari fakta independen untuk mengungkap kasus-kasus moral ini. Sekitar 10 tahun lalu, komisi pencari fakta Belanda merilis laporan tentang pelecehan seksual terhadap anak-anak di Gereja Katolik negara ini, sehingga mengungkap dalamnya kerusakan moral pegawai Gereja Katolik terutama pendeta.
Laporan komisi pencari fakta Belanda menyebutkan antara tahun 1945-1981, sekitar 10.000 hingga 20.000 anak-anak Belanda yang berada di lembaga-lembaga Gereja Katolik menjadi korban pelecehan seksual, dan anak-anak di bawah umur ini, hingga tahun 2020 jumlahnya mencapai puluhan ribu anak. Salah satu alasan pengunduran diri Paus Benediktus XVI juga karena terungkapnya kerusakan moral luas di Gereja Katolik.
Paus Benediktus XVI melakukan kunjungan ke negara-negara dunia, dan masalah pelecehan seksual oleh para pendeta selalu membayanginya. Biasanya untuk menekan protes, mantan Pemimpin Umat Katolik dunia itu selalu menemui sejumlah korban pelecehan seksual, dan menyampaikan keprihatinan kepada mereka. Vatikan juga membayar ganti rugi kepada para korban pelecehan seksual oleh para pendeta, dengan maksud untuk menekan aksi protes terhadap dirinya serta mematikan atau memudarkan kasus moral yang menjeratnya.
Paus Benediktus XVI secara pribadi langsung turun tangan menangani skandal moral ini setelah kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh para pendeta Gereja Katolik Irlandia, terungkap, dengan maksud menjaga marwah Gereja Katolik. Setelah melakukan pembicaraan dengan para pendeta Gereja Katolik Irlandia selama dua hari, Paus Benediktus XVI menyebut pelecehan yang dilakukan para pendeta terhadap anak-anak sebagai kejahatan keji.
Kepada para pendeta Irlandia, Paus Benediktus XVI mengatakan, “Para uskup Irlandia harus bekerja keras untuk mengembalikan kredibilitas moral ke gereja.” Salah satu pendeta Katolik Irlandia yang bertemu dengan Paus Benediktus XVI, Joseph Duffy mengatakan, “Tidak mungkin untuk membersihkan aib semacam ini.”
Skandal moral para pendeta Katolik telah mengejutkan banyak pengikut agama Kristen Katolik, pasalnya orang-orang yang semestinya membimbing masyarakat menuju jalan spiritualitas dan moral, ternyata malah melakukan kejahatan keji seperti ini. Hans Langendorfer, Sekjen Konferensi Uskup-Uskup Jerman dalam wawancara dengan majalah mingguan Spiegel mengatakan, “Terungkapnya skandal-skandal ini telah menunjukkan wajah hitam gereja, dan kami sangat prihatin.”
laporan hasil penyeledikian pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis
Langkah yang dilakukan Vatikan hanya memberikan sangat sedikit pengaruh pada upaya penurunan protes terhadap dirinya. Terungkapnya sebuah skandal moral di sebuah gereja telah mengungkap puluhan skandal lain yang dilakukan oleh para pendeta selama bertahun-tahun atau dekade. Terungkapnya skandal moral para pendeta Gereja Katolik juga telah menciptakan keraguan mendalam pada kredibilitas, dan legitimasi gereja di mata para pengikut Katolik.
Para pendeta yang dianggap bapak spiritual pengikut Kristen dan gereja, bukannya menjaga nama baik gereja malah merusaknya. Para pendeta tidak bermoral telah menghancurkan kredibilitas dan legitimasi gereja, dan hal ini tidak mudah untuk diperbaiki.
Jika di masa Abad Pertengahan, kekerdilan berpikir dan diskriminasi gereja telah menyebabkan orang lari dari agama, dan mendorong lahirnya aliran pemikiran humanisme, dan sekularisme, maka sekarang skandal-skanda moral para pendeta telah menyebabkan banyak orang memalingkan mukanya dari gereja dan Katolik.
Ratusan ribu orang di sejumlah negara dunia meninggalkan Gereja Katolik setelah terungkapnya berbagai skandal moral para pendeta. Di sisi lain skandal-skandal moral para pendeta jugalah yang memaksa Paus Benediktus XVI mengundurkan diri.
Skandal-skandal moral ini sampai sekarang sepertinya terus membayangi Paus Fransiskus yang sama seperti Paus Benediktus XVI, berusaha meminta maaf kepada masyarakat, dan berupaya memperbaiki citra Gereja Katolik yang rusak karena kebobrokan moral pendetanya. Akan tetapi kenyataannya ketika satu skandal moral di Gereja Katolik terungkap, skandal-skandal lain terkait kerusakan moral para pendeta pun terungkap, sehingga sulit untuk dilupakan oleh masyarakat.
Mengapa Republik Azerbaijan Berbalik Memusuhi Iran ?
Kemenangan Republik Azerbaijan dalam Perang Karabakh Kedua dan meningkatnya intervensi rezim Zionis di negara ini mengarah pada permusuhan dengan Iran, padahal sebelumnya Tehran-Baku menjalin hubungan yang erat.
Sejak Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev pada peringatan ulang tahun pertama dimulainya Perang Karabakh Kedua pada 27 September 2021 menyebut Iran sebagai musuh utama pemerintah dan rakyat MuslimRepublik Azerbaijan, hubungan negara ini dengan Republik Islam Iran semakin memburuk.
Padahal, jika dengan meninjau hubungan antara dua negara tetangga dan Muslim ini tidak sulit untuk memahami peran dan posisi Iran dalam mendukung kemajuan Republik Azerbaijan, bahkan dalam Perang Karabakh Kedua. Tapi, ironisnya, penguasa Republik Azerbaijan justru mengizinkan rezim Zionis membenamkan pengaruhnya di negara tetangga Iran ini, dan mengintensifkan permusuhan terhadap Tehran.
Sebelum ketegangan meningkat baru-baru ini, Tehran dan Baku bulan lalu berencana untuk memperluas hubungan bilateral dan regional. Iran dan Republik Azerbaijan berusaha untuk memperkuat kerja sama dan menghapus semua pembatasan yang ada. Tapi mengapa tiba-tiba penguasa Republik Azerbaijan mengubah arah jarum jam kebijakannya yang dipompa rezim Zionis, sehingga berbalik memusuhi Tehran.
Pertama, masalah ini berkaitan dengan propaganda anti-Iran dan Islam dari media yang berafiliasi dengan asing di Republik Azerbaijan. Derasnya propaganda ini menjadikan penguasa Republik Azerbaijan melupakan semua bantuan Tehran kepada pemerintah yang berkuasa di Baku dan orang-orang Muslim di negara ini selama tiga dekade.
Meskipun Iran memberikan dukungan finansial dan ekonomi, militer, politik, budaya terhadap Republik Azerbaijan selama tiga dekade sejak kemerdekaannya dari Uni Soviet, tapi beberapa outlet media yang berafiliasi dengan asing di Baku berupaya menipu publik opini di negara ini dan kawasan berusaha menurunkan hubungan kedua negara bertetangga itu ke level terendah.
Pada 27 April 2021, ketika mengunjungi daerah perbatasan yang dibebaskan, Aliyev untuk pertama kalinya menyebut perbatasan panjang antara Iran dan Republik Azerbaijan sebagai "perbatasan Persahabatan". Selama beberapa bulan terakhir, ia berulang kali menyebut perbatasan kedua negara tetangga sebagai "perbatasan persahabatan" dalam wawancara, dan pertemuannya dengan pejabat Iran.
Selama Perang Nagorno-Karabakh Kedua dan konflik militer antara Republik Azerbaijan dan Armenia atas kepemilikan wilayah Nagorno-Karabakh, 132 km dari perbatasan Republik Azerbaijan dan Iran yang diduduki sepenuhnya dikembalikan ke pemilik tanah ini.
Selama kunjungannya ke daerah perbatasan ini, Presiden Azerbaijan menegaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat perlindungan perbatasan bersama setelah berakhirnya perang Nagorno-Karabakh. Ketika itu Aliyev mengatakan, "Perbatasan negara kita dan Iran adalah perbatasan persahabatan dan perlindungan perbatasan ini sangat penting untuk pengembangan hubungan antara kedua negara".
Ilham Aliyev juga menunjukkan bahwa Republik Azerbaijan berbagi perbatasan dengan Republik Islam Iran di arah lain dengan menegaskan,"Perbatasan ini sebenarnya adalah perbatasan persahabatan dan kerja sama, dan warga kedua negara melintasi perbatasan ini untuk menikmati manfaatnya."
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Baku, Seyed Abbas Mousavi, menanggapi pesan Presiden Azerbaijan tentang pembebasan daerah perbatasan dengan Iran, dengan menyatakan, "Perbatasan kedua negara tetangga akan selamanya tetap menjadi perbatasan persahabatan, perdamaian dan keamanan".
Seyed Abbas Mousavi juga menulis di akun Twitter-nya yang ditujukan kepada Presiden Azerbaijan, "Sekitar 760 km perbatasan antara Republik Islam Iran dan Republik Azerbaijan akan selamanya menjadi perbatasan persahabatan, perdamaian dan keamanan bagi rakyat kedua negara tetangga tanpa kehadiran dan campur tangan asing dan simpatisannya."
Terlepas dari pernyataan-pernyataan positif dan konstruktif pada bulan April tahun ini, Presiden Azerbaijan secara tiba-tiba bulan lalu mengambil sikap memusuhi Iran. Tampaknya, pengaruh rezim Zionis terhadap Presiden Azerbaijan telah menyebabkan dia memberikan kesempatan kepada diplomat Israel untuk mempropagandakan sentimen anti-Iran di media Baku, dan mengancam Iran dari wilayah Republik Azerbaijan.
Selama beberapa hari terakhir, berbagai skenario dan kebohongan media yang berafiliasi dengan pihak asing di Baku menyebar agitasi supaya orang-orang Muslim Republik Azerbaijan membenci Iran.
Media afiliasi asing di Baku yang melihat peluang, membuat pernyataan palsu terhadap Iran dalam berbagai bentuk, yang memancing reaksi para intelektual Azeri, sampai-sampai mereka memperingatkan pemerintahan Ilham Aliyev. Misalnya, Haji Ilqar Ibrahimoglu, pemimpin komunitas agama Republik Azerbaijan dan pakar politik terkemuka di negara ini mengatakan, "Republik Azerbaijan tidak boleh menjadi medan pertempuran antara kekuatan saingan, dan mereka yang ingin menyelesaikan masalah tidak boleh membawa perbedaan-perbedaan ini ke wilayah Republik Azerbaijan,".
Faktanya, para ahli dan pemikir Azeri telah berupaya mengingatkan pemerintah Ilham Aliyev supaya tidak terpancing dalam plot Israel dalam memusuhi Irannya melalui wilayah Republik Azerbaijan dan mencoba mempropagandakan sentimen anti-Iran di media Baku.
Meskipun pejabat pemerintah Baku, termasuk Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menyangkal kehadiran rezim Zionis di wilayah negaranya, tapi beberapa peristiwa menunjukkan kehadiran penuh warna dan signifikan dari rezim Israel di Republik Azerbaijan.
Propaganda anti-Iran di media Baku selama dua dekade dengan arahan rezim Zionis menunjukkan bahwa Israel, yang telah menerima kekalahan dalam semua aspek perang melawan Iran dan dunia Islam, menggunakan Republik Azerbaijan sebagai yang arena terakhir untuk menyerang Iran.
Mengenai bantuan Republik Islam Iran kepada pemerintah dan rakyat Republik Azerbaijan sangat signifikan, sehingga pejabat Azerbaijan selalu menghargai bantuan Iran tersebut. Pada Oktober tahun lalu, Jenderal Muharram Aliyev, Asisten Presiden Azerbaijan Urusan Militer, memuji tindakan Republik Islam Iran dalam mendukung posisi pemerintah Baku. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan situs berita SIA.AZ, Jenderal Muharram Aliyev mengatakan, "Baku tidak melupakan dukungan Tehran selama pengepungan Nakhchivan."
Sehari sebelumnya, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan kepada CNN Turki bahwa sikap Republik Islam Iran terhadap konflik Nagorno-Karabakh adalah adil.
Selain itu, pada Oktober tahun lalu, Presiden Azerbaijan menulis dalam pesan Twitter yang mengumumkan pembebasan 21 desa dari pendudukan pasukan Armenia, termasuk daerah pemukiman di perbatasan dengan Republik Islam Iran di sepanjang Sungai Aras di Nagorno-Karabakh. Ia menegaskan, "Dengan pembebasan desa Aqband di kota Zangilan, kontrol penuh diberikan atas perbatasan bersama Republik Azerbaijan dan Iran, dan dalam hal ini, saya mengucapkan selamat kepada rakyat Republik Azerbaijan dan Iran,".
Terlepas dari pernyataan konstruktif Presiden Azerbaijan ini, kehadiran dan intervensi rezim Israel di Republik Azerbaijan telah mengubah posisinya terhadap Iran.
Menyusul perubahan posisi Presiden Azerbaijan, media afiliasi asing di Baku, yang siap merusak hubungan antara dua negara Muslim dan tetangga ini meningkatkan propandanya demi menghancurkan hubungan antara Tehran dan Baku.
Dengan menggunakan apa yang mereka sebut analis politik, media-media ini menyerahkan masalah perang Karabakh kepada opini publik Republik Azerbaijan dengan cara yang sepenuhnya berlawanan dan tidak benar.
Media ini memalsukan fakta dengan menyebut Iran sebagai sekutu Armenia dalam Perang Nagorno-Karabakh Kedua.
Bagaimanapun, tidak ada keraguan bahwa menyerahkan suatu negara dan media ke pihak asing tidak akan membawa hasil yang tidak menyenangkan bagi negara tuan rumah. Sebagaimana ditegaskan Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, baru-baru ini yang mengingatkan beberapa negara tetangga bahwa ketergantungan terhadap pasukan asing tidak dapat menjamin keamanan mereka.
Terlepas dari penekanan berulang-ulang dari Tehran, terutama Pemimpin Besar Republik Islam Iran, tampaknya otoritas Baku masih berperilaku kekanak-kanakan, dengan keras kepala dan terus-menerus menekankan ketergantungan mereka pada Israel dan Turki.
Mengenang Kepergian Imam yang Terasing di Samarra
Imam Hassan Askari as selalu memberi salam kepada siapa pun yang beliau temui, dan memperlakukan semua orang dengan penuh penghormatan dan rendah hati.
Hari ini tanggal 8 Rabiul Awal bertepatan dengan hari gugurnya Imam yang tertindas dan terasing, pada tahun 260 Hijriah di kota Samarra. Imam kesebelas umat Islam, Imam Hassan Askari as yang terkenal memiliki perangai indah, ibadah seorang arif, dan akhlak nabi telah membuat hati masyarakat tertambat, dan beliau membimbing mereka ke jalan kebenaran.
Imamah merupakan salah satu prinsip dasar dari Ushuludin yang diyakini oleh para pengikut Ahlul Bait as. Dari sudut pandang ajaran ini, Imamah atau kepemimpinan para Imam setelah Nabi Muhammad Saw, merupakan kelanjutan risalah Kenabian yang diberikan kepada Rasulullah Saw, dan mereka adalah lentera hidayah, serta perahu keselamatan bagi umat Islam, dan muka bumi tidak akan pernah kosong dari Imam dan pemimpin.
Imam Ridha as, Imam kesembilan dari keturunan Rasulullah Saw berkata, “Sesungguhnya kedudukan Imamah lebih unggul dan lebih tinggi dari apa yang bisa dipahami oleh akal dan pemikiran biasa, atau yang diperoleh dari pendapat serta pendangan masyarakat, atau dari apa yag ditentukan dan dipilih masyarakat.”
Dengan demikian pengganti Rasulullah Saw yang sebenar-benarnya ini memiliki sifat-sifat unggul, dan kedudukan Ilahi. Imam terus tersambung dan mendapat sokongan bantuan ghaib, dan ilham dari langit, oleh karena itu di setiap masa, Imam memiliki derajat keilmuan dan pengetahuan yang tertinggi. Ia mengetahui semua kebaikan dan rahasia yang diperlukan bagi kebahagiaan dunia serta akhirat manusia.
Imam memiliki sifat maksum atau terjaga dari dosa dan kesalahan, oleh karenanya Imam di setiap zaman adalah orang paling bertakwa dan paling adil, memiliki derajat kemuliaan akhlak dan perilaku paling tinggi. Di banyak hadis dijelaskan tentang kedudukan Imam, dan kedudukan ini merupakan sebuah tanggung jawab berat yang diberikan Allah Swt, dan Imam memiliki sebuah potensi serta kelayakan khusus yang bersumber dari Allah Swt.
Ketaatan dan kepatuhan pada Imam dalam lahir dan batin di semua urusan dunia dan akhirat akan menyampaikan manusia pada keselamatan dan kebahagiaan, dan hal itu adalah kewajiban bagi Muslim. Generasi para Imam merupakan keturunan Rasulullah Saw. Jumlah mereka 12 orang dan yang terakhir adalah Imam Mahdi af yang sekarang berada di masa keghaiban, dan merupakan juru selamat umat manusia.
Nama beliau Hassan, memiliki kuniyah Abu Muhammad, dan julukan terkenalnya Zaki dan Askari. Julukan lain yang disematkan kepada beliau adalah Khalis, Hadi, Khas, Shamit, Siraj, dan Taqi. Selain itu beliau juga dikenal dengan Ibnu Al Ridha. Ibu beliau adalah perempuan yang paling banyak memiliki keutamaan di masanya. Imam Hadi as memuji beliau dan mengatakan, “Salil adalah namanya, karena keluar dari semua cela, cacat, kehinaan dan ketidaksucian.”
Imam Hassan Askari as tumbuh dalam asuhan ayah mulianya Imam Hadi as, dan ibunya yang suci, Salil. Karena kehidupan setiap Imam dalam bentuk tertentu harus berhadapan dengan banyak kesulitan, kehidupan Imam Hassan Askari juga diwarnai dengan kesempitan dan keterasingan. Dua tahun setelah terlahir ke dunia, Imam Askari diasingkan bersama keluarganya ke kota Samarra, atas perintah Khalifah lalim Mutawakil Abbasi.
Di kota yang lebih mirip barak dan pangkalan militer itu, Imam Hadi as, disusul Imam Askari as berada di bawah pengawasan superketat, dan setiap kontak sekecil apa pun yang dilakukan oleh para pengikut Syiah, dengan Imam, diawasi ketat. Para pengikut Syiah dan pecinta Ahlul Bait as tidak bisa dengan mudah bertemu Imam, dan Imam hanya bisa menjalin hubungan dengan para pengikutnya melalui perantara. Lewat perantara inilah Imam menjawab pertanyaan dan memenuhi kebutuhan para pengikut Syiah.
Imam Askari as lebih banyak berada di penjara Mutawakil, dan menanggung penderitaan yang luar biasa di dalamnya. Akan tetapi ketakwaan, ketawadhuan, rendah hati, perkataan yang baik, dan kepribadian agung serta arif yang dimiliki Imam Askari as, telah menarik hati para tahanan sehingga mendorong mereka mendekat kepada kebenaran dan menyambungkannya dengan Allah Swt.
Dari Muhammad bin Ismail Alawi diriwayatkan, Imam Askasi ditahan di ruang penjara dekat Ali bin Utash yang merupakan musuh paling bengis dari Ahlul Bait as, ia melakukan banyak kejahatan terhadap putra, dan keluarga Rasulullah Saw. Ali bin Utash mendapat perintah dari Khalifah Mutawakil, berlakulah keras terhadap Imam Askari semampunya, dan ganggulah ia.
Muhammad bin Ismail berkata, “Belum lewat sehari, orang itu berperilaku sangat sopan di hadapan Imam Askari. Ia sangat menghormati dan mengagungkan Imam Askari bahkan tidak berani menatap mata Imam, dan selalu tertunduk di hadapannya. Ketika Imam Askari mendatanginya, ia menjadi Syiah dengan akidah terbaik, dan menjadi pecinta Ahlul Bait as, dan Imam Hassan Askari as.”
Imam Askari sangat menganjurkan untuk mengedepankan toleransi dan rekonsiliasi dengan masyarakat yang tidak tahu, dan para penentang. Beliau berkata, bertoleransi dengan masyarakat yang tidak tahu lebih baik dari setiap sedekah, karena dengan perilaku baik kalian ini, mungkin saja musuh berubah jadi kawan, dan menemukan jalan yang benar.
Imam Hassan Askari as menganggap sikap rendah hati sebagai nikmat besar yang tidak membangkitkan kedengkian orang-orang hasud, dan beliau menganjurkan semua orang untuk bersikap rendah hati dalam perilaku, dan menjauhi sifat angkuh serta senang pujian.
Imam Hassan Askari as sebagaimana ayah-ayahnya sangat memperhatikan ibadah. Beliau ketika tiba waktu salat akan meninggalkan pekerjaan apa pun, dan tidak mendahulukan apa pun dari salat. Abu Hashim Jafari mengatakan, “Suatu hari saat mengunjungi Imam Askari, Imam saat itu tengah sibuk menulis sesuatu, ketika waktu salat tiba, Imam meninggalkan pekerjaannya, dan bangkit mendirikan salat.”
Khalifah Mutawakil menugaskan dua sipir penjara paling bengis dan paling buruk perangai untuk menjaga Imam Askari, akan tetapi dikarenakan interaksi keduanya dengan Imam, mereka berubah dan mencapai kedudukan tinggi dalam ibadah dan munajat kepada Allah Swt.
Oleh karena itu, keduanya dipanggil oleh Mutawakil, dan ditanya, bagaimana Ibnu Al Ridha bisa mengubah kalian hingga seperti ini ? Keduanya menjawab, “Apa yang harus kami katakan tentang seorang yang berpuasa di setiap siang, dan beribadah di setiap malam, dia tidak berbicara apa pun selain zikir dan kata-kata tentang Allah Swt, ketika dia memandang kami, tubuh kami bergetar, dan kami kehilangan kendali atas diri kami sendiri.”
Imam Hassan Askari as memberikan nasihat kepada Syiah-nya, “Aku menasihati kalian agar takut kepada Allah Swt, dan menjaga kesalehan dalam beragama, bekerja keras di jalan Allah Swt dan berkata jujur, seperti inilah Nabi Muhammad Saw berperilaku. Salatlah di antara kabilah-kabilah mereka (Ahlu Sunnah), dan hadirilah salat jenazah mereka, jenguklah dari mereka yang sakit, dan penuhilah hak-hak mereka, karena jika setiap orang dari kalian saleh dalam beragama, berkata jujur, memegang amanah dan berperilaku baik dengan masyarakat, lalu mereka mengatakan, ‘Orang ini seorang Syiah’, maka aku akan gembira. Takutlah kepada Allah Swt dan jadilah penghias bagi Kami, bukan jadi sumber keburukan dan kehinaan. Datangkanlah segala bentuk kecintaan kepada Kami, dan jauhkan keburukan dari Kami, karena setiap kebaikan tentang Kami, sesungguhnya Kami layak mendapatkannya, dan setiap keburukan tentang Kami, sesungguhnya Kami tidak seperti itu. Kami di dalam Kitab Allah Swt adalah kebenaran yang tetap, dan kedekatan Kami dengan Rasulullah Saw dan Allah Swt membuat Kami suci, tidak ada seorang pun yang mengaku memiliki kemuliaan semacam ini selain Kami, kecuali ia berbohong. Ingatlah selalu Allah Swt dan kematian, bacalah Al Quran, sampaikan selawat sebanyak-banyakya kepada Rasulullah Saw, karena selawat Nabi Muhammad Saw memiliki 10 kebaikan. Ingat-ingatlah dengan baik apa yang aku nasihatkan kepada kalian. Aku titipkan kalian kepada Allah Swt, dan aku mengirim salam untuk kalian.”
Al Ahed: Penembakan Beirut, Pukulan AS terhadap Hizbullah
Situs berita Lebanon mengkritik standar ganda orang-orang bayaran Amerika Serikat di Lebanon, dan mengatakan bahwa insiden penembakan di Beirut, adalah fitnah lain AS untuk memukul Hizbullah.
Al Ahed, Kamis (14/10/2021) melaporkan, para pendukung Hizbullah dan Partai Amal yang tengah berunjuk rasa memprotes kinerja Penyelidik ledakan Beirut, ditembaki sekelompok orang bersenjata.
Menurut situs ini, di Lebanon ada sebuah kelompok politik, dan media yang bergerak ke mana pun AS bergerak, orang-orang ini bisa disebut sebagai "budak-budak" AS.
Al Ahed menambahkan, "Mereka berada dalam kerangka kepentingan AS, dan bekerja untuk negara itu. Meski langkah mereka harus menyebabkan Lebanon hancur sekali pun. Orang-orang semacam ini menerapkan standar ganda, dan bagi mereka konstitusi sama sekali tidak penting."
"AS berhasil menyusup dan mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintahan Lebanon termasuk lembaga kehakiman. Satu-satunya manfaat yang diperoleh AS dari langkah ini adalah memukul Hizbullah. Oleh karena itu AS menjalankan skenario fitnah baru di Lebanon," pungkasnya.